PELAKSANAAN PENGAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDA IYAH SE MALANG RAYA
Moh. Khasairi
Abstract: This research aims to describe Arabic instruction at Madrasah Ibtida iyah (MI) in Malang Raya. The research respondents consist of 40 MI teachers who teach Arabic at 40 MIs 4 MIs in the city of Batu, 8 MIs in the city of Malang, and 28 MIs in Kabupaten Malang. Research data are collected by means of questionnaire. Data analysis reveals that Arabic instruction (which includes the use of teaching methods, instructional material and media, and test design and administration) is still below the expectation as measured against the standard set out by the curriculum. Key words: Arabic instruction, teaching materials, methods, media, evaluation.
Pengajaran Bahasa Arab (PBA) untuk anak sudah lama dilaksanakan di Indonesia, jauh sebelum dikenalkannya pengajaran Bahasa Inggris untuk Anak. PBA untuk anak secara formal setidaknya disajikan di Madrasah Ibtida iyah (MI). PBA di MI bertujuan agar murid dapat menguasai secara aktif perbendaharaan kata Arab fusha sebanyak 300 kata dan ungkapan dalam bentuk pola kalimat dasar, dengan demikian murid diharapkan dapat mengadakan komunikasi sederhana dalam bahasa Arab dan dapat memahami bacaan-bacaan sederhana dalam teks itu (Depag, 1993:1). Walaupun sudah lama dilaksanakan namun dalam mencapai tujuan PBA di MI ditengarai menghadapi permasalahan-permasalahan serius dan kompleks. Di antara permasalahan itu adalah faktor guru yang tidak profeMoh. Khasairi adalah dosen Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
83
84 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
sional dan materi yang kurang memadai. Temuan penelitian Masyruhah (2001) menunjukkan tidak ada satupun guru Bahasa Arab (BA) di MI se kecamatan Sugio kabupaten Lamongan yang berlatar belakang pendidikan guru BA. Di sisi lain, salah satu komponen sistem pengajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (1985:2) adalah materi pelajaran. Idealnya materi pelajaran itu terdiri atas banyak bahan dan banyak variasinya. Rombepajung (1988:13) menyatakan bahwa sudah merupakan suatu persyaratan dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa, tersedianya sejumlah bahan yang bervariasi dan ekstensif yang diarahkan pada kepentingan siswa. Memperhatikan kedua pernyataan tersebut maka materi pelajaran dinilai memadai apabila memenuhi kriteria-kriteria yang meliputi: (1) relevan dengan tujuan pengajaran dan sesuai dengan taraf perkembangan serta kemampuan siswa, (2) berguna bagi siswa bagi dalam pengembangan pengetahuannya dan bagi tugasnya kelak di lapangan, (3) menarik dan merangsang aktivitas siswa, (4) disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang (Tarigan dan Tarigan, 1987:25). Mengingat pendekatan yang diterapkan dalam pengajaran BA di MI adalah pendekatan komunikatif atau pengajaran bahasa komunikatif atau pendekatan nosional-fungsional atau pendekatan fungsional (Richards dan Rodgers, 1986:65 66) maka sesuai dengan saran Subiyakto setidaknya ada tiga macam materi yang bisa dimanfaatkan dalam pengajaran, yaitu: (1) materi yang berdasarkan teks, (2) materi yang berdasarkan tugas, (3) materi yang berdasarkan bahan otentik (Effendy:1997:4). Kajian Asrori (2001) terhadap 4 (empat) macam buku teks yang diberlakukan menunjukkan bahwa keempatnya mengalami kelemahan-kelemahan serius. Kelemahan-kelemahan itu meliputi (1) isi tidak sesuai dengan kurikulum, (2) kalimat tidak kontekstual, (3) over kaidah, (4) sekedar memenuhi pola struktur, (5) tidak bergambar, (6) mengenalkan istilah gramatika, (7) menggunakan penerjemahan sebagai model. Kondisi pengajaran BA di MI tersebut selain merupakan masalah juga merupakan tantangan dan peluang, khususnya bagi Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PSPBA) Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Menyadari adanya permasalahan tersebut PSPBA tergugah untuk menyiapkan lulusannya menjadi guru BA di MI. Dengan memperhatikan permasalahan tersebut PSPBA juga diuntungkan, yaitu peluang kerja bagi lulusannya bertambah lebar. Untuk itu, secara operasional, dalam waktu dekat PSPBA
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 85
akan membuka paket khusus Pengajaran BA untuk Anak (al Arabiyyah lil Athfal). Di antara upaya untuk menyiapkan paket khusus itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsi kondisi obyektif pengajaran BA di lapangan (di MI se Malang Raya) sekaligus mendeskripsikan kebutuhan masyarakat berkaitan dengan pengajaran BA pada masa mendatang. METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuannya, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif. Sesuai dengan pendapat Nazir (1988:63), peneliti dalam penelitian ini mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena pelaksanaan PBA di MI se Malang Raya Populasi penelitian ini adalah seluruh MI yang ada di wilayah Malang Raya, baik yang ada di wilayah kota Malang, kota Batu, maupun yang ada di wilayah kabupaten Malang. Jumlah MI se Malang Raya mencapai 356 MI yang tersebar pada 40 kecamatan (Depag, 2000/2001 dan Depag, 2001). Ke40 kecamatan tersebut terbagi ke dalam 2 wilayah kota dan 1 wilayah kabupaten. Mengingat besarnya jumlah populasi dan terbatasnya waktu dan tenaga maka diambil sampel dengan menggunakan teknik random sampling sebanyak 20 kecamatan dengan rincian 6 kecamatan kota dan 14 kecamatan kabupaten. Dengan memperhatikan jumlah MI yang ada di masing-masing kecamatan maka diambil 2 MI dengan sedapat mungkin memilih 1 MI yang berada di ibukota kecamatan sedang yang lain di desa/kelurahan lainnya. Ini berarti jumlah sampel penelitian sebanyak 40 MI. Data penelitian adalah komponen-komponen sistem PBA yang meliputi tujuan PBA, meteri yang digunakan, metode yang digunakan, media yang digunakan, evaluasi yang digunakan. Semua data tersebut digali dari sumber-sumber data yang terdiri atas guru-guru BA MI yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pemilihan sumber data tersebut didasarkan pada keahlian dan keterkaitannya secara langsung dengan masalah yang diteliti. Data penelitian tersebut dikumpulkan dengan teknik angket. Dalam mengumpulkan data peneliti membagikan angket kepada responden (guru BA). Angket yang terkumpul diperiksa untuk diketahui kelengkapan jawabannya sebagaimana yang diharapkan. Jika ternyata data yang diperlukan itu
