PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAHDALAM UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURUDI SMA
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh : KIONG MUI LIE NIM : F 22210036
PROGRAM PASCA SARJANA ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012
PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU DI SMA
KIONG MUI LIE NIM : F 22210036
Disetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Usman Radiana NIP. 195912011986021001
Dr. H. Tomo Djudin NIP. 196306031990021003
Disahkan, Dekan
Ketua Program Magister Administrasi Pendidikan
Dr. Aswandi NIP. 195805131986031002
Dr. Wahyudi NIP. 195901111985031002
PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU DI SMA Kiong Mui Lie, Usman Radiana, H. Tomo Djudin Program MagisterAP, FKIP Universitas TanjungpuraPontianak Email:
[email protected] Abstrak:Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala Sekolah Dalam Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Di SMA Santu Petrus Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam upaya pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus Pontianak. Penelitian bersifat kualitatif, dengan pendekatan studi kasus (case study). Hasil penelitian ditemukan: 1) Perencanaan, (a) dalam melakukan supervisi akademik kepala sekolah selalu menggunakan instrument pengamatan, (b) belum semua guru mengetahui tentang jadwal dan tujuan supervisi akademik, (c) penggunaan strategi/metode sangat bervariasi dan, (d) sasaran belum terarah; 2) pelaksanaan supervisi akademik sering menggunakan teknik yang bersifat individual; 3) tindaklanjut yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih banyak melalui pembinaan kelompok. Kata Kunci:supervisi akademik, kepala sekolah, profesionalisme guru. Abstract: The Implementation of Academic Supervision by the Headmaster in Building the Professionalism of the Teachers in SMA Santu Petrus Pontianak. This research aims at revealing the management of the academic supervision by the headmaster in order to develop the professionalism of the teachers in SMA Santu Petrus Pontianak. This is a qualitative research with a case study approach. The findings revealed that: 1) the planning, (a) in giving the academic supervision, the headmaster always used the observation instrument, (b) not all the teachers knew about the schedule and purpose of the academic supervision, (c) various strategies/methods were used, and (d) the goal was not yet defined; 2) the implementation of the academic supervision often used the individual approach; 3) the follow-ups conducted by the headmaster were mostly through the group counseling. Keyword: academic supervision, headmaster,teacher’s professionalism. Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi banyak faktor. Guru, kurikulum, bahan belajar, siswa, sarana prasarana, fasilitas, dan kepala sekolah merupakan komponen sekolah yang saling mempengaruhi dalam peningkatan mutu dan hasil belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang Sistem Informasi Manajemen. Untuk meningkatkan
1
2
kompetensinya, seorang guru perlu menjalani berbagai upaya pembinaan dan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah. Peran kepala sekolah sebagai seorang supervisor sangat diperlukan dalam melaksanakan fungsi supervisi di sekolah. Sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan, kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik di sekolah perlu lebih dioptimalkan. Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi sebagai berikut: “(1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru”. Kepala sekolah diharapkan dapat membimbing, menjadi contoh, dan menggerakkan guru dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, melalui fungsi supervisi secara efektif, terutama supervisi akademik. Supervisi akademik berpengaruh terhadap pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan guru, mengembangkan interaksi dan inovasi pembelajaran; yang pada akhirnya meningkatkan potensi peserta didik. Menurut penjelasan PP no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3; yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mampu mengatasi perkembangan zaman dan teknologi dengan meningkatkan profesionalitasnya (Mukhtar dan Iskandar, 2009:121). Berdasarkan observasi, ditemukan bahwa belum semua guru SMA Santu Petrus melaksanakan tugas sesuai dengan profesionalisasinya dan terdiri dari berbagai latar belakang, sehingga perlu pembinaan melalui supervisi akademik. Karena dengan melaksanakan supervisi akademik supervisor akan dapat melihat kelemahan atau kekurangan guru, sehingga bisa dicari solusinya. Hasil observasi lain terkait supervisi akademik, di SMA Santu Petrus oleh kepala sekolah dalam upaya pembinaan profesionalisme guru, ditemukan belum maksimal. Menurut informasi yang diperoleh dari kepala sekolah bahwa supervisi akademik yang dilakukan lebih difokuskan pada guru baru (percobaan). Untuk menjalankan tugas supervisi akademik bagi guru yang lain, kepala sekolah sering mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah. Secara teoritis supervisi akademik seharusnya dilaksanakan dengan terencana, terprogram dan berkesinambungan untuk semua guru, sedangkan yang ditemukan di SMA Santu Petrus tidaklah demikian; pelaksanaan supervisi akademik lebih terfokus untuk guru baru, dan latar belakang pendidikan guru yang beragam; serta pelaksanaan supervisi akademik lebih sering didelegasikan kepada wakil kepala sekolah. Pelaksanaan supervisi akademik masih belum optimal, terutama yang menyangkut pengembangan profesionalisme guru, yang perlu dilakukan secara terus-menerus, terencana dan berkesinambungan.
