PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARUM ROTAN Oleh Titi Kolimo
~
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI BOGOR, 2014
PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARIUM ROTAN Oleh Titi Kolimo
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI BOGaR, 2014
PANDUAN TEI{NIS PENGUMPUlAN HERBARIUM ROTAN
Editor Ir. Hari Setijono, M.Sc
ISBN: 978-602-1681-28-2
Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi - Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan JI. Gunung Botu No.5 Bogor, Indonesia Telp : +62 (0251) 8633234 Fox : +62 (0251) 8638111 e-moil:
[email protected]
Dicetak oleh :
ev. Simpoti JI. Nuso Indoh I No. 17, Bogor HP. 0812 8121372
,
KATA PENGANTAR Kekayaan hutan Indonesia tercermin dari berbagai produk hasil hutan bukan kayu (HHSK) yang dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ditemukan aneka ragam tumbuhan rotan. Salah satu studi kasus bahwa rotan yang secara alami berlimpah ini dipanen dari hutan kemudian diperdagangkan di pasar lokal dan berbagai penjuru dunia. Pengalaman kamimengikuti para pengumpul rotan di hutan dari berbagai daerah, pada umumnya hanya mengumpulkan batang rotannya saja. Panduan pengenalan spesies rotan ini dibuat berdasarkan hasil-hasil penelitian ditunjang dengan kajian pustaka, yang bertujuan memperkenalkan cara pengenalan spesies dalam kegiatan penelitian tumbuhan rotan baik pada saat ini maupun pada waktu mendatang. Panduan ini akan bermanfaat khususnya untuk mereka yang secara teratur menemukan rotan di hutan, seperti para pelajar, petugas kehutanan, botani kawan, etno botani kawan, ekolog, ahli konservasi dan perlindungan alam serta para pengelola Hutan Tanaman. Penerbitan panduan teknis "Pengenalan Herbarium Rotan" diharapkan dapat menambah dan melengkapi buku-buku tentang rotan yang sudah ada dan dapat membantu memecahkan masalah rotan khususnya yang berkaitan dengan identifikasi nama ilmiah. Kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER), penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya untuk menerbitkan pedoman ini. Demikian pula kepada semua staf Sotani dan Ekologi serta staf di lapangan yang membantu terwujudnya buku panduman ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga panduan ini sangat berguna bagi proses belajar dan dapat dijadikan acuan dalam usaha pelestarian tumbuhan rotan di masa depan.
Penulis
iii
,
SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, satu lagi hasil Riset Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (PuskonseR), Badan Litbang Kehutanan telah terbit panduan teknis "Pengenalan Spesies Rotan". Oleh karena itu, saya ucapkan apresiasi atas capaian yang telah dihasilkan oleh para peneliti PuskonseR. Dengan terbitnya panduan teknis ini diharapkan dapat menjadi referensi yang mudah dipahami dan dapat membantu untuk memecahkan permasalahan rotan Indonesia. Khususnya yang berkaitan dengan identifikasi nama ilmiah. Rotan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sangat prospektif, sehingga dapat dikelola secara lestari dan bermanfaat bagi kemandirian perekonomian masyarakat pengelolanya. Akhirnya, feedback para pengguna terhadap Panduan teknis "Pengenalan Spesies Rotan" sangat diharapkan, sehingga panduan teknis ini bisa lebih dapat berfungsi memandu secara teknis para pengguna di lapangan
Bogor,
Desember 2014
v
, DAFTAR lSI Halaman KATA PENGANTAR.............................................................
iii
SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI.....
v
DAFTAR lSi..........................................................................
vii
DAFTAR GAM BAR..............................................................
viii
I.
PENDAHULUAN
1
II.
PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN
3
CARA KERJA PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN
4
A. Perlengkapan...........................................................
5
III.
B. Pengumpulan tumbuhan rotan dan Catatan lapangan
IV.
