PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ITSBAT RUKYATUL HILAL
Oleh : Drs. H. ARFAN MUHAMMAD, S.H., M.Hum.
DISAMPAIKAN DALAM ACARA PELATIHAN HISAB RUKYAT PARA HAKIM DAN PANMUD HUKUM PENGADILAN AGAMA KALIMANTAN BARAT
TANGGAL 29 SEPTEMBER 2015 M. TANGGAL 15 DZUL HIJJAH 1436 H.
PEDOMAN DAN TATACARA PELAKSANAAN ITSBAT RUKYATUL HILAL DISAMPAIKAN DALAM ACARA ORIENTASI HISAB RUKYAT Oleh : H. Arfan Muhammad
PENDAHULUAN Metodologi penentuan awal bulan qamariah, baik untuk menandai permulaan Ramadhan, awal bulan Syawal dan awal bulan lainnya didasarkan pada penglihatan bulan secara fisik (ru’yat al hilal bil fi’ly). Ada pula yang mendasarkan pada perhintungan astronomi (hisab) semata tanpa melakukan rukyatul hilal. Kedua cara tersebut masing-masing mempunyai landasan hukumnya, namun demikian khusus untuk awal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal melihat bulan secara fisik (ru’yat al hilal bil fi’ly) seharusnya dilakukan, Sedangkan metode perhintungan astronomi (hisab) dijadikan dasar untuk membantu prosesi rukyatul hilal tersebut. Jumhurul madzahib berpendapat, bahwa pemerintah sebagai ulil amri diperbolehkan menjadikan ru’yatul hilal sebagai dasar penetapan awal bulan Qamariah, khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. Adapun dasar hukumnya antara lain: a. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim berbunyi:
ا َث اَثاال َّد ِز ًُّا:َث َثا َث ِز َثًا َّد ُما َث ْع ُم ا َثٌ ُم اا ُم ص ُم االِز ُم ْعؤ َثٌتِز ِزا َث َث ْعفطِز ُم االِز ُم ْعؤ َثٌتِز ِزا َثفإِز ْع ا َث ا ُم
ٌُم ا َث َث ا ُم َث ْع َث لَث ْعٌ ِزا َث َث لَّد )ل
ُم ْع َث ُم ا َث حَّد َث َث ا ُم َث َّد حُما ْع ُم ا ِز َثٌ حٍدا َث اَثا َث ِز ْع اصلَّدىا َّد ُما َث لَّد َث ا َث ْع ا َث اَثا َث اَثا َث ُم اا ْعل َث ِز ِز َث اا ِز حَّد َثا َث ْع َث َث ا َث َث ِزٌ َثا( اهاالخ يا
ا حَّد َث َث ا حَث ُما َث حَّد َث َث ا صلَّدىا َّد ُما َث لَث ْعٌ ِزا َث َث ُم ِّب َثًا َث لَث ْعٌ ُم ْع ا َثف َث ْع ِز لُم
...Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.”.
اا اصل ا
ًا ا ه اا ا
ا
ا ح ا ا
ا فعا
لكا
ا تىات اااله اا التفط اا تىات هافإ ا ا لٌ اف ح ال ا
)( اهاال خ ي
ل ا ح
ح ا ا
اف ااالتص
ح ذ
...bahwa Rasulullah saw. bicara mengenai Ramadhan, dan bersabda “Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan jangan kalian berfitri sampai kalian melihatnya, jika kalian menemui kesulitan melihatnya (karena tertutup awan), maka perkirakanlah hilal itu”.
ح اٌ ًا اٌ ًا خ اإ ا ٌ ا ا حا اا ا ه با ا ٌحا اال ٌبا ا ًا ٌ ا ًٌا ا ا اا اا اا اصل اإذا ٌت االه اافص اا إذا ٌت هاف فط اافإ ا ا لٌ ا ) فص ا ٌ اٌ ا( اها ل ... Rasulullah saw bersabda, Bila kalian melihat hilal, maka berpuasalah dan bila kalian melihatnya, maka berfitrilah, bila kalian menemui kesulitan melihatnya (karena tertutup awan), maka berpuasalah 30 hari”. Arfan Muhammad
2
ا
ٌ ا ًا ا ا ا ا حا ا ٌ حا اا ح ا ٌح ا ا ذ ح ًا ح ا ٌ اا اا اا اصل اصـ ـ اال ؤٌـت ا فـط اال ؤٌـت افإ ا ـ ىا لـٌـ اال ه افـ ـح اا ) ٌ ا(ص ٌحا ل ...Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka hitunglah (genapkanlah) bulan itu menjadi tiga puluh.”. Dari hadist diatas, jelas sekali bahwa Rasulullah Saw menetapkan rukyatul hilal sebagai causa prima dari permulaan ibadah puasa dan Idul Fitri, dan bukan dengan sudah wujud tidaknya dari hasil menghitungnya. Terbukti, dari penggalan redaksi Hadits di atas Rasulullah Saw menyuruh menyempurnakan (meng istikmalkan) bulan Sya’ban sebanyak 30 hari apabila tidak berhasil melihat hilal. b. Kenyataan yang terjadi dalam praktek pada masa Rasulullah Saw, bahwa beliau memerintahkan puasa langsung setelah datang kepada beliau persaksian seorang shahabat yang mengaku telah melihat hilal. Sebagaimana dalam hadits:
ُم اا ْعل ِزه َث اَثا َث اَثاا ْعل َث َث ُم افِزًا َث حِزٌ ِز ِزا َثٌ ْع ِزًا َّد ا ُم َث َّد حًاا َث ُم اُما َّد ِزا َث اَثا َث َث ْع ا َث اَثا َثٌ ا ِز َث اُما َث ِّبذ ْع ا
ٌاصلَّدىا َّد ُما َث لَث ْعٌ ِزا َث َث لَّد َث ا َثف َث اَثاإِز ِّب ًا َث َث ْع َثج َثءا َث ْع َث ا ِز ًٌّاإِزلَثىاال َّد ِز ِّبً َث َث َث َث َث ا َثف َث اَثا َث َثت ْع َثهحُما َث ْع َثاالاإِزلَث َث اإِز َّدالا َّد ُما َث اَثا َث َث ْع ا َث اَثا َث َثت ْع َثهحُما َث )ص ُم اا َث حًا( اها حا ح سا َثف ْعل َثٌ ُم فِزًاال َّد ِز
“Datang seorang Badui ke Rasulullah Saw. seraya berkata: Sesungguhnya aku telah melihat hilal. (Hasan, perawi hadits menjelaskan bahwa hilal yang dimaksud sang badui yaitu hilal Ramadhan). Rasulullah Saw. bersabda: Apakah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah? Dia berkata: Benar. Beliau meneruskan pertanyaannya seraya berkata: Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah? Dia berkata: Ya benar. Kemudian Rasulullah memerintahkan orangorang untuk berpuasa besok.” d. Pakar hukum Islam dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin menjelaskan
...الَثا َثٌ ْع ُم ُم ا َث َث َث ُم ا َث َث ْعٌ ِز هِزا ِز َث اال ُّ ُمه ْع ِز اإِزالَّدا ِز ُم ْعؤ َثٌ ِزاا ْعل ِزه َث ِزاا َث ْع اإِز ْع َث ِزااا ْعل ِزحَّد ِزا َث َث ِز ْعٌ َث ا ِز َثا َثف ِز ٍدا Bulan Ramadhan sama seperti bulan lainnya tidak tetap kecuali dengan melihat hilal, atau menyempurnakan bilangan menjadi tiga puluh hari... Dalam Kitab Fathul Qodir Fiqh Madzhab Hanafi Jilid IV hal 291 dinyatakan
اال ذ ب
بافًاظ
ا ؤٌ ا ااال
افًا ص ل ا ـ ئ ال ـ سافٌل ا ااال
إذا...
... Apabila telah ditetapkan (oleh Ulil amri) bahwa hilal telah terlihat disebuah kota, maka wajib hukumnya penduduk yang tinggal disebelah bumi timur untuk mengikuti ketetapan tersebut yang didasarkan atas hasil rukyat kaum Muslimin dibelahan bumi barat. Pemerintah Indonesia (dalam hal ini Menteri Agama) selaku ulil amri telah menggabungkan kedua cara tersebut dan membentuk Badan Hisab Rukyat (BHR) Pusat yang anggota-anggotanya terdiri dari unsur-unsur berbagai organesasi Islam Arfan Muhammad
3
yang ada di Indonesia, MUI, Badan metrologi dan giofisika, Dinas hidro oceanografi, Planetarium, Para Pakar dari ITB dan IAIN/UIN, Pengadilan Agama, Kementerian Agama Pusat serta perorangan yang ahli di bidang hisab rukyat.
Pengertian Umum yang berkaitan dengan hisab rukyat Yang dimaksud dengan : 1.
Hisab dan Rukyat adalah perpaduan perhitungan dan obsevasi hilal yang merupakan salah satu cara atau metode untuk penentuan awal bulan.
2.
Pemohon/Pelapor Sidang Itsbat Rukyat Hilal adalah pejabat/petugas yang ditunjuk oleh Kantor Kementerian Agama.
3.
Syahid/Perukyat adalah orang yang melapor melihat hilal dan diambil sumpah oleh hakim.
4.
Saksi adalah orang yang mengetahui dan menyaksikan proses pelaksanaan sidang itsbat dan pengangkatan sumpah syahid/perukyat.
5.
Hakim dimaksud adalah hakim tunggal Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyyah yang menyelenggarakan sidang itsbat kesaksian rukyat hilal.
6.
Itsbat
hakim
adalah
penetapan
hakim
Pengadilan
Agama/Mahkamah
Sya.r'iyah terhadap laporan perukyat kesaksian rukyat hilal awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. 7.
Penetapan (itsbat) rukyat hilal adalah alat bukti dan bahan pertimbangan dalam sidang itsbat Menteri Agama dalam menetapkan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal dan awal bulan Dzulhijjah.
8.
Penetapan (itsbat) awal bulan Ramadhan dan Syawal secara nasional ditetapkan oleh Pemerintah cq. Menteri Agama, dan penetapan tersebut berlaku secara umum.
9.
