Pari Manta (Manta spp.) Di Perairan KKP Nusa Penida dan Taman Nasional Komodo
Penulis Hendra Nurcahyo; Demas Derian Siahaan; Yudisthio Wahyudi; Baiq Ida Purnawati; Nurhamdani; Muhammad Erdi Lazuardi; Marthen Welly; Wira Sanjaya; Intan Edhitya Ridzky; Ina Cahyaningtyas; Constantein Petta
Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan 2016
i
Pari Manta (Manta spp.) Di Perairan KKP Nusa Penida dan Taman Nasional Komodo
Penulis Hendra Nurcahyo; Demas Derian Siahaan; Yudisthio Wahyudi; Baiq Ida Purnawati; Nurhamdani; Muhammad Erdi Lazuardi; Marthen Welly; Wira Sanjaya; Intan Edhitya Ridzky; Ina Cahyaningtyas; Constantein Petta ISBN. 978-602-74431-1-2 Editor Ikram M Sangadji; Permana Yudiarso Penyunting Iman Wahyudin, Achmad Djaelani Desain Sampul dan Tata Letak AA.Gde Candra Wirabrata; Hendra Setiawan Peta Klorofil A M. Barmawi Diterbitkan Oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan
Redaksi Kantor BPSPL Denpasar Jl. Raya By Pass Prof. Ida Bagus Mantra Pering - Gianyar Bali. Tel 0361-4794821, Fax 0361-4794822. Email :
[email protected], Website : djprl.kkp.go.id
Cetakan Pertama, Mei 2016
ii
Kata Pengantar Pari manta merupakan salah satu spesies jenis ikan yang keberadaannya dialam sudah sangat berkurang. Tingginya permintaan terhadap insang pari manta menyebabkan perburuan secara besar-besaran terhadap pari manta. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melarang pemanfaatan ikan pari manta ini dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 4/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta.
Kepala BPSPL Denpasar Ir. Ikram M Sangadji, M.Si
Pari manta sudah dikategorikan ke dalam Appendiks II CITES dan juga masuk dalam daftar red list IUCN dengan kategori rawan terancam punah (Vulnerable). Kategori ini diberikan kepada jenis yang dikhawatirkan memiliki resiko tinggi terhadap kepunahan di alam. Status ini merupakan “warning” untuk segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghindari ancaman kepunahan spesies tersebut. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Ditjen Pengelolaan Ruang Laut bertugas melakukan pengelolaan jenis ikan terancam punah telah melakukan survei monitoring jenis ikan terancam punah, dilindungi/tidak dilindungi (pari manta) di perairan KKP Nusa Penida Bali dan di perairan TN Komodo Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016. Apresiasi dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh staf BPSPL Denpasar serta pihak-pihak yang ikut terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan ini. Kiranya, buku ini dapat menjadi baseline dan acuan bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan strategis terkait dengan pengelolaan dan perlindungan pari manta.
iii
Daftar Isi Kata Pengantar ……………… Daftar Isi …………………… Latar Belakang ……………… Bioekologi …………………… Populasi Pari Manta ………… Manta ID …………………… Kondisi Habitat ……………… Kualitas Perairan ………………
iv
iii iv 2 6 18 24 119 129
COREMAP - CTI
v
Ucapan Terima Kasih Balai Taman Nasional Komodo UPTD Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida
vi
1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luasnya mencapai 5,4 juta km2, terkandung keanekaragaman hayati ikan yang tertinggi di dunia serta berbagai macam potensi sumber daya ikan, di antaranya ikan pari manta (Manta alfredi dan Manta birostris). Penangkapan pari manta di Indonesia sudah berlangsung sejak lama dan merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat nelayan di Indonesia. Berkembangnya pasar ekspor untuk produk pari manta terutama bagian insangnya telah menyebabkan laju penangkapan pari manta mengalami peningkatan yang signifikan dan dikhawatirkan akan berdampak pada ancaman kepunahan spesies tersebut di masa yang akan datang (KKJI, 2015). Selain itu ancaman langsung berupa sampah di laut dan aktivitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan.
2
Kekhawatiran akan ancaman bahaya kepunahan pari manta ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi secara global. Perhatian dunia terhadap kepunahan pari manta melalui IUCN telah menempatkan pari manta dalam kategori Vulnerable (rawan terancam punah). Kondisi ini pada dasarnya merupakan peringatan bagi Indonesia untuk segera melakukan langkah-langkah pengelolaan yang ketat. Hal yang paling mengkhawatirkan bahwa pari manta ini secara biologis mempunyai fekunditas yang rendah, anakan yang dihasilkan hanya sebanyak 1 ekor saja dalam setiap kali reproduksi dengan periode reproduksi 5 tahun. Jika langkah-langkah pengendalian tidak segera dilakukan maka dikhawatirkan kepunahan pari manta di Indonesia sulit dihindarkan. Tahun 2014 pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan perlindungan penuh terhadap pari manta melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 4/KEPMEN-KP/2014. Bahwa ikan Pari Manta yang terdiri dari Manta birostris dan Manta alfredi sebagai jenis ikan yang dilindungi dengan
status perlindungan penuh pada seluruh siklus hidup dan/atau bagian-bagian tubuhnya. Konsekuensinya adalah segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan ekploitasi sumberdaya ikan dan perdagangan pari manta menjadi kegiatan yang dilarang kecuali untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Perkembangan wisata bahari juga mendorong upaya perlindungan pari manta karena spesies tersebut merupakan jenis ikan kharismatik yang menjadi impian para penyelam dunia. Perkembangan wisata bahari dapat menjadi salah satu aternatif yang lebih menguntungkan baik dari sisi ekonomi maupun dari aspek kelestarian sumberdaya pari manta di Indonesia.
Salah satu kawasan yang sering dijumpai ikan pari manta adalah perairan Pulau Nusa Penida Bali dan Kabupaten Manggarai Barat tepatnya di kawasan TN Komodo. Kawasan tersebut merupakan habitat penting bagi beberapa biota laut yang terancam seperti ikan pari manta. Kekayaan hayati laut dan ekosistemnya memberikan banyak manfaat bagi masyarakat terutama sektor pariwisata bahari dan perikanan. Upaya pengelolaan dua jenis pari manta ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian pari manta di Indonesia sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dan berkesinambungan melalui pengembangan wisata bahari berbasis pari manta.
3
TUJUAN 1. Mengidentifikasi populasi pari manta di Perairan Nusa Penida Provinsi Bali dan Perairan TN Komodo Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur 2. Memberikan informasi yang diharapkan dapat digunakan untuk konservasi pari manta berupa data distribusi temporal sehingga dapat menjadi dasar untuk pengelolaan ekosistem pari manta 3. Memberikan informasi manfaat ekonomi wisata pari manta sehingga dapat menjadi dasar pengelolaan konservasi pari manta di wilayah tersebut.
MANFAAT 1. Bagi Pemerintah Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur dpelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah, dilindungi/tidak dilindungi (Pari Manta) dapat menjadi masukan dalam pengelolaan perikanan lintas wilayah mengingat ikan pari manta merupakan salah satu ikan migrasi di wilayah Lesser Sunda, Laut Banda, hingga Raja Ampat, terutama dalam mengurangi ancaman penangkapan untuk tujuan konsumsi/perdagangan. 2. Bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan c.q Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, dapat memberikan masukan penyusunan pengelolaan konservasi jenis Ikan Pari Manta di wilayah Jatim, Bali, NTB, NTT khususnya lokasi dan waktu kemunculan, perilaku pari manta di setiap lokasi dan waktu kemunculan, masukan bagi pengaturan tata perilaku (code of conduct) penyelam dan lokasi penyelaman, perhitungan nilai ekonomis jasa lingkungan (wisata selam) dan manfaat ekonomi ke masyarakat sekitar 3. Bagi pengelola/pelaku wisata selam, pelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah, dilindungi/tidak dilindungi (Pari Manta) dapat memberikan umpan balik laporan lokasi, waktu penyelaman, Foto ID Database, dan perubahan perilaku-lokasi-waktu kemunculan 4. Bagi masyarakat, pelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah, dilindungi/tidak dilindungi (Pari Manta) dapat memberikan wisata alternatif dan manfaat ekonomi jasa wisata selam sebagai mata pencaharian alternatif dan umpan balik kebijakan perlindungan jenis ikan di Indonesia.
4
5
BIOEKOLOGI Ikan Pari Manta termasuk dalam famili Mobulidae dan Ordo Myliobatiformes. Selain famili Mobulidae, dalam Ordo ini beranggotakan Pari Burung/ Eagle Rays (Myliobatidae), dan Pari Elang/ Cownose Rays (Rhinopteridae). Species dari famili Mobulidae kesemuanya merupakan filter feeder, menggunakan mulut dan tapis insangnya untuk menyaring plankton dan ikan-ikan kecil pada kolom air. Secara umum, pari mobula berukuran lebih kecil dibandingkan pari manta, dan dapat dibedakan dari perbedaan morfologi pada mulut dan cuping kepala. Pari mobula mempunyai ukuran panjang rahang bagian bawah, setengahnya dibandingkan rahang bagian atas, sehingga ketika menutup mulut, ujung rahang bagian bawah posisinya berada lebih ke belakang dari rahang bagian atas. Sedangkan pari manta, kedua rahangnya berada sejajar.
KLASIFIKASI & MORFOLOGI Filum : Chordata Kelas : Chondrichthyes Sub-Kelas : Elasmobranchii Ordo : Rajiformes Suku : Mobulidae Marga : Manta (Bancroft, 1829) Species : Manta birostris (Walbaum, 1792) Nama umum : Pari Manta Oseanik Species : Manta alfredi (Krefft, 1868) Nama umum : Pari Manta Karang Nama lokal kedua species: Plampangan, Pari Kerbau (Lombok), Pari Cawang Kalung (Jawa Barat), Sarangah Bulan.
