Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Pelaksanaan Supervisi Akademik Pada Sma Negeri 3 Semarang Banun Sri Haksasi FIP IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] ABSTRAK Peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting. Untuk meujudkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari peran serta Kepala sekolah, khususnya peran dalam bidang supervise akademik untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru dalam proses penbelajaran, hal ini perlu dilakukan megingat mutu pendidikan dan kualitas dalam proses pembelajaran merupakan salah satu core-bussines bidang pendidikan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) tingkat pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala sekolah di SMA Negeri 3 Semarang, (2) indikator pelaksanaan supervisi akademik yang belum optimal, dan (3) kondisi instrumen penunjang pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian menggunakan pendekatan expost facto. Teknik pengumulan data digunakan angket atau kuesioner dan data yang digunakan berupa data primer. Sampel diambil dengan menggunakan metode proportional simple random sampling diperoleh sampel sebanyak 73 orang guru. Alat analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang sudah berjalan dengan sangat baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau indikator yang berjalan dengan sangat baik adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang masih perlu ditingkatkan adalah: (a) kegiatan membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam proses pembelajaran, (b) membimbing guru untuk menentukan dan menyusun aspek keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa, dan (d) membina dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan hasil kinerjanya. Kata Kunci: Supevisi Akademik PENDAHULUAN Bidang pendidikan merupakan bidang yang sangat strategis dalam aspek pembentuk karakter sutatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisasi pendidikan saat ini (Mendiknas, 2010). Salah satu target strategis bidang pendidikan tahun 2025 adalah membentuk mayoritas bangsa Indonesia sebagai manusia insan kamil, yaitu insan yang cerdas komprehensip dan kompetitif.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
25
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Supervisi yang dilaksanakan secara profesional
ditujukan pada aspek akademik
berupa bantuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan profesional guru dan dapat memperbaiki mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengawasan atau supervisi yang dilakukan di lingkungan persekolahan selama ini menunjukkan seolah-olah menekankan pada segi fisik, pengelolaan dana, pegawai bangunan, dan alat fasilitas fisik lainnya. Sedangkan pengawasan pada sistem pembelajaran masih kurang perhatian, hal ini merupakan kendala bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran. Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan yang dituangkan dalam visi Kemendiknas, yaitu terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensip memerlukan upaya pembaharuan sekolah secara global dalam berbagai aspek, termasuk aspek supervisi akademik. SMA Negeri 3 Semarang merupakan salah satu sekolah berstatus RSBI/SBI. Program ini merupakan salah satu program dari kebijakan pemerintah yang menuntut perubahan secara mendasar. Perubahan di bidang supervisi akademik yang sesuai dengan tuntutan visi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional maupun Sekolah Bertaraf Internasional sangat diperlukan, sehingga pengembangan model supervisi akademik dengan visi tersebut merupakan suatu keniscayaan yang tak terbantahkan. Berbagai upaya dalam menangani krisis pendidikan nasional yang bermutu rendah telah dilakukan, namun belum menyentuh permasalahan mendasar atau core bussines-nya, yaitu penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani oleh guru masih relatif rendah dan memprihatinkan. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, bahkan merupakan ujung tombak keberhasilan dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Menurut Winarno (2004) guru merupakan penjamin kualitas pendidikan yang sesungguhnya. Dalam hal ini prioritas perbaikan kualitas guru sebagai ujung tombak keberhasilan adalah paling mendasar, disamping komponen lain dalam proses pembelajaran. Masalah mutu pembelajaran ini berhubungan erat dengan pengawasan profesional. Pengawasan
profesional bertujuan meningkatkan kemampuan mengajar disebut
supervisi pendidikan (Sutisna, 2002). Substansi pengawasan ini adalah kegiatan supervisi yaitu kegiatan untuk membina sekolah dan gurunya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan supervisi di sekolah belum memberikan kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran. Temuan lain juga menunjukkan bahwa supervisor tidak memberikan bantuan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yang diakibatkan karena pihak supevisor tidak menguasai teknik supervisi dengan benar (Sagala, 2010).
