Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Rosdiana Siregar
ABSTRAK. Bahasa Indonesia sebagai sumber pendidikan karakter tidak perlu diragukan lagi keberadaannya, karena dalam bahasa Indonesia syarat akan pendidikan nilai-nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang digali dari substansi bahasa Indonesia dapat menjadi pilar pendidikan budi pekerti bangsa. Pendidikan karakter sebagai pilar pendidikan budi pekerti bangsa, dewasa ini menjadi sangat penting, karena pendidikan karakter sangat menentukan kemajuan peradaban bangsa, yang tak hanya unggul, tetapi juga cerdas. Keunggulan suatu bangsa terletak pada pemikiran dan karakter. Kedua jenis keunggulan tersebut dapat dibangun dan dikembangkan melalui pendidikan. Oleh karena itu, sasaran pendidikan bukan hanya kepintaran dan kecerdasan (pemikiran), tetapi juga moral dan budi pekerti, watak, nilai, dan kepribadian yang tangguh, unggul dan mulia (karakter). Dengan kata lain, antara pemikiran dan karakter harus menjadi kesatuan yang utuh. Realisiasi pendidikan budi pekerti bangsa yang digali dari sumber bahasa Indonesia dapat dimulai dari kalangan pendidikan melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hendaknya dapat berlangsung melalui proses pembelajaran pada setiap kompetensi dasar yang diajarkan dan setiap indikator hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pembelajaran Bahasa Indonesia
Edukasi Kultura
Page | 133
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
tidak
A. Pendahuluan Karakter adalah cara berpikir
hanya
membentuk
insan
Indonesia yang cerdas, namun juga
dan berperilaku yang menjadi ciri
berkepribadian
khas tiap individu untuk hidup dan
sehingga nantinya akan lahir generasi
bekerjasama, baik dalam lingkup
bangsa yang tumbuh berkembang
keluarga, masyarakat, bangsa dan
dengan karakter yang bernafas nilai-
negara
nilai luhur bangsa serta agama.
(Suyanto:2012).
yang
berkarakter
individu
yang
baik bisa
keputusan
Individu
Tentang pendidikan karakter,
membuat
akhir-akhir ini telah mewacana di
siap
berbagai forum dan bahkan telah
tiap
menjadi isu nasional. Pada Hari
dan
dari
keputusan
yang
diperbuatnya.
merupakan
Pendidikan tahun
Pembentukan salah
karakter satu
berkarakter,
adalah
mempertanggungjawabkan akibat
atau
tujuan
Nasional
2011
(Hardiknas)
yang
diperingati
bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional
(Harkitnas),
mengambil
pendidikan nasional. Pasal I UU
tema “Pendidikan Karakter sebagai
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan
Pilar Kebangkitan Bangsa”, dengan
bahwa di antara tujuan pendidikan
subtema “Raih Prestasi, Junjung
nasional
Tinggi
adalah
mengembangkan
Budi
Pekerti”,
Presiden
potensi peserta didik untuk memiliki
Republik Indonesia Susilo Bambang
kecerdasan, kepribadian dan akhlak
Yudhoyono
(SBY)
mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun
masyarakat
Indonesia
2003 itu bermaksud agar pendidikan
mengimplementasikan
Edukasi Kultura
meminta untuk pendidikan Page | 134
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
karakter, karena pendidikan karakter
hanya kepintaran dan kecerdasan,
saat
ini
sangatlah
penting.
tetapi juga moral dan budi pekerti,
Pendidikan
karakter
sangat
watak, nilai dan kepribadian yang
kemajuan
peradaban
menentukan
bangsa, yang tak hanya unggul,
tangguh,
unggul
dan
mulia,"
(Kompas.com: 20 Mei 2011).
tetapi juga bangsa yang cerdas. SBY
Mengingat
pentingnya
mengatakan pula bahwa ada dua
karakter dalam membangun sumber
penentu kemajuan bangsa,
yaitu
daya manusia (SDM) yang kuat,
pemikiran dan karakter. Selanjutnya
maka perlunya pendidikan karakter
SBY mengatakan, dengan mengutip
yang
Aristoteles,
(M.Furqon Hidayatullah, 2010 : 3).
manusia excelence.
ada dua keunggulan yang
disebut
Pertama
human
excelence of
dilakukan
dengan
tepat
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembentukan
karakter
tought atau keunggulan pemikiran
manusia tidak dapat dipisahkan dari
dan kedua, excelence of character,
kehidupannya. Pendidikan karakter
kehebatan
dalam
karakter".