3
Mengingat bahwa kualitas atau mutu pembinaan di suatu sekolah turut dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan; melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, maka penelitian yang mengungkap pelaksanaan supervisi akademik layak dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, fokus penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam upaya pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan perencanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah SMA Santu Petrus Pontianak dalam upaya pembinaan profesionalisme guru. (2) Untuk mendeskripsikan teknik-teknik pelaksanaan supervisi akademik yang digunakan kepala sekolah SMA Santu Petrus dalam upaya pembinaan profesionalisme guru. (3) Untuk mendeskripsikan tindak lanjut supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam upaya pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus Pontianak. Supervisi akademik menurut Daresh, Glickman, et al. dalam (Prasojo & Sudiyono, 2011:84) adalah “serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran”. pembinaan profesionalisme guru adalah layanan dan aktivitas yang diarahkan kepada upaya perbaikan dan peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar; yang meliputi aspek kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, yang dilaksanakan melalui supervisi akademik. Tujuan supervisi akademik, menurut Sergiovanni dalam (Mukhtar dan Iskandar, 2009:53) adalah: (1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, (2) Pengawasan kualitas; supervisor dapat memonitor proses pembelajaran di sekolah. (3) Pengembangan profesional; supervisor dapat membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam memahami pembelajaran, kehidupan di kelas, serta mengembangkan keterampilan mengajarnya, (4) Memotivasi guru; supervisor dapat mendorong guru menerapkan dan mengembangkan kemampuannya serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya. Fungsi utama supervisi akademik ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Menurut Burton dan Bruckner dalam (Sahertian, 2008:21) fungsi supervisi adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan Briggsdalam (Sahertian, 2008:21) mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong kearah pertumbuhan profesi guru. Prinsip-prinsip supervisi akademik menurut Dodd dalam (Prasojo & Sudiyono 2011:87) adalah: (1) Praktis , artinya mudah dikerjakan sesuai dengan kondisi sekolah, (2) Sistematis artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, (3) Objektif , artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen, (4) Realistis artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya, (5) Antisipatif artinya mampu menghadapi masalah-
4
masalah yang mungkin akan terjadi, (6) Konstruktif artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran, (7) Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran, (8) Kekeluargaan artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran, (9) Demokratis artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik, (10) Aktif artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi, dan (11) Humanis artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor. Perencanaan supervisi akademik sangat penting karena dengan perencanaan yang baik, maka tujuan supervisi akademik akan dapat dicapai, dan mudah mengukur ketercapaiannya. Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik menurut Prasojo dan Sudiyono (2011:96) adalah sebagai berikut: (1) Objektif (data apa adanya), (2) Bertanggung jawab, (3) Berkelanjutan, (4) Didasarkan pada standar nasional pendidikan, (5) Didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah. Teknik supervisi akademik dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru. Gwyn dalam (Depdiknas 2007:36) mengelompokkan menjadi dua, yaitu (1) Teknik supervisi individual: terdiri dari kunjungan kelas (Classroom Visitation), Observasi kelas (Classroom Observation), Pertemuan individual/percakapan individual (Individual Conference); dan (2) teknik supervisi kelompok: Yaitu rapat guru, studi kelompok antar guru, demonstration teaching. Metode supervisi akademik, menurut Gunawan (2002:203) terdiri dari (1) Metode langsung (direct method) adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung orang-orang yang disupervisi tanpa perantara/media; baik individual maupun kelompok. (2) Metode tak langsung (indirect method), merupakan cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Supervisor mengadakan kontak tidak langsung atau menggunakan alat/media atau orang sebagai perantara dalam pelaksanaan supervisi. Supervisi (akademik) merupakan kegiatan pembinaan yang direncanakan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dan pegawai lainnya dalam melaksanakan proses pembelajaran, atau mendukung proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Supervisi akademik sebaiknya dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan melalui tahapan pra-observasi, observasi pembelajaran, dan pasca observasi. Tindak lanjut berupa penguatan dan penghargaan, diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut, untuk perkembangan keterampilan mengajar guru atau meningkatkan profesio-nalisme guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul. Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu
5
salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Hasil penelitian Lipham dalam (Sagala, 2010:134) berkaitan dengan kinerja kepala sekolah, menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran. Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dan kemampuan melakukan monitoring pada semua aktivitas personil sekolah. Sebagai seorang supervisor, kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah berdasarkan Permen No. 13 tahun 2007 adalah (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Pembinaan guru, menurut Imron (1995:9) adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Pembinaan profesionalisme guru adalah proses pemeliharaan, proses perbaikan dan peningkatan profesionalisme yang meliputi aspek kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, yang dilaksanakan melalui supervisi akademik. Dengan adanya pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah maka diharapkan profesionalisme guru dapat terus meningkat. Kusnandar 2007:46 dalam (Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Menurut Muslim (2010:173) guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal. Idrus (2009:55) mengemukakan guru profesional adalah orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta mendapat ijazah Negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelaskelas besar. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 dikatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada Pasal 10 Ayat 1, kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (intrinsic case study). Menurut Denzin & Lincoln (2009:301) studi kasus intrinsik adalah penelitian yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu, karena dalam seluruh aspek kekhususan dan kesederhanaannya kasus ini menarik minat. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
6
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci; teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki peristiwa-peristiwa sebagaimana terjadi secara alamiah (natural), dengan maksud mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam upaya pembinaan profesionalisme guru di SMA St. Petrus Pontianak. Jenis penelitian kualitatif, yang dikemukakan Creswell (2007:85) ada lima jenis yaitu: 1) Biography; 2) Phenomenology; 3) Ethnography; 4) GroundedTheory; dan 5) Case study. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus (Case study), yang menurut Raco (2010: 49) merupakan bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland dan Lofland dalam Basrowi dan Suwandi 2009:169). Dalam penelitian ini sumber data primer adalah kepala sekolah 1 orang, wakil kepala sekolah 2 orang, guru 12 orang, dan Sumber data sekunder berupa dokumen mengenai tenaga guru, catatan prestasi siswa, foto, benda-benda lain yang dapat memperkaya data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan (participant observation), wawancara mendalam (in-depth interview), dan dokumentasi.Selama penelitian berlangsung, peneliti memposisikan diri sebagai human instrument yang meluangkan waktu banyak di lapangan, dengan cara: (1) Melakukan pendekatan pada subjek penelitian (informan) dengan selalu hadir ditengah-tengah mereka, (2) Melakukan wawancara pada kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru yang dianggap dapat mewakili, untuk memperoleh data tentang pelaksanaan supervisi akademik, yang dilakukan oleh kepala sekolah, (3) Menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mendokumentasikan semua informasi yang diperoleh melalui alat perekam, (4) Melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap data yang bersifat tetap atau tidak menunjukkan perubahan dalam berbagai variasi situasi dan kondisi. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dari pagi jam 08.00 sampai jam 13.00. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti terlebih dahulu memberitahu informan tentang data-data yang diperlukan untuk penelitian, apa saja yang akan diamati. Sebagai observer partisipan, peneliti mengamati informan (kepala sekolah) yang melakukan supervisi akademik di SMA St. Petrus Pontianak.Datadata yang diperoleh peneliti dari observasi partisipan, selanjutnya ditulis dalam catatan lapangan, dan terus dikembangkan sedemikian rupa sehingga hasilnya menjadi bermakna. Wawancara mendalam dilakukan peneliti mulai dengan mengajukan pertanyaan terstruktur, yaitu pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelum melakukan pengumpulan data; kemudian pertanyaan dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dilapangan, satu per satu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut; sampai semua data sudah terkumpul; tujuannya untuk mendapatkan data tentang: (1) perencanaan sebelum melakukan supervisi
7
akademik; (2) teknik-teknik yang digunakan dalam supervisi akademik; dan (3) tindak lanjut, untuk membantu guru dalam mengungkapkan kemampuan dan kelemahannya, sehingga guru dan kepala sekolah dapat menentukan tindak lanjut yang terkait dengan kemampuan dan kelemahannya. Teknik dokumentasi digunakan berkaitan dengan pelacakan data tentang kejadian atau peristiwa yang sudah berlangsung lama, sebagai usaha pembuktian atas kebenaran fakta yang diperoleh melalui wawancara; berupa catatan supervisi akademik yang lalu, foto kegiatan supervisi, program supervisi akademik sebelumnya; data tentang guru dan prestasi akademik yang dicapai siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2009:91) Data Reduction (Reduksi data) dalam penelitian ini, hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah (SA) pertama pengumpulan data tentang program supervisi yang berkaitan dengan persiapan instrumen pengamatan, jadwal, dan tujuan supervisi. Kedua menanyakan data tentang teknik-teknik yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi. Ketiga menanyakan tentang tindak lanjut, yaitu menanyakan model pembinaan yang digunakan untuk meningkatkan profesional guru. Setelah ditelaah kembali ternyata ada data tentang perencanaan yang belum lengkap. Maka peneliti kembali menanyakan tentang