7
C. Penanganan spesimen di lapangan
12
D. Pengeringan spesimen.............................................
17
E. Identifikasi spesimen
20
F. Pembuatan koleksi herbarium
21
PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN
25
A. Penyusunan spesimen herbarium............................
26
B. Penyimpanan koleksi spesimen
27
C. Pemeliharaan koleksi herbarium........
28
DAFTAR PUSTAKA
29
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
27.
viii
Halaman
Alat perlengkapan pengumpulan herbarium Eksplorasi tumbuhan rotan di kawasan hutan alam...... Perawakan tumbuhan rotan.......................................... Spesimen herbarium dipotong lebih kurang 20-30 em.. Potongan spesimen herbarium tertii............................. Potongan spesimen herbarium steril........................... Cara mengikat spesimen herbarium di lapangan.......... Cara mengikat alat panjat di lapangan Karung tempat spesimen herbarium di lapangan Cara menguliti batang rotan dari pelepah daun Cara mengikat batang rotan di lapangan.. Cara pengangkutan spesimen herbarium dan batang rotan di Lapangan....................... Cara membungkus spesimen herbarium.............. Spesimen dalam kertas koran dan alkohol 70% Cara penggantian pembungkus spesimen herbarium.. Spesimen herbarium dipres dengan sasak bambu Alat pengering spesimen herbarium Kegiatan identitikasi spesimen herbarium Peralatan pengeplakan spesimen herbarium............... Cara menjahit spesimen herbarium.............................. Cara pengeplakan spesimen herbarium Cara penyusunan spesimen herbarium pada lembar kertas ; .. Spesimen herbarium telah berlabel Identitikasi Koleksi spesimen herbarium telah dikelompokkan berdasarkan alphabet................................................... Spesimen herbarium besar berlabel di susun dan di masukkan dalam kotak....... Lemari penyimpanan koleksi herbarium rotan.............. Ruang pendingin (Freezer) koleksi spesimen herbarium...................................................................
6 7 8 12 13 13 13 14 14 15 15 16 16 17 18 19 19 21 22 23 24 24 25 26 27 27
28
,
PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARIUM ROTAN
I.
PENDAHULUAN
Hutan Indonesia diklasifikasikan ke dalam hutan tropik basah. Dalam hutan semacam ini dijumpai keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat besar. Banyak diantara spesies-spesies tumbuhan tersebut yang menghasilkan rotan yang bernilai niaga, misalnya spesies dari marga Calamus dan Daemonorops (Uhl & Dransfield, 1987). Rotan merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang potensial, banyak dieksploitasi karena memiliki nilai yang tinggi dalam dunia perdagangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan bahwa spesies tumbuhan rotan menjadi spesies prioritas dalam pengembangannya. Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan sub tropis. Hasil paling penting dari rotan yaitu batang rotan yang pelepah daunnya telah dihilangkan. Kebanyakan batang rotan yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tumbuhan rotan yang tumbuh liar. Selama berabad-abad para botanist kawan dan penjelajah telah mengumpulkan herbarium dari seluruh Indonesia bahkan dunia. Herbarium atau spesimen herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor pada tahun 1700 untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Herbarium Botani dan Ekologi, Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER) merupakan salah satu laboratorium herbarium 1
yang mempunyai nilai sejarah penting pada zaman Koloni'al Belanda dan juga merupakan aset Direktorat Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Koleksi spesimen herbarium tumbuhan hutan oleh ilmuwan Belanda tercatat pada tahun 1913 dengan nama kolektor Chr. Versteegh, C.J. van der Zwan, T.H. Endert, B. de Yong, Dr den Berger, Ir. C.N.A. de Voogd dan K. Heyne. Pada tahun 1917 koleksi spesimen herbarium Botani Hutan berjumlah 7.124 nomor merupakan koleksi zaman kolonial Belanda. Spesimen Herbarium Botani Hutan bernama "Proefstation voor het Boswezen" yang telah tercantum dalam "Index Herbariorum " dengan singkatan "BZF" dan sampai saat ini dikenal dikalangan herbarium Internasional dengan kode penomoran "bb" (Boschflora Buitenbezittinge) (Wardani dkk., 2007). Koleksi spesimen herbarium Botani Hutan tersebut merupakan satu-satunya kekayaan keanekaragaman flora hutan Kementerian Kehutanan atau sebagai Scientific Authority Kementerian Kehutanan. Herbarium ini sangat penting untuk digunakan dalam kegiatan taksonomi sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu, sebagai material peraga, material penelitian, acuan identifikasi untuk pengenalan spesies rotan, selain itu berfungsi sebagai bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan. Dalam kegiatan pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan rotan di Indonesia, pengumpulan herbarium sering tidak dilakukan oleh kebanyakan para peneliti, para usahawan, para jagawana dan lain-lain di lapangan. Oleh karena itu, dirasakan perlunya usaha untuk memperkenalkan .spesies tumbuhan rotan tersebut dalam
2
,
kegiatan penelitian melakukan pengumpulan material herbarium baik pada saat ini maupun pada waktu mendatang. Meskipun kegiatan pengumpulan herbarium tidaklah sulit, namun dalam beberapa hal caranya perlu diketahui dengan baik sehingga tujuan pembuatan herbarium dapat tercapai. Tujuan pengumpulan herbarium ini, untuk pengenalan atau identifikasi spesies-spesies tumbuhan rotan yang ada di kawasan hutan Indonesia. Dalam tulisan ini diterangkan langkah-Iangkah kegiatan pengumpulan herbarium mulai dari penyiapan dan perlengkapan, pengumpulan material, proses pengolahan sampai dengan koleksi herbarium yang bertujuan untuk identifikasi.
II. PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN Herbarium adalah kumpulan tumbuhan rotan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang bebas asam (Acid free) dilengkapi label gantung dengan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan. Herbarium yang baik adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan rotan yang representatif, yaitu organ-organ yang penting untuk identifikasi. Pengetahuan tentang spesies-spesies tumbuhan rotan yang terdapat di dalam kawasan hutan sangatlah penting. Kegiatan penelitian
bidang
kehutanan
sangat
bervariasi
dalam
mengembangkan spesies rotan tersebut, baik dari segi biologi maupun segi teknologi. Salah satu kegiatan yang biasa dilakukan adalah eksplorasi atau inventarisasi, yang bertujuan untuk :
3
1.
Mengungkap kekayaan keanekaragaman spesies tumbuhan rotan di suatu kawasan hutan di Indonesia
2.
Mengkoleksi material herbarium spesies tumbuhan rotan yang dijumpai dan membuat koleksi herbarium
3.
Mendeskripsikan spesies tumbuhan rotan
4. 5.
Mengidentifikasi spesies tumbuhan rotan yang dijumpai Menyusun kunci identifikasi spesies tumbuhan rotan yang dijumpai
III. CARA KERJA PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN Persiapan pengumpulan herbarium rotan yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti, pelajar, jagawana dan pengelola hutan lainnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dcilam mengumpulkan tumbuhan rotan antara lain:
4
•
Perlengkapan
•
Catatan lapangan
•
Pengumpulan tumbuhan rotan
•
Penanganan spesimen di lapangan
•
Pengeringan spesimen
•
Identifikasi spesimen
•
Pembuatan herbarium
,
A. Perlengkapan Perlengkapan yang diperlukan disiapkan sehingga pada waktu pengumpulan material herbarium rotan tidak dijumpai kesulitan. Seringkali pengumpulan herbarium dilakukan di hutan yang jauh dari tempat pemukiman. Perlengkapan yang diperlukan sebagai berikut: •
Alat untuk mengambil material herbarium rotan, antara lain gunting ranting, gunting kain, parang, gergaji, kater, sarung tangan anti duri.
•
Alat pembungkus material herbarium rotan, antara lain kertas koran, karung plastik besar, kantong plastik transparan (60 x 80 em, 40 x 60 em, 10 x 20 em), tali rafia.
•
Alat pengepres material herbarium, yang berupa sasak (bambu, kayu atau seng/aluminium bergelombang) berukuran 35 x 50 em
•
Alat tulis, yang terdiri atas label gantung (5x3 em) terbuat dari kertas gam bar yang kaku, blanko isian untuk setiap material herbarium, buku lapangan (meneatat data lainnya), pensil 2B, penghapus, spidol, peruncing pensil, penggaris, selotip/lakban, dan lain-lain.
•
Alat pelengkap : altimeter, kompas, pita ukur, alat pembesar' (hand lens), GPS (Global position system), kamera, peta lokasi, pengukur suhu dan kelembaban udara, pengukur pH dan kelembaban tanah, perlengkapan camping (sleeping bag, tenda), dan lain-lain.
•
Bahan untuk mengawetkan material herbarium rotan adalah alkohol 70% atau spiritus dengan ukuran lebih kurang 1 liter untuk 5 spesimen (untuk material besar).
5
IIJ...·','illI..WJ. j 'rllJ.",r
'Ilt,
Gambar 1. Alat perlengkapan pengumpulan herbarium (FotoT.Kalima)
6
,
B.