Penetapan kewenangan
(itsbat)
awal
Menteri
bulan
Agama
Ramadhan dan
bukan
dan
Syawal
merupakan
kewenangan
Pengadilan
Agama/Mahkamah Syar'iyyah. 10. Bahwa oleh karena. penetapan kesaksian rukyat hilal tersebut diperlukan
Menteri Agama dalam rangka menetapkan tanggal 1 (satu) Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah secara nasional, maka perlu diselenggarakan sidang itsbat kesaksian rukyat hilal dengan cepat dan sederhana. Arfan Muhammad
4
11. Bahwa permohonan itsbat kesaksian rukyat hilal merupakan perkara yang
bersifat permohonan (voluntair) dan di dalamnya tidak ada lawan dan sengketa, maka penetapannya merupakan penetapan akhir dan final, yakni tidak ada upaya hukum baik banding mapun kasasi. B. DASAR HUKUM 1. Berdasarkan pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama: Ayat (1) : Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasehat tentang hukum Islam kepada instansi Pemerintah di daerah hukumnya apabila diminta; Ayat (2) : Selain tugas dan kewenangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 49 dan Pasal 51. Pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan Undang-undang. 2. Berdasarkan Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Pengadilan Agama berwenang memberikan itsbat kesaksian rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah. 3. Penjelasan Pasal 52 A Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1949 Tentang Peradilan Agama, selama ini pengadilan agama diminta oleh Menteri Agama untuk memberikan penetapan (itsbat) terhadap kesaksian orang yang telah melihat atau menyaksikan hilal bulan pada setiap memasuki awal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal tahun Hijriyah dalam rangka Menteri Agama mengeluarkan
penetapan
secara nasional untuk penetapan 1
(satu)
Ramadhan dan 1 (satu) Syawal. Pengadilan agama dapat memberikan keterangan atau nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu shalat. 4. Berdasarkan Penetapan Nomor : KMA1095/X/2006 : Menetapkan, pertama :
Memberi ijin sidang itsbat kesaksian rukyat hilal dengan hakim tunggal kepada Mahkamah Syar'iyyah se wilayah hukum Provinsi NAD dan Pengadilan Agama seluruh Indonesia.
Arfan Muhammad
5
C. TATA CARA PEMERIKSAAN PENETAPAN PENYAKSIAN RUKYAT HILAL
Kelengkapan dalam pemeriksaan : Apabila anda yang berhasil merukyat (melihat) hilal, maka laporkan kepada Petugas walaupun secara lisan dan berikan kesaksian selengkap mungkin tentang penangkapan hilal yang berhasil anda lihat, antara lain posisi hilal saat terlihat, warna hilal, orientasi sabit hilal (dengan cara memperlihatkan gambar), kemiringan dan dasar berfikir yang meyakinkan anda bahwa yang dilihat adalah hilal bukan pantulan cahaya matahari oleh awan ataupun obyek lainnya. Kesaksian rukyat hilal dapat diterima setelah dilakukan pemeriksaan. Oleh karenanya keyakinan dan pengetahuan dasar tentang penampakan modal penting bagi perukyat hilal. Jika tidak mempunyai pengetahuan tentang penampakan hilal sebaiknya jangan terlalu yakin dengan apa yang kita lihat. Sebab keyakinan merupakan satu hal dan salah lihat merupakan hal lain yang bisa terjadi. Kelengkapan administrasi permohonan itsbat kesaksian rukyatul hilal : Untuk kelancaran dan ketertiban dalam pemeriksaan, penyumpahan dan penetapan itsbat rukyatul hilal ini, maka diperlukan adanya pengaturan administrasi peradilan yang dipersiapkan untuk itu. Administrasi yang diperlukan ini meliputi : 1. Regester permohonan itsbat kesaksian rukyat hilal; 2. Permohonan itsbat kesaksian rukyatul hilal; 3. Berita acara persidangan pemeriksaan itsbat kesaksian rukyatul hilal; 4. Penetapan itsbat kesaksian rukyatul hilal; 5. Biaya perkara. Penyelesaian administrasi permohonan itsbat kesaksian rukyatul hilal ini menjadi tanggung jawab Kepaniteraan dan dimasukkan ke dalam tugas Kepaniteraan permohonan yang diproses seperti perkara permohonan. Disamping itu, tentunya diperlukan pula adanya tenaga tehnik yang mampu untuk itu baik dari unsur hakim, kepaniteraan maupun staf serta sarana dan prasarana yang memadai agar dapat memberikan pelayanan yang optimal.
