BAB2 PELAKSANAAN PERKAWINAN ___________________________________________________________ A. Memilih Pasangan Menikah yang baik hanya dilakukan satu kali seumur hidup dan kita akan terus hidup bersama dengan orang yang kita pilih sebagai isteri kita beserta anak yang mungkin kita hasilkan dari pernikahan itu. Memilih pasangan hidup yang tepat adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup dengan banyak aspek dan faktor kriteria pemilihan yang harus dihitung dengan matang. Gadis atau janda semua sama saja di mana anda harus melakukan penjajakan yang cukup sebelum melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Kesalahan memilih perempuan yang kita nikahi akan berdampak buruk pada kualitas hidup kita di masa depan. Cerai adalah pilihan yang sangat buruk yang bisa diambil ketika semua cara dan upaya telah dicoba untuk membuat hubungan menjadi baik tidak berhasil dan dapat membahayakan jika terus dibiarkan. (Roslan Kassim, http://organisasi.org/tips-cara-memilih-calon-isteriistri-jodoh-pacar-kriteria-pemilihan-pasangan-hidup-yang-baik) Perkawinan dalam Islam bukanlah hanya urusan perdata semata, bukan pula sekedar urusan berkeluargan dan masalah berbudaya, tetapi masalah dan peristiwa agama, oleh karena itu
Konseling Perkawinan
perkawinan itu dilakukan untuk memenuhi perintah dan sunah Nabi (Syariffudin, 2003: 81). Ada beberapa motivasi yang mendoorong seseorang laki-laki memilih
seorang
perempaun
sebagai
pasangannya
dalam
perkawinan dan demikian pula dorongan seseorang perempaun waktu memilih laki-laki menjadi pasangan hidupnya. Yang pokok di antaranya adalah : karena karena kecantikan atau kegagahan seorang seorang laki-laki; karena kekayaannya; karena kebangsawannya dan karena keberagamaannya. Di antara alasan yang banyak itu, maka yang
paling
utama
dijadikan
motivasi
adalah
karena
keberagamaannya (Syariffudin, 2003: 81-82). Keberagamaan
adalah
komitmen
keagamaanya
atau
kesungguhannya dalam menajlankan ajarannya agamanya. Ini dijadikan pilihan utama karena itulah yang akn langgeng. Kekayaan sutu ketika dapat lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat pudar demikian pula kedudukan, suatu ketika akan hilang. Dalam ajaran Budhis memilih pasangan baik laki-laki atau perempuan dituntun untuk dapat melihat dari sikap dan kareakternya. Apa yang harus dinilai dari pihak wanita ? (Apabila tidak ada masalah dengan penampilan, umur, faktor keturunan atau status sosial) 1. Keyakinan pada agama 2. Etika/moral 3. Pendidikan 4. Ketrampilan wanita
18
Konseling Perkawinan
5. Kematangan emosional 6. Kebijaksanaan Apa yang harus dinilai dari pihak pria ? (Apabila tidak ada masalah dengan penampilan, umur, faktor keturunan dan status sosial) 1. Keyakinan pada agama 2. Etika/moral 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Tanggung jawab 6. Kebijaksanaan Keyakinan pada agama : Sebaiknya suami dan isteri mempunyai keyakinan yang sama, artinya sama-sama beragama Buddha. Setelah keduanya beragama Buddha maka sepantasnya keduanya memahami dan melaksanakan ajaran Sang Buddha dalam hidup sehari-hari, sehingga diharapkan keluarganya akan berbahagia, itu yang disebutkan
sebagai
perkawinan
di
dalam
Dhamma.
Setelah
mempunyai keyakinan yang sama, maka selanjutnya dianjurkan untuk memiliki sila yang yang setara, kemudian memiliki kemurahan hati yang seimbang dan akhirnya keduanya memiliki kebijaksanaan yang setara.