Pengumpulan Tumbuhan Rotan dan Catatan Lapangan
Dalam eksplorasi atau inventarisasi dilakukan pengumpulan baik material herbarium maupun batang rotan, cara pengumpulannya sebagai berikut :
Gambar 2. Eksplorasi tumbuhan rotan di kawasan Manokwari, Papua Sarat (Foto T. Kalima)
hutan
alam
Bukti eksplorasi atau inventarisasi berupa data tumbuhan dan batang rotan yang dirisalah (Steenis,1950).
7
1.
Mengambil foto setiap bag ian tumbuhan rotan yang penting untuk identifikasi, misal: Habitus tumbuhannya (tunggal atau berumpun), sistem perakaran, pepagan luar, pelepah daun, bunga dan buah, dan sebagainya.
Gambar 3.
8
Perawakan tumbuhan rotan, A. tumbuh tunggal, B. tumbuh berumpun, C. perakaran rumpun, D. batang bercabang (Fete T.Kalima)
,
2.
Mengambil material herbarium, dianjurkan seluruh bagian tumbuhan rotan dikoleksi baik pelepah daun yang berbunga dan berbuah lebih diutamakan (herbarium fertil) maupun material herbarium tanpa bunga dan buah (herbarium steril).
•
Koleksi steril ini berguna sebagai catatan kehadiran spesies rotan karena rotan memiliki banyak tampilan yang informatif pada pelepah daun tersebut mempunyai karakter penting untuk identifikasi spesies rotan. 3.
Pembuatan herbarium sampai dengan mounting
4.
Menyusun deskripsi setiap spesies tumbuhan rotan yang dijumpai
5.
Mengidentifikasi spesies tumbuhan rotan yang dijumpai
6.
Menyusun kunci identifikasi
Apabila pengumpulan material herbarium rotan untuk keperluan dokumentasi ilmiah, dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikatnya (3-5 spesimen). Untuk membuat herbarium tumbuhan rotan ini sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun majemuk bersirip yang panjangnya lebih dari 1 m, bahkan ada yang mencapai 4,5 m termasuk sirus, misalnya rotan Manau (Calamus manan Miquel), disertakan pula batang dan pelepah daunnya yang banyak durinya. Sirus adalah organ panjat yang dikembangkan dari perpanjangan daun. Beberapa spesies rotan tidak memiliki sirus pada perpanjangan daun, namun mempunyai sulur berduri pada bag ian pelepah yang dinamakan flagela yang panjangnya dapat mencapai lebih dari 6 m seperti spesies rotan Seuti (Calamus ornatus Blume). Flagela adalah alat panjat yang dikembangkan dari perbungaan yang termodifikasi, tumbuh pada pelepah daun.
9
Selain material herbarium rotan harus lengkap, juga batang rotan dikumpulkan
guna
keperluan
pemanfaatan
rotan
yang
analisis
berkelanjutan
sifat
dasar
dan
untuk
dikoleksi
di
laboratorium anatomi Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah). Disamping itu, perlu diperhatikan pula pada saat pengumpulan material herbarium dan batang harus dilakukan pencatatan data habitus tumbuhan rotannya, lokasi, tempat tumbuh, ketinggian tempat, dan sebagainya. Apabila material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan, perlu
dibuat
label
gantung
yang. diikatkan
pada
material
herbarium. Satu label untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis : 1.
Kolektor (pengumpul) : diisi Kode (singkatan nama)
2.
Nomor koleksi
3.
Nama lokal (nama daerah) tumbuhan yang dikumpulkan
4. 5.
Lokasi pengumpulan Tanggal pengumpulan
Dalam penulisan label gantung dianjurkan menggunakan pensil 2B, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alkohol ataupun spiritus. Selain
itu,
dikumpulkan
keterangan berisi
lain tentang
keterangan
tumbuhan
tentang
ciri-ciri
rotan
yang
tumbuhan
tersebut, misalnya warna pelepah daun, warna duri dll, dicatat pada buku catatan khusus atau pada blangko isian yang telah disiapkan dan disesuaikan dengan nomor material herbarium, dapat dilihat pada blangko dibawah. 10
,
Blanko pengenalan spesies rotan di lapangan Kolektor
Nomor Kolektor: Lokasi:
Nama daerah :
•
Tanggal:
.
. bercabang / tidak.....
