Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Panduan bagi Fasilitator PDPT OBM 2008
Belajar di Perguruan Tinggi Hal-hal Dasar Belajar di UI
Tim OBM Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
1
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Pendahuluan Panduan ini dibuat dalam rangka membantu para fasilitator PDPT OBM UI. Setiap tahunnya UI melakukan pelatihan singkat kepada para mahasiswa barunya, sebagai rangkaian pembentukan kepribadian (karakter) sekaligus soft skill. Pelatihan yang diselenggarakan secara serentak membutuhkan jumlah fasilitator yang besar. Oleh karenanya pelatihan kepada para fasilitator adalah faktor dasar yang amat penting bagi terselenggaranya PDPT OBM sekaligus membuka wawasan bagi peserta. Pelatihan kepada fasilitator dari para fasilitator adalah hal yang lumrah. Namun untuk menjaga standar diperlukan upaya-upaya khusus. Ini dapat dilihat dengan adanya pelatihan serentak kepada para calon fasilitator. Para fasilitator juga diminta untuk mempraktekkannya. Dan yang terakhir adalah dengan membuat panduan yang diharapkan bisa memaksimalkan performa para fasilitator sekaligus standarisasi. Pada buku panduan ini akan dijelaskan beberapa hal yakni permainan (cara, daftar peralatan dan bahan bacaan fasilitator). Untuk tahun ini harus diakui waktu yang diberikan amat pendek sehingga amat dibutuhkan kontribusi para fasilitator untuk membantu dengan sepenuh hati pelaksanaan acara ini.
2
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
MALAM KEAKRABAN UI Tujuan
: Peserta dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar di perguruan tinggi Metode : Kegiatan individual dan diskusi kelompok Waktu : 45 menit Material : Lembar kasus dan alat tulis Prosedur : a. Peserta menerima lembar yang berisi kasus Malam Keakraban UI, dan mendapatkan waktu 15 menit untuk mengerjakannya secara individual. b. Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok-kelompok (@ 5 orang). c. Di dalam kelompok, peserta mendiskusikan kasus tersebut, dan menyatukan pendapat untuk memecahkan kasus. d. Debrief: • Hal-hal apa yang dapat diambil/dipelajari dari kasus tersebut? • Apakah upaya Anda mengumpulkan informasi dari teman-teman cukup efektif untuk memecahkan masalah? Apakah ada cara lain? • Bagaimana Anda memperlakukan informasi yang diterima dari temanteman? Bisakah informasi tersebut dipercaya sepenuhnya? Mampukah Anda menganalisanya secara tepat dalam waktu yang cepat dan sendirian? • Apa kendala yang Anda temui pada saat menganalisa informasi dan data dalam kasus ini? Bagaimana mengatasinya?
3
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Belajar di Perguruan Tinggi Kenalkah teman-teman dengan tokoh-tokoh di samping? Mungkin tokoh-tokoh ini bukan yang terlalu dikenal saat ini (searah jarum jam: Emil Salim (FE UI) mantan menteri lingkungan hidup/ketua BAPENAS, Sri Mulyani (FE UI) menteri keuangan, Selo Soemardjan salah satu pendiri departemen Sosiologi FISIP UI (FISIP UI), Fuad Hassan (FPsi.) mantan menteri pendidikan). Namun anak-anak muda lulusan UI yang berprestasi juga ada, semisal Nicholas Saputra (FT UI) aktor, Najwa Shihab (FH UI) pembawa acara TV nasional, Dian Sastrowardoyo (FIPB UI) aktris, Yohanes Surya (FMIPA UI) rektor universitas swasta di Jakarta dan sebagainya. Mereka telah menorehkan tinta tersendiri dalam sejarah bangsa Indonesia. Contoh-contoh tadi merujuk pada lulusan Universitas Indonesia yang berhasil di masyarakat. Apakah Anda orang-orang sukses selanjutnya?
