Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
SUPERVISI AKADEMIK DI SMA NEGERI 1 LAMBITU
JUWAIDIN*
ABSTRACT This research is aimed at analizing: (1) The academic supervision, (2) The intensity of the academic supervision, (3) Evaluation of academic supervision, (4) Follow-up of academic supervision At SMA Negeri 1 Lambitu. This research took place in SMA Negeri 1 Lambitu Bima used a qualitative approach with a phenomenological method. The data were collected through; (1) in-depth interviews, (2) observation, (3) documentation study. Data analysis was performed in three ways: data reduction, data presentation, and verification. Then check the validity of data through triangulation of sources, methods and theories. The results showed the changes competence of the teaching profession after the academic supervision, as seen in changing patterns of teaching in the classroom, learning preparation tools, teachers become more motivated to develop their potential, increasing teachers' confidence and be able to do professional duties better. Keywords: Academic supervision, supervisor, and teacher PENDAHULUAN 4 Rendahnya kinerja guru di daerah terpencil menyebabkan proses dan hasil pendidikan menjadi tidak bermutu. Oleh karena itu, supervisi akademik merupakan salah satu fokus dan tugas pengawas untuk memberi layanan dalam membantu guru memperbaiki kompetensi sehingga dapat mengkatkan kinerja. Dalam konteks supervisi akademik di SMA Negeri 1 Lambitu, pengawas melakukan supervisi melalui pertemuan individual dan pertemuan kelompok yakni pengawas mengadakan kegiatan pemantauan, pembimbingan, dan penilaian terhadap perangkat pembelajaran guru binaan, pelaksanaan pengajaran di kelas, dan tugas tambahan guru yang relevan dengan karakteristik sekolah. Dalam kegiatan pertemuan individual, pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu melakukannya dengan teknik pembinaan langsung melalui pembicaraan Pegawai DINAS DIKPORA Kab. Bima
individual, kunjungan kelas, pembinaan pembelajaran PAIKEM, CTL, dan tematik, mengadakan kemah ilmiah, pembinaan dalam konteks seni dan budaya, dan mengadakan program kunjungan antar kelas (intersivitasi) ke guru senior. Sedangkan teknik pembinaan tidak langsung melalui kegiatan pertemuan kelompok yakni demonstrasi mengajar dengan mendatangkan guru senior dari sekolah lain dan dilakukan oleh pengawas itu sendiri, pembinaan tugas tambahan guru (mendorong guru melakukan penelitian ilmiah, mengikuti lomba teknik penulisan karya ilmiah guru melalui media massa, jurnal ilmiah, dan lainnya), membina guru melalui perpustakaan profesional, mempromosikan guru yang berprestasi, pembinaan melalui Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Supervisi akademik sebagaimana yang dilakukan oleh pengawas di merupakan sebagai serangkaian kegiatan guna membantu guru mengembangkan potensinya untuk mencapai tujuan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1211
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
pembelajaran yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan Edwin C. Leonard, JR (2008: xii) yang menjelaskan bahwa: “Supervision academics is the activities related to the planning, organization, staffing, directing, and controlling the function of education and teaching in schools to apply the skills, development skills modules, with the aim of fostering teachers” Robert J. Alfonso, Gerard R. Firth, and Richard F. Neville (Peter F. Olivia. 1984: 9) menjelaskan supervisi akademik atau pengajaran, “instructional supervision is behavior officially designated by the organization that directly affects teacher behavior in such a way as to facilitate pupil learning and achieve the goals of the organization”. . Harris (Peter F. Olivia. 1984: 10) menjelaskan bahwa “supervision of academic is what school personnel do with adults and things to maintain or change the school operation in ways that directly influence the teaching processes employed to promote pupil learning”. Sedangkan Glickman (1985: 2) menjelaskan bahwa: “Academic supervision is the function of schools to enhance and improve the quality of learning through supervisory activities in providing direct assistance to teachers, curriculum development, training, development groups, and action research”. Brigs (Glickman, 1985 89) menguraikan “academic supervision is supervised educational activities that coordinate, stimulate and direct the development of teacher”. Pendapat ini dapat diartikan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan supervisi pendidikan yang mengkoordinasi, menstimulasi, dan mengarahkan perkembangan guru. Sedangkan Neagley dan Evan (Theo Haimann dan Raymond L. Hilgert. 1987: 43) mendevenisikan “academic supervision is the assistance provided to teachers to improve the quality of learning, education, and curriculum”.