86 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
ada yang belum terjaring peneliti .mengembalikan angket tersebut .kepada responden untuk dilengkapi. Intrumen yang berupa angket tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Sebelum dibagikan kepada responden terlebih dahulu diseminarkan dengan para pakar pengajaran BA, yaitu para dosen PSPBA Universitas Negeri Malang. Seminar tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kesahihan dan tingkat keterbacaannya. Butir-butir yang kurang sahih atau kurang memenuhi standart keterbacaan direvisi. Data penelitian dianalisis dengan teknik induksi. Dalam hal ini simpulan penelitian didasarkan pada berbagai data yang terhimpun, dengan selalu memperhatikan berbagai fakta yang munculnya teridentifikasi maupun yang tidak, karena semua itu sangat penting dalam membuat simpulan yang valid (Ali, 1987:155). Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data meliputi klasifikasi data, penyaringan data, dan penyimpulan. Pada tahap klasifikasi data dilakukan pengelompokan data berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan. Pada tahap penyaringan data dilakukan pemilahan data yang berguna dan yang tidak berguna, data yang tidak berguna dibuang. Pada tahap penyimpulan dilakukan penelaahan data-data yang berguna dihubungkan dengan masalah penelitian yang dirumuskan kemudian dipadukan dengan teori-teori yang ada dalam konteks PBA. HASIL PENELITIAN Tujuan Pengajaran Bahasa Arab Pada dasarnya responden menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab di MI yang akan dicapai adalah yang disebutkan dalam GBPP mata pelajaran bahasa Arab. Namun demikian dalam pelaksanaannya sebagian besar responden memberikan penekanan tertentu. Penekanan tersebut dapat dikatakan sebagai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Sebanyak 33 (82,5%) responden mengemukakan tujuan jangka pendek dan 7 (17,5%) lainnya mencukupkan diri dengan tujuan yang ada dalam GBPP. Kedua macam tujuan tersebut dapat dilihat pada dua tabel berikut.
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 87
Tabel 1. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab Jangka Pendek No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tujuan PBA Jangka Pendek Mengerti/menguasai kosa kata/pembicaraan Arab Menanamkan rasa cinta pada bahasa al Qur an Mengenal bahasa Arab Membaca huruf al Qur an Memahami/mengerti bahasa Arab Bercakap-capak dengan baik dan benar Mahir berbahasa Arab secara sederhana Dapat menghafal Lain-lain Abstain Jumlah
Jumlah 11
% 27,5
2
5
3 2 2 2 4 3 5 6 40
7,5 5 5 5 10 7,5 12,5 15 100
Tabel 2. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab Jangka Panjang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tujuan PBA Jangka Panjang Berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan fasih Menguasai bahasa al Qur an & yaumiyyah modern Memahami (bahasa) al Qur an Menguasai bahasa Arab Mampu bercakap-cakap Membaca kitab kuning dan mendalami ilmu agama Bisa menerjemah dengan benar Lain-lain Abstain Jumlah
Jumlah 3
% 7,5
2
5
8 9 4 2
20 22,5 10 5
3 4 5 40
7,5 10 12,5 100
88 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
Materi BA yang Diajarkan Perincian tentang materi BA yang diajarkan meliputi dua hal, yaitu (1) kemahiran berbahasa dan kaidah kebahasaan yang diajarkan dan (2) buku teks atau bahan ajar yang dipergunakan. Materi BA yang diajarkan oleh guru BA MI meliputi empat kemahiran berbahasa, yaitu kemahiran menyimak, kemahiran berbicara, kemahiran membaca, dan kemahiran menulis. Selain keempat kemahiran tersebut juga diajarkan qowaid (tata bahasa Arab). Walaupun demikian tidak semua guru BA MI mengajarkan keempat kemahiran dan qowaid tersebut. Paparan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.: Tabel 3. Materi yang Diajarkan No 1 2 3 4 5
Materi yang Diajarkan Menyimak Berbicara Membaca Menulis Qowaid
Jumlah 37 37 39 38 30
% 92,5 92,5 97,5 95 75
Sebanyak 3 orang (7,5%) responden tidak mengajarkan kemahiran menyimak dengan alasan: (1) dua orang menyatakan siswa kesulitan (belum mampu) menyimak, (2) seorang menyatakan bahwa pengajaran BA masih dalam taraf pengenalan, (3) seorang menyatakan bahwa kemampuan antarkelas berbeda, dan (4) seorang menyatakan bahwa siswa cenderung tidak memperhatikan. Sebanyak 3 orang (7,5%) responden tidak mengajarkan kemahiran berbicara. Alasan tidak mengajarkannya karena (1) kemahiran berbicara sulit diterapkan di kelas, (2) kalau dipaksakan siswa tidak mampu, (3) siswa masih dalam taraf belajar, dan (4) yang diajarkan hanya kosa kata. Dari 40 orang responden seorang (2,5%) di antaranya tidak mengajarkan kemahiran membaca dengan alasan bahwa siswa masih dalam taraf belajar. Dua orang responden tidak mengajarkan kemahiran menulis dengan alasan siswa tidak mampu. Sepuluh orang (25%) responden tidak mengajarkan qowaid dengan alasan terlalu dini mengajarkan qawaid di MI (15%), dengan alasan lain-lain 10%.
