PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN DI MADRASAH IBTIDA’IYAH MA’ARIF MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SYAFI’IL ABTHOHI NIM 11509012
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAHIBTIDA’IYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 1
2
PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN DI MADRASAH IBTIDA’IYAH MA’ARIF MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SYAFI’IL ABTHOHI NIM 11509012
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAHIBTIDA’IYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 i 3
4
5
6
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(Q.S ArRa’du: 11)
7
v PERSEMBAHAN Karyakecilinikupersembahkankepada : Ayahanda dan Ibunda atasbelaiankasihsayangnyaselamaini, semoga Allah selalumemberi ridlo-Nyakepadabeliauberdua. Untuk keluarga besarku yang telah membantu dan mendukung aku menuntut ilmu di STAIN Salatiga. Untukparadosenku yang telahmemberikanbekalilmuuntukmasadepanku. Dan spesial untukdosenpembimbingku yang telahmemberikan Bimbinganskripsikuhinggaselesaidenganbaik. Teman-teman PGMI Kelas A yang selalu ceria dan kompak. Saudara-saudarakuseimanseperjuangan.
8
vi ABSTRAK Abthohi, Syafi’il. 2013. Makna Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013). Skripsi.JurusanTarbiyah. Program StudiPendidikan Guru Madrasah ibtida’iyah.SekolahTinggi Agama Islam NegeriSalatiga.Pembimbing: Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd. Kata Kunci :Manajemen Perubahan, Kepala Madrasah. Penelitianinimerupakan upaya kepala madrasah dalam manajemen perubahan untuk menjadikan madrasah yang maju dan berkembang serta lebih baik dari kondisi madrasah sebelum ada perubahan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?, dan (2) Bagaimanakah perubahan di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?. Untukmenjawabpertanyaantersebutmakapenelitianinimenggunakanpendekatanpenelitian kualitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Peran kepala Madrasah dalam manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari sangat baik. Perubahan yang terjadi setelah adanya manajemen yang dilakukan kepala madrasah sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga dan mendapatkan hasil yang sangat bagus. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga bahwa madrasah ini menjadi lebih baik setelah adanya peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan. Mengacu pada peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan tersebut, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan.
9
vii KATA PENGANTAR
Denganmengucapkanpujisyukurkehadirat
Allah SWT
atassegalalimpahanrahmat,
taufiq,
danhidayah-
Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiini.Taklupasholawatsertasalamsenantiasatercur ahkankepadaNabi Muhammad SAW. Merupakankebahagiaanbagipenulis yang telahdapatmenyelesaikanskripsidenganjudul “Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2012/2013”. Selanjutnyadenganpenuhkerendahanhatipenulissampaikanterimakasihkepadasemuapih ak yang telahmembantuterselesainyask ripsiini. Adapunucapanterimakasih yang sebesar-besarnya, penulissampaikankepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selakuketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah STAIN Salatiga. 3. Dr.Rahmat
Hariyadi,
M.Pd.
selakupembimbingskripsi
yang
telahmemberikanbimbingankepadapenulissehinggaskripsiinidapatterselesaikandengan baik. 4. Paradosendanseluruhsivitasakademik STAIN Salatiga.
10
5. AyahandadanIbundaserta
keluarga
yang
telahmemberikando’arestusertadukungankepadapenulis.
viii Semoga segala amal kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT, mudahmudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 14 Agustus 2013 Penulis
Syafi’il Abthohi
11
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………..................................i HALAMAN NOTA PEMBIMBING…………………………................................ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN……………...………......................iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………............ iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………….............................v HALAMAN ABSTRAK………….………………………..................................vii HALAMAN KATA PENGANTAR.………………............................................viii HALAMAN DAFTAR ISI………………………………....................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................5 C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5 D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6 E. Penegasan Istilah.........................................................................................7 F. Metode Penelitian.......................................................................................11 12
G. Sistematika Penulisan Skripsi.....................................................................19
x BAB II KAJIAN PUSTAKA A. MANAJEMEN MADRASAH 1. Pengertian Manajemen Madrasah.......................................................21 2. Manajemen Madrasah.........................................................................23 3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Madrasah...................................25 4. Karasteristik Manajemen Berbasis Madrasah.....................................27 5. Tujuan Manajemen BerbasisMadrasah..............................................28 6. Manfaat Manajemen Berbasis Madrasah............................................28 7. Kunci Keberhasilan Manajemen Berbasis Madrasah..........................28 B. PERAN KEPALA MADRASAH HakekatPeranKepala Madrasah........................................................31 1. Kepala Madrasah SebagaiManajer.....................................................33 2. Kepala Madrasah Sebagai Administrator. ..........................................38 3. Kepala Madrasah Sebagai Supervisor..................................................41 C. MANAJEMEN PERUBAHAN 1. Pengertian Manajemen Perubahan......................................................45 2. Tingkat-tingkat Perubahan..................................................................50 3. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan................................................54 4. Cara Mengatasi Tantangan Perubahan................................................59 5. PeranKepala Madrasah DalamManajemenPerubahan......................62 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN 13
A. Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari Kota Salatiga.........................66 B. Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari....................................75
xi C. Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari.................................................................................................84 D. Hasil-Hasil yang dicapai Oleh Kepala Madrasah dalam Membangun Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari....................................86 E. Kendala-Kendala Kepala Madrasah dalam Membangun Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari........................................................88 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari..................................94 B. Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari...............................................................................................96 C. Hasil-Hasil yang dicapai Oleh Kepala Madrasah dalam Membangun Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari..................................99 D. Kendala-Kendala Kepala Madrasah dalam Membangun Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari.....................................................101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................109 B. Saran........................................................................................................113 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
14
xii BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bersifat formal. Keberadaan madrasah dalam sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, tangguh, kreatif, mandiri, demokratis, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Pada waktu lalu citra madrasah itu kurang baik. Menurut Asari (1994: 46), menyatakan bahwa madrasah pada waktu lalu mengalami citra kurang baik disebabkan oleh kurangnya kurikulum yang sangat terbatas, lembaga-lembaga madrasah tidak dapat memikat guru-guru yang terbaik, fasilitas fisiknya tidak menawarkan lingkungan pendidikan yang (paling) kondusif, konflik antara tujuan-tujuan pendidikan dengan tujuan-tujuan keagamaan. Sekarang ini banyak madrasah yang mengalami perubahan kemajuan yang sangat pesat, perubahan tersebut disebabkan oleh kepala madrasah yang sangat berperan utama dalam merancang perubahan tersebut. Menurut Mulyadi (2010: 33), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepala madrasah pada dasarnya memiliki peran utama dalam perubahan kemajuan madrasah. Yaitu sebagai manajer atau administrator, kepala madrasah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi administrasi pendidikan di madrasah yang meliputi pengelolaan 15
bersifat administratif dan operatif. Sedangkan sebagai pemimpin pendidik, kepala madrasah bertugas mendinamisasi proses pengelolaan pendidikan secara administratif dan edukatif. Maksudnya adalah kepala madrasah bekerja secara administratif, kepala madrasah mengarahkan semua orang yang terlibat di madrasah dan mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya sesuai tujuan madrasah yang dicapai. Sedangkan kepala madrasah bekerja secara edukatif yaitu mengarahkan dan membina setiap guru agar melaksanakan tugas pengajaran secara tepat dan benar serta memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk kinerja yang baik dan unggul. Akan tetapi kenyataannya, tidak semua kepala madrasah berperan besar dalam perubahan sebuah madrasah. Banyak yang terjadi saat ini, kepala madrasah dalam sebuah lembaga pendidikan hanyalah sekedar formalitas saja. Menurut Mulyono (2009: 156), menyatakan bahwa 70 persen dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten. Berdasarkan permendiknas No.13 Tahun 2007, setiap kepala sekolah harus memiliki lima aspek kompetensi, yaitu: kepribadian, sosial, manajeral, supervise dan kewirausahaan. Hampir semua kepala madrasah lemah di bidang kompetensi manajeral dan supervise. Padahal kedua kompetensi itu merupakan kekuatan kepala madrasah dalam menuju perubahan yang lebih baik. Selain itu banyak guru yang menjabat menjadi kepala madrasah akan tetapi guru tersebut tidak memiliki kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin. Sehingga dalam pengelolaan sebuah madrasah tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: kurangnya ilmu pengetahuan menjadi seorang pemimpin dan kurangannya penguasaan manajemen pengelolaan madrasah, kurangnya kerja sama dengan bawahan, kurang aktif dalam mencari informasi, dan kurangnya kerja sama dengan yayasan dan masyarakat sekitar. Sehingga untuk merubah kemajuan sebuah madrasah yang dipimpin sangatlah sulit untuk dicapai.
16
Menurut Kunandar (2011: 46), menyatakan bahwa Faktor lain penghambat kemajuan perubahan madrasah adalah guru juga tidak bekerja secara professional dalam melaksanakan tugasnya menjadi seorang guru, guru tidak menguasai strategi pembelajaran, kurangnya informasi mengenai pelatihan penataran guru, kurangnya penguasaan terhadap materi pembelajaran, kurangnya kerjasama dengan sesama guru dan gaptek. Selain itu guru juga tidak bekerja secara profesional, disebabkan karena banyaknya tuntutan dari pemerintah dan kurangnya kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga guru dalam menjalankan proses belajar mengajar tidak sesuai aturan-aturan atau patokan dari pemerintah. Peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan harus memiliki kemampuan, ilmu pengetahuan dan mampu menciptakan kerja sama antara bawahan. Selain itu kepala madrasah juga harus memikirkan bagaimana guru dapat terjamin kesejahteraannya, sehingga guru dapat bekerja secara profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Seperti yang terjadi di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, setelah melakukan wawancara dengan salah satu guru di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari menjelaskan bahwa, Madrasah tersebut mengalami kemajuan perubahan yang sangat bagus. Dari Tahun 2008 siswa yang belajar di Madrasah tersebut hanya ada sekitar 80 siswa, semua itu disebabkan karena adanya kepala madrasah yang memiliki kemampuan yang memadai dan mempunyai manajemen pengelolaan yang bagus, Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga pada Tahun ajaran 2012/2013 siswa di madrasah tersebut mencapai sekitar 250 siswa. Selain itu guru juga bekerja secara profesional dalam mengemban tugasnya, karena setiap guru dapat terjamin kesejahteraannya (Wawancara, Senin 11 Februari 2013) Pada saat ini Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dipandang banyak masyarakat di lingkungan madrasah tersebut sangat bagus kualitasnya dibandingkan madrasah-madrasah yang belum mengalami kemajuan, bahkan
17
sampai diluar lingkungan Mangunsari juga memandang kualitas madrasah tersebut sangatlah bagus, buktinya sebagian siswa yang belajar di madrasah tersebut banyak dari luar daerah Mangunsari. Selain itu Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga terbukti terakreditasi A pada Tahun 2013. Berdasarkan data tersebut, maka Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga layak diteliti untuk membangun teori mengenai ”PERAN
KEPALA MADRASAH
DALAM
MENAJEMEN PERUBAHAN
DI
MADRASAH IBTIDA’IYAH MA’ARIF MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2013”.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah
manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013? 2. Bagaimanakah peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013? 3. Apakah hasil-hasil yang dicapai oleh kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013? 4. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013?
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mendiskripsikan manajemen perubahan secara komprensif yang diterapkan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013.
18
2. Mengetahui peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. 3. Mengetahui hasil-hasil yang dicapai oleh kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. 4. Mengetahui kendala-kendala kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013.
D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat penelitian ini, peneliti rangkum ke dalam dua bagian yaitu : 1.
Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. b. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam lingkup pendidikan.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai lingkup pendidikan serta dapat dijadikan sebuah pengalaman dan pegangan sebagai calon pendidik atau guru sehingga media yang diterapkan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan penggunaannya. b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun langsung sebagai referensi mengenai pemahaman pentingnya peran kepala madrasah dan manajemen perubahan di sebuah Madrasah.
19
c. Bagi kepala sekolah dan guru setelah membaca hasil penelitian ini, dapat berintropeksi bahwa kepala madrasah sangatlah berperan penting dalam menajemen perubahan sebuah madrasah.
E. PENEGASAN ISTILAH 1. Kepala Madrasah Menurut Mulyadi (2010: 72), menyatakan bahwa kepala madrasah adalah upayaupaya pemimpin untuk mempengaruhi, merubah atau mempertahankan budaya organisasi yang kuat untuk mendukung terwujudnya pencapaian tujuan serta visi. Selain itu kepala madrasah harus mampu menciptakan inovasi, perhatian menyeluruh terhadap lingkungan madrasah, hubungan masyarakat, pendidikan guru, prestasi siswa dan kemajuan siswa. 2. Manajemen Menurut Samino (2010: 19), manajemen menurut bahasa (etimologis) latin, yaitu manus yang berarti tangan dan agere berarti melakukan, selanjutnya kata manus dan agere digabung menjadi manager yang artinya menangani. Manager diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dan kata bendanya management serta manager untuk orang yang melakukan manajemen. Akhirnya kata management tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau mengelola. Jadi manajemen menurut bahasa adalah megatur atau mengelola atau mengurusi, bahkan memeriksa dan memimpin. Adapun yang diatur oleh kepala madrasah dalam manajemen adalah men, money, methods, material, machines, and market, disingkat dengan 6 M dan semua aktivitas yang ditimbulkan dalam proses manajemen itu. Sedangkan manajer menurut istilah adalah suatu proses pengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-
20
kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan manajemen menurut istilah (terminologis) menurut Robbins dan Coulter (2007: 8), bahwa “istilah manajemen mengacu pada proses pengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Jadi untuk menuju perubahan suatu madrasah atau lembaga kepala sekolah harus membuat sebuah perencanaan yang mana perencanaan itu didalamnya terkait dengan manajemen dan pelibatan orang lain (guru, wali murid dan masyarakat)”, yang bekerja secara produktif, kreatif serta memiliki kinerja dan cita-cita yang besar untuk memajukan lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan., sehingga tujuan kepala madrasah untuk mencapai tujuan perubahan sebuah madrasah atau lembaga yang dipimpin sangatlah mudah tercapai. 3. Manajemen Perubahan Menurut Pidarta (1988: 14), menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer dalam menyusun sebuah perencanaan, koordinasi, pengarahan, kontrol/pengawasan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang dapat menjadikan sebuah organisasi atau lembaga menjadi lebih baik dari kemarin untuk mencapai tujuan. Menurut Robbins dan Coulter (2007: 5), menyatakan bahwa
manajemen
perubahan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1.
Faktor Eksternal Faktor Ekternal adalah sebuah kekuatan ekternal yang menciptakan kebutuhan akan datang perubahan dari berbagai sumber. Contohnya organisasi yang 21
membutuhkan karyawan di bidang tertentu, tentunya cara pengelolaan sumber daya mereka harus dirubah agar dapat membuat tertarik bagi orang-orang yang memiliki kemampuan dibidang yang akan dibutuhkan. 2.
Faktor Internal Faktor Internal adalah sebuah kekuatan internal yang dapat merangsang perlunya perubahan. Kekuatan internal ini cenderung berasal dari operasi internal organisasi tersebut atau dari dampak perubahan-perubahan eksternal. Contohnya karyawan baru merupakan kekuatan internal lain bagi perubahan. Para karyawan diperkenalkan peralatan baru, sehingga perlu menjalin pelatihan mengenai cara mengoperasikan peralatan baru itu, atau diminta untuk menentukan pola-pola neteraksi baru dalam kerja mereka.
4.
Madrasah Menurut Asari (1994: 44), menyatakan bahwa madrasah adalah sebuah lembaga pendidikan dasar atau menengah yang bersifat formal. Madrasah di sini merujuk pada lembaga pendidikan tinggi yang berkembang sangat luas pada masa Islam pra-modern, sebelum era universitas (Al-jami’ah). Ciri-ciri lembaga ini tidak dapat dicocokkan secara persis dengan lembaga pendidikan tinggi yang ada sekarang ini. Karena madrasah yang berkembang saat ini hanyalah tingkat dasar dan menengah, contohnya MI, MTs dan MA (Madrasah Aliyah). Menurut Nawawi (1985: 35), menyatakan bahwa madrasah adalah merupakan sebuah lembaga yang hanya terdapat didalam sebuah masyarakat manusia dan sebaliknya hanya masyarakat manusia yang memerlukan dan menyelenggarakan lembaga yang disebut madrasah.
5. Peran Kepala Madrasah Dalam Manajemen Perubahan 22
Menurut Buhler (2004: 8), menyatakan bahwa peran kepala madrasah dalam manajemen madrasah adalah: a) Merencanakan Sebagai seorang manajer atau kepala madrasah hendaknya membuat sebuah perencanaan yang nantinya untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Manajer harus menentukan arah tindakan yang akan diambil untuk masa depan, manajer harus mengumpulkan informasi dan membuat daftar kemungkinan alternatif. kemudia manajer harus memilih jalan alternatif sebagai pengambilan sebuah keputusan.
b) Mengorganisir Mengorganisir adalah fungsi kritis untuk setiap manajer. Mengorganisir melibatkan keputusan tentang bagaimana manajer membagi-bagi pekerjaan yang harus diselesaikan. c) Mengontrol Pengontrolan yang berhubungan dengan kinerja dan tidak berhubungan dengan melakukan supervisi yang bersifat memaksa atau pengelolaan mikro. Manajer melaksanakan fungsi pengontrolan dengan membandingkan kinerja sesungguhnya dengan kinerja yang diinginkan. d) Memimpin Memimpin disebut sebagai inti fungsi manajemen. Fungsi ini meliputi supervisi yang sesungguhnya terhadap karyawan. Penyebutan fungsi memimpin sebagai mengarahkan dalam beberapa literatur adalah pengistilahan yang tidak 23
cocok. Memimpin merupakan istilah yag lebih disukai dalam kebanyakan lingkaran manajemen. Beberapa organisasi yang progesif telah mengganti gelar “manajer” menjadi “pemimpin” untuk merefleksikan mentalitas baru ini. F. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Menurut Sukmadinata (2009: 59), menyatakan bahwa penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber data termasuk kategori penelitian lapangan. Dan ditinjau dari sifatsifat data maka termasuk dalam penelitian kualitatif. Maka penelitian ini berusaha mengungkap serta menjawab dari fokus penelitian. Agar hal yang diteliti dapat terungkap dengan baik dan jelas, maka diperlukan pengamatan dan wawancara yang mendalam guna untuk memperoleh data yang banyak dan rinci. Untuk itu digunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, dengan karakteristik pokok dari pendekatan ini adalah : a. Penelitian dengan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan, b. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain, merupakan alat pengumpulan data, c. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, d. Analisis data dilakukan secara induktif, e. Lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantive yang berasal dari data, f. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, g. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, h. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, i. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, j. Desain tidak disusun, k. Secara ketat namun disesuaikan di lapangan dan bersifat sementara. l. Hasil peneitian dirundingkan dan disepakati bersama. 24
Selain itu penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau orang-orang yang diamati. Berdasarkan definisi, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan upaya dalam menjawab permasalahan dengan mendiskripsikan data sebagaimana adanya, dari sudut pandang obyek sendiri yang tidak terlepas dari setting kajian. Dalam penelitian ini, semua karasteristik dari variable yang diteliti dideskripsikan sebagaimana adanya tanpa ada perlakuan atau pengendalian secara khusus. Subtantif penelitian seperti ini pada dasarnya adalah fenomena tentang dunia makna sehingga datanya bersifat kualitatif dengan latar alami. Dengan demikian jenis penelitian ini bersifat eksploratif dan diskriptif. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek/informan penelitian. 3. Lokasi Penelitian Peneliti memilih lokasi penelitian ini di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. 4.
Sumber Data Sukmadinata (2009: 114 ), menyatakan bahwa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data yang diambil melalui sumber data primer dan sumber data sekunder: a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden atau nara sumber. Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari pengurus yayasan, kepala madrasah, guru, siswa dan orang tua di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
25
b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku acuan yang sangat menunjang penelitian ini. 5. Prosedur Pengumpulan Data Menurut Black dan Champion (1992: 285-305),
menyatakan bahwa prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi. a. Teknik observasi Teknik observasi sebagai teknik ilmiah bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan tentang sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. Untuk mendapatkan data tentang peran kepala madrasah dalam manjemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari, peneliti harus menciptakan hubungan yang baik. Baik dengan lingkungan madrasah, kepala madrasah, guru-guru, dan siswa. Selain itu peneliti juga harus menumbuhkan rasa kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. b. Teknik wawancara Teknik wawancara yaitu suatu proses tanya jawab secara lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu melihat dan yang lain mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya. Teknik ini digunakan untuk melengkapi jawaban yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi, guna menunjang kevalidan data yang didinginkan. Sukmadinata (2009: 216), macammacam wawancara terbagi menjadi dua macam yaitu:
26
1) Wawancara secara individu adalah wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dan dilaksanakan secara individu. Contohnya pekerjaan kepala madrasah. 2) Wawancara secara kelompok adalah wawancara yang dilakukan untuk menghimpun data dari kelompok. Contohnya wawancara dengan suatu kelurga, wawancara dengan pengurus yayasan, dll. Adapun yang dilakukan oleh seorang peneliti dalam melakukan wawancara adalah 1) sebelum melakukan wawancara peneliti harus mempersiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara. 2) peneliti harus menciptakan hubungan baik dengan responden. Karena keterbukaan responden untuk memberikan jawaban atau respon secara objektif sangat ditentukan oleh hubungan baik antara pewawancara dengan responden. 3) hal yang lebih penting lagi untuk mendapatkan perhatian serius dari pewawancara adalah perekaman atau pencatatan data. Kalua situasi memungkinkan dalam arti ada kesediaan responden untuk direkam, tersedia alat perekam yang baik. 4) sebelum wawancara dilaksanakan sebaiknya disiapkan alat pencatat yang mencukupi. Alat pencatat dapat bersatu dengan pertanyaan atau pernyataan disusun dalam suatu format, ataupun dibuat terpisah. 5) dalam pembuatan catatan hasil wawancara, selain dicatat jawaban atau respon-respon dari responden yang langsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainnya baik yang dinyatakan secara verbal maupun non verbal. Tahapan-tahapan wawancara terdiri atas : 1) Menentukan siapa saja yang akan diwawancara, pada tahapan ini peneliti menentukan dimana dan siapa saja data penelitian aka dikumpulkan. 2) Mempersiapkan pelaksanaan wawancara, tahapan ini mencakup pengenalan karasteristik dari seluruh subyek penelitian.
27
3) Gerakan awal, tahapan ini menunjukkan kegiatan peneliti yang dimulai dengan semacam mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 4) Melakukan wawancara dan memelihara agar supaya menjadi produktif, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat spesifik. 5) Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara, artinya harus diadakan rangkuman terhadap seluruh hal-hal yang dikatakan responden dan mengecek kembali kepada responden yang bersangkutan barang kali responden masih ingin menambah demi kemantapan apa yag telah dikonfirmasikan. c. Teknik dokumentasi Menurut Moleong (2009: 216 ), menyatakan bahwa teknik dokumentasi adalah sekumpulan data verbal yang berbentuk dokumen, sertifikat, foto, rekaman kaset, dan lain-lain. Teknik ini digunakan untuk menghimpun data tentang hasil pengamatan tentang peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. 6. Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (1992: 10 ), menyatakan bahwa dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif yaitu pemberian predikat kepada variabel yang diteliti sesuai yang sebenarnya, serta analisis dan secara keseluruhan menggunakan analisis data yang diperoleh di lapangan. 7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut
Sukmadinata
(2009:
59),
menyatakan
bahwa
penelitian
ini
menggunakan metode deskriptif analitik. Analisis data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pertama, pemprosesan satuan dengan penandaan jenis informan, penandaan jenis lokasi, dan penandaan teknik pengumpulan data (wawancara, pengamatan atau
28
dokumentasi). Kedua, kategorisasi yaitu
menyusun kategori dan memasukkan data
kedalam kategori yang telah dibuat. Ketiga, menyuguhkan dan mendiskripsikan serta menganalisis data yang muncul dari kategori tersebut. 8. Tahap-tahap Penelitian Menurut Chadwick (1991: 43), untuk melakukan sebuah penelelitian harus menyiapkan tahap-tahap penelitian yaitu rencana. Adapun tahap-tahap/rencana dalam penelitian sebagai berikut: Tahap pertama ialah mengetahui sesuatu yang perlu diketahui. Tahap ini dinamakan tahap “orientasi atau memperoleh gambaran umum”. Dengan pengetahuan dasar penulis tentang situasi lapangan berdasarkan bahan yang dipelajari dengan berbagai sumber, pada tahap ini penulis harus mengadakan pendekatan secara terbuka kepada responden. Tujuan pada tahap ini memperoleh informasi atau data awal. Tahap kedua ialah “eksplorasi fokus”. Pada tahap ini penulis menyediakan waktu untuk menyusun “petunjuk” memperoleh data seperti petunjuk wawancara dan pengamatan. Pada tahap inilah pengumpulan data dilaksanakan, kemudian dianalisis dan diikuti dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan. Tahap ketiga ialah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika terdapat ketidak sesuaian maka perlu diadakan perbaikan. Tahap keempat ialah tahap merancang penulisan. Tahap ini hendaknya dijelaskan pada rancangan penulisan walaupun tidak dilakukan secara rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan
secara tepat, karena akan menjadi pegangan dalam
menyelesaikan secara keseluruhan penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tahap-tahap penulisan yag akan dilaksanakan adalah mulai dari penyerahan surat perizinan penulisan kepada MI Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
29
Setelah melewati proses tadi barulah penulis bisa melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan responden dan mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang telah direncanakan. G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut. Adapun sistematika penulisan skripsi, meliputi: Bab I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka berisi tiga subbab. Subbab pertama tentang manajemen madrasah meliputi: Pengertian Manajemen Madrasah, Latar Belakang Manajemen Madrasah, Konsep Dasar Manajemen Madrasah, Karasteristik Manajemen Madrasah, Fungsi Manajemen Madrasah, Pelaksanaan Manajemen Madrasah., Kunci Keberhasilan Manajemen Madrasah, Peran Kepala Madrasah Dalam Manajemen Madrasah. Subbab kedua tentang peran kepala madrasah meliputi: Hakekat Peran Kepala Madrasah, Kepala Madrasah Sebagai Manajer, Kepala Madrasah Sebagai Administrator, Kepala Madrasah Sebagai Supervisor. Subbab ketiga tentang manajemen perubahan meliputi: Pengertian Manajemen Perubahan, Memanage Perubahan, Tingkat-tingkat Perubahan, Faktor-faktor Penyebab Perubahan, Konsep-konsep Perubahan, Perubahan yang direncanakan oleh manajer dalam organisasi, Peran Kepala Madrasah Dalam Manajemen Perubahan. Bab III paparan data dan temuan penelitian yang terdiri dari lima subbab. Subbab pertama tentang gambaran umum MI Ma’arif Mangunsari. Subbab kedua tentang manajemen perubahan. Subbab ketiga berisi tentang peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan. Subbab keempat tentang hasil-hasil yang dicapai oleh kepala madrasah dalam membangun 30
manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. Subbab kelima berisi tentang kendala-kendala kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari empat subbab Subbab pertama tentang manajemen perubahan. Subbab kedua tentang peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan. Subbab ketiga tentang hasil-hasil yang dicapai oleh kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. Subbab keempat berisi tentang kendala-kendala kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013. Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. MANAJEMEN MADRASAH 1. Pengertian manajemen Menurut Samino (2010: 19), menyatakan bahwa manajemen menurut bahasa (etimologis) latin, yaitu manus yang berati tangan dan agere berarti melakukan, selanjutnya kata manus dan agre digabung menjadi manager yang artinya menangani. Manager diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dan kata bendanya management serta manager untuk orang yang melakukan manajemen. Akhirnya kata management tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau mengelola. Jadi majemen menurut bahasa adalah megatur atau mengelola atau mengurusi, bahkan memeriksa dan memimpin. Adapun yang diatur oleh kepala madrasah dalam manajemen adalah men, money, methods, material, machines, 31
and market, disingkat dengan 6 M dan semua aktivitas yang ditimbulkan dalam proses manajemen itu. Sedangkan manajer menurut istilah adalah suatu proses pengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan manajemen menurut istilah (terminologis) menurut Robbins dan Coulter (2007: 8), bahwa “istilah manajemen mengacu pada proses pengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Jadi untuk menuju perubahan suatu madrasah atau lembaga kepala madrasah harus membuat sebuah perencanaan yang mana perencanaan itu didalamnya terkait dengan manajemen dan pelibatan orang lain (guru, wali murid dan masyarakat)”, yang bekerja secara produktif, kreatif serta memiliki kinerja dan cita-cita yang besar untuk memajukan lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan., sehingga tujuan kepala madrasah untuk mencapai tujuan perubahan sebuah madrasah atau lembaga yang dipimpin sangatlah mudah tercapai. Jadi manajemen madrasah adalah merupakan model manajemen yang memberikan otonomi atau kemendirian yang lebih besar kepada madarasah. Model ini mendorong pengambilan keputusan yang melibatkan secara aktif dari semua warga madrasah sesuai standar mutu yang berkaitan dengan sarana dan prasarana, fasilitas madrasah, peningkatan kualitas kurikulum, dan pertumbuhan jabatan guru. Keputusan yang diambil harus melibatkan secara langsung semua warga madrasah, yaitu: guru, siswa, kepala madrasah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat yang berhubungan dengan program madrasah. Dengan adanya manajemen berbasis madrasah ini diharapkan ada parsitipasi warga madrasah secara aktif, sehingga membangun rasa memiliki bagi setiap warga madrasah dan dapat meningkatkan rasa tanggungjawab dan dedikasi warga madrasah. Untuk itu, maka kepemimpinan kepala madrasah harus kuat, kepemimpinan 32
yang kuat menggunakan gaya partisipatif, yaitu: memperdayakan semua komponen dalam komunitas madrasah. Dari teori di atas dapat di simpulkan bahwa manajmen adalah sebuah pengaturan atau pengelolaan pengkoordinasian yang dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin yang dapat mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. 2. Manajemen Madrasah Menurut Samino (2010: 218), menyatakan bahwa manajemen madrasah dalam bahasa Inggris disebut School Based Management, pertama kali muncul di Amerika Serikat Latar belakangnya diawali dengan munculnya pertanyaan masyarakat tentang apa yang dapat diberikan madrasah atau sekolah kepada masyarakat dan apa relevansinya serta korelasi pendidikan dengan kebutuha masyarakat. Kinerja madrasah saat ini dianggap tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dengan tuntutan siswa, terutama yang berkaitan dengan siswa yang terjun didunia usaha, madarsah dianggap tidak mampu memberikan hasil dalam konteks kehidupan yang kompetitif secara global. Dengan adanya fenomena tersebut madrasah atau sekolah mengantisipasi dengan melakukan upaya perubahan dan penataan manajemen sekolah atau madarsah. Akhirnya pemerintah dan masyarakat sepakat melakukan reformasi terhadap manajemen sekolah atau madrasah yang mengacu pada kebutuhan kompetitif. Pada awalnya sangat terasa adanya Undang-undang RI No 22 Tahun 1999 Tentang pemerintah Daerah. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa otonomi daerah (otda) dalam pelaksanaannya adalah otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab. Otonomi yang luas artinya mencakup semua bidang kecuali hankam, peradilan, moneter, dan fiscal, agama, polotik luar negeri, dan kewenangan lainnya.
