Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
28 Pages
ISSN 2302-0180 pp. 1- 28
PELAKSANAAN FUNGSI PENGADILAN NIAGA DALAM PENYELESAIAN PERKARA KEPAILITAN (Suatu Analisis di Pengadilan Niaga Medan) M. Jazuri1, Dahlan2, Yusri Z. Abidin3 1)
Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Staff Pengajar Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala
Abstract: In May 1997 the monetary crisis that hit many parts state of the world including Indonesia. Due to the monetary crisis in Indonesia are many companies that went bankrupt. As a company typically known for their activities in need of loan funds from some other company that is known by the term debtor and creditors. As a result of this crisis is often Debtors unable to pay off his debts. To prevent looting and seize each other among some creditors will require the existence of a legal rule that can be used in a speedy, fair, open and efficient. So that the government establish a legal rule that is The Government Regulation as Replacement Act Number 1, 1998, then passed by the Act Number 4, 1998 and and revised to be the Act Number 37, 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment (PKPU). Under Article 7 the Act Number 37, 2004 is authorized to hear and rule on cases of bankruptcy and Suspension of Payment is Trading Court that is within GeneralCourt. Based the provisions of Article 281 paragraph (1) The Government Regulation as Replacement Act Number 1, 1998 Jo Act Number 4, 1998 was first established at the Central Jakarta District Court. Furthermore, based on the Presidential Decree Number 97, 1999, established of 5 (five) other Trading Court, they are the Trading Court of Ujung Pandang (Makassar), the Trading Court of Medan, the Trading Court of Surabaya and the Trading Court of Semarang. In fact, with the revisions to the Bankruptcy Rules of the Trading Court of Medan capable of resolving Trading disputes in a fair, fast, open and effective? This paper aims at reviewing the existing reality in the implementation of the Bankruptcy Act in the Trading Court of Medan whether to provide legal certainty as expected by the Bankruptcy Act to the business world for both the debtor and creditors and also for the people of Indonesia in general. Are there any constraints are found and how to handle it. To obtain the data in this study conducted with 2 (two) ways, namely: Library Research and Field Research. The literature research carried out in order to obtain secondary data, through a review of legislation, literature, literature, research works, journal of legal experts who have anything to do with this research. While field studies to obtain primary data, obtained by conducting interviews with informants and respondents. The results showed that the Trading Court of Medan has been carrying out the applicable provisions of the act number 37, 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment. but there are some provisions that are difficult to be implemented such as the calling period of the parties and the examination process. In addition there were a few rules in the Bankruptcy Act and the Suspension of Payment are also a couple of conflicting rules in the Act which conflict with other act. Human Resources is also a barrier. Limitations of judges and court staff in the almost the trial schedule another case resulted in judges and court staff should be smart divide the trial schedule. To an external court advocates and curator are still very few professional who has a certificate in the completion of the bankruptcy case and understand the rules of bankruptcy. Substantial costs are also an obstacle for creditors to use bankruptcy institution. The Government Regulation to issue the implementing rules supporting this bankruptcy case is still low, such as the implementing regulation of the effort to force the body (Gijzeling) which until now has not been published. The results showed that the Trading Court of Medan has been carrying out the applicable provisions of the Act Number 37, 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment, but there are some rules that take very different, especially regarding the limits of the parties and calls on the definition of "debt" that own. Are the bottlenecks in the implementation of this law is the lack of staff in the Trading Court of Medan as well as perceptions of inequality among the judges of the Trading Court of Medan will the definition of "debt" and understanding of the creditors. In addition there are very few lawyers who mastered the Law of Procedure in case of bankruptcy proceedings and Suspension of Payment as well as the refusal of the debtor and the creditor on the bankruptcy property settlement made by the Curator. It is suggested to the government to improve again the provisions of the Act Number 37, 2004 and implementing regulations, especially regulations implementing agency of the effort force (Gijzeling), additional facilities and infrastructure to support the bankruptcy dispute resolution, implementation of education and training of judges and lawyers bankruptcy, the implementation of seminars and discussions to resolve the obstacles that were found and debriefing training for the Receiver. Keywords : The Trading Court, Bankruptcy, Debt, Creditor, Debitor
1-
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Abstrak: Pada bulan Mei 1997 terjadi krisis moneter yang melanda sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Akibat terjadinya krisis moneter tersebut banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami kebangkrutan. Sebagaimana diketahui lazimnya suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya membutuhkan dana pinjaman dari beberapa perusahaan lain sehingga dikenal dengan adanya istilah Debitor (si peminjam utang) dan kreditor (si pemberi utang). Akibat terjadinya krisis ini tidak jarang Debitor tidak mampu melunasi utangutangnya. Untuk mencegah terjadinya perampasan dan saling rebut diantara beberapa kreditor maka diperlukan adanya suatu aturan hukum yang dapat digunakan secara cepat, adil, terbuka dan effisien. Untuk itu pemerintah membentuk suatu aturan hukum yaitu PERPU Nomor 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan dengan UndangUndang Nomor 4 Tahun 1998 dan direvisi lagi menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 maka yang berwenang untuk mengadili dan memutus perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah Pengadilan Niaga yang berada di bawah lingkungan Peradilan umum. Berdasarkan ketentuan Pasal 281 ayat (1) PERPU Nomor 1 Tahun 1998 Jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 pertama kali dibentuk Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) RI No.97 Tahun 1999 di bentuk 5 (lima) Pengadilan Niaga lainnya yaitu Pengadilan Niaga Ujung Pandang (Makassar), Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Niaga Surabaya dan Pengadilan Niaga Semarang. Dalam kenyataannya dengan adanya revisi terhadap Peraturan Kepailitan tersebut apakah Pengadilan Niaga Medan mampu menyelesaikan sengketa niaga secara adil, cepat, terbuka dan efektif ? Penulisan ini bertujuan meninjau kenyataan yang ada dalam pelaksanaan UndangUndang Kepailitan di Pengadilan Niaga Medan apakah telah memberikan kepastian hukum sesuai dengan yang diharapkan oleh Undang-Undang Kepailitan bagi dunia usaha baik bagi debitur maupun kreditur dan juga bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Apakah ada hambatan-hambatan yang ditemukan serta bagaimana cara mengatasinya. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Penelitian Kepustakaan dilaksanakan guna mendapatkan data-data sekunder, melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatureliteratur, karya-karya penelitian, tulisan-tulisan para pakar hukum yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Sedangkan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer, diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan informan dan responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengadilan Niaga Medan telah melaksanakan ketentuan yang berlaku dalam Undang-undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. namun ada beberapa ketentuan yang susah untuk dilaksanakan seperti misalnya jangka waktu pemanggilan para pihak maupun proses pemeriksaannya. Selain itu ternyata ada beberapa aturan dalam Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang itu yang saling bertentangan juga ada beberapa aturan dalam Undang-undang tersebut yang bertentangan dengan aturan hukum lain. Sumber Daya Manusia juga menjadi hambatan. Keterbatasan hakim serta staff pengadilan di tengah menumpuknya jadwal persidangan dan perkara lainnya mengakibatkan hakim dan staff pengadilan harus pintar membagi jadwal persidangan. Untuk eksternal Pengadilan masih sangat sedikit advokat dan kurator yang profesional memiliki sertifikat dalam penyelesaian perkara kepailitan dan memahami aturan kepailitan. Biaya yang besar juga menjadi hambatan bagi para kreditor untuk mempergunakan lembaga kepailitan ini. Peran pemerintah untuk menerbitkan aturan pelaksana pendukung perkara kepailitan ini juga masih rendah seperti misalnya aturan pelaksana tentang upaya paksa badan (Gijzeling) yang sampai sekarang belum diterbitkan. Di sarankan kepada pemerintah untuk menyempurnakan lagi ketentuan dalam Undang-undang No 37 Tahun 2004 serta peraturan pelaksananya terutama peraturan pelaksana tentang upaya paksa badan (Gijzeling), penambahan sarana dan prasarana pendukung dalam penyelesaian persengketaan kepailitan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan hakim Niaga dan para advokat kepailitan, pelaksanaan seminar-seminar dan diskusi guna menyelesaikan hambatan yang di temukan dan pembekalan pelatihan bagi para Kurator. Kata kunci : Pengadilan Niaga, Kepailitan, Kreditor, Debitor, Utang
terutama di sektor riil. Kelangsungan ekonomi
PENDAHULUAN Perkembangan
ekonomi
semakin
secara de facto sangat berpengaruh terhadap
meningkat dan seiring dengan gejolak moneter
kehancuran usaha, sehingga kemampuan setiap
yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997, telah
perusahaan untuk memenuhi kewajiban terhadap
menimbulkan kesulitan yang sangat dahsyat
kreditur menjadi berantakan, tertunda bahkan ada
terhadap
yang sama sekali tidak dapat membayar lagi.
kemampuan
yang
perekonomian
negara
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
-2
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Keadaan ini akan berdampak terhadap sektor
b. Bahwa untuk mengatasi gejolak moneter
lainnya yang apabila tidak diselesaikan secara
beserta
tuntas akan menimbulkan dampak yang lebih luas
perekonomian saat ini, salah satu persoalan
terhadap gejolak sosial, politik di masyarakat luas.
yang sangat mendesak dan memerlukan
Untuk mengantisipasi adanya kecenderungan
akibatnya
pemecahan
yang
adalah
berat
terhadap
penyelesaian
hutang
bangkrutnya dunia usaha yang berakibat pula pada
piutang perusahaan, dan dengan demikian
tidak dapat dipenuhinya kewajiban-kewajiban
adanya peraturan Kepailitan dan penundaan
yang sudah jatuh tempo, maka pemerintah
kewajiban pembayaran yang dapat digunakan
melakukan perubahan-perubahan yang signifikan
oleh para debitur dan kreditur secara adil,
dalam
cepat, terbuka dan efektif menjadi sangat
Peraturan
Perundang-undangan,
salah
satunya adalah dengan merevisi Undang-Undang Kepailitan Failisements-Verordening, S. 1905 Nomor 217 jo S.1906 Nomor 348.
perlu untuk segera diwujudkan; c. Bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka penyelesaian utang piutang
Faillissements-Verordening dianggap tidak
tersebut di atas, terwujudnya mekanisme
memadai lagi untuk dipakai menangani berbagai
penyelesaian sengketa secara adil, cepat,
kasus-kasus kebangkrutan dan kredit macet yang
terbuka dan efektif melalui suatu pengadilan
merajalela di Indonesia, maka pada tahun 1998
umum
dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Pengganti
menangani,
Undang-Undang (PERPU) Nomor 1 Tahun 1998
berbagai
Tentang
perniagaan termasuk di bidang kepailitan dan
Perubahan
Atas
Undang-Undang
Kepailitan (PERPU kepailitan).
