PEGARUH ITESITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHA JEIS Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam TEKIK TPTI ITESIF (STUDI KASUS di AREAL IUPHHK-HA PT. SARPATIM, KALIMATA TEGAH)
IDAH RIADI PUTRI
DEPARTEME SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTAA ISTITUT PERTAIA BOGOR 2009
PEGARUH ITESITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHA JEIS Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam TEKIK TPTI ITESIF (STUDI KASUS di AREAL IUPHHK-HA PT. SARPATIM, KALIMATA TEGAH)
IDAH RIADI PUTRI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEME SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTAA ISTITUT PERTAIA BOGOR 2009
RIGKASA Indah Riadi Putri. E 14204082. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah). Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc. F.Trop Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) merupakan cara-cara-cara permudaan, pememeliharaan dan pemanenan tegakan atau hutan untuk menghasilkan produk tertentu dan dirancang untuk mewujudkan pengelolaan hutan alam produksi lestari. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula perlu dilakukan untuk mengetahui intensitas cahaya dimana pertumbuhan meranti maksimal. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai kajian tindakan dalam manipulasi lingkungan terhadap intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan kedua jenis tanaman dan mencapai tingkat produktivitas yang tinggi. Penelitian dilakukan pada jalur penanaman operasional dalam blok PUP RKT 2005 dan 2006, jumlah plot sebanyak 4 buah , masing-masing plot terdapat 3 jalur tanam sebanyak 120 tanaman jalur dengan ukuran /plot sebesar 100m x 100m. Data primer yang dikumpulkan antara lain, tinggi total tanaman, diameter tanaman, suhu udara kering dan basah, kelembaban, intensitas cahaya pada jalur tanam, kondisi kesehatan pohon. Data sekunder yang dikumpulkan yakni peta lokasi, keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak lokasi, iklim, curah hujan, jenis tanah, topografi, data diameter dan tinggi pohon tahun sebelumnya. Pertumbuhan diameter Shorea parvifolia plot agak curam jalur 2 memiliki riap terbesar (1.59 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% yang dipengaruhi intensitas cahaya matahari sebesar 6.85 %. Sedangkan pertumbuhan diameter Shorea leprosula plot datar jalur 2 memiliki riap terbesar (2.91 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% persen yang dipengaruhi intensitas cahaya matahari sebesar 16.6 %. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter Shorea leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan Shorea parvifolia. Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.59 cm/tahun, 140.88 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.50 cm/tahun, 247.05 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.91 cm/tahun, 217.58 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.95 cm/tahun, 289.35 cm/tahun. Selama pengamatan pertumbuhan jenis S. parvifolia dan S. leprosula, didapatkan riap diameter yang berpengaruh dari penerimaan IC matahari berturut-turut adalah 1.59 cm/tahun dengan penerimaan IC 397.07 foot candle; 2.91 cm/tahun dengan penerimaan IC 278.2 footcandle.
Kata kunci : produktivitas, TPTI-Intensif, Intensitas Cahaya, kelerengan, S. leprosula, S.parvifolia,
ABSTRACT INDAH RIADI PUTRI. Effect of Light sun Intensity on the Growth of Shorea parvifolia and Shorea leprosula Species in the of Intensive TPTI Silvicultural System (Case Study in the Area of IUPHHK – HA of PT Sarpatim, Central Kalimantan). Under academic supervision of Dr. Ir. PRIJANTO PAMOENGKAS. MSc. F. Trop
Silvicultural system of Intensive Indonesian Selective Cutting and Planting (TPTI) comprises the techniques of regeneration, tending and harvesting of a stand or forest for producing certain products, and is designed to create sustainable management of natural production forest. In relation with that, there is a need for research on the effect of light intensity on the growth of Shorea parvifolia and Shorea leprosula species (meranti), to obtain information on light intensity where the growth of meranti is maximum. Such information could be used as the basis of consideration in the action of environmental manipulation on intensity of lights which enter the forest floor, to increase the growth of the two species of tree for achieving high productivity. The research was conducted in operational planting strip in block of PUP (Permanent Measurement Plot) of RKT (Annual Working Plan) 2005 and 2006, with 4 plots, and in each plot there were 3 planting strips comprising 120 strip plants. Plot size was 100 m X 100 m. The collected primary data were among other things total height of plants, plant diameter, wet bulb and dry bulb air temperature, humidity, light intensity in the planting strip and health condition of the trees. The collected secondary data were among other things site map, general condition of the research site (which comprised site geographic position, climate, rainfall, soil type, topography), and data of the tree diameter and height of the previous years. Diameter growth of Shorea parvifolia in plot which was rather steep of strip 2 possesed the greatest increment (1.59 cm / year) which differed significantly at 5 % level, and was affected by sunlight intensity as much as 6.85 %. On the other hand, diameter growth in level plot of strip 2 possessed the largest increment of 2.91 cm / year which differed significantly at 5 % level and was affected by sunlight intensity of 16.6 %. It could be shown that the diameter growth of Shorea leprosula was greater than that of Shorea parvifolia. The largest increment of diameter and height of S. parvifolia were respectively 1.59 cm / year and 140.88 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. parvifolia were respectively 1.50 cm /year and 247.05 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. leprosula were respectively 2.91 cm /year and 217.58 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. leprosula were respectively 2.95 cm /year and 289.35 cm / year. During observation of S. parvifolia and S. leprosula growth, there were diameter increments as affected by IC sunlight exposure as large as 1.59 cm / year with IC exposure of 397.07 foot candle; and 2.91 cm / year with IC exposure 278.2 foot candle. Key words: productivity, system of intensive Indonesian Selective cutting and planting, light intensity, slope, S. leprosula, S. parvifolia,
PERYATAA Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.
Bogor, April 2009
Indah Riadi Putri NRP E14204082
LEMBAR PEGESAHA Judul
: Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah)
Nama Mahasiswa : Indah Riadi Putri Nomor Pokok
: E14204082
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc. F.Trop IP : 131 849 394
Mengetahui Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto. M, Agr IP : 131 578 788
Tanggal Pengesahan :
KATA PEGATAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian yang dilaksanakan berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah)” ini, penulis mengkaji pertumbuhan diameter dan tinggi S. parvifolia dan S. leprosula pada berbagai macam penerimaan intensitas cahaya matahari dalam jalu tanam. Penelitian berlangsung di areal hutan produksi PT. SARPATIM Kalimantan Tengah pada bulan Maret hingga April 2008. Saya telah dibimbing dalam penulisan karya tulis ini oleh Bpk. Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas. MSc. F. Trop. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena banyaknya beberapa keterbatasan dari segi biaya, waktu dan tenaga. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini maupun untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, April 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1986 sebagai anak kedua dengan kakak bernama Ivan Olivan Jandra, adik bernama Ryan Eryandez dan Vindi Eryandwi Putri dari empat bersaudara pasangan Januar Rasjid dan Dra Ermi Medias. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Islam AL-AZHAR 4 Kemang Pratama dan pada tahun yang sama lulus dalam tes SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada jurusan Budidaya Hutan (Silvikultur), Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi yaitu Forest Management Student Club (FMSC) sebagai staf dalam negeri tahun 2004-2005 dan IFSA tahun 2005-2006. Penulis melakukan praktek lapang di wilayah Baturraden, Cilacap dan praktek Getas Jawa Timur pada tahun 2007. Selain melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di areal PT. SARPATIM Kalimantan Tengah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Teknik TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah) yang dibimbing oleh Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas MSc.F.Trop
UCAPA TERIMAKASIH Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan kasih sayangnya sehingga laporan tugas akhir ini dapat tersusun dengan lancar dan baik. Judul tugas akhir ini adalah Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Jenis S. parvifolia dan S. leprosula dalam Sistem TPTI Intensif di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan mulai dari pelaksanaan tugas akhir hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini. 2. Ayahanda (Januar Rasjid), Ibunda (Dra Ermi Medias), Kakak (Ivan Olivan Jandra), kedua adik (Ryan Eryandez dan Vindi Eryandwi Putri) dan
Adhi
Surya Perdana, A.Md yang telah banyak memberikan dorongan semangat, motivasi baik secara moral/ materi hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini maupun lainnya dengan baik. 3. Bapak Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For. Sc, selaku orang tua Silvikultur yang telah banyak memberikan nasihatnya serta dukungan moral hingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik serta menyusun laporan tugas akhir ini. 4. Bapak Yana dan Ibu Neneng, selaku pemberi surat dari Kantor pusat PT. SARPATIM Jakarta yang telah memberikan rekomendasi ijin tugas akhir di areal PT. SARPATIM Kalimantan Tengah. 5. Bapak Manager PT. SARPATIM sebagai pemberi ijin pelaksanaan tugas akhir 6. Bapak Eva sebagai koordinator bidang SILIN PT. SARPATIM, selaku pemberi surat rekomendasi ijin pelaksanaan tugas akhir di areal PT. SARPATIM. 7. Bapak Poltak sebagai koordinator bidang LITBANG, selaku petunjuk wilayah di areal PT. SARPATIM dan pemberi masukan dalam pelaksanaan di lapangan . 8. Bapak Susul, Bpk Johar, Bpk. Willy, Bpk. Fajar, Bpk. Supit, Bpk. Mahfudz, Bpk. Hany De Fretes, Mas Iqbal, selaku Koordinator di PT. SARPATIM dan Bpk. Bambang (Wana Aksara) yang telah banyak membina dan menuntun dalam pendataan laporan tugas akhir ini.
9. Bpk. Karno, Mas Herman, Mas Ketes, Mas Adi , Mas Dani, Mas Ma’Ruf, Mas Oka, Bpk. Suyitno, Bpk. Marsito, Bpk. Purwanto, Mba Isti, Mba Poppy, Mba Ana, Mba Dian, selaku staf di PT. SARPATIM yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi ataupun membantu dalam pengambilan data di lapangan untuk laporan tugas akhir ini. 10. Seluruh staf di PT. SARPATIM yang telah banyak memberikan semangat, dukungan dalam terselesaikannya pelaksanaan pendataan
primer maupun
sekunder untuk laporan tugas akhir ini. 11. Seluruh rekan seperjuangan di PT. SARPATIM (Gita, Arif, Ipul, Adon, Arman, Jarot, Rika, Popon, Bon-Bon) yang telah banyak membantu dalam pengambilan data primer di lapangan untuk laporan tugas akhir ini. 12. Mba Rina yang telah membantu proses pendataan dalam laporan tugas akhir ini. 13. Seluruh keluarga besar Budidaya Hutan 2004-2008 (Silvikultur) yang telah banyak membantu dan memberikan suatu nilai berharga dalam menjalani proses belajar selama di Fakultas Kehutanan IPB, kenangan kalian tidak dapat terlupakan dalam perjalanan karier ke depan. 14. Seluruh sahabat dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak memberikan bantuan masukan, dorongan motivasi/materi dan semangat hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini “Saya selalu mengingat budi baik kalian semua” Semoga Allah Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua amin. Penulis mengharapkan kritik dan saran, guna perbaikan pada penulisan selanjutnya. Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya yang ingin belajar dan terus berusaha pantang menyerah.
Bogor, April 2009 Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 1.3 Manfaat .................................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shorea leprosula........................................................................................ 3 2.2 Shorea parvifolia....................................................................................... 3 2.3 Faktor tempat tumbuh............................................................................... 4 2.4 Pertumbuhan ............................................................................................. 5 2.5 Intensitas Cahaya ...................................................................................... 6 2.6 Fotosintesis ............................................................................................... 8 BAB III. METODOLOGI 10 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu................................................... 3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................... 10 3.3 Metode Penelitian ..................................................................................... 10 3.4 Cara Pengumpulan Data.............................................................................12 3.5 Analisa Data.............................................................................................. 12 BAB IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas Areal dan administratif.......................................................... 14 4.2 Topografi, Geologi dan Jenis Tanah......................................................... 14 4.3 Hidrologi dan Iklim .................................................................................. .15 4.4 Kondisi Vegetasi Hutan ............................................................................ .15 4.5 Tanaman Komersil TPTII......................................................................... .16 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil .......................................................................................................... 5.1.1 Pertumbuhan Shorea parvifolia ............................................................. 5.1.2 Pertumbuhan Shorea leprosula .............................................................. 5.2 Pembahasan ..............................................................................................
18 18 19 23
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... ... 31 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Persentase luas areal IUPHHK/HA PT. Sarmeinto Parakantja Timber berdasarkan kelas lereng .................................................................................... ...11 2. Rata-rata riap Diameter dan riap tinggi S. parvifolia pada umur 2.5 tahun ......... 19 3. Rata-rata riap Diameter dan riap tinggi S. leprosula pada umur 2.5 tahun ........... 21 4. Persentase Penerimaan Intensitas Cahaya Matahari dan Penutupan Tajuk Shorea parvifolia dan Shorea leprosula ............................................................................ 21
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Plot Pengukuran Diameter, Tinggi, Intensitas Cahaya, Suhu Basah, Suhu Kering, Kelerengan ....................................................................................................... 11 2. Grafik hubungan antara rata-rata riap diameter S. parvifolia umur 2.5 tahun dengan intensitas cahaya pada kondisi agak curam...................................................... 19 3. Grafik hubungan antara rata-rata riap diameter S. leprosula umur 2.5 tahun dengan intensitas cahaya pada kondisi datar.. .............................................................. 21
DAFTAR LAMPIRA No.