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
26
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Implementasi sistem supervisi yang kondusif dan terpadu memerlukan sistem tingkah laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana serta aktualisasi
kesempatan
belajar
siswa,
sehingga
dapat
mengembangkan
situasi
pembelajaran yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Supervisor dalam melaksanakan supervisi mempunyai tanggung jawab untuk membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran dan membantu mengatasi kesulitan guru dalam pembelajaran. Supervisor yang kompetibel mampu menempatkan model pembelajaran dengan tepat, menggunakan metode pembelajaran secara efektif dan menggunakan teknik mengajar yang di susun dalam alur dan phase yang jelas. Indikator keberhasilan supervisor adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat berarti dan meningkatkan kualitas hasil belajar menjadi lebih kompetitif (Sagala, 2010).
PEMBAHASAN A. Konsep Supervisi Pendidikan Konsep supervisi pendidikan merupakan suatu prosedur dalam memberikan pengarahan dan evaluasi serta penilaian secara kritis terhadap proses pembelajaran, memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan pokok guru agar berkembang secara
profesional (Sahertian, 2008). Konsep supervisi pendidikan lebih dititikberatkan pada supervisi pembelajaran, sehinggga diharapkan proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Supervisi pembelajaran merupakan sistem tingkah laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaikai rencana serta aktualisasi kesempatan belajar siswa (Sagala, 2010). Menurut Kimbal Wiles dan Towel (1989) supervisi pembelajaran bukan semata-mata untuk mengontrol kinerja guru, melainkan perlu adanya sumbang saran serta perbaikan guna meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam konsep pengembangan model supervisi pembelajaran, bertitiktolak pada tercapainya fungsi utama supervisi yaitu membina program pengajaran yang ada sebaikbaiknya agar dapat merubah pola pikir supervisor yang otokrat dan korektif, menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Kualitas kepemimpinan supervisor menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan supervisi (Sagala, 2010). Supervisor bertindak atas dasar data hasil kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan guru dalam mengajar dan ditindaklanjuti dengan mencari solusi serta cara-cara memperbaiki untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
27
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
B. Supervisi Akademik Permasalahan mendasar atau core bussiness rendahnya mutu pendidikan, khususnya kualitas penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani oleh guru masih memerlukan inovasi model pelaksanakan supervisi pembelajaran sebagai titik berat dalam supervisi pendidikan. Menurut Syaiful Sagala (2010) kegiatan supervisi pembelajaran adalah layanan yang diberikan kepada guru yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan pembelajaran dan kurikulum (Neagley and Evan, 1980). Supervisor bertindak berdasarkan data hasil penelitian dan mencari solusi dengan cara mengkondisikan dirinya menjadi salah satu angggota tim dengan guru dalam perbaikan proses pembelajaran. Dalam “setting” kebijakan pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam era otonomi pendidikan, menempatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran
merupakan ujung
tombak keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan
dengan hal
tersebut maka pejabat terkait mulai dari tingkat provinsi sampai dengan pengawas tingkat satuan pendidikan harus memahami: (1) secara benar esensi supervisi pendidikan dan mengetahui manfaatnya bagi peningkatan mutu pendidikan, (2) guru memerlukan bantuan teknis bidang pembelajaran melalui kegiatan supervisi, dan (3) pemerintah memerlukan laporan yang akurat mengenai kualitas pembelajaran di kelas dan kebutuhan lainnya melalui kegiatan supervisi (Sagala, 2010). Pengetahuan tentang supervisi dan keyakinan supervisor dalam menjalankan tugasnya merupakan modal dasar baik bagi supervisor maupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mencapai tujuan, yaitu perbaikan mutu pembelajaran,
sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan antara
pandangan normatif dan deskriptif yang merupakan problematika utama dalam pelaksanaan supervisi pem-belajaran (Mulyasa, 2004). Telah disinggung bahwa pengawasan
profesional bertujuan meningkatkan