perencanaan. Dari data ini kemudian disusun secara sistematis dengan menggabungkan data yang sama, sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan dan diverifikasi. Data Display (Penyajian data) dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, atau teks yang bersifat naratif; Selain itu penyajian data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Conclusion Drawing/Verificati,berupa kesimpulan awal yang bersifat sementara dan akan berubah atau berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan salah satu kegiatan dalam membuat kesimpulan berdasarkan reduksi data dan penyajian data penelitian. Kesimpulan atau verifikasi berusaha mencari makna dari data yang disajikan, dengan mencatat pola-pola, keteraturan, hubungan sebab akibat, penjelasan dan proposisi dalam penelitian. Pengecekan Keabsahan Temuan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh betul-betul valid, harus dijamin bahwa hasil yang diperoleh dan interpretasinya adalah tepat. Pengujian kredibilitas data atau keterpercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan cara: perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, bahan referensi, dan mengadakan member check. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan supervisi akademik, yang meliputi perencanaan, teknik-teknik supervisi akademik dan tindak lanjut. yang dilakukan oleh kepala sekolah SMA Santu Petrus Pontianak, Jumlah informan 15 orang yang terdiri dari: 1 orang kepala sekolah, 2
8
orang wakil kepala sekolah dan 12 guru.Berikut hasil wawancara dengan informan. Adapun data yang ditemukan dalam perencanaan, kepala sekolah membuat perencanaan supervisi akademik sesuai kebutuhan atau kalau ada masalah yang ditemukan, semua guru mengatakan adanya instrumen, 11 orang informan mengatakan ada jadwal, 7 orang informan yang mengatakan adanya perencanaan dalam menentukan tujuan supervisi akademik, 7 orang informan menjelaskan bahwa kepala sekolah merencanakan pertemuan individu, dan 6 orang informan mengatakan kepala sekolah lebih terarah sasaran pada guru baru; untuk lebih jelasnya seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 1.Perencanaan Supervisi Akademik No
Kode Informan
1
AK
2 3
SA AP
4 5 6 7 8 9 10 11
SB AT NS T J FXN S PL
12 13
FXW HH
14
K
15
LH
Temuan Dalam Perencanaan Supervisi Akademik Instrumen Jadwal Tujuan Metode Sasaran pengamatan supervisi supervisi supervisi supervisi ada ada ada Sesuai Sesuai kebutuhan kebutuhan ada ada ada Individu Terarah ada ada ada Observasi Terarah kelas ada ada ada Individu Tidak terarah ada ada ada Individu Terarah ada ada ada Individu Tidak terarah ada ada ada Individu Tidak terarah ada Tidak jelas Tidak jelas Individu Tidak jelas ada Tidak jelas Tidak jelas Tidak jelas Tidak jelas ada Tidak jelas Tidak jelas kelompok Tidak jelas ada Tidak jelas Tidak jelas Observasi Tidak jelas kelas ada ada ada kelompok Tidak terarah ada ada ada Observasi Terarah kelas ada ada ada Observasi Terarah kelas ada ada ada kelompok Tidak terarah
Selanjutnya data yang ditemukan tentang Teknik-teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik yang digunakan oleh Kepala Sekolah, kepala sekolah sendiri mengatakan disesuaikan dengan kebutuhan guru yang disupervisi, 6 orang informan mengatakan teknik yang sering digunakan adalah secara individu; 4 orang mengatakan teknik observasi kelas; 3 orang mengatakan teknik secara kelompok; dan 1 orang mengatakan teknik yang digunakan tidak jelas. dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.Teknik-teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik No
Kode Informan
1 2
AK SA
Temuan Dalam Teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik Observasi Sesuai Individual Kelompok Tidak Jelas kelas Kebutuhan V V
9
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AP SB AT NS T J FXN S PL FXW HH K LH
V V V V V V V V V V V V V
Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik, semua informan mengatakan bahwa sesudah dilakukan supervisi ada tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan, 9 orang informan mengatakan melalui pembinaan kelompok; dan 5 orang mengatakan pembinaan secara individu. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 3. Tabel 3.Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik
No
Kode Informan
1
AK
2
SA
3
AP
4
SB
5
AT
6
NS
7
T
8
J
9
FXN
10
S
11
PL
12
FXW
13
HH
Unsur-unsur Pembinaan dalam Tindak Lanjut Supervisi Akademik Memilih Menyusun MenggunaMembuat Membuat Metode KBM kan Sumber RPP Soal Mengajar Belajar Pemb. Pemb. Pemb. individu individu individu Pemb. Pemb. kelompok kelompok Pemb. Pemb. kelompok kelompok Pemb. Pemb. Pemb. individu individu individu Pemb. Pemb. kelompok kelompok Pemb. Pemb. Pemb. individu individu individu Pemb. Pemb. kelompok kelompok Pemb. Pemb. Pemb. individu individu individu Pemb. Pemb. kelompok kelompok Pemb. Pemb. kelompok Kelompok Pemb. Pemb. Pemb. individu individu individu Pemb. Pemb. kelompok kelompok Pemb. Pemb. kelompok kelompok
10
14
K
15
LH
Pemb. kelompok Pemb. kelompok
Pemb. kelompok Pemb. kelompok
Berikut hasil observasi atau pengamatan diperoleh data sebagai berikut: dari 4 kali pengamatan mengenai proses supervisi akademik, hampir semua komponen dilakukan, hanya dalam proses tindaklanjut satu kali tidak mengadakan pertemuan untuk melakukan analisis bersama hasil supervisinya; dan guru tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan kesan dan tanggapannya, kepala sekolah langsung menyampaikan hasil pengamatannya, dan memberitahukan solusi yang harus dilakukan oleh guru. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.Data Observasi Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah No
PENGAMATAN