Halaman
1. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 1 ................ 35 2. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 2 ................ 36 3. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 3 ................ 37 4. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 1 ............................. 38 5. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 2 ............................. 39 6. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 3 ............................. 40 7. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 1 ............................. 41 8. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 2 ............................. 42 9. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 3 ............................. 43 10. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 1 ................ 44 11. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 2 ................ 45 12. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 3 ................ 46 13. Rata-Rata Intensitas Cahaya 5 Hari Plot Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam atau Datar ............................................................. 48 15. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Agak Curam Jalur 1 ............. 50 16. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Agak Curam Jalur 2 ............. 52 17. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Agak Curam Jalur 3 ............. 54 18. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Datar Jalur 1 ......................... 56 19. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Datar Jalur 2 ......................... 58 20. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Datar Jalur 3 ......................... 60 21. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Datar Jalur 1 ........................ 62
22. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Datar Jalur 2 ........................ 64 23. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Datar Jalur 3 ........................ 66 24. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Agak Curam Jalur 1 ............. 68 25. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Agak Curam Jalur 2 ............. 70 26. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Agak Curam Jalur 3 ............. 72 27. Rata-Rata Suhu 5 Hari Plot Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam atau Datar .................................................................................. 74 28. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea parvifolia pada kondisi Agak Curam ............................................................................................. 76 29. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea leprosula pada kondisi Datar54 .......................................................................................................... 84 30. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea parvifolia pada kondisi Datar
92
31. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam ....................................................................................................................... 96
BAB I PEDAHULUA 1.1
Latar Belakang Dalam pengelolaan hutan alam produksi, suatu nilai ekologis dan nilai ekonomis
harus diusahakan demi terciptanya Sustainable yield principle dimana sustainable yield principle didukung oleh produktifitas yang tinggi. Pada produktifitas yang tinggi haruslah dapat memperhatikan faktor genetik dan lingkungan yang baik. Salah satu tolak ukur produktifitas ialah pertumbuhan tanaman. Sistem TPTII adalah silvikultur hutan alam produksi yang mengharuskan adanya tanaman pengayaan pada areal pasca penebangan secara jalur, yaitu 20 meter antar jalur dan 2,5 meter dalam jalur tanam. Salah satu keunggulan dari TPTII ini adalah dilakukan bina pilih pada pohon inti tertentu, pemeliharaan tanaman pengayaan dan manipulasi lingkungan (penutupan tajuk atau pemulihan tanah subur) sehingga mendapatkan produktifitas riap kayu yang tinggi dimana manipulasi lingkungan ini salah satunya adalah pembuatan lebar jalur yang optimal pada pertumbuhan pohon jenis tertentu. Melihat sifat dari jenis meranti merah (Shorea parvifolia dan Shorea leprosula) yaitu jenis yang cepat tumbuh pada tumbuhan lokal Kalimantan dan memiliki struktur batang pohon yang lurus dan silindris sehingga jenis ini banyak digunakan dalam produksi kayu lapis, kayu furniture, maupun kayu pertukangan. Dari permintaan ini maka penanaman kembali jenis meranti merah agar harus dikayakan. Berkaitan dengan nilai produksi kayu komersial, sebagai tolak ukur utama dalam produktifitas pohon yang disebut riap. TPTII dapat dipandang sebagai salah satu alternatif pengelolaan hutan alam bekas tebang. Meskipun masih dalam tahap uji coba, namun dibeberapa HPH pelaksanaan TPTII seperti HPH Sari Bumi Kusuma (SBK), HPH Erna Juliawati, dan HPH Suka Jaya Makmur, terdapat adanya pertambahan riap tanaman terhadap jenis meranti yang memuaskan yaitu sebesar ± 2 cm/tahun. Pertumbuhan jenis meranti dalam sistem TPTII, sangat dipengaruhi oleh kondisi cahaya. Manaker (1981) menyatakan bahwa jika intensitas cahaya terlalu rendah akan menyebabkan daun menguning dan gugur, sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan menyebabkan daunnya terbakar; keriting; serta warnanya pudar. Maka
perbaikan lingkungan areal penanaman TPTII yang berbentuk jalur perlu mendapat perhatian yang lebih baik. Pertumbuhan jenis meranti termasuk ke dalam gap opportunist, sehingga kontrol cahaya meranti dalam jalur tanaman diperlukan. Dengan adanya pengaturan kontrol cahaya maka diharapkan pertumbuhan Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam penanaman jalur lebih diperhatikan dengan tidak mengesampingkan faktor-faktor kondisi lingkungan lainnya. Sehingga masing-masing pertumbuhan jenis meranti ini dapat mencapai pertumbuhan yang optimal. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula perlu dilakukan untuk mengetahui intensitas cahaya dimana pertumbuhan meranti maksimal. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai kajian tindakan dalam manipulasi lingkungan terhadap intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan kedua jenis tanaman dan mencapai tingkat produktifitas yang tinggi.
1.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pertumbuhan tinggi, diameter pada jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada umur 2,5 tahun. 2. Intensitas cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula.
1.3
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bentuk informasi
lapangan mengenai riap maksimal bagi beberapa jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dengan intensitas cahaya tertentu.
BAB II TIJAUA PUSTAKA 2.1
Shorea leprosula Shorea leprosula merupakan salah satu jenis asli Kalimantan yang dikenal
dengan nama meranti merah (Red meranti). Pohonnya besar mencapai tinggi 60 m, tajuk besar, batang lurus, silinder. Tajuk lebar, berbentuk payung dengan ciri berwarna coklat kekuning-kuningan. Permukaan daun bagian bawah bersisik seperti krim, tangkai utama urat daun dikelilingi domatia terutama pada pohon muda, sedang urat daun tersier rapat seperti tangga. Bunga kecil dengan mahkota kuning pucat, helai mahkota sempit dan melengkung ke dalam seperti tangan menggenggam, fruiting calix dengan tiga sayap yang lebih panjang dan dua sayap lebih pendek. Panjang sayap 5 – 6.7 x 1-1.4 cm, sayap pendek 1.9 – 2.5 x 0.15-0.25 cm; buah 12-14 x 7-9 mm (Anonim). Semai mempunyai cabang dan petiole agak jarang. Stipule 0.5x0.1x0.2 cm, oblong, petiole 0.7 cm. Daun oblong lanceolate 9-12.7 x 4-5.6 cm, berangsur-angsur meruncing, pangkal daun membulat. Biasanya dijumpai di hutan dipterokarpa dataran rendah dibawah 700 m menempati ruang terbuka di hutan yang mengalami gangguan. Tumbuh pada berbagai jenis tanah tetapi tidak toleran terhadap genangan. Curah hujan 1500-3500 mm pertahun, dan musim kemarau pendek perlu untuk pertumbuhan dan regenerasi. Jarang ditemukan di punggung bukit, dari percobaan penanaman menunjukkan pertumbuhan di kaki bukit lebih baik dibanding puncak bukit, menurut daftar IUCN tergolong langka (Anonim).
2.2
Shorea parvifolia Shorea parvifolia sering disebut Meranti Sabut, Meranti sarang Punai, Kantoi
Burung (Kalimantan Barat); Abang Gunung (Kalimantan Timur). Penyebarannya Sumatra, Kalimantan, Peninsula Malaysia, Thailand pada hutan dipterocarps, jenis tanah liat di bawah 800 m d.p.l. Pohon Raksasa tinggi mencapai 65 m; tajuk besar, terbuka. Berbatang lurus, silindris, mencapai diameter 200 cm; banir besar, mencapai tinggi 4 m (Rudjiman dan Andriyani, 2002). Daunnya alternate, petiole 0.6-1.5 cm.
Ujung daun kulminasi acuminate. dasar daun membulat, atau sub cordate; permukaan atas halus bila disentuh. Tulang daun sekunder 9-13 pasangan pada masing-masing sisi. Bunganya kecil; daun bunga merah muda pada dasar; stamen 15; kelopak fruiting dengan tiga lebih panjang dan dua sayap lebih pendek; panjang sayap-sayap 6-9 x 1-1.5 cm, sayap-sayap pendek 1.4 - 1.8 x 0.15 - 0.2 cm, buah 9-16 x 7-9 mm. Semai Stipule semi-persistent. Oblong ke ovate tetapi tidak beraturan bentuknya 0.5 x 0.3 cm, petiole 0.4-0.5 cm. Meranti ini dikategorikan dalam jenis Meranti Merah bersama-sama dengan Shorea leprosula. Meranti merah terdiri dari pohon besar dan berbanir besar. Batang merekah atau bersisik, pada umumnya berdamar. Kulit luar tebal, kulit dalam juga tebal, berurat-urat, warnanya merah atau kemerah-merahan, gubalnya kuning pucat. Isi kayu berwarna merah (Anonim).
2.3
Faktor tempat tumbuh Faktor-faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi faktor-faktor yang
berpengaruh secara langsung dan faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung. Faktor-faktor
yang berpengaruh
secara langsung misalnya
radiasi
matahari,
kelembaban, dan air tanah. Faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung misalnya lereng dan flora serta fauna yang mempengaruhi vegetasi hutan, terutama efeknya terhadap faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung. Faktor-faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu faktor klimatis, faktor fisiografis, faktor edafis, dan faktor biotis (Soekotjo 1976). Faktor klimatis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atmosfer yang berpengaruh terhadap kehidupan tanaman. Pengaruh faktor ini dapat terasa secara regional maupun lokal. Keadaan atmosfer yang menentukan iklim regional dan lokal terutama berhubungan dengan temperatur, air, dan cahaya. Faktor-faktor yang menentukan ini adalah radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara dan presipitasi, serta dapat ditambahkan pula, angin dan petir (Soekotjo 1976). Ketinggian tempat sangat mempengaruhi iklim, terutama curah hujan dan suhu udara. Curah hujan berkorelasi positif dengan ketinggian, sedangkan suhu udara berkorelasi negatif. Wilayah pegunungan, dimana curah hujan lebih tinggi dengan suhu lebih rendah, kecepatan penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan
lambat. Sebaliknya di dataran rendah penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berlangsung cepat. Karena itu di daerah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya bahan organik dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah (Djayadiningrat 1990). Menurut Rochidayat dan Sukowi (1979) dalam Sulistyono (1995) tinggi tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya penyerapan (absorbsi) dari udara. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu. Pengaruh tinggi tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung, artinya perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tumbuh pohon terhadap suhu, kelembaban, oksigen di udara, dan keadaan tanah.
2.4
Pertumbuhan Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh tiga faktor yaitu genetik, lingkungan,
dan teknik budidaya (silvikultur). Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai faktor eksternal (tanah, iklim, api, pencemaran dan faktor biotik), dan faktor internal (hormon, keseimbangan air, dan genetik). Diantara komponen iklim, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon adalah suhu, cahaya, angin dan hujan (Lambers dan Pons 1998). Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi, berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan rata-rata yang dimulai dari pengukuran awal (Gardner et al. 1991). Perkembangan diameter pohon terjadi karena pertumbuhan xilem dan floem sekunder yang berkembang dari jaringan meristem sekunder. Penebalan batang dimulai setelah meristem apikal berkembang menjadi tiga lapis silinder jaringan yaitu epidermis, jaringan dasar, dan sistem vaskular. Pertumbuhan sekunder melibatkan selsel pada dua macam meristem yaitu kambium vascular dan kambium gabus. Kambium vaskular terdiri dari sel-sel meristem lateral yang aktif membelah dan berada di antara xilem dan floem primer. Kambium vascular mampu membelah dalam dua arah. Sel-sel
yang dibentuk ke arah luar akan berkembang menjadi floem sekunder, sedangkan sel-sel yang dibentuk kearah dalam membentuk xilem sekunder. Dalam pembelahannya kambium vascular menghasilkan sel xilem lebih banyak daripada sel floem. Sel-sel xilem sekunder yang dibentuk dari hasil pembelahan merupakan penyusun kayu. Sementara jaringan floem sekunder yang terbentuk akan menggantikan sel-sel epidermis dan korteks yang akan terkelupas secara kontinyu (Gardner et al. 1991). Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperature dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak. (Suhardi et al. 1995).
2.5
Intensitas Cahaya Secara langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses
fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang (Kramer dan Kozlowski 1960). Menurut Bey dan Las (1991), mekanisme pengaruh radiasi surya pada tanaman terdiri atas : a. foto-energi (fotosintesis) dan foto stimuls yang terdiri atas proses pergerakan dan proses pembentukan (klorofil, pigmen, perluasan daun, pertunasan dan pembungaan). Spektrum cahaya tampak adalah spektrum yang dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR (Photosynthetic Active Radiation) atau energi cahaya tampak. Di dalam proses fotosintesis radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan disimpan ke dalam gugus (CH2O)n atau karbohidrat di dalam sel organ (Nasir 2001). Spektrum ini biasa kita sebut dengan cahaya.
Reaksi cahaya dalam fotosintesis merupakan akibat langsung penyerapan foton oleh molekul-molekul pigmen seperti klorofil. Tidak seluruh foton memiliki tingkat energi yang cocok untuk menggiatkan pigmen daun. Pada kisaran di atas 760 nm foton tidak memiliki cukup energi dan dibawah 390 nm foton (bila diserap oleh daun) memiliki terlalu banyak energi, menyebabkan ionisasi dan kerusakan pigmen. Hanya foton yang mempunyai panjang gelombang antara 390 dan 760 nm (cahaya tampak) memiliki energi yang cocok untuk proses fotosintesis (Gardner 1991 diacu dalam Rudiyana 2000). Cahaya merah 600-700nm (respon fitokrom) aktif untuk induksi fotoperiodisitas pembungaan, perkembangan kloroplas (tidak termasuk sintesis klorofil), penuaan (senescence) daun dan absisi daun. Sedangkan PAR dari 500-600 nm, kelompok cahaya hijau, tergolong tidak aktif untuk fotosintesis. Cahaya merah jauh dengan panjang gelombang 700-800 nm juga tidak aktif untuk fotosintesis tetapi banyak mempengaruhi fotomorgenesis (Grant 1977). Menurut Salibusry dan Ross (1992); Grant (1997), cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek akan menghasilkan energi foton yang lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang. Adanya naungan dapat menyebabkan rendahnya foton yang dapat diserap (Neff, Frankhauser dan Chory 2000). Faktor radiasi surya yang berkolerasi dengan temperature berpengaruh terhadap mekanisme stomata. Apabila cahaya dalam keadaan terang dan temperature tinggi, akan mengakibatkan membukanya stomata, sebaliknya bila keadaan gelap dan temperature rendah mengakibatkan menutupnya stomata (Abidin, 1991). Menurut Nicholson (1964) (dalam Whitemore 1975), keadaan terbuka menguntungkan bagi pertumbuhan bibit jenis-jenis Dipterocarpaceae, asalkan suhu dan kelembaban tanah tidak menjadi faktor pembatas. Secara tidak langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses transpirasi (Daubenmire 1970). Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/naungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan
menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo1976 dalam Faridah 1995). Sebagian dari jenis-jenis dipterocarpaceae terutama untuk jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi atau tenggelam dalam air atau sebagian lagi tergolong jenis semi toleran atau gap opportunist yaitu jenis-jenis yang memiliki kayu terapung atau berat jenis rendah. Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhannya diwaktu muda (tingkat anakan) berkisar antara 50 – 85 % dari cahaya total. Untuk jenis-jenis semitoleran naungan untuk anakan diperlukan sampai umur 3 – 4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1 – 3 meter. Sedangkan untuk jenis-jenis toleran lebih lama lagi yaitu 5 – 8 tahun. Sangat sedikit jenis yang tergolong intoleran antara lain Shorea concorta (Rasyid H. A. dkk 1991). Mayer dan Anderson (1952) dalam Simarangkir (2000) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan, yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari. Radiasi dari matahari diserap oleh bermacam gas, uap dan debu dalam atmosfer dengan berbagai tingkatan sebelum mencapai bumi. Cahaya yang mengenai daun sebagian diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi diteruskan melalui daun itu. Besarnya yang diserap oleh bagian-bagian daun yang berpigmen akan bergantung kepada struktur daun dan faktor-faktor lain, tetapi dapat mencapai 50 persen dari energi matahari yang mengenai daun. Hanyalah radiasi yang diserap yang dapat memberikan energi untuk fotosintesis (Botani Umum 2).
2.6
Fotosintesis Tourney dan Korstia (1974) dalam Simarangkir (2000) mengemukakan
pertumbuhan diameter tanaman berhubungan erat dengan laju fotosintesis akan sebanding dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi. Akan tetapi pada titik jenuh cahaya, tanaman tidak mampu menambah hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah. Selain itu produk fotosintesis sebanding dengan total luas daun aktif yang dapat melakukan fotosintesis.
