SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SMA NEGERI 1 PADANG PANJANG
TESIS
DEVI HARIYANTI NIM. 91275
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI QUALITY ASSURANCE/SCHOOL LEADERSHIP
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
1
ABSTRACT Devi Hariyanti. 2010. Academic Supervision of the Principal at State Senior High School 1 Padang Panjang. Thesis. Graduate Program, State University of Padang. Academic supervision is the service and help given by the education supervision in improving the teachers’ competencies in order to be better teachers. At school level, the principal is the person who is in charge significantly in doing this improvement toward the quality of teachers in teaching and continously contribute to the guality of students’ learning. Based on the preliminary survey, the researcher noticed that the academic supervision held by the principal at the State Senior High School 1 Padang Panjang seemed not run well. This research was intended to find out how the academic supervision implemented by the principal at State Senior High School 1 Padang Panjang through qualitative approach. The main informan of the research was the principal. The other informan of the research were gotten through purposive sampling technique (Spradley, 1980). The informan were chosen by the researcher herself based on the need and the representative of the teachers. By having this technique, the researcher took vice-principals, teachers, like; head of teacher group, tenur and young teachers as the other sources of the information. The research data were gotten through observation, interview, and document study. The process of data analysis used the interactive model of qualitative data analysis, Miles and Huberman (1992) and the reliable data would be tested by using triangulation technique. The result of data analysis shows the followings; 1) the principal’supervision is mostly run informally and nondirectly, 2) there are some conditions handicape the principal to do the academic supervision well, such as lack of methodology and English since, it has been applied in the international classes; feeling of respect or sometimes reluctant to supervise the senior teachers; then business, and lack of school budget; 3) regarding to the handicapes faced by the principal in doing his supervision, he tried to improve himself by taking magister program dan course, English and computear, read and learn more methodology books, and provided positive and condusive environment for the school members; 4)eventhough the academic supervision did not run well, the principal support greatly to the teachers’ eagerness to develope by giving a great chance to them to continue their study, join the up-grading, and let them to use the school facilities freely to support their teaching. Among those findings, the cultural theme found in this research is whether there is supervision or not from the principal, the teachers keep showing their best performance in teaching.
2
ABSTRAK Devi Hariyanti. 2010. Supervisi Akademik Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padang Panjang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Supervisi akademik merupakan layanan dan bantuan yang diberikan supervisor pendidikan dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi guru yang lebih baik dalam melaksanakan pengajaran. Pada tingkat sekolah, kepala sekolah merupakan sosok yang memiliki peran yang cukup signifikan dalam melakukan perbaikan terhadap kualitas mengajar guru di kelas yang nantinya akan berdampak terhadap perbaikan kualitas belajar siswa. Berdasarkan pengamatan sementara penelitian ini terlihat bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padang Panjang belum berjalan secara maksimal. Penelitian bertujuan untuk mengungkap pelaksanaan supervisi akadmik kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padang Panjang melalui pendekatan kualitatif. Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator sekolah bertaraf internasional, dan guru-guru, baik Ketua Kelompok Guru (KKG), guru senior maupun guru muda. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Data penelitian diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sementara teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan menyimpulkan atau verifikasi data. Untuk menjamin keabsahan data dilakukan dengan metode perpanjangan waktu penelitian dan triangulasi. Temuan penelitian ini adalah: 1) supervisi akademik kepala sekolah lebih bersifat tidak langsung (non-directive supervision), 2) kendala-kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik saat ini, adalah penguasaan terhadap metodologi pengajaran dan penggunaan bahasa Inggris terkait dengan pembelajaran secara bilingual, rasa segan terhadap guru-guru, kesibukkan, dan keterbatasan dana sekolah, 3) untuk mengatasi kendala dalam kegiatan supervisi akademik, kepala sekolah berusaha untuk menambah pengetahuannya dengan cara mengambil gelar magister (S2) dalam bidang administrasi pendidikan, mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer, mempelajari buku-buku tentang metodologi pengajaran, dan menciptakan lingkungan yang positif dan kondusif bagi warga sekolah, 4) meskipun supervisi akademik kurang berjalan maksimal tetapi dukungan kepala sekolah terhadap peningkatan profesionalitas guru-guru sangat tinggi, contohnya dengan memberi akses seluas-luasnya kepada guru yang ingin kuliah lagi dan mengikuti pelatihan atau penataran, serta memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mempergunakan fasilitas sekolah dengan bebas untuk mendukung pengajaran dan pembelajarannya. Diantara semua temuan di atas, tema budaya yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini adalah ada atau tidak adanya supervisi akademik kepala sekolah, guru-guru tetap menampilkan performa terbaiknya dalam mengajar. 3
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya ini, tesis dengan judul “Supervisi Akademik Kepala SMA Negeri 1 Padang Panjang” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini memuat gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri tanpa bantuan yang tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan dan bimbingan dari pembimbing dan masukan dari penguji. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya ini, dengan menyebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan di dalam daftar rujukan. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Padang, Mei 2010 Saya yang menyatakan,
Devi Hariyanti NIM. 91275
4
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian dan penulisan tesis dengan judul “Supervisi Akademik Kepala SMA Negeri 1 Padang Panjang” ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju keselamatan dunia dan akhirat kelak. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Master pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka penulisan tesis ini akan banyak menemui kendala. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, M.A., Ed.D sebagai pembimbing I, dan Dr. Nurhizrah Gistituati, M.Ed sebagai pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi motivasi dalam penulisan tesis ini. 2. Prof. Dr. H. Mukhaiyar, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah banyak berkorban waktu, tenaga dan fikiran dalam mengelola kelas Quality Assurance/ School Leadership, dimana penulis merupakan salah seorang anggota kelas tersebut dalam kegiatan Sandwich Program dengan Ohio State University. 3. Prof. Dr.Hj. Arni Muhammad, Prof. Dr. H. Rusdinal, M.Pd, serta Prof. Dr. H. Jalius Jama, Ph.D selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam rangka penyelesaian penulisan tesis ini. 4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang, Kepala Sekolah dan Majelis Guru SMA Negeri 1 Kota Padang Panjang, yang telah memberi bantuan dan kesempatan serta telah bersedia memberikan informasi dan data yang dibutuhkan untuk pengumpulan data penelitian ini.
5
5. Sue Decow, Ph.D, selaku Research & International Development Executive Director, U.S/ Indonesia Teacher Education Consortium dari Ohio State University yang telah berkenan menyeleksi dan memberi kesempatan pada penulis untuk belajar di Ohio State University. 6. Kepada dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang dan Ohio State University yang telah membagi ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan ini. 7. Karyawan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas bagi penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Teristimewa kepada suami tercinta, Denni Aldes, A.Md dan my lovely angels, Fitri Maulina Alvi dan Zahra Shafira Alvi, yang telah memberikan doa, dukungan, bantuan moril dan materil dengan penuh pengertian dan kesabaran yang tinggi, serta telah merelakan banyak waktu dan energi mereka tersita demi terwujudnya cita-cita penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Thank you so much. I love you full. 9. Rekan-rekan mahasiswa terutama di kelas Quality Assurance/ School Leadership serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut berpartisipasi membantu penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan tesis ini. Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala kekhilafan yang mungkin terjadi selama perkuliahan dan penelitian ini. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan rahmat-Nya atas semua amal ibadah yang telah kita perbuat. Amiiin. Padang, Mei 2010
Penulis
6
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ..........................................................................................
i
ABSTRAK ............................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN .....................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
DAFTAR ISI..........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................
1
B. Masalah dan Fokus Penelitian ...........................................
10
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
11
D. Manfaat Penelitian .............................................................
11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Supervisi Akademik ...................................................... 13 a. Pengertian Supervisi ................................................
13
b. Tujuan Supervisi ...................................................... 17 c. Fungsi Supervisi ....................................................... 22 d. Prinsip Supervisi ....................................................... 23 e. Pendekatan Supervisi ................................................
28
f. Teknik Supervisi ........................................................ 30 g. Proses Pelaksanaan Supervisi .................................... 32 2. Peranan Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik ...... 32 B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
7
35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian .................................................................
37
B. Situasi Sosial Penelitian........................................................
38
C. Instrumen Penelitian ......................................................... ...
39
D. Informan Penelitian ..............................................................
39
E.
Tahapan Penelitian ...............................................................
40
F.
Teknik Pengumpulan Data...................................................
41
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data...................................
43
H. Teknik Analisis Data.............................................................
44
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Temuan Umum.....................................................................
46
1. Profil SMA Negeri 1 Padang Panjang ..........................
46
2. Program Kegiatan di SMA Negeri 1 Padang Panjang ...
58
B. Temuan Khusus ..................................................................
62
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah .......
63
2. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Supervisi Akademik ......................................................................
77
3. Upaya Kepala Sekolah Mengatasi Kendala Supervisi Akademik .....................................................................
87
4. Upaya Kepala Sekolah Meningkatkan Profesionalisme Guru ...................................................
88
5. Tema Budaya.................................................................
93
C. Pembahasan ........................................................................
94
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................
98
B. Implikasi ................................................................................
101
C. Saran.......................................................................................
109
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 113
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Tiga Tujuan Supervisi ..........................................
20
Gambar 2.2. Sistem Fungsi Supervisi Akademik ......................
22
Gambar 3.1. siklus kegiatan dalam analisis data (interactive model Miles dan Huberman) ................................
44
Gambar 4.7. Program SMA Negeri 1 Padang Panjang ...............
59
9
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Jumlah siswa tahun ajaran 2008/2009 ..........................
52
Tabel 4.2. Jumlah Guru per Mata Pelajaran, Kualifikasi Pendidikan, Status dan Jenis Kelamin .......................... Tabel. 4.3. Jumlah dan status tenaga kependidikan ........................
56
Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana .................................................. .....
57
10
55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Daftar Kegiatan Observasi dan wawancara...............................
115
2. Catatan Lapangan......................................................................
117
3. Foto-foto penelitian.................................................................... 176 4. Surat Izin Penelitian...................................................................
181
5. Surat Keterangan Penelitian.......................................................
182
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sehingga menjadi manusia-manusia yang mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003, Bab I, pasal 1. Proses pemberdayaan ini belum lagi dikatakan berhasil bila belum menyentuh esensi dari pendidikan itu sendiri yaitu perbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, Pemerintah telah mengeluarkan serangkaian kebijakan makro, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen hingga Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Akan tetapi semua kebijakan tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan apabila tidak disertai dengan kesungguhan dan kecakapan dari pelaksana pendidikan itu sendiri di lapangan, terutama pada tingkat sekolah. Proses pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Di antara keseluruhan unsur dalam pembelajaran, guru merupakan komponen organik yang sangat menentukan. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan oleh Pemerintah, namun yang pasti adalah peningkatan kualitas pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja guru, 12
sehingga peningkatan kualitas pembelajaran, juga tidaklah mungkin ada tanpa peningkatan kualitas para gurunya. Seringkali ketika terjadi kegagalan pendidikan gurulah yang menjadi tumpuan kesalahan padahal guru juga memiliki kekurangan yang harus disadari oleh banyak pihak. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru sebagai tenaga profesional, maka guru harus dipersiapkan dan ditingkatkan profesionalitasnya karena guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan. Di samping itu dengan memperbaiki profesionalitas guru kinerja mereka dapat efektif, apabila kinerja guru efektif maka tujuan pendidikan akan tercapai. Yang dimaksud dengan profesionalisme disini adalah kemampuan dan keterampilan guru dalam merencanakan, melaksanakan pengajaran dan keterampilan, guru merencanakan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa (Depdiknas, 2007). Salah
satu
program yang
dapat
diselenggarakan
dalam
rangka
pemberdayaan guru adalah supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik seorang kepala sekolah dapat memberi bimbingan, motivasi, dan arahan agar guru dapat meningkatkan profesionalitasnya. Melalui kegiatan ini kepala sekolah juga diharapkan
mampu
mengembangkan
keterampilan dan kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru guna memenuhi persyaratan profesi seperti yang diamanatkan undang-undang pendidikan nasional, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
13
Pada level sekolah supervisi akademik dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah dan guru yang ditunjuk kepala sekolah untuk mendampingi guruguru yang akan diobservasi. Akan tetapi dari semua unsur tersebut, pihak yang paling efektif untuk melakukan supervisi akademik di sekolah dan memiliki dampak yang paling signifikan terhadap perbaikan mutu guru ialah kepala sekolah karena di sekolah, kepala sekolah merupakan pemegang otoritas tertinggi baik sebagai pimpinan administrasi maupun akademis. Selain itu kepala sekolah dan guru-guru dalam kesehariannya selalu bertemu dan bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah. Dalam buku acuan kerja kepala sekolah disebutkan ada 7 (tujuh) peran kepala sekolah yang disingkat dengan EMASLIM (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator). Akan tetapi dari keseluruhan peran tersebut, pelaksanaan supervisi akademik sepertinya belum mendapat perhatian penuh dari kepala sekolah. Berdasarkan data Depdiknas (2007), pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah masih rendah, kebanyakan kepala sekolah masih terfokus pada penyelenggaraan manajerial sehingga peranan sebagai supervisor akademik masih terabaikan. Memahami begitu besarnya peranan supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru maka kepala sekolah tidak boleh mengabaikan aktivitas ini. Terdapat beberapa alasan mengapa supervisi akademik perlu dilakukan kepala sekolah. Pertama, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merambah dunia pendidikan mengharuskan seorang guru untuk terus mengadakan penyesuaian dan pengayaan dalam proses pembelajaran. Saat ini mereka tidak saja diharapkan memiliki kompetensi yang 14
dipersyaratkan tapi juga mampu untuk mengup-date metode-metode mengajar yang variatif yang dulunya tidak mereka ketahui, seperti Contextual Teaching Learning (CTL), penggunaan komputer dan Liquid Circuit Display proyektor (LCD proyektor) di kelas dan lain sebagainya. Sementara kenyataannya masih banyak guru yang buta dengan penggunaan teknologi seperti komputer. Padahal mereka diharapkan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (PBM), seperti membuat bahan ajar, menyusun Rancangan Program Pembelajaran (RPP), silabus, dan bahkan membuat laporan hasil belajar siswa. Di sisi lain juga ada guru bahasa yang tidak tahu cara menggunakan labor bahasa dan lain sebagainya. Terkait dengan kenyataan ini, adalah tugas kepala sekolah sebagai supervisor untuk memotivasi guru-guru mau mempelajari itu semua dan mensosialisasikan metode-metode pembelajaran yang ada sehingga guru-guru menjadi kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Alasan lain mengapa supervisi itu perlu ialah belum semua guru yang berdiri di depan kelas memenuhi kompetensi akademik yang ditentukan. Mereka memiliki tingkat profesional yang beragam. Menurut Glickman dalam Sahertian (2008: 44) ada empat prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran. Prototipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment). Berdasarkan rasional tersebut, kepala sekolah, di samping membina kompetensi atau kemampuan dan keterampilan guru, perlu membina motivasi kerja guru.
15
Supervisi diperuntukkan bagi semua guru, tidak memandang guru tua ataupun guru muda. Tetapi bagi guru-guru muda, supervisi itu akan terasa sangat bermanfaat. Ini merupakan alasan lain mengapa supervisi akademik kepala sekolah diperlukan. Bagi guru-guru yang baru mengajar, supervisi kepala sekolah sangat mereka perlukan untuk mengantar mereka memasuki dunia kerja yang baru. Terlebih lagi guru-guru yang berusia muda dan guru-guru yang digolongkan kelompok usia tua sering kali berimplikasi pada persinggungan nilai yang berbeda (Depdiknas, 2007). Dengan memperoleh supervisi, guru-guru baru tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi barunya, mereka tidak merasa asing tetapi merasa diterima oleh kelompok guru lainnya. Semua situasi tersebut di atas dapat tercipta dengan adanya pelaksanaan program supervisi pendidikan yang mantap dan terarah. Untuk melaksanakan program supervisi pendidikan yang mantap perlu adanya evaluasi yang baik, yaitu dengan berpegang teguh kepada prinsipprinsip obyektif, kooperatif, integral, dan kontinyu. Program evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi perlu untuk disikapi secara serius oleh kepala sekolah karena kegiatan ini penting untuk melihat sejauh mana perbaikan-perbaikan pengajaran telah dilakukan guru dan bagaimana prilaku supervisi itu dapat memberikan dampak yang baik bagi guru-guru. Melalui program evaluasi, supervisi pendidikan berusaha menentukan sampai seberapa jauh tujuan supervisi yang telah tercapai, bukan saja programnya yang dievaluasi tetapi juga proses pelaksanaan dan hasil supervisi pendidikan. Bahkan ruang lingkup evaluasi supervisi pendidikan menyangkut semua komponen yang terkait dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Elsbree dkk, (1967) mengemukakan, “An important characteristic of modern supervision is its emphasis on evalution,
16
including evaluation of the teacher and the school program”. Dengan kata lain, ciri utama supervisi pendidikan yang modern adalah adanya penekanan pada evaluasi, termasuk evaluasi terhadap keberhasilan guru, dan keberhasilan program sekolah. Menyikapi pentingnya pelaksanaan supervisi akademik ini, pemerintah telah mengeluarkan Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah. Permen ini mengatur bahwa untuk menjadi kepala sekolah dibutuhkan kompetensi-kompetensi tertentu, diantaranya kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Khusus untuk supervisi akademik tugas kepala sekolah meliputi;
merencanakan
program
supervisi akademik dalam rangka profesionalitas guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalitas guru (Depdiknas, 2007). Supervisi akademik meliputi semua aspek pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian, berarti, esensial supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat (Neagley, 1980). Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SMAN 1 Padang Panjang merupakan hal yang menarik untuk dicermati. Hal ini berkaitan dengan
17
statusnya sebagai Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (SMA BI) dimana banyak prestasi telah diukir oleh sekolah ini dan lulusannya telah banyak yang berhasil masuk perguruan tinggi yang ternama di negeri ini. Semua itu tentulah dicapai dengan susah payah dan partisipasi dari semua pihak, terutama guru-guru. Dari kondisi tersebut, banyak pihak mungkin menganggap bahwa pastilah supervisi akademik berjalan dengan maksimal di sekolah ini. Berdasarkan pengamatan dan survey awal selama grand tour serta wawancara yang telah dilakukan dengan wakil kepala sekolah dan beberapa guru selama bulan Januari 2009 ditemukan beberapa fenomena yang mengarah pada suatu keadaan bahwa supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan secara maksimal. Akibatnya, guru-guru maju dan berkembang lebih banyak dikarenakan oleh usaha mereka sendiri sedangkan pembinaan langsung dari kepala sekolah dirasakan kurang maksimal. Selanjutnya, sebagai dampak dari pola kepimpinan kepala sekolah yang kurang tegas, muncul tindakan-tindakan indispliner dari beberapa guru yang ditandai dengan adanya guru yang meninggalkan kewajiban mengajar tanpa alasan yang jelas, datang ke sekolah atau masuk kelas terlambat, meskipun jumlahnya tidak banyak. Sehingga dikhawatirkan hal ini akan berdampak pada guru-guru lain, yang semula disiplin bisa jadi ikut-ikutan tidak disiplin. Secara lengkap fenomena-fenomena yang diperoleh dalam pengamatan awal penelitian di SMA Negeri 1 Padang Panjang selama bulan Januari 2009 adalah sebagai berikut: 1) Dalam
pandangan
peneliti,
kepala
sekolah
kelihatannya
tidak
melaksanakan supervisi kelas. Hal ini ditandai dari jadwal supervisi kepala sekolah yang ada yaitu 5 (lima) kali dalam satu semester, sepertinya
18
kepala sekolah tidak sekalipun masuk kelas melakukan supervisi kelas terhadap guru-guru; 2) Berdasarkan data guru piket, didapat informasi bahwa ada guru yang tidak mengajar tanpa memberi alasan yang jelas, dalam seminggu ditemukan ada 1 atau 2 orang guru yang tidak masuk kelas pada saat ia harus mengajar; 3) Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian tata usaha diketahui bahwa berdasarkan peringkat sekolah, SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun ini mengalami penurunan yaitu dari peringkat 1 Sumatera Barat tahun 2006 menjadi 60 tahun 2007 dan 16 pada tahun 2008; 4) Masih ada guru yang belum mampu memanfaatkan atau menginteraksikan sarana belajar dan kemajuan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran,
seperti guru bahasa yang tidak bisa mengoperasikan
peralatan labor bahasa; 5) Pada saat bel masuk kelas berbunyi, masih ada guru-guru yang datang terlambat atau saat jam istirahat berakhir, masih ada guru-guru yang mengobrol di kantor majelis guru padahal mereka seharusnya sudah berada di kelas; 6) Dalam pandangan peneliti, kepala sekolah belum bisa bertindak tegas atau terlalu toleran terhadap guru-guru yang bermasalah atau tidak disiplin yang ditandai antara lain dengan terjadinya pengulangan kesalahan yang sama oleh guru yang sama, Apak urangnyo dak tegaan, pernah guru ‘IM’ dak datang mangawas ujian tanpo alasan, padohal sabalunnyo, nyo lah dipanggia Apak dan lah buek perjanjian tapi dak diacuahannyo;
19
7) Menurut beberapa orang guru, pengawas sekolah jarang datang ke sekolah, kalau pun ada itu hanya untuk menilai guru yang akan disertifikasi. Sedangkan pengawas provinsi datang satu kali dalam satu semester untuk memonitor pelaksanaan SBI dan memantau penerapan penggunaan bahasa Inggris di kelas internasioanal. Akibatnya kontribusi pengawas sekolah terhadap pembinaan guru juga dirasa kurang signifikan; 8) Di awal semester, guru-guru yang membuat perangkat mengajar tidak mencapai seratus persen; 9) Sebagai kepala sekolah di SMA Berstandar Internasional (BI), sepertinya kepala sekolah kurang memiliki waktu untuk melakukan kunjungan kelas karena tingkat kesibukkan yang sangat tinggi; 10) Menurut pengamatan peneliti, guru-guru yang mengajar di kelas internasional seperti dipaksakan untuk mengajar secara bilingual yang ditandai dengan tidak adanya persiapan dan rekrutmen yang semestinya, dari 20 orang guru Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) yang ada di sekolah ini hanya 5 orang yang bisa berbahasa Inggris, itupun sedikit-sedikit. Kondisi ini sedikit banyak berdampak terhadap guru-guru dan murid-murid yang mengajar dan belajar di kelas internasional, dll. Dari sejumlah fenomena di atas, tergambar bahwa masalah yang mendasar di sini ialah adanya sejumlah kemunduran dan kondisi yang tidak seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran sebagai dampak dari pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keadaan ini sebaiknya menjadi perhatian kepala sekolah karena dapat berpengaruh pada upaya
20
pencapaian visi misi sekolah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab yang melatarbelakangi keadaan ini. B. Masalah dan Fokus Penelitian
Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pendidikan. Kegiatan penting ini merupakan tanggung jawab pengawas dan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya Permendiknas No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas dan Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menyikapi
kepengawasan pendidikan kita selama ini yang diyakini belum
maksimal dilakukan. Berdasarkan
uraian
latar
belakang
masalah
seperti yang
sudah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk memahami secara mendalam tentang kompleksitas permasalahan yang ada dalam supervisi akademik kepala sekolah di lingkup SMA Negeri 1 Padang Panjang. Tanpa menghilangkan esensi dari metode penelitian ini serta dengan berbagai pertimbangan seperti waktu, tenaga, dan biaya maka penelitian ini difokuskan hanya pada pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah SMA N 1 Padang Panjang. Secara khusus penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SMA N 1 Padang Panjang? 2. Kendala-kendala apa sajakah yang ditemui kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik di SMA Negeri 1 Padang Panjang?
21
3. Apa upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi berbagai kendala tersebut? 4. Upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalitas guru-guru?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: 1. Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SMA Negeri 1 Padang Panjang. 2. Kendala-kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam menjalankan supervisi akademik. 3. Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi kendala-kendala itu. 4. Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru-guru. D. Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi: 1. Kepala sekolah dalam menjalankan supervisi akademik di sekolah. 2. Kepala dinas pendidikan kota Padang Panjang dalam menyikapi upaya pembinaan dan peningkatan profesional kepala sekolah dan guru-guru terutama yang mengajar di sekolah internasional.
22
3. Pengawas pendidikan kota Padang Panjang untuk
selalu membuat
program yang bersinergi dengan pihak sekolah dalam upaya meningkatkan profesionalitas kepala sekolah dan guru-guru. 4. Peneliti sendiri, untuk menambah wawasan di bidang supervisi akademik kepala sekolah dan memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan dari
Universitas Negeri
Padang. 5. Mahasiswa lain, semoga bermanfaat dalam menambah wawasan dan informasi.
23
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Supervisi Akademik a. Pengertian Supervisi Akademik Menurut asal katanya supervisi berasal dari kata “supervision” (Bahasa Inggris) yang
berarti “watch over,” “direct,” “over –see,”
“superintend”. Secara umum, istilah supervisi berarti mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan orang lain dengan maksud untuk perbaikan (Soetopo dan Soemanto, 1988). Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981: 36) intisari dari supervisi adalah to help to change yang berarti membantu untuk berubah. Dengan kata lain supervisi berarti memberi bantuan, bimbingan, dan layanan kepada guru agar selalu mengadakan perubahan terhadap pembelajaran siswa sesuai dengan pola perkembangan teknologi profesional guru. Wiles dalam Soetopo dan Soemanto (1988: 39) menyatakan bahwa supervision is a service activity that exist to help teachers do their job better. Di sini Wiles lebih mengutamakan pelayanan terhadap guru yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya. Selanjutnya Adams dan Dickey dalam Soetopo dan Soemanto (1988: 39) mengatakan bahwa supervisi merupakan program terencana untuk memperbaiki pelajaran. Dengan kata lain bahwa kegiatan supervisi akademik kepala sekolah haruslah direncanakan dengan baik sehingga memiliki arah dan target pencapaian yang jelas.
24
Sagala (2005: 228) mendefinisikan supervisi berdasarkan masanya, dimana berdasarkan konsep kuno supervisi berarti “inspeksi” atau mencari kesalahan. Sedangkan dalam pandangan modern, supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar. Dalam pandangan ini dapat dikatakan bahwa output dari kegiatan supervisi adalah perbaikan pola belajar siswa. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Wiles dan Bondi (2004: 67) yang menyatakan ”The heart of supervision will always be the improvement of classroom teaching.” Artinya ialah jantungnya supervisi itu adalah perbaikan pengajaran di dalam kelas. Dengan kata lain kecakapan mengajar guru merupakan kunci sukses dalam pembelajaran. Di sini lah peran supervisor dibutuhkan untuk terus memastikan bahwa kecakapan mengajar guru terus meningkat
dan
berkembang
dan
program-program
yang
telah
direncanakan guru untuk siswa benar-benar terlaksana. Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh (Glickman Carl D, dkk. 2009:10, Sergiovanni, 1993 dan Wiles dan Bondi, 2004: 67). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987) yang menyebutkan sebagai berikut: Almost all writers agree that the primary focus
in
educational
25
supervision
is-and should be-the
improvement of teaching and learning ( hampir semua pakar pendidikan setuju bahwa fokus utama dalam supervisi pendidikan seharusnya adalah perbaikan proses belajar mengajar). Senada dengan pendapat di atas, Daresh (1989) mengatakan, supervision is the process of overseeing the ability of people to meet the goals of the organization in which they work. The chief aims of supervision is improving of instruction, learning, and the curriculum, and its emphasis is on helping teachers to help themselves. Artinya
ialah
supervisi
merupakan
proses
untuk
menjembatani
kemampuan seseorang dalam mencapai tujuan organisasi di mana ia bekerja. Sedangkan tujuan utama dari supervisi itu adalah untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum dan penekanannya adalah membantu guru-guru untuk menolong diri mereka sendiri. Menurut Sergiovanni dan R. J Starrat (1993), Supervision is a process designed to help teachers and supervision learn more about their practice; to be able to use their knowledge and skills to better serve parent and schools; and to make the school a more effective learning community. Pernyataan ini menunjukkan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu guru-guru dan supervisor sendiri untuk mempelajari lebih banyak tentang tugas mereka sehari-hari; dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya agar dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif.
26
Alfonso, Firth, dan Neville (1981: 43) menegaskan, Instructional supervision is herein defined as: behavior officially designed by the organization that directly affects teacher behavior in such a way to facilitate pupil learning and achieve the goals of organization. Dari pernyataan di atas, didapat tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik. 1) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, dkk. 2009: 153). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989). 2) Perilaku
supervisor
dalam
membantu
guru
mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.
