Bebek Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam. Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun. Setelah makan, nenek berkata, “Sally, cuci piring.” Tetapi Sally berkata, “Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Johnny?” Dan Sally berbisik, “Ingat bebek?” Jadi Johnny mencuci piring. Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, “Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan.” Tetapi Sally tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu.” Kembali dia berbisik, “Ingat bebek?” Jadi Sally pergi memancing dan Johnny tinggal dirumah. Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun. Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, “Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu.” Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh kemukamu. Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Yesus Kristus juga selalu berdiri dijendela. Dan Dia melihat segalanya.
Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya. Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu. Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, tetapi Dia juga melupakan.”
PANITIA HRG 2014 GMIM SAPTAMARGA SOLAFIDE PERKAMIL SUSUNAN PANITIA HRG 2014 Penanggungjawab : Badan Pekerja Majelis Jemaat Ketua Umum
:
Ncik Debby Tinangon-Wagiu, SS.
Ketua I ( Paskah )
:
Ncik Meiske Solang-Wungow, S.Pd.
Ketua II ( HUT Pekabaran Injil )
:
Ncik Emma Kapantow-Sangari, S.Pd.
Ketua III ( Pengucapan Syukur )
:
Ncik Rita Mengko-Tinangon
Ketua IV ( HUT GMIM )
:
Ncik Ellen Umbas-Mangare
Ketua V ( Natal )
:
Ncik Altje Walalangi-Mogea, SP., M.Si.
Sekretaris Umum
:
Ncik Dra. Linda NongkanMakalew, M.Kes.
Wakil Sekretaris Umum
:
Ncik Inggrid SudarmadjiSuawa
Bendahara Umum
:
Ncik Marie Sanger-Ambanaga
Wakil Bendahara Umum
:
Ncik Norma Lumangkun-Rompas
Seksi Acara/Ibadah
Seksi
PDD
(Perlengkapan,Dokumentasi,Dekorasi)
Ny. Jane Mantik-Tombiling,
–
–
Ngku Stenly Papona
STh (Koord.)
(Koordinator)
< div style="margin-left: 11.8pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tabstops: 76.5pt 193.5pt 202.5pt; text-indent: -11.9pt;"> –
– Ncik Merlin Rondonuwu-Lepar
Pdt. Ferry Mongan, S.Th.
–
Pdt. Ny. Y. Tilaar-Sambow,
–
Bpk. J. Mandolang
S.Th.
– Bpk. Moses Supit – Bpk. Eric Mende – Bpk. Herry Rorong
Pdt. Ny. R. Panda-Paat, S.Th.
–
Pdt. Ny. M. Sondakh-Lembong,
–
S.Th. –
Seksi Lomba (Kesenian & Olah Raga) –
Ngku Ovel Hangkara (Koordinator)
–
Valentino Tampongangoy Seksi Dana –
Bpk. Calvin
Barung (Koordinator)
Ncik Grifid Budiak
–
Ncik Nona
Makarawung-Rawung –
Ncik Meyta Kasenda-Silom
–
Ncik Joice
Panaha-Roos –
Ncik Sherly DotulongWarangkiran –
Ncik Junita Kolang
–
Ncik Watty
Kelejan-Tuliabu –
Ncik Temmy
Mandagi-Tarandung –
Demekrius Boeboe
–
Ncik
Adeleida Longkutoy-Joroh –
Valend Lowing
– Roland Kariso Seksi Konsumsi –
Ncik Seska Salem-Toar (Koordinator)
–
–
Ncik Sintje
Kasmiran-Mogot Seksi Keamanan/Ketertiban Ngku Evan Kolang (Koordinator)
Ncik Selfie Porajow-Lampeang
Bpk. S. B. Balla