kemampuan mengajar disebut supervisi pendidikan (Sutisna, 2002). Substansi pengawasan ini adalah kegiatan supervisi yaitu kegiatan untuk membina sekolah dan gurunya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan supervisi di sekolah belum memberikan kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran. Temuan penelitian lain menunjukkan bahwa supervisor tidak memberikan bantuan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yang diakibatkan karena pihak supevisor tidak menguasai teknik supervisi dengan benar (Sagala, 2010). Implementasi sistem supervisi yang kondusif dan terpadu memerlukan sistem tingkah laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
28
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
serta aktualisasi kesempatan belajar siswa, sehingga dapat mengembangkan situasi belajar mengajar yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Supervisor dalam melaksanakan supervisi mempunyai tanggung jawab untuk membantu memecahkan masalah pengajaran dan membantu mengatasi kesulitan guru dalam pembelajaran. Supervisor yang kompetibel mampu menempatkan model pembelajaran dengan tepat, menggunakan metode pembelajaran secara efektif dan menggunakan teknik mengajar yang disusun dalam alur dan phase yang jelas. Indikator keberhasilan supervisor adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat berarti dan meningkatkan kualitas hasil belajar menjadi lebih kompetitif (Sagala, 2010). Selain itu kajian ini penting dilakukan untuk menghasilkan karya ilmiah tentang pelaksanaan supervisi akademik yang dimodifikasi dengan pola supervisi sekolah berstandar RSBI/SBI yang normatif. Pengembangan model supervisi akademik yang tepat sangat penting guna mengatasi permasalahan mendasar di bidang pendidikan, bajkan berskala nasional yaitu rendahnya mutu dan kualiatas pendidikan di Indonesia, yang diakibatkan oleh carut-marutnya pengelolaan sistem pendidikan di negara ini. Dinas Pendidikan Kota Semarang dan pejabat terkait mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki regulasi bidang pendidikan, khususnya model supervisi akademik exsisting yang masih belum normatif dan berakibat pada rendahnya mutu dan kualitas pembelajaran sebagai core-bussines bidang pendidikan. Implementasi pengembangan model supervisi akademik existing memerlukan data awal tentang pelaksanaan supervisi akademik yang sudah dilaksanakan. Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan Nurtain (1989), dikemukakan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk membantu guru-guru dalam perbaikan pembelajaran, terutama membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kelas.
Selain itu menurut Kimbrough dan
Burkett (1990) menjelaskan bahwa kemampuan kepala sekolah di antaranya mampu berkomonikasi dengan guru maupun dengan pihak lain, mampu menilai kinerja guru, menganalisis masalah, mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa dalam menjalankan tugas kepala sekolah harus memiliki keterampilan dan seni dalam hubungan antar manusia serta penguasaan aspek-aspek teknis dan substantif, sehingga dapat membimbing dan memberi petunjuk bagi seluruh anggota termasuk guru dalam mencapai tujuan. Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi yaitu meliputi: merencanakan, melaksanakan, menindaklanjuti hasil supervisi. Adapun menurut Frederik Hersberg (1992) menyatakan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
29
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
bahwa semangat kerja guru dalam pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor ketidakpuasan diantaranya, hubungan antar pribadi dengan atasan (konselor), sehingga diharapkan Kepala sekolah dapat memahami faktor-faktor yang dapat memotivasi kerja para karyawan. Sedangkan Handoko (1992) menjelaskan faktor-faktor pemeliharaan sebagai faktor negatif dapat mengurangi dan menghilangkan ketidakpuasan kerja (dissatisfiers) serta menghindarkan masalah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswadmaja (1997) menyimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa banyak tergantung pada disiplin kerja guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Makin tinggi disiplin kerja yang dilakukan maka makin tinggi pula pencapaian prestasi belajar siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Siti uminah Surya tentang pendekatan supervisi terhadap guru sebagai fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran menyimpulkan adanya kesinambungan antara tindakan perilaku supervisi kepala sekolah dengan perilaku guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian lain tentang efektivitas supervisi yang dilakukan oleh Abu Syairi (2010) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi guru dipengaruhi oleh efektivitas supervisi yang dilakukan oleh pengawas/supervisor. Kesimpulan lain dari penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa efektivitas supervisi yang dilakukan oleh