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 89
Buku Teks yang digunakan guru-guru BA MI se Malang sebanyak 16 judul. Judul dan pengarang/penerbit buku teks tersebut tersaji dalam tabel berikut. Tabel 4. Buku Teks yang Digunakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Judul Buku Teks
Pengarang/ Penerbit Rahmatika Arbain Depag Mahrus As ad Bahri Mahalli Hidayat Maman Abdul Jalil Husni Rahim Harman Purbo Muhaji Abdurrohim Djumhuri Mahmud Suyuti Imam Zarksyi
Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Pelajaran Bahasa Arab Pelajaran Bahasa Arab Pelajaran Bahasa Arab Pelajaran Bahasa Arab Pelajaran Bahasa Arab Bahasa Arab Bahasa Arab MI Bahasa Arab MI Durusullughah al Arabiyyah Bahasa Arab Harmaini Bahasa Arab Karangan Sendiri Jumlah
Jml
%
14 8 22 6 2 2 2 2 1 5 2 2 1 1
35 20 55 15 5 5 5 5 2,5 12,5 5 5 2,5 2,5
1 1 72
2,5 2,5 180
Dari 16 judul buku teks tersebut yang diwajibkan pemakaiannya 8 judul. Tabel 5. Buku Teks yang Diwajibkan Penggunaannya No
Judul Buku Teks
1 2 3 4
Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI
Pengarang/ Penerbit Rahmatika Arbain Depag Mahrus As ad
Jml
%
9 4 11 3
22,5 10 27,5 7,5
90 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
No
Judul Buku Teks
5 6 7 8
Pelajaran Bahasa Arab Bahasa Arab Pelajaran Bahasa Arab Bahasa Arab MI Jumlah
Pengarang/ Penerbit Maman Abdul Jalil Karangan Sendiri Muhajir Djumhuri
Jml
%
1 1 4 1 34
2,5 2,5 10 2,5 85
Guru-guru BA MI berbeda pandangan mengenai Buku Teks yang cocok digunakan di MI. Hal itu terlihat dalam tabel berikut. Tabel 6. Buku Teks yang Sesuai untuk MI No
Judul Buku Teks
1 2 3 4 5 6 7 8 10
Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Bahasa Arab untuk MI Madarijul Lughah Bahasa Arab Pelajaran Bahasa Arab Bahasa Arab MI Belum ada Jumlah
Pengarang/ Penerbit Rahmatika Arbain Depag Mahrus As ad Bashori Alwi Karangan Sendiri Muhajir Djumhur -
Jml
%
7 2 5 2 1 1 2 1 1 22
17,5 5 12,5 5 2,5 2,5 5 2,5 2,5 55
Beberapa saran guru BA MI untuk buku teks dimuat dalam tabel berikut ini: Tabel 7. Saran-saran untuk Buku Teks No 1 2 3
Saran-saran Hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa Orientasi materi arahkan pada kehidupan beragama Sesuaikan materi dengan kebiasaan di sekitar
Jml 2
% 5
1
2,5
1
2,5
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 91
No 4 5 6
Saran-saran sekolah Harus sesuai dengan kurikulum Seharusnya bergambar dan berwarna Seharusnya ada rangkuman nahwu/sharaf Jumlah
Jml
%
1 1 1 7
2,5 2,5 2,5 17,5
Pernyataan responden mengenai variasi rujukan materi yang diajarkan ada empat pernyataan, yaitu hanya buku teks wajib (2,5%), buku wajib ditambah seperlunya (55%), kombinasi dari beberapa buku teks (37,5%), dan mengembangkan materi sendiri (17,5%). Di antara responden yang mengkombinasikan beberapa buku teks ada yang mengembangkan sendiri materi pelajaran bahasa Arab. Metode Pengajaran Metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar BA bisa dilihat pada langkah-langkah mengajar yang mereka ikuti. Sebanyak 15% responden menyatakan hanya mengikuti langkah-langkah dalam buku teks dan 70% responden mengikuti langkah dalam buku teks dengan tambahan variasi yang meliputi: peragaan dengan gambar, memberi makna bacaan model pesantren salaf, tambahan referensi penunjang, pemantapan & pengembangan bahasa Arab mandiri, disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, memasukkan rangkuman nahwu dan sorof, mengembangkan metode hafalan, dan memanfaatkan hal-hal yang ada di kelas. Sebagaimana tampak pada paparan di atas bahwa di antara responden ada yang mengembangkah sendiri langkah-langkah dalam mengajar BA dengan alasan sbb. Tabel 8. Alasan Pemilihan Langkah-langkah. No 1 2 3 4
Alasan-alasan Karena langkah-langkah dalam buku teks belum cukup Agar tidak jenuh Menguasai mufradat lain Menambah pengetahuan lain
Jml 7
% 17,5
5 3 3
12,5 7,5 7,5
92 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
No 5 6 7
Alasan-alasan Buku teks tidak sesuai dengan GBPP Lebih sesuai Disesuaikan dengan kebutuhan siswa Jumlah
Jml 2 2 2 24
% 5 5 5 60
Berkaitan dengan bahasa pengantar yang digunakan, sebanyak 60% responden menyatakan pernah menggunakan bahasa pengantar BA, sisanya, 40% menyatakan tidak pernah menggunakan BA sebagai bahasa pengantar. Tingkat keseringan penggunaan bahasa pengantar tersebut dapat dibaca pada tabel berikut. Tabel 9. Tingkat Keseringan Penggunaan Bahasa Pengantar No 1 2 3 4
