FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 06 Tahun 2010
Tr ia
l
Tentang PENGGUNAAN ENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS BAGI JEMAAH HAJI ATAU UMRAH
:
a. bahwa penyakit Meningitis masih menjadi ancaman kesehatan bagi jama'ah haji dan umrah di mana untuk mencegah terjadinya penularan penyakit berbahaya tersebut hanya bisa dilakukan melalui vaksinasi Meningitis Meningitis;
ft.
a ca t
co
e o !
Menimbang
2 m
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah:
ns
.s
C w
r w e
b. bahwa pemerintah Arab Saudi tetap mewajibkan kepada semua orang yang akan berkunjung ke negara tersebut, termasuk untuk kepentingan haji dan/atau umrah, agar melakukan vaksinasi Meningitis guna melindungi jamaah sehingga tidak terinveksi virus yang berbahaya tersebut;
PD
F
w
c. bahwa pada saat in ini sudah ada beberapa produsen yang memproduksi si vaksin meningitis, yaitu : (1) Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical Pharmaceutical-Belgium Belgium (2) Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i. (3) Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co. Ltd. ;
Mengingat
d. bahwa Komisi Fatwa MUI telah menerima permohonan fatwa tentang status kehalalan produk vaksin meningitis dari ketiga produsen tersebut. e. bahwa untuk itu, Komisi Fatwa MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang hukum Penggunaan Vaksin Meningitis produk dari ketiga produsen tersebut bagi Jemaah Haji dan/atau Umrah,, sebagai pedoman bagi pemerintah, umat Islam dan piha pihakpihak lain n yang memerlukannya. :
1. Firman Allah SWT, antara lain:
2 ”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampui batas, maka tidak ada dosa baginya. S e s u ng g uhn y aAl l ahMa haPe ngampun,l agiMahaPe ny a y a ng”. (QS. Al-Baqarah [2]: 173).
ِ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ِﺍ ﺮ ﻴ ْ ﻐ َ ﱠﻟ ِ ِﻞ ﻫ ﺎﺃ ُ ﻣ َ ِﻭ َ ﺮ ﻳ ﺰ ِ ﻨ ْ ْﺨ ِ ﻟ ُﺍ ﻢ َﺤ ْ ﻟ ُﻭ َ ﻡ ﺪ ﱠ ﻟ ﺍ ُﻭ َ ﺔ ﺘ َ ﻴ ْ ﻤ َ ﻟ ْ ُﺍ ﻢ ﻜ ُ ﻴ ْ ﻠ َ ْﻋ َ َﺖ ﻣ ﺮ ﱢ ﺣ ُ ﻊ ُ ﺒ ُ ﻟﺴ ﱠ َﺍ َﻞ ﻛ ﺎﺃ َ ﻣ َ ُﻭ َ ﺔ ﻴﺤ َ ﱠﻄ ِ ﻨ ﻟ ﺍ ُﻭ َ ﺔ ﻳ َ ﺩ ﱢ ﺮ َ ﺘ َ ﻤ ُ ﻟ ْ ﺍ ُﻭ َ ﺓ ﺫ َ ﻮ ﻗ ُ ﻮ ْ ﻤ َ ﻟ ْ ﺍ ُﻭ َ ﺔ ﻘ َ ﻨ ِ ْﺨ َ ﻨ ﻤ ُ ﻟ ْ ﺍ ِﻭ َ ﻪ ﺑ ِ ُﺐ ِ ﱡﺼ ﻨ ﻟ ﺍ َﻰ ﻠ َﻋ َ ِﺢ ﺑ ﺎﺫ ُ ﻣ َ ْﻭ َ ﻢ ﺘ ُ ﻴ ْ ﻛ ﱠ ﺎﺫ َ ﱠﻣ َ ِﻻ ﺇ
Tr ia
l
“Di h a r a mk a n ba gi mu ( me mak an)ba ngk ai ,dar ah,dagi ng babi , (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang d i s e mb e l i hunt u kbe r hal a …”(QS. Al-Maidah[5]: 3)
co
e o !
