PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#
Simulator penyandian dan pengawasandian ini dirancang untuk meyimulasikan 10 jenis penyandian dan pengawasandian yaitu sebagai berikut Huffman Code, Arithmetic Code,Parity Check Code, Longitudinal Redudancy Code,Cyclic Redundacy Check Code, Checksum Code, Bose Chaudhuri Hocqueqhem Code, Hamming Code, Reed Salomon Code, dan Convolution Code.
1. Tampilan Umum Sistem Simulator modulasi digital ini dirancang menggunakan perangkat lunak Visual C# 2012. Tampilan simulator ini dibuat dengan menggunakan GUI (Graphical User Interface), supaya sistem yang dirancang terlihat lebih menarik dan mudah untuk dioperasikan. Simulator penyandian dan pengawasandian ini memberikan pilihan kepada pengguna untuk memilih jenis penyandian dan pengawasandian yang ingin disimulasikan . 2. Panduan Penggunaan Sistem Simulator penyandian dan pengawasandian menggunakan perangkat lunak Visual C# akan menampilkan hasil proses penyandian dan pengawasandian. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian dimulai dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya.
1
Gambar 2.1. Tampilan Utama Penyandian dan Pengawasandian. 2.1.Simulator Penyandian dan Pengawasandian Huffman Code Dasar Teori Huffman termasuk ke dalam kelas algoritma yang menggunakan metode statik . Metode statik adalah metode yang selalu menggunakan peta kode yang sama. Metode ini memiliki dua tahapan: tahap pertama untuk menghitung probabilitas kemunculan tiap simbol dan menentukan peta kodenya, dan tahap kedua untuk
mengubah masukan menjadi kumpulan kode yang akan
ditransmisikan. Prosedur pembentukan kode Huffman adalah sebagai berikut. 1. Mengurutkan simbol-simbol sumber mulai dari yang memiliki probabilitas terbesar hingga terkecil. 2. Menjumlahkan probabilitas dua simbol pada urutan terbawah (yaitu, dua simbol dengan probabilitas terkecil), dan kemudian mengurutkan kembali nilai-nilai yang dihasilkan. prosedur ini diulangi hingga hanya terdapat dua probabilitas yang dijumlahkan sampai 1. 3. Selanjutnya dilakukan penyandian, probabilitas yang terkecil pertama diberi kode '1' dan probabilitas terkecil kedua diberi kode '0'. 4. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah 2
Rerata Informasi atau Entropi Sistem-sistem komunikasi umumnya mentransmisikan serangkaian karakter yang berasal dari sumber informasi. Oleh sebab itu, lebih penting untuk mengetahui rerata jumlah informasi yang dihasilkan oleh sebuah sumber informasi, daripada jumlah informasi yang dikandung oleh sebuah karakter tunggal. Entropi dinyatakan oleh Persamaan (2.1). ( )
∑
( )
( )
(2.1)
dengan: n
= jumlah karakter;
P(xi)
=probabilitas setiap kode; dan
H(X) =entropi.
Panjang Rata-Rata dan Efisiensi Kode Panjang sebuah kode biner adalah banyaknya digit biner (bit) di dalam kode tersebut. Panjang kode rata-rata L untuk tiap karakter sumber ditentukan sebagai berikut: ∑
( )
(2.2)
dengan: L
=panjang kode rata-rata;
n
= jumlah karakter;
P(xi)
=probabilitas setiap kode; dan
ni
=jumlah bit tiap kode Huffman.
Peubah L menunjukan jumlah bit rata-rata yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah karakter sumber dalam penyandian sumber. Selanjutnya, parameter efisiensi kode dirumuskan sebagai: ( )
dengan: =efisiensi kode; L
=panjang kode rata-rata; dan
H(X) =entropi. 3
(2.3)
Gambar 2.2. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna untuk penyandian dan pengawasandian (tidak boleh lebih dari 10 karakter yang berbeda ) dan memasukkan jumlah bit error ( tidak boleh melebihi jumlah karakter masukan yang berbeda). Misalnya kata masukan adalah NAMA, jumlah bit error: 1. 2. Menekan tombol selanjutnya
untuk melakukan proses penyandian,
ENCODER
akan diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.3. Gambar 2.3
merupakan hasil probabilitas tiap karakter.
4
Gambar 2.3. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. 3. Menekan tombol selanjutnya
untuk melakukan proses penyandian,
ENCODER
akan diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.4. Gambar 2.4
merupakan gambar proses pembentukan pohon Huffman.