Kepailitan termuat dalam bagian konsideran yaitu untuk
memberikan
kesempatan
di
bentuk
memeriksa sengketa
penundaan
Tujuan dan misi dikeluarkannya PERPU
Bahwa
yang
dan
dan
memutuskan
tertentu
pembayaran,
bertugas
di
juga
bidang
sangat
diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha dan kehidupan perekonomian pada umumnya;”…….
kepada pihak kreditor dan perusahaan sebagai debitur untuk mengupayakan penyelesaian yang
Dalam perkembangannya, PERPU Kepailitan
adil, diperlukan sarana hukum yang dapat
ditingkatkan statusnya menjadi Undang-Undang
digunakan secara cepat, terbuka dan efektif;
Nomor 4 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
a. Bahwa salah satu sarana hukum yang menjadi
Undang-Undang
tentang
Kepailitan
menjadi
landasan bagi penyelesaian hutang piutang
Undang-Undang Kepailitan (UUK). UUK hanya
adalah peraturan tentang Kepailitan, termasuk
terdiri dari dua pasal, di mana Pasal 1 UUK pada
peraturan
dasarnya
tentang
penundaan
kewajiban
pembayaran utang;”……”
menegaskan
PERPU
Kepailitan
ditetapkan menjadi undang-undang, dan Pasal 2 UUK menyatakan bahwa UUK mulai berlaku
3-
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sejak diundangkan yaitu tanggal 9 September
terbuka
1998.
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Dalam bagian menimbang (konsideran), UUK
menyebutkan
antara
lain
pandangan-
pandangan atau visi sebagai berikut :
dan
efektif,
Undang-Undang
pemerintah
Nomor
1
Tahun
telah
1998
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Tentang Kepailitan.
a. Bahwa untuk memelihara kesinambungan pembangunan
nasional
dalam
rangka
Pembentukan PERPU Kepailitan ini adalah
mewujudkan masyarakat adil dan makmur
langkah
berdasarkan
dan
dirasakan
sangat
1945
mendesak, mengingat penyelesaian masalah utang
nasional
perlu
piutang dunia usaha perlu segera diberi kerangka
diusahakan tetap dapat berkembang dengan
hukum yang jelas agar perusahaan-perusahaan
wajar;
mendapatkan kepastian hukum. Dengan keluarnya
b. Bahwa
dan
tepat
UUD
kehidupan
Pancasila
yang
perekonomian
krisis
moneter
yang
di
PERPU Nomor 1 Tahun 1998 yang kemudian
Indonesia telah menjadi pengaruh tidak
disahkan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
menguntungkan
perekonomian
1998 dan direvisi lagi dengan Undang-Undang
nasional, sehingga menimbulkan kesulitan
Nomor 37 Tahun 2004, yang memperbaharui
besar
terhadap
terhadap
usaha
dalam
Peraturan Kepailitan yang lama, maka serta merta
piutang
untuk
dunia hukum diramaikan oleh diskusi dan kasus-
meneruskan kegiatannya, dan menimbulkan
kasus kepailitan di pengadilan dalam hal ini
dampak yang merugikan masyarakat;
Pengadilan Niaga.
menyelesaikan
c. Bahwa
dunia
terjadi
utang
penyelesaian
di
Di Indonesia Pengadilan Niaga ini termasuk
kalangan dunia usaha, besar artinya dalam
dalam lingkup Pengadilan Negeri dan sampai
upaya
sekarang
pemulihan
utang
kegiatan
piutang
usaha
pada
sudah
terbentuk
5
(lima)
yaitu
khususnya dan perkembangan perekonomian
Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Niaga
nasional pada umumnya, sedang Undang-
Jakarta
Undang Tentang Kepailitan (Faillissements
Pengadilan Niaga Semarang dan Pengadilan
Verordening, Staatsblad 1905 Nomor 217
Niaga Makassar.
juncto Staatsblad 1906 Nomor 348) sebagian
Pengadilan
Pusat,
Pengadilan
Niaga
Niaga
Surabaya,
Medan
dibentuk
besar tidak sesuai lagi dengan perkembangan
berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) RI
keadaan, maka perlu dilakukan perubahan atas
No.97 Tahun 1999, sudah berdiri selama 11
Undang-Undang Kepailitan tersebut;
(sebelas) tahun. Selama berdirinya Pengadilan
d. Bahwa untuk menciptakan kepastian hukum bagi
kepentingan
dunia
usaha
dalam
mengatasi persoalan yang mendesak, yaitu penyelesaian utang piutang secara adil, cepat,
Niaga Medan belum banyak perkara pailit dan PKPU yang telah didaftarkan. Diterbitkannya Peraturan Kepailitan tersebut diharapkan
penyelesaian
sengketa
niaga
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
di -4
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pengadilan Niaga Medan dapat terlaksana secara
kepada pemohon suatu hutang yang telah jatuh
adil, cepat, terbuka dan efektif. Penulisan ini akan
tempo dan dapat ditagih, dan juga di mana
meninjau kenyataan yang ada dalam pelaksanaan
diketahui oleh Pemohon bahwa termohon telah
Undang-Undang Kepailitan di Pengadilan Niaga
memiliki kreditur lainnya.
Medan apakah telah memberikan kepastian
Pengadilan
Niaga
Medan
juga
telah
hukum sesuai dengan yang diharapkan oleh
memeriksa dan mengadili Perkara yang berkenaan
Undang-Undang Kepailitan bagi dunia usaha baik
dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
dalam bagi debitur maupun kreditur dan juga bagi
(PKPU) salah satu di antaranya adalah Putusan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
No:
01/PKPU/2011/PN.Niaga
Medan,
antara
Peninjauan tersebut terutama akan dilakukan
ELOF HANSSON SINGAPORE PTE.LTD, dan
dengan melihat praktik persidangan sengketa
PT. SINAR SURYA KENCANA ABADI, sebagai
niaga di Pengadilan Niaga Medan serta mengkaji
pemohon PKPU terhadap PT. SEJAHTERA INTI
putusan-putusan
oleh
MANDIRI, termohon PKPU. Berdasarkan latar
Pengadilan Niaga, yang merupakan Pengadilan
belakang tersebut di atas maka peneliti perlu
Khusus yang ditunjuk oleh Undang-Undang
untuk menganalisis putusan pailit Pengadilan
Kepailitan
untuk
mengadili
perkara-perkara
Niaga
Kepailitan
dalam
beberapa
perkara-perkara
04/Pailit/2009/PN.Niaga/Mdn.
Kepailitan
yang
memberikan
yang
telah
semacam
telah
diambil
terjadi, ilustrasi
agar
dapat
bagaimana
tersebut
Nomor: dan
putusan
permohonan PKPU Nomor: 01/PKPU/2011/PN. Niaga Medan.
pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam UndangUndang Kepailitan tersebut dalam kenyataannya,
METODE PENELITIAN
Sesuai
dan apakah memang dari pelaksanaan tersebut
dengan
rumusan
dan
tujauan
telah memberikan adanya kepastian hukum dalam
penelitian, maka sifat penelitian yang sesuai untuk
masalah Kepailitan.
penelitian
ini
adalah
deskriptif
analitis,
Dalam rangka memberikan kepastian hukum
penelitiannya bersifat deskriptif analitis karena
terhadap masalah kepailitan tersebut, Pengadilan
menggambarkan eksistensi Pengadilan Niaga
Niaga Medan telah memeriksa dan mengadili
Medan dalam penyelesaian sengketa Kepailitan.
beberapa perkara kepailitan di antaranya adalah
Jenis penelitian yang diterapkan adalah
Putusan Nomor: 04/Pailit/2009/PN.Niaga/Mdn.,
memakai penelitian dengan metode pendekatan
antara PT. BANK BUKOPIN. Tbk, sebagai
penelitian yuridis normatif dan yuridis sosiologis.
pemohon
Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan
melawan
PT.
PALMECHANDRA
ABADI, sebagai termohon dalam perkara tersebut
cara
terlebih
dahulu
meneliti
di mana yang menjadi sengketa dalam perkara
perundang-undangan
tersebut adalah termohon telah tidak membayar
permasalahan yang diteliti. Dengan perkataan lain
yang
relefan
melihat hukum dari aspek normative. 5-
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
peraturan dengan
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Penelitian hukum sosiologi adalah penelitian
dalam Pasal 1 butir 4 Undang-undang Kepailitan
yang mengkaji korelasi antara kaedah hukum
dan
penundaan
kewajiban
utang
tersebut
dengan lingkungan tempat berlaku korelasi ini
menjadikan pengertian utang bermakna sangat
dapat dilihat dalam penerapan hukum di lapangan.
luas. Segala bentuk prestasi, baik itu berupa kewajiban menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu,
TINJAUAN PUSTAKA
maupun
tidak
berbuat
sesuatu
asal
dapat
Pengertian Utang dan Kepailitan
dinyatakan dalam jumlah uang, dapat disebut
Pengertian Utang
sebagai utang. Dengan demikian, segala bentuk
Membicarakan masalah kepailitan maka
wanprestasi yang dapat dinyatakan dalam jumlah
tidak akan lepas dari adanya unsur utang piutang.
uang terhadap satu dari sedikitnya dua kreditor
Kepailitan muncul diakibatkan oleh adanya suatu
dapat dinyatakan pailit.
ketidak mampuan si debitor untuk memenuhi
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan
utangnya terhadap kreditor di mana waktu
bahwa utang tersebut merupakan suatu kewajiban
pelunasan utang tersebut telah jatuh tempo dan
dari debitor kepada kreditor yang harus dapat
dapat ditagih. Oleh karena si debitor tidak mampu
dinilai dengan sejumlah uang baik itu mata uang
memenuhi utangnya yang telah jatuh tempo
Indonesia maupun mata uang asing baik dapat
tersebut menyebabkan si kreditor memohon agar
ditentukan segera jumlahnya atau di kemudian
dijatuhkan pailit terhadap si debitor tersebut
hari dimana kewajiban pembayaran sejumlah
dengan harapan dengan dijatuhkannya pailit
uang tersebut timbul dikarenakan adanya suatu
terhadap Debitor tersebut maka terhadap harta
perjanjian atau karena Undang-undang.
Debitor di sita untuk kemudian di lelang dan dibayarkan sesuai utangnya terhadap Kreditor. Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 37
Pengertian Kepailitan Dalam
keputusan
Belanda
(Eropa
Tahun 2004 tentang Kepailitan menyebutkan
Kontinental) digunakan kata “Faillissement”,
bahwa utang adalah kewajiban yang dinyatakan
sedangkan keputusan common law dikenal istilah
atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
“bankruptcy” yang masing-masing bermakna
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang
kepailitan. “Pailit” berasal dari bahasa Perancis
asing, baik secara langsung maupun yang akan
“faillite” yang berarti pemogokan atau kemacetan
timbul di kemudian hari, yang
pembayaran,
timbul karena
sedang
orang
yang
berhenti
perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib
membayar dalam bahasa Perancis disebut “le
dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi
faili”, kata kerja “faili” berarti gagal, dan dalam
memberikan
bahasa Latin dikenal dengan kata kerja “failire”.
hak
kepada
kreditor
untuk
mendapatkan pemenuhannya dari harta kekayaan debitor. Kata “dapat dinyatakan dalam jumlah uang”
Kepailitan merupakan suatu penyitaan umum atas seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan kreditor-kreditor
secara
bersama-sama.
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Pailit -6
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala hanya mengenai kekayaan dan tidak mengenai
kedudukannya yang dapat dibedakan dari cara
pribadi dari orang lain yang dinyatakan pailit
pelunasannya oleh debitor yaitu:
(debitor).
