e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016)
PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA (BERCERITA) DENGAN MATERI CERPEN PADA SISWA KELAS IXD SMP NEGERI 3 SINGARAJA Kadek Desy Indah Sari1, I Wayan Wendra2, Ni Made Rai Wisudariani3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) cara pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja, (2) hambatan guru dalam pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja, dan (3) upaya guru dalam mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Objek penelitian ini adalah cara pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, hambatan guru dalam pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, upaya guru dalam mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan yakni model analisis Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ada tiga cara yang guru lakukan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita) (2) ada tiga hambatan guru dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, yaitu a) kesulitan dalam mempersiapkan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, b) kesulitan mengatur jam pelajaran, dan c) kesulitan mengatur kelas besar., (3) ada tiga upaya yang dilakukan guru dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita). a) menerapkan strategi jitu untuk memotivasi siswa, b) mengefektifkan waktu, dan c) mengatur waktu berbicara siswa. Kata kunci: evaluasi, keterampilan berbicara, cerpen
ABSTRACT This study describes (1) how the evaluation of learning conversational skills (storytelling) with the material in class IXD SMP N 3 Singaraja, (2) obstacles in the implementation of teacher evaluation speaking skills (storytelling) presenting stories in class IXD SMP N 3 Singaraja, (3) efforts of teachers in overcoming barriers to implementation evaluation speaking skills (storytelling) presenting stories in class IXD N 3 Singaraja. This study used a qualitative descriptive design. This research subject is the subject teachers Indonesian. The object of this study is how the evaluation of speaking skills (storytelling) presenting stories on students IXD SMP N 3 Singaraja, constraints in the implementation
1
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) of teacher evaluation speaking skills (storytelling) presenting stories in class IXD SMP N 3 Singaraja, efforts of teachers in overcoming barriers to implementation evaluation speaking skills (storytelling) presenting stories in class IXD SMP N 3 Singaraja. Collecting data in this study using observation and interviews nalysis of the data used Miles and Huberman analysis model. The results of this study indicate that (1) there are three ways that teachers do in evaluating speaking skills (storytelling) (2) there are three barriers to teachers in evaluating speaking skills (storytelling) presenting stories in class IXD SMP N 3 Singaraja. These obstacles include a) difficulty in preparing the readiness of students in participating in learning, b) difficulty organizing classes, c) difficulty organizing large classes., (3) there are three efforts of teachers in evaluating speaking skills (storytelling). a) implement a strategy to motivate students, b) time-effective, and c) set the time speaking students. Keywords: evaluation, speaking skills, short stories
PENDAHULUAN Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian ide atau gagasan, pikiran kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Salimah, 2011:191). Seorang pembicara menghasilkan bahasa melalui kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan pada waktu yang hampir bersamaan, antara penutur atau pembicara dan pendengar. Untuk itulah, keterampilan berbicara disebut sebagai kegiatan yang bersifat aktif produktif. Melalui kegiatan berbicara seseorang dapat menyampaikan ide atau pesan yang ingin disampaikannya kepada orang lain dalam kegiatan berkomunikasi. Sebuah keterampilan berbicara tidak dapat dikuasai secara cepat atau instan. Keterampilan berbicara yang baik dalam situasi formal memerlukan sebuah latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif. Keterampilan berbicara dalam situasi formal dapat dilatih melalui proses pembelajaran di sekolah. Guru sebagai seorang pendidik harus dapat menjadi model pembelajaran yang baik bagi peningkatan keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara khususnya pada siswa. Adri (2010) mengatakan bahwa setiap guru Bahasa dan Sastra Indonesia
berharap semua siswa mampu menggunakan keterampilan berbicara sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya secara lisan sehingga dalam kondisi pembicaraan apapun, mereka mampu mengaplikasikannya secara efisien dan efektif. Menilai keterampilan berbicara siswa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Lee (dalam Slamet, 2014:92) mengungkapkan bahwa alat penilaian (tes) harus dapat menilai kemampuan mengomunikasikan gagasan yang tentu saja mencakup kemampuan menggunakan kata, kalimat, dan wacana, yang sekaligus mencakup kemampuan kognitif dan psikomotorik. Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang cukup kompleks karena tidak hanya mencakup intonasi saja, tetapi juga berbagai aspek seperti pelafalan, pengucapan, pemilihan kata, dan gerak gerik tubuh. Dengan melakukan evaluasi guru dapat mengetahui sejauh mana tujuantujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Arikunto (2012:50) menyatakan evaluasi merupakan salah satu variabel yang menentukan keberhasilan belajar, sehingga guru dituntut untuk profesional dan kreatif. Evaluasi dalam proses pembelajaran pada dasarnya memfokuskan bagaimana guru dapat mengetahui efektivitas hasil pengajaran yang telah dilakukannya. Melalui evaluasi oleh guru, dapat diketahui sejauh mana siswa telah 2