Peralatan fotosíntesis tumbuhan adalah kloroplas, yang terdiri dari dua bagian pokok yaitu : (1) lamela (membran), terdiri dari lamela stroma (lamela ganda) dan lamela grana (lamela bertumpuk), yang keduanya merupakan bagian pekat berisi pigmen-pigmen fotosíntesis ; (2) bagian cair yang kurang padat tempat terjadinya reduksi karbondioksida (reaksi gelap), perubahan energi cahaya menjadi energi kimia (fotofosforilasi) terjadi di dalam lamela (Gardner 1991). Organ utama fotosíntesis pada tumbuhan tingkat tinggi adalah daun. Sebagian besar pertukaran gas dalam daun terjadi melalui stomata. Pada permukaan daun terdapat banyak stomata (12-28 stomata/mm) yang memungkinkan terjadinya difusi CO2 secara maksimum ke dalam daun pada saat stomata terbuka. Sel-sel pengawal yang mengelilingi stomata mengendalikan pembukaan dan penutupan stomata (Gardner 1991). Fungsi utama daun adalah menjalankan síntesis senyawa-senyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenal sebagai fotosíntesis. Proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel yang disebut kloroplas (Fahn 1991). Fotosintesis dipengaruhi oleh laju translokasi hasil fotosinesis (fotosintat dalam bentuk sukrosa) dari daun ke organ-organ penampung yang berfungsi sebagai lumbung. Perlakuan pemotongan organ seperti umbi, biji, atau buah yang sedang membesar dapat menghambat laju fotosintesis untuk beberapa hari, terutama untuk daun yang berdekatan dengan organ yang dibuang tersebut. Tumbuhan dengan laju fotointesis yang tinggi, juga memiliki laju translokasi fotosintat yang tinggi (Lakitan 1993).
BAB III METODOLOGI
3.1
Lokasi Penelitian dan Waktu Lokasi penelitian terletak di areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Alam(IUPHHK-HA) PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) Propinsi Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan di areal TPTI-Intensif dalam blok RKT 20052006 pada jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula umur 2,5 tahun. Pengamatan dan pengukuran data lapangan dilakukan pada bulan Maret dan April 2008.
3.2
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Meranti yaitu
Shorea parvifolia dan Shorea leprosula yang berumur ± 2,5 tahun. Layout penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi:
3.3
1. haga/ stick,
5. suhu basah dan kering,
2. caliper ,
6. alat tulis,
3. luxmeter,
7. tally sheet,
4. stopwatch/ jam,
8. kompas.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan pada jalur penanaman operasional dalam blok PUP RKT
2005 dan 2006, jumlah plot sebanyak 4 buah , masing-masing plot terdapat 3 jalur tanam sebanyak 120 tanaman jalur dengan ukuran /plot sebesar 100m x 100m. Data primer yang dikumpulkan antara lain : 1. Tinggi total tanaman, 2. Diameter tanaman, 3. Suhu udara kering dan basah, kelembaban, 4. Intensitas cahaya pada jalur tanam, 5. Kondisi kesehatan pohon,
6. Penutupan tajuk pada jalur tanam.
c d
e
b
a
Gambar 1 Plot Pengukuran Diameter, Tinggi, Intensitas Cahaya, Suhu basah, Suhu Kering, Kelerengan Keterangan : a= lebar jalur tanam (3 m) b= jarak antar jalur tanam (20 m) c= jalur antara (17 m) d= jarak antar tanam dalam jalur (2,5 m) e= pengukuran intensitas cahaya matahari dan kelembaban Data sekunder yang dikumpulkan adalah : 1. Peta lokasi, 2. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak lokasi, iklim, curah hujan, jenis tanah, topografi. 3. Data diameter dan tinggi pohon tahun sebelumnya.
3.4
Cara Pengumpulan Data Pada empat plot terpilih dilakukan pelaksanan pengukuran pada masing-masing
jalur tanam. Parameter yang diamati dalam jalur tersebut, antara lain : 1. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan stick dan haga, pada waktu sebelum melakukan pengukuran intensitas cahaya dan suhu. 2. Diameter tanaman Pengukuran diameter tanaman dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, tepat berada diameter setinggi dada (Dbh=130 cm). Pengukuran dilakukan pada waktu sebelum melakukan pengukuran intensitas cahaya dan suhu. 3. Pengukuran Intensitas Cahaya Matahari Pengukuran ini dilakukan pada pukul 09.00, 12.00, 15.00, masing-masing waktu selama 5 menit. Pengukuran terletak diantara tanaman dijalur tanam yang berada di tengah jalur tanaman. Pengulangan pengukuran sebanyak 5 kali. 4. Pengukuran Suhu Basah dan Kering Pengukuran ini dilakukan pada pukul 09.00, 12.00, 15.00, masing-masing waktu selama 5 menit. Pengukuran terletak pada batang tanaman dijalur tanam yang
berada di tengah jalur tanaman. Pengulangan pengukuran
sebanyak 5 kali.
3.5
Analisis data
Adapun analisis yang pakai dalam pengolahan data antara lain : 1. Rataan pertumbuhan tinggi Dari pertumbuhan tinggi rata-rata dapat diketahui dari riap rata-rata tahunan tinggi (MAI). Mean annual increament dihitung dengan cara membagi rataan pertumbuhan tinggi dengan umur tanaman meranti setiap masing-masing pohon dan dikalikan 12 bulan (∆t1-∆t0/umur tanam x 12bulan).
2. Rataan pertumbuhan diameter Dari pertumbuhan diameter rata-rata dapat diketahui dari riap rata-rata tahunan diameter (MAI). Mean annual increament dihitung dengan cara membagi rataan pertumbuhan diameter dengan umur tanaman meranti setiap masing-masing pohon dan dikalikan 12 bulan (∆d1-∆d0/umur tanam x 12bulan). 3. Rataan Intensitas cahaya matahari dalam 5 hari 4. Rataan Suhu basah dan suhu kering dalam 5 hari 5. Data hasil rataan intensitas cahaya matahari, rataan pertumbuhan diameter dan tinggi selajutnya akan diolah dengan program Excel dan SAS 9.0
BAB IV KODISI UMUM
4.1
Letak, Luas Areal dan Administratif Letak areal IUPHHK-HA PT. SARPATIM berada pada 111°55’BT-112°19΄BT
dan 1°10’LS-1°57’LS. PT. Sarmiento Parakantja Timber merupakan salah satu anak perusahaan Grup Kayu Lapis Indonesia yang bergerak dibidang pengusahaan hutan sebagai penyuplai bahan baku industri kayu lapis. PT. SARPATIM berkedudukan di Kab. Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Kantor pusat PT. SARPATIM bertempat di Jakarta dan kantor cabang terdapat di Kota Sampit. PT. SARPATIM didirikan pada tanggal 6 September 1972 oleh PMA Sei Trading Company Limited (Sarmiento Enterprises) dengan mitra Indonesia PT. Parakantja Djaja Raja, mendirikan PT. Sarmiento Parakantja Timber di Jakarta yang tertuang dalam akte notaris Djojo Mulyadi, SH nomor 19 tahun 1972. PT. SARPATIM telah masuk periode rotasi ke-2. Setelah berakhirnya SK IUPHHK jangka I pada tahun 1993. IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber diperpanjang untuk periode ke-II (1992-2012) sesuai surat Menteri Kehutanan nomor 1277/Menhut-IV/1994 tanggal 2 September 1994 seluas ± 305.535 ha yang merupakan penggabungan areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber dan PT. Parakantja Djaja Raja. PT. Sarmiento Parakantja Timber memperoleh perpanjangan IUPHHK seluas ± 216.580 ha untuk jangka waktu 45 tahun (periode 5 Nopember 1992 s/d 5 Nopember 2037) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.266/Menhut-II/2004 tanggal 21 Juli 2004. 4.2
Topografi, Geologi, dan Jenis Tanah Topografi areal IUPHHK/HA PT. Sarminto Parakantja Timber umumnya datar,
landai, bergelombang dan agak curam hingga curam dengan persentase kemiringan lapangan dan persentase luas seperti pada Tabel 1 Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 18 m dpl dan maksimum 944 m dpl.
Tabel 1 Persentase luas areal IUPHHK/HA PT. Sarmeinto Parakantja Timber berdasarkan kelas lereng Klasifikasi Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Jumlah
Kelerengan (%) 0-8 8-15 15-25 25-40 >40
Persentase (%) 51 17 15 15 2 100
Luas (Ha) 109.728 37.304 31.747 33.231 4.570 216.580
Sumber hasil seminar Pengembangan Hutan Tanaman Dipterokarpa dan Eksp.ose TPTII/SILI- di Samarinda tanggal 4-5 September 2007
Berdasarkan hasil seminar Pengembangan hutan Tanaman Dipterokarpa dan Ekspose TPTII/SILIN di Samarinda tanggal 4-5 September 2007, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi PT. Sarmeinto Parakantja Timber adalah jenis batuan Andesit dan Granit. Sebagian besar jenis tanah di areal IUPHHK PT. Sarmeinto Parakantja Timber adalah Dystropepts (61%) dan Tropodilts (39%). 4.3
Hidrologi dan Iklim Sungai yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT. SARPATIM adalah Sungai
Seruya, Mentaya, Kaleh, Bahan, Kumpang, Bai, Pangke, dan Nahiang. Di areal tersebut terdapat kurang lebih 181 mata air dengan letak yang tersebar. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951) kondisi iklim di areal IUPHHK PT. SARPATIM termasuk tipe iklim A. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 3.086 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret. Pada areal tersebut tidak ada bulan kering yang nyata (< 60 cm/bulan). 4.4
Kondisi Vegetasi Hutan Tipe hutan di areal IUPHHK PT. SARPATIM Kalimantan Barat termasuk
dalam tipe hutan hujan tropika (Low Land Tropical Rain Forest). Dari tipe hutan tersebut sebaran jenisnya untuk jenis komersial didominasi oleh kelompok kayu meranti (Dipterocarpaceae) yang terdiri dari: Meranti (Shorea spp.), Keruing (Dipterocarpus spp.), dan jenis-jenis lainnya. Jenis kayu komersil non dipterocarpaceae yang mendominasi terdiri dari: Kempas (Koompassia malaccensis) dan Sindur (Sindora
spp.). terdapat juga jenis pohon langka yang dilindungi seperti Tengkawang dan Ulin (Eusideroxylon zwageri).
4.5
Tanaman Komersil TPTII Adapun tanaman operasional yang terdapat pada RKT 2005 dan 2006 antara lain
sebagai berikut : I. Operasional RKT 2005 luas Bruto
= 751 Ha
luas Netto
= 772,85 Ha (154.570 batang), terdiri dari :
1. Jenis Shorea parvivolia
= 540,1 Ha / (108.141 batang)
2. Jenis Shorea leprosula
= 107,37 Ha / (21.473 batang)
3. Jenis Shorea johorensis
= 124,78 Ha / (24.956 batang)
II. Operasional RKT 2006 luas Bruto
= 2.460,00 Ha
luas Netto
= 1.964,85 Ha (392.969 batang), terdiri dari :
1. Jenis Shorea parvivolia
= 780,77 Ha / (156.153 batang)
2. Jenis Shorea leprosula
= 43,65 Ha / (8.730 batang)
3. Jenis Shorea johorensis
= 1.140,43 Ha / (228.086 batang)
III. Pertumbuhan Berdasarkan hasil monitoring pada Plot Ukur Permanenan (PUP) sebanyak 15 plot, presentase tumbuh dan pertumbuhan tanaman operacional RKT 2005 dan 2006, secara deskripsi data (tidak melalui uji statistik) didapat hasil sementara sebagai berikut : 1. RKT 2005 : 1.1. jenis tanaman Shorea parvifolia pada umur tanaman 18-20 bulan : presentase tumbuh
= 90,50 %
rerata tinggi
= 229,86 cm
rerata diameter
= 2,11 cm
1.2 jenis tanaman Shorea leprosula pada umur tanaman 14 bulan : presentase tumbuh
= 96 %
rerata tinggi
= 152,23 cm
rerata diameter
= 1,60 cm
1.3 jenis tanaman Shorea johorensis pada umur tanaman 17 bulan : presentase tumbuh
= 90 %
rerata tinggi
= 171,23 cm
rerata diameter
= 1,57 cm
2. RKT 2006 : 2.1 jenis tanaman Shorea parvifolia pada umur tanaman 6-7 bulan : presentase tumbuh
= 85,66 %
rerata tinggi
= 53,45 cm
rerata diameter
= 0,47 cm
2.2 jenis tanaman Shorea leprosula pada umur tanaman 12 bulan : presentase tumbuh
= 94,00 %
rerata tinggi
= 132,86 cm
rerata diameter
= 1,29 cm
2.3 jenis tanaman Shorea johorensis pada umur tanaman 6 bulan : presentase tumbuh
= 100 %
rerata tinggi
= 77,81 cm
rerata diameter
= 0,711 cm
BAB V HASIL DA PEMBAHASA
5.1
HASIL
5.1.1
Pertumbuhan Shorea parvifolia Pengamatan pertumbuhan (riap) tanaman yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah pertumbuhan diameter dan tinggi dua jenis meranti, yaitu Shorea parvifolia dan Shorea leprosula umur 2,5 tahun. Data pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman S. parvifolia umur 2,5 tahun dapat dilihat pada tabel 2. yakni ; Tabel 2 Rata-rata riap diameter dan tinggi S. parvifolia umur 2,5 tahun Plot/ jalur (20052006)
Kelerengan Datar (0-8%) Intensitas Cahaya Riap Riap (Foot Diameter Tinggi Candle) (cm/tahun) (cm/tahun) x 1000
Kelerengan Agak curam (8-35%) Intensitas Cahaya Riap Riap (Foot Diameter Tinggi Candle) (cm/tahun) (cm/tahun) x 1000
1
404.67
1.50ª
247.05ª
215.67
0.92b
130.29ª
2
390.33
0.93ª
85.58ª
397.07
1.59ª
140.88ª
3
282.87
0.74ª
101.18ª
156.53
1.44ª
141.00a
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa riap diameter tanaman S. parvifolia umur 2,5 tahun, terdapat pada jalur 1 plot datar sebesar 1.50cm/ tahun dengan intensitas cahaya matahari 404.67 foot candle, sedangkan pada plot agak curam yang memiliki riap diameter terbesar adalah pada jalur 2 senilai 1.59 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari sebesar 397.07 foot candle. Nilai riap diameter terkecil pada plot datar jalur 3 yaitu 0.74 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari sebesar 282.87 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 1 yaitu 0.92 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari 215.67 foot candle. Pertumbuhan tinggi tanaman S. Parvifolia pada umur 2,5 tahun, terdapat di plot datar jalur 1 yang memiliki riap tinggi terbesar sebesar 247.05 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari sebesar 404.67 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 3 yang memiliki riap tinggi terbesar senilai 141.00 cm/tahun dengan intensitas cahaya 156.53 foot candle.
y = 5E-05x 2 - 0.0281x + 4.5687
Riap Diameter (cm/tahun)
1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
100
200
300
400
500
Intensitas Cahaya (Foot Candle)
Gambar 2 Grafik hubungan antara rata-rata riap diameter S. parvifolia pada umur 2.5 tahun dengan intensitas cahaya pada kondisi agak curam. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa riap diameter jenis Shorea parvifolia umur 2,5 tahun memiliki nilai antara jalur satu dengan jalur yang lain yaitu sangat berbeda nyata. Nilai f hitung yang dimiliki sebesar 0.0158 dengan pengaruh dari intensitas cahaya matahari sebesar 6.85%. Riap diameter yang sangat berbeda nyata ada pada jalur yang berintensitas 397.07 foot candle dengan bentuk laju grafik fluktuatif. Dimana grafik ini menunjukkan bahwa hubungan antara riap diameter Shorea parvifolia dengan intensitas cahaya pada kondisi agak curam tidak selalu naik atau turun
pada
penambahan intensitas cahaya.