Ciri-ciri morfologis Manta alfredi adalah sebagai berikut a. Bentuk kepala sangat lebar dan memiliki sepasang cuping yang memanjang di bagian sisi depan kepala. b. Letak mulut di ujung/terminal. c. Lebar tubuhnya lebih dari dua kali panjang tubuhnya. Bagian atas tubuh berwarna hitam dengan corak-corak putih yang melintang. d. Ekor tidak memiliki duri sengat, tidak terdapat tonjolan yang mengeras di belakang sirip punggung. e. Bagian sekitar mulut berwarna putih atau kelabu cerah (abu abu muda). f. Memiliki bercak-bercak hitam di antara celah insang. g. Ukurannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan Manta birostris, dengan ukuran lebar tubuhnya maksimum mencapai 500 cm. H. Ukuran yang umum tertangkap sekitar 300 cm atau lebih, dengan ukuran anakan sekitar 130 cm.
6
Ciri-ciri morfologi Manta birostris adalah sebagai berikut : a. Bentuk kepala sangat lebar dan memiliki sepasang cuping yang memanjang di bagian sisi depan kepala. b. Letak mulut di ujung/terminal. c. Lebar tubuhnya lebih dari dua kali panjang tubuhnya. Bagian atas tubuh berwarna hitam dengan corak-corak putih yang melintang. d. Ekor tidak memiliki duri sengat, terdapat tonjolan yang mengeras di belakang sirip punggung. e. Bagian sekitar mulut berwarna gelap. f. Tidak memiliki bercak hitam di antara celah insang. g. Lebar tubuh mencapai 670 cm hingga 910 cm. h. Ukuran yang umum tertangkap sekitar 400 cm atau lebih, dengan ukuran anakan sekitar 122 – 127 cm.
Perbedaan antara Manta birostris dan Manta alfredi terletak pada warnanya, pada Manta birostris terdapat tanda warna yang jelas di bagian dorsal (punggung), sedangkan pada Manta alfredi terdapat gradasi warna. Pada bagian ventral (perut) Manta birostris tidak terdapat noktah di antara kedua baris insang dan memiliki warna hitam di dekat mulut sementara Manta alfredi memiliki noktah, diantara kedua baris insang namun bagian mulut tetap berwarna terang.
Manta alfredi
Manta birostris
Perbedaan lainnya adalah pada bagian pangkal ekor Manta birostris terdapat tonjolan tulang belakang sedangkan pada Manta alfredi tidak ada. Pada penampakan sekilas Manta birostris memilki ukuran relatif besar, setidaknya memiliki lebar 700 cm dan maksimum 910 cm, sedangkan Manta alfredi kira-kira hanya memiliki lebar 500 cm. Perbedaan Manta alfredi dengan Manta birostris (Sumber Foto : Matinaud 2013) Perbedaan karakteristik antara Manta birostris dan Manta alfredi Manta birostris Posisi mulut di ujung Terdapat Benjolan menonjol pada pangkal ekor Sirip kepala lebar dan besar, dapat direntangkan hingga bertemu di tengah-tengah mulut Bercak hitam terletak di bawah wilayah perut bagian bawah Tampak bawah sepanjang bagian tepi sirip dada biasanya berbayang hitam Warna tapis insang seringkali berwarna hitam seperti bekas terbakar Bagian dalam diantara mulut dan sirip kepala seringkali berwarna hitam
Tanda pada bahu berwarna hitam membentuk pola huruf ‘T’ hitam di atas Kepala
Manta alfredi Posisi mulut di ujung Pangkal ekor rata, tidak terdapat benjolan Sirip kepala lebar dan besar, dapat direntangkan hingga bertemu di tengahtengah mulut Seringkali ditemukan bercak hitam terletak diantara celah insang Terdapat bercak hitam yang tersebar di sepanjang bagian ujung tepi sirip dada ke arah bagian perut Bagian dalam diantara mulut dan sirip kepala seringkali berwarna putih pucat (kecuali Manta yang berwarna hitam) Tanda pada bagian punggung lebih bervariasi daripada Manta birostris, dengan beberapa individu hampir sepenuhnya putih di seluruh permukaan punggungnya, sementara sebagian yang lain seluruhnya berwarna hitam Batas transisi antara tanda putih dan hitam pada permukaan punggung kabur/blur (tidak seperti Manta birostris yang memiliki batasan yang lebih jelas), membentuk pola huruf ‘Y’ dari bagian kepala ke arah tengah- tengah punggung
7
HABITAT UTAMA Ikan pari manta baik Manta birostris dan Manta alfredi merupakan jenis ikan peruaya, melakukan migrasi hingga ratusan kilometer (antar negara). Merupakan ikan pelagis yang terdistribusi secara luas, menghuni perairan tropis, subtropis, dan temperata. Sebarannya di Indonesia mencakup perairan Samudera Hindia, Laut Cina Selatan dan sekitarnya. Manta alfredi hanya dijumpai di perairan tropis dan subtropis, diperkirakan memiliki home range yang lebih kecil, memiliki pola pergerakan yang filopatrik, dan jarak migrasi musiman yang lebih pendek Umum ditemukan di perairan karang, gosong karang atau di dekat gunung-gunung karang. Di Indonesia sering ditemukan di perairan karang yang masih relatif baik dan belum banyak terganggu oleh aktivitas penangkapan, mulai dari perairan barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, timur Kalimantan, Laut Cina Selatan, Laut Banda, perairan Sulawesi, Maluku dan Papua. Sedangkan pari manta yang dilihat sebagai objek wisata terdapat di KKP Nusa Penida, Taman Nasional Komodo, Selat Dampier - Kepulauan Raja Ampat, dan Kepulauan Derawan.
Secara regional terdapat konektifitas migrasi pari manta di perairan TN Komodo dengan lokasi lainnya di Indonesia. Germanov et al (2014), menyebutkan bahwa Manta melakukan pergerakan dari Perairan Nusa Penida ke Perairan Pulau Gili di (Nusa Tenggara Barat) dan sampai di Perairan Taman Nasional komodo di Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui Foto ID tercatat terdapat 5 individu yang sama ditemukan di ketiga lokasi tersebut. Sama seperti Marshall (2014), beberapa individu yang teridentifikasi ini juga terlihat di perairan TN Komodo. Sehingga penting untuk mengelola koridor antara Perairan Manggarai Barat (TN Komodo) hingga KKP Nusa Penida Bali dalam konteks pengelolaan kawasan Lesser Sunda
Sumber : Dit.KKHL 2015
8
HABITAT UTAMA Pari manta jantan mencapai kematangan pada lebar disk minimal 4 meter atau sekitar enam tahun, sementara betina dewasa pada lebar disk 5 meter. Betina dengan lebar disc dari 4,3 m sampai 4,6 m yang terkandung embrio dalam rahim dan jantan dengan disk lebar 3,5 m adalah immature. Selama kopulasi manta jantan menggigit sirip dada dari betina sebelum menyelaraskan diri, perut ke perut, dan memasukkan satu clasper ke kloaka betina. Pari manta berkembang biak dengan ovovivipar dengan lahirnya satu janin selama musim kawin. Telah ditemukan bahwa dalam jangka waktu 6-7 tahun, terlahir 3 ekor. Embrio telah terbukti mencapai 130 cm lebar disk dan berat 9 kg atau lebih. Nifas terjadi dalam air relatif dangkal di mana manta muda tetap selama beberapa tahun sebelum menjelajahi perairan yang lebih luas (Widodo, 2005; Homma, 1997; Bigelow, 1953).
Manta birostris dapat mencapai usia 40 tahun dengan ukuran maksimum 670—910 cm (DW). Usia kedewasaan diperoleh ketika ikan ini berumur 6—15 tahun. Seekor Manta birostris betina mempunyai tingkat fekunditas yang rendah, yaitu satu anakan, terkadang 2 anakan meskipun sangat jarang, dengan periode kehamilan 12—13 bulan. Tingkat fekunditas ini merupakan yang paling rendah di antara sub kelas Elasmobranchii. Periode reproduksi Manta birostris yaitu 2—5 tahun dengan generation time berkisar 24—25 tahun. Secara keseluruhan, Manta alfredi memiliki karakteristik reproduksi yang sama dengan Manta birostris, yaitu tingkat fekunditas rendah (hanya 1 anakan, 2 anakan walaupun sangat jarang), periode reproduksi 2—5 tahun dengan masa kehamilan 12—13 bulan. Manta betina hanya dapat melahirkan 5—15 anakan selama hidupnya. Oleh karena itu, populasi Manta rentan terhadap kepunahan dan sangat sulit untuk pulih apabila mengalami penurunan jumlah. Kemungkinan sukses dari proses rekolonisasi kecil
Karakteristik life history dan reproduksi Manta alfredi dan Manta birostris
No
Karakteristik
Manta alfredi
Manta birostris
Life History
A
Usia dewasa
6-15 tahun
6-15 tahun
Ukuran anakan
182 – 192 cm DW
122-127 cm DW
Ukuran dewasa
270-300 cm (jantan)
360-360 cm DW (jantan)
370-390 cm (betina)
380-410 cm DW (betina)
Ukuran maksimum
500 cm
670-910 cm
Maksimum lifespan
sekitar 40 tahun
Sekitar 40 tahun
Periode reproduksi
2-5 tahun
2-5 tahun
Lama kehamilan
12-13 bulan
12-13 bulan
Fekunditas
Umumnya 1 anakan,
Umumnya 1 anakan,
terkadang 2 anakan (sangat jarang
terkadang 2 anakan (sangat jarang
Kematian alami
0.002-0.004/tahun
0.002-0.004/tahun
Generation time
24-25 tahun
24-25 tahun
Reproduksi
B
Sumber : Dit.KKHL 2015
9
PERILAKU Manta birostris terlihat lebih soliter dibandingkan dengan Manta alfredi, namun Manta birostris seringkali terlihat melakukan agregasi dalam jumlah besar untuk makan, kawin, atau untuk “membersihkan diri”. Perilaku ikan pari manta meliputi berenang, loncat di atas permukaan air, berdiam diri di suatu tempat untuk membersihkan diri, dan membuka mulut serta insang ketika mencari makan. A. Berenang Ikan pari manta sanggup berenang ratusan kilometer dan dikategorikan sebagai ikan pelagis. Melalui foto ID terbukti bahwa individu pari manta yang sama ditemukan di Nusa Penida dan Taman Nasional Komodo (Lazuardi, dkk. 2015). Ikan pari manta terkadang ditempeli ikan remora ataupun diikuti oleh ikan pelagis lainnya yang berenang di bawahnya seperti ikan kuwe (Caranx spp.). Ini menunjukkan hubungan simbiosis komensalisme di mana ikan remora dan ikan kuwe mendapat perlindungan atau bahkan transportasi gratis (ikan remora yang menempel), sedangkan ikan pari manta tidak dirugikan. Perilaku berenang pari manta dilakukan sendiri (solitaire) maupun dalam kelompok (schooling). Cara berenang adalah menggerakkan kedua sirip samping (pectoral fins) ke atas dan ke bawah seperti sayap burung. Sedangkan chepalic fins atau cuping kepala salah satunya berfungsi untuk bermanufer. B. Loncat di atas permukaan air Banyak pendapat mengenai perilaku biota laut besar yang loncat ke atas permukaan air. Ada yang berpendapat bahwa ini adalah untuk menghilangkan parasit pada permukaan tubuhnya. C. Mencari makan Ikan pari manta merupakan filter feeder atau penyaring mangsa. Makanan utamanya adalah plankton. Pari manta akan berenang dengan membuka mulut dan insang sehingga air masuk dan keluar dari insang. Plankton akan tersaring dan masuk ke dalam tubuhnya. E. Makanan (Feeding ecology) Perairan kaya plankton merupakan tempat yang disukai pari manta sehingga individu yang sama seringkali terlihat di satu tempat.