Gambar 2.4. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. 4. Menekan tombol
terus menerus sampai total probabilitas tiap
ENCODER
karakter paling atas bernilai 1, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 merupakan hasil pohon Huffman. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. 5
Gambar 2.5. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code.
5. Menekan tombol diperoleh
hasil
DECODER
seperti
untuk melakukan proses pengawasandian, akan
Gambar
2.6.
Gambar
2.6
merupakan
hasil
pengawasandian Huffman Code yang menunjukkan hasil panjang rata-rata, efisiensi, dan nilai entropi Huffman Code.
Gambar 2.6. Tampilan Simulator Pengawasandian Huffman Code. 6
6.
Menekan tombol
KEMBALI KE MENU UTAMA
untuk kembali ke menu
utama.
2.2. Simulator Penyandian dan Pengawasandian Arithmetic Code. Dasar Teori Pada umumnya, algoritma kompresi data melakukan penggantian satu atau lebih karakter masukan dengan kode tertentu. Berbeda dengan cara tersebut, Arithmetic Coding menggantikan satu deretan karakter masukan dengan sebuah bilangan floating point. Keluaran arithmetic coding ini adalah satu angka yang lebih kecil dari 1 dan lebih besar atau sama dengan 0. Angka ini secara unik dapat diawasandikan sehingga menghasilkan deretan karakter yang dipakai untuk menghasilkan angka tersebut. Untuk menghasilkan angka keluaran tersebut, tiap karakter yang akan disandikan diberi satu set nilai probabilitas. Prosedur pembentukan Arithmetic Code: Langkah pertama: Mencari probabilitas tiap karakter. Langkah kedua: Setelah probabilitas tiap karakter diketahui. Tiap karakter akan diberikan rentang tertentu yang nilainya berkisar di antara 0 dan 1, sesuai dengan probabilitas yang ada. Dalam hal ini, penentuan rentang harus urut dari karakter masukan. Langkah ketiga: Membuat diagram Arithmetic. Langkah keempat: menyesuaikan urutan masukan. Langkah kelima: Mencari hasil penyandian dan pengawasandian.
7
Gambar 2.7. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna untuk penyandian dan pengawasandian (tidak boleh lebih dari 10 karakter yang berbeda ) dan memasukkan jumlah bit error ( tidak boleh melebihi jumlah karakter masukan yang berbeda). Misalnya kata masukan adalah NAMA, jumlah bit error: 1. 2. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian, kemudian
akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 merupakan hasil interval probabilitas tiap karakter. 3. Menekan tombol
ENCODER PROBABILITAS PROBABILITAS probabilitas 1 seperti pada Gambar 2.9.
8
terus menerus sampai interval
Gambar 2.8. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code.
Gambar 2.9. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code.
4. Menekan tombol
ENCODER ARITHMETIC
untuk melakukan proses penyandian,
akan diperoleh tampilan pada Gambar 2.10. Gambar 2.10 merupakan gambar proses pembentukan diagram Arithmetic. 9
Gambar 2.10. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code.
5. Menekan tombol
ENCODER
terus menerus sampai semua karakter terbentuk,
seperti tampilan pada Gambar 2.11. Gambar 2.11 merupakan hasil diagram Arithmetic.Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian.
Gambar 2.11. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code.
10
6. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian, akan
diperoleh hasil seperti Gambar 2.12. Gambar 2.12 merupakan gambar hasil tabel Encoder.
Gambar 2.12. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code.
7.
Menekan tombol
DECODER
untuk melanjutkan proses pengawasandian, akan
diperoleh hasil seperti Gambar 2.13. Gambar 2.13 merupakan hasil perhitungan untuk pengawasandian Arithmetic.
Gambar 2.13. Tampilan Simulator Pengawasandian Arithmetic Code. 11
8. Menekan tombol
DECODER
terus menerus sampai semua karakter tersandikan
akan diperoleh hasil seperti Gambar 2.14. Gambar 2.14 merupakan hasil perhitungan untuk pengawasandian Arithmetic. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap pengawasandian.
Gambar 2.14. Tampilan Simulator Pengawasandian Arithmetic Code.