2 m
َْ ﻥ ﺃ ِﻻ ﱠ ﺇ ﻪ ُ ﻤ ُ ﻌ َ َﻄ ْ ﻳ ﻢ ٍ ﺎﻋ ِ َﻰﻃ َ ﻠ ﺎﻋ َ ﻣ ً ﺮ ﱠ ُﺤ َ ﱠﻣ َﻲ ﻟ ﺇ ِ ِﻲ َ ﻭﺣ ﺃ ُ ﺎ ِﻲﻣ َ ُﻓ ﺪ َﺟ ِ ﺃ ْﻻ َ ُﻞ ﻗ ﺎ ﻘ ً ِﺴ ْ ْﻓ ﻭ ﺃ َ ْﺲ ٌ ِﺟ ُﺭ ﻪ ﻧ ﱠ ﺈ ِ ٍﻓ َ ﺮ ﻳ ﺰ ِ ﻨ ْ َﺧ ِ ﻢ َﺤ ْ ﻟ ﻭ ْ ﺃ َ ﺎ ﻮﺣ ً ﻔ ُ َﺴ ْ ﺎﻣ ﻣ ً ْﺩ َ ﻭ ﺃ َ ﺔ ً ﺘ َ ﻴ ْ َﻣ َ ﻮﻥ ﻜ ُ ﻳ َ ﱠﻚ َ ﺑ ﱠﺭ َ ِﻥ ﺈ ٍﻓ َ ﺩ ﺎ َﻋ َ َﻻ ٍﻭ ﺎﻍ َﺑ َ ﺮ ﻴ ْ ﱠﻏ َ ﺮ ْﻄ ُ ِﺍﺿ َﻦ ﻤ ِﻓ َ ﻪ ِﺑ ِ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ِﺍ ﺮ ﻴ ْ ﻐ َ ﱠﻟ ِ ِﻞ ﻫ ﺃ ُ ﻢ ٌ ﻴ َﺣ ِ ٌﺭ ﺭ ﻮ ﻔ ُ ﻏ َ
F
ft.
ns
.s
w
C w
r w e
a ca t
“Kat a k anl ahTi adal aha k up e r o l e hda l amwahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi, karena susungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka s e s u n ggu hny a Tuhanmu Maha Pe ngampu n,Maha Pe ny ay ang . ” (QS. Al-An’ a m[ 6] :145)
PD
2. Hadits-hadits Nabi SAW, antara lain:
ﺮ َ ﻴ ْ ًﻏ َ ء ﺍ ﻭ َ ُﺩ َ ﻪ ﻟ َ ﻊ َ َﺿ َ ﺎﻭ ﻟ ﱠ ﺇ ِ ء ً ﺍ ْﺩ َ ﻊ َﻀ َ ْﻳ ﻢ ﻟ َ َﻞ ﱠ َﺟ ﱠﻭ ﺰ َﻋ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ﺍ ِﻥ ﱠ ﺈ ﺍﻓ َ ﻭ ْ ﻭ َ ﺍ ﺪ َ ﺗ َ (ﻳﻚ ﺮ ﺑﻦﺷ ﺍ ﺔ ﻣ ﺎ ﺃﺳ ﺩﻋﻦ ﻭ ﻭ ﺍ ﻮﺩ ﺑ ﺃ ﻩ ﺍ ﻭ ﺭ )ُ ﻡ ﺮ َ ﻬ َ ﻟ ْ ﺍ ٬ ﺪ ٍ ﺍﺣ ِ ٍﻭ َ ء ﺍ ﺩ َ “Be r o bat l ah, k ar e na Al l ah t i dak me mbuat pe ny ak i tk e c u a l i membuat pula obatnya selain satu penyakit, yaitu pikun (tua)”. (HR. Abu Daud dari Usamah bin Syarik).
