PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74 SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dani Pratomo NIM 11108244037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
i
PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74 SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA Oleh: Dani Pratomo NIM 11108244037 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian terdiri atas kepala sekolah, pembina dan pelatih ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan dan verifikasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh pelatih ekstrakurikuler Palang Merah Remaja kemudian diseleksi dalam rapat sekolah dan hasilnya dijabarkan dalam program kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja diikuti oleh sebagian siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara. Siswa sekolah dasar dilibatkan secara aktif dalam program kegiatan yang dapat membantu perkembangan sosial dan emosional siswa. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja dilakukan dengan evaluasi pelatihan dan evaluasi program kegiatan. Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara adalah dukungan dari pihak sekolah dan wali murid. Faktor penghambat kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara adalah pelatih PMR memiliki kesibukan di tempat lain, partisipasi anak masih kurang, dan keterbatasan anggaran.
Kata kunci: ekstrakurikuler, Palang Merah Remaja, Siswa sekolah Dasar
ii
IMPLEMENTATION OF EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF YOUTH RED CROSS IN 74 UNIT BHAYANGKARA STATE ELEMENTARY SCHOOL OF YOGYAKARTA By: Dani Pratomo NIM 11108244037 ABSTRACT This research aimed to determine the implementation of extracurricular activities of Youth Red Cross in Unit 74 of Bhayangkara State Elementary School of Yogyakarta. This research was used a qualitative descriptive approach with the subjects were principal, supervisors and trainer of Youth Red Cross. The method was observation, interview and documentation. Data analyze used Miles and Huberman theory by data collection, data reduction, data presentation, and conclusions and verification. The data validity used triangulation of sources and techniques. The results show that the program plans are conducted by the trainer then selected in the school meeting and the results were elaborated in the activity programs. The implementation of extracurricular activities are followed by some students in grade fifth of Bhayangkara State Elementary School. The students are invited in the programs which is able to develop social and emotional of the students. Evaluation of Youth Red Cross extracurricular has done by training evaluation and program evaluation. Support factor is support from the school and parents. Constraint factor is the trainers have another job, the participation of students is low, and budget constraints
Keywords: extracurricular, Youth Red Cross, students of elementary school
iii
iv
v
vi
MOTTO “Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia” Nabi Muhammad SAW “Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna” ~ Einstein “Do your best at any moment that you have”. (Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang kamu miliki)
“Siammo tutti fratelli” Kita semua bersaudara
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan atas limpahan rahmat Allah SWT, sehingga karya kecil ini dapat saya persembahkan kepada:
Kedua orang tua, Bapak Senen dan Ibu Sarinem yang sangat saya banggakan, karena dengan kasih sayang kalian akhirnya saya dapat menyelesaikan studi sampai jenjang ini.
Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memfasilitasi dalam berbagai studi keilmuan.
Organisasi Palang Merah Indonesia, Khususnya KSR PMI Unit UNY yang bergerak dalam bidang kemanusiaan.
Insan-insan yang peduli terhadap pendidikan.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar atas bantuan dari berbagai pihak yang memberikan dukungan dan memberikan kemudahan dalam penyusunan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas ijin bimbingan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar yang telah menyetujui judul ini. 3. Ibu Wuri Wuryandini, M.Pd selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama masa studi. 4. Bapak Sudarmanto, M.Kes dan Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd selaku dosen pembimbing atas waktu dan kesabaran yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. 5. Bapak dan ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama masa studi penulis. 6. Kepala sekolah, guru kelas V, pembina PMR, pelatih PMR dan siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta yang telah mengijinkan, membantu dan memberikan informasi selama penelitian. 7. Kedua orang tuaku yang terus berusaha mendo’akan, membesarkan, mendidik
serta
membiayai
pendidikanku
demi
tercapainya
kesuksesanku. 8. Kakak-kakak
dan
adikku
menyelesaikan pendidikanku.
ix
yang
memberikan
motivasi
untuk
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i ABSTRAK ..........................................................................................................ii ABSTRACT ..........................................................................................................iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...............................................iv HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................v HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................vi HALAMAN MOTTO .........................................................................................vii HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ix DAFTAR ISI .......................................................................................................xi DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah ..........................................................................1 Identifikasi Masalah ................................................................................5 Batasan masalah ......................................................................................6 Rumusan Masalah ...................................................................................6 Tujuan penelitian.....................................................................................6 Manfaat Penelitian ..................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ................................................8 2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler.......................................................9 3. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler ..............................................10 4. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ......................................................11 5. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler.................................................12 B. Palang Merah Remaja 1. Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Remaja.........................14 a. Palang Merah Indonesia ..............................................................14 b. Palang Merah Remaja .................................................................18 1). Visi dan Misi Palang Merah Remaja .....................................20 2). Landasan Hukum Palang Merah Remaja...............................21 3). Keanggotaan Palang Merah Remaja ......................................21
xi
4). Kurikulum Palang Merah Remaja .........................................22 5). Manajemen Palang Merah Remaja ........................................26 6). Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ........................................32 C. Penelitian yang Relevan ..........................................................................36 D. Pertanyaan penelitian ..............................................................................37 BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G.
Pendekatan Penelitian .............................................................................38 Tempat dan Waktu penelitian .................................................................38 Sumber Data Penelitian ...........................................................................39 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................39 Instrumen Penelitian................................................................................41 Teknik Analisis Data ...............................................................................47 Keabsahan Data .......................................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................51 1. Deskripsi Lokasi Penelitian...............................................................51 2. Deskripsi Hasil penelitian .................................................................55 a. Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ................................................................................56 b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ................................................................................61 c. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara .....................................................................................................84 B. Pembahasan .............................................................................................94 1. Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara..94 2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara..96 3. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara .......100 C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................105 B. Saran........................................................................................................106 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 109 LAMPIRAN....................................................................................................... 111
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kurikulum pelatihan PMR ...................................................................29 Tabel 2. Kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode, dan instrumen pengumpulan data .................................................................................43 Tabel 3. kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah ......................................44 Tabel 4. kisi-kisi pedoman wawancara pembina PMR .......................................45 Tabel 5. kisi-kisi pedoman wawancara pelatih PMR .........................................46 Tabel 6. jumlah guru dan karyawan SD Negeri Bhayangkara ............................54 Tabel 7. jumlah siswa SD Negeri Bhayangkara..................................................54 Tabel 8. Struktur organisasi PMR .......................................................................57
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Siklus manajemen PMR ................................................................ 27 Gambar 2. Komponen dalam analisis data ...................................................... 47 Gambar 3. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara dalam kegiatan orientasi, pengukuhan pengurus, dan keakraban anggota PMR di Bumi Perkemahan Babarsari ................................................................ 65 Gambar 4.1. Anggota PMR sedang melakukan permainan ular tangga siaga bencana dalam pelatihan PMR ................................................... 66 Gambar 4.2. Pelatih sedang mengamatai dan mengarahkan permainan ular tangga siaga bencana .............................................................................. 66 Gambar 5. Tanaman TOGA yang terletak di halaman samping SD Negeri Bhayangkara ............................................................................... 68 Gambar 6. Slayer, seragam, dan bed anggota PMR SD Negeri Bhayangkara. 69 Gambar 7.1. Anggota PMR menggunakan co-card Panitia dalam kegiatan pemeriksaan golongan darah ...................................................... 70 Gambar 7.2. Pelatih memberikan arahan kepada anggota PMR yang sedang bertugas memanggil peserta aksi donor darah ............................ 70 Gambar 7.3. Anggota PMR sedang duduk menunggu pendonor yang telah selesai mendonorkan darahnya untuk diberi cenderamata ..................... 71 Gambar 7.4. Walikota, kapolresta dan kadindikdas kota Yogyakarta mengamati aksi donor darah yang dilaksanakan PMR SD Negeri Bhayangkara Gambar 8.1. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara dalam acara Penghargaan Relawan PMI DIY ................................................. 73 Gambar 8.2. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara berfoto bersama gubernur DIY dan ketua PMI DIY ............................................. 73 Gambar 9. Kegiatan futsal persahabatan antara PMR SD Negeri Bhayangkara dengan PMR SD Negeri Demangan ........................................... 75 Gambar 10.1. ruang UKS sebagai sarana anggota PMR memberikan pertolongan kepada teman yang sedang sakit ............................................... 77
xiv
Gambar 10.2. ruang kelas sebagai sarana pelatihan PMR ............................... 77 Gambar 10.3. penggunaan halaman sekolah untuk kegiatan praktek atau permainan dalam pelatihan ....................................................... 77 Gambar 11. Simulasi sebagai salah satu metode dalam pelatihan PMR.......... 83
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat ijin observasi ...................................................................... 111 Lampiran 2. Surat ijin penelitian...................................................................... 112 Lampiran 3. Surat ijin dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta ......................... 113 Lampiran 4. Instrumen wawancara kepala sekolah ........................................ 114 Lampiran 5. Instrumen wawancara pembina PMR ......................................... 115 Lampiran 6. Instrumen wawancara pelatih PMR ............................................. 116 Lampiran 7. Pedoman observasi ...................................................................... 117 Lampiran 8. Pedoman Dokumentasi ................................................................ 118 Lampiran 9. Surat Keputusan PMI Kota Yogyakarta ...................................... 119 Lampiran 10. Struktur Organisasi PMR........................................................... 122 Lampiran 11. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara .................................... 124 Lampiran 12. Program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ............................................................................. 126 Lampiran 13. Foto kegiatan PMR SD Bhayangkara........................................ 129 Lampiran 14. Silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara tahun 2015/2016 ..................................... 131 Lampiran 15. Lembar pelaksanaan harian ekstrakurikuler PMR..................... 135 Lampiran 16. Catatan wawancara kepala sekolah ........................................... 139 Lampiran 17. Catatan wawancara pembina PMR ............................................ 144 Lampiran 18. Catatan wawancara pelatih PMR ............................................... 151 Lampiran 19. Analisis data .............................................................................. 157 Lampiran 20. Lembar Observasi ...................................................................... 179 Lampiran 21. Catatan lapangan........................................................................ 183 Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 194
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan ada selama manusia tersebut menjalani kehidupannya. Hal ini karena sejak awal manusia dilahirkan dan memulai kehidupannya manusia tersebut tidak mengetahui apa-apa. Melalui bantuan orang-orang yang berada disekitarnya, manusia tersebut dapat belajar dan melakukan sesuatu yang dikehendakinya misalnya makan, minum, berbicara dan berjalan. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jenjang pendidikan yang pertama kali dilalui oleh siswa pada lembaga formal pendidikan adalah sekolah dasar. Bafadal (2003:3) mengemukakan bahwa sekolah dasar merupakan satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk kehidupan dalam masyarakat serta menyiapkan peserta didik memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
1
“Siswa sekolah dasar yang berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun adalah kelompok usia yang masih mempunyai keinginan untuk selalu bergerak karena pada masa itu anak mempunyai kelebihan energi sehingga disalurkan melalui bergerak. Sering didapatkan ketika bermain terjadi suatu kecelakaan besar maupun kecil sehingga kadang-kadang menyebabkan kepanikan bagi pihak sekolah. Untuk itu guru sebagai orang pertama yang bertangung jawab diharapkan mampu memberikan suatu pertolongan pertama agar tidak terjadi akibat yang lebih buruk” (Adi, 2012:88) Pada kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan pertama (first aid). Namun pada kenyataannya, guru tidak dapat mengawasi semua siswa satu persatu. Siswa yang berada dekat dengan yang mengalami kecelakaan itulah yang memiliki peran untuk memberikan pertolongan pertama. Pertolongan pertama harus diberikan dengan tepat karena jika tidak tepat, justru akan memperparah kondisi siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan pemahaman tentang pertolongan pertama pada semua siswa untuk dapat memberikan bantuan yang tepat dengan kecelakaan yang dialami. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengubah pola kehidupan manusia. Semua kalangan dapat memanfaatkan perkembangan IPTEK dalam aktivitas sehari-hari. Apalagi saat ini gadget berupa ponsel sudah bisa diaplikasikan oleh anak yang masih duduk di sekolah dasar (Hidayat dalam sindonews: 2015). Perkembangan IPTEK tidak hanya memberi dampak positif, dampak negatif juga mengikutinya. Gadget dapat memberikan kemudahan pada anak untuk mencari informasi yang dibutuhkan, tetapi gadget juga dapat membuat anak lebih individualis, komunikasi dan kerja sama dengan teman sebayanya menjadi berkurang serta tingkat kepedulian dan kepekaan anak terhadap lingkungan menjadi berkurang.
2
Berdasarkan dua permasalahan diatas, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antar mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai (Saputra, 1999:4). Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dasar (SD) yaitu kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, palang merah remaja, kesenian, dan olahraga. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan anak dalam pertolongan pertama dan membentuk karakter siswa yang peduli terhadap lingkungan disekitarnya adalah palang merah remaja (PMR). PMR merupakan suatu organisasi yang terdiri dari para remaja untuk melakukan suatu kegiatan sosial yang bermanfaat bagi manusia. Susilo (2008:1) juga menyatakan bahwa PMR adalah wadah
pembinaan dan pengembangan
anggota remaja Palang Merah Indonesia (PMI), anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan di bidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI. PMR memiliki tujuan untuk membentuk dan mengembangkan karakter siswa ke arah yang lebih baik yang tercantum dalam Tri Bhakti PMR. Tri Bhakti PMR yaitu meningkatkan keterampilan hidup sehat, berkarya dan berbakti di masyarakat,
3
dan mempererat persahabatan nasional dan internasional (Susilo, 2008:2). Berdasarkan Tri Bhakti tersebut, PMR memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter remaja yang berjiwa sosial. Kegiatan PMR memiliki banyak kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap kepedulian siswa terhadap keadaan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan-kegiatan tersebut juga memiliki manfaat terhadap masyarakat yang ada di sekitar lingkungan siswa. Materi kegiatan ekstrakurikuler PMR di sekolah dasar yaitu pengenalan akan kegiatan-kegiatan dan keterampilan-keterampilan sosial misalnya: pemberian pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan, perawatan keluarga, kepemimpinan, kesehatan remaja, donor darah, dan kesiapsiagaan bencana (Susilo, 2008: 18). Namun pada kenyataannya, kegiatan ekstrakurikuler PMR masih dipandang sebelah mata. PMR juga belum menjadi primadona di sekolah (PMI, 2007:10). Banyak sekolah yang belum melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Berdasarkan data yang diperoleh dari staf Pendidikan dan Latihan PMI Kota Yogyakarta baru enam SD yang telah melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR dari jumlah 244 SD yang ada di kota Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang belum mengetahui tujuan dan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta merupakan salah satu sekolah dasar yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR secara rutin. Berbagai prestasi telah diperoleh dalam kegiatan PMR. PMR SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta menjadi juara umum untuk tingkat Mula (tingkat SD) pada kegiatan Jumbara PMR
4
XIV yang diadakan oleh PMI Kota Yogyakarta. Berikut ini daftar prestasi yang diperoleh SD Bhayangkara dalam kegiatan tersebut: a. Juara I Ceramah PHBS JUMBARA PMR XIV tahun 2014 b. Juara I Foto Kemanusiaan JUMBARA PMR XIV tahun 2014 c. Juara I Vocal Grup JUMBARA PMR XIV tahun 2014 d. Juara I Mendirikan Tenda JUMBARA PMR XIV tahun 2014 e. Juara II Pengetahuan Umum JUMBARA PMR XIV tahun 2014 f. Juara I Dapur Umum JUMBARA PMR XIV tahun 2014 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara berjalan dengan baik. Hampir pada semua lomba mendapatkan juara I, namun belum diketahui bagaimana proses pembelajarannya dan faktor-faktor yang mendukung ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti menemukan berbagai masalah yaitu : 1. Anak sekolah dasar perlu dibekali keterampilan pertolongan pertama. 2. Perkembangan IPTEK membuat anak lebih individualis, komunikasi dan kerja sama dengan teman sebayanya menjadi berkurang serta tingkat kepedulian dan kepekaan anak terhadap lingkungan menjadi berkurang.
5
3. Banyak
sekolah dasar di kota Yogyakarta yang belum melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. 4. Belum diketahui proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara yang mampu mendapat juara umum di JUMBARA PMI Kota Yogyakarta. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan terdapat berbagai masalah yang ada di lingkungan sekolah dasar yang cakupannya sangat luas. Oleh karena itu, peneliti akan memfokuskan penelitian pada “pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta ”. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan adalah: “Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta?”. E. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SD Negeri Bhayangkara. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
6
1. Bagi sekolah Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau rujukan bagi pengambil kebijakan sekolah yang ingin menerapkan kegiatan ekstrakurikuler PMR di tingkat SD, memberikan gambaran tentang kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR), dan sekolah dapat lebih memperhatikan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler khususnya PMR. 2. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan kepalangmerahan, menambah pengetahuan tentang kegiatan sosial di sekitar lingkungannya dan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. 3. Bagi peneliti Sebagai sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan menambah bekal pengetahuan untuk terjun ke sekolah dan masyarakat.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kegiatan Ekstrakurikuler 1.
Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan peserta didik diluar jam
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang diselenggarakan secara khusus di sekolah atau madrasah (Muhaimin, dkk. 2008:74). Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran untuk memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan kemampuan dari materi pelajaran yang telah dipelajari dalam kurikulum (Raharjo, 2010:155-156). Mengingat terbatasnya jam pelajaran yang disediakan sekolah untuk program intrakurikuler (Program pengajaran berupa label mata pelajaran, alokasi waktu, dan penyebarannya di setiap kelas dan satuan pengajarannya), kegiatan ekstrakurikuler membantu peserta didik, terutama yang memiliki kemampuan kurang (Saputra, 1998 :7). Hal ini sejalan dengan pendapat Hernawan (2008: 12.5) yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan kebutuhan tiap sekolah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah untuk mengembangkan minat, bakat, dan kreativitas peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, kompetensi sosial, dan spiritual yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah, yang pada akhirnya dapat mendukung keberhasilan program pengajaran.
8
2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek tujuan. Kerena suatu kegiatan yang diakukan tanpa jelas tujuannya, maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi untuk menunjang program pembelajaran yang telah direncanakan dalam pembelajaran di kelas dan untuk menunjang program keberhasilan program kurikuler. Termasuk di dalamnya mencakup kepribadian, serta pengembangan minat dan bakat peserta didik (Raharjo : 149). Sementara
itu,
Muhaimin
(2008:75)
menjelaskan
bahwa
kegiatan
ekstrakurikuler berfungsi sebagai: a. Edukatif dan ritual, kegiatan-kegiatan tersebut sangat menunjang proses pembinaan dan pendidikan praktis di sela-sela kehidupan peserta didik (An Nahlawi dalam Muhaimin 2008 : 75). b. Pengembangan,
yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik. c. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab peserta didik. d. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan hati peserta didik yang menunjang proses perkembangannya. e. Persiapan
karir,
yaitu
fungsi
kegiatan
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
9
ekstrakurikuler
untuk
Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah dapat berfungsi untuk menunjang tujuan pembelajaran sekaligus membantu dalam mengembangkan minat, bakat, sikap sosial dan tanggung jawab, memberikan suasana rileks, dan mengembangkan kesiapan karir peserta didik. 3.
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Hernawan (2008:12.24 – 12.25) menyebutkan bahwa ada lima prinsip dalam
pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Prinsip-prinsip tersebut meliputi : a. Orientasi pada tujuan Prinsip ini memiliki arti yang sangat penting untuk perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Oleh karena kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka perlu dirancang alat evaluasi sebagai alat untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan. b. Sosial dan kerjasama Siswa adalah makhluk sosial, maka melalui kegiatan ekstrakurikuler, harus ditumbuhkan sikap sosial dalam arti bekerja sama dalam kelompok secara harmonis, saling membantu, saling menghargai, bersikap toleran dan sebagainya. c. Motivasi Untuk keberhasilan program ekstrakurikuler, maka menumbuhkan motivasi itu sangat penting. Baik kepala sekolah terhadap guru, maupun guru terhadap peserta didik. d. Pengkoordinasian dan tanggung jawab Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab pada orang- orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut sangat diperlukan untuk efektifitas dan efisiensi
10
kegiatan, untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia yang tersedia dengan mempertimbangkan bakat, kemampuan dan pengalaman – pengalaman yang pernah dilaluinya. e. Relevansi Kesesuaian kegiatan ekstrakurikuler dengan program kurikuler dan kesesuaian kegiatan ekstrakurikuler dengan kondisi dan tuntunan lingkungan sekitar. 4.
Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Peserta didik banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah dalam
kegiatan belajar mengajar baik dalam kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan belajar mengajar yang ditawarkan tersebut membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai individu. Kegiatan ekstrakurikuler menekankan pada pengalaman peserta didik berupa pengalaman yang beriklim sosial untuk tujuan hubungan antar manusia (peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya). Pengalaman ini dapat menjadi pondasi penting terhadap perilaku peserta didik ketika memasuki masa remaja (Saputra 1998 :16). Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler menurut Hernawan ( 2008 : 12-16) antara lain : a. Memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan/ kompetansi yang relevan dengan program kurikuler. b. Memberikan pemahaman terhadap hubungan antar mata pelajaran c. Menyalurkan minat dan bakat siswa
11
d. Mendekatkan pengetahuan yang diperoleh dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. e. Melengkapi upaya penbinaan manusia seutuhnya dalam arti membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan 5.
Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya dibagi dalam beberapa bidang,
antara lain : a. Bidang Olahraga, meliputi Sepak Bola, Bola Basket, Bola Volly, Futsal, Tenis Meja, Bulu Tangkis, Renang, Billyard, Bridge, dan Fitnes. b. Bidang Seni Beladiri, meliputi Karate, Silat, Tae Kwon Do, Gulat, Tarung Drajat, Kempo, Wushu, Capoeira, Tinju dan Merpati Putih. c. Bidang
Seni
Musik,
meliputi
Band,
Paduan
Suara,
Orkestra,
Drumband/Marching Band, Akapela, Angklung, Nasyid, Qosidah dan Karawitan. d. Bidang Seni Tari dan Peran, meliputi Cheerleader, Modern Dance/Tari Modern, Tarian Tradisional dan Teater. e. Bidang Seni Media, meliputi Jurnalistik, Majalah Dinding, Radio Komunikasi, Fotografi, dan Sinematrografi.
12
f. Bidang-bidang lain, meliputi Komputer, Otomotif, PMR, Pramuka, Karya Ilmuan Remaja/KIR, Pecinta Alam, Bahasa Paskibraka, Wirausaha, Koperasi Siswa, dan lain-lain. Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang tertuang dalam Peraturan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 dapat berbentuk: a. Krida; meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan lainnya; b. Karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya; c. Latihan/olah bakat/prestasi; meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya; atau d. Jenis lainnya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 juga menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan berdasarkan kaitan kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dalam Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib dari sekolah dasar (SD/MI) hingga sekolah menengah atas (SMA/SMK), dalam pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pelaksananannya dapat bekerja sama dengan organisasi Kepramukaan setempat/terdekat. Ekstrakurikuler pilihan merupakan kegiatan yang antara lain OSIS, UKS, dan PMR. Selain itu, kegiatan ini dapat juga dalam bentuk antara lain kelompok atau
13
klub yang kegiatan ekstrakurikulernya dikembangkan atau berkenaan dengan konten suatu mata pelajaran, misalnya klub olahraga seperti klub sepak bola atau klub bola voli. B. Palang Merah Remaja 1. Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Remaja a. Palang Merah Indonesia Berdirinya Perhimpunan Palang Merah Indonesia (PMI) dimulai sejak masa kolonial sebelum Perang Dunia Ke-II. Pada 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia dengan nama Het Nederland-Indische Rode Kruis (NIRK) yang kemudian berubah menjadi Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI). NERKAI dibubarkan ketika Jepang datang merebut Hiindia Belanda. Munandar (2008 :28) menyatakan di masa operasionalnya NERKAI berfungsi layaknya sebuah organisasi kemanusiaan, namun NERKAI melupakan prinsip kesamaan dan kesemestaan karena lembaga ini mementingkan orang-orang belanda ketimbang warga anak jajahan. Hal inilah yang membuat sejumlah tokoh pejuang perlu memiliki sendiri organisasi palang merah meskipun pada saat itu Indonesia belum merdeka. Semangat dari Putra Indonesia untuk mendirikan PMI tepatnya diawali sekitar 1932. Rencana pendirian dipelopori oleh dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan. Rencana itu mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Para tokoh ini berusaha keras membawa rancangan tersebut dalam Sidang Konferensi NERKAI pada 1940 walaupun akhirnya
ditolak.
pendudukan Jepang usulan ini diajukan kembali dan ditolak kembali.
14
Saat
Momentum pembentukan PMI baru hadir di masa kemerdekaan. Pada 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka dr. Buntaran Martoatmodjo yang saat itu menjabat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, membentuk panitia lima pada 5 September 1945. Panitia itu terdiri atas: dr. R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), serta tiga orang anggota, yaitu dr. Djuhana, dr. Marzuki dan dr. Sitanala. Akhirnya pada 17 September 1945, Perhimpunan PMI berhasil dibentuk dan diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai
Wakil
Presiden
RI.
