Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akhlak Mahasiswa PGMI Nur Hasanah STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Salatiga email:
[email protected] Abstract The study are aimed to determine the students’ character education of Islamic Primary Teacher Education (PGMI) department, the implementation also the factors inhibiting and supporting the implementation of character education in the learning morals (akhlak) of PGMI students. This study focuses on the implementation of students’ character education in Islamic Primary Teacher Education (PGMI) department. The subjects of this research are the lecturers of moral (akhlak) subject and the fourths semester students of Islamic Primary Teacher Education (PGMI) department STAIN Salatiga. The data is collected by observation, interviews, and documentation. Research findings show that character education of Islamic Primary Teacher Education (PGMI) department students have been in a good condition. The only curiosity and care to environment indicators that still less. The implementation strategy in this research is by example, parable, habituation and advice or warning. While the inhibiting and supporting factors are derived from the internal factors of individual students and families as well as the contributing factors. While the external factors are instructional methods and media as well as campus and community environmental factors. Campus and community environmental factors become the obstacle to implement the character education of Islamic Primary Teacher Education (PGMI) department students. Keywords: character education, akhlak, Islamic Primary Teacher Education (PGMI)
Pendahuluan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah melakukan terobosan dengan menekankan pelaksanaan pendidkan karakter yang ditempuh melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Perguruan tinggi Islam adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan agama Islam sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pendidikan tinggi Islam berupaya menjadi centre of excellence yakni pusat kajian dan pengembangan ilmu agama Islam yang 1
diarahkan kepada terciptanya tujuan pendidikan, berupaya menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional, yang mampu mengembangkan, menyebarluaskan dan menerapkan ilmu pengetahuan agama Islam, serta untuk meningkatkan kecerdasan umat dan taraf kesejahteraan kehidupan masyarakat. Hal ini sebagaimana STAIN Salatiga dengan misinya mencetak mahasiswa yang beriman, bertakwa, berbudi pekerti yang luhur dan berakhlakul karimah memiliki karakter yang baik, terutama mahasiswa PGMI (Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyah) yang mencetak calon guru MI yang berkarakter baik dan benar. Di PGMI pendidikan karakter dilaksanakan dengan pengembangan
nilai-nilai
karakter pada matakuliah Akhlak diajarkan oleh dosen kepada para mahasiswa. Karena pendidikan karakter ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, mahasiswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama Islam. Dalam mata kuliah akhlak memuat materi tentang sikap dan perilaku yang baik dan benar baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia ( hablum minallah, hablum minannas ) , namun realitanya mahasiswa belum bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di kampus, di rumah mapun di masyarakat. Masih ada mahasiswa yang tidak memperhatikan penjelasan dosen ketika proses pembelajaran di kelas, mahasiswa kurang patuh menjalankan ibadah (sholat) ketika waktu sholat tiba, mahasiswa bersikap kurang sopan, tidak punya tatakrama terhadap dosen, kurang bisa menghargai orang lain. Dosen sudah banyak memberikan anjuran atau nasehat dalam perkuliahan namun pada umumnya mahasiswa
kurang respek untuk menjalankan dengan penuh kesadaran dan tidak
memperdulikan terhadap nasehat dan teguran doesen. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akhlak pada Mahasiswa PGMI STAIN Salatiga Tahun 2013.