1. Satang: Tunggal / berumpun
Diameter tanpa pelepah: ....
Diameter dengan pelepah : Panjang ruas: .... Permukaan : licin / kasar
Warna permukaan:
2. Pelepah daun: warna:....
Duri ada/ tidak
Kerapatan duri : .... Bentuk duri: ..... Panjang duri:
Warna duri:
Susunan duri:
.
.
Permukaan pelepah daun : indumentum ada/tidak, warna:
.
berusuk ada/tidak, warna: Panjang daun :
Panjang sirus:
Tangkai daun ada I tidak.
Panjang tangkai daun:
Duri tangkai ada I tidak . Bentuk anak daun:
. .
Ukuran duri tunggall kelompok
..... Pinggir anak daun :rata I srip ikan
Susunan anak daun : menyirip teratur I berkelompok Panjang anak daun :
Lebar anak daun:
Urat memanjang : jelas I tidak.
.
Jumlah urat daun:
.
Permukaan anak daun: berbulu/berambut/indumentum Ilicini berduri Rakis: berduri I tidak
Susunan duri : tunggal/kelompok
3. Lutut: Jelas I tidak jelas I sangat jelas Duri : ada I
~idak
Bentuk duri : Ukuran duri :
Susunan duri : tersebarl kelompok
. .
4. Okrea: jelas I tidak jelas Isangat jelas Panjang okrea:
Bentuk okrea:
.
5. Organ panjat : sirus I flagela Panjang sirus: Panjang flagela: 6. Perbungaan: ada I tidak. Panjang perbungaan:
Susunan duri pada sirus :
.
Susunan duri pada flagela:
.
Jantan I betina Jumlah braktea:
.
11
7. Buah: ada I tidak Buah masak / belum masak Perintah ada / tidak Diameter buah:
Ukuran panjang buah: ...
.
Warna sisik : ......... Catatan lain:
c.
Penanganan Spesimen di Lapangan
Penanganan spesimen di lapangan (Iokasi pengumpulan) disebut penanganan
seeara
basah.
Setelah
spesimen
herbarium
dipotong-potong berukuran lebih kurang 20-30 em, helaian anak daun dipotong pada salah satu sisi rakis, diberi label (etiket gantung) dan diikat, kemudian spesimen herbarium dimasukkan ke dalam karung plastik, untuk selanjutnya dilakukan pengumpulan lagi dan seterusnya.
Gambar 4.
12
A. Spesimen herbarium setelah ditebang, B. Spesimen herbarium dipotong lebih kurang 20-30 em (Foto T. Kalima)
,
Gambar 5. Pengumpulan spesimen herbarium fertil (Fata T. Kalima)
Gambar 6. Pengumpulan spesimen herbarium steril (Fata T. Kalima)
Gambar 7. Cara mengikat spesimen herbarium di lapangan: A. Helaian anak daun pada satu sisi rakis dipatang, 8. Spesimen herbarium diberi label dan diikat (Fata T. Kalima)
13
Gambar 8.
Cara mengikat alat panjat di lapangan: A. alat panjat sirus, B. Buah dilipat sekecil mungkin, C. Mengikat alat panjat flagela (Fete T. Kalima)
Gambar 9. Spesimen herbarium sudah diikat dimasukkan ke dalam karung plastik (Fete T. Kalima)
14
Penanganan
spesimen
batang
rotan
di
lapangan
(Iokasi
pengumpulan) disebut penanganan secara basah. Setelah spesimen batang ditebang dan dikupas atau dikuliti pelepah daunnya, kemudian dipotong-potong berukuran lebih kurang 400 cm (diameter besar) sebanyak 10 batang atau lebih, untuk yang berdiameter kecil cukup digulung, diberi label (etiket gantung), diikat dan disimpan, untuk selanjutnya dilakukan pengumpulan lagi dan seterusnya. Setelah selesai diangkut ke tempat base camp.
Gambar 10.Menguliti batang rotan dari pelepah daun (Foto 1. Kalima)
Gambar 11.
Cara mengikat batang rotan : A. Satang rotan keeil digulung; S. Satang rotan besar di ikat (Foto 1. Kalima)
15
•
Gambar 12. Pengangkutan specimen herbarium dan batang rotan (Foto T. Kalima) Spesimen
harbarium
di
dalam
karung
plastik
dikeluarkan,
kemudian dibungkus satu persatu ke dalam lipatan kertas koran. Dianjurkan agar satu spesimen herbarium terdiri atas beberapa lipatan kertas karena spesimen herbarium rotan terlalu besar dan berduri.