27
3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Secara rinci, tujuan supervisi akademik akan diuraikan lebih lanjut pada bagian berikutnya. Menurut Bernstein dalam Glickman, dkk (2009: 8), We can think of supervision as the glue of a successful school. The glue is the process by which some persons or group of people is responsible for providing a link between individual teacher needs and organizational goals so that individual within the school can work in harmony toward their vision of what the school should be. Dengan kata lain, keberhasilan sekolah dapat dicapai dengan adanya kerjasama yang baik antara supervisor dan guru-guru dalam mencapai tujuan sekolah. Dari beberapa definisi supervisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan yang terencana dan terprogram dalam memberikan bantuan, layanan, dan bimbingan kepada guru agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik dan berkualitas. b. Tujuan Supervisi Supervisi merupakan elemen penting dalam pengembangan sumber daya manusia dalam suatu kelembagaan seperti halnya sekolah. Glickman, dkk., (2009: 75) menyatakan,” the goal of supervision is to improve instruction” (tujuan supervisi adalah untuk memperbaiki pengajaran). Artinya supervisi bertujuan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dirancang bagi murid-muridnya. Sementara itu menurut Sahertian (2008: 19), tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan
28
kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru. Menurut Daresh dalam Nur (2008: 12),” The chief aims of supervision is improving of instruction, learning, and the curriculum, and its emphasis is on helping teachers to help themselve” (tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum dan penekanannya adalah membantu guru untuk menolong diri mereka sendiri). Menurut Burton dalam Purwanto (2008:77),”Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and imroving cooperatively all foctors which affect child growth and development”. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total. Ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses beajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan ketermpilan guru-guru, pemberian bimbingan
dan
pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran dan sebagainya. Menurut Suprihatin (1989), secara umum tujuan supervisi akademik adalah: 1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar-mengajar,
29
2) mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan, 3) menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan diperoleh hasil yang optimal, 4) menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya, dan 5) memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kekilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi
sekolah
sehingga
dapat
dicegah
kesalahan
dan
penyimpangan yang lebih jauh. Sementara itu Sahertian dan Mataheru (1981) mengemukakan bahwa supervisi bertujuan untuk: 1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, 2) membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa, 3) membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, 4) membantu guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pembelajaran modern, 5) membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa, 6) membantu guru dalam hal menilai kemajuan dan hasil pekerjaan siswa, 7) membantu guru dalam membina mental dan moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan dan jabatan mereka,
30
8) membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, 9) membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat, 10) membantu guru agar tenaga dan waktunya tercurah sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. Menurut Sergiovanni dalam Depdiknas (2007: 12) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:
Pengem‐ bangan Profesio‐ nalisme
Penumbuhan Motivasi
TIGA TUJUAN SUPERVISI
Pengawasan kualitas
Gambar 2.1. Tiga Tujuan Supervisi 1) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnya dalam memahami akademik,
kehidupan
kelas,
mengembangkan
keterampilan
mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
31
2) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya. 3) Supervisi
akademik
diselenggarakan dalam
untuk
mendorong
melaksanakan
guru
menerapkan
kemampuannya
tugas-tugas
mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya
sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguhsungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Depdiknas (2004) merumuskan tujuan supervisi dalam mengimplementasikan kurikulum 2004 adalah agar para guru dan tenaga kependidikan di sekolah memiliki: 1) pemahaman yang tepat tentang pelaksanaan pengajaran, 2) pemahaman terhadap masalah-masalah pengajaran, 3) kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan 4) pola kerja dalam peningkatan mutu pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi bertujuan untuk membantu guru mengevaluasi diri dan kemampuannya dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memberikan layanan dan bimbingan kepada anak didiknya, menumbuhkan motivasi guru dalam meningkatkan kemampuannya serta memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan supervisi yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
32
c. Fungsi Supervisi Menurut Wiles (1967), fungsi dasar supervisi adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki situasi belajar bagi murid, demikian pendapat tokoh dibidang supervisi pendidikan. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981), supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan akademik", seperti yang sudah dijabarkan di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah, supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981: 45) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik seperti gambar berikut ini: Gambar 2.2 Sistem Fungsi Supervisi Akademik
Instructional Supervisory Behavior
Teaching Behavior
Student Behavior
Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F. (1981). Instructional Supervision, A Behavior System, Boston, Allyn and Bacon, Inc. Gambar di atas memperlihatkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik yang secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor
33
mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik. d. Prinsip Supervisi Dalam melakukan supervisi, ada beberapa prinsip yang harus diyakini oleh supervisor. Menurut Sutisna dalam Sagala (2005: 236), prinsip pokok supervisi moderen ialah 1) supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, ia adalah pelayanan yang bersifat kerjasama; 2) semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi; 3)
supervisi
hendaknya disesuaikan
untuk
memenuhi
kebutuhan
perseorangan dari personil sekolah; 4) supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sarana-sarana pendidikan dan hendaknya menerangkan impikasi-implikasi dari tujuan-tujuan dan sarana-sarana itu; 5) supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua
anggota
staf
sekolah,
dan
hendaknya
membantu
dalam
pengembangan hubungan sekolah-masyarakat yang baik; 6) tanggung jawab dalam pengembangan program supervisi berada pada kepala sekolah bagi sekolah dan pada penilik/pengawas bagi sekolah-sekolah yang berada di wilayahnya; 7) harus ada dana yang memadai bagi program kegiatan supervisi dalam anggaran tahunan; 8) efektivitas program supervisi hendaknya dinilai secara pendidik oleh para peserta; dan 9) supervisi
34
hendaknya membantu menjelaskan dan menerapkan dalam praktek penemuan penelitian pendidikan yang mutakhir. Berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut. 1) Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, sabar, antusias, dan penuh humor. 2) Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981: 39). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti tugas supervisor selesai, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang. 3) Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi
35
akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor (Acheson dan Gail dalam Wiles dan Bondi, 2004: 14). 4) Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981). Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan. 5) Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus
mencakup
keseluruhan
aspek
pengembangan
akademik,
walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan
hasil
analisis
kebutuhan
36
pengembangan
akademik
sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka. 6) Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahankesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problemproblem akademik yang dihadapi (Sahertian, 2008:20) . 7) Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. Objectivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Menurut Soetopo dan Soemanto (1988: 41) seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi:
37
1) Ilmiah, yang mencakup unsur-unsur: a) Sistematika artinya dilaksanakan secara teratur, berencana, dan kontinyu. b) Obyektif artinya data yang didapat pada observasi yang nyata bukan tafsiran pribadi. c) Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. 2) Demokratis, yaitu menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain. 3) Kooperatif, seluruh staf dapat bekerja bersama, mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. 4) Konstruktif
dan
kreatif
yaitu
membina
inisiatif
guru
serta
mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan potensi-potensinya. Sehubungan dengan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam menjalankan tugasnya seorang supervisor harus berpijak pada prinsip-prinsip supervisi yang mengutamakan profesionalitas seperti demokratis, konstruktif, kooperatif, integral, dan objektif. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana seorang supervisor dapat merubah paradigmanya ketika melakukan supervisi. Dengan kata lain supervisor-supervisor kita menyadari bahwa keberadaannya di tengahtengah guru adalah untuk membantu dan membimbing mereka dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan memandang guru sebagai
38
rekan kerja sehingga terjalin komunikasi dan hubungan yang baik. Di samping itu, supervisor juga hendaknya memberi kesempatan kepada guru-guru untuk belajar berdiri sendiri dalam arti bebas mengembangkan kemampuan dan profesionalitas mereka dengan tetap dibimbing dan dimonitor dan oleh supervisor. e. Pendekatan Supervisi Pada umumnya supervisor, baik itu pengawas dan kepala sekolah, berasal dari guru. Akibatnya, pandangan mereka tentang pembelajaran dan pengajaran, eksistensis siswa, pengetahuan, dan peranan guru di kelas mempengaruhi pandangan mereka tentang supervisi. Menurut Glickman, dkk. (2009: 85) dan Sahertian (2008: 46), pendekatan supervisi dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: a) Directive Supervision. Pendekatan ini didasari oleh keyakinan bahwa mengajar terdiri dari kecakapan teknis dengan standar-standar yang diketahui dan kompetensi bagi semua guru untuk menjadi efektif. Adapun
peranan
supervisor
adalah
untuk
menginformasikan,
mengarahkan, mencontohkan dan membantu pemenuhan kompetensikompetensi tersebut. Menurut pendekatan ini, supervisor memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peningkatan pengajaran sementara tanggung jawab guru rendah. b) Collaborative Supervision. Pendekatan ini didasari oleh keyakinan bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah (problem solving) dimana beberapa orang secara bersama-sama membahas masalah yang ada, melakukan eksperimen, dan menerapkan strategi 39
pengajaran demi memecahkan masalah tersebut. Peranan supervisor adalah membimbing proses pemecahan masalah, berinteraksi dengan menjadi anggota yang aktif, dan menjaga supaya guru-guru tetap fokus terhadap masalah mereka. Dalam pendekatan ini, supervisor dan guru merupakan rekan kerja yang secara bersama-sama berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. c) Non-Directive Supervision. Pendekatan ini berkeyakinan bahwa belajar adalah pengalaman pribadi dimana setiap individu harus berusaha dengan segala kemampuannya untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa di kelas. Peranan supervisor adalah
mendengar, tidak
menghakimi, dan mengupayakan munculnya kesadaran diri dan pengalaman bagi guru-guru. Sehingga menurut pendekatan ini guruguru dipaparkan sebagai individu yang giat dalam menemukan dan memperkaya dirinya sendiri dalam rangka memperbaiki pengajaran. Akibatnya guru memiliki tanggung jawab yang tinggi sementara tanggung jawab supervisor terkesan rendah. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa pendekatan yang digunakan
supervisor
dalam
menjalankan
kegiatan
supervisinya
mempengaruhi hasil yang ingin dicapai. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mengetahui kemampuan guru-guru yang dipimpinannya sehingga pendekatan yang digunakan nantinya tepat dan berdampak positif terhadap perbaikan pengajaran guru-guru.
40
f. Teknik Supervisi Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan
kurikulum,
pengambangan
petunjuk
pembelajaran,
darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Menurut Gwynn dalam Sahertian (2008: ), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. 1) Teknik Supervisi Individual Menurut Sahertian dalam Sagala (2009: 215) teknik individual adalah teknik yang digunakan pada pribadi seorang guru yang mengalami masalah khusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik-teknik yang bersifat individual antara lain; a) kunjungan kelas, b) observasi kelas, c) percakapan pribadi, d) kunjungan antar kelas, e) menilai diri sendiri. 2) Teknik Supervisi Kelompok Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
41
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (dalam Sahertian, 2008: 52) dan Soetopo dan Soemanto (1988: 44) layanan
supervisi yang dapat diberikan dalam
bentuk kelompok, diantaranya; a) Pertemuan orientasi bagi guru baru, b) Kepanitiaan-kepanitiaan, c) Kerja kelompok, d) Laboratorium kurikulum, e) Baca terpimpin, f) Demonstrasi pembelajaran, g) Darmawisata, h) Kuliah/studi, i) Diskusi panel, j) Perpustakaan jabatan, k) Organisasi profesional, l) Buletin supervisi, m) Pertemuan guru, n) Lokakarya atau konferensi kelompok. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa menetapkan teknikteknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Dengan kata lain tidak ada satupun di antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan guru. Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik.
42
g. Proses Pelaksanaan Supervisi Menurut
Depdiknas (2007) melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Langkah yang perlu dilakukan mencakup: (1) mengidentifikasi potensi-po-tensi
sumberdaya
sekolah
berupa
guru
yang
dapat
dikembangkan; (2) memahami tujuan pemberdayaan sumberdaya guru; (3) mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat guru-guru lebih maju; dan (4) menilai tingkat keberdayaan guru di sekolahnya. Setelah
tujuan-tujuan
pembinaan
keterampilan
pengajaran
diperoleh melalui analisis kebutuhan, kepala sekolah menentukan bentukbentuk teknik, pendekatan, dan media supervisi akademik yang akan digunakan. Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Namun pada dasarnya, tidak ada teknik atau media supervisi yang tepat untuk semua guru karena setiap guru memiliki karakteristik dan kompetensi yang berbeda.
2.
Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Akademik Dalam konsep supervisi moderen, supervisi bukanlah kegiatan mengawasi, inspeksi, ataupun memata-matai guru untuk mencari kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki tetapi pekerjaan supervisi adalah untuk membantu dan melayani guru-guru dalam upaya memperbaiki pengajaran. Dalam hal ini, Kepala Sekolah sebagai supervisor akademik mempunyai tugas dan tanggung jawab memajukan pengajaran melalui 43
peningkatan profesi guru secara terus menerus. Menurut, Barth dalam Matthews dan Crow (hal. 33) menyatakan, Principals not only be leaders of instructional leaders but also leaders of learning. Not only are they to be well educated, but also they are expected to model and exemplify learning themselves. The focus on learner-centered leadership has been reignited by societal pressures of accountability and equity that emphasize learning for all students. Maksudnya adalah kepala sekolah tidak saja merupakan pimpinan pengajaran tetapi juga merupakan pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini mereka diharapkan dapat mencontohkan pembelajaran itu sendiri. Perhatian terhadap kepemimpinan yang berpusat pada siswa dan yang menekankan pembelajaran pada semua siswa telah menjadi permintaan publik. Sementara itu, Alfonso, Firth, dan Neville (1981: 36) berpendapat, Instructional supervisors must be able to transform principles of human relations into substantive programs of action. Making people feel comfortable, creating, lines of communication, fostering security – all are basic concerns but valid only as they contribute to the study and the improvement of teaching. Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa supervisor pendidikan itu harus mampu merubah prinsip-prinsip hubungan kemanusiaan menjadi program-program yang nyata dalam membuat orang merasa nyaman, membangun komunikasi, membantu terciptanya keamanan - semua ini merupakan hal yang mendasar tetapi hanya berlaku jika berkontribusi terhadap pembelajaran dan perbaikan pengajaran. Masih menurut Alfonso,dkk.,(1981: 36),”The supervisor’s role includes identifying instructional problems, serving as an agent of change within a complex organization (peranan supervisor meliputi pengidentifikasian masalah-
44
masalah pengajaran, berperan sebagai agen perubahan dalam ruang lingkup organisasi yang kompleks). Menurut Soetopo dan Soemanto (1982: 55), peranan kepala sekolah sebagai supervisor sangat penting dalam: a) Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas masalah atau persoalan-persoalan dan kebutuhan murid, serta membantu guru dalam mengatasi suatu persoalan. b) Membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar. c) Memberi bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi. d) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan sifat materinya. e) Membantu guru memperkaya pengalaman belajar, sehingga suasana pengajaran bisa menggembirakan anak didik. f) Membantu guru mengerti makna dari alat-alat pelayanan. g) Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam pelaksanaan tugas sekolah pada seluruh staf. h) Memberi pelayanan kepada guru agar dapat menggunakan seluruh kemampuannya dalam pelaksanan tugas. i) Memberikan pimpinan yang efektif dan demokrasi. Sama halnya dengan pendapat di atas, Purwanto (2008: 119) mengemukakan beberapa usaha dan kegiatan yang dapat dilakukan kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor akademik, antara lain:
45
a) Membangkitkan dan merangsang guru-guru di dalam menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. b) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar. c) Bersama
guru-guru
berusaha
mengembangkan,
mencari,
dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. d) Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. e) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru antara lain dengan mengadakan workshop,diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa peranan kepala sekolah dalam supervisi akademik sangat esensial. Oleh karena itu ke depannya kita membutuhkan kepala sekolah yang benar-benar siap dan memahami fungsinya sebagai supervisor; membantu, membimbing dan membina guru-guru dalam melakukan tugasnya memperbaiki proses belajar mengajar. B. Penelitian yang Relevan Di samping teori-teori yang sudah dikemukakan di atas, peneliti juga merujuk pada beberapa penelitan yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:
46
1) Glanz dkk. (2007) dengan judul penelitian “Impact of Instructional on Students Achievement: Can We Make the Connection?” menemukan bahwa “supervision is purposeful, targeted and central to promoting a school wide instructional program wherein students achievement is always at the forefront. Principal leadership is essential as is the establishment of a culture of teacher empowerment and collaboration” (Penelitian ini menunjukkan bahwa
supervisi dan kepemimpinan
kepala sekolah
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan program pengajaran yang mengedepankan
kualitas
siswa
dan
sebagai
hal
penting
dalam
pembentukkan budaya dari pemberdayaan dan kerjasama guru). 2) Asmara (2005) dengan judul penelitian “Dampak Pelaksanaan Supervisi dan Kepuasan Kerja terhadap Kenerja Guru SMP Negeri Kota Bukittinggi” menemukan bahwa: 1) dampak pelaksanaan supervisi (17,9 %) sangat signifikan terhadap kinerja guru, 2) dampak kepuasan kerja (14,5 %) sangat signifikan terhadap kinerja guru, dan 3) dampak pelaksanaan supervisi dan kepuasan kerja secara bersama-sama (26,8 %) sangat signifikan terhadap kepuasan kerja.
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pemilihan metode ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukan pada bagian awal penelitian. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat mengetahui sekaligus memahami prilaku kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik di SMA Negeri 1 Padang Panjang. Pemilihan metode ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1992: 30) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari dan memahami makna terhadap apa yang terjadi dalam situasi sosial tertentu. Menurut Iskandar (2009: 11), pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran,definisi suatu situasi tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir, oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah-rubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Nur (2002: 75) menyatakan, pendekatan kualitatif bertitik tolak dari pandangan fenomenalogis yang meletakkan tekanannya pada ‘verstehen” yaitu pemahaman tingkah laku manusia sebagaimana yang dimaksudkan oleh pelakunya sendiri dan bagi peneliti sendiri sifatnya interpretatif. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengetahui dan memaknai setiap perihal yang terkait dengan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SMA Negeri 1 Padang secara rinci dan mendalam.
48
B. Situasi Sosial Penelitian Merujuk pada pernyataan Spradley (1980: 39) bahwa dalam menetapkan seting penelitian sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) unsur yang harus diperhatikan, yaitu; unsur tempat (place) yaitu tempat atau lokasi orang-orang melakukan kegiatan; unsur pelaku (actors) yaitu ada orang-orang yang melakukan kegiatan di tempat tertentu; dan unsur aktivitas (activities) yaitu kegiatan yang dilakukan aktor dalam situasi sosial. Berdasarkan ketiga kriteria tersebut ditetapkanlah situasi sosial penelitian ini yaitu supervisi akademik kepala sekolah SMA Negeri 1 Padang Panjang. Penetapan situasi sosial penelitian ini didasari oleh beberapa pertimbangan, antara lain: 1) peneliti sendiri sebagai mahasiswa jurusan Quality Assurance and School Leadership (Penjaminan Mutu dan Kepemimpinan Kepala Sekolah) memiliki ketertarikkan khusus terhadap kegiatan supervisi akademik kepala sekolah yang dirasakan belum berjalan maksimal, 2) permasalahan yang diteliti sederhana dan dapat diamati; pelaku, kegiatan dan tempatnya jelas, 3)alhamdulillah, peneliti mendapatkan izin dari kepala sekolah untuk melakukan penelitian ini sehingga akses untuk mendapatkan informasi juga menjadi lebih mudah, 4) pelaksanaan penelitian ini, baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan informan tidak menganggu kegiatan kepala sekolah dan guruguru tersebut karena kedua aktivitas itu dilakukan pada saat mereka sedang tidak bertugas atau dengan membuat janji terlebih dahulu supaya pelaksanaannya berjalan dengan lancar , dan 5) kegiatan supervisi akademik kepala sekolah merupakan kegiatan yang muncul berulang-ulang dan dapat dilihat atau dicermati sehingga hasil temuan ini diharapkan benar-benar dapat menjawab permasalahan yang terkait dengan penelitian ini.
49
C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama. Dengan kata lain, semua tahapan dalam rangka meyelesaikan penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Bentuk aplikatif dari tahapan itu adalah: 1) menentukan situasi sosial penelitian, 2) menetapkan fokus penelitian, 3) merumuskan masalah dan pertanyaan penelitian, 4) menetapkan informan melalui purposive sampling, sehingga diperoleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) dan guru-guru lainnya sebagai informan penelitian ini, 5) mengumpulkan data penelitian melalui observasi langsung ke lapangan maupun wawancara yang berulang-ulang dengan kepala sekolah,wakil kepala sekolah serta guru-guru sambil membuat catatan lapangan, 6) melakukan pemeriksaan data melalui teknik trianggulasi dan perpanjangan keikutsertaan di sekolah ini, 7) menganalisis data dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, dan 8) menulis laporan penelitian. Setelah melalui semua tahapan dan langkahlangkah tersebut di atas, diharapkan laporan penelitian ini dapat menjawab permasalahan seputar supervisi akademik kepala sekolah di SMA Negeri 1 Padang Panjang. D. Informan Penelitian Menurut Spradley dalam Iskandar (2008: 113), dalam penelitian kualitatif seorang peneliti tidak direkomendasikan untuk membatasi subjek penelitian. Adapun teknik pemilihan informan atau subjek penelitian haruslah: 1)sederhana, hanya terdapat satu situasi sosial tunggal; 2) mudah memasukinya; 3) tidak payah dalam melakukan penelitian, mudah memperoleh izin, kegiatannya terjadi berulang-ulang. Merujuk pada pendapat di atas maka pemilihan informan
50
penelitian ini diperoleh melalui teknik purposive sampling dimana informan ditentukan sendiri oleh peneliti tanpa bermaksud untuk mengurangi tingkat kepercayaan (trustworhiness) dan kredibilitas ( (credibility) temuan penelitian dengan alasan peneliti merupakan guru di lokasi penelitian tersebut. Berpedoman pada pendapat di atas dan fokus penelitian maka informan penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kordinator sekolah bertaraf internasional, dan guru-guru; ketua kelompok kerja guru, guru senior,dan guru-guru muda. E. Tahapan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti harus memahami setiap tahap dan fase yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil yang
baik serta dan
mempermudah penelitian ini. Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2005: 89) tahap kegiatan dalam penelitian terdiri dari, yaitu 1) pra lapangan, 2) kegiatan lapangan, dan 3) analisis intensif (analisis data). Dalam setiap tahap terdapat kegiatankegiatan yang bersifat aplikatif. Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) menentukan situasi sosial penelitian, 2) menetapkan fokus penelitian, 3) merumuskan masalah dan pertanyaan penelitian, 4) menetapkan informan melalui purposive sampling, sehingga diperoleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) dan guru-guru lainnya sebagai informan penelitian ini, 5) mengumpulkan data penelitian melalui observasi langsung ke lapangan maupun melalaui wawancara dengan kepala sekolah,wakil kepala sekolah serta guru-guru sambil membuat catatan lapangan, 6) melakukan reduksi data untuk memilih data-data yang terfokus pada hal-hal yang jelas dari penelitian ini, 7)
penyajian data, 8) penarikan kesimpulan
(conclusion drawing/verification) 9) melakukan analisis yang lebih menyeluruh
51
dan rinci dari objek penelitian, dan 10)analisis tema budaya. Setelah melalui semua tahapan dan langkah-langkah tersebut di atas, diharapkan laporan penelitian ini dapat menjawab permasalahan seputar supervisi akademik kepala sekolah di SMA Negeri 1 Padang Panjang. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian karena tanpa mengetahui teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian ini maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang tepat dan akurat. Menurut Sugiyono ( 2005: 62), dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang tepat digunakan adalah observasi, interviu, dan dokumentasi. Observasi bertujuan untuk memahami fakta di lapangan secara jelas komprehensif. Di samping itu, menurut Glickman, (2009: 182), hasil dari observasi dapat dijadikan sebagai dasar informasi dalam melakukan wawancara. Mansi menurut Glickman dkk (2009: 181), “observation is a two-part processfirst describing what has been seen and then interpreting what it means” (observasi terdiri atas dua proses – proses pertama merupakan paparan tentang apa yang dilihat dan proses selanjutnya menginterpretasikan apa maknanya. Melalui observasi, peneliti dapat melihat dan
mengamati semua kegiatan maupun
kejadian-kejadian yang berlangsung di sekolah ini, baik yang berkenaan dengan supervisi akademik maupun tidak. Pada kegiatan ini, peneliti berupaya untuk mencatat setiap kejadian atau objek yang diamati dan kemudian memaknainya. Marshal dalam
Sugiyono (2005: 64) menyatakan bahwa melalui observasi,
peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut. Dengan demikian
52
apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama melakukan observasi menjadi masukan dan pertimbangan yang bermanfaat dalam merumuskan kesimpulan. Selain melakukan observasi atau pengamatan, data atau informasi tentang penelitian juga diperoleh melalui wawancara (interviu). Menurut Stainback yang dikutip Sugiyono (2005: 72), wawancara merupakan teknik yang dapat menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi. Dengan kata lain melalui wawancara kita mencermati prilaku, mimik, atau ekspresi wajah partisipan dalam menjawab pertanyaan peneliti yang dapat diartikan atau dimaknai. Metode wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini ialah wawancara tidak terstruktur atau bebas. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan format atau pedoman wawancara yang tersusun dan sistematis. Dengan kata lain, pertanyaan mengalir begitu saja menurut alurnya tanpa direncanakan. Semua hasil wawancara
dicatat atau
direkam dengan menggunakan recording dengan tujuan supaya apa yang telah dikemukakan informan dapat ditampilkan atau dijadikan bukti nantinya. Teknik berikutnya yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini ialah studi dokumentasi. Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang dapat dipertanggungjawabkan karena sifatnya yang stabil, alamiah, lahir dan berada dalam konteks yang berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian (Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007: 216). Adapun jenis dokumen yang dijadikan sebagai sumber data untuk memperkuat temuan yang diperoleh melalui observasi dan interviu diantaranya ialah profil sekolah dan foto-foto.
53
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, hasil temuan penelitian akan dianggap sahih atau valid apabila temuan itu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Untuk menjamin kesahihan data hasil temuan ini maka peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan: 1) Perpanjangan keikutsertaan. Dalam hal ini peneliti berada lebih lama lagi di tempat penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi keyakinan dan kepastian pada peneliti dalam pengumpulan data sehingga dapat meningkatkan derajat kepercayaan data. Di samping itu, teknik ini juga berguna untuk menghindari terjadinya kekeliruan, bias, subjektifitas, dan pengaruh sesaat. 2) Triangulasi. Menurut Moleong (2007: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Miles dan Huberman (1985: 330) mengemukakan bahwa triangulasi berfungsi sebagai pendukung dan penguat temuan yang ada karena temuan melalui triangulasi sejalan atau setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan temuan yang terdahulu. Adapun pengujian secara triangulasi dilakukan dengan cara; a) mencari sumber data yang baru. Ketika hasil temuan dirasa kurang atau belum menyakinkan, peneliti mencari sumber informasi lain yang dapat memberikan penguatan terhadap hasil temuan, misalnya ketika kepala sekolah mengatakan bahwa masalah dana merupakan salah satu kendala beliau dalam melaksanakan supervisi akademik maka keterangan ini peneliti coba cross check dengan kordinator
54
sekolah bertaraf internasional dimana sebelumnya beliau tidak termasuk dalam daftar informan penelitian ini, b) membandingkan temuan yang diperoleh melalui observsi dan hasil wawancara, dan c) membandingkan data
temuan
dengan
referensi–referensi
yang
relevan,
seperti
mengkorelasikan jadwal supervisi dengan fakta di lapangan H. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan teknik Model Interaktif Miles dan Huberman (1985: 21). Dalam model ini, ada empat siklus kegiatan yang saling berinteraksi dan harus dilakukan secara terus menerus selama proses pengumpulan
data
berlangsung.
Aktivitas
dalam
analisis
data,
yaitu
mengumpulkan data, mereduksi data, menampilkan data, dan membuat kesimpulan.
Data Collection Data Display
Data Reduction
Conclution: Drawing/verifying
Gambar 3.1. siklus kegiatan dalam analisis data (interactive model Miles dan Huberman) Analisis
data
berlangsung
secara
terus
menerus
dimulai
saat
mengumpulkan data (data collection). Selanjutnya pada saat penelitian, data dan informasi diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua Kelompok Kerja Guru (KKG), guru senior,
55
dan guru-guru muda. Setiap informasi yang didapat dicatat atau direkam untuk kemudian dibuat catatan reflektif berupa kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini terus dikuatkan dengan mencari data tambahan atau sumber-sumber informasi lainnya. Langkah berikutnya dalam proses analisis ini ialah mensortir data (data reduction) dan mengelompokkan data. Data-data yang telah terkumpul dikelompokkan
berdasarkan
kategorinya
dan
diberi
judul
untuk
lebih
memudahkan mengingatnya. Sementara itu, data yang tidak berhubungan dengan fokus penelitian atau tidak dibutuhkan dibuang. Tujuan dari kegiatan ini supaya data penelitian tetap terarah pada hal-hal terpenting dari penelitian ini sehingga memudahkan dalam
mengidentifikasi dan memberikan makna terhadap data
tersebut sebelum membuat kesimpulan. Setelah data dikelompokkan, diperiksa, dan dikonfirmasi ulang, tahap selanjutnya ialah menyajikan data. Miles dan Huberman (1985: 21) menyatakan bahwa penyajian data merupakan bagian yang penting dalam penelitian kualitatif karena data yang ditampilkan adalah data yang telah tersusun dan dianalisis. Hal ini memberi kemungkinan untuk membuat kesimpulan yang bermakna. Data yang disajikan berupa tabel, rincian kegiatan, hasil percakapan, dan lain-lain. Langkah terakhir ialah membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah terkumpul dan dianalisis. Kesimpulan dan hasil yang ditampilkan dalam laporan penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
melatarbelakangi penelitian ini dan dapat diterima banyak pihak.
56
yang
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama lebih kurang 5 (lima) bulan (April s.d Agustus 2009) di SMAN 1 Padang Panjang, peneliti mengklasifikasikan hasil temuan menjadi temuan umum dan khusus. A. Temuan Umum 1. Profil SMA Negeri 1 Padang Panjang SMA Negeri 1 Padang Panjang merupakan Rintisan
SMA Bertaraf
Internasional ( SMA BI ) yang ditetapkan oleh Dirjen Dikdasmen pada tahun 2007. SMA Negeri 1 Padang Panjang bersama dengan 4 sekolah lainnya di Sumatera Barat, seperti SMA Negeri 1 Padang, SMA Negeri 1 Lubuk Alung, SMA Negeri 1 Bukittinggi, dan SMA Negeri 1 Lubuksikaping merupakan sekolah-sekolah piloting project pemerintah dalam rangka penerapan sekolah bertaraf internasional. Kebijakan ini untuk memenuhi UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3: Pemerintah dan/atau Pemda menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Keputusan ini ditetapkan pada SMA Negeri 1 Padang Panjang setelah sekolah ini berhasil memenuhi standar kriteria yang telah ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional. Di samping itu pertimbangan lain yang mendukung keputusan ini ialah prestasi sekolah yang terus naik sejak ditetapkan sebagai sekolah unggul Sumatera Barat pada tahun 1998.
57
SMA Negeri 1 Padang Panjang itu sendiri berdiri tahun 1950. Sekolah ini dulunya bernama Norman School (Sekolah guru tertua di Indonesia setelah di Jawa) yang berdiri tahun 1904. Lokasi sekolah ini berada di pusat kota Padang Panjang yang bergelar kota Serambi Mekah, tepatnya di jalan K.H. Ahmand Dahlan No. 9 atau lebih dikenal dengan nama Guguk Malintang. Sebagai SMA Bertaraf Internasional, SMA Negeri 1 Padang Panjang telah terakreditasi A dan merupakan SMA umum dengan sistem pembinaan Boarding School yang berkarakter pesantren di Sumatera Barat. 1.1. Visi dan Misi Sekolah Visi sekolah ini adalah “mewujudkan sekolah unggul yang mampu berkompetisi secara nasional dan internasional, berjiwa religius, mengembangkan multi kecerdasan, mampu menempatkan 80% lulusan diperguruan tinggi terbaik dalam dan luar negeri.” Visi ini disusun oleh kepala sekolah bersama-sama dengan guru-guru pada tahun 1998, di saat sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah unggul Sumatera Barat. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka disusunlah misi sekolah yang dituangkan sebagai berikut: a) Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan dan penataran. b) Mengadakan
inovasi
pembelajaran
melalui
penyelenggaraan
Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan pengembangan sumber daya manusia guru.
58
c) Meningkatkan kemampuan tenaga tata usaha melalui pembinaan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia lainnya. d) Melaksanakan kegiatan pembinaan keimanan dan ketaqwaan. e) Melaksanakan kegiatan keilmuan. f) Mengembangkan kurikulum berupa tambahan belajar. g) Mengembangkan keterampilan bahasa Inggris. h) Pengembangan multi kecerdasan. 1.2. Tujuan a. Tujuan jangka pendek: 1. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar. 2. Meningkatkan kemampuan kepala sekolah dan tenaga pendukung dalam pemahaman berbahasa Inggris dan komputer untuk menunjang bidang tugas dan tupoksinya. 3. Meningkatkan dan mempersipkan siswa mengikuti Olimpiade sain, untuk tingkat kota, provinsi dan nasional/internasional. 4. Mencukupi kebutuhan minimal komputer serta tersedianya alat praktek siswa.
59
b. Tujuan Jangka Panjang: 1. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah menuju Sekolah Berstandar Internasional (SBI) melalui penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 2. Mendorong terwujudnya good government dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan di sekolah. 3. Mendorong sekolah untuk melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam ranga meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 4. Meningkatkan jumlah dan kualifikasi tenaga kependidikan sesuai dengan tuntutan program pembelajaran yang berkualitas menurut standar internasional. 5. Meningkatkan kemampuan tenaga tata usaha untuk menyelenggarakan administrasi pendidikan secara profesional. 6. Mengembangkan sistem seleksi penerimaan siswa baru. 7. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan Iman dan Taqwa (IMTAQ). 8. Menjalin kerjasama (networking) dengan lembaga/instansi terkait, masyarakat, dan dunia usaha dalam rangka mengembangkan program pendidikan yang berakar pada budaya bangsa dan mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
60
9. Mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Dari keterangan pihak sekolah, sejak visi dan misi ini dirumuskan, prestasi sekolah setahap demi setahap naik secara signifikan. 1.3. Data Siswa Input siswa yang mendaftar dan diterima di SMA Negeri 1 Padang Panjang berada di atas rata-rata, hal ini terbukti dari hasil tes akademik dan sejumlah seleksi penerimaan siswa yang ketat. Seleksi ini dilakukan sesuai dengan indikator karakteristik SBI, seperti perkembangan nilai yang dikomulatifkan dari laporan belajar siswa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), rekomendasi piagam-piagam, sertifikat Test of English as Foreign Language (TOEFL) atau Test of English for International Communication (TOEIC) yang pada dasarnya adalah menseleksi siswa yang benar-benar mampu dan siap sepanjang waktu pendidikan menerima program-program unggulan. Klasifikasi Siswa: a) Kelas berstandar internasional, terdiri dari tamatan SLTP / MTsN se Sumatera Barat sebanyak 60 orang ( 2 kelas ). Bagi siswa yang berada dalam kelompok ini maka pengajaran untuk mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di sajikan dalam bahasa Inggris walaupun belum 100 %.
61
b) Kelas Unggul Padang Panjang terdiri dari tamatan SLTP / MTsN se kota Padang Panjang dan Batipuh X Koto yang berjumlah 60 orang (2 kelas). c) Kelas reguler terdiri dari tamatan SLTP / MTsN se Padang Panjang dan Batipuh X Koto serta luar rayon yang berjumlah 60 orang (2 kelas ). Profil Siswa: a) Efektifitas belajar tinggi. b) Indeks prestasi siswa di atas rata-rata ( 7,00 ). c) Mampu menulis karya ilmiah. d) Mampu mengadakan diskusi ilmiah dan pratikum-pratikum ilmiah. e) Mempunyai wawasan pengetahuan yang tinggi. f) Motivasi tinggi terhadap kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. g) Mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa pengantar. h) Mempunyai kepedulian sosial yang tinggi. i) Mempunyai sikap dan prilaku yang terpuji. j) Disiplin, patuh dan taat terhadap tata tertib / peraturan yang berlaku.