5.1.2
Pertumbuhan Shorea leprosula Pengamatan rata-rata riap diameter dan riap tinggi pada jenis Shorea leprosula
cenderung lebih besar daripada rata-rata riap diameter dan tinggi jenis Shorea parvifolia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata riap diameter dan riap tinggi Shorea leprosula umur 2,5 tahun. Plot/ jalur (20052006)
Kelerengan Datar (0-8%) Intensitas Cahaya Riap Riap (Foot Diameter Tinggi Candle) (cm/tahun) (cm/tahun) x 1000
Kelerengan Agak curam (8-35%) Intensitas Cahaya Riap Riap (Foot Diameter Tinggi Candle) (cm/tahun) (cm/tahun) x 1000
1
285.87
2.19ª
221.03b
133.6
2.95ª
289.35ª
2
278.20
2.91ª
217.58b
133.73
2.18ª
236.48ª
137.80
b
b
130.47
1.78ª
201.15ª
3
0.70
141.08
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata riap diameter tanaman S. leprosula pada umur 2,5 tahun plot datar jalur 2 yang memiliki rata-rata riap terbesar senilai 2.91 cm/ tahun adalah pada dengan intensitas cahaya matahari 278.20 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 1 yang memiliki rata-rata riap diameter terbesar senilai 2.95 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari 133.6 foot candle. Nilai riap diameter terkecil pada plot datar jalur 3 senilai 0.70 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari 137.80 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 3 senilai 1.78 cm/tahun dibawah intensitas cahaya matahari 130.47 foot candle. Pertumbuhan tinggi tanaman S. leprosula pada umur 2,5 tahun pada plot datar jalur 1 yang memiliki riap tinggi terbesar senilai 221.03 cm/tahun adalah dengan intensitas cahaya matahari 285.87 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 1 yang memiliki riap tinggi terbesar senilai 289.35 cm/tahun adalah dibawah intensitas cahaya 133.6 foot candle. Nilai riap tinggi terkecil pada plot datar jalur 3 senilai 141.08 cm/tahun dibawah intensitas cahaya matahari 137.80 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 3 senilai 201.15 cm/tahun dibawah intensitas cahaya matahari 130.47 foot candle.
y = -0.0007x 2 + 0.3237x - 29.848
Riap Diameter (cm/tahun)
6 5 4 3 2 1 0 0
50
100
150
200
250
300
350
Intensitas Cahaya (Foot Candle)
Gambar 3 Grafik hubungan antara rata-rata riap diameter S. leprosula pada umur 2.5 tahun dengan intensitas cahaya pada kondisi datar. Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa riap diameter jenis Shorea leprosula umur 2,5 tahun memiliki nilai antara jalur satu dengan jalur yang lain yaitu sangat berbeda nyata. Nilai f hitung yang dimiliki sebesar 0.0001 dengan pengaruh dari intensitas cahaya matahari sebesar 16.6%. Riap diameter yang sangat berbeda nyata ada pada jalur 2 yang berintensitas 278.20 foot candle dengan bentuk laju grafik grafik fluktuatif. Dimana grafik ini menunjukkan bahwa hubungan antara riap diameter Shorea parvifolia tidak selalu diikuti dengan penambahan intensitas cahaya. Tabel 4 Persentase Penerimaan Intensitas Cahaya Matahari dan Penutupan Tajuk Shorea parvifolia dan Shorea leprosula Plot/ Lereng
Jalur
Penerimaan Intensitas Cahaya Matahari (Footcandle) x 1000
Persentase Intensitas Cahaya Matahari/ 5 hari (%)
Persentase Penutupan Tajuk (%)
Shorea parvifolia Agak curam
1
215.67
28.07
124.33
2
397.07
51.68
65.5
3
156.53
20.37
90.42
1
285.87
37.21
76.08
2
278.20
36.21
48.75
3
137.80
17.94
165.25
1
404.67
52.67
36.25
2
390.33
50.81
49.75
3
282.87
36.82
59.33
1
133.60
17.39
54.58
2
133.73
17.41
98.75
3
130.47
16.98
81.67
Shorea leprosula Datar
Shorea parvifolia Datar
Shorea parvifolia Agak curam
Dari tabel 4 dapat menunjukkan persentase penerimaan intensitas cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan dan persentase penutupan tajuk. Persentase penerimaan intensitas cahaya matahari akan berbanding terbalik dengan persentase penutupan tajuk.
6.2
PEMBAHASA Hutan hujan tropis adalah suatu masyarakat tumbuhan kompleks merupakan
tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dari berbagai ukuran tinggi dan lebar tajuk tegakan pohon dapat membentuk kanopi atau tutupan tajuk. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya seperti cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah sehingga disana hidup binatang dengan cakupan luas sehingga tercipta hubungan timbal balik kompleks antara tumbuhan dan binatang yang dapat mendukung pertumbuhan pohon. Kanopi atau tutupan tajuk yang bersifat penuh sebanding dengan penerimaan intensitas cahaya matahari minimal ke lantai hutan, sedangkan kanopi yang bersifat rendah sebaliknya. Hubungan penerimaan intensitas cahaya ke lantai hutan akan mempengaruhi proses fotosintesis pada pohon. Penerimaan Intensitas cahaya yang optimal pada daun akan mempercepat laju transpirasi, pembukaan stomata, sehingga mempengaruhi proses laju fotosintesis. Adanya proses fotosintesis yang maksimal akan mempercepat pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman. Pembukaan penutupan tajuk adalah penting untuk regenerasi sukses, sekitar 87% cahaya memberikan hasil lebih baik dibanding cahaya penuh (Nicholson 1960). Penelitian terhadap naungan menunjukkan bahwa Dipterocarpaceae memerlukan sejumlah radiasi cahaya yang lebih besar dibandingkan radiasi cahaya lansung (Mori 1980, Sasaki 1981 dan Ashton 1989). Penerimaan IC rata-rata perhari pada keadaan terbuka di lapangan sebesar 768.29 Footcandle, dan pada arah jalur Utara-Selatan. Penetapan penanaman jenis Dipterocarpaceae di lahan hutan, Adjers (1995) telah meneliti efek lebar jalur dan arah jalur serta pemeliharaan jenis Shorea johorensis, S. leprosula dan S. Parvifolia. Arah jalur memiliki pengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman. Penerimaan IC rata-rata dan persentasenya, persentase penutupan tajuk, pada jenis Shorea parvifolia agak curam jalur 1, 2, dan 3 berturut turut adalah 215.67 Footcandle, 28.07%, 124.33%; 397.07 Footcandle, 51.68%, 65.50%; 156.53 Footcandle, 20.37 %, 90.42%. Penerimaan IC rata-rata dan persentasenya, persentase penutupan tajuk, pada jenis Shorea leprosula kondisi datar jalur 1, 2, dan 3 berturutturut adalah 285.87 Footcandle, 37.21%, 76.08% ; 278.20 Footcandle, 36.21%, 48.75% ; 137.80 Footcandle, 17.94%, 165.25%. Penerimaan IC rata-rata dan persentasenya,
persentase penutupan tajuk,
pada jenis S. parvifolia datar pada jalur 1, 2, dan 3
berturut-turut adalah 404.67 Footcandle, 52.67%, 36.25%; 390.33 Footcandle, 50.81%, 49,75%; 282.87 Footcandle, 36.82%, 59.33%. Penerimaan IC rata-rata dan persentasenya, persentase penutupan tajuk, pada jenis S. leprosula agak curam jalur 1,2, dan 3 berturut-turut adalah 133.6 Footcandle, 17.39%, 54.58% ; 133.73 Footcandle, 17.41%, 98.75%; 130.47 Footcandle, 16.98%, 81.67%. Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa penerimaan IC di lahan hutan berbanding terbalik dengan penutupan tajuk tanaman. Perubahan keterbukaan pada ukuran tajuk kecil dapat mempengaruhi keseluruhan jumlah radiasi yang diterima di lahan terbuka (Brown, 1993). Naungan memiliki pengaruh dalam pertumbuhan jenis Dipterocarpaceae pada tingkatan bibit yang akan tumbuh di tegakan tinggal ( Barnard 1954). Keberadaan naungan hanya dibutuhkan untuk regenerasi tanaman baru dengan adanya factor pendukung cahaya yang berpengaruh terhadap persaingan tumbuh terhadap Shorea spp. Hanya regenerasi baru yang membutuhkan suatu perlakuan arah naungan atau toleransi cahaya dengan kesesuaian yang mendukung keterbukaan tetap (Strugnell 1936). Jenis S. parvifolia dan S. leprosula memiliki kebutuhan IC matahari yang berbeda dalam pertumbuhan. Kebutuhan IC matahari maksimal jenis S. parvifolia adalah 404.67 Footcandle (riap diameter 1.50 cm/tahun) di kondisi datar, tetapi kebutuhan optimal berada pada IC sebesar 397.07 Footcandle (riap diameter 1.59 cm/tahun) di kondisi agak curam. Kebutuhan IC matahari minimal jenis S. parvifolia sebesar 156.53 Footcandle (riap diameter 1.44 cm/tahun) di kondisi agak curam. Kebutuhan IC matahari maksimal jenis S. leprosula adalah 285.87 Footcandle (riap diameter 2.19 cm/tahun) di kondisi datar, tetapi kebutuhan optimal berada pada IC sebesar 278.20 Footcandle (riap diameter 2.91 cm/tahun). Kebutuhan IC matahari minimal jenis S. leprosula adalah 130.47 Footcandle (riap diameter 1.78 cm/tahun). Dapat dilihat bahwa pada jenis S. leprosula memiliki ketahanan terhadap penerimaan IC matahari yang minimal lebih tinggi bila dibandingkan dengan S. parvifolia. Pada penerimaan IC matahari jenis S. parvifolia yang hampir sama dengan penerimaan IC matahari jenis S. leprosula, memiliki riap diameter dan riap tinggi lebih besar pada jenis S. leprosula. Turner dan Ashton (1989 dan 1995) mengatakan bahwa jenis Shorea spp. yang lebih toleran terhadap naungan mengalokasikan keseimbangan kekeringan
massa terhadap pengembangan akar dibanding uap air dan daun di lingkungan lantai hutan, namun kebalikan untuk yang
tidak toleran naungan. Hasil perbandingan
pertumbuhan dengan penerimaan IC yang hampir sama dari kedua jenis meranti tersebut adalah bahwa S. leprosula memiliki sifat yang lebih toleran terhadap cahaya. Pertumbuhan diameter S. parvifolia plot agak curam jalur 2 memiliki riap terbesar (1.59 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% yang dipengaruhi IC matahari sebesar 6.85 %. Sedangkan pertumbuhan diameter S. leprosula plot datar jalur 2 memiliki riap terbesar (2.91 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% persen yang dipengaruhi IC matahari sebesar 16.6 %. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter S. leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan Shorea parvifolia. Pertumbuhan tinggi S. parvifolia plot datar jalur 1 memiliki riap terbesar sebesar 247.05 cm/tahun dengan IC matahari 404.67 Footcandle. Sedangkan riap tinggi S. leprosula plot agak curam jalur 1 memiliki riap terbesar sebesar 289.35 cm/tahun dengan IC matahari 133.6 Footcandle. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi S. leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan Shorea leprosula. Pertumbuhan tinggi jenis S. parvifolia rata-rata plot penerimaan IC matahari yang lebih besar (plot datar) memiliki rata-rata riap tinggi dan diameter yang lebih kecil, sebaliknya pada penerimaan IC matahari yang lebih kecil (plot agak curam) memiliki rata-rata riap tinggi dan diameter yang lebih besar. Pertumbuhan tinggi jenis S. leprosula plot penerimaan intensitas cahaya matahari yang lebih besar (plot datar) memiliki rata-rata riap tinggi dan diameter yang lebih kecil, sebaliknya pada penerimaan intensitas cahaya matahari yang lebih kecil (plot agak curam) memiliki rata-rata riap tinggi dan tinggi yang lebih besar. Dapat dilihat bahwa penerimaan IC matahari rata-rata yang lebih besar menghasilkan rata-rata riap tinggi dan diameter yang lebih kecil dan sebaliknya. Dari hasil penerimaan ratarata IC bahwa jenis S. parvifolia dan S. leprosula pada umur 2,5 tahun memiliki pertumbuhan diameter dan tinggi yang lebih baik pada penerimaan rata-rata IC yang lebih sedikit. Tabel 1 menunjukkan rata-rata riap diameter dan tinggi S. parvifolia umur 2,5 tahun pada plot agak curam jalur 2 dibawah IC 397.07 foot candle memiliki riap diameter terbesar senilai 1.59 cm/ tahun. Suatu toleransi naungan pada semai atau
anakan pohon jenis dipterocarp yang lebih tua, memiliki permintaan IC yang lebih tinggi dan dapat dimanipulasi pada awal penanaman (Strugnell, 1936). Pada plot dan jalur ini terdapat hasil analisis yang berbeda nyata sebesar 0.0158 dengan pengaruh IC sebesar 6.85 % terhadap riap diameter. Di jalur 2 ini IC berada di tingkat cahaya jenuh (tajuk lebih terbuka) yang mencapai titik maksimal bagi pertumbuhan diameter dibandingkan dengan jalur lain pada plot yang sama, sehingga akan meningkatkan suhu udara. Peningkatan cahaya bagi Shorea parvifolia secara berangsur-angsur akan meningkat proses fotosintesis hingga tingkat kompensasi cahaya, yaitu tingkat cahaya pada saat pengambilan CO2 sama dengan pengeluaran CO2, apabila cahaya terus menerus meningkat fotosintesis akan terus naik sampai mencapai tingkat cahaya jenuh (Daniel et al. 1989). Observasi lapang menunjukkan bahwa dipterocarp memerlukan keteduhan parsial dengan perkembangan terbaik pada intenistas cahaya matahari penuh. Surigao del Sur menunjukkan bahwa semai dan pancang dipterocarp (dbh 5-20cm) dapat tumbuh tiga kali lebih cepat di dalam area yang bersih sehingga mencegah persaingan pertumbuhan lainnya. Di dalam Bislig menunjukkan bahwa semai dan pancang dapat tumbuh lebih cepat 35 kali daripada area yang tidak diperlakukan (Revilla 1976). Dalam jalur ini didapatkan hasil riap tumbuh terbaik yang disebabkan oleh proses fotosintesis berjalan lancar sehingga mengakibatkan cadangan makanan tersimpan baik dan diikutsertakan oleh respirasi yang baik pula. Jenis Shorea parvifolia pada plot agak curam jalur 2 memiliki suhu udara yang tinggi akibat dari penyinaran IC matahari yang agak besar. Pada suhu tinggi laju respirasi meningkat dan suhu tersebut
tinggi tersebut optimal maka ini akan
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tunas (Kozlowski et al. 1991). Kramer dan Kozlowski (1960) mengatakan bahwa pertumbuhan diameter sebagian besar jelas berasal dari hasil fotosíntesis dan sangat peka terhadap kondisi lingkungan, terutama persediaan air. Pada saat suhu dalam tanah maksimum, maka respon akar dalam menghisap air dan mineral maksimum; sebaliknya pada saat suhu dalam tanah minimum, praktis akar tidak mampu menghisap air dan mineral. Respon akar dalam menghisap air dan mineral dari dalam tanah berkaitan dengan tercapainya suhu maksimum dalam tanah. Adanya intensitas cahaya yang lebih tinggi akan lebih baik bagi pertumbuhan akar. Dengan demikian maka akar akan lebih mudah mengambil air