10
F. Membersihkan diri (cleaning) Ini adalah perilaku di mana pari manta berdiam diri di suatu tempat untuk membiarkan ikan-ikan kecil memakan parasit atau kulit mati di seluruh tubuhnya, dalam mulut dan insang mereka. Posisi badan agak condong ke depan, mulut dan insang terbuka, sirip bergerak pelan untuk mengimbangi daya apung, kadang berenang memutar untuk kembali ke tempat semula. Tempat membersihkan diri tersebut biasa disebut cleaning station. Cleaning station berupa gundukan karang maupun cekungan di mana terdapat banyak ikan kecil pembersih meliputi ikan wrasse (Labroides dimidiatus, Labroides bicolor, Thalassoma lunare), ikan kepe-kepe (Chaetodon kleinii) dan ikan sersan mayor (Abudefduf spp.). Perilaku ini merupakan demonstrasi dari hubungan timbal balik atau simbiosis mutualistis. Pari manta bersih dari parasit, sedangkan ikan pembersih mendapatkan makanan.
KONSERVASI MANTA
Pemerintah telah menetapkan dua jenis pari manta, yaitu pari manta karang (Manta alfredi) dan pari manta oseanik (Manta birostris), sebagai ikan yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor. 4/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta. Penetapan status perlindungan pari manta ini mengacu pada kriteria jenis ikan yang dilindungi seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, diantaranya adalah: populasinya rawan terancam punah, masuk dalam kategori biota langka, telah terjadi penurunan jumlah populasi ikan di alam secara drastis, dan/atau tingkat kemampuan reproduksi yang rendah. Secara internasional kedua jenis pari manta tersebut saat ini terancam punah dimana IUCN memasukkannya dalam kategori ‘Rentan’ terhadap kepunahan menurut IUCN Red List of Threatened Species dan Convention on Internasional Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) tahun 2013 lalu memasukkannya dalam kategori Apendiks II yang berarti bahwa jenis ikan ini akan mengalami kepunahan jika perdagangan internasional terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Dasar hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar dalam upaya perlindungan terhadap sumberdaya ikan.
Peraturan - peraturan yang menjadi landasan perlindungan terhadap sumberdaya ikan adalah : 1. Undang - Undang No 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang - Undang No 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 7 ayat (1) huruf u, menteri menetapkan jenis ikan dilindungi dan pasal 7 ayat (6), Menteri menetapkan jenis ikan yang dilindungi dan KKP untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian SDI dan/atau lingkungannya. 2. Undang - Undang No 31 tahun 2004 tentang perikanan pada pasal 13 ayat (1) dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetik. 3. Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan pada pasal 21, 22, 30 dan pasal 35 mengamanatkan bahwa : a. Pasal 21, konservasi jenis ikan dilakukan dengan tujuan : (i) melindungi jenis ikan yang terancam punah; (ii) mempertahankan keanekaragaman jenis ikan; (iii) memelihara keseimbangan dan kemantapan eksosistem; (iv) memanfaatkan sumberdaya ikan secara berkelanjutan. b. Pasal 22, konservasi jenis ikan dilakukan : (i) penggolongan jenis ikan; (ii) penetapan status perlindungan jenis ikan; (iii) pemeliharaan; (iv) pengembangbiakan, dan; (v) penelitian dan pengembangan. c. Pasal 35 ayat (1) Pemanfaatan jenis ikan dan genetic sebagaimana pasal 3 ayat (3) dilakukan terhadap jenis ikan yang dilindungi dan jenis ikan yang tidak dilindungi. 4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 4/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta.
11
12
METODE PELAKSANAAN
Secara umum, metode pengambilan data mengacu pada Pedoman Pendataan dan Survei Populasi Pari Manta (Manta alfredi dan Manta Birostris) yang dikeluarkan oleh Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit.KKJI) Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015. Metode yang digunakan dalam pengambilan data primer ikan pari manta di perairan KKP Nusa Penida dan Manggarai Barat (TN Komodo) meliputi: - Identifikasi manta berdasarkan foto dengan melihat “sidik jari” pola warna yang berbeda pada tubuh manta. Pari manta diberi keistimewaan pada pola warna yang berbeda tiap individunya. Hal ini yang mendasari metode identifikasi foto (Deakos, Baker & Bejder, 2011). - Studi literatur sebagai triangulasi (Miller & Brewer, 2003) pelengkap temuan pada laporan ini. Triangulasi adalah usaha memeriksa kebenaran dan tambahan informasi dengan mencari sumber-sumber lain, dalam hal ini adalah studi literatur atau pustaka.
Survei dengan menggunakan Foto Identification (Foto ID) yaitu dengan mengambil foto (gambar) dari pari manta, khususnya di bagian perut (dorsal). Tujuannya untuk mengidentifikasi jenisnya berdasarkan ciri-ciri berupa bercak dan motif sebagai identitas untuk masing-masing pari manta. Foto ID digunakan tidak hanya karena relatif sederhana dan biaya-efektif, tetapi juga karena memungkinkan data yang konsisten dan dapat diandalkan untuk dikumpulkan pada populasi pari manta di seluruh dunia. Yang terpenting adalah, metode penelitian dengan menggunakan foto ID dapat menyediakan data dan informasi penting yang akan meningkatkan pemahaman kita tentang biologi pari manta dan ekologinya. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan jangka panjang untuk meningkatkan pemahaman kita tentang biologi pari manta, termasuk kemungkinan migrasi, temporal dan pola sebarannya. Dalam analisis jangka pendek, dapat membantu untuk mengidentifikasi komposisi populasi dan tren pada setiap lokasi penelitian.
13
LOKASI & WAKTU Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memang merupakan habitat dari pari manta, dimana pada lokasi yang dipilih sering ditemui kemunculan dari pari manta ini. Informasi dari dive master juga sangat berperan untuk menentukan lokasi survei.
Waktu dan lokasi yang baik untuk pelaksanaan survei sudah harus diperhitungkan secara matang. Waktu dipilih dengan asumsi pada saat akan melakukan survei kondisi laut dalam keadaan tenang, atau pada saat musim pancaroba. Musim pancaroba berkisar antara bulan Maret sampai bulan Juni atau bulan September sampai bulan November. Selain itu, kita juga harus memperhitungkan waktu kemunculan pari manta di lokasi-lokasi penyelaman.
Lokasi Survei Monitoring Pari Manta di Perairan KKP Nusa Penida Kabupaten Klungkung Bali Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memang merupakan habitat dari pari manta, dimana pada lokasi yang dipilih sering ditemui kemunculan dari pari manta ini. Informasi dari masyarakat/nelayan dan dive master juga sangat berperan untuk menentukan lokasi survei. Pertimbangan waktu pelaksanaan juga disesuaikan dengan waktu kunjungan wisatawan. Mengacu pada kajian sebelumnya, puncak musim penyelaman pari manta antara bulan pancaroba Maret – Juni dan September – Oktober, sementara puncak wisatawan antara Maret – Oktober, dan Desember – Januari. Pemilihan waktu adalah September – Oktober disaat musim pancaroba dan puncak kunjungan wisatawan.