pengawas
mempengaruhi disiplin kerja guru dan produktivitas sekolah. C. Kompetensi dan Tugas Pokok serta Fungsi Supervisor Pengetahuan tentang supervisi dan keyakinan supervisor dalam menjalankan tugasnya merupakan modal dasar baik bagi supervisor maupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan supervisi untuk mencapai tujuan yaitu perbaikan mutu pembelajaran, sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan antara pandangan normatif dan deskriptif yang merupakan problematik utama dalam pelaksanaan supervisi pem-belajaran/akademik (Mulyasa, 2004). Selain modal dasar di atas, seorang supervisor dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Menurut Syaiful Sagala (2010); agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, kususnya meningkatkan mutu pembelajaran seorang supervisor, maka diperlukan
kompetensi terutama dimensi supervisi akademik dengan
kompetensi utama sebagai berikut: 1.
Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang pengembangnan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
2.
Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran tiap bidang pengembangan mata pelajaran
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
30
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
menengah yang termasuk dalam rumpunnya; 3.
Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang sesuai, berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang
pengembangan mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya; 4.
Membimbing guru dalam menyususn silabus tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk rumpunnya berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip pengembangan KTSP;
5.
Menggunakan berbagai pendekatan/metode/teknik dalam memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengemabangan mata pelajran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
6.
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metoda/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai poteansi peserta didik melalui bidang
pengembangan/mata
pelajaran
sekolah
menengah
yang
termasuk
rumpunnya; 7.
Membimbing guru dalam menyususn rencana pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran
sekolah
menengah
yang
termasuk
dalam
rumpunnya; 8.
Membimbing guru dalam memililh dan menggunakan media pendidikan yang sesuai untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
9.
Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya;
10. Membimbing guru dalam melaksanakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang telah direncakan untuk tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah menengah dalam rumpunnya; 11. Membimbing
guru
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
(di
kelas,
laboratorium dan/atau di lapangan untuk mengembangkan potensi peserta didik pada tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya; 12. Membimbing guru dalam merefleksikan hasil yang dicapai, kekuatan, kelemahan dan hambatan yang dialami dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan; dan 13. Membantu guru dalam mengelola, merawat mengembangkan dan
memanfaatkan
fasilitas pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
31
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Beberapa kompetensi utama yang termasuk dalam evaluasi pendidikan dan sangat terkait dengan tupoksi supervisor dalam supervisi akademik adalah: 1.
Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting di nilai untuk tiap bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;
2.
Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;
3.
Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan yang menjadi binaannya;
4.
Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap bidang pengembangan/mapel yang termasuk dalam rumpunnya;
5.
Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk keperluan akreditasi sekolah;
6.
Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja sekolah, kinerja sekolah, dan kinerja guru;
7.
Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan; dan
8.
Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya. Menurut Hersey dan Blancard (1992); supervisor pembelajaran pada hakikatnya
adalah seorang manager, dalam hal ini supervisor selalu berusaha menggunakan ilmu pengetahuan untuk memahami dan mengendalikan perilaku dirinya maupun perilaku guru yang dibinanya.
