Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
1
PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS MASYARAKAT SIPIL
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
2
DAFTAR ISI PENGANTAR BAGIAN I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Umum Dan Sasaran 1.3 Tahapan Kegiatan 1.4 Skenario Kegiatan
BAGIAN II
PANDUAN PELAKSANAAN PENGUKURAN IMAS EMAS 1.1 Tujuan Pengukuran 1.1 Metodologi 1.1 Waktu dan Tempat a. Alat Pengukuran b. Populasi dan Sampling c. Pengumpulan Data d. Analisis Data 1.1 Tim Kerja (Team Work) 1.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pengukuran a. Konsultan b. Fasilitator Daerah c. Panitia Teknis 1.1 Cara Input Data 1.1 Analisa Data/Presentasi Hasil 1.1 Penulisan Laporan
LAMPIRAN CONTOH NARASI HASIL PENGUKURAN
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
3
PENGANTAR Penulisan buku panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para fasilitator pengukuran Indeks Masyarakat Sipil (IMS). Dengan adanya buku panduan ini diharapkan para fasilitator tidak hanya mampu melakukan teknis pengukuran IMS, tapi juga mampu mentransfer skill mereka kepada para volunteer dan stakeholders masyarakat sipil. Secara umum, buku ini hanya memberikan gambaran umum bagi pelaksanaan pelatihan maupun realisasi pengukuran IMS. Selebihnya, para fasilitator dan pihak-pihak terkait dapat berimprovisasi dan mengembangkan model tersendiri sesuai dengan kebutuhan. Lebih jauh lagi, nantinya para fasilitator dapat mengembangkan alat ukur IMS untuk kepentingan yang lebih luas. Salah satu hal penting yang harus digarisbawahi adalah bahwasanya pengukuran IMS ini bukanlah hasil akhir, tapi justru merupakan titik berangkat (starting point) bagi pemberdayaan masyarakat sipil (civil society). Karenanya, tak kalah penting dari penguasaan skill pengukuran IMS adalah adanya perumusan agenda aksi bagi pemberdayaan civil society.
Penyusun
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu problem utama yang tengah dihadapi bangsa ini adalah masalah kesehatan ibu dan anak. Angka kematian ibu melahirkan dan anak di Indonesia menempati peringkat atas. Setiap tahun, sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-28 hari pasca kelahiran mereka. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini dipicu oleh diare, sepsis (infeksi sistemik), lalu diikuti oleh kelainan bawaan dan infeksi saluran pernapasan akut (Riskesdas 2007). Demikian juga dalam berkenaan dengan kematian ibu melahirkan. Indonesia menempati posisi tertinggi se-Asia Tenggara. Sebanyak 359 ibu terenggut nyawanya per 100.000 kelahiran hidup di Indonesia. Penyebab langsung kematian ibu paling banyak diakibatkan oleh pendarahan, keracunan kehamilan (eklamsia), dan infeksi. Sementara penyebab tidak langsungnya antara lain adalah terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.1 Di samping faktor di atas, persepsi budaya masyarakat juga menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah ini. Ketidakmengertian masyarakat seputar perawatan kesehatan bagi ibu mengandung /melahirkan dan anak menjadi penyebab mengapa masalah ini tidak kunjung teratasi. Ironisnya, kebijakankebijakan pemerintah yang berkenaan dengan hal ini tidak sampai ke masyarakat bawah. Hal ini diperparah oleh masih langkanya 1
http://www.worldvision.or.id/images/article/187/FactsheetMCHN.pdf
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
5
aktor publik yang tampil sebagai pendamping masyarakat untuk mendapatkan hak-haknya. Dalam kondisi inilah partisipasi dan peran civil society menjadi sangat penting. Civil society harus berkontribusi secara aktif dalam memecahkan masalah ini. Pada aras ini, partisipasi civil society akan memerankan dua hal penting yang sangat strategis; sebagai mitra dan pengimbang pemerintah. Peran pertama akan mendorong percepatan pembangunan di segala bidang, termasuk dalam hal peningkatan kesehatan ibu dan anak. Sedangkan peran kedua akan menjadi balancing kekuasaan untuk mendorong dan turut menginformasikan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Namun demikian, kiranya hanya civil society yang kuat dan independenlah yang mampu memerankan fungsi ini dengan baik. Karenanya, pengetahuan tentang kondisi kekuatan dan “kesehatan” civil society merupakan hal yang sangat penting berkenaan dengan masalah di atas. Pengetahuan ini akan menjadi peta penunjuk arah untuk merumuskan agenda intervensi dan advokasi menyangkut berbagai persoalan yang ada di tengah masyarakat. Persoalannya adalah bagaimanakah cara mengukur kesehatan civil society ini? Menjawab pertanyaan ini, CIVICUS2 telah mengembangkan sebuah alat yang dinamakan Indeks Masyarakat Sipil (IMS). Kelahiran IMS dimulai dari berbagai aktivitas yang dilakukan CIVICUS pada tahun 1990-an, termasuk penerbitan profil civil society di 60 negara dalam “New Civic Atlas” yang dipublikasikan pada tahun 1997. Pada tahun 1999, dimulailah proses pembuatan Indeks Masyarakat Sipil (IMS), yang keseluruhannya memakan waktu lebih dari 2 tahun. Konsep dan metodologi dasar IMS didialogkan dan diperdebatkan dikalangan akademisi (pengamat dan pencetus konsep-konsep masyarakat 2 CIVICUS adalah sebuah aliansi internasional yang berkedudukan di Johannesburg, Afrika Selatan, yang keanggotaannya terdiri dari OMS, organisasi donor dan individu yang menaruh perhatian terhadap perkembangan masyarakat sipil di berbagai negara. Dewasa ini CIVICUS memunyai lebih dari 1000 anggota yang tersebar di lebih dari 100 negara. CIVICUS telah bekerja lebih dari satu dekade untuk penguatan aksi warganegara dan masyarakat sipil di seluruh dunia, terutama di tempat dimana demokrasi partisipatoris dan kemerdekaan warga negara terancam. Definisi ini merupakan rumusan terkini yang dikeluarkan oleh CIVICUS berdasarkan refleksi mereka atas hasil-hasil ujicoba pengukuran Indeks Masyarakat Sipil di beberapa negara.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
6
sipil) serta praktisi masyarakat sipil di negara-negara selatan dan utara, sebelum kemudian diluncurkan melalui pilot phase (tahap uji-coba) di tahun 2000/2001. Karenanya, penting kiranya untuk mengadakan pelatihan Indeks Masyarakat Sipil (IMS) bagi para fasilitator pemberdayaan civil society. Pengetahuan ini akan memudahkan mereka dalam membaca kekuatan dan kelemahan civil society di suatu daerah. Pembacaan ini akan menjadi peta awal dalam menyusun agenda aksi bagi pemberdayaan civil society.