yang paling dalam, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik. Bagaimanapun, pada siang hari bila tumbuhan mendapat cahaya yang cukup maka fotosintesis berlangsung dengan laju sekitar 10 kali lebih besar dari pada laju respirasi. Petak Shorea parvifolia pada plot agak curam yang memiliki intensitas dibawah kurang dari 397.07 foot candle tidak menunjukkan perbedaan riap tumbuh diameter yang nyata ini bisa disebabkan oleh IC matahari yang masuk ke dalam jalur belum maksimal. Pernyataan Daniel, et. al. (1997) bahwa terhambatnya pertumbuhan diameter tanaman karena produk fotosintesisnya serta spektrum cahaya matahari yang kurang merangsang aktivitas hormon dalam proses pembentukan sel meristematik kearah diameter batang, terutama pada IC yang rendah. Keadaan pada beberapa jalur ini dapat disimpulkan bahwa penyinaran IC matahari terhadap daun tidak maksimal, dikarenakan luasan daun pada jenis ini kecil sehingga belum sepenuhnya mengoptimalkan
IC
matahari yang masuk. Hal ini dapat menyebabkan proses fotosintesis berjalan lambat. Riap tinggi Shorea parvifolia plot agak curam tidak memiliki perbedaan yang nyata. Pada intensitas cahaya yang rendah maka konsentrasi CO2 sulit untuk meningkat, sifat ini didukung oleh sifat morfologi jenis Shorea parvifolia yang luas daunnya lebih kecil sehingga jumlah klorofil rendah yang sulit untuk menangkap intensitas cahaya dan CO2 dengan maksimal. Mooney dan Ehrelinger (1977) menyebutkan bahwa CO2 adalah
bahan
utama
fotosintesis,
kecepatan
fotosintesis
meningkat
dengan
meningkatnya konsentrasi CO2 intraseluler. Sehingga bila pada jalur ini kurang memiliki intensitas cahaya yang maksimal untuk peningkatan konsentrasi CO2 maka kecepatan fotosintesis kurang maksimal. Etherington (1976) menambahkan konsentrasi CO2 dan tingkat pembukaan stomata mempengaruhi fotosintesis. Plot Shorea parvifolia datar memiliki rata-rata intensitas cahaya maksimum, terdapat hasil analisis yang tidak berbeda nyata terhadap riap diameter dan riap tinggi. Keadaan ketiga jalur ini yaitu IC tinggi sehingga menyebabkan transpirasi tinggi, sehingga menyebabkan laju fotosintesis tinggi. Laju transpirasi yang besar, bila terusmenerus akan cepat menurunkan kadar air dalam tanah, hal ini dapat ditandai dengan turunnya kelembaban udara relatif. Apabila hal seperti ini cukup lama berlangsung maka, dapat menurunkan pertumbuhan tanaman termasuk diameter tanaman. Kondisi plot ini didukung oleh tegakan pohon yang rendah sehingga terciptanya suhu udara yang
tinggi disertai peningkatan laju transpirasi. Efisiensi/ penggunaan cahaya tidak akan tercapai apabila keadaan ketersediaan air menjadi terbatas (Bates dan Roser 1928 dalam Tjondronegoro 1983). Kondisi pada plot ini dapat dilihat dalam pertumbuhannya bahwa banyak tanaman yang mati atau kerdil. S. parvifolia plot datar di ketiga jalur tersebut masih dapat bertahan tumbuh dengan pertumbuhan kurang maksimal. Jenis dipterocarp, biasanya tidak menyukai penanaman di lahan yang sepenuhnya bersih (pengayaan hutan tanaman). Pengayaan tanaman jenis ini ditanam pada jalur lahan hutan yang dibersihkan (Noerkamal 1955, khrisnaswamy 1956, et all). Lacher (1980) mengemukakan bahwa pada kondisi kering, tumbuhan yang toleran terhadap strees air cenderung akan menjaga potencial air daun yang tinggi pada protoplasma, yang akan memelihara tingginya kandungan air dan tekanan turgor sel tumbuhan. Proses metabolik sel tumbuhan secara kritis tergantung pada air, kehilangan air pada tumbuhan menyebabkan panghambatan secara langsung terhadap proses fotosíntesis yaitu pada transport electrón pada reaksi primer dan pada biokimia serta aktivitas enzim pada reaksi sekunder, tetapi hal itu masih dapat dikendalikan dengan adanya lubang saluran resin pada jenis Damar. Blackmore dan Tootill, (1998 dalam Cao 2000) mengemukakan bahwa damar selalu memberikan respon konduktansi stomata paling progresif baik pada responnya terhadap potencial air daun maupun terhadap kandungan air tanah, hal ini karena pada kondisi kering dan panas, resin pada daun Damar akan berevaporasi melalui lubang saluran resin di permukaan daun, sehingga akan meningkatkan kerapatan lapisan pembatas pada permukaan daun, yang pada akhirnya dapat meningkatkan resistansi difusi uap air Respon konduktansi stomata yang lebih progresif menguntungkan bagi Damar karena mengakibatkan Damar mampu mengendalikan laju transpirasi
tanpa menyebabkan
penurunan laju fotosíntesis yang drastis. Tabel 2 menunjukkan rata-rata riap diameter dan tinggi S. leprosula plot datar memiliki IC antara lain 285.87, 278.20, 137.80 (foot candle), memiliki riap diameter dan
tinggi
berturut-turut
2.19
cm/tahun,
221.03
cm/tahun;
2.91
cm/tahun,
217.58cm/tahun; 0.70 cm/tahun, 141.08 cm/tahun. Plot ini memiliki hasil analisis sangat berbeda nyata sebesar 0.0001 dengan pengaruh IC sebesar 16.6% pada riap diameter. Intensitas cahaya yang optimal bagi S. leprosula pada kondisi datar ini sebesar 278.2
foot candle. Pada kondisi ini terlihat pada penerimaan IC sedang dapat mefungsikan ketersediaan air yang cukup dari adanya tegakan pohon yang cukup menjaga kelembaban pada lahan tersebut, sehingga keberlangsungan fotosintesis dapat berjalan baik. Kramer dan Kozlowski (1960) mengatakan bahwa pertumbuhan diameter sebagian besar jelas berasal dari hasil fotosíntesis dan sangat peka terhadap kondisi lingkungan, terutama persediaan air. Pada saat suhu dalam tanah optimal, maka respon akar dalam menghisap air dan mineral maksimum. Respon akar dalam menghisap air dan mineral dari dalam tanah berkaitan dengan tercapainya suhu maksimum dalam tanah. Plot S. leprosula datar jalur 2 memiliki IC sedang dan kelembaban tinggi dapat menjalankan reaksi fotosintesis yang baik sehingga menghasilkan respirasi yang baik pula. Tourney dan Korstia (1974) dalam Simarangkir (2000) mengemukakan pertumbuhan diameter tanaman berhubungan erat dengan laju fotosintesis akan sebanding dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi. Akan tetapi pada titik jenuh cahaya, tanaman tidak mampu menambah hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah. Tabel 2 juga menunjukkan plot S. leprosula agak curam memiliki rata-rata penerimaan IC minimal, hasil analisis yang didapat adalah tidak berbeda nyata. Tetapi riap diameter dan riap tinggi pada jenis ini dapat dikatakan cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis S. leprosula dengan kondisi datar. Hal ini disebabkan oleh IC yang cukup sesuai dengan luas daun jenis S. leprosula yang lebih lebar (daun lebih banyak) sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan intensitas cahaya yang minimal, ditambah dengan persediaan air yang optimal sehingga mendukung proses fotosintesis. Plot S. leprosula agak curam memiliki rata-rata penerimaan IC matahari minimal yang masih bisa ditoleransi oleh jenis ini. June (1999) menyebutkan bahwa pada lingkungan cahaya yang rendah, tanaman harus dapat menyerap cahaya yang cukup
untuk
tetap
hidup
oleh
karenanya
tumbuhan
tersebut
harus
dapat
memaksimumkan jumlah cahaya yang diserap. Harjadi (1999) menyebutkan bahwa pada intensitas cahaya yang tinggi, cahaya yang datang lebih banyak yang dilewatkan melalui daun dan dipantulkan sedangkan pada intensitas cahaya rendah, cahaya yang datang lebih banyak diserap dan digunakan. Pertumbuhan S. leprosula plot agak curam ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan S. leprosula datar disebabkan oleh
penerimaan IC yang lebih rendah (penutupan tajuk tinggi) mengakibatkan tajuk tanaman untuk lebih merangsang pertumbuhan ke atas untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari optimal. Perbandingan kedua jenis ini memperllihatkan bahwa riap diameter dan riap tinggi jenis S. leprosula yang paling besar dalam dua kondisi (datar dan agak curam) dengan penerimaan rata-rata IC yang paling minimal dibandingkan jenis S. parvifolia. Sagala (1994) menjelaskan bahwa Shorea leprosula mempunyai pertumbuhan yang cepat dan lebih mampu tumbuh di tempat terbuka, Shorea leprosula dengan umur 1.5 tahun mempunyai tinggi 1.2 m sedangkan Shorea parvifolia umur yang sama tingginya 1 m.
BAB VI KESIMPULA DA SARA
6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Riap diameter dan tinggi terbesar
S. parvifolia yaitu 1.59 cm/tahun, 140.88
cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.50 cm/tahun, 247.05 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.91 cm/tahun, 217.58 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.95 cm/tahun, 289.35 cm/tahun. 2. Selama pengamatan pertumbuhan jenis S. parvifolia dan S. leprosula, didapatkan riap diameter yang berpengaruh dari penerimaan IC matahari berturut-turut adalah 1.59 cm/tahun dengan penerimaan IC 397.07 foot candle; 2.91 cm/tahun dengan penerimaan IC 278.2 footcandle.
6.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada pertumbuhan diameter dan tinggi pada lebar jalur yang berbeda-beda serta pada arah jalur yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Ådjers G, Hadengganan S, Kuusipalo J, Nuryanto K and Vesa L. 1995. Enrichment planting of dipterocarps in logged-over secondary forests: effect of width, direction and maintenance method of planting line on selected Shorea species. Forest Ecology and Management 73: 259-270. Al-Rasjid. 1991. Vademicum Dipterocarpaceae. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Ashton PMS. 1995. Seedling growth of co-occuring Shorea species in simulated light environments of rain forest. Forest Ecology and Management 72: 1- 12. Ashton PMS. and de Zoysa ND. 1989. Performance of Shorea trapezifolia seedlings growing in different light regimes. Journal of Tropical Forest Science 1 :356364. Bey A, Las I. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam usaha tani. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Brown ND. 1993. The implications of climate and gap microclimate for seedling growth conditions in a Bornean lowland rain forest. Journal of Tropical Ecology 9: 153168. Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1989. Prinsip-prinsip silvikultur. Marsono D, penerjemah; Soesono OH, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Daubenmire RF. 1967. Plants and environtment. New York: John Willey & Sons, Inc. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1992. Jakarta: Manual Kehutanan Depertemen Kehutanan Republik Indonesia. Etherington JR, 1976. Environment and plant ecology. New Delhi: Wiley Eastern Limited. Fahn A. 1991. Anatomi tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gardner FP, Pearce RB, dan Mitchell RL. diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press). June T. 1999. Ekofisiologi tanaman. Bogor: Dalam pelatihan dosen-dosen perguruan tinggi negeri Indonesia bagian barat di bidang agroklimatologi. Kozlowski TT, Kramer PJ, Pallardy SG. 1991. The physiological ecology of plants. San Diego: Academic Press, Inc.
woody
Kramer PJ, and TT. Kozlowski. 1960. Physiology of trees. New York: Mc Graw-Hill. Krishnaswany VS. 1956. Cover and nurse crops in sal (Shorea robusta) and teak (Tectona grandis) plantations at Dehra Dun. Indian Forester 82: 153-170. Lacher W. 1980. Physiological plants ecology. Berlin: Springer-Verlag. Lakitan B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Jakarta. Lambers H, Chapin III, F.S. dan Pons, H.L. 1998. Plant Physiological Ecology. New York: Springer-Verlag. Martini E. 2001. Respon konduktansi stomata dan potensial air daun anakan Bayur (Pterospermum javanicum Jungh), Damar (Shorea javanica), Duku (Lansium domesticum Corr), Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Pulai (Alstonia scholaris) terhadap kondisi stress air [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan, Jurusan Manajeman Hutan. Mooney H, JR Ehleringer. 1977. Photosynthesis. London: Plant Ecology editied by MJ Crawley, Blackwell Science. Mori T. 1980. Physiological studies on some dipterocarp species of Peninsular Malaysia as a basis for artificial regeneration. Research Pamphlet no. 78. Malaysia Forest Department. Nasir AA. 2001. Kumpulan bahan bacaan klimatologi pertanian. Bogor: FMIPA IPB. (tidak dipublikasikan). Nicholson DI. 1960. Light requirement of five species of Dipterocarpaceae. Malay. For. 23(4):344-356. Rasjid HA, Marfuah, Wijayakusumah H, Hendarsyah. D. 1991. Vademikum Dipterocarpaceae. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Revilla Jr AV. 1976. An introduction to the Philippine dipterocarps. The Philippine Lumberman 22 (4): 7-8, 10-4. Rudjiman and Dwi T Andriyani. 2002. Identification manual of Shorea spp. . Yogyakarta. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Safitri, WE. 2004. Respon Anakan Pohon Jenis Mahoni, Meranti Merah (Shorea selanica BI), Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Mangium (Acacia mangium) terhadap Perubahan Intensitas Radiasi Surya [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Sagala P. 1994. Mengelola lahan Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sasaki, S. and Mori, T. 1981. Growth responses of dipterocarp seedlings to light. Malaysian Forester 44: 319-345. Sastrawinata HA. 1983. Pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan bibit Shorea laevis di komplek wanariset Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Soekotjo W. 1976. Silvika. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Bogor: Fakultas Kaehutanan IPB. Strugnell EJ. 1936b. The effect of varying intervals in thinning meranti (Shorea spp.) Malayan Forester 5: 117-120. Simarangkir BDAS. 2000. Analisis riap Dryobalanopslanceolata Burk pada lebar jalur yang berbeda di hutan koleksi Uniersitas Mulawarman Lempake. Frontir No. 32. Kalimantan Timur. Suhardi. 1995. Effect of shading, Mycorriza inoculated and organic matter on the growth of Hopea gregaria seedling. Buletin Penelitian No. 28. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Tjondronegoro PD. 1983. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan semai Shorea selanica BI. Tesis Magister Sains. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Tomboc CC and Basada RM. 1978. White lauan (Shorea contorta) in the open and under second growth forest canopy. Sylvatrop 3: 205-210. Tourney JW and CV Koerstian. 1958. Foundatiouns of Silviculture. John Wiley and Sons, Inc. New York. Turner IM. 1989. A shading experiment on some tropical rain forest tree seedlings. Journal of Tropical Forest Science 1: 383-389.