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Sudjana (dalam Ratnawulan, 2015:25) mengatakan upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memerhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Pelaksanaan evaluasi harus mengacu pada prosedur yang ada. Prosedur evaluasi pembelajaran adalah tahap-tahap di dalam melakukan kegiatan evaluasi pada pembelajaran. Arikunto (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:227) membagi prosedur evaluasi pembelajaran menjadi lima tahapan yakni, penyusunan rancangan, penyusunan instrumen, pengumpulan data, analisis data dan informasi, penyusunan laporan. Seorang guru dalam melakukan kegiatan evalusi harusnya mengikuti prosedur-prosedur yang digariskan. Tujuannya agar evalusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, sistematis, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam belajar dan berlatih berbicara, seseorang perlu dilatih pelafalan, pengucapan, pengontrolan suara, pengendalian diri, pengontrolan gerak-gerik tubuh, pemilihan kata, kalimat, intonasi, penggunaan bahasa yang baik dan benar, dan pengaturan atau pengorganisasian ide. Agar pengajaran bahasa berhasil, latihan menggunakan bahasa harus dipentingkan dan diberi porsi yang cukup (Depdikbud, 1996:5). Seseorang tidak akan dapat menguasai suatu bahasa secara aktif jika tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk menggunakan, mempraktikan bahasa yang sudah dipelajari. Oleh karena itu, pelajaran bahasa yang sifatnya gramatikasentris tidak akan berhasil menjadikannya siswa terampil menggunakan bahasa bila kedepanya tidak diberikan kesempatan untuk berlatih menggunakan bahasa yang sudah dipelajari. Keberhasilan pembelajaran berbicara, salah satunya dapat dilihat dari cara siswa tampil atau praktik berbicara di depan kelas. Beberapa siswa masih belum bisa praktik berbicara dengan baik.
Sebagaimana disebutkan oleh Tarigan (1992:143) ada sejumlah siswa yang masih takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan apabila ia berhadapan dengan sejumlah siswa yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara belum memperoleh hasil yang maksimal. Maka dari itu evaluasi guru dalam pembelajaran berbicara sangatlah penting sebagai evaluasi terhadap siswa yang kurang dalam keterampilan berbicara maupun yang sudah baik dalam berbicara. Hal ini dapat menjadi catatan guru dalam menggelola kelas untuk materi berbicara. Pengajaran keterampilan berbicara di SMP pada jenjang IX meliputi: (1) mengeritik karya dan implementasi, (2) pelaporan peristiwa, (3) bercerita cerita pendek, (4) musikalisasi puisi, (5) diskusi (Burhan, 2001:27). Beberapa keterampilan berbicara tersebut secara keseluruhan termasuk dalam keterampilan bahasa di sekolah menengah pertama. Dalam silabus bahasa Indonesia, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tertuang tujuan berbicara yaitu mampu menentukan bagianbagian cerita dengan panduan tahap-tahap dalam alur, mampu menentukan alur cerita yang dibacakan, mampu menceritakan kembali secara lisan isi cerpen. Maka dari itu, keterampilan pembelajaran berbicara sangat penting dikuasai oleh siswa karena tercantum dalam kurikulum yang mengharuskan siswa dapat menguasai keterampilan berbicara bercerita. Dalam berlatih berbicara terdapat beberapa kriteria penilaian yang sudah disiapkan oleh guru. Namun, kenyataanya tidak semua siswa dapat memenuhi kriteria yang ada. Siswa merasa bahwa bercerita cerpen hanyalah merupakan salah satu tugas dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Disinilah peran guru sangat penting dalam mengevaluasi siswa. Seperti yang dilakukan salah satu guru SMP Negeri 3 Singaraja dalam mengevaluasi pembelajaraan, guru selalu menggunakan 3
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) pedoman untuk mengukur sejauh mana siswa mampu berbicara dengan baik. Dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan, dengan menggunakan pedoman saat mengevaluasi mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar, membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, dan mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru muda. Guru muda mengakui bahwa mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita) bukanlah hal yang mudah. Banyak di antara guruguru muda yang sulit melakukan evaluasi keterampilan berbicara. Tetapi berbeda dengan Bapak Nyoman Sugata selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 3 Singaraja, Beliau adalah salah satu guru berpengalaman di SMP Negeri 3 Sngaraja. Bapak Nyoman Sugata sudah puluhan tahun menggunakan pedoman penilaian yang Beliau gunakan untuk mengevaluasi keterampilan berbicara. Terbukti selama Beliau mengajar cara ini terus diterapkan dan nilai berbicara siswa tidak mengecewakan. Nilai rata-rata keterampilan berbicara dari 33 orang siswa adalah 80,00 sedangkan ketuntasan belajar berbicara di SMP Negeri 3 Singaraja adalah 80,00. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran bercerita di SMP Negeri 3 Singaraja bisa dikatakan berhasil. Untuk itu di samping informasi keberhasilannya juga perlu diketahui secara detail bagaimana cara pelaksanaannya, hambatan yang dialami, dan upaya yang dilakukan. Menyadari adanya kesulitan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara maka kesulitan itu perlu diteliti. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti hal-hal yang menjadi kesulitan guru dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita). METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja, sedangkan objek penelitian ini