–
Bpk. J. Lamahadi
Ncik Els Lombogia Eman
–
Ncik Fientje Pangandaheng-
Bpk. Y. Tampongangoy
Boham – –
Ncik Nova Winarno-Bunadi
Bpk. Nevo Kerap, S.Sos
Ncik Dintje Kuncahyo-Siwi
Bpk. Boy Wagey
Seksi Kesehatan –
Ncik Rita Tambunan-Lumenta (Koordinator)
–
Dr. Erlita Simbolon-Tambunan –
Dr. Maya Wuwungan-Pelle –
Dr. Bryan
Sumual – – –
Dr. David Wenas Ny. Paoki-Sambeko
Ny. L. Tulandi-Pontororing
Banyak Bicara Amsal 10:19 : Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. Mahatma Gandhi adalah salah satu pemimpin dunia yg mempengaruhi jalannya sejarah, yg banyak dipuji karena kebijakannya. Tapi jauh sebelum ia terkenal, ia adalah seorang yg pendiam dan pemalu. Dalam buku yg ditulisnya, “My Experiment with Truth” ia menceritakan tentang latar belakang kehidupannya yg menarik. Karena pemalu, maka ia sering gugup ketika berhadapan dengan banyak orang, tak heran kalau ia selalu sedikit berbicara. Ia pernah diundang untuk menyampaikan gagasannya, tapi ia tidak pernah bisa membaca apa yg sudah ditulisnya, hingga orang lainlah yg kemudian membacakan gagasannya. Meski demikian, ia berkata bahwa kelemahannya itu memiliki nilai positif bagi hidupnya. Karena ia jadi terbiasa untuk menahan gagasan-gagasannya sebelum menyampaikannya ke publik. Itu sebabnya sampai sekarang Mahatma Gandhi terkenal dengan cara pidatonya yg penuh arti, hemat kata, dan hampir bisa dipastikan ia jarang mengatakan sesuatu yg salah akibat satu kata yg tak dipikirkannya lebih dulu.
Kita justru seringkali menjadi kebalikannya, yaitu berkata dulu baru berpikir, karena kita rajin mengobral kata, yg pada akhirnya menjadi bumerang. Berpikir sebelum berkata-kata adalah ciri orang bijak, sebaliknya orang bodoh selalu gegabah dalam perkataannya. Salomo berkata bahwa di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi. Bukan berarti tidak boleh berbicara atau berbicara seadanya saja, tetapi kita belajar agar lebih berhati-hati dalam berkata-kata. Jangan sampai kata-kata kita menjadi bumerang bahkan pempermalukan kita sendiri atau merusak citra kita sendiri. Sedikit kata tetapi bermakna dan bisa menjadi berkat bagi orang yang mendengar lebih berarti daripada ribuan kata sia-sia.. Sumber : http://www.ceritakristen.com/renungan-harian-kristen-online
Bukit Salib Bukit Salib (Bahasa Lithuania: Kryžių kalnas) adalah sebuah situs ziarah yang berada sekitar 12 km di sebelah Utara Kota Šiauliai, di Lithuania Utara. Permulaannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi dianggap bahwa salib-salib pertama ditempatkan pada bekas Bukit Benteng Jurgaičiai atau Domantai setelah Perlawanan tahun 1831.Selama berabad-abad, tidak hanya salib-salib biasa, namun juga salib-salib raksasa, patungpatung kayu dari para pahlawan Lithuania, patung-patung Perawan Maria dan ribuan patung mini dan rosario diletakkan di tempat itu oleh para peziarah Katolik. Jumlah salib-salib yang ada tidaklah diketahui, namun diperkirakan berjumlah sekitar 50,000 batang.