33
Menerut Samino (2010: 218), menyatakan bahwa otonomi yang nyata artinya keluasan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang nyata ada dan diperlukan serta tumbuh dan berkembang di daerah. Otonomi yang bertanggung jawab yaitu pertanggungjawaban daerah sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenanagan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban daerah. Tujuan otonomi daerah dibidang pendidikan antara lain: a. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih dekat, cepat, mudah, murah, dan sesuai kebutuhan masyarat dengan menekankan prinsip demokratis dan berkeadilan, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa (memperhatikan potensi dan keaneragaman daerah), sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna. b. Pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat; c. Memberikan keteladanan, membangun kemauan; d. Mengembangkan budaya membaca, menulis, berhitung, dan memperdayakan seluruh komponen masyarakat; e. Pemerataan dan keadilan; f. Meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan; g. Akuntabilitas public; h. Transparasi; i. Meningkatkan daya saing diera global. Pada teori diatas bahwa manjemen madrasah yang sekarang ini dapat menjawab pertanyaan dari masyarakat, yang mana madrasah dahulu sangat tertinggal dalam hal pendidikan, tidak diminati oleh masyarakat, dan semua program pendidikan tidak sesuai dengan
apa
yang
diinginkan
oleh
masyarakat.
Selain
itu
pemerintah
juga
menyelanggarakan program otonomi daerah yang sesuai dengan Undang-undang RI No 22
34
Tahun 1999 Tentang otonomi daerah (otda). Sehingga madrasah yang sekarang ini akan menjadi madrasah yang banyak diminati oleh masyarakat dan masyarakat. 3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 51 ayat 1 sampai dengan ayat 3 disebutkan sebagai berikut: (a) Pengelolaan suatu pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis madrasah. (b)Pengelolaan satua pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan. (c) Keutamaan mengenai pengelolaan dan satuan pendidikan sebagaimana dimaksut pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Maka dari itu, MBM wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Rohiat, 2008: 55 dalam buku karangan Samino). Selanjutnya datang otonomi, fleksibilitas, partisipasi; dan terkait lainnya secara singkat dijelaskan sebagai berikut: 1) Otonomi; Dapat diartikan sebagai kemandirian, artinya: kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri serta merdeka atau tidak tergantung. Dengan kata lain, otonomi madrasah adalah kewenangan madrasah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga madrasah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga madrasah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan pendidikan yang berlaku. 2) Fleksibilitas;
35
Dapat diartikan keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memperdayakan sumberdaya madrasah seoptimal mungkin untuk meningngkatkan mutu madrasah. Meskipun demikian keluwesan yang dimaksud tetap dalam koridor kebijakan, peraturan dan undang-undangan yang berlaku. 3) Peningkatan partisipasi; Usaha menciptakan lingkungan yang demokratis, sehingga semua warga madrasah (guru, siswa, dan karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuan, pengusaha, dll) didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. 4) Keterbukaan; Yang dimaksud disini adalah keterbukaan dalam program dan keuangan, sedangkan kerjasama adalah adanya sikap dan perbuatan kebersamaan/kolektif untuk meningkatkan mutu madrasah. Berdasarkan uraian di atas, madrasah memiliki kemandirian yang lebih besar dalam mengelola madrsahnya (menetapkan sasaran, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu), memiliki fleksibilitas pengelolaan sumberdaya madrsah, dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan madrasah. Dengan adanya ketiga hal tersebut dan didukung oleh keterbukaan, dan nasional akan menjadi unit pendukung dan pelayanan madrasah, khususnya dalam peningkatan pengelolaan mutu. 4. Karasteristik Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Menurut Sagala (2004: 136-137), dalam buku karangan Samino yang berjudul Manajemen Pendidikan menyatakan bahwa, MBM memiliki karasteristik sama dengan madrasah yang efektif, yaitu:
36
a. Memiliki output (prestasi pembelajaran dan manajemen madrasah yang efektif) sebagaimana diharapkan; b. Efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi; c. Peran kepala madrasah yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia; d. Lingkungan dan iklim berjalan yang nyaman (enjoy learning) sehingga menjadi madrsah yang efektif; e. Analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, dan hubungan kerja, dan imbal jasa tenaga pendidikan dan guru sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik; f. Pertanggungjawaban (akuntabilitas) madrsah kepada public terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan; dan g. Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh madrasah sesuai kebutuhan riil. 5. Tujuan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Menurut Dj. II (2003: 19), dalam buku manajemen berbasis madrasah menyatakan bahwa, tujuan manajemen berbasis madrasah (MBM) adalah a) untuk meningkatkan efesiensi pendidikan, diperoleh melalui keleluasan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi; b) meningkatkan mutu pendidikan, diperoleh melalui revitalisasi partisipasi orang tua terhadap madrasah, fleksibilitas pengelolaan mdrasah dalam pembelajaran, peningkatan profesionalisme kepala madrasah dan guru; dan c) meningkatkan pemerataan pendidikan, dipeoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. 6. Manfaat Manajemen Berbasis Madrasah (MBM)
37
Menurut Dj. II (2013: 20), menyatakan bahwa manfaat manajmen berbasis madrasah (MBM) sebagai berikut: 1. MBS memberikan kebebasan dan kewenangan yang luas pada madrasah. 2. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumberdaya dan pengembangan strategi MBM sesuai dengan kondisi setempat. 3. Madrasah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru agar lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar. 4. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan partisipasi masyarakat dapat mendorong profesionalisme kepemimpinan madrasah. 5. Dengan adanya pemberian kebebasan terhadap madrasah, maka madrasah tersebeut dapat mengembangkan kurikulum dan guru dapat berkreatif dalam mengajar. Berdasarkan manfaat MBM, maka madrasah di beri kewenangan kebebasan dalam berinovasi untuk meraih kemajuan dalam pendidikan. Selain itu madrasah juga berhak mengembangka kurikulum dan program pendidikan yang sesuai keinginan masyarakat. 7. Kunci Keberhasilan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Semua proses manajemen yang dilaksanakan, termasuk MBM pasti menginginkan untuk dapat berhasil dengan baik. Untuk itu, dalam mengevaluasi keberhasilan MBM, sekolah-sekolah yang melaksanakan MBM harus membuat tonggak-tonggak kunci keberhasilan MBM dalam kurun waktu tertentu. Kunci keberhasilan MBS tersebut merupakan target-target hasil MBM yang akan dicapai dalam jangka menengah atau panjang (lima tahun) dan jangka pendek (satu tahun). Target tersebut menurut Rohiat (2008: 82), bersumber dari pemetaan pendidikan (kesamaan kesempatan antara siswasiswa desa dan kota, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, cacat dan tidak cacat, dan sebagainya), kualitas pendidikan (input, proses, output), efektivitas dan efisiensi pendidikan (angka kenaikan kelas, angka kelulusan, angka putus sekolah, dan sebagainya),
38
dan tata pengelolaan sekolah yang baik (good governance) yang meliputi partisipasi, transparansi, tanggungjawab, akuntabilitas, wawasan ke depan, penegakan hukum, keadilan, demokrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, dan kepastian jaminan hukum. Selanjutnya Rohiat memberikan contoh tonggak atau kunci keberhasilan tersebut, misal pada tahun 2005 rata-rata UAN sebuah sekolah adalah 6.00, tahun 2009 sebagai sekolah yang menerapkan MBM, rata-rata UAN menjadi 7.00. Jika target ini dirinci setiap tahun UAN yang akan dicapai berarti 6,25 pada tahun 2006, UAN 6,50 pada tahun 2007, UAN 6,75 pada tahun 2008, dan UAN 7,00 pada tahun 2009. UAN tersebut baru merupakan salah satu tolak ukur mutu sekolah yang ditargetkan, di samping itu masih banyak tolak ukur mutu sekolah yang lain, misalnya: budi pekerti, prestasi olah raga, kesenian, olimpiade, karya ilmiah remaja dan lainlainnya. Dan tolak ukur lainnya seperti kualitas input (guru, fasilitas, dan sebagainya), kualitas proses (PBM, kepemimpinan, dan sebagainya). Sebaiknya tonggak-tonggak kunci keberhasilan tersebut dibuat rinci yang terdiri atas program-program strategis, dan tonggak-tonggak kunci keberhasilan dan setiap program strategis. B. PERAN KEPALA MADRASAH Hakekat Peran Kepala Madrasah Menurut Partanto dan Barry (2001: 593), dalam kamus besar Bahasa Indonesia menerangkang bahwa pengertia peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah fungsi atau kedudukan
yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa. Sedangkan Menurut Mulyadi (2010: 72), menyatakan bahwa kepala madrasah adalah upaya-upaya pemimpin untuk mempengaruhi, merubah atau mempertahankan budaya organisasi yang kuwat untuk mendukung terwujudnya pencapaian tujuan serta visi.
39
Sugeng (2006: 43), dalam penelitiannya menjelaskan peran kepala madrasah adalah pengelola pendidikan yang diamanahi tugas untuk memimpin sekolah dengan pola-pola, dan hubungan kerja sama antar peran dimana mempunyai peran dan otoritas untuk mengarahkan pendidikan yang tujuannya adalah pemimpin tertinggi di sekolah yang bertugas untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan semua personal yang ada di bawahnya. Jadi, berdasarkan teori diatas peran kepala madrasah yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin guna untuk memajukan dan mengembangkan suatu madrasah menjadi lebih baik dari yang dulu menjadi yang sekarang ini. Selain itu kepala madarasah juga bertugas mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan semua personal yang ada di bawahnya agar dapat bekerja secara profesional serta bertanggung jawab kesuksesan semua kegiatan. Menurut Sudarwan (2005: 77), menjelaskan bahwa kepala madrasah harus mampu tampil atau beperan sebagai: 1) Administrator yang bertugas mejalankan keadministrasian. 2) Manajer yang menjalankan tugas-tugas manajerial. 3) Pemimpin yang menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. 4) Kepala madrasah yang menjalankan fungsi-fungsi kepala madarasah. 5) Motivator yang menjalankan fungsi memotivasi komunitas sekolah, baik dalam komunitas. 6) Negosiator yang menjalankan fungsi untuk melakukan kegiatan yang bersifat kontraktual. 7) Figuritas yang memerankan keteladanan kepada komunitas internal maupun eksternal. 8) Komunikator yang menjalankan fungsi sebagai juru bicara didalam madrasah maupun diluar madrasah.
40
Kepala madrasah yang memenuhi peran-pera tersebut akan dapat menjalankan tugas dan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan-peranan inilah yang mengarahkan kegiatan kepala madrasah dan memberikan corak tertentu pada penampilan sebagai kepala madrasah. Banyak para ahli yang memaparkan peran paran kepala madrasah sebagai pemimpin, administrator, dan supervaisor. Dengan demikian yang akan dipaparkan disini adalah tiga peran kepala madarsah tersebut. 1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin (leader) Pengertian kepemimpinan kepala madarasah Menurut Nawawi (1985: 90), pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungan pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan penuh tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin disebut kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan menggerakkan, memberi motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan. Kepemimpinan dapat juga diartikan kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Dalam Al Qur an terjemah surat Al baqoroh ayat 30. Allah berfirman:
Artinya:
ingatlah
ketika
Tuhan-Mu
berfirman
kepada
para
malaikat”Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Menurut Zakiah (1989: 14) dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, dijelaskan dalam sabda Rosulullah SAW: 41
Artinya: “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya”. Jadi, kepala madrasah sebagai seorang pemimpin bertindak sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk membimbing anak buahnya (para guru) sehingga tercapai
tujuan
bersama.
Kepala
madrasah
haruslah
dapat
menjalankan
kepemimpinannya dengan baik karena kedudukan kepala madrasah merupakan suatu bentuk menjalan amanah dari Allah. Menurut
Rohani
dan
Ahmadi
(1991:
89-90),
menjelaskan
bahwa
kepemimpinan kepala madrasah berfungsi sebagai berikut: 1) Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat,
baik
secara
perseorangan
maupun
kelompok
sebagai
usaha
mengumpulkan data dari anggota-anggota kelompok dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi didalam madrasah. 2) Mengembangkan
suasana
kerjasama
yang
efektif
dengan
memberikan
penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpinnya (para guru) sehingga timbul kepercayaan pada diri sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kempuan masing-masing. 3) Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut dan terlibat serta tanggung jawab didalam kegiatan sekolah. 4) Membantu
menyelesaikan
masalah-masalah
baik
yang
dihadapi
secara
perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkannya dengan kemampuan sendiri. 42
Jadi berdasarkan teori diatas kepala madrasah hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan seperti yag disebutka diatas. Dengan demikian, kepala madrasah akan lebih mudah menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin. Selain itu Peran kepala madrasah sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah juga: a) Sebagai pelaksana (excecutive) Seorang pemimpin tidak boleh hanya melaksanakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan atau memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya juga program yang telah ditetapkan bersama. b) Sebagai perencana (plainer) Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya atau tindakannya diperhitungkan dan bertujuan. c) Sebagai seorang ahli (expert) Seorang pemimpin haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpina yang dipegangnya. d) Mewakili kelompok dalam tindakan keluar (external group representative) Pemimpin harus menyadari bahwa baik buruknya tindakannya diluar kelompoknya mencerminkan baik buruknya kelompok yang dipimpin. e) Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
43
Seorang pemimpin harus menjaga jangan sampai terjadi penyelisihan dan berusa membangun hubungan harmonis dan menimbulkan semangat kerja kelompoknya. f) Bertindak sebagai pemberi ganjaran atau pujian dan hukuman (purvoyer of Reward dan punisment) Pemimpin harus membesarka hati anggotanya yang giat bekerja dan banyak sumbangannya terhadap kelompoknya, dan brani pula menghukum anggota yang berbuat merugikan anggotanya. g) Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mendiator) Pemimpin harus mampu bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan golongan dalam menyelesaikan perselisihan. h) Merupakan bagian dari kelompok (exemplar) Pemimpin adalah bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya sehingga segala tindakan dan usaha hendaknya dilakukan demi tujuan kelompoknya. i) Merupakan lambang daripada kelompok (syimbol of the group) Pemimpin hendaknya menyadari bahwa baik buruknya kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya. j) Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate of individual responsibility) Pemimpin harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan atas nama kelompok. k) Sebagai pencipta atau memiliki cita-cita (ideologst)
44
Pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi yang baik dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju arah yang telah dicita-citakan. l) Bertindak sebagai seorang ayah (father figure) Pemimpin dalam bertindak kepada anak buahnya (guru) hendaklah mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anaknya sehingga terjalin hubungan yang akrab. m) Sebagai kambing hitam (scape goat) Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya merupakan tempat melemparkan kesalahan atau keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu, pemimpin harus pula mau dan berani turut bertanggung jawab terhadap kesalahan anggotanya. Dengan melihat peranan-peranan tersebut, kiranya sangat berguna bagi kepala madrasah dalam menjalankan tugas dan perananya. Kepala madrasah merupakan seorang panutan bagi guru, jadi ia haruslah dapat memberikan contoh-contoh yang baik. Seorang kepala madrasah juga harus dapat memberikan bimbingan dan arahan serta perlindungan kepada guru. 2. Kepala madarasah sebagai administrator Menurut Nawawi (1984: 90-93), menyatakan bahwa admistrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Administrator adalah orang yang menjalankan kegiatan admistrasi. Tugas kepala madrasah sebagai admistrator dan bilamana diperinci adalah sebagai berikut:
45
1) Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam dan di luar madrasah. Bidang ini mencakup semua kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan mengatur proses belajar mengajar. Adapun tugas pokok kepala madrasah dalam mengatur kegiatan prosses blajar mengajar yaitu: (a) Menyusun program catur wulan/semester dan program tahunan, termasuk juga pembagian tugas mengajar. (b)Menyusun jadwal pelajaran setiap tahun. (c) Mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pelajaran dan pembagian waktu yang digunakan. (d)Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar. (e) Mengatur norma kenaikan kelas. (f) Mengatur pencatatan kemajuan pelajaran murid. (g) Mengatur usaha-usaha peningkatan perbaikan pengajaran (melaksanakan supervise intern) (h)Mengatur program pengisian waktu-waktu kosong karena guru berhalangan hadir. 2) Bidang ketatausahaan dan keuangan madrasah Bidang ini merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kegiatan yang harus dilakukan ialah: (a) Menyelenggarakan surat menyurat. Mengatur penerimaan keuangan. (b)Mengelola penggunaan keuangan. (c) Mempertanggungjawabkan keuangan. 3) Bidang kesiswaan
46
Administrasi kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan siswa yang meliputi: (a) Mengatur penerimaan murid berdasarkan peraturan penerimaan murid baru. (b) Mengatur program bimbingan dan penyuluhan. (c ) Mencatat kehadiran dan ketidak hadiran guru dan murid. (c) Mengatur program ko-kurikulum. (pramuka, UKS, dan lain-lain) (d) Mengatur mutasi (kepindahan) murid. 4) Bidang personalia atau kepegawaian Administrasi personalia bertujuan untuk mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang optimal. Personil madrasah meliputi tenaga edukatif (tenaga fungsional) dan tenaga admistratif (tenaga struktual). Tenaga edukatif terdiri dari unsur karyawan. Untuk itu, kegiatan bidang personalia meliputi: (a) Mengiventarisasi personalia. (b) Mengusulkan formasi guru dan merancanakan pembagian tugas-tugas guru, termasduk menghitung beban kerja guru. (c) Mengusulkan pengangkatan, kenaikan pangkat, perpindahan guru dan administrasi kepegawaian lainnya. (d) Mengatur kesejahteraan sosial staf sekolah. (e) Mengatur pembagian tugas bilamana guru sakit, cuti, pension dan lain sebagainya. 5) Bidang hubungan madrasah dengan masyarakat. Menurut Pidarta (1988: 100), hubungan madrasah dan masyarakat dapat dibedakan menjadi external public relation (humas keluar) dan internal public relation (humas kedalam). Humas keluar merupakan hubungan kepada public
47
terhadap masyarakat di luar warga madrasah. Kegiatan humas keluar misalnanya rapat bersama dengan pengurus BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan), berkonsultasi dengan tokoh masyarakat dan pengawas (atasan). Humas ke dalam merupakan publisitas kedalam yang sasarannya tidak lain adalah warga madrasah yang bersangkutan, yaitu kepala madrasah, para guru, tenaga admistrasi (TU), dan seluruh siswa. Kegiatan humas ke dalam misalnaya berupa rapat dewan guru, upacara sekolah, karyawisata, penyebaran informasi melalui bulletin sekolah, penyelenggaraan majalah dinding dan lain sebagainya. Dengan ke empat bidang tersebut, kepala madarsah sebagai administrator harus
memiliki
kemampuan
dan
ketrampilan
dalam
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan yang diselenggarakan di madrasah ibtida’iyah. 3. Kepala Madrasah Sebagai Supervisor 1) Pengertian kepala madrasah sebagai supervaisor Menurut Subroto (1988: 123), dalam buku Administrasi Pendidikan dijelaskan bahwa supervise adalah aktivitas menentukan kondisi atau syaratsyarat yang esensial yag akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Supervise ialah pembinaan yang diberika seluruh staf sekolah/madrasah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Jadi, Supervisor adalah orang yang menjalankan supervisi. Kepala madrasah sebagai supervisor hendaknya selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk meningkatkan kemampuan guru baik dari segi mengajar guru maupun menjalakan tugas-tugas madrasah. Kepala madrasah hendaknya pandai meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana sajakah
48
yang sanagat diperlukan bagi peningkatan kemampuan guru sehingga tujuantujuan pendidikan di madrasah semaksimal mungkin bisa tercapai. Ia harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada, yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi. Kepala madarsah sebagai supervisor bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yag berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Jadi tugas ini mencakup bidang berbaikan dan pengembangan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Adapun tugas kepala madrasah sebagai supervisor dalam pembinaan kurikulum sebagai berikut: (a) Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat. (b)Membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat. (c) Mengadakan kunjunga kelas yang teratur, untuk observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru, (d)Pada awal tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai kurikulum yang berlaku. (e) Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum pelaksanaan dimadrasah. (f) Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penelitian bersama terhadap program madrasah.
49
Tugas kepala madrasah sebagai supervisor yaitu: 1) merancang, mengarahkan dan mengkoordinasi semua aktivitas agar madrasah berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan madrasah, 2) membimbing guru agar menjalankan tugasnya dengan penuh semangat dan kegembiraan, 3) menjaga suasana baik dalam madrasah, 4) melaksanakan hubungan baik ke dalam maupun ke luar, dan 5) menjaga koordinasi antar gruru. Adapun kegiatan-kegiatan yang perlu mendapat supervise dari kepala madrasah yaitu: (a) Guru: mengenai semangat atau pengabdian, kecakapan, keahlian, ketajian, ketekunan, tanggung jawab, ketertiban, dan sebagainya. (b)Murid: menegenai kerajinan, kesehatan, umur, semanagat kesusilaan, perkembangan, sikap hidup, usaha, prestasi, pembawaan dan sebagainya. (c) Prasana: mengenai gedung, halaman, kesehatan, keamanan, lingkungan alat pelajaran/peraga, dan sebagainaya. (d)Tingkat perkembangan dalam usaha mencapai tujuan sekolah. (e) Suasana: mengenai suasana guru, suasana murid, suasana siswa, dan suasana madrsah. (f) Pelaksanaan program kerja, yang sudah ditentukan bersama dalam rapat. (g) Koordinasi antar saksi-saksi, subseksi dalam organisasi madrasah. (h)Partisipasi. (i) Komunikasi ke dalam dan ke luar. (j) Ketatalaksanaan, dan sebagainya. Kepala madarsah sebagai supervisor berperan membantu meningkatkan situasi belajar pada umumnya dan membantu guru, agar ia mengajar lebih baik dengan demikian siswa dapat belajar lebih baik lagi. Selain itu, tugas utama
50
kepala madrasah sebagai seorang supervisor mencakup dua bidang kegiatan yaitu kegiatan administrasi dan kegiatan pembelajaran atau supervisi klinis.
(a) Kegiatan administrasi Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh kepala madrasah meliputi kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru dan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. (b) Supervise klinis Merupakan suatu proses, yang terdiri dari sejumlah tahapan yang berbentuk siklus. Banyak teori memberikan deskripsi yang berbeda mengenai sikus supervise klinik, namun sebenarnya langkah-langkah ini bisa dikembangkan pada tiga tahap esensial yag berbentuk siklus. Ketiga tahap itu meliputi: tahap pertemuan awal, tahab observasi mengajar, dan tahap pertemuan balikan. C. MANAJEMEN PERUBAHAN 1. Pengertian Manajemen Perubahan Menurut Winardi (2005: 61), menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah suatu konsep perubahan yang direncanakan (Planned Change) dan perubahan yang tidak direncanakan (Unplanned Change) yang dilakukan individu atau kelompok dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan setelahnya. Menurut Pidarta (1988: 14), menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer dalam menyusub sebuah perencanaan, koordinasi, pengarahan, kontrol/pengawasan untuk mencapai
51
sasaran atau tujuan yang dapat menjadikan sebuah organisasi atau lembaga menjadi lebih baik dari kemarin untuk mencapai tujuan. Dari uraian di atas maka seorang manajer dalam mencapai tujuan manajemen perubahan sangatlah mudah. Selain itu Pidarta juga menjelaskan bahwa untuk mewujudkan sebuah manajemen perubahan dalam sebuah organisasi atau lembaga, seorang manajer juga harus harus memiliki empat ketrampilan dalam menyusun sebuah konsep yaitu: a.
Menentukan strategi;
b.
Membuat sebuah kebijakan yang tegas;
c.
Mengkreasikan atau merencanakan suatu yang baru; dan
d.
Memutuskan. Menurut Hamalik (2010: 135), menyatakan bahwa manajemen perubahan
merupakan perencanaan suatu rangkaian tindakan untuk ke depan atau masa yang akan datang. Perencanaan tersebut bertujuan untuk mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Dan perencanaan itu disusun oleh seorang manajer atau kepala madrasah. Dalam menyusun sebuah perencanaan yang baik seorang manajer harus memperhatikan 5 unsur khusus: 1) Tujuan di rumuskan secara jelas. 2) Komprehensif, namun jelas bagi staf dan anggota organisasi. 3) Hierarki rencana yang terfokus pada daerah yang paling penting.