Pasca pembentukan,
PMI
mulai
merintis
kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. PMI terus melakukan kegiatan pemberian bantuan hingga akhirnya melalui Keputusan Presiden (Keppres) RIS (Keppres) Nomor 25 tanggal 16 Januari 1950 yang diperkuat dengan Keppres Nomor 246 tanggal 29 November 1963, Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan PMI. Secara Internasional pada 15 Juni 1950, keberadaan PMI diakui oleh Komite Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross) atau disingkat ICRC. Setelah itu PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah pada 16 Oktober 1950. Berikut adalah nama-nama tokoh yang pernah menjabat Ketua Umum PMI dalam PMI Provinsi Jawa Timur (2012:23): 1. Ketua PMI I (1945-1946) : Drs. Mohammad Hatta
15
2. Ketua PMI II (1946-1948) : Soetardjo Kartohadikoesoemo 3. Ketua PMI III (1948-1952)
: BPH. Bintoro
4. Ketua PMI IV (1952-1954)
: Prof. Dr. Bahder Djohan
5. Ketua PMI V (1954-1966)
: K.G.P.A.A. Paku alam VIII
6. Ketua PMI VI (1966-1969)
: Letnan Jenderal Basuki Rachmat
7. Ketua PMI VII (1970-1982)
: Prof. Dr. Satrio
8. Ketua PMI VIII (1982-1986)
: Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo
9. Ketua PMI IX (1986-1994)
: Dr. H. Ibnu Sutowo
10. Ketua PMI X (1994-1999)
: Dra. Siti Hardiyanti Rukmana
11. Ketua PMI XI (1999-2004)
: Mar’ie Muhammad
12. Ketua PMI XI (1999-2004)
: Mar’ie Muhammad
13. Ketua PMI XI (2004-2009)
: Muhammad Jusuf Kalla
14. Ketua PMI XI (2014-2019)
: Muhammad Jusuf Kalla
Sebagai perhimpunan nasional di Indonesia, cakupan tugas PMI sesuai dengan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia melalui UU Nomor 59 tahun 1958 (Munandar 2008 : 36). Cakupan tugas PMI dijabarkan menjadi empat tugas pokok yaitu: (1) kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana; (2) pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan; (3) pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta (4) pelayanan tranfusi darah. Sapta (2009 : 08) menjelaskan bahwa kegiatan PMI diantaranya adalah: (1) Diseminasi Palang Merah dan Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI), (2)
16
Penanganan Bencana, (3) Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat, (4) Pembinaan PMR dan Relawan, dan (5) pelayanan Tranfusi Darah. Pembinaan PMR dan Relawan dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya PMI. Pembinaan dilakukan melalui beragam kegiatan secara tepat, berkualitas dan mengandung nilai-nilai Gerakan. Sasaran pembinaan untuk Palang Merah Remaja (PMR) meliputi anggota remaja pada tingkat Mula, Madya dan Wira. Sedangkan untuk relawan meliputi anggota biasa yang berada dalam wadah Korps Sukarela (KSR) dan Tenaga Sukarela (TSR). Susilo, dkk (2008 : 74) Palang Merah Indonesia dalam melaksanakan kegiatan dan pelayanannya berpegang pada prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh Prinsip Dasar Gerakan itu meliputi: 1) Kemanusiaan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi bagi sesama manusia. 2) Kesamaan Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
17
3) Kenetralan Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, Gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi. 4) Kemandirian Gerakan ini bersifat mandiri. Selain membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, perhimpunan nasional harus menaati peraturan negaranya dan harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan PrinsipPrinsip dasar Gerakan. 5) Kesukarelaan Gerakan ini adalah Gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun. 6) Kesatuan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia. 7) Kesemestaan Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan palang merah atau bulan sabit merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. b. Palang Merah Remaja Palang Merah Remaja (PMR) adalah sebuah wadah atau organisasi pelajar yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tugas dan pelayanan-
18
pelayanan kesehatan dan medis terhadap para korban atau pasien yang membutuhkan pertolongan, baik di lingkungan internal sekolah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya (Kompri, 233:2015). PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR. Terdapat di PMI cabang di seluruh Indonesia, dengan anggota lebih dari 3 juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan
dan
siaga
bencana,
mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI (Susilo, dkk 2008 : 1). PMR dibentuk oleh Palang Merah Indonesia di Jakarta pada 1 Maret 1950 yang dipimpin oleh Nn. Siti Dasimah, dan tokoh lainnya ialah Nn. Paramita Abdurachman. Palang Merah Remaja Dahulu bernama Palang Merah Pemuda (PMP). Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatarbelakangi oleh Perang Dunia I. Pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak sekolah untuk turut membantu sesuai dengan kemampuannya seperti : mengumpulkan pakaian bekas, menghimpun majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak – anak tersebut dihimpun oleh sebuah organisasi yang dinamakan “Palang Merah Remaja”. Kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara-negara lain. Setelah peperangan berakhir, Perhimpunan Palang Merah menyadari bahwa banyak pekerjaan-pekerjaan kepalangmerahan yang dapat dilakukan oleh PMR, tidak hanya terbatas di waktu perang saja. Kemudian, dalam sidang pertama Liga
19
Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah Nasional tahun 1919, diputuskan bahwa PMR menjadi satu bagian dari Perhimpunan Palang Merah. 1) Visi dan Misi Palang Merah Remaja Visi dan misi PMR yang tercantum di dalam Manajemen PMR yaitu sebagai berikut: a. Visi PMR PMR sebagai generasi muda kader PMI mampu dan siap menjalankan kegiatan sosial kemanusiaan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. b. Misi PMR 1) Membangun karakter kader muda PMI sesuai dengan Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta Tri Bhakti PMR 2) Menanamkan jiwa sosial kemanusiaan. 3) Menanamkan rasa kesukarelaan. Tujuan dikembangkannya kegiatan PMR dalam pandangan Rifai dalam Kompri (233:2015) adalah sebagai berikut: 1) membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap dan terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan dan medis terhadap masyarakat, khususnya untuk teman di sekolah. 2) Membentuk mental dan karakter peserta didik sehingga memiliki kepekaan dan solidaritas sosial yang tinggi serta siap berkorban demi kepentingan orang lain.
20
3) Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada sesamanya. 2) Landasan Hukum Palang Merah Remaja a. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depdiknas RI tanggal 24 Mei 1995 No. 118/U/95
dan
No.
0090-KEP/PP/V/95
tentang
Pembinaan
dan
Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, Warga Belajar, dan mahasiswa. b. Keputusan bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan PMI No. D119/U/1996; No 320A.KEP/PP/V/96 tanggal 7 Mei 1996 tentang pembentukan tim pembina pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa warga belajar dan mahasiswa. c. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995 No. 459 tahun 1995 dan No. 0185-KEP/PP/IX/95 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah. d. Kesepakatan bersama antara Mendiknas RI dengan Ketua Umum Palang Merah Indonesia, No.01/III/KB/2003 dan No.0753/SDM/III/2003 tentang pengembangan dan pemberdayaan kepalangmerahan di Perguruan Tinggi. 3) Keanggotaan Palang Merah Remaja Untuk menjadi anggota PMR bisa dikatakan tidak mudah. Karena anggota PMR harus mau dan mampu untuk menolong sesama umat manusia yang memerlukan bantuannya atas dasar rasa kemanusiaan yang luhur, dan disertai dengan fisik dan mental yang kuat. Selain itu harus mengikuti kegiatan yang
21
diadakan oleh PMI berupa pendidikan dan latihan kepalangmerahan. Oleh karena itu, dalam penerimaan anggota PMR ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Menurut Depdikbud (1996:4) syarat menjadi anggota PMR yaitu: a. Warga negara Republik Indonesia b. Berusia 7 tahun sampai dengan 20 tahun, belum menikah, atau seusia siswa SD/MI s/d SMU/MA atau yang sederajat. c. Dapat membaca dan menulis. d. Atas kemauan sendiri. e. Mendapatkan persetujuan orang tua/wali f. Bersedia mengikuti orientasi , pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan g. Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina PMR diunit PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengurus Cabang Palang Merah Indonesia setempat h. Setelah dilantik menjadi anggota penuh, bersedia melaksanakan tugastugas kepalangmerahan selaku anggota PMR secara sukarela. 4) Kurikulum Palang Merah Remaja Kurikulum adalah segala kegiatan, usaha dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh para siswa, sehingga melalui proses belajar mengajar dapat tercapai tujuan pendidikan. Kurikulum juga dipakai sebagai dokumen rencana, dokumen program pelaksanaan dan bahan untuk evaluasi, serta dasar untuk pengembangan pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman. Isi dari kurikulum PMR yang lengkap berisi: a. Tujuan Pendidikan Tujuan umum pelaksanaan pendidikan PMR adalah untuk menghasilkan tunas bangsa yang bermental PMI, terampil dalam melakukan kegiatan kepalangmerahan sesuai dengan jenjang usia. Sedangkan tujuan khusus dari Pelaksanaan PMR adalah: 1) Melakukan tugas kepalangmerahan sesuai dengan tingkat usia peserta didik.
22
2) Menjalin hubungan baik antar remaja yang serasi dalam lingkup nasional maupun internasional. 3) Menjadi suri teladan terutama dalam hal membantu sesama yang menderita. 4) Memberikan informasi yang tepat dan benar kepada orangtua, OSIS, dan masyarakat yang membutuhkannya demi memasyarakatkan PMI. b. Pengajar/Pelatih/Fasilitator Dalam pembelajaran PMR tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pemahaman dan penerapan, maka diperlukan pelatih dan fasilitator. Pelatih berperan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Fasilitator berperan meningkatkan pemahaman, bagaimana anggota PMR menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan kepalangmerahan (Tri Bakti PMR), meningkatkan keterlibatan anggota PMR dalam proses pengambilan keputusan perilaku hidup sehat , dan memberikan peluang pada PMR untuk berperan dalam peningkatan kapasitas lingkungannya. Pelatih/fasilitator dalam pendidikan PMR terdiri dari: 1) Pelatih yang telah lulus program pendidikan Pelatih PMR tingkat pusat/daerah/cabang. 2) Tenaga ahli dari Tingkat cabang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan PMR. 3) Pelatih/konsultan lainnya, baik dari dalam maupun dari luar lingkungan PMI.
23
c. Siswa Siswa atau peserta didik yang bergabung dalam keanggotaan PMR dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : 1) PMR Mula : setingkat usia sekolah dasar, dari 10 sampai dengan 12 tahun. 2) PMR Madya : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Pertama, dari 12 sampai dengan 15 tahun.
3) PMR Wira : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Atas, dari usia 15 sampai dengan 17 tahun. d. Tempat/Waktu penyelenggaran Pelatihan anggota PMR diselenggarakan oleh pengurus cabang PMI setempat dengan koordinasi tim pembina PMI Kabupaten/kota Madya setempat dengan waktu diluar jam pelajaran, liburan sekolah, atau diluar masa ujian/evaluasi pelajaran serta bertempat di lingkungan sekolah atau tempat lain sesuai kesepakatan antara pengurus PMI Cabang dan sekolah. e. Metode dan Model Pendidikan Metode yang dapat digunakan dalam pelatihan PMI ialah metode partisipatif (Susilo dkk, 2008:37). Bentuk-bentuk metode partisipatif tersebut antara lain yaitu: ceramah dan tanya jawab, studi kasus, brainstorming, role playing, outbond, diskusi, praktek, presentasi, penugasan dan simulasi lapangan. Kegiatan ekstrakurikuler PMR di luar jam pelajaran kurikuler pada umumnya dilaksanakan pada siang hari setelah selesai jam pelajaran. pada kondisi tersebut, siswa sudah kelelahan dan sulit untuk dapat menangkap materi pelatihan yang disampaikan oleh pelatih/fasilitator. Oleh karena itu, pelatih atau fasilitator dapat menggunakan
24
strategi atau model yang dapat membuat siswa merasa tertarik untuk mengikuti materi yang akan dipelajari. Beberapa strategi tersebut antara lain sebagai berikut: 1) belajar yang menyenangkan (Fun learning) Proses belajar dan kegiatan menjadi aktivitas kehidupan nyata yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Hal ini membantu anggota PMR menikmati kegiatan dan membangun gambaran tentang apa dan bagaimana seharusnya menjadi seorang anggota PMR 2) belajar sambil mengalami (Learning by doing) Untuk menjadi lebih paham dan mengerti, anggota PMR hanya perlu difasilitasi dalam mempelajari sesuatu. Biarkan mereka mengamati, mengalami, merasakan, dan memahami berbagai macam perbedaan. Biarkan mereka yang merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kerja mereka. 3) jaring laba-laba (Spider web) Setiap materi dan kegiatan pelatihan saling terkait. Ketika belajar siaga banjir, maka akan belajar juga tentang Pertolongan Pertama pada luka atau sakit akibat banjir (diare, demam, akibat terbantur benda keras, luka lecet), sanitasi dan air bersih, belajar bagaimana menerapkan 7 Prinsip dan kepemimpinan jika memberikan pertolongan, cara-cara menyelenggarakan aksi donor darah untuk korban banjir, belajar kandungan gizi yang tepat jika akan menyumbang bahan makanan, bagaimana menyelenggarakan acara-acara untuk menghibur remaja dan anak korban bencana.
25
f. Media Pendidikan Beberapa jenis media pendidikan yang digunakan dalam proses pendidikan (Harjanto, 2005 : 237) yaitu sebagai berikut: 1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. 2) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, diorama, dan lainlain. 3) Media proyeksi seperti slide, filmstrip, film, OHP. 4) Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan. g. Evaluasi Pendidikan. Saputra (1998: 151) menerangkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu program pengajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran intrakurikuler. Untuk melihat dan mengetahui keberhasilan dari program terebut perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, pembina, pelatih, dan anak didik guna mendapatkan informasi seberapa jauh tujuan atau sasaran kegiatan ekstrakurikuler itu telah dicapai. 5) Manajemen Palang Merah Remaja Manajemen PMR merupakan proses pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI agar dapat mendukung peningkatan kapasitas organisasi dan pelayanan PMI. Pembinaan dan pengembangan ini bertujuan untuk membangun dan
mengembangkan
karakter
PMR
26
yang
berpedoman
pada
Prinsip
Kepalangmerahan untuk menjadi relawan masa depan. Proses manajemen PMR dapat digambarkan dalam sebuah siklus sebagai berikut:
Gambar 1. Siklus Manajemen PMR a) Perekrutan Perekrutan adalah peningkatan jumlah anggota dan kelompok PMR. Perekrutan dapat dilakukan melalui proses promosi, pendaftaran, dan wawancara. Perekrutan dilakukan minimal setahun sekali pada bulan Juli - Agustus, sebagai Bulan Perekrutan Nasional sekaligus memperingati Hari Remaja Internasional dan Hari PMR (12 Agustus). b) Proses Pelatihan Pelatihan merupakan proses pembekalan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai dengan prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (susilo dkk, 2008:31) Pelatihan bertujuan untuk menguatkan karakter (kualitas positif) anggota PMR untuk meningkatkan keterampilan hidup sehat dan menjadi calon
27
relawan, anggota PMR tidak hanya tahu dan terampil, tetapi juga perlu memahami dan menerapkan yang telah mereka pelajari dalam proses pelatihan. Proses pelatihan dapat dilakukan oleh PMI Cabang maupun Unit PMR, sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan
kalender pendidikan, berintegrasi dengan kegiatan-kegiatan tertentu,
maupun waktu-waktu yang telah disepakati bersama antara PMI Cabang, fasilitator/pelatih, dan anggota PMR. Pada awal pelatihan seluruh anggota PMR akan mendapatkan informasi mengenai cakupan materi dan tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini pelatih maupun fasilitator mengidentifikasi anggota yang baru pertama bergabung dengan PMR, dan anggota yang melanjutkan keanggotaannya (misalnya dari anggota PMR Mula melanjutkan ke PMR Madya). Anggota yang baru bergabung akan mengikuti proses pelatihan
sejak
awal,
sedangkan
yang
melanjutkan
keanggotaannya dapat dilibatkan sebagai asisten membantu anggota yang baru untuk memahami materi. Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi hasil pelatihan adalah penggunaan media pelatihan yang memadahi (Susilo dkk, 2008:37). Kemajuan teknologi bukan menjadi ukuran media yang memadahi, tetapi keterampilan dan kreatifitas untuk memilih dan menggunakan media yang tersedia sesuai dengan topik yang disampaikan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil pelatihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dibutuhkan keterampilan dan kreatifitas pelatih dalam pemilihan metode belajar dan media pembelajaran yang tepat.
28
Materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan tercantum di dalam kurikulum pelatihan PMR. Isi dari kurikulum PMR yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Kurikulum Pelatihan PMR Materi
Judul buku
Cakupan materi Sejarah, Lambang, kegiatan kepalangmerahan, penyebarluasan 7 prinsip Bekerja sama, berkomunikasi, bersahabat, menjadi pendidik sebaya, memberikan dukungan, menjadi contoh perilaku hidup sehat Menghubungi dokter/rumah sakit, melakukan pertolongan pertama di sekolah dan rumah, menolong diri sendiri Merawat keluarga yang sakit di rumah, perilaku hidup sehat, kebersihan diri dan Lingkungan Kesehatan reproduksi, Napza, HIV/AIDS
1.
Gerakan
Mengenal Gerakan Kepalangmerahan
2.
Kepemimpinan
PMR Relaw an Masa Depan
3.
Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama
4.
Sanitasi dan Kesehatan
Remaja Sehat Peduli Sesama
5.
Kesehatan Remaja
6.
Kesiapsiagaan Bencana
Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja untuk Pendidik Sebaya Ayo Siaga Bencana
7.
Donor Darah
Siapkan Dirimu menjadi Donor Darah Sukarela
Jenis bencana, caracara pencegahan, mempersiapkan diri, teman, dan keluarga menghadapi bencana Kampanye donor darah, merekrut donor darah remaja, mempersiapkan diri menjadi pedonor , mengadakan kegiatan donor darah pada saat wabah demam berdarah atau setelah kejadian bencana
1 jam pelajaran = 45 menit Mula Madya Wira 10 14 16
12
14
16
12
34
48
8
14
16
10
16
20
8
10
12
5
6
10
Sumber: Manajemen Palang Merah Remaja (2008:18)
29
c) Tri Bakti PMR PMI (1991:59) memberikan gambaran bahwa anggota PMR diperbantukan dalam tugas-tugas kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya sesuai dengan tingkatannya. Tugas-tugas tersebut dimuat dalam tiga pedoman kegiatan yang disebut dengan Tri Bakti PMR. Isi kegiatan dari Tri Bakti PMR untuk tingkat Mula yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterampilan hidup sehat Mempraktekkan kebersihan pribadi antara lain melalui kegiatan pemeriksaan kebersihan rutin (kuku, pakaian, sepatu, rambut, gigi, kulit) serta Penerapan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala umpamanya pemeriksaan ketajaman mata, pengukuran tinggi dan berat badan berkala yang diisikan pada KMS-AS, pemeriksaan gigi, telinga, dan kulit. Serta melakukan kegiatan UKS lainnya. 2) Berkarya dan berbakti di masyarakat Di rumah, membantu pekerjaan orang tua. Menjaga kebersihan sekolah melalui kerja bakti kebersihan di lingkungan sekolah dan sekitarnya, piket kebersihan, lomba kebersihan kelas dan lain-lain. 3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional Kegiatan surat-menyurat antar anggota PMR baik dalam satu daerah maupun dengan luar daerah atau dengan anggota PMR di luar negeri, kegiatan pertukaran album, kegiatan anjangsana antar kelompok PMR dalam satu daerah atau dengan daerah lain.
30
Keterlibatan anggota remaja PMI dalam kegiatan Tri Bakti PMR disesuaikan dengan kompetensi dan ketertarikan mereka, serta kebutuhan PMI dan remaja. Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan, mereka memerankan fungsi yang berbeda-beda. Contoh; PMR Mula berfungsi sebagai peer leadership, yaitu dapat menjadi contoh/model keterampilan hidup sehat bagi teman sebaya. PMR Madya berfungsi sebagai peer support, yaitu memberikan dukungan, bantuan, semangat kepada teman sebaya agar meningkatkan keterampilan hidup sehat. PMR Wira berfungsi sebagai peer educator, yaitu pendidik sebaya keterampilan hidup sehat. d) Pengakuan Dan Penghargaan Pengakuan dan penghargaan memiliki tujuan untuk memotivasi PMR agar tetap bersama dengan PMI, memberikan rasa bangga dan kesadaran akan kualitasnya bahwa meskipun masih remaja PMR dapat berperan untuk kemanusiaan, meningkatkan kepercayaan diri dan komitmen, serta meningkatkan kualitas kegiatan kepalangmerahan. Peranan pengurus, staf, pembina PMR, pelatih, dan fasilitator sangat penting dalam menyampaikan penghargaan dan pengakuan atas peran dan kegiatan PMR. Hal ini memberikan dampak yang besar dan efektif karena pihak tersebut bagian dari markas PMI dan yang berinteraksi dengan PMR. Suatu sistem penghargaan, pengakuan, pemantauan, dan evaluasi tingkat pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sikap dirancang dalam bentuk Syarat Kecakapan PMR. e) Pemantauan dan Evaluasi Evaluasi
program
kegiatan
ekstrakurikuler
dimaksudkan
untuk
mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang dicapai
31
siswa (Kompri, 2015:245). Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan pada jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler. PMI harus mengetahui apakah anggota PMR telah melaksanakan hak dan kewajibanya dengan tepat, sedangkan anggota PMR juga perlu mengetahui apakah mereka telah melaksanakan tugas dengan baik. Pemantauan dan evaluasi adalah proses berkelanjutan dan melekat di keseluruhan siklus. Memerlukan waktu untuk memantau bagaimana anggota PMR melakukan kegiatan, apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab kebutuhan anggota PMR, merupakan sebagian dari tahapan pemantauan dan evaluasi, yang jika tidak dilakukan menunjukkan ketidakpedulian PMI terhadap kualitas anggota, kegiatan, dan Tri Bakti yang sedang dan telah dilakukan. Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari PMI Pusat ke Daerah minimal setahun sekali, PMI Daerah ke Cabang minimal 2x/tahun, dan dari PMI Cabang ke unit PMR minimal 1x /bulan 6) Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Program pembelajaran di SD akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui karakteristik siswa SD. Siswa SD rata-rata berusia 6-12 tahun, pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. menurut suryobroto (dalam Djamarah, 2002:90) kelas di SD dikelompokkan menjadi dua yaitu kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3) dan kelas tinggi (kelas 4, 5 dan 6). Karakteristik siswa SD pada masa kelas rendah (6/7-9/10 tahun) yaitu:
32
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi. b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional. c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri. d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain. e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting. f. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Karakteristik siswa SD pada masa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu: a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus. d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya. f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
33
Setiap fase perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang berbedabeda. Demikian pula pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Sumantri dan Sukmadinata (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah: a. Senang Bermain. Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). b. Senang Bergerak Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. c. Senangnya Bekerja dalam Kelompok Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya,anak dapat belajar aspekaspek penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,belajar setia kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di sekelilingnya,mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya,belajar
34
menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. d. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsepkonsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral. Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan karakteristik siswa SD yang telah dipaparkan diatas, peran orang dewasa dan guru sangat diperlukan dalam memaksimalkan dan membantu siswa untuk melangkah ke tahap perkembangan kognitif selanjutnya. Dengan memahami karakteristik siswa, diharapkan dapat membawa dampak dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
35
C. Penelitian Yang Relevan Berikut ini adalah hasil dari beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. 1. Nilai –Nilai Pendidikan Islam dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Di SMA Negeri 5 Yogyakarta yang diteliti oleh Doni Setiyono pada tahun 2011. Penelitian tersebut membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian tersebut adalah: (1) Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMA Negeri 5 yogyakarta adalah: iman dan taqwa. (2) Implikasi nilai-nilai pendidikan Islam terhadap perilaku siswa anggota PMR di SMA Negeri 5 yogyakarta yaitu: siswa memiliki sikap tenggang rasa dengan yang berlainan agama, menghormati orang lain, menjalin persahabatan, senang menolong, menolong dengan ikhlas, disiplin, tidak membuang sampah sembarangan, dan hati-hati dalam memberikan pertolongan. 2. Partisipasi Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul yang diteliti oleh Sari Suhartini pada tahun 2012. Penelitian ini membahas tentang partisipasi siswa SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul dapat dilihat
36
dari dua unsur yaitu: (1) unsur pikiran (pendapat, respon, dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan PMR, serta pengenalan alat-alat peraga pada kegiatan PMR), (2) unsur perbuatan yang meliputi pelaksanaan kegiatan dan pengalaman siswa dalam mengikuti kegiatan PMR. D. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan program untuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 3. Bagaimana evaluasi program pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? a.
Faktor pendukung kegiatan ekstrarkurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
b.
Faktor penghambat kegiatan ekstrarkurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
37
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Richie dalam Moleong (2013:6) menyataan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Selanjutnya diungkapkan oleh Akbar (2001: 4), bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu obyek secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjarwo (2001: 51) yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif merupakan pola penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah itu data kualitatif atau kuantitatif. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif
deskriptif
untuk
memahami
pelaksanaan
kegiatan
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta. Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekstrakurikuler PMR tanpa adanya penambahan perilaku dan intervensi dari peneliti. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bhayangkara yang beralamat di Jalan Kemakmuran Nomor 05 Yogyakarta.
38
2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 dimana pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan efektif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. C. Sumber Data Penelitian Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2000:112) Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dokumen, dan lain-lain. Penentuan sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2008: 216). Sejalan dengan pendapat tersebut, teknik dalam menentukan sumber data pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik menentukan sumber data dengan mempertimbangkan informan yang dianggap paling tahu tentang masalah yang akan diteliti dan mempunyai informasi yang dapat digunakan peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian adalah kepala sekolah, Pelatih PMR, dan pembina PMR SD Negeri Bhayangkara. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan salah satu aspek penting dalam setiap penelitian. Hal ini dikarenakan agar hasil penelitian yang dilaksanakan dapat logis serta dapat diterima oleh pemakai hasil penelitian pada akhirnya. Teknik pengumpulan yang data yang dilakukan dalam pnelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berikut ini penjelasan dari ketiga teknik pengumpulan data tersebut.
39
1.
Observasi Menurut Sukmadinata (2010:220) observasi atau pengamatan adalah suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156). Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba, dan pengecap. Pengumpulan data secara observasi dilakukan dengan pengamatan langsung di tempat penelitian yaitu SD Negeri Bhayangkara, Gondokusuman, kota Yogyakarta. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipatif dengan mengikuti kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR yang rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) kurikuler selesai. 2.
Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Menurut Zuriah (2005:179) wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejulah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Melalui wawancara, data dan informasi yang diperoleh berupa deskripsi tentang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara. Dalam penelitian ini peneliti akan
40
melakukan wawancara kepada kepala sekolah, pembina ekstrakurikuler PMR, dan pelatih/pengajar ekstrakurikuler PMR. Untuk memperoleh informasi yang lengkap, tepat, dan objektif peneliti harus mampu menciptakan hubungan baik dengan narasumber, yaitu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa narasumber bersedia bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai dengan pikiran dan keadaan sebenarnya. 3.
Dokumentasi Dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-buku acuan, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda, dan sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Sukmadinata (2010: 221) studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi foto dan dokumentasi administrasi. Dokumentasi foto berupa foto-foto kegiatan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Dokumenasi administratif berupa pengumpulan dokumendokumen administratif yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara. E. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Borg dan Gall dalam Sugiyono (2008:213) menyatakan bahwa penelitian kualitatif lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, karena data yang terkumpul
41
bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba menyatakan bahwa karakteristik manusia sebagai instrumen penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan,
memperluas
dan
meningkatkan
pengetahuan
berdasarkan
pengalaman, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim. selanjutnya Sugiyono (2010: 223) berpendapat bahwa setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan. Adapun instrumen sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Untuk memudahkan proses pengumpulan data maka dibutuhkan kisi-kisi yang memperjelas proses pelaksanaan penelitian. Adapun penjabaran dari kisi-kisi penelitian tersebut sebagai berikut:
42
Tabel 2. kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode dan instrumen pengumpulan data
Sub Aspek
Sumber Data
Indikator
Perencanaan program ekstrakurikul er PMR di SD Negeri Bhayangkara
a. Waktu berdirinya ekstrakurikuler PMR b. Struktur organisasi c. Tujuan ekstrakurikuler PMR d. Proses perencanaan ekstrakurikuler PMR e. Pihak yang terlibat dalam perencanaan program ekstrakurikuler PMR a. Waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Bentuk kegiatan dalam Pelaksanaan ekstrakurikuler PMR kegiatan c. Sarana dan prasarana yang ekstrakurikul dibutuhkan dalam kegiatan er PMR di SD ekstrakurikuler PMR Negeri d. Sumber dana yang dibutuhkan Bhayangkara e. Materi kegiatan pelatihan f. Metode dalam pelatihan g. Media belajar a. Bentuk evaluasi dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Dampak positif pelaksanaan Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR kegiatan c. Hambatan dalam pelaksanaan ekstrakurikul ekstrakurikuler PMR er PMR di SD d. Upaya untuk menyelesaikan Negeri hambatan Bhayangkara e. Faktor pendukung pelaksanaan ekstrakurikuler PMR
43
Kepala Sekolah Pembina PMR Pelatih PMR
Kepala sekolah Pembina PMR Pelatih PMR
Kepala Sekolah Pembina PMR Pelatih PMR
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen Pengumpulan Data
Wawancara Dokumentasi
Kisi-Kisi Wawancara Dokumen
Wawancara Observasi Dokumentasi
Kisi-Kisi Wawancara Kisi-Kisi Observasi Dokumen (foto)
Wawancara Dokumentasi
Kisi-Kisi Wawancara Kisi-Kisi Observasi Dokumen (foto)
Tabel. 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah No 1
Subjek Kepala Sekolah
Variabel
Aspek
Indikator
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Perencanaan program ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
a.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
a.
b. c. d.
b. c.
d. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
a.
b.
c.
d. e.