Sedangkan Glickman (1985: 5) menguraikan “academic supervision or supervision of teaching is the effort made to help teachers to be willing to continue learning to improve the quality of learnin”. Lovell dan Wiles (M. Daryanto. 2013: 149) menegaskan bahwa “academic supervision is an attempt to improve the situations of teaching and learning, fosters the creativity of teachers, provide support and engage teachers in school activities”. Sedangkan Daresh (Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana. 2011: 30) menjelaskan konsep supervisi akademik adalah “academic supervision is an effort to help teachers develop the ability to achieve the goal of teaching” pendapat ini dapat diartikan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran. Sementara Alfonso (Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana. 2011: 41) menjelaskan supervisi akademik ialah “academic supervision is planned and organized activity directly to the effects of the behavior of teachers by providing opportunities for students to learn and try to achieve the goals that have been determined”. Sejalan dengan pengertianpengertian supervisi akademik di atas, maka supervisi akademik memiliki tiga pengertian kunci sebagaimana yang dijelaskan Alfonso, Firth, dan Neville (Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana. 2011: 51) adalah: “Academic supervision must directly affect and develop the behavior of teachers in managing the learning process, academic supervision is a shared responsibility between the supervisors and teachers, academic supervision should be able to make more competent teacher. Therefore, academic supervision must touch on the development of the whole of teacher competence”
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1212
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Dari pengertian kunci di atas, dapat dimaknai bahwa pertama supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru.Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik. Kedua, perilaku pengawas dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara pengawas dan guru, maka alangkah baik jika program nya didesain bersama oleh pengawas dan guru. Ketiga, tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi muridmuridnya. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Inti supervisi secara umum pada hakekatnya bermuara pada supervisi akademik, karena penyelenggaraan pendidikan di sekolah, kegiatan pokoknya adalah kegiatan akademik, sedangkan kegiatan lainnya seperti kegiatan administrasi manajerial merupakan
instrumen untuk mencapai kegiatan pokoknya itu. Melihat betapa pentingnya supervisi akademik dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, maka supervisi akademik mempunyai fungsi antara lain; pembinaan kurikulum, perbaikan proses pembelajaran, dan mengembangkan profesi dalam melaksanakan program pembelajaran. Dengan demikian, supervisi akademik merupakan bidang pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan akademik yang dilaksanakan pada satuan pendidikan yang diarahkan kepada pembinaan dan pengawasan guru yang berkaitan dengan mutu dan kualitas pengajarannya serta kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran. Berbeda dengan pengawasan manajerial yang berhubungan dengan pengawasan terhadap kepala sekolah. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Sebagaimana yang dijelaskan Robert C. Bogdan dan Sari Knoop Biklen (1992: 34) “phenomenological approach is the approach taken by qualitative researchers in phenomenological effort to understand the meaning of events and interactions with ordinary people in certain situations”. Sedangkan prosedur penelitian dilakukan melalui tahapan (a) tahapan studi awal, (b) tahapan penelitian, (c) tahapan penyusunan laporan. Kemudian prosedur analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan dengan teknik analisis data model interaktif dari Miles dan Huberman. Model ini mencakup tiga kegiatan, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/ verification.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1213
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pelaksanaan supervisi akademik dilakukan dalam tiga tahap yaitu pertemuan pra-observasi, observasi dan pertemuan lanjutan setelah dilakukan observasi atau kunjungan kelas. Pengawas mengunjungi sekolah untuk melakukan pemantauan, pembinaan, dan penilaian melalui pemeriksaan perangkat pembelajaran, kunjungan kelas, demonstrasi dan simulasi pengajaran oleh guru dari sekolah lain maupun dilakukan pengawas itu sendiri di dalam kelas. Dalam pelaksanaan supervisi akademik, pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu melakukannya dengan dua teknik yakni teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Dalam hal ini, Glatthorn (Daryanto dan Tutik R. 2015: 205) membagi “individual supervision techniques include classroom visits, individual meetings, individual talks, visits between classes (intersivitation), and judge yourself”. Sedangkan supervisi kelompok Gwynn (Daryanto dan Tutik R. 2015: 206) membaginya kedalam teknik yang meliputi “Supervision group consists of committee, group work, teaching demonstrations, excursions, lectures/studies, panel discussions, and professional library, teacher meetings, workshops or conferences group, and the additional duties of teachers”. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa teknik kunjungan kelas dalam kegiatan supervisi akademik merupakan cara pembinaan guru oleh pengawas untuk mengamati proses pembelajaran dikelas dengan tujuan untuk menolong guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran atau kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Aspek yang diobservasi dalam kegiatan kunjungan kelas diantaranya adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, cara guru menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan
materi yang sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan cara memotivasi belajar siswa serta teknik evaluasi pembelajaran. Itulah sebabnya bahwa kunjungan kelas itu sangat penting sebagaimaan yang dijelaskan oleh Robert Leeper (Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana. 2011: 22) adalah: “Class visit is a technique that is very effective supervision because supervisors can observe directly and accurately the difficulties, weaknesses, needs, and special abilities held by teachers in managing the learning process in the classroom”. Sedangkan pembicaraan individual sebagaimana yang dijelaskan Adams dan Dickey (Sahertian, A. Piet. 2000: 74) berikut : “One important tool in supervision is individual talks, because supervisors can work individually with teachers in solving personal problems and develop the potential of teachers relating to teaching positions”. Sedangkan pertemuan individual merupakan suatu pertemuan, percakapan, dialog dan tukar pendapat antara pengawas dan guru binaan dengan tujuan untuk memberikan pemecahan masalah yang dihadapi, mengembangkan hal mengajar yang baik, memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada guru, dan mengembangkan potensi atau keunggulan yang dimiliki guru yang dilakukan setelah pengawas selesai mengunjungi kelas. Teknik lain yakni kunjungan antar kelas (intersivitasi), hal ini dijelaskan oleh George Kyte (Sahertian, A. Piet. 2000: 79) bahwa : “Visits between classes where the teacher is the one visit to another class in the school itself with the aim of sharing experiences and learning. By the way, the teacher will be visited should be selected in advance, supervisors should follow this activity with careful observation, all the necessary facilities should be prepared,
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1214
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
and teachers will visit already determined” Hal ini ditekankan lagi oleh Jervis dan Pounds (Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana. 2011: 27) tentang teknik kunjungan antar kelas : “Supervisors must make sure that the teacher became the model is a teacher who really knows about teacher training, especially in terms of teaching that the purpose of the observation will be realized spawned a reliable target teachers in teaching duties as a positive result of the activities of visits between classes”. Sementara teknik lain adalah menilai diri sendiri. Hal ini dilakukan oleh diri sendiri secara obyektif sehingga diperlukan kejujuran dari diri guru itu sendiri. Disisi yang lain teknik supervisi kelompok merupakan cara melaksanakan program supervisi akademik yang ditujukkan pada dua orang guru atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kelemahan yang sama dikelompokkan menjadi satu secara bersama-sama untuk diberikan layanan supervisi sesuai permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Salah satu layanan yang handal dalam pertemuan kelompok ini menurut Glickman (2006: 43) adalah demonstrasi mengajar yang dijelaskan berikut ini : “Supervisors in charge of meeting individually with teachers to discuss the matters proposed, discussed the methods taught by the teachers, lead teachers in preparing and developing the resources or teaching units, planned demonstrations taught by master teacher or supervisor Introducing itself in the framework of new methods and new teaching tools”. Pelaksanaan supervisi akademik tersebut dilakukan oleh pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu dengan menggunakan teknik pertemuan individual. Dalam hal ini, melakukan pemeriksaan semua kelengkapan administrasi perencanaan pembelajaran berupa program tahunan,