62
Tabel 4.1. Jumlah siswa 3 tahun terakhir:
Rom
Tahun Pelajaran
Jenis Kelamin L
P
Bel
1
2006/2007
206
311
20
517
2
2007/2008
200
313
20
513
3
2008/2009
221
305
20
526
No
Jumlah
(Sumber: data SMAN 1 Panjang Panjang) Dari data jumlah siswa di atas, diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumalah siswa tidak berubah secara signifikan. Hal ini disebabkan setiap tahunnya jumlah siswa yang diterima di awal tahun ajaran selalu sama jumlahnya yaitu 180 orang siswa, terdiri 6 rombel. Meskipun nantinya terjadi perubahan jumlah siswa di tengah tahun berjalan, itu disebabkan oleh kepindahan siswa ke sekolah lain dengan alasan mengikuti orang tuanya ke daerah lain atau tinggal kelas dan kemudian pindah sekolah bukan disebabkan oleh drop out. Di samping itu dari data yang sama kita ketahui jika jumlah siswa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa laki-laki. Keadaan ini secara tidak langsung dapat menjadi faktor yang memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang lebih tenang dan kondusif. 1.4. Data Sumber Daya Manusia (SDM) a) Kepala Sekolah Saat penelitian ini dilakukan, SMA Negeri 1 Padang Panjang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah (KS) yang telah menjabat sebagai kepala sekolah di tempat ini selama ± 7 tahun atau sejak tahun 2002. Saat 63
ini, kepala sekolah bertempat tinggal di kompleks SMA Negeri 1 Padang Panjang. Dalam pandangan guru-guru, beliau merupakan sosok yang baik, demokratis, mengayomi, santun serta mengerti kesulitan dan kondisi para bawahannya. Dalam banyak hal karakter (KS) seperti ini disukai dan menjadi motivasi bagi guru-guru untuk berbuat yang terbaik atau merasa malu jika berbuat yang tidak baik. Akan tetapi di lain pihak, personaliti (KS) ini justru menjadi kelemahan beliau dalam menegakkan disiplin dan bertindak profesional dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, salah satunya dalam pelaksanaan supervisi akademik karena (KS) terlalu banyak pertimbangan dalam mengambil suatu tindakkan. Singkat kata beliau adalah kepala sekolah yang disenangi baik oleh guru-guru, karyawan serta anak didik. Dalam menjadikan sekolah ini besar, faktor kepemimpinan (KS) sangat besar pengaruhnya. Di tangan beliau, prestasi sekolah ini meningkat dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh pola kepemimpinana beliau yang arif bijaksana, seperti ungkapan guru (G7) dan (G8) yang diwawancarai tanggal 8 dan 13 Juni 2009, faktor yang menjadikan sekolah ko besar diantaronyo yo pengaruh dari Apak dengan “management by peace and by laugh”nyo, dan kedamaian untuk bakarajo, hati ko tabukak. Apak ko memang etika jo guru tinggi, sahinggo guru basamangat tinggi pulo untuk karajo,....untuangnyo di sakolah wak ko lah ado budaya sekolah yang positif tapi dak mungkin budaya positif tu ado tanpa kepemimpinan yang baik ( faktor yang menjadikan sekolah ini besar salah satunya karena pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah yang arif bijaksana, kedamaian untuk bekerja sehingga menjadi motivasi dan hati jadi senang untuk bekerja,...,di sekolah ini telah ada budaya sekolah yang positif, ini ada karena kepemimpinan kepala sekolah yang baik).
64
Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah, (KS) dibantu oleh 4 (empat) orang wakil kepala sekolah, yaitu wakil kurikulum, wakil kesiswaan, wakil sarana dan prasarana, wakil bagian humas, dan seorang kordinator sekolah bertaraf internasional (SBI). Keempat orang wakil kepala sekolah ini dipilih oleh majelis guru melalui suatu musyawarah yang melibatkan semua guru dan pegawai sekolah sekali dalam tiga tahun. b) Guru Jumlah guru yang bertugas di SMA Negeri 1 Padang Panjang saat ini adalah 61 orang dengan jenjang pendidikan S2, S1, dan D3/2 dengan rincian 10 orang S2 dan 5 orang sedang mengikuti pendidikan S2 atau 48 orang S1, 2 orang D3 dan 1 (satu) orang guru honor. Data selengkapnya ditunjukkan oleh tabel berikut:
65
Tabel 4.2. Jumlah Guru per Mata Pelajaran, Kualifikasi Pendidikan, Status dan Jenis Kelamin:
No.
Mata Pelajaran
Tingkat Pendidikan S2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
S1 4 4 4 4 5 3 1 4 4 3 3 3 1 1 1 3 1 5
D3
Pendidikan Agama Islam Kewarganegaraan Bahasa Indonesia 1 Sejarah Bahasa Inggris 1 Penjaskes Matematika 5 Fisika 2 Biologi 1 Kimia 1 Ekonomi / Akt Sosiologi Geografi 1 Seni Budaya Bahasa Jerman Teknik Informatika Bahasa Jepang BK Jumlah (Sumber: data SMAN 1 Padang Panjang)
Status Guru GTT/Guru Jumlah GT/PNS Bantu L P L P 2 2 4 1 3 4 5 5 4 4 2 3 1 6 3 3 2 4 6 1 5 6 4 5 4 4 1 2 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 4 5 61
Berdasarkan tabel 4.3 di atas tergambar bahwa keadaan jumlah guru untuk setiap mata pelajaran jika dibandingkan dengan rombel (20 rombel) sudah mencukupi, justru untuk beberapa mata pelajaran, seperti kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, biologi, fisika, dan teknik Informatika, jumlah guru sudah berlebih.
66
c) Tenaga Kependidikan Dalam menjalankan tugas manajerialnya, kepala sekolah dibantu oleh seorang Kepala Tata Usaha dan beberapa orang staf tata usaha baik yang berstatus pegawai tetap maupun tenaga honor. Tabel. 4.3. Jumlah dan status tenaga kependidikan
No
Jabatan PNS 1 4
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Status Honorer
Kepala TU Staff TU Satpam Laboran Pustakawan 1 Teknisi Komputer Pesuruh (Sumber: data SMAN 1 Padang Panjang)
2 2 1 1 1 2
Jumlah
Ket
1 6 2 1 2 1 2
1.5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud di sini adalah alat atau fasilitas yang tersedia di sekolah yang berfungsi untuk menunjang proses pembelajaran, baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Padang Panjang didukung oleh sarana prasarana yang cukup memadai seperti rincian berikut:
67
Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Sarana Jumlah Luas Lahan 1 Luas bangunan 1 Lapangan olahraga 1 Ruang belajar 20 Laboratorium IPA 3 Labor Bahasa 1 Labor Komputer / Internet 2 Labor Multimedia 1 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Guru 1 Ruang TU 1 Ruang Perpustakaan 1 Ruang BK 1 Ruang Serbaguna 1 Ruang OSIS 1 Ruang Klinik Kesehatan 1 Ruang UKS 1 Ruang Ibadah / Mesjid 1 Kantin 3 WC Siswa 20 WC Guru / Kepala Sekolah 6 Ruang Kesenian 1 Asrama 2 Pekarangan Sekolah 1 Taman 1 Kebun Sekolah 1 Toga 1 Saluran Limbah 1 (Sumber: data SMAN 1 Padang Panjang)
Satuan 41589 m² 5522 m² 4185 m² lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal lokal buah lokal buah buah lokal buah 10.000 m² 6.784 m² 9.200 m² 90 m²
Dari data tabel di atas, nampak jelas terlihat bahwa sekolah ini memiliki sarana prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang PBM yang baik. Dengan statusnya sebagai SMA BI, pihak sekolah dan pemerintah berusaha untuk melengkapi sarana prasarana yang ada sehingga nantinya betul-betul dapat memenuhi standar sekolah bertaraf internasional. Salah 68
satunya ialah dengan melengkapi kelas-kelas internasional dengan media belajar yang cukup memadai seperti, komputer dan Liquid Crystal Display (LCD) proyektor. Di kelas-kelas ini juga terdapat Closed Circuit Television (CCTV) sehingga kepala sekolah dapat mengamati aktivitas yang ada dalam kelas-kelas tersebut. Akan tetapi sejak setahun belakangan ini, alat monitor CCTV yang ada di ruangan kepala sekolah rusak dan belum diperbaiki hingga saat ini. 2. Program kegiatan SMA Negeri 1 Padang Panjang Pelayanan dan sasaran akhir dari pelaksanaan program kegiatan di SMA Negeri 1 Padang Panjang adalah siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam mewujudkan sasaran akhir tersebut, SMA Negeri 1 Padang Panjang memiliki program khusus yang membuatnya berbeda dengan sekolah umum lainnya. Sekolah ini terkenal dengan program Imtaqnya yang dipadukan dengan program umum lainnya. Hal ini dijabarkan melalui gambar berikut:
69
PROGRAM SMA NEGERI 1 PADANG PANJANG
SELURUHNYA PELAYANAN UNGGUL
SISWA LUAR ASRAMA
SISWA ASRAMA
PELAYANAN SAMA DARI SEGI 1. Pelaksanaan PBM 8 jam / hari 2. Pelaksanaan IMTAQ 3. Ketereampilan Bahasa Inggris 4. Keterampilan Komputer 5. Olah raga dan Ekskul 6. Akses internet. Gambar 4.7.Program SMA Negeri 1 Padang Panjang ( Sumber: data SMAN 1 Padang Panjang) Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa siswa di sekolah ini dikelompokkan atas dua bagian, siswa asrama karena mereka harus tinggal di asrama dan siswa luar asrama, yaitu mereka yang tidak tinggal di asrama. Bagi siswa yang tinggal di asrama mereka sekaligus berada dalam kelas BI
70
artinya guru-guru menyampaikan materi mereka secara bilingual. Untuk tahap awal, perlakuan ini hanya diperuntukkan bagi guru-guru yang mengajar mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Namun secara keseluruhan semua siswa mendapatkan
pelayanan dan
kesempatan yang sama, yaitu sama-sama berhak mendapatkan pelayanan unggul. 2.1.Kegiatan Kurikuler Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM), sekolah ini memiliki jadwal belajar yang lebih padat dibandingkan dengan sekolah negeri lainnya. Kalau sekolah lain, siswanya biasa belajar dari jam 07.30 hingga 13.30 WIB maka di SMA Negeri 1 Padang Panjang, siswa belajar selama 8 jam setiap harinya yang dimulai dari jam 07.15 WIB berakhir jam 15.10 WIB. Ketentuan ini belaku untuk semua siswa, mulai dari kelas X hingga kelas XII, kecuali bagi kelas XII di semester ke dua akan mendapatkan tambahan belajar 10 (sepuluh) jam per minggu dalam rangka persiapan ke perguruan tinggi. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pelayanan dan sasaran akhir dari output siswa adalah siswa yang perspektif, mempunyai kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah, “Output SBI adalah untuk menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghadapi persaingan global yaitu mandiri, kritis, memiliki jiwa enterpreneurship dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.” Untuk mencapai itu semua SMA Negeri 1 Padang Panjang
71
memberikan layanan khusus secara akademis dengan penambahan jam belajar untuk mata pelajaran MIPA atau yang di ujikan pada tingkat sekolah (Ujian Sekolah) plus Bahasa Inggris dan penambahan jam Imtaq 2 (dua) jam seminggu untuk anak di luar asrama dan 14 (empat belas) jam seminggu untuk anak-anak yang diasramakan. Di samping itu sekolah ini juga mempunyai program unggulan dikurikulum Imtaq SMAN 1 Padang Panjang yaitu Hafiz Al Qur’an dan Khatam Qur’an. Program Imtaq berimplikasi dan sangat berkontribusi terhadap kecerdasan siswa, sikap, tingkah laku dan budi pekerti sehingga sekolah ini tidak khawatir akan melahirkan generasi-generasi yang tercabut dari akar budaya, agama dan nasionalismenya. Kegiatan Imtaq setiap malamnya dimulai dari Sholat Magrib berjamaah sampai diakhiri dengan Sholat Isya berjamaah di Mushalla di lingkungan sekolah. Kegiatan imtaq ini banyak mempelajari dan mendalami ilmu agama, seperti hafal Alqur’an, tafsir Alqur’an, kemampuan menganalisa ayat-ayat Alqur’an, dan lain-lain dengan bimbingan 5 orang ustad (guru mengaji malam) secara bergantian. Sedangkan pelaksanaan kegiatan Imtaq untuk siswa yang tinggal di luar asrama dilakukan dari hari Senin sampai Rabu, pertingkat/hari, dimulai dari sholat Ashar dan dilanjutkan dengan pengajian yang dibimbing oleh Ustaz dan Ustazah yang ditunjuk khusus. 2.2. Kegiatan Ekstrakurikuler Di samping program Imtaq, pihak sekolah juga memfasilitasi siswa dengan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang intinya adalah untuk
72
mendukung kecerdasan emosional siswa, seperti: Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Sanggar Kreativitas Remaja (SKR), Siswa Pecinta Alam (Sispala), Marching Band, Forum Wanita Islam, Kelompok Keterampilan Tata Boga, Keterampilan Graha, Kelompok Debat Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang, kelompok kelas khusus pembinaan olimpiade dan kelompok tarian tradisional. Dari sekian banyak prestasi akademik dan non akademik yang telah diraih sekolah ini, beberapa diantaranya sangat membanggakan seperti: a) Medali emas Olimpiade Sains Biologi tingkat nasional,
tahun
2004. b) Medali perak Olimpiade Sains Biologi tingkat internasional di China, tahun 2004. c) Juara umum Olimpiade Sains Kimia tingkat Sumbar, tahun 2004. d) 20 besar Olimpiade Sains Kimia tingkat Nasional, tahun 2005. e) Juara I Festifal Seni Internasional di Yogyakarta tahun 2008, dll. (sumber : data SMAN 1 Padang Panjang) B. Temuan Khusus Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Ini berarti bahwa seorang kepala sekolah harus kompeten dalam
73
melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya. Secara teori, supervisi akademik dapat dilaksanakan secara langsung, tidak langsung, ataupun secara berkolaborasi dengan guru-guru. Yang terpenting dari itu semua, guru-guru mendapatkan bantuan dan bimbingan dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Hal ini penting untuk disikapi dengan baik oleh kepala sekolah karena kegiatan ini sangat berkorelasi dengan upaya sekolah dalam mencapai visi dan misinya. Setelah melakukan pengamatan, observasi, dan wawancara yang cermat dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru, berikut ini dapat diketahui temuan khusus penelitian ini terkait dengan
pelaksanaan supervisi
akademik kepala sekolah dan kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi tersebut serta upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkat profesionalisme guru. 1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Berubahnya status SMA Negeri 1 Padang Panjang dari sekolah unggul Sumatera Barat menjadi Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) membawa beberapa perubahan yang sangat signifikan terhadap jalannya roda pendidikan di sekolah ini. Dilihat dari rencana kerja tahunan sekolah saat ini, tampak adanya beberapa
program yang cukup
dilematis untuk dijalankan, seperti; a) penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar untuk mata pelajaran sains, sementara tenaga gurunya tidak dipersiapkan sebelumnya b) perumusan perangkat mengajar mata pelajaran sains dalam bahasa Inggris, c) mempersiapkan sumber daya manusia yang
74
memiliki wawasan Informasi dan Teknologi (IT) dan bahasa Inggris, serta d) peningkatan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar dengan anggaran yang terbatas. Di samping itu dari segi kepengawasan, sejak ditetapkan sebagai SMA BI, pelaksanaan supervisi akademik tidak saja dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah, tetapi pengawas provinsi juga melakukan supervisi akademik khususnya untuk guru-guru yang mengajar di kelas-kelas internasional, meskipun hanya satu kali dalam satu semester. Menurut G03 yang diwawancarai tanggal 26 Mei 2009 diperoleh informasi,”ambo pernah sakali dicaliak Ibuk pengawas dari Padang, yang dicaliak tu perangkat maaja, caro maaja, jo penggunaan bahasa Inggris ambo tetapi apak jo pengawas dinas yo alun pernah lai” (saya pernah dilihat mengajar oleh Ibuk Pengawas dari Padang, yang dilihat ialah perangat mengajar, cara mengajar dan penggunaan bahasa Inggris). Sementara itu, menurut G04 dalam wawancarnya pada tanggal 28 Mei 2009 mengatakan bahwa supervisi dari pihak pengawas kota dapat dikatakan tidak pernah mensupervisi guru-guru di sini, kecuali untuk sertifikasi, itupun hanya sebatas untuk mengisi format penilaian, “ibuk salamo ko yo baru kapatang ko dicaliak maaja dek pengawas, itu dek ibuk ka sertifikasi” (Ibuk selama ini, baru kemaren ini disupervisi pengawas karena ibuk akan sertifikasi). Supervisi merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan pemerintah dalam menetapkan suatu sekolah sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Perubahan sekolah ini menjadi SMA BI ikut mempengaruhi pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Dalam rentang waktu 7 tahun, 75
sejak menjabat kepala sekolah, ada 2 bentuk pendekatan yang ditemukan, digunakan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademiknya, yaitu supervisi secara kolaborasi (collaborative supervision) dan supervisi tidak langsung (non-directive supervision). Kedua pendekatan ini diambil dengan dasar pemikiran yang hampir sama yaitu guru-guru pada umumnya sudah memiliki kompetensi dan kemampuan yang sudah bagus, di samping pengawasan dan kontroling yang dilakukan, baik dari pihak sekolah maupun pengawas sekolah. a. Supervisi Akademik secara Kolaboratif (Collaborative Supervision) Pada masa awal kepemimpinan Kepala Sekolah atau sebelum SMA Negeri 1 Padang Panjang ditetapkan sebagai SMA Bertaraf Internasional, kegiatan supervisi akademik kepala sekolah lebih bersifat kolaboratif atau kolegial antara kepala sekolah dengan guru-guru. Artinya kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai supervisor akademik melibatkan guruguru lain yang diperkirakan sudah mampu menjadi supervisor terhadap guru-guru lain. Kewenangan ini dilimpahkan kepada ketua kelompok kerja guru (KKG) atau guru-guru senior berdasarkan ketetapan kepala sekolah. Informasi ini diperoleh dari percakapan dengan G06 pada tanggal 4 Juni 2009, guru yang juga pernah menjadi wakil kepala sekolah bagian kurikulum pada tahun 2004-2007, dulu kepala sekolah melimpahkan sebagian wewenangnya kepada guru senior dalam hal supervisi, dilakukan secara terjadwal, terprogram, dan tidak ditujukan pada orang yang sama pada setiap supervisi, kelemahannya supervisi Bapak tidak ditindaklanjuti sebagaimana mestinya, misalnya hasil supervisi didiskusikan,
76
dengan guru-guru tapi tidak dimonitor, tidak diarsipkan, dan tidak dievaluasi. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh G04, dalam wawancaranya pada tanggal 28 Mei 2009 mengungkapkan, Samaso Ibuk dulu, supervisi Apak ado dijadwalkan dan dilaporkan ka guru-guru senior. Dulu, guru-guru mudo disupervisi guru-guru senior. Samantaro, guru-guru senior disupervisi Apak.” (waktu Ibuk menjadi wakil kurikulum dulu, supervisi kepala sekolah ada dijadwalkan dan dilaporkan kepada guru-guru senior. Dulu, guruguru muda disupervisi oleh guru-guru senior. Sementara guru-guru senior disupervisi oleh kepala sekolah). Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas maka peneliti mencoba untuk mengkonfirmasikan pernyataan di atas kepada Guru (G07). Berdasarkan percakapan tersebut diperoleh informasi sebagai berikut, Apak dak suko mansupervisi awak sacaro langsuang, nyo labiah suko urang lain nan malakukannyo seperti ketua KKG. Mungkin nyo dak nio wak maraso tapaso dek nyo, nyo dak nio awak disulitkan olehnyo sahinggo ado jarak tapi itu dulu kini satau ibuk Apak dak pernah malakukan supervisi. (kepala sekolah tidak suka mensupervisi secara langsung, dia suka orang lain yang melakukannya, seperti ketua Kelompok Kerja Guru (KKG). Mungkin beliau tidak mau guru-guru merasa terpaksa karena supervisinya, beliau tidak mau guru-guru merasa disulitkan olehnya, sehingga menimbulkan jarak tapi itu dulu, kini satau ambo Apak tidak melakukan supervisi seperti itu lagi). Dalam pelaksanaanya, baik kepala sekolah maupun ketua KKG yang ditunjuk sebagai supervisor menggunakan format yang telah ada, yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, seperti yang disampaikan WK1 dan G06,”kepala sekolah dalam melakukan supervisi menggunakan format yang telah ada, yaitu APKG dan itu diisi Bapak.” Sehingga dari format tersebut, diharapkan kepala sekolah mengetahui kemampuan guru,
77
kelemahan, dan kekeurangannya dalam mempersiapkan dan mengelola pembelajaran. Pada prinsipnya pelaksanaan supervisi kolaboratif ini tidak menyalahi ketentuan yang ada. Namun dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan
prinsip-prinsip
dari
supervisi
itu
sendiri,
seperti
profesional, konstruktif, demokratis, dan berkesinambungan sehingga bantuan dan bimbingan yang diberikan dapat memperbaiki dan membantu guru meningkatkan profesionalitasnya. Menurut kepala sekolah, kebijakan ini diambil untuk menyikapi kesibukan akan beban tugas beliau sebagai kepala sekolah unggul Sumatera Barat waktu itu. Selain itu, supervisi kolaboratif ini dilaksanakan untuk memberdayakan guru-guru. Berikut kutipan pernyataan kepala sekolah yang diwawancarai pada hari Rabu, 6 Mei 2009, Guru-guru dibiasokan untuak indak diaja dan diagiahtau tapi menyatokan apo kekurangan nyo ka ketua KKG. Guru wak banyak jumlahnya jadi dak mungkin ambo mansupervisinyo satu persatu. Di sikolah kito cubo berdayokan kelompok kerja guru ko (guruguru dibiasakan untuk tidak diajar dan diberitahu tapi menyatakan apa kekurangan mereka). Dalam kenyataannya, kebijakan ini cukup efektif membantu guruguru untuk memperbaiki dan mengembangkan kemampuan mereka. Contohnya pada guru-guru baru. Ketika mewawancarai (G01), (G03) dan (G5), yang tergolong guru-guru baru di sekolah ini diperoleh informasi bahwa supervisi kepala sekolah sangat mereka butuhkan karena ilmu yang mereka dapatkan di bangku kuliah kadang-kadang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. Sehingga bagi mereka supervisi kepala sekolah
78
diharapkan dapat membantu dan membimbing mereka untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan ruang lingkup kerja yang baru. Menurut keterangan G01, G05, dan G03 yang diwawancarai pada tanggal 20, 31, dan 26 Mei 2009 mengatakan, Awalnyo, yo maraso cangguang, binguang, was-was tapi baa lai kito harus bisa, walaupun Apak dak ado mambimbiang langsuang, untuangnyo ibuk-ibuk nan lain ado tampek batanyo dan nio mambagi ilmunyo” (pada awalnya, merasa canggung, bingung, was-was tapi kita harus bisa, meskipun kepala sekolah tidak mensupervisi secara langsung, untungnya Ibuk-ibuk yang lain ada untuk bertanya dan mereka mau membagi ilmunya). ....untuang, ambo lah pernah maaja di swasta 2 tahun, tapi kondisinyo tantu babeda. Di tampek lamo dak sarancak dan dak sa banyak ko tuntutannya. Jadi yo harus karajo kareh, untuangnyo ibuk-ibuk di siko elok-elok, nio manolong wak. (kebetulan, saya pernah mengajar 2 tahun di swasta tapi kondisinya sangat berbeda. Di tempat yang lama tidak sebagus dan sebanyak ini tuntutannya. Jadi harus kerja keras, untungnya guru-guru di sini baik-baik, suka menolong). ....terus terang sebagai guru baru, supervisi Apak dibutuahkan. Di awal-awal maaja awak masih binguang, banyak metode-metode maaja yang dak awak kuasai tapi awak sagan pulo batanyo ka Apak, paliang-paliang awak batanyo ka Ibuk ‘E’ atau Buk D (terus terang sebagai guru baru, supervisi kepala sekolah dibutuhkan. Banyak metode-metode mengajar yang tidak dikuasai tapi saya segan pula bertanya pada kepala sekolah. Paling-paling saya bertanya pada Ibuk E atau buk D). Jelas kiranya bahwa bagi guru-guru baru keberadaan supervisi kepala sekolah bisa menjadi sarana untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Situasi kondisi sekolah adakalanya membuat guru-guru baru merasa tidak nyaman atau sulit untuk beradaptasi tapi jika supervisi berjalan dengan baik, kegiatan ini bisa menjadi jembatan komunikasi bagi guru-guru baru dan guru-guru lama untuk saling memahami dan bersamasama membina siswa-siswa untuk mencapai tujuan sekolah.
79
Dari wawancara dengan guru-guru tersebut juga terungkap bahwa meskipun secara langsung supervisi akademik kepala sekolah tidak terlaksana tapi sebenarnya (KS) cukup memperhatikan mereka. Bila ada kesempatan, seperti setelah jam sekolah berakhir atau saat istirahat, kepala sekolah menyempatkan diri untuk berdiskusi atau berbincang-bincang dengan guru-guru. Pada kesempatan itu, guru-guru secara santai dapat menyampaikan persoalan atau hal-hal yang ingin mereka sampaikan. Di lain pihak kepala sekolah juga berkesempatan untuk merespon keluhan mereka tersebut, menanyakan keadaan dan kesulitan yang ditemui guru tersebut dengan baik. Adakalanya beliau menawarkan bantuan apa yang bisa diberikan. Semua ini juga merupakan bagian dari supervisi akademik yang dilakukam kepala sekolah meskipun dampaknya mungkin tidak terlalu signifikan
dalam meningkatkan kualitas guru-guru tersebut
memperbaiki pengajarannya karena hal ini hanya dilakukan secara kebetulan atau tidak direncanakan. Sedangkan mereka yang belum baik mengajarnya ketika sudah berada di dalam kelas, keadaan yang ada adalah si guru tetap mengajar dengan caranya, jarang guru yang nio mangatokan kelemahannyo, paliang-paliang mangaluah ka Apak (jarang guru yang mau mengatakan kekurangannya, jangan-jangan hanya menyampaikan keluhan kepada Kepala sekolah). Tapi kalau kepala sekolah masuk ke dalam kelas dan mengamati cara, metode, interaksi guru dengan siswa, penguasaan guru terhadap materi, dan sebagainya maka saran-saran, diskusi dan perbaikan yang dilakukan kepala sekolah akan terasa lebih
80
bermakna. Seperti yang diungkapkan oleh G06, pada tanggal 4 Juni 2009, jam 11.48, Supervisi akademik itu sangat perlu, alasannyo kepala sekolah tahu kinerja guru, seandainyo ado masalah bisa ditangani lebih awal (masalah yang terkait dengan akademik), dan guru maraso diperhatikan dengan memberikan reward atau punishment, misalnyo kalau dicaliak, kan wak maraso diperhatikan, kalaunyo bagus kan ado penghargaan dari kapalo sikolah, sepert kesempatan yang diberikan untuk penataran-penataran. Kalau kapalo sikolah malakukan supervisi, nyo akan tau ma guru yang bagus, ma yang indak sahingga kalau ado penataran Apak punyo acuan untuak mangirim guru-guru. Tapi terkait dengan RSBI, ambo raso supervisi tu harus dilakukan oleh orang yang labiah tau dari urang yang ka disupervisi, untuak Apak tantu baliau nan labiah tau.
Berdasarkan paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang disayangkan dari supervisi kolaborasi kepala sekolah saat itu adalah beliau tidak betul-betul mempersiapkan guru-guru yang akan ditugasi untuk melaksanakan supervisi akademik tersebut. Padahal, peran supervisor merupakan peranan yang penting dan membutuhkan keahlian dan kecakapan
khusus.
Wiles
dan
Bondi
(2004)
mengemukakan
bahwa,”supervisors should be “resident experts” in many of the new areas affecting schools”. Maksudnya supervisor seharusnya menjadi ahli dalam banyak hal baru yang mempengaruhi sekolah. Jadi, dalam menerapkan supervisi akademik secara kelegial, kepala sekolah harus benar-benar menyadari dan memperhatikan kompetensi dan kecakapan guru yang akan dilimpahi wewenang sebagai supervisor tersebut. Untuk itu kepala sekolah harus mempunyai program dan rencana yang jelas dalam pelaksanaan supervisi akademiknya. Sehingga guru-guru mendapatkan bimbingan yang terarah dan jelas dalam peningkatan profesionalitas mereka.
81
b. Supervisi tidak langsung (indirect supervision) Sekali lagi dijelaskan bahwa sejak sekolah ini ditetapkan sebagai RSBI, supervisi kepala sekolah tidak lagi berjalan sebagaimana adanya. Dulunya (sebelum sekolah ini ditetapkan sebagai
SMA BI), kegiatan
supervisi akademik, khususnya kunjungan kelas terjadwal dan rutin dilakukan oleh kepala sekolah, meskipun tidak terarsip dan tidak ditindaklanjuti, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang sarana prasarana (WK 2), “dulu sabalun sikolah kito RSBI, kan lai ado supervisi Apak, Apak masuak kelas, mancaliak guru maaja, tapi kini satau ambo nan sarupo tu
yo dak ado lai (dulu sebelum sekolah ini
ditetapkan RSBI, kepala sekolah ada melaksanakan supervisi tetapi sekarang tidak ada lagi). Akan tetapi dampaknya sangat baik, seperti yang diungkapkan oleh G06 dalam wawancaranya,”Dengan disupervisinya guru, kepala sekolah tahu kinerja guru, seandainya ada masalah bisa ditangani lebih awal, guru merasa diperhatikan, dan sekolah punya data tentang kondisi guru. Akan tetapi sejak sekolah ini ditetapkan sebagai RSBI kegiatan supervisi akademik kepala sekolah lebih mengarah pada supervisi secara tidak langsung (indirect supervision). Untuk kegiatan supervisi kelas ada dijadwalkan tapi tidak dilaksanakan. Seperti pernyataan wakil kepala sekolah bagian kurikulum (WK1) pada peneliti, hari Senin, 11 Mei 2009,” supervisi Apak lah disusun tapi hanyo untuak kelas RSBI sajo dan lah dilatakkan di meja Apak tapi sampai kini Apak alun pernah masuak kelas.” Maksudnya jadwal supervisi akademik kepala sekolah sudah disusun dan 82
diletakkan di meja beliau tetapi hingga saat ini kepala sekolah belum juga melakukan supervisi tersebut. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, agenda supervisi kepala sekolah disusun oleh wakil kurikulum dengan tetap mengkonfirmasikan terlebih dahulu kepada kepala sekolah. Kegiatan supervisi kepala sekolah tergambar dalam kegiatankegiatan yang beliau lakukan setiap harinya, misalnya, pagi hari sebelum bel masuk berbunyi, kepala sekolah biasa berdiri di depan gerbang sekolah menyambut dan bersalaman dengan guru-guru, karyawan dan siswa yang datang. Melalui kegiatan ini, beliau ingin memberikan keteladan sambil saling mengenal dan mempererat hubungan satu sama lainnya. Sebagai kepala sekolah yang cukup sibuk dengan kegiatannya, activitas pagi ini merupakan sarana bagi beliau untuk bertemu dan menjalin silaturrahmi dengan guru dan siswa.
Begitupun setelah bel berbunyi, beliau akan
berjalan mengelilingi kelas, melihat jika ada guru yang belum datang maka beliau akan masuk menjelang guru yang bersangkutan datang. Selain itu, waktu atau kesempatan yang juga sering beliau gurnakan untuk berkomunikasi dan saling bertukar fikiran baik dengan guru maupun siswa ialah kesempatan setelah shalat Zhuhur. Beberapa menit setelah shalat, sebelum bel masuk siang berbunyi, beliau akan terlihat berbincang-bincang dengan guru atau siswa.