1.2 Tujuan Umum dan Sasaran Secara umum, pengukuran kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan (skill) bagi para fasilitator yang akan melakukan pemberdayaan civil society. Sasaran utamanya adalah penguatan dan peningkatan peran masyarakat sipil dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan berkeadaban (civilized society). 1.3 Tahapan Kegiatan Para fasilitator yang telah mengikuti pelatihan (lihat buku : Panduan Pelaksanaan Pelatihan Fasilitator) akan diturunkan ke lapangan untuk melakukan pengukuran IMS. Kegiatan ini meliputi 3 (tiga) komponen pokok kegiatan: a) pengisian kuisioner IMS, b) focus group discussion (FGD), c) penulisan laporan. a. Pengisian kuisioner Pengisian kuisioner adalah kegiatan pengambilan data utama dengan di tingkat kabupaten dengan menggunakan kuisioner Indeks Masyarakat Sipil yang telah dimodifikasi ke dalam program EMAS (IMS). Kegiatan ini diawali dengan serangkaian tahap persiapan dengan metode RRA (lihat: Panduan Langkah-langkah Pengukuran) b. Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion adalah forum tindak lanjut (follow up) dari kegiatan poin a yang dimaksudkan untuk
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
7
mengklarifikasi dan melengkapi data, serta perumusan rekomendasi agenda aksi. Focal group discussion ini dilaksanakan di tingkat kabupaten. c. Penulisan Laporan Penulisan laporan adalah penulisan akhir dari masingmasing kegiatan yang merupakan kompilasi proses, hasil, dan bahan utama laporan pelaksanaan. Dengan demikian, penulisan laporan meliputi: 1) laporan pengukuran IMS/pengambilan data dengan kuisioner IMS kabupaten, 2) laporan FGD kabupaten, 3) Analisa dan laporan akhir. 1.4 Skenario Kegiatan OUT PUT:
PEMETAAN AWAL
Identifikasi awal potensi Organisasi Masyarakat Sipil, stakeholder dan Analisa penyebab AKI & AKB
PENGUKURAN IMS
OUT PUT: Laporan Pengukuran Kabupaten
FOCUS GROUP DISCUSSION
PENULISAN LAPORAN AKHIR
OUT PUT: Laporan FGD Kabupaten
OUT PUT: Laporan Lengkap IMS dan Rekomendasi Hasil FGD Kabupaten
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
8
BAB II PELAKSANAAN PENGUKURAN INDEKS MASYARAKAT SIPIL DALAM PROGRAM EMAS 2.1 Tujuan Pengukuran a. b. c. d.
Mengetahui kekuatan/kesehatan civil society di suatu daerah. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat civil society di suatu daerah. Mengetahui kontribusi civil society dalam masalah kesehatan ibu dan anak. Merumuskan agenda aksi bagi penguatan dan pengembangan civil society.
2.2 Metodologi a.
Alat Pengukuran Pengkuran ini akan menggunakan alat ukur Indeks Masyarakat Sipil (IMS) yang telah direvisi dan disesuaikan dengan program EMAS yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu: Keterlibatan warga (Civic engagement), Nilai-nilai (Values), Tingkat keorganisasian (Level of organization), Dampak (Impact), Lingkungan (Environment) 23 subdimensi, dan 71 indikator.
b.
Definisi Operasional a) Masyarakat Sipil (civil society) adalah sebuah arena di luar keluarga, negara, dan pasar, di mana orang-orang berkelompok untuk mendorong kepentingan bersama (CIVICUS, 2003). b) Indeks Masyarakat Sipil (IMS) adalah sebuah alat analisis untuk menilai/mengukur “kesehatan” civil society/masyarakat sipil (MS) yang dikembangkan oleh CIVICUS - sebuah organisasi nirlaba tingkat internasional berbasis keanggotaan, terdiri dari kumpulan organisasi masyarakat sipil (OMS) dan individu yang menekuni
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
9
c)
d)
e)
f)
g) h)
i)
perkembangan MS di berbagai negara sekaligus melakukan advokasi untuk penguatan MS. Dimensi Keterlibatan Warga adalah variabel IMS yang menggambarkan dan menganalisa partisipasi wagra baik dalam kegiatan formal maupun informal yang dilakukan secara individu untuk memajukan kemajuan bersama di segala level. Dimensi Nilai adalah variabel IMS yang menggambarkan komitmen dan pegamalan nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan civil society. Dimensi Tingkat Keorganisasian adalah variable IMS yang menggambarkan tingkat pengembangan, kopleksitas, kemajuan masyarakat sipil dengan melihat hubungan antar actor institusi dan organisasi di arena masyarakat sipil. Dimensi Lingkungan adalah variabel IMS yang menggambarkan faktor luar yang mempengaruhi civil society. Dimensi Dampak adalah variabel yang menggambarkan sejauh mana pengaruh civil society terhadap pihak luar. Subdimensi adalah: bagian/unsur dari Dimensi yang menggambarkan kekuatan/kelemahan dari Dimensi yang bersangkutan secara lebih detail. Indikator adalah: bagian/unsur dari Subdimensi yang mengindikasikan kekuatan / kelemahan dari Sub-dimensi dan Dimensi yang bersangkutan secara lebih detail.
c.
Populasi dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah organisasi masyarakat sipil dan stakeholder terkait dengan program di level kabupaten. Adapun penentuan sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, disesuaikan dengan terutama kriteria yang berkenaan dengan program.
d.
Responden Responden pengukuran sebanyak 25-30 orang yang terdiri (merupakan perwakilan) dari Tokoh Agama, Perwakilan lembaga, perwakilan organisasi masyarakat sipil / Lembaga masyarakat yang melakukan fungsi dan peran secara jelas dan
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
10
diakui masyarakat manfaatnya, misal : Kelompok swadaya masyarakat (PKK, Posyandu), Organisasi kemasyarakatan atau Organisasi keagamaan (Muslimat, Muhammadiyah, NU, Perdakhi, Pelkesi, Wanita Katolik, Aisyiah) Majelis Taklim, Organisasi Profesi (IDI, IBI, IDAI, POGI), Kelompok Perempuan, Karang Taruna, Ikatan Pembimbing Sosial Masyarakat (IKAPSM), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), media, lembaga swadaya masyarakat, lainnya. e.
Pengumpulan Data Data penelitian ini akan dikumpulkan dengan 2 cara: pertama, menggunakan angket survei yang di dalamnya terdiri dari 71 indikator masyarakat sipil yang diadaptasi dari IMS versi CIVICUS. Responden akan diundang /dikumpulkan dalam satu tempat guna mengisi kuisioner tersebut dengan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh fasilitator. Setelah kuisioner diisi kemudian data akan diinput menggunakan software CIVICUS index. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan focus group discussion (FGD) untuk memperkaya, mendalami, dan mengklarifikasi data. Setelah tahapan ini selesai, pada hari yang berbeda akan diadakan 1 kali FGD lagi di kabupaten.
f.
Analisis Data Data yang terkumpul melalui kuisioner akan diolah menggunakan software CIVICUS index. Dari sinilah kemudian data akan keluar dalam bentuk skor yang menggambarkan kualitas dari indicator yang bersangkutan dengan kriteria sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
0 – 0,75 0,76 – 1,50 1,51 – 2,25 2,26 – 3
(sakit/sangat buruk). (kurang sehat/buruk). (cukup sehat/cukup). (sehat/baik).