D. TATA CARA PELAKSANAN DAN PENCATATAN SIDANG ITSBAT RUKYAT
HILAL 1. Sidang itsbat rukyat hilaI dilaksanakan di tempat pelaksanaan rukyat hilal
(sidang di tempat), dilakukan dengan cepat, sederhana dan menyesuaikan dengan kondisi setempat. Arfan Muhammad
6
2. Pemohon dan Pelapor (Kantor Kementerian Agama) mengajukan permohonan
itsbat kesaksian rukyat hilal kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyyah yang mewilayahi tempat pelaksanaan rukyat hilal. 3. Semua biaya yang timbul akibat permohonan tersebut dibebankan kepada
biaya dinas Kantor Kementerian Agama. 4. Panitera atau petugas yang ditunjuk oleh Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar'iyah mencatat permohonan tersebut dalam Register Permohonan Sidang Itsbat Rukyatul Hilal. 5. Ketua Pengadilan Agama /Mahkamah Syar’iyah menunjuk hakim tunggal untuk
menyidangkan permohonan tersebut. 6. Panitera Pengadilan Agama/Mahkamah Sya’iyah menugaskan panitera sidang
untuk mendampingi hakim dan mencatat persidangan dalam berita acara. 7. Penunjukan hakim tunggal dan penugasan panitera sidang dilakukan setelah
Kementerian Agama mengajukan permohonan, atau sebelum pelaksanaan sidang itsbat kesaksian rukyat hilal. 8. Hakim dan panitera sidang yang bertugas harus menyaksikan kegiatan
pelaksanaan rukyat hilal. 9. Waktu rukyat hilal harus sesuai dengan data yang diterbitkan oleh Badan Hisab
Rukyat Kementerian Agama. 10. Setelah hakim memeriksa syahid/perukyat dan apabila berpendapat syahid/
perukyat dan kesaksiannya memenuhi syarat formil dan materiil, maka hakim tersebut memerintahkan syahid /perukyat mengucapkan sumpah dan lafaz sebagai berikut: "Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah, demi Allah Saya bersumpah bahwa Saya telah melihat hilal awal bulan ........ tahun ini” 11. Pengangkatan sumpah para syahid/perukyat didampingi 2 (dua) orang saksi. 12. Setelah
hakim
menyumpah
syahid/perukyatan
kesaksian
rukyat
hilal,
selanjutnya hakim menetapkan/mengitsbatkan kesaksian rukyat tersebut, dan dicatat dalam berita acara persidangan oleh panitera sidang. 13. Penetapan/itsbat
kesaksian
rukyat
hilal
tersebut
diserahkan
kepada
penanggung jawab rukyat hilal (Kantor Kementerian Agama Setempat). Selanjutnya petugas Kementerian Agama melaporkan penetapan tersebut kepada panitia sidang Itsbat Nasional Kementerian Agama RI di Jakarta. 14. Demi kelancaran pelaksanaan persidangan itsbat kesaksian rukyat hilal,
pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah agar berkoordinasi dengan kantor Kementerian Agama Setempat dan panitera atau petugas yang ditunjuk mempersiapkan semua yang diperlukan dalam penyelenggaraan persidangan, seperti formulir permohonan, berita acara, penetapan, al qu’ran, toga hakim Arfan Muhammad
7
dan keperluan lainnya yang terkait dengan kegiatan tersebut. E. DATA HISAB DAN RUKYAT
Data perhitungan hisab dan rukyat yang digunakan adalah bersumber dari data astronomi, antara lain Almanak Nautika, Ephemeris Hisab Rukyat, dan Ephemeris Al Falakiyah, atau data yang dihimpun dari Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama.
F. SYAHADAH KESAKSIAN RUKYAT HILAL
Saksi dalam kesaksian rukyat dibedakan 2 ( dua ) macam : 1. Saksi dimaksud adalah seseorang atau beberapa orang yang megetahui
langsung, melapor melihat hilal dan diambil sumpahnya oleh hakim. Saksi yang melihat hilal dan melapornya disebut syahid/perukyat. 2. Sedang 2 (dua) orang dimaksud adalah orang yang menjadi saksi dan
menyaksikan seseorang atau beberapa orang yang melapor dan mengetahui proses pengangkatan sumpah oleh hakim. Jadi yang dimaksud Syahadah kesaksian rukyat hilal adalah saksi nomor 1 tersebut. Ada beberapa persyaratan Syahid/ perukyatan hilal, yaitu : 1. Syarat Formil : a. Aqil baligh atau sudah dewasa. b. Beragama Islam. c. Laki-laki atau perempuan. d. Sehat Akalnya. e. Mampu melakukan rukyat. f. Jujur,Adil dan dapat dipercaya. g. Jumlah perukyat lebih dari satu orang. h. Mengucapkan sumpah kesaksian rukyat hilal. i.
Sumpah
kesaksian
rukyat
hilal
di
depan
sidang
Pengadilan
Agama/Mahkamah Syar’iyah dan dihadiri 2 (dua) orang saksi. 2. Syarat materiil : a) Perukyat menerangkan sendiri dan melihat sendiri dengan mata kepala
maupun menggunakan alat, bahwa ia melihat hilal. b) Perukyat mengetahui benar-benar bagaimana proses melihat hilal, yakni
Arfan Muhammad
8
kapan waktunya, dimana tempatnya, berapa lama melihatnya, dimana letak, arah posisi dan keadaan hilal yang dilihat, serta bagaimana kecerahan cuaca langit/horizon saat hilal dapat dilihat. c) Keterangan
hasil
rukyat
yang
dilaporkan
oleh
perukyat
tidak
bertentangan dengan akal sehat, perhitungan ilmu hisab, kaidah ilmu pengetahuan dan kaidah syar’i. G. PERMOHONAN SIDANG ITSBAT
Permohonan sidang itsbat awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjjah merupakan penanganan perkara tambahan di lingkungan Peradilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah yang diamanatkan oleh Undang-undang. Baik kewenangan perkara pokok atau perkara tambahan, maka perkara yang diajukan di Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah tetap harus mengikuti prosedur hukum acara yang berlaku, yakni mengajukan surat permohonan, membayar biaya, dicatat dalam register, penetapan sidang, diperiksa perkara tersebut, lalu dibuatkan putusan/penetapan. Di bawah ini disebutkan contoh “surat permohonan itsbat kesaksian rukyat hilal” yang diajukan oleh petugas Kementerian Agama (Lampiran I)
H. BERITA ACARA PERSIDANGAN
Berita acara sidang itsbat awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal dan awal bulan Dzulhijjjah dibuat oleh Panitera sidang yang telah ditunjuk, dengan mengacu pada ketentuan Pembuatan Berita Acara Sidang pada perkara permohonan yang lain, baik format, isi dan tata caranya, yang ditanda tangani oleh Hakim yang bersidang dan Panitera Sidang. Contoh BAS itsbat rukyat hilal (Lampiran II)
I.