1) Kreditor Preferen (istimewa atau privilege )
Faillissement
adalah
suatu
usaha
bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi
a. Kreditor Preferen karena undang-undang
semua orang berpiutang secara yang adil.
b. Kreditor Separatis (secured creditor)
Kepailitan adalah suatu lembaga hukum yang mempunyai
fungsi
penting
di
bidang
2) Kreditor Konkuren (unsecured creditor)
hak
kebendaan. Lembaga ini merupakan realisasi dari
b.
Debitor dalam Kepailitan
ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1131 KUH
Ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-undang
Perdata yang mengatur tentang tanggung jawab
No. 37 tahun 2004 menyebutkan bahwa Debitor
subjek hukum terhadap perikatan-perikatan yang
adalah orang yang mempunyai utang karena
dilakukannya.
perjanjian
Akibat hukum dari kepailitan adalah si pailit
atau
Undang-undang
yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
tidak memiliki kewenangan untuk melakukan
Debitor adalah si berhutang yang dapat di
tindakan pengurusan dan pemilikan terhadap harta
tuntut atau diminta untuk membayar hutang atau
kekayaan atau asset. Tetapi kepailitan hanya
kewajibannya oleh si kreditor. Sering terjadi si
mengenai harta benda debitor, bukan pribadinya,
debitor
jadi ia tetap cakap untuk melakukan perbuatan
kewajibannya
hukum di luar hukum kekayaan.
kesengajaan
tidak
memenuhi baik
maupun
kewajiban
disebabkan karena
-
karena
kelalaiannya.
Akibatnya si kreditor akan meminta pertanggung Para pihak yang terlibat dalam Kepailitan
jawabannya si debitor. Mereka yang dapat
a.
dinyatakan sebagai debitor pailit adalah :
Kreditor dalam Kepailitan Kreditor
adalah
subjek
hukum
baik
a) Orang perorangan baik laki-laki maupun
persorangan maupun badan hukum yang telah
perempuan yang telah menikah maupun
memiliki hukum yang memiliki hak untuk
belum menikah;
menagih sejumlah uang dari debitor setelah waktu
b) Perserikatan-perserikatan dan perkumpulan yang tidak berbadan hukum seperti ”Firma”;
yang diperjanjikan. Kreditor dapat menyita dan melaksanakan penjualan benda milik debitor guna
c) Perseorangan-perseorangan,
perkumpulan-
pelunasan piutangnya. Benda-benda mana yang
perkumpulan koperasi maupun yayasan yang
dapat disita dan urutan-urutannya serta cara
berbadan hukum;
penjualannya haruslah memperhatikan hak debitor
d) Harta peninggalan
serta menurut ketentuan yang berlaku.
c.
Para kreditor dapat dikelompokan menjadi beberapa 7-
jenis
sesuai
dengan
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
tingkat
Hakim Niaga/Hakim Pemutus Perkara Pada dasarnya perkara kepailitan dan PKPU
diadili oleh Majelis Hakim baik pada yudex facti
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yuris
Pengawas yang di tunjuk dari hakim pengadilan”.
(Mahkamah Agung) untuk perkara Kasasi maupun
Kurator yang diangkat tersebut harus independen,
PK. Majelis Hakim tersebut terdiri dari hakim-
tidak mempunyai benturan kepentingan dengan
hakim pada Pengadilan Niaga, yakni hakim-hakim
Debitor maupun kreditor dan tidak sedang
Pengadilan Negeri yang diangkat menjadi hakim
menangani perkara kepailitan dan PKPU lebih
Pengadilan Niaga berdasarkan Keputusan Ketua
dari 3 (tiga) perkara. Pada dasarnya, Kurator
Mahkamah Agung setelah melalui proses seleksi
berwenang
dan pelatihan perkara niaga. Disamping itu
dan/atau pemberesan harta pailit sejak tanggal
berdasarkan ketentuan
putusan pailit diucapkan meskipun terhadap
(Pengadilan
Niaga)
maupun
yudex
Pasal 302 ayat (3)
melaksanakan
putusan
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Peninjauan Kembali (PK). Dalam hal putusan
Utang (PKPU) dengan Keputusan Presiden atas
pernyataan pailit dan PKPU dibatalkan sebagai
usul Ketua Mahkamah Agung dapat diangkat
akibat
seseorang yang ahli sebagai hakim ad-hoc baik
perbuatan yang dilakukan oleh Kurator tetap sah
pada pengadilan tingkat pertama, kasasi maupun
dan mengikat Debitor.
adanya
dilakukan
pengurusan
Undang-undang No 37 tahun 2004 tentang
PK.
tersebut
tugas
Kasasi
Kasasi
maupun
maupun
PK
segala
Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 dan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2)
d.
Undang-undang No 37 tahun 2004 menentukan
Hakim Pengawas Hakim
Pengawas
pada
bahwa Kurator adalah Balai Harta Peninggalan
Pengadilan Niaga yang ditunjuk oleh Majelis
(BHP) atau Kurator lainnya yang diangkat oleh
Hakim yang memeriksa dan memutus perkara
pengadilan untuk mengurus dan membereskan
kepailitan dan PKPU. Pada prinsipnya Hakim
harta Debitor yang pailit dibawah pengawasan
Pengawas
Hakim Pengawas.
adalah
adalah
wakil
hakim
Pengadilan
yang
mengawasi pengurusan dan pemberesan harta
Adapun yang dimaksud dengan Kurator
pailit yang dilakukan oleh Kurator. Penunjukan
lainnya
adalah
orang
perseorangan
Hakim Pengawas dilakukan bersamaan dengan
berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
diucapkannya putusan pernyataan pailit.
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus
e.
Kurator
dan/atau membereskan harta Debitor pailit dan
Pada kasus kepailitan dikenal adanya Kurator
terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan
di mana eksistensi Kurator ini tercantum dalam
tanggung jawabnya
Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No 37 tahun
peraturan perundang-undangan.
2004
tentang
Kepailitan
dan
yang
di bidang hukum dan
Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang menyebutkan “dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat Kurator dan seorang Hakim
f.
Panitia Kreditor Panitia kreditor merupakan pihak yang
mewakili
pihak
kreditor
guna
mengurus
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
-8
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kepentingan hukum dari pihak kreditor. Dalam
84 ayat (2) Undang-undang No 37 tahun
Undang-undang No 37 tahun 2004 dikenal dua
2004)
macam panitia kreditor yaitu:
e. Meminta penetapan Hakim Pengawas dalam
a. Panitia kreditor sementara yang terdiri dari 3
hal panitia kreditor tidak menyetujui pendapat
(tiga) orang yang dipilih dari kreditor guna
Kurator dalam waktu 3 (tiga) hari setelah
memberikan nasihat, masukan atau pendapat
pemberitahuan (Pasal 84 ayat (3) Undang-
kepada Kurator
undang No 37 tahun 2004)
b. Atas
permintaan
kreditor
konkuren
berdasarkan putusan kreditor konkuren dalam
g.
Pengurus
suara terbanyak biasa dalam rapat kreditor,
Pada hakekatnya tugas pengurus adalah
Hakim Pengawas mengganti panitia kreditor
melakukan pengurusan harta Debitor bersama
sementara, apabila dalam putusan pailit telah
Debitor. Di dalam Pasal 234 Undang-undang No
ditunjuk panitia kreditor sementara atau
37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
membentuk panitia kreditor (Pasal 80 ayat (2)
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) disebutkan
Undang-undang No 37 tahun 2004
bahwa pengadilan menunjuk pengurus yang memenuhi persyaratan berdasarkan usul dari
Ruang lingkup dan hak dari panitia kreditor
Debitor maupun atas wewenangnya sendiri.
meliputi:
Pengurus
a. Panitia kreditor setiap waktu berhak meminta
independent
diperlihatkan semua buku, dokumen dan surat mengenai kepailitan (Pasal 81 ayat (1) Undang-undang No 37 tahun 2004)
yang dan
diangkat tidak
harus
bersifat
memiliki
benturan
kepentingan dengan Debitor atau kreditor. Pengurus adalah orang perseorangan yang berdomisili di wilayah Negara Republik Indonesia,
b. Memberi nasihat dalam hal diperlukan dan
yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan
diminta oleh Kurator ketika diadakan rapat
dalam rangka mengurus harta Debitor
(Pasal 82 Undang-undang No 37 tahun 2004)
terdaftar pada kementrian yang lingkup dan
c. Memberi pendapat kepada Kurator sebelum Kurator
mengajukan
gugatan
atau
tanggung jawabnya peraturan
dan
di bidang hukum dan
perundang-undangan.
meneruskan perkara yang sedang berlangsung
bertanggungjawab
ataupun menyanggah gugatan yang diajukan
kelalaiannya
atau yang sedang berlangsung (Pasal 83 ayat
pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap
(1) Undang-undang No 37 tahun 2004)
harta Debitor.
d. Menerima
pemberitahuan
Kurator
terhadap
Pengurus
dalam
kesalahan
melaksanakan
atau tugas
dalam
waktu 3 (tiga) hari sejak Kurator tidak
Penyelesaian Perkara Kepailitan di Pengadilan
menyetujui pendapat panitia kreditor (Pasal
Niaga Medan
9-
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pengadilan Niaga merupakan salah satu
Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
pengadilan khusus dari beberapa pengadilan
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku
khusus lainnya seperti Pengadilan Perikanan
dan Irian Jaya
(Undang-undang No 31 Tahun 2004), Pengadilan
- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Hubungan Industrial (PHI, Undang-undang No. 2
Medan meliputi wilayah Provinsi Sumatera
tahun 2004), Pengadilan Hak Azasi Manusia
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan
(Undang-undang No 26 tahun 2000), Pengadilan
Daerah
Anak (Undang-undang No. 3 tahun 1997),
Darussalam)
Pengadilan Tindak pidana korupsi (Undang-
Istimewa Aceh (Nanggroe
Aceh
- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
undang No 46 tahun 2009) dimana kesemuanya
Surabaya
ini merupakan bagian dari wewenang badan
Kalimantan
Peradilan Umum.
Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara
Sebagaimana pengadilan khusus lainnya
meliputi
wilayah
Selatan,
Jawa
Timur,
Kalimantan
Timur,
Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor timur
Pengadilan Niaga dibentuk atas dasar perintah
(sewaktu
masih
dalam
wilayah
Undang-undang yaitu Undang-undang No 37
Kesatuan Repulbik Indonesia)
Negara
tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 7
Semarang meliputi wilayah Jawa Tengah dan
yang berbunyi “Pengadilan adalah Pengadilan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Niaga dalam lingkungan Peradilan Umum”. Pada awalnya Pengadilan Niaga pertama kali
- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat meliputi wilayah Jakarta, Jawa
dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Barat,
Sumatera
berdasarkan ketentuan Pasal 281 ayat (1) Perpu
kalimantan Barat
Selatan,
Lampung,
dan
No. 1 Tahun 1998 jo Undang-undang No. 4 Tahun
Pengadilan Niaga selain memiliki fungsi
1998. Selanjutnya berdasarkan Ketentuan Pasal 2
untuk memeriksa dan memutus perkara Kepailitan
Keputusan Presiden RI No. 97 Tahun 1999
dan PKPU maka dirinya dberikan fungsi pula
dibentuk Pengadilan Niaga pada Pengadilan
untuk menyelesaikan perkara-perkara di bidang
Negeri Ujung Pandang (Makassar), Pengadilan
niaga lainnya yaitu perkara Hak kekayaan
Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya dan
Intelektual (HKI),
Pengadilan Negeri Semarang.