9. Menekan tombol
untuk kembali ke menu utama. KEMBALI KE MENU UTAMA
2.3 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Parity Check Code Dasar Teori Parity Check Code adalah penyandian menggunakan penambahan satu atau lebih bit untuk membuat total jumlah 1 bit menjadi genap (parity genap) atau gasal (parity gasal). Jika jumlah bit gasal (termasuk bit parity) berubah pada waktu pengiriman, maka bit parity menjadi tidak benar dan mengindikasikan adanya kesalahan pada waktu pengiriman. Oleh karena itu, bit parity merupakan kode pendeteksi kesalahan (error detecting code), dan bukan merupakan kode pengoreksi kesalahan (error correcting code) karena tidak ada cara untuk menentukan bit mana yang keliru. Data harus
12
diabaikan seluruhnya dan mengulangi lagi transmisi dari awal. Pada media transmisi yang terganggu, transmisi yang berhasil akan membutuhkan banyak waktu atau tidak berhasil sama sekali. Bit ekstra disebut parity redundant bit.
Gambar 2.15. Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memilih jenis Parity Check nya,
(pilih
Parity
Genap atau Parity Gasal). 2. Memasukkan kata bermakna untuk penyandian dan pengawasandian (tidak ada ketentuan) dan memasukkan jumlah bit error ( tidak boleh melebihi 4 x jumlah karakter masukan ). Misalnya kata masukan adalah NAMA, parity genap dan bit error 1. 3. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian, akan
diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.16. Gambar 2.16 merupakan kata masukan diubah menjadi biner. 4. Menekan tombol
ENCODER
terus menerus untuk melanjutkan proses
penyandian sampai mendapatkan hasil penyandian seperti pada Gambar 2.17. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian.
13
Gambar 2.16. Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code.
Gambar 2.17. Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code.
5. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian, maka
akan diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.18. Gambar 2.18 adalah gambar data yang dikirim.
14
Gambar 2.18. Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code.
6. Menekan tombol
DECODER
terus menerus untuk melanjutkan proses
pengawasandian sampai didapatkan hasil pengawasandian seperti pada Gambar 2.19. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap pengawasandian.
Gambar 2.19. Tampilan Simulator Pengawasandian Parity Check Code.
7. Menekan tombol
KEMBALI KE MENU UTAMA
utama. 15
untuk kembali ke tampilan
2.4 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check Dasar Teori Longitudinal Redundancy Check (LRC) merupakan pengembangan Parity Check Code yang mempunyai kemampuan deteksi error yang lebih efisien. Pada data Longitudinal Redundancy Check (LRC) dibagi menjadi sejumlah blok. Bit-bit paritas yang diletakan pada setiap karakter berfungsi sebagai LRC. Pada teknik ini, satu blok bit diatur dalam bentuk baris dan kolom. LRC menggunakan paritas genap untuk tiap kolomnya Jika dibandingkan Parity Check Code, LRC bisa mendeteksi junlah kesalahan tidak hanya gasal saja tetapi bisa genap. Tetapi pada LRC memiliki kelemahan juga yaitu jika jumlah kesalahannya 2 dan pada bit ke n dan n+8, maka tidak terdeteksi error. Karena LRCnya terdeteksi sama.
Gambar 2.20. Tampilan Simulator Penyandian Longitudinal Redundancy Check. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan Kata bermakna: NAMA, dan Jumlah bit error : 1.
16
2. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian,maka akan
diperoleh seperti pada Gambar 2.21. Gambar 2.21 merupakan kata masukan diubah menjadi biner. 3. Menekan tombol
terus menerus sampai mendapatkan hasil
ENCODER
LRCnya seperti tampilan Gambar 2.22. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian.
Gambar 2.21. Tampilan Simulator Penyandian Longitudinal Redundancy Check.
Gambar 2.22. Tampilan Simulator Penyandian Longitudinal Redundancy Check.
17
4. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian.
Kemudian diperoleh tampilan seperti pada Gambar 2.23. Gambar 2.23 merupakan gambar data yang dikirim. 5. Menekan tombol
DECODER
terus menerus untuk melanjutkan proses
pengawasandian sampai mendapatkan hasil pengawasandian seperti hasil Gambar 2.24. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian.
Gambar 2.23. Tampilan Simulator Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check.
Gambar 2.24. Tampilan Simulator Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check.