PENETAPAN Penetapan Itsbat Kesaksian Rukyat Hilal yang dibuat dan ditanda- tangani
oleh hakim ini bukan merupakan putusan akhir atau final dan mengikat untuk semua orang, akan tetapi penetapan ini sebagai alat bukti dan bahan pertimbangan Menteri Agama dalam “sidang itsbat penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah”. Penetapan hakim tersebut kadang/bisa diterima dan kadang/bisa tidak diterima oleh para peserta sidang itsbat atau Menteri Agama sekaligus memberikan pengumuman atau pemberitahuan kepada masyarakat umum, kapan memulai ibadah puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri (1 Arfan Muhammad
9
Syawal) dan awal bulan Dzulhijjah (hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah). Contoh Penetapan (Lampiran III) J. BIAYA DAN PENETAPAN SIDANG 1. Biaya permohonan pelaksanaan sidang itsbat atau sidang di tempat ini sepenuhnya dibebankan atas biaya dinas dari Kementerian Agama sebagai pihak pemohon. Setelah biaya diterima oleh Pengadilan Agama, sebaiknya penerimaan biaya tersebut dibuatkan kwitansi atau sejenis Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). 2. Setelah pemberitahuan atau permohonan sidang itsbat awal bulan diajukan oleh Kementerian Agama, pengadilan agama membuat Penetapan Majelis Hakim (PMH) atau penetapan hakim tunggal (PHT), Penugasaan panitera sidang atau pegawai pencatat sidang (PPS) dan Penetapan hari sidang (PHS).
K. REGISTER PERMOHONAN SIDANG ITSBAT RUKYAT HILAL Register permohonan sidang itsbat rukyat hilal, telah tersedia di kantor PA. masing-masing Nomor perkara dibuat seperti ini Nomor : 000/Istbst R.H/2015/PA. Cth (Contoh Regester Lamp IV).
L. LAPORAN DATA DAN KEADAAN RUKYAT HILAL Setelah hakim menjatuhkan “Penetapan itsbat kesaksian rukyat hilal”, lalu pemohon/petugas dari Kementerian Agama sebagai penanggung jawab segera melaporkan baik secara lisan/telpon atau tertulis/fax kepada panitia sidang itsbat di Kementerian Agama RI. Jakarta. Bentuk laporan lengkap secara tertulis melalui fax berupa “penetapan dan berita acara” dikirim menyusul sesuai dengan petunjuk.
M. LANGKAH DAN CARA YANG DITEMPUH KEMENTERIAN AGAMA DALAM MENETAPKAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH.
Untuk kepentingan penetapan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal awal dzulhijjah Kementerian Agama melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Jauh sebelumnya, Kementerian Agama menghimpun data hisab dan rukyat, terutama mengenai data ijtima’ dan ketinggian hilal dari berbagai sistim yang ada di Indonesia, serta penetapan dari negara-negara lain dan Konferensi Penyatuan Kalender Hijriyyah Internasional. 2. Himpunan data tersebut dibahas oleh Badan hisab rukyat yang anggotaanggotanya terdiri dari unsur-unsur berbagai organesasi Islam, MUI, Badan Arfan Muhammad
10
metrologi dan giofisika, Dinas hidro oceanografi, Planetarium, Para Pakar dari ITB dan UIN/IAIN, Pengadilan Agama, Kementerian Agama Pusat serta perorangan yang ahli di bidang hisab rukyat. Badan ini bertugas untuk memberi data dan saran kepada Menteri Agama dalam hal penentuan awal-awal bulan Qomariyah, terutama setiap menjelang tibanya awal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal, atau menurut kebutuhan. 3. Jika
diperkirakan
akan
terjadi
perbedaan,
maka
Kementerian
Agama
menyelenggarakan musyawarah-musyawarah khusus yang dihadiri oleh peserta yang lebih luas untuk membahas permasalahannya. Disamping itu dilakukan koordinasi informasi dengan para Ulama’ atau dengan MUI, dan lainnya yang dipandang perlu, terutama dalam menghadapi situasi krisis. 4. Dalam
hal
untuk
menyusun
kalender
Hijriyyah,
Kementerian
Agama