Beda Belajar di Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi Kurikulum secara umum diartikan sebagai program pengajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum mengarahkan pendidikan mencapai sasaran pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum di SLTA dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta 4
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan di pendidikan tinggi, kurikulum sudah mengarah pada upaya membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu baik secara teoritis maupun aplikasi. Cara belajar Pada saat belajar di SMA guru mengambil peran sebagai nara sumber utama yang mengarahkan dan membimbing siswa berdasarkan tujuan pengajaran yang ia tetapkan sebelumnya. Di perguruan tinggi peran dosen adalah sebagai fasilitator. Mahasiswa aktif mencari informasi dan belajar melalui sumber-sumber belajar lain seperti memanfaatkan perpustakaan, media cetak dan media elektronik atau orangorang yang kompeten di bidang tertentu. Sebagai catatan, saat ini perpustakaan pusat UI memiliki koleksi lebih dari 63.500. Bentuknya beragam, mulai dari buku, penelitian (21.874 koleksi) dan juga termasuk e-book sebanyak 1.981 buku (http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/). Dengan begitu mahasiswa diharapkan berpikir kritis terhadap beragam informasi yang diterimanya. Sistem kredit Pendidikan tinggi menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk menetapkan beban studi mahasiswa tiap semester. Satu SKS berarti 50 menit kegiatan tatap muka di kelas, 60 menit kegiatan berstruktur, dan 60 menit kegiatan mandiri. Dengan demikian maka tiap minggunya ungtuk satu mata ajar dengan bobot 1 SKS waktu yang dibutuhkan 170 menit. Satu semester adalah satuan waktu kegiatan belajar selama 14–16 minggu. Berdasarkan prestasi yang dicapai dan kebutuhan serta minat mahasiswa, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memutuskan jumlah SKS yang diambil per semester, dan mata ajaran yang akan dipelajarinya. Hal ini berbeda dengan pendidikan di bangku SLTA yang menganut sistem paket, di mana siswa mempelajari sejumlah mata ajaran yang telah ditetapkan berdasarkan kelas dan jurusan yang dimasukinya. Penerapan SKS juga memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk mengatur waktu kuliahnya sendiri, berbeda dengan pendidikan SLTA yang mengharuskan siswa masuk sekolah sepanjang hari selama 5–6 hari/minggu. Lingkungan belajar Secara umum pendidikan tinggi memiliki lingkungan belajar yang lebih fleksibel dibandingkan dengan SMA. Ukuran kelas bervariasi, tergantung pada jumlah mahasiswa yang memilih mata ajaran tertentu. Terdapat pula sistem moving class yang mengharuskan mahasiswa berpindah kelas mengikuti mata ajaran yang dipilihnya. Dengan kebebasan memilih mata ajaran, mahasiswa juga memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan rekan-rekan yang berbeda-beda. Sebagai perbandingan, di SMA, pada umumnya siswa belajar di kelas yang sama selama satu tahun ajaran, bersama teman-teman yang sama. Jumlah siswa pun relatif sama. Tuntutan Pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademis dan tuntutan non-akademis yang berbeda. Mahasiswa memperoleh kebebasan untuk menetapkan target sendiri dalam belajar, menentukan kapan akan lulus, mata ajaran yang akan diambil, dan waktu belajar. Selain itu ia memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan
5
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
kemahasiswaan yang akan diikuti. Namun ia juga dituntut untuk bertanggungjawab atas pilihan dan tindakannya dengan pengajar/dosen berperan sebagai fasilitator. Pada sisi non-akademis, mahasiswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan rekan-rekan yang heterogen pada sisi usia, minat, kebutuhan, dsb. Sedangkan di SLTA, hubungan guru-siswa lebih personal dan dekat serta keterlibatan orangtua cukup aktif dalam pendidikan siswa. Selain itu rekan-rekan memiliki rentang usia yang relatif sama sehingga diharapkan lebih mudah bagi siswa dalam bersosialisasi.
Ciri yang Diharapkan pada Mahasiswa Mandiri Mahasiswa adalah pemelajar aktif dan kritis yang dituntut untuk mampu mengatur diri dan waktunya serta menyelesaikan persoalan yang ia temui. Dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, hendaknya ia menunjukkan disiplin diri, sikap proaktif, dan motivasi belajar yang kuat. Motivasi diri Secara umum motivasi sering diartikan sebagai kondisi psikologis (internal states) yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku tertentu. Dalam dunia pendidikan, motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang (intrinsik) memberikan hasil lebih positif dalam proses pembelajaran dan meraih prestasi yang baik. Motivasi jenis ini akan lebih kuat dan stabil bila dibandingkan dengan motivasi dari luar diri (ekstrinsik) seperti ganjaran/hadiah. Meskipun begitu, mahasiswa kadang termotivasi oleh keduanya; selain ingin memenuhi rasa ingin tahu dengan belajar giat (intrinsik), mahasiswa juga mengharapkan hadiah dari pihak luar (ekstrinsik). Terbuka untuk bekerjasama Perguruan tinggi adalah tempat di mana sejumlah orang dari latar belakang (suku bangsa, status sosial ekonomi, dll.) yang berbeda bertemu dan berinteraksi. Dalam rangka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, mahasiswa baru didorong untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang baru ditemuinya tersebut agar tidak merasa terisolasi atau terpinggirkan.