A 1 2 3 4 5 B 6 7 8 9 10 11 C 12 13 14
Perencanaan Supervisi Akademik Menyiapkan instrument pengamatan Membuat jadwal supervisi akademik Merumuskan tujuan supervisi akademik Penentuan metode/teknik supervisi akademik Penentuan sasaran supervisi akademik Pelaksanaan observasi Supervisi Akademik Menciptakan suasana yang akrab dengan guru Melihat persiapan guru yang disupervisi Menggunakan instrument Melakukan observasi dalam kelas Alokasi waktu 1-2 jam Membuat catatan khusus Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik Mengadakan pertemuan segera setelah observasi Menyampaikan hasil supervisi akademik Memberi kesempatan pada guru untuk mengemukakan kesan dan menemukan sendiri kekurangannya Memberi kesempatan pada guru menyampaikan tanggapan Memberikan penguatan terhadap penampilan guru Membuat kesimpulan Merencanakan tindak lanjut Menentukan teknik tindak lanjut Menentukan waktu rencana tindak lanjut
15 16 17 18 19 20
1
Guru 2 3
4
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ -
√ √ √
-
√ √ -
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Perencanaan Supervisi Akademik yang dilakukan Kepala Sekolah. 6 orang menyatakan kepala sekolah membuat perencanaan supervisi akademik secara tertulis, lebih difokuskan pada guru baru, yang akan berubah statusnya dari guru honor percobaan menjadi guru honor penuh, 5 orang menyatakan perencanaan supervisi tidak terarah dan tidak kontinyu, dan 4 orang menyatakan perencanaan supervisi akademik tidak jelas.. Mengenai persiapan instrumen pengamatan, semua guru mengatakan adanya instrumen. Perencanaan tentang jadwal supervisi, masih ada 4 orang tidak mengetahui dengan jelas adanya jadwal supervisi, Pembuatan rencana dalam menentukan tujuan supervisi akademik, ada 4 orang informan tidak mengetahui secara jelas rencana tujuan supervisi akademik, dan 3 orang mengetahui perencanaan tujuan supervisi akademik bukan dari kepala
11
sekolah. Perencanaan strategi/metode/teknik supervisi akademik: dalam hal ini kepala sekolah menggunakan strategi/metode/teknik sangat bervariasi. Perencanaan dalam menentukan sasaran supervisi: masih terdapat 5 orang informan mengatakan sasaran tidak terarah, dan 4 orang mengatakan sasaran tidak jelas. Hal ini terjadi karena kepala sekolah hanya terfokus pada guru baru, sehingga guru yang senior merasa sasaran tidak terarah dan tidak jelas. Teknik pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah, kepala sekolah memilih teknik yang sesuai dengan kebutuhan guru yang disupervisi, teknik yang sering digunakan adalah teknik individu termasuk teknik observasi kelas (10 orang); dan 4 orang teknik kelompok; hanya 1 orang mengatakan teknik yang digunakan tidak jelas. Untuk tindak lanjut semua informan mengatakan bahwa sesudah dilakukan supervisi ada tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan, 9 orang informan mengatakan melalui pembinaan kelompok; dan 5 orang mengatakan pembinaan secara individu yaitu melalui percakapan pribadi. Namun kepala sekolah kurang memberi kesempatan pada guru untuk menyampaikan kesan maupun tanggapannya, sehingga guru tidak mendapat kesempatan untuk menemukan sendiri kekurangannya. Kepala sekolah tetap memberikan dorongan dan penguatan (reinforcement) agar guru bersemangat untuk meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah juga memberikan reward untuk guru yang mempunyai kinerja yang baik dan berprestasi berupa perubahan status (pengangkatan dari guru honor percobaan menjadi guru honor penuh, guru honor penuh menjadi guru tetap), memberikan kesempatan pelatihan di dalam maupun di luar daerah serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan bagi guru yang belum memenuhi standar yang ditetapkan sekolah dilakukan pembinaan, pelatihan dan kesempatan untuk di supervisi kembali. Jika guru yang diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan tidak mengalami perkembangan lagi maka jam mengajar guru tersebut dikurangi atau langkah terakhir adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Pembahasan Berdasarkan hasil temuan tentang perencanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah SMA Santu Petrus Pontianak didapatkan informasi: 6 orang menyatakan kepala sekolah membuat perencanaan supervisi akademik secara tertulis, lebih difokuskan pada guru baru, yang akan berubah statusnya dari guru honor percobaan menjadi guru honor penuh, 5 orang menyatakan perencanaan supervisi tidak terarah dan tidak kontinyu, dan 4 orang menyatakan perencanaan supervisi akademik tidak jelas. Sebaiknya kepala sekolah membuat perencanaan supervisi, untuk semua guru secara rutin/kontinyu dan perlu disosialiasikan kepada semua guru. Sebagai konsep dasar supervisi akademik menurut Sahertian (2008:17) “supervisi merupakan usaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individu maupun kolektif, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran”. Lebih lanjut Dirjen Depdiknas (2009:19) mengemukakan “perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru
12