Sejarah Selama berabad-abad, tempat ini telah menjadi simbol kesinambungan iman Katolik Rakyat Lithuania melewati berbagai tantangan yang harus dihadapinya sepanjang sejarah. Setelah Persemakmuran Polandia-Lithuania pecah pada tahun 1795, Lithuania menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia. Rakyat Polandia dan Lithuania bangkit menentang penguasa Rusia dalam Perlawanan November 1831 dan Perlawanan Januari 1863, namun gagal. Kedua gerakan perlawanan itu berhubungan dengan permulaan Bukit Salib: karena sanak-famili dari para pejuang yang gugur, yang tidak dapat menemukan jenazah anggota keluarga mereka, mulai menempatkan salib-salib simbolik di sebuah bukit bekas tempat pertahanan. Tatkala struktur politik lama dari Eropa Timur runtuh pada tahun 1918, Lithuania sekali lagi memproklamasikan kemerdekaannya. Selama waktu itu, Bukit Salib digunakan oleh Rakyat Lithuania sebagai tempat untuk berdoa bagi perdamaian, bagi tanah air mereka, bagi orang-orang terkasih yang telah hilang dari mereka selama Perang Kemerdekaan Lithuania. Situs tersebut memiliki arti penting selama periode 1944-1990, ketika Lithuania dikuasai oleh Uni Soviet. Dengan terusmenerus mengunjungi dan menempatkan salib atau barang yang mereka bawa, Rakyat Lithuania menggunakan Bukit salib untuk mendemonstrasikan kesetiaan mereka pada warisan, agama, dan identitas asli mereka; Bukit Salib menjadi suatu venue dari perlawanan secara damai. Meskipun Soviet berusaha keras menyingkirkan salib-salib baru, dan meratakan situs itu dengan bulldozer sekurang-kurangnya tiga kali (termasuk percobaan yang dilakukan pada tahun 1963 dan 1973).Bahkan beredar desasdesus bahwa para penguasa berencana untuk membangun sebuah bendungan dekat tempat itu di Sungai Kulvė, sebuah anak sungai yang mengalir ke Sungai Mūša, sehingga akan menenggelamkan Bukit Salib. Pada tanggal 7 September 1993, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Bukit Salib, dan menyatakan situs itu sebagai tempat bagi harapan, damai, kasih, dan pengorbanan. Pada tahun 2000, sebuah biara Pertapaan Fransiskan dibuka di dekat situ. Dekorasi interiornya dihubungkan dengan La Verna, gunung tempat St. Fransiskus menerima stigmata. Bukit itu tetap tidak berpemilik; oleh karenanya orang-orang bebas untuk menegakkan
salib-salib di mana saja sesuka hati.
TIDAK ADA YANG KEBETULAN Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya, maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa, berlutut dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti pasar.
Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada suatu hari, sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus. Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang mengatakan, “Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik diatas salib itu, namun apapun yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun.” Si penjaga pintu merasa permintaan itu sangat mudah. Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati orang-orang yang datang. Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun demikian, si penjaga pintu
itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus menepati janji sebelumnya. Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara. Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi dan begitu dibuka, ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan bukan main, “Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!” dengan amat bersyukur ia lalu pergi. Diatas kayu salib, “Yesus” ingin sekali memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara. Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang jauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkram kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya saling bertengkar. Di saat demikian, tiba-tiba dari atas kayu salib “Yesus” akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu dan si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal. Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, “TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada disana.” Penjaga itu berkata, “Aku telah mengatakan yang sebenarnya dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan, apakah salahku?” “Apa yang kamu tahu?”, kata Yesus.
“Saudagar kaya itu sama sekali tidak kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang tenggelam di tengah laut.” ——————————————————————————————————— Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung sebuah rahasia kehidupan…Kita seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang paling baik, namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini. Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita. Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Sumber: http://renungan-harian.com/
Menghitung Hari Dengan Bijak Baca: Mazmur 90:1-17
Setiap hari adalah hari baru dan satu hari hanya dapat kita jalani satu kali saja. Kemudian hari tersebut berganti dengan hari berikutnya yng sama lamanya namun berbeda keadaannya. Hari yang telah kita lalui itu sudah menjadi masa lalu dan tinggal kenangan; hari ini merupakan kesempatan, sedangkan hari-hari yang akan datang menjadi suatu pengharapan bagi kita. Karena begitu berharganya waktu, Daud berdoa kepada Tuhan agar ia diberi hati yang bijaksana sehingga dapat memperhatikan hari demi hari dengan sungguh-sungguh, supaya tidak ada satu hari pun yang terlewatkan dengan percuma.