Adapun materi pembicaraan, bervariasi, tidak
terfokus pada satu masalah tapi apapun itu yang menjadi keluhan, masalah atau saling berbagi informasi-informasi baru sering menjadi perbincangan, seperti masalah asrama, belajar, guru, dan lain sebagainya.
83
Di samping itu, supervisi kepala sekolah juga nampak dalam kegiatan yang berlangsung pada hari Sabtu, 2 Mei 2009, sekitar jam 10.00 WIB. Saat itu kepala sekolah mengumpulkan guru-guru, khususnya wali kelas untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah mengikuti ujian midsemester. Dalam pertemuan ini, kepala sekolah menampung semua aspirasi dan permasalahan yang muncul terkait dengan keadaan siswa, kondisi peralatan labor bahasa, kekurangan bahan pratikum dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut memperjelas bentuk dari pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah saat ini dimana dalam dua tahun belakangan ini beliau tidak bersentuhan langsung dengan program pengajaran guru tetapi lebih bersifat supervisi tidak langsung (non-direct supervision). Pendapat ini didukung oleh pernyataan beberapa orang guru yang sempat peneliti wawancarai pada hari yang berbeda, 2 dan 28 Mei 2009 yaitu guru (G01) dan (G04), Supervisi Apak ado ambo raso tapi itu hanyo basifat informal, misalnyo Apak sambia duduak-duduak sahabis maaja Apak manyempatkan badiskusi jo awak. Ambo pernah wakatu tu mangaluah ka apak tantang pamakaian ruang multimedia, beliau mancarikan solusinyo. Yang lain saat Apak bakaliliang sikolah mungkin,(Supervisi kepala sekolah ada, tapi itu hanya bersifat informal, misalnyo berdiskusi sehabis sikolah usai, Bapak menyempatkan diri berdiskusi dengan guru. Saya pernah menyampaikan keluhan saya tentang penggunaan ruang multi media, Bapak mencarikan solusinya,...... kalaupun ado supervisi Apak itu mungkin takaik jo kompetensi sosial jo kepribadian sajo baru atau wakatu ka disertifikasi. Itu pun Apak masuak kelas ibuk hanyo mambaok karateh nan ka di acc Apak se nyo. Apak duduak babarapo saat di balakang mancaliak Ibuk maaja, trus dak bara lamo Apak kalua lai ( kalaupun supervisi kepala sekolah ada, mungkin yang terkait dengan kompetensi sosial serta kepribadian saja atau waktu akan di sertifikasi. Itu pun Bapak masuk kelas Ibuk hanya membawa kertas yang akan di tanda tangani Bapak saja. Bapak duduk beberapa
84
saat di belakang melihat Ibuk mengajar, setelah itu, tidak berapa lama Bapak keluar). Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh G03 dan WK2, ....”Lah dua tahun ambo maaja di kelas internasional, yo dak pernah Apak mancaliak wak gak sakali juo. Nan ado yo dari pengawas dari Padang, itu pun baru sakali,(sudah 2 tahun mengajar di kelas internasional, Bapak belum pernah melihat saya mengajar. Yang ada, adalah pengawas dari padang, itu pun baru sekali),....kini tu yo dak ado tadanga kacuali guru-guru nan ka disertifikasi. Ambo raso Apak punyo caro tersendiri dalam supervisinyo atau mancaliak wak maaja, misalnyo jo CCTV di kantua baliau atau malalui anak. (sekarang, dak ada terdengar tentang supervisi Bapak, kecuali buat guru-guru yang akan disertifikasi. Menurut saya, Bapak punya cara tersendiri dalam menjalankan supervisinya dan dalam mengamati kita mengajar, misalnya melalui CCTV di kantor beliau atau bertanya kepada siswa) Tanpa mengabaikan peranan (KS) yang sangat besar terhadap kemajuan sekolah ini, diakui guru bahwa supervisi akademik (KS) belum menyeluruh dan menyentuh esensi dari supervisi itu sendiri. Hal ini karena (KS) tidak pernah lagi mengamati guru-guru mengajar secara langsung; sehingga guru-guru tidak mendapatkan bimbingan dan perbaikkan yang langsung terhadap pembelajaran yang mereka lakukan. Pada tanggal 8 Juni 2009, peneliti mewawancarai G07 yang sedang berada di ruang majelis guru. Supervisi akademik kepala sekolah untuk sekolah selevel awak ko sangat paralu untuak manjago mutu nan alah ado. Satau ibuk lah sa tahun atau duo tahun ko Apak dak ado masuak kelas mancaliak wak maaja. Kalau Apak masuak ka dalam kelas akan labiah rancak walaupun ‘once a while’. Itu mambuek guru labiah siap sebab sewaktu-waktu dan kapan sajo kapalo sekolah ka mancaliaknyo dan kahadiran kapalo sekolah tu sesuatu yang besar bagi guru. Saruman ibuk ko nan ka pansiun lai, tau kapalo sekolah ka masuak takuik sangaik. Berarti kehadirannyo sangat spesial bagi guru, malu nan labiah ka dicaliak urang, dak takuik do. Jadi karano malu dan
85
mungkin juo takuik tu, tantu kito mambuek persiapan. Jadi harus, walaupun dak sering karena kalau acok susah pulo guru. Maksud dari pernyataan di atas ialah supervisi akademik kepala sekolah untuk sekolah selevel SMA Negeri 1 Padang Panjang sangat diperlukan untuk menjaga mutu yang telah ada. Sepengetahuan Ibuk G07, sudah satu tahun atau dua tahun ini kepala sekolah tidak melakukan supervisi kelas. Seandainya kepala sekolah masuk kelas akan lebih bagus lagi meskipun ‘sekali’. Ini akan membuat guru lebih siap karena sewaktu-waktu akan dilihat kepala sekolah dan kehadiran kepala sekolah itu sangat berarti bagi guru, misalnya bagi ibuk yang akan pensiun ini, tahu kepala sekolah akan mensupervisi sangat takut dan malu akan dilihat. Jadi karena malu dan takut itu, tentu kita akan mempersiapkan diri. Jadi supervisi akademik itu harus, walaupun tidak sering karena kalau terlalu sering akan membuat guru menjadi susah pula. Pernyataan sama juga diutarakan oleh (G08), seorang guru Biologi yang saat itu menjadi ketua KKG kelompok Biologi. Adapun kutipan dari keterangan beliau tentang supervisi (KS) adalah sebagai berikut, Sarancaknyo supervisi tu dijalankan, paliang indak sakali dalam satahun. Rasonyo dengan disupervisinyo awak partamo nan dicari tu kekurangan awak bukan kejelekkan awak nan dicaliak, samantaro ko maaja tu makin komplek dan rumit kalau wak dak pernah disupervisi yo baitu-baitu sajolah, dak kan pernah barubah kecuali ado pengaruah dari lua, misalnyo dari Apak (bagusnya supervisi itu dilaksanakan, minimal sekali dalam setahun. Kalau kita disupervisi, pertama yang dilihat adalah kekurangan kita bukan kejelekkan. Sementara ini, mengajar itu semakin komplek dan rumit. Kalau kita tidak pernah disupervisi, maka kita akan tetap seperti ini terus, tidak akan pernah berubah kecuali ada pengaruh dari luar, misalnya dari kepala sekolah).
86
Dari beberapa percakapan yang telah dilakukan dengan guru (G06), (G07) dan (G08) dapat disimpulkan bahwa meskipun mereka mengajar di Sekolah Menengah Atas Bertraraf Internasional (SMA BI), mereka tetap membutuhkan yang namanya supervisi akademik kepala sekolah. Mereka menyakini bahwa kegiatan ini akan sangat membantu mereka dalam memperbaiki kinerja mereka, menjadi guru yang profesional. Banyak hal yang menjadi alasan mengapa mereka memerlukan supervisi ini, diantaranya dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap perbaikan pendidikan sementara tidak semua guru memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, semakin komplit dan bervariasinya metodologi pengajaran yang menuntut mereka untuk selalu menyesuaikan diri dan meng-update hal-hal yang baru dalam dunia pendidikan serta dengan semakin majunya teknologi pendidikan. Supervisi juga diyakini dapat menjadi alat untuk mengikat guru-guru dan kepala sekolah untuk selalu peduli dan tetap konsern dengan tujuan mereka dalam meningkatkan profesionalitas mereka, memperbaiki, mengembangkan, dan membina kualitas belajar mengajar, kepribadian serta komunikasi yang baik. Idealnya, supervisi akademik kepala sekolah haruslah membantu guru secara langsung karena dengan interaksi langsung supervisor dengan guru banyak hal positif yang diperoleh. Akan tetapi dalam era demokratis dan reformasi, penerapan supervisi akademik sedikit mengalami perubahan dimana unjuk kerja supervisor adalah untuk membantu, memberi suport dan mengikutsertakan guru-guru dalam kegiatan tersebut bukan mengarahkan terus menerus (Wiles dalam Sahertian, 2008: 26). Di
87
samping itu, ini juga berdampak terhadap kemandirian guru-guru dalam mengembangkan potensinya. 2. Kendala-Kendala yang Dihadapi Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik Dari beberapa wawancara yang telah penulis lakukan dengan sumber informasi; kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru, dapat diuraikan di sini bahwa ada beberapa hal yang menjadi kendala pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah, diantaranya: a. Penguasaan terhadap Metodologi dan Bahasa Inggris Sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), ketentuan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelaskelas internasional di SMA Negeri 1 Padang Panjang ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Berdasarkan asas pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah bertaraf internasional maka kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan teknologi diharapkan mampu berbahasa Inggris secara aktif. Di samping itu, dalam penjaminan mutu proses pembelajaran, Sekolah bertaraf Internasional diharapkan menerapkan azasazas pembelajaran aktif yang mengakses 5 pilar pendidikan (religious awareness, learning to know, learning to do, learning to be, and learning how to live together) dalam pengelolaan pembelajaran. Untuk mewujudkan itu semua maka kepada kepala sekolah dan terutama guru-guru mampu mengembangkan model-model pembelajaran yang konstruktif, inovatif seperti cooperative learning, pembelajaran berbasis masalah, dan contextual
88
teaching and learning (CTL). Memanfaatkan berbagai sumber belajar (lingkungan, nara sumber, dan penunjang belajar lainnya) tidak hanya dari guru. Merujuk pada ketentuan seperti yang diutarakan di atas maka menurut Kepala Sekolah yang diewawancarai tanggal 6 Mei 2009 mengatakan bahwa kendala utama beliau dalam melakukan supervisi saat ini yaitu terkait dengan ketentuan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas-kelas internasional dan pemahaman beliau yang kurang terhadap metode pembelajaran. Masih menurut kepala sekolah bahwa tidak adil rasanya melakukan supervisi terhadap guru-guru jika ada guru yang diabaikan atau tidak disupervisi. Sementara itu untuk melakukan supervisi terhadap guru-guru yang mengajar di kelas internasional, beliau merasa tidak cakap karena keterbatasan bahasa dan kurangnya informasi yang beliau miliki tentang metodologi pengajaran yang terbaru, seperti yang beliau kemukakan, sabananyo kendala ambo ma supervisi terkait dengan status sakolah wak nan lah RSBI yo bahaso. Kini tu amuah se guru-guru maaja jo bahasa Inggris lah basyukur wak. Di sampiang tu wak juo harus dibekali jo buku-buku yang berhubungan dengan metodologi yang terbaru, seperti CTL sahinggo katiko guru-guru batanyo wak dak binguang.jadi sesuatu memang harus dikarajoan jo urang yang ahli di bidang tu. Dari ungkapan di atas tersirat bahwa adanya semacam keengganan kepala sekolah untuk tetap memaksakan supervisi tersebut karena untuk mengamati guru mengajar secara bilingual minimal beliau harus mengerti penggunaan bahasa tersebut. Sehingga jika ada penggunaannya yang tidak sesuai atau salah maka kepala sekolah dapat membetulkannya menurut yang
89
semestinya. Di samping itu, seiring dengan perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi, tenaga guru dan kependidikan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dan menerapkannya dalam PBM mereka. Sehingga guru-guru tidak lagi bingung untuk menggunakan metode dan media belajar dalam PBM mereka. Dalam satu kesempatan, peneliti sempat mendengarkan keluhan siswa dan guru yang mengajar dan belajar di kelas internasional tentang kendala yang mereka hadapi di dalam kelas, lai ditarangkan jo bahaso Indonesia se wak lah payah mangarati apo lai diajaan jo bahasa Inggris, tambah binguang wak baraja fisika, matematika jo kimia jadinyo karano bahaso Inggris ibuk tu payah”,....”banyak wakatu wak habis kini karano harus manguasai materi barikuik jo caro manyampaikannyo jo bahasa Inggris akibatnyo ambo acok hilang kontrol kadang salah dalam mengatokan istilah. Tantu iko bisa mambuek pamahaman siswa bisa salah. Artinya kedua belah pihak baik guru maupun siswa sama-sama berusaha keras untuk dapat saling memahami materi belajar yang diperlajari. Menurut mereka diterangkan dengan bahasa Indonesia saja, sudah susah untuk mengerti pelajaran MIPA, apalagi diterangkan dengan bahasa Inggris, akibatnya siswa bingung. Di samping itu dari pihak guru waktu yang mereka perlukan untuk mengajarkan satu materi jadi bertambah banyak, menguasai materi sekaligus cara penyampaiannya dalam bahasa Inggris. Akibatnya mereka sering salah dalam menggunakan istilah. Sehingga pada akhirnya guru mencoba untuk berbahasa Inggris seberapa mereka bisa, lah dicubo pakai bahaso Inggris tu, awak binguang, anak pun binguang, akhirnyo bahaso tu tapakai di awal dan di akhir sajo,”(sudah dicoba menggunakan bahasa Inggris, kita bingung,
90
anak juga bingung, akhirnya bahasa Inggris itu hanya digunakan di awal dan di akhir mengajar saja)...”kalau ambo bilo takana se, daripado anak dak mangarati, elok lah ambo pakai bahaso Indonesia se, tapi kalau pengawas datang, baru ambo pakai bahaso tu, tapi yo sabisa ambo sajo ( saya menggunakan bahasa Inggris bila saya mau saja, daripada siswa tidak mengerti, lebih baik saya berbahasa Indonesia saja, tapi kalau pengawas datang, baru saya coba berbahasa Inggris, semampu saya saja). Ketika kendala berbahasa Inggris yang dikemukakan kepala sekolah peneliti cross-check kepada guru-guru, pernyataan mereka juga tidak jauh berbeda. Guru (G07) dan (G08) mengemukakan, ambo lah ka pensiun, dak amuah lai diaja, tapi kok lai ado Apak masupervisi mungkin sagetek banyak ambo bisa baraja dari baliau,”...”kini tu teknologi yo lah canggih, kito harus pandai pakai komputer jo bahasa Inggris, ibuk sampai kini yo alun juo bisa-bisa untuak nan duo hal itu. Kok ibuk disuruah maaja di kelas internasional bisuak jo bahasa Inggris, nio ibu rasonyo mintak pensiun se lai. Ada tersirat keputusasaan bagi guru-guru senior yang merasa tidak mampu lagi untuk mengembangkan diri mereka. Hal ini diyakini penuh bagi kepala sekolah sehingga beliau tidak ingin terlalu memaksakan supervisi akademiknya. Dalam pandangan peneliti, keadaan seperti ini seharusnya sudah difikirkan sebelumnya oleh pengambil keputusan sehingga sewaktu ketetapan ini diberlakukan hal-hal seperti ini tidak menjadi permasalahan yang mengganggu bagi kepala sekolah dan guru-guru. Guru (G01) mengatakan, kalau ambo mangarati baa kok Apak dak malakukan supervisi salamo ko karano mungkin baliau maraso dak pas ma supervisi guru-guru kini tu. Guru-guru disuruah maaja jo bahaso Inggris samantaro Apak, ambo kiro dak pandai bahaso Inggris. (saya memahami kenapa kepala sekolah tidak melakukan supervisi karena mungkin beliau merasa tidak cocok mensupervisi guru-guru kini.
91
Guru-guru disuruh mengajar dengan bahasa Inggris sementara Bapak menurut saya tidak bisa bahasa Inggris. Satu hal yang juga disayangkan dari kondisi ini ialah supervisi dari pihak dinas kota juga tidak maksimal. Kalau pun ada, itu dilakukan oleh pengawas dari dinas Pendidikan Provinsi yang datang satu atau dua kali dalam setahun. Itu pun yang disupervisi paling banyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang, khusus guru-guru yang mengajar di kelas internasional. b. Rasa Segan Sampai berakhirnya semester II (dua) tahun ajaran 2008/2009 atau akhir penelitian ini dilakukan, tidak tampak kegiatan kepala sekolah mengamati
guru-guru
mengajar
di
kelas.
Secara
terbuka
beliau
menyampaikan pada peneliti pada tanggal 6 Mei 2009 bahwa secara personal beliau merasa segan melakukan supervisi akademik terhadap guruguru karena menurut beliau guru-guru di sini pada umumnya sudah baik meskipun masih ada satu atau dua orang yang butuh bimbingan namun semua itu masih dapat diatasi melalui KKG,” Ambo dak pas masupervisi Buk ‘G’ (guru yang sudah senior), urang tuo nan ka disupervisi, sagan ambo, ambo yakin ibuk tu dak paralu di supervisi karano baliau labiah tahu dibandiangkan ambo, jadi biasonyo untuak hal-hal samacam iko ambo limpahkan ka KKG ” (saya tidak tepat melakukan supervisi terhadap Buk ‘G’ yang sudah tua dan senior karena tentunya beliau lebih tahu dibandingkan saya). Masih menurut kepala sekolah bahwa beliau pernah melihat seorang guru mengajar dengan cara yang salah tapi beliau tidak mau mengatakan bahwa mengajar dengan cara itu salah karena di lain pihak siswa ternyata dapat memahami apa yang diajarkan guru tersebut sehingga akhirnya beliau tidak jadi menegur guru itu. Dalam pandangan beliau sejauh siswa dapat
92
memahami apa yang diajarkan guru tersebut maka tidak ada persoalan. Alasan lain dari keberatan beliau mengatakan hal tersebut ialah bahwa beliau tahu guru tersebut tidak mau dikritik sehingga teguran yang beliau sampaikan tidak akan memberikan perubahan yang berarti pada guru tersebut. Merasa belum yakin dengan keterangan yang disampaikan kepala sekolah, maka peneliti mencoba memperjelasnya dengan bertanya kepada beberapa guru tentang hal-hal yang menjadi kendala bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik. Berikut ini pernyataan 2 (dua) orang guru yang sempat penulis wawancarai dalam dua kesempatan yang berbeda, (G01), (G05), menurut ambo hambatan Apak melakukan supervisi bersifat personal, Apak sagan karano dak ingin menjadikan supervisi tersebut sebagai penghambat dimana guru-guru merasa tabebani disampiang itu ado guru ko nan lah ditagua tapi dak nio barubah”...” Awak raso Apak dak malakukan supervisi karano apak mangarati kalau baban karajo awak tu lah banyak, maaja jo Bahasa Inggris, mambuek RPP, Silabus jo bahasa Inggris pulo jadi apak dak ingin wak terlalu tabebani pulo jo supervisi baliau. (saya rasa Bapak tidak melakukan supervisi karena beliau mengerti kalau beban kerja kita sudah terlalu banyak, mengajar dengan bahasa Inggris, membuat RPP dengan bahasa Inggris, buat silabus dengan bahasa Inggris juga, jadi menurut saya bapak tidak ingin membuat kita menjadi terbebani dengan supervisi beliau) Pernyataan
yang
disampaikan
guru-guru
ini
mempertegas
bahwa
kepribadian kepala sekolah yang lunak dan toleran secara personal menjadi kendala bagi beliau untuk melakukan supervisi akademik. Selain itu, karakter guru yang tidak mau patuh dan tidak disiplin juga menjadi hambatan bagi kepala sekolah untuk bertindak tegas. Terlihat bahwa kepala
93
sekolah tidak mampu dan tidak mau bersikap tegas dan menindak secara keras guru-guru yang melanggar aturan atau tidak disiplin. Sementara itu dengan ungkapan lain, guru (G07) menilai kepala sekolah merupakan orang yang banyak pertimbangan dan tidak tegas. Namun di sisi lain beliau merupakan orang yang demokratis dan menjunjung nilai-nilai positif seperti, jujur, ikhlas dan terbuka artinya bersedia untuk dikritik. Dua hal yang berbeda ini menjadi faktor yang membuat guru merasa nyaman dan tidak terbebani sehingga
supervisi
kepala sekolah yang tidak maksimal tidak berdampak signifikan bagi mereka. c. Kesibukkan kepala sekolah Hasil wawancara penulis dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum (WK1) dan kordinator RSBI (G09) serta beberapa guru (G02, G03, G04) memberikan gambaran bahwa kesibukan kepala sekolah dapat menjadi salah satu penyebab lain pelaksanaan supervisi akademik tidak berjalan dengan maksimal. Sebagai kepala sekolah bertaraf internasional, pertemuan, seminar, rapat dan menerima kunjungan sekolah lain merupakan rutinitas atau kegiatan yang sering dilakukan kepala sekolah. Ketika hal ini ditanyakan kepada wakil kepala sekolah (WK1) dan (G09) maka tanggapan mereka hampir sama bahwa kegiatan supervisi sering terkendala dengan waktu. Kepala sekolah sering dipanggil mendadak untuk menghadiri pertemuan, seminar, dan lain sebagainya dan adakalanya kegiatan itu bertenturan waktunya dengan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah
94
yang telah di jadwalkan, seperti pernyataan (WK1) kepada peneliti pada tanggal 11 Mei 2009, hariko sabananyo Apak ado jadwal tapi Apak harus ka Padang”,...(G09), “satau ambo Apak punyo jadwal yang padek, apolai sajak sikolah wak ko RSBI. Sabanta-sabanta lah diimbau dek urang dinas, ka balaikota, ka Padang atau Jakarta. (sebenarnya kepala sekolah punya jadwal supervisi hari ini tapi beliau harus ke Padang) Jika dicermati dengan baik, secara teori kepala sekolah telah menyusun perencanaan supervisi guru di kelas, namun dengan kesibukan tugas pokok lainnya pelaksanaan supervisi belum banyak dilakukan. Alasan ini kadang ada benarnya, namun kadang juga tidak benar sama sekali. Yang jelas kepala sekolah memiliki beban tugas untuk mensupervisi para guru yang menjadi mitra kerjanya. Hikmah yang diperoleh, selain mengetahui kemajuan proses pembelajaran di kelas, supervisi juga akan mempererat hubungan
silaturrahmi
antara
guru
dan
kepala
sekolah.
Keduabelah pihak saling mengetahui kebutuhan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian kesibukkan tidak seharusnya menjadi halangan bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor akademik. Adalah bijaksana jika kepala sekolah dapat menyiasati supervisi akademik tersebut dengan menjadwal ulang kembali kegiatan supervisi beliau tersebut atau melimpahkan sebagian wewenangnya kepada guru-guru senior atau ketua KKG dan selanjutnya tetap berkordinasi dalam rangka meningkatkan dan membina keterampilan dan kemampuan profesional guru-guru. Jadi, yang terpenting di sini adalah komitmen dari pihak kepala sekolah untuk melaksanakan tugasnya tersebut.
95
d. Minimnya dana sekolah; Menurut kepala sekolah, masalah supervisi termasuk di dalamnyo masalah dana, apalagi untuk SBI, tapi apo kato urang dinas katiko awak mangatokan kalau wak butuah dana untuak supervisi, masak supervisi dibayar? Mereka dak tau kalau supervisi wak kini butuah seseorang yang ahli, khususnyo bidang bahasa. Pernah dulu wak cubo guru bahasa Inggris mandampingi guru MIPA masuak kelas atau mambimbiangnyo tapi sewaktu itu dikarajoan, apo yang wak dapek? Apo yang didapek guru-guru bahasa Inggris jo guru MIPA tu salain karajo nan batambah? Sahinggo hilang lah motivasi tu. Makonyo SBI dak bisa gratis dan supervisi dalam kondisi sarupo ko dak bisa dipasoan. Maksudnya adalah bicara masalah supervisi saat ini termasuk di dalamnya masalah dana karena untuk saat ini kepala sekolah membutuhkan seseorang yang ahli di bidang bahasa untuk mendampingi beliau dalam melakukan supervisi berkaitan dengan keterbatasan beliau dalam berbahasa Inggris. Untuk menugaskan seseorang tersebut tentu dibutuhkan dana. Sementara sekolah memiliki keterbatasan dana berkaitan dengan tidak dibolehkannya memungut iuran komite alias sekolah gratis sementara dalam anggaran sekolah tidak termasuk di dalamnya dana untuk kegiatan supervisi akademik kepala sekolah. Lain halnya jika sedari awal, kepala sekolah untuk sekolah bertaraf internasional telah dipersiapkan secara baik dengan memasukkan unsur bahasa Inggris di dalam persyaratannya. Sehingga dalam kondisi seperti ini, menurut kepala sekolah supervisi akademik tidak bisa dipaksakan. Keterangan ini, peneliti coba konfirmasikan dengan G09/ Kordinator Rintisian Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) pada tanggal 18 Juli 2009,
96
“dalam anggaran SBI ada 9 komponen pembinaan yang sudah ditentukan, diantaranya Proses Belajar Mengajar (PBM), sarana, kesiswaan, penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), dll., tapi tidak termasuk di dalamnya untuk ‘ongkos’, seperti insentif untuk supervisi. Jadi untuk pelaksanaan supervisi kepala sekolah tidak ada dalam anggaran RSMABI.
Pernyataan kepala sekolah mengenai keterbatasan dana ini, sebenarnya tidak dapat dijadikan alasan untuk meniadakan supervisi kelas karena hal itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai kepala sekolah. Pernyataan kepala sekolah di atas peneliti coba konfirmasikan lagi dengan (WK2) pada tanggal 26 Juni 2009. WK2 juga merangkap sebagai bendahara sekolah. Dari beliau didapat informasi bahwa betul adanya kalau sekolah memiliki keterbatasan dana, hal ini berakibat terhadap beberapa program sekolah seperti pembinaan olimpiade, atau mengirim siswa-siswa ikut olimpiade, yang dulunya dapat diikuti banyak anak, sekarang jumlahnya terpaksa harus dikurangi bahkan siswa harus mengeluarkan biaya sendiri untuk mengikuti kegiatan itu. Begitu juga dengan kegiatan tambahan belajar sore yang tidak dapat lagi dilaksanakan secara optimal karena insentif untuk guru-guru yang biasanya diberikan setiap bulan sekarang baru bisa dibayarkan sekali dalam tiga bulan. Selain itu menurut (WK2), keterbatasan dana sekolah saat ini juga merupakan dampak dari kampanye politik Pak Walikota, keadaan ko marupakan akibat dari kebijakan politik Pak Walikota yang menggratiskan biaya sekolah di Padang Panjang ko, padohal dalam ketentuannya sekolah internasional dibuliahkan untuak mamunguik uang komite karano sikolah wak ko punyo programprogram khusus. Gunonyo untuak mamacu perkembangan sikolah ko manuju sikolah internasional seperti nan diarokan. Samantaro anggaran rutin sakolah nan kito tarimo dari Pemda samo jo SMAN
97
2, sikolah biaso. Akibaiknyo ado program-program sikolah ko nan dak talaksana dengan baik.