Selanjutnya data ini akan dianalisa, didalami, dan diklarifikasi kembali melalui 2 kali focus group discussin (FGD). FGD pertama dilaksanakan satu forum dengan pelaksanaan pengisian kuisioner. Sedangkan FGD kedua akan diadakan di tingkat Kabupaten pada hari yang berbeda. Semua perolehan data, baik melalui kuisioner maupun dalam FGD kemudian akan dianalisis untuk menentukan
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
11
hasil akhir yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan civil society di suatu daerah. 2.3 Waktu dan Tempat Pengukuran diadakan di tempat yang ditentukan Penyelenggara. Hendaknya memilih tempat yang strategis yang sekiranya mudah dijangkau responden. Responden diundang ke tempat tersebut untuk pengisian kuisioner dan brainstorming bersama-sama. Alokasi waktu pengukuran adalah satu 1 (satu) hari/unit pengukuran. 2.4 Tim Kerja (Team Work) Pelaksanaan pengukuran Indeks Masyarakat Sipil (IMS) ini dilaksanakan oleh Tim Kerja yang dibentuk oleh penyelanggara program dengan komponen sebagai berikut: a. Fasilitator Daerah Fasilitator adalah pihak yang ditunjuk oleh penyelenggara program untuk melakukan pengukuran IMS. Tugas dan fungsi pokok fasilitator adalah: a) Sebagai penanggungjawab dan koordinator daerah dalam merealisasikan pengukuran IMS di daerahnya masing-masing. b) Menjadi fasilitator dalam forum pengukuran IMS. c) Input data dan membuat deskripsi/resume hasil pengukuran di daerah yang bersangkutan. d) Melakukan komunikasi dengan konsultan. b. Panitia Teknis Panitia teknis adalah pihak yang ditunjuk oleh penyelenggara program untuk membantu fasilitator terutama dalam hal-hal teknis. Tugas dan fungsi pokok panitia teknis adalah: a) Membantu fasilitator dalam masalah-masalah teknis. b) Mengundang dan menjalin komunikasi dengan responden. c) Mempersiapkan tempat penyelenggaraan pengukuran IMS.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
12
d) Komunikasi dengan fasilitator. 2.5 Langkah-langkah Pelaksanaan Pengukuran (lihat buku 3 Panduan Teknis Fasilitaor dalam Pelaksanaan dan Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil 2.6 Cara input data Penjelasan kolom input adalah sebagai berikut (contoh): No
Katagori Responden
1 2
Muhammadiyah NU
3
PKK
4
Tokoh agama
Keluasan Partisipasi Warga 1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
Kedalaman Partisipasi Warga 1.1.5
1.2.1
1.2.2
1.2.3
R1 R2 R3 S1 K
Keterangan: a. Yang dimaksud nomor adalah nomor kuisioner yang diinput, jika responden 20 maka sampai nomor 20. b. Katagori responden diisi dengan nama asal institusi responden. c. 1.1.1 dan seterusnya adalah nomor indikator yang di-input. Maksudnya Dimensi ke-1, Subdimensi ke-1, dan Indikator ke1, dan seterusnya. d. R1 adalah skor rata-rata Indikator. e. R2 adalah skor rata-rata Subdimensi. f. R3 adalah skor rata-rata Dimensi. g. S1 adalah tingkat deviasi atau gambaran dari perbedaan pendapat responden dalam memilih jawaban. h. K adalah tingkat konsensus atau gambaran tingkat kesepakatan responden dalam memilih jawaban.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
13
(untuk memudahkan, kolom input gunakan yang telah diformat otomatis sehingga tinggal menginput skor secara otomatis R1, R2, R3 dan chart intan serta chart subdimensi sudah muncul secara otomatis) 2.7 Analisa Data/Presentasi Hasil Analisis data adalah proses penjabaran perolehan skor IMS ke dalam penjelasan naratif secara logis dan sistematis untuk melihat kekuatan dan kelemahan civil society yang sekaligus menggambarkan secara sederhana tentang partisipasi dan kontribusi civil society terhadap kesehatan ibu dan anak. Langkahlangkah analisis adalah sebagai berikut: 1) Menjelaskan terlebih dahulu secara umum apa itu IMS dan fungsinya. Contoh: Bapak Ibu sekalian, sebagaimana telah dimenjelaskan di awal, yang baru saja kita isi adalah kuisioner Indeks Masyarakat Sipil (IMS). Suatu alat yang digunakan untuk mengukur dinamika/kondisi kekuatan dan kelemahan masyarakat atau peran serta masyarakat dalam dinamika pembangunan bangsa. Inilah hasil dari pengukuran yang baru saja kita lakukan. Kita mendapatkan hasilnya dalam bentuk skor, dengan perincian sebagai berikut (tampilkan di layar):
0 – 0,75 (sakit/sangat buruk). 0,76 – 1,50 (kurang sehat/buruk). 1,51 – 2,25 (cukup sehat/cukup). 2,26 – 3 (sehat/baik).
Mari sama-sama kita lihat hasil skor-nya: 2) Bukalah skor intan IMS, kemudian deskripsikan secara umum kondisi kekuatan dan kelemahan civil society dalam empat dimensi Intan IMS.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
14
Intan Indeks Masyarakat Sipil Keterlibatan Warga
2.5
2 1.5
Lingkungan
1 0.5 Dampak
0
Nilai
Tingkat Keroganisasian
Contoh: Kita lihat di sini ada empat unsur/empat dimensi yang masingmasingnya telah mendapatkan skor. Keempat unsur/dimensi ini adalah bagian pokok/organ utama dari masyarakat sipil. Dari keempat dimensi ini kita mendapatkan Dimensi Tingkat Keorganisasian (misalnya) mendapatkan skor tertinggi. Dimensi Tingkat Keorganisasian adalah yang menggambarkan tingkat pengembangan, kopleksitas, kemajuan masyarakat sipil dengan melihat hubungan antar actor lembaga / institusi dan organisasi di arena masyarakat sipil. Perolehan skor yang tinggi/sehat/baik ini berarti menggambarkan bahwa kondisi-kondisi tersebut secara umum baik, bahkan faktor inilah yang menjadi kekuatan utama masyarakat sipil. (jika ternyata skor-nya rendah maka sebaliknya).
Demikian seterusnya dilanjutkan dengan menmenjelaskan dimensi-dimensi yang lain, sampai pada dimensi yang paling rendah. Setelah itu tekankan kembali antara dua dimensi yang paling tinggi skornya dan yang paling rendah/yang paling buruk untuk menekankan kekuatan dan kelemahan utama dari masyarakat sipil di daerah tersebut.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
15
CATATAN TAMBAHAN: Untuk dapat memberi penjelasan, kita harus paham betul apa yang dimaksud dengan dimensi-dimensi itu, sebagai berikut:
Dimensi Keterlibatan Warga adalah variabel IMS yang menggambarkan dan menganalisa partisipasi wagra baik dalam kegiatan formal maupun informal yang dilakukan secara individu untuk memajukan kemajuan bersama di segala level. Dimensi Nilai adalah variabel IMS yang menggambarkan komitmen dan pegamalan nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan civil society. Dimensi Tingkat Keorganisasian adalah variable IMS yang menggambarkan tingkat pengembangan, kopleksitas, kemajuan masyarakat sipil dengan melihat hubungan antar actor institusi dan organisasi di arena masyarakat sipil. Dimensi Lingkungan adalah variabel IMS yang menggambarkan faktor luar yang mempengaruhi civil society. Dimensi Dampak adalah variabel yang menggambarkan sejauh mana pengaruh civil society terhadap pihak luar. Setelah penjelasan 5 Dimensi ini selesai maka lanjutkan dengan mendalami Subdimensi dari masing-masing Dimensi di atas. Contoh: Bapak Ibu sekalian, ini adalah baru tampak permukaan dari gambaran kekuatan/kelemahan masyarakat sipil. Sekarang kita lanjutkan dengan melihat bagian dalam dari masing-masing dimensi ini. Apakah semua indikatornya dalam keadaan sehat/kuat?