14
Lokasi Survei Monitoring Pari Manta di Perairan TN Komodo Kabupaten Mangarai Barat No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Lokasi Manta Alley Karang Makasar Short Gun Pink Beach Tatawa Besar Mauwan
Koordinat S 08.73757, E 119.41254 S 08.54331, E 119.59879 S 08.45945, E 119.56074 S 08.60139, E 119.51959 S 08.50959, E 119.64159 S 08.55627, E 119.63250
Teknik Pemberian Kode Individu Manta Pemberian kode individu sangat penting dilakukan. Manta memiliki pola spot yang unik pada tubuhnya yang menjadi identitas bagi manta. Beberapa LSM telah melakukan hal ini sejak lama, namun perlu untuk dilakukan koordinasi yang tepat terkait dengan distribusi data manta di Indonesia. Dengan harapan bahwa kode ini nantinya dikembangkan secara nasional dibawah otoritas resmi pemerintah yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam hasil survei ini, ditetapkan pemberian kode atau identitas manta yang dikembangkan dan diinisiasi oleh BPSPL Denpasar adalah sebagai berikut :
Keterangan : 1 : ID (Indonesia) 2 : Huruf unik pada wilayah ditemukannya manta, misal di perairan Perairan KKP Nusa Penida diambil huruf uniknya adalah P 3 : XXXX adalah uruta angka yang menunjukkan jumlah individu manta yang telah berhasil diidentifikasi 4 : A/B adalah kode untuk jenis Manta alfredi atau Manta birostris
15
ANALISIS DATA Dari beberapa data yang dikumpulkan kemudian di analisis untuk memperoleh parameter-parameter yang dibutuhkan untuk menghitung populasi dan sediaan pari manta dalam suatu zona wilayah perairan yang ditetapkan untuk dikaji. Terdapat 3 metode analisis yang digunakan dalam data pada kegiatan ini yaitu :
A
B
C
(A) Gambar awal; (B) Gambar telah dilakukan proses penyesuaian; (C) Panel pada aplikasi preview macbookpro
Analisis
Tiap individu dari Pari Manta memiliki pola unik bintik-bintik hitam pada Individu Manta permukaan ventral. Pola ini sama Secara umum gambar bawah air seperti sidik jari pada manusia, berbeda untuk tiap individu. Pola dari menunjukkan variasi yang sangat besar bintik hitam ini dijadikan sebagai dalam proses pencahayaan. penanda untuk mengidentifikasi Tergantung pada faktor seperti individu. Selain itu, photo ID juga kedalaman, visibilitas perairan, dapat menunjukan jenis kelamin penggunaan flash, dan posisi relatif hewan tersebut yang dapat matahari. Posisi Manta biasanya digunakan untuk menghitung proporsi membelakangi sinar matahari yang jantan dan betina dalam satu menyebabkan silau dan "efek korona". populasi. Sebuah photo ID yang baik Faktor ini menyebabkan kualitas gambar memperlihatkan seluruh permukaan rendah, kontras rendah, pencahayaan ventral Pari Manta (DitKKJI,2015). Terdapat beberapa tools atau aplikasi seragam, kabur, warna kurang terlihat, yang dapat digunakan untuk dan noise. Sehingga diperlukan melakukan identifikasi individu pari peningkatan kualitas gambar seperti manta diantaranya adalah Interactive yang disampaikan Marshall A, et all Individual Identification System (I3S) (2013) melalui penyesuaian warna. (Speed CW et all, 200&); ScalePenyesuaian warna yang dilakukan Invariant Feature Transform (SIFT) pada proses identifikasi dengan algorithm; dan mantamatcher (Town menggunakan aplikasi bawaan (preview C et all, 2013). Namun dalam app) dari Macbook Pro yang mampu identitifikasi individu survei pari manta mengatur exposure, contrast, hightlights, ini menggunakan metode manual. Metode manual mengandalkan shadow, saturation dan temperatur. ketepatan analisis visual yang Gambar yang semula berwarna harus melakukan identifikasi. Meskipun diubah menjadi abu-abu atau disebut menggunakan metode manual, grayscale. Selanjutnya dilakukan namun dapat dengan cepat dan penyesuaian terhadap exposure, tepat mengenali individu yang contrast, hightlights, shadow, saturation berbeda. Untuk selanjutnya dan temperatur agar spot dan pattern direkomendasikan untuk memakai pada manta terlihat. Hasilnya adalah aplikasi dan data base yang baik agar gambar dengan tingkat visibilitas yang data yang sangat banyak dapat baik dan mudah untuk diidentifikasi. dianalisis secara akurat dan cepat.
16
Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data angka atau numerik. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantitas maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualitas, yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang menjelaskan atau memaparkan data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat tabel dan gambar. Namun hasil analisis ini dapat memberikan informasi yang baik jika akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Analisis deskriptif ini mencoba untuk menggambarkan potensi dan populasi pari manta
17
POPULASI PERAIRAN KKP NUSA PENIDA Dari 3939 foto underwater yang dikumpulkan selama survei monitoring berlangsung, berhasil didapatkan 567 foto manta. Selanjutnya didentifikasi kembali sehingga didapatkan 69 foto yang telah terkonfirmasi. Dari 69 foto yang telah dikonfirmasi dilakukan identifikasi dengan pengecekan silang pada lokasi survei didapatkan 61 individu manta dengan perincian proses sebagai Site Manta Point Baru Manta Point Lama Manta BPSPL Point
Perbandingan Manta alfredi dan Manta birostris
Teridentifikasi Terkonfirmasi Individu 92 12 357 46 61 118 7
Perbandingan Kelamin Jantan dan Betina
Pari Manta yang berhasil diidentifikasi sebanyak 61 individu yang terdiri dari 21 individu jantan dan 30 individu betina, serta 10 individu tidak dapat diidentifikasi jenis kelaminnya. Berdasarkan spesies terdiri dari 4 ekor Manta birostris dan 57 ekor Manta alfredi
18
Germanov et al (2014) menyebutkan bahwa sebanyak 820 individu Manta alfredi berhasil teridentifikasi di perairan Indonesia selama periode 2006 - 2014. Ukuran populasi global keduanya masih belum diketahui secara pasti, namun populasi regional telah dapat diestimasi jumlahnya. Manta birostris diyakini terdistribusi dalam jumlah yang kecil. Jumlah maksimum dari populasi regional Manta birostris yang pernah ditemukan yaitu 180—650 individu. Jumlah populasi regional dari Manta alfredi juga tidak banyak, yaitu berkisar 100—700 individu (Dit KKJI, 2015). Survei BPSPL Denpasar pada bulan Oktober 2015 berhasil mengidentifikasi sebanyak 61 individu. Dengan didukung waktu dan sumberdaya manusia yang tepat pada saat survei, jumlah ini dapat menggambarkan populasi secara temporal di Nusa Penida.
FOTO ID MANTA DI NUSA PENIDA Foto ID Lokasi Spesies Kelamin IDP0001B MPL Manta birostris J IDP0002B MPL Manta birostris J IDP0003A MPL Manta alfredi B IDP0004A MPL Manta alfredi J IDP0005A MPL Manta alfredi B IDP0006A MPL Manta alfredi B IDP0007A MPL Manta alfredi J IDP0008A MPL Manta alfredi U IDP0009A MPL Manta alfredi B IDP0010A MPL Manta alfredi J IDP0011A MPL Manta alfredi J IDP0012A MPL Manta alfredi J IDP0013A MPL Manta alfredi U IDP0014A MPL Manta alfredi B IDP0015A MPL Manta alfredi U IDP0016A MPL Manta alfredi J IDP0017A MPL Manta alfredi B IDP0018A MPL Manta alfredi J IDP0019A MPL Manta alfredi B IDP0020A MPL Manta alfredi B IDP0021A MPL Manta alfredi J IDP0022A MPL Manta alfredi U IDP0023A MPL Manta alfredi J IDP0024A MPL Manta alfredi U IDP0025A MPL Manta alfredi U IDP0026A MPL Manta alfredi B IDP0027A MPL Manta alfredi B IDP0028A MPL Manta alfredi B IDP0029A MPL Manta alfredi B IDP0030A MPL Manta alfredi B IDP0031A MPL Manta alfredi B IDP0032A MPL Manta alfredi B IDP0033A MPL Manta alfredi B IDP0034A MPL Manta alfredi B IDP0035A MPL Manta alfredi U IDP0036A MPL Manta alfredi B IDP0037A MPL Manta alfredi B IDP0038A MPL Manta alfredi U IDP0039A MPL Manta alfredi J IDP0040A MPL Manta alfredi B IDP0041A MPL Manta alfredi J IDP0042A MBP Manta alfredi B
Tanggal 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 3 Okt 2015
Foto ID IDP0043A IDP0044A IDP0045A IDP0046A IDP0047A IDP0048B IDP0049A IDP0050A IDP0051A IDP0052B IDP0053A IDP0054A IDP0055A IDP0056A IDP0057A IDP0058A IDP0059A IDP0060A IDP0061A
Lokasi
Spesies
Kelamin
Tanggal
MBP MBP MBP MBP MBP MPL MPL MPL MPL MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB
Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta birostris Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta birostris Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi
B J B U B U B B J B J J J J B J B J B
3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015
Ket : J (Jantan); B (Betina); U (Tidak teridentifikasi)
19
FOTO ID MANTA DI TN KOMODO
PERAIRAN TN KOMODO Dari 2283 foto monitoring yang dikumpulkan selama survei berlangsung, berhasil didapatkan 286 foto manta. Selanjutnya didentifikasi kembali sehingga didapatkan 35 foto yang telah terkonfirmasi. Dari 35 foto yang telah dikonfirmasi dilakukan identifikasi dengan pengecekan silang pada lokasi survei didapatkan 31 individu manta dengan perincian proses sebagai berikut : Site Teridentifikasi Terkonfirmasi Manta Alley 92 12 Karang Makassar 357 46 Shotgun 0 0 Mauwan 118 7 Pink Beach 0 0 Tatawa Besar 0 0
Individu
31
Perbandingan Manta alfredi dan Manta birostris
Foto ID Lokasi Spesies Kelamin Tanggal IDK0062B MA Manta birostris J 17 Nov 2015 IDK0063A MA Manta alfredi B 17 Nov 2015 IDK0064A MA Manta alfredi J 17 Nov 2015 IDK0065A MA Manta alfredi J 17 Nov 2015 IDK0066A MA Manta alfredi B 17 Nov 2015 IDK0067A MA Manta alfredi B 17 Nov 2015 IDK0068A MA Manta alfredi J 17 Nov 2015 IDK0069B MA Manta birostris B 19 Nov 2015 IDK0070A MA Manta alfredi J 19 Nov 2015 IDK0071A MA Manta alfredi J 19 Nov 2015 IDK0072A MA Manta alfredi B 19 Nov 2015 IDK0073A MA Manta alfredi B 19 Nov 2015 IDK0074A MW Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0075A MW Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0076A MW Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0077A MW Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0078A MW Manta alfredi J 18 Nov 2015 IDK0079A MW Manta alfredi J 18 Nov 2015 IDK0080A MW Manta alfredi J 18 Nov 2015 IDK0081A MW Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0082A MW Manta alfredi U 18 Nov 2015 IDK0083A MW Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0084A KM Manta alfredi B 17 Nov 2015 IDK0085A KM Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0086A KM Manta alfredi J 18 Nov 2015 IDK0087A KM Manta alfredi B 18 Nov 2015 IDK0088A KM Manta alfredi U 18 Nov 2015 IDK0089A KM Manta alfredi B 20 Nov 2015 IDK0090A KM Manta alfredi J 20 Nov 2015 IDK0091A KM Manta alfredi U 20 Nov 2015 IDK0092A KM Manta alfredi U 20 Nov 2015 Monitoring BPSPL Denpasar pada bulan November 2015 berhasil mengidentifikasi sebanyak 31 individu. Dengan didukung waktu dan sumberdaya manusia yang tepat pada saat survei, jumlah ini dapat menggambarkan populasi secara temporal di perairan TN Komodo.