(Undang-undang No 31 Tahun 2000), Desain tata
Dalam Keputusan Presiden ini pula di dalam ketentuan pembagian
Pasal
2
wilayah
nya
mengatur
hukum
berupa Desain Industri
Letak Sirkuit Terpadu (Undang-undang No 32
tentang
Tahun 2000), Paten (Undang-undang No 14 Tahun
masing-masing
2001), Merek (Undang-undang No 15 Tahun
Pengadilan Niaga tersebut yaitu:
2001), Hak Cipta (Undang-undang No 19 Tahun
- Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
2002), Rahasia Dagang (Undang-undang Jo 30
Ujung Pandang (Makassar) meliputi wilayah
Tahun 2000) dan Perlindungan Varietas Tanaman Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 10
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala (Undang-undang No 29 Tahun 2000).
Semenjak dibentuknya Pengadilan Niaga
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang
dan
PKPU
telah
Medan berdasarkan Ketentuan Pasal 2 Keputusan
Niaga
mana
yang
Presiden RI No. 97 Tahun 1999, telah masuk
berwenang untuk memeriksa dan mengadili
beberapa perkara yang menyangkut perkara
perkara-perkara Kepailitan dan PKPU apabila
Kepailitan dan PKPU yang dimulai pada tahun
kreditor
2002 seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah ini:
menentukan
Kepailitan
Medan yang berkedudukan di Pengadilan Negeri
Pengadilan
hendak
mengajukan
permohonan
pernyataan pailit dan PKPU kepada Debitor yaitu: 1. Pada Pengadilan Niaga dimana daerah tempat kedudukan hukum si Debitor. 2. Dalam
hal
Debitor
telah
meninggalkan
wilayah hukum negara Republik Indonesia, pengadilan (Niaga) yang berwennag untuk menjatuhkan
putusan
atas
permohonan
pernyataan pailit adalah pengadilan (Niaga) yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir Debitor. 3. Dalam hal Debitor adalah persero suatu Firma, pengadilan (Niaga) yang daerah
Tabel 1. Jumlah Perkara Kepailitan dan PKPU pada Pengadilan Niaga Medan Masuk Tahun Jumlah Pailit PKPU 2002 2003 1 1 2004 1 1 2005 3 3 2006 1 1 2007 4 4 2008 2 2 2009 4 4 2010 5 2 7 2011 13 3 16 Jumlah 34 5 39 Sumber: Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Medan
Bila dilihat pada Tabel tersebut di atas
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum
ternyata
firma tersebut juga berwenang memutuskan.
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang
4. Dalam hal Debitor tidak berkedudukan di
masuk
perkara
ke
ke
kepailitan
meja
dan
Penundaan
kepaniteraan
Perdata
wilayah negara Republik Indonesia tetapi
Pengadilan Niaga rata-rata per tahunnya sangat
menjalankan profesi atau usahanya di wilayah
sedikit dan tidak mengalami kenaikan yang
negara
pengadilan
signifikan kecuali pada tahun 2011. Hal ini
(Niaga) yang berwenang memberikan putusan
berbanding terbalik bila dibandingkan dengan
adalah pengadilan yang daerah hukumnya
sejumlah kasus runtuhnya badan usaha baik
meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat
berbentuk perseroan maupun perseorangan yang
Debitor menjalan profesi atau usahanya di
terjadi di wilayah hukum Pengadilan Niaga
wilayah negara Republik Indonesia.
Medan.
Republik
Indonesia,
5. Dalam hal Debitor merupakan badan hukum, tempat
kedudukan
sebagaimana
dimaksud
hukumnya dalam
dasarnya”. 11 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Bila kita bandingkan dengan jumlah perkara
adalah
perdata biasa yang masuk ke meja kepaniteraan
anggaran
Perdata Pengadilan Negeri Medan yang dapat memiliki titik persinggungan yang sama berupa
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala utang piutang sangat jauh perbandingannya. Hal
pemegang hak jaminan seperti pemegang hak
ini sebagaimana dapat di lihat pada tabel di bawah
tanggungan, hak gadai atau hak agunan atas
ini
kebendaan lainnya. Dan kreditor konkuren adalah
Tabel 2. Jumlah Perkara Gugatan Perdata pada Pengadilan Negeri Medan Tahun Masuk Jenis Gugatan PMH Wan Prestasi 2006 451 376 75 2007 516 439 77 2008 543 450 93 2009 553 454 99 2010 580 488 92 2011 534 448 86 Jumlah 3177 2655 522 Sumber: Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Medan
kreditor yang tidak memegang suatu jaminan
Di dalam melakukan usaha ekonomi/bisnis seorang Debitor wajar mempunyai utang kepada kreditor dan juga memiliki utang kepada beberapa kreditor
untuk
Terkadang berbentuk
menopang
utang
modal
piutang
kepercayaan
tanpa
usahanya.
tersebut
hanya
adanya
suatu
jaminan namun terkadang pemberian utang tersebut oleh kreditor meminta jaminan kepada Debitor baik itu berupa gadai (Pasal 1150-1160 Buku III Bab XX KUH Perdata), Hipotek (Pasal 1162-1232 KUH Perdata), Hak Tanggungan (Undang-undang No 4 Tahun 1996) maupun jaminan Fidusia (Undang-undang No. 42 Tahun 1999). Oleh karena itu maka dalam kepailitan dikenal adanya pembagian kreditor yaitu kreditor preferen,
kreditor
separatis
dan
kreditor
konkueren. kreditor preferen adalah kreditor istimewa yang harus didahulukan pembayaran dan pelunasannya daripada kreditor lainnya. Biaya perkara, biaya eksekusi, maupun privilege khusus dan umum serta utang pajak adalah tagihantagihan yang harus didahulukan pelunasannya. Sedangkan kreditor separatis adalah kreditor
apapun atas pemberian utang kepada Debitor. Kreditor separatis pemilik hak jaminan kebendaan memiliki kewenangan untuk menjual secara
lelang
kebendaan
yang
dijaminkan
kepadanya dan untuk selanjutnya memperoleh pelunasan
secara
mendahului
dari
kreditor-
kreditor lainnya dari hasil penjualan kebendaan yang dijaminkan kepadanya tersebut. Hak-hak jaminan
kebendaan
menjual
sendiri
yang
secara
memberikan lelang
dan
hak untuk
memperoleh pelunasan secara mendahului terdiri dari: 1. Gadai yang diatur dalam Bab XX Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata untuk kebendaan bergerak, dengan cara melepaskan kebendaan yang dijaminkan tersebut dari penguasaan pihak yang memberikan jaminan kebendaan berupa gadai tersebut; 2. Hipotek yang diatur dalam Bab XXI Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menurut Pasal 314 Kitab Undang-undang Hukum Dagang berlaku untuk kapal yang memiliki ukuran sekurang-kurangnya 20 m3 isi kotor, yang dapat di daftarkan, sedangkan yang tidak di daftarkan maka dianggap sebagai kebendaan yang bergerak; 3. Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 1996 yang mengatur mengenai penjaminan atas hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang dianggap melekat dan diperuntukan untuk Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 12
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dipergunakan secara bersama-sama dengan bidang tanah yang di atasnya terdapat hak-hak atas tanah yang dapat dijaminkan dengan Hak
Pengadilan
Niaga
ini
berfungsi
untuk
menyelesaikan perkara-perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang
Tanggungan; 4. Jaminan Fidusia yang diatur dalam Undangundang No 42 Tahun 1999. Yaitu setiap jaminan yang tidak dijaminkan dengan tiga jenis jaminan kebendaan tersebut diatas
masuk ke meja Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri. Setelah di register di Kepaniteraan Perdata selanjutnya diajukan ke Ketua Pengadilan Negeri untuk ditetapkan Majelis Hakim yang akan menangani Perkara kepailitan dan PKPU tersebut.
Pada perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang masuk ke meja kepaniteraan perdata Pengadilan Negeri Medan sejak berdirinya Pengadilan Niaga Medan dan aktif melaksanakan fungsinya dalam penyelesaian perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 dari sekian banyak jumlah
perkara
kepailitan
dan
Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang yang masuk maka sebagian besar menyangkut adanya hak jaminan atas kebendaan. Hal ini dapat kita lihat dari Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Jumlah Perkara Kepailitan dan Pkpu Pada Pengadilan Niaga Medan Yang Menyangkut Adanya Hak Jaminan Atas Kebendaan Masuk Hak Jaminan Tahun atas Pailit PKPU kebendaan 2002 2003 1 1 2004 1 1 2005 3 2 2006 1 1 2007 4 2 2008 2 2 2009 4 4 2010 5 2 6 2011 13 3 12 Sumber: Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Medan
13 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Atas penetapan Ketua Pengadilan Negeri tersebut selanjutnya Majelis Hakim menentukan hari untuk bersidang
guna
memeriksa
mengadili
dan
memutus perkara tersebut. Putusan atas perkara tersebut bisa berupa mengabulkan, menolak atau tidak dapat diterima. Apabila putusan tersebut menolak atau menyatakan tidak dapat diterima maka konsekuensi hukumnya terhadap Debitor tidak ada. Namun apabila putusan tersebut mengabulkan permohonan pailit dari si pemohon maka akan timbul konsekuensi hukum terhadap harta kekayaan Debitor tersebut. Pelaksanaan Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini diatur dalam Pasal 225 Undang-undang Kepailitan dan PKPU di mana disebutkan bahwa Majelis Hakim Pemeriksa dan Pemutus Pembayaran
perkara
Penundaan
Kewajiban
Utang, dalam hal
permohonan
diajukan oleh Debitor, dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal di daftarkan surat permohonan PKPU harus mengabulkan PKPU sementara
dan
menunjuk
seorang
Hakim
Pengawas serta mengangkat 1 atau lebih pengurus yang bersama Debitor mengurus harta Debitor. Dalam hal permohonan PKPU diajukan oleh Kreditor Majelis Hakim pemeriksa dan Pemutus
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala PKPU dalam tenggang waktu paling lambat 20
perdamaian yang ditawarkan oleh Debitor Hakim
(dua puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya
Pengawas wajib menyampaikan laporan tertulis
surat permohonan PKPU harus mengabulkan
kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
permohonan
memutus perkara PKPU tetap. Atas dasar laporan
PKPU
sementara
dan
harus
menunjuk Hakim Pengawas serta 1 (satu) atau
tersebut
lebih pengurus yang bersama Debitor mengurus
memeriksa dan memutus perkara PKPU tetap
harta Debitor.
harus memutus dan menyatakan Debitor pailit.
Selanjutnya Majelis
atas
Hakim
dasar salinan putusan
tersebut
Hakim
Pengawas
I.
selanjutnya
Pelaksanaan Medan
Majelis
Fungsi
Dalam
Hakim
Pengadilan
Penyelesaian
yang
Niaga Perkara
menunjuk paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian,
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban
dan penetapan ini disampaikan kepada pengurus
Pembayaran Utang
dengan kewajiban mengumumkan putusan PKPU sementara serta undangan untuk hadir pada sidang permusyawaratan terhadap Debitor dan kreditor untuk membicarakan rencana perdamaian yang ditawarkan oleh Debitor.