Mencermati pernyataan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah tersebut dapat dipahami bahwa dunia politik tak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Banyak orang yang menjadikan pendidikan sebagai komoditi politiknya. Pada dasarnya kebijakan ini sangat baik dan sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945, tetapi akan menjadi lebih bijaksana jika kebijakan tersebut disikapi dengan bijaksana juga. Artinya jangan sampai kebijakan yang ditetapkan pemerintah menjadikan kondisi yang sudah baik menjadi terganggu. Namun di lain pihak, pernyataan kepala sekolah mengenai keterbatasan dana ini, sebenarnya juga tidak dapat dijadikan alasan untuk meniadakan supervisi akademik karena hal itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai kepala sekolah. Di samping itu, banyak hal yang dapat diamati dan dipelajari dari kegiatan supervisi kepala sekolah itu. Sehingga yang terpenting di sini adalah bagaimana kepala sekolah menyikapi dan menyiasati kendala-kendala yang ditemui menjadi sesuatu yang mungkin untuk dilaksanakan. 3) Upaya Kepala Sekolah Mengatasi Kendala Supervisi Akademik Berdasarkan percakapan dengan kepala sekolah selaku supervisor dan masukan dari guru-guru lain, dapat disimpulkan beberapa usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku supervisor dalam mengatasi kendala supervisi, diantaranya; a) mengikuti perkuliahan pada jenjang magister (S2). Untuk lingkungan SMA Negeri 1 Padang Panjang, kepala sekolah merupakan orang pertama yang bergelar Magister, b) memperkaya diri
98
dengan pengetahuan dan informasi terkait dengan metode-metode pengajaran yang terbaru. Dalam salah satu kesempatan, kepala sekolah meminta peneliti untuk mencarikan informasi tentang metode CTL, “lai bisa Ibuk tolong ambo mancarikan artikel tantang Contextual Teaching Learning (CTL)?”(bisa Ibuk tolong carikan saya artikel tentang CTL?). Di samping itu menurut keterangan beliau,” untuk kelas internasional kita butuh buku-buku tentang metodologi pengajaran sehingga kita bisa mempelajari metode yang bagaimana yang tepat kita gunakan untuk mengajar bilingual dan sebagainya,” c) terkait dengan bahasa Inggris, beliau memfasilitasi guru-guru untuk kursus bahasa Inggris. Sayangnya beliau jarang menghadiri kursus ini sehingga program ini tidak berjalan mulus. Namun, selain itu, beliau mencoba privat dengan salah seorang guru di sekolah ini. Menurut G07,”kapatang ko, pas Apak ka pai New Zealand, sempat beliau kursus kilat jo si ‘O’ (sebelum ini, Bapak ada kursus kilat dengan salah seorang guru honor di sekolah ini). Hal ini menunjukkan adanya niat dan keinginan kepala sekolah untuk bisa berbahasa Inggris tapi yang terpenting dari itu semua adalah usaha untuk benar-benar menerapkannya dalam kehisupan sehari-hari. 4) Upaya Kepala Sekolah Meningkatkan Profesionalisme Guru Dengan
semakin
tingginya
tuntutan
masyarakat
terhadap
peningkatan mutu pendidikan maka kualitas merupakan target yang harus di capai demi mempertahankan dan meningkatkan nama baik sekolah. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan kesadaran dan kerja keras dari semua pihak. Namun yang terpenting untuk dipahami ialah bahwa kualitas itu akan
99
tumbuh subur di lingkungan yang kondusif. Oleh karena itu sebagai pimpinan pendidikan fungsi utama kepala sekolah ialah menciptakan situasi belajar mengajar yang baik dan nyaman. Sebagai tolak ukur terciptanya situasi belajar yang nyaman ialah guru-guru merasa senang, bersemangat dan ikhlas dalam menjalankan kewajibannya untuk mencapai visi misi sekolah. Hal terpenting yang telah dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah ini ialah mencipta lingkungan yang kondusif dan nyaman bagi warga sekolah. Dengan kearifan yang beliau punyai, kepala sekolah berusaha untuk menjadi tauladan bagi guru-guru, karyawan dan siswa-siswa di sekolah ini. Setiap ada kesempatan, di pagi hari beliau biasa memulai aktivitas dengan menyalami guru-guru dan siswa-siswa di depan gerbang sekolah satu persatu. Kegiatan ini memberikan motivasi dan semangat kepada warga sekolah untuk memulai aktivitas mereka. Apa yang dilakukan kepala sekolah ini juga memiliki implikasi yang kuat terhadap guru-guru dimana mereka akan merasa segan untuk telat karena kepala sekolah ada saat mereka datang, meskipun tetap ada guru-guru yang datang terlambat dan kepala sekolah saat itu hanya tersenyum tanpa memberikan teguran. Setelah bel masuk berbunyi, kepala sekolah melanjutkan kegiatannya dengan berjalan mengelilingi kelas-kelas untuk melihat apakah ada kelas yang tidak ada guru. Apabila ada guru yang belum datang maka beliau akan masuk kelas tersebut sampai guru yang bersangkutan datang. Seperti yang dialami oleh guru (G07), Pernah sakali pagi Apak masuak lokal Ibuk. Wakatu tu Ibuk talaik datang karano oto rusak, kironyo Apak lah di dalam kelas. Pas Ibuk
100
lah datang, Apak batanyo,”baa kok talaik, buk? Trus ibuk tarangkan sababnyo ibuk talaik dan Apak mangarati. Habis tu Apak pai lai. Pada tanggal 26 Mei, 20 dan 26 Juni 2009, peneliti mewawancarai guru ( G03), (G6) dan (WK2) terkait dengan upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru. Dari pembicaraan tersebut diketahui bahwa kepala sekolah sangat peduli dan mensuport guru-guru untuk maju dan mengembangkan diri mereka. Misalnya ketika Pemda Kota Padang Panjang pada tahun 2006 memberi peluang kepada guru-guru untuk mengambil gelar Master Pendidikan (S2) di Universitas Negeri Padang dan Universitas Andalas, kepala sekolah mendukung sepenuhnya setiap guru untuk ikut tanpa ada batasan. Sehingga pada waktu itu ada 11 (sebelas) guru yang lulus tes untuk ikut beasiswa Pemda tersebut, dengan rincian, 5 (lima) orang guru matematika, 2 (dua) orang guru bahasa Inggris, 2 (dua) orang guru Biologi, 1 (satu) orang guru Kimia dan 2 (dua) orang guru Fisika. Menurut guru (G06), “kepala sekolah mensupor guru untuk maju, di Sumbar ko mungkin yang tabanyak ikuik kuliah kapatang ko yo sekolah wak”. Artinya kepala sekolah akan mendukung guru-guru untuk menambah ilmunya jika ada kesempatan. Ini merupakan salah satu contoh dari kepedulian kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas guru. Sayangnya dukungan (KS) saat itu tidak diikuti dengan pertimbangan yang bijaksana, maksudnya kepala sekolah mengizinkan 5 (lima) orang dari 6 (tujuh) orang guru matematika untuk mengikuti kuliah. Akibatnya sedikit banyak tentu hal ini akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
101
Menurut guru (G07) dan (G02), kini ko, mungkin prestasi sekolah wak agak manurun, karano tahun kapatang ko guru-guru banyak nan maambiak S2 akibatnyo perhatian ka anak-anak agak kurang,(kini mungkin prestasi sekolah kita agak menurun karena tahun kemaren guru-guru banyak yang kuliah S2, akibatnya perhatian untuk anak-anak agak sedilit berkurang),...ibuk dak manyangko anak-anak wak ado yang dak lulus tahun ko, padohal mereka tamasuak anak-anak yang rajin dan pandai. Iko mungkin karano guru-guru sibuk, kuliah iyo , maaja iyo pulo sahingga kurang fokus I(Ibuk tidak manyangka anak-anak kita ada yang tidak lulus, padahal mereka termasuk anak-anak yang rajin dan pandai. Ini mungkin karena guru-guru sibuk kuliah, mengajar iya juga sehingga kurang fokus). Sebenarnya ini tidak akan menjadi masalah besar jika dalam pelaksanaannya kepala sekolah tetap memonitor dan mengawasi guru-guru tersebut dalam menjalankan kewajibannya. Kenyataannya pengawasan kepala sekolah kurang maksimal karena meskipun kepala sekolah mengetahui ada diantara guru-guru yang kuliah tersebut tidak disiplin atau meninggalkan kewajibannya tapi beliau tidak mau menegurnya dengan tegas. Masalah lain yang peneliti tanyakan kepada kepala sekolah dan guruguru ialah berkenaan dengan kesempatan ikut pelatihan atau penataran. Menurut mereka jika ada kesempatan untuk pelatihan atau penataran, semua guru memiliki kesempatan yang sama. Kepala sekolah tidak pernah ikut campur menentukan siapa guru yang akan dikirim untuk mengikuti pelatihan tersebut, menurut (WK1) dan G06, Biasanya kepala sekolah akan memberikan pendapat apabila diminta tapi itu bukan berarti beliau yang memutuskan,”...,” kito dak bisa mamasokan guru A harus pai, kecuali kalau memang namonyo nan dipanggia, tapi kalau yang diminta cuma utusan maka itu kito sarahkan ka KKG untuak manantukan sia nan ka pai. Prosedurnya jelas, ketika ada panggilan, maka panggilan itu akan dilimpahkan kepada ketua KKG. Seterusnya ketua KKG akan berembuk
102
dengan anggotanya untuk menentukan siapa diantara mereka yang akan diutus. Barulah setelah itu kepala sekolah membuat surat jalan bagi guru tersebut. Di samping itu kepala sekolah juga menfasilitasi guru-guru untuk ikut kursus bahasa Inggris dan komputer. Perangkat komputer yang ada di sekolah ini secara bebas dapat digunakan oleh guru-guru. Malahan untuk lebih baiknya, kepala sekolah menyediakan sarana internet di lingkungan sekolah. Sayangnya kegiatan ini hanya bersemangat di awal saja, setelah waktu berjalan satu persatu pesertanya mulai mundur dan akhirnya hanya diikuti oleh beberapa orang saja. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun kepala sekolah tidak memiliki program supervisi yang cukup baik tapi beliau sangat peduli dengan keadaan atau upaya peningkatan kemampuan guru-guru di lingkungannya. Berbagai upaya yang telah beliau lakukan pada dasarnya adalah untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua warga sekolah agar dapat bekerja dengan maksimal. Bentuk dukungan lain yang beliau berikan untuk guru-guru adalah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi guru-guru untuk melanjutkan kuliahnya atau ikut pelatihan dan penataran. Beliau memberikan kemudahan bagi mereka yang benar-benar ingin maju dan berprestasi, misalnya dengan memberikan akses yang luas untuk mempergunakan sarana dan prasarana belajar, seperti komputer, internet, labor, dan lain sebagainya. Semua ini menjadi semangat dan motivasi bagi guru-guru untuk berbuat yang terbaik bagi siswa dan sekolah.
103
5) Tema Budaya Spradley (1980: 140) mendefinisikan tema budaya sebagai “any principle recurrent in a number of domains, tacit or explicit, and serving as a relationship among subsystems of cultural meaning.” Menurut Spradley, tema budaya diartikan sebagai suatu nilai yang diyakini saat itu dalam suatu kelompok masyarakat, baik dinyatakan secara nyata atau tidak, dan menjadi hubungan antar bagian dan secara keseluruhan dalam kelompok tersebut. Terkait dengan temuan penelitian ini, tema budaya yang dapat dijumpai di sekolah ini adalah ada atau tidak ada supervisi akademik kepala sekolah, guru-guru tetap menampilkan performa terbaiknya dalam mengajar. Hal yang mendasar dalam penetapan tema budaya ini adalah prilaku kepala sekolah yang banyak didominasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang bersifat personal seperti rasa segan sehingga ini menjadi kendala bagi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik langsung. Di samping itu kondisi guru-guru yang menurut kepala sekolah sudah mapan dalam segi kompetensi menjadikan tidak maksimalnya supervisi kepala sekolah menjadi hal yang dapat diterima dan tidak berdampak terlalu signifikan terhadap perbaikan guru. Tema budaya ini didukung oleh Matthews dan Crow (hal. 144) yang mengatakan,”Values and beliefs provide reasons people behave as they do. Successful school improvement will depend a great deal on how well leaders understand the and beliefs of those involved in the school” (Nilai-nilai dan keyakinan yang dimiliki seseorang menjadi alasan bagi mereka dalam berbuat. Keberhasilan sekolah akan sangat
104
bergantung pada bagaimana pemimpinnya dapat memahami nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam lingkungan sekolah tersebut). Dengan kata lain, keadaan guru yang sudah baik, bekerja dengan ikhlas dan bertanggung jawab menjadikan kepala sekolah bertambah yakin dan percaya bahwa kemampuan guru sudah baik sehingga tidak maksimalnya supervisi akademik kepala sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan guru-guru. Di lain pihak, guru-guru merasa tenang dan damai dalam menjalankan tugasnya karena kepala sekolah sangat memahami dan mengerti dengan beban tugas dan tanggung jawab mereka yang cukup berat. Dengan demikian, pendekatan supervisi yang terbaik dilakukan di sini adalah pendekatan tidak langsung (non-directive supervision). C. Pembahasan Merujuk kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten di semua bidang kompetensi tersebut. Dalam rangka menjalankan perannya sebagai supervisor akademik, seorang kepala sekolah harus memiliki keterampilan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan terhadap kepala sekolah diketahui jika
105
keterampilan yang dimiliki kepala sekolah sebagai supervisor belum teraplikasi secara maksimal padahal keterampilan merupakan the requisite knowledge and ability (Alfonso, Firth, dan Neville, 1981). Menurut Alfonso, Firth, dan Neville ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh supervisor akademik. Pertama, apa yang disebut dengan istilah keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memperformakan fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan dengan posisi supervisor. Kedua, apa yang disebut dengan istilah keterampilan hubungan kemanusiaan (human relation skill). Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan supervisor bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja. Ketiga, apa yang disebut dengan istilah keterampilan manajerial (managerial skill). Menurut ketiga tokoh ini seorang supervisor dalam mengerjakan tugas-tugasnya memerlukan keterampilan teknis (50%) keterampilan hubungan kemanusiaan (30%), dan kemampuan manajerial (20%), artinya, seorang supervisor harus memiliki keterampilan teknis yang cukup memadai, misalnya keterampilan mengobservasi kelas, keterampilan menetapkan tujuan akademik, keterampilan mendemonstrasikan akademik, dan keterampilan mengembangkan prosedur penilaian. Sedangkan, bilamana merujuk kepada Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah, ada tiga kompetensi supervisi yang seharusnya dimiliki kepala sekolah dalam rangka melaksanakan supervisi akademik di sekolahnya masing-masing, yaitu merencanakan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dengan tetap berpedoman pada
106
prinsip-prinsip supervisi, dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Ketiga program ini sebaiknya di awal tahun ajaran sudah dirancang dan disusun oleh kepala sekolah dan secara konsisten dijalankan. Dengan demikian pelaksanaan dan evaluasi dari supervisi tersebut tidak berbenturan dengan kegiatan yang lain. Namun dari fakta di lapangan, kegiatan penting ini tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan informasi yang diperoleh kepala sekolah tidak mempunyai rancangan kegiatan supervisi berikut dengan program evaluasinya sehingga pembinaan terhadap profesionalisme guru juga tidak berjalan dengan maksimal. Di sinilah perlunya kerjasama dan kordinasi pihak pengawas pendidikan kota sehingga kekurangan dan kelemahan yang dimiliki kepala sekolah dalam menjalankan supervisi akademik dapat diatasi. Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan supervisi akademik dapat didiskusikan sehingga pembinaan dan peningkatan mutu guru dapat terus dilaksanakan. Satu hal lagi yang harus diperhatikan kepala sekolah sebagai supervisor akademik adalah pemberdayaan guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Apabila semua ketentuan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh kepala sekolah maka kemampuan profesional guru dalam mengelola interaksi belajar-mengajar akan meningkat dan ini tentunya akan memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Semua ini akan terpantau dengan jelas dan baik apabila kepala
107
sekolah selaku supervisor akademik memiliki data yang lengkap melalui kegiatan supervisinya. Hal lain yang juga tak kalah pentingnya untuk diperhatikan oleh kepala sekolah dalam menjalankan supervisi akademiknya ialah bahwa dalam menyiasiati tugas dan perannya yang sangat berat, kepala sekolah dapat saja melimpahkan sebagian wewenangnya kepada guru lain yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Matthews dan Crow (hal. 32) mengemukakan, “instructional leadership as those actions that a principal takes, or delegates to others, to promote growth in student learning”. Kepala sekolah dapat saja mendelegasikan pelaksanaan dari supervisi akademik tersebut kepada guru lain dengan alasan bahwa “teachers need to play as instructional leaders” karena guru merupakan orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga mereka yang lebih tahu apa yang mereka dan siswa butuhkan. Dengan demikian kegiatan ini dapat saja di alihkan dari kepala sekolah sebagai satu-satunya supervisor akademik kepada guru-guru.
108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelumnya secara umum dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 1 Padang Panjang merupakan sekolah umum dengan sistem pembinaan Boarding School yang berkarakter pesantren. Di samping itu, sekolah ini merupakan salah satu Rintisan SMA Bertaraf Internasional (SMA BI) yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2007 bersama dengan beberapa sekolah lainnya di Sumatera Barat. Keputusan ini diberikan pada SMA Negeri 1 Padang Panjang setelah sekolah ini berhasil memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional. Di samping itu pertimbangan lain yang mendukung keputusan ini ialah prestasi sekolah yang terus meningkat sejak ditetapkan sebagai sekolah unggul Sumatera Barat pada tahun 1998. Lingkungan yang asri dan nyaman ditambah dengan masyarakatnya yang madani dan tenang menjadikan sekolah ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi sekolah internasional. Kepemimpinan kepala sekolah yang arif bijaksana, kualitas guru-guru yang sangat baik, sarana prasarana pembelajaran yang lengkap, serta input siswa yang juga baik menjadi faktor yang menunjang kemajuan sekolah ini. Lingkungan sekolah yang asri, tenang serta masyarakat dan pemerintahan yang kondusif dan Islami menambah besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses pendidikan di sekolah ini. Sehingga program Imtaq dan akademik lainnya yang menjadi unggulan sekolah ini dapat dilaksanakan dengan baik.
109
Sebagai hasil dari kondisi yang baik ini, secara akademik, prestasi SMA Negeri 1 Padang Panjang dapat dikatakan sangat bagus karena telah menorehkan prestasi yang membanggakan baik untuk tingkat kota, provinsi maupun tingkat nasional dan internasional. Di samping itu banyaknya lulusan sekolah ini yang di terima di perguruan tinggi terbaik di negeri ini menjadikan SMA Negeri 1 Padang Panjang sebagai salah satu barometer mutu pendidikan di provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu kondisi yang sudah bagus ini harus tetap dijaga dan dibina terutama profesionalitas guru-gurunya. Salah satu cara pembinaan kualitas guru yanb baik dan signifikan adalah melalui supervisi akademik kepala sekolah. Secara khusus hasil temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan supervisi akademik kepala SMA Negeri 1 Padang Panjang berlangsung secara kolaboratif (collaborative supervision) dan tidak langsung (non-directive supervision). Kepala sekolah melimpahkan sebagian dari wewenangnya untuk mensupervisi guru-guru kepada ketua kelompok guru (KKG) melalui wakil kepala sekolah bagian kurikulum. Ketua KKG mensupervisi guru-guru yang berada dalam satu mata pelajaran dan mendiskusikan hasil supervisi tersebut dengan kepala sekolah dan guru yang bersangkutan. 2. Secara tidak langsung, supervisi akademik kepala sekolah di kalangan guru-guru dapat berupa; menjalin komunikasi yang baik dengan guruguru, merespon keluhan guru dengan bijaksana, melengkapi sarana dan prasarana belajar, bertanya dan menggali informasi tentang
110
kemampuan guru dari siswa, atau dengan mengadakan pertemuan dengan guru-guru jika ada hal penting yang harus dibicarakan dan itu sifatnya menyeluruh misalnya menjelang ujian, menerima rapor atau memasuki tahun ajaran baru. Dan yang terpenting dari itu semua adalah setiap usaha yang dilakukan kepala sekolah untuk menciptakan kondisi yang kondusif demi terlaksananya proses pembelajaran yang baik merupakan bagian dari kegiatan supervisi akademik. 3. Terkait
dengan
statusnya
sebagai
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional (RSBI), guru-guru sudah mulai menerapkan pengajaran secara bilingual maka ketidakmampuan kepala sekolah berbahasa Inggris dan kurang menguasai perkembangan metode pembelajaram sekarang ini menjadi kendala bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademiknya. Perasaan segan terhadap guru-guru, kesibukan, dan keterbatasan dana merupakan alasan lain dari tidak berjalannya supervisi akademik kepala sekolah secara maksimal. 4. Sebagai supervisor akademik, kepala sekolah menyadari bahwa supervisi akademik sangat dibutuhkan untuk membantu dan membina guru-guru
dalam
mengembangkan
kemampuannya
dalam
melaksanakan pengajaran. Untuk itu, kepala sekolah berusaha untuk terus mengembangkan diri menjadi supervisor yang profesional di bidangnya dengan jalan, mengambil kuliah program magister (S2) dan mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer, serta terus mencari informasi tentang metode-metode pembelajaran yang variatif.
111
5. Untuk meningkatkan kemampuan profesional guru-guru, kepala sekolah memberi kesempatan dan akses seluas-luasnya bagi mereka yang ingin maju, misalnya melengkapi sarana prasarana, mengizinkan mereka yang ingin kuliah lagi, memberi kesempatan untuk ikut seminar, penataran atau pelatihan. B. Implikasi Supervisi akademik seyogyanya harus dapat membantu guru-guru untuk meningkatkan kompetensi yang mereka punyai sehingga menjadi tenaga pendidik yang kompeten. Melalui supervisi akademik, seorang kepala sekolah dapat memberi bimbingan, motivasi, arahan, dan binaan agar guru yang belum kompeten menjadi kompeten sementara guru yang sudah kompeten menjadi lebih kompeten dengan pembinaan yang berkelanjutan. Dengan demikian melalui supervisi akademik, kepala sekolah dapat meningkatkan profesionalisme guru. Sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan supervisi akademik ialah seberapa jauh kegiatan ini dapat merubah prilaku guru dalam membelajarkan anak didik. Sehingga dapat dilihat bahwa esensi dari supervisi akademik adalah perbaikan terhadap pembelajaran peserta didik, seperti yang diutarakan William dalam bukunya Zepeda dan Kruskamp (2007) “role as instructional supervisor is to support the teachers so that they provide the best education possible for the students” Berdasarkan pengamatan di lapangan terkait dengan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah SMA Negeri 1 Padang Panjang diketahui bahwa supervisi akademik kepala sekolah selama kurun waktu ± 2 (dua) tahun
112
belakangan ini tidak lagi berjalan dengan baik. Hal ini diketahui dari beberapa wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan dengan beberapa nara sumber; kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru di lingkungan sekolah ini. Selama ini supervisi akademik kepala sekolah belum lagi menyentuh esensi dari isi Permen no. 13 tahun 2007, salah satunya tentang pelaksanaan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor akademik di sekolah. Dalam Permen ini telah dinyatakan bahwa sebagai supervisor akademik, kepala sekolah berkewajiban untuk merencanakan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dengan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip supervisi, dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Akan tetapi dari fakta lapangan, diperoleh informasi bahwa supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan seperti yang diharapkan, tidak terprogram dan tidak terencana. Dari jadwal supervisi yang telah disusun oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum, tidak sekalipun kepala sekolah menjalankan kegiatan tersebut. Sehingga pelaksanaan supervisi akademik serta tindak lanjut dari kegiatan tersebut juga tidak ada. Kepala sekolah di awal tahun ajaran seharusnya sudah membuat perencanaan tentang pelaksanaan supervisi untuk melihat realita kondisi yang terjadi dalam proses pembelajaran siswa yang akan dilakukan guru. Sehingga kepala sekolah dengan pasti dapat mengetahui kondisi dari masing-masing guru, kelebihan dan kelemahannya sehingga pada akhirnya kepala sekolah dapat memberikan pelayanan dan bimbingan yang tepat untuk masing-masing guru. Sergiovanni dalam Depdiknas (2007) menegaskan bahwa refleksi praktis
113
penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan muridmurid di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui supervisi akademik, kepala sekolah dapat membuat pemetaan terhadap kemampuan guru-guru sehingga dapat ditetapkan tindak lanjut atau pembinaan yang tepat bagi masing-masing guru. Jelas bahwa supervisi akademik kepala sekolah sangat diperlukan untuk membantu dan membina mereka mengembangkan kemampuan yang mereka punyai. Selain itu, kehadiran kepala sekolah di dalam kelas ketika mensupervisi guru-guru merupakan suatu bentuk perhatian dari kepala sekolah. Dengan adanya jadwal dan program supervisi yang jelas dari kepala sekolah, guru-guru akan selalu memperhatikan performa mereka. Diharapkan sebelum masuk kelas, guruguru sudah tahu dan paham dengan apa yang akan mereka lakukan dengan siswa di kelas. Sementara bagi kepala sekolah supervisi akademik dapat menjadi wacana untuk menjalin komunikasi yang baik dengan guru-guru. Dengan program
114
supervisi akademik, kepala sekolah dapat mengetahui potensi yang dimiliki guru dan juga mengetahui kebutuhan-kebutuhan guru. Sehingga kedua belah pihak dapat saling mengerti tentang peran dan tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan akademik. Dengan alasan ini maka seharusnyalah kepala sekolah secara konsisten dan berkelanjutan melakukan supervisi akademik terhadap semua guru. Seperti sudah diutarakan sebelumnya bahwa tidak terlaksananya supervisi akademik kepala sekolah sebagaimana mestinya disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya terkait dengan status sekolah ini sebagai Sekolah Menengah Atas (SMA) bertaraf internasional. Sehubungan dengan ketetapan ini maka untuk kelas-kelas internasional, mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA) disampaikan secara bilingual, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah merasa tidak cakap untuk melakukan supervisi di kelas-kelas ini karena ketidakmampuan beliau dalam berbahasa Inggris. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan akan suatu bahasa adalah suatu keahlian dan ketidakmengertian akan penggunaan dan maksudnya dapat berakibat kesalahan dalam memberikan informasi yang ingin disampaikan. Dalam sistem pendidikan nasional kita jelas dinyatakan bahwa menurut ketentuan yang ada pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dll, yang sesuai dengan kekhususannya (Sisdiknas, 2007). Sebagai akibat dari tidak adanya supervisi kepala sekolah terhadap guru-guru yang mengajar di kelas internasional ini maka guru-guru yang mengajar di kelas lain pun tidak disupervisi.
115
Dalam kondisi seperti ini meskipun kepala sekolah tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik, bukan berarti supervisi akademik ditiadakan akan tetapi pelaksanaan supervisi akademik bisa disiasati dengan cara lain. Perlu disadari bahwa supervisi akademik tidak terfokus pada penggunaan bahasa semata tetapi banyak hal yang dapat dicermati, misalnya bagaimana guru memberdayakan siswanya, manajemen kelasnya, interaksi siswa dengan guru dan dengan sesamanya, dan lain sebagainya. Setelah itu semua jawaban dari pertanyaan ini bisa didiskusikan dan dibicarakan kepada guru tersebut. Dengan demikian, kepala sekolah dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki guruguru, kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki serta pembinaan yang mereka butuhkan. Sehingga melalui suatu analisa, kepala sekolah dapat menetapkan upaya yang efektif untuk mengatasi masalah yang ada untuk meningkatkan kinerja guru. Hal lain yang menjadi kendala kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik ialah rasa segan beliau terhadap guru-guru, terutama guru-guru yang tua dan senior. Perasaan segan dan toleransi yang tinggi banyak mempengaruhi sikap kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik. Dari pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan didapat informasi bahwa kepala sekolah bersikap seperti ini karena beliau menyadari bahwa beban tugas guru-guru sudah berat; dengan jam mengajar yang lebih banyak dibanding guru-guru di sekolah lain, keharusan untuk membuat perangkat mengajar dalam bahasa Inggris dan tuntutan prestasi yang harus lebih baik dari sekolah lain. Sementara dari segi kesejahteraan, pihak sekolah tidak bisa memberi lebih kepada guru-guru tersebut karena keterbatasan dana. Sebagai implikasinya kepala sekolah merasa supervisi
116
akademik yang akan beliau lakukan akan menambah beban guru-guru yang secara kualitas sebagian besar sudah baik. Apapun kondisinya, sesuai dengan ketentuannya supervisi akademik harus dilaksanakan dengan baik sebagai salah satu wujud kerja kepala sekolah sebagai supervisor akademik. Dalam menjalankan tugas tersebut sepatutnyalah kepala sekolah melakukannya secara profesional dengan mengesampingkan rasa segan dan urusan personal supaya semua kendala dapat diatasi dengan baik. Seyogyanya kepala sekolah menyadari bahwa tidak semua guru memiliki kemampuan dan dedikasi yang sama, terutama guru-guru muda. Mereka harus dibimbing dan terus dibina agar kompetensi yang mereka punyai dapat berkembang hingga mencapai profesional. Begitupun dengan guru-guru yang senior, hendaknya supervisi akademik dapat menjadi wacana pembinaan yang berkesinambungan dalam mencapai visi misi sekolah. Faktor lain yang menjadi kendala supervisi akademik kepala sekolah ialah kesibukkan kepala sekolah dan ketersediaan dana sekolah. Sebagai kepala sekolah dengan peranan yang cukup berat, manajer dan supervisor, tentu kepala sekolah cukup sibuk dengan segala kegiatan yang berkenaan dengan peranannya tersebut. Sebagai implikasi dari beban tugas yang banyak tersebut kepala sekolah susah membagi waktu dan tenaganya untuk menjalankan semua peran tersebut dengan baik. Akibatnya ada peran-peran tertentu yang diabaikan. Ditambah lagi dengan perannya sebagai supervisor akademik yang menghendaki kemampuan dan perhatian khusus di bidang akademik. Wiles dan Bondi (2004) mengemukakan bahwa,”supervisors should be “resident experts” in many of the new areas affecting schools”. Maksudnya supervisor seharusnya menjadi ahli dalam banyak
117
hal yang baru untuk mempengaruhi sekolah. Jelas bahwa untuk menjadi supervisor akademik, tugas kepala sekolah tidak kalah beratnya dengan peranan kepala sekolah
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator, dan motivator (EMASLIM). Kedepannya mungkin kepala sekolah harus lebih komit dan bijaksana dalam merencanakan kegiatan supervisi akademiknya sehingga kesibukan apapun tidak lagi menjadi kendala bagi kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Seandainya kegiatan ini berbenturan dengan kegiatan yang lain, kepala sekolah bisa saja menjadwalkan kembali pelaksanaan supervisi akademik itu atau memberi kewenangan kepada guru-guru lain seperti ketua kelompok kerja guru (KKG) untuk melakukan supervisi terhadap guru-guru yang berada dalam satu bidang studi. Hal ini dilakukan dengan syarat bahwa guruguru tersebut telah dipersiapkan sebelumnya dengan pengetahuan tentang supervisi dan hal-hal yang terkait dengan supervisi akademik tersebut. Keterbatasan dana seharusnya tidak menjadi alasan bagi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik. Menurut ketentuannya kegiatan supervisi akademik tidak harus menambah pembelanjaan sekolah karena ini merupakan tugas kepala sekolah yang wajib dilakukan. Akan tetapi karena melibatkan orang lain (sehubungan kepala sekolah tidak cakap berbahasa Inggris sementara guru yang akan disupervisi adalah guru yang mengajar secara bilingual) maka dapat dipahami jika kepala sekolah merasa berkewajiban untuk memberikan insentif kepada orang tersebut. Seharusnya hal seperti ini tidak terjadi karena supervisi akademik kepala sekolah bisa disiasati dengan bijaksana oleh kepala sekola sehingga guru-guru tetap mendapatkan layanan dan bimbingan dari kepala sekolah terkait dengan perbaikan pengajaran mereka.
118
Di samping hal di atas, permasalahan lain yang ditemukan ialah kepala sekolah terlalu toleran dan tidak bersikap tegas terhadap guru-guru yang tidak disiplin dan melanggar aturan. Akibatnya, guru yang suka malas dan tidak disiplin akan sering melakukan hal yang sama karena tidak mendapat teguran dari kepala sekolah. Atau guru yang tidak biasa melakukan hal tersebut jadi ikut-ikutan untuk berbuat hal yang sama. Untuk menghindari hal tersebut, seharusnya kepala sekolah punya keberanian dan ketegasan dalam menindak guru-guru yang melanggar disiplin atau malas. Kenyataan lain yang tidak kalah pentingnya ialah melakukan evaluasi terhadap program supervisi yang telah dilakukan. Hal ini penting untuk dilakukan karena dari hasil evaluasi tersebut kepala sekolah mengetahui kondisi dari masing-masing guru, kemudian kepala sekolah dapat menyusun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau membantu guru tersebut menjadi lebih baik dan profesional. Namun, karena supervisi tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya maka evaluasinya pun tidak berjalan dengan baik. Sebagai akibatnya, kepala sekolah tidak memiliki data yang lengkap dan menyeluruh tentang kemampuan guru-guru. Meskipun secara umum beliau sudah mempunyai gambaran tentang kemampuan masing-masing guru tapi secara administrasi sekolah tidak memiliki data tentang hal tersebut. Jika sekolah memiliki data yang lengkap dari hasil supervisi maka semua itu akan bermanfaat untuk menetapkan langkah-langkah dan upaya yang efektif untuk memberdayakan guru-guru. Sementara itu, dilihat dari perspektif peningkatan mutu input pendidikan, Permendiknas No. 13 tahun 2007 merupakan suatu kemajuan positif dalam upaya mencari dan menetapkan figur kepala sekolah yang bermutu.
119
Disisi lain,
penetapan Standar Kepala Sekolah memang sangat positif di masa keterbukaan dengan akuntabilitas publik yang semakin baik sekarang ini. Permen ini tentu tidak berdiri sendiri sebagai satu piranti hukum dalam mengatur dan upaya meningkatkan mutu Standar Pendidikan Nasional kita. Ditjen PMPTK telah menyusun suatu pedoman tentang Pengembangan Mutu Kepala Sekolah untuk dua jalur yakni dari rekrutmen calon kepala sekolah (contohnya program Quality Assurance) dan jalur peningkatan mutu kepala sekolah yang sudah dan sedang menjabat. Untuk bisa diangkat sebagai Kepala Sekolah, seorang guru yang lulus seleksi harus mengikuti Sertifikasi melalui Diklat Cakep 900 jam yang diakhiri dengan Uji Kompetensi. Jika dinyatakan lulus sebagai Cakeppun masih harus melalui Uji Publik dihadapan beberapa unsur stake-holders dimana sekolah itu berada. Jika uji publik (semacam pemaparan visi dan misi lengkap dengan beberapa perencanaan) ini dapat dilalui barulah yang bersangkutan dapat diangkat dan ditempatkan di suatu sekolah sebagai kepala sekolah definitif. Sedangkan bagi kepala sekolah yang sedang menjabat, prosesi peningkatan mutu dilakukan dengan Uji Kompetensi. C. Saran Berdasarkan simpulan dan seluruh deskripsi penelitian ini, beberapa hal yang perlu disarankan terkait pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah adalah sebagai berikut: 1. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai 4 kompetensi yang dipersyaratkan
undang-undang,
yaitu
kompetensi
kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
120
Di sinilah peranan seorang supervisor akademik sangat dibutuhkan dan supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru, tidak setengah-setengah. Seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi secara utuh. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan. Seandainya peran supervisi itu dilimpahkan kepada guru, maka guru yang bersangkutan benar-benar harus dipersiapkan dengan baik. 2. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik. Oleh karena itu bagi kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi
sebaiknya
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan yang merupakan the requisite knowledge and ability (Alfonso,
Firth,
dan
Neville,
1981)
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan tugas-tugas atau peran-perannya. 3. Sebaiknya dalam melakukan supervisi akademik kepala sekolah memulainya
dengan
mengidentifikasi
membuat
kebutuhan
dan
121
perencanaan masalah,
yang
sistematis;
merumuskan
tujuan
supervisi akademik, menetapkan pendekatan supervisi akademik yang efektif dan tepat, menetapkan mekanisme dan rancangan operasional supervisi akademik sesuai dengan tujuan, pendekatan, dan strategi yang dipilih, menyusun jadwal pelaksanaan supervisi akademik menyusun prosedur dan mekanisme monitoring dan evaluasi supervisi akademik, dan
memilih dan menetapkan langkah-langkah yang
menjamin keberlanjutan kegiatan supervisi akademik. 4. Pada tahap selanjutnya dalam pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru, kepala sekolah sebagai supervisor akademik sebaiknya menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dengan menerapkan
prinsip
supervisi:
kontinyu, obyektif, konstruktif,
humanistik dan kolaboratif. Setelah itu untuk menjadikan kegiatan ini lebih bermakna dan komprehensif maka kepala sekolah seharusnya menyusun program tindak lanjut terhadap pelaksanaan supervisi tersebut, baik dalam bentuk monotoring maupun evaluasi. 5. Untuk meningkatkan kecakapan kepala sekolah dalam bidang supervisi akademik, maka kepada kepala sekolah yang sedang menjabat atau yang akan menjabat kepala sekolah perlu diberikan pelatihan yang intensif. Bila perlu sebelum diangkat menjadi kepala sekolah, calon kepala sekolah harus mengambil mata kuliah tentang supervision dan school leadership terlebih dahulu sebelum mendapatkan sertifikat (licence) untuk diangkat menjadi kepala sekolah, seperti yang diberlakukan di Amerika Serikat. Di samping itu upaya lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengangkat kepala sekolah
122
berkualitas ialah adanya fit and proper test, khususnya untuk kepala sekolah yang akan ditempatkan di sekolah bertaraf internasional. 6. Terhadap pihak pemerintah yang diwakili oleh dinas pendidikan kota, seharusnya selalu berkordinasi dengan pihak sekolah dalam melakukan pengawasan dan bimbingan yang berkelanjutan terkait upaya memberdayakan kepala sekolah dan guru-guru dalam bidang akademik. Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan sekolah bertaraf internasional,
pemerintah
sebaiknya
betul-betul
memperhatikan
kesiapan dan ketersediaan sarana dan prasanarana suatu sekolah serta rekrutmen kepala sekolah dan tenaga pengajarnya sebelum membuat ketetapan.