18
6. Menekan tombol
KEMBALI KE MENU UTAMA
untuk kembali ke menu
utama
2.5 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Cyclic Redundancy Code Dasar Teori Cyclic Redundancy Check (CRC) adalah teknik untuk mendeteksi kesalahan dalam data digital, tetapi tidak dapat mengoreksi ketika kesalahan terdeteksi. Hal ini digunakan terutama dalam transmisi data. Penerima memeriksa bit pengecek CRC yang sama dengan yang dikirim, untuk mendeteksi terjadinya kesalahan. CRC mempunyai kelebihan dibandingkan dengan parity check code dan LRC ,yaitu hasil koreksinya lebih akurat dan juga mempunyai bit redundant yang sedikit jika dibandingkan LRC (jika bit pembaginya kurang dari 8 bit).
Gambar 2.25. Simulator Penyandian Cyclic Redundancy Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna A. Jumlah bit error 1. Dan pembaginya 101. Karena proses penyandian dan pengawasandiannya cukup panjang maka masukkan kata bermakna disini contohnya 1 huruf saja. 2. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian, kemudian
diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar 2.26. Gambar 2.26 merupakan 19
gambar data yang dikirim yang ditambahi ‘0’ sebanyak 2 bit. Karena pembaginya 3 bit maka bit tambahannya jadi 2 bit. (bit tambahan= bit pembagi -1). 3.
Menekan tombol
ENCODER
terus menerus sampai mendapatkan hasil sisa
CRC nya seperti pada Gambar 2.27. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian.
Gambar 2.26. Simulator Penyandian Cyclic Redundancy Code.
Gambar 2.27. Simulator Penyandian Cyclic Redundancy Code.
20
4. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian. Sisa
CRC ini digunakan untuk proses pengawasandian untuk mengecek error. Kemudian diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.28. 5. Menekan
tombol
DECODER
terus
menerus
untuk
melanjutkan
proses
pengawasandian sampai mendapatkan hasil CRCnya dan hasil pengecekan error seperti pada Gambar 2.29.
Gambar 2.28. Simulator Pengawasandian Cyclic Redundancy Code.
Gambar 2.29. Simulator Pengawasandian Cyclic Redundancy Code. 6. Tekan
KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke tampilan utama. 21
2.6 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Checksum Code Dasar Teori Checksum Code adalah penyandian yang sering dipakai dalam komunikasi data untuk mendeteksi error dengan cara menembahkan bit. Metode pendeteksian error yang digunakan oleh protokol-protokol dengan lapisan lebih tinggi disebut checksum. Checksum didasarkan pada konsep redundancy bit. Pengirim menggunakan generator checksum dan penerima menggunakan pengecek checksum. Generator checksum membagi kembali data menjadi segmen-segmen yang sama pada bit n, segmen-segmen ini ditambahkan bersama-sama. Segmen yang ditambahkan disebut checksum field yang ditambahkan pada akhir data asli sebagai bit redudancy. Pengirim mengirim data ditambah checksum. Checksum Code, jika dibandingkan dengan parity check code, LRC, dan CRC, mempunyai kelebihan yaitu cara pendeteksiannya lebih sederhana dibandingkan CRC, dan hasil pendeteksiannya a juga lebih akurat dibandingkan parity check code dan LRC.
Gambar 2.30. Simulator Penyandian Checksum Code.
Petunjuk Penggunaan 22
1. Memasukkan kata bermakna NAMA. Jumlah bit error 1. 2. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian, kemudian
akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar 2.31. Gambar 2.31 merupakan gambar kata masukan diubah menjadi biner. 3. Menekan tombol
terus menerus untuk melanjutkan proses
ENCODER
penyandian sampai mendapatkan hasil penyandian dan pengecekan jika data yang dikirim dan data yang diterima sama seperti tampilan Gambar 2.32.
Gambar 2.31. Simulator Penyandian Checksum Code.
Gambar 2.32. Simulator Penyandian Checksum Code.
23
4. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian, maka
akan diperoleh tampilan pada Gambar 2.33. Gambar 2.33 merupakan gambar urutan bit yang mengalami error. 5. Menekan tombol
DECODER
terus menerus sampai mendapatkan hasil
pengawasandian dan pengecekan data yang dikirim dan diterima seperti hasil pada Gambar 2.34.
Gambar 2.33. Simulator Pengawasandian Checksum Code.