Tingkat Keseringan Penggunaan Bahasa Pengantar Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Jml
%
1 4 19 16 40
2,5 10 47,5 40 100
Responden yang tidak pernah menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab mengemukakan alasan-alasan: kurang menguasai (5%), waktu tidak mencukupi (12,5%), siswa sulit memahami (15%), dan lain-lain (7,5%). Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dimiliki dapat diketahui dari tabel berikut. Tabel 10. Media Pembelajaran yang Tersedia No 1 2 3 4
Media Pembelajaran yang Tersedia Gambar Gambar berseri Benda asli/nyata Benda tiruan
Jml 21 4 30 9
% 42,5 10 75 22,5
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 93
No 5 6 7 8 9 10 11
Media Pembelajaran yang Tersedia Peta Radio Kaset rekaman TV Video/VCD Kartu permainan Lain-lain Jumlah
Jml 12 1 3 1 2 1 1 85
% 30 2,5 7,5 2,5 5 2,5 2,5 212,5
Tidak semua media pembelajaran yang tersedia itu dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Arab. Gambaran tentang media pembelajaran yang dimanfaatkan tampak pada tabel berikut. Tabel 11. Media Pembelajaran yang Digunakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Media Pembelajaran yang Digunakan Gambar Gambar berseri Benda asli/nyata Benda tiruan Peta Radio Kaset rekaman TV Video/VCD Kartu permainan Lain-lain Jumlah
Jml 15 2 21 4 2 2 1 1 1 7 56
% 37,5 5 52,5 10 5 5 2,5 2,5 2,5 17,7 140
94 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
Penyelenggaraan Evaluasi Waktu penyelenggaran evaluasi hasil belajar tampak pada tabel di bawah ini. Tabel 12. Waktu Penyelenggaran Evaluasi No 1 2 3 4 5 6
Waktu Penyelenggaraan Evaluasi Setelah habis pokok bahasan Ujian sisipan Setiap pertemuan Ulangan semester/Cawu Seminggu tiga kali Dua bulan sekali Jumlah
Jml 8 7 10 12 1 1 40
% 20 17,5 25 30 2,5 2,5 100
Macam evaluasi yang digunakan meliputi: evaluasi formatif (70%), evaluasi Sumatif (47,5%), dan lain-lain (20%). Jenis-jenis tes yang digunakan di MI meliputi: tes tulis (85%), lisan (60%), subyektif dan obyektif masing-masing 47,5%. Jenis tes subyektif yang digunakan oleh 47,5% guru BA MI adalah sbb. Tabel 13. Jenis Tes Subyektif No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Tes Subyektif Menjawab pertanyaan/uraian Pilihan ganda Mengambil dari luar buku wajib Menerjemahkan Memperagakan Membuat pertanyaan untuk jawaban yang tersedia Mengarang sederhana Melengkapi Jumlah
Jml 6 2 1 6 1 3
% 15 5 2,5 15 2,5 7,5
1 2 22
2,5 5 55
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 95
Jenis tes obyektif yang digunakan oleh 47,5% guru BA MI adalah sbb.: Tabel 14. Jenis Tes Obyektif No 1 2 3 4 5 6
Jenis Tes Obyektif Pilihan ganda Menjodohkan Menyusun kalimat Benar salah Tanya jawab Menerjemahkan Jumlah
Jml 15 8 4 2 1 1 31
% 37,5 20 10 5 2,5 2,5 77,5
BAHASAN Tujuan Pengajaran Bahasa Arab Tujuan pengajaran BA di MI adalah agar murid dapat menguasai secara aktif perbendaharaan kata Arab fusha sebanyak 300 kata dan ungkapan dalam bentuk dan pola kalimat dasar, dengan demikian murid dapat diharapkan mampu mengadakan komunikasi sederhana dalam bahasa Arab dan dapat memahami bacaan-bacaan sederhana dalam teks itu (Depag, 1993:1). Sesuai dengan formulasi tujuan tersebut berarti pengajaran BA di MI tidak hanya bersifat reseptif tetapi juga produktif, tidak hanya mengajarkan pengenalan huruf, tetapi sampai pada keempat kemahiran berbahasa; yaitu istima (menyimak), kalam (berbicara), qira ah (membaca), dan kitabah (menulis). Di depan dikemukakan bahwa sebagian besar responden mengemukakan tujuan pengajaran BA selain yang tertera dalam kurikulum (GBPP), baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi mengenai kedua macam tujuan tersebut dikemukakan dalam tabel 1 dan 2 Dalam tabel 1 dikemukakan 9 kategori tujuan jangka pendek sedangkan dalam tabel 2 dikemukakan 8 tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yang paling banyak dipilih responden adalah menguasai pembicaraan Arab. Sedangkan tujuan jangka panjang yang paling banyak dipilih responden adalah menguasai bahasa Arab kemudian memahami bahasa al Qur an.