ﺎ ﻟ َ ﺍﻭ َ ﻭ ْ ﻭ َ ﺍ ﺪ َ ﺘ َ ًﻓ َ ء ﺍ ﻭ َ ٍﺩ َ ء ﺍ ﱢﺩ َ ُﻞ ﻜ َﻟ ِ َﻞ ﻌ َﺟ َ َﻭ ء ﺍ ﻭ َ ﺪ ﱠ ﻟ ﺍ َﻭ َ ء ﺍ ﺪ ﱠ ﻟ َﺍ َﻝ ﺰ ﻧ ْ َﺃ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ﱠﺍ ِﻥ ﺇ (ء ﺍ ﺩ ﺭ ﺪ ﻟ ﺍ ﺑﻲ ﺃ ﺩﻋﻦ ﻭ ﻭ ﺍ ﻮﺩ ﺑ ﺃ ﻩ ﺍ ﻭ ﺭ )ٍ ﻡ ﺍ ﺮ َ ِﺤ َ ﺑ ﺍ ﻭ ْ ﻭ َ ﺍ ﺪ َ ﺗ َ “Al l aht e l ahme nur un k a npe ny a k i tdanobat ,s e r t ame nj adi k anob a t bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat d e nga nb e nday anghar a m. ”( HR.AbuDa udd a r iAbuDa r da ) . ”
Komisi Fatwa MUI
3
ِﱡ ﻲ ﺒ ﻨ ﱠ ﻟ ْﺍ ﻢ ﻫ ُ ﺮ َ ﻣ َ ﺄ َ َﻓ َ ﺔ ﻨ َ ﻳ ﺪ ِ ﻤ َ ﻟ ْ ﺍﺍ ﻭ ْ ﻮ َ ﺘ َ ﺎﺟ ْ َﻓ َ ﺔ ﻨ َ ﻳ ْ ﺮ َ ْﻋ ُ ﻭ ٍﺃ َ ْﻞ ﻜ ْﻋ ُ ِﻦ ٌﻣ ﺎﺱ ﻧ َ َﺃ ُ ﻡ ﺪ ِ ﻗ َ ﺎ ﻬ َ ﻧ ِ ﺎ ﺒ َ ﻟ ْ ﺃ َ ﺎﻭ َ ﻬ َ ﻟ ِ ﺍ ﻮ َ ﺑ ْ ْﺃ َ ِﻦ ﺍﻣ ﻮ ﺑ ُ ﺮ َ َﺸ ْ ْﻳ َﻥ ﺃ ٍﻭ َ ﺎﺡ ﻘ َ ﻠ ِ َﺑ ِ ﻢ ﻠ ﱠ َﺳ َ ِﻭ ﻪ ﻴ ْ ﻠ َ ُﻋ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ﱠﻰﺍ ﻠ ﺻ َ (ﻟﻚ ﺎ ﺑﻦﻣ ﺍ ﻧﺲ ﺃ ﺭﻱﻋﻦ ﺎ ﺒﺨ ﻟ ﺍ ﻩ ﺍ ﻭ ﺭ ) “S e k e l omp o kor angdar is uk uUk la t auUr ai nahdat angdant i dak cocok dengan udara Madinah (sehingga mereka jatuh sakit); maka Nabi SAW memerintahkan agar mereka diberi unta perah dan ( a garme r e k a)me mi numai rk e n c i ngdans us ud ar iunt at e r s e bu t …” (HR. Al-Bukhari dari Anas bin Malik).
Tr ia
l
ﺑﻲ ﺭﻱﻋﻦﺃ ﺎ ﺒﺨ ﻟ ﻩﺍ ﺍ ﻭ ﺭ )ً ء ﺎ ﻔ َ ُﺷ ِ ﻪ َﻟ َ َﻝ ﺰ ﻧ ْ ﺎﺃ َ ﻟ ﱠ ًﺇ ِ ء ﺍ ُﺩ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ َﺍ َﻝ ﺰ ﻧ ْ ﺎﺃ َ ﻣ َ (ﺓ ﺮ ﻳ ﺮ ﻫ “Al l ah t i dak me nur un k an s uat u pe ny a k i tk e c ual ime nur unk an (pula)obat ny a . ”(HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).