52
4) Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. 5) Layak, memungkinkan perubahan. Jadi, dengan ke 5 unsur dalam menyusun perubahan dalam sebuah madrasah, seorang manajer sangatlah mudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Bateman dan Snell (2008: 154), menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh seorang manajer atau kepala madrasah yang meliputi perencanaan dan sasaran. Perencanaan (plans) adalah tindakan atau cara manajer yang digunakan untuk mencapai sasaran. Sedangkan sasaran (goals) adalah target atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh manajer atau kepala madrasah. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2002: 104), menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah mengimplementasikan sebuah strategi dan menganalisis sebuah perubahan yang mungkin akan dialami perusahaan atau sebuah lembaga pendidikan akibat dari formulasi strategi yang telah disepakati pada tahap sebelumnya. Analisis tentang perubahan ini bertujuan untuk memberikan sebuah gagasan yang jelas dan terperinci mengenai seberapa banyak perusahaan atau sebuah lembaga pendidikan harus berubah berhasil dalam mengimplementasikan sebuah strategi. Perubahan yang dianalisis dalam tahap ini dipandang sebagai proses perubahan dari yang sangat sederhana seperti tidak adanya variasi dalam strategi antara yang lampau, saat ini dan mendatang, sampai perubahan yang sangat kompleks dalam misi sebuah organisasi, yang mempertanyakan kembali esensi perusahaan atau organisasi. Menurut Hariyadi (2012: 43), menyatakan bahwa manajemen perubahan sangat identik dengan kehidupan manusia. Maksudnya setiap manusia pasti mengalami siklus kehidupan yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dari sejak lahir, melewati 53
masa kanak-kanak, ramaja, muda, dewasa, tua, dan lajut usia. Pada tiap-tiap fase kehidupan itu, terjadi perbedaan dalam berbagai hal baik pada diri mausia itu sendiri, maupun dalam aktivitas dan lingkungan. 2. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Menurut Winardi (2005: 40), menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab peubahan disebabkan adanya kekuatan eksternal dan internal, yang saling berinteraksi hingga mereka saling memperkuat antara satu sama lainnya. Para manajer bereaksi antara faktor-faktor tersebut, sering kali menimbulkan dampak-dampak penting antara individu-individu, yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. Guna bertahan dan berkembang, maka organisasi perlu bereaksi dan menyesuankan diri terhadap berbagai macam kekuatan tersebut. Mereka perlu melaksanakan kegiatan inovasi dan berkesinambungan
memperbaiki produk serta jasa-jasa mereka guna memenuhi
permintaan konsumen yang berubah dan guna menghadapi pihak-pihak pesaing. Winardi (2010: 65), juga menjelaskan penyebab terjadinya perubahan, disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya: a. Faktor Ekonomi Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. b. Faktor Sosial Faktor-faktor sosial mempengaruhi suatu perusahan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan dimana perusahaan beroperasi. c. Faktor Politik dan Hukum
54
Arah dan stabilitas dari faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter hukum dan bagaimana pengaturan perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. d. Faktor Teknologi Faktor
tenologi
sebagaimana
faktor-faktor
lain
dalam
lingkungan
umum
merefleksikan kesempatan dan ancaman bagi perusahan. Kemajuan teknologi secara dramatis telah mengubah produk, jasa pasar, distributor, pesaing, pelanggan, proses manafaktur, praktik-praktik pemasaran dan posisi persaingan. Dari ke empat faktor lingkungan yang menyebabkan perubahan dalam suatu perusahaan atau lembaga, maka perubaha tersebut sangatlah mudah dan dapat tercapai tujuan yang diingingkan. 3. Tingkat-Tingkat Perubahan Organisasi Menurut Winardi (2004: 61), menyatakan bahwa ada dua macam untuk menganalisis tingkat-tingkat perubahan keorganisasian atau lembaga pendidikan. Salah satu metode adalah mempelajari tingkat-tingkat individu kelompok dan tingkat keorganisasian, dan metode kedua adalah mempelajari tingkat perubahan yang diperlukan pada kelompok yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Kombinasi antara tingkat dan derajat atau tingkat perubahan yang menghasilkan sebuah matriks hubungan-hubungan tersebut. a. Perubahan pada tingkat individu Perubahan-perubahan pada tingkat individual jarang meninmbulkan implikasi signifikan, bagi organisasi yang bersangkutan secara total, walaupun
55
terdapat adanya kekecualian tertentu pada saat-saat tertentu. Contoh-contoh perubahan pada tingkat individual misalnya perubahan pada penugasan pada pekerjaan, dipindahkannya karyawan yang bersangkutan pada lokasi yang berbeda, atau perubahan kondisi kedewasaan individu yang bersangkutan, yang terjadi dengan berlangsungnya waktu. b. Perubahan Pada Tingkat Kelompok Kebanyakan perubahan keorganisasian menimbulkan dampak besar, pada tingkat kelompok. Hal tersebut disebabkan oleh karena kebanyaknya kegiatan didalam organisasi-organisasi di organisasi pada basis kelompok. Kelompok yang dimaksud adalah departemen-departemen, tim-tim proyek, unit-unit fungsional di dalam departemen, atau kelompok-kelompok kerja informal. Perubahan-perubahan pada tingkat ini dapat mempengaruhi arus pekerjaan, desain pekerjaan, organisasi sosial, sistem-sistem pengaruh dan status, dan pola-pola komunikasi. Dengan demikian, para manajer dalam hal mengimplementasikan perubahan, perlu mempertimbangkan faktor-faktor kelompok. c. Tingkat Keorganisasian Perubahan yang terjadi pada tngkat keorganisasian pada umumnya dinyatakan orang sebagai pengembangan organisasi (organizational developmen). Secara teknikal, istilah pengembangan organisasi berkaitan dengan setiap perubahan yang direncanakan, di dalam setiap organisasi. Contoh: tindakan reorganisasi struktur dan tanggung jawab organisasi yang bersangkutan, perombakan total sistem imbalan perusahaan tersebut, atau perubahan-perubahan besar dalam sasaran-sasaran organisasi yang bersangkutan. Menurut Purnama dan Zulkieflimansyah (2002: 104), menyatakan bahwa tingkat-tingkat perubahan sebagai berikut:
56
1. Tidak Ada Perubahan Yang Signifikan (Continuation) Pola ini terjadi karena adanya pengulangan strategi yang sama dengan strategi yang digunakan dalam periode sebelumnya. Karena sama sekali tidak membutuhkan keahlian baru dan tidak adanya tugas yang belum dikenal, maka keberhasilan proses pengimplementasian strategi semata-mata ditentukan oleh pemantauan kegiatan untuk memastikan kegiatan yang telah ditentukan. Pada level ini experince curse effect (belajar dari pengalan terdahulu) dapat membantu mengimplementasi strategi yang lebih efisien. Pola ini merupakan pola yang sederhana karena dengan formulasi strategi baru pada perusahaan atau lembaga masih berada dalam industri yang sama dan produknyapun relatif tidak berubah. 2. Perubahan Rutin (Routine Change) Perubahan rutin merupakan perubahan pada market appeal yang digunakan pada perusahaan untuk memikat pelanggan. Perusahaan biasanya merubah appeal dari iklannya, memperbarui dan menyesuaikan kemasan, menggunakan taktik harga yang berbeda-beda, dan mungkin saja merubah distributor atau metode distribusinya. Pada kata lain perusahan yang terjadi bukanlah perusahaan yang signifikan, karena perusahaan masih berada pada industri yang sama serta format organisasinyapun tidak berubah. Satu hal penting dalam perubahan rutin adalah melibatkan positioning repostioning produk dalam benak pelanggan. 3. Perubahan Terbatas (Limited Chage) Perubahan ini disebabkan karena adanya penawaran produk baru kepada pelanggan baru dalam golongan produk umum yang sama. Pada tingkat perubahan ini, terdapat banyak variasi karena produk dapat menjadi baru dalam berbagai cara. Untuk itulah walaupun perusahaan masih berada didalam industri yang sama, akibat
57
adanya variasi atau perubahan produk, format organisasipun ikut mengalami perubahan. 4. Perubahan Radikal (Radical Change) Merupakan suatu organisasi besar-besaran dalam perusahaan. Jenis perubahan ini bisa dilakukan pada saat terjadi marger dan akuisisi. Tetapi masih ada dalam industri yang sama. Akuisisi dan marger ini dapat menjadi kompleks, apabila perusahaan ingin mengintegrasikan dua perusahaan secara utuh. Perolehan suatu perusahaan baru kadangkala tidak hanya berakibat kepada diperolehnya sebuah produk yang baru, tetapi juga mengonfontrasikan masalah-masalah hukum, kompleksitas pengembangan struktur organisasi baru, dan sering kali untuk menggabungkan keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang bertentangan. 5. Organizational Redirection Melibatkan marger dan akuisasi perusahaan yang berasal dari industri yang sama sekali berbeda. Tingkat perubahan ini sangat tergantung pada bagaimana perbedaan industri tersebut dan bagaimana melakukan sentralisasi manajemen dari perusahaan baru. Bentuk lain dari organizional redirection muncul pada saat perusahaan meninggalkan suatu industri dan memasuki industri yang baru. Jenis ini merupakan perubahan kompleks. Perubahan ini melibatkan perubahan misi perusahaan dan membutuhkan rangkaian keahlian dan teknologi yang baru dikembangkan. 4. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan. Menurut Winardi (2004: 69), menyatakan bahwa faktor penghambat perubahan adalah para individu-individu dan tingkat keorganisasian yang menentag perubahan. Teori-teori tentang organisasi dan prilaku keorganisasian mengajarkan kita bahwa kepribadian, persepsi, pembelajaran, dan motivasi merupakan karasteristik dasar,
58
individu-individu yag menyebabkan mereka cenderung menentang perubahan. Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa individu-individu menentang perubahan: a. Persepsi selektif Kita mengetahui bahwa manusia sering kali mempersepsi hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Andai kata perubahan terjadi, maka para individu cenderung memeusatkan perhatian mereka pada persoalan bagaimana mereka akan mendapatkan pengaruh secara pribadi, dari pada memandang gambaran lebih luas tentang perubahan tersebut bagi organisasi dimana mereka bekerja.
b. Kurangnya informasi Manusia menentang perubahan, karena mereka tidak memiliki (cukup banyak) informasi tentang apa yang diekspektasi dari perubahan tersebut, atau mengapa kiranya perubahan tersebut demikian penting. Adanya kata alasan-alasan bagi adanya perubahan tidak diterangkan secara jelas, maka manusia cenderung mengisi kekurangan-kekurangan informasi yang mereka rasakan dengan tindangan spekulasi, yang kerap kali mengasumsi menekankan sisi keburukan dari pihak yang melaksanakan perubahan tersebut, dan dampak buru bagi diri pribadi mereka masing-masing. c. Perasaan takut terhadap hal yang tidak diketahui Individu-individu menentang perubahan apabila mereka tidak memiliki kepastian tentang bagaimana perubahan tersebut akan mempengaruhi kesejahteraan mereka. Mungkin mereka mengajukan pertanyaan: ”bagaimanakah perubahan tersebut akan mempengaruhi kepastian pekerjaan (job security). Pihak lain, risau tentang ketidakmampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, atau ketidak mampuan untuk melakukan tugas-tugas sebaik
59
mereka melaksanakannya sebelum perubahan terjadi. Di samping itu, perasaan takut tentang kemungkinan terjadinya kehilangan jabatan, status, atau kekuasaan yang sudah dimiliki. Ada juga kemungkinan bahwa pekerjaan akan kurang begitu menyenangkan atau menjadi lebih sulit, setelah perubahan dilaksanakan dan timbul kemungkinan hilangnya interaksi-interaksi sosial yag disenagi. d. Kebiasaan Banyak orang yang mempreferensi kegiatan dan kejadian-kejadian yang sudah biasa dihadapi mereka, sekalipun hal tersebut tidak optimal. Perhatikan misalnya
upaya
seorang
perokok,
yang
ingin
memnghentikan
kebiasaan
merokoknya, atau seseorang yang berupaya untuk mengatasi kebiasaan tidak berolahraga. Mengubah suatu kebiasaan sangat sulit, karena hal tersebut memerlukan upaya keras , dan hal itu juga berarti bahwa terpaksa dikorbankan manfaat yang dipersepsi dalam pikiran orang tentang kebiasaan yang ada, sekalipun perilaku baru akan menimbulkan dampak yang lebih menguntungkan. e. Penolakan terhadap pihak yang menginisiasi perubahan Andai kata sesuatu perubahan terkesan bersifat arbitrer, atau tidak masuk akal, atau penetapan waktunya, dan cara pengimplementasiannya kurang menarik minat orang-orang yang diekspektasi melaksanakannya maka akan timbul kejala, di mana sikap penolakan dan amarah sering kali ditunjukkan kepada pihak yang memulai (menginisiasi) perubahan tersebut. Organisasi-organisasi yang menjadi penghambat terjadinya perubahan adalah organisasi-organisasi yang menentang perubahan:
a) Stabilitas Struktural
60
Kita mengetahui bahwa pada umumnya organisasi-organisasi menciptakan hierarki, subkelompok-subkelompok, peraturan-peraturan, serata prosedur-prosedur guna memelihara ketertiban dan guna membina perilaku. Orang-orang yang sesuai kriteria perilaku yang didambaka tersebut ditempatkan dan mereka dibentuk lebih lanjut melalui proses sosialisasi dan pengkondisian keorganisasian. Struktur-struktur, peraturan-peraturan, dan pengkondisian tersebut, didesain guna mengembangkan perilaku-perilaku yang dapat diramalkan dan yang dapat diprediksi. Perilaku-perilaku demikian pada umumnya menentang perubahan perlu juga diingatkan bahwa suatu organisasi merupakan sebuah sistem struktur-struktur atau subsistem-subsistem yang berinterelasi. Apabila terjadi perubahan suatu wilayah, maka hal tersebut akan menimbulkan dampak pada wilayah lain yang mungkin tidak dapat diterima. b) Suboptimasi Fungsional Perbedaan-perbedaan
dalam
orientasi
fungsional,
tujuan-tujuan,
dan
ketergantungan pada sumberdaya dapat menyebabkan timbulnya perubahanperubahan yang diaggap menguntungkan, bagi unit fungsional tertentu, tetapi yang oleh unit lainnya mungkin dianggap merugikan, atau merupakan ancaman. Unit-unit fungsional
biasanya
mementingkan
diri
mereka
sendiri,
apabila
mereka
mengevaluasi perubahan-perubahan potensional. Mereka membantu perubahanperubahan yang menyebabkan kesejahteraan mereka meningkat, dan mereka menentang hal-hal yang merugikan mereka. c) Kultural Keorganisasian Dalam teori perilaku keorganisasian, ada pendapat mengatakan bahwa kultur keorganisasian maksudnya nilai-nilai, norma-norma, dan ekspektasi-ekspektasi yang telah berakar, memengaruhi cara berpikir dan berperilaku yang dapat diprediksi. Para
61
anggota
keorganisasian
menentang perubahan
yang
menyebabkan
mereka
melepaskan asumsi, dan cara-cara yang disepakati untuk melaksanaka tugas-tugas. d) Norma-norma Kelompok Kelompok-kelompok pada umumnya mengembangka norma-norma mereka sendiri guna membantu pengembangan perilaku yang dianggap baik oleh mereka. Kebanyakan anggota organisasi, mengikuti norma-norma tersebut, terutama pada kelompok-kelompok yag bersifat kohesif. Maka, setiap perubahan-perubahan yang menyebabkan rusaknya norma-norma kelompok, tugas-tugas, atau hubunganhubungan
peranan
yang
cenderung
ditentang.
Kelompok-kelompok
juga
melaksanakan suboptimasi gunamemastikan kepentingan-kepentingan diri sendiri yang sering kali mengorbankan organisasi yang lebih besar. Menurut Buhler (2004: 367), menyatakna bahwa faktor penghambat suatu perubahan dalam individu dan organisasi sebagai berikut: a) Semangat rendah b) Tingginya tingkat ketidakpuasan pegawai c) Komunikasi yang buruk d) Pengambilan keputusan yang salah e) Rendahnya produktivitas dan kualitas kerja f) Menurunnya produktivitas peralatan g) Hubungan dengan karyawan yang buruk h) Kemacetan kerja i) Tingginya angka kecelakaan j) Tingginya angka pergantian karyawan k) Tingginya tingkat kelambanan l) Tingginya angka absensi
62
5. Cara Mengatasi Tantangan Terhadap Perubahan Menurut Winardi (2004: 79), menyatakan bahwa untuk mengatasi tantangan terhadap suatu perubahan sebagai berikut: a. Pendidikan dan Komunikasi. Pesan yang disampaikan kepada para manajer yang ingin melaksanakan proses perubahan adalah: upayakan agar supaya pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan tersebut memahami apa saja alasan dibelakang tindakan perubahan tersebut, bagaimana bentuknya dan bagaimana dampak-dampak yang dapat diduga akan timbul. b. Partisipasi dan Keterlibatan. Bantulah dan berilah dorongan kepada semua pihak yang terlibat dalam semua proses dan aktivitas perubahan tersebut untuk membatu dan mendesain dan mengimplementasi perubahan tersebut, dalam rangka upaya mendapatkan ide-ide mereka, dan untuk memastikan komitmen mereka. c. Fasilitas dan Bantuan. Berilah dorongan, bantuan, pelatihan, konseling, dan sumber-sumber daya kepada semua pihak yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut, membantu mereka menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru yang muncul. d. Negosiasi dan Persetujuan. Tawaran-tawaran untuk menyediakan insentif-insentif sebagai imbalan untuk persetujuan menerima perubahan. e. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi berarti mengatur dan secara selektif memanfaatkan informasi dan insentif-insentif yang terimplikasi guna memaksimasi kemungkinan penerimaan terhadap perubahan. Menurut Buhler (2004: 373), menyatakan bahwa untuk mengatasi tantangan terhadap perubahan dalam individu dan organisasi sebagai berikut: a) Tinjauan kembali beban kerja. Menuntut terlalu banyak kepada pegawai bisa menimbulkan stres dan akhirnya menurunkan tingkat prestasi.
63
b) Hilangkan delima etika bila mungkin. Kalau nilai-nilai dan etika pegawai jauh lebih sepadan dengan nilai nilai dan etika manajer, maka kemungkinan stres bisa dikurangi. c) Ciptakan pekerjaan yang menarik bigi para karyawan. Pekerjaan yang rutin dan membosankan sering membuat stres. d) Sadari bahwa tingkat kebosenan dan stres pada setiap orang. Hanya karna keadaan tertentu tidak menyiptakan setres bagi manajer, tidak berarti keadaan tersebut tidak menyebabkan stres bagi salah satu pegawai. Amati tanda-tanda stres dan berpikiran terbukalah. e) Sadari bahwa ada kehidupan (dan juga stresor) diluar pekerjaan. Sebagaian dari tanggung jawab manajer, yaitu membantu para pegawai menyembangkan masalah kerja dan bukan kerja (termasuk stresor). Stresor bukan kerja bisa memengaruhi prestasi pegawai pada suatu pekerjaan. f) Libatkan karyawan dalam perubahan. Ketidak pastian dan sesuatu yang tidak diketahui bisa menimbulkan stres. Melibatkan orang-orang pada perubahan yang akan berdampak pada mereka bisa membantu mengurangi stres tersebut. g) Dorongan karyawan agar mempunyai gaya hidup yang lebih sehat. Sekarang banyak organisasi
di Amerika memberi insentif kepada para karyawan agar
menurunkan berat badan atau berhenti merokok. Semakin banyak pusat kebugaran dibangun di tempat kerja agar karywan lebih sehat. h) Beri contoh yang bagus. Jadilah teladan dalam pencegahan stres. i) Tentukan tingkat stres optimal bagi setiap karyawan. Setiap orang memerlukan stres, tetapi tingkat stres optimal berbeda-beda dari satu orang keorang lain.
64
j)
Pelajari tempat stresor. Manajer hanya bisa membantu mengatasi stresor yang manajer ketahui keberadaannya. Ubah suasana dan lingkungan bila memungkinkan untuk menghilangkan stresor yang tidak diperlukan.
k) Kembangkan suasana yang mendukung. Suasana yang tidak begitu formal lebih mendukung. Birokrasi yang formal dan kaku cenderung menimbulka lebih banyak stres. l)
Gunakan perencanaan karier. Rencana aksi karier memungkinkan karyawan untuk mengetahui langkah merasa selanjutnya sehingga mengurangi ketidakpastian tentang masa depan yang bisa menyebabkan stres.
6. Peran Kepala Madrsah Dalam Manajemen Perubahan Menurut Mulyadi (2010: 93), menyatakan bahwa peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di madrasah adalah mengembangkan dan mengelola organisasi madrasah secara professional. Karena kepala madrasah merupakan peran utama dalam meningkatkan keefektifan dan efesiensi madrasah. Posisi kepala madrasah sebagai penanggungjawab kesuksesan atau kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran akan sangat tergantung pada upaya mengoptimalkan peran dan tugas kepemimpinan secara efektif. Sisi penting dari organisasi madrasah adalah budaya organisasi yang dikembangkan kepala madrasah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Adapun langkah-langkah kepala madrasah dalam meningkatkan perubahan dalam sebuah madrasah menjadi lebih mutu dan berkualitas adalah: a. Mengadakan riset pelanggan dan menggunakan hasilnya untuk perencanaan produk pendidikan (plan). b. Menghasilkan prodsuk pendidikan melalui proses pembelajaran (do). c. Memeriksa produk pendidikan melalui evaluasi pendidikan/evaluasi pembelajaran, apakah hasilnya sudah sesuai rencana atau belum (chek).
65
d. Memasarkan produk pendidikan dan menyerahkan lulusannya kepada orang tua atau masyarakat, pendidikan lanjut ataupun di dunia usaha (analyze). e. Menganalisis bagaimana produk tersebut di terima di pasar, baik-baik pada pendidikan lanjut ataupun di dunia usaha dalam hal kualitas, biaya dan criteria lainnya (analyzi). Jadi, jika kepala madrasah mengusai langkah-langkah tersebut, untuk mengembangkan perubahan dalam sebuah madrasah dalam menuju perubhan pendidikan yang lebih bermutu akan mudah tercapai tujuan tersebut. Mulyadi juga menjelaskan langkah-langkah bagi seorang kepala madrasah yang bisa dijadikan pedoman untuk melakukan perencanaan manajemen perubahan dalam sebuah madrasah, yaitu: Identifikasi kebutuhan perubahan dalam madrasah. Budaya organisasi saat ini merupakan budaya kualitas jika memenuhi criteria sebagai berikut: 1) Komunikasi terbuka dan terus-menerus. 2) Saling mendukung partnership internal. 3) Menggunakan pendekatan kerja tim dalam menyelesaikan masalah. 4) Berobsesi terhadap perbaikan terus-menerus. 5) Partisipasi dan peterlibatan pekerja secara luas. 6) Memperhatikan masukan dan umpan balik dari konsumen. 7) Menuangkan perubahan yang direncanakan, secara tertulis perubahan dalam sebuah madrasah
akan
dilakukan
harus
dibuat
daftar
disertai
penjelasanya.
Mengembangkan rencana untuk membuat perubahan dalam sebuah madrasah. Menurut Buhler (2004: 8), menyatakan bahwa peran kepala madrasah dalam manajemen madrasah adalah: a. Merencanakan
66
Sebagai seorang manajer atau kepala madrasah hendaknya membuat sebuah perencanaan yang nantinya untuk mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan.
Manajer harus menentukan arah tindakan yang kan diambil untuk masa depan, manajer harus mengumpulkan informasi dan membuat daftar kemungkinan alternatif., kemudian manajer harus memilih jalan alternatif sebagai pengambilan sebuah keputusan. b. Mengorganisir Mengorganisir adalah fungsi kritis untuk setiap manajer. Mengorganisir melibatkan keputusan tentang bagaimana manajer membagi-bagi pekerjaan yang harus diselesaikan. c. Mengontrol Pengontrolan yang berhubungan dengan kinerja dan tidak berhubungan dengan melakukan supervise yang bersifat memaksa atau pengelolaan mikro. Manajer melaksanakan fungsi pengontrolan dengan membandingkan kinerja sesungguhnya dengan kinerja yang diinginkan. d. Memimpin Memimpin disebut sebagai inti fungsi manajemen. Fungsi ini meliputi supervisi yang sesungguhnya terhadap karyawan. Penyebutan fungsi memimpin sebagai mengarahkan dalam beberapa literature adalah pengistilahan yang tidak cocok. Memimpin merupakan istilah yag lebih disukai dalam kebanyakan lingkaran manajemen. Beberapa organisasi yang progesif telah mengganti gelar “manajer” menjadi “pemimpin” untuk merefleksikan mentalitas baru ini. Dengan adanya penerapan suatu manajemen perubahan di madrasah, yaitu merubah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang lebih maju maka madrasah
67
tersebut akan diminati oleh masyarakat. Dan masyarakat juga tidak beranggapan lagi, bahwa madrasah tidak tertinggal lagi dengan pendidikan-pendidikan yang lain.
68
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Mangunsari Salatiga 1. Sejarah berdirinya MI Ma’arif Mangunsari Salatiga MI Ma’arif Mangunsari terletak di Jl.Abdul Syukur No.03 Cabean Mangunsari Sidomukti Salatiga, berstatus swasta dengan nomor 111233730008. MI Ma’arif Mangunsari didirikan pada tanggal 15 Januari 1969. Seiring dengan berjalannya waktu tepatnya pada tahun 1965 secara formal lembaga ini bernaung di bawah Departemen Agama Kota Salatiga dengan nomor akta pendirian SK.126/HGB/67. Lembaga MI Ma’arif Mangunsari berdiri di atas tanah seluas 1169 m² dengan jumlah gedung yang dimiliki saat ini sebanyak 15 ruangan. Status tanah MI Ma’arif Mangunsari adalah tanah wakaf. Sebagai tempat pendidikan agama menurut pengamatan kami, maka letaknya sangat mendukung karena jauh dari keramaian sehingga akan lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai agama dan sopan santun dengan didukung
keadaan
lingkungan masyarakat yang agamis pula. 2. Struktur Organisasi a. Susunan kepengurusan komite MI Ma’arif Mangunsari Ketua
: M. Fathur Rahman
Sekretaris
: Yasin
Bendahara
: M. Turis Niagawan, SH
Seksi Pembangunan
: Drs. Susilo Hadi
Seksi Kegiatan
: Drs. Joko Anis S, M. P.dI
Seksi Penggalian Dana : Sholeh, SE 69
Seksi Humas
: Fathul Ghufron, S.Pd.I
b. Data Sekolah Nama Madrasah
: MI Ma’arif Mangunsari
NPSN
: 20328495
NSM
: 111233730008
Alamat Madrasah
: Jl Abdul Syukur No. 3 Cabean Mangunsari Sidomukti Kota Salatiga
Nomer telpon
: 0298 328782/081326158305
Status sekolah
: swasta
Nama Yayasan
: Ma’arif NU
Tahun berdiri
: 1969
Luas tanah
: ±1169 m2
Status tanah
: wakaf
Nomer sertifikat
: SK.126/HGB/67
Akreditasi/tahun
: A/ 2012
Kepala Madrasah
: Siti Rohmini, M.Pd.I.
c. Data Personalia MI Ma’arif Mangunsari Sidomukti Salatiga memiliki 15 orang guru pengajar dan 1 orang karyawan dengan rincian sebagai berikut: Daftar Personalia (Guru dan Karyawan) Tabel 3. 1 Daftar Personalia MI Ma’arif Mangunsari No
Nama
NIP
Jabatan
1
Siti Rohmini, M.Pd.I.
197103311993032001
Kepala
2
Yasin
197007212005011004
Guru BS
70
3
Ismiyati, S.Pd.
197307241998032009
4
Dra. Nurul Aini
196503132005012001
5
Fathul Ghufron, S.Pd.I.
198208182007101002
6
Tri Puji Hastuti, S.Ag.
197205162007102003
7
Siti Nasiroh, S.Ag.
197706012007012030
8
A. Sabiqul Umam, S. Ag.
GTT
9
M. Turis Niagawan, S.H.
GTT
10 Fatkhur Rahman Khabibi
GTT
11 Fauziah, M.Ag.
GTT
12 Dian Mariani, S.Pd.
GTT
Susriana Wahyu I. L, S.Ag.