96 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
Memperhatikan tujuan yang responden kemukakan tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan-tujuan tersebut dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu (1) merupakan penyederhanaan (penurunan) tujuan yang ada dalam GBPP, (2) perluasan (peningkatan) dari tujuan yang ada dalam GBPP, (3) tujuan yang sebenarnya sama dengan sebagian tujuan yang ada dalam GBPP, (4) lainlain. Di antara tujuan yang merupakan penyederhanaan adalah (1) mengenal bahasa Arab, (2) mengenal huruf Arab, (3) membaca huruf al Qur an, dan (4) dapat menghafal. Di antara tujuan yang merupakan perluasan adalah (1) menanamkan rasa cinta pada bahasa al Qur an, (2) mengantar anak ke jenjang yang lebih tinggi, dan (3) menguasai bahasa al Qur an dan bahasa Arab sehari-hari. Sedangkan di antara tujuan yang merupakan bagian tujuan yang ada dalam GBPP adalah (1) bercakap-cakap dengan baik dan benar, (2) mahir berbahasa Arab secara sederhana, dan (3) membaca dan menerjemah. Dan di antara tujuan yang termasuk kategori lain-lain adalah (1) beribadah atau beramal dengan baik dan (2) mengamalkan perintah agama. Banyaknya variasi/kategori tujuan pengajaran BA tersebut menunjukkan bahwa guru-guru BA MI sebagian memiliki wawasan yang luas, namun di sisi lain juga menunjukkan bahwa sebagian mereka tidak banyak tahu tentang tujuan pengajaran BA dan segala sesuatunya. Materi BA yang Diajarkan Sebagaimana yang disajikan pada tabel 3 materi BA yang diajarkan di MI meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu juga diajarkan qawaid. Sebagian besar (hampir semua) guru BA MI mengajarkan keempat kemahiran tersebut dan juga mengajarkan qawaid. Hanya sebagian kecil yang tidak mengajarkan keempat kemahiran dan qawaid tersebut. Diajarkannya keempat kemahiran berbahasa dan qawaid tersebut merupakan sesuatu yang sudah seharusnya karena dengan demikian tujuan yang tertuang dalam GBPP direalisasikan dalam aktivitas pembelajaran. Selain itu, diajarkannya suatu bahasa adalah untuk membekali pembelajar dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut. Komunikasi itu dilakukan secara tertulis dan lisan. Dalam komunikasi tertulis diperlukan kemahiran membaca dan menulis, sedangkan dalam kominikasi lisan diperlukan
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 97
kemahiran menyimak dan berbicara. Dan untuk memperbaiki bahasa yang digunakan diperlukan kemampuan menerapkan qawaid (gramatika). Diajarkannya keempat kemahiran dan qawaid itu juga merupakan suatu yang wajar karena didukung oleh buku teks yang sudah dirancang untuk itu. Dengan rancangan tersebut guru yang mengikuti petunjuk atau langkahlangkah yang ada dalam buku teks tentu akan mengajarkan keempat kemahiran tersebut dan juga mengajarkan qawaid yang ada. Walaupun sebagian besar guru BA MI mengajarkan keempat kemahiran tersebut tetapi melihat langkah-langkah mengajar yang mereka kemukakan tampak bahwa mereka kurang menguasai strategi mengajar. Hanya 7,5% responden yang tidak mengajarkan menyimak dan berbicara, 2,5% tidak mengajarkan membaca, 5% tidak mengajarkan menulis, dan 25% tidak mengajarkan qawaid. Memperhatikan alasan-alasan yang mereka kemukakan dapat dikatakan bahwa dugaan mereka kurang menguasai strategi mengajar semakin tampak. Di antara guru yang tidak mengajarkan menyimak beralasan bahwa siswa belum mampu menyimak dan ada pula yang menyatakan bahwa pengajaran BA masih dalam taraf pengenalan. Sebenarnya menyimak dalam arti luas bisa diajarkan kepada siswa yang berada pada tingkat dasar, menengah, maupun lanjut. Materi menyimak dan strategi mengajar yang digunakan tentunya disesuaikan dengan kemampuan siswanya. Untuk tingkat dasar bisa disajikan materi yang berupa pengenalan unsur bahasa yang berupa fonim, kata, dan kalimat sederhana. Materi menyimak di dalam GBPP tidak dituangkan secara eksplisit. Yang ada dalam kurikulum BA MI adalah kegiatan berbahasa yang termasuk di dalamnya adalah kegiatan menyimak. Di antara kegiatan berbahasa itu adalah kegiatan mendengar yang melatih murid untuk memahami bahasa Arab lisan (Depag, 1993:2). Oleh karena itu ada buku teks yang tidak secara eksplisit pula memuat materi menyimak. Walaupun demikian bukan berarti menyimak tidak boleh diajarkan. Dalam berbahasa menyimak merupakan aktivitas yang amat perlu dan amat penting. Aktivitas berbahasa sebagian besar didominasi kegiatan menyimak. Oleh karena itu kemahiran menyimak perlu dilatihkan secara maksimal, dan jika tidak ada materi yang secara khusus untuk menyimak maka guru bisa memanfaatkan materi percakapan atau bacaan yang ada dalam buku teks. Kemahiran berbicara (kalam) juga tidak diajarkan oleh 3 orang (7,5%) guru BA MI di antara mereka ada yang beralasan bahwa kemahiran berbicara sulit diterapkan dan ada pula yang beralasan bahwa kalau dipaksakan
98 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
siswa pun tetap tidak mampu atau bingung. Alasan yang demikian kurang tepat, karena sebagaimana kemahiran menyimak, kemahiran berbicara juga bisa diajarkan kepada pada tingkat apa saja. Ungkapan-ungkapan sederhana, seperti salam, ungkapan selamat, perkenalan dan sebagainya bisa diajarkan pada tingkat dasar. Kalau yang dimaksud dengan sulit diterapkan itu adalah materi hiwar (dialog) yang ada dalam buku teks maka sebenarnya guru tidak harus memberikan buku teks apa adanya, guru bisa menyederhanakannya. Dalam kemahiran membaca hanya seorang guru BA MI yang menyatakan tidak mengajarkannya. Ia tidak mengajarkan kemahiran membaca dengan alasan bahwa siswa masih dalam taraf belajar. Alasan inipun tidak tepat karena siswa pekerjaannya adalah belajar, kapan lagi ia belajar dengan baik dan tekun kalau tidak sewaktu menjadi siswa. Bisa jadi ia menyatakan tidak mengajarkan