LAMPIRA
Lampiran 1. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 1 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
0.2 1.55 2.25 1.45 2.15 1.75 1.4 1.05 0 0.36 0.15 0 0.25 1.12 1.4 0 0.3 1.02 0 0 1 2.5 1.3 1.6 1.6 2.6 1 1 0 1.6 2.6 4.6 2.8 3.1 2.9 0 0 0.2 2.5 1.7
50 275 385 230 295 245 210 115 0 85 75 0 110 175 250 0 45 270 0 0 170 270 230 252 145 325 177 180 0 265 360 260 215 354 319 0 0 82 365 245
0.43 3 3.95 3.15 4.35 0.3 1.95 1.1 0 0.75 0.3 0 0.5 1.25 1.85 0 0.75 2.15 0 0 1.45 3.95 3.65 3.95 3.7 5.45 2.4 3.2 0 3.9 5.7 5.1 3.45 5.35 4.55 0 0 0.5 4.45 4.3
80 400 530 460 490 580 320 225 0 160 140 0 210 250 450 0 150 350 0 0 280 545 380 550 370 630 380 530 0 580 520 380 450 520 500 0 0 530 565 170
0.92 130.29
Lampiran 2. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 2 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
2.51 1 1.52 0.4 0 2.52 1.2 1 3.4 2.3 2.5 1.5 2.3 1 2.45 1.2 1.44 2.3 1.02 3.1 1.1 1.5 1.8 2.6 2.1 2.6 1.3 1.7 0 1.6 0 1.6 1.9 2 1 1.6 1.6 1.6 1.1 0
345 95 215 175 0 235 125 200 285 300 280 245 385 215 275 255 220 235 155 315 165 245 270 360 290 320 170 270 0 275 0 260 310 300 210 255 215 220 270 0
5.2 1.45 3.45 1.1 0 5.4 1.9 1.65 7.8 4.6 5.85 3.4 4.75 1.9 4.9 3.3 3.8 4.9 2.05 5.25 2.9 3.7 4.7 5.4 2.9 5.1 1.6 1.83 0 3.45 0 4.7 4.4 5.25 2.85 4.1 1.6 2.25 2.85 0
535 110 370 265 0 430 220 260 410 515 495 420 510 315 540 485 445 460 310 470 390 520 470 565 325 430 215 355 0 490 0 500 510 630 440 520 310 320 510 0
1.59 140.88
Lampiran 3. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 3 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
1.2 1.3 2.1 2 2.2 2.5 2.4 1.4 2.15 1.05 0 1.9 1.2 3.4 2.6 1.8 1.1 3.1 1.25 0.9 2 2.2 0 2.1 1.2 1.6 1.8 1.2 0 0.6 0.7 0.7 0.6 1 1.7 1 1 0 0 0.3
290 300 310 350 340 300 360 285 210 125 0 350 275 280 255 215 210 275 140 165 300 275 0 255 160 320 280 250 0 195 250 175 215 75 300 190 195 0 0 75
3.7 3.85 5.55 5.1 4.95 5.2 5.05 3 3.35 1.25 0 2.6 1.6 5 4.25 2.5 2.2 5.05 1.25 4.65 5.6 4.85 0 4.85 2.05 5.2 4.85 3.85 0 2.4 2.15 2.2 2.55 0.2 3.65 1.25 1.45 0 0 0.35
390 320 370 530 570 510 525 570 485 260 0 510 310 490 460 370 350 460 240 295 590 450 0 560 310 550 510 500 0 490 430 450 385 135 510 310 380 0 0 80
1.44 141.00
Lampiran 4. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 1 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
1.7 1.3 2.5 2 2.4 3.95 2.9 1.5 2.15 0 0 3.65 1.8 1.7 1.55 0 2.05 3.35 1.92 1.6 2.05 3.35 2.2 0.5 2.2 3 3.85 1.1 2.3 3.3 3.1 3.2 3.4 3.5 7 4 0 1.55 2.45 3.1
270 240 350 340 400 470 490 330 350 0 0 470 270 300 270 0 0 0 0 240 300 420 340 170 172 380 460 220 380 450 430 420 430 430 460 510 0 270 321 420
2.6 2.1 3 3.7 3.1 0 5.4 4.3 5.6 0 0 3.1 3.6 3.1 3.2 0 3.35 3.4 2 1.5 0.4 1.8 0 1.7 2.3 3.5 3.75 2.15 2.6 3.4 3.7 2.8 4.05 4.85 5.6 5.25 0 3.95 2.55 2.95
330 310 390 490 360 0 560 420 520 0 0 570 420 400 400 0 335 450 240 245 145 290 0 260 180 360 390 285 470 380 430 410 510 560 530 530 0 485 340 400
2.19 221.03
Lampiran 5. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 2 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun)
1.6 1.35 1.1 1.05 2.14 2.55 2.35 2.75 2.1 2.7 3.25 2.1 1.1 1.6 0.45 0.9 0.6 1.35 0.85 1.05 2.2 3.3 1.25 1.3 2.3 2.15 2.95 2.85 3.1 3.85 1.45 2.15 1.3 2.1 0.45 0.75 1.18 2.42 2.15 2.35
290 214 125 275 315 245 320 360 320 380 410 310 240 250 220 210 180 270 320 195 255 340 240 280 380 370 410 395 460 450 270 440 195 320 185 230 245 380 320 400
2.3 1.5 2.75 2.2 3.1 5.05 4.15 4.05 2.7 3.35 4.35 2.25 2.4 2.15 2.6 2.55 2.85 4.28 3.15 1.15 3.85 4.75 1.75 2.6 4 3.95 4.15 4.2 4 4.85 2.45 3.95 1.8 3.9 1.2 1.8 2.6 3.85 2.55 3.15
300 270 370 380 455 485 515 370 400 430 480 340 390 330 350 285 400 450 400 250 310 530 270 485 510 500 535 485 530 540 360 465 220 420 240 280 350 450 410 450
2.91
Riap Tinggi (cm/tahun)
217.58
Lampiran 6. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 3 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
0 0 2.6 2 2.15 3.4 1.7 1 1.15 1.1 1.1 1.3 1.4 0.5 1 0.3 1.5 1.3 1.5 0.1 2.8 2.1 2.15 3.2 3.1 1.9 1.1 1 0.5 0 0 0 2.3 1.8 1.6 1.5 1.2 1.1 1.1 2.05
0 0 410 370 380 390 245 214 255 210 214 185 215 110 117 140 215 216 248 120 350 410 245 345 346 248 175 260 170 0 0 0 300 270 215 185 215 214 225 285
0 0 3.05 2.25 3.3 3.85 2.4 1.17 2 1.15 1.2 1.6 1.85 0.75 1.1 0.5 2.1 1.55 2.05 0.1 3.8 2.75 3.2 4.05 4.5 2.4 1.35 1.4 0.6 0 0 0 0.5 1.4 1.4 1.2 0.95 0.9 0.9 2.6
0 0 430 400 440 455 390 290 300 270 250 240 310 120 240 170 390 330 360 140 435 525 390 530 530 400 250 320 210 0 0 0 320 370 250 250 240 220 240 310
0.70 141.08
Lampiran 7. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 1 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
2.3 2.5 3.2 3.25 3.1 2.6 5.15 2 2.9 1.25 4.35 4.3 2.55 3.9 3.6 4.3 2.95 3.65 0.6 4.4 2.6 1.7 1.35 1.2 4.6 0.9 5.1 3.2 3.9 2.1 3.85 3.2 2.7 0 0 0 0 0 0 0
280 315 295 285 275 154 240 210 225 195 380 275 425 350 285 320 355 275 289 155 185 225 210 198 310 109 285 299 305 218 258 262 325 0 0 0 0 0 0 0
3.6 2.7 3.8 3.7 3.5 3.3 6.1 2.1 3.4 2 5.3 4.6 3.8 4.3 5.7 0.8 5.2 3.4 4 1 4.7 3.1 2 1.5 4.9 1.2 5.8 4.3 5 2.7 4.4 3.7 2.9 0 0 0 0 0 0 0
330 430 365 340 385 175 490 430 435 310 530 450 500 408 480 540 520 390 400 225 395 420 360 290 470 110 480 480 470 360 460 450 400 0 0 0 0 0 0 0
1.50 247.05
Lampiran 8. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 2 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi
Diameter 1 3.6 2.4 0 1.1 1.65 0.4 0 0 0 0 1.1 0 0 0.1 0 0 2.5 0 0 0 0 2 2.3 0 1 1 0 3.5 3.65 1.8 2.3 2.1 2.65 2.36 0 4.25 3.6 2.85 4.6 0 0.93 85.58
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
440 400 0 218 310 175 0 0 0 0 107 0 0 143 0 345 0 0 0 0 0 320 340 0 225 243 0 325 330 234 340 330 334 270 0 285 372 418 410 0
4.5 2.8 0 1.7 2.3 1.5 0 0 0 0 1.25 0 0 0.7 0 0.7 3.4 0 0 0 0 3 2.9 0 0.9 0.9 0 4.3 4.2 2.4 3.2 2.4 3.5 2.8 0 5 4 4.1 5.5 0
475 440 0 295 365 240 0 0 0 0 135 0 0 115 0 210 400 0 0 0 0 320 310 0 230 245 0 370 350 300 370 340 460 295 0 420 410 490 475 0
(cm/tahun)
Lampiran 9. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 3 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1.9 2.2 4.1 3.2 mati 2.2 mati 2.1 3.8 3.9 2.3 2.45 0.3 1 mati 0.9 1.7 2.3 2 3.15 2.9 2.45 1.3 3.2 0.5 2.2 0.2 0.2 1.7 2.2 mati 0.1 2.7 3 3.4 3.8 3.45 3.15 3.45 2.9
265 395 365 300 mati 245 mati 280 460 540 475 490 161 255 mati 110 335 380 370 385 410 465 250 370 240 305 135 157 195 282 mati 135 320 335 370 420 415 270 370 345
2.15 2.6 2 3.8 mati 2.1 mati 2.5 4.35 4.45 2.8 3 0.5 1.4 mati 1.15 1.95 2.8 2.6 3.7 4 3.25 2 3.9 2.05 3 0.7 0.7 2.35 2.45 mati 0.35 3.15 3.7 4.1 4.45 4.25 3.65 4.05 3.7
380 415 475 485 mati 250 mati 340 520 630 485 520 220 305 mati 130 410 430 420 410 460 500 295 395 285 385 210 210 290 165 mati 160 385 330 377 390 455 270 385 470
0.74 101.18
Lampiran 10. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 1 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
2.35 1.55 1.58 1.51 2.1 3.4 mati 1.32 1.4 2.01 3 2.3 2.5 1 1.3 1.5 1.35 2.05 1.35 1.42 mati 0.98 mati 1.3 0.125 1.05 mati 1.58 2.14 0.4 2.25 1.52 1.7 2.25 2.8 2.4 1.25 1 1.25 2.3
235 215 220 231 214 325 mati 220 221 232 225 200 240 215 184 190 215 252 125 214 mati 215 mati 214 198 185 mati 245 254 125 420 398 385 214 388 270 135 138 187 293
4.7 3.8 3.7 3.2 4 5.4 mati 2.6 2.7 3.2 5.7 4 4.8 1.1 2.4 2.1 2.7 3.1 2.7 1.8 mati 1.9 mati 2.7 2.5 1.2 mati 3.1 4.8 0.6 4.5 3.2 2 4.1 5 4 2.5 1.2 1.8 4
375 360 340 370 360 500 mati 385 390 465 455 400 390 260 315 300 330 410 155 310 mati 270 mati 360 250 230 mati 400 485 195 620 515 475 370 590 390 155 145 290 435
2.95 289.35
Lampiran 11. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 2 No Pohon
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
0.5 1.38 1.42 1.5 1.75 1 1.53 1.32 2.8 1.78 1.6 1.25 1.78 2.15 2.15 1.52 mati 1.32 2.7 1.45 1.67 2.1 2.05 2.18 2.2 0.3 mati 1.52 1.1 1.5 0.41 2.15 mati mati 2.2 2.15 2.4 2.15 1.05 2.65 2.18
115 235 245 320 385 185 274 213 398 318 189 210 325 355 314 250 mati 215 314 198 235 398 355 248 245 150 mati 214 205 238 112 405 mati mati 387 332 342 341 218 398
0.8 2.25 2.85 3.1 3.45 1.1 3.6 1.65 4.4 3.25 2 2.4 3.2 4.25 3.95 3.05 mati 2.6 4.3 2.55 3.15 4 4.15 3.75 3.35 0.35 mati 1.8 1.6 2.7 0.45 3.95 mati mati 3.95 3.9 3.8 2.75 1.25 4.7
150 450 430 480 500 280 430 315 570 410 330 360 490 485 485 335 mati 360 455 295 310 595 510 410 380 160 mati 335 300 465 135 520 mati mati 540 475 400 410 285 580
Riap Diameter (cm/tahun)
Riap Tinggi (cm/tahun)
236.48
Lampiran 12. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 3 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)
Diameter 1
Tinggi 1
Diameter 2
Tinggi 2
1.12 1.05 1.08 1.05 1.92 0.4 2.48 0 2.35 2.3 0 0.5 3.98 1.52 2.35 3.48 0 1.2 1.83 0 2.14 0.9 0 2.2 0.6 3.4 2.6 2.15 2.7 2.25 2.25 1.09 2.45 2.25 2.26 1.53 2.2 2.98 0 1.9
205 215 258 217 287 150 375 0 328 245 0 145 298 278 388 314 0 214 208 0 245 130 0 275 130 385 378 334 407 325 288 272 345 317 488 214 220 272 0 275
1.3 2 1.9 1.9 3.5 0.6 5 0 4.7 4.6 0 0.7 6.7 3.4 4.6 5.4 0 1.4 3.6 0 4.3 1 0 2.8 0.8 5.9 4.4 3.6 4.6 4.2 4.3 2 4.9 4.4 4.5 2.6 2.8 4.2 0 2.7
250 255 320 295 425 180 530 0 520 470 0 180 485 415 550 480 0 235 335 0 480 195 0 410 180 570 565 485 500 435 435 310 575 530 605 390 420 450 0 310
1.78 201.15
Lampiran 13. Rata-Rata Intensitas Cahaya 5 Hari Plot Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam atau Datar Plot/ Lereng
Jalur
Waktu
Shorea parvifolia Agak Curam
1
09.00-09.15
2
3
Shorea leprosula Datar
1
2
Ulangan/ Hari ke (Intensitas Cahaya (Foot Candle)) x 1000
Ratarata/5hari
Persentase Rata-rata Intensitas Cahaya/ jam (%)
1 103
2 120
3 97
4 118
5 89
12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari/ hari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15
352 114 189.67 24.69
329 98 182.33 23.73
392 89 192.67 25.08
368 117 201.00 26.16
471 378 312.67 40.70
83 815 253 383.7 49.94
320 769 250 446.3 58.09
82 836 252 390.0 50.76
108 847 264 406.3 52.89
72 739 266 359.0 46.73
46 278 123 149.00 19.39
122 230 118 156.67 20.39
79 358 149 195.33 25.42
69 241 121 143.67 18.70
46 224 144 138.00 17.96
120
105
152
154
163
21.86
12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15
603 101 274.67 35.75
705 101 303.67 39.53
608 104 288.00 37.49
642 58 284.67 37.05
583 89 278.33 36.23
58.92 15.10
122 596 99
78 658 64
116 642 94
108 638 129
88 669 72
16.60 35.87 26.53 215.67 28.07 20.94 75.15 42.83 397.07 51.68 11.40 24.97 21.83 156.53 20.37
285.87 37.21 16.13 60.08 15.27
3
Shorea parvifolia Datar
1
2
3
Shorea leprosula Agak Curam
1
Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15
272.33 35.45
266.67 34.71
284.00 36.97
291.67 37.96
276.33 35.97
89 197 94 126.67 16.49
68 530 37 211.67 27.55
61 274 89 141.33 18.40
117 160 85 120.67 15.71
23 186 57 88.67 11.54
177
169
230
102
270
29.86
12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15
814 177 389.33 50.68
786 221 392.00 51.02
821 186 412.33 53.67
886 174 387.33 50.41
833 224 442.33 57.57
77.66 32.73
183 883 127 397.67 51.76
132 893 139 388.00 50.50
152 859 86 365.67 47.59
116 961 119 398.67 51.89
215 875 115 401.67 52.28
198 771 119 362.67 47.20
128 474 116 239.33 31.15
118 591 91 266.67 34.71
94 601 47 247.33 32.19
131 684 80 298.33 38.83
167
72
79
46
61
13.39
12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya
235 56 152.67 19.87
305 61 146.00 19.00
226 59 121.33 15.79
253 70 123.00 16.01
251 63 125.00 16.27
23.82 10.30
278.20 36.21 11.28 25.27 12.07 137.80 17.94
404.67 52.67 25.13 83.87 19.53 390.33 50.81 21.07 58.54 15.10 282.87 36.82
133.6 17.39
2
3
Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%) 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata /hari Persentase Intensitas Cahaya Matahari (%)
92 347 80 173.00 22.52
89 231 66 128.67 16.75
125 148 63 112.00 14.58
131 230 99 153.33 19.96
129 107 69 101.67 13.23
101 331 47 159.67 20.78
86 225 67 126.00 16.40
97 233 74 134.67 17.53
74 207 66 115.67 15.06
95 201 53 116.33 15.14
17.83 19.94 12.57 133.73 17.41 14.27 22.45 10.23 130.47 16.98
Lampiran 14. Persentase Penutupan Tajuk S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 1 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 6 10 3 8 6 13 0.5 6 4 13, 8 0 3 13, 18 0.5 15 0 0 4 10, 15, 16 2 8 5 13, 15 4 9 4 8,13 2 7 5 10 2 6 3 10 1.5 8,5 3 2.5, 10 0 4 12 0 4 12 0 4 12, 14 0 4 15 0.2 6 7 15 1.5 6 7 15 0 4 15 1.5 7 5 8 3 6 4.5 8 3 6 0 1.5 7 0 0 0 0 0.5 5 1.5 4.5 0.5 8 1.5 6 1.5 4 0 0 0 0 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
400.00 400.00 266.67 200.00 0.00 266.67 333.33 266.67 333.33 200.00 200.00 266.67 266.67 266.67 266.67 466.67 466.67 266.67 333.33 300.00 0.00 0.00 0.00 33.33 33.33 100.00 0.00 0.00
200.00 33.33 0.00 33.33 0.00 133.33 266.67 133.33 133.33 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.33 100.00 0.00 100.00 200.00 200.00 100.00 0.00 0.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00
29 4 5 0.5 30 3 6 1 31 0 0 32 0 1 33 2.5 5 1 34 2 5 1 35 4 5 3 36 3 6 3 37 0 0 38 1.5 5 0.5 39 0 0 0 40 0 0 0 Ratarata Jumlah persentase Penutupan Tajuk