harus
Selanjutnya
menurut
Presiden,
kehidupan termasuk
menyertai
semua di
aspek lembaga
“kedua jenis keunggulan tersebut
pendidikan.
dapat dibangun dan dikembangkan
karakter diintegrasikan ke seluruh
melalui pendidikan. Oleh karena itu,
aspek
kepada para pendidik, baik formal
kehidupan sekolah.
maupun nonformal dan kita semua bahwa sasaran pendidikan bukan Edukasi Kultura
Idealnya
kehidupan,
Lembaga khususnya
sekolah
pendidikan
termasuk
pendidikan, dipandang Page | 135
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
sebagai tempat yang strategis untuk membentuk
karakter.
dimaksudkan
agar
ini
Konsep pendidikan karakter
didik
telah banyak dibicarakan oleh para
dalam segala ucapan, sikap dan
ahli. Untuk menyamakan persepsi
perilakunya mencerminkan karakter
tentang pendidikan karakter sebagai
yang baik dan kuat.
pijakan dalam pembahasan, dalam
Oleh pelajaran
Hal
B. Pendidikan Karakter
peserta
karena
yang
itu,
setiap
makalah ini dibahas sekilas tentang
diajarkan
dalam
pendidikan karakter.
setiap jenjang pendidikan diharapkan memuat
pendidikan
suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter. Bahasa Indonesia sebagai
karakter dan nilai-nilai moral kepada
salah satu mata pelajaran yang
warga
diajarkan
jenjang
komponen pengetahuan, kesadaran
pendidikan mulai dari PAUD, SD,
atau kemauan, dan tindakan untuk
SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi
melaksanakan
merupakan
pilar
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
pelaksanaan
pendidikan
Oleh
nilai-nilai
Pendidikan karakter adalah
di
karena
setiap
utama
itu,
dalam karakter.
perencanaan
(YME),
sekolah
meliputi
nilai-nilai
diri
lingkungan,
yang
tersebut,
sendiri,
maupun
sesama,
kebangsaan
pengajaran bahasa Indonesia yang
sehingga menjadi manusia insan
terpadu
kamil. Nilai
dan
sinergis
perlu
selalu
mempunyai
diupayakan dalam mengintegrasikan
konotasi positif (Bertens, 2004:139).
nilai-nilai
Nilai
pendidikan
tersebut. Edukasi Kultura
karakter
moral
merupakan
nilai
tertinggi. Nilai moral memiliki ciriPage | 136
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
ciri (1) berkaitan dengan pribadi
sadar akan nilai itu. Manusia tidak
manusia yang bertanggung jawab,
menciptakan nilai-nilai, melainkan
(2) berkaitan dengan hati nurani, (3)
menemukan
mewajibkan manusia secara absulut
Scheler nilai dapat diungkap bukan
yang tidak bisa ditawar-tawar, dan
dengan pikiran, melainkan dengan
(4) bersifat formal (Bertens, 2004:
suatu perasaan intensional. Perasaan
143-147). Nilai moral berkaitan juga
di sini tidak dibatasi pada perasaan
dengan apa yang seyogianya tidak
fisik atau emosi, melainkan mirip
dilakukan karena berkaitan dengan
dengan paham rasa dalam budaya
prinsip moralitas yang ditegakkan
Jawa, sebagai keterbukaan hati dan
(Wiramihardja, 2007:158). Hal itu
budi dalam semua dimensi. Perasaan
mengacu
Soejadi
itu intensional karena setiap nilai
(1999:21) yang mengartikan nilai
ditangkap melalui perasaan yang
dalam arti baik atau benar berkaitan
terarah
dengan masalah etis atau moral.
Scheler ada empat gugus nilai, yaitu
juga
pada
tepat
mereka.
padanya.