Perbandingan Kelamin Jantan dan Betina Pari Manta yang berhasil diidentifikasi sebanyak 31 individu yang terdiri dari 11 individu jantan dan 16 individu betina, serta 4 individu tidak dapat diidentifikasi jenis kelaminnya. Berdasarkan spesies terdiri dari 2 Manta birostris dan 29 Manta alfredi
20
DISTRIBUSI TEMPORAL PERAIRAN KKP NUSA PENIDA
Migrasi Manta alfredi di Nusa Penida
Migrasi Manta birostris di Nusa Penida Foto ID IDP0002B IDP0048B
MPB 4 Okt 2015 4 Okt 2015
MPL 1 Okt 2015 3 Okt 2015
MBP -
Jarak 11,94 km 11,94 km
MPB (Manta Point Baru); MPL (Manta Point Lama; MBP (Manta BPSPL Point)
IDP0002B di MPL
IDP0002B di MPB
IDP0048B di MPL
IDP0048B di MPL
Terdapat 2 individu Manta birostris yang sama di lokasi dan waktu yang berbeda yaitu IDP0002B dan IDP0048B ditemukan di Manta Point Lama (MPL) dan Manta Point Baru (MPB). IDP0002B teridentifikasi di Manta Point Lama (MPL) pada tanggal 1 Oktober 2015 dan teridentifikasi kembali pada 4 Oktober 2015 di Manta Point Baru (MPB). Sedangkan IDP0048B teridentifikasi di Manta Point Lama (MPL) pada 3 Oktober 2015 dan teridentifikasi kembali pada 4 Oktober 2015 di Manta Point Baru (MPB). Jarak antara kedua lokasi tersebut adalah 11,94 km.
Foto ID IDP0003A IDP0019A IDP0022A IDP0036A IDP0038A
MPB 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015
MPL 1 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015
MBP Jarak 3 Okt 2015 2,48 km 11,94 km 11,94 km 11,94 km 11,94 km -
MPB (Manta Point Baru); MPL (Manta Point Lama; MBP (Manta BPSPL Point)
IDP0003A di MPL
IDP0003A di MBP
IDP0019A di MPL
IDP0019A di MPB 4
IDP0022A di MPL
IDP0022A di MPB
21
PERAIRAN TN KOMODO
IDP0036A di MPL
IDP0036A di MPB
IDP0038A di MPL
IDP0038A di MPB
Terdapat 5 individu manta yang sama ditemukan di lokasi yang berbeda yaitu manta IDP0003A ditemukan di Manta Point Lama (MPL) pada 1 Oktober 2015 dan ditemukan kembali di Manta BPSPL Point (MBP) pada 3 Oktober 2015. Jarak kedua lokasi tersebut 2.48 km. Manta IDP0019A, IDP0022A, IDP0036A, IDP0038A di temukan di Manta Point Lama (MPL) pada 2 Oktober 2015 dan ditemukan kembali di Manta Point Baru (MPB) pada 4 Oktober 2015. Hal ini membuktikan bahwa Manta Point Lama (MPL), Manta Point Baru (MPB) dan Manta BPSPL Point (MPL) merupakan ekosistem manta yang saling terhubung
22
Pari manta merupakan migratory species (Germanov et al. 2014). Dari foto-ID dapat diketahui bahwa manta berpindah ke wilayah satu ke wilayah lainnya. Berikut pergerakan temporal manta di perairan TN Komodo
Migrasi Manta alfredi di Perairan TN Komodo Dalam rentang waktu monitoring, tidak ditemukan manta yang sama/identik di lokasi yang berbeda. Hal ini menandakan bahwa dalam rentang waktu monitoring, manta berada di lokasi yang sama. Manta masih menetap di satu lokasi.
CLEANING & FEEDING STATION
Perairan KKP Nusa Penida
Perairan TN Komodo
Manta alfredi diprediksi berkumpul atau teragregat dalam suatu lokasi ada keterkaitan dengan keberadaan makanan, sirkulasi pola arus, suhu perairan, perilaku kawin dan kunjungan ke cleaning station (Anderson, Adam & Goes, 2011). Data sebelumnya menyebutkan bahwa distribusi pari manta di KKP Nusa Penida terkonsentrasi di pesisir selatan Pulau Nusa Penida dimulai dari Small Manta Bay hingga Manta Point. Di pesisir utara dari Pulau Nusa Lembongan hingga Pulau Nusa Penida terkadang pari manta dijumpai, namun hanya melintas. Lokasi yang sudah dipastikan sebagai cleaning station sekaligus feeding station adalah Manta Point, sedangkan lokasi makan (feeding) adalah Small Manta Bay dan Big Manta Bay.
Karang Makasar dan Manta Alley merupakan cleaning station. Namun secara umum lokasi cleaning station juga merupakan lokasi Feeding Station. Tingkah laku ikan pari manta di daerah ini adalah berenang pelan, membuka mulut untuk menyaring makanan dan atau diam sambil membiarkan ikan-ikan kecil membersihkan permukaan tubuh mereka. Karang Makassar adalah salah satu dari dangkalan terumbu karang terbesar yang membentuk barrier reef di Kepulauan Komodo. Pada kedalaman 10-20 m ditemukan biota kecil diantara formasi terumbu karang dan rubble. Nudibranch, Udang, ikan kecil, dan pari lainnya umumnya ditemui diantara rubble. Sedangkan biota laut seperti Ikan kakaktua, hiu sirip hitam, hiu bambu, penyu hijau, kawanan ikan, dan Ikan kuwe dapat ditemukan berenang di badan air. Pernah ditemukan dugong melintas disini, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi.
Perairan antara Small Manta Bay hingga Manta Point merupakan koridor perlintasan yang diduga juga sebagai cleaning station maupun feeding (Lazuardi, Welly, Sanjaya, Bassett dkk., 2015). Survey ikan pari manta yang dilakukan di lokasi baru yang disebut Manta BPSPL Point (antara Manta Point dan Tower) menemukan ikan pari manta juga melakukan feeding di daerah ini. Tingkah laku ikan pari manta di daerah ini adalah berenang pelan, membuka mulut untuk menyaring makanan dan atau diam sambil membiarkan ikan-ikan kecil membersihkan permukaan tubuh mereka.
23
MANTA ID Perairan KKP Nusa Penida
24
Catatan
IDP0001B : Manta birostris : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
25
MANTA ID
IDP0002B
26
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta birostris : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0003A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
27
MANTA ID
IDP0004A
28
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0005A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
29
MANTA ID
IDP0006A
30
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0007A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
31
MANTA ID
IDP0008A
32
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0009A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
33
MANTA ID
IDP0010A
34
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0011A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
35
MANTA ID
IDP0012A
36
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0013A : Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
37
MANTA ID
IDP0014A
38
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0015A : Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
39
MANTA ID
IDP0016A
40
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0017A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
41
MANTA ID
IDP0018A
42
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 1 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0019A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
43
MANTA ID
IDP0020A
44
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0021A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
45
MANTA ID
IDP0022A
46
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0023A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
47
MANTA ID
IDP0024A
48
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0025A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
49
MANTA ID
IDP0026A
50
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0027A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
51
MANTA ID
IDP0028A
52
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0029A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
53
MANTA ID
IDP0030A
54
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0031A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
55
MANTA ID
IDP0032A
56
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0033A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
57
MANTA ID
IDP0034A
58
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0035A : Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
59
MANTA ID
IDP0036A
60
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0037A : Manta alfredi : betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
61
MANTA ID
IDP0038A
62
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0039A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
63
MANTA ID
IDP0040A
64
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0041A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 2 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
65
MANTA ID
IDP0042A
66
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta BPSPL Point : 3 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0043A : Manta alfredi : Betina ; Manta BPSPL Point : 3 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
67
MANTA ID
IDP0044A
68
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Janta ; Manta BPSPL Point : 3 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0045A : Manta alfredi : Betina ; Manta BPSPL Point : 3 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
69
MANTA ID
IDP0046A
70
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Manta BPSPL Point : 3 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0047A : Manta alfredi : Betina ; Manta BPSPL Point : 3 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
71
MANTA ID
IDP0048B
72
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta birostris : Tidak Teridentifikasi ; Manta Point Lama : 3 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0049A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 3 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
73
MANTA ID
IDP0050A
74
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Point Lama : 3 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0051A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Lama : 3 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
75
MANTA ID
IDP0052B
76
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta birostris : Betina ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0053A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
77
MANTA ID
IDP0054A
78
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0055A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
79
MANTA ID
IDP0056A
80
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0057A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
81
MANTA ID
IDP0058A
82
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0059A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
83
MANTA ID
IDP0060A
84
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
Catatan
Catatan
IDP0061A : Manta alfredi : Betina ; Manta Point Baru : 4 Oktober 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
85
MANTA ID Perairan TN Komodo
86
Catatan
IDK0062B : Manta birostris : Jantan ; Manta Alley : 17 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
87
MANTA ID
IDK0063A
88
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Alley : 17 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0064A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Alley : 17 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
89
MANTA ID
IDK0065A
90
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Alley : 17 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0066A : Manta alfredi : Betina ; Manta Alley : 17 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
91
MANTA ID
IDK0067A
92
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Alley : 17 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0068A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Alley : 17 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
93
MANTA ID
IDK0069B
94
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta birostris : Betina ; Manta Alley : 19 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0070A : Manta alfredi : Jantan ; Manta Alley : 19 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
95
MANTA ID
IDK0071A
96
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Jantan ; Manta Alley : 19 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0072A : Manta alfredi : Betina ; Manta Alley : 19 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
97
MANTA ID
IDK0073A
98
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Manta Alley : 19 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0074A : Manta alfredi : Betina ; Mawan : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
99
IDK0075A MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
100
: Manta alfredi : Betina ; Mawan : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0076A : Manta alfredi : Betina ; Mawan : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
101
IDK0077A MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
102
: Manta alfredi : Betina ; Mawan : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0078A : Manta alfredi : Jantan ; Mawan : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
103
IDK0079A MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
104
: Manta alfredi : Jantan ; Mawan : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0080A : Manta alfredi : Jantan ; Mawan : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
105
IDK0081A MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
106
: Manta alfredi : Betina ; Mawan : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0082A : Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Mawan : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
107
IDK0083A MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
108
: Manta alfredi : Betina ; Mawan : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0084A : Manta alfredi : Betina ; Karang Makassar : 17 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
109
MANTA ID
IDK0085A
110
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Karang Makassar : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0086A : Manta alfredi : Jantan ; Karang Makassar : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
111
MANTA ID
IDK0087A
112
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Karang Makassar : 18 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0088A : Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Karang Makassar : 18 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
113
MANTA ID
IDK0089A
114
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Betina ; Karang Makassar : 20 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0090A : Manta alfredi : Jantan ; Karang Makassar : 20 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
115
MANTA ID
IDK0091A
116
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
: Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Karang Makassar : 20 November 2015
Catatan
Catatan
IDK0092A : Manta alfredi : Tidak Teridentifikasi ; Karang Makassar : 20 November 2015
MANTA ID
Spesies Kelamin Lokasi Tanggal
117
118
KONDISI HABITAT PERAIRAN KKP NUSA PENIDA
Manta Point Lama (MPL) Manta Point terletak di pesisir selatan Pulau Nusa Penida. Karakter pantai merupakan tebing karang curam dengan sedikit vegetasi pada lereng yang relatif lebih landai. Ketinggian tebing berfariasi dari 20 hingga 120 m. Lokasi ini merupakan cleaning sekaligus feeding station (Lazuardi, Welly, Sanjaya, Bassett dkk., 2015). Cleaning station berupa bukit karang dengan ketinggian 5 m, dihitung dari dasar substrat kedalaman 10 m hingga puncak karang pada kedalaman 5 m, terhitung pada saat antara pasang tertinggi dan terendah. Tutupan karang relatif didominasi oleh karang lunak dengan tutupan sebesar 40,3% dan karang keras sebesar 16,3% (Lazuardi, Sanjaya & Welly, 2014). Komposisi substrat lainnya berupa 19.7% rock dan coralline algae, 21.0% berupa pasir dan patahan karang. Lokasi ini termasuk dalam daerah upwelling dimana massa air dari laut dalam terangkat ke atas dengan membawa nutrient dan suhu perairan yang lebih dingin. Terdapat juga arus di sepanjang pesisir tersebut dari arah timur atau sebaliknya dari barat. Kombinasi pola arus tersebut termasuk disukai oleh ikan pari manta.