GTT
14 Arifatul Farida, S.Pd.
GTT
15 Tri Handayani, S.Pd.I.
GTT
16 Mahmud
PTT
13
Guru Kls Guru BS Guru Kls Guru Kls Guru BS Guru BS Guru BS Guru BS Guru Kls Guru Kls Guru Kls Guru Kls Guru Kls Penjaga
(sumber: Dokumen MI Ma’arif Mangunsari)
Keterangan: Guru Kls = Guru Kelas Guru BS = Guru Bidang study GTT
= Guru Tidak Tetap
Berdasarkan dari data
di atas, diketahui bahwa hampir seluruh tenaga
pengajar di MI Ma’arif Mangunsari telah mendapatkan titel S1. Hal ini sesuai 71
dengan harapan pemerintah yang menyebutkan bahwa tenaga pengajar di sekolah tingkat dasar minimal lulusan S1. d. Data Siswa MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu sekolah yang mempunyai daya tarik cukup besar kepada orang tua untuk menyekolahkan anak mereka di tempat ini. Jumlah siswa yang bersekolah di tempat ini mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Bahkan, kini kelas I-III telah berubah masingmasing paralel menjadi dua kelas. Adapun rincian jumlah siswa sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah Siswa KLS 1A
IB
IIA
IIB
IIIA IIIB
IV
V
VI
JML
JML 33
32
28
28
19
27
19
9
214
19
3. Visi dan Misi Visi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga terangkum dalam sebuah kata “CERRIA” yang merupakan singkatan dari cerdas, religius dan berakhlakul karimah. Misi MI Ma’arif Mangunsari adalah sebagai berikut: “Belajar Enjoy Sepanjang Hayat” a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup bersama sepanjang hayat. b. Mengembangkan model pembelajaran yang Enjoy ( Efektif, Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islami). c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi Kecerdasan. d. Menumbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan. 72
e. Mengembangkan pola kehidupan yang menunjang tinggi nilai Islamiyah, budaya lokal yang baik serta nasionalisme. f. Mengembangkan potensi masyarakat peduli pendidikan. g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses pendidikan. 4. Sarana prasarana dan fasilitas Luas lahan MI Ma’arif Mangunsari memang tidak terlalu luas. Walaupun begitu, keterbatasan lahan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas belajar mengajar. Siswa di sekolah ini masih mempunyai tempat yang cukup untuk belajar sekaligus bermain. Sekolah ini memiliki sarana prasarana dan fasilitas yang sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana itu didapatkan dari pemerintah, dalam hal ini adalah Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun sarana prasarana dan fasilitas tersebut adalah sebagai berikut: a. Ruang kepala sekolah b. Ruang guru Di dalam ruangan guru terdapat 14 meja guru dan sepasang meja kursi yang disiapkan untuk menerima tamu. c. Ruang UKS Terdapat sebuah ruang UKS yang terdiri dari 2 tempat tidur, yang dilengkapi dengan berbagai macam obat-obatan dan perlengkapan lainnya. d. Perpustakaan Perpustakaan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga mempunyai koleksi buku yang cukup banyak dan komplit sehingga sangat menunjang proses belajar mengajar. Koleksi buku yang dimiliki meliputi buku pelajaran, pengetahuan umum, buku tentang keterampilan, agama, dan juga majalah. e. Kantin
73
Kantin
terletak di dalam area sekolah dan menyediakan berbagai aneka
makanan untuk para siswa. f. Ruang komputer Terdapat ruang komputer yang memiliki 12 buah komputer yang dipakai untuk pembelajaran teknologi informatika.
g. Peralatan musik h. Peralatan olahraga Peralatan olahraga yang dimiliki antara lain bola sepak, gawang futsal, net voly, matras dan alat olahraga lainnya. i. Fasilitas internet Fasilitas ini masih terbatas hanya untuk kalangan guru. Adanya fasilitas ini sangat membantu guru untuk mempersiapkan bahan untuk mengajar. Dengan demikian, guru diharapkan mampu menciptakan suasana kelas yang senantiasa bersemangat dan penuh antusias. j. Fasilitas antarjemput Fasilitas ini bertujuan untuk mengantar dan menjemput siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan siswa yang menginginkannya. 5. Kegiatan Ekstrakurikuler Selain kegiatan belajar mengajar di kelas, MI Ma’arif
Mangunsari juga
mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya. Siswa bebas memilih kegiatan sesuai dengan keinginannya. Antusias siswa begitu tinggi untuk mengikuti berbagai kegiatan tambahan ini. Kegiatan ekstrakulikuler rutin dilaksanakan pada hari Sabtu. Pengampu kegiatan ekstrakulikuler adalah guru yang berkompeten atau tenaga dari luar yang
74
mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa: a. Pramuka b. Seni tari c. Rebana d. Seni Lukis e. MTQ 6. Prestasi MI Ma’arif Mangunsari merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang mempunyai catatan prestasi banyak. Berbagai prestasi, baik dalam kejuaran mata pelajaran umum, olahraga maupun agama telah diraih MI Ma’arif Mangunsari. Berbagai raihan prestasi tersebut diantaranya: a. Juara I Olimpiade IPA dan Matematika MI sekota Salatiga 2011 b. Juara I Pesta Siaga Kecamatan Sidomukti tahun 2011 c. Juara I catur putri PORSENI MI tahun 2011 d. Juara II karate PORSENI MI tahun 2011 e. Juara I tartil putri Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2012 f. Juara III lomba adzan Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2012 g. Juara III Komite Karate putri tingkat kota Salatiga 2012 h. Juara umum MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013 i. Juara I adzan MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013 j. Juara I Tartilul Qur’an MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013 k. Juara I pidato MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013 l. Juara I adzan pekan maulid Nabi se-Sidomukti tahun 2013 m. Juara III khitobah Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2013
75
(dokumen MI Ma’arif Mangunsari) 7. Sistem Pendidikan a. Model Pendekatan Sebuah pendidikan yang ideal membutuhkan pendidikan holistik untuk mencapai tujuan. Berdasar pandangan itu, siswa dipandang sebagai manusia yang utuh yang mempunyai potensi yang tidak terbatas. Siswa tidak dianggap sebagai obyek pendidikan tetapi subyek pendidikan. b. Kurikulum Kurikulum yang dipakai di sekolah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum memuat mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri (Mulyasa, 2008: 50). Mata pelajaran itu meliputi Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan, Bahasa Jawa, Pendidikan Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, juga mata pelajaran pendidikan agama yang meliputi Fikih, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadis dan juga mata pelajaran Ahlul Sunnah wal Jama’ah (Ke-NU-an). Pengembangan diri bukan mata pelajaran yang harus di asuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik. Pengembangan diri dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikulum. Di MI Ma’arif Mangunsari pengembangan diri dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler pramuka, seni tari, seni musik, rebana dan MTQ. B. Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Hasil penelitian mengenai kondisi awal madrasah ibtida’iyah sebelum mengalami perubahan dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: “Kondisi awal sebelum mengalami perubahan, madrasah ini sangat tertinggal sekali dengan sekolah-sekolah yang lain khususnya sekolah-sekolah yang ada di 76
lingkup salatiga. Karena banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa ada madrasah ibtida’iayah yang terletak di tengah-tengah desa Mangunsari ini. Dulu waktu saya menjabat menjadi kepala madrasah di MI Ma’arif ini, tahun 2009 madrasah ini hanya memiliki ruang kelas enam local yaitu dari kelas satu sampai kelas enam. Dan jumlah siswa hanya mencapai 80 siswa, selain itu sarana dan prasarana di MI ini juga belum lengkap dan memadai seperti sekarang ini. Seperti lab komputer, perpustakaan, UKS, dan peralatan olah raga belum ada seperti sekarang ini. Disamping itu mengenai prestasi tingkat pendidikan juga masih tertinggal dengan sekolah-sekolah yang lain, hal ini disebabkan karena guru sangat kurang mengusai kurikulum dan stretegi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak efektif dan efisien.”(W/KP/KAW/15-072013/13.00 WIB). Hasil wawancara mengenai kondisi Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari sesudah mengalami perubahan. “Kondisi madrasah sekarang ini alhamdulillah sudah mengalami perubahan yang sangat bagus. Hal ini ditinjau dari beberapa segi, diantanya: 1. Kondisi gedung Dari mulai tahun 2010 madrasah ini memiliki 10 lokal gedung kelas untuk untuk kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari kelas 1 (dua kelas), kelas II (dua kelas), kelas III (dua kelas), kelas IV (dua kelas), kelas V (satu kelas), dan VI (satu kelas). Kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 penambahan gedung kelas bertambah satu local gedung kelas, sehingga local gedung kelas menjadi 11 gedung kelas. 2. Dari segi bertambahnya siswa Pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa terus mengalami kenaikan. Yang semula pada tahun ajaran 2009/2010 hanya 80 siswa, sekarang ini terus mengalami perkembangan sampai tahun ajaran 2012/2013 jumlah siswa siswa mencapai sekitar 270 siswa yang belajar di madrasah ini. 3. Dari segi sarana prasarana Sekarang ini, madrasah ibtidaiyah memiliki sarana prasarana yang sangat lengkap. Seperti: lab komputer, peralatan olah raga, ruang UKS, perpustakaan, alat-alat drum band, alat-alat rebana dan alat-alat peraga dalam kegiatan pembelajaran. 4. Prestasi pendidikan Sekarang ini tingkat prestasi pendidikan juga tidak kalah dengan prestasi-prestasi sekolah-sekolah yang ada dilingkup kota salatiga. Seperti: lomba mapel tingkat kota sampai provinsi juga pernah menjuarai, selain itu lomba ekstra kurikuler (pramuka, drum band, P3K dan MTQ) juga menjuarai tingkat kota sampai provinsi jawatengah. Selain itu tingkat kelulusan UN juga mencapai prestasi yang sangat baik pada tingkat Kota Salatiga. Dan akriditasi madrasah pada tahun ajaran 2011/2012 dan tahun ajaran 2012/2013 terbukti terakriditasi A. 5. Tenaga pendidik Untuk tenaga pendidik di MI Ma’arif Mangunsari juga bekerja secara profesional. Karena dalam penerimaan tenaga pendidik yang baru juga melalui seleksi, dan minimal harus S1. Dengan adanya penyeleksian tenaga pendidik yang baru, maka dapat memilih seorang guru atau pendidik yang benar-benar mau bekerja secara profesional. Pada tahun 2013, MI Ma’arif Mangunsari 77
mengadakan seleksi tenaga pendidik sejumlah 40 calon guru. Dalam penyeleksian tersebut yang ditrima cuma 2 tenaga pendidik baru yang benar-benar sudah memenuhi kriteria persyaratan yang di adakan. Kemudian setelah ditrima tenga pendidik baru, madrasah juga mengadakan ujian kembali yaitu ujian micro teaching. Sehingga tenaga pendidik tersebut dapat terlihat keahlian yang dimilikinya.” (W/KP/KMS/15-07-2013/13.00 WIB). Selain itu peneliti juga melakukan observasi pada tanggal 16 Juli 2013 yang berkaitan dengan madrasah tersebut setelah mengalami perubahan. Perubahan yang dialami oleh MI Ma’arif Mangunsari sangat terlihat dari hasil rapat yang dilaksanakan di madrasah tersebut yang dipimpin langsung oleh kepala madrasah. Dalam rapat tersebut telah disampaikan calon siswa baru pada tahun ajaran 2013/2014 telah mencapai sekitar 60 siswa, jadi yang semula jumlah siswa 210 siswa menjadi 270 siswa. Selain itu pembagian tugas kerja juga dibagi secara merata dan adil sesuai kemampuan guru yang dimilikinya. Adapun tugas-tugas kerja yang dibagi diantaranya: a. Penyampaian oleh waka kurikulum mengenai kegiatan siswa selama satu tahun; b. Pembagian wali kelas dan pembagian pemerataan jam pengajaran; c. Pembagian kurikulum yang diajarkan pada tahun ajaran baru; d. Pemberian seragam kepada siswa dengan model yang baru; e. Pembaharuan perpustakaan; f. Pembaharuan laboratorium komputer; g. Pembaharuan ruang UKS; dan h. Pengadaan pelatihan drum band Selain itu, kepala madrasah juga selalu berpesan kepada semua guru dan karyawan, jadikan madrasah ini sebagai rumah ke 2 bagi bapak dan ibu guru yang ada disini. Dengan adanya kita menganggap madrasah ini sebagai rumah kita
78
sendiri, kita mempunyai rasa memiliki madrasah ini. Sehingga kita dapat bekerja secara profesional dan bertanggung jawab semua yang menjadi tanggung jawab kita. (P/LP/16-07-2013/08.00 WIB). Dari hasil wawancara kepala madrasah juga berpendapat bahwa, manajemen perubahan di Madrasah Ibtida’iyah ini adalah: “Sebuah konsep perubahan yang direncanakan yang dilakukan oleh kepala madrasah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan setelahnya. Baik dimulai dari pengurus yayasan, kepala madrasah, tenaga pendidik, kurikulum, dan siswa dari segi penampilan dan berakhlakul karimah, serta semua orang yang terlibat dalam pengembangan madrasah ini. Terutama untuk guru atau tenaga pendidik juga ditekankan harus mempunyai rasa memiliki madrasah ini dan menjadikan madrasah ini sebagai rumah yang ke 2. Karena dengan adanya rasa memiliki dan menganggap madrasah ini sebagai rumah yang ke 2, guru atau tenaga pendidik bisa bertanggung jawab dan bekerja secara profesional untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh madrasah.” (W/KP/MPM/15-07-2013/13.00 WIB) Adapun tujuan manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari adalah: “Untuk menjadikan madrasah ini menjadi lebih baik dari madrasah yang tertinggal menuju madrasah yang lebih maju seperti sekarang ini diantaranya:” (W/KP/TMP/15-07-2013/13.00 WIB). 1) Kegiatan bimbingan karier dan penjurusan atau penempatan serta bimbingan bakat; 2) Kegiatan pengembangan ketrampilan, jasmani, dan kegiatan; 3) Kegiatan mengintegrasikan atau memadukan perkembangan aspek-aspek individu menjadi kesatuan yang utuh yang dijiwai oleh falsafah pancasila. 4) Kegiatan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. (W/KP/TMP/15-07-2013/13.00 WIB). Hasil wawancara tentang konsep-konsep apa yang diterapkan oleh kepala madrasah MI Ma’arif Mangunsari dalam membangun perubahan di madrasah. “Konsep yang diterapkan dalam membangun perubahan di madrasah ini, diantaranya adalah kebersamaan, kesatuan,kerjasama dalam segala bidang, dan pembagian tugas secara merata sesuia kompetensi yang di miliki. Diantaranya kepala madrsah bekerja aktif di luar dan di dalam madrasah untuk mencari informasi dan pelatihan kepala madrasah, agar madrasah tersebut tidak tertinggal informasi yang terbaru mengenai kemajuan madrasah. Kemudian di bantu oleh waka kesiswaan, yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari 79
yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari yang di laksanakan dalam madrsah tersebut. Kemudian di bantu oleh waka kurikulum, yang bertugas mengatur kelancaran kegiatan belajar mengajar dan mengatur kegiatan perlombaan mata pelajaran dari tingkat kota sampai tingkat internasional. Kemudian di bantu oleh guru yang bertugas sebagai pemegang sarana prasarana, yang bertugas melengkapi sarana prasara yang masih kurang, sehingga segala alat penunjang pembelajaran dan meningkatkan mutu madrasah dapat tercapai dengan bagus. Selain itu guru diberi tugas sebagai wali kelas yang bertugas bertanggung jawab setiap kelas dan dapat membantu guru untuk sertifikasi.“ (W/KP/KMP/15-07-2013/13.00 WIB)` Selain itu peneliti juga mewawancari tentang proses awal perubahan di MI Ma’arif Mangunsari samapai sekarang ini. ”Untuk proses awal perubahan tentunya kepala madrasah membuat perencanaan, peleksanaan, dan evaluasi. Utnuk perencanaan, kepala madrasah membentuk sebuah tim yang terdiri dari guru-guru yang ada dalam madrasah tersebut. Kemudian tim tersebut diberi tugas untuk mempromosikan MI tersebut ke seluruh TK yang ada di di salatiga. Kemudian kepala madrasah membentuk tim di luar madrasah yang terdiri dari beberapa walimurid dan wali murid tersebut diambil dari berbagai wilayah yang mencakup kota Salatiga, kemudian tim yang terdiri dari wali murid diberi tugas untuk mempromosikan di masyarakat-masyarakat. Dan alhamdulillah setelah melaksanakan perencanaan tersebut jumlah perkembangan siswa di madrasah tersebut semakin bertambah pertahunnya. Bahkan masyarakat menganggap bahwa MI Ma’arif Mangunsari merupakan wadah tempat belajar agama dan tempat untuk menanamkan nilai-nilai agama dari sejak usia dini.“ (W/KP/PAP/15-07-2013/13.00 WIB) Dari hasil wawancara TPH dan F berpendapat berpendapat bahwa, manajmen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari adalah. “Manajemen itu artinya pengaturan, dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan perubahan adalah suatu proses maneral yang mana manajeral tersebut merubah dari yang dulu menuju perubahan yang sekarang.“ (W/TPH/MP/18-07-2013/11.30 WIB) “Manajemen perubahan adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dibuat oleh seorang manajer keterlibatan semua orang yang terlibat dalam perubahan untuk mengubah keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang sekarang ini.“ (W/F/MP/20-07-2013/10.30 WIB). Selain itu, nara sumber TPH dan F menjelaskan tujuan MI Ma’arif Mangunsari harus berubah. “MI Ma’arif Mangunsari mengalami perubahan, dengan tujuan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan MI yang mana dulu itu yang namanya madrasah selalu dinomorduakan oleh masyarakat. Untuk itu, MI Ma’arif Mangunsari harus 80
mengalami perubahan agar madrasah yang sekarang ini harus dinomorsatukan dan menjadi pilihan pertama oleh masyarakat.”(W/TPH/TPM/18-07-2013/11.30 WIB). “Tujuan MI Ma’arif Mangunsari mengalami perubahan adalah meningkatkan mutu pendidikan madrasah, agar madrasah itu mempunyai nama baik di tingkat kota maupun provinsi dan masyarakat agar beranggapan madrasah itu tidak tertinggal lagi oleh sekolah-sekolah SD.”(W/F/TPM/20-07-2013/10.30 WIB). Hasil penjelasan dari hasil wawancara manajemen perubahan di madrasah ini akan dijelaskan oleh TPH dan F sebagai berikut: “Kepala madrasah sudah mulai menerapkan manajemen perubahan, misalnya kepala madrasah membuat sebuah keputusan bagi guru PNS dan guru yang sudah sertivikasi menyatakan bahwa wajib hadir maksimal jam 06.45 dan pulang jam 14.00. Selain kepala madrasah juga memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada guru-guru mengenai pengelolaan kelas, yaitu guru tidak hanya mengadakan pembelajaran di dalam kelas saja, akan tetapi pembelajaran boleh diluar kelas sesuai materi yang berkaitan. Sehingga anak merasa senang dan tidak mudah bosan dalam pembelajaran” (W/TPH/MPM/18-07-2012/11.30 WIB). “Manajemen perubahan di madrasah ini adalah suatu manajemen yang berbeda dari manajemen dulu dengan manajemen yang sekarang. Artinya manajemen di madrasah ini yang dulu semua pekerjaan yang mengerjakan adalah kepala madrasah, akan tetapi sekarang ini setelah adanya manajemen perubahan di madrasah ini kepala madrasah dapat mengatur dan membagi semua pekerjaan kepada guru-guru sesuai dengan potensinya. Sehingga madrsah ini dapat berubah menjadi lebih baik dari yang dulu menuju yang sekarang ini.“ (W/F/MPM/20-07/2013/10.30 WIB). Selain itu, dari hasil narasumber juga menjelaskan tentang perubahanperubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah. TPH dan NA menjelaskan bahwa: “Perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah bias dilihat dari warna cat dinding sekolah, yang mana dulu itu MI identik dengan warna hijau. Akan tetapi untuk madrasah ini cat dinding sudah menggunakan warna selain hijau, misalnya ada orange, kuning, dan merah. Sehingga madrasah ini dipandang menarik oleh banyak siswa dan ini sudah menunjukkan perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah.” (W/TPH/PLKM/18-07-2013/11.30 WIB) “Perubahan yang dilakukan oleh kepala madrsah di antaranya: penambahan gedung kelas yang dulu hanya 6 lokal kelas, akan tetapi sekarang ini gedung kelas menjadi 11lokal kelas, perubahan cat warna dinding madrasah, pembagian kerja yang merata, menciptakan suasana madrsah menjadi lebih hidup, dan menciptakan hubungan antara kepala madrasah dan guru menjadi lebih dekat.” (W/F/PMP/20-07-2013/10.30 WIB). Hasil wawancara mengenai proses perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, dijelaskan oleh TPH dan F. 81
“Proses perubahan di madrasah ini di awali dari kebutuhan masyarakat, sekarang ini banyak anak itu krisis akhlak. Kalau disekolah dasar pendidikan agama cuma sedikit paling-paling ilmu agama kebanyakan terdapat di madrasah diniyah. Akan tetapi madrasah ini dengan masukan-masukan dari masyarakat mengenai krisis akhlak, madrasah ini dapat menjawab apa yang dibutuhkan oleh masyarakat yaitu di madrasah membuat program yang mengandung nilai agama seperti sebelum pembelajaran anak diajari sholat dhuha, mengaji, dan diajari ilmu keagamaan. Selain itu dengan melalui prestasi lomba-lomba di tingkat kecamatan dan kota yang selalu menang dan juga bisa mewakili ketingkat provinsi, madrasah ini bisa membuat ketertarikan terhadap masyarakat.” (W/TPH/PPM/18-07-2013/11.30 WIB) “Proses perubahan di madrasah ini dimulai dari kepala madrasah membuat sebuah program, yang mana program pendidikan yang berbeda dengan sekolahsekolah yang lain dan program-program pendidikan itu sangat di butuhka oleh masyarakat. Di antaranya mengadakan pagi ceria yaitu menghafal hadits-hadits pendek, mengaji al qur an, mengadaka jamaah dhuha bersama, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam diri anak. Kemudian program yang direncanakan oleh kepala mrasah di tawarkan kepada masyarakat dan sekolah TK, dan alhamdulillah semua apa yang direncanakan oleh kepala madrasah berhasil dan sesuai apa yang diharapkan yaitu siswa menjadi lebih banyak dari tahun kemarin.” (W/F/PPM/20-07-2013/10.45 WIB). Peneliti juga mewawancari narasumber tentang tingkat-tingkat perubahan di madrasah. THP dan F menjelaskan bahwa: “Tingkat-tingkat perubahan di madrasah ini dimulai dari guru terlebih dahulu, guru diberi masukan-masukan mengenai apa yang harus dikerjakan di madrasah ini. Sehingga guru tidak hanya sekedar bekerja menjalankan tugas saja, akan tetapi semua yang dikerjakan oleh guru akan menimbulkan sebuah hasil yang optimal dan kepuasan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sarana prasarana yang lebih lengkap dan memiliki lab komputer. ”(W/TPH/TPM/18-07-2013/11.30 WIB). “Tingkat-tingkat perubahan dimadrasah ini diawali dari kepala madrasah yang membuat sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemudian kepala madrasah memberi motivasi terhadap guru-guru dan semua orang yang telibat dalam madrasah tersebut untuk di ajak berubah menuju perubahan madrasah yang lebih maju. Dari mulai tahun ajaran 2009/2010 sampai tahun ajaran 2013/2014 siswa yang sekolah di madrasah ini selalu bertambah banyak. Dan pembagian tugas yang merata sehingga tidak terjadi sebuah kesenjangan, tambahnya alat sarana prasrana dan bertambahnya buku-buku perpustakaan.” (W/F/TPM/20-07-2013/10.30 WIB). Peneliti juga mewawancarai terhadap narasumber tentang program-program pendidikan yang diterapkan oleh MI Ma’arif Mangunsari,
TPH dan NA
menjelaskan bahwa, “Program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah program sesuai dari kemenag terutama dalam hal ke agamaan madrasah ini mengambil dari diknas, akan tetapi madrasah ini tetap mengacu kepada kemenag. Program-
82
programnya ada kegiatan intra kurikulier, kurikuler, dan ekstra kurikuler yang diterapkan disini.” (W/TPH/PPM/18-07-213/11.30 WIB). “Program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah kalau pagi di madrasah ini sebelum kegiatan pembelajaran di mulai, madrasah sisini mengadakan program kegiatan pagi diantaranya, membaca ikrar madrasah, membaca asmaul husna, menghafalkan hadis-hadis pendik. Kemudian setelah masuk di kelas anak-anak sholat dhuha dan mengaji, setelah selesai sholat dhuha dan mengaji baru dimulai kegiatan pembelajaran.“ (W/F/PPM/20-07-2013/10.30 WIB). Selain dari wawancara, peneliti juga melakukan observasi lapangan untuk mengetahui model pembelajaran yang dilaksanakan di kelas bawah MI Ma’arif Mangunsari. Observasi peneliti lakukan pada hari Sabtu tanggal 19 Juli 2013 di Kelas IB. Program-program pendidikan yang di terapkan di madrasah itu ada kegiatan pagi ceria. Kegiatan pagi ceria merupakan program rutin yang dilakukan setiap hari. Pagi ceria dimulai jam 07.00 pagi WIB. Para siwa berkumpul untuk membaca doa, membaca asmaul husna, ikrar dan doa harian. Kegiatan ini dipimpin oleh siswa sendiri secara bergantian. Pembacaan ikrar dan doa di lafalkan dalam berbagai bahasa yakni bahasa Indonesia, Jawa, dan juga Inggris (W/LP/F/19-072013). Setelah selesai siswa masuk ke dalam kelas dan memulai pembelajaran. Setelah masuk di dalam kelas siswa mengaji dan disimak langsung oleh guru. Kegiatan ini berlangsung sampai sekitar setengah jam. Guru membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi atau pertanyaan pembuka kepada siswa untuk pengkondisian. Selanjutnya guru menyampaikan materi menggunakan metode yang cocok sesuai dengan materi yang disampaikan. Setelah penyampaian materi selesai maka guru melakukan evaluasi. Setelah kegiatan belajar selesai guru mengkondisikan siswa untuk melakukan sholat Dhuha berjamaah. (P/LP/19-072013) Dari paparan wawancara dan observasi tersebut dapat diketahui model pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas bawah di MI Ma’arif Mangunsari 83
Salatiga pada prinsipnya berusaha untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, nyaman namun mengena bagi siswa. Adapun dalam prakteknya di lapangan tergantung wawasan dan kreatifitas guru. Hasil pengamatan mengenai proses perubahan di madarasah tentang sarana prasarana. Sekolah ini memiliki media dan fasilitas pendukung yang baik. Mulai dari alat peraga pendidikan seperti kit IPA, media belajar BTQ, alat olahraga dan lain-lain. Dalam pengamatan lain, guru yang kreatif dalam kegiatan belajar mengajar sangat mendukung untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan (P/PPM/24-07-2013). Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung manajemen perubahan ada dua hal. Pertama adalah guru yang berwawasan luas, menguasi konsep pendidikan yang humanis dan mempunyai kreatifitas dalam mempersiapkan kegiatan belajar dan mengajar. Hal kedua adalah sarana dan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas dan sarana yang dimiliki sudah cukup bagus sehingga memudahkan guru untuk memberikan pembelajaran yang mengena kepada siswa.
C. Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013 Peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari. Dari hasil wawancara kepala madrasah menjelaskan peran-peran kepla madrasah dalam manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari. “Peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan adalah, sebagai berikut: a) Merencanakan; b) Mengorganisir; 84
c) d) e) f)
Mengontrol; Memimpin; Mengembangkan dan mengelola organisasi madrasah secara professional; Sebagai penanggungjawab kesuksesan atau kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran; g) Mendukung semua kegitan yang dilaksanakan di madrasah ini, agar selalu sukses dan berhasil.” (W/KP/PKM/16-07-2013/13.00 WIB) Hasil wawancara tentang konsep-konsep apa yang diterapkan oleh kepala madrasah MI Ma’arif Mangunsari dalam membangun perubahan di madrasah. “Konsep yang diterapkan dalam membangun perubahan di madrasah ini, diantaranya adalah kebersamaan, kesatuan,kerjasama dalam segala bidang, dan pembagian tugas secara merata sesuia kompetensi yang di miliki. Diantaranya kepala madrsah bekerja aktif di luar dan di dalam madrasah untuk mencari informasi dan pelatihan kepala madrasah, agar madrasah tersebut tidak tertinggal informasi yang terbaru mengenai kemajuan madrasah. Kemudian di bantu oleh waka kesiswaan, yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari yang di laksanakan dalam madrsah tersebut. Kemudian di bantu oleh waka kurikulum, yang bertugas mengatur kelancaran kegiatan belajar mengajar dan mengatur kegiatan perlombaan mata pelajaran dari tingkat kota sampai tingkat internasional. Kemudian di bantu oleh guru yang bertugas sebagai pemegang sarana prasarana, yang bertugas melengkapi sarana prasara yang masih kurang, sehingga segala alat penunjang pembelajaran dan meningkatkan mutu madrasah dapat tercapai dengan bagus. Selain itu guru diberi tugas sebagai wali kelas yang bertugas bertanggung jawab setiap kelas dan dapat membantu guru untuk sertifikasi.“(W/KP/KMP/15-072013/13.00 WIB) Dari hasil wawancara mengenai peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan, dijelaskan oleh TPH dan F. “Alhamdulillah kepala madrasah disini sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik. Yaitu pada saat rapat kepala madrasah juga membentuk sebuah jam’iyah wali murid dalam keterlibatan perubahan di madrasah ini, selain itu dalam pengambilan sebuah keputusan kepala madrasah juga melibatkan guru. Sehingga dalam pelaksanaan perubahan semuanya dapat terkoordinasi dengan baik.” (W/TPH/PKMP/18-07-2013/11.30 WIB) “Alhamdulillah kepala madrasah di madrasah ini sudah berperan bagus dalam maajmen perubahan. Contohnya dari hal yang sederhana dulu: kepala madrasah datang lebih awal sebelum guru-guru yang lainnya datang, penataan ruangan dengan model yang baru dan menarik, saling koordinasi dengan guru-guru yang lain, dan membuat program pendidikan yang terbaru. Selain itu kepala madrasah juga member motivasi terhadap guru-guru yang lain biar lebih semangat dalam menjaankan pekerjaan.” (W/F/PKM/20-07-2013/10.30 WIB) 85
D. Hasil-hasil Manajemen
Yang
Dicapai
Perubahan
di
Oleh
Kepala
Madrasah
Madrasah Ibtida’iyah
dalam Membangun Ma’arif
Mangunsari
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013 Peneliti juga mewancarai kepala madrasah tentang hasil-hasil yang diinginkan setelah menerapkan manajemen perubahan yang di rencanakan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari. “Dengan adanya konsep-konsep yang diterapkan oleh kepala madrasah, tentunya kepala madrasah ingin menuju perubahan yang lebih bagus lagi dari sebelumnya. Contohnya tingkat kelulusan UN di madrasah ini selalu kami rencanakan sejak awal, karena dengan adanya perencanaan yang berupa pengadaan guru khusus pendamping setiap mata pelajaran yang di UN kan, maka anak juga akan semangat dalam belajar untuk emnghadapi UN. Sehingga output dari madrasah ini akan semakin meningkat dengan kelulusan UN yang bagus.” (W/KP/HMP/16-07-2013/13.00 WIB) Selain wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan tentang hasil-hasil yang dicapai oleh kepala madrasah dalam membangun manajemen perubahan di madrasah ibtida’iyah ma’arif mangunsari, selain kepala madrasah membuat konsepkonsep tentang persiapan UN, kepala madrasah juga merubah kurikulum menjadi kurikulum yang unik berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Dengan kurikulum yang berbeda ternyata menjadi banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke madrasah tersebut, selain itu kepala madrasah juga melakukan pelatihan terhadap guru-guru, dengan tujuan guru dapat menguasai strategi pembelajaran dan dan metode serta media yang cocok untuk pembelajaran di kelas. Contoh pembelajaran di kelas, bahwa model pembelajaran yang digunakan besifat menyenangkan dan mampu menarik perhatian siswa. Setelah seorang siswa memimpin doa, guru membuka pelajaran dengan bertanya kabar kepada siswa. Guru tidak secara langsung menjelaskan bahwa hari ini akan belajar matematika dengan tema urutan bilangan.