3) Bukalah chart Dimensi, kemudian deskripsikan situasi per dimensi dengan melihat perolehan skor indikator dan tambahan data lain yang mendukung situasi tersebut
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
16
Menjelaskan grafik Subdimensi di atas satu per satu dengan urutan sebagai berikut: a. Menjelaskan dulu apa maksud Subdimensi yang bersangkutan. Misalanya Tingkat keluasan partisipasi warga apa maksudnya? Mengambarkan apa saja (lihat keterangan di bawah). b. Setelah itu tunjukkan skornya dan apa arti dari skor tersebut; sangat buruk, buruk, cukup, atau baik. Atau dengan istilah dengan terlebih dahulu makna perolehan setiap skor di atas. c. Penjelasan bisa diperkaya dengan berbagai data misalnya yang diperoleh saat RRA. Contoh: Bapak Ibu sekalian, inilah bagian/unsur atau yang disebut sengan Subdimensi yang mendukung tingkat kekuatan / kesehatan dari Dimensi Struktur. Kita lihat di sini ada 2 Subdimensi yang masingmasingnya telah mendapatkan skor. Pertama; Tingkat Keluasan Partisipasi Warga; ini adalah indicator yang mengukur jumlah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial misalnya menyumbang, kerja bakti, dll. Subdimensi ini mendapatkan skor: 1,59 artinya “cukup sehat/cukup”. Artinya cukup banyak warga yang
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
17
terilibat dalam aktivitas sosial. Ini juga berarti warga cukup dinamis dan punya mobilitas yang baik.
4) Beri kesempatan dan undang peserta untuk mengomentari, mengklarifikasi, dan memperkaya data. Sebab merekalah yang mengisi skor itu, dengan demikian merekalah yang tahu persis makna di balik skor yang mereka tuliskan. 5) Kemudian lanjutkan dengan Subdimensi yang lain sampai pada Subdimensi terakhir. Kuncinya adalah kita harus paham apa maksud dari setiap Subdimensi dan dan menggambarkan/memuat apa saja indicator tersebut (untuk mengetahui muatan Subdimensi kita dapat melihat pada indicator yang terdapat dalam kuisioner) 6) Setelah selesai kemudian beri penekanan pada Subdimensi yang mendapat skor tertinggi dan terrendah untuk menggambarkan tingkat kekuatan dan kelemahan utama dalam Dimensi Struktur. Mana bagian yang harus ditingkatkan, mana yang harus dipertahankan. 7) Lanjutkan ke Dimensi yang lain; buka chart dan menjelaskan sebagaimana langkah-langkah di atas. Keterangan: Dimensi a. Dimensi Struktur Dimensi Struktur adalah dimensi IMS yang menilai tentang aktor-aktor/orang-orangnya/ pimpinannya, sumberdaya, dan keorganisasian masyarakat sipil. Dimensi Struktur mencakup: 1) Keluasan partisipasi warga menilai prosentase/jumlah warga yang terlibat dalam aktivitas MS. Indikatorindikatornya mencakup; persentase warga yang mengambil bagian dalam aksi politik, donasi amal, menjadi anggota OMS, melakukan kerja relawan dan berpartisipasi dalam aktivitas masyarakat. 2) Kedalaman partisipasi warga menilai seberapa sering/banyak orang terlibat dalam aktivitas MS. Indikatorindikatornya mencakup; berapa sering/banyak orang menyumbang untuk amal, seberapa sering kerja relawan
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
18
mereka lakukan dan seberapa banyak mereka menjadi anggota OMS yang berbeda. b. Dimensi Nilai Dimensi nilai memfokuskan perhatian pada prinsip dan nilainilai yang dianut, dipraktekkan dan dipromosikan oleh masyarakat sipil. Dimensi Nilai mencakup: 1) Demokrasi menilai sejauh mana aktor-aktor MS mempraktekkan demokrasi di dalam internal organisasi mereka, dan seberapa aktif OMS mempromosikan demokrasi kepada publik. 2) Transparansi menilai sejauh mana aktor-aktor MS mempraktekkan sekaligus mempromosikan transparansi. Indikator-indikatornya mencakup; korupsi dalam MS, dan aksi-aksi aktor MS mempromosikan transparansi pada tingkat masyarakat. 3) Toleransi menilai komitmen masyarakat sipil dalam mengamalkan dan mempromosikan toleransi. 4) Anti kekerasan menilai aksi masyarakat sipil dalam menanggulangi dan mempromosikan anti kekerasan. 5) Kesetaraan gender menilai penerapan kesetaran gender di lingkup internal masyarakat sipil dan dalam mempromosikan kesetaraan jender. 6) Penanggulangan kemiskinan menilai sejauh mana aktoraktor MS terlibat dalam menangani isu kemiskinan dan mempromosikan kebijakan yang berpihak pada orang miskin. 7) Pendayagunaan lingkungan menilai sejauh mana aktoraktor MS menjaga pendayagunaan lingkungan dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya pendayagunaan lingkungan kepada publik. c. Dimensi Tingkat Keorganisasian Dimensi Tingkat keroganisasian focus menelaah peran actor lembaga dan organisasi dalam memajukan kepentingan bersama melalui hubungan interaksi dan kerjasama kelembagaan.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
19
1) Keberagaman MS menilai keragaman OMS di dalam arena masyarakat sipil. Apakah semua kelompok sosial berpartisipasi secara setara dalam arena MS? Apakah ada kelompok yang dominan atau yang tersisihkan? Indikatorindikatornya mencakup partisipasi perempuan, kelompok minoritas dan kelompok sosial lain dalam kepemimpinan dan keanggotaan OMS. Juga melihat keberadaan CSO di daerah kabupaten/kota atau region-region tertentu 2) Tingkat organisasi menilai stabilitas dan mobilitas organisasi masyarakat sipil. Indikator-indikatornya mencakup; eksistensi dan keefektifan lembaga payung, usaha untuk memperbaiki diri sendiri, tingkat dukungan, dan jaringan internasional. 3) Interrelasi menilai ikatan dan hubungan kerjasama diantara aktor-aktor MS. Indikator-indikatornya mencakup; sharing informasi dan pengembangan jaringan/aliansi 4) Sumber daya (resources) menilai kapasitas sumberdaya yang dimiliki OMS untuk mencapai tujuanya. Indikatorindikatornya mencakup; sumber daya finansial, manusia dan teknologi d. Dimensi Lingkungan Dimensi lingkungan melihat tingkat pengaruh faktor luar terhadap perkembangan masyarakat sipil yang kuat, atau sebaliknya. Dimensi Lingkungan mencakup: 1) Konteks politik menilai berbagai situasi politik dan dampaknya terhadap masyarakat sipil. Indikatorindikatornya mencakup; hak politik warga negara, tingkat kompetisi politik, aturan hukum, korupsi, keefektifan negara dan desentralisasi. 2) Kebebasan dan hak dasar menilai hak-hak konstitusional yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat sipil. Sejauhmana kebebasan dan hak ini dijamin oleh hukum dan dilaksanakan dalam prakteknya. Indikatorindikatornya mencakup; kebebasan sipil dan politik (kebebasan untuk berekspresi, berkumpul dan berorganisasi), kebebasan pers dan hak-hak atas informasi.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