Sketsa karakter Manta Point Lama, KKP Nusa Penida
119
Manta Point Baru (MPB) Manta Point Baru berada di ujung barat daya Pulau Nusa Penida. Terdapat dua teluk yang bisa disebut Small Manta Bay dan Big Manta Bay. Karakter pantai merupakan tebing karang curam dengan sedikit vegetasi pada lereng yang relatif lebih landai. Ketinggian tebing berfariasi dari 7 hingga 20 m. Lokasi ini merupakan feeding station (Lazuardi, Welly, Sanjaya, Bassett dkk., 2015). Dasar perairan relatif flat atau rata dengan kedalaman 8 – 10 m. Posisi ikan pari manta berada sepanjang tebing dengan berenang mendekati permukaan air. Tutupan karang relatif didominasi oleh karang keras dengan tutupan sebesar 60,3% dan karang lunak sebesar 21.0% (Lazuardi, Sanjaya & Welly, 2015). Komposisi substrat lainnya berupa 18.0% rock. Lokasi ini juga termasuk dalam daerah upwelling dan arus di sepanjang pesisir dari arah timur atau sebaliknya dari barat. Namun demikian dalam kedua teluk tersebut relatif tidak berarus.
Sketsa karakter Manta Point Baru KKP Nusa Penida
120
Manta BPSPL Point (MBP) Karena sepanjang pesisir selatan Pulau Nusa Penida merupakan koridor perlintasan ikan pari manta, maka dalam survey ini juga dilakukan observasi dari atas speedboat dimana ikan pari manta terlihat berkelompok. Observasi mencatat di sebuah lokasi timur Manta Point yang diberi nama Manta BPSPL Point. Karakter pantai merupakan tebing karang curam dengan sedikit vegetasi pada lereng yang relatif lebih landai. Ketinggian tebing berfariasi dari 40 hingga 100 m. Sama halnya dengan Manta Point dan Manta Point Baru, lokasi ini juga termasuk dalam daerah up-welling dan arus di sepanjang pesisir dari arah timur atau sebaliknya dari barat.
Sketsa karakter Manta BPSPL Point, KKP Nusa Penida Lokasi ini diduga merupakan merupakan feeding station dan kemungkinan cleaning station. Ikan pari manta terkonsentarasi mendekati tebing dan pecahan gelombang sehingga jarak pandang di dalam perairan berkisar 2 – 5 m. Substrat dasar berupa rock dan pasir berselang seling. Terdapat beberapa gundukan atau bukit rock di bawah perairan dengan kontur dasar perairan flat hingga landai.
121
PERAIRAN TN KOMODO Manta Alley (MBP)
Sketsa Karakter Manta Alley Manta Alley merupakan sebuah pulau kecil di ujung selatan Pulau Komodo. Manta Alley tidak berpenghuni dan merupakan pulau karst berbukit rendah dengan vegetasi ilalang. Pulau ini memanjang dari selatan ke utara dengan panjang kurang lebih 450 m dan lebar 200 m. Posisi di sebelah timur relatif mencekung seperti teluk, sedangkan di sebelah barat menonjol di bagian tengah sehingga membentuk teluk di sisi barat daya dan barat lautnya. Kontur dasar perairan curam dan di beberapa titik terdapat kontur tegak lurus (drop-off/ wall). Tutupan karang hidup dalam kondisi bagus (>50%) dengan kelimpahan ikan karang relatif padat, terutama untuk ikan kecil (< 30 cm). Perairan relatif jernih dengan kecerahan horizontal perairan sekitar 15 m. Pengamatan dilakukan di perairan sebelah timur pulau dengan pertimbangan relatif tidak berarus. Terdapat beberapa gundukan rock berupa bukit-bukit kecil di bawah air dimana ikan pari manta berdiam diri untuk melakukan cleaning. Sehingga tempat ini terkonfirmasi merupakan cleaning station. Tingkah laku ikan pari manta lainnya adalah kegiatan memakan dengan membuka mulut dan berputar-putar di sekitar cleaning station, sehingga tempat ini terkonfirmasi sebagai feeding station juga.
122
Karang Makassar (KM)
Karang Makassar merupakan patch reef atau terumbu karang takad/gosong di timur Pulau Komodo. Takad ini juga relatif seperti barrier reef atau terumbu karang penghalang karena posisinya yang memanjang dari selatan ke utara dengan panjang hingga 4.3 km dan lebar 1 km. Lokasi ini merupakan dua takad yang dipisahkan oleh selat sempit dengan lebar 300 m. Kedua takad ini mempunyai lagoon di tengahnya, sedangkan takad bagian utara mempunyai dua pulau pasir di ujung selatannya. Kontur Karang Makassar relatif rata atau flat di atasnya dan melandai hingga curam pada sisi-sisinya. Rataan atas Karang Makassar mempunyai kedalaman kurang lebih 10 m. Sebagian besar rataan ini berupa rubble dan sedikit terumbu karang pada sisi-sisinya. Pengamatan dilakukan di rataan atas takad dengan mengikuti arus. Tingkah laku ikan pari yang teramati adalah berenang dan feeding, sehingga lokasi ini terkonfirmasi sebagai feeding station. Tidak seperti lokasi lain dimana ikan pari manta melakukan cleaning di atas bukit karang, ikan pari manta di Karang Makassar teramati sedang melakukan cleaning di cerukan-cerukan landai di atas takad. Sehingga diduga kuat bahwa Karang Makassar juga merupakan cleaning station walaupun karakter cleaning station-nya berbeda dengan daerah lain seperti Manta Alley ataupun Manta Point di KKP Nusa Penida. Disamping ikan pari manta, dijumpai juga ikan pari jenis lainnya yaitu Aetobatus narinari.
123
Shotgun (SG)
Sketsa Karakter Shotgun Kontur dasar kedua ujung pulau yang membentuk selat tersebut adalah curam hingga drop-off, sedangkan di tengah selat berupa seperti pelana kuda dengan kedalaman sekitar 20 m. Substrat dasar sebagian besar berpasir dengan karang patchy atau terpisah-pisah. Kelimpahan ikan relatif padat dan banyak dijumpai
124
schooling (kelompok) ikan besar yang bermain di arus seperti giant trevally, snapper, naso dan kyphosus. Perairan relatif jernih dengan kecerahan horizontal 15 m. Pada waktu pengamatan tidak dijumpai ikan pari manta, namun dari pemandu selam mengatakan kadangkadang ikan pari manta melintasi selat tersebut sehingga perlu juga untuk dilakukan pengamatan.
Shotgun merupakan selat sempit antara ujung Pulau Gili Lawa laut (utara) dan ujung Pulau Gili Lawa Darat (selatan) dengan lebar selat 130 m. Lokasi ini berada di ujung utara Pulau Komodo. Dinamakan shotgun karena arus kuat di tengah selat tersebut yang memuntahkan para diver yang melakukan drift dive keluar selat. Drift dive bisa dilakukan dari sisi timur ataupun barat selat, tergantung dari arah arus yang ada. Karena berada di dua ujung pulau, selat tersebut hanya memili panjang sekitar 300. Dari 300 m panjang selat tersebut, sensasi arus kuat saat drift dive hanya sekitar 100 m yang berada tepat di tengah selat. Namun penyelam harus hatihati agar tidak terlempar ke luar selat namun menjauhi kontur dasar pulau yang berakibat terkena arus ke dalam atau muncul di tengah perairan yang tidak terpantau boat penyelam.