123
Daftar Rujukan
Alfonso, R. J., G.R. Firth, dan R.F. Neville. 1981. Instructional Supervision: A Behavioral System. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Asmara. 2005. “Dampak Pelaksanaan Supervisi dan Kepuasan Kerja terhadap Kenerja Guru SMP Negeri Kota Bukittinggi”. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Bernstein, E. 2004. What teacher evaluation should know and be able to do: A commentary. NAASP Bulletin, 88. Bogdan, Robert C. dan Biklen, Kopp Sari. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Daresh, J. C. 1989. Supervision as a Proactive Process. New York & London: Longman Depdiknas. 2004. Pedoman Supervisi Pangajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. ________.2007.Supevisi Akademik Dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta:PMPTK. ________.2007. Himpunan Peraturan Perundang-undangan. Jakarta: Depdiknas. Glanz, Jeffrey, Shulman, Vivian dan Sullivan, Susan. 2007. “Impact of Instructional on Students Achievement: Can We Make the Connection?”. Tesis tidak diterbitkan. Chicago. Glickman, C. D., Gordon, S. P., dan Ross-Gordon, J. M. 2009. The Basic Guide to Supervision and Instructional Leadership (2nd edition). Boston: Allyn and Bacon. Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press. Matthew, L. Joseph dan Crow, Gary, M. _____ . Being and Becoming A Principal. Boston: Allyn And Bacon Inc. Miles, Methew B. dan Huberman, A. Michael. 1984. Qualitative Data Analysis; A Sourcebook of New Methods. Beverly Hills, London: Sage Publications. Moleong, L. J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nur, Agustiar Syah. 2007. Qualitative Research Methodology. Diktat kuliah, tidak dipublikasikan. Padang: Pascasarjana UNP.
124
Nur, Agustiar Syah. 2008. Supervisi Pendidikan. Diktat kuliah, tidak dipublikasikan. Padang: Pascasarjana UNP. Permendiknas No. 13 tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah. http://www.puskur.net/download/uu/50Permen_13_2007_StdrKepSek.pdf. Purwanto, M. Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. Sagala, Syaiful. 2005. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Sergiovanni, T. J. dan Starrat, R. J. 1993. Supervision: Human Perspectives (3rd edition). New York: McGrow-Hill. Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Spradley, James. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suprihatin, M. D. 1989. Administrasi Pendidikan (Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press. Stainback, Susan. 1988. Understanding and Conducting Qualitative Research. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company. USAID MBE. 2007. Studi Peran Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. www.mbeproject.net. Wiles, Kimball, 1983. Supervision for Better Schools, Fifth Edition, New York: Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs. Wiles, Jon dan Bondi, Joseph. 2004. Supervision: A Guide to Practice. USA: Pearson Education, Inc.
125
Agenda Observasi/ Wawancara No.
Hari/ Tanggal
Tempat
Kegiatan
1.
Sabtu / 2 Mei 2009, jam 09.10
Sekolah
Mengamati kegiatan sekolah dan mempelajari profil sekolah
2.
Senin/ 4 Mei 2009, jam 07.00
Sekolah Taman sekolah
Mengamati kegiatan kepala sekolah dan guru-guru
3.
Rabu/ 6 Mei 2009, jam 11.56 Ruang Wk1
Mewawancarai kepala sekolah tentang supervisi akademik
Taman Sekolah
Mewawancarai WK1 tentang supervisi kepala sekolah
Ruang Majelis Guru
Wawancara dengan WK2 (wakil kepala sekolah bagian sarana prasarana)
4.
5.
Senin/ 11 Mei 2009, jam 08.17 Jumat/ 15 Mei 2009, jam 10.56
6.
Rabu/ 20 Mei 2009, jam 10.55
7.
Sabtu/ 23 Mei 2009, jam 09.00
Ruang Majelis guru
Mewawancarai G02,
8.
Selasa /26 Mei 2009, jam 12.05
Ruang Majelis Guru
Wawancara dengan G03 tentang pandangannya seputar supervisi kepala sekolah
9.
Kamis / 28 Mei 2009, jam 11.26
Ruang Majelis Guru
Mewawancarai G04 tentang supervisi kepala sekolah
10.
Sabtu/ 30 Mei 2009, jam 10.00
Ruang Kepala Sekolah Mengamati rapat walas dan kepala sekolah
11.
Minggu / 31 Mei 2009, jam 16. 00
Kediaman G05
Mewawancarai G01 seputar supervisi kepala sekolah
126
Wawancara dengan G05, seputar persepsinya tentang supervisi kepala sekolah
Ruang Internet Guru
12.
Kamis / 4 Juni 2009, jam 11.48
13.
Senin / 8 Juni 2009, Ruang Majelis Guru jam 11.27
14.
Sabtu / 13 Juni 2009, jam 12.15
15.
Kamis / 18 Juni 2009, jam 11.35
16.
Selasa/ 23 Juni 2009, jam 11.10
17.
Jum’at/ 26 Juni 2009, Jam 10.00 WIB
18. Senin , 18 Juli 2009,jam 10.00 WIB
19.
Rabu / 25 Juli 2009, jam 11.15
Ruang Majelis Guru
Ruang Majelis guru
Mewawancarai G07
Mewawancarai G08 tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah Wawancara ulang sekaligus konfirmasi dengan G06 tentang supervisi kepala sekolah dan upaya yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru-guru.
Ruang Majelis Guru
Konfirmasi ulang dengan G07 ttg kendala supervisi kepala sekolah.
Ruang Wakil Kepala sekolah
Konfirmasi tentang masalah anggaran dan kebijakkan supervisi akademik kepala sekolah kepada WK2
Via telephon
Konfirmasi tentang anggaran SBI dengan kordinator RSBI dan korelasinya dengan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah
Konfirmasi ulang sekaligus Ruang Kepala Sekolah verifikasi dengan Kepala sekolah
127
Wawancara dengan G06 tentang pengetahuannya mengenai supervisi dan pola kepemimpinan kepala sekolah
HASIL OBSERVASI Catatan Lapangan 01 Hari / tanggal : Sabtu, 2 Mei 2009/ jam 09.10 WIB Tempat Kegiatan
: Sekolah : Pengamatan terhadap Profil Sekolah
Memasuki gerbang SMA Negeri 1 Padang Panjang kita dihadapkan pada suatu pemandangan yang asri dengan lahan yang luas terdiri dari taman, kolam, lapangan, gedung sekolah, hall, dan sarana lainnya. Berjalan lebih jauh lagi, kita akan melihat bagunan-bagunan kokoh dengan arsitektur zaman Belanda maupun arsitektur baru yang menunjang proses belajar mengajar, diantaranya; hall, labor komputer, ruang majelis guru, ruang kepala sekolah, labor bahasa, ruang belajar, ruang labor Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), perpustakaan, mesjid, dan ruang multi media. Sebagai sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah bertaraf internasional, kelengkapan sarana prasarana sekolah merupakan satu persyaratan yang wajib dipenuhi dan semua itu sangat menunjang keberadaan sekolah ini mencapai standar tersebut. Berada di lingkungan sekolah ini, hati terasa nyaman dan tenang. Lingkungan yang asri dengan pohon-pohon beringin yang besar, hijau, dan rindang serta lapangan rumput yang luas manjadikan semua itu menjadi pemandangan yang sejuk dan menyehatkan mata. Di halaman sekolah ini kita juga dapat melihat beberapa spanduk atau logo-logo yang memberikan pemahaman pada kita bahwa sekolah ini benar-benar konsern dengan upaya untuk memajukan
128
dan melahirkan generasi muda yang memiliki kekayaan hati dan fikiran, seperti ungkapan “menyontek itu haram”, “no bullying”, “say no to drugs,” dean lain sebagainya. Tujuan berikutnya adalah ruang tata usaha (TU). Di dalam ruangan ini terdapat 6 buah meja yang sekaligus mewakili 6 orang staf ditambah satu meja buat kepala tata usaha, 4 buah lemari arsip, sebuah ruang kecil untuk perlengkapan komputer dan 3 buah papan data yang tergantung di dinding. Memasuki tempat ini, peneliti langsung menemui kepala tata usaha (Ibuk TU) untuk meminta keterangan
tentang profil sekolah dan siswa. Berdasarkan
informasi dari WK1 sebelumnya bahwa semua data tentang sekolah berada di bawah tanggung jawab kepala tata usaha. Namun sebelum menyampaikan maksud tersebut, peneliti terlebih dahulu menyerahkan surat izin penelitian untuk dicatat oleh staf TU dan kemudian disampaikan kepada kepala sekolah. “Uni, takaiek jo data penelitian ko bisa ambo mandapekan data tantang profil sekolah jo data siswa wak?” Dengan baik beliau merespon permintaan peneliti tersebut,”kalau profil sekolah rancak ditanyoan ka si ‘P’ karano inyo nan manyimpan fail tu, tapi kalau data siswa, bisa uni carikan. Tunggu sabanta dih?” Setelah itu, Ibuk TU membuka lemari arsipnya dan mencari data siswa yang peneliti inginkan. Tampak di sini keseriusan dan usaha Ibuk TU untuk memberikan pelayanan yang baik dan cepat terhadap guru atau yang lainnya yang membutuhkan layanan administrasi. Tidak berapa lama, Ibuk TU menyerahkan sebuah buku besar yang berisikan data-data tentang siswa yang ada di SMA Negeri 1 Padang Panjang. “ka dinda catat di siko atau ka di foto kopi? Beliau mempersilahkan peneliti untuk mempelajari buku besar itu. “Dicatat se lah, ni.” Dalam buku besar itu peneliti 129
dapat melihat data dan kondisi siswa yang ada di sekolah ini, seperti riwayat siswa, jumlah siswa, siswa pindah dan lain sebagainya. Dari ruang TU, peneliti terus ke ruang majelis guru untuk menemui ‘P’. Dari saudari P, peneliti mendapatkan kopian profil sekolah yang langsung disimpan dalam flash drive.
130
HASIL OBSERVASI CL. 02 Hari / Tanggal : Senin / 4 Mei 2009, jam 07.00 WIB Tempat
: Gerbang sekolah, Ruang majelis guru, ruang piket dan ruang kepala sekolah.
Kegiatan
: mengamati kegiatan kepala sekolah dan guru-guru Pagi itu, Senin, 4 Mei 2009, jam 07.00 WIB, peneliti telah berada di
SMA Negeri 1 PadangPanjang untuk mengamati kegiatan supervisi akademik kepala sekolah. Pertama kali sampai di pintu gerbang sekolah, peneliti, guruguru, serta siswa-siswa yang datang disambut oleh kepala sekolah yang berdiri di depan gedung satpam. Satu per satu guru dan siswa yang datang bersalaman dengan kepala sekolah sambil mengucapkan salam, “tumben, Ibuk datang pagi ko. Baa, lah salasai kuliah Buk?,...”alun lai,Pak. Rencana ka malakukan panelitian di siko, Pak. Mohon bantuannyo yo, Pak?,...,Jadilah.” Berikutnya, datang lagi seorang guru dan kembali kepala sekolah menyapanya dengan ramah sambil mengucapkan salam. Begitupun terhadap siswa-siswa yang datang pagi itu, semuanya bersalaman dengan kepala sekolah dengan raut wajah senang dan bersemangat. Dari pertemuan singkat itu kelihatan kesan yang sangat baik dari seorang kepala sekolah dalam memberikan keteladanan dan sikap santun satu sama lainnya. Meskipun beliau adalah pimpinan di sekolah ini tapi beliau tidak keberatan turun langsung menemui guru-guru dan siswa-siswa demi menghargai dan menjaga hubungan baiknya dengan sesama warga sekolah. Menurut (KS), kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk saling mengenal dan mempererat hubungan satu sama lainnya.
131
Bertatap muka dan menyambut kedatangan guru dan siswa pagi itu merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan kepala sekolah sehari-hari. Selain itu, aktivitas lain kepala sekolah yang dapat dicermati hari itu adalah memimpin upacara bendera. Sayangnya tidak banyak guru yang mengikuti upacara bendera ini, “guru tu biaso rami ikuik upacara, kalau upacara tu di awal bulan karano biasonyo ado briefing sasudah tu” (guru ramai ikut upacara di awal bulan karena sesudah upacara biasanya ada briefing). Pada kesempatan itu, kepala sekolah seperti biasa memotivasi guru-guru dan siswa untuk berbuat yang terbaik dan selalu bersikap jujur atau tidak boleh menyontek karena tidak berapa lama lagi siswa akan menghadapi ujian mid-semester. Setelah upacara selesai, semua guru dan siswa bubar menuju kelasnya masing-masing. Sementara kepala sekolah masuk ke dalam ruangannya, diikuti salah seorang staf tata usaha. Setelah pegawai tersebut keluar, penulis langsung masuk ke ruangan beliau dengan maksud untuk membuat janji interviu dengan beliau. Memasuki ruangan kepala sekolah tampak sebuah pemandangan yang menarik dan terkesan ekslusif dengan serangkaian prestasi yang diperlihatkan dengan sederetan piala dan tata ruang yang nyaman dan bersih. Ketika berjabat tangan dengan kepala sekolah, tampak setumpuk surat dan berkas yang sepertinya akan dikerjakan hari itu. Tanpa bermaksud untuk mengganggu pekerjaan beliau, peneliti langsung pada pokok persoalan yaitu meminta kesediaan beliau untuk diwawancara. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah bersedia untuk diwawancarai besok siang karena hari itu beliau harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dan urusan lainnya. Dengan demikian,
132
berarti hari itu peneliti tidak dapat berkomunikasi lebih lanjut dengan kepala sekolah karena kesibukan beliau. Dari ruangan kepala sekolah, peneliti pergi ke ruang piket untuk melihat situasi di sana. Diruang piket, peneliti mendapati 2 orang guru piket sedang sibuk mendata guru yang hadir dan yang tidak hadir dan melayani siswa yang minta surat izin. Berdasarkan data piket saat itu, diketahui bahwa ada satu orang guru yang tidak hadir karena sakit. Selanjutnya salah seorang dari guru piket itu pergi ke kelas yang tidak ada gurunya tadi untuk memberitahukan ketidakhadiran guru tersebut dan meminta siswa untuk mengerjakan pekerjaan yang lain. Ketika ditanyakan pada guru G11,“Lai ado Apak mancaliak-caliak ka ruang piket, Buk?,....”lai, tapi jarang bana.” (Apakah kepala sekolah ada melakukan kunjungan ke ruang piket?....”Ada, tapi jarang sekali.”) Selanjutnya peneliti menemui wakil kepala sekolah bagian kurikulum (WK1) selaku orang terdekat kepala sekolah (KS) untuk meminta kesediaan beliau diwawancarai dan dimintai informasi seputar supervisi akademik kepala sekolah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa wakil kepala sekolah bidang kurikulum merupakan posisi sangat strategis dan yang mengetahui segala sesuatunya terkait dengan pelaksanaan PBM. Pada kesempatan itu, peneliti menemui (WK1) di ruangannya. Pertanyaan pertama yang peneliti kemukakan kepada beliau adalah seberapa jauh (WK1) mengetahui pelaksanaan supervisi akademik (KS). Menurut (WK1), selaku wakil kurikulum, beliau bertanggung jawab menyusun jadwal supervisi kepala sekolah dan mempersiapkan format penilaiannya berupa Alat Penilaian 133
Kemampuan Guru (APKG) yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI ,”supervisi Apak lah disusun tapi hanyo untuak kelas RSBI sajo dan lah dilatakkan di meja Apak tapi sampai kini Apak alun pernah masuak kelas (jadwal supervisi kepala sekolah sudah disusun dan diletakkan di meja beliau tetapi hingga saat ini kepala sekolah belum juga melakukan supervisi tersebut). Dari pernyataan ini diketahui bahwa meskipun jadwal supervisi ada tapi kepala sekolah belum melaksanakannya hingga saat itu. Refleksi : dari serangkaian kegiatan pagi itu, diperoleh gambaran tentang aktivitas rutin yang dilakukan kepala sekolah, diantaranya menjalin komunikasi langsung dengan warga sekolah melalui kegiatan pagi seperti menyambut kedatangan guruguru dan siswa-siswa di gerbang sekolah, berkeliling kelas-kelas dan sekolah untuk melihat kehadiran guru dan siswa, serta memimpin upacara bendera. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memotivasi dan membangun nilai-nilai positif diantara warga sekolah. Dalam kegiatan pagi itu, kepala sekolah serta merta meninjau kebersihan, sarana prasarana dan lingkungan. Akan tetapi jika dibandingkan antara kegiatan administrasi dengan supervisi akademik, Kepala sekolah dalam hal ini masih cendrung terfokus pada kegiatan administrasi, meskipun kegiatan supervisi akademik masih dapat dilihat, seperti memotivasi guru melalui kegiatan jumpa pagi di gerbang sekolah dan saat upacara bendera, melihat keberadaan guru di dalam kelas.
134
HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan 03 Waktu
: Rabu / 6 Mei 2009, jam 11.56 WIB
Tempat
: Taman Sekolah
Kegiatan
: Wawancara dengan Kepala Sekolah (KS)
Pagi itu, Rabu, 6 Mei 2009, jam 11.56 WIB, peneliti mendapati kepala sekolah sedang berada di taman sekolah mengamati tukang kebun sedang merapikan taman bagian depan sekolah. Kegiatan seperti ini atau mengelilingi sekolah biasa beliau lakukan setelah beliau menyelesaikan tugasnya di kantor. “Assalammua’alaikum, Pak.” Dengan senyum yang ramah, kepala sekolah menyambut salam dan jabat tangan peneliti,”Wa’alaikumsalam, Buk. Aa kaba kini ko?” Kemudian peneliti meminta kesediaan beliau untuk berbincang-bincang sesaat dan beliau merespon dengan positif,”apo nan bisa ambo bagi ka Ibuk.” Setelah itu dimulailah percakapan seputar kegiatan supervisi akademik beliau. Percakapan berlangsung dengan santai dan kepala sekolah secara gamblang mengungkapkan bentuk supervisi akademik yang dijalankan, perhatian dan harapan beliau terhadap seluruh aspek yang ada di sekolah ini. Peneliti : Pak, yo sagetek ka manggaduah Apak. Nak baraja banyak dari Apak. Iko tantang supervisi akademik Apak, namun sabalun tu, ambo dak ingin tau, apo se sabananyo kegiatan kapalo sikolah ko Pak? KS
: Sarupo nan ibuk caliak, sabananyo karajo kapalo sikolah tu, kan ado babarapo bagian, dari segi administrasinyo, akademiknyo, dan sosial misalnyo. Tapi kini tu nan agak sulik wak lakukan yo takaiek jo supervisi akademik, khususnyo kunjungan kelas. Tapi yang dikatokan supervisi tu
135
kan bukan hanyo masuak kelas. Jadi sacaro umum ambo batangguang jawab terhadap baa proses pembelajaran awak tu bajalan lanca. Peneliti : Pak, kiro-kiro baa model supervisi yang cocok untuak sikolah wak kini nan alah bertaraf internasional ko? KS
: Yang harus wak ingek kini tu adolah kalau wak harus bisa menghasilkan output yang sasuai jo standar SBI. Artinyo apo? wak harus mampu menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghadapi persaingan global yaitu yang mandiri, kritis, ado jiwa enterpreneurship, mampu manyalasaikan masalahnya sendiri. Inilah outcome yang diharapkan dari proses pembelajaran melalui metode belajar yang terbaru. Di sampiang tu salah satu nan dihaarapkan di SBI adolah moving class dan SKS (penerapan sistem kredit semester).
Peneiti : Dalam pandangan Apak, baa model kawan-kawan maaja kini? KS
: Rata-rata kita masih model lamo, belum lagi memahami konsep pembelajaran
yaitu bagaimana membuat siswa ‘learning to do’,
‘learning to learn’ dan menguasai metode pembelajaran. Wak pernah temukan guru senior, wak caliak nyo maaja sarupo tu salah tapi kenyataannyo dapek ditarimo anak. Jadi baa caronyo mangatokan ka baliau tu kalau itu salah. Tamasuaklah wak keberatan untuak mangatokannyo karano wak tau kalau urang ko dak nio dikritik. Tapi yang awak sampaikan secaro umum ka kawan-kawan yang awak caliak alun ado sambutan yang menggembirakan, serius, berminat sehingga barubah metodologinyo.
136
Peneliti : Jadi, baa model supervisi nan pas tu kini, Pak? KS
: “Marobah pola bukan maaja guru baa nan batua. Guru dibiasokan untuk indak diaja dan diagiahtau tapi mengotakan apo kakurangannyo. Salah satunyo ka ketua KKG. Guru wak banyak jumlahnya jadi dak mungkin ambo mansupervisinyo ciek-ciek. Di sikolah kito cubo berdayokan kelompok kerja guru ko. Lagian, Ambo dak pas mansupervisi buk ‘G’ lai, nyo lah tuo, urang tuo nan ka disupervisi, labiah santiang lah nyo lai. Samantaro guru biaso se dak disupervisi apolai guru nan maaja di kelas internasional. Sabananyo, amuah se nyo maaja jo bahaso Inggris lah basyukur wak. Saharusnyo 2 urang wak mansupervisi, idealnyo awak jo dosen, nyo mancaliak dari segi bahasonyo, awak mancaliak dari kepentingan sekolah.
Peneliti :Apokah itu berarti Apak dak malakukan supervisi kelas? Karano satau ambo buk ‘Y’ lah manjadwalkannyo? KS
: “Kalau itu, ambo raso ibuk lah tau jawabannyo. Sabananyo kendala ambo ma supervisi terkait dengan status sakolah wak nan lah RSBI yo bahaso. Kini tu amuah se guru-guru maaja jo bahasa Inggris lah basyukur wak. Di sampiang tu wak juo harus dibekali jo buku-buku yang berhubungan dengan metodologi yang terbaru, seperti CTL sahinggo katiko guru-guru batanyo wak dak binguang. Jadi sesuatu tu memang harus dikarajoan jo urang yang ahli di bidangnyo. Tapi untuak SBI wak lah baniek tapi alun talaksana lai.”
137
Peneliti : “Dengan kato lain, Apak dak mansupervisi kawan-kawan karano penggunaan bahaso Inggris yang lah mulai diterapkan di kelas-kelas SBI?” KS
: “Yo, baitu lah kiro-kiro. Ambo pernah masuak kelas Buk ‘R’, Awak mangarati apo yang disampaikannyo sagetek- sagetek tapi katiko ado yang baliau ragukan, wak dak bisa mangatokan yang saharusnyo. Jadi untuak kini tu wak paralau seseorang untuak mandampingi wak malakukan itu. Jadi dak bisa dipaksakan karano untuak saat kini tu wak harus mandatangkan orang-orang karano guru-guru dak tau baa caronyo maajakannyo dalam bilingual. Dulu wak lah mancubo untuak mambardayokan guru bahaso Inggris, Pak ‘S’, Ibuk mandampiangi guru MIPA tapi sewaktu itu dikarajoan, apo yang wak dapek? Apo yang didapek guru-guru bahaso Inggris dan guru MIPA, salain karajo nan batambah sahinggo hilang lah motivasi tu. Makonyo, SBI tu dak bisa gratis.
Peneliti : Apokah Apak kecewa dengan kondisi ko? KS
: Sabananyo masalah supervisi tamasuak di dalamnyo masalah dana, apolagi untuak SBI makonyo dak bisa SBI tu sikolah gratis. Tapi apo kato urang dinas, masak supervisi itu dibayar.
Peneliti : Pado dasarnyo untuak memperoleh pendidikan yang baik itu butuh biaya atau dana. Baa reaksi dewan sewaktu kebijakkan sekolah gratis ko ditetapkan pemerintah?
138
KS
: Alun ado responnyo. Responnyo yo manarimo karano itu untuak kepentingan masyarakat.
Peneliti : Menurut Apak, urang tuo murid keberatan dak seandainyo kito mamunguik uang komite? KS
: Urang tuo dak kaberatan, mungkin kalau ado nan kaberatan wak akan maakali, yang ma, sahinggo mungkin nyo dak harus mambaia.
Refleksi : Kepala sekolah sangat mengerti dan memahami kondisi dan keadaan sekolah ini sehingga dalam banyak hal, beliau sangat mempertimbangkan berbagai
hal
mengecewakan
sehingga banyak
setiap pihak.
keputusan Berdasarkan
yang
diambil
percakapan
tidak
tersebut
tergambar sosok KS yang santun, ramah, bersahaja, bertanggung jawab, toleran, dan apa adanya. Namun dibalik itu semua kepala sekolah sangat menghargai setiap upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan setiap kemampuannya untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. Satu hal lagi yang dapat dicermati dari percakapan tersebut adalah rasa kecewa kepala sekolah terhadap kebijakkan pemerintah kota yang menetapkan kebijakkan sekolah gratis.
139
HASIL WAWANCARA Catatan lapangan 04 Waktu
: Senin / 11 Mei 2009, jam 08.15 WIB
Tempat
: Ruang majelis guru
Kegiatan
: Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum (WK1)
Wawancara dilakukan setelah upacara bendera selesai. Peneliti menemui (WK1) di ruangnya. Saat itu WK1 sedang membaca atau menulis sesuatu di mejanya. WK1 telah dan sedang menjabat sebagai Wakil kurikulum selama ± 2 tahun. Beliau merupakan sosok pekerja keras. WK1 merupakan guru pindahan dari daerah konflik, Ambon, pada tahun 2004. Melihat dedikasi dan kinerja beliau, maka guru-guru melalui rapat majelis guru memberi kepercayaan kepada beliau untuk menduduki posisi wakil kepala sekolah bagian kurikulum pada tahun ajaran 2007 / 2008. Peneliti
: Assalammualaikun, Uni. Sadang sibuk, yo?
WK1
: Wa’alaikumsalam. Sibuk bana dak. Aa kaba kiniko?
Peneliti
: Iko nia, to the point se yo. Ka mintak bantuan uni. Rencana ambo ka malakukan penelitian di sekolah wak ko, lah dapek persetujuan Apak. Yang ka diteliti tu pelaksanaan supervisi akademik kapalo sikolah. Jadi sabalun ka Apak, ambo ingin ka uni dulu salaku wakil kurikulum pasti tau banyak tantang supervisi Apak.
WK1
: Jadilah. Kini apo nan bisa uni bantu?
140
Peneliti
: Giko, ni. Sabalun wak masuak ka pertanyaan pokok, ambo ingin tau, baa kondisi guru-guru nan maaja di siko kini?
WK1
: Kalau manuruik Uni, kondisi kawan-kawan lah rancak maaja nyo, meskipun ciek jo duo ado nan alun rancak bana. Tapi kini tu, dinda kan tau kalau beberapa orang diantara awak lah S2, tamasuak ‘V’ ciek, ampia salasai pulo lai kan? Harapan kito kondisi kawankawan dapek mambaok pengaruh elok untuak anak-anak wak.
Peneliti
: Manuruik Uni, sajauh ma Apak tahu kondisi guru-guru?
WK1
: Sabananyo Apak tau baa kondisi masiang-masiang awak. Apolai sajak satahun lalu, di kantua Apak ado CCTV. Jadi satau Uni, Apak mancaliak wak maaja dari kantua nyo sajo. Tapi guru-guru nan dicaliak dak tau karano Apak dak ado mengkonfirmasikan itu ka guru nan dicaliaknyo.
Peneliti
: Oke lah, tapi salomo ko bakarajo samo jo Apak, apo persepsi uni tantang Apak?
WK1
: Manuruik Uni, Apak urangnyo elok, saba, dan cukup demokratis. Malah sangat pengertian.
Peneliti
: Baa manuruik Uni, supervisi Akademik Apak.
WK1
: “Kalau supervisi masuak kelas, yo dak ado dilakukan Apak. Tapi Apak punyo supervisi Apak lah disusun tapi hanyo untuak kelas RSBI sajo dan lah dilatakkan di meja Apak tapi sampai kini Apak alun pernah masuak kelas.”
141
Peneliti
: Kiro-kiro apo yang menyebabkan Apak dak malakukan supervisi kelas, Ni?
WK1
: Apo yo... (diam sesaat). Uni raso Apak tu dak tega, salain tu masalahnyo katiko
ado jadwalnyo, Apak pai ka dinas, ka kantua
balaikota. Pokoknyo ado se halangannyo. Peneliti
: Ado dak uni, maingekkan Apak?
WK1
: Ado, pernah uni kicekkan ka Apak, jawab Apak senyum se nyo.
Percakapan terhenti sampai di situ karena WK1 ada keperluan. Refleksi: Berdasarkan percakapan yang singkat dengan WK1 tersebut dapat diketahui bahwa supervisi akademik kepala sekolah telah disusun dan diketahui kepala sekolah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sering terkendala dengan beberapa alasan, diantaranya perasaan segan dan kesibukan kepala sekolah. Secara profesional, hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian kepala sekolah sehingga kepala sekolah tetap mengetahui dan membina kemampuan guru-guru dengan baik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
142
HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan 05 Hari / Tanggal
: Jumat/ 15 Mei 2009, jam 10.56
Tempat
: Taman Sekolah
Kegiatan
: Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana Prasarana (WK2)
Wawancara berlangsung di taman sekolah. Peneliti menemui WK2 yang sedang duduk-duduk di bangku taman setelah mengawasi pelaksanaan persiapan Ujian Nasional. WK2 telah mengajar selama ± 10 tahun di SMA Negeri 1 Padang Panjang, tepatnya sejak Februari 1998. Sementara untuk menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian sarana prasarana baru berlangsung selama 1 tahun. Saat ini, WK2 telah menyelesaikan program Magisternya di Universitas Andalas dengan gelar M.Si. Dalam pandangan peneliti, WK2 merupakan sosok yang cukup cerdas dan memiliki tanggung jawab yang baik terhadap tugas dan jabatannya. Beliau cukup dekat dengan kepala sekolah dan dalam banyak hal mendukung programprogram yang telah dibuat kepala sekolah. Saat berbincang-bincang dengan WK2, Peneliti melihat respon yang baik dan bersemangat dari WK2 ketika peneliti mengungkapkan tujuan dari penelitian ini. Ketika peneliti bertanya tentang supervisi akademik kepala sekolah, WK2 dengan spontan menjawab,” dulu sabalun sikolah kito RSBI, kan lai ado supervisi Apak, Apak masuak kelas, mancaliak guru maaja, tapi kini satau ambo nan sarupo tu yo dak ado lai. Selanjutnya WK2 juga menambahkan bahwa beliau memahami alasan kepala sekolah tidak melakukan supervisi kelas,” ambo pernah mangicek jo Apak baa kok baliau dak ado masuak kelas. Ado duo hal
143
hambatannyo, partamo urang nan ka disupervisi tu lah tuo, sagan Apak. Kaduo, baa Apak ka manuntuik samantaro nyo dak bisa maagiah labiah. Sebagai orang dekat dengan kepala sekolah, beliau tidak memungkiri bahwa dalam hal supervisi akademik, kepala sekolah kurang maksimal melaksanakannya tapi di sisi lain hal ini tidak perlu dicemaskan karena secara kualitas dan dedikasi, WK2 mengetahui persis kondisi guru-guru yang ada di SMA Negeri 1 Padang Panjang,”meskipun supervisi Apak dak maksimal tapi wak dak paralu cameh karano indikasi guru yang tidak baik tu dak kito tamui di sikolah ko. Contohnyo, guru-guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lah babuek, hanyo pitih se nan dak taagiah.” Refleksi: menyimak apa yang telah dikemukakan WK2, dapat dipahami bahwa terkendalanya pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah lebih didominasi oleh perasaan segan karena guru-guru sudah memiliki kemampuan dan kompetensi yang baik sementara dari segi kesejahteraan, pihak sekolah tidak mampu memberikan insentif yang lebih kepada mereka.