kemahiran membaca sebenarnya tidak tahu hakikat kemahiran membaca. Dalam kemahiran menulis ada dua orang responden yang tidak mengajarkannya dengan alasan siswa tidak mampu. Sebagaimana dalam kemahiran yang lain, sebenarnya kemahiran menulis juga bisa disederhanakan. Andaikata materi dalam buku teks terlalu sulit guru diharapkan bisa menyederhanakannya. Namun demikian juga dimungkinkan adanya faktor lain yang menyebabkan tidak diajarkannya kemahiran menulis. Selagi guru berpedoman pada kurikulum (GBPP) atau setidaknya buku teks yang sesuai GBPP yang berlaku tentu keempat kemahiran berbahasa itu diajarkannya. Sebagaimana disebutkan dalam GBPP BA qawaid tidak secara tersurat dimuat. Yang dimuat adalah mufradat dan struktur kalimat. Struktur kalimat merupakan ungkapan lain dari qawaid, dalam arti struktur kalimat adalah aplikasi dari qawaid. Penggunaan istilah struktur kalimat merupakan pilihan istilah yang tepat dan merupakan upaya yang tepat pula agar guru tidak terjebak ke dalam qawaid secara teoritis dan lupa prakteknya, sehingga siswa justru merasa bingung. Oleh karena itu, guru-guru yang tidak mengajarkan qawaid dalam arti kaidah-kaidah nahwu dan sharaf tidaklah menjadi masalah asal struktur kalimat tetap diajarkan. Mengenai buku teks BA yang digunakan, sebagaimana dimuat tabel 4 ada sebanyak 16 judul buku teks yang digunakan di MI. Buku teks BA terbitan Depag paling banyak digunakan oleh MI (55%) disusul terbitan Rahmatika (35%) dan terbitan Arbain (20%) lalu terbitan-terbitan yang lain. Sejalan dengan hal ini, berkaitan dengan buku BA yang wajib digunakan ada 8 judul yang dipilih, yaitu 27,5% responden memilih terbitan Depag dan
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 99
22,5% responden memilih terbitan Rahmatika, 6 judul lainnya hanya dipilih beberapa responden. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan MI terhadap BA terbitan Depag lebih besar daripada terbitan yang lain. Selain itu, dengan menggunakan terbitan Depag, sebagaimana biasa, dalam ujian bersama MI tidak mengalami banyak resiko, karena soal-soal ujian biasanya diambil dari buku teks BA terbitan Depag. Untuk masa mendatang, seiring dengan misi otonomi daerah dan otonomi pendidikan (termasuk di dalamnya otonomi sekolah), ketergantungan kepada Depag tampaknya perlu dikurangi. Pandangan guru-guru BA MI mengenai buku teks yang cocok digunakan dapat diklasifikasikan menjadi 8 (lihat tabel 6). Sebanyak 17,5% responden menyatakan bahwa buku teks BA yang sesuai digunakan di MI adalah terbitan Rahmatika dan 12,5% lainnya menyatakan terbitan Depag dan dengan persentase lebih kecil (5% s.d. 2,5%) responden lain memilih terbitan yang lain. Dan yang lebih ekstrim 2,5% responden menyatakan belum ada buku teks BA MI yang sesuai. Pernyataan responden mengenai buku teks yang sesuai perlu disikapi secara netral karena ternyata kemampuan kebahasaaraban siswa MI pun hiterogin. Hal yang demikian tentu sulit bagi guru untuk memilih buku teks yang cocok. Faktor kemampuan tentunya hanya merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan. Faktor lain yang tak kalah pentingnya, biasanya, adalah faktor dana (ketidakmampuan orang tua) dan faktor kesadaran orang tua untuk membelikan buku anaknya yang rendah. Pada tabel 7 dikemukakan saran-saran guru BA MI terhadap buku teks. Walaupun tidak banyak responden yang mengemukakan saran dan saran yang dikemukakan pun juga tidak banyak tetapi patut diperhatikan oleh penulis buku teks. Terutama saran mengenai perlunya buku teks BA MI bergambar dan berwarna agar bisa menambah daya tarik siswa terhadap BA. Di depan juga dikemukakan rujukan materi yang diajarkan. Hal tersebut menunjukkan adanya kesungguhan guru BA MI dalam arti mereka tidak hanya mencukupkan diri dengan buku wajib. Dalam kondisi tertentu memang buku teks tidak harus sesuai. Oleh karena itu perlu ditambah seperlunya atau dikombinasikan dengan buku teks lain. Tentunya pemaduan dua rujukan atau lebih harus tetap memperhatikan kemampuan siswa.
100 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
Metode Pengajaran BA Metode yang digunakan oleh responden dalam mengajar dapat dilihat dari langkah-langkah mengajarnya, baik secara integral maupun berdasarkan masing-masing kemahiran berbahasa. Sebagaimana disebutkan di depan bahwa sebanyak 15% responden mengikuti langkah-langkah mengajar yang ada dalam buku teks, 70% mengikuti langkah-langkah dalam buku teks dengan tambahan variasi. Dengan mengikuti langkah-langkah yang ada dalam buku teks, terutama terbitan Depad dan Rahmatika berarti sebagian besar responden menggunakan metode mengajar yang disarankan oleh kurikulum, yaitu metode exlectic. Metode exlectic adalah metode yang memadukan kelebihan-kelebihan metode pengajaran bahasa yang ada, terutama dari metode aueral-oral approach, metode membaca, dan metode terjemah, dengan tetap berlandaskan kepada pendekatan komunikatif (Depag, 1993:3). Walaupun mengajar BA tetapi hanya 2,5% responden yang menggunakan BA sebagai bahasa pengantar. Sebanyak 10% responden menyatakan sering mengunakan BA sebagai bahasa pengantar dan 47,5% menyatakan kadang-kadang, 40% menyatakan tidak pernah. Responden yang tidak menggunakan BA sebagai bahasa pengantar mengemukakan banyak alasan. Namun intinya patut diduga mereka belum banyak tahu strategi mengajar BA yang efektif dan efisien. Dari informasi-informasi yang terkumpul berkaitan dengan metode pengajaran BA di MI, baik dari langkah-langkah mengajar secara integral maupun dalam mengajar kemahiran-kemahiran berbahasa, dan juga dari minimnya penggunaan bahasa pengantar BA, dapat dikatakan bahwa baru sebagian kecil guru BA MI yang menguasai BA dan menguasai metode pengajaran BA. Sebagian besar responden tampak hanya mengenal (kurang menguasai) dan ada pula yang tapak belum menguasai metode pengajaran BA. Mereka yang sudah menguasainya pun perlu mendapatkan penyegaran. Media Pembelajaran Dalam kurikulum BA MI 1994 media pengajaran dianggap sebagai salah satu sumber belajar. Media pengajaran tersebut digunakan untuk menjelaskan makna kata-kata dan ungkapan. Media yang dimaksudkan itu bisa berupa benda sebenarnya, sampel, model, gambar, dramatisasi, peragaan dan
