PEDOMAN TEKNIS
PENGELOLAAN LAHAN BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA
Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 2014
ii
KATA PENGANTAR Buku ―PENGELOLAAN LAHAN BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA LAUT‖ merupakan salah satu bentuk sarana BPTKPDAS untuk
memperkenalkan
hasil
penelitian
kepada
masyarakat
luas,
khususnya di daerah pantai berpasir dengan permasalahan lahan marjinal. Kegiatan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan lahan pantai berpasir di Kebumen berangkat dari presentasi hasil penelitian dari kantor BPTKPDAS kepada Dinas-Dinas yang ada di Kebumen. Selanjutnya pada saat itu Ibu Bupati (Ir. Rustriningsih) meminta untuk ada penelitian yang ada di pantai selatan Kebumen, mengingat kondisi pantai yang gersang dan panas sehingga pengunjung wisata sangat rendah. Begitu juga permasalahan lahan pantai dan pesisir selatan yang luas dan memanjang tidak dapat diusahakan untuk tanaman hortikultura karena gangguan uap air garam dan angin kencang dari laut. Tahun 2005 kegiatan penelitian BPTKPDAS dengan tanggul angin Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) di mulai dengan melibatkan masyarakat desa Karanggadung khususnya Kelompok Tani Pasir Makmur. Kegiatan diawali dengan meyakinkan ke masyarakat bahwa pantai berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim (hortikultura) asal sudah ada tanaman tanggul di depannya atau dekat pantai. Awalnya masyarakat kurang percaya sehingga perlu diajak studi banding ke pantai Samas Jogyakarta yang sudah ada tanaman Cemara lautnya. Sepulang dari studi banding masyarakat yakin bahwa pantai yang nampaknya gersang, jika dikelola dengan baik akan menghasilkan yang jauh lebih produktif dibandingkan dengan tanah mineral biasa. Selanjutnya kegiatan tersebut berlanjut sampai sekarang ini dan menjadi show window BPTKPDAS. TIM PENELITI PANTAI BERPASIR
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................ ii DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii
I.PENDAHULUAN................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 5 C. Sasaran ................................................................................................ 5 D. Batasan Istilah ...................................................................................... 5
II.PERENCANAAN .................................................................. 8 A. Pengorganisasian .................................................................................. 8 B. Pemetaan Lokasi ................................................................................... 9 C. Kebutuhan ........................................................................................... 13 D. Penentuan ........................................................................................... 18
III.PELAKSANAAN ............................................................... 20 A. Persiapan............................................................................................. 20 B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin............................................................. 27 C. Penanaman.......................................................................................... 28 D. Pemeliharaan ....................................................................................... 40 E. Pemanenan Hasil .................................................................................. 43
IV. MONITORING ................................................................ 46 A. Pengamatan Tanah .............................................................................. 46 B.
Pengamatan Iklim .............................................................................. 48
C. Pengamatan Tanaman .......................................................................... 56 D. Pengamatan Erosi ................................................................................ 57
ii
V.EVALUASI ........................................................................ 66 A. Tingkat Prosentase Tumbuh .................................................................. 66 B.
Tingkat Prosentase Hasil........................................................................
C.
Tingkat Perawatan dan Pengelolaan .................................................... 68
D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani.......................................................... 69 E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ............................................. 71 F. Analisa Input dan Analisa Output .............................................................. G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin...................................................... 75 H. Tingkat Adopsi Masyarakat ................................................................... 76
VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN ......................................... 82 A. Pemeliharaan Plot Penelitian.................................................................. 82 B. Perbedaan Sebelum dan Sesudah Penanaman Cemara Laut ..................... 84 C. Matinya Cemara Laut Di Pantai ............................................................. 86
VII. PENUTUP ..................................................................... 91
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai ...........84
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut ................................................ 4 Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005 .............. 9 Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut...................................18 Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan ...21 Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan ...........................................................21 Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) .........29 Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang .............30 Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). .......31 Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata ..........32 Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 .......33 Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru ...34 Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura) ...................35 Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia.36 Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir .........39 Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman) ..............................................................42 Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan ...44 Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai ....45 Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan. ...47 Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen.....................47
v
Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan ....48 Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. ......49 Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen .......................50 Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 .................51 Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen.......52 Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum ......................................................................53 Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013 .................54 Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan , Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013 ........55 Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan) ...56 Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk Instalasi Air Sumur Renteng .................................................57 Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006 .......58 Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006 ..58 Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 .59 Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 .............................60 Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 .....61 Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember 2013 ...................................................................................62 Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen.63 Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013. .......................................64 Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen. .......................65 Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. ..............67
vi
Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun 2013 .........................................................................68 Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar .......................69 Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah ..........................................72 Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 ................73 Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung 2011-2013...........................................................................74 Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,- .............75 Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah ......................77 Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka 78 Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut.........................................79 Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen. ...........................79 Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya ........................80 Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa .81 Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang ...........................89 Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen. 89 Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll ....90
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan bermasalah merupakan lahan yang tidak layak atau tidak sesuai dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga agar lahan bermasalah dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan. Macammacam permasalahan lahan dapat terjadi karena : 1. Proses alami 2. Proses buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses permasalahan lahan alami meliputi : lahan marjinal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan bergaram, dll), lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan tanah bencana (berapi, tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses permasalahan lahan buatan meliputi lahan kritis, lahan asam/sulfat masam, dan lahan bekas tambang. Proses permasalahan lahan akibat kombinasi antara faktor alam dengan buatan manusia meliputi : lahan banjir, kekeringan, dan longsor. Salah satu permasalahan lahan di Indonesia adalah lahan pantai berpasir mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas dan panjang. Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai berlumpur (muddy
shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau andesit (Bloom, 1979). Wilayah ini bersifat dinamis dimana terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju pantai dan dari gisik (beach) yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya (Sukresno, 1998). Pengertian tanah berpasir merupakan tanah yang mengandung banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak mudah terpisah (Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai (Dahlan, 1992) memiliki karakter yang sangat khas sebagai ciri yang mencolok pada daerah pesisir pantai antara lain : a). Angin kencang dengan hembusan garam, b). Kadar garam
1
tinggi dalam tanah, c). Porositas tinggi, dan d). Pergerakan pasir yang bebas. Sifat Fisik tanah pantai berpasir butirannya kasar mengandung kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan. Sifat Kimia tanah pantai berpasir kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium (K) kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, Supriyadi, dan Sudihardjo, 2000). Dengan kandungan garam-garaman yang tinggi menyebabkan tanah pantai berpasir memiliki pH tanah berkisar antara 6 sampai
7.
Sifat
Biologi
tanah
pantai
berpasir
memiliki
sedikit
mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa jenis tanah antara lain : tanah Alluvial, Regosol atau Entisols. Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir meliputi (Gambar 1) : a) miskin unsur hara, b). sukar menahan air, c). mudah terjadi erosi, d). agregat tanah lemah. Cara mengatasi permasalahan tanah berpasir tersebut antara lain dengan : 1). pemberian mulsa, 2). menambahkan tanah liat (amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan organik (pupuk kandang), 4). menanam tanaman penutup tanah, 5. menggunakan Bio-P 2000z. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis dan bila tidak segera ditangani berdampak negatif pada lahan yang akan terjadi semakin meluas (Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomi tinggi. Berkaitan dengan permasalahan yang ada di wilayah pantai berpasir, dibutuhkan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan
2
konservasi yang bisa meningkatkan produktivitas lahan yang berimplikasi pada tereduksinya marjinalitas lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar area tersebut dengan penanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin (Nurahmah dkk, 2007).
3
Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut
4
B. Maksud dan Tujuan Petunjuk teknis ini bertujuan memberikan informasi kepada khalayak umum bagaimana memberdayakan lahan bermasalah pantai berpasir yang marjinal melalui penanaman tanaman tanggul angin cemara laut (cemara udang/Casuarina equisetifolia sp.) dan tanaman budidaya (hortikultura) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar pesisir selatan (Sukresno dkk, 2000). C. Sasaran Pelaksanaan
teknik konservasi lahan pantai
berpasir dengan
pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia sp. (pembiakan dan pola tanam) sebagai pengendali erosi angin, model pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka dan terong) yang ditanam di belakang tanaman tanggul angin, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan marjinal. D. Batasan Istilah Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan berhubungan dengan masalah pengelolaan wilayah pantai, antara lain: 1. Lahan bermasalah adalah lahan yang diakibatkan oleh rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk pertumbuhan tanaman karena faktor bawaan/alami atau faktor buatan (eksploitasi lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan yang salah dll). 2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi laut, atau tepi perairan yang luas. 3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut, yang meliputi pantai dan daratan didekatnya (pesisir) yang masih terpengaruh oleh aktivitas marin (lautan).