144
HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan 06 Hari/ tanggal : Rabu / 20 Mei 2009, jam 10.55 WIB Tempat
: Ruang majelis guru
Kegiatan
: Wawancara dengan G01
Hari itu, Rabu, 20 Mei 2009, jam 10.55 pagi, peneliti memasuki ruang majelis guru. Dalam ruangan itu, penulis mendapati 4 orang guru yang sedang bekerja di mejanya masing-masing. Di salah satu pojok ruangan bagian belakang, peneliti melihat G01, guru yang ingin peneliti temui, sedang membaca di bangkunya. Guru G01 merupakan guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam dan bahasa Arab. G01 termasuk guru yang tergolong muda di SMA Negeri 1 Padang Panjang, telah mengajar selama ± 5 tahun. Dalam pandangan penulis, G01 termasuk salah satu guru yang energik dan potensial. Peneliti
: “Assalammua’laikum, Pak. “
G01
: “Eh, Uni. Wa’alaikum salam.Lah salasai kuliahnyo, ni?”
Peneliti
:”Alun lai. Sadang manga kini ko? Manggaduah dak kalau uni batanyo- tanyo ?”
G01
: “Batanyo apo, ni? Ambo sadang dak maaja, ko ado sagetek nan dibaco.”
Peneliti
: “Uni nak malakukan panelitian di sakolah wak ko. Judul penelitian uni, Supervisi Akademik Kepala Sekolah. Uni ingin, dinda manjadi salah satu informan uni. Nio kan?”
G01
: (untuk sesaat berfikir)” oke lah. apo nan bisa ambo bagi ka Uni?”
Peneliti
: “Lah bara lamo dinda maaja di siko?”
145
G01
: “Labiah kurang 5 tahun.”
Peneliti
: Baa sosok Apak di mato dinda?
G01
: Manuruik Ambo, Apak marupokan sosok yang lunak, demokratis dan indak banyak tuntutan.
Peneliti
: Terkait dengan status sikolah wak yang alah SBI, masih diparalukan dak supervisi akademik kepala sekolah?
G01
: Secara konseptual tetap dibutuhkan karano tujuannyo kan untuak mambantu guru-guru, jadi tatap dibutuahkan.
Peneliti
: Kalau baitu apo yang dinda tau tantang supervisi akademik Apak?
G01
: Satau ambo, supervisi Apak yo, dak ado masuak kelas, tapi dalam bentuk lain ado, misalnyo kaliliang sikolah, mancaliakcaliak guru. Apo se kaluahan wak ka Apak, pasti diresponnyo meskipun realisasinyo dak segera terwujud, tapi tu ambo raso lah marupokan bagian dari supervisi Apak.
Peneliti
: Menyayangkan dak?
G01
: Bagi ambo, dak masalah.
Peneliti
: Menurut dinda, apo beda supervisi Apak dulu jo kini?
G01
: Dak babeda jauh. Dulu Apak ado masuak kelas, sayangnyo kagiatan Apak tu dak terarsip dan tindak lanjutnyo pun dak ado. Kalau kini Apak dak ado masuak kelas samo sakali. Sahinggo dak babeda, dak begitu berpengaruh terhadap guru.
Peneliti
: Baa kok baitu?
G01
: Karano pado umumnyo guru-guru di siko lah baik dan budayanyo lah bagus. Jadi ado dak ado supervisi Apak, yang guru tetap maaja dengan baik. Pernah salah seorang kawan wak,
146
Pak
D,
mambuek
angket
untuak
panelitiannyo
tantang
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, diperoleh hasil bahwa ado dak ado kapalo sekolah kondisi guru tetap baik. Jadi pado dasarnya kawan-kawan di siko lah mampunyoi dedikasi yang tinggi dan bertanggung jawab jo karajonyo. Peneliti
: kiro-kiro, apo nan manjadi kendala Apak dalam malakukan supervisi akademi?
G01
: Sabananyo hambatan Apak basifat personal, artinyo Apak sagan. Inyo dak suko manjadikan supervisi sabagai penghambat atau mambuek guru-guru jadi sibuk.
Peneliti
: Kemungkinan lain, kiro-kiro?
G01
: Mungkin kesibukan baliau dan koordinasi jo pihak lain untuak malimpahkan wewenang indak tegas.
Refleksi
: Berdasarkan percakapan tersebut diketahui bahwa bagi guru G01 ketiadaan supervisi akademik kepala sekolah dalam bentuk kunjungan kelas tidak terlalu signifikan dalam upaya perbaikan profesionalitas guru-guru. Guru G01 juga memahami hal-hal yang menjadi kendala bagi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik. Satu hal yang membuat G01 tidak keberatan dengan tidak masuknya kepala sekolah selaku supervisor ke dalam kelas ialah karena KS tetap menjalankan fungsinya sebagai motivator terhadap guru-guru di samping kondisi guru yang pada umumnya sudah baik.
147
HASIL WAWANCARA
Catatan Lapangan 07 Hari / Tanggal : Sabtu/ 23 Mei 2009, jam 09.00 WIB Tempat
: Ruang Majelis Guru
Kegiatan
: Wawancara dengan G02
Guru G02 dipilih sebagai informan dalam penelitian ini dengan alasan beliau merupakan guru yang cukup objektif, pekerja keras, dan memiliki dedikasi yang tinggi dalam pengajaran. Diantara guru-guru yang ada di SMA Negeri 1 Padang Panjang, guru G02 termasuk diantara guru-guru yang bertangan dingin dan berprestasi. Ini dibuktikan dengan beberapa kali siswa asuhannya berhasil menang dalam lomba olimpiade, baik pada tingkat kota, provinsi maupun tingkat nasional. Semua itu menjadi bukti dari kesungguhan dan kerja keras beliau. Sewaktu diminta kesediaannya diwawancara, guru G02 awalnya sedikit keberatan, dengan raut muka yang enggan. Tetapi beliau akhirnya mau diwawancarai setelah peneliti mengemukakan alasan dan manfaat dari penelitian ini. dengan nada suara sedikit pelan, G02 menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti; Peneliti
: Uni, bisakan jadi informan untuak penelitian ambo?
Guru G02
: Jan lai Uni, yang lain se lah.
Peneliti
: Please, Uni. Iko penting untuak manyalasaikan kuliah ambo. Lagian uni adolah urang yang tapek dalam hal ko karano uni tamasuak guru yang komit dan objektif dalam manilai sesuatu hal.
148
Guru G02
: Jadilah.
Peneliti
: Tarimo kasih, Uni. Sakolah ko kan cukup bagus yo ni? Kini lah SBI, manuruik uni, untuak sakolah salevel ko, masih paralu dak supervisi Apaka?
Guru G02
: Paralu sakali karano masih ado guru yang maaja sembarangan.
Peneliti
: Apak tau dak kondisi macam tu?
Guru G02
: Tau lah tapi Apak dak amuah. Mungkin ado pertimbangan.
Peneliti
: Apo kiro-kiro pertimbangan Apak, Ni?
Guru G02
: Sagan, mungkin, sibuk. Trus Apak talalu lunak.(G02 terkesan menjawab pertanyaan dengan singkat-singkat saja dan suaranya sangat pelan sehingga susah untuk didengar dengan baik).
Peneliti
: Karehan tek Ni, dak jaleh do. Masih ragu, yo? Ambo lah dapek izin dari Apak, jadi katerangan Uni dak akan bagai-bagai do. (G02 sambil tersenyum, setuju untuk mengeraskan volume suaranya). Salamo uni di sekolah ko, pernah uni disupervisi Apak?
Guru G02
: Sampai kini yo alun lai.
Peneliti
: Kiro-kiro apo sababnyo, Ni?
Guru G02
: Mungkin sungkan jo guru atau karano kasibukan baliau. Apak tu mungkin dak nio karano sagan jo guru-guru nan lah tuo. Atau mungkin karano guru-guru di siko lah bagus. Dulu lai pernah
149
supervisi dilimpahkan ka ketua KKG. Tapi kini dak ado tadanga lai. Awak sibuk sadonyo. Jadi lah samo hanyuik se sadonyo. Peneliti
: Kalau manganai perhatian Apak terhadap guru-guru, baa Ni?
G02
: Kalau perhatian Apak sangat elok. Bahkan nyo tamasuak urang nanlunak. Alah jaleh guru tu bamasalah, Apak dak barani tegas ka inyo.
Peneliti
: Manuruik Uni, baa kondisi guru-guru kini?
G02
: walaupun pado umumnyo alah rancak tapi masih ado juo kawankawan ko nan maaja sembarangan.
Peneliti
: maksudnyo, Ni?
G02
: Yo, ado nan dak datang maaja. Ado nan maaja sakena hatinyo se, dak manuruik silabus.
Peneliti
: Apak tau dak dengan kondisi macam tu?
G02
: Tau lah tapi Apak dak namuah, dak tegas.
Peneliti
: Kiro-kiro faktor apo sajo nan manjadikan sekolah ko besar, Ni?
G02
: inputnyo nan rancak, dan guru-gurunyo yang serius dalam maaja.
Peneliti
: Faktor Apak, baa, Ni?
G02
: Andil apak pasti ado.
Percakapan dengan G02 terpaksa disudahi karena beliau ada urusan lain yang hendak dilakukan. 150
Refleksi : berdasarkan percakapan singkat itu, diketahui bahwa supervisi akademik kepala sekolah khususnya supervisi kelas tidak berjalan sebagaimana dulunya.. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya rasa segan kepala sekolah terhadap guru-guru yang sudah tua dan karena kesibukan kepala sekolah. Dalam kesempatan itu juga tersirat bahwa,
adanya kekecewaan
G02 dengan sikap kepala
sekolah yang tidak tegas terhadap guru yang bermasalah.
151
HASIL WAWANCARA CL. 08 Hari/ tanggal : Selasa/ 26 Mei 2009, jam 12.05 WIB Tempat
: Ruang majelis guru
Kegiatan
: wawancara dengan G03
Saat diwawancarai, G03 merupakan salah satu guru yang cukup baru di SMA Negeri 1 Padang Panjang, telah mengajar selama 5 tahun. Di samping itu, G03 saat ini sudah menyelesaikan S2nya dari Universitas Andalas dan karena kemampuannya, ia dipercaya untuk mengajar di kelas internasional. Peneliti
: Menurut dinda, dengan status sikolah wak nan lah RSBI ko, seberapo paralunyo Supervisi Akademik kapalo sikolah?
G03
: “paralu karano dengan supervisi Apak bisa mamantau guru-guru dalam maaja, tarutama guru-guru baru seperti, awak, butuah bimbingan dan pengawasan kapalo sikolah.”
Peneliti
: pernah disupervisi kelas Apak atau marasokan supervisi Apak?
G03
: “dulu pernah disupervisi kelas Apak, sakali, tapi belakangan dak ado tadanga Apak masuak kelas mansupervisi awak. Awak raso meskipun Apak dak ado masuak kelas wak tapi perhatian Apak tetap Ado, misalnyo kalau basobok jo apak, Apak lai juo batanyo baa kondisi Awak trus lai dak ado masalah, dan sebagainyo.”
Peneliti
: Baa kok Apak dak ado malakukan supervisi kelas? Kiro-kiro apo panyababnyo?
G03
: Awak dak tau pasti alasannyo mungkin karano apak sibuk atau karano sikolah wak lah mulai RSBI jadi Apak maraso kurang siap
152
untuak mansupervisi guru-guru yang maaja di kelas internasional karano kito kan lah dimintak untuak maaja jo bahaso Inggris. Peneliti
: trus, kalau baitu, supervisi macam apo yang dinda dapekkan?
G03
: Sajak sikolah ko RSBI, awak pernah disupervisi samo pengawas propinsi, buk ‘AS’, tapi cuma sakali pulo.
Peneliti
: Seandainyo, dinda disupervisi kapalo sikolah, apo yang diharapkan dari kegiatan tu?
G03
: Terus terang, sebagai guru baru, supervisi Apak dibutuahkan. Di awal-awal maaja awak masih binguang, banyak metode-metode maaja yang dak awak kuasai tapi awak sagan pulo batanyo ka Apak, paliang-paliang awak batanyo ka Ibuk ‘E’ atau Buk ‘D’.
Peneliti
: Wakatu dinda disupervisi kelas Apak dulu, apo yang dilakukan Apak?
G03
: Sabalun masuak, Apak maagiah tau kalaunyo ka masuak kelas wak, dan baliau mintak RPP wak. Habis jam istirahat, wak masuak kelas dulu dan lah mulai maaja, trus dak bara lamo baru Apak masuak dan duduak di balakang mancaliak wak maaja.
Peneliti
: Tau dak dinda, apo se yang dikarajoan Apak di balakang?
G03
: Awak dak tau pasti, tapi nampaknyo wakatu masuak, Apak ado mambaok karateh dan macatat sesuatu di karateh tu.
Peneliti
: baa perasaan dinda wakatu di supervisi Apak?
G03
: Cameh lai, wak takuik babuek salah jadi wak dak mancaliakcaliak ka apak do. Tapi Apak dak lamo di kelas wak wakatu tu, kiro-kiro ½ jam, Apak kalua lai. Nampaknyo Apak dak ingin wak
153
balamo-lamo di kelas wak karano mungkin dicaliaknyo awak kikuk atau dak nyaman mungkin. Peneliti
: sasudah Apak masuak kelas dinda, ado diskusi jo Apak?
G03
: Dak Ado do, sajak Apak masuak kelas, dak ado Apak mamanggia wak atau konfirmasi tantang supervisi baliau.
Peneliti
: Oke lah, kalau baitu, pernah dak dinda katiko ado masalah atau kesulitan batanyo langsuang ka Apak?
G03
:dak pernah, sagan wak.
Peneliti
: trus ka sia dinda konsultasi atau batanyo jiko ado kesulitan?
G03
: Biasonyo ka ibuk-ibuk dalam satu kelompok mato pelajaran atau ka sasamo kawan.
Peneliti
: yo lah dinda, lah panjang carito wak, untuak saat ko uni raso cukuik lah dulu. Diolah pulo nan iko dulu. Bisuak-bisuak ko uni masih paralu tambahan informasi, buliah yo uni tanyo-tanyo baliak. Tarimo kasiah banyak yo.
G03
: Iyo lah, mudah-mudahan baguno, capek pulo uni salasai jadinyo.
Refleksi
: Sebagai guru baru, G03 menyakini pentingnya supervisi akademik kepala sekolah untuk menuntunmya beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan pengajaran. Dari percakapan itu juga tergambar betapa pentingnya keberadaan kelompok kerja guru (KKG) untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman. Dengan demikian peranan supervisor juga diharapkan dapat membina kelompok-kelompok ini dalam upaya memberdayakan guru-guru.
154
HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan 09 Hari / Tanggal : Kamis/ 28 Mei 2009, jam 11.26 WIB Tempat
: Ruang Majelis Guru
Kegiatan
: Wawancara dengan G04
Guru G04 merupakan guru yang cukup senior di SMA Negeri 1 Padang Panjang dan telah 2 periode menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum, G04 termasuk guru yang sangat berpengalaman di sekolah ini. Saat ini guru G04, selain mangajar matematika juga merupakan guru asrama. Artinya guru G04 tinggal di asrama dan bertugas mengawasi serta membantu
siswa-siswa
yang tinggal di asrama jika menemukan kesulitan, baik itu secara akademik maupun non akademik. Sewaktu beliau menjabat sebagai wakil kurikulum, proses pendidikan berjalan dengan baik dan membanggakan. Berikut hasil wawancara peneliti dengan guru G04: Peneliti
: “Santai Ibuk kini ma? Dak maaja buk?”
Guru G04
: “Indak, hariko kosong, rencana nak ka pasa, singgah dulu ka siko”.
Peneliti
: “Kalau baitu, buliah digaduah gak sabanta yo buk? Rencana ka ma adoan penelitian di siko tantang supervisi akademik kapalo sikolah. Dengan pengalaman yang Ibuk punyo, ambo ingin ibuk babagi jo ambo gak sagetek. Buliah kan?”
Guru G04
: “Apo tu?”
Peneliti
: “Berdasarkan pengalaman Ibuk manjadi wakil kurikulum, baa manuruik Ibuk supervisi akademik Apak?”
155
Guru G04
: “Samaso Ibuk dulu, supervisi Apak ado dijadwalkan dan dilaporkan ka guru-guru senior. Dulu, guru-guru mudo disupervisi guru-guru senior. Samantaro, guru-guru senior disupervisi Apak. Yo kan dulu baitu
dibuek programnyo, yang mudo-mudo
disupervisi oleh nan senior-senior”. Penelti
: “Baa reaksi kawan-kawan wakatu tu, Buk?”
Guru G04
: “Yo dak baa do. Nyo sabalun disupervisi, kan diagiah tau dulu sahinggo kawan-kawan basiap jo perangkatnyo katiko disupervisi Apak”.
Peneliti
: “Manuruik Ibuk, kalau dak disupervisi, kawan-kawan ko siap dak jo perangkat maaja nyo?”
Guru G04
: “Yo ado nan siap, ado nan indak.”
Peneliti
: “Apo tindak lanjut Apak dari pelaksanaan supervisi tu, Buk?
Guru G04
: “Tindak lanjutnyo bakonsultasi jo kawan-kawan tapi dak dicaliak sasudah tu, Ibuk jujurlah (sambil ketawa), paliang-paliang saran ka kawan-kawan kok maaja jan talalu capek.”
Peneliti
: Apo nan manjadi kendala bagi Apak dalam manjalankan supervisi akademiknyo, Buk?
Guru G04
: “Manuruik Ibuk, Karajo kareh kawan-kawan. Makasuiknyo, sabalun Apak masuak kondisi awak lah rancak. Pernah urang menggembargemborkan kalau sikolah wak ko berhasil karano Pak ‘AA’ (kepala sekolah sebelum yang sekarang) hebat. Jadi katiko Pak ‘AA’ abis maso jabatannyo, 6 bulan lamonyo wak dak punyo kapalo sikolah. Saat itu, Ibuk samangati guru-guru kelas III kalau
156
nan hebat tu bukan Pak ‘AA’, nyatonyo wak bisa (tetap peringkat 1 Sumatera Barat).” Keterangan Guru G04 terhenti ketika hand phone beliau berbunyi. Untuk sesaat G04 menjawab telpon dan sesudah itu, beliau menyampaikan, “dinda alah dulu kini yo, bisuak wak ulang baliak kalau masih ado nan ingin ditanyokan. Ibuk harus pai kini”. Peneliti
: “jadi lah buk, tarimo kasiah banyak. Bisuak-bisuak kok masih ado nan kurang, ambo tamui Ibuk balaiak yo.”
Refleksi
: Keterangan dari G04 memberikan informasi pada kita bahwa dulunya, sebelum SMA Negeri 1 Padang Panjang ditetapkan sebagai
SMA
berlangsung
Bertaraf
dengan
baik
Internasional, meskipun
supervisi tidak
akademik
dievaluasi
dan
ditindaklanjuti dengan baik. Motivasi dan kinerja guru yang telah baik menjadi faktor yang membuat sekolah ini besar dan berdampak terhadap kurang maksimalnya kepala sekolah karena diyakini bahwa guru-guru pada umumnya sudah cakap dan memiliki kompetensi yang sudah baik.
157
HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan. 10 Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 Mei 2009, jam 10.00 WIB Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Kegiatan
: Mengamati rapat kepala sekolah dan guru-guru
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin kepala sekolah dengan guru-guru, yang minimal dilakukan dua kali dalam satu semester. Kegiatan rapat ini dihadiri guru-guru, terutama guru wali kelas, wakil kurikulum dan kepala sekolah. Rapat ini bertujuan untuk menggali informasi, menyamakan persepsi, dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar dan seputar siswa. Dalam kesempatan itu, peneliti mengamati bagaimana kepala sekolah mengakomodir setiap pendapat dan masukan dari setiap guru dengan arif dan bijaksana. Beberapa kali muncul silang pendapat diantara sesama guru, kepala sekolah tetap menyikapinya dengan tenang dan mencoba untuk mencarikan solusi dari permasalahan yang muncul. Setelah dibicarakan dengan seksama akhirnya masing-masing guru dapat menerima solusi yang ditawarkan oleh guru lain dan dikuatkan oleh kepala sekolah sehingga rapat itu menghasilkan suatu kesepakatan yang sama-sama disetujui oleh guru-guru dan kepala sekolah. Dari kegiatan tersebut dapat dilihat peran kepala sekolah sebagai supervisor yang berusaha untuk membantu guru-guru dalam mengatasi persoalanpersoalan seputar PBM, masalah yang terkait dengan siswa-siswa, dan kekurangan alat serta bahan labor. Guru dengan leluasa dapat mengemukakan kesulitan atau masalah yang mereka hadapi dalam proses belajar mengajar kepada kepala sekolah. Hal ini menunjukan adanya komunikasi yang baik antara kepala
158
sekolah dan guru-guru. Di samping itu, dari pertemuan siang itu, juga dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik ada dan berjalan di lingkungan SMA Negeri 1 Padang Panjang, meskipun yang bersifat kunjungan kelas tidak dilakukan kepala sekolah karena alasan-alasan tertentu, terutama sejak sekolah ini ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
159
HASIL WAWANCARA CL. 11 Hari/ tanggal : Minggu/ 31 Mei 2009, jam 16.00 WIB Tempat
: Kediaman G05
Kegiatan
: wawancara dengan G05
G05 merupakan salah satu guru baru di SMA Negeri 1 Padang Panjang, telah mengajar selama 5 tahun. Di samping itu, G05 saat ini sudah menyelesaikan S2nya dari Universitas Andalas dan karena kemampuannya, ia dipercaya untuk mengajar di kelas internasional. Wawancara ini dilakukan di rumah G05 karena kebutulan G05 tinggal tidak jauh dari rumah peneliti, jadi setelah membuat janji dengan G05 maka berlangsunglah wawancara ini dalam suasana santai dan rileks. Peneliti
: baa suasana sekolah adinda rasokan kini?
G05
: Alhamdulillah, aman dan biaso-biaso sajo, meskipun kini sekolah wak lah RSBI, sagetek banyak batambah sibuk tapi masih bisa diatasi.
Peneliti
: Salamo ko maaja di SMA Negeri 1 Padang Panjang, apo nan dinda rasokan, terutama supervisi akademik Apak?
G05
: Betah, nyaman, tanang maaja. Apak urangnyo elok dan pengertian. Secaro langsuang wak alun pernah disupervisi kelas apak, tapi di lua itu awak maraso perhatian Apak cukuik tinggi ka guru-guru. Kalau ado kesempatan Apak sambia bagarah acok batanyo keadaan dan kesulitan wak dalam maaja.
Peneliti
: wakatu mulai maaja di siko, apo nan dinda rasokan?
160
G05
: Adolah perasaan cangguang, karano sikolah ko lah punyo namo dan sebagai urang baru sagetek banyaknyo pastilah maraso grogi pas wakatu awal maaja, tapi ....untuang, awak lah pernah maaja di swasta sabalunnyo, tapi kondisinyo tantu babeda. Di tampek lamo dak sarancak dan dak sa banyak ko tuntutannya. Jadi yo harus karajo kareh, untuangnyo ibuk-ibuk di siko elok-elok, nio manolong wak.
Peneliti
: Jadi kalau ado kesulitan dalam maaja, ka sia mintak bantuan? Pernah dak mangatokan langsuang ka kapalo sikolah?
G05
:Kalau ka apak yo dak pernah do. Jo apak biasonyo, Apak yang batanyo atau wakatu ado rapek. Salamo ko, awak yo acok konsultasi dan diskusi jo kawan-kawan, terutama nan samo mato pelajaran.
Peneliti
: Kini tu sekolah wak kan lah RSBI, ado dak perbedaan maaja dibandiang sabalun RSBI?
G05
: Banyak, kini tu wak batambah sibuk. Maaja harus dalam bahaso Inggris. Lai ditarangkan dalam bahaso Indonesia se lai susah mangarati apolai jo bahaso Inggris. Banyak wakatu wak habis kini karano harus manguasai materi barikuik jo caro manyampaikannyo jo bahasa Inggris akibatnyo ambo acok hilang kontrol kadang salah dalam mengatokan istilah. Tantu iko bisa mambuek pamahaman siswa bisa salah.
Peneliti
: Trus, apo solusinyo? Ado dak Apak masuak kelas mancaliak dinda maaja?
161
G05
: Awak raso Apak dak amuah karano Apak mangarati kalau baban karajo awak tu lah banyak, maaja jo Bahasa Inggris, mambuek RPP, Silabus jo bahasa Inggris pulo jadi apak dak ingin wak terlalu tabebani pulo jo supervisi baliau. Jadi kalau manganai bahaso, kito acok batanyo ka guru Bahasa Inggris.
Peneliti
: Kiro-kiro apo yang manjadi kendala bagi kepala sekolah melakukan supervisi kelas?
G05
: Salah satunyo, kendala bahasa tadi mungkin. Meskipun Apak lah bisa mangicek sagetek-sagetek tapi untuak mancaliak wak langsuang mungkin apak dak nio karano nyo tau wak alun bisa bana maaja jo Bahaso Inggris jadi ibo kali mancaliak wak binguang atau dak lancar maaja.
Peneliti
: Sapengetahuan dinda, apo usaho yang dilakukan apak untuak mengatasi kendala baliau dalam supervisi akademik?
G05
: dak bisa pulo awak mamastikannyo, tapi salah satunyo, ko mungkin yo ni, manambah pengetahuan baliau dengan caro kuliah baliak atau mambaca buku-buku tantang supervisi jo metode pengajaran. Trus ikuik kursus bahaso Inggris jo komputer jo guruguru. Tapi pado dasarnyo alasan utamo apak tu dek sagan awak raso.
Peneliti
: Kalau
terhadap
guru-guru baa?
maningkatkan kemampuan guru?
162
Apo usahanyo untuak
G05
: Yo itu tadi, salah satunyo mangadokan kursus bahaso Inggris jo komputer, mangaktifkan KKG dan panataran.
Peneliti
: Apo harapan dinda dengan supervisi akademik kepala sekolah?
G05
: Apo yo...bagi awak, idealnyo memang Apak harus malakukan supervisi akademik terhadap guru-guru. dak sajo barupo perhatian tapi sakali-sakali supervisi kelas dak baa juo do. Sahinggo apak tau bana kondisi awak, trus nan maleh-maleh jadi rajin.
Peneliti
: tarimo kasih dinda, lah banyak nan uni dapek. Cukuik dulu kini tu, bisuak-bisuak kok masih kurang, dak baa batanyo baliak, kan?
G05
: Samo-samo uni. Dak baa do, awak sanang pulo bisa mambantu uni.
Refleksi
: berdasarkan percakapan tersebut, diperoleh informasi bahwa supervisi akademik kepala sekolah memang tidak berjalan maksimal, khususnya supervisi kelas. Padahal, seandainya kepala sekolah menjalankan tugasnya ini diyakini bahwa dampaknya akan sangat signifikan terhadap pembinaan guru-guru. Beberapa hal yang diyakini sebagai kendala kepala sekolah dalam menjalankan supervisi
kelasnya,
antara
lain
ketidakmampuan berbahasa Inggris.
163
ialah
rasa
segan
dan
HASIL WAWANCARA
CL. 12 Hari / Tanggal : Kamis / 4 Juni 2009, jam 11.48 WIB Tempat
: Ruang Internet Guru
Kegiatan
: Wawancara dengan G06
Saat wawancara ini dilakukan di ruang internet guru, guru G06 dan beberapa guru lainnya sedang berdiskusi. Ketika peneliti datang, G06 menghentikan diskusinya karena sebelumnya sudah membuat janji untuk diwawancarai hari itu. Saat ini G06 menjabat sebagai sekretaris kordinator RSBI setelah sebelumnya menjabat sebagai wakil kurikulm. Selama menjabat sebagai wakil kurikulum, G06 dinilai cukup berhasil menjalankan tugasnya sebagai asisten kepala sekolah bagian kurikulum karena pada masa itu, PBM berjalan dengan lancar dan target-target yang ditetapkan dapat dicapai. Saat ini, beliau merupakan salah satu guru SMA Negeri 1 Padang Panjang yang sudah berhasil menyelesaikan program masternya (S2) dari Universitas Andalas. Dari keterangan beliau diperoleh informasi jika G06 telah mengajar di SMA Negeri 1 Padang Panjang sejak tahun 1993. Terakhir beliau menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum tahun 2004-2007. Peneliti : Uni pernah jadi wakil kapalo sikolah samaso Apak manjabat kan Ni? Menurut uni, baa supervisi Apak? G06
: Supervisi akademik kapalo sikolah tu sangat perlu alasannyo supaya kepala sekolah tahu kinerja guru, trus seandainya ada masalah bisa diatasi lebih awal (masalah yang terkait dengan akademik). Di samping
164
itu guru merasa diperhatikan, ada reward atau punishment, kalau wak dicaliak kan wak maraso diperhatikan, kalaunyo maaja bagus kan ado penghargaan dari kapalo sikolah, seperti kesempatan untuak penataran. Peneliti : Memangnyo satiok guru nan ka pai penataran harus ditentukan Apak yo, Ni? G06
: Biasanya kepala sekolah akan memberikan pendapat apabila diminta tapi itu bukan berarti beliau yang memutuskan, kito dak bisa mamasokan guru A harus pai, kecuali kalau memang namonyo nan dipanggia, tapi kalau yang diminta cuma utusan maka itu kito sarahkan ka KKG untuak manantukan sia nan ka pai.
Peneliti : Samaso uni dulu, baa model supervisi kelas / akademik Apak? G06
: Dulu kepala sekolah melimpahkan sebagian wewenangnya kepada guru lain yang ditunjuak Apak, misalnyo guru senior atau ketua KKG. Contohnyo awak dulu disupervisi dek Ibuk ‘Y’. Supervisi kelas Apak dulu dilakukan secara terjadwal, terprogram, dan tidak ditujukan pada orang yang sama pada setiap supervisi, kelemahannya supervisi Bapak tidak ditindaklanjuti sebagaimana mestinya, misalnya hasil supervisi didiskusikan, dengan guru-guru tapi tidak dimonitor, tidak diarsipkan, dan tidak dievaluasi. Kepala sekolah dalam melakukan supervisi menggunakan format yang telah ada dan diisi dan guru yanglain pun manggunokan format yang samo. Hasil laporan dibuat dengan rapi dan dijilid tapi tempat penyimpanannya tidak diketahui.
165
Peneliti : Tindak lanjut dari supervisi Apak tu baa Ni, misalnyo didiskusikan baliak jo guru nan disupervisi, kemudian ado program perbaikan dan dievaluasi atau dipantau sasudah tu? G06
: kalau datanyo tantulah ado, tapi apokah ditindaklanjuti, rasonyo dak ado do.
Peneliti : Kalau kini baa, ni? Apo kiro-kiro kendala supervisi kelas Apak? G06
: Dak tau pasti wak apo panyababnyo, paralu data di lapangan.
Peneliti : Mangenai kondisi guru-guru, baa reaksi Apak? G06
: Kondisi guru-guru wak di siko kan bervariasi, tindakan Apak terhadap guru-guru yang bermasalah biasonyo dengan cara kekeluargaan, tapi tu berpulang pado urangnyo, kalau dak amuah kadang-kadang ado juo tindakan tegas seperti dipanggia, trus diagiah surek. Maajak urang tu dak mudah, ado urang yang suko dengan caro tu sahinggo wak dak terlalu maraso basalah sahinggo ado juo urang yang bisa diajak barubah dengan caro tu.