2 m
ِﻲ ْﻓ َﺖ ﻌ ﻗ َ ٍﻭ َ ﺓ ﺭ َ ﺄ ْ ْﻓ َ َﻦ َﻋ ﻢ ﻠ ﱠ َﺳ َ ِﻭ ﻪ ﻴ ْ ﻠ َ ُﻋ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ﱠﻰﺍ ﻠ ِﺻ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ ُﺍ ﻮﻝ َﺳ ُ َﺭ ِﻞ ﺌ ﺳ ُ ﺎ ﺍﻣ َ ﻮ ﻠ ُ ﻛ ُ ﺎﻭ َ ﻬ َ ﻟ َ ﻮ ْ ﺎﺣ َ ﻣ َ ﺎﻭ َ ﻫ َ ﻭ ﺬ ُ َﺨ ُ ﺍﻓ ﺪ ً ﻣ ِ ﺎ َﺟ َ ﺎﻥ ْﻛ َ ِﻥ ﺇ ﺎﻝ َ ﻘ َ ْﻓ َ َﺖ ﺗ ﺎ ﻤ َ ٍﻓ َ ْﻦ ﻤ ﺳ َ (ﺓ ﺮ ﻳ ﺮ ﺑﻲﻫ ﺃ ﺪﻋﻦ ﻤ ﺃﺣ ﻩ ﺍ ﻭ ﺭ )ُ ﻩ ﻮ ﻠ ُ ﻛ ُ ﺄ ْ ﺗ َ ﺎ ﻠ َ ﺎﻓ َ ﻌ ً ﺋ ِ ﺎ َﻣ َ ﺎﻥ ْﻛ َ ِﻥ ﺇ َﻭ َ ِﻲ ﻘ ﺑ َ
ft.
a ca t
co
e o !
“Rasulullah SAW ditanya tentang tikus yang jatuh ke dalam keju. Be l i auS AW me nj awab:”Jika keju itu keras (padat), buanglah tikus itu dan keju sekitarnya, dan makanlah (sisa) keju tersebut; namun jika keju itu cair, maka janganlah kamu memakannya” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah).
ns
1. Pendapat para ulama, antara lain ;
PD
F
w
.s
ُ ﻪ ﻧ ﱠ ﺄ َ ُﻟ ِ ِﻝ ﺰ ﻨ ْ ٍﺗ َ ﺓ ﺪ ﱠ ِﺸ ِ ِﻟ ﺎﺱ ﻨ ﱠ ﻟ ِﺍ ْﻝ ﻮ ُﺑ َ ْﺏ ﺮ ﱡﺷ ُ ِﻞ َﺤ ﺎﻳ ﱡﻟ َ ِﻱ ﺮ ﻫ ْ ﺰ ﱡ ﻟ َﺍ ﺎﻝ ﻗ َ ﻭ َ ْﻦ ُ ﺑ َﺍ ﺎﻝ ﻗ َ ُ {ﻭ َ ﺎﺕ ﺒ َ ﻴ ﱢ ﻟﻄ ﱠ ْﺍ ﻢ ﻜ ُ ﱠﻟ َ ِﻞ ُﺣ َﻰ }ﺃ ﻟ ﺎ ﻌ َ ُﺗ َ ﻪ ﻠ ﱠ ﻟ َﺍ ﺎﻝ ٌﻗ َ ْﺲ ِﺟ ﺭ ﻢ ْ ﻜ ُ ﻴ ْ ﻠ َ َﻋ َ ﻡ ﺮ ﱠ ﺎﺣ َ ﻤ َ ﻴ ْﻓ ِ ﻢ ﻛ ُ ء َ ﺎ ﻔ َ ْﺷ ِ َﻞ ﻌ َﺠ ْ ﻳ ﻢ ْ ﻟ َ ﻪ َ ﻠ ﱠ ﻟ ﺍ ِﻥ ﱠ ﺇ ﺮ ِ ﻜ َ ﻟﺴ ﱠ ﺍ ِﻲ ٍﻓ ﺩ ﻮ ﻌ ُ َﺴ ْ ﻣ
C w
Memperhatikan :
r w e
3. Kaidah-kaidah tentang s a dadz ar i ’ ah:
“I mam Zuhr i( w.124H)be r k at a ,Ti dakhal alme mi num ai rs e n i manusia karena suatu penyakit yang diderita, sebab itu adalah naj i s ;Al l ah be r f i r man:‘ …Di hal al k an bag i mu y ang bai k -baik ( s uc i ) …’(QS. Al-Maidah[5]: 5).Dan I bnu Mas ’ ud ( w 32 H) berkata tentang sakar (minuman keras), Allah tidakmenjadikan oba t mupadas e s uat uy angdi har amk anat as mu”(HR al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, juz 17, h. 328).