program semester, program pembelajaran, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, kalender pendidikan, jadwal tatap muka, daftar nilai, kriteria ketuntasan minimal, remedial dan pengayaan, serta absensi peserta didik. Hal ini dilakukan dengan cara kunjungan kelas dan pembicaraan individual. Sedangkan teknik supervisi kelompok seperti diklat, workshop, seminar dan lokakarya tidak dilaksanakan karena terbentur dengan jam efektif guru mengajar, dan dukungan dana dari sekolah yang tidak maksimal. Intensitas kunjungan pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu sekali dalam dua minggu, sekali sebulan, dua kali dalam sebulan, empat kali dalam semester yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah dibuat oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum mengingat guru binaan pengawas tidak setiap hari mempunyai jam mengajar di sekolah, selain itu faktor padatnya kegiatan supervisi yang harus dilaksanakan oleh pengawas disemua sekolah binaannya yang lain di daerah terpencil. Kaitan dengan ini, Glickman (2006: 91) menguraikan “academic supervision or supervision of teaching is the effort made to help teachers to be willing to continue learning to improve the quality of learnin”. Namun demikian, intensitas kunjungan pengawas dalam melakukan supervisi akademik di SMA Negeri 1 Lambitu sudah sangat rutin dibandingkan dengan sekolah binaannya yang lain di Daerah Terpencil. Disamping alasan teknis di atas, alasan lain rutinnya pengawas mengunjungi SMA Negeri 1 Lambitu karena kompetensi profesi guru-guru di sekolah ini masih di bawah rata-rata sehingga harus dikunjungi, diamati, dilatih, dan dibina secara rutin dan kontinyu. Sehingga hambatan dan masalah yang dihadapi guru binaan dapat secara nyata diketahui dan dicarikan solusinya melalui pembinaan yang rutin. Selain itu, kemitraan pengawas dengan para guru binaan dan kepala sekolah di SMA Negeri
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1215
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
1 Lambitu sangat baik, guru-guru cukup antusias menerima kehadiran pengawas. Hal ini sekaligus membedakan mereka dengan guru-guru binaan pengawas di SMA terpencil lainnya yang masih menganggap sosok pengawas itu seperti momok yang menakutkan, sehingga kehadiran pengawas seringkali dihindari dan ditakuti. Memperhatikan fenomena dalam intensitas kunjungan supervisi akademik oleh pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu yang terlihat dari rutinitas kehadiran pengawas di sekolah dan melakukan kunjungan kelas serta aktivitas supervisi pada kegiatan lainnya. Maka intensitas kunjungan supervisi akademik yang rutin dan konsisten tersebut memberi informasi yang cukup bagi pengawas atas pengalaman mengajar dan kemampuan menyusun perangkat pembelajaran guru binaan. Karena dengan mengamati, membimbing, dan menilai kinerja guru secara rutin dan konsisten, telah membuat guru-guru tidak hanya meningkat kompetensi profesinya, tetapi juga membantu guru binaan menjadi pribadi yang berdisiplin tinggi, berdaya saing, menghargai profesi, dan melaksanakan tugas secara bertanggunjawab. Sehingga kondisi macam ini berimplikasi positif terhadap perubahan hasil belajar siswa yang signifikan. Berdasarkan temuan data yang diperoleh, bahwa intensitas kunjungan yang dilakukan oleh pengawas telah membantu guru-guru di SMA Negeri 1 Lambitu dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan membuat perangkat pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan guru dalam hal persiapan perangkat pembelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran yang bervariasi, dan manajemen kelas yang cukup baik. Ini terjadi karena adanya intensitas kunjungan pengawas yang rutin sebagai akibat dari adanya motivasi dan harapan dari hasil
kinerja. Dengan demikian, intensitas kunjungan pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu sudah cukup baik dan telah memenuhi standar minimal. Di SMA Negeri 1 Lambitu, pengawas melakukan evaluasi pada aspek: (1) perangkat pembelajaran, (2) evaluasi terhadap aspek pengayaan dan remedial, (3) evaluasi aspek penampilan guru dalam kelas, dan tugas tambahan guru yang relevan. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Sergiovanni (Aedi Nur. 2014: 183) tentang aspek-aspek yang dievaluasi oleh pengawas meliputi: “Activity planning and implementing the learning, evaluate and assess, analyze the results of the assessment, and implement follow-up assessment in applying the 4 (four) domains of competence that is pedagogical, personality, social, and professional, plan and implement guidance, evaluate and assess the results of the guidance, analyze coaching evaluation results, and carry out follow-up results guidance as well as the implementation of additional tasks that are relevant to the functioning of the school”. Evaluasi yang dilakukan pengawas pada aspek perangkat pembelajaran sudah cukup baik, perangkat pembelajaran yang dinilai berupa dokumen yang harus dimiliki guru sesuai dengan standar penilaian pengawas. Kemudian evaluasi terhadap aspek pengayaan dan remedial ditemukan bahwa guru melaksanakan program ini, karena guru telah memahami arti penting pengayaan dan remedial bagi siswa. Sedangkan evaluasi aspek penampilan guru dalam kelas, pengawas mengevaluasi kemampuan guru dalam melakukan apersepsi, penguasaan materi, penyajian materi sesuai dengan kompetensi dasar, serta kemampuan memotivasi siswa dan kesesuaian waktu yang tersedia, pengelolaan kelas, pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, penyerapan sumber belajar, teknik bertanya, kemampuan membuat