44
waktu berdirinya ekstrakurikuler PMR Struktur organisasi Tujuan ekstrakurikuler PMR Koordinasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan ekstrakurikuler PMR Waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Bentuk kegiatan dalam ekstrakurikuler PMR Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR Sumber dana yang dibutuhkan Monitoring dan Evaluasi program ekstrakurikuler PMR Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Hambatan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler PMR Upaya untuk menyelesaikan hambatan Faktor pendukung pelaksanaan ekstrakurikuler PMR
No Item 1 2 3 4
5
6 7
8 9
10
11
12 13
Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pembina PMR No 1.
Subjek Pembina PMR
Variabel
Aspek
Indikator
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Perencanaan program ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
a. Waktu berdirinya ekstrakurikuler PMR b. Struktur organisasi c. Tujuan ekstrakurikuler PMR d. Pihak yang terlibat dalam perencanaan a. Waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Bentuk kegiatan dalam ekstrakurikuler PMR c. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR d. Sumber dana yang dibutuhkan e. Materi kegiatan pelatihan f. Metode dalam pelatihan g. Media belajar a. Evaluasi dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR c. Hambatan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler PMR d. Upaya untuk menyelesaikan hambatan e. Faktor pendukung pelaksanaan ekstrakurikuler PMR
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
45
No Item 1 2 3 4 5
6 7
8 9 10 11 12
13
14
15
16
Tabel 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pelatih PMR No 1.
Subjek Pelatih PMR
Variabel
Aspek
Indikator
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Perencanaan program ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
a. Sejarah berdirinya ekstrakurikuler PMR b. Struktur organisasi c. Tujuan ekstrakurikuler PMR d. Pihak yang terlibat dalam perencanaan e. Koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait a. Waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Bentuk kegiatan dalam ekstrakurikuler PMR c. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR d. Sumber dana yang dibutuhkan e. Materi kegiatan pelatihan f. Metode dalam pelatihan g. Media belajar a. Evaluasi dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR c. Hambatan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler PMR d. Upaya untuk menyelesaikan hambatan e. Faktor pendukung pelaksanaan ekstrakurikuler PMR
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
46
No Item 1 2 3 4 5
6
7 8
9 10 11 12 13
14
15
16
17
F. Teknik Analisis Data Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2008:244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya, Muhadjir dalam Tohirin (2012:141) mendefinisikan analisis data sebagai proses Mencari dan menyusun atur secara sistematis catatan temuan penelitian melalui pegamatan dan wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus yang dikaji dan menjadikannya sebagai temuan untuk orang lain, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikannya. Miles dan Hubberman dalam Tohirin (2012:141-142) juga menjelaskan bahwa
analisis data merupakan langkah-langkah untuk memproses temuan
penelitian yang telah ditranskripsikan melalui proses reduksi data, yaitu data disaring dan disusun lagi, dipaparkan, diverifikasi atau dibuat kesimpulan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Data Collection Data Display Display Data
Data Reduction Drawing/ Verification
Gambar 2. Komponen dalam analisis data (interactive model)
47
1.
Pengumpulan Data Pada tahap ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi
dan studi dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kulitatif mulai dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2008: 246). Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari subjek penelitian yaitu kepala sekolah, pembina PMR dan Pelatih PMR dengan menggunakan tehnik pengumpulan data wawancara, observasi dan studi dokumentasi. 2.
Reduksi data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Saat mereduksi data, peneliti dapat membuang data-data yang tidak dipakai. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan 3.
Display data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya. Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data pada penelitian kualitatif biasanya berupa uraian deskriptif yang panjang. Oleh karena itu dalam penyajian data diusahakan secara sederhana, sehingga mudah dipahami dan tidak menjemukan untuk dibaca.
48
4.
Kesimpulan dan verifikasi Pengambilan kesimpulan dilakukan secara sementara, kemudian diverifikasi
dengan cara mempelajari kembali data yang terkumpul. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dari data yang direduksi dapat ditarik kesimpulan yang memenuhi syarat kredibilitas dan objektifitas hasil penelitian, dengan jalan membandingkan hasil penelitian dengan teori. G. Keabsahan Data Untuk mendapatkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini mencakup uji kredibilitas data (credibility) menggunakan teknik trianggulasi. Moleong (2000:178) mengemukakan triangulasi adalah tenik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Triangulasi sumber dilakukan dengan menanyai narasumber/informan yang berbeda yaitu kepala
49
sekolah, pembina PMR, dan pelatih PMR. Adapun untuk mengecek kredibilitas data, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut. 1.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SD Negeri Bhayangkara beralamat di Jalan Kemakmuran No. 5, Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta 55222, Telp. (0274) 585451. SD Negeri Bhayangkara merupakan sekolah yang pada awalnya menempati gedung sumbangan dari Jon 310 Brimob Kepolisian RI di atas tanah milik Pemda DIY yang diresmikan pada tanggal 27 Maret 1970. Pada tanggal 24 Oktober 1970, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mulai menggunakan gedung sebagai tempat untuk belajar mengajar. Oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tempat belajar mengajar tersebut dibuat menjadi dua nama yaitu SD Terbantaman 1 dan SD Terbantaman 2. Pada tahun 1978, di lokasi yang sama tepatnya dibelakang gedung Jon 310 Brimob (SD Terbantaman 1 dan SD Terbantaman 2), didirikan bangunan SD Inpres oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Bangunan SD Inpres tersebut selanjutnya ditempati oleh SD Terbantaman 3 dan SD Demangan 3. Beberapa tahun kemudian SD Terbantaman 3 dan SD Demangan 3 dipindah oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ke komplek Langensari menempati bagian utara. Nama kedua SD tersebut pun diubah menjadi SD Negeri Langensari. SD Negeri Terbantaman 1 diubah menjadi SD Negeri Bhayangkara 1 menempati gedung Jon 310 Brimob dan SD Negeri Terbantaman 2 diubah menjadi SD Negeri Bhayangkara 2 menempati gedung SD Inpres yang dulu digunakan oleh SD Negeri Terbantaman 3 dan SD Negeri Demangan 3 dengan lokasi yang sama hanya berada di belakang SD Negeri Bhayangkara 1 (gedung Jon
51
310 Brimob). Pada tahun 2007 SD Negeri Bhayangkara 1 dan SD Negeri Bhayangkara 2 diregruping menjadi SD Negeri Bhayangkara. Pada bulan September tahun 2014 SD Negeri Bhayangkara diregruping lagi dengan SD Negeri Langensari menjadi SD Negeri Bhayangkara. a. Berikut profil dari SD Negeri Bhayangkara : Nama Sekolah
: SD Negeri Bhayangkara
Terakreditasi
:A
Alamat
: Jl. Kemakmuran No. 5 Klitren, Yk
NSS
: 101046002016
NPSN
: 20403476
Status
: Negeri
No. Telpon
: (0274) 585451
Kelurahan
: Klitren
Kecamatan
: Gondokusuman
Kota
: Yogyakarta
Provinsi
: Daerah Istimewa Yogyakarta
E-mail
:
[email protected]
Nama Kepala Sekolah : Dewi Partini, M.Pd No. HP
: 08122733205
b. Visi dan Misi SD Negeri Bhayangkara Visi : “Unggul dalam prestasi berlandaskan imtaq, IPTEK dan berwawasan lingkungan berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta”. Misi : 1) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif sehingga potensi siswa berkembang optimal dan tuntas sebagai realisasi Manajemen Berbasis Sekolah
52
2) Melaksanakan kegiatan ilmiah sederhana di berbagai mata pelajaran 3) Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif melalui komunikasi intensif sehingga tumbuh semangat belajar dan kerja yang terprogram pada semua warga sekolah 4) Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta 5) Meningkatkan pembinaan kompetensi dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan 6) Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kontinyu 7) Meningkatkan pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan 8) Melaksanakan pembinaan dalam bidang Olahraga dan Kepramukaan 9) Menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan 10) Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah bersama dengan komite sekolah 11) Memanfaatkan
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi
dalam
pembelajaran c. Tujuan SD Negeri Bhayangkara 1) Meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas Kriteria Ketuntasan Minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. 2) Meningkatkan
kemampuan
penelitian
sederhana
sesuai
dengan
pengembangan mata pelajaran. 3) Meningkatkan prestasi siswa bidang seni budaya nasional berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. 4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional. 5) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu memberikan keteladanan yang mengedepankan pola pikir, pola sikap dan pola tindak ʺIng Ngarso Sung Tulodha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayaniʺ 6) Terwujudnya sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran.
53
7) Terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai semangat nilainilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. 8) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman. 9) Pendidikan Lingkungan Hidup 10) Pendidikan Etika Lalu Lintas d. Guru, Karyawan dan Siswa SD Negeri Bhayangkara Tabel 6. Jumlah guru dan karyawan SD Negeri Bhayangkara Jumlah Laki-laki Perempuan Total 1. Guru Penjaskes 1 2 3 2. Guru Mulok 1 1 3. Guru Ekstrakurikuler 4 2 6 4. Tata Usaha 1 1 5. Tata Usaha 1 2 3 6. Tata Usaha 1 1 7. Petugas Perpustakaan 1 1 8. Petugas Perpustakaan 1 1 9. Penjaga Sekolah 1 1 10. Penjaga Sekolah 2 2 11. Satpam 1 1
No. Tenaga Pendidikan
Status PNS GTT Naban HR SD PNS PTT Naban HR SD CPNS PTT Naban PNS PTT Naban HR SD
Tabel 7. Jumlah siswa SD Negeri Bhayangkara
I
L 49
TAHUN 2014/2015 P Jml Jumlah Kelas 35 84 3
II
36
30
66
3
III
39
36
75
3
IV
38
36
74
3
V
40
36
76
3
VI
54
52
106
3
KELAS
L 4 4 4 3 9 3 0 3 8 3 7 5
54
TAHUN 2015/2016 P Jml Jumlah kelas 40 84 3 32
81
3
32
62
3
35
73
3
34
71
3
39
74
3
e. Kegiatan Ekstrakurikuler SD Negeri Bhayangkara 1). 2). 3). 4). 5). 6). 2.
(BTQ) & BTA PRAMUKA Palang Merah Remaja English Club Pencak Silat Sepak Takraw
7). Drumb Band 8). Seni Musik 9). Olah Vokal 10). Seni Lukis 11). Seni Tari 12). Membatik
Deskripsi Hasil Penelitian Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai dilaksanakan
pada tahun 2009 untuk mewakili kota Yogyakarta dalam kegiatan Jumbara Daerah PMR DIY pada tahun tersebut. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan bapak D selaku pelatih kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dan dengan R selaku wali kelas V sebagai berikut: D : “PMR di Bhayangkara sudah ada sejak 2009. 2009 itu sudah ikut JUMDA (Jumbara Daerah) yang kebetulan kota tuan rumah, dari sana cikal bakal PMR SD Bhayangkara, kemudian 2010 ikut jumbara cabang, prosesnya kemarin juga sedikit lama karena anak-anak juga belum terlalu tertarik belum aktif di PMR, kemudian 2013 baru keluar SKnya. Saya sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara sama mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu? Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyukontinyu terus pembentukan”. (CW3,05/04/2016) R : “Kegiatan PMR disini ada sejak 2013, 2012 apa 2011. Ada SK-nya. kita kalau ininya baru 2013, neg enggak salah itu waktu itu kita, Kalau pramuka itu ada gugus depan, kalau PMR itu unit, nomor unit di PMI baru diserahkan tahun 2013”. (CW1,08/03/2016) SD Negeri Bhayangkara mendapat Surat Keputusan dari PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2013 dengan Nomor 037/02.05.01/KEP-PMI/PK/RLW/V2013 tentang pendirian dan pengesahan pengurus unit PMR SD Negeri Bhayangkara (pada lampiran 9 halaman 119).
55
Berdasarkan dokumen Surat Keputusan yang ditetapkan pada 8 Mei 2013 diatas dapat dianalisis secara jelas bahwa terdapat empat hal penting bagi PMR SD Negeri Bhayangkara. Empat hal pokok tersebut adalah 1) pengesahan PMR SD Negeri Bhayangkara dengan nama PMR Unit SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta, 2) pengesahan kepengurusan PMR Unit SD Negeri Bhayangkara tahun 2013, 3) pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan dibawah ketentuan sekolah dan PMI Kota Yogyakarta, dan 4) pelaksanaan tugas kepalangmerahan harus berkoordinasi dengan kepala sekolah SD Negeri Bhayangkara dan pengurus PMI Kota Yogyakarta (staf Diklat dan Relawan). Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumentasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara yogyakarta dilaksanakan mulai pada tahun 2009 dan resmi disahkan oleh PMI Kota Yogyakarta pada 8 Mei 2013. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan data yang dihasilkan berupa hasil wawancara, tabel hasil observasi dan dokumentasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Adapun data-data yang diperoleh tersebut dapat disajikan sebagai berikut: a.
Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara
1) Struktur organisasi PMR SD Negeri Bhayangkara Ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu syarat pelengkap dalam pendirian unit PMR. Struktur organisasi dibentuk oleh pelatih yang disetujui oleh kepala sekolah dan Pembina PMR. Pada struktur organisasi, anak-anak sudah mendapat tugas dan
56
tanggung jawabnya masing-masing. Ekstrakurikuler PMR menjadi bagian dari kegiatan UKS. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan R, N, dan D sebagai berikut: R : “ada, strukturnya pun ada. Filenya ada di laptop, saya saya enggak hafal”. N : “Tetap ada, dari administrasi sudah ada, dari struktur organisasi terus terang yang membuat pak D sendiri. jadi saya sendiri istilahnya jadi pembina PMR sebagai guru yang ditunjuk, yang mengetahui saja. Dulu saya aslinya juga buta sekali tentang PMR tetapi juga ikut belajar dari anak-anak kalau kegiatannya seperti ini.” D : “Struktur organisasi PMR ada, di UKS letaknya. PMR bagian dari UKS. Udah ada pembagian tugas untuk anak-anaknya”. Struktur organisasi PMR SD Negeri Bhayangkara dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 8. Struktur Organisasi PMR Penanggung jawab Dewi Partini, M.Pd.
Pembina PMR Nanik Mutaqwimah, S.Pd.
Ketua 1. Seto Bagus W 2. Bima Ade Saputra Bendahara
Sekretaris
1. Aprillya Anggraini
1. Anandia N R D.
2. Athaya Riski D P.
2. Fariel Alfian F.
Seksi Keterampilan Hidup Sehat
1. Shelferrisha Putri Chiara 2. Zainal Rifqi Abidin
Seksi Berkarya dan Berbakti di Masyarakat
Seksi Persahabatan
1. Hidayat Abdul Aziz
1. Olivia Jelita Putri
2. Made Ratih Resita Kusuma D
2 Riswanda Himawan.
Seksi Umum
1. Raka Dian Syahlevi 2.Yemima Amanda Sekar Laksmi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sesuai dengan struktur organisasi diatas, terdapat kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler PMR. Kepala sekolah dalam
57
menjalankan peranannya melakukan koordinasi dengan PMI Kota Yogyakarta bidang Diklat dan Relawan. Kemudian dibawah kepala sekolah ada pembina PMR, pembina PMR ditunjuk dari guru Penjaskes karena guru penjaskes memiliki tanggung jawab dibidang kesehatan dan Usaha kesehatan Sekolah yang merupakan salah satu tujuan diadakannya ekstrakurikuler PMR. Anggota ekstrakurikuler PMR pada tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 29 siswa (17 siswa dan 12 siswi). Adapun penjelasan rinci terdapat dalam lampiran. 11 pada halaman 124. 2) Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara PMR merupakan salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di SD Negeri Bhayangkara, sehingga tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR diselaraskan dengan tujuan SD Negeri Bhayangkara yang tertuang pada visi dan misi sekolah. Tujuan sekolah yang telah dirumuskan dalam visi dan misi sekolah tersebut dapat dijabarkan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Hal ini dikemukakan oleh R selaku guru kelas yang mendampingi kegiatan ekstrakurikuler PMR yang mengatakan: “Ada Tentunya. Untuk tujuan kegiatan PMR saya rasa sudah sesuai dengan visi dan misi SD Bhayangkara. Kalau kita lihat di visi dan misi sekolah itu ada butir ini: menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan ini masuk, terus di tujuan sekolah di nomor satu; meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan masuk, terus ini terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai semangat nilai-nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat ini masuk. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman ini juga iya. Pendidikan Lingkungan Hidup juga iya. Itu tadi kan sudah sejalan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah sama tujuan PMRnya”. (CW1,08/03/2016)
58
Tujuan SD Negeri Bhayangkara dalam meningkatkan mutu akademik dan nonakademik diatas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan yang lebih dispesifikkan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR yaitu peningkatan pengetahuan siswa dalam bidang kepalangmerahan dan pembentukan karakter siswa seperti: pembelajaran cara berorganisasi, bersosial, melatih dan menambah pengalaman anak dalam memberikan pertolongan pertama. Tujuan sekolah ini didukung oleh N selaku pembina ekstrakurikuler PMR yang menyatakan: “Pembelajaran cara berorganisasi, kemudian bersosial, kemudian mengerti model-model seperti itu, menambah pengalaman di materi kan ada pertolongan pertama.” (CW2,10/03/2016) Pendapat senada mengenai tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR ini juga dikemukakan oleh D selaku pelatih ekstrakurikuler PMR seperti berikut: “Tujuan PMR secara umum dimana-mana itu sama, untuk pembentukan karakter anak. ... Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk melatih anakanak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita berharap UKS ini bisa dihandle oleh teman-teman anak-anak PMR”. (CW3,05/04/2016) Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR diselaraskan dengan tujuan SD Negeri Bhayangkara yang tertuang pada visi dan misi sekolah. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu untuk pembentukan karakter anak seperti : pembelajaran cara berorganisasi, bersosial, melatih dan menambah pengalaman anak dalam memberikan pertolongan pertama. Sedangkan tujuan khususnya yaitu menyinkronisasikan antara UKS dengan kegiatan ekstrakurikuler PMR agar anak-anak dapat mengurus dan mengelola UKS yang ada di sekolah dengan baik.
59
Keberhasilan tujuan kegiatan ekstrakurikuler tidak terlepas dari adanya perencanaan program kegiatan,
sehingga tujuan yang akan ditetapkan dalam
kegiatan ekstrakurikuler PMR dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Penyusunan program kegiatan dibuat oleh pelatih PMR dengan menyertakan daftar kegiatan dan anggaran dana yang dibutuhkan kemudian dikonsultasikan pada kepala sekolah. Rancangan rencana program kegiatan tersebut kemudian dirapatkan dan diseleksi dalam rapat intern sekolah untuk pengalokasian dana yang diperlukan dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti yang dikemukakan oleh R selaku wali kelas VB berikut. “ada, itu mas dedi bagus sekali, kan yang merencanakan, daftar kegiatan, program kegiatan yang praktik yang membuat mas Dedi, itu ada”. Peneliti : Berarti yang membuat perencanaan itu mas Dedi sendiri atau sekolah juga ikut? “Tetap sekolah juga iya kan disitu kepala sekolah menyetujui. Dari program yang diajukan nanti yang masuk mana yang tidak masuk tidak serta merta semuanya diterima tapi tetap dirapatkan tho, program yang cocok. Terus selain itu, kita kan juga perlu anggaran, nah itu juga disesuaikan dengan anggaran sekolah. Itu biasanya kita yang sifatnya kembali ke anak itu direncanakan karena anggaran dari sekolah itu terbatas kan sekian persen masih dibagi-bagi untuk sekian ekstra disini banyak sekali ekstranya”. (CW1,08/03/2016) Hasil dari perencanaan program kegiatan yang telah dibahas dalam rapat sekolah didokumentasikan dalam program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara tahun pelajaran 2015-2016 yang ditandatangani oleh kepala sekolah pada tanggal 10 Juli 2015. Program kerja tersebut memuat sepuluh program kegiatan dilengkapi dengan tujuan kegiatan, waktu pelaksanaan, anggaran dana, dan penanggung jawab kegiatan (lampiran 12 hal. 126).
60
b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara 1. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR
SD Negeri Bhayangkara. Kelancaran pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak terlepas dari partisipasi semua pihak yang ada dalam lingkungan sekolah. Pihak-pihak tersebut sudah memiliki perannya masing-masing dalam upaya kelancaran pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Hal ini disampaikan langsung oleh R pada wawancara yang dilakukan peneliti. Argumen tersebut sebagai berikut: ”Semua. Yang telibat utama pembina, kalau kegiatan ini yang terlibat pihak sekolah terutama guru-guru, kepala sekolah yang memberikan keputusan, terus keuangan ketika mau mengeluarkan dana tetap ada koordinasi, ini bisanya hanya segini jatahnya bagaimana caranya harus cukup. Inikan istilah semua pihak terlibat, ada dari guru, kepala sekolah, keuangan. Kalau guru kelas kaitannya komunikasi dengan jadwal mengajar.” (CW1,08/03/2016) Hal ini juga didukung oleh pendapat N yang mengatakan bahwa: “Disini semua. siswa kan disuruh memilih, kegiatan dihari sabtu kebetulan ada Takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang disukainya. Kemudian nanti untuk guru itu pelatih itu kan sudah ada izin dari kepala sekolah, guru juga sudah mengizinkan kemudian ada beberapa guru yang ditunjuk. Kalau peserta ekstra Cuma siswa yang memilih ekstra disitu. Peneliti : Pihak-pihak lain seperti dari Dinas dan PMI juga termasuk? Iya dari PMI jelas, kita kan juga harus ada izin dari PMI, istilahnya koordinasi jelas harus ada. ... Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S”. (CW2,10/03/2016) Sedangkan pendapat D tentang pihak yang terlibat dalam upaya kelancaran ekstrakurikuler PMR adalah sebagai berikut: “Yang terlibat pasti semua. Cuma yang bertanggung jawab penuh itu pembina PMR yang saat ini adalah guru bagian olahraga. Karena guru yang membidangi olahraga itu secara tidak langsung itu dia mengampu UKS. Jadi guru olahraga itu bertanggung jawab penuh terhadap UKS. PMR karena banyak menangani tentang kesehatan juga, pembinanya jadi dari guru
61
olahraga. wali kelasnya juga sangat mendukung, kalau ada kegiatan-kegiatan PMR juga mau turun tangan. Orang tua siswa juga aktif banget, banyak itu foto-foto kegiatan termasuk kemarin kita mengadakan pelantikan di Bonbin, tahun kemarin 2015 kita mengadakan donor darah yang pertama tempatnya di UIN kan setelah selesai kan kita dapat voucher masuk gratis Bonbin itu orang tua mendukung sekali. Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang. Malahan kalau anaknya enggak ikut, “kog ada kegiatan PMR anak kami kog enggak dilibatkan, kog anak kami enggak diajak?” (CW3,05/04/2016) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh kesimpulan dengan menggunakan trianggulasi sumber bahwa Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara adalah semua dewan sekolah. Dewan sekolah tersebut yaitu; a) Kepala Sekolah, kepala sekolah adalah orang yang memberi keputusan dan kebijakan tentang semua kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. b) guru, guru kelas dan pelatih ekstrkurikuler berkoordinasi tentang jadwal pelaksanaan kegiatan. c) Keuangan Sekolah, keuangan sekolah memberikan anggaran dana yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. d) Pembina PMR, pembina PMR diambil dari guru yang membidangi kesehatan yaitu guru olahraga. e) Wali murid, wali murid sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. f) PMI Kota Yogyakarta, PMI Kota Yogyakarta terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Bhayangkara secara insidental ketika sekolah mengadakan kegiatan donor darah pihak PMI membantu menyediakan sarana untuk kegiatan tersebut.
62
2. Jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR dilaksanakan sesuai dengan rencana program kegiatan yang telah dibuat. Rencana program dibuat oleh pelatih dengan menyertakan daftar kegiatan lengkap beserta anggaran dana yang dibutuhkan kemudian diserahkan kepada kepala sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler PMR pada tahun ajaran 2015/2016 dimulai pada bulan agustus 2015. Kegiatan dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada tiga orang narasumber sebagai berikut: R : “Kegiatannya setiap hari sabtu jam 09.30 sampai 10.30”. N : “Iya, ekstranya setiap hari sabtu thok, hari sabtu thok pagi”. D : “Setiap hari sabtu, sabtu jam 10. Kenapa kita ngambil hari sabtu? Karena hari sabtu, pertama jam pulang anak-anak cepat, kedua karena hari akhir. hari akhir minggu ya, jadi kegiatan lebih enjoy di lapangan” Hasil observasi kegiatan pelatihan PMR yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 Maret 2016 dan 2 April 2016 menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 WIB seusai kegiatan belajar mengajar intrakurikuler. Jeda waktu diberikan oleh pelatih untuk mengkondisikan siswa kelas V dimana salah satu kelas selesai jam pelajaran olah raga. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tiga narasumber dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dilaksanakan setiap hari sabtu pukul 10.00 sampai dengan 11.30 WIB. 3. Program Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dilaksanakan sesuai dengan program kegiatan yang telah disusun. Program kegiatan tersebut disusun
63
untuk mencapai tujuan ekstrakurikuler PMR yang diselaraskan dengan tujuan yang dirumuskan oleh SD Negeri Bhayangkara. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara adalah sebagai berikut. a) Pendaftaran anggota baru Pendaftaran anggota baru PMR dimulai pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2015. PMR merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya pilihan untuk siswa kelas V. Siswa kelas V memilih ekstrakurikuler yang diminati dengan mengisi angket yang telah disediakan dari sekolah. Hal ini dijelaskan oleh R dalam petikan wawancara “anak-anak memilih kegiatan yang disukai melalui angket kemudian disitu orangtua menandatangani” (CW1,08/03/2016). Hal senada juga diungkapkan oleh N “siswa disuruh memilih, kegiatan di hari sabtu ada takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang disukainya” (CW2,10/03/2016). b) Pemilihan pengurus PMR yang baru Pemilihan pengurus baru PMR dilakukan untuk meregenarasi pengurus. Pemilihan pengurus baru dibentuk oleh pelatih PMR mengingat siswa SD masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orang yang lebih dewasa. Anggota PMR yang ditunjuk sebagai pengurus ini berkewajiban untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidang kepengurusannya. Daftar nama siswa yang menjadi pengurus organisasi PMR telah dijelaskan pada tabel 8. struktur organisasi PMR.
64
c) Orientasi anggota, pelantikan pengurus, dan keakraban anggota PMR Tiga kegiatan ini merupakan satu rangkaian kegiatan yang dilakukan di luar lingkungan SD Negeri Bhayangkara. Proses orientasi, pelantikan pengurus dan keakraban anggota PMR dilaksanakan bersama dengan 13 unit PMR baik itu tingkat Mula, Madya, dan Wira binaan dari KSR PMI Unit 7 UIN Yogyakarta. Tujuan dari kegiatan gabungan ini yaitu untuk mengenal dan memperdalam materi kepalangmerahan serta mengenalkan anggota pada sahabat-sahabatnya yang ikut pula menjadi anggota PMR.
Gambar 3. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara (kaos olahraga warna jingga) dalam kegiatan orientasi, pengukuhan pengurus, dan keakraban anggota PMR di bumi perkemahan Babarsari. Sumber : dokumentasi sekolah Berdasarkan dokumentasi foto diatas menunjukkan anggota PMR SD Negeri Bhayangkara sedang mengikuti persiapan upacara pembukaan kegiatan latihan gabungan bersama PMR dari Unit sekolah lainnya yang digagas oleh KSR PMI Unit 7 UIN Yogyakarta.
65
d) Pelatihan PMR Kegiatan pelatihan PMR merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggu dalam satu tahun ajaran. Latihan rutin dilaksanakan setiap hari sabtu pukul 10.00 – 11.30 WIB seusai kegiatan belajar mengajar intrakurikuler. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan kemampuan siswa tentang pemberian pertolongan pertama, organisasi Palang Merah Internasional dan Palang Merah Indonesia, serta peran serta anggota PMR dalam masyarakat.