Begitu juga kita yang telah dikaruniai Tuhan dengan banyak talenta, pastilah kita tidak akan merelakan waktu berlalu begitu saja sebab kita tidak tahu apakah esok kita masih punya kesempatan menyambut matahari menyingsing. Dan bagi orang Kristen, waktu adalah untuk berjaga-jaga, sebab waktu Tuhan itu adalah ketika Ia datang laksana seorang pencuri (baca Wahyu 3:3). Biasanya pencuri mengintai kelengahan seseorang, mungkin saat ia sedang tertidur pulas atau bepergian. Perihal berjaga-jaga ini juga disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”(Efesus 5:15-17). Jadi, kita harus selalu waspada dan tidak lengah sedetik pun! Kita harus bertanggung jawab menjalani hidup sepanjang waktu yang diberikan Tuhan, sebab waktu yang kita jalani ini sedang bergerak menuju kekekalan, dan hidup yang kita jalani sekarang ini memiliki dampak ke kekekalan. Pertanyaannya: apakah hari-hari yang kita jalani sekarang ini sejalan dengan kehendak Tuhan? Karena apa pun yang kita lakukan sekarang sangat menentukan status kita di hadapan Tuhan kelak. Maka dari itu “…waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah” (1 Petrus 4:2). Saat ini adalah waktu yang tepat hidup kudus dan melakukan kehendak Tuhan! – Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2009 –
Maria dan Martha Renungan Harian Kristen mengajak saudara sekalian untuk merenungkan bersama sebuah perikop yang tentunya sudah tidak asing lagi. Maria dan Marta, Lukas 10 : 38 – 42. Sebuah cerita yang saya percaya semua pernah membacanya. Di sini diceritakan Tuhan sedang singgah ke rumah Maria dan Marta. Dalam menyambut kedatangan Tuhannya, mereka memiliki cara yang berbeda. Marta sibuk melayani Tuhan sedangkan Maria memilih untuk duduk dekat kaki Tuhan dan mendengar setiap perkataanNya. Mana yang berkenan di hadapan Allah? Seperti halnya Maria dan Marta, setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menjalani hidupnya. Dan semuanya tentu baik buat mereka. Tapi ingat, yang dibutuhkan bukan saja yang terbaik menurut manusia, tapi yang terbaik menurut Tuhan. Marta juga merasa sudah melakukan yang baik, dia melayani Tuhan, dia menyibukkan diri dengan kesibukan-kesibukan untuk memberi yang terbaik untuk Tuhan. Tapi apa yang terjadi? Yang terbaik menurut ukuran manusia bukanlah yang terbaik menurut Tuhan. Dan satu hal yang perlu kita ketahui, yang terbaik menurut Tuhan pasti itu yang terbaik untuk kita. Tapi jangan diartikan berarti kita tidak boleh melakukan apaapa. Setiap hari hanya duduk dengan Tuhan, membaca firman, memuji, menyembah, dll. Tidak bekerja tidak belajar tidak melakukan apapun juga. Bukan seperti itu yang dimaksudkan Tuhan. Di sini Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memprioritaskan Tuhan di prioritas pertama. Bukannya yang dilakukan Marta itu salah, tapi kurang tepat. Tuhan ingin setiap kita untuk memprioritaskan Tuhan seperti yang dilakukan oleh Maria. Jangan jadikan Tuhan sebagai prioritas kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Tuhan ingin sesibuk apapun kita, seberat apapun kesibukan kita, kita tetap memprioritaskan Tuhan. Jadilah Maria-Maria masa kini, yang duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya.. Source : http://www.renunganhariankristen.net/
Hidupmu Berharga Bagaimana mungkin kursi goyang yang harganya $3,000 bisa laku $453,000. Sebuah mobil bekas yang ditaksir bernilai $18,000 laku dilelang seharga $79,500. Gelas biasa yang ditaksir bernilai $500 ternyata bisa laku seharga $38,000. Sebuah kalung yang bernilai $700 bisa laku $211,500 atau mengalami peningkatan 302.000% dari harga normal! Sudah bayar sedemikian mahal, mereka masih mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Gila, bukan? Tetapi semua kegilaan itu bisa dimaklumi karena barang-barang yang dilelang tersebut adalah milik Jacqueline Kennedy