6 5 3 4.5 5 5 5 6 0 0
266.67 200.00 0.00 0.00 166.67 133.33 266.67 200.00 0.00 100.00 0.00 0.00 181.67 124.33
33.33 66.67 0.00 66.67 66.67 66.67 200.00 200.00 0.00 33.33 0.00 0.00 67.00
Lampiran 15. Persentase Penutupan Tajuk S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 2 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 1 9 1.5 8.5 2.5 9 3 9, 14 0.5 9 1.5 14 1.8 10 0 0 1.8 10 0 0 0.5 16 0 0 2 16 0.5 14 4 15 0.5 8 5 15 1 5 1.5 15 0 2 13 0 0 0 1 6 0 0.5 12 0 2.2 13 0 1.8 13 0 1.6 14 0 2 18, 14 0 1.5 18, 14 0 0.6 18 0 0 0 0 0 0 0 1.5 6 0 3 11 1 9 2.5 14 0 0 0 0 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
66.67 166.67 33.33 120.00 120.00 33.33 133.33 266.67 333.33 100.00 133.33 0.00 66.67 33.33 146.67 120.00 106.67 133.33 100.00 40.00 0.00 0.00 0.00 100.00 200.00 166.67 0.00 0.00
100.00 200.00 100.00 0.00 0.00 0.00 33.33 33.33 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 66.67 0.00 0.00 0.00
29 0 3 30 3 15 1.5 31 4 15 0 32 1.8 15 0 33 0 0 34 0 0 35 1 4 0 36 0 0 37 4 12 2 38 3 8 1.5 39 2 7 1.5 40 0 0 Ratarata Jumlah persentase Penutupan Tajuk
15 7 0 0 0 0 0 0 9 8 6
0.00 200.00 266.67 120.00 0.00 0.00 0.00 266.67 200.00 133.33 0.00 100.17 65.50
200.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 100.00 100.00 0.00 30.83
Lampiran 16. Persentase Penutupan Tajuk S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 3 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.5 15 0.5 16 1.5 15 1.5 16 0.5 16 1.5 16 4 16 1.5 16 4 16, 8 0 0 6 14, 9, 8 0 0 6 9, 16 0 0 5 16 0.5 7 5 18 1 7.5 1.5 9 1.5 8 0.5 8 2.5 8 1 9 0.5 5 1.5 semak (4) 0.5 4 1.5 13 0 0 0.5 16 0 0 1 16 0.5 5 1 10 1.5 4 1 10 0 0 2 14 0 0 2 14 0 0 2 6.5 0.5 5.5 1.5 6.5 0 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.33 100.00 33.33 266.67 266.67 400.00 400.00 333.33 333.33 100.00 33.33 66.67 100.00 100.00 33.33 66.67 66.67 66.67 133.33 133.33 133.33 100.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.33 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 33.33 66.67 100.00 166.67 33.33 33.33 0.00 0.00 33.33 100.00 0.00 0.00 0.00 33.33 0.00
29 2 7.5 0 30 4 6 0 31 2 8 0 32 4 12 2 33 3 16 2 34 0 0 4 35 0 0 6 36 2 10 6 37 3 10 5 38 0 0 0 39 0 0 0 40 0 0 0 Ratarata Jumlah persentase Penutupan Tajuk
0 0 0 6 14 12 9 8 8 0 0 0
133.33 266.67 133.33 266.67 200.00 0.00 0.00 133.33 200.00 0.00 0.00 0.00 115.83 90.42
0.00 0.00 0.00 133.33 133.33 266.67 400.00 400.00 333.33 0.00 0.00 0.00 65.00
Lampiran 17. Persentase Penutupan Tajuk S. leprosula Datar Pada Jalur 1 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 4 20 2 18 6 20 2 18 4 20 0 0 4.5 20 0 0 0 0 0 0 0 0 1.5 10 1.5 6 2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ketimpahan 0 0 0 pohon 0 0 Mati 0 0 0 0 0 6 23 6 23 6 23 0 0 2 23, 15 0 0 0 3 0 4 4 4
0 19 0 21 21 21
3 4 0 0 0 0
16 20 0 0 0 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
266.67 400.00 266.67 300.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
133.33 133.33 0.00 0.00 0.00 100.00 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 400.00 400.00 133.33
0.00 0.00 400.00 0.00 0.00
0.00 200.00 0.00 266.67 266.67 266.67
200.00 266.67 0.00 0.00 0.00 0.00
27 0 0 28 3 10 29 1.5 10 30 1.5 10 31 3 8 32 0 0 33 1.3 6 34 0 0 35 1.5 5 36 0 0 37 0.5 0 38 4 15 39 4 15 40 1.5 10 Rata-rata Jumlah persentase Penutupan Tajuk
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.00 200.00 100.00 100.00 200.00 0.00 86.67 0.00 100.00 0.00 33.33 266.67 266.67 100.00 118.00 76.08
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 34.17
Lampiran 18. Persentase Penutupan Tajuk S. leprosula Datar Pada Jalur 2 No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 2 10 3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 4 8 0 0 7 18 0 0 0 0 0 0 8.5 12 0 0 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 15 0 0 2 8 2 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.5 5 0 0 1.5 5 0 0 0 0 0 0 semak 4 0 0 1.5 4 0 0 1.5 4 0 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
133.33 0.00 0.00 266.67 466.67 0.00 566.67 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 0.00 0.00 133.33 0.00 0.00 100.00 100.00 0.00 0.00 100.00 100.00
200.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
29 1.5 4 0 30 1.5 4 0 31 0 0 0 32 0 0 0 33 0 0 0 34 0 0 0 35 0 0 0 36 3 18 0 37 3 18 0 38 3 18 0 39 3 18 0 40 3 18 0 Rata-rata Jumlah persentase Penutupan Tajuk
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 85.83 48.75
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11.67
Lampiran 19. Persentase Penutupan Tajuk S. leprosula Datar Pada Jalur 3 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 5 20 3 18 5 20 3 18 5 20 3 18 4 20 0 0 3 20 3 19 4 20 3 20 3 20 3 20 4 20 3 20 3 20 3 20 3 20 3 20 3 20 3 20 6 20 3 20 3 20 3 20 3 20 3 20 5 15 2 15 5 18 5 18 4 28 2 28 0 0 0 0 2 13 0 13 2 13 0 13 2 13 2 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 8 0 0 3 12 3 12 3 12 4 12
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
333.33 333.33 333.33 266.67 200.00 266.67 200.00 266.67 200.00 200.00 200.00 400.00 200.00 200.00 333.33 333.33 266.67 0.00 133.33 133.33 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 200.00 200.00
200.00 200.00 200.00 0.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 133.33 333.33 133.33 0.00 0.00 0.00 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 200.00 266.67
29 3 16 2 30 3 10 2 31 3 3 32 3 18 4 33 3 20 3 34 2 18 5.3 35 2 18 4 36 2 9 5 37 6 20 0 38 6 20 0 39 0 0 0 40 0 0 0 Rata-rata Jumlah Persentase Penutupan Tajuk
10 15 15 18 22, 18 18 22 0 0 0 0
200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 133.33 133.33 133.33 400.00 400.00 0.00 0.00 188.33 165.25
133.33 133.33 200.00 266.67 200.00 353.33 266.67 333.33 0.00 0.00 0.00 0.00 142.17
Lampiran 20. Persentase Penutupan Tajuk S. parvifolia Datar Pada Jalur 1 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 0 4 13 4 13 4 13 4 13 0 0 0 0 0 0 0 6 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 13 0 0 0 1 16 0 1 16 0 0 0 0 0 0 0 0 2 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 7 3 7 0 2.5 7 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
0.00 266.67 266.67 0.00 0.00 0.00 400.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 66.67 0.00 66.67 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 200.00 166.67
266.67 266.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 0.00 0.00
29 0 0 30 0 0 31 2 6 0 32 2 6 0 33 1 15 0 34 0 0 35 0 0 36 0 0 37 0 0 38 0 0 39 0 2 40 0 2 Rata-rata Jumlah Persentase Penutupan Tajuk
6 6
0.00 0.00 133.33 133.33 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 45.83 36.25
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 133.33 26.67
Lampiran 21. Persentase Penutupan Tajuk S. parvifolia Datar Pada Jalur 2 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0.5 7 0 0 1.5 9 0 0 0.5 7 0 0 0 0 1.3 11 0.3 7 0 0 1.5 9 0.5 9 1.5 9 1 9 1.5 9 1 10 0 0 0.5 7 1.5 15 0.5 8 1.3 5 0 0 1.3 5 1 8 1.5 7 0 0 1.3 8 1.1 8 1 8 1.3 7.5 2 9 0.3 6 2 9 0.3 5 0.4 8 0.4 6 1.5 9 0.4 7 1.2 9 0 0 0 0 1.2 8 1 9 1.1 7 0.3 10 0.3 8 0.2 11 0.2 8 0.3 8
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
0.00 0.00 0.00 66.67 0.00 0.00 0.00 86.67 0.00 33.33 66.67 66.67 33.33 33.33 0.00 66.67 0.00 73.33 86.67 20.00 20.00 26.67 26.67 0.00 80.00 73.33 20.00 13.33
0.00 0.00 0.00 33.33 100.00 33.33 0.00 20.00 100.00 100.00 100.00 0.00 100.00 86.67 86.67 0.00 86.67 66.67 133.33 133.33 26.67 100.00 80.00 0.00 66.67 20.00 13.33 20.00
29 0 0 1.4 30 0.3 6 1.5 31 1.2 11 1.5 32 0 0 1.5 33 1.4 8 1.4 34 1.4 8 1.4 35 0.3 6 1.4 36 1 6 1.4 37 0.2 7 1.4 38 1.2 9 1.5 39 0 0 1.1 40 0 0 1.2 Rata-rata Jumlah Persentase Penutupan Tajuk
10 8 8 11 8 11 11 7 6 8 8 10
0.00 20.00 80.00 0.00 93.33 93.33 20.00 66.67 13.33 80.00 0.00 0.00 34.00 49.75
93.33 100.00 100.00 100.00 93.33 93.33 93.33 93.33 93.33 100.00 73.33 80.00 65.50
Lampiran 22. Persentase Penutupan Tajuk S. parvifolia Datar Pada Jalur 3 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 1.2 15 4 13 0 0 1.5 9 2 7 1.5 7 1.5 6 4 12 0 4 12 0 0 0 0 0 0 0 1.5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 10 0 5 16 2.5 10, 15 5 16 4 15 0 4 15 0 0 0 0 1.5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 4 10 4 10 4 10 4 10
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
80.00 0.00 100.00 100.00 266.67 266.67 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 166.67 266.67 266.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 266.67 266.67
266.67 0.00 133.33 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 333.33 333.33 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 266.67 266.67
29 0 4 30 0 4 31 0 32 0 33 0 34 0 35 0 36 0 37 0 38 0 39 0 40 0 4 Rata-rata Persentase Jumlah Penutupan Tajuk
10 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 53.67 59.33
266.67 266.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 266.67 65.00
Lampiran 23. Persentase Penutupan Tajuk S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 1 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 2 pancang
2 3
pancang pancang rubuh
1 3
pancang tiang
2
pancang
1
pancang
1 1.5 1 1
pancang pancang pancang pancang
1.5 1.5 1 2
pancang pancang pancang pancang
3
tiang
1
pancang
5
pancang, tiang
5
pancang, pohon
3 3 2
tiang pohon tiang
5
pohon
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 200.00
133.33 0.00 0.00 133.33 0.00 0.00
0.00 66.67 200.00 0.00 0.00 100.00 100.00 66.67 133.33 0.00 0.00 200.00 0.00 333.33
66.67 0.00 0.00 66.67 100.00 66.67 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 66.67 0.00 333.33
0.00 0.00 333.33 0.00 0.00 0.00
0.00 200.00 200.00 133.33 0.00 0.00
27 3 tiang 28 2 tiang 1.5 29 1.5 30 31 1 32 33 34 35 2.5 36 2.5 37 38 39 40 Rata-rata Persentase Jumlah Penutupan Tajuk
pancang pancang pancang
200.00 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 166.67 166.67 0.00 0.00 0.00 0.00 63.33 54.58
0.00 100.00 100.00 0.00 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 45.83
Lampiran 24. Persentase Penutupan Tajuk S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 2 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 5 18 0 5 18 3 7 1 8 3 19 1.5 7 2 8 0 4 8 0 4 10 2 8 2 10 0 2 10 5 20 0 5 20 0 5 20 0 5 20 0 5 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 15 2 13 1.5 4 2 13 2 10 3.5 7 1.5 5
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
333.33 333.33 66.67 100.00 0.00 0.00 133.33 0.00 333.33 333.33 333.33 333.33 333.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 133.33 233.33
0.00 200.00 200.00 133.33 266.67 266.67 133.33 133.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133.33 100.00 133.33 100.00
29 3.5 7 1.5 30 2.5 16 1.5 31 2.5 16 1.5 32 2.5 16 1.5 33 2.5 16 1.5 34 2.5 16 1.5 35 2.5 16 0 36 2.5 13 0 37 0 1.5 38 0 1.5 39 3 10 1.5 40 3.5 16 3.5 Rata-rata Persentase Jumlah Penutupan Tajuk
5 5 5 5 5 5
5 5 7 16
233.33 166.67 166.67 166.67 166.67 166.67 166.67 166.67 0.00 0.00 200.00 233.33 124.17 98.75
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 100.00 100.00 100.00 233.33 73.33
Lampiran 25. Persentase Penutupan Tajuk S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 3 No Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(% / luas penutupan tajuk) bagian kanan (m) bagian kiri (m) Lebar Tinggi Lebar Tinggi 4 15 3 20 4 15 3 20 4 15 3 20 1.5 10 0 0 1.5 10 1.5 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 8.4 0.5 6 2 7.8 2 9.5 0 0 0 0 1 8 2.6 12 1.5 6 2.5 10 0.5 6 3 10 1.5 11 0.3 10 1.5 6 0 0 2 6 1 2.5 0.5 4 0.5 4 0.2 20 1.2 6 0.5 21 0.3 4 0 0 0.5 6 0 0 0.2 6 0 0 0 0
Persentase Penutupan Tajuk Kanan
Persentase Penutupan Tajuk Kiri
266.67 266.67 266.67 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 200.00 133.33 0.00 0.00 66.67 100.00 33.33 100.00 100.00 133.33 33.33 13.33 33.33 0.00 0.00 0.00
200.00 200.00 200.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.33 133.33 0.00 0.00 173.33 166.67 200.00 20.00 0.00 66.67 33.33 80.00 20.00 33.33 13.33 0.00
29 2 6.8 0.7 30 0.5 6 1.5 31 1.3 5 1.5 32 0.2 5 0 33 0.5 6 1.5 34 1.2 6 1.2 35 2.5 6 3 36 2.5 7 3 37 0.6 9 3 38 3 21 3 39 3 25 2.5 40 3 25 2.5 Rata-rata Persentase Jumlah Penutupan Tajuk
7 10 6 0 5 5 7 6 21 6 21 21
133.33 33.33 86.67 13.33 33.33 80.00 166.67 166.67 40.00 200.00 200.00 200.00 82.50 81.67
46.67 100.00 100.00 0.00 100.00 80.00 200.00 200.00 200.00 200.00 166.67 166.67 80.83
Lampiran 27. Rata-Rata Suhu 5 Hari Plot Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam atau Datar Rata-rata Suhu (ºC) 5 hari Plot/ lereng
Jalur
1
Shorea parvifolia Agak Curam
2
3
1
Shorea leprosula Datar
2
3
Shorea parvifolia Datar
1
Waktu 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari
Basah
Kering
Kelembaban (%)
24.90 26.10 25.00 25.33 24.90 25.80 24.90 25.20 24.70 26.50 25.82 25.67 25.80 26.20 27.10 26.37 25.60 25.90 26.80 26.10 25.60 25.20 26.40 25.73 25.90 27.00 26.60 26.50
26.16 29.40 28.80 28.12 25.80 30.30 28.20 28.10 25.84 29.70 27.60 27.71 26.90 28.20 28.60 27.90 26.00 27.10 27.00 26.70 26.50 26.30 27.30 26.70 26.80 29.70 27.70 28.07