adalah cara pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, hambatan guru dalam pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, upaya guru dalam mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) metode observasi dan (2) metode wawancara. Dalam penelitian ini, metode observasi nonpartisipatif adalah metode yang digunakan karena peneliti ingin melihat cra pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, hambatan guru dalam pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja, dan upaya guru dalam mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja. Instrumen yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar observasi/catatan lapangan. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur agar peneliti mendapatkan jawaban sesuai dengan yang diinginkan. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2007:9) yang menyatakan bahwa, “Untuk mendapat informasi yang lebih dalam tentang narasumber, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara terstruktur”. Metode wawancara ini dilakukan apabila sebuah kasus ketika diobservasi tidak dapat dipecahkan secara ilmiah dan memerlukan jawaban yang sebenarnya dari penutur itu sendiri. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif menggunakan prosedur dengan model analisis Miles and Huberman 4
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) (1984) (dalam Sugiyono, 2007:337) yang terdiri atas, pertama reduksi data (reduction data) yang dilakukan pemilihan hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari temannya serta polanya dan membuang yang tidak perlu. Kedua, penyajian data (data display) yang dilakukan dengan mengolah dan menganalisis data untuk memperoleh jawaban yang tepat yang sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penyajian ini, data mengenai cara, hambatan, dan upaya dalam evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja yang telah direduksi, akan diuraikan sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan hambatan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja. Ketiga, penarikan simpulan/verifikasi (coclusion drawing), simpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh adanya data yang valid, maka pembuatan simpulan adalah jawaban dari permasalahan yang sesuai dengan keadaan dan apa adanya. Hasil kegiatan itu berupa simpulan sementara. Oleh sebab itu, sebelum menyusun laporan penelitian, dilakukan pengecekan kembali keseluruhan proses untuk mendapatkan hasil analisis dan simpulan yang meyakinkan.
temuan yang telah diperoleh selama melaksanakan penelitian. Ada beberapa cara dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita) adalah. Cara pertama guru menjelaskan indikator pembelajaran, setelah itu guru memberikan materi mengenai keterampilan berbicara. Setelah siswa paham mengenai keterampilan berbicara (bercerita) guru mulai melatih siswa untuk berbicara dengan memperhatikan unsur-unsur penilaian. Cara kedua, guru mengevaluasi siswa dengan cara menilai siswa dengan menggunakan instrumen penilaian yang sudah dibuat sesuai dengan pedoman penilaian. Ada tujuh unsur penilain yang guru nilai dalam keterampilan berbicara (bercerita) yaitu kesesuaian isi, keruntutan alur cerita, kejelasan lafal, ketepan intonasi, ketepan jeda, ketepan tempo, dan kesesuaian ekspresi. Cara terakhir yaitu guru mengevaluasi hasil pembelajaran hari itu dengan memberikan komentar kepada seluruh siswa. Selain itu ada beberapa hambatan yang dialami guru (1) mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Bagi guru, menyiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran bukanlah hal yang mudah. Apalagi sebagian besar siswa tidak berani menunjukan kemampuannya dalam berbicara (bercerita), sehingga guru kesulitan dalam mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Tidak jarang ada saja siswa yang tidak percaya diri untuk berani maju dan berbicara di depan kelas. (2) pengaturan jam pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen. Kurangnya jam pembelajaran bahasa Indonesia untuk materi berbicara menjadi salah satu kendala guru. Karena dalam berlatih berbicara membutuhkan waktu yang cukup banyak. Namun guru hanya disedikan waktu yang sangat singat. Di sini lah hambatan guru dalam mengatur pembelajaran agar semua indikator pembelajaran berhasil dilakukan. (3) pengelolaan kelas besar. Jumlah siswa terlalu banyak sehingga waktu untuk setiap siswa bercerita terbatas. Sedangkan guru harus mengevaluasi seluruh siswa yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian ini meliputi (1) Cara pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja, (2) Hambatan guru dalam pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja, (3) Upaya guru dalam mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja. Berikut dipaparkan hasil 5