Permasalahan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pendidikan karakter mahasiswa PGMI STAIN Salatiga ?; 2)Bagaimana metode pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Akhlak pada mahasiswa PGMI STAIN Salatiga?; 3)Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Akhlak pada mahasiswa PGMI STAIN Salatiga? 2
Tinjauan Pustaka Dalam penelitian tentang pendidikan karakter dan pembelajaran akhlak telah banyak dijadikan obyek studi dalam penelitian. Penelitian tentang karakter dan pembelajaran akhlak telah dilakukan diantaranya adalah: Penelitian yang dilakukan oleh Miftakhurrif’ah (2012) tentang pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga menyimpulkan bahwa: 1) pemahaman siswa terhadap konsep pendidikan karakter di MIN Gamol Kecandran Salatiga dipahami secara umum sebagai pendidikan akhlak, akhlaqul karimah atau bagian dari pendidikan akhlak dengan wilayah bahas yang lebih sedikit. Nilai utama yang ditekankan yaitu religius, disiplin, tanggung jawab, jujur, dan kreatif. Nilai lain yang menonjol adalah nilai cinta tanah air, semangat kebangsaan dan menghargai prestasi; 2) Metode pendidikan karakter di MIN Gamol mengikuti kebijakan Kemendiknas yang mengintegrasikan pendidikan karakter di semua mata pelajaran dengan penilaiannya dimasukkan dalam raport sebagai nilai kepribadian. Strategi penanaman pendidikan karakter dilakukan dengan pembiasaan, keteladanan, kedisiplinan, pengamatan hingga home visit yang dilakukan berkala; 3) Faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter datang dari dalam sekolah adalah faktor guru yang muda dan bersemangat, contoh keteladanan oleh kepala sekolah, dan murid yang siap merespon dengan bagus atas tugas-tugas dari guru. Dalam penelitian tersebut secara sederhana menjelaskan pendidikan karakter bisa dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan, kedisiplinan, sedangkan dalam penelitian ini lebih cenderung pada bagaimana penanaman pendidikan karakter di perguruan tinggi Islam yang mengambil lokasi penelitian di STAIN Salatiga khusus mahasiswa Program Studi PGMI. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah pendidikan karakter dan pembelajaran akhlak di Madrasah Ibtidaiyah. Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan menurut( Masnur Muslih, 2007 : 7) tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut : (1) Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilainilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; (3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; (4) Mengembangkan 3
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; (5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Fungsi pendidikan karakter ada tiga hal yaitu : (1) Pembentukan dan pengembangan potensi artinya Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. (2) Perbaikan dan Penguatan ; Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. (3) Penyaring ; Lebih dari itu pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat. Adapun Pelaksanaan
pendidikan Karakter dalam pembelajaran Akhlak adalah
menggunakan strategi yang lebih kongkrit dan efektif. Menurut Marten (2004:58) strategi dalam pembelajaran karakter, yakni: a) identifikasi nilai; b) pembelajaran nilai; dan c) memberikan kesempatan untuk menerapkan nilai tersebut. 1.
Identifikasi Nilai Identifikasi nilai terkait dengan nilai-nilai akhlak apa saja yang sekurangkurangnya harus dimiliki oleh individu . Dalam realitas kehidupan, ada sejumlah nilai yang terkonstruksi di dalam masyarakat, yang sangat boleh jadi antara masyarakat yang satu dengan yang lain berbeda. Ada kalanya konstruksi nilai dipengaruhi oleh kultur tempat nilai tersebut dibentuk. Karena itu, untuk menghindari pemahaman yang berbeda atas suatu nilai, perlu diidentifikasi dulu nilai-nilai yang berlaku universal atau yang ditargetkan.
2.
Pembelajaran Nilai Setelah proses identifikasi nilai dilakukan dan ditemukan nilai moral yang ditargetkan, nilai moral tersebut selanjutnya ditanamkan kepada mahasiswa melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan nilai-nilai
moral
tersebut diterapkan. Peran ini begitu penting dilakukan oleh dosen
dalam rangka membangun kesamaan wawasan mencapai tujuan, menciptakan iklim 4
moral bagi mahasiswa. (2) Adanya Menunjukkan
keteladanan
atau
model
perilaku
moral.