Menurut
Menurut
Lebih lanjut Scheler (dalam
(1) nilai-nilai sekitar yang enak dan
Frans Magnis dan Suseno, 2008:16-
yang tidak enak, (2) nilai-nilai vital
18) menyatakan bahwa nilai bersifat
di mana paling utama adalah nilai
apriori. Maksudnya, apa arti sebuah
yang luhur dan yang hina dan di
nilai, misalnya enak, jujur atau
mana saja termasuk keberanian dan
kudus, kita ketahui bukan karena
sifat takut, perasaan sehat dan tidak
suatu pengalaman, secara aposteriori,
enak badan, dan sebagainya, (3)
melainkan kita ketahui begitu kita
nilai-nilai rohani yang indah dan
Edukasi Kultura
Page | 137
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
yang jelek atau nilai estetis, nilai-
kunci
nilai yang benar dan tidak benar atau
merupakan kata dasar yang tidak
nilai keadilan, dan nilai kebenaran
dapat direduksikan kepada sesuatu
murni
kebernilaian
yang lebih mendalam lagi. “Baik”
pengetahuan demi pengetahuan itu
merupakan sifat primer yang tidak
sendiri
ada
terdiri atas bagian-bagian lagi, dan
nilai-nilai
karena itu tidak dapat dianalisis. Kata
yaitu
dan
manfaatnya,
bukan dan
karena
(4)
moralitas.
sekitar yang kudus dan yang profane
“baik”
yang
“buruk”.
dihayati
manusia
dalam
Kata
“baik”
kebalikan
dari
adalah
Tentang
moral,
Frans
pengalaman religius. Di luar empat
Magnis-Suseno
gugus nilai tersebut, ada dua gugus
menjelaskan ajaran moral dimaksud
nilai yang tidak mempunyai isi
adalah
sendiri (nilainya ditentukan oleh nilai
wejangan,
yang menjadi tujuan akhir), yaitu
patokan-patokan,
nilai kegunaan dan nilai moral. Nilai
peraturan dan ketetapan entah lisan
kegunaan menunjuk pada sesuatu itu
atau
bernilai jika berguna dan nilai moral
manusia harus hidup dan bertindak
seperti yang baik dan yang jahat.
agar ia menjadi manusia yang baik.
dilihat
(1987:
ajaran-ajaran,
14)
wejangan-
khotbah-khotbah,
tertulis,
kumpulan
tentang
bagaimana
Konsep kata “baik” dapat
Sumber
langsung
ajaran
moral
dari berbagai pandangan.
adalah
berbagai
orang
dalam
George Rdward Moore (dalam Frans
kedudukan yang berwenang, seperti
Mrgins
2008:1-3)
orang tua dan guru, para pemuka
mengatakan, kata “baik” adalah kata
masyarakat dan agama, dan tulisan-
dan
Edukasi Kultura
Soseno,
Page | 138
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
tulisan para bijak
seperti kitab
Norma umum ada tiga macam, yaitu:
Wulangreh karangan Siri Sunan Paku
norma-norma sopan-santun, norma-
Duwana IV. Sumber dalam ajaran-
norma hukum, dan norma-norma
ajaran itu adalah tradisi dan adat
moral.
istiadat, ajaran agama, atau ideologi
menyangkut sikap lahiriyah manusia.
tertentu.
Norma hukum adalah norma-norma
Norma
sopan-santun
Selanjutnya, Frans Magnis-
yang dituntut dengan tegas oleh
Suseno (1987:19) menjelaskan kata
masyarakat karena dianggap perlu
moral selalu mengacu pada baik-
demi keselamatan dan kesejahteraan
buruknya manusia sebagai manusia.
umum. Norma moral adalah tolok
Jadi bukan mengenai baik-buruknya
ukur yang dipakai masyarakat untuk
begitu saja, misalnya sebagai dosen,
mengukur kebaikan seseorang.
tukang masak, pemain bulutangkis
Dalam pendidikan karakter di
atau penceramah, melainkan sebagai
sekolah,
manusia.
(stakeholders)
Bidang
moral
adalah
semua harus
komponen dilibatkan,
bidang kehidupan manusia dilihat
termasuk
dari
sebagai
pendidikan itu sendiri, yaitu isi
manusia. Norma-norma moral adalah
kurikulum, proses pembelajaran dan
tolok ukur untuk menentukan betul-
penilaian,
salahnya sikap dan tindakan manusia
penanganan atau pengelolaan mata
dilihat
pelajaran,
segi
dari
kebaikannya
segi
baik-buruknya
komponen-komponen
kualitas
pengelolaan
hubungan,
sekolah,
sebagai manusia dan bukan sebagai
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
pelaku peran tertentu dan terbatas.