6
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Selain itu, dengan sistem pendidikan yang menerapkan pendekatan berpusat pada mahasiswa (student-centered), mahasiswa juga diharapkan mampu bekerjasama dengan rekan-rekannya agar dapat berkolaborasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Di perguruan tinggi, teman tidak diperlakukan sebagai kompetitor (saingan), namun sebagai mitra dan sumber pembelajaran. Mampu bekerja sendiri Selain mampu bekerjasama, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara mandiri. Hal ini mulai dari merencanakan (menentukan tujuan, target, strategi dan waktu) belajar, menentukan sumber belajar yang akan digunakan, sampai menjalankan rencana tersebut secara teratur. Mahasiswa juga diharapkan mampu bertahan mengerjakan tugas dan mengatasi hambatan yang ditemui tanpa mengandalkan bimbingan dan dukungan dari pihak lain yang berlebihan. Tidak selamanya ada dosen dan teman-teman yang mendampingi Anda.
Mampu mengorganisasi waktu Dalam perkuliahan terdapat batas waktu yang harus dipenuhi agar nantinya mahasiswa dapat meraih kesarjanaan. Salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil adalah yang memiliki kemampuan manajerial waktu yang baik dan memiliki batas waktu untuk setiap pengerjaan tugasnya (Martin dan Osborne, 1989 dalam Yulistia, 2003). Untuk mencapai itu, mahasiswa perlu memperhatikan beberapa hal guna meningkatkan kemampuan mengorganisasi waktu adalah:
7
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
1. Belajar membedakan antara hal yang penting dan hal yang mendesak. Berdasarkan derajat kepentingan dan mendesak, ada empat kombinasi, yaitu penting dan mendesak, penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak, tidak penting dan tidak mendesak. 2. Mengetahui dan menetapkan prioritas. 3. Membuat perencanaan bagi langkah-langkah mencapai target. Perencanaan akan membantu mahasiswa untuk menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan mahasiswa fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka panjang. Namun untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan, maka perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin. 4. Jadwalkan kembali tugas-tugas yang akan diselesaikan. 5. Mengetahui bagaimana memanfaatkan waktu itu sendiri. Pemaparan organisasi waktu ini dalam analoginya daapt dilihat pada kasus pembangunan di Indonesia. Beberapa tahun lalu dalam melaksanakan pembangunan pemerintah Indonesia menerapkan rencana pembangunan lima tahun (REPELITA). Dasar pemikiran pembangunan itu adalah pengejawantahan capaian dengan mempertimbangkan waktu. Maka dulu dikenal era lepas landas yang berarti pembangunan yang berlangsung selama 25 tahun akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang maju.
Tabel ini merupakan rangkuman dari persentase keberhasilan mahasiswa UI strata satu (S-1) angkatan 2002. Data yang tercatat adalah tahun 2008. Terlihat bahwa mayoritas dari fakultas-fakultas yang ada mencapai tingkat kelulusan di atas 70%. Apakah Anda aka menyusul mereka?