perilaku bermoral memiliki dampak yang lebih kuat daripada
berkata-kata tentang moral. One man practicing good sportmanship is better than fifty others preaching it. (3) Menyusun aturan atau kode etik berperilaku baik. Mahasiswa perlu mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Artinya, ada pemahaman yang sama terkait dengan perilaku moral. (4) Menjelaskan dan mendiskusikan perilaku bermoral. Ketika usia anak-anak, belajar perilaku moral dilakukan dengan cara imitasi dan praktik tanpa harus mengetahui alasan mengapa hal itu dilakukan atau tidak dilakukan. Memasuki usia remaja dan dewasa, kemampuan bernalarnya telah berkembang. Karena itu, perlu ada penjelasan dan bila perlu ada proses diskusi untuk sampai pada pilihan perilaku moral yang diharapkan. (5) Menggunakan dan mengajarkan etika dalam pengambilan keputusan. Individu acapkali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus diambil keputusannya. Mengambil keputusan adalah proses mengevaluasi tindakan-tindakan dan memilih alternatif tindakan yang sejalan dengan nilai moral tertentu. (6) Mendorong individu mahasiswa mengembangkan nilai yang baik. Dosen perlu menciptakan situasi dan menginspirasi mahasiswa untuk menampilkan perilaku moral. A mediocre teacher tells, a good teacher explains, a superior teacher demonstrates, and the great teacher inspires. 3.
Penerapan Nilai Setelah pengajaran nilai dilakukan, tahap ketiga yang perlu dilakukan adalah memberikan
kesempatan
untuk
mengaplikasikannya.
Hal
terpenting
bertalian
dengan penerapan nilai adalah konsistensi antara apa yang diajarkan dengan apa yang diterapkan. Artinya, apa yang dikatakan harus berbanding lurus dengan apa yang dilakukan, baik pada lingkungan kampus maupun dalam keluarga dan masyarakat. Terkait dengan penerapan nilai, ada dua model yang dapat diaplikasikan yaitu : (1) Membentuk kebiasaan rutin yang bermuatan nilai-nilai moral. (2) Memberikan reward bagi mahasiswa yang menampilkan perilaku bernilai moral. Menanamkan dan membentuk nilai moral memang tidak secepat mengajarkan keterampilan menendang
atau
memukul
bola.
Untuk
hal
seperti
tersebut dibutuhkan proses yang
relatif panjang, konsisten, dan tidak sekali jadi. Bisa jadi mahasiswa belum sepenuhnya menampilkan perilaku bernilai moral sebagaimana yang diinginkan. Karena itu, penghargaan tidak harus diberikan ketika mahasiswa mengakhiri serangkaian kegiatan, melainkan juga dalam proses “menjadi”. Penghargaan dapat diberikan dalam berbagai 5
bentuk. Misalnya, dalam bentuk sertifikat, stiker, peran tertentu seperti mentor bagi temannya, dan lain sebagainya.
Menurut (Muslih Masnur, 2007:45) Secara operasional pendidikan karakter adalah upaya untuk membekali mahasiswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluknyasehingga terbentuk pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan,sikap, pikiran, perasaanserta norma dan moral luhur bangsa. Agar nilai-nilai karakter
tersebut dapat terintegrasi dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat maka diperlukan strategi pelaksanaan. Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” disebutkan bahwa akhlak adalah budi pekerti atau kelakuan. ( Balai Pustaka, 1989 : 267 ). Sebagaimana dikutip oleh Fariq ( 2000 : 13 ) Ibnu Atsir menyebutkan “alkhulqu” dan “alkhulqu” dalam AnNihayah , berarti dien, tabiat dan sifat. Hakikatnya adalah potret batin manusia, yaitu jiwa dan kepribadiannya. Sedangkan pengertian Akhlak menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut : (1) Ibnu Maskawaih mendifinisikan Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan ( Ahmad Amin,1975: 17). (2) Ahmad Amin menjelaskan bahwa akhlak adalah kehendak yang dibiasakan (Ahmad Amin ,1975 : 15). (3) Abu Bakar Jabar Aljazairy (1971 : 43) mendifinisikan Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam pada diri manusia yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menurut tinjauan bahasa akhlak berarti sifat, budi pekerti, perangai kebiasaan atau tingkah laku manusia. Sedangkan dari pengertian akhlak menurut tinjauan para ahli di atas, maka dapat dipahami bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa perbuatan baik, yang kemudian disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, yang lebih dikenal dengan sebutan akhlak tercela. Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian sehingga dari situ timbullah beberapa macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji 6
menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ini dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya yang lahir dari kelakuan yang buruk, maka di sebutlah budi pekerti yang tercela. Tujuan Akhlak dalam kehidupan manusia, akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia menjadi makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakan dengan mkhluk lainnya. Allah hendak menjadikan manusia sebagai makhluk yang baik terhadap dirinya, berbuat baik terhadap sessamanya, dan berbuat baik terhadap makhluk lain serta berbuat baik terhadap Allah SWT. Sedangkan pelajaran Akhlak bertujuan untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan yang buruk sehingga manusia bisa memegang perangaiperangai yang baik sehingga dapat menjauhkan diri dari praengai
yang buruk sehngga
tercipta tata tertib pergaulan masyarakat dimana tidak ada benci- membenci, pertengkaran, perkelahian dsengan sesamanya dimuka bumi ini. Akhlak yang baik dapat menjaga kelangsungan hidup manusia antara lain sebagai berikut : (1) Menciptakan manusia berkelakuan mulia , baik dihadapan Allah, dihadapan sesama manusia maupun sesama makhluk lainnya. (2) Membedakan manusia dari makhluk lain dari segi perangainya. (3) Menciptakan manusia berkedudukan tinggi dan sempurna menurut fitrah kemanusiaannya. (4) Menjaga kelangsungan hidup manusia, menciptakan masyarakat yang tentram, damai, dan sejahtera. Menurut ( Ahmad Amin , 1975 : 18) Akhlak yang baik dapat menjadikan manusi muslim yang sempurna tersimpul dalam : (1) Budi pekerti yang dipraktekan untuk diri sendiri dan untuk
keluarga. (2) Budi pekerti yang
diwujudkan dalam kenyataan untuk kemasalahan dan kesejahteraan masyarakat. (3) Budi pekerti yang diperjuangkan untuk kemakmuran dan kejayaan negara, tanah air dan pemerintahnya. Sumber Akhlak menurut (Ahmad Amin , 1975: 20) adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela yang ada dalam keseluruhan ajaran Islam yaitu Alqur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dalam Konsep Akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atu buruk,terpuji atau tercela semata-mata karena syara’(Al-Qur’an dan Sunnah).Dengan demikian sumber akhlak adalah AlQur’an dan Assunah. Dan akhlak yang dimaksud adalah akhlak Rasulullah SAW. Dalam ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Adapun kedudukan akhlak menurut (Abdul halim, 2004 : 159) dalam Islam adalah sebagai berikut (1) Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam. (2) Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat. (3) Akhlak dapat menyempurnakan keimanan. (4) Akhlak 7
yang baik dapat menghapuskan dosa.(5) Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw. (6) Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam. (7) Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka. (8) Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, yaitu merupakan asas akhlak seorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya karena walaupun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita. Ruang lingkup akhlak menurut (Ilyas Yunahar, 2007:6) ruang lingkup akhlak ada enam yaitu (1) Akhlak terhadap Allah SWT. (2) Akhlak Terhadap Rasulullah SAW. (3) Akhlak pribadi. (4) Akhlak dalam keluarga. (5) Akhlak bermasyarakat. (6) Akhlak Bernegara. Dalam implementasi pendidikan karakter untuk pembelajaran akhlak
menurut