Etika/Moral : Etika/moral harus menjadi perhatian utama, karena tanpa moral manusia itu seperti mobil tanpa rem. Alangkah baiknya apabila semua calon pengantin telah menjadi upasaka/upasika yang
19
Konseling Perkawinan
handal, yang selalu mentaati Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari. Etika/moral tidak dibentuk dalam satu hari, namun merupakan hasil kumulatif perkembangan kepribadian sejak masih di dalam kandungan. Apabila si pacar moralnya tidak baik, lebih baik mundur teratur, daripada sakit hati dan lebih menderita di kemudian hari. Moral akan mudah sekali rusak karena keserakahan, kebencian dan kebodohan, akan tetapi pada zaman sekarang ini banyak yang memuji mereka yang berhasil dalam materi, katanya "Greedy is good".
Pendidikan: Pada zaman sekarang ini sebaiknya pendidikan formal juga dijadikan ukuran dalam mencari pasangan hidup, karena pada suatu
saat
kesenjangan
pendidikan
yang
terlalu
jauh
akan
mempengaruhi kerukunan dalam keluarga. Pendidikan yang cukup tinggi akan memudahkan seseorang menerima informasi dari manapun, sehingga tidak tertinggal dalam menentukan sikap. Pendidikan yang baik misalnya, akan memudahkan seorang janda untuk
mencari
kerja,
apabila
keadaan
memaksa.
Ketrampilan wanita: Seorang wanita harus pandai mengurus rumah tangga sebelum memasuki jenjang perkawinan, kalau tidak tahu ia harus belajar dari yang lebih tahu. Pengetahuan yang harus dikuasai sangatlah bervariasi, mulai dari mengurus rumah, mengatur uang
20
Konseling Perkawinan
belanja, belanja ke pasar, masak di dapur, cuci pakaian dan lain sebagainya; termasuk bagaimana menjadi seorang ibu yang baik. Kematangan emosional : Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Seorang wanita yang belum dewasa akan menuntut perhatian yang berlebih dari suaminya, manja, mudah tersinggung, keras kepala, mau menang sendiri dan lain sebagainya. Seorang wanita yang matang emosinya akan bersikap sabar dan mau menunggu dengan bijaksana apabila ada kemelut dalam keluarga, ia akan berpikir panjang sekali sebelum mengambil keputusan. Pekerjaan : Pekerjaan bagi laki-laki adalah sangat penting, oleh karena tidak ada wanita yang mau menikah dengan seorang penganggur. Memang ada laki-laki anak orang kaya yang tidak tahu bagaimana harus bekerja dan mau kawin, dan ada juga wanita yang mau kawin dengan laki-laki seperti itu; apakah itu untuk sepanjang waktu?! Jenis pekerjaan yang ditekuni juga harus sesuai dengan ajaran Sang Buddha, yaitu tidak termasuk jenis mata pencaharian yang harus dihindari. Tanggung jawab : Hal ini merupakan bagian dari kepribadian seorang laki-laki yang dipupuk sejak kecil, tidak dibentuk secara mendadak. Memang ada seorang laki-laki yang tampaknya penuh tanggung jawab, meskipun di lain saat ia akan berubah menjadi pengecut yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menjadi penting karena beban seorang laki-laki yang menjadi kepala keluarga semakin hari semakin berat, tuntutan semakin bervariasi.
21
Konseling Perkawinan
Kebijaksanaan : Pengertian yang benar mengenai Buddha Dhamma dan selalu mengendalikan pikiran adalah hal yang terpuji, namun ini merupakan hal yang sangat sukar dan langka. Usaha yang sungguhsungguh untuk memiliki kebijaksanaan dalam hidup ini adalah sangat menguntungkan hidup selanjutnya di masa ini dan di masa yang akan datang. Dengan memiliki kebijaksanaan maka segala keputusan yang diambil bukan karena suka atau tidak suka, bukan karena ikut-ikutan orang lain, bukan karena takut tidak disukai oleh seseorang, namun karena baik untuk semua pihak di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. (http://Wisdom of the Heart Tuntunan Pernikahan Dalam Agama Buddha.htm). Kassim (2008) memberikan tips bagi para calon suami Kriteria Pemilihan Calon Isteri Yang Baik : 1. Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia Mana ada orang yang suka dibohongi. Pilih wanita yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat pusing sama istri anda kelak. Wanita yang setia pada anda akan selalu mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam kondisi apa pun. Cinta juga menjadi yang sangat penting, karena cinta adalah modal dasar dari hubungan suami istri yang baik dan sebaiknya sudah ada sejak status masih pacaran.