5
4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan kelerengan kurang dari 8% (topografi datar). 5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan kerikil di permukaannya. 6. Beting Gisik, adalah gundukan alami memanjang searah garis pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas). 7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai, diantara beting gisik, biasanya tergenang air. 8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin. 9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena pengikisan gelombang atau arus laut. 10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui permukaan tanah maupun lewat bawah tanah. 11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air. 12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan). 13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat partikel tanah atau batuan itu sendiri. 14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
6
15. Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu daratan yang terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan langsung dengan laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai perlindungan bagi kelestarian sumber daya alam daerah pantai, dengan lebar tertentu dan ditanami dengan vegetasi tertentu. Tanaman sabuk hijau berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan uap garam-garaman, mencegah angin kencang dari lautan, dan pengendali iklim mikro.
7
II.PERENCANAAN A. Pengorganisasian Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) Pantai berpasir melalui pengembangan teknologi rehabilitasi lahan berpasir
dan
peningkatan
tingkat
pendapatan
masyarakat
serta
kenyamanan berwisata, melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat meliputi instansi pemerintahan dan masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi rencana kegitan pada masyarakat (Harjadi dkk, 2007). Konsultasi dan koordinasi dari tingkat Kabupaten (Dinas Kehutanan dan Dinas Wisata), Kecamatan (Polsek dan Kantor Camat), Kelurahan sampai Kelompok Tani (Kontak Tani, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama).
Disamping itu juga ditetapkan salah satu rumah penduduk
sebagai Sekretariat Kelompok Tani (KT) sebagai kantor anggota kelompok, tempat diskusi, dan menyimpan peralatan serta output tulisan hasil penelitian. Sehingga Sekretariat KT juga sebagai pusat sosialisasi hasil penelitian dan pusat informasi agenda acara KT. Pertemuan KT ditetapkan rutin setiap bulan dan bergilir dari rumah ke rumah anggota KT, kadang juga dilakukan di Balai Desa atau di Sekolah (SD Negeri I Karanggadung), dan di lokasi (Pondok Kerja). Kegiatan penanaman cemara laut juga melibatkan Bapak-Bapak dan IbuIbu anggota KT serta anak-anak sekolah.
8
B. Pemetaan Lokasi Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya (Gambar 1) dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan bermasalah di
pantai berpasir (pantai selatan) di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, dan Kabupaten Kebumen (Harjadi dan Octavia, 2008).
Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005 a. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol pantai. 1. Sifat Fisik Tanah i. Tekstur dan Struktur Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Sudihardjo, 2000). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih
9
besar dan luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif. Tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, berupa butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm. ii. Porositas dan Temperatur Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan organik yang lebih intensif . Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). Tanah pasir menyimpan air sangat rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia. 2. Sifat Kimia Tanah
i. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah berpasir berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemupukan organik.
10
ii. pH Tanah (Kemasaman Tanah) Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya
bahan
organik.
Kelebihan
garam
dalam
tanah
dapat
menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4), salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tumbuhan.
3). Sifat Biologi Tanah Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah berpasir tidak mendukung
mikroorganisme
untuk
hidup.
Kondisi
yang
tidak
menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah berpasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah berpasir menjadi kurang subur (Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan bahan organik sebagai
sumber
meningkatkan
makanan
populasi
bagi
mikroorganisme
mikroorganisme
tanah
sehingga baik
jamur
dapat dan
actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat tanah. Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola
11
dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Madjid, 2009). Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir juga sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan memiliki KTK yang rendah (Utami, 2009). b. Tanaman Tanggul Angin Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut dengan memperhatikan aspek sebaran arah dan kecepatan angin tahunan. Jalur tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin saat musim kemarau dan musim badai (angin kencang). Hal-hal yang perlu dirancang antara lain: a. Penetapan jarak antar tanggul angin dengan bibir pantai (< 100 m) dan tebal lapisan (> 5 tanaman Cemara Laut). b. Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out sebaran (apakah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau selang-seling ‘untu walang‘). c. Tanaman Budidaya Pemetaan
lokasi
penanaman
tanaman
budidaya
dengan
memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang perlu dirancang antara lain: a. Pemilihan jenis tanaman budidaya sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat setempat dan sesuai ditanam di pantai. b. Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang ada) yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin.
12
c. Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing bibit serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran). Ameliorat berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk buatan (urea, TSP, ZA dan KCl) C. Kebutuhan a. Kebutuhan Bahan Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan jarak 5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang akan ditanami. Kebutuhan bibit tanaman semusim bibit bawang merah sebanyak 200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan Purwanti, 2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, racun insektisida (serangga), dan fungisida (jamur). b. Kebutuhan Alat Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa
bak renteng, pralon,
gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengamatan evaporimeter
perlakuan, (pengukur
antara
lain:
evaporasi),
penjerap ombrometer
pasir
(sand
(penakar
trap), hujan),
anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet, poster, tulisan ilmiah dan laporan.
Sedangkan untuk mengumpulkan
informasi sosek (sosial ekonomi) dengan blanko kuisioner.
13
c. Kebutuhan Tenaga Tenaga yang dibutuhkan terdiri atas tenaga pengamat untuk data iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin) dan erosi pasir serta pengamat pertumbuhan tanaman.
Disamping itu untuk keamanan melibatkan
seluruh warga Karanggadung dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung untuk mengawasi kalau ada pengunjung wisata yang sengaja atau sekedar iseng merusak tanaman. d. Kebutuhan Biaya Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk (organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp. 25.000.000,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp.3.000.000,-. Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan serta pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. e. Kebutuhan Lahan Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan kemampuan
anggaran
biaya).
Dari
pihak
kantor
Obyek
Wisata
Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim. f.Kebutuhan Ameliorat Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan tanah berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas yang rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat, tidak
14
liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah. Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sampai 78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 60,83% dan 63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 65,55% dan penambahan pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik mampu
menciptakan
kondisi
yang
sesuai
untuk
tanaman
dengan
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air, meningkatkan pH, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi. Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994 dalam Atmojo, 2003). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.
Penambahan bahan
organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga meningkatkan
15
kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus) lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol, yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999 dalam Atmojo, 2003). Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah karena terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kationkation basa (Atmojo, 2003). Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-) yang mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa humus dan lempung (clay),
Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina
memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian setengah pupuk organik dan pupuk mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja. g. Kebutuhan Saprotan Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan pantai berpasir yang marjinal. Dosis ameliorat pupuk
16
kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-tanaman budidaya tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I. Dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200 kg/ha. Perawatan tanaman semusim dengan melakukan penyiraman rutin pagi dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan karena suhu tanah meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika tidak segera disirami. Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan terutama tapak/site untuk pertumbuhan di lahan berpasir agar dapat tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan meminimalkan pembatas (constrain) pertumbuhan seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan KTK tanah, peningkatan bahan organik, N tanah, P tersedia dan K tersedia. Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan lebih mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas pertumbuhan tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik dan juga dengan inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P (Gong et.al., 2009). Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P) sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of agriculture karena dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah tersebut kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu, pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di awal pertumbuhan.
17
D. Penentuan a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata (±300 m) yang sebelumnya di sebelah utara tanggul pasir (Gumuk Pasir) dan selanjutnya dikembangkan di sebelah selatan yang berdekatan dengan garis pantai dengan jarak kurang dari < 100 m (Gambar 3). Disamping itu lokasi pengembangan berdekatan dengan desa Tanggul Angin yang merupakan pemukim eksodan yaitu pemukiman kembali penduduk yang pulang kampung dari transmigrasi dan korban bencana tsunami serta tidak memiliki tempat tinggal.
Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut: a. Merupakan tanah terlantar tanpa vegetasi
yang berjarak
kurang dari 100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah pantai ke arah daratan sejauh kurang lebih 300 m. b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %)
18
c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur) d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah (pupuk kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi. e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D (sedang) menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson. b. Mess Pos Pengamatan Pos pengamatan yang berfungsi sekaligus sebagai Sekretariat Kelompok Tani (KT) berada pada jarak kurang lebih 500 meter dari lokasi penanaman agar akses mudah terjangkau. Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga koordinasi dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif. Pos Pengamatan (Sekretariat KT) berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi para Petugas, tempat berkumpul dan diskusi dengan masyarakat, tempat informasi dan penyuluhan, dll. c. Tempat Pertemuan Kelompok Tani Jadwal pertemuan Kelompok Tani (KT) direncanakan di kantor Sekretariat KT, yaitu dengan bergilir dari rumah ke rumah setiap bulan sekali.
Pertemuan KT kadang juga dilakukan di pantai sebelum
penanaman, kadang di Balai Desa dan kadang juga di ruang sekolah. Pertemuan rutin KT dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi anggota KT juga meningkatkan soliditas kelompok disamping juga proses pembelajaran saling diskusi dan bertukar pengalaman.
19
III.PELAKSANAAN A. Persiapan a. Persiapan Lokasi Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) :
Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai – Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan
Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp.0287-381287 Kebumen. 54311
Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp. 0287-381570 Kebumen 54311
Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung. Untuk
persiapan
penanaman
Cemara
laut
perlu
dilakukan
beberapa tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut :
perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan kebun bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 4 dan 5).
20
Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan
Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan
21
Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 buah untuk tanaman buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk tanaman lainnya.
Pembelian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang subur untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman.
Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah dengan EM-4 untuk mepercepat dekomposisi pematangan pupuk organik.
Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran tanaman pandan berduri.
Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar pantai, agar tanah terjaga kelembabannya.
Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan dan semusim.
Perbaikan instalasi air dan perbaikan sumur renteng dengan mencoba
diesel
penyedot
air
dan
didistribusikan
keseluruh
penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim.
Melatih
ulang
pengamat
(coaching)
dan
mengechek
data
(verifikasi) dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu tanah (30, 90 dan 150 cm), curah hujan, kecepatan dan arah angin, erosi angin, dan evaporasi.
22
b. Persiapan SDM Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan pendekatan pada masyarakat. 1. Konsultasi dan Koordinasi i.
Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan) Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian
di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh kantor Solo yang saat itu bernama BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai–Indonesia Bagian Barat). Bentuk dukungan dari Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam bentuk : mendampingi setiap konsultasi dengan beberapa kantor dinas yang terkait di kabupaten pemerintah daerah Kebumen, dan PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat langsung di lapangan dan saat pertemuan dengan Kelompok. ii.
Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat
karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak berpotensi untuk diusahakan tanaman atau istilah warga pasti merugi atau tidak untung. Dengan adanya lokasi pengembangan penelitian lahan pantai berpasir ditunjang dengan fasilitas jalan JLSS (Jalan Lintas Selatan
Selatan) jl. Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata akan lebih mudah dan diharapkan pariwisata semakin berkembang. iii.
Dinas Pariwisata Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan
untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi selalu mengadakan
koordinasi
terlebih
dahulu
dengan
kantor
Dinas
Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata Petanahan di Desa Karanggadung.
23
2. Koordinasi di Daerah i. Kecamatan Petanahan Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak tahun 2005. Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan permintaan dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah mendengar paparan tentang penanaman cemara laut di pantai Samas, Bantul. ii. Polsek Petanahan Seluruh
anggota
Tim
Penelitian
BP2TPDAS-IBB
telah
dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai sekarang. iii. Desa Karanggadung Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis (Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar anggota kelompok tani
menerima keberadaan pengembangan
penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang diharapkan petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang didampingi oleh PKL berupa :
-
Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri anggota dan mantan lurah, bapak lurah dan bapak RT serta para tokoh masyarakat (TOGA = Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh Masyarakat) lainnya yang tertarik.
-
Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan
24
September dan Januari) serta setelah selesai perbaikan instalasi air dan sumur renteng.
-
Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dengan menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian pupuk kandang.
c. Koordinasi dengan UKP 1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh judul-judul yang dipayunginya. 2. UKP yang berjudul ―Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan
Terdegradasi‖ di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul yang dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang, BPPK Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di Surakarta, Loka Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar. 3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan terdegradasi dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan, (iii) model dan teknik konservasi. 4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP (Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan). 5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi minimal triwulanan.
25
d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan merubah pola pikir masyarakat sekitar pantai berpasir. Masyarakat di sekitar pantai berpasir yang semula menganggap lahan pantai tidak dapat ditanami menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dengan menjaga kelestarian alam lewat RLKT. Semua sarana dan prasarana yang ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok Tani (KT) Pasir Makmur dan bukan menjadi milik perseorangan atau milik peneliti atau teknisi BP2TPDAS-IBB, sehingga semua anggota kelompok tani wajib merasa memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan mengamankannya untuk dipergunakan secara berkelompok. e. Persiapan Bahan dan Alat Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi : 1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar. 2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA (Tanggul Angin), antara lain : vegetatif dengan camara laut (Casuarina equisetifolia sp.) dan mekanis dengan daun kelapa atau anyaman bambu. 3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan ketimun, jagung (Zea mays L.).dll. 4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. 5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa
sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang
panjang, pompa air, dll.
26
6. Kegiatan
pengamatan
evaporimeter,
perlakuan,
ombrometer,
antara
anemometer,
Sand
lain:
termometer
trap, udara,
kelembaban udara dan ruang serta termometer tanah. 7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster, kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek dengan menyebar blanko kuisioner yang relevan. B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin a. Tanggul Angin Mekanis Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang menyebabkan tanaman semusim terbakar.
Tanggul angin ini juga
berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi.
Tanggul angin
dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anayaman bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut. b. Tanggul Angin Vegetatif Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup sebagai tanggul angin vegetatif.
Tanaman tahunan yang dapat
dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai ditanam di pantai, memiliki akar kokoh (bibit dari biji, generatif) dan daundaunnya rapat dan batang meninggi.
Beberapa tanaman yang cocok
ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin antara lain : ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen yang merupakan pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan penanaman Camera laut. namun
Semula tanaman Cemara laut berasal dari cangkok (vegetatif), untuk
keperluan konservasi
sebaiknnya dengana tanaman
generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang yang kokoh.
27
c. Tanggul Angin Sementara Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif. Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa, gedek bambu.
Prinsip pembuatan tanggul angin sementara angin dapat
menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga mampu mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu juga tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung, sorghum dll. C. Penanaman a. Tanaman Tanggul Angin Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25 m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl). Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model ‗gigi
dengan
belalang‘ atau ―nguntu walang‖ selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya. Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut. Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara
28
laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 6). Semakin tua >10 tahun umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof).
Cangkang masih hijau, Cangkang isi biji Cangkang kosong jatuh belum matang berwarna kuning di tanah Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika sudah berumur 2 bulan atau kecambah sudah kelihatan batang coklat dan daun sudah bercabang dipindahkan kedalam polybag (Gambar 7).
29
Bibit umur 1 bulan di tempat persemaian
Bibit umur 2 bulan dipindah ke polybag
Bibit umur 3 bulan disirami pagi dan siang
Bibit umur 6 bulan tinggi Bibit umur 8 bulan Bibit umur setahun, >60 cm diameter >5 mm siap ditanam sudah lewat umur Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji, dan setelah banyak cabang dibawah segera di lakukan pruning agar pertumbuhan meninggi. Pengembangan Cemara laut untuk konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari biji yang memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang (Gambar 8).
30
Cemara dari Cangkok
Cemara setelah Prunning Cemara dari Biji Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal dari manusia, hewan maupun alam.
Langkah pengamanan lokasi Demplot
dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang peringatan dan tanda batas pinggir lokasi (Gambar 9).
31
Papan lokasi Demplot
Papan Sekretariat
Papan batas pinggir
Peringatan di pantai
Batas lokasi Papan depan wisata Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar 10). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun (penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm.
32
Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 b. Tanaman Tahunan Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di Kebumen dapat dimanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada perakaran untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di pantai berpasir.
Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri, Cemara laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa, Gamal, Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 11).
33
Pandan berduri
Akasia
Widuri
Cemara laut
Rumput berduri
Jarak pagar
Kebun campuran
Kelapa
Gamal
Bekol Jambu mete Buah Naga Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru c. Tanaman Semusim Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007 menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang
34
menurun.
Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29
ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 10.000,-/kg. Gambar 12 dibawah ini merupakan demplot pengembangan tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir. Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai Petanahan antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah.
Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura)
35
Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar. Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 13).
Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia.
d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 14). Tanaman ini menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang cenderung kering dan
36
menjadi lahan marjinal.
Lahan pantai berpasir yang kering dengan
struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik jika ada tanaman bawah, disamping itu juga adanya seresah daun-daun dan ranting yang berguguran.
Sehingga daun-daun cemara laut yang berguguran
sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu bakar, walaupun daun-daun kering cemara sebenarnya sangat baik untuk merebus nira gula kelapa. Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik untuk pemantapan struktur tanah dan menjaga kelembaban tanah.
37
Rumput Merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hackn
Ipomea pescaprea
Pandan berduri Pandanus tectorius
Buah Pandanus tectorius
Pongamia pinnata
Rumput Gulung
Rumput Teki
Saccharum spontaneum
38
Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L)
Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G. Don)
Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.)
Tapak liman (Elephanthopus scaber L)
Tanaman Widuri Widuri Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir
39
D. Pemeliharaan Tanaman Semusim a. Pemupukan 1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau awal tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar per hektar : SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg. 2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan disebar merata dalam tanah. 3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha diberikan 25 HST. b. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani) Pasir Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu tanah yang sangat panas dari penguapan panas bumi, agar tanaman bawang merah tetap sehat dan tidak terbakar. c. Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman) 1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2E sebanyak 1½ tutup untuk 1 tangki air. 2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan : (a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt) (b) Larvin = 1 sendok (c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup)
40
(d) Barer = 10 cc (1 tutup) 3. Umur 25 sampai 45 hari (Gambar 15) (a) N-Balancer = 10 cc (b) Manzate 200 = 1 sendok makan (c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup (d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur, dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter).
41
Racun sayur daun
Danvil 50SC
Goal 2E
Puanmor
Balancer
Larvin
Borer DuPont Manzate 200 Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman)
42
E. Pemanenan Hasil Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180 juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20 g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta. Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin langka (Gambar 16). Sebelumnya pupuk kandang berlimpah dan harga sangat murah, namun akhir-akhir ini kondisinya berbalik yaitu harga pupuk kandang cukup mahal yang sebelumnya hanya membayar upah para pengangkut saja, sedangkan sekarang ini harga pupuk kandang per colt pick-up Rp 150.000,-
43
Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan
Dampak cemara laut sebagai tanggul angin disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas lahan juga meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga untuk tinggal atau menempati rumahnya dekat dengan pantai < 0,5 km, yang sebelumnya mereka menjauh dari garis pantai yaitu > 1 km (Gambar 17). Beberapa rumah sudah dibangun dekat dengan pantai, sehingga potensi ke depan untuk mendukung wisata bisa dimungkinkan didirikan tempat penginapan (Losmen atau Hotel) seperti yang telah dikembangkan di Pantai Glagah, karena selama ini rumahrumah penduduk di Petanahan sudah sering disewakan untuk pedagang musiman dari luar kota setiap hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru).
44
Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai
45
IV. MONITORING A. Pengamatan Tanah Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol atau Entisols yang kurang subur. Ketidak suburan lahan tersebut dicirikan oleh
kondisi
sifat
fisik,
kimia
dan
biologi
tanah
yang
kurang
menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur hara NPK di pantai berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara lainnya kecuali Na (Natrium) karena banyak mengandung garam-garaman NaCl (Gambar 18).
Kondisi yang paling baik pada lahan bepasir yang sudah ada
tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan dari petani dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk an-organik (NPK). Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu pH 6-7, dan pH terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam keadaan lembab.
Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai
selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di pantai selatan disebabkan oleh adanya pegunungan kapur sepanjang pantai yang dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman, sehingga intrusi air dari laut ke daratan telah menjadi tawar.
46
Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan. Pengambilan sampel tanah pantai berpasir pada 3 kondisi lahan yang berbeda yaitu untuk tanah pantai dekat lautan, tanah dibawah tanaman cemara laut dan tanah dibawah tanaman semusim (Gambar 19).
Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen
47
B. Pengamatan Iklim Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang rendah (Gambar 20). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air, sehingga menjadi kering dan mudah terbakar.
Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan Dalam rangka memantau kondisi perubahan iklim di pantai berpasir perlu dipasang beberapa alat pemantau iklim antara lain (Gambar 21) : penakar hujan ombrometer, termohygro pengukur suhu dan kelembaban, termometer tanah, stik erosi. Hindari pemasangan alat yang bahannya dari besi karena akan mudah rusak (karatan dan keropos). Beberapa peralatan yang sudah pernah rusak yaitu sandtrap (penjerap erosi angin), evaporimeter (pengukur evaporasi), anemometer (kecepatan & arah angin), label sampel tanaman, Kaliper (milimeter), stik erosi, batas
48
tepi lokasi, Hand Phone dan Tustel.
Disarankan untuk alat-alat yang
bahan dasarnya dominan dari logam agar hati-hati penggunaannya di pantai seperti HP (Hand Phone), Tustel/Kamera, Handycam, dll. Untuk mencegah kerusakan akibat uap garam-garman sebaiknya dibungkus dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan menyebabkan karatan sehingga beberapa onderdil di dalam yang berasal dari logam jadi macet/rusak.
Pengamatan Cemara laut
Lahan Pasir bermasalah
Anemometer
Stik erosi dari Pralon
Evaporimeter
Pembuatan stik erosi
Suhu Tanah 30,90,150cm Ombrometer Diameter pohon Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin.
49
a. Kelembaban Ruang dan Udara Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang hari di pantai Petanahan, Desa Karanggadung (Gambar 22). Kelembaban ruang terendah
bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang
tertinggi pada bulan Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember di pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang hari (60%).
Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen Kelembaban udara di pagi hari 76% lebih tinggi dibandingan pada siang yang hanya 72%, sedangkan untuk kelembaban ruang tidak berbeda jauh yaitu dari 71% (siang) sampai 74% (pagi).
Kisaran
kelembaban ruang dari 61-74% dan kelembaban udara dari 60-75%. Kelembaban udara pagi hari lebih lembab dibandingkan pada siang hari, sehingga menyebabkan pantai terasa kering di siang hari disamping juga lebih panas.
50
b. Suhu Ruang dan Udara Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari, yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman (Gambar 23). Pada pagi hari, suhu ruang terendah 25 oC (Januari) sampai tertinggi 30 oC (April). Suhu udara pada pagi hari terendah 23 oC (November dan Desember) dan tertinggi 26 oC (Maret dan Januari). Kaitan suhu (temperatur) udara dengan pengunjung wisata, dimana setelah jam 09.00 pagi temperatur sudah mulai panas maka pengunjung datang pada pagi hari sebelum jam tersebut. Jika tidak pagi hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam 15.00 karena suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 oC sampai 27 oC (November dan Desember), sedangkan suhu udara dari 24 o
C (November dan Desember) sampai 28 oC (Maret).
Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013
51
c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 oC -34 oC dan suhu terpanas pada kedalaman solum tanah 30-90 cm karena pada kedalaman tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi (Gambar 24). Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air hujan maka harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya dari inti bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah terendah pada top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka suhu tanah akan menurun.
Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen.
52
Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi 34oC untuk kedalaman regolit 90-150 cm dari permukaan tanah (Gambar 19). Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara 30-50 cm agar suhu tanah diperoleh paling rendah. d. Curah Hujan Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari (Gambar 25).
Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum Pengamatan curah hujan selama 5 tahun di Pantai Petanahan dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 26. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan saat itu sempat menimbulkan tsunami kecil dan meluapnya air laut ke daratan sehingga merusak pepohonan dan
53
beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada saat tsunami datang ditandai dengan permukaan air laut yang surut secara mendadak sehingga dasar lautan nampak sampai sepanjang sekitar 200 m, dan selanjutnya air naik mendadak dengan cepat melebihi batas tinggi permukaan.
Pada
tahun 2013 relatif hujan sepanjang tahun dan hanya mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juli-September (Gambar 26).
Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013 Total hujan tahun 2013 sebanyak 2489,4 mm, puncak tertinggi pada bulan Januari dan terendah atau tidak ada hujan pada bulan Juli, Agustus, dan September. Total hari hujan tahun 2013, 268 hari dari 365 hari setahun, sehingga hujan merata hampir sepanjang tahun.