Gambar 2.34. Simulator Pengawasandian Checksum Code. 6. Menekan tombol
KEMBALI KE MENU UTAMAuntuk kembali ke menu utama. 24
2.7 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code Dasar Teori Metode hamming code bekerja dengan menyisipkan beberapa check bit ke data. Jumlah check bit yang disisipkan tergantung pada panjang data. Rumus untuk menghitung jumlah check bit yang akan disisipkan ke dalam data adalah: data 2n bit, c = (n+1) bit, dengan c adalah jumlah check bit yang disisipkan. Tabel 2.1. Hubungan antara Data dan Bit Redudancy bit Jumlah angka bit 2rm+r+1
Angka data bit Angka (m)
redundancy (r)
(m+r)
1
2
3
44
2
3
5
86
3
3
6
87
4
3
7
88
5
4
9
16 10
6
4
10
16 11
7
4
11
16 12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
m1
m2
m3
r8
m4
m5
m6
r4
m7
r2
r1
Bit redudancy
Gambar 2.35. Posisi Bit Redudancy pada Kode Hamming
Pada kode Hamming, setiap bit r adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit : o r 1 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: 25
r 1 : bit 1, 3, 5, 7, 9, 11 o r 2 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: r 2 : bit 2, 3, 6, 7, 10, 11
o r 4 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: r 4 : bit 4, 5, 6, 7 o r 8 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: r 8 : bit 8, 9, 10, 11
Gambar 2.36. Simulator Menu Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code. Petunjuk Penggunaan 1. Simulator penyandian dan pengawasandian Hamming Code dibagi 2 bagian yaitu Hamming Code dalam 1 baris dan Hamming Code per karakter seperti tampilan Gambar 2.36. 2. Menekan tombol
Hamming Code dalam 1 baris
tampilan Gambar 2.37.
26
akan diperoleh hasil seperti
Gambar 2.37. Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 3. Memasukkan kata bermakna NA dan Jumlah bit error 1. 4. Menekan
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian, kemudian diperoleh
hasil seperti tampilan seperti pada Gambar 2.38.
Gambar 2.38. Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 5. Menekan tombol
ENCODER
terus menerus sampai kode Hamming terbentuk
seperti tampilan pada Gambar 2.39.
27
Gambar 2.39. Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 6. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian,
kemudian akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar 2.40. Decoder ini untuk mencari error pada bit keberapa dan memperbaikinya.
Gambar 2.40. Simulator Pengawasandian Hamming Code dalam 1 Baris. 7. Menekan
tombol
DECODER
terus
menerus
untuk
melanjutkan
proses
pengawasandian sampai menemukan error seperti pada gambar 2.41. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses pengawasandian. 28
Gambar 2.41. Simulator Pengawasandian Hamming Code dalam 1 Baris. 8. Menekan
KEMBALI
9. Menekan tombol
untuk kembali ke tampilan utama. Hamming Code dalam 1 karakter
untuk penggunaan
Hamming Code per karakter. 10. Memasukan kata bermakna,misalnya NAMA dan masukkan jumlah bit error misalnya 1 seperti pada Gambar 2.42. Tapi dalam simulator ini hanya memproses 3 karakter terdepan saja karena faktor tempat. Jadi hanya memproses karakter N, A,dan M saja.
Gambar 2.42. Simulator Penyandian Hamming Code dalam per karakter. 29
11. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian, maka akan
diperoleh tampilan seperti pada Gambar 2.43. Gambar 2.43 merupakan karakter pertama yang diubah menjadi biner.
Gambar 2.43. Simulator Penyandian Hamming Code per Karakter. 12. Menekan tombol
ENCODER
terus menerus sampai kode Hamming terbentuk
seperti pada Gambar 2.44. Gambar 2.44 merupakan gambar hasil encoder karakter pertama (N).
30
Gambar 2.44. Simulator Penyandian Hamming Code per Karakter. 13. Menekan tombol
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian akan
tampil seperti Gambar 2.45. Gambar 2.45 merupakan gambar data yang diterima.
Gambar 2.45. Simulator Pengawasandian Hamming Code per Karakter. 14. Menekan tombol
DECODER
terus menerus sampai menemukan error pada bit
seperti pada Gambar 2.46.
Gambar 2.46. Simulator Pengawasandian Hamming Code dalam per karakter. 15. Jika ingin melakukan pengkodean pada karakter ke-2 maka silakan menekan tombol
Pengkodean karakter ke 2
adadadad KEMBALI
ke tampilan utama. Jika menekan 31
jika tidak, maka bisa menekan tombol Pengkodean karakter ke 2
prosesnya sama seperti pengkodean karakter 1 tapi yang diproses adalah karakter A.