22
Konseling Perkawinan
2. Penampilan Menarik Sebaiknya anda mencari perempuan yang dari fisik anda suka namun bukan hasil permak atau dandan tebal. Menarik tidak harus selalu cantik, cakep, ayu, menor, seksi, imut, manis dan sebagainya, tetapi yang tidak membuat anda benci jika melihatnya. Sebisa mungkin cari yang jika anda prediksi puluhan tahun mendatang dapat tetap dapat membuat anda tersenyum bahagia ketika memandang wajahnya. Jangan lupa dengan penampilan anda sendiri ketika sudah menikah. Jangan buat si dia ilfil dan jadi benci sama anda. 3. Taat Ibadah Ini hal yang penting bagi masa depan keluarga anda. Anakanak anda nanti akan dibimbing lebih banyak oleh sang ibu. Jika ibunya ugal-ugalan nggak bener kelakuannya, maka bisa ditiru oleh anak. Cari wanita shalihah / solehah yang dapat mendidik anak-anak
menjadi
manusia
yang
berakhlak
soleh
dan
mempengaruhi anda untuk beribadah lebih baik lagi. 4. Pandai / Pintar Jangan mencari jodoh gadis kampung atau cewek kota yang memiliki intelegensia di bawah rata-rata. Penampilan hanya luar saja yang cuma enak dalam urusan ranjang serta bisa selalu kita
23
Konseling Perkawinan
atur dan mungkin bisa kita bobongi, selingkuh di belakangnya, menikah lagi / kawin lagi, dll. Akan tetapi wanita yang bodoh tidak akan mampu membantu mencari solusi pada saat-saat diperlukan dan mungkin akan terkekang selama hidup dengan kita karena harus selalu menurut pada sang suami. Istri yang pintar bisa membantu mengatur rumah tangga dan mungkin bisa juga membantu finansial / keuangan keluarga dengan melakuka usaha sampingan atau bekerja. 5. Tidak Materialistis / Bukan Cewe Matre Cewe matre ke laut aje emang bener itu lagu. Jangan cuma cari cewek dari cantiknya saja, tapi dari hatinya. Sebanyak apa pun uang yang kita dapat dari bekerja tidak akan cukup untuk menghidupi seorang isteri matre tidak tahu diuntung. Bisa jadi ketika anda sudah tidak punya uang dan pekerjaan layak anda akan ditinggalkan sendiri begitu saja bersama anak-anak. 6. Kalem / Emosi Stabil Rendah Dan Dapat Menghibur Istri yang murah senyum, lemah lembut, tidak suka marah dan tidak mudah stres menghadapi problema hidup adalah istri yang baik. Sebelum kawin dan selama berpacaran anda wajib melakukan pengamatan emosional, sikap dan perilaku. Jika pacar anda gampang sekali marah meledak-ledak dan tidak bisa diubah sebaiknya tinggalkan saja. Hidup dimarahi isteri terus-menerus
24
Konseling Perkawinan
akan membuat anda menderita. Istri yang baik adalah istr yang bisa menghibur di kala suka dan duka dalam berbagai kondisi baik terhadap suami maupun terhadap anak. Pilih juga yang mencintai keluarganya dan keluarga kita masing-masing. 7. Sehat Jasmani Dan Rohani Pilihlah yang dari segi fisik dan mental / jasmani dan rohani yang sehat wal'afiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan
pemeriksaan
kesehatan
berdua
saat
pranikah.