Onassis. Yang membuat barang-barang tersebut laku mahal tentu saja bukan karena barang itu sendiri, tetapi karena siapa yang memilikinya. Bagaimana dengan hidup kita? Sama seperti barang-barang lelangan tersebut, hidup kita sungguh berharga. Yang membuat kita berharga karena Dia yang memiliki kita, kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Ada dua kebenaran yang bisa kita petik melalui renungan hari ini. Pertama, jangan pernah sombong sebab yang membuat kita bernilai dan berharga bukan karena diri kita, tapi karena Tuhan. Kedua, ketika kita depresi karena merasa tidak berharga, ingatlah bahwa nilai kita ditentukan oleh Tuhan Yesus. Dia bersedia membayar dengan darah yang mahal hanya untuk menyelamatkan kita. Kita begitu berharga dan bernilai. Jangan pernah memiliki cara pandang yang miskin tentang diri kita sendiri. Miliki rasa percaya diri, bukan karena diri kita, tetapi karena Tuhan Yesus yang memiliki kita. Hidup kita berharga bukan karena diri kita sendiri tapi karena Dia yang memiliki kita. ” Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus … bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal … “(1 Petrus 1 : 18 – 19)
BEJANA PILIHAN Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana. Sambil berjalan sang Tuan melihat dan menilai bejana-bejana tersebut. 1. Bejana Emas “Pilihlah aku,” teriak bejana emas,”Aku mengkilap dan bercahaya. Aku sangat berharga dan aku melakukan segala sesuatu dengan benar. Keindahanku akan mengalahkan yang lain. Dan untuk orang seperti Tuanku, emas adalah yang terbaik!” Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan sepatah kata. 2. Bejana Perak, Ramping dan Tinggi Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping dan tinggi. “Aku akan melayani engkau Tuanku, aku akan menuangkan anggurmu dan aku akan berada di mejamu di setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan perakku akan selalu memujimu.” Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan sebuah bejana tembaga.’ 3. Bejana Kaca Bejana ini lebar mulutnya dan dipoles seperti kaca. “Sini! Sini!” teriak bejana itu, “aku tahu aku akan terpilih. Taruhlah aku dimejamu, maka semua orang akan memandangku.” 4. Bejana Kristal “Lihatlah aku!”, panggil bejana kristal yang sangat jernih. Aku sangat transparan, menunjukkan betapa baiknya aku. Meskipun aku mudah pecah, aku akan melayani engkau dengan kebanggaanku. Dan aku yakin, aku akan bahagia dan senang
tinggal dalam rumahmu.” 5. Bejana Kayu Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan terukir indah, berdiri dengan teguh. “Engkau dapat memakai aku, tuanku, kata bejana kayu. Tapi aku lebih senang bila engkau memakaiku untuk buah-buahan, bukan untuk roti.” 6. Bejana Tanah Liat Kemudian tuan itu melihat ke bawah dan melihat bejana tanah liat. Kosong dan hancur, terbaring begitu saja. Tidak ada harapan untuk terpilih sebagai bejana tuan itu. Ah! Inilah bejana yang aku cari-cari. Aku akan perbaiki dan kupakai, dan akan aku buat sebagai milikku seutuhnya. Aku tidak membutuhkan bejana yang mempunyai kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di rak. Tidak juga yang mempunyai mulut lebar dan dalam. Tidak juga yang memamerkan isinya dengan sombong.Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar.Tetapi yang kucari adalah bejana yang sederhana yang akan kupenuhi dengan kuasa dan kehendakku. Kemudian ia mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki dan membersihkannya dan memenuhinya, ia berbicara dengan lembut kepadanya, “Ada tugas yang perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain, seperti apa yang telah kuperbuat bagimu.” Demikianlah halnya dengan Tuhan. Ia mencari orang-orang yang rendah hati dan mau berjalan menurut kehendak dan kemauan Tuhan. Dan tentunya orang yang mau dibentuk, harus melalui hal-hal menyakitkan.