Gambar 4.1. Anggota PMR sedang melakukan permainan ular tangga siaga bencana dalam pelatihan PMR
Gambar 4.2. Pelatih sedang mengamati dan mengarahkan permainan ular tangga siaga bencana dalam pelatihan PMR
66
Dokumentasi foto diatas sedang menunjukkan proses latihan rutin PMR yang dilakukan dengan metode permainan. Anggota PMR sedang melakukan permainan ular tangga siaga bencana. permainan dibentuk dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang anak. Anak yang mendapat giliran main menjalankan pionnya sesuai dengan jumlah angka yang ditunjukkan oleh dadu kemudian melakukan perintah yang sesuai dengan titik keberadaan pionnya. Pelatih mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak dan memberikan arahan pada setiap kelompok. e) Apotik hidup Program ini memiliki tujuan untuk mengenalkan tanaman yang dapat digunakan sebagai obat yang biasa siswa temukan disekitar lingkungannya. Program kegiatan apotek hidup ini merupakan program kegiatan yang sasarannya tidak hanya diperuntukkan untuk siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR tetapi juga untuk semua warga SD Negeri Bhayangkara baik itu siswa kelas I – VI, guruguru dan karyawan sekolah. Program kerja ini diwujudkan dengan membentuk tanaman obat keluarga (TOGA) di halaman sekolah.
67
Gambar 5. Tanaman TOGA yang terletak di halaman samping SD Negeri Bhayangkara. Sumber : Dokumentasi pribadi Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui program apotek hidup dapat berjalan dengan baik. Penanaman TOGA menggunakan media pot tertata dengan rapi. Tanaman yang terlihat diantaranya kunyit, jahe, lempuyang, jeruk nipis, jarak, dan pandan. Beberapa tanaman telah diberi label nama tanaman beserta dengan kegunaan tanaman dalam mengobati penyakit. f) Pembuatan seragam, slayer dan bed anggota PMR Tujuan kegiatan pengadaan seragam, slayer dan bed anggota PMR adalah menambah minat belajar dan berlatih siswa. Atribut ini juga secara tersirat menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR merupakan anggota perhimpunan Palang Merah Indonesia juga Palang Merah Internasional. Hal ini akan menambah kemantapan dan percaya diri siswa untuk bersungguhsungguh dalam mengikuti setiap kegiatan PMR.
68
Gambar 6. Slayer, seragam dan bed anggota PMR SD Negeri Bhayangkara Sumber: dokumentasi sekolah Gambar diatas menunjukkan seragam harian, bed, dan slayer anggota PMR tingkat Mula. Seragam harian warna putih dengan baju berkantong, celana panjang dan rok berwarna biru dongker, ukuran lambang PMI yang sesuai standar, serta slayer berwarna hijau yang menandakan anggota PMR tingkat Mula. Atribut PMR SD Negeri Bhayangkara telah sesuai dengan standar aturan penggunaan atribut yang dibuat oleh PMI Pusat. g) Aksi donor darah Pada tahun pelajaran 2015/2016 kegiatan aksi donor darah dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2016. Kegiatan ini diselenggarakan bersamaan dengan hari ulang tahun SD Negeri Bhayangkara. Kegiatannya berupa donor darah untuk guru-guru, karyawan, wali murid dan tamu undangan serta pemeriksaan golongan darah bagi semua siswa SD Negeri Bhayangkara. Dalam aksi donor darah ini, peneliti mengamati secara langsung kegiatan dan mendapatkan temuan anggota PMR dilibatkan langsung dalam kegiatan. Anggota PMR dilatih menjadi panitia penyelenggara kegiatan dengan diberi tanggung jawab agar kegiatan donor dapat berjalan tertib dan lancar. Ada pembagian tugas seperti memanggil pendonor,
69
memberikan kenang-kenangan pada pendonor, serta mengajak semua orang yang ada dalam acara tersebut untuk mendonorkan darahnya. Hal ini dapat dilihat melalui beberapa dokumentasi dibawah ini.
Gambar 7.1. Anggota PMR menggunakan Co-card panitia dalam kegiatan pemeriksaan golongan darah
Gambar 7.2. Pelatih memberikan arahan pada anggota PMR yang sedang bertugas memanggil peserta aksi donor darah
70
Gambar 7.3. Anggota PMR sedang duduk menunggu pendonor yang telah
selesai mendonorkan darahnya untuk diberi cenderamata
Gambar 7.4. Walikota Yogyakarta sedang berbincang-bincang dengan petugas UPTD PMI Kota Yogyakarta dalam aksi donor darah yang dilaksanakan oleh PMR SD Negeri Bhayangkara. Dokumentasi gambar 7.4. menunjukkan bahwa walikota Yogyakarta mengapresiasi kegiatan kegiatan donor darah yang dilakukan oleh anggota PMR SD Negeri Bhayangkara. Walikota menyempatkan waktu untuk mengamati secara langsung kegiatan dengan didampingi oleh Kapolresta dan Kadindikdas kota Yogyakarta.
71
h) Kunjungan ke PMI Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan organisasi, pengurus, dan kegiatan PMI yang berada di kabupaten/kota madya kepada anggota PMR. Dalam kunjungan ke PMI sebelumnya anak-anak sudah diminta membuat surat untuk ketua PMI untuk menyampaikan pendapat mereka tentang PMI. Hal ini diungkapkan oleh R pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Kemarin juga anak-anak mengumpulkan surat untuk PMI, ditujukan ke Ketua PMI. Kemarin anak-anak mengumpulkannya di saya. Harapannya nanti pas kunjungan itu dibawa kemudian dihaturke gitu”. (CW1,08/03/2016) i) Perlombaan PMR Tujuan kegiatan perlombaan PMR adalah untuk meningkatkan dan melihat kemampuan anggota dalam menerapkan materi PMR yang telah diperoleh. Perlombaan PMR difasilitasi oleh PMI dalam bentuk Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) PMR yang salah satu kegiatannya berupa perlombaan. SD Negeri Bhayangkara telah mengikuti kegiatan Jumbara baik itu tingkat cabang, tingkat daerah maupun tingkat Nasional. Hal ini disampaikan oleh N dalam wawancara pada
yang
menyatakan
“Jumda
Jumbara
di
kaliurang
itu
sudah”
(CW2,10/03/2016), juga diperkuat oleh D dalam petikan wawancara yang menyatakan, “3 siswa SD Negeri Bhayangkara lolos seleksi untuk mewakili daerah Istimewa Yogyakarta dalam kegiatan Jumbara Nasional yang akan dilaksanakan di Gorontalo”. (CW3,08/06/2016)
72
j) Peringatan hari-hari besar PMI Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenal dan mengingat hari-hari bersejarah PMI. Dalam kegiatan ini, PMR SD Negeri Bhayangkara dilibatkan langsung oleh PMI Kota Yogyakarta sebagai tim paduan suara dalam kegiatan-kegiatan di PMI. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti: upacara pelantikan pengurus PMI Kota Yogyakarta, upacara penghargaan donor darah oleh PMI DIY, dan upacara hari ulang tahun PMI.
Gambar 8.1. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara dalam acara penghargaan relawan PMI DIY
Gambar 8.2. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara berfoto bersama Gubernur DIY dan ketua PMI DIY
Sumber: dokumentasi sekolah
73
Berdasarkan dokumentasi gambar 8.1 diatas, anggota PMR terlihat sedang pentas menyanyikan lagu-lagu kepalangmerahan dengan gerakan yang kompak. tim paduan suara juga didukung oleh guru seni musik yang mengiringi lagu dengan alat musik organ serta memberikan kreasi gerakan pada setiap lagunya. Pada gambar 8.2, terlihat tim paduan suara berfoto bersama Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Bapak Heri Zudianto. Seusai kegiatan, tim paduan suara juga diberi kesempatan untuk berfoto bersama dengan beberapa orang penting yang menghadiri kegiatan. Paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara mampu tampil dengan baik dalam kegiatan-kegiatan PMI karena mendapat dukungan dari semua pihak. Guru seni musik yang melatih dan selalu mengiringi tim paduan suara. Kepala sekolah, guru dan karyawan juga hadir mendampingi di tempat kegiatan. Serta partisipasi dari orang tua murid yang bersedia mengantar anak-anaknya menuju tempat kegiatan. Hal ini diungkapkan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut: “Kalau nyanyi di Gubernur itu barusan bulan kemarin. Anak-anak anggota PMR kita diundang untuk kesana nyanyi kemudian diiringi sama pak S. Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S. Terus nanti ada Bu kepala sekolah juga rawuh kesana terus dari TU ada perwakilan berapa, yang ngantar kesana kan ada guru kelasnya. Anak-anak kan yang PMR kelas 5 guru kelasnya kalau enggak ngikut kan juga enggak enak ya. Nah kebetulan banget kalau disini enggak repot masalah transport mas, jadi misalnya ada masalah open seperti itu orang tua itu kalau udah dikasih tahu sama sekolah otomatis beliau “buk nggak usah ngene langsung diantar ditunggu mas. ... Semuanya mendukung, kebetulan wali siswa mungkin juga seneng ya, anak-anaknya ikut dikegiatan tersebut. Soalnya juga kan kegiatan ekstra PMR masih jarang”. (CW2,10/03/2016)
74
Kegiatan-kegiatan diatas adalah kegiatan yang sudah ada jadwal pelaksanaan dalam program kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara. Namun adapula kegiatan yang sudah rutin dilakukan setiap tahun tetapi tidak dimasukkan kedalam rencana program kegiatan. Kegiatan tersebut ialah futsal. Futsal adalah kegiatan pertandingan persahabatan antara anggota PMR SD Negeri Bhayangkara dengan anggota PMR dari SD lainnya yang sudah masuk kelas VI. Hal ini diungkapkan oleh D dalam petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut: “enggak itu aja, mereka futsal. Futsal itu rutin tiap tahun setelah yang kelas enam. Yang kelas enam kan masih aktif di PMR jadi setelah ujian mereka mengadakan futsal. Mereka ada tanding dengan PMR mana. Kalau kemarin pertama rutin dengan sesama mereka yang terakhir dengan SD Demangan”. (CW3,05/04/2016)
Gambar 9. Kegiatan futsal persahabatan antara PMR SD Negeri Bhayangkara dengan PMR SD Negeri Demangan Sumber: dokumentasi sekolah Berdasarkan gambar diatas, terlihat anggota PMR SD Negeri akan melakukan pertandingan futsal dengan anggota PMR SD Negeri Demangan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjalin persahabatan dan keakraban sesama anggota PMR.
75
4.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara Sarana-prasarana yang dimiliki oleh sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler
PMR sudah cukup memadahi. Sarana dan prasarana utama yang dapat menunjang kegiatan ekstrakurikuler PMR yaitu alat/media pembelajaran, tempat pembelajaran dan perlengkapan P3K. Media pembelajaran yang digunakan menyesuaikan dengan materi kegiatan yang diajarkan. Media tersebut dapat berupa alat-alat pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, alat permainan siaga bencana dan buklet untuk pembelajaran hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini diungkapkan oleh R dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Ada mitela, P3K, dragbar, terus nganu alat permainan siaga bencana. Itu ada sudah ada terus itu kan tidak setiap hari dipakai jadi kita simpen di gudang. Kemarin dapat bantuan dari PMI Daerah media pembelajaran penularan penyakit-penyakit itu lho secara umum ya PHBS lah, semacam buklet itu dapat dua.” (CW1,08/03/2016) Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa PMI DIY turut berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan ekstrakurikuler PMR. Sedangkan untuk perlengkapan P3K sudah difasilitasi oleh sekolah secara lengkap. Perlengkapan tersebut mitela, dragbar, obat-obatan P3K yang semuanya ditempatkan di ruang UKS. Media yang digunakan di lapangan dibawa sendiri oleh anak-anak ketika fasilitas dari sekolah tidak mencukupi. Hal ini disampaikan oleh N dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti “Kalau di sekolah itu ada mitela, P3K lengkap semua, terus nanti kalau ada kegiatan diluar kalau yang pribadi biasanya
anak-anak
bawa
jadi
dari
(CW2,10/03/2016)
76
sekolah
cuma
memfasilitasi”.
Gambar 10.1. Ruang UKS sebagai salah satu tempat anggota PMR memberikan bantuan pertolongan kepada teman yang sedang sakit
Gambar 10.2 Ruang kelas sebagai sarana pelatihan PMR
Gambar 10.3 Penggunaan halaman sekolah untuk kegiatan praktek atau permainan dalam pelatihan Sumber : dokumentasi pribadi
77
Berdasarkan dokumentasi gambar diatas, dapat dianalisis beberapa sarana yang digunakan dalam pelatihan PMR. Gambar 10.1 menunjukkan ruang UKS yang dimiliki SD Negeri Bhayangkara termasuk kedalam kategori baik untuk melakukan tindakan kesehatan. Didalamnya terdapat kasur, selimut, tempat tidur kondisi bersih dan nyaman dilengkapi dengan tirai untuk menutupi orang yang sedang dirawat. Tas obat dan perlengkapan alat pertolongan pertama tertata dengan rapi didalam lemari besi. Pada ruang UKS juga terdapat meja dan kursi untuk kegiatan administrsi UKS. Pada gambar 10.2 terlihat ruang kelas yang digunakan untuk pelatihan PMR dalam keadaan bersih dan rapi serta tempat duduk siswa tertata dengan bentuk leter U. Pada gambar 10.3 terlihat halaman sekolah dalam keadaan bagus, bersih dan luas. Kegiatan pelatihan dilakukan dibawah pohon yang rindang. Anggota PMR tampak duduk dengan nyaman di halaman tanpa terkena paparan langsung matahari. Tempat yang digunakan untuk pelatihan PMR juga menyesuaikan dengan materi yang diajarkan. Materi teori menggunakan ruang kelas dan ruang UKS, sedangkan kegiatan praktek dilakukan di lapangan (halaman) sekolah. Sarana dan prasarana diatas sudah mencukupi kebutuhan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Setiap tahun diadakan pengadaan-pengadaan sarana dan prasarana terutama perlengkapan P3K yang habis digunakan untuk pelatihan maupun memberikan bantuan pertolongan ketika terjadi kecelakaan. Hal ini diungkapkan D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Sarana prasarana ada udah mencukupi. Yang namanya mencukupi disini
bisa dipergunakan, kalau mau menuruti juga belum cukup. Tapi ya selama ini
78
udah cukup untuk latihan mereka baik itu untuk teori maupun praktek. Memang banyaklah yang kurang setiap tahun juga mengadakan pengadaanpengadaan cuman kan setiap tahun banyak yang hilang, barang-barang banyak yang dipakai. Sarana-prasarana itu bentuknya, ruang UKS itu yang pasti. Ruang UKS bisa dibilang anak-anak PMR yang mengelola. Terus lapangan juga seperti itu kondisinya”. (CW3,05/04/2016) 5. Sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR
Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara berasal dari anggaran sekolah (Bantuan Operasional Sekolah) dan wali murid. Anggaran yang diperlukan untuk kegiatan ekstrakurikuler PMR setiap tahun diajukan ke sekolah dengan membuat program kegiatan lengkap beserta dengan anggaran biayanya. Hal ini dikemukakan oleh D dalam petikan wawancara yang menyatakan bahwa: “Kalau dengan pendanaan tidak ada masalah. Karena setiap tahun memang kita punya program kita ajukan ke sekolah, program dianggarkan dari RAB. Ada RABnya, RAB dari sekolah sudah teralokasi untuk ekstrakurikuler. Cuma RAB dari setiap sekolah kan beda-beda. Enggak terlalu banyak Cuma 1-2 jutaan”. (CW3,05/04/2016) Sekolah telah menganggarkan dana untuk semua kegiatan ekstrakurikuler. Namun, jumlah anggarannya terbatas mengingat kebutuhan sekolah selain kegiatan ekstrakurikuler juga banyak. Hal ini disampaikan oleh R dalam petikan wawancara “Dari sekolah berapa sekolah, berapa persennya saya kurang tahu. Karena dibagibagi untuk bermacam-macam ekstrakurikuler” (CW1,08/03/2016). Hal senada juga didukung oleh pernyataan N dalam petikan wawancara yang dilakukan peneliti yang menyatakan “Kalau sumber dananya dari BOS itu ada, tapi hanya seperberapa gitu karena dibagi-bagi untuk keperluan sekolah lainnya”. (CW2,10/03/2016)
79
Sumber pendanaan berikutnya berasal dari swadaya wali murid, wali murid tidak keberatan untuk mengeluarkan dana hal ini karena wali murid sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Anggaran dana dari swadaya wali murid digunakan ketika anggaran dari sekolah belum cukup untuk menutupi kebutuhan dana untuk kegiatan. Hal ini diungkapkan oleh R dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut; “Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak, biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo”. (CW1,08/03/2016) Hal senada juga disampaikan oleh N dalam petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut pernyataannya: “Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat mendukung. Kalau kegiatan di luar walinya siswa juga mendukung, biasanya malah yang heboh sing tuo. Daripada itu anak disuruh “pokoke mengko melu materinya pak D aja”. Disuruhnya pak Dedi apa nanti kamu enggak usah ngurusi misalnya konsumsi. Nanti akhirnya kan orang tua. Jadi orang tua yang mengurusi. Dari orang tua sendiri sangat-sangat mendukung”. (CW2,10/03/2016) 6. Materi yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR Materi yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR selama tahun pelajaran 2015-2016 disusun dalam silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara (lampiran 14 halaman 131). Silabus kegiatan pembelajaran memuat tujuh pokok materi kepalangmerahan, ujian kompetensi, program remedial dan program pengayaan. Tujuh pokok materi kepalangmerahan terdiri dari: 1). Sejarah dan gerakan palang merah, 2) PMR relawan masa depan (peranan dan
80
fungsi anggota PMR), 3) kebersihan dan kesehatan, 4) donor darah, 5) pertolongan pertama, 6) siaga bencana, dan 7) pendidikan remaja sebaya (NAPZA). Selanjutnya, hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12 maret 2016 menunjukkan latihan rutin anggota PMR diajarkan tentang jenis-jenis bencana dengan metode permainan. Observasi pada tanggal 19 Maret 2016 menunjukkan anggota PMR melakukan kegiatan aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah. Dalam kegiatan ini, anggota PMR mengamati secara langsung proses transfusi darah dan ditugaskan sebagai panitia penyelenggara aksi donor darah, sebagian anggota lainnya bertugas untuk mengajak orang-orang yang hadir untuk mendonorkan darahnya. Observasi pada tanggal 2 April 2016 menunjukkan anggota PMR belajar upaya penanggulangan bencana dengan pembuatan biopori. Materi yang diajarkan kepada anggota PMR disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak-anak. Hal ini disampaikan oleh D dalam petikan wawancara yang dilakukan peneliti, berikut pernyataan pelatih D: “Materi sama metode tidak jauh beda dengan yang lain sesuai dengan kurikulum PMR. Materi kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak karena sasaran kita adalah anak-anak itu bisa mengamankan diri mereka sendiri, bisa meningkatkan kesehatan diri mereka sendiri, baru nanti lainnya. Jadi materi kita menyesuaikan dengan anak-anak. Lompat-lompat”. (CW3,05/04/2016) Selain materi kepalangmerahan, anggota PMR secara tidak langsung mendapatkan materi tentang kemandirian, keberanian dan cara-cara berorganisasi. Hal ini diungkapkan oleh N pada wawancara yang dilakukan pada oleh peneliti. “Kalau materi-materi itu yang jelas cara belajar berorganisasi jelas ada, terus tentang kesehatan, pertolongan pertama, terus melatih anak untuk mandiri, berani”. (CW2,10/03/2016)
81
Berdasarkan hasil analisis dokumen silabus kegiatan pembelajaran, hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa materi yang diberikan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara adalah tujuh pokok materi kepalangmerahan. Pemilihan materi yang akan diajarkan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak-anak. Secara tidak langsung anggota PMR juga diajarkan tentang keberanian, kemandirian, dan cara menjalankan organisasi. 7. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar PMR Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan PMR bervariasi. Metode yang sering digunakan oleh pelatih dalam pelatihan adalah ceramah, praktek, dan permainan. Pelatih PMR kreatif dalam memberikan kegiatan teori maupun praktik. Hal ini disampaikan oleh R pada wawancara yang menerangkan bahwa “Nah ini nganu kog mas D kreatif, jadi tidak hanya ceramah, praktek, kadang permainan, multimethods”. (CW1,08/03/2016) Hal senada juga disampaikan oleh N pada kutipan wawancara yang dilakukan, “Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh dilapangan kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas tapi biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil kita ini sekalian dipraktikkan di lapangan”. (CW2,10/03/2016)
82
Gambar 11. Anggota PMR sedang melakukan Simulasi pemberian pertolongan untuk patah tulang di halaman sekolah. Sumber : dokumentasi sekolah
Berdasarkan studi dokumen foto diatas, terlihat anggota PMR sedang melakukan simulasi pemeriksaan fisik untuk korban yang mengalami patah tulang. Anggota PMR mampu memberikan pertolongan dengan tenang. Beberapa anggota PMR terlihat bekerja sama untuk memeriksa keadaan fisik korban, dua anak bekerja sama memeriksa tubuh bagian atas, dua anak bekerja sama memeriksa anggota gerak bawah, dan dua anak lainnya memperhatikan dan menilai simulasi yang dilakukan. Simulasi digunakan untuk mempraktikkan langsung cara memberikan perawatan pada luka dengan tujuan agar anak-anak lebih memahami cara dan prinsip dalam merawat luka. Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi dapat disimpulkan menggunakan trianggulasi teknik bahwa pelatih menggunakan metode ceramah, praktik, permainan dan simulasi dalam kegiatan pelatihan PMR.
83
8.
Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR
menyesuaikan dengan kondisi dan pokok materi pelatihan PMR yang sedang diajarkan. Media yang digunakan untuk pembelajaran teori didalam kelas menggunakan lcd proyektor atau papan tulis, sedangkan untuk kegiatan praktek diluar kelas menggunakan media langsung yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Hal ini disampaikan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, “medianya macam-macam mas. Kalo teori di ruangan ya biasanya pakai powerpoint, kalau di lapangan biasanya langsung menggunakan alatnya langsung seperti itu ada permainan ular tangga itu, terus obat-obat P3Knya itu, tandu, macammacam”. (CW2,10/03/2016) Hal senada juga diungkapkan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan yang disampaikan oleh D: “Kalau media sendiri ada media lapangan ada media kelas. Media kelas itu untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau untuk lapangan misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi kemarin SD Bhayangkara kemarin sempet jadi SD siaga bencana itu dapat bantuan media ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter. Kalau enggak salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark”. (CW3,05/04/2016) c.
Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara
1.
Bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah
menerapkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pelatihan atau pembelajaran
84
dan pelaksanaan program kerja yang telah dibuat. Monitoring program kerja dilaksanakan oleh PMI cabang kota Yogyakarta melalui pelatih yang mengampu sekolah PMR, setiap tiga bulan sekali diadakan rapat para pelatih PMR untuk mengevaluasi kegiatan PMR sekolah yang diampu. Hal ini disampaikan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan D mengenai monitoring: “Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana anak-anak menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa. Monitoring itu kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu perbulan, tapi hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa kendalanya apa, aksi Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil monitoring donor darah tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat, mereka jalan, bagus, dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan. Monitoringnya melalui pelatih, jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul pelatih PMR se-Kota Yogyakarta terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota Yogyakarta. Itu untuk memonitoring kegiatan PMR sekolah masing-masing”. (CW3,05/04/2016) Evaluasi untuk peserta didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu pelaksanaannya bersamaan dengan ujian semester yang waktunya telah dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk mengetahui keefektifan metode maupun media yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran. Evaluasi ini menggunakan sistem huruf dalam penilaiannya. Hal ini diungkapkan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai di raport itu jelas nilainya berapa di raport. Nilainya menggunakan sistem huruf kalau untuk ekstrakurikuler. Memang ada ujian mereka, soalnya juga dibuatkan dan ujiannya dilakukan serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at atau sabtunya khusus untuk jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama PMR biasanya”. (CW3,05/04/2016)
85
Evaluasi program kegiatan dalam lingkup internal sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar dan dibahas secara lisan belum dilakukan secara tertulis. Hal ini disampaikan oleh R dalam petikan wawancara sebagai berikut: “Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini bagaimana hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi tidak khusus PMR saja, tapi semua kegiatan”. (CW1,08/03/2016) Hal ini senada juga diungkapkan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan N: “Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya kan programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu semester pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan misalnya Jumda itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma kurangnya apa. Bu kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. model-model seperti itu”. Berdasarkan dokumen pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR yang peneliti temukan dari sekolah (lampiran 15 hal. 135), pelatih PMR telah membuat lembar catatan harian mengenai rincian kegiatan yang dilakukan lengkap dengan faktor penghambat dan efektifitas (yang menunjang) kegiatan. Tujuan dari catatan ini sebagai pengingat, evaluasi, dan referensi untuk pelaksanaan kegiatan serupa diwaktu berikutnya . Namun pelatih atau pihak yang memiliki wewenang untuk mencatat belum melengkapi lembar catatan ini. Berdasarkan pada hasil wawancara dengan R dan N serta studi dokumen dapat disimpulkan bahwa evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah dilakukan namun belum didokumentasikan dalam lembar evaluasi yang telah disusun.
86
2.
Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif terhadap
perkembangan siswa. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan tiga narasumber R, N, dan D yang dilakukan oleh peneliti: R
N
D
: “Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan mitra juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah akreditasi sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota maupun provinsi bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan Bhayangkara (SD) kalau tidak maret/april, kurang tahu bentuknya seperti apa karena masih wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah harus ketemu langsung dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa bagaimana kontribusinya buat sekolah”. (CW1,08/03/2016) : “Yang jelas, nek misale ada ini, ... kalo dulu misale anak-anak pada takut mobil ambulans itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu kan pada takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu. ...Terus biasanya anak-anak yang ikut PMR itu mesti ketok mas, jadi nek misale ada kejadian sekolah misalnya ada temannya yang sakit atau misalnya ada kecelakaan pas olah raga mesti biasanya buk saya yang harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak ambilkan. Walaupun harus tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, ...manfaatnya juga seperti itu bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Seng jelas nek saya senengnya banyak positifnya yang jelas itu, jadi manfaat bagi anakanak itu banyak positifnya, ... Terus kemarin ini kita pernah ikut jumbara di Gorontalo, PMR yang 2011 itu sebelum saya datang kesini. Itu barusan tim PMR SD Bhayangkara acara baksos atau apa. Sini juga sering misal misale baksos, kerja bakti di RT/RW, yang kebersihan lingkungan kemarin itu anak-anak PMR juga ada kegiatan itu.kalau yang baksos itu kita hanya ngumpulin barang yang pantas pakai”. (CW2,10/03/2016) : Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif, karena positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan sendirilah, mereka bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan dan mana yang tidak bisa. Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan kerjakan mereka sendiri. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan ya apa boleh buat. Contohnya kemarin mereka mengadakan bersih-bersih sekolah, mereka mengerjakan sendiri, piket, piket UKS mereka udah bisa, kita Cuma mengontrol. Memang beda ya sistem untuk Mula, Madya dan Wira. Mula masih perlu banyak bimbingan, didampingi dan diarahkan. (CW3,05/04/2016)
Berdasarkan trianggulasi sumber dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif bagi siswa
87
maupun sekolah. Dampak positif bagi siswa yaitu; menambah pengetahuan dan pengalaman anak dalam kegiatan kepalangmerahan, menumbuhkan keberanian anak untuk memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, mengubah persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada ambulans yang melintas, menumbuhkan kepedulian sosial anak melalui bakti sosial maupun gotong royong, dan kegiatan PMR sebagai wadah untuk anak memperoleh prestasi. Selanjutnya, dampak positif kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta menambah mitra bagi sekolah. 3.
Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki
banyak kendala. Beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR dijelaskan oleh R, N dan D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: R
: “Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah, sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi latihan. Mas dedi langsung nelpon, ... Jadi kemarin gak ada jadwal kegiatan PMR. Dan kemarin memang tidak saya isi karena jadwal saya full dan di jam PMR itu ada dua pilihan ekstrakurikuler jadi anak memilih salah satu. Yang sudah memilih PMR enggak ikut English Club, yang memilih English Club enggak ikut PMR”. (CW1,08/03/2016)
N
: “Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5 tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat. terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan hanya ada satu juta berapa”. (CW2,10/03/2016)
D
: “Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma kalau di SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan penghambat. Karena anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif,
88
aktif ini dalam artian kalau tidak bisa kita arahkan dengan kegiatankegiatan, mereka akan nanti jadi rusuh atau jadi pengganggu tementemennya”. (CW3,05/04/2016) Berdasarkan beberapa wawancara diatas, diperoleh kesimpulan melalui trianggulasi sumber bahwa terdapat beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang pertama adalah pelatih ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada bulan Agustus 2015 mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Pelatih meminta ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau kegiatan di PMI Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin diliburkan atau diisi oleh guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan PMR adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan latihan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR yang berangkat sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program kerja PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor keempat yaitu karakteristik anggota PMR SD Negeri Bhayangkara yang masih dalam usia 10-12 tahun ini tergolong aktif masih membutuhkan arahan yang tepat agar tidak menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR. 4.
Strategi mengatasi hambatan dalam kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara Faktor penghambat tidak menjadi penghalang utama dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler PMR. Pihak guru, pelatih dan wali murid secara bahumembahu
mengatasi
masalah
yang
menjadi
penghambat
pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR. Strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah pelatih
89
yang tidak bisa hadir mengisi latihan adalah guru kelas menggantikan tugas pelatih menjadi fasilitator kegiatan latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan lain dari sekolah. Hal ini diuraikan oleh R dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Biasanya kalau pak D tidak datang dan bu A tidak bisa saya sebagai guru kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang PMRnya, sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan pengetahuannya, nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan”. (CW1,08/03/2016) Hasil observasi yang dilakukan pada Sabtu, 2 April 2016 juga menunjukkan bahwa guru kelas mengikutsertakan anggota PMR dalam pembuatan biopori yang berguna untuk mencegah bencana banjir. (Obs3,02/04/2016) Strategi untuk meningkatkan partisipasi anak dalam mengikuti latihan PMR adalah pembina PMR memberikan motivasi pada anak-anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR. Hal ini dijelaskan oleh N dalam petikan wawancara yang dilakukan peneliti. Berikut ringkasan penjelasan yang diungkapkan oleh N: “Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR”. (CW2,10/03/2016) Strategi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan dana dalam pelaksanaan program kegiatan PMR adalah mengkomunikasikan kegiatan dengan wali murid. Pihak wali murid secara swadaya mengatasi masalah kekurangan anggaran dana dalam pelaksanaan program kerja PMR. Hal ini diungkapkan oleh R, N, dan D pada petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut:
90
R
: “Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak, biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo”. (CW1,08/03/2016)
N
: “Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat mendukung”. (CW2,10/03/2016)
D
: “Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah terus orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung. ... Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang”. (CW3,05/04/2016)
Strategi untuk mengatasi anak-anak yang terlalu aktif agar tidak menjadi perusuh dalam latihan PMR adalah melibatkan anak langsung dalam kegiatan dengan memberikan tugas untuk diselesaikan. Sehingga anak-anak mempunyai tanggung jawab dan merasa dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas. Hal ini diungkapkan oleh D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi kita panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa sampai sana. Dengan anak-anaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan, aku dipercayai aku dikasih ini dikasih itu”. (CW3,05/04/2016) 5.
Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki beberapa
faktor pendukung sehingga dapat berjalan dengan baik. Beberapa faktor pendukung tersebut diungkapkan oleh R, N dan D melalui petikan wawancara yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
91
R
: “Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan ada memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan ke orang tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket silahkan memilih orang tua disitu tanda tangan”. (CW1,08/03/2016)
N
: “Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa, istilahnya juga sangat mendukung.” (CW2,10/03/2016)
D
: “Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan guru, dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua. Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak ada masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat mendukung, kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka juga bisa apa ya, mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia ikut kegiatan silat. Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut PMR malamnya silat besok dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada pengukuhan. Pengukuhan butuh waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia tetep dateng walaupun disana dia mewek nangis mau istirahat. Yaudah kita suruh tidur, selesai tidur seger terus ikut lagi”. (CW3,05/04/2016)
Berdasarkan wawancara diatas, melalui trianggulasi sumber dapat disimpulkan bahwa
faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler
PMR di SD Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, maupun wali murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi. Serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR. 6.
Saran untuk pengembangan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dapat berjalan
dengan baik karena semua pihak mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan. Semua pihak tersebut mempunyai harapan agar di tahun pelajaran mendatang pelaksanaannya lebih baik lagi. Beberapa harapan itu dituangkan dalam beberapa saran yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap R, N, dan D sebagai berikut ini;
92
R
: “monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya kalau diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya itu mungkin sarannya”. (CW1,08/03/2016)
N
: “Kalau saya yo pengene semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian pas kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak usah melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak kayak gitu jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Tapi sayang mas kalau disini tu kan kegiatan ekstranya baru dimulai kelas empat lima, jadi hanya dari kelas empat lima, tidak dari kelas bawah baik itu dari olahraga seni maupun PMR. Kalau pramuka bisa dari kelas satu, kalau dari PMR kebetulan belum. Kepengennya anggotanya tambah kemudian faktor pendukungnya juga tambah. Terutama dalam pendanaan yang jelas sing marai anu”. (CW2,10/03/2016)
D
: Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita berharap dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi pada umumnya lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu seperti apa, yang berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benarbenar dilibatkan bukan hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materimateri terus jadikan juga objek dan subjeknya kegiatan. Jadi bukan hanya mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program yang melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid. Jadi misalkan perkemahan dan upacara hari senin anak-anak nanti dilibatkan, mereka dijadikan tim medis. Jadi mereka yang menangani, Cuma bukan hanya dilibatkan tanpa pengawasan, disanalah peranan pelatih dan pembina. Apakah bisa mendampingi mereka. Kalau mereka ada keluhan mereka enggak mampu menangani baru kita. Dengan melibatkan langsung anakanak dikegiatan PMR di kegiatan seperti itu maka mereka akan merasa, “oh aku bangga jadi anak PMR”. Mereka jadikan tim medis itu sebuah kebanggaan buat mereka karena dari teman-teman mereka enggak ada yang bisa jadi tim medis sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya lebih banyak libatkan langsung mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket UKS bikin pemeriksaan jentik-jentik nyamuk atau pengawas lingkungan sekolah”. (CW3,05/04/2016)
Berdasarkan wawancara diatas dapat ditrianggulasikan bahwa beberapa saran untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara yaitu; 1) adanya evaluasi tertulis dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR, 2) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya untuk kelas 5 saja tetapi tambah untuk kelas awal (kelas 1, 2, dan 3), 3) melibatkan wali murid untuk memberikan dukungan pada anaknya dalam kegiatan ekstrakurikuler, 4) anggaran dana
93
pelaksanaan program kegiatan dapat tercukupi dari anggaran sekolah sehingga tidak memberatkan pihak wali murid, 5) adanya perencanaan program kerja yang melibatkan peserta didik aktif berpartisipasi dalam kegiatan. 6) membentuk tim medis sekolah yang dapat ditugaskan dalam upacara bendera hari senin, kegiatan perkemahan, dan petugas pemeriksa jentik-jentik nyamuk di lingkungan sekolah. B. Pembahasan SD Negeri Bhayangkara merupakan sekolah yang telah melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR. PMR pada jenjang sekolah dasar termasuk dalam PMR tingkat Mula. PMR tingkat Mula memiliki peranan menjadi model atau contoh bagi anak-anak lainnya dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungannya (peer support). Kegiatan PMR yang dilaksanakan sejak jenjang sekolah dasar diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya hidup sehat dan rasa kepedulian sosial anak terhadap orang lain. 1.
Perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler PMR Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR sudah selaras dengan tujuan SD Negeri
Bhayangkara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa program kegiatan PMR yaitu; kegiatan apotek hidup sesuai dengan tujuan sekolah: pendidikan lingkungan hidup, kegiatan perlombaan PMR sesuai dengan tujuan sekolah: meningkatkan prestasi siswa bidang seni budaya nasional berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara eksplisit juga dapat dilihat dari kegiatan pelatihan PMR memiliki tujuan yang sama dengan tujuan sekolah yaitu untuk meningkatkan mutu akademis dan non akademis diatas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan serta salah satu cakupan materi yang diajarkan dalam pelatihan PMR
94
yaitu kebersihan dan kesehatan merupakan realisasi dari tujuan sekolah yakni mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hernawan (2008 : 6-7) bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu memperdalam pengetahuan yang relevan dengan program kurikuler, memberikan pemahaman terhadap hubungan antar mata pelajaran, menyalurkan minat dan bakat siswa, serta mendekatkan pengetahuan yang diperoleh dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Tujuan khusus
dalam
ekstrakurikuler
PMR
SD
Negeri
Bhayangkara
adalah
menyinkronisasikan UKS dengan kegitan ekstrakurikuler PMR agar anak-anak dapat mengurus dan mengelola UKS yang ada di sekolah dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifai dalam kompri (2015 : 233) yang menyatakan tujuan dikembangkannya kegiatan PMR adalah untuk membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap dan terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan dan medis terhadap masyarakat, khususnya untuk teman di sekolah. Usulan program kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara dibuat oleh pelatih sendiri untuk efektifitas dan efesiensi waktu. Hal ini mengingat anak-anak tingkat usia sekolah dasar masih berada dalam tahap berpikir konkret. Namun, penetapan program kegiatan yang akan dilakukan dalam satu tahun kedepan diambil berdasarkan hasil rapat sekolah antara kepala sekolah, bendahara, wali kelas, guru dan guru ekstrakurikuler. Hal ini berkaitan dengan mempertimbangkan anggaran yang dikeluarkan sekolah dan jadwal pelaksanaan kegiatan agar tidak berbenturan dengan kegiatan sekolah lainnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
95
dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: 22-23) di mana penyusunan rencana program dan pembiayaan dilakukan dengan melibatkan kepala sekolah, wali kelas, dan guru-guru. 2.
Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler PMR Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler PMR dimulai pada bulan juli
tahun pelajaran 2015 diawali dengan pendaftaran anggota baru. Hal ini bertujuan untuk merekrut anggota baru yang akan mengikuti proses kegiatan PMR. Siswa memilih ekstrakurikuler yang diminati melalui formulir yang disediakan oleh sekolah kemudian disetujui oleh pihak orangtua dengan menandatanganinya. PMR merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa kelas V, sehingga hanya siswa yang mendaftar menjadi anggota PMR yang memiliki kemampuan memberikan pertolongan pertama. Siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler PMR tidak dapat memberikan pertolongan secara cepat dan tepat ketika terjadi kecelakaan. Kejadian kecelakaan tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, bisa terjadi di lingkungan bermain, di rumah bahkan di jalan raya. Tujuan pelaksanaan kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara belum dapat dirasakan oleh semua siswa. Tujuan dikembangkannya kegiatan PMR dalam pandangan Rifai dalam Kompri (233:2015) adalah membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap dan terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan dan medis khususnya untuk teman di sekolah, membentuk mental dan karakter siswa sehingga memiliki kepekaan dan solidaritas sosial yang tinggi, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada sesamanya.
96
Setelah mendapat anggota baru, program kegiatan ekstrakurikuler PMR diantaranya adalah 1) pelatihan PMR, 2) pemilihan pengurus PMR yang baru, 3) orientasi anggota, pelantikan pengurus dan keakraban anggota PMR, 4) apotik hidup, 5) pembuatan seragam, slayer dan bed anggota PMR, 6) aksi donor darah, 7) kunjungan ke PMI, 8) perlombaan PMR dan 9) peringatan hari-hari besar PMI. Aksi donor darah dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2016. Kegiatannya berupa donor darah untuk guru-guru, karyawan, wali murid dan tamu undangan serta pemeriksaan golongan darah bagi semua siswa SD Negeri Bhayangkara. Dalam aksi donor darah ini, anggota PMR dilibatkan langsung dalam kegiatan. Anggota PMR dilatih menjadi panitia penyelenggara kegiatan dengan diberi tanggung jawab agar kegiatan donor dapat berjalan tertib dan lancar. Ada pembagian tugas seperti memanggil pendonor, memberikan kenang-kenangan pada pendonor, serta mengajak semua orang yang ada dalam acara tersebut untuk mendonorkan darahnya. Pada kegiatan ini, anggota PMR membantu tugas PMI dalam mempromosikan gerakan donor darah, salah satu tugas utama PMI adalah pelayanan transfusi darah. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara belum memenuhi syarat untuk melakukan donor darah, akan tetapi anggota PMR memiliki peranan untuk mengampanyekan dan mengajak orang-orang yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan donor darah. Aksi donor darah ini sangat baik untuk menumbuhkan sikap sosial kemanusiaan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifai dalam Kompri (233:2015) bahwa salah satu tujuan pengembangan kegiatan PMR adalah untuk menanamkan nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri
97
peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada sesamanya. Program kegiatan diatas telah mencakup semua inti dari tri bakti PMR. Hal ini sesuai dengan pendapat dalam PMI (1991:59) bahwa anggota PMR diperbantukan dalam tugas-tugas kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya sesuai dengan tingkatannya. Tri bakti PMR yang dilaksanakan oleh PMR SD Negeri Bhayangkara dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterampilan hidup sehat PMR SD Bhayangkara telah melatihkan kebiasaan hidup bersih dan sehat dalam cakupan materi yang dilakukan melalui latihan rutin dan mengelola kegiatan-kegiatan UKS. 2) Berkarya dan berbakti di masyarakat PMR SD Negeri Bhayangkara melakukan kerja bakti, membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di sekolah, aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah serta mengikuti kegiatan perlombaan-perlombaan yang dilaksanakan pada tingkat cabang, daerah dan nasional. 3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional PMR SD Negeri Bhayangkara melakukan kunjungan ke PMI, mengikuti orientasi anggota, pelantikan pengurus dan keakraban anggota, serta mengadakan pertandingan persahabatan futsal dengan unit PMR dari sekolah lainnya.
98
Materi yang diajarkan dalam latihan rutin PMR SD Negeri Bhayangkara dalam silabus kegiatan pembelajaran yang disusun oleh pelatih PMR. Materi tersebut antara lain gerakan, PMR relawan masa depan, remaja sehat peduli sesama, donor darah, pertolongan pertama, siaga bencana, dan pendidikan remaja sebaya. Isi silabus tersebut telah sesuai dengan kurikulum PMR yang dibuat oleh PMI Pusat. Pelaksanaan latihan rutin PMR diadakan setiap hari sabtu siang pada pukul 10.00 WIB. Kondisi siswa pada siang hari biasanya sudah capek, lelah dan susah untuk berkonsentrasi. Pelatih PMR menggunakan berbagai metode dalam pelaksanaan pelatihan. Metode-metode tersebut antara lain ceramah, praktek dan permainan. Hal ini dilakukan oleh pelatih untuk menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelatihan dengan sungguh-sungguh. Metode yang digunakan oleh pelatih sudah sesuai dengan pendapat Juliati Susilo (2008 : 37) Metode yang dapat digunakan dalam pelatihan PMI ialah metode partisipatif. Bentuk-bentuk metode partisipatif tersebut antara lain yaitu: ceramah dan tanya jawab, studi kasus, brainstorming, role playing, outbond, diskusi, praktek, presentasi, penugasan dan simulasi lapangan. Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR menyesuaikan dengan kondisi dan pokok materi pelatihan PMR yang sedang diajarkan. Media yang digunakan untuk pembelajaran teori didalam kelas menggunakan lcd proyektor atau papan tulis, sedangkan untuk kegiatan praktek diluar kelas menggunakan media langsung yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Jenis media yang digunakan sudah sesuai dengan jenis media yang
99
diungkapkan oleh Haryanto (2005: 237). Beberapa jenis media pendidikan yang digunakan dalam proses pendidikan antara lain media grafis, media tiga dimensi, media proyeksi dan pengunaan lingkungan sebagai media pendidikan. Ketepatan penggunaan media yang dipilih oleh pelatih ini juga sejalan dengan
juliati
susilo,dkk (2008: 37) yang menyatakan Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi hasil pelatihan adalah penggunaan media pelatihan yang memadahi. Kemajuan teknologi bukan menjadi ukuran media yang memadahi, tetapi keterampilan dan kreatifitas untuk memilih dan menggunakan media yang tersedia sesuai dengan topik yang disampaikan. 3. Evaluasi program kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara telah menerapkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Evaluasi ada dua macam yaitu evaluasi pelatihan(kognitif) dan evaluasi program kegiatan. Evaluasi pelatihan untuk peserta didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu pelaksanaannya bersamaan dengan ujian semester yang waktunya telah dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk mengetahui keefektifan metode maupun media yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Kompri (2015: 245) evalusi dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang dicapai siswa. Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan pada jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler.
100
Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara sudah dilakukan dan disampaikan kepada pembina atau wali kelas dengan bentuk lisan secara personal dalam waktu pelaksanaan maupun seusai kegiatan. Evaluasi program kegiatan dalam lingkup internal sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar sekolah. Hal ini sejalan dengan Yudha M. Saputra (1998: 151) evaluasi berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, pembina, pelatih, dan anak didik guna mendapatkan informasi seberapa jauh tujuan atau sasaran kegiatan ekstrakurikuler itu telah dicapai. Namun, evaluasi program kegiatan tersebut masih dilakukan secara lisan. Monitoring program kerja dilaksanakan oleh PMI cabang kota Yogyakarta melalui pelatih yang mengampu sekolah PMR, setiap tiga bulan sekali diadakan rapat para pelatih PMR untuk mengevaluasi kegiatan PMR sekolah yang diampu. Kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif bagi siswa maupun sekolah. Dampak positif bagi siswa yaitu; menambah pengetahuan dan pengalaman anak dalam kegiatan kepalangmerahan, menumbuhkan keberanian anak untuk memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, mengubah persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada ambulans yang melintas, menumbuhkan kepedulian sosial anak melalui bakti sosial maupun gotong royong, dan kegiatan PMR sebagai wadah untuk anak memperoleh prestasi. Selanjutnya, dampak positif kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta menambah mitra bagi sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhaimin (2008:
101
75) yang menyatakan kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi sebagai edukatif dan ritual yaitu kegiatan-kegiatan tersebut sangat menunjang proses pembinaan dan pendidikan praktis di sela-sela kehidupan peserta didik, pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik, sosial yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab peserta didik. Ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang pertama adalah pelatih ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada bulan Agustus 2015 mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Pelatih meminta ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau kegiatan di PMI Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin diliburkan atau diisi oleh guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan PMR adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan latihan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR yang berangkat sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program kerja PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor keempat yaitu karakteristik anggota PMR SD Negeri Bhayangkara yang masih dalam usia 10-12 tahun ini tergolong aktif masih membutuhkan arahan yang tepat agar tidak menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR.
102
Faktor penghambat tidak menjadi penghalang utama dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Pihak guru, pelatih dan wali murid secara bahumembahu
mengatasi
masalah
yang
menjadi
penghambat
pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR. Strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah pelatih yang tidak bisa hadir mengisi latihan adalah guru kelas menggantikan tugas pelatih menjadi fasilitator kegiatan latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan lain dari sekolah. Strategi untuk meningkatkan partisipasi anak dalam mengikuti latihan PMR adalah pembina PMR memberikan motivasi pada anak-anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR. Strategi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan
dana
dalam
pelaksanaan
program
kegiatan
PMR
adalah
mengkomunikasikan kegiatan dengan wali murid. Pihak wali murid secara swadaya mengatasi masalah kekurangan anggaran dana dalam pelaksanaan program kerja PMR. Strategi untuk mengatasi anak-anak yang terlalu aktif agar tidak menjadi perusuh dalam latihan PMR adalah melibatkan anak langsung dalam kegiatan dengan memberikan tugas untuk diselesaikan. Kegiatan ekstrakurikuler SD Negeri Bhayangkara memiliki beberapa faktor pendukung sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, wali murid, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi, serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR.
103
C.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian peneliti memiliki keterbatasan untuk melaksanakan penelitian ini secara maksimal. Keterbatasan tersebut yaitu: 1. Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Kepala sekolah, pembina dan pelatih PMR sebagai sumber data primer penelitian. Siswa dimasukkan sebagai sumber data sekunder. 2. Pelaksanaan observasi kegiatan pelatihan PMR tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan peneliti. Hal ini dikarenakan pelatih yang mengisi latihan meminta izin tidak hadir karena ada acara di PMI dan kegiatan ekstrakurikuler diliburkan dua kali pertemuan untuk persiapan UN kelas VI. Hal ini berpengaruh pada jumlah observasi tentang kegiatan latihan rutin PMR yang dilakukan oleh peneliti 3. Wawancara dengan narasumber waktunya terbatas dan situasi sekitar yang kurang mendukung. Beberapa hal pokok tidak dapat diperoleh informasi secara mendalam.
104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja SD Negeri Bhayangkara dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tiga komponen yang peneliti rumuskan dalam bab pertama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Adapun kesimpulan dari ketiga komponen diatas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Rencana program kegiatan ekstrakurikuler PMR disusun oleh pelatih PMR kemudian ditentukan melalui rapat sekolah. Rancangan program
kegiatan
ekstrakurikuler PMR yang disetujui dalam rapat tersebut kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah. 2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR merupakan ekstrakurikuler pilihan untuk siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara, sehingga hanya sebagian siswa yang memiliki kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama. Program kegiatan ekstraurikuler PMR tahun pelajaran 2015-2016 dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan internal dan eksternal sekolah. kegiatan internal sekolah diantaranya: pendaftaran anggota baru, pemilihan pengurus PMR, pelatihan PMR, apotek hidup, pembuatan seragam, slayer, dan bed anggota PMR. Sedangkan kegiatan eksternal sekolahnya yaitu: orientasi anggota, pelantikan pengurus, dan keakraban anggota
105
PMR, aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah, kunjungan ke PMI, perlombaan PMR, peringatan hari-hari besar PMI, dan pertandingan futsal persahabatan antar PMR mula dari SD lainnya. 3. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dalam lingkup internal sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar dan dibahas secara lisan belum dilakukan secara tertulis. Evaluasi pelatihan PMR dilakukan dengan ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang jadwalnya dilaksanakan bersamaan dengan ujian pembelajaran kurikuler. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki berbagai kendala. Faktor kendala tersebut adalah pelatih PMR memiliki kesibukan lain di PMI Kota yogyakarta, partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan masih kurang, anggaran dari sekolah belum mencukupi kebutuhan program kegiatan PMR, dan karakteristik anggota PMR dalam usia 10-12 tahun tergolong aktif yang dapat menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR. Faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, maupun wali murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi. Serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara yogyakarta tahun 2016, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
106
1. Sekolah a. Ekstrakurikuler PMR dapat diikuti oleh semua siswa tidak hanya sebagai ekstrakurikuler pilihan. Ekstrakurikuler PMR memiliki peranan untuk menumbuhkan sikap sosial, kerja sama dan tanggung jawab siswa terhadap teman sebaya maupun keadaan masyarakat sekitar. b. Anggaran biaya ekstrakurikuler dapat tercukupi melalui anggaran sekolah sehingga tidak memberatkan pihak orang tua siswa. c. Sekolah membentuk tim medis sekolah dari anggota PMR yang dapat ditugaskan untuk menjadi tim medis dalam upacara bendera, kegiatan perkemahan, maupun pemeriksaan jentik-jentik nyamuk di lingkungan sekolah dengan pengawasan dan bimbingan dari wali kelas, guru penjas, pelatih dan pembina PMR. 2. Pelatih PMR a. Penyusunan rencana program kegiatan sebaiknya dibahas bersama wali kelas dan pembina PMR agar program yang akan dilaksanakan oleh siswa lebih inovatif dan pembina serta wali kelas memiliki tanggung jawab penuh membimbing siswa melaksanakan program. b. Pelatih PMR melakukan komunikasi dengan pelatih lain untuk mengisi jadwal kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara jika memiliki acara yang tidak dapat ditinggalkan . c. Evaluasi dibuat secara tertulis, sehingga pihak guru, pelatih, dan sekolah
dasar
lain
yang
107
ingin
mengetahui
pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR dapat memperoleh gambaran faktor kendala maupun faktor pendukung sehingga pelaksanaan kegiatan pada waktu yang akan datang dapat berjalan secara maksimal. 3. siswa Anggota PMR selalu rutin dan aktif untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Kegiatan ekstrakurikuler PMR merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan bakat, potensi, prestasi dan kepedulian terhadap sesama manusia sehingga dapat menjadi pribadi yang berkarakter mulia.
108
DAFTAR PUSTAKA Adi, B.S. 2012. “Pemahaman Guru Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”.Didaktika, Vol 3, No 1 Akbar, H., Usman & Setiady, P. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta. Bafadal, I. (2003), Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari Sentralisasi menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud. (2003) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Depdikbud. (1996). Petunjuk Pelaksanaan Palang Merah Remaja. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hernawan, A.H. dkk. (2008). Pengembangan Kurikiulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Hidayat, R. 22 Februari 2015. Mengenal Mainan Tradisional di Kampung Dolanan. Sindonews. Diakses tanggal 12 juni 2015 retrieved from Http://daerah.sindonews.com/read/967395/151/mengenal-mainantradisional-di-kampung-dolanan-1424580420 Kemendikbud. (2013). Permendikbud No.81A, tentang Implementasi Kurikulum Kompri. (2015). Manajamen Pendidikan: Komponen-Komponen Elementer Kemajuan Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Muhaimin, dkk. (2008). Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT RajaGrafin. Munandar, H. (2008). Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) dan Badan Sar Nasional (Basarnas). Jakarta: Erlangga Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. ........................ (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. PMI. (1991). Materi Pendidikan PMR Madya. Jakarta: Markas Besar PMI.
109
PMI. (2007, Oktober- Desember). PMR & Relawan: PMR Saat ini, Tak kenal Maka Tak Sayang. Suara PMI. No. 12. Halaman 10 PMI Provinsi Jawa Timur. (2012). Profil PMI Provinsi Jawa Timur Berbakti Lebih Cepat. Surabaya: Markas Provinsi PMI Jawa Timur Raharjo, R. (2012). Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum Pustaka. Sapta, S.A. (2009). Kenali PMI. Jakarta: Palang merah Indonesia Pusat. Saputra, Y.M. (1998). Pengembangan Kegiatan Ko- dan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soedjarwo, H. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumantri, M. & Sukmadinata, N. S. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Susilo, J. dkk. (2008). Manajemen Palang Merah Remaja. Jakarta: Kantor Pusat Palang Merah Indonesia. Susilo, J. dkk. (2008). Kenali PMI. Jakarta: Kantor Pusat Palang Merah Indonesia. Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling: Pendekatan Praktis untuk peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkrip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data. Jakarta: Rajawali Pers. Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
110
Lampiran 1. Surat ijin observasi
111
Lampiran 2. Surat ijin penelitian
112
Lampiran 3. Surat ijin dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta
113
Lampiran 4. Instrumen Wawancara Pembina Ekstrakurikuler PMR Nama
:
Usia
:
Jabatan
:
4. Sejak kapan
diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri
Bhayangkara? 5. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara ? 6. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara? 7. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 8. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 9. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR? 10. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 11. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 12. Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR? 13. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar? 14. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR? 15. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program untuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara? 16. Bagaimana dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi sekolah? 17. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 18. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? 19. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 20. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan?