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
Edukasi Kultura
Page | 139
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
prasarana, pembiayaan, dan etos
dan identitas bangsa. Melalui fungsi
kerja seluruh warga dan lingkungan
kultural
sekolah.
menggali dan menanamkan kembali
diharapkan
agar
dapat
nilai-nilai budaya Indonesia sebagai C. Bahasa
Indonesia
sebagai
Sumber Pendidikan Karakter Bahasa sumber
Indonesia
upaya untuk membangun identitas bangsa.
sebagai
pendidikan
karakter
Ketiga fungsi pokok itu jika dilihat
dari
substansi
nilai,
setidaknya harus di bawah pada tiga
merupakan usaha pengembangan dan
fungsi pokok bahasa, yaitu (1) alat
penanaman nilai-nilai moral. Pada
komunikasi, (2) edukatif, dan (3)
fungsi pertama, bahasa sebagai alat
kultural. Fungsi alat komunikasi
komunikasi yang diarahkan agar
diarahkan
dapat
siswa dapat berbahasa Indonesia
Indonesia
dengan baik dan benar, mengandung
agar
menggunakan secara
baik
keperluan
siswa
bahasa dan
benar
interaksi
untuk
nilai hormat atau sopan santun.
dalam
Fungsi
edukatif
diarahkan
lingkungaan terutama sebagai media
agar siswa dapat memperoleh nilai-
penghubung (lingua franca) bagi
nilai
masyarakat Indonesia yang berasal
Indonesia
dari daerah dan suku yang berbeda.
pembentukan
Fungsi edukatif diarahkan agar siswa
identitas bangsa. Pengajaran basaha
dapat memperoleh nilai-nilai untuk
Indonesia diharapkan dapat menjadi
keperluan pembentukan kepribadian
pintu gerbang untuk menyatukan
Edukasi Kultura
budaya
keluhuran untuk
bangsa keperluan
kepribadian
dan
Page | 140
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
perspektif persatuan kesatuan di
ditanamkan nilai-nilai kepribadian
maysarakat
yag
luhur sebagai bagian dari dari tata
lain
nilai
multikultural.
Indonesia Upaya
yang
dan
kehidupan
budaya
adalah melalui berbagai karya sastra
masyarakat
Indonesia. Sastra-sastra Indonesia
penanaman nilai-nilai budaya luhur
seperti puii, cerpen, novel dan drama
mayarakat Indonesia telah berhasil,
selain sebagai hiburan (tontonan)
maka akan terbangun kepribadian
juga dapat menjadi tuntunan. Hal
yang kuat, dan pada akhirnya akan
tersebut
diharapkan
membentuk karakter yang kuat pula.
membentuk
karakter
dapat
Indonesia.
kepribadian
siswa.
D. Pelaksanaan Fungsi
Jika
kultural
diarahkan
Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran
untuk menggali dan menanamkan
Bahasa Indonesia
kembali nilai-nilai budaya Indonesia
1. Bahasa
Indonesia
dan
sebagai upaya untuk membangun
Pendidikan karakter
identitas bangsa. Jika fungsi sebagai
Bahasa Indonesia merupakan
alat komunikasi dan edukatif telah
alat
terlaksana dengan baik, sebenarnya
Indonesia yang efektif digunakan.
fungsi kultural akan tercapai, karena
Sebagai bahasa pemersatu dan
fungsi kultural sesungguhnya terkait
bahasa yang dipakai dalam dunia
langsung dengan kedua fungsi itu.
pendidikan,
Melalui fungsi alat komunikasi dan
adalah sebuah identitas bangsa.
edukatif,
Oleh sebab itu, dengan berbahasa
diharapkan
Edukasi Kultura
telah
komunakasi
bahasa
mayarakat
Indonesia
Page | 141
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
Indonesia yang baik, benar dan
pada
santun, maka cermin mayarakat
Perguruan
Tinggi
harus
Indonesia yang ramah, tamah
mengambil
bagian
dalam
akan terwujudkan.
mewujudkan
karakter
bangsa
Pembelajaran
bahasa
Indonesia pada hakikatnya adalah
jenjang
PAUD
hingga
yang kuat. Pembelajaran
pada
mengantar peserta didik untuk
Pendidikan
terampil dalam berkomunikasi.