(Muslih, 2011:174) adalah sebagai berikut: 1. Keteladanan; pendidik memberi contoh mengenai ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan dan hasil karya terhadap peserta didik , contohnya pendidik menyapa ketika bertemu dengan anak didik 2. Pembiasaan; membiasakan peserta didik berkata, berbuat, dan berperilaku yang baik dan benar kepada orang lain, contoh memberi salam setiap bertemu orang lain. 3. Perumpamaan (amtsal) sehingga mendekatkan makna pada pemahaman, melatih berfikir logis, merangsang kesan, serta mengarahkan hati untuk terdorong memilih perbuatan yang lebih baik. 4. Nasehat atau teguran; pendidik mengingatkan kepada peserta didik yang melakukan perilaku buruk agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga dapat membantu mengubah perilaku anak didik. Pendidikan karakter untuk pembelajaran Akhlak adalah usaha membentuk identitas diri menuju kematangan pribadi. Penanaman akhlak diutamakan agar mahasiswa didik tidak mengalami kegoncangan pikiran dan jiwanya dalam menentukan solusi atau problem yang dihadapinya. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian mahasiswa. Dalam
pemahaman
pendidikan
akhlak
ini,
mahasiswa
diharapkan
dapat
menumbuhkan dan meningkatkan keimanannya yang diwujudkan dalam tingkah laku terpuji, membelajarkan mahasiswa untuk melakukan perbuatan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, mahasiswa juga diarahkan untuk mencapai keseimbangan antara kemajuan lahiriyah maupun batiniyah, keselarasan hubungan sesama manusia maupun lingkungannya 8
juga hubungan vertikal dengan Tuhannya. Dengan begitu pembelajaran akhlak serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman hidup, baik didunia yang fanak ini maupun diakhirat kelak yang kekal abadi. Pendidikan Akhlak adalah penanaman perilaku yang baik di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga perilaku tersebut menjadi salah satu kemampuan jiwa. Selain alasan tersebut akhlak atau perilaku yang baik merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad SAW diutus kedunia. Selain itu mahasiswa PGMI adalah calon guru PAI di SD atau Madrasah Ibtidaiyah yang diharapkan memiliki karakter yang menjadi figur (contoh teladan) peserta didik dalam bersikap dan bertingkah laku. Dimana sikap dan tingkah laku tersebut adalah akhlak Islam dengan ukuran baik dan benar yang sumbernya Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh uzer Usman (1997:15) dalam bukunya profesionalisme guru bahwa syarat menjadi guru profesional harus memiliki syarat formal (ijazah keguruan) dan kepribadian (karakter sabar, jujur,demokratis,adil,bijaksana dan sebagainya).
Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Karena data yang dikumpulkan berbentuk kata atau gambaran dari naskah wawancara, cacatan lapangan, dokumen pribadi ( Moleong, 2002:11). Bentuk penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskriptif yang penuh nuansa , yang lebih berharga dari pada sekedar pernyataan jumlah atau frekwensi dalam bentuk angka (Sutopo, 1990:12). B. Subyek Penelitian Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah pendidkan karakter mahasiswa PGMI maka yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGMI dan dosen yang mengampu matakuliah Akhlak dipilih sebagai key informan karena mereka yang lebih paham tentang kondisi mahasiswa PGMI. Subyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGMI STAIN Salatiga semester V. Adapun alasan peneliti mengambil subyek penelitian tersebut karena mahasiswa PGMI adalah calon guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau guru Pendidikan Agama Islam di SD diharapkan memiliki karakter yang baik sehingga akan mampu menanamkan karakter pada siswa nantinya. 9