85.00 76.00 71.40 77.47 89.00 69.80 74.00 77.60 88.40 76.60 81.60 82.20 90.20 85.20 90.00 88.47 95.00 90.60 96.00 93.87 90.60 90.60 93.40 91.53 90.40 77.40 88.00 85.27
2
3
1
Shorea leprosula Agak Curam
2
3
09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari 09.00-09.15 12.00-12.15 15.00-15.15 Rata-rata/ hari
25.80 27.50 26.40 26.57 25.80 27.10 26.40 26.43 25.70 27.40 26.70 26.60 25.80 27.20 26.60 26.53 25.80 27.10 26.60 26.50
26.60 29.80 27.30 27.90 26.80 30.50 27.40 28.23 25.60 28.00 27.30 26.97 25.40 28.00 27.40 26.93 25.70 28.00 27.20 26.97
91.40 81.90 88.60 87.30 90.50 73.60 88.80 84.30 89.80 86.20 88.80 88.27 86.80 87.40 87.20 87.13 88.40 86.20 87.20 87.27
Lampiran 28. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea parvifolia pada kondisi Agak Curam Riap Diameter pada A1 The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
ints
3
Values 156.53 215.67 397.07
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure ANOVA Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
9.8759267
4.9379633
4.30
0.0158
Error
117
134.3374200
1.1481831
Corrected Total
119
144.2133467
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.068481
81.44411
1.071533
1.315667
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
9.87592667
4.93796333
4.30
0.0158
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
9.87592667
4.93796333
4.30
0.0158
Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
1.148183
Number of Means
2
3
Critical Range
.4745
.4994
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
1.5895
40
397.07
A
1.4380
40
156.53
B
0.9195
40
215.67
A
Ditransformasi dengan ( 1/akar(Y+5)) Riap Diameter pada A1 The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
0.01028387
0.00514194
4.20
0.0173
Error
117
0.14329937
0.00122478
Corrected Total
119
0.15358325
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.066960
8.693559
0.034997
0.402561
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.01028387
0.00514194
4.20
0.0173
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.01028387
0.00514194
4.20
0.0173
Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
Number of Means
0.001225
2
3
Number of Means
2
3
Critical Range
.01550
.01631
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
0.415243
40
215.67
B
0.399035
40
156.53
0.393405
40
397.07
B B
Contrast
DF
Contrast SS
Mean Square
F Value
Pr > F
linier
1
0.45904500
0.45904500
0.40
0.5284
kuadratik
1
9.41688167
9.41688167
8.20
0.0050
Riap Tinggi pada A1 The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
ints
3
Values 156.53 215.67 397.07
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
3025.009
1512.504
0.17
0.8431
Error
117
1035021.370
8846.336
Corrected Total
119
1038046.379
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.002914
68.45692
94.05497
137.3929
Source ints
Source ints
DF 2
DF 2
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
3025.008807
1512.504403
0.17
0.8431
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
3025.008807
1512.504403
0.17
0.8431
Riap Tinggi pada A1 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
8846.336
Number of Means
2
3
Critical Range
41.65
43.84
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
141.00
40
156.53
140.89
40
397.07
130.29
40
215.67
A A A A
Ditrasnformasi akar(Y+20) Riap Tinggi pada A1 The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
ints
3
Values 156.53 215.67 397.07
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
119
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
0.14689323
0.07344662
0.37
0.6900
Error
116
22.89025353
0.19732977
Corrected Total
118
23.03714676
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.006376
18.54146
0.444218
2.395810
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.14689323
0.07344662
0.37
0.6900
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.14689323
0.07344662
0.37
0.6900
The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
116
Error Mean Square
0.19733
Harmonic Mean of Cell Sizes
39.66102
Note: Cell sizes are not equal. Number of Means
2
3
Critical Range
.1976
.2079
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A
Mean
N
ints
2.43070
40
397.07
2.40828
40
156.53
2.34724
39
215.67
A A A A
Lampiran 29. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea leprosula pada kondisi Datar Riap Diameter pada A2 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels
Values
3
137.8 278.2 285.87
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
Riap Diameter pada A2 The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
101.6439450
50.8219725
10.80
<.0001
Error
117
550.7299350
4.7070935
Corrected Total
119
652.3738800
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.155806
112.0653
2.169584
1.936000
Source ints
Source
DF 2
DF
Type I SS 101.6439450
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
50.8219725
10.80
<.0001
Mean Square
F Value
Pr > F
Source ints
DF 2
Type III SS 101.6439450
Mean Square
F Value
Pr > F
50.8219725
10.80
<.0001
Riap Diameter pada A2 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
4.707093
Number of Means
2
3
Critical Range
0.961
1.011
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
2.9130
40
278.2
A
2.1923
40
285.87
B
0.7028
40
137.8
A
Ditransformasikan Riap Diameter pada A2 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels 3
Values 137.8 278.2 285.87
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
0.01272895
0.00636448
11.64
<.0001
Error
117
0.06395573
0.00054663
Corrected Total
119
0.07668468
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.165991
7.977526
0.023380
0.293075
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.01272895
0.00636448
11.64
<.0001
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.01272895
0.00636448
11.64
<.0001
Riap Diameter pada A2 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
0.000547
Number of Means
2
3
Critical Range
.01035
.01090
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
0.306633
40
137.8
B
0.290905
40
285.87
0.281687
40
278.2
B B
Contrast linier
DF
Contrast SS
Mean Square
F Value
Pr > F
1
44.37220500
44.37220500
9.43
0.0027
Contrast kuadratik
DF
Contrast SS
Mean Square
F Value
Pr > F
1
57.27174000
57.27174000
12.17
0.0007
Riap Tinggi pada A2 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels
Values
3
137.8 278.2 285.87
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
163415.400
81707.700
1.55
0.2163
Error
117
6162297.525
52669.210
Corrected Total
119
6325712.925
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.025834
118.7723
229.4977
193.2250
Source ints
Source ints
DF 2
DF 2
Type I SS 163415.4000
Type III SS 163415.4000
Mean Square
F Value
Pr > F
81707.7000
1.55
0.2163
Mean Square
F Value
Pr > F
81707.7000
1.55
0.2163
Riap Tinggi pada A2 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
52669.21
Number of Means
2
3
Critical Range
101.6
107.0
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
221.03
40
285.87
217.58
40
278.2
141.08
40
137.8
A A A A
Data Transformasi Riap Tinggi pada A2 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels
Values
3
137.8 278.2 285.87
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
0.34194715
0.17097357
1.06
0.3500
Error
117
18.88504427
0.16141063
Corrected Total
119
19.22699142
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.017785
19.50859
0.401759
2.059398
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.34194715
0.17097357
1.06
0.3500
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.34194715
0.17097357
1.06
0.3500
Riap Tinggi pada A2 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
0.161411
Number of Means
2
3
Critical Range
.1779
.1872
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A
Mean
N
ints
2.13368
40
278.2
2.03394
40
285.87
2.01058
40
137.8
A A A A
Lampiran 30. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea parvifolia pada kondisi Datar Riap Diameter pada A3 The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
ints
3
Values 282.8667 390.3333 404.6667
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
Riap Diameter pada A3 The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.03708558
0.01854279
2.41
0.0943
Error
117
0.90044225
0.00769609
Corrected Total
119
0.93752783
Model
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.039557
3.164733
0.087727
2.772030
Source ints
Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.03708558
0.01854279
2.41
0.0943
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Source ints
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.03708558
0.01854279
2.41
0.0943
Riap Diameter pada A3 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
0.007696
Number of Means Critical Range
2
3
.03885
.04089
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A
Mean
N
ints
2.79608
40
404.6667
2.76548
40
390.3333
2.75454
40
282.8667
A B
A
B B
Riap Tinggi pada A3 The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
ints
3
Values 282.87 390.33 404.67
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
Riap Tinggi pada A3 The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
2
4.87426435
2.43713217
5.75
0.0041
Error
117
49.58646313
0.42381592
Corrected Total
119
54.46072747
Model
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.089501
30.58245
0.651011
2.128709
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
4.87426435
2.43713217
5.75
0.0041
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
4.87426435
2.43713217
5.75
0.0041
Riap Tinggi pada A3 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
0.423816
Number of Means Critical Range
2
3
.2883
.3034
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
2.3899
40
404.67
B
2.0969
40
282.87
1.8993
40
390.33
B B
Lampiran 31. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam Riap Diameter pada A4 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels 3
Values 130.47 133.6 133.73
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
8.2115887
4.1057944
0.57
0.5699
Error
117
850.1326144
7.2660907
Corrected Total
119
858.3442031
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.009567
103.3527
2.695569
2.608125
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
8.21158875
4.10579438
0.57
0.5699
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
8.21158875
4.10579438
0.57
0.5699
Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
7.266091
Number of Means
2
3
Critical Range
1.194
1.256
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
2.9464
40
133.6
2.5688
40
130.47
2.3092
40
133.73
A A A A
Transformasi Ln(Y+10) Riap Diameter pada A4 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels 3
Values 130.47 133.6 133.73
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
0.04047512
0.02023756
0.46
0.6298
Error
117
5.10108997
0.04359906
Corrected Total
119
5.14156509
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.007872
8.310412
0.208804
2.512557
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.04047512
0.02023756
0.46
0.6298
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.04047512
0.02023756
0.46
0.6298
Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
0.043599
Number of Means
2
3
Critical Range
.09247
.09732
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A
Mean
N
ints
2.53742
40
133.6
2.50663
40
130.47
2.49362
40
133.73
A A A A
Riap Tinggi pada A4 The GLM Procedure Class Level Information Class ints
Levels 3
Values 130.47 133.6 133.73
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
112188.750
56094.375
1.02
0.3624
Error
117
6409354.050
54780.804
Corrected Total
119
6521542.800
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.017203
94.52867
234.0530
247.6000
Source ints
Source ints
DF 2
DF 2
Type I SS 112188.7500
Type III SS 112188.7500
Mean Square
F Value
Pr > F
56094.3750
1.02
0.3624
Mean Square
F Value
Pr > F
56094.3750
1.02
0.3624
The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
54780.8
Number of Means
2
3
Critical Range
103.6
109.1
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
ints
A
289.35
40
133.6
236.48
40
133.73
216.98
40
130.47
A A A A
Transformasi (akar(Ln(Y+20))) Riap Tinggi pada A4 The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
ints
3
Values 130.47 133.6 133.73
Number of Observations Read
120
Number of Observations Used
120
The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
2
0.25209364
0.12604682
1.05
0.3542
Error
117
14.08481211
0.12038301
Corrected Total
119
14.33690574
R-Square
Coeff Var
Root MSE
respon Mean
0.017584
15.97592
0.346963
2.171784
Source ints
Source ints
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.25209364
0.12604682
1.05
0.3542
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2
0.25209364
0.12604682
1.05
0.3542
Duncan's Multiple Range Test for respon Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha
0.05
Error Degrees of Freedom
117
Error Mean Square
0.120383
Number of Means
2
3
Critical Range
.1536
.1617
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A
Mean
N
ints
2.23092
40
133.6
2.16521
40
133.73
2.11923
40
130.47
A A A A