A. Pelaksanaan Fungsi Pengadilan Niaga Medan 1. Pengadilan Niaga (Commercial Court) Pasal 1 butir 7 Undang-undang No: 37 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Pengadilan adalah
Selanjutnya pada hari dan tanggal yang telah
Pengadilan Niaga. Selanjutnya Pasal 2 ayat (1)
ditentukan di mana Debitor dan para kreditor
Undang-undang No: 37 Tahun 2004 menyebutkan
hadir Hakim Pengawas meminta pendapat para
bahwa pernyataan pailit harus dinyatakan oleh
kreditor apakah dapat menerima dan menyetujui
pengadilan.
rencana perdamaian yang ditawarkan oleh Debitor
Bila dikaitkan kedua Pasal diatas maka suatu
atau apakah para kreditor dapat menyetujui
badan
pemberian PKPU secara tetap yang dimintakan
perseorangan yang berlaku sebagai Debitor hanya
oleh
dapat dinyatakan pailit oleh adanya Putusan
Debitor
guna
membicarakan
rencana
perdamaian pada rapar kreditor selanjutnya.
usaha
baik
persekutuan
maupun
pengadilan yang dalam hal ini adalah Putusan
Apabila para kreditor menerima rencana
Pengadilan Niaga. Sehingga dalam hal ini peran
perdamaian yang ditawarkan oleh Debitor Hakim
Pengadilan Niaga untuk mempailitkan suatu
Pengawas wajib menyampaikan laporan tertulis
badan usaha sangat kuat karena dipayungi oleh
kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
suatu landasan hukum yaitu Undang-undang No:
memutus perkara PKPU tetap. Atas dasar laporan
37 Tahun 2004.
tersebut
selanjutnya
yang
Pengadilan Niaga Medan merupakan salah
memeriksa dan memutus perkara PKPU tetap
satu dari 5 (lima) Pengadilan Niaga yang dibentuk
wajib memberikan putusan mengenai pengesahan
untuk seluruh wilayah Nekara Kesatuan Republik
perdamaian
Namun
Indonesia. Pengadilan Niaga Medan dibentuk
apabila para kreditor tidak menerima rencana
berdasarkan Keputusan Presiden No: 97 Tahun
serta
Majelis
Hakim
alasan-alasannya.
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 14
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 1999 tanggal 18 Agustus 1999 dibentuklah
pemberitahuan pemanggilan kepada para pihak
Pengadilan Niaga dibawah naungan Pengadilan
yang terkait dalam perkara kepailitan juga
Negeri Ujung Pandang (Makassar), Pengadilan
bertugas untuk mengantarkan relas pemberitahuan
Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Medan dan
perkara-perkara lainnya seperti perkara perdata
Pengadilan Negeri Semarang. Keputusan Presiden
dan perkara pidana. Artinya dalam hal ini belum
ini sekaligus mengatur wilayah kekuasaan hukum
ada staff khusus yang bertugas untuk menangani
masing-masing Pengadilan Niaga tersebut.
perkara kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pengadilan Niaga Medan terletak dalam
Pembayaran Utang saja.
gedung Pengadilan Negeri Medan di Jalan
Pengadilan
Niaga
Medan
dibentuk
Pengadilan No. 8 Medan. Pengadilan Niaga
berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) RI
Medan yang merupakan satu kesatuan dengan
No.97 Tahun 1999, sudah berdiri selama 11
Pengadilan Negeri Medan sehingga memiliki satu
(sebelas) tahun. Selama berdirinya Pengadilan
sistem struktur organisasi.
Niaga Medan belum banyak perkara pailit dan
Pengadilan
Niaga
Medan
dalam
PKPU yang telah didaftarkan, hal ini dapat dilihat
melaksanakan perannya menyelesaikan perkara
dari data 3 (tiga) tahun terakhir Kepaniteraan
kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Pengadilan Niaga Medan tahun dibawah ini:
Utang sampai saat ini memiliki 10 (sepuluh)
Tabel 4. Jumlah Perkara Kepailitan dan PKPU yang masuk dan telah diputus pada Pengadilan Niaga Medan (1/2) Perkara Thn Sisa Sisa Thn PTS PTS Niaga 2009 2009 2010 2010 Pailit 4 2 2 5 6 1 PKPU 2 1 1 Jumlah 4 2 2 7 7 2
orang hakim niaga yang berasal dari hakim karier dan non karier (Ad hoc) dimana 4 (empat) orangnya adalah hakim non karier (Ad hoc). Hakim niaga yang diangkat dari hakim karier juga berperan untuk memeriksa dan mengadili perkaraperkara di luar kepailitan seperti perkara perdata dan perkara pidana pada Pengadilan Negeri Medan dimana jumlah rata-rata perkara perdata biasa sekitar 800-an (delapan ratusan) dan jumlah perkara pidana sekitar 4000-an (empat ribuan) per tahunnya, sedangkan
sumber
daya
manusia
pendukung seperti panitera pengganti untuk perkara niaga juga bertugas sebagai panitera pengganti untuk perkara perdata dan perkara pidana. Begitu pula dengan juru sita Pengadilan Negeri Medan yang berjumlah 10 (sepuluh) orang yang 15 -
berperan
sebagai
pengantar
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
relas
Tabel 4. Jumlah Perkara Kepailitan dan PKPU yang masuk dan telah diputus pada Pengadilan Niaga Medan (2/2) Perkara Thn PTS Sisa Niaga 2011 2011 Pailit 13 10 4 PKPU 3 3 1 Jumlah 16 13 5 Sumber : Kepaniteraan Pengadilan Niaga Medan tahun 2011
2.
Proses Persidangan Perkara Kepailitan di Pengadilan Niaga Medan Pada prinsipnya proses persidangan perkara
kepailitan di Pengadilan Niaga Medan sama dengan proses persidangan perkara kepailitan di Pengadilan Niaga lainnya. Hal ini dikarenakan
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala proses
pemeriksaan
perkara
kepailitan
lambatnya 3 (tiga) hari dari tanggal pengajuan
berpedoman kepada satu Undang-undang yaitu
permohonan tersebut. Majelis Hakim yang di
Undang-undang No: 37 Tahun 2004 tentang
tunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri/Niaga
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Medan
Utang.
persidangan dan memerintahkan kepada juru sita
segera
membuat
penetapan
hari
Pada awalnya pihak pemohon pailit melalui
untuk melakukan pemanggilan terhadap para
kuasa hukumnya seorang advokat (Pasal 7
pihak yang terkait dalam surat permohonan
Undang-undang No: 37 Tahun 2004 tentang
pernyataan pailit tersebut dengan surat tercatat
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
kilat paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum sidang
Utang) mengajukan permohonan kepada Ketua
pemeriksaan pertama di selenggarakan.
Pengadilan Negeri/Niaga Medan melalui Panitera
Pada hari yang telah ditentukan untuk
muda perdata sub bagian niaga. Kemudian
pemeriksaan
Panitera
Majelis
muda
perdata
memperhatikan
sub
bagian
persyaratan
niaga
permohonan
awal
Hakim
diberikan
persidangan
membuka
kesempatan
selanjutnya
persidangan kepada
dan
pemohon
pengajuan pernyataan pailit tersebut apakah telah
pernyataan pailit untuk membacakan permohonan
sesuai dengan syarat formil yang ditentukan oleh
nya tersebut, setelah itu kepada pemohon pailit
Undang-undang sebagaimana dimaksud dalam
diperintahkan
Pasal 2 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5). Apabila
permohonannya tersebut terhadap utang termohon
telah sesuai dengan aturan maka Panitera muda
pailit (Debitor) kepada pemohon pailit (Kreditor)
perdata
yang telah jatuh tempo dan dapat di tagih serta
sub
permohonan
bagian
niaga
pernyataan pailit
mendaftarkan pada
untuk
membuktikan
dalil-dalil
tanggal
adanya Kreditor lain yang memberikan utang
permohonan yang bersangkutan diajukan, dan
kepada pihak termohon (Debitor). Setelah pihak
kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis
pemohon pailit mengajukan alat-alat buktinya
yang ditanda tangani oleh Panitera muda perdata
selanjutnya diberikan kesempatan kepada pihak
sub bagian niaga dengan tanggal yang sama
termohon pailit untuk mengajukan pembelaannya
dengan tanggal pendaftaran. Selanjutnya Panitera
atau
muda perdata sub bagian niaga menyampaikan
pemohon apabila memang ada yang tidak sesuai
kepada Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Medan
menurut pihak termohon.
akan permohonan pernyataan pailit tersebut
membantah
Namun
dalil
terkadang
ada
kalanya
pihak
termohon
permohonan
Ketua
permohonan pernyataan pailit tersebut misalnya
kemudian
berupa kompetensi relatif sebagaimana ketentuan
membuat penetapan penunjukan Majelis Hakim
pada Pasal 3 Undang-undang No : 37 Tahun 2004
untuk
tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pengadilan
di
daftarkan.
Negeri/Niaga
memeriksa
dan
Oleh
Medan
mengadili
perkara
permohonan pernyataan pailit tersebut selambat-
eksepsi/jawaban
pihak
selambat-lambatnya 2 (dua) hari dari tanggal itu
mengajukan
permohonan
atas
Pembayaran Utang. Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 16
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Terhadap eksepsi/jawaban pihak termohon atas
permohonan
pernyataan
pailit
tersebut
dapat dibuktikan maka permohonan pernyataan pailit tersebut harus di tolak.
sepanjang tidak berkaitan dengan kompetensi
Sepintas
kalau
di
lihat
syarat
untuk
absolut biasanya Majelis Hakim akan memberikan
dijatuhkannya pailit terhadap si Debitor begitu
pertimbangan dan memberikan putusan atas
mudah dan sederhana namun dalam fakta
eksepsi/jawaban
persidangan ternyata sangat susah untuk di
tersebut
bersamaan
dengan
putusan akhir. Akan
buktikan
tetapi
apabila
telah
menyangkut
kompetensi absolut maka Majelis Hakim akan memberikan
pertimbangan
dan
sehingga
terkadang
untuk
membuktikannya memakan waktu yang cukup lama.
menjatuhkan
Dalam wawancara dengan hakim niaga
putusan terhadap permohonan tersebut dengan
Medan
putusan
membuktikan syarat sederhana tersebut seperti
sela
apakah
eksepsi/jawaban
pihak
termohon tersebut dapat dikabulkan atau tidak.
ditemukan
kesulitan-kesulitan
untuk
misalnya dalam satu kasus di temukan adanya
Setelah semua pihak diberikan kesempatan
kreditor yang fiktif, pengalihan utang kepada
untuk membuktikan masing-masing permohonan
pihak lain, subgorgasi maupun cessi dan apakah
dan bantahannya selanjutnya Majelis Hakim akan
ternyata
menunda
penundaan pembayaran atau restrukturisasi utang
persidangan
kesempatan
kepada
guna
perdamaian
berupa
antara pihak Debitor dengan salah satu pihak
permohonan pernyataan pailit tersebut dapat
Kreditor sehingga syarat minimal dua Kreditor
dikabulkan atau di tolak atau juga apabila ternyata
tidak terpenuhi. Selain daripada itu Majelis Hakim
Majelis
juga harus jeli melihat peraturan perundang-
permohonan
mengetahui
tersebut
tidak
Hakim
adanya
apakah
Hakim
Majelis
memberikan
telah
syarat
formal
terpenuhi
dapat
undangan
lain
seperti
peraturan
tentang
memberikan putusan permohonan tersebut tidak
Perusahaan Terbatas (PT), peraturan tentang
dapat di terima.
badan hukum atau juga peraturan tentang surat-
Permohonan
pernyataan
pailit
harus
surat berharga dan peraturan perundang-undangan
dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
lainnya yang kemungkinan ada kaitannya dengan
yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan
kepailitan.
untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi yaitu adanya minimal dua kreditor dan pihak Debitor
3.