20
3) Konteks sosial ekonomi menilai situasi sosial ekonomi dalam negara dan dampaknya terhadap masyarakat sipil. 4) Konteks sosial budaya menilai seberapa jauh norma-norma sosial budaya berpengaruh terhadap masyarakat sipil. Indikator-indikatornya mencakup; tingkat kepercayaan, toleransi, kesadaran untuk mendahulukan kepentingan umum 5) Hukum dan aspek legal menilai sejauh mana hukum dan aspek legal berpengaruh terhadap masyarakat sipil (mendorong tumbuh-kembangnya atau justru malah mematikan). Indikator-indikatornya mencakup; prosedur registrasi OMS, hambatan legal pada aktivitas advokasi OMS, aturan pajak dan filantropi 6) Relasi negara dan masyarakat sipil menilai sifat dan kualitas relasi antara masyarakat sipil dengan negara. Indikatorindikatornya mencakup; otonomi OMS, dialog dan kerja sama antara OMS dan negara 7) Relasi pasar dan masyarakat sipil menilai sifat dan kualitas relasi antara masyarakat sipil dengan pasar. Indikatorindikatornya mencakup; sikap sektor swasta terhadap OMS, tanggung jawab social perusahaan (corporate social responsibility) dan kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy). e. Dimensi Dampak Dimensi Dampak mengukur pengaruh/dampak keberadaan masyarakat sipil terhadap kehidupan warganegara dan masyarakat secara keseluruhan. Dimensi ini mencakup: 1
2
Mempengaruhi kebijakan publik menilai tingkat keaktifan dan keberhasilan MS dalam mempengaruhi kebijakan publik, misalnya dalam masalah HAM, masalah penganggaran, dll, utamanya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak. Mendesakkan tanggungjawab negara dan swasta menilai keaktifan masyarakat sipil dalam mendorong tanggungjawab negara dan pihak swasta, utamanya berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
21
3
4
5
2.8
Tanggap kepentingan sosial menilai tingkat kekatifan masyarakat sipil dalam merespon kepentingan sosial, utamanya yang berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak. Memberdayakan warga negara menilai peran masyarakat sipil dalam memberdayakan warga misalnya dalam hal memberikan informasi/mendidik warga Negara, membangun kapasitas untuk aksi bersama, memberdayakan masyarakat terpinggirkan, memberdayakan perempuan, membangun modal social, utamanya berkenaan dengan kesehatan ibu ddan anak. Memungkinkan kebutuhan masyarakat menilai peran masyarakat sipil dalam berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar yang mendesak dari, terutama, kelompok miskin dan masyarakat yang terpinggirkan atau termarjinalisasikan.
Penulisan Laporan Tahap akhir dari rangkaian pengukuran IMS adalah penulisan laporan. Laporan akhir adalah bentuk laporan yang memuat seluruh proses penyelenggaraan terutama hasil pengukuran. Laporan inilah yang nantinya akan menjadi bahan pada kegiatan focus group discussion (FGD) di tingkat kabupaten Bentuk/struktur laporan adalah sebagai berikut: DAFTAR ISI PENGANTAR Executive Summary A. Latar Belakang B. Tujuan C. Waktu dan Tempat D. Metodologi 4.1 Alat Pengukuran 4.2 Definisi Operasional 4.3 Populasi dan Sampling 4.4 Responden 4.4 Pengumpulan Data 4.5 Analisa Data E. Profile Daerah Pengukuran 5.1 Profile Umum 5.2 Kondisi Kesesehatan Ibu dan Anak
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
22
F.
G.
Hasil Pengukuran 6.1 Intan IMS 6.2 Dimensi Struktur 6.3 Dimensi Nilai 6.4 Dimensi Lingkungan 6.5 Dimensi Dampak 6.6 Kesimpulan Hasil Pengukuran Kesimpulan Akhir dan Saran-saran LAMPIRAN-LAMPIRAN Kuisioner IMS Laporan FGD dan Notulensinya
Keterangan Laporan Pengantar Prakata singkat untuk menghantarkan laporan Executive Summary Berisi tentang laporan ringkas hasil pengukuran IMS. Dimulai dari latarbelakang, tujuan, metodologi (alat pengukuran, cara pengambilan data, dan responden), tampilan Intan IMS, dan temuan-temuan inti berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan masyarakat sipil. A. Latar Belakang Sekilas tentang program Kesehatan Ibu dan Anak dan kondisi terkini Menmenjelaskan peranan masyarakat sipil dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak Menmenjelaskan Permasalahan yang dihadapi Alasan dilaksanakannya pengukuran, kenapa perlu dilakukan? B. Tujuan Menmenjelaskan tentang tujuan dilasanakannya pengukuran indeks masyarakat sipil C. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat pengukuran di daerah / kabupaten masing-masing D. Metodologi 1. Alat Pengukuran Menjelaskan seperti yang terdapat dalam panduan 2. Definisi Operasional Menjelaskan seperti yang terdapat dalam panduan 3. Populasi dan Sampling Menjelaskan seperti yang terdapat dalam panduan 4. Unit Pengukuran dan Responden
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
23
Menjelaskan bahwa unit pengukuran adalah Kabupaten (sebutkan nama kabupaten), kemudian menjelaskan juga responden yang hadir dan dari unsur apa saja 5. Pengumpulan Data Menjelaskan seperti yang terdapat dalam panduan 6. Analisa Data Menjelaskan dan paparkan analisa data yang digunakan, pengertian dari intan civicus E.
Profile Daerah Pengukuran a) Menjelaskan data geografis, demografi dan sosiologis kabupaten bersangkutan (data yang diperoleh saat pemetaan awal) b) Menjelaskan data khusus yang berkaitan dengan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
F.