(PAUD)
Pembelajaran
pembelajaran terpadu. Di mana
dalam
tersebut
empat
terpadu
Anak
Usia
Dini
menggunakan
keterampilan
setiap
keterampilan
mencakup pengembangan seluruh
berbicara, menyimak, membaca
aspek perkembangan anak. Hal ini
dan
dilakukan
berbahasa
yaitu
keterampilan
menulis.
kegiatan
pembelajaran
karena
antara
satu
Dengan demikian, peserta didik
aspek
perkembangan
dengan
diharapkan
untuk
aspek
perkembangan
lainnya
menggunakan
saling
mampu
berkomunikasi
terkait.
bahasa Indonesia di dalam empat
terpadu
aspek keterampilan tersebut.
menggunakan
Pembelajaran Indonesia
diharapkan
mengintegrasikan pendidikan
karakter.
dilakukan tema
sebagai
wahana
mampu
berbagai konsep kepada anak
nilai-nilai Bahasa
untuk
dengan
bahasa
Indonesia yang sudah diajarkan Edukasi Kultura
Pembelajaran
secara utuh.
mengenalkan
Disebutkan di
salah satu indokator yang akan dicapai
siswa
PAUD
yaitu
Page | 142
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
siswa/peserta
didik
merespon
dengan
mampu
ditanamkan
senyum
dibimbing
terhadap orang yang mengajak
adalah untuk
siswa
menghargai
orang lain saat berbicara.
berkomunikasi. Di dalamnya akan
Dalam Sekolah Menengah
dapat ditanamkan nilai pendidikan
Pertama (SMP), salah satu contoh
karakter.
kompetensi dasar
Nilai
pendidikan
yang
dapat
karakter yang ditanamkan adalah
diintegrasikan dengan pendidikan
siswa menghargai orang yang
karakter adalah mengungkapkan
berbicara
laporan
dengannya.
Ketika
secara
lisan
dengan
pondasi akhlak dan nilai-nilai
bahasa baik dan benar. Nilai
norman sudah ditanamkan sejak
karakter yang dapat ditanamkan
dini pada siswa maka diharapkan
kepada peserta didik adalah nilai
ketika beranjak dewasa nilai-nilai
kejujuran.
tersebut
melaporkan
masih
mampu
dipertahankannya.
Jujur hasil
dalam wawancara.
Siswa harus diajarkan pentingnya
Selanjutnya, ketika Sekolah
sebuah kejujuran. Sehingga apa
Dasar (SD) nilai-nilai pendidikan
yang didapat dari hasil wawancara
karakter juga harus diperhatikan
adalah hal yang utuh dilaporkan,
oleh guru. Salah satu kompetensi
tidak ada yang ditambahi dan
dasar yang terdapat di kelas V SD
dikurangi sehingga menyebakan
yaitu
suatu kebenaran itu dapat samar-
pengumuman.
mendengarkan Adapun
nilai
pendidikan karakter yang dapat Edukasi Kultura
masar atau bahkan jadi hilang sama sekali. Page | 143
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
Salah satu kompetensi dasar
Sastra
sebagai
cerminan
yang dapat disusupi oleh nilai
keadaan sosial budaya bangsa
pendidikan karakter pada Sekolah
haruslah
diwariskan
Menengah Atas (SMA)
generasi
mudanya.
memberikan
kritik
yaitu
terhadap
Ahmad
kepada Menurut
Yosi
Herfanda
informasi dari media cetak dan ata
(2008:131),
elektronik. Nilai karakter yang
potensi
dapat ditanamkan guru adalah
membawa masyarakat ke arah
nilai kesantunan. Santun dalam
perubahan, termasuk perubahan
memberikan kritik, tidak marah-
karakter.
marah dan tidak arogan. Hal ini penting
ditanamkan
sastra
yang
Selain
memiliki
besar
untuk
mengandung
sehingga
keindahan, sastra juga memiliki
ketika mereka di masa mendatang
nilai manfaat bagi pembaca. Segi
menduduki posisi sebagai wakil
kemanfaatan
rakyat di gedung DPR, tidak akan
penciptaan sastra berangkat dari
lagi terjadi keributan-keributan
kenyataan sehingga lahirlah suatu
dalam
paradigma bahwa sastra yang baik
sidang
seperti
yang
muncul
dicontohkan wakil rakyat kita saat
menciptakan
ini di degung Dewan Perwakilan
kehidupan. Penciptaannya yang
Daerah (DPR)
dilakukan
Pusat
ataupun
Daerah (DPRD). 2. Sastra Karakter Edukasi Kultura
dan
kembali
karena
bersama-sama
rasa
dan
saling berjalinan seperti terjadi Pendidikan
dalam kehidupan kita sendiri. Namun, kenyataan tersebut di Page | 144
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
dalam sastra dihadirkan melalui
mengapresiasi
berbagai tahap proses kreatif.