Perhatikan pula keluarganya apakah ada yang punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal. Terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu. 8. Dapat Dikontrol Dan Mengontrol Di saat isteri melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, berbicaralah dengan baik tanpa emosi bahwa sebaiknya si istri melakukan apa yang kita inginkan beserta alasannya. Begitu juga sebaliknya, di mana kita dapat dikritik isteri pada sikap dan perilaku kita secara kekeluargaan dan baik-baik. Untuk melakukan hal ini diperlukan adanya kesamaan tingkatan atau derajat di mana suami dan isti sama-sama dalam satu tim kepemimpinan yang solid. Bukan hanya suami saja yang jadi
25
Konseling Perkawinan
pemimpin dan istri cuma manut-manut saja. Umumnya untuk dapat tipe cewek semacam ini adalah yang umur sepantar dan sama-sama pintar. 9. Persetujuan Orang Tua, Keluarga, Teman Dan Sebagainya Hubungan suami isteri harus didukung oleh orang-oang yang ada di sekitar kita mulai dari orang tua, mertua, teman, kerabat, saudara, teman, tetangga, teman kantor, dan lain-lain. Pernikahan yang emsional tanpa dukungan orang dekat dapat berdampak buruk bagi hubungan di masa mendatang. Yang jelas jika belum mendapat persetujuan, anda harus dapat berbicara dengan baik untuk
membela
argumentasi
anda.
(Roslan
Kassim,
http://organisasi.org/tips-cara-memilih-calon-isteri-istri-jodohpacar-kriteria-pemilihan-pasangan-hidup-yang-baik). Dapat diketahui pada dasarnya setiap orang mempunyai kreteria yang ideal dalam mecari pasangan hidupnya. Hal ini tentunya menjadi faktor penting dalam memilih calon suami atau isteri. Kreteria yang dimiliki paling tidak harus mempriorotaskan pada ketaatan terhadap agama karena hal ini menjadi pondasi dalam membentuk keluarga bahagia nantinya.
26
Konseling Perkawinan
B.
Meminang Arti Peminangan Setelah ditentuka pilihan pasangan yang akan dikawini sesuai dengan kriteria sebagaimana disebutkan diatas, langkah selanjutnya adalah penyampain kehendak untu menikahi pilihan yang telah ditentukan itu. Penyampian kehendak untuk menikahi seseorang itu disebut dengan khitbah atau yang dalam bahasa melayu disebut “peminangan” (Syarifuddin, 200: 49). Hikmah Disyariatkannya Peminangan Setiap hukum yang disyariatkan, meskipun hukumnya tidak sampai pada tingkat wajib, selalu mempunyai tujuan dan hikmah. Adapun hikmah dari adanya syariat peminangan adalah untuk lebih menguatkan ikatan perkawinan yang di adakan setelah itu, karena dengan peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal (Syarifuddin, 200: 50). Syarat-syarat orang yang boleh dipinang Pada dasarnya peminangan itu adalah proses awal dari suatu perkawinan. Denagan begitu perempuan-perempuan yang secara hukum syara’
boleh dikawini oleh seorang laki-laki, boleh
dipinang. Hal ini berarti tidak boleh meminang orang-orang yang secara syara’
tidak boleh dikawini. ( akan dijelaskan pada
tempatnya ). Perempuan yang diinginkan ingin dikawini oleh seorang lakilaki dapat dipisahkan kepada beberapa bentuk:
27
Konseling Perkawinan
Pertama: perempuan yang sedang berada dalam ikatan perkawinan meskikun dalam kenyataan telah lama ditinggalkan oleh suaminya. Kedua: perempuan yang di tinggal mati oleh suaminya,baik ia telah digauli oleh suaminya atau belum dalam arti ia sedang menjalani iddah mati dari mantan suaminya. Ketiga: perempuan yang telah bercerai dari suaminya secara talak raj’I dan sedang dalam masa iddah raj’i. Keempat: Perempuan yang telah bercerai dari suaminya dalam bentuk talak bain dan sedang menjalani masa iddah talak bain. Kelima: Perempuan yang belum kawin (Syarifuddin, 200: 51) C. Aqad Nikah Dalam semua tradisi pernikahan tentunya ada akd sebagai sebuah ungkapan janji antara pihak laki-laki dan perempaun untuk berkomitmen membangun rumah tangga yang bahagia sesuai denagn hukum agama dan negara. Dalam tradisi kristen dilakukan di gereja dan melaukan jaji pernikahan di altar yang pimpin oleh pendeta. Demikian dengan tradisi Budhais Atau hindu, pernikahan selalu melibatka tata cara dan aturan yang berlaku pada agama itu. Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang berakad dalam bentuk ijab dan qobul. ijab
adalah
penyerahan dari pihak pertama sedangkan qobul adalah penerimaan dari puhak kedua. Ijab dari pihak wali siperempaun dan qobul adalah penerimaan dari pihak laki-laki.