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 101
lainnya yang perlu digunakan untuk sedapat mungkin tidak menggunakan terjemahan dan kata pengantar dalam bahasa Indonesia. Diperlukan juga alat bantu seperti planel board (Depag, 1993:3). Sejalan dengan pesan kurikulum tersebut ada 11 variasi media pembelajaran dan alat peraga yang dimiliki oleh MI, yaitu gambar, gambar berseri, benda asli, benda tiruan, peta, radio, kaset rekaman, TV, Video/VCD, kartu permainan, dll. Di antara 11 macam tersebut benda asli dimiliki oleh 75% MI, gambar dimiliki 52,5% MI, peta dimiliki oleh 30% MI, dan benda tiruan dimiliki oleh 22,5% MI. Kepemilikan media pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa asing (Arab), sangat diperlukan. Namun yang lebih penting dari itu adalah penggunaan dan sumbangannya terhadap peningkatan prestasi pembelajaran. Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing sangat miskin dari input kebahasaan. Oleh karena itu diperlukan media dan alat peraga sebagai upaya untuk lebih menggairahkan siswa dan guru dalam pembelajaran sehingga bisa meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran BA di MI (pembelajaran bahasa Arab untuk Anak) ketersediaan dan penggunaan media lebih sangat diperlukan seiring dengan dunia mereka yang lebih sering ingin bermain. Dalam praktiknya ternyata tidak semua MI menggunakan media yang dimilikinya dalam pembelajaran. Dari 52,5% MI yang memiliki gambar hanya 37,5% yang menggunakannya, dari 75% MI yang memiliki benda asli hanya 52,5% yang menggunakannya, dan dari 22,5% MI yang memiliki benda tiruan hanya 10% yang menggunakannya (tabel 11). Sebenarnya banyak hal yang bisa dimanfaatkan oleh guru BA untuk membantu pembelajaran BA. Tetapi sebagaimana keberadaan MI yang memiliki media tersebut tidak semuanya menggunakannya dalam pembelajaran BA. Bahkan di banyak lembaga lain yang memiliki laboratorium bahasa (LB) yang harganya mahal pun tidak memanfaatkannya dengan baik dalam pembelajaran bahasa. Bahkan juga banyak LB yang rusak atau mengalami gangguan disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam menggunakannya dan oleh kecerobohan siswa (Kasbolah dkk., 1989/1990:ix). Saat ini sudah mulai bermunculan alat-alat elektronik yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran BA. Permasalahannya adalah pengadaannya, karena harganya biasanya tidak terjangkau oleh MI terutama MI swasta. Sehubungan dengan hal ini perlu adanya pemberian wawasan kepada guruguru BA MI mengenai bagaimana cara memperoleh media yang murah
102 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
meriah tetapi banyak memberikan manfaat dan bagaimana menggunakan media tersebut secara efektif dalam pembelajaran BA. Selain itu keberadaan dan keterlibatan Dewan Sekolah atau Komite Sekolah (dulu BP3) dalam membantu operasional pendidikan bisa lebih ditingkatkan. Penyelenggaraan Evaluasi Di dalam kurikulum MI 1994 dinyatakan bahwa penilaian PBM BA, baik yang mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan berbahasa, dilakukan melalui tes lisan dan tulisan. Tes tulisan dapat berbentuk obyektif dan uraian. Guru diharapkan sering menggunakan tes berbentuk uraian. Guru juga diharapkan menggunakan alat evaluasi (tes) sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai. Jangan sampai PBM yang tujuan instruksionalnya melatih siswa lancar berbicara, tetapi dievaluasi dengan tes obyektif yang menekankan masalah nahwu dan sorof (Depag, 1993:3 4). Dalam tabel 12 dinyatakan bahwa 20% responden menyelenggarakan evaluasi setiap habis pokok bahasan, 17,5% menyelenggarakan ulangan sisipan, 25% menyelenggarakan ulangan setiap pertemuan, 30% setiap semester/catur wulan. Penyelenggraan evaluasi pembelajaran, semakin sering (setiap pertemuan atau setiap habis pokok bahasan) semakin baik. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tingkat keseringan penyelenggaraan evaluasi berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi. Dalam tabel 12 tersebut dinyatakan bahwa hanya 30% responden yang menyelenggarakan ujian/ulangan semester/catur wulan sedangkan 70% lainnya tidak menyelenggarakan. Kebiasaan yang berlaku di Indonesia semua sekolah menyelenggarakan ujian semester/catur wulan. Hal ini bisa jadi dikarenakan oleh ketidaktahuan responden terhadap hal-hal yang berhubungan dengan evaluasi maupun peristilahan yang digunakan didalamnya, mengingat sebagian besar responden bukan lulusan LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan). Tidak diselenggarakannya ulangan semester itu bisa jadi pula karena responden memang tidak menyelenggarakan ulangan semester, dalam arti hanya mencukupkan pada ulangan harian atau sejenisnya. Mengenai macam tes yang digunakan 70% responden menyelenggarakan tes formatif, 47,5% menyelenggarakan tes sumatif, dan 20% lainnya menyelenggarakan jenis tes lainnya. Ini menunjukkan bahwa tidak semua responden menyelenggarakan tes formatif dan tes sumatif. Idealnya kedua macam tes tersebut diselenggarakan oleh semua guru. Tes formatif idealnya
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 103