cerita rakyat, dan puisi, kita bisa
Artinya
membentuk
bahan-bahan
kenyataan
tentang
tersebut
cerpen,
novel,
karakter
peserta
dipahami
didik, sastra mampu memainkan
melalui proses penafsiran baru
perannya. Nilai-nilai kejujuran,
oleh pengarang. Adapun manfaat
kebaikan,
persahabatan,
sastra
persaudaraan,
kekeluargaan,
bagi
pembaca,
adalah
berkenaan dengan nilai-nilai yang
keikhlasan,
terkandung di dalamnya agar
kebersaman, dan lain sebagainya
pembaca
yang
lebih
menerjemahkan
mampu
ketulusan,
berhubungan
dengan
persoalan-
pendidikan karakter, bisa kita
persoalan dalam hidup melalui
terapkan kepada peserta didik
kebaikan jasmani dan kebaikan
melalui sastra.
rohani.
Sebagai
wujud
untuk
Lebih jauh dari itu sastra
menyampaikan
atau
dalam kaitan dengan pendidikan
menginjeksikan
pendidikan
karakter,
karakter
yaitu
sastra
sebagai
dalam
sastra
kepada
media pembentuk watak moral
peserta didik ada beberapa upaya
peserta didik, dengan sastra kita
yang
bisa mempengaruhi peserta didik.
pendidik.
Karya sastra dapat menyampaikan
mengungkapkan nilai-nilai dalam
pesan-pesan moral baik secara
mata pelajaran bahasa dan sastra
implisit maupun eksplisit. Dengan
Indonesia dengan pengintegrasian
Edukasi Kultura
bias
dilakukan
oleh
Pendidik
Page | 145
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
langsung nilai-nilai karakter yang
kisah hidup orang-orang besar.
menjadi bagian terpadu dari mata
Dengan
pelajaran tersebut.
dialami orang-orang besar dan
a) Cerpen
kisah
nyata
yang
terkenal bisa menjadikan peserta
Pendidik bisa menggunakan perbandingan berdasarkan
cerita
pendek
kehidupan
atau
kejadian-kejadian dalam hidup
didik
akan
mengidolakan
terpikat serta
dan
pastunya
ingin menjadi seperti idolanya tersebut.
para peserta didik kemudian mengubah hal-hal yang bersifat
b) Puisi (lagu)
negatif dalam cerita pendek
Seperti yang kita ketahui,
tersebut menjadi nilai positif.
musik/ lagu bisa memberikan
Dengan ini peserta didik mampu
efek yang sangat dalam bagi
mengambil
pendengarnya.
secara
langsung
Bahkan
kabar
nilai-nilai pendidikan karakter
terkini yang telah kita ketahui
yang tersirat dan tersurat dalam
bersama, bayi dalam kandungan
tugas yang diberikan pendidik
pun bisa dipengaruhi dengan
tadi karena merupakan bagain
lagu yang diputar dekat dengan
dari kehidupan peserta didik itu
perut ibunya. Dengan dasar ini
sendiri.
juga
pendidik
untuk
lagu-lagu
Atau
menggunakan memunculkan
bisa cerita
nilai-nilai
karakter dengan menceritakan Edukasi Kultura
bisa
(musikalisasi
menggunakan dan
musik
puisi)
mengintegrasikan
untuk nilai-nilai
Page | 146
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
karakter dalam benak peserta
menggoreskan
dalam-dalam
didik.
nilai-nilai pendidikan karakter yang didapat di benak peserta
c) Drama
didik.
Pendidik menggunakan media
bisa
juga
drama
sebagai
untuk
d) Novel
melukiskan
Menggunakan novel sebagai
kejadian-kejadian yang berisikan
media untuk mengungkapkan
nilai-nilai
nilai-nilai
karakter.