Hasil Pengukuran Menjelaskan hasil pengukuran sebagaimana langkah-langkah di atas; mulai dari Intan IMS (chart Intan), dan seterusnya (lihat lampiran) 1) Intan IMS 2) Dimensi Keterlibatan Warga 3) Dimensi Nilai 4) Dimensi Tingkat Keorganisasian 5) Dimensi Lingkungan 6) Dimensi Dampak 7) Kesimpulan Hasil Pengukuran
G. Kesimpulan Akhir dan Saran-saran Menjelaskan temuan-temuan utama berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan masyarakat sipil serta kondisi-kondisi dan kontribusinya terhadap kesehatan ibu dan anak, kemudian berikan saran yang relevan. LAMPIRAN-LAMPIRAN Kuisioner IMS Laporan FGD dan Notulensinya
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
24
LAMPIRAN CONTOH NARASI HASIL PENGUKURAN Hasil Pengukuran Sulamadaha 1. Analisis Intan Indeks Masyarakat Sipil
Diagram di atas menggambarkan tingkat kekuatan dan kelemahan masyarakat sipil (MS) di kabupaten Banyumas yang terdiri atas 5 dimensi: Dimensi Keterlibatan warga, Dimensi Nilai, Dimensi Lingkungan, Dimensi Tingkat Keorganisasin dan Dimensi Dampak. Melihat Intan masyarakat sipil di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum, ke 5 dimensi tersebut antara Dimensi Keterlibatan warga, Dimensi Nilai, Dimensi Lingkungan, Dimensi Tingkat Keorganisasin dan Dimensi Dampak. memperlihatkan kondisi yang cukup sehat dengan masing masing skor: •
Dimensi Keterlibatan warga
: 2,19
•
Dimensi Nilai
: 2,47
•
Dimensi Lingkungan
: 2,26
•
Dimensi Tingkat Keorganisasian
: 2,11
•
Dimensi Dampak
: 2,15
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
25
Dimensi Keterlibatan warga Dimensi Keterlibatan warga adalah dimensi yang menggambarkan tentang aktifitas serta partisipas imasyarakat baik yang dilakukan secara individu untuk mendorong kepentingan bersama pada tingkat yang berbeda. Dimensi Keterlibatan warga memperoleh skor 2,19 (Cukup baik). Artinya hal – hal yang berkenaan dengan partisipasi masyarakat dalam mendorong kepentingan bersama sudah dianggap cukup berperan.Contohnya dalam iuran untuk kepentingan persalinan di desa kalisalak secara rutin dilaksanakan dan beberapa agenda kemanusiaan secara bersama – sama tentang baksos, donor darah dan sumbangan untuk membangun tempat ibadah Dimensi Nilai Dimensi Nilai adalah dimensi yang menggambarkan komitmen dan pegamalan nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan oleh civil society. Dimensi ini mendapatkan skor 2,47 (sehat/baik). Artinya OMS di kabupaten Banyumas cukup mempunyai komitmen yang kuat pada prinsip dan nilai-nilai yang mendukung kekuatan masyarakat sipil seperti demokrasi, toleransi, anti kekerasan dan sebagainya. Terbukti dalam pemilihan Bupati/wakil
bupati
masyarakat banyumas tidak terpengaruh isu sara yang salah satunya menjadi calon wakil Bupati dan sekarang terpilih. Dimensi Lingkungan Dimensi Lingkungan adalah Menggambarkan faktor luar yang mempengaruhi civil society di kabupaten Banyumas. Dimensi ini mendapatkan 2,26 artinya OMS di kabupten Banyumas sehat dimana sistem kekebalan organisasinya dalam menjaga pengaruh – pengaruh buruk dari luar organisasi.contohnya OMS masih tetap kritis terhadap pemerintah, tidak terpengaruh siapa bupatinya dari partai apa, OMS tetap mengkritik kebijakan – kebijakan yang tidak pro rakyat seperti pengawalan perda KIBBLA yang belum dimplentasikan dengan baik.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
26
Dimensi Tingkat Keorganisasian Dimensi Tingkat Keorganisasi adalah dimensi yang memberikan gambaran tentang pengembangan organisasi, kompleksitas dan sumberdaya masyarakat sipil dengan melihat hubungan antara pelaku kelembagaan dan organisasi dalam arena masyarakat. Dimensi ini mendapatkan skor 2,11 (Cukup baik). Artinya OMS di kabupaten Banyumas memilki pengembangan organisasi yang cukup, meski harus ada yang ditingkatkan pada sub dimensi OMS di kabupaten Banyumas.Contohnya dalam forum kesehatan ibu dan anak di banyumas dikuti lintas agama, jaringan LSM dan organisasi kepemudaan dari kalangan agama Islam, kristen, LSM lintas isu tergabung dalam satu tujuan gerakan penyelamatan ibu dan anak ini menandakan terbukanya kesempatan yang sama bagi seluruh elemen masyarakat sipil. Dimensi Dampak Dimensi dampak adalah dimensi yang menggambarkan sejauh mana pengaruh civil society terhadap pihak luar.
Dimensi ini
mendapatkan skor 2,15 (Cukup baik), Dimensi,artinya, keberadaan OMS di Kabupaten Banyumas sudah memberikan dampak yang cukup berarti bagi masyarakat sekitar. Secara umum, OMS terilbat aktif dalam agenda-agenda kesehatan masyarkat, juga dalam beberapa hal menjadi mediator untuk menyampaikan aspirasi warga kepada pemangku kebijakan seperti di Banyumas PDA Banyumas ikut dalam penyusunan PERDA KIA. Perolehan skor seperti yang nampak diatas pada grafik Intan masyarakat sipil, gambaran secara umum dilihat dari skor, diketahui bahwa dimensi nilai adalah dimensi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ‘kondisi cukup sehat’ – nya OMS di Kabupaten Banyumas. Sedang empat dimensi yang lainnya mendapatkankan skor yang sama dalam kondisi cukup baik. Untuk melihat gambaran detail dari masing – masing dimensi dapat dilihat dalam diagram subdimensi.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
27
2. Analisis Dimensi dan Subdimensi a. Dimensi Keterlibatan warga
Kontribusi terbesar yang menyumbang dalam dimensi ini adalah sub dimensi keluasan partisipasi warga (skor 2,20). Sub dimensi didukung oleh 5 indikator terbagi menjadi aksi non politik praktis, sumbangan untuk amal dan sosial, keanggotaan orgnaisasi OMS, kerja sukarela dan kegiatan kolektif dari beberapa indikator secara umum OMS memilki dorongan untuk melakukan hal – hal tersebut. Pada sub dimensi partisipasi warga dengan skor 2,19 (baik), dengan indikator pertanyaan seberapa sering partisipasi warga dalam melakukan sumbangan amal, kerja sukarela dan rangkap peran di organisasi, warga cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya relawan PKK dan juga kader kesehatan ibu dan anak yang melakukan kerja pendampingan ibu hamil di berbagai desa di kabupaten Banyumas. b. Dimensi Nilai Diagram dibawah adalah gambaran secara lebih terperinci berkenaan dengan kodnisi dan kelemahann masyarakat sipil di Kabupaten Banyumas dari sisi dimensi nilai. Diagram diatas memuat 7 subdimensi yaitu demokrasi, transparan, toleransi, anti
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
28
kekerasan, kesetaran gender, penanggulangan kemiskinan dan pelestarian lingkungan.