114
Lampiran 5. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah SD Negeri Bhayangkara
Nama
:
Usia
:
Jabatan
:
1.
Sejak kapan
diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri
Bhayangkara? 2.
Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara ?
3.
Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?
4.
Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?
5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 6.
Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?
7.
Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?
8.
Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?
9.
Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?
10. Apakah ada dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi siswa maupun bagi sekolah? 11. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 12. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? 13. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 14. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan?
115
Lampiran 6. Instrumen Wawancara Pelatih Ekstrakurikuler PMR
Nama
:
Usia
:
Jabatan
:
1. Sejak kapan
diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri
Bhayangkara? 2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara ? 3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara? 4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR? 7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 8.
Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?
9.
Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR?
10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar? 11. Apa saja media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR? 12. Bagaimana
bentuk
monitoring
dan
evaluasi
pembelajaran
program
ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? 13. Adakah dampak positif yang dialami oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan PMR? 14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? 16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? 17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan?
116
Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi Variabel
Aspek
Pelaksanaan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Perencanaan program ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara
117
Indikator a. Foto-foto rapat perencanaan kegiatan ekstrakurikuler b. Notulen rapat c. Surat-surat a. Foto-foto pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR b. Silabus dan perangkat pembelajaran c. Presensi kehadiran peserta didik a. Buku penilaian hasil belajar peserta didik
Lampiran 8. Lembar Observasi Hari/tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
Pengamatan ke
:
No. 1.
Aspek yang Diamati Waktu Pelaksanaan
2.
Materi Kegiatan
3.
Sumber Belajar
4.
Media Belajar
5.
Strategi Belajar
6.
Sarana dan Prasarana
Hasil Pengamatan
118
Lampiran 9. Surat Keputusan PMI Kota Yogyakarta
119
120
121
Lampiran 10. Struktur Organisasi PMR
122
123
Lampiran 11. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara
124
125
Lampiran 12. Program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara
126
127
128
Lampiran 13. Foto kegiatan PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Orientasi pengurus, pengukuhan pengurus dan keakraban anggota PMR
Latihan rutin PMR SD Negeri Bhayangkara
Aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah tahun 2014
129
Lomba dalam JUMBARA PMR Tahun 2014 PMI Kota Yogyakarta
Pertandingan futsal antar PMR
130
Lampiran 14. Silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara tahun 2015/2016
131
132
133
134
Lampiran 15. Lembar pelaksanaan harian ekstrakurikuler PMR
135
136
137
138
Lampiran 16. Catatan Wawancara Kepala Sekolah SD Negeri Bhayangkara
Nama
: Rina
Jabatan
: guru kelas V.B
1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Kegiatan PMR disini ada sejak 2013, 2012 apa 2011. Kalau begitu ada bukti resmi berdirinya PMR misalnya SK? Ada.kita kalu ininya baru 2013, neg enggak salah itu waktu itu kita, Kalau pramuka itu ada gugus depan, kalau PMR itu unit, nomor unit di PMI baru diserahkan tahun 2013. 2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? ada, strukturnya pun ada. Filenya ada di laptop, saya saya enggak hafal. 3.
Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara? Ada Tentunya. Untuk tujuan kegiatan PMR saya rasa sudah sesuai dengan visi dan misi SD Bhayangkara. Kalau kita lihat di visi dan misi sekolah itu ada butir ini: menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan ini masuk, terus di tujuan sekolah di nomor satu meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan masuk, terus ini terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai semangat nilai-nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat ini masuk. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman ini juga iya. Pendidikan Lingkungan Hidup juga iya. Itu tadi kan sudah sejalan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah sama tujuan PMRnya.
4.
Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Semua. Yang telibat utama pembina, kalau kegiatan ini yang terlibat pihak sekolah terutama guru-guru, kepala sekolah yang memberikan keputusan, terus keuangan ketika mau mengeluarkan dana tetap ada koordinasi, ini bisanya
139
hanya segini jatahnya bagaimana caranya harus cukup. Inikan istilah semua pihak terlibat, ada dari guru, kepala sekolah, keuangan. Kalau guru kelas kaitannya komunikasi dengan jadwal mengajar. 5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Kegiatannya setiap hari sabtu jam 09.30 sampai 10.30 Perencanaan kegiatan PMR ada atau tidak? ada, itu mas dedi bagus sekali, kan yang merencanakan, daftar kegiatan, program kegiatan yang praktik yang membuat mas Dedi, itu ada. Berarti yang membuat perencanaan itu mas Dedi sendiri atau sekolah juga ikut? Tetap sekolah juga iya kan disitu kepala sekolah menyetujui. Dari program yang diajukan nanti yang masuk mana yang tidak masuk tidak serta merta semuanya diterima tapi tetap dirapatkan tho, program yang cocok. Terus selain itu, kita kan juga perlu anggaran, nah itu juga disesuaikan dengan anggaran sekolah. Itu biasanya kita yang sifatnya kembali ke anak itu direncanakan karena anggaran dari sekolah itu terbatas kan sekian persen masih dibagi-bagi untuk sekian ekstra disini banyak sekali ekstranya. Kalau dari pihak PMI sendiri bagaimana bu? Kalau nganu langsung ke sekolah. Maunya dana yang dikucurkan sana ke sekolah? itu sepertinya tidak ada. hanya ketika ada agenda misalnya seperti pak D itu kan pembina PMI tho pelatih PMR. itu kan dibawah naungan PMI tho, nah itu mungkin kerjasamanya itu. Terus kemudian ini, kayak donor darah itu kan fasilitas untuk pendonor, kursi, selebaran itu dari PMI nanti kita menyediakan tempat sudah itu saja sama perlengkapannya itu kita. Jadi kita dengan sana ya insidental lah. Tidak setiap bulan dikucuri dana. 6.
Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR? Untuk 2016 ini salah satunya donor darah, terus kemarin pelantikan bersama, untuk semua kegiatan dibuat pada awal tahun pelajaran perjuli sampai juli. Larut setiap sabtu, donor darah, UTS juga ada. Kalau yang program langsung tanya saja ke Pak Dedi, itu komplit kog ada perencanaan, pelaksanaan sama evaluasinya juga. Karena kita kan sudah sesuai bidang masing-masing. Terus
140
besok ada donor darah sam cek golongan darah. Ada mewarnai terkait bencana, Siaga Bencana. Kunjungan PMI kurang tahu biasanya ada program kunjungan PMI. Kemarin juga anak-anak mengumpulkan surat untuk PMI, ditujukan ke Ketua PMI. Kemarin anak-anak mengumpulkannya di saya. Harapannya nanti pas kunjungan itu dibawa kemudian dihaturke gitu . Berarti kan ada program kunjungan hanya belum. 7.
Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Ada mitela, P3K, dragbar, terus nganu alat permainan siaga bencana. Itu ada sudah ada terus itu kan tidak setiap hari dipakai jadi kita simpen di gudang. Kemarin dapat bantuan dari PMI Daerah media pembelajaran penularan penyakit-penyakit itu lho secara umum ya PHBS lah, semacam buklet itu dapat dua.
8.
Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Dari sekolah berapa sekolah, berapa persennya saya kurang tahu. Karena dibagi-bagi untuk bermacam-macam ekstrakurikuler. Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak, biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Nah ini nganu kog mas D kreatif, jadi tidak hanya ceramah, praktek, kadang permainan, multimethods
9.
Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini bagaimana hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi tidak khusus PMR saja, tapi semua kegiatan.
141
10. Apakah ada dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi siswa maupun bagi sekolah? Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan mitra juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah akreditasi sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota maupun provinsi bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan Bhayangkara (SD) kalau tidak maret/april, kurang tahu bentuknya seperti apa karena masih wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah harus ketemu langsung dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa bagaimana kontribusinya buat sekolah?. 11. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah, sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi latihan. Mas dedi langsung nelpon, tapi untungnya anak-anak pas sabtu kemaren dari pagi ada sosialisasi sarapan sehat sama silat menghendaki latihan persiapan pentas seni jadi menghendaki anak-anak yang lain untuk menonton. Jadi kemaren gak ada jadwal kegiatan PMR. Dan kemaren memang tidak saya isi karena jadwal saya full dan di jam PMR itu ada dua pilihan ekstrakurikuler jadi anak memilih salah satu. Yang sudah memilih PMR enggak ikut English Club, yang memilih English Club enggak ikut PMR. 12. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? Biasanya kalau pak Dedi tidak datang dan bu Ani tidak bisa saya sebagai guru kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang PMRnya, sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan pengetahuannya, nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan. 13. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan ada memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan ke orang tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket silahkan memilih orang tua disitu tanda tangan.
142
14. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan? monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya kalau diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya itu mungkin sarannya.
143
Lampiran 17. Catatan Wawancara Pembina Ekstrakurikuler PMR Nama
:N
Jabatan
: Guru Olahraga dan Pembina PMR
1.
Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Kan saya masuk di sekolah ini tahun 2012, adanya PMR saya tanya yang lebih senior dari Juli tahun ajaran 2010/2011 dulu pembinanya bu Y sama pak D,kebetulan bu Y sudah berkeluarga terus gantian jadi pak D.
2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara ? Tetap ada, dari administrasi sudah ada, dari struktur organisasi terus terang yang membuat pak D sendiri. jadi saya sendiri istilahnya jadi pembina PMR sebagai guru yang ditunjuk, yang mengetahui saja. Dulu saya aslinya juga buta sekali tentang PMR tetapi juga ikut belajar dari anak-anak kalau kegiatannya seperti ini. 3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara? Pembelajaran cara berorganisasi, kemudian bersosial, kemudian mengerti model-model seperti itu, menambah pengalaman di materi kan ada pertolongan pertama. 4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Disini semua. siswa kan disuruh memilih, kegiatan dihari sabtu kebetulan ada Takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang disukainya. Kemudian nanti untuk guru itu pelatih itu kan sudah ada izin dari kepala sekolah, guru juga sudah mengizinkan kemudian ada beberapa guru yang ditunjuk. Kalau peserta ekstra Cuma siswa yang memilih ekstra disitu. Pihak-pihak lain seperti dari Dinas dan PMI juga termasuk? Iya dari PMI jelas, kita kan juga harus ada izin dari PMI, istilahnya koordinasi jelas harus ada. 5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?
144
Iya, ekstranya setiap hari sabtu thok, hari sabtu thok pagi. Kemarin hari sabtu saya mau observasi kegiatan PMRnya tapi kebetulan pak D ada acara. Iya soalnya dia itu pak D sekarang baru mulai bulan apa ya, agustus atau apa ya, istilahnya itu dijadikan tenaga di PMI pengurus disana. Tapi kan kemarin saya juga takut: pak D kalau misalkan panjenengan mau di PMI saya juga dicarikan ganti guru PMR, jangan sampai PMRnya hilang soalnya saya pengen tetap PMRnya ada. Anu Bu, saya tetap ada disini, tetap masih ikut membawahi di PMR soalnya saya memang pas kebetulan saya tugasnya juga membawahi dari kegiatan PMR. O yowes neg njenengan ra metu aku wes ayem. Terus terang banget saya senang dengan kinerja beliau. Biasanya kalau sedang melatih itu pak D dibantu dengan siapa? Kalau pak D biasanya dibantu sama mbak A, mbak A itu dari KSR UIN, biasanya sama mbak A. Kalau guru biasanya saya sama bu R Cuma kalo ada apa-apa mendampingi. Kemarin kata bu Rina ada pembinaan untuk pembina PMR? Oiya kebetulan kemarin itu barusan ada kemarin rekane itu sama Bu U, guru olahraga yang satu. Itu bu U yang kemarin diaturi rawuh didawuhi rawuh sama Bu kepala sekolah Bu U suruh ikut kepelatihan pembina PMR itu. Akhirnya beliau yang rawuh kesana tapi kebetulan Bu U baru cuti karena sakit. Pelatihannya kemarin tentang apa itu Bu? Kalau pelatihan Cuma ini mas, ketoke pertolongan pertama dan sebagainya model begitu terus pengenalan PMR kan kita belum tahu sek masuk PMR Mula, Wira dan sebagainya itu kan kita juga belum banyak yang tahu tho. Ketoke pengetahuan-pengetahuan tentang PMR aja. 6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR? Tahun pelajaran ini, kebetulan kan kita mau Open House kita mengadakan Aksi Donor Darah disini. Tanggal 19 besok pelaksanaannya, hari sabtu. Open housenya kan hari sabtu minggu, aksi donor darahnya hari sabtu besok. Insya Allah kalau mas nya bisa datang kesini, sekalian syukur kalo memenuhi syarat dan bisa donor, ya ayo kita bareng-bareng hehe. Selain aksi donor darah, ada apa lagi Bu kegiatannya?
145
Kita ini mas, misalnya kemarin ada pentas nyanyi yang diundang oleh bapak Gubernur di kantor bapak Gubernur juga sudah. Pelaksanaannya sudah bulan kemarin tanggal berapa ya saya lupa. Pokoknya pas ada peringatan apa ya berhubungan dengan PMR juga kali ya. Sering kog mas kita diundang setiap ada kegiatan di Gubernuran yang nyanyi itu PMR dari SD Bhayangkara itu pasti diundang. Kemudian JUMDA JUMBARA di Kaliurang itu juga sudah. Kemudian yang terakhir itu di Babarsari ikut pelantikan bersama. Kalau nyanyi di Gubernur itu barusan bulan kemarin. Jadi yang jadi koor pelaksanaan itu anak-anak khusus dari PMR dari sini, anak-anak anggota PMR kita diundang untuk kesana nyanyi kemudian diiringi sama pak S. Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S. Terus nanti ada Bu kepala sekolah juga rawuh kesana terus dari TU ada perwakilan berapa, yang ngantar kesana kan ada guru kelasnya. Anak-anak kan yang PMR kelas 5 guru kelasnya kalau enggak ngikut kan juga enggak enak ya. Nah kebetulan banget kalau disini enggak repot masalah transport mas, jadi misalnya ada masalah open seperti itu orang tua itu kalau udah dikasih tahu sama sekolah otomatis beliau “buk nggak usah ngene langsung diantar ditunggu mas. Biasanya kayak gitu kalau kebetulan kegiatannya kayak gitu. Semuanya mendukung, kebetulan wali siswa mungkin juga seneng ya, anak-anaknya ikut dikegiatan tersebut. Soalnya juga kan kegiatan ekstra PMR masih jarang. 7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Kalau disekolah itu ada mitela, P3K lengkap semua, terus nanti kalau ada kegiatan diluar kalau yang pribadi biasanya anak-anak bawa jadi dari sekolah Cuma memfasilitasi. 8.
Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Kalau sumber dananya dari BOS itu ada, tapi hanya seperberapa gitu karena dibagi-bagi untuk keperluan sekolah lainnya. Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir.
146
Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat mendukung. Kalau kegiatan di luar walinya siswa juga mendukung, biasanya malah yang heboh sing tuo. Daripada itu anak disuruh “pokoke mengko melu materinya pak D aja”. Disuruhnya pak Dedi apa nanti kamu enggak usah ngurusi misalnya konsumsi. Nanti akhirnya kan orang tua. Jadi orang tua yang mengurusi. Dari orang tua sendiri sangat-sangat mendukung. Jadi dana dari bos biasanya untuk beli fasilitas kita yang disini. Karena yang utama kayak itu harus ada laporannya juga. 9.
Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR? Kalau materi-materi itu yang jelas cara belajar berorganisasi jelas ada, terus tentang kesehatan, pertolongan pertama, terus melatih anak untuk mandiri, berani.
10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar? Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh dilapangan kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas tapi biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil kita ini sekalian dipraktikkan di lapangan. 11. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR? 12. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program untuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara? Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya kan programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu semester pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan misalnya Jumda jumbara itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma kurangnya apa. Bu kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. model-model seperti itu. 13. Bagaimana dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi sekolah? Yang jelas, nek misale ada ini... apa., kalo dulu misale anak-anak pada takut mobil ambulance itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu kan pada takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu. Baik dari kelas
147
1 pun sudah tahu karena kita sering kedatangan itu tho, jadi mereka-mereka istilahnya sudah enggak takut lagi. Terus biasanya anak-anak yang ikut PMR itu mesti ketok mas, jadi nek misale ada kejadian sekolah misalnya ada temannya yang sakit atau misalnya ada kecelakaan pas olah raga mesti biasanya buk saya yang harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak ambilkan. Walaupun harus tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, jadi memang tapi yo yowes karo..., memang latihannya pada... manfaatnya juga seperti itu bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Neg bocah yo mung ngono-ngono kui waelah. Seng jelas nek saya senengnya banyak positifnya yang jelas itu, jadi manfaat bagi anak-anak itu banyak positifnya, terus terang saya sendiri juga apa ya.. dulu dari enggak tahu menjadi oww PMR tu kayak gini. Karena di sekolah saya dulu belum pernah belum ada di Lempuyangan. Nah tahu-tahu kog disini ada PMR. Lho PMR ki piye tho? Terus takon Cuma pengen ngerti pembinane yang mana, Cuma model gitu-gitu. Terus kemarin ini kita dapat ha kebetulan sini pernah mas di Gorontalo, PMR yang 2011 itu sebelum saya datang kesini. Itu barusan tim PMR SD Bhayangkara acara baksos atau apa. Sini juga sering misal misale baksos, kerja bakti di RT/RW, yang kebersihan lingkungan kemarin itu anak-anak PMR juga ada kegiatan itu.kalau yang baksos itu kita hanya ngumpulin barang yang pantas pakai. Ha kemaren itu pas dibawa ke.. nengdi yo pak D kae jenenge, pokoke sudah pernah dibawa keluar untuk baksos sama pak D. 14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5 tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat. Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR.
148
Yo kuwi mas, neg kene ki mung kuwi misale kadang absene cah 30 ora terpenuhi cah 30 modelnya kayak gitu yo sing mbuh karena absene sakit bener atau mungkin ada apa atau karena apa atau anak kan kadang juga gini. Ada anak yang milih, milih tu yang pas bareng. Kemaren terus tak suruh milih, kamu mau pencak silat atau PMR, kalau di pencak silat yo silahkan di pencak silat, kalau di PMR yo silahkan di PMR. Bu tapi aku pengen dua-duanya. Latihan bareng raiso mas, kalo yang tidak latihan bareng wae miliho telu oleh sing penting jam e rapopo. Itu modelnya kayak gitu, terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan hanya ada satu juta berapa. Pak soalnya ini kalau panjenengan ambil kalau nanti kegiatan keluar sudah habis, njud ming nggo gawe pengalaman berarti besok. Karena kecenthoknya baru sekarang di anggaran yang sekarang. Kalau merubah anggaran di tengah kan nggak mungkin ya mas, nanti untuk pengalaman aja besok dari bendahara jadi tambah istilahnya gitu. 15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? Sudah dibahas di penjelasan yang sebelumnya. Terus saya tanggapi, buat anakanak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR. 16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa, istilahnya juga sangat mendukung. Nah anak-anak belum semua ini belum semua pengen aku masuk ke PMR ya karena di jadwal kegiatannya bareng dengan kegiatan olahraga kan biasanya anak-anak terus yo seng pencak silat pengen pencak silat jadi belum istilahnya belum maksimal.
149
17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan? Kalau saya yo pengenne semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian pas kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak usah melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak kayak gitu jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Kalau intensitas latihan enggak usah nambah waktu, soalnya sudah dibagi-bagi. Karo seng jelas bocah pengen anggotanya tambah lah. Tapi sayang mas kalau disini tu kan kegiatan ekstranya baru dimulai kelas empat lima, jadi hanya dari kelas empat lima, tidak dari kelas bawah baik itu dari olahraga seni maupun PMR. Kalau pramuka bisa dari kelas satu, yang bisa dari kelas dua itu baru pramuka, TPA, tari, ya itu model kayak gitu-gitu. Modelnya itu kalau dari PMR kebetulan belum. Kepengennya anggotanya tambah kemudian faktor pendukungnya juga tambah. Terutama dalam pendanaan yang jelas sing marai anu. Yo Cuma untungnya satu kita punya wali kadang kalau, yo udah Bu kalau itu nggak usah dari sekolah enggak apa-apa dari kita aja, tapi sok kadang kita sok pekewuh juga. Tapi yo gimana lagi yoweslah, untuk anak kembali ke anak juga.
150
Lampiran 18. Catatan Wawancara Pelatih Ekstrakurikuler PMR
1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? PMR di Bhayangkara sudah ada sejak 2009. 2009 itu sudah ikut JUMDA (Jumbara Daerah) yang kebetulan kota tuan rumah, dari sana cikal bakal PMR SD Bhayangkara, kemudian 2010 ikut jumbara cabang, prosesnya kemarin juga sedikit lama karena anak-anak juga belum terlalu tertarik belum aktif di PMR, kemudian 2013 baru keluar SKnya. 2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara ? Struktur organisasi PMR ada, di UKS letaknya. PMR bagian dari UKS. Udah ada pembagian tugas untuk anak-anaknya. 3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara? Tujuan PMR secara umum dimana-mana itu sama, untuk pembentukan karakter anak. Saya sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara sama mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu? Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyukontinyu terus pembentukan. Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk melatih anak-anak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita berharap UKS ini bisa dihandle oleh teman-teman anak-anak PMR. 4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Yang terlibat pasti semua. Cuma yang bertanggung jawab penuh itu pembina PMR yang saat ini adalah guru bagian olahraga. Karena guru yang membidangi olahraga itu secara tidak langsung itu dia mengampu UKS. Jadi guru olahraga itu bertanggung jawab penuh terhadap UKS. PMR karena banyak menangani tentang kesehatan juga, pembinanya jadi dari guru olahraga. wali kelasnya juga sangat mendukung, kalau ada kegiatan-kegiatan PMR juga mau turun tangan. Orang tua siswa juga aktif banget, banyak itu foto-foto kegiatan termasuk
151
kemarin kita mengadakan pelantikan di Bonbin, tahun kemarin 2015 kita mengadakan donor darah yang pertama tempatnya di UIN kan setelah selesai kan kita dapat voucher masuk gratis Bonbin itu orang tua mendukung sekali. Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang. Malahan kalau anaknya enggak ikut, “kog ada kegiatan PMR anak kami kog enggak dilibatkan, kog anak kami enggak diajak?”. 5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Setiap hari sabtu, sabtu jam 10. Kenapa kita ngambil hari sabtu? Karena hari sabtu, pertama jam pulang anak-anak cepat, kedua karena hari akhir. hari akhir minggu ya, jadi kegiatan lebih enjoy di lapangan. 6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR? Kegiatannya, yang pertama kemarin ada gabungan pelantikan dan pengukuhan itu tanggal 20 Desember kemarin. Terus aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah kemarin tanggal 19 Maret 2016. Terus latihan-latihan yang sifatnya kontinyu di sekolahan. Karena kita kan juga menyesuaikan dengan kondisi anak-anak, kan bisa aja kita bikin program besar terkadang kasihan anak-anak juga banyak kegiatan. Enggak itu aja, mereka futsal. Futsal itu rutin tiap tahun setelah yang kelas enam. Yang kelas enam kan masih aktif di PMR jadi setelah ujian mereka mengadakan futsal. Mereka ada tanding dengan PMR mana. Kalau kemarin pertama rutin dengan sesama mereka yang terakhir dengan SD Demangan. Terus yang kemarin paduan suaranya, paduan suaranya kemarin di Kepatihan dalam rangka pemberian penghargaan donor darah yang mengadakan PMI Daerah. Paduan suaranya diserahkan ke PMR SD Bhayangkara. Ini tahun kedua mereka mengikuti di Kepatihan. Itu tanggal 14 januari kemarin. Terus tanggal 16 Februari kemarin di walikota untuk menyuport PMI Kota Yogyakarta. 7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?
152
Sarana prasarana ada udah mencukupi. Yang namanya mencukupi disini bisa dipergunakan, kalau mau menuruti juga belum cukup. Tapi ya selama ini udah cukup untuk latihan mereka baik itu untuk teori maupun praktek. Memang banyaklah yang kurang setiap tahun juga mengadakan pengadaan-pengadaan cuman kan setiap tahun banyak yang hilang, barang-barang banyak yang dipakai. Sarana-prasarana itu bentuknya, ruang UKS itu yang pasti. Ruang UKS bisa dibilang anak-anak PMR yang mengelola. Terus lapangan juga seperti itu kondisinya. 8.
Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Kalau dengan pendanaan tidak ada masalah. Karena setiap tahun memang kita punya program kita ajukan ke sekolah, program dianggarkan dari RAB. Ada RABnya, RAB dari sekolah sudah teralokasi untuk ekstrakurikuler. Cuma RAB dari setiap sekolah kan beda-beda. Enggak terlalu banyak Cuma 1-2 jutaan. Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah terus orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung.
9.
Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR? Materi sama metode tidak jauh beda dengan yang lain sesuai dengan kurikulum PMR. Materi kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak karena sasaran kita adalah anak-anak itu bisa mengamankan diri mereka sendiri, bisa meningkatkan kesehatan diri mereka sendiri, baru nanti lainnya. Jadi materi kita menyesuaikan dengan anak-anak. Lompat-lompat.
10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar? Metodenya sama dengan pembelajaran lainnya. Jadi ada teori terus praktek, selain teori dan praktek bukan hanya didalam ruangan dilapangan juga. Nanti membuat anak-anak tertarik. 11. Apa saja media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR? Media pembelajaran ya, kalau media sendiri ada media lapangan ada media kelas. Media kelas itu untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau untuk lapangan misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi kemarin SD Bhayangkara kemain sempet jadi SD siaga bencana itu dapat
153
bantuan media ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter. Kalau enggak salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark. 12. Bagaimana
bentuk
monitoring
dan
evaluasi
pembelajaran
program
ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? Monitoring ada setahun dua kali, evaluasi juga ada setahun dua kali. Monitoring dalam arti kegiatan kalau evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai di raport itu jelas nilainya berapa di raport. Nilainya menggunakan sistem huruf kalau untuk ekstrakurikuler. Memang ada ujian mereka, soalnya juga dibuatkan dan ujiannya dilakukan serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at atau sabtunya khusus untuk jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama PMR biasanya. Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana anak-anak menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa. Monitoring itu kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu perbulan, tapi hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa kendalanya apa, aksi Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil monitoring donor darah tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat, mereka jalan, bagus, dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan. Kalau dari PMI monitoringnya bagaimana? Monitoringnya melalui pelatih, jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul pelatih PMR se-Kota Yogyakarta terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota Yogyakarta. Itu untuk memonitoring kegiatan PMR sekolah masing-masing. 13. Adakah dampak positif yang dialami oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan PMR? Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif, karena positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan sendirilah, mereka bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan dan mana yang tidak bisa. Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan kerjakan mereka sendiri. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan ya apa boleh buat. Contohnya kemarin mereka mengadakan bersih-bersih sekolah, mereka mengerjakan sendiri, piket, piket UKS mereka udah bisa, kita Cuma mengontrol. Memang beda ya sistem untuk
154
Mula, Madya dan Wira. Mula masih perlu banyak bimbingan, didampingi dan diarahkan. 14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma kalau di SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan penghambat. Karena anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif, aktif ini dalam artian kalau tidak bisa kita arahkan dengan kegiatan-kegiatan, mereka akan jadi perusakperusak. Kalau enggak bisa diarahkan ya mau enggak mau nanti jadi rusuh atau jadi pengganggu temen-temennya. 15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi kita panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa samapi sana. Dengan anakanaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan, aku dipercayai aku dikasih ini dikasih itu. 16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan guru, dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua. Komite sekolah sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan yang melibatkan anakanaknya. Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak ada masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat mendukung, kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka juga bisa apa ya, mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia ikut kegiatan silat. Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut PMR malamnya silat besok dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada pengukuhan. Pengukuhan butuh waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia tetep dateng walaupun disana dia mewek nangis mau istirahat. Yaudah kita suruh tidur, selesai tidur seger terus ikut lagi.