Perlindungan
Hukum
terhadap
para
tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
Kreditor dalam Hukum Kepailitan
telah jatuh waktu dan dapat di tagih (Pasal 2 ayat
Undang-undang kepailitan diadakan untuk
(1) Undang-undang No: 37 Tahun 2004 tentang
memberikan perlindungan kepada kreditor apabila
kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
debitor tidak membayar utang-utangnya. Dengan
Utang). Apabila syarat sederhana tersebut tidak
Undang-undang
17 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
kepailitan,
diharapkan
para
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kreditor dapat memperoleh akses terhadap harta
dapat mengajukan permohonan pailit kepada
kekayaan dari debitor yang dinyatakan pailit
Pengadilan Niaga terhadap seorang debitor yang
karena debitor tidak mampu lagi membayar utang-
memiliki jumlah asset yang jauh berlipat ganda
utangnya. Namun perlindungan yang diberikan
nilainya bila dibandingkan dengan jumlah tagihan
oleh Undang-undang kepailitan bagi kepentingan
yang menjadi dasar bagi kreditor itu untuk
kreditor itu tidak boleh sampai merugikan
mengajukan pailit, asalkan di samping kreditor
kepentingan debitor yang bersangkutan.
yang bersangkutan, debitor juga memiliki kreditor
”Hukum kepailitan mempunyai fungsi yang
lain dan utang yang menjadi dasar pengajuan
sangat penting yaitu melalui hukum kepailitan
pailit itu dapat dibuktikan oleh kreditor sebagai
akan diadakan suatu penyitaan umum (eksekusi
utang yang telah dapat ditagih dan tidak dibayar.
massal) terhadap seluruh harta kekayaan debitor,
Dengan demikian, seorang debitor dengan asset
yang selanjutnya akan diberikan kepada kreditor
Rp.1.000.000.000.000,- (satu trilyun rupiah) dapat
di bawah pengawasan petugas yang berwenang.”
diajukan pailit oleh seorang kreditor yang
Suatu undang-undang kepailitan yang baik haruslah
berlandaskan
asas
memiliki tagihan, misalnya, hanya berjumlah
pemberian
Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Tidak
perlindungan yang seimbang bagi semua pihak
dibatasinya jumlah minimum piutang yang tidak
yang terkait dan berkepentingan dengan kepailitan
dibayar sebagaimana dimaksud di atas akan
seseorang atau suatu perusahaan. Undang-undang
sangat menguntungkan kreditor.
kepailitan yang baik seyogyanya tidaklah hanya
Perlunya perlindungan diberikan kepada
memberikan perlindungan bagi debitor saja.
kreditor
Kepentingan
kreditor
sangat
stakeholder yang tidak berbeda dengan debitor.
diperhatikan,
karena
kepada
Kreditor yang mengalami piutang-piutang yang
kepentingan
kreditor
harus
juga
perhatian berarti
sekaligus
karena
kreditor
juga
mempunyai
juga
tidak dapat ditagih sudah tentu akan membuat
memperhatikan kepentingan para stakeholdersnya.
kreditor rugi. Kerugian kreditor akan lebih lanjut
Menurut Undang-undang kepailitan No. 37
mempengaruhi dan merugikan para stake holders-
tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
nya.
Kewajiban Pembayaran Utang, seseorang kreditor
Dalam hubungannya dengan undang-undang
dengan jumlah utang seberapapun juga berhak
kepailitan, apabila seorang debitor pada akhirnya
untuk mengajukan permohonan pailit terhadap
ternyata berada dalam keadaan tidak membayar
debitor sepanjang persyaratan yang ditentukan
utang- utangnya, baik karena debitor mengalami
oleh Pasal 1 ayat (1) Undang-undang kepailitan
kesulitan keuangan yang disebabkan faktor-faktor
No. 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
internal dan eksternal yang objektif, atau karena
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah
debitor beriktikad tidak baik, sehingga dengan
terpenuhi. Dengan kata lain, seorang kreditor
demikian kreditur tidak dapat mengharapkan
dengan tagihan hanya relatif kecil saja jumlahnya
sumber
pelunasan,
maka
Undang-undang
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 18
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Kepailitan harus dapat memberikan jaminan dan keamanan
bagi
para
kreditor
untuk
dapat
memperoleh perlunasan dari kekayaan debitor.
B.
Hambatan dalam Pelaksanaan Peran Pengadilan Niaga Medan Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam
Demi perlindungan hukum terhadap para kreditor, terutama demi melindungi kepentingan
prosedur penyelesaian suatu sengketa kepailitan di Pengadilan Niaga Medan tersebut antara lain:
para kreditor yang menguasai sebagian besar dari
1.
keseluruhan jumlah utang debitur, peraturan
Maksud dari segi Yuridis ini adalah hambatan
Dari Segi Yuridis
kepailitan menyatakan:
yang berkaitan dengan aturan hukum pelaksanaan
(1) Selama putusan atas permohonan pernyataan
Undang-undang No 37 Tahun 2004 tentang
pailit belum diucapkan, setiap Kreditor,
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas
Utang.
Pasar Modal, atau Menteri Keuangan dapat
Pembentukan Undang-undang No 37 Tahun
mengajukan permohonan kepada Pengadilan
2004 tentang kepailitan di dasarkan adanya
untuk :
kebutuhan yang mendesak guna menyelesaikan
a. meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan Debitor, atau b. menunjuk
Kurator
moneter global yang melanda termasuk terhadap
sementara
untuk
mengawasi: 1)
perkara-perkara kepailitan akibat adanya krisis
negara
Indonesa.
Krisis
moneter
ini
mengakibatkan banyak perusahaan yang ambruk
pengelolaan usaha Debitor, dan
tidak mampu melunasi utang-utangnya kepada
2) pembayaran kepada Kreditor, pengalihan,
para kreditornya. Guna menyelesaikan perkara-
atau penggunaan kekayaan Debitor yang
perkara kepailitan yang bersifat cepat, adil,
dalam kepailitan merupakan wewenang
terbuka dan efektif (speedy, fair, transparent and
Kurator.
effective) maka dibuatlah Undang-undang ini.
3) Permohonan
sebagaimana
dimaksud
Akibatnya banyak aturan-aturan yang tidak dapat
pada ayat (1) hanya dapat dikabulkan,
diterapkan
apabila hal tersebut diperlukan guna
ketentuan Pasal 8 ayat (5) yaitu Putusan
melindungi kepentingan kreditor.
pengadilan atas permohonan pernyataan pailit
4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
a
dikabulkan,
sebagaimana
mestinya.
Misalnya
harus di ucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit di daftarkan. Menurut Subiharta, SH ketentuan ini
5) Pengadilan dapat menetapkan syarat agar
sangat susah di laksanakan oleh karena selama
kreditor pemohon memberikan jaminan
proses pendaftaran sampai pemanggilan para
yang dianggap wajar oleh Pengadilan.
pihak yang dilakukan oleh juru sita pengadilan telah memakan banyak waktu sampai mungkin 2
19 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala (dua) minggu. Hal ini dikarenakan domisili para
oleh Debitor hanya di catat dalam Berita Acara
pihak yang mungkin jauh padahal surat panggilan
Rapat dan tidak menghalangi pengakuan piutang
tersebut harus langsung diterima oleh para pihak.
dalam kepailitannya. Padahal bisa saja kekhilafan
Selain daripada itu ternyata untuk membuktikan
terjadi
syarat
yaitu
Seharusnya hak untuk membantah tagihan yang
pembuktian adanya utang yang telah jatuh waktu
diajukan oleh kreditor tetap diberikan kepada
dan dapat ditagih serta minimal adanya 2 (dua)
Debitor, sebab ada kemungkinan perhitungan
kreditor tidaklah sesederhana yang di bayangkan.
utang piutang tersebut sangat rumit sebagaimana
Kuasa hukum harus mampu menghadirkan saksi-
diakui dalam Pasal 231 ayat (1) Undang-undang
saksi maupun surat yang mendukung pembuktian
Kepailitan dan PKPU
sederhana
tercapainya
pailit
pada
pihak
Kurator
dan
kreditor.
tersebut dimana terkadang untuk menghadirkan
Elijana (Ketua Tim Revisi Undang-undang
saks-saksi adalah sulit seperti misalnya domisili
Kepailitan) dalam makalahnya “Seminar Nasional
para saksi maupun kemampuan dirinya untuk
Hukum Kepailitan” di Jakarta tanggal 29 Oktober
hadir di depan persidangan.
2008” mengakui bahwa banyak aturan dalam
Subiharta,
S.H
juga
merujuk
kepada
ketentuan Pasal 225 ayat (3) yang berbunyi: “Dalam
hal
permohonan
rezim kepailitan yang saling bertentangan. Lebih ironis karena ternyata pertentangan juga ada di
(Penundaan
dalam UU Kepailitan itu sendiri. Misalnya danya
Kewajiban Pembayaran Utang) diajukan oleh
pertentangan antara Pasal 60 Ayat (2) UU
kreditor, pengadilan dalam waktu paling lambat
Kepailitan dengan Pasal 55 Ayat (1) UU
20 (dua puluh) hari sejak tanggal di daftarkannya
Kepailitan. Di satu sisi, pasal 60 Ayat (2) UU
surat
mengabulkan
Kepailitan mewajibkan kreditur separatis untuk
permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran
membagi hasil penjualan barang jaminan kepada
Utang Sementara......dst”.
kreditur istimewa, seperti tagihan pajak. Di sisi
permohonan,
harus
Yang menjadi pertanyaan apakah setiap
lain Pasal 55 Ayat (1) UU Kepailitan merumuskan,
permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran
dalam batas waktu tertentu, kreditur separatis
Utang
harus
dapat melelang jaminan kebendaannya. Hasil
dikabulkan? Tidak perduli apakah ianya sesuai
penjualannya digunakan untuk memenuhi piutang
dengan syarat yang ditentukan atau tidak? Atau
dan bunganya. Jika ada sisa hasil penjualan, baru
apakah tidak perlu di teliti lebih lanjut tentang
lah kreditur separatis menyerahkannya kepada
iktikad si Kreditor untuk memohon Penundaan
kurator. Seharusnya Pasal 60 Ayat (2) UU
Kewajiban Pembayaran Utang ?