Gambar 13. Cara membungkus spesimen harbarium ke dalam Iipatan Kertas Koran (Foto T. Kalima) 16
,
Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi spesimen herbarium tersebut dimasukkan ke kantong plastik (40 x 60 em) dan disiram dengan
alkohol
70%
atau
spiritus hingga seluruh
bag ian
spesimen tersiram seeara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan hekter atau selotif supaya alkohol atau spiritus tidak menguap ke luar kantong. Spesimen harbarium di dalam kantong plastik yang sudah disiram alkohol atau spiritus tersebut dapat disimpan selama beberapa hari, menunggu pekerjaan di lapangan selesai, atau siap dikirim ke tempat tujuan identifikasi atau dokumentasi.
Gambar 14.
D.
Spesimen herbarium dalam kertas koran: A. Tumpukan spesimen herbarium didalam lipatan kertas koran, B. Spesimen herbarium telah diberi alkohol/spiritus (Foto T. Kalir:'a)
Pengeringan Spesimen di Tempat Koleksi Herbarium (Laboratorium)
Proses pengeringan spesimen dapat dilakukan dengan beberapa eara yaitu: panas matahari, menggunakan kayu bakar, arang dan dengan listrikloven.
17
Proses pengeringan adalah sebagai berikut: 1.
Seluruh spesimen dari lapangan dikeluarkan dari kantong plastik (telah diberi alkohol) dan bila perlu kertas korannya diganti dengan kertas koran baru, kemudian dirapikan.
Gambar 15.
Cara penggantian pembungkus spesirnen herbarium rotan: A dan B. Spesimen pelapah daun, C. Spesimen perbungaan, D. Spesimen buah rotan (Foto T. Kalima)
Selanjutnya, tumpukan 2 - 5 spesimen dipres bagian atas dan bawah dengan penekan karton atau aluminium bergelombang di dalam sasak ukuran 35 x 50 em. Kemudian sasak berisi
18
,
spesimen herbarium rotan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu ± 70 0 e selama ± selama 7-10 hari (sampai betulbetul kering) atau tungku pengering atau dijemur dibawah sinar matahari sampai spesimen herbarium menjadi kering.
Gambar 16. Spesimen herbarium dipres dengan sasak bambu (Foto T. Kalima)
Gambar 17. Alat pengering spesimen herbarium: A. Oven pengering spesimen herbarium, B. Sasak berisi spesimen herbarium rotan masuk dalam oven pengering (Foto T. Kalima)
19
2.
Spesimen herbarium yang sudah kering diidentifikasi nama botani atau nama ilmiahnya. Hasil identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai dengan nomor koleksi pada label gantung.
E. Identifikasi Spesimen Herbarium 1.
Bertanya kepada seorang ahli identifikasi tumbuhan rotan
2.
Membandingkan contoh tumbuhan rotan yang dijumpai di lapangan dengan contoh spesimen yang tersedia di Herbarium yang telah diberi nama dengan tepat oleh ahli
3.
taksonomi tumbuhan Membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin diketahui (deskripsi) dengan gambar-gambar yang ada dalam buku pustaka.
4.
Dengan pertolongan kunci identifikasi yang terdapat dalam buku Manual, misalnya Semenanjung Malaya (Dransfield, 1979), Sabah (Dransfield, 1984b), Sarawak (Dransfield, 1992), Papua Nugini (John & Taurereko, 1989a, 1989b; Johns & Zibe, 1989), India (Basu, 1992), Sulawesi (Rustiami, 2011).
20
,
Gambar 18. Kegiatan identifikasi (Fata T. Kalima)
F. Pembuatan Koleksi Herbarium Terkumpulnya cantoh spesimen tumbuhan beserta informasi penting lainnya yang berkaitan dengan spesies rotan tersebut, . yang nantinya dapat digunakan sebagai database guna memonitor kondisinya secara periodik dari waktu ke waktu. Koleksi
herbarium
memiliki
beberapa
manfaat/kegunaan
diantaranya adalah : 1. Sebagai database yang dapat digunakan untuk acuan 2.
identifikasi. Sebagai bahan
informasi
baik
bagi
petugas
maupun
pengunjung dan pihak lain yang memerlukan. 3.