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Menurut Prasojo dan Sudiyono (2011:95)“Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat perencanaan program supervisi akademik”. Selain itu guru juga perlu mengetahui dan memahami konsep perencanaan supervisi akademik, karena mereka terlibat juga dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. Perencanaan supervisi akademik sangat penting, karena dengan perencanaan yang baik, maka tujuan supervisi akademik dapat tercapai dan mudah diukur. Perencanaan strategi/metode/teknik supervisi akademik: dalam hal ini kepala sekolah menggunakan strategi/metode/teknik sangat bervariasi. Peneliti juga sependapat, karena setiap individu berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Perencanaan menurut Usman (2010:65) adalah “sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan”. Dalam menentukan sasaran supervisi: masih terdapat 5 orang informan mengatakan sasaran tidak terarah, dan 4 orang mengatakan sasaran tidak jelas. Hal ini terjadi karena kepala sekolah hanya terfokus pada guru baru, sehingga guru yang senior merasa sasaran tidak terarah dan tidak jelas. Untuk membuat suatu perencanaan yang baik maka perlu melibatkan banyak orang yang harus menghasilkan program-program yang berpusat pada peningkatan profesionalisme guru, menjadi jalan istimewa yang terus berkembang, luwes dan mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang dikehendaki dengan melibatkan sumber daya sekolah dalam pembuatan keputusan untuk mencapai tujuan. Tujuan supervisi akademik perlu disosialisasikan dan disampaikan kepada semua guru, supaya guru tidak merasa takut dan tertekan. Suparti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kinerja Guru Kelas 4 dalam Mengembangkan RPP melalui Supervisi Akademik”, hasilnya bahwa persiapan awal kegiatan akademik simpatik dilakukan oleh kedua pihak antara peneliti selaku supervisor dan guru. Dengan adanya kebersamaan antara peneliti dan guru maka terbangun suatu komunikasi dan interaksi yang efektif dan semua persiapan berjalan dengan baik sesuai dengan rencana kegiatan. Adapun kaitan antara hasil penelitian yang dilakukan Suparti dengan penelitian ini, yaitu dalam membuat perencanaan dilakukan bersama-sama antara kepala sekolah dengan timnya, sehingga terjalin komunikasi dan interaksi efektif, persiapan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan. Teknik pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah, sesuai dengan kebutuhan guru yang disupervisi, teknik yang sering digunakan adalah bersifat individual, baik pertemuan individu, kunjungan kelas ataupun observasi kelas. Teknik supervisi individual dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam hal menyusun kegiatan belajar mengajar, memilih metode pembelajaran yang tepat, dan penggunaan sumber belajar. Pada pelaksanaan supervisi kepala sekolah menggunakan instrumen penilaian, (10 orang); dan 4 orang menggunakan teknik kelompok; hanya 1 orang mengatakan teknik yang digunakan tidak jelas. Dalam pelaksanaan supervisi akademik di SMA Santu Petrus Pontianak, kepala sekolah didukung oleh wakil
13
kepala sekolah secara tim; tetapi masih ada sebagian informan tidak diberitahu sebelum pelaksanaan supervisi; dan supervisi akademik belum merata dan kontinyu, lebih difokuskan pada guru yang baru. Menurut peneliti sebaiknya sebelum melakukan pengamatan, kepala sekolah memberitahukan dulu pada guru, membuat kesepakatan tentang materi yang akan disampaikan (fokus pengamatan), mengamati proses pembelajaran, dan mencatat masalah-masalah yang ditemukan pada guru yang disupervisi sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut, seperti yang dikemukakan Prasojo dan Sudiyono (2011:91) Kepala sekolah tidak hanya sekedar melakukan penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, tetapi perlu membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam pembelajaran, kepala sekolah perlu membuat kesepakatan-kesepakatan dalam pelaksanaan supervisi akademik, seperti kesepakatan waktu, kesepakatan fokus kompetensi yang disupervisi, perlunya penjelasan tujuan supervisi akademik, berlaku adil kepada semua guru dalam pelaksanaan supervisi akademik. Selajutnya Pidarta (2009:90) mengemukakan “Cara menentukan waktu kedatangan supervisor yang ideal ke sekolah adalah dengan memberitahukan kepada guru sebelumnya, tetapi tidak menyebutkan hari dan tanggalnya”. Supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan cara mengamati, yaitu melihat, mendengar dan merasakan situasi kelas yang sedang belajar. Yang diamati adalah perilaku guru dan perilaku para siswa. Maka kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan kemampuan supervisi sebagai supervisor, bukan hanya bersifat administratif diruang kepala sekolah. Tetapi kepala sekolah harus betul-betul bersentuhan dengan tugas-tugas guru dan mengetahui secara persis permasalahan guru dalam mengajar. Kemudian Thomas Gordon dalam (Sahertian 2008:35) mengatakan: Dalam pelaksanaan supervisi tidak mencari-cari kesalahan dan bukan tidak boleh menunjukkan kesalahan, tetapi masalahnya adalah bagaimana cara mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis yaitu memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan. Tindak lanjut yang dilakukan oleh kepala sekolah juga bervariasi sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu sebagian besar melalui pembinaan kelompok; dan sebagian kecil melalui pembinaan secara individu/percakapan pribadi atau dialog. Namun kepala sekolah kurang memberi kesempatan pada guru untuk menyampaikan kesan maupun tanggapannya, lebih banyak memberitahukan hasil saja, dan memberitahu solusinya sehingga guru tidak mendapat kesempatan untuk menemukan sendiri kekurangannya. Kepala sekolah juga tetap memberikan dorongan dan penguatan (reinforcement), agar guru bersemangat untuk meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Hasil supervisi akademik oleh kepala sekolah, baru sebagian yang disampaikan segera setelah supervisi dilaksanakan; sebagian lagi disampaikan setelah beberapa hari kemudian; dan masih ada sebagian kecil evaluasi tidak disampaikan. Seharusnya kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan sendiri apa yang dirasakan, dialami selama disupervisi, baik kekuatan maupun kelemahannya. Hal senada dikemukakan oleh Glickman et.al.