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1216
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
kesimpulan bersama siswa, memberi tugas rumah pada siswa, penggunaan alat peraga dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, kesesuaian metode dengan materi pelajaran sudah cukup baik. Disamping evaluasi pada aspek yang dijelaskan di atas, pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu juga melakukan evaluasi hasil supervisi akademik setiap akhir tahun sesuai dengan standar nasional pendidikan (SNP) pada 4 komponen yakni, (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian pembelajaran, (4) Kegiatan Tambahan. Tindak lanjut hasil supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas adalah melalui pembicaraan individual; diskusi, tanya jawab, dan rapat guru untuk membicarakan hasil temuan pengawas, baik temuan ketika pemeriksaan bahan ajar maupun hasil kunjungan kelas. Tindak lanjut ini dimulai dari pemeriksaan bahan ajar, melaksanakan kunjungan kelas, dilanjutkan dengan tindak lanjut hasil supervisi terhadap guru-guru yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Temuan-temuan tersebut dibicarakan guna memberi perbaikan dan penguatan terhadap guru yang memiliki masalah maupun guru yang memiliki kelebihan. Secara umum, teknik pembinaan yang dilakukan oleh pengawas dalam menindaklanjuti hasil supervisi akademik adalah menggunakan teknik pembinaan langsung dan pembinaan tidak langsung telah berdampak cukup baik bagi guru binaan. Sejalan dengan ini, Hayes dan Pasloe (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013), pembinaan ada dua jenis yakni pembinaan langsung dan pembinaan tidak lansung. Pembinaan langsung adalah dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi. Sedangakan pembinaan tidak langsung ialah dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan
perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi Teknik pembinaan langsung dilakukan oleh pengawas dengan cara: mengadakan simulasi pengajaran dengan mendatangkan guru senior dari sekolah lain sebagai role model, kunjungan antar kelas (intersivitasi) ke guru senior, pembinaan pembelajaran PAIKEM, Pembelajaran CTL, dan tematik, pembinaan pembuatan perangkat pembelajaran, program tahunan, program semester, mengadakan kemah ilmiah, mengadakan pembinaan guru dalam konteks seni dan olahraga. Sedangkan teknik pembinaan tidak langsung dilakukan oleh pengawas melalui cara yakni membina tugas tambahan guru (mendorong guru melakukan penelitian ilmiah, mengikuti lomba teknik penulisan karya ilmiah guru melalui media massa, jurnal ilmiah, dan lainnya), membina guru melalui perpustakaan professional, pengawas mempromosikan guru yang berprestasi, pembinaan melalui Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) KESIMPULAN Dari temuan penelitian dan analisis data, disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dilakukan melalui teknik pertemuan individual dan pertemuan kelompok. Pada pertemuan individual, pengawas melakukan pemeriksaan dan pembinaan pembuatan perangkat pembelajaran, membantu guru dalam melaksanakan proses dan pengelolaan pembelajaran melalui kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan meningkatkan kepercayaan diri guru dengan memberikan penguatan melalui pemantapan tugas tambahan guru dalam rangka menumbuhkembangkan semangat belajar mereka untuk mengembangkan kompetensi profesinya. Sedangkan dalam pertemuan kelompok, pengawas melakukannya dengan cara mengadakan demonstrasi mengajar, baik dengan cara mendatangkan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1217
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