Sehingga
atau
norma-norma
secara audio visual serta aplikasi
dalam
langsung (pementasan drama)
diskusi dan brainstorming pun
menjadikan peserta didik lebih
bisa digunakan oleh pendidik.
mudah untuk memahami dan
Novel
menyerap
karakter
kisah-kisah
tugas-tugas
menjadikan
nilai-nilai
tersebut. Selain itu
masyarakat
banyak
melalui
memberikan
yang
mampu
pembacanya
yang bisa dikerjakan dirumah
berimajinasi dan masuk dalam
dapat mengambil contoh tentang
cerita novel tersebut. Banyak
apa yang dilihat peserta didik di
penikmat
televisi kemudian pendidik akan
terpengaruh dengan isi yang ada
menjelaskan
dalam novel, a.baik itu gaya
sekaligus
novel
yang
meluruskan nilai-nilai apa saja
berbicara,
yang ada dalam film di televisi
perilaku
tersebut.
membaca dan memahaminya.
Edukasi Kultura
Ini
akan
lebih
busana
bahkan
tentunya
setelah
Page | 147
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
Hal ini sangat baik apabila
kepada peserta didik. Apalagi
pendidik mampu memasukkan
cerita yang disampaikan adalah
pendidikan karakter untuk bisa
cerita rakyat dari daerah peserta
mempengaruhi peserta didiknya.
didik sendiri. Selain cara-cara di atas masih
e) Pantun
banyak cara-cara yang lainnya
Peserta membuat nasehat berbagai
didik
diajak
yang
berbagai
pantun
pendidik
untuk
memunculkan
nilai-nilai
karakter
bisa
digunakan atau
bahkan
dikombinasikan
untuk
menyampaikan nilai-nilai dalam
dalam kehidupan peserta didik.
pendidikan
karakter,
Nasehat-nasehat
jangan
terlepas
yang
dibuat
oleh
akan menggores diingatannya,
penyeleksian
peserta
atau
namun dari pemilihan
didik
akan
bahan ajar yang tepat. Karena
mengaplikasikannya
karena
dengan memilih bahan ajar yang
nasehat itu berasal dari dirinya
tepat,
peserta
sendiri untuk teman-temannya.
merasakan yang
f) Cerita Lisan
didik
akan
kedalaman
materi
membuat
menyadari
mereka
makna kehidupan.
Penggunaan contoh sastra
Kesadaran itulah yang akan
lisan dalam hal ini cerita rakyat
membuat pembelajaran bukan
merupakan sarana yang baik
sekadar
untuk
tetapi juga mendidik.
memberikan
Edukasi Kultura
contoh
mengajarkan
materi,
Page | 148
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
Membaca karya
Laskar
Andrea
Pelangi
Hirata
dan
dijadikan
sebagai
pendidikan
yang
instrumen sebenarnya,
membaca Belenggu karya Iwan
yaitu mengubah karakter peserta
Simatupang bagi peserta didik
didik
pasti memiliki dampak berbeda.
bermoral,
Proses
novel
Semua demi generasi penerus
Belenggu terasa lebih sulit jika
yang lebih baik dari aspek
dibandingkan
kualitas maupun kuantitasnya.
pemahaman
novel
Laskar
menjadi dan
lebih
baik,
bermartabat.
Pelangi. Selain itu, isi Laskar Pelangi
lebih
pembelajaran, tersebut
cocok
dalam
karena
novel
berbicara
masalah
3. langkah-langkah Pengintegrasian Karakter dalam
Pembelajaran
pendidikan, pentingnya belajar,
Bahasa Indonesia
dan
M.
menghargai
seorang
Furqon
Hidayatullah
pendidik. Sedangkan Belenggu
(2010:61)
berisi cerita yang terlalu dewasa,
langkah-langkah pengintegrasian
sehingga belum sesuai dengan
pendidikan karaketr dalam mata
usia
Namun,
pelajaran adalah sebagai berikut:
bukan berarti salah satu novel itu
a. Mendeskripsikan kompetensi
peserta
jelek,
didik.
hanya
persoalan
penempatannya. memahami pembelajaran Edukasi Kultura
Dengan hal sastra
tersebut, bisa
menyebutkan
dasar. b. Mengidentifikasikan
aspek-
aspek yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Page | 149
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
c. Mengintegrasikan butir-butir
d. Melaksanakan pembelajaran.
pendidikan karakter ke dalam kompetensi
dasar
pembelajaran)
e. Menentukan
(materi
metode
pembelajaran.
yang
f. Menentukan
dipandang relevan atau ada
evaluasi
pembelajaran.
kaitannya.
g. Menentukan sumber belajar.