28
Konseling Perkawinan
Syarat-syarat akad adalah : 1.
akad harus dimulai dari iajab dan dilanjutkan denagn qobul.
2.
materi dari ijab dan qobul tidak bleh berbeda seperti nama si perempaun secara lengkap dan bentuk mahar
3.
ijad dan qobul harusdiucapkan secara bersambungan tanpa terputus walaupun sesaat.
4.
ijad dan qobul mesti menggunakan lafaz yang jelas dan terus terang. Dalam bahasa arab adalah na-ka-ha atau za-wa-ja atau terjemahannya dapat dipahami orang yang berakad.
5.
ijad dan qobul tidak boleh menggunakan lafaz yang mengandung maksud membatasi perkawinan untuk masa tertentu (Syariffudin, 2003: 88)
D. Maskawin Maskawin bukan merupakan rukun dalam pernikahan, tetapi ketentuan islam menyebutkannya sebagai suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh seorang laki-laki kepada calon istrinya. Dengan kata lain, maskawin itu adalah suatu pemberian wajib bagi seorang suami kepada seorang istri dalam kaitanya dengan perkawinan. Pemberian itu dapat berupa uang, barang, jasa ataupun hal lain yang dianggap bermanfat oleh yang bersangkutan. Dengan catatan bukan merupakan suatu yang haram dimakan dan dimiliki Mahar adakalanya diberikan ketika akad nikah berlangsung atau sesudah akad nikah bahkan dapat diberikan lama setelah akad bberlangsung. Pada masyarakat kita, pemberian mahar atau
29
Konseling Perkawinan
maskawin ini bisa diberikan secara tunai pada waktu akad dan disebutkan bentuk dan bersarnya dalam ijab-kabul. (Hakim, 2000: 75). Besarnya mahar tidak ditatetapkan dalam islam. Menurut penulis, besarnya mahar disesuaikan degan kebiasaan suatu negeri disamping kondisi ekonomi kedua calon
mempelai. Dengan
demikian, besarnya mahar atara satu dan lain tempat akan berbedabeda. Sebagaimana dijelaskan, mahar itu hak seorang wanita, karena itu dialah yang menentukan jumlah yang diinginkan. Dapat saja terjadi siwanita meminta maskawin yang sedikit walaupun dia anak orang yang kaya dan dia mengetahui calon suaminya juga orang yang berada atau juga sebaliknya, dia meminta maskawin yang besar walaupun dia mengetahui calon suaminya bukan orang yang berada. Bentuk
maskawin
pada
prinsipnya
maskawin
harus
bermanfaat dan bukanlan sesuatu yang haram dipakai, dimiliki, atau dimakan. Ibnu Rusyd mengatakan dalam Bidayatul Muftadid, mahar harus berupa sesuatu yang yang dapat ditukar dan ini berkesan harus bentuk benda sebab selain berbentuk benda tidak dapat ditukar. Namun, menurut penulis, sesuatu yang bermanfaat tidak dinilai dengan ukuran umum, tetapi bersifat subjektif, sehingga tidak dikaitkan dengan benda. Dalam hal ini, calon istri yang dapat
30
Konseling Perkawinan
menilai, yang memilihnya dan ini sangat kondisional. Artinya dia mengetahui siapa dia dan siapa calon suaminya (Hakim, 2000: 75).
31