C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode interaktif dan metode noninteraktif (Goetz dan le Comte, 1984:14). Metode interaktif meliputi observasi berperan dan wawancara, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi dan analisis dalam dokumen. Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Metode wawancara ini bertujuan memperoleh data atau informasi dari responden (key informan) tentang pendidikan karakter mahasiswa dalam pembelajaran Akhlak yakni, dosen PGMI STAIN Salatiga. Key informan itulah yang memahami kompleksitas persoalan mahasiswa di kampus tersebut. Riset ini juga akan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD) untuk kebutuhan melengkapi data tentang kondisi mahasiswa. Secara umum teknik ini akan mengambil sampel dari mahasiswa. Penggalian data melalui diskusi kelompok ini dimaksudkan agar peneliti dapat menghimpun data dari hasil sharing pengalaman informan. 2. Observasi Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan segala indra (Suharsimi Arikunto, 1993:1). Dalam pengamatan ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan gambaran
riil dan detil mahasiswa PGMI termasuk keadaan dosen dalam
pembelajaran di kelas. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, tulisan, arsip atau dokumen (Moh. Nazir, 1999 : 56). Dalam penelitian yang
dimaksud
catatan
dan
tulisan
adalah
jadwal
perkuliahan,
aktifitas
perkuliahan,catatan penilaian dosen adalah penguat data yang dibutuhkan. Teknik analisis data dalam penelitian ini deskriptif-eksploratif-analisis, yaitu mendiskripsikan pendapat dosen kemudian dianalisa tentang pendidikan karakter. Adapun alur yang digunakan interprestasi data dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:16), yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi. 10
Pembahasan Dalam pendidikan karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter mahasiswa PGMI, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. STAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam adalah salah satu sumber daya yang penting untuk bisa menanamkan nilai-nilai ke Islaman dalam proses perkuliahan maupun pembelajaran. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Penanaman karakter mahasiswa PGMI STAIN Salatiga khususnya semester V PGMI STAIN Salatiga sangat penting untuk mendapatkan pendidikan karakter, hal ini bertujuan untuk memperkuat akhlak dan sifat terpuji bagi peserta didik (dalam hal ini mahasiswa). Karena kepandaian di bidang pendidikan saja belum cukup tanpa bekal moral dan karakter yang kuat. Agar saat mahasiswa lulus dan terjun di masyarakat nanti tidak terjadi penyalahgunaan ilmu yang di pelajari selama sekolah. Materi Akhlak yang diajarkan mahasiswa PGMI adalah sebagaimana dalam silabus , yaitu (1) Mampu menjelaskan Akhlak Terpuji: hidup bersih, kasih sayang,rukun terhadap sesama rajin, ramah, lemah lembut, hormat, pandai, kreatif, rendah hati, santun. (2) Mampu menjelaskan Akhlak Terpuji: ikhlas, dermawan, jujur, benar, teguh pendirian, adil, optimis, qana’ah, tawakkal, bertaubat jika berbuat dosa). (3) Mampu menjelaskan Akhlak Tercela: hidup kotor, berdusta,berbicara jorok sombong, acuh tak acuh, malas, tercela, bodoh, pemarah, kikir, khianat. (4) Mampu menjelaskan Akhlak Tercela: lalim, kejam, tamak dan pemarah, pesimis, serakah dan putus asa, boros, hasud, dengki.(5) Mampu menjelaskan Adab kepada Orangtua dan Guru. (6) Mampu menjelaskan Adab kepada teman, tetangga dan tamu. (7) Mampu menjelaskan Adab Islam dalam kehidupan keseharian: bicara, bersin, mandi, berpakaian, makan,minum, tidur, belajar, bermain, bekerja. (8) Mampu menjelaskan keteladanan akhlak para Rasul: sifat dermawan nabi Sulaiman As, akhlak Nabi Musa dan Nabi Yusuf, dan Nabi Sulaiman (Kurikulum PGMI Tahun 2007). A. Pendidikan Karakter Mahasiswa PGMI Pendidikan karakter yang diberikan pada mahasiswa merupakan proses pemberian tuntunan mahasiswa agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi
11
hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Peserta didik diharapkan memiliki karakter yang baik meliputi kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, dan kreatif. Dalam penanaman karakter tersebut diantaranya adalah melalui pemberian perkuliahan satu dosen pengampu matakuliah Akhlak di PGMI mengungkapkan sebagaimana hasil wawancara tanggal 14 Nopember 2013 dapat dipahami bahwa mayoritas mahasiswa PGMI memiliki karakter yang baik. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil pengamatan karakter mahasiswa PGMI pada hari Senin tanggal 17 Nopember 2013 yang hasilnya dari 15 karakter yang diamati religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, bersahabat, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab hanya ada 2 karakter yang masih kurang yaitu rasa ingin tahu dan peduli lingkungan. Hal ini sebagaimana pendapat ( Usman Uzer, 1999: 27) bahwa syarat menjadi calon guru harus memenuhi syarat formal dan syarat kepribadian. Syarat formal adalah memiliki ijazah keguruan. Sedangkan syarat kepribadian adalah memiliki karakter dan perilaku sabar , ramah, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, demokratis, adil, berwibawa, fleksibel, kreatif, pemaaf,
dan sebagainya. Semuanya itu mencerminkan seorang guru yang
memiliki pribadi yang luhur dan mulia yang nantinya menjadi contoh bagi peserta didiknya. Dalam diri mahasiswa PGMI STAIN Salatiga sejak awal sudah memiliki niat atau tujuan menjadi calon guru maka mereka sudah mempersiapkan diri menata diri baik secara fisik maupun psikologi untuk berbicara, bersikap maupun berperilaku yang mencerminkan sosok seorang guru. Hal ini sebagaimana menurut mahasiswa PGMI mengungkapkan bahwa Mahasiswa PGMI pada umumnya dari awal sudah kelihatan memiliki karakter keguruan, sehingga mereka mudah untuk dibimbing dan diarahkan serta mudah untuk dikondisikan dalam sikap,dan perilaku yang baik atau “mudah diatur”, misalnya proses kuliah rajin, disiplin, kalau 20 menit dosennya belum masuk ya langsung di sms atau ditelpon. B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mahasiswa PGMI Pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Akhlak mahasiswa PGMI menggunakan metode keteladanan atau pemberian contoh perilaku yang baik kepada mahasiswa, pembiasaan, perumpamaan (amtsal), dan metode nasehat,
Hal ini
sebagaimana pendapat masnur muslih bahwa penerapan pendidikan karakter dilakukan dengan strategi pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari. 12
Hal ini sebagaimana wawancara peneliti dengan salah satu dosen Akhlak bahwa tentang strategi
penggunaan
keteladanan, pembiasaan, perumpamaan, dan nasehat
dalam pembelajaran Akhlak adalah sebagai berikut : (1) Penggunaan strategi keteladanan; membiasakan bersalaman atau berjabat tangan dengan mahasiswa, dengan demikian mahasiswa akan menirukan sebagaimana tingkat keramahan mahasiswa terhadap orang lain yang dapat ditunjukkan dengan perilaku
berjabat tangan jika
bertemu teman atau orang lain. (2) Penggunaan strategi pembiasaan ; dosen menyapa lebih dulu ketika bertemu dengan mahasiswa, bukan mahasiswa yang harus menyapa saya (dosen), dengan demikian mahasiswa akan memiliki sikap atau karakter ramah kepada siapapun sebagaimana dalam indikator ramah terhadap orang lain yang dapat ditunjukkan dengan perilaku mengucapkan salam jika bertemu teman atau orang lain. (3) Penggunaan strategi perumpamaan; Dosen mengisahkan atau menceritakan hasil pengalaman langsung atau tidak langsung para tokoh Islam seperti karakter sabar yang dalam cerita nabi Muhammad menyuapi pengemis yahudi yang buta setiap pagi dengan harapan nabi agar pengemis tersebut mau masuk Islam dengan cerita tersebut agar mahasiswa bisa mengambil intisari dari kisah tersebut sebagaimana dalam indikator peduli sosial
yang dapat ditunjukkan dengan perilaku
menolong
atau membantu
terhadap sesama teman. (4) Penggunaan strategi teguran atau nasehat; Dosen dalam proses perkuliahan memberi nasehat ketika melihat mahasiswa berbuat tidak benar, berteriak di dalam kelas misalnya. Hal ini dapat dibuktikan dalam pengamatan peneliti terhadap responden dalam indikator jujur yang dapat ditunjukkan dengan perilaku menyontek ketika mengerjakan tes. C. Faktor-faktor yang Menghambat dan Mendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa menjadi faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Akhlak mahasiswa PGMI adalah sebagai berikut : (1) Faktor intern yaitu faktor dari individu mahasiswa yang meliputi pembawaan dan keluarga. Hal ini sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan responden pada tanggal 14 Nopember 2013 yang mengatakan bahwa: Mayoritas mahasiswa PGMI berasal dari pedesaan dan lingkungan keluarga Islam, mereka masih lugu atau polos, ya ada sebagian kecil yang berasal dari lingkungan perkotaan dari keluarga awam (umum”.).Hasil wawancara tersebut dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan peneliti terhadap perilaku mahasiswa yang 13