2.8 Simulator Penyandian dan Pengawasandian BCH Code Dasar Teori Bose, Chaudhuri, and Hocquenghem (BCH) code merupakan sebuah metode error correction yang dibangun pada bidang finite (terbatas). Kode ini merupakan pengembangan dari Hamming code untuk multiple error correction. Kode BCH merupakan Cyclic codes dengan beberapa karakter tersusun dari m-bit yang berurutan, dengan m adalah bilangan bulat positif yang lebih besar dari 2. Pada binary BCH code terdapat beberapa parameter sebagai berikut: Panjang blok
: n = 2m - 1
Panjang bit informasi
:k
Jumlah bit error maksimal
:t
Checkbit
:c=m*t
Jumlah digit parity-check
: n – k ≤m*t
Jarak minimal
: 𝑑𝑚 n ≥ 2t + 1
32
Gambar 2.47. Simulator Penyandian dan Pengawasandian BCH Code. Petunjuk Penggunaan
1. Memasukkan kata bermakna A. Jumlah bit error 1. 2. Menekan tombol
ENCODER
akan diperoleh hasil seperti tampilan Gambar 2.37.
Gambar 2.48. Simulator Penyandian BCH Code. 3. Menekan
DECODER
untuk melakukan proses pengawasandian, kemudian
diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar 2.38.
Gambar 2.49. Simulator Pengawasandian BCH Code dalam 1 Baris. 33
4. Menekan tombol
LANJUT
untuk menunjukan contoh yang lebih sederhana
terbentuk seperti tampilan pada Gambar 2.50.
Gambar 2.50. Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 5. Menekan tombol
LANJUT
untuk melihat proses pengawasandian untuk
contoh yang sederhana, kemudian akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar 2.51.
Gambar 2.51. Simulator Pengawasandian BCH Code. 7. Menekan tombol
KEMBALI KE MENU UTAMAuntuk kembali ke menu utama.
2.9 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Convolution Code Dasar Teori 34
Kode-kode konvolusional sangat praktis. Beberapa metode yang berbeda bahkan dapat digunakan untuk menjabarkan proses penyandian konvolusional, diantaranya diagram koneksi, polinom koneksi, diagram keadaan (state diagram). Diagram pohon (tree diagram), dan diagram teralis (trellis diagram). Pada simulator ini memperlihatkan sebuah penyandi konvolusional (2,1,2) sederhana denga n =2,k=1,dan m=2.
Gambar 2.52. Penyandian dan Pengawasandian Convolution Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna A. Jumlah bit error 1. 2. Menekan tombol
ENCODER
akan diperoleh hasil seperti tampilan Gambar 2.53.
35
Gambar 2.53. Simulator Penyandian Convolution Code. 3. Menekan
ENCODER
terus menerus untuk melakukan proses penyandian,
kemudian diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar 2.54.
Gambar 2.54. Simulator Penyandian Convolution Code. 4. Menekan tombol
DECODER
untuk melanjutkan ke proses pengawasandian
terbentuk seperti tampilan pada Gambar 2.50.
36
Gambar 2.55. Simulator Pengawasandian Convolution Code . 8. Menekan tombol
2.10
KEMBALI KE MENU UTAMAuntuk kembali ke menu utama.
Simulator Penyandian dan Pengawasandian Reed Salomon Code
Dasar Teori Sebuah kode Reed Solomon ditulis dalam bentuk RS(n,k) dengan n adalah panjang blok atau panjang kode yang terdiri dari susunan beberapa karakter, sedangkan k adalah panjang informasi atau jumlah karakter data yang akan dikodekan. Panjang block code ini dinyatakan oleh n = 2m-1 dengan m adalah jumlah bit per karakter sedangkan jumlah karakter parity yang harus ditambahkan untuk mengoreksi sejumlah error sebanyak n-k = 2t dengan t adalah jumlah karakter error yang mampu dikoreksi. Petunjuk Penggunaan
1. Dalam simulator Reed Salomon Code menggunakan contoh sederhana . 2. Menekan tombol
ENCODER
untuk melakukan proses penyandian akan diperoleh
hasil seperti tampilan Gambar 2.56.
37
Gambar 2.56. Simulator Penyandian Reed Salomon Code. 3. Menekan
DECODER
terus menerus untuk melakukan proses pengawasandian,
kemudian diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar 2.57.
Gambar 2.57. Simulator Pengawasandian Reed Salomon Code.
4. Menekan tombol
KEMBALI KE MENU UTAMAuntuk kembali ke menu utama.
38