86
Guru mengambil sebuah bola kertas yang digunakan untuk media bermain bersama anak. Guru melemparkan bola ke arah anak dan yang terkena bola harus melanjutkan bilangan yang disebutkan oleh guru. Suasana yang tercipta memang riuh, ramai sesuai dengan karakter siswa kelas rendah yang suka bermain. Siswa mampu ikut aktif dalam permainan tersebut. Siswa bahkan berebut untuk mendapatkan bola tersebut. Hal ini menunjukkan kegiatan belajar menjadi sesuatu yang menarik bagi siswa. (P/MP/1907-2013)
E. Kendala-Kendala Kepala Madrasah dalam Membangun Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013 1. Faktor Pendukung Faktor-faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari dijelaskan oleh kepala madrasah melalui wawancara. “Adapun faktor-faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya perubahan di madrasah ini adalah: a) Mengajak kerja sama antara pengurus yayasan, komite, dan guru; b) Mengajak kerja sama antara wali murid dari kelas 1-6, kemuadian wali murid itu dibentuk semuah jam’iyah wali murid dari berbagai wilayah yang berbeda. Kemudia jam’iyah wali murid itu diberi tugas untuk mempromosikan madrasah tersebut di wilayah mereka tinggal. Sehingga madrasah tersebut cepat tersosialisasikan keseluruh wilayah di kota Salatiga; c) Meningkatnya sarana prasarana; d) Banyak prestasi yang dicapai dalam bidang akademik; e) Kerja guru dan karyawan yang bagus; dan f) Tingkat ke lulusan UN sangat meningkat. (W/KP/FTP/16-07-2013/10.00 WIB)
87
Dari ke enam faktor tersebut, Madrasah Ma’arif Magunsari mulai mengalami perubahan dari sebelumnya menuju sekarang ini. TPH dan F juga menjelaskan tentang faktor-faktor yang mendorong penyebab perubahan di MI Ma’arif Mangunsari. “Faktor-faktor yang mendorong penyebab perubahan dimulai dari guru, di madrasah ini guru sudah S1 dan ada yang S2 ada dua orang, selain itu madrasah ini juga di beri kebebasan oleh kemenag dalam seragam anak-anak misalnya senin dan selasa memakai merah putih, rabu dan kamis memakai batik berwarna hijau, jum at dan sabtu memakai seragam warna orange. Selain itu menggunakan model pembelajaran tematik yaitu dari kelas satu sampai kelas dua, setiap satu kelas di dampingi oleh dua guru sehingga anak yang sekolah di madrasah ini merasa di perhatikan. Dan guru juga diberi jadwal piket untuk menyambut kedatangan siswa saat sampai di madrasah.” (W/TPH/FMS/18-07-2013/11.30 WIB). “Faktor-faktor yang mendorong perubahan di madrasah ini adalah semua guru yang ada disini semua sudah SI dan ada dua orang yang S2, program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah setiap guru harus menghargai hasil apa saja yang dikerjakan oleh anak, perhatian guru terhadap siswa sangat di utamakan karena dengan adanya perhatian siswa merasa nyaman saat dekat dengan guru, pembelajaran bersifat enjoy, nyaman, dan menyenangkan, dengan kerjasama dengan wali murid siswa yang sekolah di madrsah ini menjadi lebih banyak.” (W/F/FMS/20-07-2013/10.30 WIB). 2. Faktor Penghambat Selain peneliti wawancara tentang faktor-foktor yang mendorong terjadinya perubahan di
MI Ma’arif Mangunsari, peneliti juga mewancarai
tentang faktor-faktor yang menjadi penghambat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari. ”Kepala madrasah juga menjelaskan faktor-faktor penghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, di antaranya: a) Kurangnya pelatih dalam kegiatan ekstra, misalnya rebana dan drum band. b) Perencanaan sebuah kegiatan saat pelaksanaan selalu terbentur dengan kegiatan lain. c) LCD terbatas, sehingga dalam pembelajaran kurang efektif. d) Kurangnya koordinasi saat menjalankan sebuah kegiatan. e) Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pembelajaran. 88
(W/KP/FPP/16-07-2013/13.00 WIB) Dari hasil wawancara mengenai faktor-faktor penghambat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, dijelaskan oleh TPH dan F. “Untuk faktor-faktor penghambat perubahan di madrasah ini adalah guru terlalu banyak urusan di luar jam kerja di madrasah, sehingga guru kurang optimal dalam menjalankan tugasnya. Selain itu kurangnya komunikasi antara kepala madrasah dan guru satu dengan yang lainnya, sehingga jika ada suatu kegiatan untuk anak-anak hasilnya tidak sesuai yang direncanakan.” (W/TPH/FPS/18-072013/11.30 WIB). “Faktor penghambat perubahan di madrsah ini adalah kurangnya alat pembelajaran, guru terkadang saat mengajar kurang menguasai materi pembelajaran, kurangnya koordinasi antara pihak yayasan, kepla madrasah, guru-guru, dan wali murid saat melaksanakan sebuah kegiatan sehingga hasilnya tidak sesuai apa yang diinginkan. Selain itu disini mempunyai peralatan drum band dan rebana akan tetapi pelatihnya belum ada sehingga untuk memajukan ekstra drum band dan rebana msinh menjadi penghambat dalam proses perubahan.” (W/F/FPS/20-07-2013/10.30 WIB). 3. Kendala-kendala Peneliti juga mewawancarai kepala madrasah bagaimana cara untuk mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, berikut ini langkah-langkah
kepala
madrasah
untuk
mengatasi
hambatan-hambatan
perubahan di MI Ma’arif Mangunsari dari hasil wawancara. ”Kendala-kendala yang menghambat perubahan di madrasah ini dapat teratasi sebagai berikut: 1) Pelatih ekstra drum band dan rebana yang sampai saat ini belum mendapat guru pelatih ekstra drum band. Untuk mengatasi permasalahn tersebut kepala madrasah menawarkan kepada guru-guru untuk mencari informasi tentang pelatih drum band dan rebana, barang kali dari teman-temannya ada yang bisa melatih ekstra drum band. Soalnya untuk drum band madrasah MI Ma’arif Mangunsari sudah mempunyai nama dalam arti pernah mengikuti perlombaan di tingkat Kota sampai tingkat Provinsi Jawa Tengah. 2) Untuk rencana kegiatan dalam pelaksanaan selalu benturan dengan kegiatan lain, cara mengatasinya yaitu membuat perencanaan yang lebih matang lagi dan mengadakan koordinasi dengan guru dan karyawan sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan sebuah kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak berbenturan dengan kegiatan lainnya.
89
3) Untuk permasalahan LCD yang menghambat proses belajar mengajar, cara mengatasinya yaitu mengatur jam pelajaran yang sekiranya saat membutuhkan LCD tidak tabrakan dengan yang lainnya. 4) Kurangnya koordinasi saat melaksanakan kegiatan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala madrasah mengadakan rapat rutinan yaitu rapat mingguan dan rapat mingguan yang isinya membahas tentang kegiatan-kegitan siswa dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga guru tidak ketinggalan informasi saat akan melaksanakan sebuah kegiatan serta kepala madrsah memantau jalannya kegiatan. 5) Untuk mengatasi prasarana yang kurang memadai, kepala madrasah berusaha mencari bantuan dari pusat pemerintah yang dapat memberikan bantuan berupa alat dan prasarana dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar. Misalnaya lab komputer, kepala madrsah meminta pemerintah pusat untuk membantu pengadaan lab komputer. Dan alhamdulillah dengan mengansur perbulan, sekarang madrasah sudah memiliki komputer sejumlah 15 unit komputer.“ (W/KP/LKM/16-07-2013/13.00 WIB) Narasumber juga menjelaskan kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan program pendidikan di MI Ma’arif Mangunsari. TPH dan F menejelaskan, “Kendala-kendala untuk melaksanakan program-program pendidikan di madrasah ini yaitu kurangnya alat prasarana, kurangnya koordinasi antara guru satu dengan yang lain.” (W/TPH/KMPP/18-07-2013/11.30 WIB). “Kendala-kendala untuk melaksanakan program-program di madrasah ini adalah terkadang guru masih banyak kesibukan-kesibukan seidiri sehingga dalam menjalankan visi dan misi masih belum maksimal.” (W/F/KMPP/20-07-2013/10.30 WIB).
4. Usaha-usaha Untuk Mengatasi Kendala-kendala Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan program pendidikan MI Ma’arif Mangunsari. Hasil wawancara TPH dan F: “Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ialah melengkapi sarana prasarana dan mengadakan rapat bulanan untuk guru-guru. Sehingga guru-guru dapat terkoordinasi saat melaksanakan perencanaan.” (W/TPH/UMK/18-072013/11.30 WIB). “Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ialah kepala madrasah memberikan sebuah motivasi dan pengarahan terhadap guru-guru sehingga guru dapat membedakan mana kepentingan pribadi dan ma yang menjadi kepentingan madrasah. Sehingga dalam pencapaian visi dan misi madrasah ini sangatlah tercapai dengan baik.” (W/F/UMK/20-07-2013/10.30 WIB).
90
Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa ada usaha dari MI Ma’arif Mangunsari untuk mengatasi berbagai macam hambatan yang muncul. Upaya yang dilakukan adalah: a) Berkoordinasi dengan kementrian agama dan dinas pendidikan. b) Melengkapi sarana prasarana c) Mengadakan forum/ pertemuan rutin untuk mengevaluasi pelaksanaan pendidikan dan selanjutnya mencari rekomendasi untuk meningkatkannya. Meningkatkan kompetensi guru dengan cara mengundang pakar pendidikan untuk berdiskusi, mengirim guru untuk mengikuti berbagai macam pelatihan/training atau workshop pendidikan yang ada. Dari hasil wawancara di atas, bahwa MI Ma’arif Mangunsari yang dulunya sangat tertinggal dengan sekolah-sekolah yang ada di Kota salatiga, sekarang ini MI Ma’arif Mangunsari dapat berubah menjadi madrasah yang tidak tertinggal lagi dengan sekolah-sekolah lainnya. Semua ini disebabkan karena madrasah tersebut mempunyai manajmen perubahan yang dirangcang oleh kepala madrasah, kerjasama antara pihak yayasan, kerja sama antara guru-guru di madrasah tersebut, dan kerjasama antara wali murid. Sehingga dalam pelaksanaan sebuah manajemen perubahan sangatlah sesuai apa yag diinginkan oleh semua pihak di madrasah tersebut. Selain itu kepala madrasah juga berperan penuh dalam perubahan madrasah tersebut, karena keberhasilan perubahan madrasah tersebut tergantung oleh kepala madrasah dalam menjalakan tugasnya.
91
BAB IV PEMBAHASAN A. Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Manajemen perubahan adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dibuat oleh seorang manajer dan keterlibatan semua orang yang terlibat dalam perubahan untuk mengubah keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang sekarang ini. Pengertian tersebut memberikan arti bahwa manajemen perubahan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh kepala madrasah dan semua orang yang terlibat dalam madrasah untuk menjadikan madrasah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan manajemen menurut istilah (terminologis) menurut Robbins dan Coulter (1999: 8), bahwa “istilah manajemen mengacu pada
proses pengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Jadi untuk menuju perubahan suatu madrasah atau lembaga kepala madrasah harus membuat sebuah perencanaan yang mana perencanaan itu didalamnya terkait dengan manajemen dan pelibatan orang lain (guru, walimurid dan masyarakat)”, yang bekerja secara produktif, kreatif serta memiliki kinerja dan cita-cita yang besar untuk memajukan lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan., sehingga tujuan kepala madrasah untuk mencapai tujuan perubahan sebuah madrasah atau lembaga yang dipimpin sangatlah mudah tercapai. Jadi manajemen madrasah atau sekolah adalah merupakan model manajemen yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada madrasah. Manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari ini adalah suatu manajemen yang berbeda dari manajemen dulu dengan manajemen yang sekarang. Artinya manajemen di madrasah ini yang dulu semua pekerjaan yang menegerjakan adalah kepala madrasah, akan tetapi sekarang ini setelah adanya manajemen perubahan di madrasah ini kepala madrasah 92
dapat mengatur dan membagi semua pekerjaan kepada guru-guru sesuai dengan potensinya. Sehingga madrsah ini dapat berubah menjadi lebih baik dari yang dulu menuju yang sekarang ini. Dari pengertian manajmen di atas antara pendapat Robbins dan Coulter (1999: 8), dengan manajemen yang ada di MI Ma’arif mangunsari hampir sama. Untuk memajukan sebuah madrasah, kepala madrasah tidak bekerja sendiri, akan tetapi kepala madrasah mengatur dan membagi semua pekerjaan kepada semua orang yang terlibat dalam manajemen di madrasah tersebut. Sehingga untuk menjadikan sebuah madrasah menjadi lebih baik dari sebelumnya akan mudah terlaksana dan untuk mencapai tujuan madrasah sangatlah mudah. Kemudian Samino (2010: 218) juga berpendapat bahwa, manajemen
madrasah
dalam bahasa Inggris disebut School Based Management, pertama kali muncul di Amerika Serikat Latar belakangnya diawali dengan munculnya pertanyaan masyarakat tentang apa yang dapat diberikan madrasah atau sekolah kepada masyarakat dan apa relevansinya serta korelasi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Dari teori di atas dapat di simpulkan bahwa, manajemen adalah sebuah pengelolaan dan pengaturan yang di lakukan oleh kepala madrasah serta melibatkan semua orang yang terkait dengan madrasah (guru, wali murid, siswa, dan masyarakat), sehingga untuk membuat program-program pendidikan sesuai apa yang diinginkan dan sesuai kebutuhan masyarakat dan madrasah menjadi banyak diminati oleh masyarakat. Selain itu dengan adanya pembagian pekerjaan yang merata sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, maka untuk melaksanakan manajemen di madrasah sangatlah mudah dan dapat tercapai apa yang menjadi tujuan dan ke inginan madrasah tersebut.
B. Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013
93
Menurut Mulyadi (2010: 93), menyatakan bahwa peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di madrasah adalah mengembangkan dan mengelola organisasi madrasah secara professional. Karena kepala madrasah merupakan peran utama dalam meningkatkan keefektifan dan efesiensi madrasah. Posisi kepala madrasah sebagai penanggungjawab kesuksesan atau kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran akan sangat tergantung pada upaya mengoptimalkan peran dan tugas kepemimpinan secara efektif. Sisi penting dari organisasi madrasah adalah budaya organisasi yang dikembangkan kepala madrasah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Peran kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari dalam manajemen perubahan adalah, sebagai berikut: 1. Merencanakan; 2. Mengorganisir; 3. Mengontrol; 4. Memimpin; 5. Mengembangkan dan mengelola organisasi madrasah secara professional; 6. Sebagai
penanggung
jawab
kesuksesan
atau
kegagalan
dalam
melaksanakan
pembelajaran; 7. Mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan di madrasah ini, agar selalu sukses dan berhasil. Dari pengertian peran kepla madrasah yang di paparkan oleh Mulyadi (2010: 93), hampir sama dengan peran kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari, yaitu kepala madrasah bertanggungjawab kesuksesan dan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
94
Selain itu Buhler (2004: 8) berpendapat bahwa peran kepala madrasah dalam manajemen madrasah adalah: 1. Merencanakan Sebagai seorang manajer atau kepala madrasah hendaknya membuat sebuah perencanaan yang nanitinya untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Manajer harus menentukan arah tindakan yang kan diambil untuk masa depan, manajer harus mengumpulkan informasi dan membuat daftar kemungkinan alternatif., kemudian manajer harus memilih jalan alternatif sebagai pengambilan sebuah keputusan. 2. Mengorganisir Mengorganisir adalah fungsi kritis untuk setiap manajer. Mengorganisir melibatkan keputusan tentang bagaimana manajer membagi-bagi pekerjaan yang harus diselesaikan. 3. Mengontrol Pengontrolan yang berhubungan dengan kinerja dan tidak berhubungan dengan melakukan supervise yang bersifat memaksa atau pengelolaan mikro. Manajer melaksanakan fungsi pengontrolan dengan membandingkan kinerja sesungguhnya dengan kinerja yang diinginkan. 4. Memimpin Memimpin disebut sebagai inti fungsi manajemen. Fungsi ini meliputi supervisi yang sesungguhnya terhadap karyawan. Penyebutan fungsi memimpin sebagai mengarahkan dalam beberapa literature adalah pengistilahan yang
tidak cocok.
Memimpin merupakan istilah yag lebih disukai dalam kebanyakan lingkaran manajemen. Beberapa organisasi yang progesif telah mengganti gelar “manajer” menjadi “pemimpin” untuk merefleksikan mentalitas baru ini.
95
Dari teori-teori di atas bahwa semua hapir sama, peran kepala madrasah adalah merencanakan,
mengkoordinasi,
mengontrol,
memimpin,
kepala
madrasah
bertanggungjawab atas kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan kegian, dan kepala madrasah mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan oleh madrasah. Jadi kepala madrasah memiliki peran yang penting dan utama dalam melaksanaka manajemen di madrasah, dengan demikian madrasah semua perencanaan yang buat oleh kepala mdrasah akan sangatlah mudah untuk di laksanakan, dan untuk mencapai kesuksesan dalam menerapkan sebuah manajemen di madrasah akan mudah tercapai.
C. Hasil-Hasil yang dicapai oleh Kepala Madrasah dalam Membangun
Manajemen
Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013 Hasil-hasil yang di capai oleh kepala madrasah dalam membagun manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, yaitu dengan adanya konsep-konsep yang diterapkan oleh kepala madrasah, tentunya kepala madrasah ingin menuju perubahan yang lebih bagus lagi dari sebelumnya. Contohnya tingkat kelulusan UN di madrasah ini selalu kami rencanakan sejak awal, karena dengan adanya perencanaan yang berupa pengadaan guru khusus pendamping setiap mata pelajaran yang di UN kan, maka anak juga akan semangat dalam belajar untuk menghadapi UN. Sehingga output dari madrasah ini akan semakin meningkat dengan kelulusan UN yang bagus. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohiat dengan memberikan contoh tonggak atau kunci keberhasilan tersebut, misal pada tahun 2005 rata-rata UAN sebuah sekolah adalah 6.00, tahun 2009 sebagai sekolah yang menerapkan MBS, rata-rata UAN menjadi 7.00. Jika target ini dirinci setiap tahun UAN yang akan dicapai berarti 6,25 pada tahun 2006, UAN 6,50 pada tahun 2007, UAN 6,75 pada tahun 2008, dan UAN 7,00 pada tahun 2009. UAN tersebut 96
baru merupakan salah satu tolak ukur mutu sekolah yang ditargetkan, di samping itu masih banyak tolak ukur mutu sekolah yang lain, misalnya: budi pekerti, prestasi olah raga, kesenian, olimpiade, karya ilmiah remaja dan lain-lainnya. Dan tolak ukur lainnya seperti kualitas input (guru, fasilitas, dan sebagainya), kualitas proses (PBM, kepemimpinan, dan sebagainya). Sebaiknya tonggak-tonggak kunci keberhasilan tersebut dibuat rinci yang terdiri atas program-program strategis, dan tonggak-tonggak kunci keberhasilan dan setiap program strategis. Dari teori di atas bahwa, hasil-hasil yang di capai oleh MI Ma’arif Mangunsari sama dengan teori yang di paparkan oleh Rohiat. Yaitu kunci keberhasilan dalam penerapan membangun manajemen perubahan di madrasah yaitu meningkatnya tingkat kelulusan Ujian Nasional. Dengan adanya perencanaan sejak awal untuk mempersiapkan peserta didiknya mengahadi UN, tentunya peserta didik sangat terbekali dengan adanya persiapan sejak awal sebelum UN di laksanakan. Sehingga peserta didik dapat mengerjakan soal-soal UN dengan maksimal dan mendapatkan hasil-hasil yang sesuai diinginkan. Selain itu, dengan hasil-hasil UN yang memuaskan tentunya tingkat output sangat berkualitas. Sehingga perubahan madrasah tersebut akan mudah terlaksana dalam mencapai tujuan yaitu merubah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang lebih maju.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2013 1. Faktor Pendukung dalam membangun manajmen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari Adapun faktor-faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya perubahan di madrasah ini adalah: a. Mengajak kerja sama antara pengurus yayasan, komite, dan guru;
97
b. Mengajak kerja sama antara wali murid dari kelas 1-6, kemudian wali murid itu dibentuk semuah jam’iyah wali murid dari berbagai wilayah yang berbeda. Kemudia jam’iyah wali murid itu diberi tugas untuk mempromosikan madrasah tersebut di wilayah mereka tinggal. Sehingga madrasah tersebut cepat tersosialisasikan keseluruh wilayah di kota Salatiga; c. Meningkatnya sarana prasarana; d. Banyak prestasi yang dicapai dalam bidang akademik; e. Kerja guru dan karyawan yang bagus; dan f. Tingkat kelulusan UN sangat meningkat. g. Faktor Penghambat 2. Faktor-faktor penghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, di antaranya: a) Kurangnya pelatih dalam kegiatan ekstra, misalnya rebana dan drum band. b) Perencanaan sebuah kegiatan saat pelaksanaan selalu terbentur dengan kegiatan lain.s c) LCD terbatas, sehingga dalam pembelajaran kurang efektif. d) Kurangnya koordinasi saat menjalankan sebuah kegiatan. e) Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Hal ini hampir sama dengan pendapat Buhler (2004: 367) menyatakna bahwa, faktor penghambat suatu perubahan dalam individu dan organisasi sebagai berikut: 1. Semangat rendah 2. Tingginya tingkat ketidakpuasan pegawai 3. Komunikasi yang buruk
98
4. Pengambilan keputusan yang salah 5. Rendahnya produktivitas dan kualitas kerja 6. Menurunnya produktivitas peralatan 7. Hubungan dengan karyawan yang buruk 8. Kemacetan kerja 9. Tingginya angka kecelakaan 10. Tingginya angka pergantian karyawan 11. Tingginya tingkat kelambanan 12. Tingginya angka absensi Menurut Winardi (2004: 69) menyatakan bahwa, faktor penghambat perubahan adalah para individu-individu dan tingkat keorganisasian yang menentang perubahan. Teori-teori tentang organisasi dan prilaku keorganisasian mengajarkan kita bahwa kepribadian, persepsi, pembelajaran, dan motivasi merupakan karasteristik dasar, individu-individu yag menyebabkan mereka cenderung menentang perubahan. 3. Kendala-Kendala dan cara mengatasinya Kendala-kendala yang menghambat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari dapat teratasi dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Pelatih ekstra drum band dan rebana yang sampai saat ini belum mendapat guru pelatih ekstra drum band. Untuk mengatasi permasalahn tersebut kepala madrasah menawarkan kepada guru-guru untuk mencari informasi tentang pelatih drum band dan rebana, barang kali dari teman-temannya ada yang bisa melatih ekstra drum band. Soalnya untuk drum band madrasah MI Ma’arif Mangunsari sudah mempunyai nama dalam arti pernah mengikuti perlombaan di tingkat Kota sampai tingkat Provinsi Jawa Tengah. 99
2) Untuk rencana kegiatan dalam pelaksanaan selalu benturan dengan kegiatan lain, cara mengatasinya yaitu membuat perencanaan yang lebih matang lagi dan mengadakan koordinasi dengan guru dan karyawan sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan sebuah kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak berbenturan dengan kegiatan lainnya. 3) Untuk permasalahan LCD yang menghambat proses belajar mengajar, cara mengatasinya yaitu mengatur jam pelajaran yang sekiranya saat membutuhkan LCD tidak tabrakan dengan yang lainnya. 4) Kurangnya koordinasi saat melaksanakan kegiatan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala madrasah mengadakan rapat rutinan yaitu rapat mingguan dan rapat mingguan yang isinya membahas tentang kegiatan-kegitan siswa dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga guru tidak ketinggalan informasi saat akan melaksanakan sebuah kegiatan serta kepala madrsah memantau jalannya kegiatan. 5) Untuk mengatasi prasarana yang kurang memadai, kepala madrasah berusaha mencari bantuan dari pusat pemerintah yang dapat memberikan bantuan berupa alat dan prasarana dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar. Misalnaya lab komputer, kepala madrsah meminta pemerintah pusat untuk membantu pengadaan lab komputer. Dan alhamdulillah dengan mengansur perbulan, sekarang madrasah sudah memiliki komputer sejumlah 15 unit komputer. Menurut Winardi (2004: 79), menyatakan bahwa untuk mengatasi tantangan terhadap suatu perubahan sebagai berikut: i.
Pendidikan dan Komunikasi. Pesan yang disampaikan kepada para manajer yang ingin melaksanakan proses perubahan adalah: upayakan agar supaya pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan tersebut memahami apa saja alasan dibelakang 100
tindakan perubahan tersebut, bagaimana bentuknya dan bagaimana dampak-dampak yang dapat diduga akan timbul. ii.
Partisipasi dan Keterlibatan. Bantulah dan berilah dorongan kepada semua pihak yang terlibat dalam semua proses dan aktivitas perubahan tersebut untuk membatu dan mendesain dan mengimplementasi perubahan tersebut, dalam rangka upaya mendapatkan ide-ide mereka, dan untuk memastikan komitmen mereka.
iii.
Fasilitas dan Bantuan. Berilah dorongan, bantuan, pelatihan, konseling, dan sumber-sumber daya kepada semua pihak yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut, membantu mereka menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru yang muncul.
iv.
Negosiasi dan Persetujuan. Tawaran-tawaran untuk menyediakan insentif-insentif sebagai imbalan untuk persetujuan menerima perubahan.
v.
Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi berarti mengatur dan secara selektif memanfaatkan informasi dan insentif-insentif yang terimplikasi guna memaksimasi kemungkinan penerimaan terhadap perubahan. Dapat diketahui bahwa ada usaha dari MI Ma’arif Mangunsari untuk mengatasi
berbagai macam hambatan yang muncul. Upaya yang dilakukan adalah: a) Berkoordinasi dengan kementrian agama dan dinas pendidikan. b) Melengkapi sarana prasarana c) Mengadakan forum/pertemuan rutin untuk mengevaluasi pelaksanaan pendidikan dan selanjutnya mencari rekomendasi untuk meningkatkannya. d) Meningkatkan kompetensi guru dengan cara mengundang pakar pendidikan untuk berdiskusi, mengirim guru untuk mengikuti berbagai macam pelatihan/training atau workshop pendidikan yang ada. Dari hasil penjelasan di atas, bahwa MI Ma’arif Mangunsari yang dulunya sangat tertinggal dengan sekolah-sekolah yang ada di Kota salatiga, sekarang ini MI Ma’arif 101
Mangunsari dapat berubah menjadi madrasah yang tidak tertinggal lagi dengan sekolahsekolah lainnya. Semua ini disebabkan karena madrasah tersebut mempunyai manajmen perubahan yang dirangcang oleh kepala madrasah, kerjasama antara pihak yayasan, kerja sama antara guru-guru di madrasah tersebut, dan kerjasama antara wali murid. Sehingga dalam pelaksanaan sebuah manajemen perubahan sangatlah sesuai apa yag diinginkan oleh semua pihak di madrasah tersebut. Selain itu kepala madrasah juga berperan penuh dalam perubahan madrasah tersebut, karena keberhasilan perubahan madrasah tersebut tergantung oleh kepala madrasah dalam menjalakan tugasnya. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Menurut Buhler (2004: 373), menyatakan bahwa untuk mengatasi tantangan terhadap perubahan dalam individu dan organisasi sebagai berikut: 1. Tinjauan kembali beban kerja. Menuntut terlalu banyak kepada pegawai bisa menimbulkan stres dan akhirnya menurunkan tingkat prestasi. 2. Hilangkan delima etika bila mungkin. Kalau nilai-nilai dan etika pegawai jauh lebih sepadan dengan nilai nilai dan etika manajer, maka kemungkinan stres bisa dikurangi. 3. Ciptakan pekerjaan yang menarik bigi para karyawan. Pekerjaan yang rutin dan membosankan sering membuat stres. 4. Sadari bahwa tingkat kebosenan dan stres pada setiap orang. Hanya karna keadaan tertentu tidak menyiptakan setres bagi manajer, tidak berarti keadaan tersebut tidak menyebabkan stres bagi salah satu pegawai. Amati tanda-tanda stres dan berpikiran terbukalah. 5. Sadari bahwa ada kehidupan (dan juga stresor) diluar pekerjaan. Sebagaian dari tanggung jawab manajer, yaitu membantu para pegawai menyembangkan masalah kerja dan bukan kerja (termasuk stresor). Stresor bukan kerja bisa memengaruhi prestasi pegawai pada suatu pekerjaan. 102
6. Libatkan karyawan dalam perubahan. Ketidak pastian dan sesuatu yang tidak diketahui bisa menimbulkan stres. Melibatkan orang-orang pada perubahan yang akan berdampak pada mereka bisa membantu mengurangi stres tersebut. 7. Dorongan karyawan agar mempunya gaya hidup yang lebih sehat. Sekarang banyak organisasi
di Amerika memberi insentif kepada para keryawan agar
menurunkan berat badan atau berhenti merokok. Semakin banyak pusat kebugaran dibangun di tempat kerja agar karywan lebih sehat. 8. Beri contoh yang bagus. Jadilah teladan dalam pencegahan stres. 9. Tentukan tingkat stres optimal bagi setiap karyawan. Setiap orang memerlukan stres, tetapi tingkat stres optimal berbeda-beda dari satu orang ke orang lain. 10. Pelajari tempat stresor. Manajer hanya bisa membantu mengatasi stresor yang manajer ketahui keberadaannya. Ubah suasana dan lingkungan bila memungkinkan untuk menghilangkan stresor yang tidak diperlukan. 11. Kembangkan suasana yang mendukung. Suasana yang tidak begitu formal lebih mendukung. Birokrasi yang formal dan kaku cenderung menimbulka lebih banyak stres. 12. Gunakan perencanaan karier. Rencana aksi karier memungkinkan karyawan untuk mengetahui langkah merasa selanjutnya sehingga mengurangi ketidakpastian tentang masa depan yang bisa menyebabkan stres. Dari beberapa teori di atas Kendala-Kendala dan cara mengatasi Kepala Madrasah dalam Membangun Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari berbeda dengan paparan teori di atas.