Urutan skor subdimensi ini dari yang tinggi sampai yang rendah adalah ; 1. Anti kekerasan
: 2,82
2. Kesetaraan gender
: 2,61
3. Toleransi
: 2,53
4. Demokrasi
: 2,50
5. Penanggulangan kemikinan : 2,39 6. Transparansi
: 2,26
7. Pelestarian lingkungan
: 2,18
Anti kekerasan Kontribusi besar yang menyumbang dalam dimensi nilai adalah sub dimensi anti kekerasan dengan skor 2,82. Sub dimensi ini didukung oleh dua indikator yaitu indikator anti kekerasan dalam arena masyarakat sipil dan aksi – aksi masyarakat sipil untuk mempromosikan anti kekerasan dan perdamaian, dimana perilaku tokoh dan organisasinya dalam mempraktekan sikap anti kekeraasan dan mempromosikannya dalam kondisi baik.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
29
Kesetaraan gender Sub dimensi kesetaran gender memperoleh skor 2,61 (baik). Sub dimensi ini memiliki 2 indikator yang membahas tentang nilai kesetaran dan keadilan gender dalam OMS dan OMS dalam mempromosikan isu kesetaran gender. OMS atau organisasi masyarakat sipil telah mempraktekan dan mempromosikan tentang kesetaran
dan keadilan gender pada
kehidupan
masyarakat sipil dengan baik baik oleh tokoh masyarakatnya maupun organisasinya. Toleransi Sub dimensi toleransi yang memilki dua indikator yaitu toleransi dalam
arena
masyarkat
sipil
dan
aksi
–
aksi
untuk
memperomosikan toleransi mendapatkan skor yang baik (2,53). Dari hasil ini bisa diartikan bahwa sikap toleransi OMS di kabupaten Banyumas dalam kondisi baik. Demokrasi Sub dimensi demokrasi memilki dua indikator yang terdiri dari praktek demokrasi alam organisasi masyarakat sipil dan aksi dalam mempromosikannya. Sub dimensi ini mendapatkan skor 2,50 berarti baik karena terlihat di setiap OMS melakukan tindakan demokrasi seperti dalam pemilihan pimpinan di dalam maupun dilura organisasi sebagai salah satu wujud mempraktekan dan mempromosikan nilai – nilai demokrasi. Penanggulangan kemiskinan Sub dimensi penanggulangan kemiskinan memilki dua indikator yaitu aksi masyarakat sipil untuk penanggulangan kemiskinan dan aksi
masyarakat
sipil
mempromosikan
penanggulangan
kemiskinan memiliki nilai yang baik dengan skor 2,39, itu terbukti dari gerakan – gerakan OMS di banyumas yang variatif ada yang
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
30
melakukan pendampingan masyarakat dan advokasi untuk membuka masyarakat miskin. Transparansi Jawaban pada sub dimensi tranparansi memiliki makna baik dengan skor 2,26, sub dimensi yang memiliki dua indikator antara lain korupsi didalam atau dikalangan masyarakat sipil dan aksi masyarakat sipil dalam mempromosikan anti korupsi dan transparansi keuangan dan kegiatan sudah berjalan dengan baik pada tiap OMS di kabupaten banyumas. Pelestarian lingkungan Sub dimensi ini menjelaskan tentang peran OMS dalam mempraktekan pengelolalan dan pendayagunaan lingkungan dan mempromosikan di OMS masing – masing masih baik dengan skor 2,18. Gerakan pelestarian lingkungan untuk menjaganya sangat ber variabel, seperti contoh di Aisyiah adalah gerakan PHBS pada setiap kadernya. c. Dimensi Tingkat Keorganisasian
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
31
Dari diagram diatas perolehan skor tertinggi secara berurutan dari sub dimensi tingkat Keorganisasian yaitu 1. Interrelasi
: 2,35
2. Tingkat Keragaman
: 2,26
3. Tingkat pengorganisasian : 2,00 4. Sumber daya
: 1,81
Interrelasi Sub dimensi interrelasi memiliki tiga indikator diantaranya komunikasi, kerjasama horisontal dan kerjasama vertikal, dimasing OMS memiliki hubungan interrelasi yang baik itu terlihat dari hasil pengkuran yang mendapatkan skor 2,35 itu teraplikasikan oleh OMS di banyumas dalam jejaring komunikasi dan membangun kekuatan bersama pada isu – isu tertentu. Contohnya di kabupaten banyumas ada sebuah forum kerukunan umat beragama (FKUB) didalamnya terdiri dari banyak organisasi lintas agama untuk menjaga kerukunan antar umat beragama di banyumas dan juga forum kesehatan ibu dan anak yang terdiri dari berbagai organisasi lintas agama dan kepemudaan yang selalu aktif melakukan monittoring faskes untuk peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tingkat Keragaman Sub dimensi keragaman memperoleh skor 2,26 memilki arti baik, dari seluruh anggota OMS di kabupten Banyumas memilki keragaman anggota dari berbagai kalangan terdiri dari tokoh agama kristen, organsasi muhammadiyah, NU, Muslimat,Aisyiah, aktifis LSM sperti aktifis AIDS, Narkotika, akademisi dan organisasi profesi seperti IBI. Sub dimensi ini memilki 3 indikator antara lain, keterwakilan
kelompok
sosial
di
OMS,
keberagamanan
keterwakilan kepemimpinan dan persebaran OMS.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
32
Tingkat pengorganisasian Sub dimensi tingkat pengorganisasian dengan
5 indikator
diantarnya indikator ; keberadaan organisasi payung, efektifitas organisasi payung, pengaturan diri, prasaran atau unit pelayanan tekhnis dan hubungan internasional masing OMS mendapatkat skor 2,0 yang berarti cukup, dikatakan cukup karena tidak seluruh OMS memiliki jaringan organisasi yang di payungi secara terstrukturr dari atas kebawah maupun hubungan internasional. Contoh yang tidak memilki terstruktur diantarnaya ada SWADESI, LPPSLH, PPGAPM dan Salima Sumber daya Sub dimensi yang memilki 3 indikator yang membahas sumber daya manusia, sumber dana dan keuangan, sumber daya teknologi dan sarana prasana pada setiap orgnisasi masih belum merata namun demikian secara umum sub dimensi ini masih dipandang baik dengan memeproleh skor 1,81. Sumber dana yang diperoleh dari kalangan LSM biasanya diperoleh dari dana donor luar dan dalam negeri, dari kalangan Ormas Islam/organisasi profesi
biasanya diperoleh dari iuran
kader dan bantuan pemerintah. Untuk pemanfaatan teknologi setiap organisasi memilki kemampuan yang berbeda – beda, LSM pengelolaan teknologi sudah baik sedangkan organisasi yang lain masih terkendala sumberdaya manusianya, hal ini bisa dilihat adanya WEB, akun sosial untuk sarana kampanye OMS yang sudah memilki teknologi dan prasarana baik.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
33
B. Dimensi Dampak
Dari diagram diatas dapat diurutkan perolahan skor dari yang tertinggi dimulai dari ; Tanggap kepentingan sosial
: 2,58
Memberdayakan warga negara
: 2,36
Memenuhi kebutuhan masyarakat
: 2,07
Mempengaruhi kebijakan publik
: 1,91
Mendesak tanggungjawab pemerintah dan perusahaan
: 1,84
Tanggap kepentingan sosial Subdimensi Tanggap kepentingan sosial mendapatkan skor tertinggi dengan predikat baik (skor 2,58), OMS di kabupaten Banyumas dalam menanggapi isu seperti isu lingkungan terkait pembangunan MALL didekat alun – alun Purwokerto, OMS di banyumas mengkritik karena melanggar pembangunan aturan kota, kemudian pembangunan alfamart/idomart juga menjadi sasarn OMS karena pembangunannya dekat pasar tradisional dan untuk masalah KIA OMS sudah mampu mendorong adanya perda KIBBLA sekaligus saat ini OMS sedang melakukan pengawalan PERDA
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
34
KIBBLA dalam implentasinya. Hal ini berujung pada kepercayaan publik yang meningkat terhadap OMS di kabupaten Banyumas itu terbukti penghargaan Bupati Banyumas sebagai Bupati peduli KIA di Provinsi karena salah satu peran OMS dalam gerakan kesehatan ibu dan anak cukup aktif. Memberdayakan warga negara Subdimensi yang meiliki enam indikator, dalam subdimensi OMS di kabupaten memilki
predikat baik (skor 2,36). Pemeberdayaan