Peneliti : Menurut uni, paralu dak apak basikap tegas sarupo tu, atau lebih tegas dari itu? G06
: Kalau sebatas tu, dak baa, kabetulan di siko banyak urang yang patuahpatuah sahinggo dampak negatifnyo dak taraso bana. Sahinggo dengan caro Apak macam tu, dak taraso bana salah awak. Untuangnyo di sikolah wak ko dak banyak masalah dengan pola kepemimpinan Apak macam tu, buktinyo dak ado masalah-masalah yang serius yang mangganggu pelaksanaan pembelajaran ditemukan di siko.
Peneliti : trus, sepengetahuan Uni, baa komunikasi Apak jo guru-guru di siko?
166
G06
: Satu hal yang dapek wak katokan di siko ialah bahwa di sikolah wak tu ado budaya yang positif, misalnyo jiko ado suatu masalah, biasonyo dibicarakan basamo. Artinyo apo, dak mungkin budaya positif tu bisa bakambang jika komunikasi di dalamnyo dak berjalan lancar.
Peneliti : Kini tu terkait jo status sikolah wak nan alah RSBI, kiro-kiro baa model supervisi akademik nan pas untuak dijalankan kapala sikolah? G06
: Manuruik uni, supervisi harus dilakukan oleh urang nan labiah tau dari urang yang ka disupervisi. Untuak apak kini tu dak mungkin, banyak hal yang harus dikembangkan, misalnyo bahaso, metode-metode pengajaran yang mungkin harus dilakukan oleh urang tertentu misalnyo dari dinas. Jadi untuak itu harus disiapkan urang yang labiah tau.
Peneliti : Baa sikap Apak terhadap guru-guru yang ingin maju? G06
: Apak dak ado menghalang-halangi, beliau mendukung, misalnyo waktu seleksi guru-guru S2, ado 5 guru matematika nan lulus dan Apak maizinkan ke 5 guru tu untuak ikuik. Di Sumbar ko mungkin yang tabanyak mangirim gurunyo untuak kuliah wakatu tu yo sekolah wak. Urang tiok sekolah mungkin hanyo maizinkan 3 atau 5 urang gurunyo tapi wak ado 12 urang guru, ditambah lo jo dinda dan si’Z’, jadi 14 urang guru.
Peneliti : kayaknyo cukuik dulu untuak saat ko ni. Tarimo kasih banyak atas bantuan uni. G06
: Samo-samo.
167
HASIL WAWANCARA CL. 13 Hari / Tanggal : Senin/ 8 Juni 2009, jam 11.27 WIB Tempat
: Ruang Majelis Guru
Kegiatan
: Wawancara dengan G07
G07 merupakan guru bidang studi Bahasa Inggris dan telah mengajar lebih dari 20 tahun. Saat ini, G07 merupakan ketua kelompok kerja guru bidang bahasa Inggris. Menurut beliau kelompok bahasa Inggris merupakan kelompok kerja guru yang cukup kompak artinya kapan pun dan dimanapun, ada atau tidak ada pengarahan atau bimbingan dari kepala sekolah atau pengawas sekolah guru-guru bahasa Inggris selalu berkordinasi untuk menampilkan pengajaran yang terbaik bagi siswa-siswa. Saat mau diwawancarai, G07 sedikit ragu dengan alasan takut jika komentarnya nanti akan membuat citra kepala sekolah atau sekolah tidak baik karena masih menurut beliau bahwa beliau termasuk orang yang apa adanya dan tidak bisa berbohong. Tapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan dari wawancara dan penelitian ini maka beliau bersedia untuk dimintai keterangannya seputar supervisi akademik kepala sekolah. Peneliti : Bagaimana sosok kepala sekolah di mato Ibuk? G07
: Apak sosok yang hebat, santun dan berakhlak tinggi. Jo guru-guru nyo sangatlah mangarati sahinggo awak pun jadi sagan ka baliau.
Peneliti : Sabarapo besar peran kapalo sikolah dirasokan guru-guru dalam upayonyo manjadikan sikolah ko gadang? G07
: Faktor yang menjadikan sekolah ko besar diantaronyo yo pengaruh dari Apak dengan “management by peace and by laugh”nyo, dan kedamaian
168
untuk bakarajo, hati ko tabukak. Apak ko memang etika jo guru tinggi, sahinggo guru basamangat tinggi pulo untuk karajo, Peneliti : Baa menurut ibuk supervisi akademik Apak? G07
: Dulu pernah kalau supervisi kelas, dilakukan oleh katua KKG. Salamo ko, baru sakali tu Apak malimpahkan supervisi ka ketua KKG. itupun dalam rangka akreditasi sekolah.
Peneliti : Kalau kini baa, Buk, Sikolah wak kan lah RSBI? G07
: Justru, supervisi akademik kapalo sikolah untuak sikolah salevel awak sangat paralu alasannyo karano kontroling tu paralu kecuali kalau wak punyo CCTV, Apak tingga takan-takan se. Tapi kalau CCTV tu dak ado lai, Apak tu bisa se mangontrol wak malalui anak-anak tapi kalaunyo masuak ka dalam kelas akan labiah rancak walaupun ‘once in a while’. Itu mambuek guru labiah siap sebab sewaktu-waktu dan kapan sajo kapalo sekolah ka mancaliaknyo, jadi lah sa jam sajo. Jadi kahadiran kapalo sekolah tu sesuatu yang besar bagi guru. Saruman ibuk ko nan ka pansiun lai, tau kepsek ka masuak takuik sangaik. Berarti kehadirannyo sangat spesial bagi guru, malu nan labiah ka dicaliak urang, dak takuik do. Jadi karano malu dan takuik tu, tantu kito mambuek persiapan. Jadi harus, walaupun dak sering karena kalau acok susah pulo guru. Kok dapek ado taruihnyo masuak. Motivasi dek pangawas ka datang, motivasi untuak manampilkan materi labiah baik.
Peneliti : Kalau baitu, tantu apak tau baa kondisi guru-guru di siko? G07
: Salamo ko, Ibuk yakin, Apak tau siapo-siapo guru na bamasalah karano itulah saharusnyo Apak masuak kelas untuak bisa marubahnyo.
169
Peneliti : Pernah dak Apak masuak ka kelas Ibuk untuak mancaliak Ibuk maaja? G07
: satau Ibuk di tahun ajaran 2008/2009 ko, Apak yo dak ado malakukan supervisi, tapi mancaliak kehadiran wak lai. Pernah sakali pagi Apak masuak lokal Ibuk. Waktu tu Ibuk talaik datang karano oto rusak, kironyo Apak lah di dalam kelas. Pas Ibuk lah datang, Apak batanyo,”baa kok talaik, buk? Trus ibuk tarangkan sababnyo ibuk talaik dan Apak mangarati. Habis tu Apak pai lai.”
Peneliti : Menurut Ibuk apo sabanyo inti dari supervisi apak tu? G07
: Sabananyo yang dicaliak Apak tu kan bukan bahan aja, tapi apo teori kini, misalnyo anak harus aktif, banyak mangicek, harusnyo teori-teori dasar maaja.
Peneliti : Tadi tu Ibuk katokan kalau sapangatahuan Ibuk kini tu Apak dak ado masuak kelas malakukan supervisi. Kiro-kiro apo panyababnyo Buk? G07
: Satahu Ibuk kapalo sikolah sabalun ko pun dak ado mangarajokan supervisi kelas tu do, Pak ‘M’, Pak ‘Sy’ dan Pak ‘Md’ dak pernah masuak. Sabananyo itu suatu keharusan tapi bagi Apak mungkin karano kesibukan, atau mungkin metodenyo yang babeda, Apak kan dak suko mansupervisi awak sacaro langsung. nyo labiah suko urang lain nan malakukannyo seperti ketua KKG. Mungkin nyo dak nio wak tapaso deknyo (wak dak nio disulitkan /disusahkan karanonyo). Kalau wak dak punyo beban tantu wak suko dengan caro Apak tu tapi tantu kontroling Apak dak ado, dak ado pulo kadisiplinan urang.
Implikasi : berdasarkan wawancara singkat tersebut dapat dipahami bahwa sebagai guru yang cukup senior dan telah lama mengajar di sekolah ini,
170
G07 telah mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah sehingga beliau tahu banyak tentang kondisi dan pelaksanaan supervisi akademik dari setiap kepala sekolah. Saat ini meskipun kondisi sekolah dan guruguru baik namun beliau tetap mengharapkan adanya supervisi akademik kepala sekolah yang secara berkelanjutan memantau kondisi guru-guru. Di samping itu, beliau juga menyadari bahwa kepala sekolah memiliki cara tersendiri dalam menjalankan supervisi akademiknya, seperti, berkeliling sekolah untuk melihat keberadaan guru-guru, melalui CCTV atau bertanya kepada siswa. Kesibukan kepala sekolah juga diyakini menjadi penyebab tidak berjalan supervisi kelas.
171
HASIL WAWANCARA CL. 14 Hari / Tanggal : Sabtu/ 13 Juni 2009, jam 12.15 WIB Tempat
: Ruang majelis Guru
Kegiatan
: Wawancara dengan G08
Wawancara dengan G08 berlangsung di ruangan majelis guru sekitar jam 12.15 WIB. G08 merupakan salah seorang guru yang berdedikasi tinggi dalam melaksanakan tugasnya, bertanggung jawab dan ramah. Berkat kemampuan dan kemauannya yang tinggi, G08 termasuk salah satu guru yang ikut membimbing dan menghantar siswanya yang lolos ke Oliampiade nasional maupun internasional di Beijing dan Australia untuk bidang studi Biologi. Sebagai salah seorang guru yang cukup senior karena telah mengajar lebih dari 20 tahun dan sebagai ketua KKG mata pelajaran Biologi, peneliti berharap dapat memperoleh informasi yang benar-benar bermanfaat dan berguna dalam penyusunan tulisan ini. Sewaktu hendak diwawancara, seperti guru senior lainnya, G08 juga awalnya merasa enggan untuk memberikan keterangan karena beliau segan dan tidak ingin nantinya informasi yang akan beliau sampaikan akan memberi citra yang buruk kepada kepala sekolah dan juga sekolah ini. Alasannya ialah karena beliau sangat menghormati dan memiliki respek yang tinggi terhadap kepala sekolah. Berdasarkan alasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pada umumnya guru-guru di sini sangat menghormati dan menghargai kepala sekolah sebagai sosok yang patut untuk di hormati dan dihargai. Namun, kembali setelah peneliti kemukakan alasan dan tujuan dari penelitian ini, dan penulis berjanji untuk
172
menampilkan pendapat yang seobjektif mungkin maka barulah G08 bersedia untuk diwawancarai. Peneliti
: Ibuk bersedia untuk ambo mintai keterangannyo? Ibuk dak usah takuik atau cameh karano identitas Ibuk ambo suruakan, lagian iko gunonyo untuak penelitian jadi sifatnyo ilmiah. Ambo dak bisa mangarang-ngarang carito tantang apo nan ka ambo tulis, jadi ambo minta kesediaan Ibuk untuak babagi jo ambo saputar supervisi akademik Apak nan ibuk ketahui.
G08
: Kalau baitu, ibuk bersedia.
Peneliti
: Tarimo kasih, buk. Sajak Apak ditempatkan di sekolah ko, Ibuk alah maaja di siko, kan? Baa manuruik, Ibuk, perhatian Apak terhadap guru-guru jo awak kasadonyo?
G08
: Apak cukuik perhatian, malahnyo sangat pengertian ka awak sadonyo. Ibuk pernah wakatu tu mamintak ka Apak bahan-bahan labor nan alah abih dan baliau maresponnyo cukup baik. Ma ado Apak yang wak danga berang-berang kalau menghendaki sesuatu. Kalaunyo menginginkan wak babuek sesuatu makonyo akan mangatokannyo dengan caronyo yang lunak dan santun sahinggo wak dak maraso tapaso.
Peneliti
: Jadi secaro umum, supervisi apak ado yo buk? Trus, manganai supervisi kelas, pernah dak Ibuk disupervisi Apak?
G08
: Ibuk rasonyo dak pernah disupervisi Apak. Idealnyo, supervisi tu kan bisa dikarajoan oleh kepala sekolah, ketua KKG, dan guruguru yang senior. Terus, ketua KKG dak pernah pulo mansupervisi
173
Ibuk. Dulu lai ado tadanga, tapi kini tu kan dak ado instruksi Apak jadi Ibuk pun dak ado pulo mansupervisi kawan-kawan. Peneliti
: Manuruik Ibuk, baa supervisi akademik Apak tu sebaiknyo?
G08
: Sarancaknyo supervisi kelas tu dijalankan Apak paliang indak sakali dalam satu semester. Rasonyo dengan disupervisinyo awak, ado babarapo keuntungan yang wak dapek, partamo, nan dicaliak tu kakurangan wak indak kajelekkan atau kalemahan awak. Samantaro ko dalam maaja tu makin komplek dan rumit. Kalau awak dak pernah disupervisi, yo baitu-baitu sajo lah, dak akan pernah barubah kecuali ado pengaruh dari lua misalnyo dari Apak. Kalau ado kalamahan diagiah pengarahan.
Penelitian
: Manuruik Ibuk, baa tuntutan pembelajaran tu kini?
G08
: Satau Ibuk, yo lah barubah. Kadang wak ingin anak ko disuokkan juo bia mangarati, kicek wak, awak lah batua, samantaro tuntutan kurikulum dak baitu, anak ko harus wak gali kamampuannyo, ilmunyo sahinggo nyo manamukan surang. Apolagi kalau wak lah pandai manganalisis kurikulum wak harus bisa manentukan ma materi yang esensial, ma yang indak. Samantaro Ibuk masih baitubaitu juo baru. Jadi Ibuk berharap adolah supervisi dari Apak sahinggo ado marubah ka Ibuk.
Peneliti
: Banyak urang yang grogi dan cameh kalau disupervisi pengawas atau kepala sekolah. Kalau manuruik, Ibuk baa? Apo kiro-kiro penyebabnyo?
174
G08
: Itu wajar. Penyebabnyo bisa jadi karano salamo ko wak maraso kalau supervisi tu untuak mancari kejelekkan awak se, semacam inspeksi, atau memang karano wak dak siap. Kalaupun ibuk disupervisi Apak, pasti ado juo perasaan grogi, manga Apak, awak samo awak se lai juo grogi.
Peneliti
: Kini saat sekolah ko lah ditetapkan sebagai RSBI, apo harapan Ibuk terhadap supervisi akademik kepala sekolah?
G08
: Kini tu, dengan status wak nan alah RSBI, harapan ambo, wak tambah profesional artinyo wak selalu mengembangkan diri. Setiap guru dak samo, terutamo mendapekkan kesempatan untuak mengikuti penataran. Mako dari itu, supervisi Apak sangat paralu, apopun bantuaknyo, kalau seandainyo setiap guru disupervisi Apak, pasti setiap guru siap. Itu suatu keuntungan sabananyo. Dengan siapnyo wak, perangkat awak, bahan awak, sahinggo sawaktu manyampaikan materi, wak dak malenceng kian kamari.
Implikasi : supervisi akademik merupakan kegiatan yang diharapkan dapat membawa perubahan yang berarti dalam menyikapi perubahan iklim pendidikan. Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan diharapkan dapat memberikan perubahan tersebut kepada guruguru dalam rangka menuju profesionalitasnya.
175
HASIL WAWANCARA CL. 15 Hari / tanggal : Sabtu / 20 Juni 2009, jam 11.10 Tempat
: Ruang Majelis Guru
Kegiatan
: wawancara dengan G06 untuk konfirmasi
Peneliti menemui G06 saat beliau baru keluar dari kelas sehabis mengajar. Dalam kesempatan singkat tersebut, peneliti ingin mengkonfirmasikan kepada beliau tentang informasi yang telah diperoleh selama penelitian ini. Peneliti mengatakan bahwa dalam menjalankan supervisi akademiknya, kepala sekolah belum lagi maksimal menjalankannya. Selama menjabat sebagai kepala sekolah, supervisi akademik kepala sekolah lebih bersifat kolaboratif dan bersifat tidak langsung. Artinya ialah pada prinsipnya supervisi akademik kepala sekolah berjalan atau
dilaksanakan, misalnya terkait dengan supervisi kelas, kepala
sekolah melimpahkan sebagian wewenangnya untuk mensupervisi guru-guru kepada guru yang beliau tunjuk seperti guru senior atau ketua kelompok kerja guru (KKG), atau mengetahui kemampuan mengajar guru melalui siswa dan CCTV. Sementara itu, kita juga harus menyadari bahwa supervisi akademik itu tidak hanya bersifat kunjungan kelas semata tetapi semua bentuk perhatian dan komunikasi yang dibangun dan dijalin kepala sekolah dalam rangka mengembangkan lingkungan yang positif untuk meningkatkan prestasi sekolah juga merupakan bagian dari supervisi akademik. Itu lah yang selama ini dilakukan kepala sekolah sehingga guru-guru merasa nyaman dan semangat dalam menjalankan tugas dan kewajiban mereka.
176
Berdasarkan pertemuan itu, G06 setuju dengan kesimpulan yang peneliti kemukakan dan beliau berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan masukan yang baik bagi kita semua.
177
HASIL WAWANCARA CL. 16 Hari / tanggal : Sabtu/ 23 Juni 2009, jam 11.10 Tempat
: Ruang majelis guru
Kegiatan
: wawancara dengan G07 untuk konfirmasi ulang
Peneliti : Bisa kito lanjutkan percakapan kapatang ko buk? G07
: Ado juo lai, Ibuk raso nan kapatang ko lah salasai. Oke lah.
Peneliti : Ado beberapo hal lain nan alun cukuik, sekalian mengkonfirmasikan ka Ibuk hasil percakapan Ambo dengan Apak dan jo kawan-kawan lain. Pado dasarnya, Apak ado malakukan supervisi, tapi mungkin awak salamo ko hanyo menganggap kalau nan supervisi akademik tu adolah kegiatan Apak masuak kelas sajo, sabananyo kegiatan Apak yang sifatnya memotivasi, mengamati awak malalui murid atau bakaliliang sikolah, dan lain-lainnyo adolah bagian dari supervisi akademik Apak. Setuju kan, buk? Nah kini, yang ingin ambo tanyokan, baa kemampuan kawan-kawan di mato ibuk? G07
:
cukuik
baik,
serius
dalam
manghadapi
anak-anak,
Cuma
kesejahteraannyo se yang dak sepadan jo karajonyo. Tarutamo guru kelas tigo, usahonyo untuak mampasiapkan aank-anak ka ujian, patuik wak acuangan jempol, lai juo ado isi paruiknyo, nyo kaluan sadonyo. Kawan ko dak baparo-paro ka anak. Peneliti : Kapatang ko kan tadanga, kawan-kawan banyak yang kuliah S2, manurut Ibuk baa? G07
: Rancak malah, karano di sikolah wak ko mamang sadang diharapkan
178
adonyo guru-guru nan S2 sasuai jo persyaratan RSBI. Tapi sayangnyo kan dek kasibukkan kawan-kawaan ko sagetek banyak bapangaruah ka anak-anak, guru-guru dak maksimal maaja karano panek mungkin, maaja iyo, kuliah iyo. kini ko, mungkin prestasi sekolah wak agak manurun, karano tahun kapatang ko guru-guru banyak nan maambiak S2 akibatnyo perhatian ka anak-anak agak kurang. Trus, pengawas dak datang, Apak dak pulo masuak kelas. Peneliti : Apak tau dak buk kondisi macam tu. G07
: Tau lah, tapi yo baitu lah Apak.....
Peneliti : Buk, manuruik apak dan babarapo urang kawan mangatokan bahwa penyebab dari Apak dak malakukan supervisi kelas adolah partamo, penggunaan bahaso Inggris jo kakurangpahaman Apak tantang metodemetode pengajaran nan tabaru, trus karano kesibukan, raso sagan, dan terakhir karano minimnyo dana. Setuju dak ibuk dengan alasan tu kasadonyo, trus menurut Ibuk, apo usaho nan dilakukan Apak untuak mangatasi kakurangan baliau? G07
: Apo yo,...Ibuk raso baliau lai bausaho untuak bisa mangicek jo bahaso Inggris, tapi latihannyo mungkin kurang acok, pernah Apak ikuik kursus bahaso Inggris jo kawan-kawan tapi cuma sakalinyo, habis tu Apak dak ado datang-datang lai. Trus, dulu wakatu Apak ka pai ka New Zealand, ibuk danga nyo kursus kilat jo si ‘O’, anak murid wak nan alah jadi guru bahaso Inggris pulo. Trus kalau sibuk, iyo tu, baitu pun jo raso sagan. Salah satu alasan baa nyo kok dak masuak kelas wak karano nyo sagan kalau supervisinyo akan mambuek wak batambah sibuk, tarutamo nan
179
tuo-tuo. Kalau tantang dana, antah lah. Tapi sapangatahuan Ibuk, sikolah wak ko memang dak buliah mamunguik pitih apopun, alias gratis. Peneliti : Kalau baitu, dapek wak katokan bahwa supervisi akademik Apak memang dak bajalan maksimal kan buk? Trus, sepengetahuan Ibuk, baa caronyo Apak mangembangkan semangat wak maaja atau usaho untuak maningkek an profesionalitas guru-guru? G07
: yang pasti yo dengan pengertian baliau yang dak banyak manuntuik karano karajo wak lah banyak, trus maagiah kesempatan ka kawankawan yang ingin manyambuang kuliahnyo baliak. Apak ko dak banyak kandak, makonyo awak pun jadi sagan.
Peneliti : kalau buliah kito simpulkan mako pola kepemimpinan dan supervisi Apak macam ko sangaik lah cocok jo kondisi atau keadaan sikolah wak nan macam ko kini yo, buk? Ciek lai, buk, terakhir, hal-hal apo sajo yang ibuk kiro bisa manjadikan sikolah wak macam ko? G07
: faktor yang manjadikan sikolah wak ko besar, diantaronyo, partamo, input anak, pangaruah anak-anak siak, semakin tinggi Imtaq anak, semakin gadang pangaruahnyo, batambah sayang Tuhan ka awak. Kaduo, partisipasi guru yang besar dalam maaja, tanpa beban dan ikhlas. Bayangkan se lah, biasonyo, guru ado manarimo insentif maaja sore tiok bulan, ko kini lah tigo bulan bagai alun juo manarimo lai. Jadi motivasi guru sarupo tu bisa jadi dampak dari Apak, kedamaian untuak bakarajo hinggo hatiko jadi tabukak. Kebijakan Apak macam tu banyak disukoi guru-guru karano urang nyaman dak membebani, wak bakarajo samampu wak, malahan labiah samangat, Apak understand, itu kalabiahannyo.
180
Kaburuakannyo, dek urang biaso maleh nyo akan manjadi maleh kabetulan urang nan pamaleh tu dak banyak di siko, urang, dak ado bagai Apak tatap juo baraja. Pai bana lah apak gak sabulan kapatang ko, urang biaso juo baraja, kesadaran guru lai, tapi kontrol jo disiplin ko agak kurang. Itu lah makonyo supervisi apak sangaik kito butuahkan. Demikianlah wawancara singkat dengan G07 untuk menyakinkan dan mengkonfirmasi ulang tentang informasi-informasi yang telah didapat untuk mendapatkan informasi yang benar-benar akurat, jauh dari praduga dan unsur subjektif.
181
HASIL WAWANCARA CL. 17 Hari / tanggal : Jum’at/ 26 Juni 2009, jam 10.00 WIB Tempat
: Ruang Wakil Kepala Sekolah
Kegiatan
: wawancara konfirmasi dengan WK2
Dalam wawancara kali ini, WK2 kembali menekankan tentang bentuk supervisi akademik kepala sekolah yang beliau ketahui, yang mana pada dasarnya beliau memahami kebijakan kepala sekolah tidak maksimal menjalankan supervisi akademiknya. Menurut WK2, untuk kondisi sekolah saat ini kebijakkan tersebut dianggap cukup mewakili keinginan banyak guru namun dipihak lain WK2 juga menyadari bahwa kepala sekolah memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan supervisi akademiknya, seperti memberi perhatian terhadap kondisi guru-guru dan dengan menjalin komunikasi yang baik, dari hati ke hati. Tetapi untuk supervisi kelas, beliau mengakui kalau kegiatan itu tidak berjalan baik. Apak nyo punyo alasan tersendiri baa kok baliau dak malakukan supervisi kelas. Ambo mangarati baa Apak kok baitu. Nyo sadar bana kalau nyo dak bisa manganggiah labiah ka guru-guru samantaro karajo guru ko sangaik lah banyak kini. Saharusnyo dengan status wak nan alah RSBI ko, guru-guru ado tambahan kesejahteraan tapi kenyataannyo sakolah dak punyo anggaran untuak itu. Itu alasan nan partamo. Kaduo, Apak tau kala u kondisi guru-guru wak lai baik. Sabalun nyo masuak di sakolah ko prestasi wak lah rancak juo jadi mungkin menurut baliau, dak lo pas nyo terlalu strik bana jo guru-guru. Selama menjalankan tugasnya mendampingi kepala sekolah, WK2 memiliki penilaian yang positif terhadap kepala sekolah. Beliau setuju dan memahami kebijakkan kepala sekolah karena sejauh ini semuanya sudah berjalan baik, “dak mungkin sekolah wak ditetapkan RSBI kalau segalo sesuatunyo dak bagus di dalam”. Dalam banyak hal, kepala sekolah sering berembuk dengan
182
wakil-wakilnya sebelum mengambil keputusan.”dak mudah bagi Apak dalam manjalankan sikolah ko. Tuntutan tinggi tapi dukungan kurang”. Tidaklah mudah bagi kepala sekolah untuk bersikap dan berbuat dalam kondisi seperti ini. Oleh karena itu tindakan kepala sekolah selama ini dianggap tepat dan dapat diterima baik oleh WK2 khususnya. Dari percakapan dengan WK2 saat itu juga diperoleh kesan adanya kekecewaan yang terpendam dalam diri WK2 terhadap kondisi sekolah saat ini, terutama masalah keuangan. Untuk SMA Negeri 1 Padang Panjang yang sudah RSBI, ketetapan pemerintah kota yang tidak membolehkan pihak sekolah untuk memungut uang komite dari masyarakat atau orang tua murid, dengan kata lain sekolah gratis menjadikan pihak sekolah kesulitan dalam mengelola berbagai kegiatan atau program yang telah dirancang sebelumnya. Keadaan ko marupakan akibat dari kebijakan politik Pak Walikota yang menggratiskan biaya sekolah di Padang Panjang ko, padohal dalam ketentuannya sekolah internasional dibuliahkan untuak mamunguik uang komite karano sikolah wak ko punyo program-program khusus. Gunonyo untuak mamacu perkembangan sikolah ko manuju sikolah internasional seperti nan diarokan. Samantaro anggaran rutin sakolah nan kito tarimo dari Pemda samo jo SMAN 2, sikolah biaso. Akibaiknyo ado programprogram sikolah ko nan dak talaksana dengan baik. Dari ungkapan di atas, tergambar kondisi yang sangat sulit dari pihak sekolah untuk melaksanakan program sekolah yang menghendaki dana dan anggaran yang cukup besar sementara dukungan dari pihak pemerintah daerah dirasa tidak maksimal.
183
HASIL WAWANCARA CL. 18 Hari / tanggal : Senin/ 18 Juli 2009, jam 10.00 WIB Tempat
: via telephon
Kegiatan
: konfirmasi dengan G9 (kordinator RSBI)
Percakapan dengan G9 berlangsung melalui telephon karena yang bersangkutan sedang sakit tetapi beliau bersedia untuk diwawancarai saat itu. Jadi tanpa bermaksud menunggu lama maka wawancara diadakan saat itu. G9 ditunjuk kepala sekolah sebagai kordinator Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejak sekolah ini ditetapkan sebagai RSBI pada tahun 2007. Adapun tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengkonfirmasikan kepada beliau tentang pernyataan kepala sekolah masalah tidak adanya anggaran yang ditetapkan dalam program SBI untuk pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Berdasarkan keterangan G9 diperoleh informasi,”anggaran SBI, ada 9 komponen yang sudah ditentukan, diantaranya PBM, pembinaan guru, sarana, kesiswaan, penyusunan KTSP, dll., tapi tidak termasuk di dalamnya untuk ‘ongkos’. Jadi untuk pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah tidak ada anggarannya dalam anggaran RSBI”. Sewaktu peneliti mengemukakan pendapat dari beberapa guru tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah yang tidak maksimal, khususnya supervisi kelas, beliau tidak membantahnya dan menyadari bahwa kenyataannya memang demikian. Dari G9 juga diperoleh infomasi bahwa dalam pelaporan pelaksanaan RSBI ini, juga dilampirkan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah tapi dulu, di awal berdirinya RSBI ini, tapi untuk saat ini hanya sekedar
184
formalitas saja karena jadwalnya ada tapi pelaksanaanya tidak berjalan baik. Begitupun ketika peneliti tanyakan beberapa alasan yang menjadi kendala kepala sekolah dalam menjalankan supervisi akademiknya, salah satunya adalah karena kesibukan, “satau ambo Apak punyo jadwal yang padek, apolai sajak sikolah wak ko RSBI. Sabanta-sabanta lah diimbau dek urang dinas, ka balaikota, ka Padang atau Jakarta.”
185
HASIL WAWANCARA CL. 19 Hari/ Tanggal : Jumat/ 26 Juni 2009, jam 10.30 WIB Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Kegiatan
: Wawancara konfirmasi dengan Kepala Sekolah
Wawancara kali ini berlangsung di ruangan kepala sekolah pada waktu beliau sedang berada di ruangan tersebut. Wawancara pada kesempatan ini bertujuan untuk mengkonfirmasikan kesimpulan sesaat hasil penelitian yang telah berlangsung selama lebih kurang 5 bulan. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menegaskan kembali bahwa supervisi kepala sekolah berjalan dengan tidak maksimal. Artinya untuk supervisi akademik, kepala sekolah mengambil kebijakkan yang bersifat kolaboratif. Maksudnya, untuk menjalankan supervisi kelas, kepala sekolah melimpahkan wewenang ini kepada guru-guru yang beliau tunjuk dan dipercayai telah mampu untuk menjalankan tugas ini, seperti guru-guru senior atau ketua KKG. Untuk menjadi yakin dengan kesimpulan saat ini, peneliti kembali mempertanyakan hal-hal yang menjadi fokus penelitian ini. Adapun jawaban dari kepala sekolah tetap sama dengan jawaban yang beliau berikan pada awal diwawancarai. Di sini, kepala sekolah kembali menekankan bahwa untuk statusnya yang SBI, supervisi akademik sangat dibutuhkan, Untuak SBI, supervisi tu memang dak bisa dibiakan baitu sajo, tamasuak proses belajar mengajar, kok indak nyo akan salah, salah maksud. Tapi perlu didampingi untuak bahasa dan metodologinyo, metodologinyo untuak menghasilkan output yang diharapkan SBI (untuk statusnya yang SBI, supervisi akademik sangat diperlukan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja, kalau tidak maka akan jadi salah maksudnya. Tapi untuk saat ini, supervisi akademik kepala sekolah perlu didampingi oleh seseorang yang
186
ahli di bidang bahasa dan metodologi karena ini terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, output SBI). Di akhir wawancara, kepala juga mengharapkan adanya upaya dari guruguru yang telah mengikuti pelatihan atau penataran untuk dapat menjadi lebih berkembang. Dengan kata lain mereka yang sudah hebat perlu lagi diupayakan untuk menjadi hebat dan lebih kreatif. Untuk itu beliau selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan guru melalui pemberdayaan KKG, penataran atau workshop, kursus bahasa Inggris dan komputer, serta memberikan akses yang seluas-luasnya kepada guru yang ingin untuk kuliah lagi.
187
PHOTO-PHOTO PENELITIAN
Halaman depan SMA Negeri 1 Padang Panjang
Halaman depan SMA Negeri 1 Padang Panjang
188
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Kepala Sekolah 189
Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Padang Panjang di Ruang Tata Usaha
190
Ruang Komputer SMA Negeri 1 Padang Panjang
Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah
191
178
179
180
181
182
192