103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari a. Kondisi awal sebelum mengalami perubahan, MI Ma’arif Mangunsari sangat tertinggal sekali dengan sekolah-sekolah yang lain khususnya sekolah-sekolah yang ada di lingkup salatiga. b. Proses perubahan di MI Ma’arif Mangunsari diawali dari kebutuhan masyarakat. c. Kondisi MI Ma’arif Mangunsari sekarang ini sudah mengalami perubahan yang sangat bagus. d. Sebuah konsep perubahan yang direncanakan
yang dilakukan oleh kepala
madrasah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan setelahnya. Baik dimulai dari pengurus yayasan, kepala madrasah, tenaga pendidik, kurikulum, dan siswa dari segi penampilan dan berakhlakul karimah, serta semua orang yang terlibat dalam pengembanganMI Ma’arif Mangunsari. e. Tujuan manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari adalah: untuk menjadikan MI Ma’arif Mangunsari menjadi lebih baik dari madrasah yang tertinggal menuju madrasah yang lebih maju seperti sekarang ini. Perubahan yang dialami oleh MI Ma’arif Mangunsari sangat terlihat dari hasil rapat yang dilaksanakan di madrasah tersebut yang dipimpin langsung oleh kepala madrasah. Dalam rapat tersebut telah disampaikan calon siswa baru pada tahun ajaran 2013/2014 telah mencapai sekitar 60 siswa, jadi yang semula jumlah siswa 210 siswa menjadi 270 siswa. Selain itu pembagian tugas kerja juga dibagi secara merata dan adil sesuai kemampuan guru yang dimilikinya.
104
2. Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan di MI Ma’arif Mangunsari a. Kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik. b. Konsep yang diterapkan oleh kepala madrasah dalam membangun perubahan di MI Ma’arif Mangunsari adalah kebersamaan, kesatuan,kerjasama dalam segala bidang, dan pembagian tugas secara merata sesuia kompetensi yang dimiliki. c. Proses awal perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari sampai sekarang ini adalah membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk perencanaan, kepala madrasah membentuk sebuah tim yang terdiri dari guru-guru yang ada dalam madrasah tersebut. Kemudian tim tersebut diberi tugas untuk mempromosikan MI tersebut ke seluruh TK yang ada di di salatiga. Kemudian kepala madrasah membentuk tim di luar madrasah yang terdiri dari beberapa walimurid dan wali murid tersebut diambil dari berbagai wilayah yang mencakup kota Salatiga, kemudian tim yang terdiri dari wali murid diberi tugas untuk mempromosikan di masyarakat-masyarakat. d. Peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan adalah, sebagai berikut: merencanakan, mengorganisir, mengontrol, memimpin, mengembangkan dan mengelola organisasi madrasah secara professional, sebagai penanggung jawab kesuksesan atau kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran, mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan di madrasah ini agar selalu sukses dan berhasil. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam manajemen perubahan yang dilakukan oleh Kepala Madrasah di MI Ma’arif Mangunsari adalah a. Faktor pendukung: 1) Mengajak kerja sama antara pengurus yayasan, komite, dan guru;
105
2) Mengajak kerja sama antara wali murid dari kelas 1-6, kemudian wali murid itu dibentuk semuah jam’iyah wali murid dari berbagai wilayah yang berbeda. Kemudia jam’iyah wali murid itu diberi tugas untuk mempromosikan madrasah tersebut di wilayah mereka tinggal. Sehingga madrasah tersebut cepat tersosialisasikan ke seluruh wilayah di kota Salatiga; 3) Meningkatnya sarana prasarana; 4) Banyak prestasi yang dicapai dalam bidang akademik; 5) Kerja guru dan karyawan yang bagus; dan 6) Tingkat ke lulusan UN sangat meningkat. b. Faktor penghambat: 1) Kurangnya pelatih dalam kegiatan ekstra, misalnya rebana dan drum band. 2) Perencanaan sebuah kegiatan saat pelaksanaan selalu terbentur dengan kegiatan lain. 3) LCD terbatas, sehingga dalam pembelajaran kurang efektif. 4) Kurangnya koordinasi saat menjalankan sebuah kegiatan. 5) Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pembelajaran. 4. Langkah-langkah kepala madrasah untuk mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari: a) Pelatih ekstra drum band dan rebana yang sampai saat ini belum mendapat guru pelatih ekstra drum band. Untuk mengatasi permasalahn tersebut kepala madrasah menawarkan kepada guru-guru untuk mencari informasi tentang pelatih drum band dan rebana, barang kali dari teman-temannya ada yang bisa melatih ekstra drum band. Soalnya untuk drum band madrasah MI Ma’arif Mangunsari sudah mempunyai nama dalam arti pernah mengikuti perlombaan di tingkat Kota sampai tingkat Provinsi Jawa Tengah.
106
b) Untuk rencana kegiatan dalam pelaksanaan selalu benturan dengan kegiatan lain, cara mengatasinya yaitu membuat perencanaan yang lebih matang lagi dan mengadakan koordinasi dengan guru dan karyawan sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan sebuah kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak berbenturan dengan kegiatan lainnya. c) Untuk permasalahan LCD yang menghambat proses belajar mengajar, cara mengatasinya yaitu mengatur jam pelajaran yang sekiranya saat membutuhkan LCD tidak tabrakan dengan yang lainnya. d) Kurangnya koordinasi saat melaksanakan kegiatan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala madrasah mengadakan rapat rutinan yaitu rapat mingguan dan rapat mingguan yang isinya membahas tentang kegiatan-kegitan siswa dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga guru tidak ketinggalan informasi saat akan melaksanakan sebuah kegiatan serta kepala madrsah memantau jalannya kegiatan. e) Untuk mengatasi prasarana yang kurang memadai, kepala madrasah berusaha mencari bantuan dari pusat pemerintah yang dapat memberikan bantuan berupa alat dan prasarana dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar. Misalnaya lab komputer, kepala madrsah meminta pemerintah pusat untuk membantu pengadaan lab komputer. Dan alhamdulillah dengan mengansur perbulan, sekarang madrasah sudah memiliki komputer sejumlah 15 unit komputer.“ B. Saran 1. Bagi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Manajemen perubahan dapat menjadikan MI Ma’arif Mangunsari yang awalnya tertinggal dari sekolah-sekolah lainnya di sekitar kota Salatiga menjadi madrasah yang maju dan berkembang serta sebagai madrasah panutan di kota Salatiga.
107
2. Bagi Pengelola MI Manajemen perubahan sangat penting untuk menjadikan MI yang berkualitas baik agar banyak diminati masyarakat. Maka, perlu adanya dukungan kuat dari pengelola MI untuk bisa membantu dan melaksanakannya. 3. Bagi MI lainnya Manajemen perubahan perlu diterapkan dan dilaksanakan agar MI menjadi sebuah madrasah yang dinomorsatukan oleh masyarakat. 4. Bagi masyarakat Anak merupakan aset yang berharga bagi orang tua bahkan suatu bangsa. Anak mempunyai berbagai macam potensi yang perlu untuk dikembangkan. Maka sudah selayaknya masyarakat memberikan dukungan bagi sekolah/ madrasah yang melakukan manajemen perubahan sehingga anak mereka lebih senang dan nyaman sekolah di madrasah tersebut. 5. Bagi peneliti selanjutnya Hendaknya diadakan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari.
108
DAFTAR PUSTAKA Asari, H. 1994. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung: Mizan Anggota IKAPI. Bateman, B. S & Snell, A. S. 2008. Manajemen Kepemimpinan Kolaborasi dalam Dunia Yang Kompetitif. Jakarta: Selemba Empat. Black James, A & Champion Dean, J. 1992. Metode Dan Masalah Social. Bandung: PT ERESCO BANDUNG. Chadwick, A. B dkk. 1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang: IKIP Semarang. Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Hamalik Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Miles, B. W & Huberman, M.A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Mulyadi. 2010. Kepemimpinan Kepala Madrasah. Malang: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama. Mulyono. 2009. Educational Leadership. Malang: UIN MALANG-PRESS. Nawawi Hadari. 2006. Hadari Martini, Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pidarta Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Melton Putra. Purnomo, S. H & Zulkieflimansyah. 2005. Manajemen Strategi. Indonesia: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Robbin, P. S & Coulter, M. 2007. Manajemen. Indonesia: PT MACANAN JAYA CERMELANG. Samino. 2010. Manajemen Pendidikan. Surakarta: FAIRUZ MEDIA. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Tanzeh, A. 2009. Pengantar Metode Peneltian. Yogyakarta: Sukses Offset.
109
Wahyudi. 2006. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Organisasi (Learning Organization). Bandung: Alfebata.
Pembelajaran
Winardi. 2005. Manajemen Perubahan. Jakarta: PRANADA MEDIA
110
LAMPIRAN LAMPIRAN
111
Lampiran 1 Kode Penelitian Peran Kepala Madrasah Dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Sidomukti Salatiga Tahun 2013 1. Informan a. Siti Rohmini (Kepala Sekolah) b. Tri Puji Hastuti (guru kelas II) c. Fauziah (guru Kelas IB) d. Aksal e. Putri f. Muhammad Zaenal g. Muhammad Fauzan 2. Metode Kode Metode penelitian W P D 3. Kategori Kode
: SR : TPH :F :A :P : MZ : MF
Wawancara Pengamatan Dokumentasi
Keterangan
KAM
Kondisi Awal Madrasah
KMSP
Kondisi Madrasah Sesudah Perubahan
MPM
Manajmen Perubahan Madrasah
KMP
Konsep Manajemen Perubaha
PAP
Proses Awal Perubahan
TPM
Tujuan Perubahan Madrasah
FPP
Faktor-faktor Pendukung Perubahan
FP
Faktor-faktor Penghambat
HPM
Hambatan-hambatan Perubahan Madrasah
PKM
Peran-peran Kepala Madrasah
HSMP
Hasil-hasil Setelah Manajemen Perubahan
112
Sn
Sanksi
PG
Peran guru dalam pemebalajaran
PS
Peran siswa
POS
Peran Orang Tua Siswa
113
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Peran Kepala Madrasah Dalam Manajemen Perubahan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Mangunsari Sidomukti Salatiga Tahun 2013 Hasil Wawancara Kode Responden Hari/tanggal Tempat Waktu
: : : :
Daftar Pertanyaan Kepala Madarasah: 1. Bagaimanakah kondisi awal MI Ma’arif Mangunsari salatiga sebelum mengalami perubahan? 2. Bagaimanakah kondisi MI Ma’arif Mangunsari salatiga sesudah mengalami perubahan seperti sekarang ini? 3. Apa Pengertian manajemen perubahan madrasah? 4. Tujuan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari salatiga ini? 5. Konsep-konsep apa saja yang di terapkan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari dalam membangun perubahan di madrasah? 6. Bagaimanakah prosese perubahan di MI Ma’arif Mangunsari dari awal mulai perubahan sampai sekarang? 7. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 8. Faktor-foktor apa yang menjadi penghambat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 9. Cara untuk mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 10. Apa peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 114
11. Hasil-hasil yang diinginkan setelah menerapkan manajemen perubahan yang di rencanakan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari? Daftar Pertanyaan Untuk Guru MI Ma’arif Mangunsari 1. Apa pengertian manajemen perubahan? 2. Bagaimanakah manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 3. Apa tujuan MI Ma’arif Mangunsari ini berubah? 4. Apakah kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari ini sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik? 5. Perubahan-perubahan seperti apa yang di lakukan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari? 6. Bagaimanakah proses-proses perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 7. Bagaimanakah tingkat-tingkat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 8. Faktor-faktor apa yang mendorong
penyebabkan terjadinya perubahan di MI
Ma’arif Mangunsari, sampai siawa bertambah menjadi banyak? 9. Faktor-faktor prnghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 10. Usaha-usaha apa dalam mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 11. Program-program pendidikan seperti apa yang diterapkan dalam membangun perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? 12. Kendala-kendala apa yang di alami saat melaksanakan program pendidikan di MI Ma’arif Mangunsari? 13. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? 14. Apa keunikan kurikulum dan materi di MI Ma’arif Mangunsari ini? 15. Metode dan media apa saja yang di gunakan untuk kegiatan pembelajaran? 16. Hasil-hasil apa yang pernah dica[ai saat menggunakan metode dan media pembelajaran MI Ma’arif Mangunsari? Daftar Pertanyaan (untuk siswa): 1.
Bagaimana perasaannya sekolah di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?
2.
Bagaimana dengan pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga? Daftar Pertanyaan (untuk orang tua siswa)
1. Mengapa Bapak memilih MI Ma’arif Mangunsari sebagai tempai pendidikan anak bapak? 115
2. Bagaimanakah pandangan Bapak terhadap MI Ma’arif Mangunsari? 3. Hasil-hasil apa saja yang pernah di raih oleh anak bapak, setelah belajar di MI Ma’arif Mangunsari?
116
Lampiran 3 Hasil Wawancara Kode Responden Hari/tanggal Tempat Waktu
: KP : Senin, 16 Juli 2013 : Ruang Kantor : 13.00-13.40 WIB
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimanakah kondisi awal MI Ma’arif Mangunsari salatiga sebelum mengalami perubahan? Kondisi awal sebelum mengalami perubahan, madrasah ini sangat tertinggal sekali dengan sekolah-sekolah yang lain khususnya sekolah-sekolah yang ada di lingkup salatiga. Karena banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa ada madrasah ibtida’iayah yang terletak di tengah-tengah desa Mangunsari ini. Dulu waktu saya menjabat menjadi kepala madrasah di MI Ma’arif ini, tahun 2009 madrasah ini hanya memiliki ruang kelas enam local yaitu dari kelas satu sampai kelas enam. Dan jumlah siswa hanya mencapai 80 siswa, selain itu sarana dan prasarana di MI ini juga belum lengkap dan memadai seperti sekarang ini. Seperti lab komputer, perpustakaan, UKS, dan peralatan olah raga belum ada seperti sekarang ini. Disamping itu mengenai prestasi tingkat pendidikan juga masih tertinggal dengan sekolah-sekolah yang lain, hal ini disebabka karena guru sangat kurang mengusai kurikulum dan stretegi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak efektif dan efesien. 2. Bagaimanakah kondisi MI Ma’arif Mangunsari salatiga sesudah mengalami perubahan seperti sekarang ini? Kondisi madrasah sekarang ini alhamdulillah sudah mengalai perubahan yang sangat bagus. Hal ini ditinjau dari beberapa segi, diantanya: 6. Kondisi gedung Dari mulai tahun 2010 madrasah ini memiliki 10 lokal gedung kelas untuk untuk kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari kelas 1 (dua kelas), kelas II (dua kelas), kelas III (dua kelas), kelas IV (dua kelas), kelas V (satu kelas), dan VI (satu kelas). Kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 penambahan gedung kelas bertambah satu local gedung kelas, sehingga local gedung kelas menjadi 11 gedung kelas. 117
7. Dari segi bertambahnya siswa Pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa terus mengalami kenaikan. Yang semula pada tahun ajaran 2009/2010 hanya 80 siswa, sekarang ini terus mengalami perkembangan sampai tahun ajaran 2012/2013 jumlah siswa siswa mencapai sekitar 270 siswa yang belajar di madrasah ini. 8. Dari segi sarana prasarana Sekarang ini, madrasah ibtidaiyah memiliki sarana prasarana yang sangat lengkap. Seperti: lab komputer, peralatan olah raga, ruang UKS, perpustakaan, alat-alat drum band, alat-alat rebana dan alat-alat peraga dalam kegiatan pembelajaran. 9. Prestasi pendidikan Sekarang ini tingkat prestasi pendidikan juga tidak kalah dengan prestasiprestasi sekolah-sekolah yang ada dilingkup kota salatiga. Seperti: lomba mapel tingkat kota sampai provinsi juga pernah menjuarai, selain itu lomba ekstra kurikuler (pramuka, drum band, P3K dan MTQ) juga menjuarai tingkat kota sampai provinsi jawatengah. Selain itu tingkat kelulusan UN juga mencapai prestasi yang sangat baik pada tingkat Kota Salatiga. Dan akriditasi madrasah pada tahun ajaran 2011/2012 dan tahun ajaran 2012/2013 terbukti terakriditasi A.
10. Tenaga pendidik Untuk tenaga pendidik di MI Ma’arif Mangunsari juga bekerja secara profesional. Karena dalam penerimaan tenaga pendidik yang baru juga melalui seleksi, dan minimal harus S1. Dengan adanya penyeleksian tenaga pendidik yang baru, maka dapat memilih seorang guru atau pendidik yang benar-benar mau bekerja secara profesional. Pada tahun 2013, MI Ma’arif Mangunsari mengadakan seleksi tenaga pendidik sejumlah 40 calon guru. Dalam penyeleksian tersebut yang ditrima cuma 2 tenaga pendidik baru yang benar-benar sudah memenuhi kriteria persyaratan yang di adakan. Kemudian setelah ditrima tenga pendidik baru, madrasah juga mengadakan ujian kembali yaitu ujian micro teaching. Sehingga tenaga pendidik tersebut dapat terlihat keahlian yang dimilikinya.
118
3.
Apa Pengertian manajemen perubahan madrasah? Sebuah konsep perubahan yang direncanakan yang dilakukan oleh kepala madrasah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan setelahnya. Baik dimulai dari pengurus yayasan, kepala mdrasah, tenaga pendidik, kurikulum, dan siswa dari segi penampilan dan berakhlakul karimah, serta semua orang yang terlibat dalam pengembangan madrasah ini. Terutama untuk guru atau tenaga pendidik juga ditekankan harus mempunyai rasa memiliki mdrasah ini dan menjadikan madrasah ini sebagai rumah yang ke 2. Karena dengan adanya rasa memiliki dan menganggap madrasah ini sebagai rumah yang ke 2, guru atau tenaga pendidik bisa bertanggung jawab dan bekerja secara profesional untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh madrasah.
4.
Tujuan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari salatiga ini? Untuk menjadikan madrasah ini menjadi lebih baik dari madrasah yang tertinggal menuju madrasah yang lebih maju seperti sekarang ini diantaranya: f.
Kegiatan bimbingan karier dan penjurusan atau penempatan serta bimbingan bakat;
g.
Kegiatan pengembangan ketrampilan, jasmani, dan kegiatan;
h.
Kegiatan mengintegrasikan atau memadukan perkembangan aspek-aspek individu menjadi kesatuan yang utuh yang dijiwai oleh falsafah pancasila.
i.
Kegiatan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
5. Konsep-konsep apa saja yang di terapkan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari dalam membangun perubahan di madrasah? Konsep-konsep yang diterapkan dalam membangun perubahan di madrasah ini, diantaranya adalah kebersamaan, kesatuan,kerjasama dalam segala bidang, dan pembagian tugas secara merata sesuia kompetensi yang di miliki. Diantaranya kepala madrsah bekerja aktif di luar dan di dalam madrasah untuk mencari informasi dan pelatihan kepala madrasah, agar madrasah 119
tersebut tidak tertinggal informasi yang terbaru mengenai kemajuan madrasah. Kemudian di bantu oleh waka kesiswaan, yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari
yang di laksanakan dalam madrsah tersebut.
Kemudian di bantu oleh waka kurikulum, yang bertugas mengatur kelancaran kegiatan belajar mengajar dan mengatur kegiatan perlombaan mata pelajaran dari tingkat kota sampai tingkat internasional. Kemudian di bantu oleh guru yang bertugas sebagai pemegang sarana prasarana, yang bertugas melengkapi sarana prasara yang masih kurang, sehingga segala alat penunjang pembelajaran dan meningkatkan mutu madrasah dapat tercapai dengan bagus. Selain itu guru diberi tugas sebagai wali kelas yang bertugas bertanggung jawab setiap kelas dan dapat membantu guru untuk sertifikasi. 6. Bagaimanakah prosese perubahan di MI Ma’arif Mangunsari dari awal mulai perubahan samapai sekarang? Untuk proses awal perubahan tentunya kepala madrasah membuat perencanaan, peleksanaan, dan evaluasi. Utnuk perencanaan, kepala madrasah membentuk sebuah tim yang terdiri dari guru-guru yang ada dalam madrasah tersebut. Kemudian tim tersebut diberi tugas untuk mempromosikan MI tersebut ke seluruh TK yang ada di disalatiga. Kemudian kepala madrasah membentuk tim di luar madrasah yang terdiri dari beberapa walimurid dan wali murid tersebut diambil dari berbagai wilayah yang mencakup kota Salatiga, kemudian tim yang terdiri dari wali murid diberi tugas untuk mempromosikan di masyarakat-masyarakat. Dan alhamdulillah setelah melaksanakan perencanaan tersebut jumlah perkembangan siswa di madrasah tersebut semakin bertambah pertahunnya. Bahkan masyarakat menganggap bahwa MI Ma’arif Mangunsari merupakan wadah tempat belajar agama dan tempat untuk menamkan nilai-nilai agama dari sejak usia dini. 7. Faktor-faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Adapun faktor-faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya perubahan di madrasah ini adalah:
120
7. Mengajak kerja sama antara pengurus yayasan, komite, dan guru; 8. Mengajak kerja sama antara wali murid dari kelas 1-6, kemuadian wali murid itu dibentuk semuah jam’iyah wali murid dari berbagai wilayah yang berbeda.
Kemudia jam’iyah wali murid
itu
diberi
tugas
untuk
mempromosikan madrasah tersebut di wilayah mereka tinggal. Sehingga madrasah tersebut cepat tersosialisasikan keseluruh wilayah di kota Salatiga; 9. Meningkatnya sarana prasarana; 10.
Banyak prestasi yang dicapai dalam bidang akademik;
11.
Kerja guru dan karyawan yang bagus; dan
12.
Tingkat ke lulusan UN sangat meningkat.
8. Faktor-foktor apa yang menjadi penghambat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Kepala madrasah juga menjelaskan faktor-faktor penghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, di antaranya: f) Kurangnya pelatih dalam kegiatan ekstra, misalnya rebana dan drum band. g) Perencanaan sebuah kegiatan saat pelaksanaan selalu terbentur dengan kegiatan lain. h) LCD terbatas, sehingga dalam pembelajaran kurang efektif. i) Kurangnya koordinasi saat menjalankan sebuah kegiatan. j) Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
9. Cara untuk mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari?
121
Kendala-kendala yang menghambat perubahan di madrasah ini dapat teratasi sebagai berikut: 6) Pelatih ekstra drum band dan rebana yang sampai saat ini belum mendapat guru pelatih ekstra drum band. Untuk mengatasi permasalahn tersebut kepala madrasah menawarkan kepada guru-guru untuk mencari informasi tentang pelatih drum band dan rebana, barang kali dari teman-temannya ada yang bisa melatih ekstra drum band. Soalnya untuk drum band madrasah MI Ma’arif Mangunsari sudah mempunyai nama dalam arti pernah mengikuti perlombaan di tingkat Kota sampai tingkat Provinsi Jawa Tengah. 7) Untuk rencana kegiatan dalam pelaksanaan selalu benturan dengan kegiatan lain, cara mengatasinya yaitu membuat perencanaan yang lebih matang lagi dan mengadakan koordinasi dengan guru dan karyawan sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan sebuah kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak berbenturan dengan kegiatan lainnya. 8) Untuk permasalahan LCD yang menghambat proses belajar mengajar, cara mengatasinya yaitu mengatur jam pelajaran yang sekiranya saat membutuhkan LCD tidak tabrakan dengan yang lainnya. 9) Kurangnya koordinasi saat melaksanakan kegiatan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala madrasah mengadakan rapat rutinan yaitu rapat mingguan dan rapat mingguan yang isinya membahas tentang kegiatankegitan siswa dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga guru tidak ketinggalan informasi saat akan melaksanakan sebuah kegiatan serta kepala madrsah memantau jalannya kegiatan. Untuk mengatasi prasarana yang kurang memadai, kepala madrasah berusaha mencari bantuan dari pusat pemerintah yang dapat memberikan bantuan berupa alat dan prasarana dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar. Misalnaya lab komputer, kepala madrsah meminta pemerintah pusat untuk membantu pengadaan lab komputer. Dan alhamdulillah dengan mengansur perbulan, sekarang madrasah sudah memiliki komputer sejumlah 15 unit komputer. 122
10. Apa peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan adalah, sebagai berikut: a) Merencanakan; b) Mengorganisir; c) Mengontrol; d) Memimpin; e) Mengembangkan
dan
mengelola
organisasi
madrasah
secara
kegagalan
dalam
professional; f) Sebagai
penanggungjawab
kesuksesan
atau
melaksanakan pembelajaran; Mendukung semua kegitan yang dilaksanakan di madrasah ini, agar selalu sukses dan berhasil 11. Hasil-hasil yang diinginkan setelah menerapkan manajemen perubahan yang di rencanakan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari? Dengan adanya konsep-konsep yang diterapkan oleh kepala madrasah, tentunya kepala madrasah ingin menuju perubahan yang lebih bagus lagi dari sebelumnya. Contohnya tingkat kelulusan UN di madrasah ini selalu kami rencanakan sejak awal, karena dengan adanya perencanaan yang berupa pengadaan guru khusus pendamping setiap mata pelajaran yang di UN kan, maka anak juga akan semangat dalam belajar untuk emnghadapi UN. Sehingga output dari madrasah ini akan semakin meningkat dengan kelulusan UN yang bagus.
123
Hasil Wawancara Kode Responden
: TPH
Hari/tanggal
: Rabu, 18 Juli 2013
Tempat
: Ruang Kelas IIIa
Waktu
: 11.30-12.30 WIB
Daftar Pertanyaan
:
1.
Apa pengertian manajemen perubahan? Manajemen itu artinya pengaturan, dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan perubahan adalah suatu proses maneral yang mana manajeral tersebut merubah dari yang dulu menuju perubahan yang sekarang.
2.
Bagaimanakah manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Kepala madrasah sudah mulai menerapkan manajmen perubahan, misalnya kepala madrasah membuat sebuah keputusan bagi guru PNS dan guru yang sudah sertivikasi menyatakan bahwa wajib hadir maksimal jam 06.45 dan pulang jam 14.00. Selain kepala madrasah juga memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada guru-guru mengenai pengelolaan kelas, yaitu guru tidak hanya mengadakan pembelajaran di dalam kelas saja, akan tetapi pembelajaran boleh diluar kelas sesuai materi yang berkaitan. Sehingga anak merasa senang dan tidak mudah bosan dalam pembelajaran
3.
Apa tujuan MI Ma’arif Mangunsari ini berubah? MI Ma’arif Mangunsari mengalami perubahan, dengan tujuan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan MI yang mana dulu itu yang namanya madrasah selalu di nomer duakan oleh mayarakat. Untuk itu MI Ma’arif Mangunsari harus mengalami perubahan, agar madrasah yang sekarang ini harus di nomer satukan dan menjadi pilahan pertama oleh masyarakat.
4.
Apakah kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari ini sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik? Alhamdulillah kepala madrasah disini sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik. Yaitu pada saat rapat kepala madrasah juga membentuk sebuah jam’iyah wali murid dalam keterlibatan perubahan di madrasah ini, selain itu dalam pengambilan sebuah keputusan kepala madrasah juga
124
melibatkan guru. Sehingga dalam pelaksanaan perubahan semuanya dapat terkoordinasi dengan baik. 5.
Perubahan-perubahan seperti apa yang di lakukan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari? Perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah bias dilihat dari warna cat dinding sekolah, yang mana dulu itu MI identik dengan warna hijau. Akan tetapi untuk madrasah ini cat dinding sudah menggunakan warna selain hijau, misalnya ada orange, kuning, dan merah. Sehingga madrasah ini dipandang menarik oleh banyak siswa dan ini sudah menunjukkan perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah.
6.
Bagaimanakah proses-proses perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Proses perubahan di madrasah ini di awali dari kebutuhan masyarakat, sekarang ini banyak anak itu krisis akhlak. Kalau disekolah dasar pendidikan agama cuma sedikit paling-paling ilmu agama kebanyakan terdapat di madrasah diniyah. Akan tetapi madrasah ini dengan masukan-masukan dari masyarakat mengenai krisis akhlak, madrasah ini dapat menjawab apa yang dibutuhkan oleh masyarakat yaitu di madrasah membuat program yang mengandung nilai agama seperti sebelum pembelajaran anak diajari sholat dhuha, mengaji, dan diajari ilmu keagamaan. Selain itu dengan melalui prestasi lomba-lomba di tingkat kecamatan dan kota yang selalu menang dan juga bisa mewakili ketingkat provinsi, madrasah ini bisa membuat ketertarikan terhadap masyarakat.
7.
Bagaimanakah tingkat-tingkat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Tingkat-tingkat perubahan di madrsah ini dimulai dari guru terlebih dahulu, guru diberi masukan-masukan mengenai apa yang harus dikerjakan di madrasah ini. Sehingga guru tidak hanya sekedar bekerja menjalankan tugas saja, akan tetapi semua yang dikerjakan oleh guru akan menimbulkan sebuah hasil yang optimal dan kepuasan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sarana prasarana yang lebih lengkap dan memiliki lab komputer.
8.
Faktor-faktor apa yang mendorong penyebabkan terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, sampai siawa bertambah menjadi banyak? Faktor-faktor yang mendorong penyebab perubahan dimulai dari guru, di madrasah ini guru sudah S1 dan ada yang S2 ada dua orang, selain itu madrasah ini juga di beri kebebasan oleh kemenag dalam seragam anak-anak misalnya senin dan selasa memakai merah putih, rabu dan kamis memakai batik berwarna 125
hijau, jum at dan sabtu memakai seragam warna orange. Selain itu menggunakan model pembelajaran tematik yaitu dari kelas satu sampai kelas dua, setiap satu kelas di dampingi oleh dua guru sehingga anak yang sekolah di madrasah ini merasa di perhatikan. Dan guru juga diberi jadwal piket untuk menyambut kedatangan siswa saat sampai di madrasah. 9.