14
(2004: 351) yang menyatakan bahwa supervisor tampil dengan menyatakan pemahamannya akan masalah, mengklarifikasi dengan bertanya pada anggotanya jika mereka ingin menanggapi, mendengarkan untuk memberikan masukan, dan menyelesaikan masalah dengan cara menilai kembali masalah yang ada dan kemungkinan solusinya. Dia kemudian mengarahkan dengan memberitahukan apa yang harus dilakukan, mengklarifikasi dengan cara meminta masukan tambahan, memberi standar dengan menguraikan kerangka waktu tertentu serta harapannya, dan memperkuatnya dengan mengawasi performa kelompok yang diharapkan. Lebih lanjut Arikunto dalam (Mukhtar dan Iskandar 2009:157) mengemukakan ”saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa”. Dalam evaluasi sangat penting bagi kepala sekolah untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan guru dalam proses pembelajaran, karena sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran(strategi, metode, dan teknik) yang tepat. Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk meningkatkan profesionalisme guru.Tindak lanjut yang dilakukan melalui pembinaan, baik individu maupun kelompok; dan kegiatan pembinaan dapat berupa pembinaan langsung dan tidak langsung. Kepala sekolah memberikan reward untuk guru yang mempunyai kinerja yang baik dan berprestasi berupa perubahan status (pengangkatan dari guru honor percobaan menjadi guru honor penuh, guru honor penuh menjadi guru tetap), memberikan kesempatan pelatihan di dalam maupun di luar daerah serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan bagi guru yang belum memenuhi standar yang ditetapkan sekolah dilakukan pembinaan, pelatihan dan kesempatan untuk di supervisi kembali. Jika guru yang diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan tidak mengalami perkembangan lagi maka jam mengajar guru tersebut dikurangi atau langkah terakhir adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Pembinaan menurut Mukhtar dan Iskandar (2009:155) adalah “memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, untuk itu diperlukan keteladanan dari pihak pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya”. Pembinaan langsung menurut Kemendiknas (2011:30) adalah “pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi”. Teknik pembinaan supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih, yang dilakukan kepala sekolah adalah rapat guru, studi kelompok antar guru, demonstration teaching, membaca langsung (Directed Reading), dan pelatihan (training). Training atau pelatihan diarahkan lebih kepada mengevaluasi untuk melihat kemajuan pengetahuan dan keterampilan guru setelah diadakan pelatihan.Pelatihan dilaksanakan secara berkesinambungan dan tanpa henti selama lembaga pendidikan masih ada.
15
Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya. Dengan adanya tindak lanjut, guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan diri dalam proses pembelajaran, melalui pembinaan profesional, sehingga guru mampu menciptakan situasi belajar mengajar kearah yang lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah SMA Santu Petrus Pontianak, dapat disimpulkan bahwa: kepala sekolah membuat perencanaan supervisi akademik secara tertulis, hanya difokuskan pada guru baru, yang akan berubah statusnya dari guru honor percobaan menjadi guru honor penuh, perencanaan supervisi belum terarah dan tidak kontinyu, dan kadang-kadang perencanaan supervisi akademik tidak jelas.Teknik supervisi akademik yang digunakan lebih banyak bersifat individu, dan tindak lanjut lebih sering menggunakan pertemuan kelompok. Dalam merencanakan pengamatan supervisi akademik terhadap guru, kepala sekolah selalu menyiapkan instrument, belum semua guru mengetahuinya secara jelas tentang perencanaan jadwal dan tujuan ;supervisi akademik. Dalam merencanakan Strategi/metode/teknik supervisi akademik kepala sekolah sangat bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan guru, perencanaan sasaran utama supervisi akademik oleh kepala sekolah masih ada guru yang mengatakan belum terarah dan tidak jelas. Teknik yang sering digunakan adalah teknik supervisi individual dengan melakukan dialog/percakapan pribadi, observasi kelas, dan kadang-kadang menggunakan teknik supervisi kelompok melalui rapat/pertemuan guru dan micro teaching. Tindak lanjut untuk membantu guru dalam mengembangkan kompetensinya, kepala sekolah lebih banyak melalui pembinaan kelompok dan hanya sedikit melalui pembinaan secara individu. Dalam upaya pembinaan profesionalisme guru, tindak lanjut dilakukan oleh kepala sekolah, dibantu oleh wakil kepala sekolah. Bagi guru percobaan yang tidak mengalami perkembangan setelah dilakukan pembinaan melalui supervisi akademik, diberi kesempatan untuk meminta supervisi ulang. Dan apabila setelah dilakukan supervisi ulang atau diberikan pembinaan lebih lanjut, guru tidak mengalami kemajuan maka kontrak kerja tidak diperpanjang; dan ada juga guru yang dengan sukarela mengundurkan diri. Sebaliknya bagi guru yang berprestasi, diberi kesempatan untuk meningkatkan diri dengan mendapat beasiswa, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan juga kesempatan mengikuti pelatihan didalam dan di luar daerah. Guru yang sudah dianggap profesional tidak dilakukan supervisi akademik kembali, dan tetap dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Yayasan dan kepala sekolah sangat memperhatikan