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) berjumlah 33 orang dengan waktu 3 jam. Hal ini dirasa kurang karena banyaknya jumlah siswa ditambah lagi penampilan siswa yang lama di depan kelas. Selain hambatan tentunya ada upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang ada. Ada pun upaya yang dilakukan yaitu (1) menerapkan strategi jitu untuk memotivasi siswa. Guru merasa bahwa motivasi siswa dalam belajar merupakan hal yang terpenting. Untuk itu guru harus bisa memotivasi siswa agar pembelajaran keterampilan berbicara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Guru harus senantiasa memotivasi siswa agar memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam berbicara. Guru harus menanamkan kepada siswa untuk tidak takut dan malu kepada guru karena guru bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Selain memotivasi siswa dengan nilai lebih, guru juga harus selalu menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang variatif. Hal tersebut agar siswa lebih tertarik dan tidak mudah bosan. Inovasi-inovasi untuk membangkitkan semangat siswa sangat dibutuhkan agar hasil pembelajaran menjadi memuaskan. Seorang pengajar harus memiliki kemampuan lain, di samping kemampuan mengajar dan menyampaikan materi. Seorang guru harus memiliki kepribadian matang, dinamis, fleksibel,kreatif, inovatif, agresif, dan cerdas. Dalam hal ini soft skill menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan guru dalam membangkitkan semangat siswa. Dalam hal ini pengalaman dan pengetahuan guru juga sangat menentukan keberhasilan guru dalam mengatasi kendala. (2) mengefektifkan waktu. Guru mengakui bahwa jam mengajar bahasa Indonesia terbilang sangat sedikit. Namun sudah semestinya guru mampu mengatur waktu dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Upaya ini lah yang dilakukan oleh guru agar dengan waktu yang singkat guru dapat menyelesaikan materi berbicara (bercerita). (3) mengatur waktu berbicara siswa. Dalam hambatan yang ketiga guru kesulitan dalam
mengatur kelas besar sehingga waktu untuk siswa berbicara terbatas. Maka upaya yang guru lakukan yaitu dengan cara mengatur waktu penampilan setiap siswa. Setiap siswa akan diberi waktu 5-10 untuk berbicara (bercerita kembali cerpen) maka dari itu guru akan dapat mengevaluasi siswa secara menyeluruh. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada subbab 4.1, pembahasan hasil penelitian ini disajikan sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang mencakup tiga hal, yakni (1) cara pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, (2) hambatan guru dalam pelaksanaa evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja, dan (3) upaya guru dalam mengatasi hambtan pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 Singaraja. Cara pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP N 3 SIngaraja pada dasarnya berjalan baik. Berbicara (bercerita) merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam berbicara tentunya terdapat beberapa faktor yang harus dimiliki oleh pembicara jika ingin berhasil dalam berbicara, yaitu: (1) percaya diri; (2) kejelasan suara; (3) ekspresi/gerak mimik; dan (4) kelancaran komunikasi. Selain itu, keterampilan berbicara (bercerita) tertuang langsung dalam silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasar yang berbunyi: “menceritakan kembali secara lisan isi cerpen”. Dengan demikian, berbicara (bercerita) merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Maka dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita) perlu dirancang dengan benar. Hal ini sejalan dengan pendapat Aunurrahman (2009:2) yang 6
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) menyatakan bahwa banyak cara dapat dilakukan guru dalam menilai kegiatan berbicara siswa. Cara penilaian tentunya melihat kondisi, situasi tertentu dan keperluan masing-masing. Guru dapat melakukan penilaian secara mandiri, tetapi jika perlu guru juga dapat melakukan penilaian secara kelompok dengan melibatkan siswa sebagai penilai. Dengan diadakannya evaluasi dalam proses pembelajaran, akan memudahkan siswa mengetahui keberhasilan mereka dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2012:14) yang mengatakan bahwa hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua kemungkinan yaitu memuaskan atau tidak memuaskan. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan tentu siswa akan mencari kesempatan lain agar iya terus merasa puas, hal ini akan menjadi motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat. Sebaliknya jika siswa merasa tidak puas maka ia akan berusaha agar kali lain keadaan itu tidak terulang, namun ada beberapa siswa yang lemah kemampuannya akan menjadi semakin putus asa dan malas belajar. Maka dari itu pentingnya dilakukan pengevaluasian agar guru dan siswa tahu sejauh mana kemampuan siswa dalam belajar. Guru juga akan mengetahu sejauh mana guru berhasil dalam mengajar siswa. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, yang tidak hanya mencakup persoalan ucapan/lafal dan intonasi saja melainkan juga mimik, ekspresi, ketepatan jeda, ketepatan intonasi. Banyaknya unsur penilain dalam keterampilan berbicara (bercerita) sering kali membuat guru sulit dalam membrikan evaluasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Arjad (1993:10) yang mengatakan bahwa evaluasi keterampilan berbicara seringkali menimbulkan kesulitan bagi guru. Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara guru juga harus melihat prosedur penilaian yang sudah ada sebagai tolok ukur dalam proses evaluasi.