Faktor-faktor prnghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Untuk faktor-faktor penghambat perubahan di madrasah ini adalah guru terlalu banyak urusan di luar jam kerja di madrasah, sehingga guru kurang optimal dalam menjalankan tugasnya. Selain itu kurangnya komunikasi antara kepala madrasah dan guru satu dengan yang lainnya, sehingga jika ada suatu kegiatan untuk anak-anak hasilnya tidak sesuai yang direncanakan.
10. Usaha-usaha apa dalam mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Usaha-usaha untuk mengatasi faktor penghambat adalah guru saat di madrasah harus bisa mendahulukan kepentingan madrasah dari pada kepentinagan pribadi. Selain itu guru sebelum melaksanakan perencanaan, sebaiknya di adakan koordinasi terlebih dahulu. Sehingga dalam peleksanasan perencanaan akan mencapai hasil yang sesuai apa yang telah direncanakan. 11. Program-program pendidikan seperti apa yang diterapkan dalam membangun perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Prgram-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah program sesuai dari kemenag terutama dalam hal ke agamaan madarsah ini mengambil dari diknas, akan tetapi madrasah ini tetap mengacu kepada kemenag. Programprogramnya ada kegiatan intra kurikulier, kurikuler, dan ekstra kurikuler yang diterapkan disini. 12. Kendala-kendala apa yang di alami saat melaksanakan program pendidikan di MI Ma’arif Mangunsari? Kendala-kendala untuk melaksanakan program-program pendidikan di madrasah ini yaitu kurangnya alat prasarana, kurangnya koordinasi antara guru satu dengan yang lain. 13. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ialah melengkapi sarana prasarana dan mengadakan rapat bulanan untuk guru-guru. Sehingga guru-guru dapat terkoordinasi saat melaksanakan perencanaan. 126
14. Apa keunikan kurikulum dan materi di MI Ma’arif Mangunsari ini? Keunikan kurikulum dan materi pembelajaran di madrasah ini adalah sesuai Visi MI Ma’arif Mangunsari terangkum dalam sebuah kata “CERRIA” yang merupakan singkatan dari cerdas, religius dan berakhlakul karimah. Dan Misi madrasah ini yakni memantik kecerdasan siswa dan mengembangkan model pembelajaran ENJOY (efektif, nyaman, jelas, objektif dan islami). 15. Metode dan media apa saja yang di gunakan untuk kegiatan pembelajaran? Media yang digunakan bermacam-macam seperti LCD. Sumbernya berasal dari buku, lingkungan dan juga internet. Selain itu pembelajaran juga dari pengalaman ana. Suatu misal pemeblajaran Matematika, anak tidak hanya menghafal perkalian akan tetapi mengetahui proses hasil dari perkalian. Contoh 2 x 3 = 2 + 2 + 2 = 6. 16. Hasil-hasil apa yang pernah dica[ai saat menggunakan metode dan media pembelajaran MI Ma’arif Mangunsari? Alhamdulillah dari metode dan media yang diterapkan saat pembelajaran, saat ulangan anak dapat mengerjakan dengan mudah, dan mendapat nilai sesuai KKM. Ada anak yang belum memenuhi nilai KKM, guru tetap mengadakan remidial sehingga nilai anak dalam setiap pelajaran dapat memenuhi nilai KKM. Dan yang lebih unik lagi, ada beberapa anak yang pidahan dari SD Muhammadiyah, SD Siderojo, dan dari Al Azhar, yang mana anak itu di sekolah asalnya dikatakan kurang mampu mengikuti pembelajaran, alhamdulillah setelah pindah di madrasah ini anak tersebut dapat mengikuti pembelajaran dan mendapatkan nilai sesuai KKM. Dan sampai guru-guru di madrasah ini menjadi heran dan terkejut.
127
Hasil Wawancara Kode Responden
:F
Hari/tanggal
: Sabtu, 20 Juli 2013
Tempat
: Ruang Kelas Ia
Waktu
: 10.30-11.00 WIB
Daftar pertanyaan: 1) Apa pengertian manajemen perubahan? Manajmen perubahan adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dibuat oleh seorang manajer keterlibatan semua orang yang terlibat dalam perubahan untuk mengubah keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang sekarang ini. 2) Bagaimanakah manajemen perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Manajemen perubahan di madrasah ini adalah suatu manajemen yang berbeda dari manajemen dulu dengan manajemen yang sekarang. Artinya manjemen di madrasah ini yang dulu semua pekerjaan yang menegerjakan adalah kepala madrsah, akan tetapi sekarang ini setelah adanya manajemen perubahan di madrasah ini kepala madrasah dapat mengatur dan membagi semua pekerjaan kepada guru-guru sesuai dengan potensinya. Sehingga madrsah ini dapat berubah menjadi lebih baik dari yang dulu menuju yang sekarang ini. 3) Apa tujuan MI Ma’arif Mangunsari ini berubah? Tujuan MI Ma’arif Mangunsari mengalami perubahan adalah meningkatkan mutu pendidikan madrasah, agar madrasah ini mempunyai nama baik di tingkat kota maupun provinsi dan masyarakat agar beranggapan madrasah itu tidak tertinggal lagi oleh sekolah-sekolah SD 4) Apakah kepala madrasah di MI Ma’arif Mangunsari ini sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik? Alhamdulillah kepala madrasah di madrasah ini sudah berperan bagus dalam maajmen perubahan. Contohnya dari hal yang sederhana dulu: kepala madrasah datang lebih awal sebelum guru-guru yang lainnya datang, penataan ruangan dengan model yang baru dan menarik, saling koordinasi dengan guru-guru yang lain, dan membuat program pendidikan yang terbaru. Selain itu kepala madrasah juga member motivasi terhadap guru-guru yang lain biar lebih semangat dalam menjaankan pekerjaan. 128
5) Perubahan-perubahan seperti apa yang di lakukan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari? Perubahan yang dilakukan oleh kepala madrsah di antaranya: penambahan gedung kelas yang dulu hanya 6 lokal kelas, akan tetapi sekarang ini gedung kelas menjadi 11lokal kelas, perubahan cat warna dinding madrasah, pembagian kerja yang merata, menciptakan suasana madrsah menjadi lebih hidup, dan menciptakan hubungan antara kepala madrasah dan guru menjadi lebih dekat. 6) Bagaimanakah proses-proses perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Proses perubahan di madrasah ini dimulai dari kepala madrasah membuat sebuah program, yang mana program pendidikan yang berbeda dengan sekolahsekolah yang lain dan program-program pendidikan itu sangat di butuhka oleh masyarakat. Di antaranya mengadakan pagi ceria yaitu menghafal hadits-hadits pendek, mengaji al qur an, mengadaka jamaah dhuha bersama, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam diri anak. Kemudian program yang direncanakan oleh kepala mrasah di tawarkan kepada masyarakat dan sekolah TK, dan alhamdulillah semua apa yang direncanakan oleh kepala madrasah berhasil dan sesuai apa yang diharapkan yaitu siswa menjadi lebih banyak dari tahun kemarin. 7) Bagaimanakah tingkat-tingkat perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Tingkat-tingkat perubahan dimadrasah ini di awali dari kepala madrasah yang membuat sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemudian kepala madrasah memberi motivasi terhadap guru-guru dan semua orang yang telibat dalam madrasah tersebut untuk di ajak berubah menuju perubahan madrasah yang lebih maju. Dari mulai tahun ajaran 2009/2010 sampai tahun ajaran 2013/2014 siswa yang sekolah di madrasah ini selalu bertambah banyak. Dan pembagian tugas yang merata sehingga tidak terjadi sebuah kesenjangan, tambahnya alat sarana prasrana dan bertambahnya buku-buku perpustakaan. 8) Faktor-faktor apa yang mendorong penyebabkan terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, sampai siawa bertambah menjadi banyak? Faktor-faktor yang mendorong perubahan di madrasah ini adalah semua guru yang ada disini semua sudah SI dan ada dua orang yang S2, program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah setiap guru harus menghargai hasil apa saja yang dikerjakan oleh anak, perhatian guru terhadap siswa sangat di 129
utamakan karena dengan adanya perhatian siswa merasa nyaman saat dekat dengan guru, pembelajaran bersifat enjoy, nyaman, dan menyenangkan, dengan kerjasama dengan wali murid siswa yang sekolah di madrsah ini menjadi lebih banyak. 9) Faktor-faktor prnghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Faktor penghambat perubahan di madrsah ini adalah kurangnya alat pembelajaran, guru terkadang saat mengajar kurang menguasai materi pembelajaran, kurangnya koordinasi antara pihak yayasan, kepla madrasah, guru-guru, dan wali murid saat melaksanakan sebuah kegiatan sehingga hasilnya tidak sesuai apa yang diinginkan. Selain itu disini mempunyai peralatan drum band dan rebana akan tetapi pelatihnya belum ada sehingga untuk memajukan ekstra drum band dan rebana msinh menjadi penghambat dalam proses perubahan. 10) Usaha-usaha apa dalam mengatasi hambatan-hambatan perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Usaha-usaha untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam kemajuan perubahan di madrsah ini adalah kepala madrasah mengadakan rapat bulanan yang bertujuan salah satunya untuk meningkatkan komunikasi antara kepala madrsah dan guru-guru, untuk menjaga kekompakan dalam bekerja maka kepala madrasah harus memberi arahan-arahan sebelum mengerjakan sesuatu. Kemudian sebelum mengajar guru harus mempelajari materi terlebih dahulu, untuk ektra drum band dan rebana harus segera di carikan pelatih sehingga untuk mencapai perubahan sangatlah mudah. 11) Program-program pendidikan seperti apa yang diterapkan dalam membangun perubahan di MI Ma’arif Mangunsari? Program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah kalau pagi di madrasah ini sebelum kegiatan pembelajaran di mulai, madrasah sisini mengadakan program kegiatan pagi diantaranya, membaca ikrar madrasah, membaca asmaul husna, menghafalkan hadis-hadis pendik. Kemudian setelah masuk di kelas anak-anak sholat dhuha dan mengaji, setelah selesai sholat dhuha dan mengaji baru dimulai kegiatan pembelajaran. 12) Kendala-kendala apa yang di alami saat melaksanakan program pendidikan di MI Ma’arif Mangunsari?
130
Kendala-kendala untuk melaksanakan program-program di madrasah ini adalah terkadang guru masih banyak kesibukan-kesibukan seidiri sehingga dalam menjalankan visi dan misi masih belum maksimal. 13) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ialah kepala madrasah memberikan sebuah motivasi dan pengarahan terhadap guru-guru sehingga guru dapat membedakan mana kepentingan pribadi dan ma yang menjadi kepentingan madrasah. Sehingga dalam pencapaian visi dan misi madrasah ini sangatlah tercapai dengan baik.. 14) Apa keunikan kurikulum dan materi di MI Ma’arif Mangunsari ini? Keunikan kurikulum dan materi pembelajaran di madrasah ini adalah menerapkankan sebuah model pendidikan yang memanusiakan manusia. Seorang anak itu mempunyai berbagai potensi, kecerdasan dan karakter yang berbedabeda. Nah, pendidikan harus bisa menghargai, dan membantu siswa untuk mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki. Pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh karena setiap anak itukan memang tidak sama. Ada yang dia pintar di pelajaran matematika tapi bahasa kurang. Atau yang lainnya. 15) Metode dan media apa saja yang di gunakan untuk kegiatan pembelajaran? Metode dan media untuk pembelajaran di madrasah ini adalah guru-guru menyesuaikan materi pembelajaran, terkadang saat pembelajaran guru dan siswa langsung terjun langsung kelapangan, misalnya pembelajaran IPA guru mengajak siswa kesawah. Dan menggunakan metode dan media yang membuat anak itu tidak mudah bosen dan anak mudah memahami pembelajaran. 16) Hasil-hasil apa yang pernah dicapai saat menggunakan metode dan media pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari? Alhamdulillah setelah menerapka metode dan medeia pembeljaran, anak dapat memahami pelajaran dengan mudah, saat ulangan anak-anak tidak kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberika oleh guru. Selain itu nilai-nilai yang di peroleh anak kebanyakan sudah mencapai KKM.
131
Hasil Wawancara Siswa I.
Kode Responden
:A
Hari/tanggal
: Senin, 29 Juli 2013
Tempat
: Ruang kelas
Waktu
: 10.05-10.00 WIB
1. Bagaimana perasaannya sekolah di MI Ma’arif Mangunsari? Senang karena punya banyak teman. 2. Bagaimana dengan pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari? Menyenangkan, bisa belajar sambil bermain. Kemarin mewarnai gambar binatang.
II.
Kode Responden
:P
Hari/tanggal
: Senin, 29 Juli 2013
Tempat
: Halaman sekolah
Waktu
: 10.50-11.00 WIB
1. Bagaimana perasaannya sekolah di MI Ma’arif Mangunsari? Menyenangkan, bisa bermain dengan teman-teman. Gurunya baik-baik. 2. Bagaimana dengan pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari? Kadang belajar dengan kartu, juga pernah jalan-jalan ke luar sekolah.
132
Orang Tua siswa Hasil Wawancara Kode Responden
: MZ
Hari/tanggal
: Selasa, 30 Juli 2013
Tempat
: Halaman sekolah
Waktu
: 08.30-09.00 WIB
1. Mengapa Bapak memilih MI Ma’arif Mangunsari sebagai tempai pendidikan anak bapak? Karna MI Ma’arif Mangunsari, program pendidikannya sesuai kebutuhan yang saya inginkan. Yaitu anak bisa belajar nilai-nilai agama dan bisa berakhlakul karimah yang baik. 2. Bagaimanakah pandangan Bapak terhadap MI Ma’arif Mangunsari? Pandangan saya mengenai madrasah MI Ma’arif Mangunsari ini, yang jelas madrasah ini sudah berbeda banget dengan madrasah yang sekarang ini, karena madrasah yang sekarang ini cenderung mendidik anak dengan sebenar-benarnya. 3. Hasil-hasil apa saja yang pernah di raih oleh anak bapak, setelah belajar di MI Ma’arif Mangunsari? Alahmdulillah anak saya setelah mengikuti pembelajaran di madrasah ini, anak saya kalu ulangan mendapat nilai-nilai yang bagus, karena anak belajar di madrasah ini sanagat menyenangkan.
133
Hasil Wawancara Kode Responden
: MF
Hari/tanggal
: Selasa, 30 Juli 2013
Tempat
: Halaman sekolah
Waktu
: 08.30-09.00 WIB
1. Mengapa Bapak memilih MI Ma’arif Mangunsari sebagai tempai pendidikan anak bapak? Saya memilih MI Ma’arif Mangunsari sebagai tempat belajar anak saya, karena madrasah ini kepala madrasah dan guru-guru yang ada ada di madrasah ini dapat bekerja dengan baik dan profesional. Jadi anak saya untuk mengikuti pembelajaran sangat senang. 2. Bagaimanakah pandangan Bapak terhadap MI Ma’arif Mangunsari? MI Ma’arif Magunsari ini, menurut saya pendidikannya sangatlah bagus, karena program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini sesuai dengan keinginan saya yaitu anak bisa belajar berakhlakul karimah dengan baik dan anak saya sekarang bisa membaca al qur an. 4. Hasil-hasil apa saja yang pernah di raih oleh anak bapak, setelah belajar di MI Ma’arif Mangunsari? Hasil-hasil yang pernah dicapai anak saya adalah alhamdulillah anak saya pernah mengikuti perlombaan MTQ tingkat kota bisa menang juara II. Dan itu menjadi sebuah kebanggan saya sebagai orang tua siswa.
134
Lampiran 4 Lembar Observasi PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN 2013 Catatan Nomor Hari/Tanggal Waktu Tempat
: 01 : Senin, 15 Juli 2013 : 06.30-09.00 WIB; : MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Pengamatan pertama peneliti laksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Juli
2013.
Peneliti mengamati bagaimana situasi yang tercipta di lingkungan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Subjek utama pengamatan adalah warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan siswa dan situasi/suasana yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut. Menjelang jam 07.00 WIB di Sabtu pagi, terlihat anak-anak berseragam olahraga berwarna kuning-orange mulai berdatangan. Ada yang diantar oleh ortang tuanya ada juga yang datang sendiri. Terlihat sosok separuh baya dengan peliut sibuk mengatur lalu lintas di depan Sekolah itu. Dia adalah Pak Turis, guru Olah raga di MI Ma’arif Mangunsari. Itulah pandangan yang lazim terlihat di MI tersebut ketika pagi hari. Lebih ke dalam lagi, sosok bersahaja dengan senyum hangat menyambut siswa yang baru saja memasuki sekolah. Beliau adalah Ibu Siti Rohmini, Kepala sekolah MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Setiap hari beliau “mencegat” anak didiknya. Berbekal dengan sisir dan potongan kuku untuk merapikan penampilan siswa yang kadang belum rapi. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan oleh Ibu Rohmini, tetapi juga oleh guru lainnya. Suasana di pagi haripun sudah tercipta dalam keadaan yang ceria. Tepat jam 07.00 pagi WIB bel berbunyi. Sedikit berbeda dengan hari sebelumnya, anak-anak langsung masuk ke dalam kelas. Namun tetap sama, mereka akan mengawali hari ini dengan kegiatan “Pagi Ceria”. Kegiatan ini dipimpin oleh anak-anak sendiri secara bergantian. Diharapkan dengan pergiliran jatah memimpin akan memantik potensi kepemimpinan anak. Kegiatan pagi ceria diawali dengan doa, lalu dilanjutkan membaca ikrar, asmaul husna dan doa-doa harian. Bahasa yang digunakan bervariasi dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Anak-anak terlihat antusias walaupun ada sebagian kecil yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Namun dengan telaten Ibu Guru mendekati untuk kembali mengajak berdoa. Pembelajaran berlangsung di tiap kelas. Ada hal yang menarik bagi peniliti yakni hubungan antara guru dan murid yang begitu dekat. Terlihat tidak ada jarak yang terlalu jauh 135
diantara mereka. Akan tetapi tetap memperhatikan batasan dan etika. Anak-anak sering masuk keluar ke dalam ruangan guru dan para guru pun tidak kemudian marah-marah dan menganggap ruang guru adalah “haram bagi murid”. Di halaman sekolah terlihat anak yang berlarian dengan cerianya. Tidak terlihat raut muka yang penuh dengan beban. Mereka bisa bermain sesuai dengan keinginannya. Semua terlihat begitu menyenangkan dan berkesan bagi anak.
Kesimpulan
peneliti:
Madrasah
mencoba
untuk
menciptakan
suasana
menyenangkan.Terlihat dengan begitu besarnya perhatian guru sejak anak memasuki sekolah mereka di pagi hari. Suasana menyenangkan itu berlangsung pada kegiatan pembelajaran di kelas dan juga aktivitas anak dilingkungan sekolah. Hal ini setidaknya terlihat dari rasa senang dan ceria yang dirasakan anak. Ini merupakan indikasi awal perubahan.
136
Catatan Nomor Hari/Tanggal Waktu Tempat
: 02 : Sabtu, 26 Februari 2013 : 07.00-10.00 WIB : MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Observasi kedua ini, secara khusus peneliti melakukan pengamatan kedua ini untuk mengamati kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Sabtu pagi terasa begitu ceria. Siswa di kelas IB tampak begitu bersemangat untuk belajar. Ibu Ifo, guru kelas IB terlihat sedang sibuk menyapu ruangan kelas yang kotor karena sedang ada proyek pembangunan kelas. Nampak seorang siswi putri ikut membantu sang ibu guru. Ada juga Lita, siswa yang hari itu dengan penuh semangat mengumpulkan infak dari teman-temannya. Setelah semuanya siap, Bu Ifo menunjuk seorang siswa untuk memimpin kegiatan pagi ceria saat itu. Zaki, nama siswa yang bertugas saat itu. Zaki langsung memberikan aba-aba ya’dun diangkat, ra’sun menunduk. Pertanda bahwa doa akan dimulai. Anak-anak membaca doa, kemudian dilanjutkan dengan ikrar, asmaul husna serta doa harian. Setelah rangkaian kegiatan tersebut, Bu Ifo meminta seorang siswa bernama Rois untuk maju ke depan kelas. Ia langsung unjuk kebolehan tilawah tanpa teks. Setelah selesai Bu Ifo memberikan apersepsi kepada anak-anak dengan bertanya tentang materi yang telah lalu. Ibu Ifo mengambil sebuah bola dari kertas dan mulai untuk melemparkannya kepada siswa. Siswa yang terkena lemparan melakukan apa yang diminta oleh guru. Hari itu, siswa diminta untuk melanjutkan urutan angka. Kegiatan menjadi ramai dan tanpa terasa guru telah menyampaikan materi kepada murid. Semua terlihat antusias berebut bola yang dilempar guru. Kemudian guru mengajak bertanding siswa mengurutkan angka dengan memberikan nilai pada pihak yang menjawab dengan benar. Ternyata hal ini bisa memantik siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Penilaian dilakukan guru selama proses pembelajaran tersebut. Setelah selesai guru meminta siswa untuk tepuk tangan sebagai bentuk apresisasi atas kerja yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran dilanjutkan dengan shalat Dhuha bersama dan mengaji. Guru menyimak satu persatu murid yang mengaji hingga waktu istirahat datang. Peneliti juga menemukan sebuah buku yang digunakan oleh guru untuk berkomunikasi dengan orang tua siswa. Buku itu disebut buku hubung. Buku itu berisi tentang informasi dari sekolah untuk wali atau konsultasi orang tua kepada guru terkait perkembangan belajarnya maupun pengamalan keagamaan siswa di rumah.
137
Dari observasi tersebut dapat diketahui: kegiatan pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari diawali dengan kegiatan pagi ceria. Setelah itu siswa masuk kedalam kelas dan belajar. Pelaksanaan tidak berbeda jauh dengan kebanyakan RPP dimana guru memberikan apersepsi, melakukan KBM dan evaluasi. Hal yang sedikit membedakan adanya kegiatan keagamaan yakni mengaji dan sholat Dhuha bersama. Selain itu guru mencoba untuk mengemas pembelajaran menyenangkan mungkin sejak awal hingga akhir.
138
Catatan Nomor Hari/Tanggal Waktu Tempat
: 03 : Senin, 29 Juli 2013 : 07.00-10.00 WIB : MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Pengamatan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 29 Juli 2013. Peneliti menemukan bahwa tata ruang kelas antar kelas satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Di kelas satu ruang kelas I berbentuk huruf U, di kelas dua seperti huruf I yang saling menghadap dan ruang kelas III seperti gugusan-gugusan. Selain itu juga terdapat tata tertib yang berbeda-beda antara kelas satu dengan kelas lainnya. Peneliti memasuki kelas III dan menjumpai siswa sedang mengerjakan soal tertulis dari guru mata pelajaran Bahasa Arab. Guru berjalan menghampiri siswa yang sedang mengerjakan. Peneliti juga menjumpai rak piala yang penuh dengan piala hasil kejuaran berbagai lomba. Sarana dan prasarana juga cukup bagus. Ada seperangkat Kit IPA, alat kesehatan/ perlengkapan UKS, alat-alat olah raga, alat peraga BTA, LCD, dan alat musik. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa seting kelas di MI Ma’arif berbeda antara satu kelas dengan kelas yang lain. Hal ini diserahkan kepada warga kelas untuk mengatur kelas mereka dengan begitu siswa akan merasa lebih nyaman untuk belajar. Selain itu MI ini juga didukung dengan fasilitas yang cukup baik untuk mendukung pembelajaran secara maksimal
139
Lampiran 5 Reduksi Data Peran Kepala Madrasah dalam Manajemen Perubahan MI Ma’arif Mangunsari Sidomukti Salatiga Semester Genap Tahun 2013 Reduksi Data 1 Kode Responden Hari/tanggal Tempat Waktu
: KP : Senin, 15 Juli 2013 : Ruang Kepala Sekolah : 13.00-13.30 WIB
Kondisi awal sebelum mengalami perubahan, madrasah ini sangat tertinggal sekali dengan sekolah-sekolah yang lain khususnya sekolah-sekolah yang ada di lingkup salatiga. Karena banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa ada madrasah ibtida’iayah yang terletak di tengah-tengah desa Mangunsari ini. Dulu waktu saya menjabat menjadi kepala madrasah di MI Ma’arif ini, tahun 2009 madrasah ini hanya memiliki ruang kelas enam local yaitu dari kelas satu sampai kelas enam. Dan jumlah siswa hanya mencapai 80 siswa, selain itu sarana dan prasarana di MI ini juga belum lengkap dan memadai seperti sekarang ini. Seperti lab komputer, perpustakaan, UKS, dan peralatan olah raga belum ada seperti sekarang ini. Disamping itu mengenai prestasi tingkat pendidikan juga masih tertinggal dengan sekolah-sekolah yang lain, hal ini disebabka karena guru sangat kurang mengusai kurikulum dan stretegi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak efektif dan efesien.”(W/KP/KAW/15-072013/13.00 WIB).
Kondisi madrasah sekarang ini alhamdulillah sudah mengalai perubahan yang sangat bagus. Hal ini ditinjau dari beberapa segi, diantanya: 1. Kondisi gedung
140
Dari mulai tahun 2010 madrasah ini memiliki 10 lokal gedung kelas untuk untuk kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari kelas 1 (dua kelas), kelas II (dua kelas), kelas III (dua kelas), kelas IV (dua kelas), kelas V (satu kelas), dan VI (satu kelas). Kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 penambahan gedung kelas bertambah satu local gedung kelas, sehingga local gedung kelas menjadi 11 gedung kelas. 2. Dari segi bertambahnya siswa Pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa terus mengalami kenaikan. Yang semula pada tahun ajaran 2009/2010 hanya 80 siswa, sekarang ini terus mengalami perkembangan sampai tahun ajaran 2012/2013 jumlah siswa siswa mencapai sekitar 270 siswa yang belajar di madrasah ini. 3. Dari segi sarana prasarana Sekarang ini, madrasah ibtidaiyah memiliki sarana prasarana yang sangat lengkap. Seperti: lab komputer, peralatan olah raga, ruang UKS, perpustakaan, alat-alat drum band, alat-alat rebana dan alat-alat peraga dalam kegiatan pembelajaran. 4.
Prestasi pendidikan Sekarang ini tingkat prestasi pendidikan juga tidak kalah dengan prestasi-prestasi sekolah-sekolah yang ada dilingkup kota salatiga. Seperti: lomba mapel tingkat kota sampai provinsi juga pernah menjuarai, selain itu lomba ekstra kurikuler (pramuka, drum band, P3K dan MTQ) juga menjuarai tingkat kota sampai provinsi jawatengah. Selain itu tingkat kelulusan UN juga mencapai prestasi yang sangat baik pada tingkat Kota Salatiga. Dan akriditasi madrasah pada tahun ajaran 2011/2012 dan tahun ajaran 2012/2013 terbukti terakriditasi A.
5. Tenaga pendidik
141
Untuk tenaga pendidik di MI Ma’arif Mangunsari juga bekerja secara profesional. Karena dalam penerimaan tenaga pendidik yang baru juga melalui seleksi, dan minimal harus S1. Dengan adanya penyeleksian tenaga pendidik yang baru, maka dapat memilih seorang guru atau pendidik yang benar-benar mau bekerja secara profesional. Pada tahun 2013, MI Ma’arif Mangunsari mengadakan seleksi tenaga pendidik sejumlah 40 calon guru. Dalam penyeleksian tersebut yang ditrima cuma 2 tenaga pendidik baru yang benar-benar sudah memenuhi kriteria persyaratan yang di adakan. Kemudian setelah ditrima tenga pendidik baru, madrasah juga mengadakan ujian kembali yaitu ujian micro teaching. Sehingga tenaga pendidik tersebut dapat terlihat keahlian yang dimilikinya.” (W/KP/KMS/15-07-2013/13.00 WIB).