Makan Malam Bersama Yesus Ruth menatap sebuah amplop surat yang didapat dikotak pos depan rumahnya. tidak ada cap pos, hanya nama dan alamatnya. Dia membaca surat itu sekali lagi … yang terkasih Ruth, Aku akan berada di rumahmu Sabtu sore dan aku ingin mampir untuk berkunjung. salam kasih, Yesus Tangannya gemetar saat dia meletakkan surat itu di atas meja. “Mengapa Tuhan ingin mengunjungi aku? tidak ada yang istimewa dengan diriku. aku tidak punya sesuatu untuk diberikan.” Dengan pikiran itu, Ruth teringat lemari dapur yang kosong. “Ya ampun, aku benar-benar tidak memiliki apa-apa untuk dipersembahkan. Aku harus pergi ke toko dan membeli sesuatu untuk makan malam.” Dia meraih tasnya dan menghitung isinya. Tujuh dolar dan empat puluh sen. “Yah, setidaknya aku bisa mendapatkan beberapa makanan.” Dia memakai mantel dan bergegas keluar pintu. Sepotong roti Prancis, setengah pon irisan kalkun, dan sekotak susu … tersisa uang 12 sen bagi Ruth yang dapat dia pakai hingga hari Senin. Meskipun demikian, dia merasa puas saat ia pulang ke rumah, belanjaannya terselip di bawah lengannya. “Hei, dapatkah kau membantu kami,?” karena sedang membayangkan makan malamnya bersama Yesus, Ruth bahkan tidak memperhatikan dua orang sedang menggigil kedinginan di sebuah gang. Seorang pria dan seorang wanita, keduanya berpakaian hanya berpakaian compang-camping. “Lihat..kami tidak punya pekerjaan, aku dan istriku telah tinggal di sini dan sekarang suhu semakin dingin dan kami lapar dan. apakah kamu bisa membantu kami? “ Ruth menatap mereka berdua. Mereka kotor, berbau . Ruth yakin bahwa mereka bisa mendapatkan pekerjaan jika mereka benar-
benar ingin. “Pak, aku ingin membantumu, tapi aku seorang wanita miskin. Yang saya miliki sekarang hanyalah beberapa potong roti, dan aku memiliki tamu penting untuk makan malam bersamaku malam ini. “ “Yah, baiklah, aku mengerti. Terima kasih.” Pria itu merangkul tangannya di bahu isterinya, berbalik dan menuju kembali ke gang. Saat dia melihat mereka pergi, Ruth merasa terharu. “Pak, tunggu!” Pasangan itu berhenti dan berbalik saat ia berlari menyusuri gang mengejar mereka. “Dengar, ambilah makanan ini. Aku akan mencari sesuatu yang lain untuk melayani tamu saya.” Dia menyerahkan pria itu tas belanjaan nya. “Terima kasih …. Terima kasih banyak!” kata istri pria itu, dan Ruth bisa melihat sekarang bahwa dia menggigil. “Kau tahu, aku punya mantel lain di rumah. Mari, kenapa kamu tidak mengambil satu ini.” Ruth membuka kancing mantelnya dan memakaikannya kebahu wanita itu. Lalu tersenyum, ia berbalik dan berjalan kembali ke jalan. . . Tanpa mantel dan dengan apa-apa untuk melayani tamunya. “Terima kasih! Terima kasih banyak!” Ruth merasa dingin pada saat ia sampai di pintu depan rumahnya, dan khawatir juga. Tuhan datang untuk mengunjungi dan dia tidak memiliki apa-apa untuk diberikan. Dia merabaraba melalui tasnya mencari kunci pintu rumahnya. Kemudian dia melihat amplop lain di kotak suratnya. ” aneh…. Tukang pos biasanya tidak datang dua kali dalam satu hari.” Dia mengambil amplop itu dari kotak dan membukanya. Yang terkasih Ruth, Senang melihatmu. Terima kasih untuk makanan yang indah. Dan terima kasih juga, untuk mantel bulu yang indah. Salam kasih, Yesus Udara di luar terasa sangat dingin, tetapi meskipun tanpa mantel, Ruth tidak lagi merasakan dinginnya udara pada waktu itu. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku Matius 25:37-40