Merupakan salah satu bahan interpretasi ekowisata dan pendidikan lingkungan terutama untuk pengenalan spesiesspesies tumbuhan.
21
F.1.
Bahan dan peralatan : •
Kertas putih tidak mengkilap berat 300 gr/m 2 atau 600 gr/m 2 , bebas asam (acid free paper) berukuran 40 x 30 em atau 43 x 30 em,
•
Kertas sampul spesies, bebas asam (acid free paper), lebih tipis berukuran 40 x 62 em
•
Kertas berwarna untuk sampul marga, bebas asam (acid free paper), lebih tebal berukuran 40 x 64 em
•
Kertas putih tipis untuk amplap, bebas asam (acid free paper)
•
Katak dari kardus berukuran 50 x 30 em
•
Selatip, lem, alat pensil dan tinta (tidak luntur), jarum layar dan benang sepatu, peralatan plak (gunting, pinset, seapel, jarum penusuk, kwas, dan lain-lain)
Gambar 19.
22
Peralatan pengeplakan spesimen herbarium (Fata M. Wardani dalam Wardani et al., 2004)
,
F.2. Peletakan spesimen herbarium pada kertas plak •
Material di letakkan di tengah kertas, seimbang pelepah daun - anak daun - sirus - flagela - bunga buah
•
Helaian anak daun menghadap kearah dua permukaan
•
Material yang ukurannya melebihi kertas -7 dipotong atau dilipat
•
Material yang besar dipotong menjadi beberapa bagian (3 bagian) : dalam pengeplakan ditulis -7 Sheet 1 of 3, Sheet 2 of 3, Sheet 3 of 3, dan seterusnya.
F.3. Pengeplakan dengan cara menjahit (Djarwaningsih et.a/., 1999 da/am Wardani et a/., 2004)
~
~enallg
,..,=1:}1 ill //
Ikat kc SISI bal8l1g
_K"'" pi"
r:I
~
Gambar 20. Cara menjahit spesimen herbarium A.Teknik menjahit, B. . Tali simpul
F.4. Pengeplakan spesimen herbarium (Mounting) •
Spesimen yang sudah kering dijahit atau dilem di atas kertas yang kuat atau tidak cepat rusak (untuk pelepah daun yang kecil), pelepah daun besar (kertas karton/kotak)
23
•
Untuk tumbuhan rotan yang organnya besar, spesimen dimounting pada beberapa lembar kertas
1
Gambar 21. Cara pengeplakan spesimen herbarium : A. Pengeplakan pelepah daun, B. Pengeplakan pelepah & buah (Foto T. Kalima)
Gambar 22. Penyusunan' spesimen mounting pada beberapa lembar kertas: A. Sheet 1, B. Sheet 2 (Foto T. Kalima)
24
,
F.5. Labeling .•
Label
yang
berisi
keterangan-keterangan
tentang
tumbuhan tersebut diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kanan bawah
Gambar 23. Spesimen herbarium telah diplak dan berlabelldentifikasi (Fata T. Kalima)
IV.
PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN
Pembuatan
herbarium
bertujuan
selain
untuk
keperluan
identifikasi juga untuk dakumentasi. Nilai suatu koleksi akan semakin tinggi apabila penyimpanan dan pemeliharaannya semakin sempurna. Tempat penyimpanan koleksi herbarium harus diatur sedemikian rupa sehingga keadaan ruangan tidak pengap, terang dan menyenangkan bagi petugas atau bagi para
25
ahli botani yang bekerja dengan spesimen herbarium. Tempat penyimpanan koleksi herbarium dapat berupa kotak (tromol) yang terbuat dari seng, aluminium, triplek atau karton tebal, lemari yang dilengkapi dengan rak-rak (Sutisna dkk., 1998). A.
Penyusunan Spesimen Herbarium
Spesimen herbarium yang telah diplak dan berlabel identifikasi, dikelompokkan secara alfabetik famili, marga, species, sehingga memudahkan bagi pengguna. Setiap kelompok spesimen dalam tiap spesies tersebut dibungkus dengan kertas karton manila atau stop map kemudian dimasukkan dalam kantong plastik. Pada setiap bungkusan dicantumkan nama spesies dan nomor-nomor koleksi yang ada di dalamnya (Sutisna dkk., 1998).