54
Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi. Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan total hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup tinggi 268 hari (Gambar 27).
Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan , Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013 e.Evaporasi Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari (06.00-12.00),
sedangkan
pengamatan
malam
hari
sebagai
hasil
penguapan sepanjang siang hari sampai sore (12.00–18.00). Oleh karena itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu lebih tinggi dari pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga yang dekat pantai lebih tinggi penguapannya dibandingkan yang jauh dari pantai, karena
55
kecepatan angin menambah tingginya penguapan disamping panas matahari (Gambar 28).
Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan)
56
C. Pengamatan Erosi a. Erosi angin Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT), diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau pusat (DP, GP, dan JP).
Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masing-
masing dipasang 5 alat penangkap disebelah paling atas (PA), atas (A), tengah (T), bawah (PB), dan paling bawah (PB), lihat Gambar 29.
Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk Instalasi Air Sumur Renteng Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah pada jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3 gram (lihat Gambar 30).
57
Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006 Pada tanggal 12 Agustus 2006 hampir semua alat sandtrap hanya menginformasikan erosi angin kurang dari 0,5 g, khusus untuk titik yang jauh dari pantai sebelah barat dengan total erosi hampir 3 g (Gambar 31).
Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006 Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti bulan-bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin dari laut tidak merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena angin yang bertiup tidak cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu lubang perangkap diatas gisik. Erosi tertinggi masih sama yaitu terjadi
58
pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian barat (Gambar 32).
Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 Degradasi lahan pantai berpasir akibat erosi angin yang akan membentuk gisik (gundukan pasir) dan ini khas hanya ditemui di pantai Karanggadung akibat oleh karakter ombak laut yang berbeda dengan tempat lain. Dari pengamatan erosi angin diperoleh kesimpulan bahwa daerah gundukan bukit pasir akan semakin meninggi sedangkan pada daerah lembah akan semakin berkurang. Selanjutnya erosi angin diukur dengan stik erosi yang terbuat dari pralon yang diisi dengan semen cor, agar tidak dicabut dan dimanfaatkan orang untuk keperluan lain. Pemantauan erosi stik dimaksudkan untuk melihat perubahan yang terjadi pada suatu lahan, yaitu apakah terjadi penimbunan atau penambahan bahan material pasir (+) atau sebaliknya mengalami penurunan atau pengurangan bahan material (-). Stik erosi dipasang di 4 jalur dan masing-masing jalur ada 9 titik, ke empat jalur tersebut adalah (Gambar 33) : 1. Pantai (P):dipasang di pantai atau di depan Cemara laut. 2. Dekat (D): dipasang dekat pantai atau di belakang Cemara. 3. Gisik (G) : dipasang di tempat gundukan pasir. 4. Jauh (J) : dipasang jauh dari pantai atau di lahan semusim.
59
Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 Pengukuran erosi dekat pantai sedikit mengalami erosi dan tertinggi pada daerah gisik yaitu paling banyak mengalami penimbunan pasir (Gambar 34 dan 35). Penimbunan (+) dan Erosi (-) pasir, untuk setiap stik diukur dari berbagai arah yaitu dari sisi Barat (B), Selatan (S), Timur (T), dan Utara (U) relatif sama, sehingga perlu dilakukan dari keempat penjuru tersebut.
60
Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013
61
Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember 2013 b. Kecepatan angin Kecepatan angin siang hari (>5 km/jam) lebih cepat dibandingkan malam hari (< 1 km/jam), dan pada malam hari sering 0 km/jam karena saat itu berhembus angin dari daratan ke lautan, pada siang hari angin berhembus dari lautan (Gambar 36). Dengan bantuan ombak kecepatan angin di siang hari meningkat sampai 20 km/jam.
62
Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen
Pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 alat pemantau kecepatan dan arah angin (anemometer) rusak sehingga tidak ada data pada bulan tersebut. Data kecepatan dan arah angin baru ada kembali mulai bulan April 2013, sehingga dihimbau untuk alat pemantau kecepatan angin diupayakan yang terbuat dari plastik agar tidak rusak karatan oleh uap air yang mengandung garam-garaman. Kecepatan angin tertinggi bulan November pagi hari (6 m/det) dan Juni pada siang hari (7 m/det), lihat Gambar 37.
63
Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013. Data
arah
angin
dapat
dilihat
pada
Gambar
38,
yang
menunjukkan arah seperti arah kompas yaitu Utara (360), Timur Laut (TL), Timur (90), Tenggara (TG), Selatan (180), Barat Daya (BD), Barat (270), Barat Laut (BL). Arah angin yang perlu diwaspadai berasal dari Timur atau Tenggara (TG) yang bersifat merusak dan sering terjadi tsunami atau air pasang.
64
Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen.
65
V.EVALUASI A. Tingkat Prosentase Tumbuh Pengembangan cemara laut disampaikan pada saat pertemuan Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke rumah petani mengenai pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kaut dan tahan terhadap iklim yang ekstrim di pantai, dan dari perkembangan biji dari cangkang yang berwarna hijau, kuning dan coklat dipilih biji yang masih berwarna kuning.
Semakin tua umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan
semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof). Perkembangan Cemara laut Cangkok, Biji, dan setelah diprunning, dapat dilihat pada Gambar 39. Pada upaya pengelolaan lahan marjinal seperti pantai berpasir untuk pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit cemara laut yang berasal dari biji karena memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daundaun cemara laut yang berguguran tidak diambil untuk bahan bakar pembuatan gula kelapa, tetapi dibarkan tetap disitu agar terbentuk humus untuk menjaga kelembaban dan bahan organik.
66
Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. Perkembangan kondisi pertumbuhan cemara laut secara visual dapat dilihat pada Gamabr 10 diatas, yaitu sejak tahun 2005 dimana lahan pantai masih gersang dan terbuka sampai kondisi sat ini tahun 2013. Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut yang masih muda dilakukan pengukuran diameter setinggi dada dan tinggi tanaman (Gambar 40).
Persen tumbuh mengalami penurunan yaitu dari 74,3% menjadi
65,3% dan tinggi mengalami penambahan dari 10,5 cm (Mei 2013) menjadi 11,8 cm (November 2013).
67
Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun 2013 B. Tingkat Perawatan dan Pengelolaan Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering karena evapotranspirasi dan ketersediaan air tanah yang rendah (Gambar 41). Namun beberapa tanaman dekat lokasi BPTKPDAS ada tanaman cemara laut yang mati akibat busuk akar akibat pupuk kandang yang diberikan belum sampai pada kematangan dekomposisi yang sempurna sudah dijadikan press-block dan dipergunakan untuk media tanam.
68
Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar
D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Adanya kegiatan rehabilitasi lahan telah membangkitkan kembali kelompok tani yang hampir mati. Pada awalnya tingkat kehadiran cukup tinggi, namun setelah ada persoalan intern kelompok tani dan waktu jeda yang berkaitan dengan keproyekan maka tingkat kehadiran rendah. Hal ini disebabkan belum ada kegiatan pada lahan pantai pasir. Tingkat kehadiran anggota kelompok tani cukup rendah sekitar 30—40% dari jumlah anggota kelompok tani. Pada tahun kedua, kondisi tidak berubah. Sosialisasi dan pengalaman petani yang telah berusahatani di pantai pasir pada tahun pertama didengar pula oleh kelompok tani lain.
Apalagi
terdapat bantuan teknis dan non teknis yang diberikan oleh BP2TP DAS IBB. Hal tersebut mendorong Kelompok Tani Ternak Bhakti Usaha untuk bergabung dengan Kelompok Tani Pasir Makmur. Setelah pengabungan tersebut, tingkat kehadiran anggota kelompok tani meningkat menjadi 70—80% per pertemuan.
Selain itu, dinamika dan aktivitas kelompok
makin meningkat. Kelompok tani ternak Bhakti Usaha memberi kekuatan baru
bagi
kegiatan
rehabilitasi
lahan
pantai.