menentukan sepenuhnya berdasarkan hisab posisi hilal diatas ufuq, kalender ini tidak berlaku untuk bulan Ramadhan dan Syawal. 5. Menjelang Ramadhan dan Syawal tiba, Kementerian Agama menginstruksi-kan Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Kanwil Kementerian Agama seluruh Indonesia untuk melakukan rukyatul hilal. Instruksi ini dilengkapi dengan data dan petunjuk teknis, termasuk prosedur laporannya. 6. Kementerian Agama di seluruh Indonesia yang melakukan kegiatan rukyatul hilal melaporkan hasil rukyatnya kepada Badan Hisab dan Rukyat (BHR) pusat via telepon atau faximail atau lainnya (sesuai petunjuk) sesaat setelah melakukan kegiatan di tempat tersebut, sebagai bahan sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama. Sidang ini dihadiri oleh anggota BHR serta sejumlah tamu undangan yang antaranya adalah utusan dari Kedutaan Besar negara sahabat yang (Islam). Sidang ini biasanya diselenggarakan setelah matahari terbenam untuk wilayah Indonesia Barat pada tanggal 29 Sya’ban untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan tanggal 29 Ramadhan untuk menentukan awal bulan Syawal. Keputusan sidang ini merupakan penentu keputusan awal Ramadhan dan Syawal yang secara resmi menjadi Keputusan Menteri Agama, yang seyogyanya diikuti dan ditaati oleh Ummat Islam yang berada di wilayah Republik Indonesia. 7. Kapan jatuhnya tanggal 1 bulan Ramadhan dan tanggal 1 bulan Syawal sepenuhnya tergantung dari keputusan sidang itsbat tersebut. Dari pengalaman sidang itsbat yang berjalan selama ini terlihat hal-hal sebagai berikut : a. Hisab dan Rukyat secara bersama-sama dijadikan sebagai dasar penetapan, dan dari pengalaman bahwa hasil hisab sama dengan hasil
Arfan Muhammad
11
rukyat, meskipun terkadang masih ada yang tidak sama dan itu jumlahnya sangat kecil sekali. b. Sistem hisab yang dipakai adalah semua sistim hisab yang berkembang di masyarakat, dan apabila terjadi perbedaan, maka sistim hisab hakiki bit tahkik (haqiqi bi at tahqiq) juga disebut dengan sistim kontemporenlah yang dipakai sebagai pedoman. c. Rukyat yang dijadikan dasar adalah yang tidak bertentangan dengan hisab diatas dan telah di itsbatkan oleh qodli (Menteri Agama). d. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan atau satu wilayah hukum (satu mathla’), dengan demikian keputusan Menteri Agama berlaku untuk seluruh Indonesia.
N. KASUS-KASUS DI INDONESIA : Hasil hisab sangat besar pengaruhnya terhadap laporan rukyat : Kasus 1 Jika semua sistim hisab sepakat menyatakan hilal masih dibawah ufuk, maka hilal dilaporkan tidak terlihat
Kasus 2 Jika semua sistim hisab sepakat menyatakan hilal sudah diatas ufuk, maka dilaporkan hilal hampir selalu dapat dilihat
Kasus 3 Jika ahli hisab tidak sepakat, sebagian menyatakan hilal sudah diatas ufuk, dan sebagian yang lain menyatakan hilal masih dibawah ufuk, maka sering kali dilaporkan hilal dapat dilihat, kesaksian tersebut ditolak oleh ahli hisab yang berpendapat bahwa hilal masih dibawah ufuk.
Arfan Muhammad
12
O. PENUTUP Demikian yang dapat Penulis sampaikan dalam kesempatan ini, semoga apa yang telah disampaikan membawa manfaat terutama dalam antisipasi aktif memajukan Pengadilan Agama di bidang hisab dan rukyat. Aamiin x 3 Yaa Mujiibassaailiin. Pontianak, 1 September 2015 M 17 dzul qo’dah 1436 H.
Drs. H. ARFAN MUHAMMAD, S.H., M.Hum
DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006, tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang PA. 2. Fathul Baary, Syarah Shoheh Bukhori, oleh Ahmad bin Ali bin Hajar al Asyqolany, daar Alfikr, tt. 3. Bidayatul Mujathid, oleh Ibnu Rusyd, tt. 4. Al Fiqh al Islamiyyu wa adillatuhu, Juz III, oleh Wahbah Az Zuhaily, Dar al fikri Damaskus Suriyah, tahun 2001 M/1425 H. 5. Selayang pandang Hisab Rukyat, Direktorat Pembinaan Badan peradilan Agama Kementerian Agama tahun 2004. 6. Himpunan Keputusan Musyawarah Hisab Rukyat dari berbagai system, DITBIN BAPERA DEPAG RI. Tahun 1999/2000. 7. Pedoman awal bulan qomariyah, DITBIN BAPERA DEPAG, tahun 1995. 8. Hisab awal bulan oleh Sa’adoeddin Djambek, Jakarta, Tinta Mas, 1976. 9. Tata cara pemeriksaan, penetapan, penyelesaian rukyat hilal, oleh Mukti Arto, Makalah pada konsultasi, koordinasi di Solo, Tahun 2006. 10. Tata cara pemeriksaan, itsbat penyaksian rukyat hilal, oleh Anshoruddin. Makalah pada konsultasi, koordinasi di Solo, Tahun 2006. 11. Penyimpulan Ide Hukum Islam tentang rukyatul hilal, oleh Anshoruddin, Makalah di PTA. Semarang. 12. Data Ephemiris Matahari dan Bulan, Mahkamah Agung Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Tahun 2015.