16
kesejahteraan guru sehingga guru tetap bersemangat untuk meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Saran Beberapa saran yang dapat peneliti tujukan kepada: (1) Untuk Guru SMA Santu Petrus Pontianak yaitu: agar pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dapat mencapai hasil yang optimal dalam upaya pembinaan profesionalisme guru, maka guru perlu mendukung dan bekerjasama dengan pihak yayasan dan kepala sekolah. Bagi guru baru yang akan disupervisi sebaiknya menyiapkan diri secara optimal, sehingga hasilnya maksimal dan dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru secara profesional, dan selalu mengikuti perkembangan pendidikan, berusaha untuk meningkatkan profesionalismenya; baik melalui pendidikan, pelatihan, banyak membaca, atau yang lainnya. (2) Untuk Kepala Sekolah SMA Santu Petrus Pontianak, bahwa supervisi akademik di SMA Santu Petrus Pontianak perlu dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada umpan balik, ditujukan untuk semua guru, baik guru yang masih baru maupun guru yang sudah senior; hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan supervisi akademik bermanfaat bagi peningkatan profesionalisme guru, membantu mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran, dengan demikian diharapkan juga dapat meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Dalam tindak lanjut sebaiknya hasil disampaikan sesegera mungkin setelah pelaksanaan supervisi akademik; agar hasil supervisi tidak lupa, dan tahu apa yang perlu diperbaiki, dikembangkan dan ditingkatkan. (3) Untuk Yayasan Pendidikan Kalimantan, bahwa Yayasan sebagai induk organisasi yang bertanggungjawab terhadap pendidikan perlu mendukung program supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah; yang bermanfaat untuk membantu guru dalam meningkatkan profesionalismenya, dengan demikian dapat meningkatkan mutu pendidikan.Yayasan juga hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, agar pelaksanaan supervisi akademik berjalan dengan baik, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat meningkatkan prestasi akademiknya. DAFTAR RUJUKA N Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Creswell, JW. 2009. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches. SAGE Publications: International Educational and Publisher, Thousand Oaks London, New Delhi Denzin, NK dan Lincoln, YS. 2009.Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2009. Bahan Belajar Mandiri Kelompok Kerja Kepala sekolah, Dimensi Kompetensi Supervisi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007. Pendidikan dan Pelatihan Supervisi
17
Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Glickman, CD., Gordon, SP.,dan Ross-Gordon, JM. 2004. Supervision and Instructional Leadership: a Developmental Approach. New York: Pearson Education, Inc. Gunawan, A. 2002. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro). Jakarta: Rineka Cipta. Idrus, A. 2009. Manajemen Pendidikan Global: Visi, Aksi dan Adaptasi. Jakarta: Gaung Persada Press. Imron, A. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia, IKIP Malang, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Kemendiknas. 2011.Supervisi Akademik, Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Badan PSDMP dan PMP. Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: GP.Press. Muslim, SB. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesional Guru, Bandung: Alfabeta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta: Depdiknas. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentangStandar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta: Depdiknas. Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta. Prasojo, LDdan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan, Cetakan I, Yogyakarta: Gava Media. Raco J.R. 2010.Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, Jakarta: Grasindo Sagala, Sy. 2010. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Cetakan kesatu, April 2010, Bandung: Alfabeta. Sahertian, PA. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta Sudrajat, A. 2008. Pengertian Profesionalisme, Kepemimpinan, dan Kepala Sekolah. (Online), (http://akhmadsudrajat, wordpress.com/ 2008/07/18/profesionlisme-kepemimpinan-kepala-sekolah/, diakses 23 Maret 2012). Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif, Cetakan kelima, Bandung: Alfabeta. Suparti. 2012. Peningkatan Kinerja Guru Kelas IV dalam Mengembangkan RPP melaluiSupervisi Akademik.(Online).(http://isdj.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/4112 437_2088-3374.pdf).Diakses 20 Maret 2012. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentangGuru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas. Usman, H. 2010. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.