2. Pendapat para ulama tentang rukun dan syarat tathhir (pensucian). 3. Keterangan Menteri Kesehatan RI pada tanggal 9 Juli 2010 yang menyatakan bahwa sampai saat ini kebijakan mewajibkan para pengunjung Arab Saudi memakai vaksin meningitis masih tetap berlaku. 4. Laporan dan Penjelasan Hasil Audit Tim Auditor LPPOM MUI ke tiga perusahaan vaksin meningitis yaitu:
Komisi Fatwa MUI
4
Tr ia
l
a. Tim auditor Glaxo Smith Kline Beecham PharmaceuticalBelgium, yang menyatakan antara lain bahwa dalam proses produksi vaksin di perusahaan ini pernah bersentuhan dengan bahan yang tercemar babi. b. Tim auditor Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i., yang menyatakan antara lain bahwa dalam proses produksi vaksin di perusahaan ini tidak bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi dan telah melalui proses pencucian. c. Tim auditor Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co. Ltd., yang menyatakan antara lain bahwa dalam proses produksi vaksin di perusahaan ini tidak bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi dan telah melalui proses pencucian.
ft.
ns
r w e
a ca t
co
e o !
2 m
5. Pendapat peserta rapat Komisi Fatwa pada tanggal 10 Juni 2010, 12 Juni 2010, 16 Juni 2010, tanggal 22 Juni 2010, 24 Juni 2010, tanggal 30 Juni 2010, 9 Juli 2010, dan 16 Juli 2010, yang antara lain : a. bahwa produk vaksin yang dalam proses produksinya pernah bersentuhan dengan bahan yang tercemar babi dinyatakan telah memanfaatkan (i nt i f a’ ) babi. b. bahwa produk vaksin yang dalam proses produksinya tidak bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi tapi bersentuhan dengan bahan najis selain babi dapat disucikan kembali. c. Pencucian dalam proses produksi vaksin di perusahaan Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i dan Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co. Ltd dipandang telah memenuhi ketentuan pe n c u c i a ns e c a r as y a r a ’( t at hh i rs y ar ’ an).
.s
w
:
MEMUTUSKAN
FATWA TENTANG PENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS BAGI JEMAAH HAJI ATAU UMRAH
PD
F
Menetapkan
C w
Dengan bertawakal kepada Allah SWT
Ketentuan Umum : Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan : a. Vaksin MencevaxTM ACW135Y adalah vaksin meningitis yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Beecham PharmaceuticalBelgium. b. Vaksin Menveo Meningococcal adalah vaksin yang mempunyai nama produksi Menveo Meningococcal Group A, C, W135 and Y Conyugate Vaccine yang diproduksi oleh Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i. c. Vaksin Meningococcal adalah vaksin yang mempunyai nama produksi Meningococcal Vaccine yang diproduksi oleh Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co. Ltd. Ketentuan Hukum :
Komisi Fatwa MUI
5 1. Vaksin MencevaxTM ACW135Y hukumnya Haram. 2. Vaksin Menveo Meningococcal dan Vaksin Meningococcal hukumnya Halal. 3. Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin meningitis yang halal.
Tr ia
l
4. Ketentuan dalam Fatwa MUI Nomor 5 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa bagi orang yang melaksanakan haji wajib atau umrah wajib boleh menggunakan vaksin meningitis haram karena al-hajah (kebutuhan mendesak) dinyatakan tidak berlaku lagi. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 4 Sya'ban 1431 H 16 J u l i 2010 M
2 m
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Sekretaris,
ft.
DR. H. M. ANWAR IBRAHIM
DR. H. HASANUDIN, M.Ag
ns
a ca t
co
e o !
Ketua,
.s
Sekretaris Umum,
PD
F
Ketua,
w
C w
r w e
Mengetahui, DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA
K.H.MA’ RUFAMI N
Komisi Fatwa MUI
DRS. H. M. ICHWAN SAM