Mawan (MW)
Sketsa Karakter Mawan
Pulau Mawan merupakan pulau pasir putih dan karst yang landai dengan vegetasi rendah meliputi savanna ilalang di tengahnya dan sentigi di sebagian pantainya (sebelah timur). Pulau yang berada di timur Karang Makassar ini juga tidak berpenghuni. Pulau ini memanjang dari tenggara ke arah barat laut dengan panjang sekitar 750 m dan lebar 250 m. Kontur dasar landai di dangkalan 3 m, dan lebih dalam mulai curam dengan substrat sebagian rubble di sisi timur dan sedikit terumbu karang, serta substrat berpasir di sisi selatan. Perairan relatif jernih dengan kecerahan horizontal 15 m. Pengamatan dilakukan di sisi timur hingga tenggara, batas antara substrat karang patchy dan substrat berpasir pada kedalaman 5 hingga 15 m. Ikan pari manta yang teramati melakukan feeding diantara batas substrat tersebut, muncul dari arah selatan dan pergi ke utara. Dari tingkah laku yang teridentifikasi, diduga kuat lokasi ini merupakan feeding station dan bukan merupakan cleaning station.
125
Pink Beach (PB)
Sketsa Karakter Pink Beach Pengamatan dilakukan dari ujung selatan pantai hingga utara pada kedalaman 5 hingga 20 m dengan kecerahan perairan relatif rendah di bawah 10 m. Sayangnya tidak dijumpai ikan pari manta pada waktu pengamatan
126
Pink Beach merupakan pantai pasir yang berwarna putih kemerahan karena serpihan dari karang pipa (Tubipora). Lokasi ini berada di sisi timur Pulau Komodo, tepatnya di selatan tanjung Loh Liang dan hanya memiliki panjang pantai sekitar 200 m. Ujung selatan dan utara pantai ditandai dengan bukit batuan karst yang menjorok ke pantai. Pink beach merupakan salah satu destinasi wisata pantai dan snorkeling. Kontur dasar landai hingga curam dengan substrat karang hidup dan rubble hingga kedalaman 20 m. Di sisi utara merupakan substrat berpasir. Pada perairan yang lebih dangkal antara substrat karang dan substrat berpasir dijumpai banyak bambu laut pada kedalaman sekitar 10 hingga 5 m.
Tatawa Besar (TB) Pulau Tatawa Besar merupakan pulau tebing karst yang rendah di sisi barat laut hingga utara, dengan vegetasi savanna ilalang di tengahnya, teluk berhutan mangrove di sisi timur hingga selatan, dan pantai pasir putih di sisi timur laut dan barat daya. Terdapat lagoon di depan hutan mangrove tersebut. Pulau yang tidak berpenghuni ini berada di utara Pulau Mawan dan timur laut Karang Makassar. Pulau ini berbentuk oval yang melonjong dari selatan ke utara dengan panjang sekitar 1.4 km dan lebar 1 km. Kontur dasar landai di dangkalan 5 m dan lebih dalam mulai curam dengan substrat sebagian rock di dangkalan dan tutupan karang hidup relatif sedang di lerengnya. Perairan relatif jernih dengan kecerahan horizontal 15 m. Pulau Tatawa Besar pada bagian utara cenderung berarus kencang. Pengamatan dilakukan di sisi barat laut dengan mengikuti arus pada kedalaman 20 hingga 5 m. Sayangnya tidak dijumpai ikan pari manta pada waktu pengamatan dalam air. Namun menurut pemandu selam, daerah tersebut memang merupakan perlintasan ikan pari manta. Hal ini dibuktikan bahwa tim survey melihat dari atas speedboat ikan pari manta yang melintas. Sehingga bisa diduga kuat bahwa Pulau Tatawa Besar merupakan feeding ground dan perlu dilakukan pengamatan.
Sketsa Karakter Tatawa Besar
127
128
KUALITAS PERAIRAN Klorofil A Klorofil merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografi suatu perairan. Beberapa parameter fisika kimia yang mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien. Perbedaan parameter tersebut menjadi penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Samawi, 2007). Klorofil a erat hubungannya dengan keberadaan fitoplankton. Fitoplankton dikenal sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil sehingga mampu melakukan reaksi fotosintesis. Keberadaan fitoplankton pada suatu daerah berkaitan erat dengan besar kecilnya kandungan klorofil yang berada di daerah tersebut. Secara horizontal kandungan klorofil-a lebih banyak ditemukan pada lapisan permukaan yang berada dekat dengan daratan dimana semakin menuju laut maka kandungan klorofil-a semakin rendah karena daratan banyak memberi masukan nutien kedalam perairan. Hal ini menyebabkan suburnya perairan yang akhirnya akan bermanfaat bagi fitoplankton untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Konsentrasi klorofil-a pada saat survei dilakukan menunjukkan konsentrasi yang tinggi. Lokasi tersebut kaya akan nutrien sumber makanan bagi manta.
Konsentrasi Klorofil-a Perairan KKP Nusa Penida dari citra MODIS
Konsentrasi Klorofil-a Perairan TN Komodo dari citra MODIS
129
pH Salah satu hal yang menyebabkan variasi pH di perairan Indonesia adalah adanya angin monsun. Pada bulan musim peralihan II (September-Oktober- November), pH perairan Indonesia cenderung lebih rendah karena adanya pengaruh angin monsun yang mulai berhembus dari Asia ke Australia. Angin monsun ini menyebabkan transport massa air laut dari Laut Cina Selatan yang memiliki pH yang rendah, kurang dari 8, ke perairan Indonesia (Doney, 2006). Angin monsun digerakkan oleh perubahan tekanan secara bergantian di Benua Asia dan Benua Australia akibat perbedaan posisi matahari sepanjang tahun. Angin monsun ini merupakan salah satu pembangkit arus dominan yang mampu menggerakkan massa air yang terjadi di permukaan perairan Indonesia. Monsun yang dialami perairan Indonesia yaitu monsun barat, yang terjadi di bulan Desember, Januari, dan Februari serta monsun timur yang terjadi di bulan Juni, Juli, dan Agustus. Adanya angin monsun tersebut walaupun tidak berpengaruh secara langsung terhadap nilai pH, namun dapat menyebabkan variabilitas nilai pH di permukaan air karena mampu menghasilkan transpor massa air laut dari suatu perairan ke perairan lain (BPOL, 2011). Selain angin monsun, menurut Nybakken (2000), faktor utama yang mempengaruhi tingkat keasaman air laut di daerah pesisir adalah aktivitas fitoplankton dan tumbuhan air, aliran yang berasal dari darat, pasangsurut dan cuaca yang mempengaruhi fluktuasi kimiawi perairan. Aktivitas fitoplankton dan tumbuhan air yang melibatkan CO2 dapat mempengaruhi keasaman perairan. Di wilayah Nusa Penida, tidak ada aliran sungai besar yang masuk ke perairannya dan run off dari perbukitan di sekitarnya juga tidak besar karena sebagian besar daratannya berupa tanah bebatuan keras, sehingga relatif tidak mempengaruhi sebaran nilai pHnya. Dinamika pasang-surut air laut sangat mempengaruhi fluktuasi kimiawi perairan pesisir. Pada saat terjadi pasang, unsur hara, mineral, bahan organik, sedimen dan karbon terangkat dari kolom air oleh adanya gerakan air. Adanya proses upwelling juga dapat mempengaruhi keasaman perairan. Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, karbon dan zat-zat hara yang vertikal permukaan. Pengukuran pH pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker didapatkan hasil sebagai berikut :
130
Site Manta Point Lama Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar
BML 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5
pH 8.22 8.20 8.23 8.33 8.33 8.37 8.31 8.35 8.34
BML : Baku Mutu Lingkungan Secara umum, pH hasil pengukuran di site monitoting manta menunjukan hasil yang sesuai dengan rentang baku mutu lingkungan. pH berpengaruh secara langsung terdapat proses penyediaan makanan pada suatu ekosistem di perairan. Tingginya pH secara nyata disebabkan oleh masuknya CO2 ke perairan yang mempengaruhi respon fisik pada ikan, proses fotosintesis organisme laut, serta menghambat proses calsifikasi atau pengkapuran pada terumbu karang serta organisme lainnya. Tinggi pH dalam jangka pendek akan mempengaruhi fungsi pernafasan, peredaran darah, pertumbuhan dan reproduksi pada ikan (Guinotte JM, 2008). Derajat keasaman (pH) memiliki peranan yang penting untuk kondisi lingkungan perairan. Perubahan pH berpengaruh terhadap proses kimia maupun biologis organisme yang ada diperairan. pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia di perairan. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Tarsim dan Wardiyanto, 2004).
DO Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok sebagai regulator pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi dan dibutuhkan sebagai petunjuk kualitas air (Odum, 1993). Kandungan oksigen terlarut di perairan berasal dari fotosintesis dan difusi langsung dari udara (Goldman dan Horne, 1983 dalam Noor Kholidah, 2005).
Site Manta Point Lama Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar
>5
DO 3.81 3.33 3.52 3.70 3.73 3.54 3.63 3.39 3.59
BML : Baku Mutu Lingkungan Mengacu pada baku mutu air laut, bahwa DO terukur cenderung rendah atau dibawah standar baku mutu air laut yaitu >5. Namun hal ini tidak dapat menjadi justifikasi bahwa kualitas perairan tersebut buruk. Banyaknya zooplankton juga dapat menjadi penyebab, namun melihat dari proses rantai makanan yang akan dan parameter lainnya diketahui bahwa cukup banyak nutrien/makanan yang tersedia untuk jenis ikan khususnya pari manta.
Pengaruh konduktivitas terhadap hewan akuatik dihubungkan dengan kesadahan perairan, yaitu tergantung pada tinggi rendahnya konsentrasi ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) (Faturrahman, 1992 dalam Alma Sina, 2005). Pengukuran konduktifitas pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker didapatkan hasil sebagai berikut : Site Manta Point Lama Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar
Konduktifitas 4.87 4.16 4.15 4.72 4.82 4.79 4.84 4.86 4.84
Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01 dan kedalaman sebesar 20 meter. Secara umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas di laut adalah temperatur.