155
17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan? Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita berharap dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi pada umumnya lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu seperti apa, yang berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benar-benar dilibatkan bukan hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materi-materi terus jadikan juga objek dan subjeknya kegiatan. Kemarin forpis kota mengadakan baksos di titik nol tanggal 3 kemarin, bagi-bagi 500 bungkus nasi. Tanpa diminta mereka datang sendiri, mereka butuh wadah ini, butuh wadah dan fasilitas untuk mengembangkan mereka, mengajak mereka, merangkul mereka. Jadi bukan hanya mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program yang melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid. Jadi misalkan perkemahan, perkemahan anak-anak nanti dilibatkan, mereka dijadikan tim medis. Jadi mereka yang menangani, Cuma bukan hanya dilibatkan tanpa pengawasan, disanalah peranan pelatih dan pembina. Apakah bisa mendampingi mereka. Kalau mereka ada keluhan mereka enggak mampu menangani baru kita. Dengan melibatkan langsung anak-anak dikegiatan PMR di kegiatan seperti itu maka mereka akan merasa, “oh aku bangga jadi anak PMR”. Contoh lagi, mereka ada apel pagi apel hari senin ya upacara hari senin, mereka jadikan tim medis itu sebuah kebanggaan buat mereka karena dari teman-teman mereka enggak ada yang bisa jadi tim medis sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya lebih banyak libatkan langsung mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket UKS bikin pemeriksaan jentik-jentik nyamuk atau pengawas lingkungan sekolah.
156
Lampiran 19. Analisis data ANALISIS DATA (Reduksi, display dan kesimpulan hasil wawancara) 1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? R : Kegiatan PMR disini ada sejak 2013, 2012 apa 2011. Kalau begitu ada bukti resmi berdirinya PMR misalnya SK? Ada. kita kalau ininya baru 2013, neg enggak salah itu waktu itu kita, Kalau pramuka itu ada gugus depan, kalau PMR itu unit, nomor unit di PMI baru diserahkan tahun 2013. N : Kan saya masuk di sekolah ini tahun 2012, adanya PMR saya tanya yang lebih senior dari Juli tahun ajaran 2010/2011 dulu pembinanya bu Y sama pak D,kebetulan bu Y sudah berkeluarga terus gantian jadi pak D. D : PMR di Bhayangkara sudah ada sejak 2009. 2009 itu sudah ikut JUMDA (Jumbara Daerah) yang kebetulan kota tuan rumah, dari sana cikal bakal PMR SD Bhayangkara, kemudian 2010 ikut jumbara cabang, prosesnya kemarin juga sedikit lama karena anak-anak juga belum terlalu tertarik belum aktif di PMR, kemudian 2013 baru keluar SKnya. Saya sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara sama mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu? Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyu-kontinyu terus pembentukan. Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk melatih anak-anak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita berharap UKS ini bisa dihandle oleh teman-teman anak-anak PMR. Kesimpulan : Kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dimulai pada tahun 2009 dengan mewakili kota Yogyakarta dalam kegiatan Jumbara Daerah PMR DIY tahun 2009, setelah itu diikuti dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Pada awal kegiatan yang diikuti, SD Negeri Bhayangkara belum memiliki Surat Keputusan (SK) dari PMI Kota Yogyakarta. Kemudian
157
perintis kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara mengharapkan kegiatan PMR dilaksanakan secara berkelanjutan dan barulah pada tahun 2013 kemudian Surat Keputusan keluar. SK tersebut menjadi bukti otentik bahwa kegiatan PMR di SD tersebut telah berjalan dengan baik. 2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara ? R : ada, strukturnya pun ada. Filenya ada di laptop, saya saya enggak hafal. N : Tetap ada, dari administrasi sudah ada, dari struktur organisasi terus terang yang membuat pak D sendiri. jadi saya sendiri istilahnya jadi pembina PMR sebagai guru yang ditunjuk, yang mengetahui saja. Dulu saya aslinya juga buta sekali tentang PMR tetapi juga ikut belajar dari anak-anak kalau kegiatannya seperti ini. D : Struktur organisasi PMR ada, di UKS letaknya. PMR bagian dari UKS. Udah ada pembagian tugas untuk anak-anaknya. Kesimpulan : Ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi dibentuk oleh pelatih yang disetujui oleh kepala sekolah dan Pembina PMR. Pada struktur organisasi, anak-anak sudah mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Ekstrakurikuler PMR menjadi bagian dari kegiatan UKS.
3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara? R : Ada Tentunya. Untuk tujuan kegiatan PMR saya rasa sudah sesuai dengan visi dan misi SD Bhayangkara. Kalau kita lihat di visi dan misi sekolah itu ada butir ini: menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan ini masuk, terus di tujuan sekolah di nomor satu; meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan masuk, terus ini terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai semangat nilai-nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan sekolah
maupun di masyarakat ini masuk. Terwujudnya
158
lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman ini juga iya. Pendidikan Lingkungan Hidup juga iya. Itu tadi kan sudah sejalan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah sama tujuan PMRnya. N : Pembelajaran cara berorganisasi, kemudian bersosial, kemudian mengerti model-model seperti itu, menambah pengalaman di materi kan ada pertolongan pertama. D : Tujuan PMR secara umum dimana-mana itu sama, untuk pembentukan karakter anak. Saya sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara sama mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu? Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyu-kontinyu terus pembentukan. Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk melatih anak-anak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita berharap UKS ini bisa dihandle oleh temanteman anak-anak PMR. Kesimpulan : Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR diselaraskan dengan tujuan SD Negeri Bhayangkara yang tertuang pada visi dan misi sekolah. Beberapa butir tujuan sekolah merupakan inti dari kegiatan ekstrakurikuler PMR. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu untuk pembentukan karakter anak seperti : pembelajaran cara berorganisasi, bersosial, melatih dan menambah pengalaman anak dalam memberikan pertolongan
pertama.
Sedangkan
tujuan
khususnya
yaitu
menyinkronisasikan antara UKS dengan kegiatan ekstrakurikuler PMR agar anak-anak dapat mengurus dan mengelola UKS yang ada di sekolah dengan baik.
4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?
159
R : Semua. Yang telibat utama pembina, kalau kegiatan ini yang terlibat pihak sekolah terutama guru-guru, kepala sekolah yang memberikan keputusan, terus keuangan ketika mau mengeluarkan dana tetap ada koordinasi, ini bisanya hanya segini jatahnya bagaimana caranya harus cukup. Inikan istilah semua pihak terlibat, ada dari guru, kepala sekolah, keuangan. Kalau guru kelas kaitannya komunikasi dengan jadwal mengajar. N : Disini semua. siswa kan disuruh memilih, kegiatan dihari sabtu kebetulan ada Takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang disukainya. Kemudian nanti untuk guru itu pelatih itu kan sudah ada izin dari kepala sekolah, guru juga sudah mengizinkan kemudian ada beberapa guru yang ditunjuk. Kalau peserta ekstra Cuma siswa yang memilih ekstra disitu. Pihak-pihak lain seperti dari Dinas dan PMI juga termasuk? Iya dari PMI jelas, kita kan juga harus ada izin dari PMI, istilahnya koordinasi jelas harus ada. ... Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S. D : Yang terlibat pasti semua. Cuma yang bertanggung jawab penuh itu pembina PMR yang saat ini adalah guru bagian olahraga. Karena guru yang membidangi olahraga itu secara tidak langsung itu dia mengampu UKS. Jadi guru olahraga itu bertanggung jawab penuh terhadap UKS. PMR karena banyak menangani tentang kesehatan juga, pembinanya jadi dari guru olahraga. wali kelasnya juga sangat mendukung, kalau ada kegiatan-kegiatan PMR juga mau turun tangan. Orang tua siswa juga aktif banget, banyak itu foto-foto kegiatan termasuk kemarin kita mengadakan pelantikan di Bonbin, tahun kemarin 2015 kita mengadakan donor darah yang pertama tempatnya di UIN kan setelah selesai kan kita dapat voucher masuk gratis Bonbin itu orang tua mendukung sekali. Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang. Malahan kalau anaknya enggak ikut, “kog ada kegiatan PMR anak kami kog enggak dilibatkan, kog anak kami enggak diajak?”.
160
Kesimpulan : Pihak-pihak
yang
terlibat
dalam
pelaksanaan
kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara adalah semua dewan sekolah. Dewan sekolah tersebut yaitu; (1) Kepala Sekolah, Kepala Sekolah adalah orang yang memberi keputusan dan kebijakan tentang semua kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, (2) guru, guru kelas dan pelatih ekstrkurikuler berkoordinasi tentang jadwal pelaksanaan kegiatan, (3) Keuangan Sekolah, keuangan sekolah memberikan anggaran dana yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, (4) Pembina PMR, pembina PMR diambil dari guru yang membidangi kesehatan yaitu guru olahraga, (5) Wali murid, wali murid sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. (6) PMI Kota Yogyakarta, PMI Kota Yogyakarta terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Bhayangkara secara insidental ketika sekolah mengadakan kegiatan donor darah pihak PMI membantu menyediakan sarana untuk kegiatan tersebut.
5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? R : Kegiatannya setiap hari sabtu jam 09.30 sampai 10.30. Perencanaan kegiatan PMR ada atau tidak? ada, itu mas dedi bagus sekali, kan yang merencanakan, daftar kegiatan, program kegiatan yang praktik yang membuat mas Dedi, itu ada. Berarti yang membuat perencanaan itu mas Dedi sendiri atau sekolah juga ikut? Tetap sekolah juga iya kan disitu kepala sekolah menyetujui. Dari program yang diajukan nanti yang masuk mana yang tidak masuk tidak serta merta semuanya diterima tapi tetap dirapatkan tho, program yang cocok. Terus selain itu, kita kan juga perlu anggaran, nah itu juga disesuaikan dengan anggaran sekolah. Itu biasanya kita yang sifatnya kembali ke anak itu direncanakan karena anggaran dari sekolah itu terbatas kan sekian persen masih dibagi-bagi untuk sekian ekstra disini banyak sekali ekstranya. Kalau dari pihak PMI sendiri bagaimana bu? Kalau nganu langsung ke sekolah. Maunya dana yang dikucurkan sana ke sekolah? itu sepertinya tidak
161
ada. hanya ketika ada agenda misalnya seperti pak D itu kan pembina PMI tho pelatih PMR. itu kan dibawah naungan PMI tho, nah itu mungkin kerjasamanya itu. Terus kemudian ini, kayak donor darah itu kan fasilitas untuk pendonor, kursi, selebaran itu dari PMI nanti kita menyediakan tempat sudah itu saja sama perlengkapannya itu kita. Jadi kita dengan sana ya insidental lah. Tidak setiap bulan dikucuri dana. N : Iya, ekstranya setiap hari sabtu thok, hari sabtu thok pagi. Kemarin hari sabtu saya mau observasi kegiatan PMRnya tapi kebetulan pak D ada acara. Iya soalnya dia itu pak D sekarang baru mulai bulan apa ya, agustus atau apa ya, istilahnya itu dijadikan tenaga di PMI pengurus disana. Tapi kan kemarin saya juga takut: pak D kalau misalkan panjenengan mau di PMI saya juga dicarikan ganti guru PMR, jangan sampai PMRnya hilang soalnya saya pengen tetap PMRnya ada. Anu Bu, saya tetap ada disini, tetap masih ikut membawahi di PMR soalnya saya memang pas kebetulan saya tugasnya juga membawahi dari kegiatan PMR. O yowes neg njenengan ra metu aku wes ayem. Terus terang banget saya senang dengan kinerja beliau. Biasanya kalau sedang melatih itu pak D dibantu dengan siapa? Kalau pak D biasanya dibantu sama mbak A, mbak A itu dari KSR UIN, biasanya sama mbak A. Kalau guru biasanya saya sama bu R Cuma kalo ada apa-apa mendampingi. Kemarin kata bu Rina ada pembinaan untuk pembina PMR? Oiya kebetulan kemarin itu barusan ada kemarin rekane itu sama Bu U, guru olahraga yang satu. Itu bu U yang kemarin diaturi rawuh didawuhi rawuh sama Bu kepala sekolah Bu U suruh ikut kepelatihan pembina PMR itu. Akhirnya beliau yang rawuh kesana tapi kebetulan Bu U baru cuti karena sakit. Pelatihannya kemarin tentang apa itu Bu? Kalau pelatihan Cuma ini mas, ketoke pertolongan pertama dan sebagainya model begitu terus pengenalan PMR kan kita belum tahu sek masuk PMR Mula, Wira dan sebagainya itu kan kita juga belum banyak yang tahu tho. Ketoke pengetahuan-pengetahuan tentang PMR aja.
162
D : Setiap hari sabtu, sabtu jam 10. Kenapa kita ngambil hari sabtu? Karena hari sabtu, pertama jam pulang anak-anak cepat, kedua karena hari akhir. hari akhir minggu ya, jadi kegiatan lebih enjoy di lapangan Kesimpulan : Kegiatan ekstrakurikuler PMR dilaksanakan sesuai dengan rencana program kegiatan yang telah dibuat. Rencana program dibuat oleh pelatih dengan menyertakan daftar kegiatan dan anggaran dana yang dibutuhkan kemudian diserahkan kepada kepala sekolah. Rencana program yang masuk kemudian dirapatkan
dan
diseleksi
dalam
rapat
internal
sekolah.
Kegiatan
ekstrakurikuler PMR dilaksanakan rutin setiap hari sabtu pada pukul 10.00 WIB. 6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR? R : Untuk 2016 ini salah satunya donor darah, terus kemarin pelantikan bersama, untuk semua kegiatan dibuat pada awal tahun pelajaran perjuli sampai juli. Larut setiap sabtu, donor darah, UTS juga ada. Kalau yang program langsung tanya saja ke Pak Dedi, itu komplit kog ada perencanaan, pelaksanaan sama evaluasinya juga. Karena kita kan sudah sesuai bidang masing-masing. Terus besok ada donor darah sam cek golongan darah. Ada mewarnai terkait bencana, Siaga Bencana. Kunjungan PMI kurang tahu biasanya ada program kunjungan PMI. Kemarin juga anak-anak mengumpulkan surat untuk PMI, ditujukan ke Ketua PMI. Kemarin anakanak mengumpulkannya di saya. Harapannya nanti pas kunjungan itu dibawa kemudian dihaturke gitu . Berarti kan ada program kunjungan hanya belum. N : Tahun pelajaran ini, kebetulan kan kita mau Open House kita mengadakan Aksi Donor Darah disini. Tanggal 19 besok pelaksanaannya, hari sabtu. Open housenya kan hari sabtu minggu, aksi donor darahnya hari sabtu besok. Insya Allah kalau mas nya bisa datang kesini, sekalian syukur kalo memenuhi syarat dan bisa donor, ya ayo kita bareng-bareng hehe. Selain aksi donor darah, ada apa lagi Bu kegiatannya?Kita ini mas, misalnya kemarin ada pentas nyanyi yang diundang oleh bapak Gubernur di kantor
163
bapak Gubernur juga sudah. Pelaksanaannya sudah bulan kemarin tanggal berapa ya saya lupa. Pokoknya pas ada peringatan apa ya berhubungan dengan PMR juga kali ya. Sering kog mas kita diundang setiap ada kegiatan di Gubernuran yang nyanyi itu PMR dari SD Bhayangkara itu pasti diundang. Kemudian JUMDA JUMBARA di Kaliurang itu juga sudah. Kemudian yang terakhir itu di Babarsari ikut pelantikan bersama. Kalau nyanyi di Gubernur itu barusan bulan kemarin. Jadi yang jadi koor pelaksanaan itu anak-anak khusus dari PMR dari sini, anak-anak anggota PMR kita diundang untuk kesana nyanyi kemudian diiringi sama pak S. Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S. Terus nanti ada Bu kepala sekolah juga rawuh kesana terus dari TU ada perwakilan berapa, yang ngantar kesana kan ada guru kelasnya. Anak-anak kan yang PMR kelas 5 guru kelasnya kalau enggak ngikut kan juga enggak enak ya. Nah kebetulan banget kalau disini enggak repot masalah transport mas, jadi misalnya ada masalah open seperti itu orang tua itu kalau udah dikasih tahu sama sekolah otomatis beliau “buk nggak usah ngene langsung diantar ditunggu mas. Biasanya kayak gitu kalau kebetulan kegiatannya kayak gitu. Semuanya mendukung, kebetulan wali siswa mungkin juga seneng ya, anak-anaknya ikut dikegiatan tersebut. Soalnya juga kan kegiatan ekstra PMR masih jarang. D : Kegiatannya, yang pertama kemarin ada gabungan pelantikan dan pengukuhan itu tanggal 20 Desember kemarin. Terus aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah kemarin tanggal 19 Maret 2016. Terus latihanlatihan yang sifatnya kontinyu di sekolahan. Karena kita kan juga menyesuaikan dengan kondisi anak-anak, kan bisa aja kita bikin program besar terkadang kasihan anak-anak juga banyak kegiatan. Enggak itu aja, mereka futsal. Futsal itu rutin tiap tahun setelah yang kelas enam. Yang kelas enam kan masih aktif di PMR jadi setelah ujian mereka mengadakan futsal. Mereka ada tanding dengan PMR mana. Kalau kemarin pertama rutin dengan sesama mereka yang terakhir dengan SD Demangan. Terus yang
164
kemarin paduan suaranya, paduan suaranya kemarin di Kepatihan dalam rangka pemberian penghargaan donor darah yang mengadakan PMI Daerah. Paduan suaranya diserahkan ke PMR SD Bhayangkara. Ini tahun kedua mereka mengikuti di Kepatihan. Itu tanggal 14 januari kemarin. Terus tanggal 16 Februari kemarin di walikota untuk menyuport PMI Kota Yogyakarta. Kesimpulan : Kegiatan ekstrakurikuler PMR dilakukan selama satu tahun pelajaran dimulai dari awal semester ganjil bulan Juli 2015 sampai bulan Juni 2016. Kegiatan-kegiatannya yaitu: (1) Latihan Rutin, latihan yang dilaksanakan setiap hari sabtu dimulai pada pukul 10.00 WIB. Kegiatan ini bersifat kontinyu diisi dengan pembelajaran teori maupun praktek materi-materi kePMRan. (2) Pelantikan dan Pengukuhan Gabungan. Pelantikan anggota baru PMR yang dilakukan secara gabungan dari beberapa sekolah yang ada kegiatan PMRnya. (3) Jumbara, jumpa Bakti Gembira merupakan kegiatan berkumpulnya anggota PMR untuk menyamakan materi kepalangmerahan dari beberapa sekolah PMR. Salah satu kegiatan Jumbara nya yaitu perlombaan. (4) Paduan Suara, PMR SD Negeri Bhayangkara menjadi petugas paduan suara ketika ada upacara atau kegiatan yang diselenggarakan PMI. (5) Aksi Donor Darah dan Pemeriksaan Golongan Darah, anak-anak dilatih menjadi penyelenggara kegiatan donor darah dengan diberi tanggung jawab agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib. (6) Ujian Tengah Semeter dan Ujian Akhir Semester. (7) Futsal, pertandingan persahabatan futsal yang dilakukan dengan anggota PMR mula dari SD lainnya. 7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara? R : Ada mitela, P3K, dragbar, terus nganu alat permainan siaga bencana. Itu ada sudah ada terus itu kan tidak setiap hari dipakai jadi kita simpen di gudang. Kemarin dapat bantuan dari PMI Daerah media pembelajaran penularan penyakit-penyakit itu lho secara umum ya PHBS lah, semacam buklet itu dapat dua.
165
N : Kalau disekolah itu ada mitela, P3K lengkap semua, terus nanti kalau ada kegiatan diluar kalau yang pribadi biasanya anak-anak bawa jadi dari sekolah Cuma memfasilitasi. Biasanya kalau sedang ekstra tempatnya dimana? Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh dilapangan kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas tapi biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil kita ini sekalian dipraktikkan di lapangan. D : Sarana prasarana ada udah mencukupi. Yang namanya mencukupi disini bisa dipergunakan, kalau mau menuruti juga belum cukup. Tapi ya selama ini udah cukup untuk latihan mereka baik itu untuk teori maupun praktek. Memang banyaklah yang kurang setiap tahun juga mengadakan pengadaanpengadaan cuman kan setiap tahun banyak yang hilang, barang-barang banyak yang dipakai. Sarana-prasarana itu bentuknya, ruang UKS itu yang pasti. Ruang UKS bisa dibilang anak-anak PMR yang mengelola. Terus lapangan juga seperti itu kondisinya. Kesimpulan : Sarana-prasarana
yang dimiliki oleh sekolah untuk kegiatan
ekstrakurikuler PMR sudah cukup memadahi. Sarana-prasarana nya yaitu: perlengkapan
P3K
(mitela,
obat-obatan,
dragbar
dan
lain-lain),
perlengkapan/media pembelajaran, ruang UKS, ruang kelas, dan halaman sekolah. Sarana-prasana tersebut yang digunakan untuk latihan rutin setiap hari sabtu dan peralatan P3K yang digunakan untuk memberikan pertolongan ketika ada siswa/guru yang mengalami kecelakaan. Setiap tahun pelajaran selalu melakukan kegiatan pengadaan sarana-prasarana terutama untuk perlengkapan yang habis pakai terutama untuk perlengkapan P3K. 8.
Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? R : Dari sekolah berapa sekolah, berapa persennya saya kurang tahu. Karena dibagi-bagi untuk bermacam-macam ekstrakurikuler. Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak,
166
biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo. N : Kalau sumber dananya dari BOS itu ada, tapi hanya seperberapa gitu karena dibagi-bagi untuk keperluan sekolah lainnya. Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat mendukung. Kalau kegiatan di luar walinya siswa juga mendukung, biasanya malah yang heboh sing tuo. Daripada itu anak disuruh “pokoke mengko melu materinya pak D aja”. Disuruhnya pak Dedi apa nanti kamu enggak usah ngurusi misalnya konsumsi. Nanti akhirnya kan orang tua. Jadi orang tua yang mengurusi. Dari orang tua sendiri sangat-sangat mendukung. Jadi dana dari bos biasanya untuk beli fasilitas kita yang disini. Karena yang utama kayak itu harus ada laporannya juga. D : Kalau dengan pendanaan tidak ada masalah. Karena setiap tahun memang kita punya program kita ajukan ke sekolah, program dianggarkan dari RAB. Ada RABnya, RAB dari sekolah sudah teralokasi untuk ekstrakurikuler. Cuma RAB dari setiap sekolah kan beda-beda. Enggak terlalu banyak Cuma 1-2 jutaan. Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah terus orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung. Kesimpulan : Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara berasal dari anggaran sekolah (Bantuan Operasional Sekolah) dan wali murid. Anggaran yang diperlukan untuk kegiatan ekstrakurikuler PMR setiap tahun diajukan ke sekolah dengan membuat program kegiatan lengkap beserta dengan anggaran biayanya. sumber pendanaan berikutnya berasal dari swadaya wali murid, wali murid tidak keberatan untuk mengeluarkan dana hal ini karena wali murid sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Anggaran dana dari swadaya wali murid digunakan ketika anggaran dari
167
sekolah belum cukup untuk menutupi kebutuhan dana untuk kegiatan yang besar dan untuk kegiatan yang sifatnya kembali ke anak-anak misalnya: kaos seragam dan badge PMR. 9.
Materi apa saja yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR? N : Kalau materi-materi itu yang jelas cara belajar berorganisasi jelas ada, terus tentang kesehatan, pertolongan pertama, terus melatih anak untuk mandiri, berani. D : Materi sama metode tidak jauh beda dengan yang lain sesuai dengan kurikulum PMR. Materi kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak karena sasaran kita adalah anak-anak itu bisa mengamankan diri mereka sendiri, bisa meningkatkan kesehatan diri mereka sendiri, baru nanti lainnya. Jadi materi kita menyesuaikan dengan anak-anak. Lompat-lompat Kesimpulan : Materi yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR sesuai dengan kurikulum PMR yang dibuat oleh PMI Pusat. Materi diajarkan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak-anak.
Anggota PMR secara tidak langsung
mendapatkan materi keberanian, kemandirian dan berorganisasi. 10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar? R : Nah ini nganu kog mas D kreatif, jadi tidak hanya ceramah, praktek, kadang permainan, multimethods N : Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh dilapangan kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas tapi biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil kita ini sekalian dipraktikkan di lapangan. D : metodenya sama dengan pembelajaran lainnya. Jadi ada teori terus praktek, selain teori dan praktek bukan hanya didalam ruangan dilapangan juga. Nanti membuat anak-anak tertarik. Kesimpulan : Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan PMR bervariasi. Ada ceramah, praktek, dan permainan. Pelatih PMR kreatif dalam memberikan kegiatan teori maupun praktik.