Arikunto (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:227) membagi prosedur evaluasi pembelajaran menjadi lima tahap yakni, penyusunan rancangan, penyususnan instrument, pengumpulan data, analisis data, dan peyusunan laporan evaluasi pembelajaran. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan materi cerpen guru biasanya membagi waktu menjadi dua kali pertemuan. Pertemuan pertama guru memulai dengan memberitahu kompetensi dasar yang akan siswa capai dalam pembelajaran ini, memberikan materi mengenai berbicara dan melatih siswa berbicara dengan baik. Jika ada siswa yang masih malu-malu ataupun masih enggan untuk tampil berbicaara didepan guru akan terus memotivasi siswa tersebut dengan melakukan pendekatan dengan siswa yang kesusahan. Setelah semua siswa dirasa sudah tidak memiliki masalah. Beliau siap untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran di hari kedua dengan menggunakan istrumen penilaian yang sudah guru buat sesuai dengan pedoman penilaian, hal ini sejalan dengan pendapat Sa’bani (2009) yang mengatakan guru tetap membuat poin-poin pedoman penilaian yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru melakukan pengevaluasian dengan cara mempersilakan setiap siswa maju untuk tampil dan berbicara (bercerita) didepan kelas dengan memperhatikan beberapa unsur-unsur penilaian. Masingmasing siswa memiliki waktu 5-10 menit. Isntrumen yang digunakan yaitu instrumen penilaian yang sudah berisikan beberapa unsur penilaian yang pertama kesesuaian isi dengan alur cerita, keruntutan alur cerita, kejelasan lafal, ketepatan intonasi, ketepatan jeda, ketepatan tempo, dan kesesuaian ekspresi. Masing-masing unsur penilaian memiliki bobot 5. Jadi setiap siswa yang mampu dengan baik berbicara dengan baik akan mendapatkan skor terbesar 35. Selain mengevaluasi dengan menggunakan pedoman penilaian. guru juga akan memberikan komentar dan 7
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) tanggapan mengenai setiap penmpilan siswa yang sudah tampil untuk berbicara. Dengan cara ini siswa akan mengetahui sejauh mana siswa mampu dalam berbicara. Selaain itu guru juga akan memperlihatkan skor yang didapat langsung setelah siswa selesai berbicara (bercerita) hal ini guru lakukan agar membangkitkan semangat siswa untuk terus belajar. Sedangkan bagi siswa yang belum tampil akan mudah mempersiapkan dirinya. Dengan menggunakan istrumen yang lengkap guru lebih mudah dalam mengambil keputusan mengenai tingkat keberhasilan pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat Sa’badi (2009) yang mengatakan khusus untuk penilaian kemampuan berbicara, di samping mencatat kekurangan siswa, guru juga harus mencatat kemajuan yang telah dicapai. Hal ini sangat penting karena hasil penilaian itu harus disampaikan kepada siswa. Untuk memotivasi siswa dalam berbicara. Pelaksanaan evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) di SMP Negeri 3 Singaraja pada dasarnya berjalan lancar, akan tetapi masih terdapat hal-hal yang menjadi hambatan guru. Setiap pelaksanaan pembelajaran pasti ada kendala yang harus dihadapi. Seorang guru harus mampu mengidentifikasi kendala yang ada untuk kemudian dicari solusi pemecahannya. Dari hasil penelitian yang dilakukan ada tida hambatan yang dialami oleh guru dalam mengevaluasi keterampialn berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja yaitu (1) hambatan dalam mempersiapkan tingkat kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara (bercerita), (2) hambatan guru dalam mengatur jam pembelajaran, dan (3) sulitnya mengatur jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga waktu untuk bercertia terbatas. Hambatan pertama yaitu hambatan dalam mempersiapkan tingkat kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara (bercerita). Dalam proses
pembelajaran kesiapan siswa menjadi hal utama yang harus disiapkan. Hal ini menjadi kendala guru Karena tidak semua siswa mau meenunjukan kemampuannya, sehingga huru harus menggali kemampuan siswa agar guru tahu sejauh mana kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Sa’bani (2009:120) yang mengatakan guru harus bisa memotivasi siswa agar siswa memiliki kepercayaan yang tinggi. Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa bukanlah hal yang mudah. Karena karakter siswa yang berbeda-beda sehingga guru harus memikirkan bagaimana cara agar semua siswa dapat guru perhatikan. Apalagi keterampilan berbicara adalah keterampilan yang mengharuskan siswa untuk tampil kedepan kelas dan berbicara dihadapan temna-teman. Banyak siswa yang merasa kurang percaya diri ketika harus diminta untuk berbicara di depan kelas. Hal ini dapat menghambat proses pembelajaran, maka dari itu guru harus membuat siswa berani untuk tampil dan berbicara di depan kelas. Guru juga memberi tahu agar siswa yang lain memperhatikan temannya ketika sedang berbicara didepan kelas. Wajar jika siswa merasa kesulitan dalam berlatih berbicara, karena tidak semua siswa mampu untuk percaya diri dalam berbicara di depan kelas. Selain hambatan dalam mempersiapkan tingkat kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara (bercerita), hambatan yang kedua adalah hambatan guru dalam mengatur jam pembelajaran. Dalam dua kali pertemuan dengan jumlah satu kelas 33 orang, guru diharapkan dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan mengevaluasi seluruh siswa. Hal ini menjadi salah satu kendala guru karena dalam materi berbicara (bercerita) diperlukan banyak waktu. Berlatih berbicara bukanlah hal yang mudah dilakukan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Wendra (2008:11) mengatakan kenyataan menunjukan bahwa taraf kemampuan berbicara siswa bervariasi mulai taraf yang baik atau lancar, sedang, 8
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) gagap, atau kurang. Ada siswa yang lancar tidak dapat menyatakan pendapatnya mengenai sesuatu walaupun dalam taraf yang sederhana. Tidak sedikit juga siswa yang masih takut-takut berdiri dihadapan teman kelasnya. Hal ini lah yang dapat menjadi hambatan guru dalam mengatur waktu pembelajaran yang dapat dikatang kurang. Maka dari itu guru harus memikirkan cara agar jam pembelajaran yang sudah disusun dapat digunakan dengan baik. Hambatan terakhir yang dialami guru dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja yaitu sulitnya mengatur jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga waktu untuk bercertia terbatas. Siswa yang berjumlah 33 orang bukanlah jumlah yang sedikit untuk satu kelas. Apalagi dengan materi berbicara yang memerlukan waktu yang banyak. Hal ini lah yang menjadi hambatan guru dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercerita). Guru harus mengatur siswa yang berjumlah 33 orang agar semua siswa dapat guru evaluasi dengan baik. Tidak jarang guru harus memutar otak agar seluruh siswa mampu guru evaluasi. Karena keterampilan berbicara tidak hanya tentang teori saja tetapi juga praktik. Hal ini sejalan dengan pendapat Wendra (2011:9) mengatakan berbicara sebagai suatu keterampilan hanya bisa dikuasai dengan latihan-latihan atau praktik-praktik berbicara secara teratur dan berencana. Seperti yang dikatakan John Dewey (dalam Wendra, 2011) “you Learn to do by doing”. Oleh karena itu, untuk mmperoleh hasil yang maksimal dalam pembelajaran yang bersifat keterampilan hanya melalui praktik atau latihan. Demikian halnya keterampilan berbicara yang hanya dikuasai dengan baik jika dilakukan melalui praktik tau latihan. Maka dari itu dengan waktu yang terbilang kurang dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) guru harus memutar otak agar mampu mengatur berjalannya kegiatan belajar mengajar. Dalam segala hambatan yang dialami guru
dalam proses belajar mengajar haruslah guru dapat menjadikan keterbatasan ini sebagai landasan untuk melakukan inovasiinovasi dalam pembelajaran agar lebih baik lagi. Setiap hambatan dalam pembelajaran tentu aka nada upaya yang dilakukan untuk mengagtasi hambatan yang dialami. Ada tiga upaya yang guru lakukan untuk mengatasi hambatan yang sudah di bahasa pada subbab 4.2.2. Upaya yang dilakukan guru yaitu (1) guru memiliki strategi jitu untuk memotivasi siswa, (2) guru mampu mengefektifkan waktu, dan (3) mengatur waktu berbicara siswa. Upaya yang pertama dilakukan guru dalam mengatasi habatan dalam mempersiapkan tingkat kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara (bercerita) yaitu dengan guru menyusun strategi jitu untuk memotivasi siswa. Mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran memang bukan hal yang mudah. Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran adalah hal penting dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat (Dalyono, 2005:52) yang mengatakan kesiapan adalah kemampuan yang cukup, baik fisik, mental dan perlengkapan belajar. Dalam mempersiapkan siswa guru selalu melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan siswa. Namun ada saja siswa yang tidak mau untuk mengungkapkan masalah dalam pembelajaran yang ia alami. Jika sudah begini guru akan memberikan motivasi-motivasi kepada siswa agar ia tidak malu dalam mengeluarkan pendapat. Dengan materi berbicara (bercerita) dibutuhkan keberanian siswa untuk berbicara di depan kelas, maka dari itu guru harus membuat siswa berani berbicara. Upaya yang dilakukan Bapak Sugata yaitu sesekali mengajak siswa bercanda dengan lelucon atau memberikan semangat kepada siswa yang lainnya. Beliau tidak akan membiarkan kelas terlalu tegang atau menjadi menakutkan. Beliau selalu membuat kelas menjadi nyaman agar siswa tidak merasa takut untuk diminta berbicara (bercerita) di depan kelas. Berbagai upaya 9