Kepailitan ini diabaikan saja. Karena jika hakim
yang
diajukan
oleh
kreditor
Erwin Mangatas Malau, S.H.,M.H (Ketua Pengadilan
Negeri
Medan)
menggunakannya, tidak akan ada lagi bank atau
mempertanyakan
investor lain yang mau meminjamkan uangnya
ketentuan Pasal 132 ayat (1), (2), dan (3)
tanpa ada kepastian atas jaminannya, saran Elijana.
menyebutkan bahwa bantahan yang dilakukan
Elijana
juga
mengemukakan
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
bahwa - 20
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Ketidakharmonisan
juga
terjadi
antara
UU
1)
Internal Pengadilan Niaga Medan
Kepailitan dengan undang-undang lain. Sebut
Keberadaan para hakim niaga baik dari karier
misalnya dengan UU Ketentuan Umum dan Tata
maupun hakim non karier (ad hoc) dirasakan
Cara Perpajakan ( UU Pajak). Pasal 21 UU Pajak
masih
misalnya menyebutkan, “negara mempunyai hak
kualitasnya. Hakim niaga yang terdiri dari 10
mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang
(sepuluh) orang hakim dimana 6 (enam) orangnya
milik Penanggung Pajak”.
adalah
Aturan lain yang Elijana nilai bertentangan dengan
Undang-undang
Kepailitan
kurang
hakim
baik
itu
karier.
kuantitas
Hakim
karier
maupun
selain
memeriksa perkara kepailitan juga memiliki tugas
adalah
yang banyak oleh karena selain sebagai hakim
Undang-undang Ketenagakerjaan. Pasal 95 Ayat
niaga dirinya juga merupakan hakim peradilan
(4) UU Ketenagakerjaan itu merumuskan:
umum yang mengurusi perkara perdata maupun
“Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau likuidasi
berdasarkan
peraturan
pidana. Sebagaimana diketahui bahwa Pengadilan
perundang-
Negeri Medan memiliki jumlah perkara yang
undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak
banyak dimana untuk perkara pidana mencapai
lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
rata-rata 4000 (empat ribu) berkas pertahun dan
didahulukan pembayarannya”.
untuk perdata umum mencapai rata-rata 800
Untuk pasal 21 Undang-undang Pajak,
(delapan ratus) berkas pertahun.
Elijana tidak banyak bermasalah. Ia sepakat
Pasal 8 ayat (5) Undang-undang No: 37
tagihan pajak lebih tinggi dari pada kreditur lain,
Tahun 2004 tentang kepailitan dan Penundaan
jika kreditur separatis tidak melelang jaminannya
Kewajiban
sesuai dengan Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang
bahwa terhadap perkara kepailitan dan Penundaan
Kepailitan. Lagi pula Pasal 1137 KUH Perdata
Kewajiban Pembayaran Utang harus di putus
sudah menentukan bahwa hak dari kas negara,
paling lambat 60 (enam) puluh hari setelah
kantor lelang dan badan umum pemerintah harus
tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
didahulukan dari kreditur yang lain, tegasnya. Namun untuk konteks tagihan buruh, Elijana berpikir
berpuluh
mensyaratkan
Terhadap jangka waktu tersebut Erwin Mangatas Malau, S.H.,M.H dan Subiharta, S.H mengakui sangat sulit untuk dilaksanakan. Mereka
menjadi tagihan yang lebih diutamakan ketimbang
harus pandai untuk mengatur jadwal agar tidak
utang
ditemukan
terjadi bentrokan dengan jadwal sidang lainnya
jawabannya. Untuk upah buruh, menurut saya
yang juga meminta untuk dapat diselesaikan
tidak bisa didahulukan karena upah buruh bukan
secara cepat dan tuntas seperti misalnya untuk
bagian kas negara. Kata Elijana.
perkara pidana yang Terdakwanya ditahan atau
Itu
untuk
Utang
mengatrolnya
lainnya.
kali
Pembayaran
pun
tidak
perkara anak yang masa penahanannya ½ 2. 21 -
Sumber Daya Manusia Volume 1, No. 3, Agustus 2013
(setengah) dari masa penahanan orang dewasa dan
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala juga terhadap perkara-perkara yang menarik
ribuan) maka tugas juru sita juga sangat berat.
perhatian masyarakat dalam perkara perdata
2) Eksternal Pengadilan Niaga Medan
maupun pidana.
Segi Eksternal Pengadilan Niaga Medan
Panitera Niaga juga bertugas sebagai Panitera
yaitu Advokat dan kurator. Advokat yang
untuk perkara perdata biasa dan pidana. Mereka
menguasai hukum kepailitan terutama untuk
juga selain bertugas mempersiapkan Berita Acara
wilayah Pengadilan Niaga Medan masih sangat
Persidangan perkara kepailitan juga bertugas
sedikit. Padahal peran Advokat sangat dibutuhkan
mempersiapkan Berita Acara Persidangan perkara
dalam proses penyelesaian perkara kepailitan
perdata dan pidana.
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang
Sarana pendukung pelaksanaan beracara di
No: 37 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (1). Sampai saat
Pengadilan Niaga Medan juga kurang memadai.
ini advokat yang memiliki sertifikat untuk dapat
Pada saat ini untuk mengajukan permohonan
beracara dalam perkara kepailitan berjumlah 5
kepailitan masih belum ada panitera khusus yang
(lima) orang.
menanganinya. Administrasi perkara kepailitan
Berdasarkan
pengakuan
informan
para
masih berada di bawah kepaniteraan Perdata dan
advokat ini lebih senang untuk mengurus perkara
diurus oleh
hanya 1 (satu) orang yang juga
perdata biasa maupun pidana. Dalam mengurus
bertugas mengurusi administrasi perdata umum.
perkara perdata maupun pidana mereka memiliki
Sedangkan untuk sarana dan prasarana pendukung
waktu yang agak luang sehingga dapat membagi
lainnya dapat dikatakan tidak ada, menumpang
jadwalnya
pada kepaniteraan perdata.
ditanganinya. Hal ini berbeda apabila mereka
Juru sita merupakan komponen yang tidak
untuk
beberapa
perkara
yang
menangani perkara kepailitan. Mereka harus lebih
kalah penting dalam proses pelaksanaan fungsi
fokus
Pengadilan Niaga Medan. Pasal 8 ayat (2)
pemeriksaan yang hanya memberikan kesempatan
Undang-undang No: 37 Tahun 2004 mensyaratkan
kepada mereka selama maksimal 20 (dua puluh)
pemanggilan
Kreditor)
hari (Pasal 6 ayat (6) Undang-undang No: 37
dilakukan dengan surat kilat tercatat paling lambat
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
7 (tujuh) hari sebelum sidang pemeriksaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
Debitor
(juga
pihak
pertama diselenggarakan.
karena
dikejar
oleh
jangka
waktu
Begitu pula dengan Kurator. Selain Balai
Pengadilan Negeri Medan memiliki 10
Harta Peninggalan (BHP) selaku Kurator juga ada
(sepuluh) orang Juru sita yang melaksanakan
Kurator swasta. Jumlah Kurator masih sangat
setiap pemanggilan bukan saja perkara kepailitan
sedikit sementara tugas Kurator sangat berat.
juga perkara perdata dan pidana. Dengan jumlah
Dirinya menjadi garda depan dalam pemberesan
perkara perdata yang berjumlah sekitar 800-an
harta si Debitor yang pailit. Dirinya harus
(delapan ratusan) tiap tahunnya dan jumlah
bersikap netral dan profesional sehingga bisa di
perkara pidana yang mencapai 4000-an (empat
terima oleh kedua belah pihak. Tugas kurator Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 22
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala untuk pemberesan harta pailit si Debitor juga
1. Biaya untuk jasa seorang advokat, karena
sangat berat karena sering terjadi penolakan dari
untuk beracara di pengadilan niaga harus
pihak Debitor. Putusan yang dijatuhkan oleh
diwakili oleh seorang advokat.
Pengadilan Niaga seringkali menurut Debitor
2. Biaya pendaftaran perkara di Pengadilan
tidak adil atau bisa juga Debitor membangkang dan tidak kooperatif atas putusan tersebut
Niaga. 3. Biaya
pelaksanaan
sehingga karenanya segala cara dilakukan oleh
pengangkatan
pihak Debitor guna menghindari perampasan
jaminan
harta kekayaannya.
pengadilan
Yan Apul, SH seorang Kurator dalam makalahnya menyebutkan Debitor pailit tidak kooperatif berupa:
kurator
yang
sita
sementara,
dianggap
manakala
jaminan,
wajar sita
dan oleh
jaminan
dikabulkan. 4. Biaya audit independen atas harta Debitor Besarnya biaya yang tidak pasti tersebut,
- Harta pailit sudah dialihkan sebelum putusan
mengakibatkan
- Harta pailit tumpang tindah kepemilikannya,
memperhitungkan,
kreditor berupa
tidak hasil
bisa yang
di
sengaja dipindah tangankan, disewakan atau
dapatkannya manakala menggunakan lembaga
dijadikan jaminan hutang
hukum kepailitan untuk meyelesaikan perkaranya.
- Dokumennya kadang-kadang cacat hukum sehingga sulit dilakukan eksekusi
Padahal dalam kegiatan ekonomi diperlukan perhitungan yang jelas, atas segala pengeluaran
- Sikap manajemen yang tidak kooperatif
yang mesti dikeluarkan.
Walaupun terhadap Debitor yang tidak
“Perlindungan
hukum
terhadap
kreditor
kooperatif ini dapat dikenakan pidana dan
dalam Undang-undang Kepailitan diperlukan
lembaga paksa badan namun hal tersebut belum
karena Indonesia memerlukan modal dari investor
pernah dilaksanakan oleh karena belum ada aturan
asing dan kreditor luar negeri. Apalagi untuk
yang jelas. Dalam hal ini pemerintah belum
mengatasi krisis ekonomi yang berlangsung akhir-
mengeluarkan
akhir
peraturan
pelaksana
terhadap
lembaga paksa badan.
ini
dan
masih
besarnya
jumlah
pengangguran yang jumlahnya sekitar 11 juta orang harus diberikan lapangan kerja.”
3. Biaya Penyelesaian perkara Kepailitan yang relatif besar Kelemahan
lain,
yaitu
tingginya
biaya
kepailitan yang harus dibayar oleh pemohon kepailitan.