168
11. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR? N : medianya macam-macam mas. Kalo teori di ruangan ya biasanya pakai powerpoint, kalau di lapangan biasanya langsung menggunakan alatnya langsung seperti itu ada permainan ular tangga itu, terus obat-obat P3Knya itu, tandu, macam-macam. D :Kalau media sendiri ada media lapangan ada media kelas. Media kelas itu untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau untuk lapangan misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi kemarin SD Bhayangkara kemarin sempet jadi SD siaga bencana itu dapat bantuan media ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter. Kalau enggak salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark. Kesimpulan : Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR yaitu papan tulis, slide presentasi, peralatan Pertolongan Pertama seperti obatobatan, kassa steril, betadin, dan tandu, serta media ular tangga siaga bencana. 12. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program untuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara? R : Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini bagaimana hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi tidak khusus PMR saja, tapi semua kegiatan. N : Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya kan programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu semester pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan misalnya Jumda itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma kurangnya apa. Bu kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. modelmodel seperti itu. D : Monitoring ada setahun dua kali, evaluasi juga ada setahun dua kali. Monitoring dalam arti kegiatan kalau evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai di raport itu jelas nilainya berapa di raport. Nilainya menggunakan sistem
169
huruf kalau untuk ekstrakurikuler. Memang ada ujian mereka, soalnya juga dibuatkan dan ujiannya dilakukan serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at atau sabtunya khusus untuk jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama PMR biasanya. Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana anak-anak menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa. Monitoring itu kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu perbulan, tapi hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa kendalanya apa, aksi Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil monitoring donor darah tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat, mereka jalan, bagus, dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan. Monitoringnya melalui pelatih, jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul pelatih PMR se-Kota Yogyakarta terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota Yogyakarta. Itu untuk memonitoring kegiatan PMR sekolah masingmasing. Kesimpulan : Kegiatan ekstrakurikuler PMR unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah menerapkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pelatihan atau pembelajaran dan pelaksanaan program kerja yang telah dibuat. Evaluasi untuk peserta didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu pelaksanaannya bersamaan dengan ujian semester yang waktunya telah dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk mengetahui keefektifan metode maupun media yang diguanakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran. Evaluasi ini menggunakan sistem huruf dalam penilaiannya. Evaluasi program kerja ekstrakurikuler PMR pada intern sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar dan dibahas secara lisan belum dilakukan secara tertulis. Kemudian ada monitoring dan evaluasi ekstern dari beberapa sekolah yang dilakukan tiga bulan sekali melalui rapat pelatih PMR se-Kota
170
Yogyakarta. Kemudian ada pula kumpul pembina PMR se-kota Yogyakarta untuk memonitoring kegiatan PMR di sekolah masing-masing. 13. Bagaimana dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi sekolah? R : Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan mitra juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah akreditasi sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota maupun provinsi bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan Bhayangkara (SD) kalau tidak maret/april, kurang tahu bentuknya seperti apa karena masih wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah harus ketemu langsung dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa bagaimana kontribusinya buat sekolah? N : Yang jelas, nek misale ada ini... apa., kalo dulu misale anak-anak pada takut mobil ambulans itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu kan pada takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu. Baik dari kelas 1 pun sudah tahu karena kita sering kedatangan itu tho, jadi merekamereka istilahnya sudah enggak takut lagi. Terus biasanya anak-anak yang ikut PMR itu mesti ketok mas, jadi nek misale ada kejadian sekolah misalnya ada temannya yang sakit atau misalnya ada kecelakaan pas olah raga mesti biasanya buk saya yang harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak ambilkan. Walaupun harus tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, jadi memang tapi yo yowes karo..., memang latihannya pada... manfaatnya juga seperti itu bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Neg bocah yo mung ngono-ngono kui waelah. Seng jelas nek saya senengnya banyak positifnya yang jelas itu, jadi manfaat bagi anak-anak itu banyak positifnya, terus terang saya sendiri juga apa ya.. dulu dari enggak tahu menjadi ooooh... PMR tu kayak gini. Karena di sekolah saya dulu belum pernah belum ada di Lempuyangan. Nah tahu-tahu kok disini ada PMR. Lho PMR ki piye tho? Terus takon Cuma pengen ngerti pembinane yang mana, Cuma model gitu-gitu. Terus kemarin ini kita pernah ikut jumbara di Gorontalo, PMR yang 2011 itu sebelum saya datang kesini. Itu barusan tim
171
PMR SD Bhayangkara acara baksos atau apa. Sini juga sering misal misale baksos, kerja bakti di RT/RW, yang kebersihan lingkungan kemarin itu anak-anak PMR juga ada kegiatan itu.kalau yang baksos itu kita hanya ngumpulin barang yang pantas pakai. Ha kemaren itu pas dibawa ke.. nengdi yo pak D kae jenenge, pokoke sudah pernah dibawa keluar untuk baksos sama pak D. D : Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif, karena positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan sendirilah, mereka bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan dan mana yang tidak bisa. Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan kerjakan mereka sendiri. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan ya apa boleh buat. Contohnya kemarin mereka mengadakan bersih-bersih sekolah, mereka mengerjakan sendiri, piket, piket UKS mereka udah bisa, kita Cuma mengontrol. Memang beda ya sistem untuk Mula, Madya dan Wira. Mula masih perlu banyak bimbingan, didampingi dan diarahkan. Kesimpulan : Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi siswa yaitu: menambah pengetahuan dan pengalaman anak-anak dalam kegiatan kepalangmerahan terutama dalam memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, mengubah persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada ambulans yang lewat, memberikan keberanian pada anak untuk memberikan pertolongan, dan melatih anak untuk mandiri. Sedangkan dampak positif ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta menambah mitra bagi sekolah. 14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? R : Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah, sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi latihan. Mas dedi langsung nelpon, tapi untungnya anak-anak pas sabtu kemaren dari pagi ada sosialisasi sarapan sehat sama silat menghendaki latihan persiapan pentas seni jadi menghendaki anak-anak yang lain untuk
172
menonton. Jadi kemarin gak ada jadwal kegiatan PMR. Dan kemarin memang tidak saya isi karena jadwal saya full dan di jam PMR itu ada dua pilihan ekstrakurikuler jadi anak memilih salah satu. Yang sudah memilih PMR enggak ikut English Club, yang memilih English Club enggak ikut PMR. N : Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5 tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat. Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR.Yo kuwi mas, neg kene ki mung kuwi misale kadang absene cah 30 ora terpenuhi cah 30 modelnya kayak gitu yo sing mbuh karena absene sakit bener atau mungkin ada apa atau karena apa atau anak kan kadang juga gini. Ada anak yang milih, milih tu yang pas bareng. Kemaren terus tak suruh milih, kamu mau pencak silat atau PMR, kalau di pencak silat yo silahkan di pencak silat, kalau di PMR yo silahkan di PMR. Bu tapi aku pengen dua-duanya. Latihan bareng raiso mas, kalo yang tidak latihan bareng wae miliho telu oleh sing penting jam e rapopo. Itu modelnya kayak gitu, terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan hanya ada satu juta berapa. Pak soalnya ini kalau panjenengan ambil kalau nanti kegiatan keluar sudah habis, njud ming nggo gawe pengalaman berarti besok. Karena kecenthoknya baru sekarang di anggaran yang sekarang. Kalau merubah anggaran di tengah kan nggak mungkin ya mas, nanti untuk pengalaman aja besok dari bendahara jadi tambah istilahnya gitu.
173
D : Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma kalau di SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan penghambat. Karena anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif, aktif ini dalam artian kalau tidak bisa kita arahkan dengan kegiatan-kegiatan, mereka akan jadi perusak-perusak. Kalau enggak bisa diarahkan ya mau enggak mau nanti jadi rusuh atau jadi pengganggu temen-temennya. Kesimpulan : Ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang pertama adalah pelatih ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada bulan Agustus 2015 mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Pelatih meminta ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau kegiatan di PMI Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin diliburkan atau diisi oleh guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan PMR adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan latihan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR yang berangkat sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program kerja PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor keempat yaitu karakteristik anggota PMR SD Negeri Bhayangkara yang masih dalam usia 1012 tahun ini tergolong aktif masih membutuhkan arahan yang tepat agar tidak menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR. 15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami? R : Biasanya kalau pak Dedi tidak datang dan bu Ani tidak bisa saya sebagai guru kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang PMRnya, sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan pengetahuannya, nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan N : Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5 tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat. Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus
174
saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR. Itu modelnya kayak gitu, terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan hanya ada satu juta berapa. Pak soalnya ini kalau panjenengan ambil kalau nanti kegiatan keluar sudah habis, njud ming nggo gawe pengalaman berarti besok. Karena kecenthoknya baru sekarang di anggaran yang sekarang. Kalau merubah anggaran di tengah kan nggak mungkin ya mas, nanti untuk pengalaman aja besok dari bendahara jadi tambah istilahnya gitu. D : Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi kita panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa sampai sana. Dengan anak-anaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan, aku dipercayai aku dikasih ini dikasih itu. Kesimpulan : Strategi yang digunakan untuk menyelesaikan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler SD Negeri Bhayangkara adalah: 1). Guru kelas menggantikan tugas pelatih menjadi pendamping untuk memfasilitasi kegiatan latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan lainnya dari sekolah. 2). Pelatih PMR meminta kepada pembina PMR untuk memberikn motivasi kepada anak-anak untuk berpartisipasi aktif di kegiatan ekstrakurikuler PMR. 3). Wali murid secara swadaya menutupi anggaran kebutuhan pelaksanaan program kerja PMR. 4). Melibatkan anak secara langsung dalam kegiatan dengan
175
memberikan tugas untuk diselesaikan. Sehingga anak-anak mempunyai tanggung jawab dan merasa dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas. 16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR? R : Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan ada memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan ke orang tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket silahkan memilih orang tua disitu tanda tangan. N : Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa, istilahnya juga sangat mendukung. Nah anak-anak belum semua ini belum semua pengen aku masuk ke PMR ya karena di jadwal kegiatannya bareng dengan kegiatan olahraga kan biasanya anak-anak terus yo seng pencak silat pengen pencak silat jadi belum istilahnya belum maksimal. D : Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan guru, dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua. Komite sekolah sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan yang melibatkan anakanaknya. Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak ada masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat mendukung, kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka juga bisa apa ya, mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia ikut kegiatan silat. Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut PMR malamnya silat besok dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada pengukuhan. Pengukuhan butuh waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia tetep dateng walaupun disana dia mewek nangis mau istirahat. Yaudah kita suruh tidur, selesai tidur seger terus ikut lagi Kesimpulan : Faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, maupun wali murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi. Serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR.
176
17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara kedepan? R : monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya kalau diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya itu mungkin sarannya N : Kalau saya yo pengene semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian pas kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak usah melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak kayak gitu jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Kalau intensitas latihan enggak usah nambah waktu, soalnya sudah dibagi-bagi. Karo seng jelas bocah pengen anggotanya tambah lah. Tapi sayang mas kalau disini tu kan kegiatan ekstranya baru dimulai kelas empat lima, jadi hanya dari kelas empat lima, tidak dari kelas bawah baik itu dari olahraga seni maupun PMR. Kalau pramuka bisa dari kelas satu, yang bisa dari kelas dua itu baru pramuka, TPA, tari, ya itu model kayak gitu-gitu. Modelnya itu kalau dari PMR kebetulan belum. Kepengennya anggotanya tambah kemudian faktor pendukungnya juga tambah. Terutama dalam pendanaan yang jelas sing marai anu. Yo Cuma untungnya satu kita punya wali kadang kalau, yo udah Bu kalau itu nggak usah dari sekolah enggak apa-apa dari kita aja, tapi sok kadang kita sok pekewuh juga. Tapi yo gimana lagi yoweslah, untuk anak kembali ke anak juga. D : Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita berharap dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi pada umumnya lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu seperti apa, yang berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benar-benar dilibatkan bukan hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materi-materi terus jadikan juga objek dan subjeknya kegiatan. Kemarin forpis kota mengadakan baksos di titik nol tanggal 3 kemarin, bagi-bagi 500 bungkus nasi. Tanpa diminta mereka datang sendiri, mereka butuh wadah ini, butuh wadah dan fasilitas
177
untuk mengembangkan mereka, mengajak mereka, merangkul mereka. Jadi bukan hanya mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program yang melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid.
Jadi misalkan
perkemahan, perkemahan anak-anak nanti dilibatkan, mereka dijadikan tim medis. Jadi mereka yang menangani, Cuma bukan hanya dilibatkan tanpa pengawasan, disanalah peranan pelatih dan pembina. Apakah bisa mendampingi mereka. Kalau mereka ada keluhan mereka enggak mampu menangani baru kita. Dengan melibatkan langsung anak-anak dikegiatan PMR di kegiatan seperti itu maka mereka akan merasa, “oh aku bangga jadi anak PMR”. Contoh lagi, mereka ada apel pagi apel hari senin ya upacara hari senin, mereka jadikan tim medis itu sebuah kebanggaan buat mereka karena dari teman-teman mereka enggak ada yang bisa jadi tim medis sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya lebih banyak libatkan langsung mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket UKS bikin pemeriksaan jentikjentik nyamuk atau pengawas lingkungan sekolah. Kesimpulan : Beberapa saran untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara yaitu; 1) adanya evaluasi tertulis dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR, 2) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya untuk kelas 5 saja tetapi tambah untuk kelas awal (kelas 1, 2, dan 3), 3) melibatkan wali murid untuk memberikan dukungan pada anaknya dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan 4) adanya perencanaan program kerja yang melibatkan peserta didik aktif berpartisipasi dalam kegiatan.
178
Lampiran 20. Lembar Observasi
179
180
181
182
Lampiran 21. Catatan lapangan CATATAN LAPANGAN I Lokasi
: Ruang kepala Sekolah SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Senin 2 Maret 2016
Waktu
: 11.00 WIB – 12.30 WIB
Kegiatan Sekolah
: Meminta ijin penelitian dan ijin melakukan wawancara Kepala
Deskripsi Pada tanggal pukul Senin 2 Maret 2016 pukul peneliti berkunjung ke SD Negeri Bhayangkara untuk bertemu dengan kepala sekolah untuk melakukan perijinan penelitian di SD Negeri Bhayangkara. Peneliti disambut baik oleh ibu DP selaku kepala sekolah. Peneliti mengutarakan maksud kedatangannya sambil menyerahkan surat ijin penelitian dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta. Setelah mendengarkan maksud kedatangan dari peneliti lalu ibu DP menyambut baik kedatangan dan memberikan ijin kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian. Kemudian peneliti meminta ijin Ibu DP untuk melakukan wawancara dengan beliau tentang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SD tersebut. Ibu DP menceritakan bahwa beliau menjabat sebagai kepala sekolah di SD Bhayangkara baru 2 tahun, kemudian beliau menganjurkan untuk menemui ibu RL selaku wali kelas V.B yang lebih lama mengajar di SD Negeri Bhayangkara dan mendampingi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR. Peneliti menuju ruang kelas V.B untuk menemui ibu RL, disana peneliti tidak menemukan beliau. Kemudian peneliti bertanya pada salah satu siswa, siswa tersebut mengatakan bahwa ibu RL sedang tidak ada di kelas. Kemudian peneliti bertanya pada operator sekolah di ruang komputer yang letaknya didepan ruang kelas V.B, kemudian operator tersebut ikut membantu mencari ibu RL di ruang tata usaha dan ruang guru tetapi juga tidak bertemu. Karena tidak bisa bertemu dengan ibu RL pada hari itu, peneliti memohon pamit dari sekolah.
183
CATATAN LAPANGAN II Lokasi
: SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Sabtu, 5 Maret 2016
Waktu
: 09.00 WIB – 11.00 WIB
Kegiatan
: Obsevasi kegiatan PMR dan meminta ijin untuk mewawancarai ibu RL
deskripsi
:
Pada pukul 09.00 WIB peneliti menuju ruang guru untuk menemui ibu RL. Di ruang guru terdapat beberapa guru yang sedang latihan paduan suara bersama guru seni dengan iringan organ. Peneliti meminta ijin pada salah satu guru untuk menemui ibu RL, kemudian guru tersebut membantu mencari ibu RL. Setelah bertemu ibu RL, peneliti kemudian memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangan peneliti. Ibu RL mempersilahkan untuk duduk di salah satu ruang kelas, kemudian menyambut baik kedatangan peneliti. Peneliti menjelaskan bahwa akan melakukan penelitian tentang pelaksanaan kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara dengan instrumen yang salah satunya yaitu wawancara dengan kepala sekolah. Peneliti juga menyampaikan bahwa Kepala sekolah telah memberikan rekomendasi untuk mewawancarai ibu RL. Ibu RL bersedia diwawancarai tetapi tidak bisa pada hari itu dikarenakan akan menghadiri Rapat Guru dan menyampaikan bahwa pelatih kegiatan PMR yaitu bapak D pada hari itu juga tidak dapat mengisi kegiatan PMR karena ada kepentingan di kantor walikota. Ibu RL menyampaikan jam dimana beliau sedang tidak mengajar. Setelah mendapat kesepakatan waktu untuk wawancara dengan beliau, peneliti memohon diri dari ibu RL untuk menemui ibu kepala sekolah. Peneliti menuju ruang kepala sekolah dan menemui ibu D, peneliti meminta ijin waktu beliau untuk berbincang-bincang dengan tentang gambaran umum SD Negeri Bhayangkara dan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. Ibu D menyampaikan maaf pada waktu tersebut beliau sedang sibuk dan meminta peneliti untuk menemui ibu Y. Kemudian peneliti pamit dari ruang kepala sekolah untuk menemui ibu Y. Setelah mencari ibu Y di ruang tata usaha dan ruang komputer tidak menemukan ibu Y, dari salah satu guru peneliti mendapat informasi bahwa ibu Y sedang mengecek taman sekolah. Karena di taman sekolah juga tidak bertemu dengan ibu Y, peneliti memutuskan untuk undur diri dari sekolah.
184
CATATAN LAPANGAN III Lokasi
: Ruang UKS SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Selasa / 8 Maret 2016
Waktu
: 08.00 WIB – 10 .00 WIB
Kegiatan
: Pengambilan data ( Ibu RL)
Deskripsi Pada tanggal 8 Maret 2016 pukul 08.00 WIB peneliti menemui ibu RL untuk keperluan pengambilan data. Ibu RL kemudian menyambut peneliti dan mempersilahkan peneliti duduk di ruang UKS. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan ibu RL. Peneliti menggali informasi berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Setelah memperoleh data yang diinginkan, peneliti berbincang-bincang pada ibu RL. Ibu RL menyampaikan bahwa pembina PMR di SD Negeri Bhayangkara adalah ibu N. Peneliti menyampaikan bahwa nantinya juga akan menemui ibu N untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Secara kebetulan ibu N melintas didepan ruang UKS, kemudian ibu RL menyapa ibu N dan menyampaikan bahwa peneliti akan melakukan penelitian tentang kegiatan PMR. Ibu RL kemudian mengajak peneliti untuk berbincang-bincang dengan ibu N. Kemudian ibu RL pamit untuk mengisi jam mengajar di kelasnya. Peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud penelitian di SD Negeri Bhayangkara sambil menyerahkan proposal penelitian. Ibu N menyambut baik peneliti dan menyampaikan beberapa informasi terkait pelaksanaan kegiatan PMR. Kemudian peneliti meminta waktu untuk melakukan wawancara dengan beliau selaku Pembina PMR di SD Negeri Bhayangkara. Ibu N dan peneliti sepakat untuk melakukan wawancara pada hari kamis tanggal 8 Maret 2016 setelah beliau selesai mengajar. Peneliti kemudian mohon pamit pada ibu N untuk menemui ibu Y karena ingin menemui ibu Y. Ibu N membantu peneliti menemui ibu Y. Peneliti memperkenalkan diri pada ibu Y dan menyampaikan maksud penelitian. Ibu Y mempersilahkan peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Kemudian ibu Y meminta bantuan pada peneliti untuk menyebarkan pamflet Donor Darah yang akan dilaksanakan di SD Negeri Bhayangkara. Peneliti menyanggupi menyebarkan pamflet tersebut kemudian peneliti memohon undur diri.
185
CATATAN LAPANGAN IV Lokasi
: Ruang guru SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Kamis / 10 Maret 2016
Waktu
: 09.30 WIB – 10.30 WIB
Kegiatan
: Pengambilan data ( Ibu N )
Deskripsi
:
Pada tanggal 10 Maret 2016 pukul 09.30 WIB peneliti datang ke ruang guru SD Negeri Bhayangkara untuk melakukan wawancara dengan ibu N. Peneliti disambut oleh para guru yang sedang berada diruangan tersebut. Peneliti meminta waktu ibu N untuk wawancara selaku pembina PMR di SD Negeri Bhayangkara. Peneliti melakukan wawancara dengan ibu N sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Disela wawancara ibu N menyampaikan bahwa sekolah akan mengadakan Open House yang bersamaan dengan acara Donor Darah serta mengundang peneliti untuk mengikuti acara tersebut. Setelah mendapatkan informasi yang diperlukan, peneliti menutup kegiatan wawancara dan mohon untuk undur diri. Peneliti menuju ruang tata usaha menemui ibu Y untuk meminta pamflet Donor Darah yang akan disebarkan. Setelah mendapatkan pamflet tersebut peneliti mohon berpamitan untuk undur diri.
186
CATATAN LAPANGAN V Lokasi
: Halaman Sekolah SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Sabtu / 12 Maret 2016
Waktu
: 10.00 WIB – 11.30 WIB
Kegiatan
: Observasi latihan PMR
Deskripsi Pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, peneliti berada didepan ruang kelas V menunggu bapak D memulai kegiatan PMR. Bapak D tiba diruang kelas bersama dengan saudara S dari KSR PMI Unit Markas Kota Yogyakarta untuk mengajar kegiatan PMR pada hari tersebut. Peneliti menyapa Bapak D dan saudara S dan mengikuti masuk ke ruang kelas. Setelah membuka pembelajaran bapak D menyampaikan pada anak-anak akan belajar tentang siaga bencana bersama saudara S di halaman sekolah. Anak-anak diarahkan menuju halaman sekolah dan mulai mengikuti kegiatan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar tersebut. Setelah selesai kegiatan latihan, peneliti ikut berbincang-bincang bersama dengan bapak D dan saudara S. Setelah mendapatkan cukup informasi pada hari itu, peneliti mohon undur diri.
187
CATATAN LAPANGAN VI Lokasi
: Halaman SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Sabtu / 19 Maret 2016
Waktu
: 08.00 WIB – 11.30 WIB
Kegiatan
: Observasi kegiatan PMR ( Aksi Donor Darah dan Pemeriksaan Golongan darah )
Deskripsi Pada hari tanggal 19 Maret 2016 pukul 08.00 WIB, peneliti tiba di halaman SD Negeri Bhayangkara disambut oleh dua guru yang bertugas menerima tamu. Suasana sekolah telah ramai oleh para wali murid, guru, tamu undangan, serta stand-stand sponsor yang memenuhi halaman sekolah. Pada tanggal tersebut diadakan acara “Open House dan peresmian gedung baru SD Negeri Bhayangkara”. Pada acara tersebut, sekolah juga mengadakan kegiatan Aksi Donor Darah dan Pemeriksaan Golongan Darah yang diserahkan sepenuhnya pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Kegiatan tersebut dibantu oleh petugas Unit Donor Darah PMI Kabupaten Gunungkidul. Kemudian peneliti mengambil dokumentasi kegiatan siswa yang bertugas memanggil para pendonor dan menunggu antrean pendonor. Peneliti menemui pelatih PMR (Bapak D) untuk menawarkan diri membantu acara donor darah. Pelatih memberikan instruksi kepada peneliti untuk mendampingi siswa yang sedang bertugas memanggil para pendonor. Kemudian sebagian siswa ditugaskan untuk mengajak wali murid untuk mendonorkan darahnya. Acara tersebut dihadiri oleh Bapak Walikota Yogyakarta, kepala Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Yogyakarta dan Kementerian Keagamaan Kota Yogyakarta.
188
CATATAN LAPANGAN VII Lokasi
: Halaman SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Sabtu / 2 April 2016
Waktu
: 10.00 WIB – 11.00 WIB
Kegiatan
: Observasi kegiatan PMR
Deskripsi
Peneliti tiba di SD Negeri Bhayangkara untuk mengamati proses pelatihan rutin ekstrakurikuler PMR. Peneliti menunggu pelatih didepan ruang kelas VB untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan. Anak-anak kelas VB sedang berada di dalam kelas dengan suasana ramai karena jam pelajaran intrakurikuler sudah habis. Tidak lama kemudian wali kelas VB, Ibu R datang menghampiri sembari mengatakan pelatih tidak bisa hadir dan sudah meminta izin melalui pesan singkat (SMS). Ibu R menyampaikan maaf dari pelatih kemudian menyampaikan inisatif beliau untuk mengikutkan anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR untuk diikutkan dalam pembuatan biopori yang diisi oleh kepala sekolah. Ibu R menghubungi wali kelas VA untuk bersama-sama meminta izin dari kepala sekolah. setelah mendapat izin dari kepala sekolah ibu R menyuruh anak-anak untuk kumpul di halaman mengikuti kegiatan pembuatan biopori bersama kepala sekolah. Peneliti mengamati proses pembuatan biopori yang diikuti oleh anak-anak anggota PMR. Setelah dirasa cukup, peneliti memohon pamit undur diri pada ibu kepala sekolah dan ibu R.
189
CATATAN LAPANGAN VIII Lokasi
: Ruang tamu lantai 2 PMI Kota Yogyakarta
Hari/tanggal
: Selasa / 5 April 2016
Waktu
: 13.00 WIB – 14.30 WIB
Kegiatan
: wawancara pelatih PMR
Deskripsi Pada tanggal 5 April 2016 pukul 13.00 WIB peneliti datang ke ruang pengurus PMI Kota Yogyakarta untuk melakukan wawancara dengan bapak D. Sebelumnya telah dilakukan permintaan izin dari peneliti untuk mewawancarai pelatih melalui pesan singkat. Peneliti disambut bapak D yang sedang berada diruangan tersebut. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak D sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Disela wawancara pelatih memberikan salinan SK tentang pendirian PMR SD Negeri Bhayangkara. Setelah peneliti merasa cukup memperoleh informasi, peneliti memohon pamit undur diri.
190
CATATAN LAPANGAN IX Lokasi
: Halaman SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Sabtu / 9 April 2016
Waktu
: 10.00 WIB – 10.30 WIB
Kegiatan
: Observasi kegiatan PMR
Deskripsi Peneliti tiba didepan ruang kepala sekolah dan menyalami kepala sekolah. kepala sekolah memberitahukan bahwa semua kegiatan ekstrakurikuler pada hari itu diliburkan karena akan dilakukan kerja bakti menata ruang kelas yang akan digunakan untuk ujian nasional kelas VI. Kemudian peneliti menemui wali kelas VB ibu R untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Hal itu dibenarkan oleh wali kelas dan menyampaikan beliau akan ditugaskan mengawas di sekolah lain. Kemudian peneliti meminta file-file dokumentasi tentang kegiatan PMR. Ibu R mengajak peneliti menuju ruang UKS mengambil dokumen-dokumen PMR. Untuk dokumentasi foto diberikan pada hari selasa minggu depan dikarenakan ada di komputer ibu R. Setelah mendapatkan dokumen-dokumen kegiatan PMR, peneliti meminta izin untuk pamit.
191
CATATAN LAPANGAN X Lokasi
: Ruang TI SD Negeri Bhayangkara
Hari/tanggal
: Selasa / 12 April 2016
Waktu
: 10.00 WIB – 10.30 WIB
Kegiatan
: mencari dokumentasi PMR dari Ibu Y
Deskripsi Peneliti tiba di SD Negeri Bhayangkara kemudian menyalami ibu kepala sekolah yang kebetulan akan menuju ke ruang kepala sekolah. peneliti menanyakan keberadaan ibu R. Kepala sekolah memberikan saran pada peneliti untuk mencari di ruang guru. Peneliti memohon diri untuk menemui ibu R. Peneliti bertanya pada salah satu guru dan mendapat informasi bahwa ibu R kemungkinan masih berada di tempat mengawas ujian di SD lain dan kira-kira tiga puluh menit lagi ibu R sudah berada di SD Negeri Bhayangkara. Sambil menunggu kehadiran ibu R, peneliti menemui ibu Y di ruang TI meminta informasi mengenai profil dan sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Ibu Y juga memberikan informasi tentang prestasi yang telah diperoleh oleh siswa SD Negeri Bhayangkara pada tahun 20152016. Setelah mendapat informasi tentang profil, sarana dan prasarana sekolah peneliti kemudian menemui ibu R yang sudah tiba di sekolah, kemudian menuju ruang kelas V B untuk menyalin dokumentasi foto dari komputer ibu R. Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti menemui ibu R, ibu Y dan ibu kepala sekolah meminta ijin untuk undur diri.
192
CATATAN LAPANGAN XI Lokasi
: Pelataran Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949
Hari/tanggal
: Minggu / 22 Mei 2016
Waktu
: 08.00 WIB – 11.30 WIB
Kegiatan
: Observasi kegiatan PMR (peringatan hari relawan internasional)
Deskripsi Pukul 08.00 WIB peneliti tiba di monumen Serangan Oemoem 1 Maret mendapati tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara sudah latihan menyanyi diatas panggung. Guru seni musik mengiringi siswa menyanyi dengan alat musik organ tepat di sisi utara panggung. Pelatih PMR juga mengawasi anggota PMR yang sedang latihan pentas. Guru musik dan pelatih bekerja sama mengarahkan siswa dalam mengatur formasi siswa turun dari panggung. Ketika upacara telah dimulai pada bagian menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars PMI, tim paduan PMR SD Negeri Bhayangkara naik ke panggung berbaris dengan rapi untuk menyanyi dan diiringi menggunakan alat musik organ. Seusai upacara tim paduan suara naik ke panggung lagi menyanyikan tiga lagu untuk menghibur peserta upacara.
193
Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
194