Arfan Muhammad
13
Lampiran I : Contoh Surat Permohonan
hal : Surat permohonan itsbat kesaksian rukyat hilal
Pontianak, 16 Juli 2015
Kepada Yth, Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah di............ Assalamu’alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya mohon disebut sebagai “ pemohon “ Dengan ini saya melaporkan bahwa ......( ) orang syahid / perukyat telah melihat hilal awal bulan ...... tahun ...... pada rukyat hilal di ....... Adapun identitas para syahid (saksi/perukyat) sebagai berikut : 1. Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Alamat : 2. Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Alamat : 3. dst. Para syahid (saksi/perukyat) memberikan keterangan keadaan dan posisi hilal yang dilihat sebagai berikut : 1.Waktu matahari terbenam pukul ....... 2.Waktu melihat hilal pukul ....... 3.Perkiraan Tinggi hilal saat dilihat ....... Derajat Arfan Muhammad
14
4.Lama hilal saat dilihat ....... Menit 5.Cara melihat hilal dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu ....... 6.Arah matahari terbenam di sebelah....... 7.Arah bulan / hilal pada saat dilihat di sebelah ....... 8.Bentuk dan keadaan posisi hilal saat dilihat ....... 9.Kondisi kecerahan langit/horizon dari ufuk saat dilihat ....... 10.Keadaan cuaca saat hilal terlihat ....... Berdasarkan hasil laporan rukyat hilal tersebut, saya mohon pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah menjatuhkan penetapan (itsbat) kesaksian rukyat hilal sebagai berikut : 1.Mengabulkan permohonan pemohon 2.Menetapkan (mengitsbatkan) bahwa pemohon telah menerima laporan perukyat kesaksian rukyat hilal sebanyak ......( ) orang pada awal bulan ..... tahun....... 3.Membebankan biaya penetapan ini dari anggaran dinas Kantor Kementerian Agama sebesar Rp.
( ............... ) Wassalam Pemohon Pejabat/Petugas Kantor Kementerian Agama)
--------------------------------Nama (nama jelas)
Arfan Muhammad
15
Lampiran II : Contoh “Berita Acara Sidang (BAS)” : BERITA ACARA SIDANG ITSBAT KESAKSIAN RUKYAT HILAL Nomor : 000 /Itsbat.RH/2015/PA/Ms.Cth Persidangan hakim tunggal Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah Contoh yang memeriksa laporan hasil rukyat hilal awal Ramadhan tahun 2015 yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal enam belas bulan Juli tahun dua ribu lima belas Masehi bertepatan dengan tanggal dua puluh sembilan bulan Ramadhan tahun Seribu empat ratus tiga puluh enam Hijriyyah Susunan persidangan : 1. DR. Romdhoni Alfalaki, S.H. M.Hum., sebagai Hakim Tunggal dan dibantu oleh 2. Idul Fitri, S.HI., M.HI. sebagai Panitera Sidang
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh hakim, Pemohon dan para syahid (saksi/perukyat) yang berhasil melihat hilal dan 2 (dua) orang saksi dipanggil masuk ke ruang persidangan. Majelis hakim kemudian menerangkan maksud diadakannya pemeriksaan laporan
rukyat
hilal
sehubungan
adanya
laporan
tentang
keberhasilan
melaksanaan rukyat hilal awal bulan Ramadhan tahun Seribu empat ratus tiga puluh enam untuk diambil sumpah kesaksian rukyat hilal, majelis hakim lalu memeriksa laporan keberhasilan rukyat hilal kepada para syahid (perukyat) dengan memeriksa dan menanyakan identitas para syahid (perukyat) dan 2 (dua) orang saksi dengan pertanyaan sebagai berikut : Kepada Para Syahid (Perukyat) : 1. Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Alamat : 2. Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Alamat : 3.dst. Pertanyaan Kepada Para Syahid (Perukyat) : Arfan Muhammad
16
Selanjutnya Majelis hakim memberikan pertanyaan sebagai berikut : 1. Jam berapa waktu matahari terbenam ?..... 2. Jam berapa waktu melihat hilal ?...... 3. Berapa perkiraan tinggi hilal dari ufuk saat dilihat ?...... derajat 4. Berapa lama hilal saat dilihat ?.....menit 5. Apakah melihatnya dengan mata telanjang atau menggunakan alat Bantu ?...... 6. Di selah mana arah matahari terbenam ?...... 7. Di sebelah mana arah bulan/hilal pada saat dilihat ? 8. Bagaimana bentuk dan keadaan posisi hilal saat di lihat ? 9. Bagaimana kondisi kecerahan langit/horizon dari ufuk saat dilihat ? ..... 10.Bagaimana keadaan cuaca saat hilal terlihat ?....... Setelah Hakim melakukan pemeriksaan laporan rukyat hilal dan identitas terhadap para syahid (perukyat), kemudian hakim memerintahkan kepada para syahid (perukyat) untuk mengucapkan sumpah rukyat hilal sebagai berikut : “ Asy hadu an laa ilaaha illa Allah wa asy hadu anna Muhammadar Rasulullah, demi Allah, saya bersumpah bahwa saya telah benar-benar melihat hilal awal bulan Ramadhan tahun Seribu empat ratus tiga puluh enam Hijriyyah”. Pengangkatan sumpah oleh para syahid (perukyat) tersebut disaksikan 2 (dua) orang saksi yang masing-masing bernama : 1. Shodiqin bin Sholihin dan 2. Muhsinin bin Muttaqin. Setelah para syahid (perukyat) mengucapkan sumpah kesaksian rukyat hilal, yang disaksikan 2 (dua) orang saksi dan pemohon, kemudian hakim tunggal menyatakan sidang ditutup. Demikian berita acara persidangan ini dibuat dengan ditanda tangani oleh hakim tunggal selaku ketua majelis dan panitera sidang. Panitera Sidang
Idul Fitri, S.HI., M.HI.