Apalagi
dengan
mengintegrasikan tanaman tanggul angin, tanaman semusim, agrowisata, wisata pantai, dan ketersediaan ternak untuk konservasi lahan dan
69
pendapatan maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya ternak selain akan meningkatkan pendapatan juga menyediakan bahan untuk rehabilitasi lahan pantai melalui kotorannya. Selain itu, perkembangan selanjutnya menunjukkan arah partisipasi yang lebih baik. Apabila pada tahun sebelumnya pengerjaan rehabilitasi lahan pantai dilakukan dengan system upahan, pada saat ini setelah pengabungan antara Pasir Makmur dan Bakti Usaha dipergunakan system insentif. Pada tahun sebelumnya, sumbangan biaya sangat kecil diberikan anggota kelompok Anggota kelompok tani diupah untuk setiap pekerjaan yang dilakukan. Saat ini banyak pekerjaan yang tidak diupah lagi tetapi menjadi tanggung jawab kelompok tani.
Kelompok tani bersedia
menanam cemara laut dan tanaman semusim tanpa di upah.
Kelompok
tani melihat rehabilitasi lahan tersebut akan memberi manfaat ekonomi bagi mereka. Untuk itu perlu dikembangkan system dana bergulir untuk pengembangan dan rehabilitasi lahan pantai berpasir. Setiap pagi dan sore hari petani menderes manggar kelapa, ratarata per orang 10-15 kelapa. Satu kelapa 2 sampai 3 manggar dan setiap manggar dideres selama 1 bulan. Deresan pagi diambil sore hari (12 jam) dan deresan sore diambil pagi hari (12 jam).
Deresan pagi dan sore
dimasak pada siang hari selama 1 jam dan dicetak sampai keras selama setengah jam dengan setengah batok kelapa.
Perolehan hasil deresan
rata-rata 5 kg/hari dengan harga lokal Rp 3.500,- dan harga di pasar Rp.5.000,-, sehingga setiap bulan pemasukkan dari menderes = 30 hari x 5 kg x Rp.3.500,- = Rp. 525.000,-. Kualitas kelapa deres lebih baik pada musim kemarau dari pada musim penghujan, namun kuantitas menurun pada musim kemarau yaitu hany 2-3 kg/hari sedangkan musim penghujan 3-5 kg/hari. Kelapa yang di deres ada yang milik sendiri, milik oranglain dengan sistem maro, dan milik wisata dengan cara minta ijin dengan Kepala Wisata, dengan biaya sewa per pohon Rp 1500,-. Sehingga untuk
70
20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa sebanyak 20 pohon x Rp 1.500,- = Rp. 30.000,-. Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang berasal dari asli kelapa saja, putih untuk campuran pasir gula, dan basah untuk kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jum‘at ada yasinan dari rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir 20-30 orang mulai jam 08.30 sampai 11.00 WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi. Khusus malam jum‘at kliwon banyak pengunjung yang datang dari luar kota yang datang ke tempat wisata (Punden/Makam) dengan membayar secara sukarela, dengan juru kunci Pak Manten Abdur Rachman. E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai Dampak positif dengan adanya cemara laut di pantai maka iklim mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga jumlah pungunjung wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah (Gambar 42).
71
Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata Rp.155,365,000 dan tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 359.075.125,dengan kenaikan 56,7% (Gambar 43). Puncak kunjungan selalu pada saat lebaran Idul Fitri, untuk tahun ini 2013 pada bulan Agustus dan September dan juga setiap tahun baru. Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja.
72
Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 Jumlah
pengunjung
wisata
tidak
selalu
selaras
dengan
pendapatan obyek wisata, karena beberapa pengunjung rombongon Bis maka hanya terkena satu parkiran kendaraan saja, sedangkan jika mereka
73
naik motor maka akan meningkatkan total pendapatan wisata (Gambar 44).
Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung 2011-2013 Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan yang berlaku : Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai. Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai berpasir. Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada. Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir.
74
Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang timbul kedepan. Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir. G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata.
Sehingga
kunjungan wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah. Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata Rp.155,365,000
dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 254,413,500
dengan kenaikan 63,7% (Gambar 45). Puncak kunjungan selalu pada saat lebaran, untuk tahun ini pada bulan September 2011 dan juga tahun baru 2011.
Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang
sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja.
4500
14000
4000
Pengunjung
3500
Parkir
11590
Pemasukan
12000 10000
3000 8000
2500 2000
6000
1,511 1500
4000 1000 2000
500 0
Pemasukan Wisata (Rp.1000,-)
Pengunjung (Jiwa) & Parkir(Rp.1000,-)
4054
0 JAN FEB MRT APR MEI JUN
JUL AGS SPT OKT NOV DES
Bulan Pengamatan Tahun 2011
Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,-
75
Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat lahan pantai berpasir antara lain juga diamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat, yaitu : Investasi awal pengembangan lahan pantai berpasir, jaringan irigasi sumur renteng, pembangunan tanggul angin permanen dan sementara, pembangunan site budidaya pertanian dan buah-buahan. Input output usahatani (tenaga kerja, bibit, pupuk, racun hama penyakit, output usahatani pokok dan sampingan) dalam volume dan harganya. Kondisi ekonomi masyarakat pantai dan kondisi ekonomi rumah tangga petani pelaksana plot pengembangan. Pemanfaatan lahan pantai selama ini. Minat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi dan pemanfaatan lahan pantai berpasir untuk usaha tani. Minat masyarakat terhadap jenis-jenis tanaman budidaya yang akan ditanam dan potensi pasar bagi jenis-jenis tanaman budidaya tersebut. H. Tingkat Adopsi Masyarakat Dari tanaman semusim yang pernah diperkenalkan BPTKPDAS berdampak dalam bentuk pengembangan tanaman semusim (hortikultura) telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 46). Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada tanah mineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi baik, disamping itu tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan hama penyakit/gulma, dan mudah dalam pengolahan lahannya karena tanahnya ringan.
76
Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah
Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok harus sering dilakukan (Gambar 47). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrut orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP sebagai pengamat lapangan.
77
Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka
Dampak dari penanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir secara visual dapat dilihat terjadinya perubahan secara drastis yaitu dari yang dulunya Gersang tahun 2005 dan berubah menjadi rendang pada saat ini (2013).
Begitu juga jalan ke pantai lebih tertata rapi dengan
adanya tanaman pandan berduri di kanan-kiri jalan menuju ke pantai (Gambar 48). Dampak kegiatan penanaman cemara laut dari BPTKPDAS juga telah dikembangkan oleh UGM dengan tanaman yang sama beserta para mahasiswanya yang sedang KKN dimulai tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2011 Hutan Cemara laut milik UGM diresmikan oelh Menteri Kehutanan dengan nama WANAGAMA III, yang terletak sebelah barat lokasi demplot milik BPTKPDAS Solo (Gambar 49).
78
Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut
Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen.
79
Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 49). Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermaslaah atau tidak produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi baik, tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan hama penyakit/gulma,
Aparat meninjau Lokasi Tanaman Hortikultura di Belakang Cemara
Menengok di kandang ternak sapi milik Kelompok Tani di Samas
Penjelasan Kepala Desa kepada Silaturahmi ke rumah-rumah warga Bapak dan Ibu Guru SD Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anakanak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya
80
Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok haru sering dilakukan (Gambar 51). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrurt orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP.