Faktor manusia mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan
supervisi akademik. Dikemukakan lebih lanjut oleh Hersey dan Blancard (1992) bahwa indikator keberhasilan supervisi yang dilakukan akan tampak apabila perilaku supervisor dan guru dalam melaksanakan tugasnya senantiasa mengindikasikan peningkatan kualitas pelayanan belajar yang diterima peserta didik. Oleh karena itu supervisor dan guru yang mempunyai komitment tinggi tentang pembelajaran yang berkualitas akan memiliki sifat- sifat kepribadian yang diterima dalam pergaulan sesama kerabat kerja, karena memiliki sifat sesuai profesi dengan cara menjaga etik pekerjaan dan kualitas hasil kerjanya. Maryono (2011) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah segala sesuatu yang dilakukan sekolah untuk memelihara atau mengubah yang dilakukan sekolah dengan cara langsung memengaruhi proses pembelajaran dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
32
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Adapun
menurut Alfonso dalam Sahertian (2008); supervisi pengajaran adalah
tindak lanjut pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Uraian tentang supervisi yang disebutkan di atas berfokus pada: (1) perilaku supervisor, (2) dalam membantu guruguru, (3) tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar siswa. D. Peran Khusus Supervisor Supervisor yang profesional adalah supervisor yang mampu mengatasi kesulitan guru dan mampu membantu meningkatkan kualitas mengajar guru. Kemampuan supervisor hendaknya di atas rata-rata kemampuan guru, baik dalam penguasaan materi pelajaran, pengembangan kurikulum, penggunaan model dan strategi serta metoda pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan kemampuan memecahkan masalah pembelajaran. Kepala sekolah sebagai supervisor, menurut Kementerian Pendidikan Nasional adalah
melaksanakan supervisi pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah hendaknya
memiliki peran khusus sebagai: 1.
Patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran serta bimbingan di sekolah atau madrasah binaannya;
2.
Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya;
3.
Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya;
4.
Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah; dan
5.
Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di sekolah.
E. Sasaran Supervisi Akademik Adapun sasaran supervisi akademik menurut Kemendiknas (2010) adalah sebagai berikut: 1.
Merencanakan kegiatan pembelajaran dan/atau bimbingan;
2.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan
3.
Menilai proses dan hasil pembelajaran;
4.
Memanfaatkan
hasil
penilaian
untuk
meningkatkan
layanan
pembelajaran/
bimbingan; 5.
Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur secara
terus-menerus pada
peserta didik; 6.
Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;
7.
Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik;
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
33
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
8.
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan;
9.
Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan bimbingan;
10. Memanfaatkan sumber-sumber belajar; 11. Mengembangkan
interaksi
pembelajaran
(metode,
strategi,
teknik,
model,
pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdayaguna; dan 12. Melakukan
penelitian
praktis
bagi
perbaikan
pembelajaran/bimbingan
dan
mengembangkan inovasi pembelajaran/ bimbingan. F. Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMA Negeri 3 Semarang Pelaksanaan supervisi akademik pada sekolah yang diteliti diukur dengan 5 (lima) indikator variabel. Dari kelima indikator yang diukur tersebut ada 1 (satu) indikator yang pelaksanaannya sudah berjalan sangat baik,
yaitu indikator variabel cara guru dalam
memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari seluruh responden yang berjumlah 73 orang/guru. Adapun indikator yang termasuk dalam kategori baik ada 4 (empat), yaitu: (1) frekuensi kepala sekolah sebagai supervisor akademik dalam melakukan kegiatan membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam proses
pembelajaran (silabus, tujuan, metode, RPP, media, teknologi informasi,
laboratorium, kualitas pembelajaran, dan merefleksi hasil) dengan skor yang diperoleh dari 36 orang atau 49,32%, (2) guru untuk menentukan
pelaksanaan supervisi akademik dalam membimbing
dan menyusun aspek, kriteria dan indikator keberhasilan
pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah yang dikemukakan oleh 25 orang atau 34,25% merespon dengan baik, (3) pelaksanaan supervisi dalam kegiatan memantau pelaksanan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa dikemukakan oleh 31 orang responden atau 42,47%, ini berarti menjelaskan bahwa supervisor sering melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran serta sering memantau pelaksnaan bimbingan dan hasil belajar siswa, dan (4) pelaksanaan supervisi akademik jika dilihat dari indikator membina dan memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan hasil kinerjanya termasuk dalam kategori baik, karena sebanyak 41 responden atau 56,16% menyatakan pelaksanaan kegiatan supervisi dalam membina dan memberikan saran kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya termasuk sering dilakukan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah. Analisis tentang indikator variabel pengukur pelaksanaan supervisi akademik di sekolah yang diteliti mengambarkan bahwa perlu peningkatan dalam aspek pelaksanaan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
34
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
supervise pada kegiatan membimbing guru dalam menentukan dan menyusun aspek. Kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran, menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah, karena pelaksanaan aspek ini merupakan aspek esensial, terutama dalam menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran dan dalam menilai kemampuan guru. Hasil dari evaluasi aspek ini dapat dijadikan dasar dalam menyusun kebijakan perubahan atau pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan. Aspek lain yang masih harus ditingkatkan pelaksanaan supervisi akademik adalah indikator variabel memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, proses pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang Kepala sekolah harus dapat menguasai seluruh bidang ilmu dari proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah yang dipimpinnya, dalam hal ini serumpun atau sejalur dengan bidang ilmunya. Dua indikator variabel yang masih perlu ditingkatkan ini diharapkan dapat mengeliminir persoalan core bussines bidang pendidikan, yaitu rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kendala-kendala yang dihadapi lainnya adalah beban kerja Kepala sekolah sebagai supervisor akademik, masih dibebani dengan beban untuk melaksanakan supervisi dalam aspek administrasi manajerial yang cukup menyita waktu, tenaga dan pikiran seorang supervisor. Strategi pengelolaan dan pendelegasian wewenang kepada team supervisor di setiap tahun pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi akademik secara berkesinambungan.
PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan bahwa (1) pelaksanaan supervisi akademik di SMA Negeri 3 Semarang sudah berjalan dengan sangat baik yang dikemukakan oleh 27 orang atau 36,99% dari 73 responden, (2) aspek atau indikator yang berjalan dengan baik adalah cara guru dalam memahami konsep, prinsip, teori dasar, bidang ilmu, dan dalam proses pembelajaran, dan (3) aspek atau indikator yang masih perlu ditingkatkan adalah: (a) kegiatan membimbing guru dalam menentukan, menyusun dan menggunakan unsur-unsur dalam proses pembelajaran, (b) membimbing guru untuk menentukan
dan menyusun aspek keberhasilan pembelajaran, menilai
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menilai kinerja sekolah, mengolah dan menganalisis data hasil penilaian hasil kinerja sekolah, (c) memantau pelaksanan kurikulum,
pembelajaran, bimbingan dan hasil belajar siswa, dan (d)
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
membina
dan
35
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
memberikan saran kepada guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk meningkatkan hasil kinerjanya. DAFTAR PUSTAKA
Abu Syairi, 2010, Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah, Peran Komite Sekolah dan Efektivitas Supervisi Pengawas terhadap motivasi berprestasi, disiplin kerja guru dan produktivitas sekolah, Disertasi S3-PPS UNNES, Semarang. Burhan Bungin, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Konteporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dadang Suhardan, 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam meningkatkan mutu pembelajaran di Era Otonomi Daerah, bandung: Alfabeta. E. Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implemen-tasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Engkos Mulyasa, 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sergio Vanni, Thomas.J, 1991, Principalship: A Reflektif, Practice, Perspectif, Massachusetts: Allyn and Bacon. Sri Banun Muslim, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung: Alfabeta. Sugiono, 2010, Metoda Penelitian Pendidikan: Metoda Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta. Syaiful Sagala, 2010,
Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Alfabeta,
Bandung. Piet Sahertian A, 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
36