Hakim Tunggal
DR. Romdhoni Alfalaki, S.H. M.Hum
Arfan Muhammad
17
Lampiran III : Contoh Penetapan Itsbat Kesaksian Rukyat Hilal PENETAPAN Nomor : 0000/Itsbat.RH/2015/PA/Msy Cth.
بسم هللا الرحـمن الرحـيم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Setelah membaca permohonan pemohon tertanggal .....yang terdaftar dalam register nomor : 0000/itsbat.RH/200/PA/Msy Cth. dan telah mendengar keterangannya di depan sidang tanggal enam belas bulan Juli tahun Dua ribu lima belas Masehi bertepataan dengan tanggal dua pulu sembilan bulan Ramadhan tahun Seribu empat ratus tiga puluh enam Hijriyyah, bahwa pemohon telah melaporkan para syahid (perukyat) yang melihat hilal akhir bulan Ramadhan tahun Seribu empat ratus tiga puluh enam Hijriyyah dalam rukyat yang dilakukan di Pantai Ria Kenjeran Pontianak pada jam 16.30 sampai dengan jam 18.15 WIB. dengan hasil sebagai berikut : 1. Waktu matahari terbenam pukul 17:52 WIB 2. waktu melihat hilal pukul 17:53 3. Perkiraan tinggi hilal dari ufuk saat di lihat......derajat 4. Lama hilal saat di lihat.........menit 5. Cara melihat hilal dengan mata telanjang atau menggunakan alat Bantu ....... 6. Arah matahari terbenam di ...... 7. Arah bulan/hilal pada saat dilihat di ...... 8. Bentuk dan keadaan posisi hilal saat dilihat ...... 9. Kondisi kecerahan langit/horizon dari ufuk saat dilihat ...... 10.Keadaan cuaca saat hilal terlihat....... Menimbang, bahwa para syahid (perukyat) setelah mengangkat sumpah dihadapan sidang di tempat yang dihadiri oleh pemohon, 2 (dua) orang saksi masing-masing bernama : 1..............2.............. Dan para perukyat lainnya. Menimbang, bahwa pemohon telah meneguhkan laporan para syahid (perukyat)
sebanyak
....(
)
orang,
masing-masing
bernama
:
1...............2................3..dst.
Menimbang, bahwa oleh sebab laporan pemohon tentang kesaksian rukyat hilal tersebut bersesuaian dengan perhitungan hisab, tidak bertentangan dengan akal sehat, kaidah ilmu pengetahuan dan kaidah syar’i, maka permohonan pemohon harus dikabulkan. Arfan Muhammad
18
Menimbang, bahwa selanjutnya setelah terjadi hal-hal dan peristiwa sebagaimana yang tercantum dalam berita acara persidangan ini yang untuk seperlunya dianggap termuat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam penetapan ini. Dengan mengingat segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan hukum islam yang bertalian dengan masalah ini.
MENETAPKAN 1. Mengabulkan permohonan pemohon 2. Menetapkan (mengitsbatkan) bahwa pemohon telah menerima laporan perukyat kesaksian ruyat hilal sebanyak .... ( ) orang pada akhir bulan Ramadhan tahun Seribu empat ratus tiga puluh enam Hijriyyah. 3. Membebankan biaya penetapan ini dari anggaran dinas Kantor Kementerian Agama Rp. ................... (.......................... rupiah)
Demikian ditetapkan pada hari Kamis tanggal enam belas bulan Juli tahun dua ribu lima belas Masehi bertetapan dengan tanggal dua puluh sembilan bulan Ramadhan tahun seribu empat ratus tiga puluh enam Hijriyyah oleh kami DR. Romdhoni Alfalaki, S.H. M.Hum. sebagai hakim tunggal dan dibantu oleh Idul Fitri, S.HI., M.HI. sebagai panitera sidang dengan dihadiri pula oleh pemohon, para syahid (perukyat) dan para saksi. Panitera sidang
Idul Fitri, S.HI., M.HI.
Hakim tunggal
DR. Romdhoni Alfalaki, S.H. M.Hum
Arfan Muhammad
Lampiran IV : REGISTER PERMOHONAN SIDANG ITSBAT RUKYAT HILAL
REGISTER PERMOHONAN PENETAPAN ITSBAT KESAKSISAN RUKYAT HILAL (IKRH)
NO
1
NAMA
TANGGAL
NAMA
PERMOHONAN
PENDAFTARAN
PEMOHON
2
3
4
KETERANGAN SINGKAT ISI PERMOHONAN 5
a. Tanggal PH/PMH. b. Nama Hakim c. Nama PP 6
a. Tgl.
a. Tgl
Pelaksanaan b. Tempat
Penetapan b. Isi Penetapan
Keterangan
Pelaksanaan 7
8
9
Arfan Muhammad