Komunikasi dengan para Guru SD dan para Tokoh Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa Kerjasama dengan Pertemuan Kelompok anggota Kelompok Tani Tani di Balai Desa
81
VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN A. Pemeliharaan Plot Penelitian a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS, yang mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut sejak tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak dari kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas Kehutanan di Kebumen bekerja sama dengan UGM dengan anggaran dari BPDAS SOP Jogyakarta, untuk pengembangan Cemara laut sepanjang pantai selatan dari Samas sampai Cilacap. b. Pemanfaatan plot penelitian yang diupayakan dari BPKTPDAS yang dulu masih bernama BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo untuk lokasi bekas penelitian, dipantau seberapa besar masyarakat bisa tetap menjaga Cemara Laut, agar tidak diganggu oleh pengunjung dan penyediaan kayu bakar bagi masyarakat. c. Pemanfaatan plot bekas penelitian semacam ini dapat dipakai sebagai laboratorium lapangan, untuk proses pembelajaran anakanak sekolah maupun masyarakat Kelompok Tani daerah pesisir dari tempat lain sebagai ajang studi banding. d. Beberapa Dinas yang mengembangkan Cemara laut sepanjang pantai selatan saat mau mengembangkan sering datang ke kantor BPTKPDAS (dulu BPK Solo) untuk konsultasi menanyakan tentang tata cara dan musim yang tepat untuk penanaman Cemara laut di sepanjang pantai selatan, antara lain dari Dinas Kehutanan Cilacap dan Dinas Kehutanan Kebumen. e. Pemanfaatan plot bekas penelitian oleh kantor Obyek Wisata Pantai Petanahan menjadikan kondisi iklim yang sejuk dan nyaman dengan adanya Cemara laut. Sejak tahun 2005 sampai sekarang jumlah
pengunjung selalu
meningkat dan
berdampak
pada
82
pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat. f. Masyarakat merasa senang dengan adanya Cemara laut karena produktivitas lahan di pantai berpasir semakin meningkat, yang sebelumnya merupakan lahan marjinal/gersang dan iklim yang ekstrim panas dan adanya uap garam-garaman dari laut yang menyebabkan tanaman sering terbakar dan menjadi kering. g. Garis pantai menjorok ke laut sehingga luas daratan meningkat, yang ditandai dari tanaman pandan berduri yang dulunya agak kedalam daratan, dan sekarang menanam cemara laut 100 m kearah lautan dari tanaman Pandan berduri dan 100 m dari bibir pantai atau garis pantai tertinggi. h. Menanggulangi bahaya tsunami, yaitu dengan adanya
tanaman
penghalang seperti Cemara laut maka jika ada tsunami atau air pasang dari lautan yang sangat tinggi maka benda-benda atau kotoran dari laut tidak segera menghantam rumah-rumah yang bisa menyebabkan roboh dan korban jiwa yang banyak. i. Mencegah abrasi dengan adanya tanaman Cemara laut sehingga garis pantai tidak mudah berkurang karena adanya ombak lautan selatan yang sangat besar. j. Kesejahteraan
masyarakat
meningkat
dengan
peningkatan
pengunjung dengan pelayanan menyewakan tikar, warung, parkir, Musholla, sewa rumah dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). k. Semua aparat dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa dan Kantor Obyek Wisata sangat mendukung dan menilai positif dari adanya kegiatan pengembangan Cemara laut di pantai Karanggadung, Kec Petanahan.
83
l. Masyarakat yang banyak dilibatkan merasa bersyukur dan senang karena ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan yang tidak produktif/bermaslah/marjinal dan ternyata setelah dikelola dengan penambahan pupuk kandang, ameliorat dan adanya tanggul angin dari Cemara laut maka lahan pantai akan bisa menghasilkan tiga kali lipat dari tanah mineral biasa, selama ketersediaan air untuk tanaman tercukupi dengan penyiraman setiap hari dilakukan pagi dan sore. m. Untuk anak-anak sekolah dapat dimanfaatkan belajar di alam atau sebagai laboratorium lapangan, dengan belajar langsung di lapangan maka pengenalan tanaman dari cara menanam sampai pada proses pertumbuhan dapat dilihat secara langsung. Antusias dari para pelajar SD (Sekolah Dasar) baik dari murid-murid maupun guru dan Kepala sekolah sangat tinggi.
A. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman Kondisi manfaat adanya penanaman cemara laut di pantai Karanggadung, Petanahan dapat dibandingkan kondisi pada saat sebelum ada cemara laut dan sesudah ada cemara laut seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai SEBELUM
SESUDAH
a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai Desa tidak perduli dengan keberadaan pantai yang gersang, termasuk juga dari Polsek tidak peduli dengan keamanan di laut bagi para pengunjung wisata.
a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda lewat Dinas Kehutanan Kebumen bekerja sama dengan BPDAS SOP dan UGM mengembangkan Cemara laut, dan Polsek menempatkan aparatnya untuk pengamanan pantai dan pesisir pantai
b. Masyarakat kurang tertarik dengan lahan pantai yang
b. Masyarakat mulai berebut lahan untuk mengkapling lahan pantai
84
gersang, sehingga waktu diminta untuk mengelola lahan tidak ada yang mau walaupun diberi lahan secara gratis
walau diminta untuk sewa tahunan pada kantor wisata, dan wisata mulai memetakan persil magersari bagi pengelola lahan
c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir yang suka mabuk dan menjadi preman dengan meminta uang keamanan bagi para pengunjung dan meminta hasil pertanian sangat mengganggu perkembangan ekonomi dan pertanian di pantai, karena pendatang takut
c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir berangsur-angsur berkurang, dan sebagian sudah mau bercocok tanam seperti Iping dan Alm.Dirun sebagai Kepala Keamanan desa, sehingga tidak ada yang suka memalak atau mengganggu hasil pertanian pada saat panen
d. Kelompok Tani yang dulunya hanya jadi-jadian atau nama saja sehingga setiap ada bantuan dari Pemerintah seperti sapi dan perahu nelayan maka selalu cepat diambil dan dijual kembali untuk dijadikan uang dan segera dapat dimanfaatkan atau dipakai untuk mabuk dan judi
d. Kelompok Tani sudah mantap karena ada pendampingan dengan pertemuan setiap awal bulan malam kamis sehingga bantuan terus mengalir seperti sapi kepada KTT Bhakti Usaha dan perahu nelayan, karena kebiasaan buruk masyarakat sudah berkurang banyak
e. Obyek Wisata hanya untuk kunjungan nyepi karena ada Punden PANDAN KUNING bagi pengalap berkah dan untuk perbuatan mesum, sehingga semakin menambah gelap suasana pantai dan seram serta menakutkan di malam hari
e. Obyek Wisata menjadi bersih, nyaman, sejuk dan pengunjung semakin banyak berdatangan, sehingga dengan perlahan-lahan kegiatan yang mengarah negatif semakin berkurang atau hampir menghilang dan jadi segar menyenangkan
f. Pengelolaan lahan Pantai Berpasir tidak ada yang berminat dan tidak mau karena tahu bahwa lahan pantai yang gersang dan panas tidak bisa menghasilkan apapun. Seandainya diolah pun akan membutuhkan input yang sangat besar dan hasilnya tidak seberapa, karena kondisi iklim yang ekstrim, unsur hara yang rendah, tanah yang miskin, dan adanya uap garam-garaman
f. Pengelolaan Lahan Pantai Berpasir dari perpakiran, penempatan warung, sampai pada pengelolaan lahan semakin bergairah dan bersaing dengan para pendatang dari luar, sehingga di musim liburan rumah-rumah penduduk laku disewakan untuk menginap para pengunjung atau pedagang musiman dari tempat lain untuk beradu meraup keuntungan besar-besaran.
85
g. Rumah penduduk yang paling dekat sekitar 2 km dari garis pantai untuk berjaga-jaga kalau air pasang (tsunami) dan mencegah angin kencang yang mengandung uap garamgaraman yang akan merusak perabot atau barang-barang yang dari logam karena mudah karatan atau keropos/hancur
g. Rumah penduduk mulai tahun 2010 sudah mulai banyak yang didirikan dengan jarak kurang dari 1 km dari pantai walaupun belum permanen (dari bambu dan papan). Tapi mulai tahun ini sudah mulai membangun rumah permanen dari tembok, sehingga akan meningkatkan harga tanah di sekitar pantai (pesisir)
h. Para pengunjung atau pedagang musiman jika mau menginap menggunakan rumah-rumah penduduk yang boleh disewa atau ditempati sementara selama liburan hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal serta Tahun Baru).
h. Dalam waktu dekat kalau pengunjung atau pedagang musiman akan menginap bisa di Losmen atau Home Stay yang mulai akan didirikan seperti yang sudah banyak penginapan di pantai Glagah.
C. Matinya Cemara Laut Di Pantai a. Kurang partisipasinya masyarakat setempat 1. Kurangnya masyarakat setempat dari semua elemen baik petani maupun bukan petani dari anak-anak sampai dewasa untuk ikut merawat dan menjaga, jika tidak maka gangguan iklim, tanah, dan manusia akan menyebabkan kerusakan tanaman Cemara laut. 2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Kelompok Tani atau Kelompok Pecinta lingkungan lainnya perlu dibangun agar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat. 3. Merubah persepsi masyarakat dan untuk meyakinkan masyarakat terlebih dahulu bahwa pasir yang merupakan tanah marjinal jika dikelola
dengan
baik
dengan
mempertimbangkan
faktor
penghambat/gangguan maka segala jenis tanaman dapat ditanam dengan hasil 3 kali lipat dari produksi pada tanah mineral biasa.