Gambar 24. Koleksi spesimen herbarium telah berdasarkan alphabet (Foto T. Kalima)
26
dikelompokkan
,
Gambar 25. Spesimen herbarium besar berlabel dimasukkan dalam kotak (Foto T. Kalima)
B.
disusun
dan
Penyimpanan Koleksi Spesimen Setelah spesimen koleksi dibungkus dengan stop map (genus folder) yang sudah dilengkapi dengan nama famili, nama marga dan nama spesies. Selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam kantong plastik atau kotak kemudian disimpan di tempat penyimpan yaitu lemari yang tidak mudah terserang hama atau jamur, rapi, bersih, udara dalam ruangan tidak lembab dan tidak langsung berhubungan dengan luar ruangan.
Gambar 26. Lemari penyimpanan kotak koleksi disusun secara alfabetik famili, marga, dan spesies (Foto T. Kalima)
27
C.
Pemeliharaan koleksi herbarium Pemeliharaan koleksi herbarium dilakukan dengan 2 cara: 1. Pencegahan hama: 1.1. Pencegahan dilakukan 1.2.
dengan
kapur
barus,
sublimat. Pengasapan atau peracunan (fumigasi): • Sebelum memasukkan spesimen ke herbarium terlebih dahulu harus diasap dengan carbon bisulfida dalam ruangan tertentu. • Metode lain dapat dilakukan dengan menambahkan kristal paradi- klorobenzen. •
Umumnya koleksi-koleksi herbarium melakukan fumigasi dengan interval 1, 2, 3 tahun.
• Umumnya spesimen disusun ke dalam kotak atau lemari khusus berdasarkan alphabet • Spesimen herbarium yang terbungkus dimasukkan ke dalam ruang pendingin (freezer) pada suhu -30°C selama 72 jam dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pemeliharaan cara ini sampai sekarang belum dilakukan karena kurangnya SOM.
28
,
Gambar 27. Ruang pendingin (Freezer) koleksi spesimen herbarium (Foto T. Kalima)
2. Pengeplakan ulang (Remounting):
Memperbaiki koleksi spesimen herbarium yang sudah rusak, kertas alasnya sudah usang atau lapuk
DAFTAR PUSTAKA Dransfield, J. 1979. A manual of the rattans of the Malay Peninsula. Malayan Forest Records NO.29. Forest Department, Kuala Lumpur. Dransfield, J. 1984b. The rattans of Sabah. Sabah Forest Records 13. Forest Department, Sabah, Sandakan. Dransfield, J. 1992. The rattans of Sarawak. Royal Botanic Gardens, Kew & Sarawak Forest Department, Kucing, Sarawak. John, R& Taurereko, R 1989a. A preliminary checklist of the collections of Calamus and Daemonorops from the Papuasian region. Rattan Research Report 1989/2. John, R & Taurereko,R 1989b. A guide to the collection and field description of Calamus (Palmae) from Papuasia. Rattan Research Report 1989/3.
29
Johns, R. & Zibe, S. 1989. A checklist of the species of Calamus and Korthalsia in Papuasia. Rattan Research Report 1989/1. Basu, S.K.1992. Rattans (Canes) in India. A. monographic revision. Rattan Information Centre, Kepong, Malaysia. Rustiami, H. 2011. Revision of Calamus and Oaermonorops (Arecaceae) in Sulawesi. School of postgraduate study. Bogor Agricultural University. Tidak diterbitkan. Sutisna, U; T Kalima; dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Yayasan PROSEA Bogor. Pusat Oiklat Pegawai dan SOM kehutanan, Bogor. Wardani, M; U. Sutisna dan T Kalima. 2004. Panduan teknik koleksi herbarium flora pohon hutan. Info Hutan, Vol 1 No.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Wardani, M; T Kalima, dan TSetyawati. 2007. Pengelolaan Koleksi Herbarium. Proposal Kegiatan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor. Uhl, N.W. & J.Oransfield, 1987. Genera palmarum: a classification of palms based on the work of H.E. Moore, Jr.L.H. Bailey Hortorium & The International Palm Sociaty, Lawrence, Kansas, United States. Van
30
Steenis, C.G.G.J. 1950. Malaysian plant collectors and collections Flora Malesiana Vol. 1. Noordhoff-Kolff, Djakarta.
ISBN 978-602-1681-28-2
911111lJIJII1JIIII1 ij
ll~ll~II