Adapun contoh silabus yang mengintegrasikan butir-butir karakter dapat diberikan sebagai berikut:
Aspek Perkembangan Umur Jenjang Sekolah Standar
: Sosial, Emosional dan Kemandirian : Lahir sampai umur 6 tahun : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Indikator
Nilai Karakter
Merespon dengan senyum terhadap orang yang mengajak berkomunikasi
Menghargai orang yang berbicara dengannya.
Perkembangan Berinteraksi dengan merespon kehadiran orang lain
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : IV Jenjang Sekolah : Sekolah Dasar Kompetensi Dasar Mendengarkan pengumuman
Menceritakan Kegemaran
Edukasi Kultura
Nilai Karakter Menghargai orang yang berbicara dengannya. Tidak sombong
Page | 150
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : VIII Jenjang Sekolah : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kompetensi Dasar
Nilai Karakter
Mengungkapkan laporan secara lisan
Jujur dalam melaporkan hasil
dengan bahasa yang baik dan benar
wawancara
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas :X Jenjang Sekolah : Sekolah Menengah Atas (SMA) Kompetensi Dasar
Nilai Karakter
Memberikan kritik terhadap
Santun dalam berbicara, rendah
informasi dari media cetak dan
hati.
elektronik.
bertanggung jawab, (2) berkaitan
E. Kesimpulan Pendidikan
pada
dengan hati nurani, (3) mewajibkan
dasarnya adalah pendidikan budi
manusia secara absulut yang tidak
pekerti dengan cara menanamkan
bisa ditawar-tawar, dan (4) bersifat
nilai-nilai
peserta
formal. Nilai moral berkaitan juga
didik. Nilai adalah sesuatu yang kita
dengan apa yang seyogianya tidak
iakan atau kita aminkan. Nilai moral
dilakukan karena berkaitan dengan
merupakan
yang
prinsip moralitas yang ditegakkan.
berkaitan
Nilai moral terdiri dari ajaran-ajaran,
memiliki dengan
moral
nilai ciri-ciri
pribadi
Edukasi Kultura
karakter
kepada
tertinggi, (1)
manusia
yang
wejangan-wejangan,
khotbahPage | 151
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
khotbah, patokan-patokan, kumpulan
realisasi dari pendidikan karakter.
peraturan dan ketetapan entah lisan
Oleh karena itu, perlu dikukuhkan
atau
pembelajaran
tertulis,
tentang
bagaimana
bahasa
dan
manusia harus hidup dan bertindak
Indonesia
agar ia menjadi manusia yang baik.
pendidikan, mulai dari Pendidikan
Realisiasi pendidikan budi
dalam semua
sastra jenjang
Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah
pekerti bangsa yang digali dari
Dasar
sumber
dapat
Pertama (SMP), Sekolah Menengah
dimulai dari kalangan pendidikan
Atas dan Kejuruan (SMA/SMK),
melalui pembelajaran bahasa dan
sampai perguruan tinggi, khususnya
sastra
program
bahasa
Indonesia
Indonesia.
Dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia,
hendaknya
dapat
melalui
proses
berlangsung
dan
sastra
pembelajaran pada setiap kompetensi dasar yang diajarkan dan setiap indikator hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
F. Rekomendasi Melalui pembelajaran bahasa Indonesia dapat ditanamkan nilainilai budi pekerti luhur sebagai Edukasi Kultura
(SD),
Sekolah
studi
Menengah
atau
jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Yosi Herfanda. 2008. Sastra Sebagai Agen Perubahan Budaya dalam Bahasa dan Budaya dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: FBS UNY dan Tiara Wacana. Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka. Magnis, Frans dan Suseno . 1987. Etika Dasar: Masalahmasalah Pokok Filsafat Moral. Yogyaklarta: Kanisius. M.Furqon Hidayatullah. 2010. Pendidikan Karakter:Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Page | 152
Rosdiana Siregar: Pengintegrasian Pendidikan Karakter..(133-153)
________. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Suyanto. 2012. Urgensi Pendidikan Karakter. http//:www. kemendiknas.go.id. diunduh tanggal 13 Januari 2012. Soejadi. 1999. Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum
Edukasi Kultura
Indonesia. Yogyakarta: Lukman Offset Utama. Wiramihardja, A. Sutarjo. 2007. Pengantar Filsafat (Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Lodika dan Filsafat Ilmu ‘Epistemologi’, Metafisika dan Filsafat Manusia, dan Aksiologi). Bandung Aditama.
Page | 153