Pemohon
kepailitan
harus
mengeluarkan biaya-biaya seperti di bawah ini:
4. Rendahnya Kemauan Pemerintah Indikasi ini dapat dilihat dari tidak adanya penelitian terhadap pelaksanaan Undang-undang No: 37 Tahun 2004 dan tidak ada mengeluarkan suatu peraturan pemerintah untuk melaksanakan
23 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Undang-undang
tersebut
seperti
misalnya
peraturan pelaksana mengenai lembaga paksa
panjar ongkos perkara dan lain-lain yang di perlukan untuk itu.
badan (gijzeling) dan juga Peraturan pelaksana
Erwin Mangatas Malau, S.H.,M.H juga
dari ketentuan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang
sering mengingatkan secara tegas kepada para
No: 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
advokat dan Hakim Niaga untuk membuat jadwal
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang
persidangan yang tepat waktu dan tertib acara
merupakan aturan pelaksana untuk pemberian
dalam
sanksi bagi Panitera yang melanggar ketentuan
Biasanya di tentukan untuk persidangan perkara
Pasal 6 ayat (3)
kepailitan pada pagi hari sekitar Pukul 09.00 Wib
pemeriksaan
perkara
kepailitan
ini.
dan langsung diagendakan tentang pembuktian C.
dalam
baik itu pemeriksaan saksi-saksi, siapa saja,
Pelaksanaan Fungsi Pengadilan Niaga
berapa orang dan apa inti yang akan dimintakan
Medan
Perkara
dari keterangan saksi-saksi tersebut, alat bukti
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
surat harus telah di register jauh hari sebelum hari
Pembayaran Utang
persidangan yang ditentukan, baik itu terhadap
Dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam
pemohon pailit maupun termohon pailit apabila
Upaya
pelaksanaan tersebut
mengatasi
dalam
Hambatan
Penyelesaian
penyelesaian
Pengadilan
perkara
Niaga
kepailitan
Medan
dirinya hendak mengajukan bantahan.
telah
Untuk eksepsi kecuali eksepsi masalah
melakukan 2 kali seminar yang di hadiri oleh
kompetensi absolut maka terhadapnya akan di
Hakim Niaga, Hakim Pengawas, Kurator dan para
putus bersamaan dengan putusan akhir terhadap
Advokat. Selain daripada itu Mahkamah Agung
apakah permohonan pailit tersebut dikabulkan
telah pula beberapa kali mengadakan pendidikan
atau ditolak.
dan pelatihan guna meningkatkan pemahaman
Terhadap bagian staff pencatatan administrasi
atas hukum kepailitan ini dimana pembimbingnya
diingatkan untuk secepat mungkin memproses
berasal dari negara lain yang mumpuni di bidang
administrasi, juru sita diingatkan untuk segera
hukum kepailitan seperti Australia, Kanada dan
melaksanakan panggilan terhadap para pihak dan
Belanda.
kepada panitera pengganti perkara kepailitan
Untuk peningkatan mutu pelayanan dan
untuk
segera
menyelesaikan
Berita
Acara
administrasi Ketua Pengadilan Negeri Medan juga
Persidangan. Apabila hal ini tidak dilaksanakan
telah
maka Ketua Pengadilan Negeri Medan akan
memerintahkan
kepada
staff
bagian
keperdataan yang mengurusi perkara kepailitan
diberikan sanksi sesuai aturan yang ada.
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang untuk study banding ke Pengadilan Negeri Jakarta
SIMPULAN DAN SARAN
Pusat mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan
Simpulan
untuk itu seperti register, pendaftaran perkara,
Berdasarkan pembahasan yang telah Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 24
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dilakukan pada bab sebelumnya serta analisis
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
kualitatif terhadap hasil penelitian lapangan,
Utang maupun aturan hukum antara
maka berikut ini dikemukakan beberapa
Undang-undang No: 37 Tahun 2004
kesimpulan bahwa:
tentang
1. Pengadilan salah
Niaga
satu
Medan
Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang dengan aturan hukum lainnya. Selain itu Sumber
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Daya Manusia yang masih kurang baik
RI No: 97 Tahun 1999 dimana wilayah
segi kualitas maupun kuantitas baik dari
hukumnya meliputi Provinsi Sumatera
internal Pengadilan maupun dari eksternal
Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu,
Pengadilan. Begitu pula besarnya biaya
Jambi
yang
Daerah
khusus
dan
yang
dan
Pengadilan
merupakan
Kepailitan
Istimewa
Aceh
dibutuhkan
(Nanggroe Aceh Darussalam) merupakan
perkara
Pengadilan yang
Kewajiban
diberikan Kompetensi
dalam
kepailitan
dan
Pembayaran
penyelesaian Penundaan Utang
serta
Absolut untuk memeriksa dan mengadili
rendahnya kemauan pemerintah dalam
perkara-perkara kepailitan dan Penundaan
menerbitkan
Kewajiban Pembayaran Utang dimana
beberapa ketentuan yang membutuhkan
dalam melaksanakan fungsinya tersebut
penjelasan atau aturan lebih lanjut.
aturan
pelaksana
dari
memiliki pedoman aturan hukum yang
3. Untuk itu dalam mengatasi hambatan
jelas yaitu Undang-undang No: 37 Tahun
tersebut internal lembaga Yudikatif yaitu
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Mahkamah Agung RI telah beberapa kali
Kewajiban Pembayaran Utang.
melaksanakan pendidikan dan Pelatihan
2. Pengadilan
Niaga
dalam
bagi para hakim niaga, seminar untuk para
untuk
Advokat dan Kurator serta Pengadilan
menyelesaikan perkara kepailitan dan
Niaga Medan sendiri dalam hal ini Ketua
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Pengadilan
memiliki
mengirimkan
melaksanakan
Medan
fungsinya
beberapa
hambatan
berupa
Negeri staffnya
Medan
telah
untuk
study
ternyata dalam prakteknya agak sulit
banding ke Pengadilan Niaga Jakarta
melaksanakan sepenuhnya aturan tersebut
Pusat untuk memperbaiki administrasi
serta aturan yang masih multitafsir serta
yang berkaitan dengan kepailitan guna
benturan antara aturan hukum itu sendiri
menunjang
baik aturan hukum dalam Undang-undang
Medan untuk
No: 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
menyelesaikan perkara kepailitan dan
25 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
kinerja
Pengadilan
Niaga
menjalankan fungsinya
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Penundaan
Kewajiban
Pembayaran
3. Untuk meningkatkan pelayanan yang baik
Utang, serta penegasan kepada staff
di Pengadilan Niaga Medan, di sarankan
Pengadilan untuk melaksanakan tugasnya
diadakan penambahan fasilitas-fasilitas
sebagaimana ketentuan yang ada.
antara
lain:
pengkhususan
pengkhususan
panitera
panitera
Saran
pengganti,
1. Meningkatkan peran pemerintah dalam
pengkhususan ruangan kepaniteraan yang
memberikan sosialisasi pada pengusaha-
menerima berkas-berkas kepailitan dan
pengusaha untuk mempertahankan hak-
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
haknya
untuk Pengadilan Niaga serta membuat
berdasarkan
Undang-Undang
Kepailitan, menerbitkan aturan pelaksana
struktur
atas beberapa Pasal yang membutuhkan
Medan.
aturan
pelaksana
dan
yang
mendalam
penelitian kemampuan Tahun
2004
terhadap No:
Kepailitan
37 dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang guna
menjawab
ditemukan
yang
problematika berkaitan
yang dengan
kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 2. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan Undang-Undang Kepailitan dengan secara terus menerus, melakukan pendidikan ketrampilan baik secara formal maupun in formal seperti melakukan seminar-seminar, agar nantinya bisa menguasai kendalakendala/hambatan-hambatan
yang
ditemukan dalam proses penyelesaian perkara kepailitan.
personal
juru
Pengadilan
sita,
Niaga
melakukan
Undang-undang tentang
pengkhususan
dan
hakim,
DAFTAR PUSTAKA Yani, A. dan Widjaja, G., 1999. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: Raja Grafindo. Sunggono, B., 1998. Metodologi dan Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo. Waluyo, B., 2002. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika. Waluyo, B., 1999. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung: Mandar Maju. Subhan, M.H., 2008., Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hoff, J., 1999. Indonesian Bankruptcy Law, Jakarta:Tata Nusa. Kartini Muljadi, Hukum Perikatan, Rajawali Pers, Jakarta, 2008 Kartini Muljadi, Kepailitan dan Penyelesaian Utang Piutang, Alumni, Bandung, 2001 Kartini
Muljadi-Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006
Lawrence M. Friedmann, Law and Society An Introduction, Prentice Hall, New Jersey, 1977 Lili Rasjidi dan Ira Thamia Rasjidi, Pengaturan Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2002
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 26
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Lilik Mulyadi, Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Teori dan Praktek, Alumni, Bandung, 2010
Surojo Wignjodipuro, Pengantar Ilmu Hukum, Gunung Agung, Jakarta, 1982 Sutan
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Bisnis, Alumni, Bandung, 1994
Hukum
Martiman Prodjohamidjojo, Proses Kepailitan, Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No: 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undangundang Tentang Kepailitan, Mandar Maju, Bandung, 1999 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bandung, 2002 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung, 1986
Remy Syahdeini, Hukum Kepailitan, Memahami Faillessementverordening, Undang-undang No 4 Tahun 1998, Temprint, Jakarta, 1998
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1982 Victor M. Situmorang dan Hendri Soekarso, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1994 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia, Radjawali Pers, Jakarta, 1991 A. Peraturan Perundang-undangan
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004 Robinson Sulaiman dan Joko Prabowo, Lebih Jauh tentang Kepailitan, Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan pemegang Saham terhadap Perusahaan Pailit, Delta Citra Grafindo, Jakarta, 1998 Rudy A. Lontoh, Denny Kailimang dan Bennya Ponto, Penyelesaian Utang Piutang melalui Pailit dan Penundaan Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2001 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986 -------------Hukum dan Masyarakat, Bandung, 1989
Angkasa,
Satrio, J. Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Undang-undang, Bagian Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 -----------, Hukum Perikatan, Perikatan pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1999 Siti
Soemarti Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Liberty, Yogyakarta, 1981
Sunarmi, Hukum Kepailitan, Edisi 2, Sofmedia Jakarta, 2010
27 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Kepailitan (PERPU) No: 1 Tahun 1998 Undang-undang No: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Keputusan Presiden (Keppres) No: 97 Tahun 1999 tentang Pembentukan Pengadilan Niaga Undang-undang No: 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Undang-undang No: 48 Tahun 2009 tentang Pokokpokok Kekuasaan Kehakiman Undang-undang No: 49 Tahun 2009 tentang Perubahan II Tentang Peradilan Umum B. Jurnal dan Makalah Abdul Hakim Garuda Nusantara dan Benny K. Harman, Analisa Kritis Putusan-putusan Pengadilan Niaga, CINLES (Centre For Information & Law Economic Studies), Jakarta, 2002 Abdul Hamim Jauzie, Sepuluh Tahun Pengadilan Niaga, Hukum Kepailitan Indonesia di Ambang Pailit, Desember 2008 Bangun Aman, Penelitian di Bidang Hukum,
Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Jurnal Hukum Puslitbangkum Lembaga Pendidikan Universitas Padjajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Perdana , Bandung, 1999 Emmy Yuhassarie, Kepailitan dan Transfer Asset Secara Melawan Hukum, Pusat Penkajian Hukum, Jakarta Erwin Mangatas Malau, Peran Pengadilan Niaga dalam Penyelesaian Utang Piutang, seminar tentang Kepailitan tanggal 9 November 2011 di Hotel Aryaduta, Medan Fred B. G. Tumbuan, The Relevance of Civil Code Concepts For Bangkruptcy Law, Kerjasama BPHN dan Universitas Leiden, Jakarta, 1999 Kartini Muljadi, Pendidikan lanjutan Ilmu Hukum Bidang Kurator dan Pengurus Berdasarkan Undang-undang Kepailitan, Lembaga Pendidikan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia – Assosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia, 12 April 2000 Lee A. Weng, Hukum Kepailitan (Faillissement) dan Penundaan Pembayaran (Surreance Van Betaling), Bahan Ceramah Pelatihan Hakim Pengadilan Tinggi Medan, 10 April 1998 Mukhlis Adlin, Tenaga Kurator dalam Kepailitan, Seminar Sehari Undang-undang Kepailitan Kerjasama STIH Graha Kirana dengan AEKI, Medan, 1998 Paripurna P. Sugarda, Defenisi Utang Menurut Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 17, Januari 2002 Yan Apul, Tanggung jawab Kurator dan Hakim Pengawas dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Seminar Kepailitan, Medan, 9 November 2011 C. Kamus Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing, St. Paul Minnessota, 1979 Danis Rose QC, Australian Bankruptcy Law, Tenth Eddition, The Law Book Company Ltd, 1994
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 28