86
b. Kurangnya perawatan cemara laut 1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja. 2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk kandang yang sudah matang dengan tingkat C/N < 1/3.(mineralisasi) 3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan. c. Kondisi iklim yang ekstrim di pantai 1. Kondisi pantai yang sangat ekstrim karena adanya uap garamgaraman dari laut, angin kencang (evaporasi tinggi) dan tanaman muda mudah rebah, suhu udara yang ekstrim panas >38
o
C
menyebabkan tanaman terbakar dan unsur hara yang rendah. 2. Semua permasalahan pantai harus diatasi dengan baik, jika tidak maka peluang tanaman untuk hidup sangat kecil sekali. d. Tidak memperhatikan bulan penanaman 1. Bulan penanaman yang paling tepat yaitu pada bulan September dan bulan Januari, sebab pada saat itu kelembaban udara paling tinggi (lembab) dan suhu udara paling rendah berkisar 24 oC. 2. Pada bulan September dan Januari memang curah hujan termasuk rendah, hal ini dilakukan agar pada saat awal bibit yang stress mudah beradaptasi dengan lingkungan pantai yang ekstrim, tetapi setelah itu akan diguyur hujan selama lebih dari 3 bulan.
87
e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard 1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan umur bibit 6 bulan sampai satu tahun. 2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit tidak patah akarnya. 3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik. 4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah dibawah perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman gamal. f.
Cara penanaman yang tidak tepat 1. Seharusnya penanaman cemara laut dengan lubang tanam yang cukup 30cm x 30cm dengan kedalaman 50 cm dan dengan menggunakan ajir agar tanaman muda tidak mudah patah akibat terpaan angin laut. 2. Teknologi press block dengan media pupuk kandang cukup baik untuk pelepasan unsur hara secara pelan-pelan dan bertahap mengingat sifat pasir yang porous cepat melarutkan air dan unsur hara, namun jika pupuk kandangnya belum matang akan menjadi sumber penyakit atau jamur dan terjadi pembusukan perakaran 3. Sanitasi tanah harus dijaga yaitu jangan sampai tanah mengandung penyakit dan jamur yang menyebabkan busuk akar, seperti terjadi pada pupuk kandang yang dibuat press block yang belum mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Pupuk kandang yang belum matang sebagai media yang baik untuk pertumbuhan jamur yang akan merusak akar tanaman.
88
Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang
Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen.
89
Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll
90
VII. PENUTUP Dampak adanya cemara laut di pantai berpasir Petanahan antara lain iklim semakin sejuk yaitu suhu udara dari 23 oC sampai 28 oC, dan kelembaban semakin meningkat yaitu tertinggi sampai 76%, sehingga lingkungan
wisata
meningkatnya
akan
semakin
kenyamanan
wisata
nyaman
dan
berdampak
sejuk. pada
Dengan peningkatan
pengunjung dan pendapatan wisata sampai meningkat 56,37% dari tahun 2010 sampai 2013.
Disamping itu yang dulu kunjungan wisata
terkonsentrasi 75% pada hari besar saja yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, maka sekarang sudah mulai relatif tersebar merata pada bulan-bulan lainnya. Dengan adanya tanggul angin cemara laut dengan melibatkan masyarakat dan anggota Kelompok Tani Pasir Makmur maka cemara laut dapat terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar pesisir pantai ikut menjaga dan mengawasi, serta mengamankan karena merasa memiliki Cemara laut. Manfaat yang dapat dipetik dengan adanya cemara laut maka lahan dibelakang dapat dibudidayakan untuk tanaman semusim atau tanaman hortikultura dan hasilnya jauh lebih baik dari tanah mineral biasa karena sedikit hama dan aerasi yang lebih baik.
Dengan adanya cemara laut
maka iklim mikro semakin baik yaitu angin berkurang, uap garamgaraman terhalang, suhu rendah, tempat rindang sehingga nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata.
Peningkatan kenyaman dan
keindahan lingkungan berdampak pada peningkatan pengunjung wisata. Peningkatan pengunjung wisata dan ditambah dengan produktivitas lahan yang
membaik
tentunya
akan
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan petani Desa Karanggadung. Dengan
semakin
rapatnya
wind break
dari
cemara
laut
berdampak pada tanaman di belakangnya tidak terganggu oleh adanya erosi angin, uap garam-garaman, dan uap air yang tinggi, sebaliknya
91
lahan berubah menjadi lebih subur karena kelembaban meningkat dan suhu menurun serta pengaruh humus dan pupuk kandang. Hasil yang diperoleh dari petani hortikultura jauh lebih menguntungkan pada lahan berpasir dibandingkan tanah mineral biasa, karena pengaruh porositas tanaman yang tinggi akan meningkatkan aerasi dan pengolahan tanah yang mudah karena tesktur tanah yang ringan (sand). Kegiatan Pemeliharaan Plot-plot penelitian sangat penting sebagai
show windows dan sekaligus sebagai laboratorium lapangan, hal tersebut karena penelitian yang berkaitan dengan tanaman keras dibutuhkan waktu yang lama (>20 tahun). Disamping dapat dipakai sebagai ruang pamer untuk
menunjukkan
hasil-hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
Balitbanghut dan dilaksanakan oleh BPTKPDAS Solo kepada instansi lain. Plot penelitian tersebut dapat dipakai sebagai laboratorium pada para Pelajar atau Mahasiswa dan sebagai tempat studi banding bagi para petani yang ada di daerah pesisir dan yang sbelumnya kurang yakin bahwa lahan marjinal seperti pantai berpasir dapat dibudidayakan untuk tanaman hortikultura dan hasilnya bisa lebih baik dibandingkan tanah mineral biasa. Sebaiknya untuk plot-plot penelitian dapat diperluas pada daerah lain
yang
tersebar
terutama
pada
lahan-lahan
yang
sebelumnya
bermasalah, misalnya tanah masam gambut (Histosols), tanah tandus dan berbatu (Entisols), tanah bekas letusan gunung berapi (Andisols), tanah bekas tambang (kapur, feldspar, emas, batu bara), dll. Pada pantai berlumpur biasa dikembangkan tanaman Mangrove maka untuk pantai berpasir disarankan untuk dikembangkan tanaman Cemara laut. Untuk sosialisasi teknik penanaman cemara laut di pantai berpasir maka perlu dibuat Buku Pedoman Teknis Penanaman Cemara Laut
di
Pantai
Berpasir
yang
berjudul
―PENGELOLAAN
LAHAN
BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA‖.
92
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E. & S. Purwanti. 2002. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai. Agrivet. 6(2):107-118. Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Balai Penelitian Tanah (BPT).2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Edisi 1. BalaiPenelitian Tanah, BadanLitbangPertanian, DepartemenPertanian. Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta. Gong, W., X.Yan, J.Wang, T.Hu dan Y. Gong. 2009. Long-term manure and fertilizer effects on soil organic matter fractions and microbes under a wheat–maize cropping system in northern china. Geoderma 149: 318 -324. Harjadi B, Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo, 2007. Laporan Hasil Proyek (LHP) ‖Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir‖. DepHut, Balitbanghut, BPK Solo. Harjadi, B., dan Octavia, D., 2008. Penerapan teknik konservasi tanah di pantai berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun 2208. Dephut., Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA). Bogor. Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang. Nugroho, A.W dan Sumardi. 2010. Ameliorasi Tapak untuk Pemapanan Cemara Udang (Casuarina Equisetifolia Linn.) pada Gumuk Pasir Pantai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII No.4: 381-397, 2010
93
Nurahmah, Y, Mile, M.Yamin, Suhaendah, E. 2007. Tekhnis Perbanyakan Tanaman Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info Tekhnis Vol 5 no. 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psaments dalam Upaya Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta. Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo. 2000. Efektifitas Pupuk Alternatif Organik, Pupuk Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap Tanaman Bawang Merah di Wilayah Pesisir Pantai Selatan DIY. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta. Sukresno, 1998. Laporan ―Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Pantai Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan DIY. Dephut, Balitbanghut, BTPDAS. Solo. Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini. 2000. Pengembangan Potensi Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya Tanaman Semusim di Pantai Selatan Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi UGM. Yogyakarta. Sulastri, F. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos Biopa dan
Mulsa Jerami terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di Kawasan Pantai Pandansari Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Utami, N.H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.Tidak Diterbitkan.
94