guru senior dari sekolah lain maupun dilakukan oleh pengawas itu sendiri, serta membuat program intersivitasi atau kunjungan antar kelas oleh guru, dan menerapkan pembelajaran PAIKEM dan CTL. Dapat disimpulkan bahwa intensitas kunjungan pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu sekali dalam dua minggu, sekali sebulan, dua kali dalam sebulan, empat kali dalam semester yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah dibuat oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum mengingat guru binaan pengawas tidak setiap hari mempunyai jam mengajar di sekolah, selain itu faktor padatnya kegiatan supervisi yang harus dilaksanakan oleh pengawas disemua sekolah binaannya yang lain di daerah terpencil. Namun demikian, intensitas kunjungan pengawas sudah sangat rutin dibandingkan dengan sekolah binaannya yang lain di Daerah Terpencil. Intensitas kunjungan supervisi akademik yang rutin dan konsisten tersebut memberi informasi yang cukup bagi pengawas atas pengalaman mengajar dan kemampuan menyusun perangkat pembelajaran guru binaan. Karena dengan mengamati, membimbing, dan menilai kinerja guru secara rutin dan konsisten, telah membuat guru-guru tidak hanya meningkat kompetensi profesinya, tetapi juga membantu guru binaan menjadi pribadi yang berdisiplin tinggi, berdaya saing, menghargai profesi, dan melaksanakan tugas secara bertanggunjawab. Sehingga kondisi macam ini berimplikasi positif terhadap perubahan hasil belajar siswa yang signifikan. Berdasarkan temuan data yang diperoleh, bahwa intensitas kunjungan yang dilakukan oleh pengawas telah membantu guru-guru di SMA Negeri 1 Lambitu dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan membuat perangkat pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari
peningkatan kemampuan guru dalam hal persiapan perangkat pembelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran yang bervariasi, dan manajemen kelas yang cukup baik. Ini terjadi karena adanya intensitas kunjungan pengawas yang rutin sebagai akibat dari adanya motivasi dan harapan dari hasil kinerja. Dengan demikian, intensitas kunjungan pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu sudah cukup baik dan telah memenuhi standar minimal. Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan supervisi akademik, pengawas melakukan evaluasi pada aspek; (1) Perangkat Pembelajaran, (2) Evaluasi terhadap aspek pengayaan dan remedial (3) Evaluasi aspek penampilan guru dalam kelas, dan tugas tambahan guru yang relevan. Disamping evaluasi pada aspek yang dijelaskan di atas, pengawas di SMA Negeri 1 Lambitu juga melakukan evaluasi hasil supervisi akademik setiap akhir tahun sesuai dengan standar nasional pendidikan (SNP) pada 4 komponen yakni perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan tugas tambahan guru yang dievaluasi oleh pengawas dengan nilai cukup baik. Secara umum, teknik pembinaan yang dilakukan oleh pengawas dalam menindaklanjuti hasil supervisi akademik adalah menggunakan teknik pembinaan langsung dan pembinaan tidak langsung baik melalui pertemuan individual maupun pertemuan kelompok yang telah berdampak cukup baik bagi guru binaan. Teknik pembinaan langsung dilakukan oleh pengawas dengan cara mengadakan simulasi pengajaran dengan mendatangkan guru senior dari sekolah lain sebagai role model, kunjungan antar kelas (intersivitasi) ke guru senior, pembinaan pembelajaran PAIKEM, Pembelajaran CTL, dan tematik, pembinaan pembuatan perangkat pembelajaran, program tahunan, program semester, mengadakan kemah ilmiah,
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1218
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
mengadakan pembinaan guru dalam konteks seni dan olahraga. Sedangkan teknik pembinaan tidak langsung dilakukan oleh pengawas melalui cara yakni membina tugas tambahan guru (mendorong guru melakukan penelitian ilmiah, mengikuti lomba teknik penulisan karya ilmiah guru melalui media massa, jurnal ilmiah, dan lainnya), membina guru melalui perpustakaan professional, pengawas mempromosikan guru yang berprestasi, pembinaan melalui Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) DAFTAR PUSTAKA Aedi, Nur, Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014 Bogdan, C. Robert & Biklen, Knoop Sari, Qualitative research for Education, London: Allyn and Bacon, 1992 Carl D. Glickman, Stephen P. Gordon, Jovita M. Ross Gordon, Supervision and Instructional Leadership, Canada: PEARSON, 2006 Daryanto dan Tutik Rachmawati, Supervisi Pembelajaran, Yogyakarta: Gava Media, 2015 Daryanto, M. Administrasi and Management Schools, Jakarta: Rineka Cipta, 2013 Edwin C. Leonard, JR, Concepts and Practices of Management Supervision, Canada: Cengage Learning, 2008 John W. Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih diantara
Lima Pendekatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis Tousand Oaks: Sage Publications, 1994. Muhammad Fathurrohaman dan Hindama Ruhyanani, Sukses Menjadi Pengawas Sekolah Ideal, Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2015 Mukhtar, Mukhneri, Pengawasan Pendidikan, Jakarta: BPJM Press. 2013 Peter F. Olivia, Supervision for Today’s Schools, New York: Longman, 1984 Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana, Supervisi Pendidikan, Bandung: Rafika Aditama, 2011 Sahertian, A. Piet, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Theo Haimann dan Raymond L. Hilgert, Supervision Concepts and Practices of Management, Ohio: South-Western Publishing, 1987
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1219