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) telah ditempuh guru agar siswa semakin dekat dengan guru. Walaupun demikian masih ada juga siswa yang merasa takut dan malu kepada guru. Siswa belum sepenuhnya punya keberanian jika harus berhadapan dengan guru. Untuk mengantisipasi hal tersebut biasanya gurulah yang harus memancingsiswa agar bisa berinteraksi. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang dirasa kurang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung. Selain memberikan pertanyaan, guru juga sering mengeluarkan statement-statement atau pernyataan-pernyataan yang bisa menimbulkan pertanyaan bagi siswa. Guru harus bisa memancing siswa agar siswa mau berbicara. Selain itu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan dalam mengatur jam pembelajaran yaitu dengan cara guru mampu mengefektifkan waktu. Dengan tersedianya waktu yang kurang, guru harus mampu mengatur strategi agar pembelajaran berjalan lancar. Hal ini dilakukan oleh guru dengan cara membagi materi pembelajaran dengan baik. Pertemuan pertama dengan waktu 2 jam pembelajaran. Guru memberikan materi mengenai berbicara (bercerita), memberikan pengertian bagaimana cara bercerita yang baik dan benar. Lalu setelah itu guru akan melatih siswa untuk siap berbicara (bercerita) di depan kelas. Selanjutnya pertemuan kedua dengan waktu 3 jam pembelajaran, guru akan mengevaluasi setiap siswa untuk tampil kedepan berbicara (bercerita). Guru selalu mengatur waktu sebaik mungkin agar semua siswa dapat guru evaluasi dengan baik. Hal ini memang susah dilakukan karena tidak selamanya semua siswa selalu hadir dalam proses pembelajaran. Ada saja siswa yang absen ketika pembelajaran. Jika terjadi hal seperti itu upaya yang dilakukan guru yaitu dengan memberikan evaluasi di pertemuan berikutnya. Menjadi guru yang baik adalah guru yang mampu mengatur masalah-masalah yang dialami baik itu
masalah pembelajaran atau pun masalah lainnya. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan sulitnya mengatur jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga waktu untuk bercertia terbatas yaitu dengan mengatur waktu berbicara siswa. Dengan jumlah yang banyak guru mengatur strategi dengan memberikan batasan waktu bagi siswa untuk berbicara. Hal ini Beliau lakukan agar waktu yang ada untuk mengevaluasi cukup digunakan untuk mengevaluasi 33 orang siswa. Sebelum siswa berbicara (bercerita) guru akan menyepakati waktu untuk siswa berbicara (bercerita) di depan. Guru memberikan 5-10 menit untuk siswa berbicara. Siswa yang melewati batas waktu akan guru stop. Selain agar siswa yang lain mendapatkan giliran, guru juga membutuhkan waktu untuk memberikan komentar atau tanggapan bagi siswa yang sudah selesai tampil. Dengan cara ini sangat efektif dilakukan untuk mengatur pembelajaran khususnya keterampilan berbicara yang membutuhkan banyak waktu. Guru mengatahui dalam proses pengevaluasian tidak semua berjalan lancar. Ada saja hambatan diluar dugaan guru. Hal ini wajar saja terjadi karena banyaknya siswa dalam satu kelas dan karakter siswa berbeda-beda. Dengan adanya hambatan-hambatan yang dialami guru dalam proses evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja tersebut. Peneliti merasa hambatan tersebut lumrah terjadi karena akan selalu ada hambatan yang akan dialami oleh guru dalam proses evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen. Hal tersebut karena empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) merupakan keterampilan yang tidak mudah untuk dikuasai. Guru akan selalu mengalami kesulitan dalam evaluasi keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen, tidak terkecuali pada pembelajaran yang berkaitan dengan 10