diselenggarakan setiap akhir pokok bahasan dan tes sumatif diselenggarakan setiap akhir semester atau akhir catur wulan. Adanya responden yang menyatakan tidak menyelenggarakan tes formatif atau sumatif tersebut bisa jadi karena salah satu di antara kedua alasan tidak adanya ulangan semester/catur wulan di atas. Berkenaan dengan jenis tes yang digunakan 85% responden menyelenggarakan tes tulis dan 60% responden menyelenggarakan tes lisan. Ini berarti 15% responden tidak menyelenggarakan tes tulis dan 40% responden tidak menyelenggarakan tes lisan. Adanya 15% responden yang tidak menyelenggarakan tes tulis perlu dipertanyakan karena biasanya tes tulis selalu ada terutama dalam ujian sumatif. Jenis soal yang dipilih oleh guru BA MI dalam menyelenggarakan tes meliputi soal subyektif dan soal obyektif. Masing-masing jenis soal tersebut dipilih oleh 47,5% responden. Hal ini menunjukkan bahwa 52,5% responden tidak pernah menggunakan soal obyektif dan 52,5% lainnya tidak pernah menggunakan soal subyektif. Jenis soal subyektif yang dipilih oleh responden ada 8 macam (tabel 13). Namun yang paling banyak digunakan adalah menjawab pertanyaan atau menguraikan (15%) dan menerjemahkan (15%). Membuat pertanyaan dipilih oleh 7,5% responden, pilihan ganda dan melengkapi masing-masing dipilih oleh 5% responden. Adanya jenis soal pilihan ganda pada tes subyektif perlu dipertanyakan. Karena jenis soal ini termasuk tes obyektif. Demikian juga soal melengkapi. Hal ini menunjukkan bahwa responden belum banyak mengenal peristilahan dalam tes. Dugaan ini didukung juga oleh pernyataan responden bahwa di antara jenis soal subyektif adalah tes lisan dan tes tulis. Jenis soal pada tes obyektif ada 6 macam yang dipilih responden. Pilihan ganda dipilih oleh 37,5% responden, menjodohkan dipilih oleh 20% responden, menyusun kalimat dipilih oleh 10% responden, dan benar salah dipilih oleh 5% responden. Jenis soal tanya jawab dan menyusun kalimat bisa dikategorikan dalam jenis tes subyektif dan obyektif tergantung pada sifat soal tersebut. Jika soal tersebut jawabannya dapat dipengaruhi oleh, dan bahkan tergantung pada kesan dan pendapat pribadi si penilai termasuk kategori tes subyektif (Djiwandono, 1996:27-28) dan jika tidak demikian maka termasuk kategori obyektif. Dalam tes bahasa sebaiknya jenis soal tanya jawab dan menyusun kalimat porsinya diperbanyak sehingga berimbang dengan jenis soal lainnya.
104 BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya pengajaran BA di MI se Malang tidak sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum. Tujuan pengajaran BA adalah agar siswa dapat mengadakan komunikasi sederhana dalam BA dan dapat memahami bacaan-bacaan sederhana dalam teks. Dalam pelaksanaannya tujuan ini mengalami prioritas-prioritas tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan guru BA. Hampir semua MI se Malang mengajarkan empat kemahiran berbahasa dan qawaid praktis (dalam buku teks). Buku teks BA yang digunakan ada 16 judul namun yang digunakan dan diwajibkan penggunaannya oleh sebagian besar MI adalah terbitan Depag, lalu terbitan CV R ahmatika. Buku teks yang sesuai untuk MI menurut sebagian besar guru BA MI adalah terbitan CV Rahmatika lalu terbitan Depag. Metode PBA yang digunakan oleh sebagian besar MI adalah eklektik, dalam hal ini langkah-langkah mengajar yang digunakan adalah langkahlangkah yang ada dalam buku teks dengan tambahan variasi. Dalam pengajaran kemahiran berbahasa tampak bahwa metode mengajar yang digunakan belum sesuai dengan prinsip-prinsip yang seharusnya. Hanya sebagian kecil MI yang menggunakan bahasa pengantar BA. Media PBA, khususnya yang berupa benda asli dan gambar, banyak MI yang memilikinya, namun penggunaannya dalam PBM belum maksimal. Pelaksanakan evaluasi PBA di MI ada yang tiap semester/catur wulan (sumatif), setiap habis pokok bahasan (formatif), dan setiap pertemuan. Jenis tes yang digunakan meliputi tes tulis dan tes lisan, tes subyektif dan tes obyektif. Soal tes subyektif yang dipilih meliputi menjawab pertanyaan dan menerjemahkan. Soal tes obyektif yang dipilih adalah pilihan ganda dan menjodohkan. DAFTAR RUJUKAN Ali, M. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Penerbit Angkasa. Al Khuliy, M.A. 1986. Asalibu Tadrisil Lughatil Arabiyyah. Riyad: Wuzaratul Ma arif.
Khasairi, Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab 105
Asrori, I. 2001. Konsepsi Kurikulum tentang Pengajaran BA di MI dan Kelemahan Pengembangannya dalam Buku Teks. Makalah disajikan pada PINBA II di UGM Yogyakartaa, 20 22 Juli 2001. Depag. 1993. Garis-garis Besar Program Pengajaran Madrasah Ibtida iyah Mata Pelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Dirjen Binbaga Islam. Depag. 2000/2001. Data Kondisi Bangunan Madrasah Ibtida iyah Kabupaten Malang Tahun 2000/2001. Malang: Dokumen tidak dipublikasikan. Depag. 2001. Madrasah Ibtida iyah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kantor Departemen Agama Kota Malang Tahun 2001. Malang: Dokumen tidak dipublikasikan. Dick, W. dan L. Carey. 1985. The Systematic Design of Instruction. London: Scott, Foresman and Company. Djiwandono, M.S. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Effendy, A.F. 1997. Pendekatan Komunikatif untuk Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia. Dalam Ahmad Fuad Effendy (Eds.) Permasalahan Kebahasaan dan Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia (hlm. 6 8). Malang: FPBS IKIP MALANG. Kasbolah, K., Harsono Tjokrosujoso, dan Styaadi S. 1989/1990. Survai Penggunaan Laboratorium Bahasa Inggris di SMA Negeri di Jawa Timur. Malang: Pusat Penelitian IKIP MALANG. Masyruhah, A. 2002. Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtida iyah se Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Negeri Malang. Nazir. M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Richards, J. C. dan Th. S. Rodgers. 1986. Approachs and Methods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Rombepajung, J.P. 1988. Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.