Konduktifitas Konduktivitas menggambarkan kadar garam-garam yang terionisasi atau terlarut dalam air. Air menjadi penghantar arus listrik bilamana zat dilarutkan di dalamnya, dan hantarannya (hantaran jenis) sebanding dengan banyaknya zat yang terlarut. Zat-zat ini adalah ion-ion yang bertindak sebagai penghantar arus listrik. Banyaknya ion dalam larutan dapat ditentukan dengan melihat kemampuan air dalam menghantarkan arus listrik (Michael, 1996). Air merupakan pelarut yang paling efektif. Molekul air mampu membentuk hidrogen berikatan dengan molekul yang mengandung atomatom oksigen, kelompok hidroksi OH- atau nitrogen yang mampu mengikat hidrogen. Ikatan ikatan tersebut membentuk larutan yang mudah digunakan oleh organisme yang hidup di dalam air.
131
Turbiditas Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid, dan sebagainya. Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air. (Saidar,et.al, 2002). Menurut Nybakken (1992) dalam Siagian (2009), menyatakan bahwa adanya zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya yang mencolok. Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan organisme perairan. Pengukuran Turbidity pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker didapatkan hasil sebagai berikut :
Site Manta Point Lama Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar
132
Turbiditas 3.4 3.5 28.2 0.1 0.9 1.2 0.1 0.2 0.1
Di perairan KKP Nusa Penida diketahui bahwa turbiditas di MPL 3.4 dan di MPB 3.5, namun di MBP hasil yang didapatkan lebih tinggi yaitu 28.2. Tingginya turbiditas pada lokasi tersebut dimungkinkan karena tingginya partikel suspensi seperti plankton dan mikroorganisme lainnya. Tidak terkecuali di MBP, selain disebabkan karena partikel suspensi palnkton dan mikroorganisme juga disebabkan oleh kondisi gelombang dan arus laut yang kuat sehingga pasir dan material dasar laut terangakat. Di MPL dan MBP diketahui bahwa manta menunjukan perilaku sedang makan (feeding habit) dan berenang dipermukaan. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa di lokasi tersebut kaya akan plankton yang menjadi sumber makanan utama manta. Sedangkan di perairan TN Komodo, diketahui bahwa turbiditas yang paling tinggi berada di site Shotgun yaitu 1.2, sedangkan yang lain berikisar antara 0.1 - 0.9. Arus yang kuat menjadi penyebab turbiditas di Shotgun lebih besar daripada site yang lainnya. Tidak ditemukan manta di shotgun.
Suhu Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pesisir menuju laut lepas. Umumnya kondisi suhu di pesisir lebih tinggi dari daerah laut yang suhunya relatif lebih rendah dan stabil. Rendahnya kisaran suhu di perairan laut karena faktor kedalaman sehingga sinar matahari tidak dapat menembus perairan, dibandingkan dengan di perairan muara dan pesisir yang kedalamannya rendah sehingga sinar matahari dapat menembus perairan dan membuat perairan menjadi hangat. Pengukuran suhu pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker dipadatkan hasil sebagai berikut :
Site Manta Point Lama Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar
Suhu 21.9 20.9 23.7 26.4 26.6 26.7 27.7 29.2 27.4
Di perairan TN Komodo, pada bulan November merupakan musim peralihan II (September-OktoberNovember). Dengan melihat komposisi suhu terukur pada monitoring tersebut cenderung hangat. Suhu mempengaruhi proses upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan. Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Zat hara menjadi pemicu fitoplankton dan zooplankton sebagai bagian dari rantai makanan di perairan tersebut.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu di perairan Nusa Penida yaitu 20.9oC - 23.7 oC. Bulan Oktober merupakan musim peralihan II (September-OktoberNovember) dimana suhu perairan di Nusa Penida sangat dingin dibandingkan dengan suhu perairan lainnya di Indonesia. Hal ini di pengaruhi oleh posisi Nusa Penida yang merupakan perairan terbuka yang banyak dipengaruhi oleh selat Lombok yang berarus keras. Adanya arus ini menimbulkan pergerakan massa air menuju Samudera Hindia yang dapat menyebabkan upwelling dingin sehingga suhu perairan menjadi rendah. Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan. Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya.
133
Salinitas Salinitas adalah jumlah garam dalam gram yang terkandung dalam satu kilogram air laut dimana iodin dan bromin digantikan nilainya oleh klorin, semua karbonat diubah menjadi oksida dan semua bahan organik teroksidasi dengan sempurna (Pickard, 1983). Salinitas akan mempengaruhi densitas, kelarutan gas, tekanan osmotik dan ionik air. Semakin tinggi salinitas, maka tekanan osmotik air akan semakin tinggi pula. Salinitas merupakan parameter kimia yang penting di laut dan menjadi faktor pembatas karena hampir semua organisme di laut hanya dapat hidup pada daerah yang perubahan salinitasnya sangat kecil, walaupun ada organisme laut yang mampu bertolerasi terhadap perubahan salinitas yang tinggi. Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/ oo. Sebaran salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi) dan aliran sungai (run off) yang ada di sekitarnya (Nontji, 1987). Pengukuran sualinitas pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker dipadatkan hasil sebagai berikut :
134
Site Manta Point Lama Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar
Salinitas 31.8 31.7 32.1 31.1 31.7 31.9 32.1 32.3 31.8
Salinitas di lokasi cenderung normal, fluktuasi salinitas dapat terjadi namun pari manta memiliki rentang adaptasi yang baik terhadap salinitas.
135
Daftar Pustaka Allen, G.R dan M.V. Erdman. 2008. Reef fish of Nusa Penida, Indonesia. Final Report to Conservation International. 22 hal. 234 Anderson RC, Adam MS, Goes JI (2011) From monsoons to mantas: Seasonal distribution of Manta alfredi in the Maldives. Fish Oceanogr 20: 104–113. Bigelow H.B., and Schroeder W.C., 1953. Sawfish, guitarfish, skates and rays. In: Tee-Van (ed.) Fishes of the Western North Atlantic, Part 2. Sears Foundation for Marine Research, Yale University, New Haven, pp 508 – 5145 on rocky intertidal communities. Journal of Aquatic Ecosystem Stress and Recovery 7: 273-297. BPOL. 2011. Laporan Penelitian Studi Operasional Oseanografi Untuk Konservasi Ekosistem Terumbu Karang. Darma dkk, 2010 Darma, I.M., R. Basuki, dan M. Welly. 2010. Profil Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. xii + 78 hal. Deakos, M.H., J.D. Baker and L. Bejder, 2011. Characteristics of a manta ray Manta alfredi population off Maui, Hawaii, and implications for management. Mar. Ecol. Prog. Ser. 429:245-260. Doney, Scott C. 2006. The Danger of Ocean Acidification. Scientific American , March 2006. Guinotte JM, 2008 Germanov ES, Marshall AD (2014) Running the Gauntlet: Regional Movement Patterns of Manta alfredi through a Complex of Parks and Fisheries. PLoS ONE 9(10): e110071. doi: 10.1371/journal.pone.0110071 Homma K, Maruyama T, Itoh T, Ishihara H, Uchida S (1997) Biology of the manta ray, Manta birostris, Walbaum, in the Indo-PaciWc. In: Séret B, Sire JY (eds) Proceedings of the 5th Indo-PaciWc Fish Conference, Nouméa. Soc Fr Ichthyol, Paris, pp 209–216; KKJI, 2015 Pedoman Pendataan Dan Survei Populasi Pari Manta (Manta alfredi dan Manta birostris), Jakarta, Dit.KKJI Kashiwagi, T. Marshall, A. D., Bennett, M. B., and Ovenden, J. R. 2011. Habitat segregation and mosaic sympatry of the two species of manta ray in the Indian and Pacific Oceans: Manta alfredi and M. birostris. Marine Biodiversity Records: 1-8.
136
Lazuardi. ME, M Welly, W Sanjaya, P Bassett, H Mitchell, N Karyawan, 2015. Peran KKPD Nusa Penida dalam Konservasi dan Wisata Pari Manta di Kawasan Lesser Sunda. Prosiding Simposium Hiu Dan Pari Di Indonesia Hal.189-198 Matinaud, C. 2013. Manta Matcher, its comptent les Mantas. http://www.plongeur.com/ magazine/ 2013/03/24/mantamatcher-identificationmanta/ Marshall AD, Dudgeon CL, Bennett MB (2011) Size and structure of a photographically identified population of manta rays Manta alfredi in southern Mozambique. Mar Biol 158: 111–1124. Nybakken, J.W. 2000. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Odum, 1993 Pickard, G.L., and W.J. Emery, 1993: Descriptive Physical Oceanography, 5th enlarged edition, 320pp, Pergamon Press. Speed, C., M. Meekan, and C. Bradshaw. 2007. Spot the match: wildlife photo-identification using information theory. Front. Zool. 4:1–11. doi: 10.1186/1742- 9994-4-2 Samawi, MF. 2007. Hubungan Antara Konsentrasi Klorofil-a dengan Kondisi Oseanografi di Perairan Pantai Kota Makasar . Unhas. Makasar Tito CK dkk, 2013 Kondisi Ph Dan Suhu Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Nusa Penida Dan Pemuteran, Bali. Journal BPOL Turak, E., DeVantier, L. 2009. Biodiversity and conservation priorities of reef- building corals in the Papuan Bird’s Head Seascape. In: L.S. Katz, A, Firman M.V. Erdmann (eds.) A Rapid Marine Biodiversity Assessment of Teluk Cendrawasih and the FakFak-Kaimana Coastline of the Papuan Bird's Head Seascape, Indonesia R.A.P. Bulletin of Biological Assessment. Conservation International, Washington, DC Walbaum, J.J. (1792) Petri artedi sueci genera piscium . Grypeswaldiae, Germany, pp. 535 Welly, M., W. Sanjaya, D. Primaoktasa, I.P. Putra, dan M.J. Tatas. 2011. Profil Wisata Bahari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. v + 22 hal.
Catatan :
137
Catatan :
138