Sebuah konsep perubahan yang direncanakan
yang dilakukan oleh kepala
madrasah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan setelahnya. Baik dimulai dari pengurus yayasan, kepala madrasah, tenaga pendidik, kurikulum, dan siswa dari segi penampilan dan berakhlakul karimah, serta semua orang yang terlibat dalam pengembangan madrasah ini. Terutama untuk guru atau tenaga pendidik juga ditekankan harus mempunyai rasa memiliki mdrasah ini dan menjadikan madrasah ini sebagai rumah yang ke 2. Karena dengan adanya rasa memiliki dan menganggap madrasah ini sebagai rumah yang ke 2, guru atau tenaga pendidik bisa bertanggung jawab dan bekerja secara profesional untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh madrasah.” (W/KP/MPM/15-07-2013/13.00 WIB)
142
Untuk menjadikan madrasah ini menjadi lebih baik dari madrasah yang tertinggal menuju madrasah yang lebih maju seperti sekarang ini diantaranya:” (W/KP/TMP/15-07-2013/13.00 WIB). 1. Kegiatan bimbingan karier dan penjurusan atau penempatan serta bimbingan bakat; 2. Kegiatan pengembangan ketrampilan, jasmani, dan kegiatan; 3. Kegiatan mengintegrasikan atau memadukan perkembangan aspek-aspek individu menjadi kesatuan yang utuh yang dijiwai oleh falsafah pancasila. 4. Kegiatan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. (W/KP/TMP/15-07-2013/13.00 WIB). Hasil wawancara tentang konsep-konsep apa yang diterapkan oleh kepala madrasah MI Ma’arif Mangunsari dalam membangun perubahan di madrasah. “Konsep yang diterapkan dalam membangun perubahan di madrasah ini, diantaranya adalah kebersamaan, kesatuan,kerjasama dalam segala bidang, dan pembagian tugas secara merata sesuia kompetensi yang di miliki. Diantaranya kepala madrsah bekerja aktif di luar dan di dalam madrasah untuk mencari informasi dan pelatihan kepala madrasah, agar madrasah tersebut tidak tertinggal informasi yang terbaru mengenai kemajuan madrasah. Kemudian di bantu oleh waka kesiswaan, yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari yang mana waka kesiswaan menangatur perkembangan jumlah siswa dan mengatur jalannya kegiatan siswa sehari-hari yang di laksanakan dalam madrsah tersebut. Kemudian di bantu oleh waka kurikulum, yang bertugas mengatur kelancaran kegiatan belajar mengajar dan mengatur kegiatan perlombaan mata 143
pelajaran dari tingkat kota sampai tingkat internasional. Kemudian di bantu oleh guru yang bertugas sebagai pemegang sarana prasarana, yang bertugas melengkapi sarana prasara yang masih kurang, sehingga segala alat penunjang pembelajaran dan meningkatkan mutu madrasah dapat tercapai dengan bagus. Selain itu guru diberi tugas sebagai wali kelas yang bertugas bertanggung jawab setiap kelas dan dapat membantu guru untuk sertifikasi.“ (W/KP/KMP/15-07-2013/13.00 WIB)
Untuk proses awal perubahan tentunya kepala madrasah membuat perencanaan, peleksanaan, dan evaluasi. Utnuk perencanaan, kepala madrasah membentuk sebuah tim yang terdiri dari guru-guru yang ada dalam madrasah tersebut. Kemudian tim tersebut diberi tugas untuk mempromosikan MI tersebut ke seluruh TK yang ada di di salatiga. Kemudian kepala madrasah membentuk tim di luar madrasah yang terdiri dari beberapa walimurid dan wali murid tersebut diambil dari berbagai wilayah yang mencakup kota Salatiga, kemudian tim yang terdiri dari wali murid diberi tugas untuk mempromosikan di masyarakat-masyarakat. Dan
alhamdulillah
setelah
melaksanakan
perencanaan
tersebut
jumlah
perkembangan siswa di madrasah tersebut semakin bertambah pertahunnya. Bahkan masyarakat menganggap bahwa MI Ma’arif Mangunsari merupakan wadah tempat belajar agama dan tempat untuk menanamkan nilai-nilai agama dari sejak usia dini.“ (W/KP/PAP/15-07-2013/13.00 WIB)
Adapun faktor-faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya perubahan di madrasah ini adalah: a. Mengajak kerja sama antara pengurus yayasan, komite, dan guru; 144
b. Mengajak kerja sama antara wali murid dari kelas 1-6, kemuadian wali murid itu dibentuk semuah jam’iyah wali murid dari berbagai wilayah yang berbeda. Kemudia jam’iyah wali murid itu diberi tugas untuk mempromosikan madrasah tersebut di wilayah mereka tinggal. Sehingga madrasah tersebut cepat tersosialisasikan keseluruh wilayah di kota Salatiga; c. Meningkatnya sarana prasarana; d. Banyak prestasi yang dicapai dalam bidang akademik; e. Kerja guru dan karyawan yang bagus; dan f. Tingkat ke lulusan UN sangat meningkat. (W/KP/FTP/16-07-2013/10.00 WIB)
Kepala madrasah juga menjelaskan faktor-faktor penghambat terjadinya perubahan di MI Ma’arif Mangunsari, di antaranya: a) Kurangnya pelatih dalam kegiatan ekstra, misalnya rebana dan drum band. b) Perencanaan sebuah kegiatan saat pelaksanaan selalu terbentur dengan kegiatan lain. c) LCD terbatas, sehingga dalam pembelajaran kurang efektif. d) Kurangnya koordinasi saat menjalankan sebuah kegiatan. e) Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pembelajaran. (W/KP/FPP/16-07-2013/13.00 WIB)
145
Kendala-kendala yang menghambat perubahan di madrasah ini dapat teratasi sebagai berikut: 1. Pelatih ekstra drum band dan rebana yang sampai saat ini belum mendapat guru pelatih ekstra drum band. Untuk mengatasi permasalahn tersebut kepala madrasah menawarkan kepada guru-guru untuk mencari informasi tentang pelatih drum band dan rebana, barang kali dari teman-temannya ada yang bisa melatih ekstra drum band. Soalnya untuk drum band madrasah MI Ma’arif Mangunsari sudah mempunyai nama dalam arti pernah mengikuti perlombaan di tingkat Kota sampai tingkat Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk rencana kegiatan dalam pelaksanaan selalu benturan dengan kegiatan lain, cara mengatasinya yaitu membuat perencanaan yang lebih matang lagi dan mengadakan koordinasi dengan guru dan karyawan sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan sebuah kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak berbenturan dengan kegiatan lainnya. 3. Untuk permasalahan LCD yang menghambat proses belajar mengajar, cara mengatasinya yaitu mengatur jam pelajaran yang sekiranya saat membutuhkan LCD tidak tabrakan dengan yang lainnya. 4. Kurangnya koordinasi saat melaksanakan kegiatan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala madrasah mengadakan rapat rutinan yaitu rapat mingguan dan rapat mingguan yang isinya membahas tentang kegiatan-kegitan siswa dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga guru tidak ketinggalan informasi saat akan melaksanakan sebuah kegiatan serta kepala madrsah memantau jalannya kegiatan.
146
5. Untuk mengatasi prasarana yang kurang memadai, kepala madrasah berusaha mencari bantuan dari pusat pemerintah yang dapat memberikan bantuan berupa alat dan prasarana dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar. Misalnaya lab komputer, kepala madrsah meminta pemerintah pusat untuk membantu pengadaan lab komputer. Dan alhamdulillah dengan mengansur perbulan, sekarang madrasah sudah memiliki komputer sejumlah 15 unit komputer.“ (W/KP/LKM/16-07-2013/13.00 WIB)
Peran kepala madrasah dalam manajemen perubahan adalah, sebagai berikut: a) Merencanakan; b) Mengorganisir; c) Mengontrol; d) Memimpin; e) Mengembangkan dan mengelola organisasi madrasah secara professional; f) Sebagai penanggungjawab kesuksesan atau kegagalan dalam melaksanakan pembelajaran; g) Mendukung semua kegitan yang dilaksanakan di madrasah ini, agar selalu sukses dan berhasil.” (W/KP/PKM/16-07-2013/13.00 WIB) Kemudian peneliti juga mewancarai kepala madrasah tentang hasil-hasil yang diinginkan setelah menerapkan manajemen perubahan yang di rencanakan oleh kepala MI Ma’arif Mangunsari.
147
“Dengan adanya konsep-konsep yang diterapkan oleh kepala madrasah, tentunya kepala madrasah ingin menuju perubahan yang lebih bagus lagi dari sebelumnya. Contohnya tingkat kelulusan UN di madrasah ini selalu kami rencanakan sejak awal, karena dengan adanya perencanaan yang berupa pengadaan guru khusus pendamping setiap mata pelajaran yang di UN kan, maka anak juga akan semangat dalam belajar untuk emnghadapi UN. Sehingga output dari madrasah ini akan semakin meningkat dengan kelulusan UN yang bagus.” (W/KP/HMP/16-07-2013/13.00 WIB).
148
Reduksi Data 2 Kode Responden Hari/tanggal Tempat Waktu
: TPH dan F : Kamis, 18 Juli 2013 : Ruang kelas III B dan II B : 10.30-11.30 WIB
“Manajemen itu artinya pengaturan, dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan perubahan adalah suatu proses maneral yang mana manajeral tersebut merubah dari yang dulu menuju perubahan yang sekarang.“ (W/TPH/MP/18-07-2013/11.30 WIB) “Manajemen perubahan adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dibuat oleh seorang manajer keterlibatan semua orang yang terlibat dalam perubahan untuk mengubah keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang sekarang ini.“ (W/F/MP/20-07-2013/10.30 WIB).
“MI Ma’arif Mangunsari mengalami perubahan, dengan tujuan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan MI yang mana dulu itu yang namanya madrasah selalu dinomorduakan oleh masyarakat. Untuk itu, MI Ma’arif Mangunsari harus mengalami perubahan agar madrasah yang sekarang ini harus dinomorsatukan dan menjadi pilihan pertama oleh masyarakat.”(W/TPH/TPM/18-07-2013/11.30 WIB). “Tujuan MI Ma’arif Mangunsari mengalami perubahan adalah meningkatkan mutu pendidikan madrasah, agar madrasah itu mempunyai nama baik di tingkat kota maupun provinsi dan masyarakat agar beranggapan madrasah itu tidak tertinggal lagi oleh sekolah-sekolah SD.”(W/F/TPM/20-07-2013/10.30 WIB).
“Kepala madrasah sudah mulai menerapkan manajmen perubahan, misalnya kepala madrasah membuat sebuah keputusan bagi guru PNS dan guru yang sudah sertivikasi menyatakan bahwa wajib hadir maksimal jam 06.45 dan pulang jam 14.00. Selain 149
kepala madrasah juga memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada guru-guru mengenai pengelolaan kelas, yaitu guru tidak hanya mengadakan pembelajaran di dalam kelas saja, akan tetapi pembelajaran boleh diluar kelas sesuai materi yang berkaitan. Sehingga anak merasa senang dan tidak mudah bosan dalam pembelajaran” (W/TPH/MPM/18-07-2012/11.30 WIB). “Manajemen perubahan di madrasah ini adalah suatu manajemen yang berbeda dari manajemen dulu dengan manajemen yang sekarang. Artinya manjemen di madrasah ini yang dulu semua pekerjaan yang menegerjakan adalah kepala madrsah, akan tetapi sekarang ini setelah adanya manajemen perubahan di madrasah ini kepala madrasah dapat mengatur dan membagi semua pekerjaan kepada guru-guru sesuai dengan potensinya. Sehingga madrsah ini dapat berubah menjadi lebih baik dari yang dulu menuju yang sekarang ini.“ (W/F/MPM/20-07/2013/10.30 WIB).
“Alhamdulillah kepala madrasah disini sudah berperan dalam manajemen perubahan dengan baik. Yaitu pada saat rapat kepala madrasah juga membentuk sebuah jam’iyah wali murid dalam keterlibatan perubahan di madrasah ini, selain itu dalam pengambilan sebuah keputusan kepala madrasah juga melibatkan guru. Sehingga dalam pelaksanaan perubahan semuanya dapat terkoordinasi dengan baik.” (W/TPH/PKMP/18-07-2013/11.30 WIB) “Alhamdulillah kepala madrasah di madrasah ini sudah berperan bagus dalam maajmen perubahan. Contohnya dari hal yang sederhana dulu: kepala madrasah datang lebih awal sebelum guru-guru yang lainnya datang, penataan ruangan dengan model yang baru dan menarik, saling koordinasi dengan guru-guru yang lain, dan membuat program pendidikan yang terbaru. Selain itu kepala madrasah juga member
150
motivasi terhadap guru-guru yang lain biar lebih semangat dalam menjaankan pekerjaan.” (W/F/PKM/20-07-2013/10.30 WIB)
“Perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah bias dilihat dari warna cat dinding sekolah, yang mana dulu itu MI identik dengan warna hijau. Akan tetapi untuk madrasah ini cat dinding sudah menggunakan warna selain hijau, misalnya ada orange, kuning, dan merah. Sehingga madrasah ini dipandang menarik oleh banyak siswa dan ini sudah menunjukkan perubahan yang dilakukan oleh kepala madrasah.” (W/TPH/PLKM/18-07-2013/11.30 WIB) “Perubahan yang dilakukan oleh kepala madrsah di antaranya: penambahan gedung kelas yang dulu hanya 6 lokal kelas, akan tetapi sekarang ini gedung kelas menjadi 11lokal kelas, perubahan cat warna dinding madrasah, pembagian kerja yang merata, menciptakan suasana madrsah menjadi lebih hidup, dan menciptakan hubungan antara kepala madrasah dan guru menjadi lebih dekat.” (W/F/PMP/20-07-2013/10.30 WIB).
“Proses perubahan di madrasah ini di awali dari kebutuhan masyarakat, sekarang ini banyak anak itu krisis akhlak. Kalau disekolah dasar pendidikan agama cuma sedikit paling-paling ilmu agama kebanyakan terdapat di madrasah diniyah. Akan tetapi madrasah ini dengan masukan-masukan dari masyarakat mengenai krisis akhlak, madrasah ini dapat menjawab apa yang dibutuhkan oleh masyarakat yaitu di madrasah membuat program yang mengandung nilai agama seperti sebelum pembelajaran anak diajari sholat dhuha, mengaji, dan diajari ilmu keagamaan. Selain itu dengan melalui prestasi lomba-lomba di tingkat kecamatan dan kota yang selalu
151
menang dan juga bisa mewakili ketingkat provinsi, madrasah ini bisa membuat ketertarikan terhadap masyarakat.” (W/TPH/PPM/18-07-2013/11.30 WIB) “Proses perubahan di madrasah ini dimulai dari kepala madrasah membuat sebuah program, yang mana program pendidikan yang berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain dan program-program pendidikan itu sangat di butuhka oleh masyarakat. Di antaranya mengadakan pagi ceria yaitu menghafal hadits-hadits pendek, mengaji al qur an, mengadaka jamaah dhuha bersama, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam diri anak. Kemudian program yang direncanakan oleh kepala mrasah di tawarkan kepada masyarakat dan sekolah TK, dan alhamdulillah semua apa yang direncanakan oleh kepala madrasah berhasil dan sesuai apa yang diharapkan yaitu siswa menjadi lebih banyak dari tahun kemarin.” (W/F/PPM/20-07-2013/10.45 WIB).
“Tingkat-tingkat perubahan di madrsah ini dimulai dari guru terlebih dahulu, guru diberi masukan-masukan mengenai apa yang harus dikerjakan di madrasah ini. Sehingga guru tidak hanya sekedar bekerja menjalankan tugas saja, akan tetapi semua yang dikerjakan oleh guru akan menimbulkan sebuah hasil yang optimal dan kepuasan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sarana prasarana yang lebih lengkap dan memiliki lab komputer. ”(W/TPH/TPM/18-07-2013/11.30 WIB). “Tingkat-tingkat perubahan dimadrasah ini di awali dari kepala madrasah yang membuat sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemudian kepala madrasah memberi motivasi terhadap guru-guru dan semua orang yang telibat dalam madrasah tersebut untuk di ajak berubah menuju perubahan madrasah yang lebih maju. Dari mulai tahun ajaran 2009/2010 sampai tahun ajaran 2013/2014 siswa yang sekolah di madrasah ini selalu bertambah banyak. Dan pembagian tugas yang merata
152
sehingga tidak terjadi sebuah kesenjangan, tambahnya alat sarana prasrana dan bertambahnya buku-buku perpustakaan.” (W/F/TPM/20-07-2013/10.30 WIB).
“Faktor-faktor yang mendorong penyebab perubahan dimulai dari guru, di madrasah ini guru sudah S1 dan ada yang S2 ada dua orang, selain itu madrasah ini juga di beri kebebasan oleh kemenag dalam seragam anak-anak misalnya senin dan selasa memakai merah putih, rabu dan kamis memakai batik berwarna hijau, jum at dan sabtu memakai seragam warna orange. Selain itu menggunakan model pembelajaran tematik yaitu dari kelas satu sampai kelas dua, setiap satu kelas di dampingi oleh dua guru sehingga anak yang sekolah di madrasah ini merasa di perhatikan. Dan guru juga diberi jadwal piket untuk menyambut kedatangan siswa saat sampai di madrasah.” (W/TPH/FMS/18-07-2013/11.30 WIB). “Faktor-faktor yang mendorong perubahan di madrasah ini adalah semua guru yang ada disini semua sudah SI dan ada dua orang yang S2, program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah setiap guru harus menghargai hasil apa saja yang dikerjakan oleh anak, perhatian guru terhadap siswa sangat di utamakan karena dengan adanya perhatian siswa merasa nyaman saat dekat dengan guru, pembelajaran bersifat enjoy, nyaman, dan menyenangkan, dengan kerjasama dengan wali murid siswa yang sekolah di madrsah ini menjadi lebih banyak.” (W/F/FMS/2007-2013/10.30 WIB).
“Untuk faktor-faktor penghambat perubahan di madrasah ini adalah guru terlalu banyak urusan di luar jam kerja di madrasah, sehingga guru kurang optimal dalam menjalankan tugasnya. Selain itu kurangnya komunikasi antara kepala madrasah dan
153
guru satu dengan yang lainnya, sehingga jika ada suatu kegiatan untuk anak-anak hasilnya tidak sesuai yang direncanakan.” (W/TPH/FPS/18-07-2013/11.30 WIB). “Faktor penghambat perubahan di madrsah ini adalah kurangnya alat pembelajaran, guru terkadang saat mengajar kurang menguasai materi pembelajaran, kurangnya koordinasi antara pihak yayasan, kepla madrasah, guru-guru, dan wali murid saat melaksanakan sebuah kegiatan sehingga hasilnya tidak sesuai apa yang diinginkan. Selain itu disini mempunyai peralatan drum band dan rebana akan tetapi pelatihnya belum ada sehingga untuk memajukan ekstra drum band dan rebana msinh menjadi penghambat dalam proses perubahan.” (W/F/FPS/20-07-2013/10.30 WIB).
“Usaha-usaha untuk mengatasi faktor penghambat adalah guru saat di madrasah harus bisa mendahulukan kepentingan madrasah dari pada kepentinagan pribadi. Selain itu guru sebelum melaksanakan perencanaan, sebaiknya di adakan koordinasi terlebih dahulu. Sehingga dalam peleksanasan perencanaan akan mencapai hasil yang sesuai apa yang telah direncanakan.” (W/TPH/UFPS/18-07/2013/11.30 WIB). “Usaha-usaha untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam kemajuan perubahan di madrsah ini adalah kepala madrasah mengadakan rapat bulanan yang bertujuan salah satunya untuk meningkatkan komunikasi antara kepala madrsah dan guru-guru, untuk menjaga kekompakan dalam bekerja maka kepala madrasah harus memberi arahan-arahan sebelum mengerjakan sesuatu. Kemudian sebelum mengajar guru harus mempelajari materi terlebih dahulu, untuk ektra drum band dan rebana harus segera di carikan pelatih sehingga untuk mencapai perubahan sangatlah mudah.” (W/F/UFPS/20-07-2013/10.30 WIB)
“Program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah program sesuai dari kemenag terutama dalam hal ke agamaan madarsah ini mengambil dari 154
diknas, akan tetapi madrasah ini tetap mengacu kepada kemenag. Programprogramnya ada kegiatan intra kurikulier, kurikuler, dan ekstra kurikuler yang diterapkan disini.” (W/TPH/PPM/18-07-213/11.30 WIB). “Program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini adalah kalau pagi di madrasah ini sebelum kegiatan pembelajaran di mulai, madrasah sisini mengadakan program kegiatan pagi diantaranya, membaca ikrar madrasah, membaca asmaul husna, menghafalkan hadis-hadis pendik. Kemudian setelah masuk di kelas anak-anak sholat dhuha dan mengaji, setelah selesai sholat dhuha dan mengaji baru dimulai kegiatan pembelajaran.“ (W/F/PPM/20-07-2013/10.30 WIB).
“Kendala-kendala untuk melaksanakan program-program pendidikan di madrasah ini yaitu kurangnya alat prasarana, kurangnya koordinasi antara guru satu dengan yang lain.” (W/TPH/KMPP/18-07-2013/11.30 WIB). “Kendala-kendala untuk melaksanakan program-program di madrasah ini adalah terkadang guru masih banyak kesibukan-kesibukan seidiri sehingga dalam menjalankan visi dan misi masih belum maksimal.” (W/F/KMPP/20-07-2013/10.30 WIB).
“Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ialah melengkapi sarana prasarana dan mengadakan rapat bulanan untuk guru-guru. Sehingga guru-guru dapat
terkoordinasi
saat
melaksanakan perencanaan.”
(W/TPH/UMK/18-07-
2013/11.30 WIB). “Usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ialah kepala madrasah memberikan sebuah motivasi dan pengarahan terhadap guru-guru sehingga guru dapat membedakan mana kepentingan pribadi dan ma yang menjadi kepentingan
155
madrasah. Sehingga dalam pencapaian visi dan misi madrasah ini sangatlah tercapai dengan baik.” (W/F/UMK/20-07-2013/10.30 WIB). “Keunikan kurikulum dan materi pembelajaran di madrasah ini adalah sesuai Visi MI Ma’arif Mangunsari terangkum dalam sebuah kata “CERRIA” yang merupakan singkatan dari cerdas, religius dan berakhlakul karimah. Dan Misi madrasah ini yakni memantik kecerdasan siswa dan mengembangkan model pembelajaran ENJOY (efektif, nyaman, jelas, objektif dan islami).“ (W/TPH/KMM/18-07-2013/11.30 WIB). “Keunikan
kurikulum
dan
materi
pembelajaran
di
madrasah
ini
adalah
menerapkankan sebuah model pendidikan yang memanusiakan manusia. Seorang anak itu mempunyai berbagai potensi, kecerdasan dan karakter yang berbeda-beda. Nah, pendidikan harus bisa menghargai, dan membantu siswa untuk mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki. Pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh karena setiap anak itukan memang tidak sama. Ada yang dia pintar di pelajaran matematika tapi bahasa kurang. Atau yang lainnya.“ (W/F/KKM/20-07-2013/10.30 WIB). “Media yang digunakan bermacam-macam seperti LCD. Sumbernya berasal dari buku, lingkungan dan juga internet. Selain itu pembelajaran juga dari pengalaman ana. Suatu misal pemeblajaran Matematika, anak tidak hanya menghafal perkalian akan tetapi mengetahui proses hasil dari perkalian. Contoh 2 x 3 = 2 + 2 + 2 = 6.“ (W/TPH/MMP/18-07-2013/11.30 WIB). “Metode dan media untuk pembelajaran di madrasah ini adalah guru-guru menyesuaikan materi pembelajaran, terkadang saat pembelajaran guru dan siswa langsung terjun langsung kelapangan, misalnya pembelajaran IPA guru mengajak siswa kesawah. Dan menggunakan metode dan media yang membuat anak itu tidak mudah bosen dan anak mudah memahami pembelajaran.“ (W/F/MMP/20-072013/10.30 WIB). 156
“Alhamdulillah dari metode dan media yang diterapkan saat pembelajaran, saat ulangan anak dapat mengerjakan dengan mudah, dan mendapat nilai sesuai KKM. Ada anak yang belum memenuhi nilai KKM, guru tetap mengadakan remidial sehingga nilai anak dalam setiap pelajaran dapat memenuhi nilai KKM. Dan yang lebih unik lagi, ada beberapa anak yang pidahan dari SD Muhammadiyah, SD Siderojo, dan dari Al Azhar, yang mana anak itu di sekolah asalnya dikatakan kurang mampu mengikuti pembelajaran, alhamdulillah setelah pindah di madrasah ini anak tersebut dapat mengikuti pembelajaran dan mendapatkan nilai sesuai KKM. Dan sampai guru-guru di madrasah ini menjadi heran dan terkejut.“ (W/TPH/HPC/18-072013/11.30 WIB). “Alhamdulillah setelah menerapka metode dan medeia pembeljaran, anak dapat memahami pelajaran dengan mudah, saat ulangan anak-anak tidak kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberika oleh guru. Selain itu nilai-nilai yang di peroleh anak kebanyakan sudah mencapai KKM.“ (W/F/HPC/20-07-2013/10.30 WIB).
157
Reduksi Data 3 Kode Responden Hari/tanggal Tempat Waktu
: A dan P : Senin, 29 Juli 2013 : Ruang kelas VI : 09.50-10.05 WIB
“Menyenangkan, bisa bermain dengan teman-teman. Gurunya baik-baik. Kadang belajar dengan kartu, juga pernah jalan-jalan ke luar sekolah.“ (W/P/PS/29-07-2013/ 09.50). Hal yang disampaikan oleh siswa. “Menyenangkan, bisa belajar sambil bermain.”(W/A/PS/29-07-2013/10.05 WIB). “Senang, di sini banyak temannya, gurunya baik-baik. Jika tidak paham bisa bertanya pada guru.”(W/A/PS/29-07-2013/10.05WIB). “Menyenangkan, bisa belajar sambil bermain.” (W/A/PS/29-07-2013/ 10.05 WIB). “Kadang belajar dengan kartu, juga pernah jalan-jalan ke luar sekolah.”(W/P/PS/2907-2013/10.50).
158
Reduksi Data 4 Kode Responden Hari/tanggal Tempat Waktu
: MZ dan MF : Selasa, 30 Juli 2013 : Depan Kelas III : 08.00-08.30 WIB
“Karena MI Ma’arif Mangunsari, program pendidikannya sesuai kebutuhan yang saya inginkan. Yaitu anak bisa belajar nilai-nilai agama dan bisa berakhlakul karimah yang baik.“ (W/MZ/MI/30-07-2013/08.30 WIB). “Saya memilih MI Ma’arif Mangunsari sebagai tempat belajar anak saya, karena madrasah ini kepala madrasah dan guru-guru yang ada ada di madrasah ini dapat bekerja dengan baik dan profesional. Jadi anak saya untuk mengikuti pembelajaran sangat senang.“ (W/MF/MI/30-07-2013/08.00 WIB).
“Pandangan saya mengenai madrasah MI Ma’arif Mangunsari ini, yang jelas madrasah ini sudah berbeda banget dengan madrasah yang sekarang ini, karena madrasah yang sekarang ini cenderung mendidik anak dengan sebenar-benarnya.“ (W/MZ/PMI/30-07-2013/08.30 WIB). “MI Ma’arif Magunsari ini, menurut saya pendidikannya sangatlah bagus, karena program-program pendidikan yang diterapkan di madrasah ini sesuai dengan keinginan saya yaitu anak bisa belajar berakhlakul karimah dengan baik dan anak saya sekarang bisa membaca al qur an.“ (W/MF/PMI/30-07-2013/08.30 WIB). “Alhamdulillah anak saya setelah mengikuti pembelajaran di madrasah ini, anak saya kalu ulangan mendapat nilai-nilai yang bagus, karena anak belajar di madrasah ini sanagat menyenangkan.“ (W/MZ/PMI/30-07-2013/08.30 WIB). “Hasil-hasil yang pernah dicapai anak saya adalah alhamdulillah anak saya pernah mengikuti perlombaan MTQ tingkat kota bisa menang juara II. Dan itu menjadi 159
sebuah kebanggan saya sebagai orang tua siswa.“ (W/MF/PMI/30-07-2013/08.30 WIB).
160
Lampiran 6 Dokumentasi
Kegiatan belajar
Siswa bermain ketika istirahat
Ekstra seni tari
Sholat dzuha bersama
Kegiatan Pagi Ceria
Kegiatan field trip di kopi Banaran
161
Lampiran 7
162
Lampiran 8
163
Lampiran 9 STRUKTUR ORGANISASI DAN PEMBAGIAN TUGAS MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN 2012/2013
YAYASAN LP MA”ARIF NU Majelis Madrasah M. Fathur Rahman
KABID KESISWAAN Dian Maiani, S. Pd.
SEKSI HUMAS FAUZIAH, M. Ag.
WALI KELAS
Kepala Madrasah Siti Rohmini, M. Pd.
KABID KURIKULUM Susriana Wahyu I, S. Ag.
SEKSI EKSTRA KURIKULER ISMIYATI S. Pd.
WALI KELAS
WALI KELAS
Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan
KABID KEUANGAN
KABID SAR-PRAS
Fathul Ghufron, S. Pd.I
M. Turis Niagawan, S.H.
SEKSI UKS
SEKSI PERPUSTAKAAN
Arifatul Farida, S. Pd.
Dra. Nurul Aini
WALI KELAS
WALI KELAS
WALI KELAS
PESERTA DIDIK
164
Lampiran 10
165
166
167
168
Lampiran 11 JUMLAH SISWA MI MANGUNSARI TAHUN 2013
Kelas
Jml Kls
Jumlah Siswa
L
P
Jml
IA
1
13
20
33
IB
1
17
17
34
II A
1
15
15
30
II B
1
15
15
30
III A
1
15
12
27
III B
1
14
13
27
IVA
1
10
8
18
1VB
1
11
7
18
VA
1
9
9
18
VB
1
10
8
18
VI
1
9
8
17
Jml
11
138
133
270
169
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Syafi’il Abthohi
Tempat ,Tanggallahir
: Kab.Semarang, 13 September 1988
JenisKelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Abrori
Nama Ibu
: Siti Khofsah
Alamat
:Dusun Tunggak rejao RT 02 RW 05 Desa Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
Pendidikan
: - RA Bintang Sembilan Semowo, Pabelan, Semarang Lulus Tahun1994 - MI Al-Ittihad Semowo, Pabelan, Semarang Lulus Tahun2001 - MTs Tarqiyyatul Himmah Kauman Lor, Pabelan, Semarang Tahun2005 - SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2008 Demikianriwayathidupinidibuatdengansebenar-benarnya. Salatiga, 14 Agustus 2013 Penulis
Syafi’il Abthohi NIM.11509012
170