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) keterampilan berbahasa. Hal itu terlihat dari penelitian sejenis sebagai berikut ini. Hambatan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara juga ditemui oleh Sa’bani (2009). Dalam penelitiannya, Sa’bani menemukan enam hambatan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara yaitu (a) siswa memiliki kepercayaan diri yang kurang; (b) siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran; (c) jumlah siswa yang terlalu banyak; (d) siswa masih menggunakan metode hapalan; (e) sebagian besar siswa berasal dari ekonomi menengah ke bawah; dan (f) fasilitas di laboratorium kurang lengkap. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan Daryati (2013) juga terdapat kendala dalam proses pengevaluasian. Ada tiga kendala dalam mengevaluasi keterampilan menyimak yaitu (1) faktor siswa yakni menyimak dengan jelek (2) faktor situasi kelas, dan (3) faktor guru yakni tidak mampu menggunakan waktu yang sedikit secara baik dan guru tidak mampu menyediakan media pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti cara,upaya, dan hambatan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara (bercertia) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja. Karena keterbatasan peneliti, masih ada yang luput dari penelitian ini. Dengan terbukti masih banyak keterampilan berbahasa lainnya yang perlu diteliti lebih dalam lagi. Penelitian tersebut bisa dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) atau deskriptif. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dipaparkan pada Bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini. Hal-hal tersebut sebagai berikut. Cara pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja yaitu, Cara pertama guru menjelaskan indikator pembelajaran, setelah itu guru memberikan materi
mengenai keterampilan berbicara. Setelah siswa paham mengenai keterampilan berbicara (bercerita) guru mulai melatih siswa untuk berbicara dengan memperhatikan unsur-unsur penilaian. Cara kedua, guru mengevaluasi siswa dengan cara menilai siswa dengan menggunakan instrumen penilaian yang sudah dibuat sesuai dengan pedoman penilaian. Ada tujuh unsur penilain yang guru nilai dalam keterampilan berbicara (bercerita) yaitu kesesuaian isi, keruntutan alur cerita, kejelasan lafal, ketepan intonasi, ketepan jeda, ketepan tempo, dan kesesuaian ekspresi. Cara terakhir yaitu guru mengevaluasi hasil pembelajaran hari itu dengan memberikan komentar kepada seluruh siswa. Ada beberapa hambatan guru dalam evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja yaitu, (1) mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran (2) pengaturan jam pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen, dan (3) pengelolaan kelas besar. Selain itu ada tiga upaya guru dalam evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen pada siswa kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja yaitu, (1) menerapkan strategi jitu untuk memotivasi siswa, (2) mengefektifkan waktu, dan (3) mengatur waktu berbicara siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, ada tiga saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini. Pertama, Bagi Guru Bahasa Indonesia hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam pengevaluasian keterampilan berbicara (bercerita) dengan materi cerpen. Kedua, Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi dalam mengadakan pelatihan system pembelajaran khususnya dalam kegiatan pengevaluasian keterampilan berbicara. Ketiga, Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini terbatas pada cara, hambatan, dan upaya guru dalam evaluasi keterampilan berbicara (bercerita). Peneliti 11
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) lain diharapkan bisa mengkaji dari segi respons siswa terhadap cara pengevaluasian guru dalam keterampilan berbicara.
DAFTAR PUSTAKA Adri. 2010. “Peningkatam Keterampilan Bericara dengan Menerapkan Teknik Debat Topik Siswa Kelas X SMA N 3 Takalar”. PortalGaruda,Volume 3, (hlm.8-10). Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arjad, M.G dan Mukti. 1993. Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Universitas Airlangga. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Ratnawulan, Elis. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia. Salimah. 2011. “Dampak Penerapan Bermain dengan Media Gambar Seri dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini”.PortalGaruda, Volume 21, Edisi Khusus (hlm. 10-15). Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sa’bani. 2009. “Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP N 3 Salatiga”. skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Sebelas Maret Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wendra. I Wayan. 2008. Buku Ajar Keterampilan Berbicara. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
12