yang dilakukan oleh masing – masing OMS memiliki isu yang beragam, dari masalah pemberdayaan petani gula, pendampingan PKL,petani, pemberdayaan perempuan para mantan TKW dan juga pemberdayaan
ekonomi
mandiri
pada
setiap
OMS
telah
melakukannya. Contoh pemberdayaan masyarakat dalam isu KIA bisa dilihat dari forum kesehatan ibu anak yang melakukan pendampingan ibu hamil di desa di beberapa kecamatan dengan mencetak kader kiesehatan ibu dan anak yang salah satunya sudah cukup baik didesa Kalisalak dan Pamijen telah terbentuk desa pelopor KIA. Memenuhi kebutuhan masyarakat Subdimensi memenuhi kebutuhan masyarakat yang memilki tiga indikator diantaranya lobi untuk pelayanan negara, respon kebutuhan masyarakat yang mendesak secara langsung dan respon kebutuhan masyarakat terpinggirkan, OMS di banyumas memilki skor 2,07 (cukup). Hal ini dikarenakan tidak semua OMS memilki kemampuan dan finansial dalam melakakukan gerakan tersebut. Mempengaruhi kebijakan publik Sub dimensi mempengaruhi kebijakan publik dengan skor 1,91 (cukup) yang terdiri dari tiga dimensi yaitu dampak terhadap kebijakan HAM, dampak terhadap kebijakan sosial dan dampak dalam penganggaran. Sub dimensi ini OMS di Banyumas
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
35
mendapatkan nilai cukup dikarenakan beberapa OMS tidak semua bisa melakukan kegiatan untuk mempengaruhi kebijakan publik. Mendesak tanggungjawab pemerintah dan perusahaan Subdimensi mendesak tanggung jawab pemerintah dan perusahan memilki dua indikator diantaranya tanggung jawab pemerintah dan tanggung jawab perusahan atau swasta, dari beberapa jawaban peran serta OMS dalam mendesak memilki berbagai kemampuan yang berbeda dan tingkat keaktifan yang berbeda pula. Dan tidak semua OMS di Banyumas melakukan hal tersebut itu bisa dilihat dari nilai 1,84 yang berarti cukup. Dinyatakan cukup karena pada perusahaan OMS tidak mampu menghimpun keterlibatan perusahaan dalam gerrakan kemanusiaan dimana perusahaan – perusahan di banyumas masih bersifat mikro secara
kemampuan
finansial
utuk
terlibat
dalam
gerakan
kemanusiaan. Namun pada level pemerintah banyumas beberapa OMS mampu mendesak tanggung jawab pemerintah dalam kebijakan anggaran maupun PERDA khususnya untuk kepentingan kesehatan ibu dan anak. C. Dimensi Lingkungan Diagram dibawah adalah gambaran secara lebih terperinci sub dimensi lingkungan. Diagram diatas memuat lima indikator bila dirutan dari perolehan skor tertinggi sampai yang terendah adalah sebagai berikut ;
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
36
1. Konteks sosio politik
: 2,56
2. Kontek sosio budaya
: 2,41
3. Konteks sosio ekonomi
: 2,31
4. Konteks relasi negara dan masyarakat: 2,22 5. Konteks relasi pasar dan masyarakat : 1,79 Konteks sosio politik Sub dimensi sosio politik menjelaskan terkait pengaruh situasi politik pada OMS di kabupaten banyumas, yang terbagi mejadi enam indikator yaitu hak – hak politik, kompetensi politik, penegakan hukum, efektifitas peran negara, hak atas informasi dan kebebasan sipil. Dilihata dari jawaban ada sekitar 12 OMS menjawab tidak terpengaruh dengan kondisi sosial politik karena mereka masih bisa menyuarakan pendapatnya karena memiliki kemampuan finansial yang tidak tergantung pemerintah seperti Muhammadiyah yang memilki AUM, Akademisi tidak terpengaruh karena nilai yang dianut untuk selalu menyuarakan nilai kebenran, LSM yang memilki sumber keuangan donor luar negeri ditambah
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
37
lagi sudah memilki perusahaan mandiri yang menjadi sumber dana, diukur dari massa seperti kalangan NU memiliki jumlah anggotanya banyak hal ini menjadi percaya diri utnuk idak terpengaruh menyuarakan kritik dan 5 OMS yang menjawab terpengaruh
karena
kemandirian
dalam
menjalankan
organisasinya masih tergantung pemerintah dan ada satu abstain tidak menjawab, jika disimpulakan secara umum OMS di Banyumas secara mayoritas memilki kondisi yang baik, tidak terpangruh kondisi situasi politik
dengan skor 2,56.
Kontek sosio budaya Sub dimensi kontek sosio budaya yang terdiri dari indikator kepercayaan dan kearifan lokal OMS di banyumas masih baik dengan skor 2,41, contoh di desa Kalisalah, bapak darmin selaku tokoh masyarakat masih memilki kepercayaan yang tinggi oleh masyarakatnya dalam perannya peningkatan kesehatan ibu dan anak di desa Kalisalak. Indikator keberagaman dan toleransi OMS masih baik, sikap toleransi itu diwujudkan oleh OMS di Banyumas yang pada saat ini wakil Bupatinya bersal dari keluarga Cina dan Kristen, namun OMS di Banyumas tetap menghormatinya apalagi wakil bupati Banyumas juga sebagai ketua GSI (Gerakan Sayang Ibu) yang aktif berperan dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak dan terkahir indikator kesadaran untuk mendahulukan kepentingan umum OMS di Banyumas masih sangat peduli. Konteks sosio ekonomi Konteks sosio ekonomi mendapatkan skor 2,31, dengan beberapa sub dimensi yang menjadi indikator diukur dari pengaruh situasi sosial ekonomi terhadap peran organisasi masyarakat sipil diantaranya tingkat ketidakadilan status warga, kondisi sosial ekonomi, indeks pembangunan manusia dan korupsi. Dari seluruh indikator OMS di kabupaten banyumas menyatakan tidak berpengaruh namun ada juga yang mejawab sedikit berpengaruh.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
38
Konteks relasi negara dan masyarakat Subdimensi relasi negara dan masyarakat mendapatkan skor 2,22 yang berarti baik. Hal ini dikarenakan OMS Banyumas masih ada sebagian kecil yang tidak melakukan proses pembukaan akses untuk berdialog dan kerjasama dengan pemerintah , sedangkan untuk hal otonomi untuk OMS di Banyumas diberikan ruang bebas bergerak secara bertanggung jawab. Konteks relasi pasar dan masyarakat Subdimensi relasi pasar dan masyarakat memilki 3 indikator diantaranya
sikap
sektor
swasta,
tanggung
jawab
sosial
perusahaan dan dukungan langsung sector swasta. Sifat dan kualitas OMS di Banyumas mendapatkan skor 1,79 (cukup). Hal ini terjadi perusahan baru pada tingkatan memberi tanpa terprogram, masih bersifat donasi insdental. Namun demikian perusahan memperhitungkan peran masyarakat sipil secara positif. 3. Kesimpulan Akhir dan Saran – saran Melihat data dari Intan masyarakat sipil di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum, ke 5 dimensi tersebut memperlihatkan kondisi yang cukup sehat dengan Dimensi Keterlibatan warga skor (2,19), Dimensi Nilai skor 2,47), Dimensi Lingkungan (2, 26), Dimensi Tingkat Keorganisasian skor (2,1), Dimensi Dampak skor (2,15). Skor tertinggi pada dimensi nilai, Tokoh OMS di Banyumas masih berperan menjalankan nilai – nilai demokrasi, Toleran dan transparansi yang sehat baik di dalam maupun diluar OMS. Hal ini menjadi salah satu dimensi yang bisa menjadi modal OMS di Banyumas dalam gerakan peneyalamatan ibu dan bayi baru lahir lebih mudah. Tidak hanya itu, sikap kerjasama antar OMS juga masih baik. Namun masih ada kelemahan OMS di Banyumas dalam hal mempengaruhi kebijakan dan berelasi dengan pemerintah daerah, tidak semua OMS memilki kemampuan yang sama. Khusus dalam hal ini pada isu peningkatan kesehatan ibu dan anak
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
39
disarankan OMS di Banyumas perlu diadakan Traning Organisasi yang berisikan materi komunikasi, jejaring dan tekhnik advokasi untuk kepentingan mengawal isu peningkatan isu kesehatan ibu dan anak.
Pedoman Pengukuran Indeks Masyarakat Sipil
40