ramah yaitu mahasiswa
menyapa atau mengucapkan salam bila bertemu temannaya. (2) Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari lingkungan kampus dan masyarakat. Hal ini sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan responden pada tanggal 14 Nopember 2013 yang mengatakan bahwa : “Karena kondisi kampus 2 sebagai tempat kuliah mahasiswa PGMI yang jauh dari perkotaan atau pinggiran kota dan belum terkena polusi pergaulan bebas maka mereka masih mudah untuk dibimbing dan diarahkan, lebih dari itu mahasiswa STAIN semuanya umat Islam sebagaimana dalam wawancara hasil pengamatan peneliti terhadap perilaku mahasiswa yang peduli sosial yaitu mau menolong teman yang sedang sakit. (3) Faktor ekstern dari fasilitas pembelajaran seperti metode, media pembelajaran. Hal ini sebagaimana hasil wawancara tanggal 14 Nopember 2013 menjelaskan bahwa sudah terpenuhinya
media atau sumber belajar yang digunakan oleh dosen maka hasil
pembelajaran dapat mahasiswa
maksimal, hanya saja penggunaan media berbasis ICT oleh
yang tidak dapat dipantau oleh dosen atau orang tua yang menjadi
penghambat dalam pembentukan karakter. Hal ini dapat dibuktikan peneliti dalam hasil pengamatan perilaku mahasiswa yang mengakses internet tidak mencari pengetahuan kaitannya dengan materi kuliah yang disampaikan dosen tapi malah sebaliknya mencari pengetahuan lain yang tidak sesuai dengan materi kuliah.
Kesimpulan Pendidikan karakter mahasiswa PGMI pada umumnya sudah baik. Dari 15 karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, bersahabat, cinta damai, peduli limgkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab, hanya karakter rasa ingin tahu dan peduli lingkungan yang masih kurang. Pelaksanaan pendidikan karakter mahasiswa PGMI STAIN Salatiga dalam pembelajaran Akhlak adalah dengan strategi pemberian contoh keteladanan, pembiasaan, perumpamaan, dan nasehat. Selain Strategi itu dilakukan juga pengamatan perilaku mahasiswa dalam interaksi pembelajaran. Faktor yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Akhlak
mahasiswa PGMI adalah faktor intern yaitu pembawaan
masing-masing mahasiswa (individu) dan lingkungan keluarga yaitu latar belakang karakter anak dalam keluarga dan metode serta media pembelajaran dosen sebagai faktor pendukung , dan sedangkan faktor lingkungan kampus seperti pergaulan mahasiswa dan penggunaan 14
media berbasis teknologi (internet) yang menjadi faktor penghambat .Pembawaan atau individu mahasiswa inilah faktor pendukung yang paling dominan terhadap pelaksanaan pendidikan karakter mahasiswa.
15
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Bogdan dan Biklen. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston : Allyn and Bacon Inc. Huberman, Miles. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terj. Tjejep Rohendi. Jakarta: UI Press. Lexy, Moleong J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Masnur, Muslih. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara. Miftachurrif’ah. 2012. Pendidikan Karakter di MI kota Salatiga. P3M STAIN Salatiga. Nazir Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Galia. Sutopo. 1990. Metodologi Penelitian Qualitatif I : Dasar Teoritis dan Karakteristiknya. Surakarta: UNS. Uzzer, Usman. 1995. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru. Bandung: Rineka Cipta. Yunahar, Ilyas. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. http://Kompas.com, diakses tanggal 21 Mei 2011 http://Pendikar.unnes.ac.id diakses tanggal 24 Nopember 2013
16