8
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Adanya sasaran dalam belajar mendorong mahasiswa untuk mengarahkan perhatian terhadap tugas yang dihadapi, berusaha lebih sungguh-sungguh, dan meningkatkan ketahanan kerja. Moran (1997, dalam Sukadji & Singgih) mengajukan suatu prinsip dalam menetapkan sasaran, yaitu SMART. Specific Semakin spesifik dan jelas sasaran yang ditetapkan, semakin mudah mahasiswa melihat hal yang ingin ia capai, dan ia pun semakin semangat untuk mencapainya. Selain itu kemungkinan untuk mencapainya juga menjadi lebih besar. Contoh: Saya ingin menyelesaikan kuliah selama empat tahun dengan Indeks Prestasi minimal 3,25. Measurable Agar sasaran dapat diukur, diperlukan/dibutuhkan cara untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai dan kriteria spesifik yang dapat menginformasikan bahwa sasaran telah dicapai. Mengetahui bahwa ada kemajuan yang dicapai akan membuat mahasiswa tetap termotivasi dan menikmati proses mencapai sasaran. Hal ini bisa dilakukan dengan menyimpan dan mengevaluasi nilai-nilai yang diperoleh pada kuis, tugas atau ujian setiap semester. Attainable Sasaran yang ditetapkan hendaknya realistis, sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Sasaran dikatakan tepat bila mengandung tantangan di dalamnya, tidak terlalu mudah/rendah atau terlalu sulit/tinggi untuk diraih. Selesai kuliah 4 tahun cukup realistis dan menantang, beda halnya dengan 3 tahun yang relatif amat sulit atau 5 tahun yang tidak mendatangkan tantangan dalam belajar. Relevant Mahasiswa harus memiliki alasan yang kuat untuk sasaran yang ia tetapkan. Hal ini membuat sasaran tersebut berharga di matanya sehingga bila ia menemui hambatan ia tidak mudah menyerah, dan bila sasaran berhasil diraih, ia akan merasa puas dan menghargai upayanya sendiri. Berkaitan dengan contoh, mahasiswa menetapkan empat tahun dengan alasan ingin meringankan beban keuangan keluarga yang agak bermasalah setelah ayah pensiun.
9
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Time Bound Penetapan batas waktu dapat mengontrol langkah yang ditempuh untuk mencapai sasaran. Dengan adanya batas waktu, mahasiswa dapat terhindar dari sikap prokrastinasi (menunda aktivitas) atau perfeksionis. Perlu diingat bahwa menunda-nunda pekerjaan bukan saja gagal dalam target waktu, tapi juga menghalangi pencapaian target. Dalam kasus mahasiswa, temuan Rothblum dkk. (1986, dalam Yulistia, 2003) menunjukkan prokrastinasi berhubungan dengan IPK yang rendah.
Memahami waktu, cara dan tempat yang cocok untuk belajar: a. Tipe pagi dan tipe malam Setiap orang memiliki preferensi mengenai waktu yang paling cocok untuk belajar. Ada orang yang menunjukkan hasil belajar terbaik pada pagi hari (jam 09.00–14.00), dan disebut sebagai tipe pagi. Tipe ini paling sesuai belajar pada pagi dan siang hari dan bidang sains lebih sesuai dipelajari pada waktu tersebut. Seseorang yang tergolong tipe malam akan lebih efektif belajar antara jam 15.00–24.00, dan pada waktu tersebut bidang seni amat cocok untuk dipelajari. Dengan mengetahui tipe yang dimilikinya berkaitan dengan waktu belajar, diharapkan akan memudahkan mahasiswa dalam mengatur waktu dan kegiatan sehari-hari. Bagi tipe pagi, tugas-tugas yang menuntut konsentrasi dan pemikiran mendalam hendaknya diselesaikan pada pagi dan siang hari. Waktu pada sore dan malam hari bisa diisi oleh kegiatan yang lebih praktis dan tidak menuntut konsentrasi penuh. b. Tipe-tipe: visual, auditorial, kinestetik Cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam mempelajari informasi secara optimal. Pengetahuan mengenai gaya belajar akan membantu seseorang belajar dan berkomunikasi dengan lebih baik. De Porter dan Hernacki (1992) mengemukakan tiga jenis gaya belajar (V-A-K), yaitu: a. Tipe visual, yaitu individu yang lebih banyak dan lebih baik menyerap informasi melalui penglihatan (apa yang dilihat), seperti membaca, memperhatikan ilustrasi, dan selanjutnya membuat catatan-catatan yang sangat baik. Gambar-gambar juga dapat membantu. Ada buku-buku yang mengakomodir orang yang tipe visual khusus cerita bergambar, misalnya kartun fisika, biologi, peradaban dunia, dan sebagainya.
10
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
b. Tipe auditorial, yaitu bila individu lebih banyak dan lebih baik menyerap informasi melalui pendengaran (apa yang didengar), seperti mendengarkan penyajian materi. c. Tipe kinestetik, yaitu individu yang lebih banyak dan lebih baik menyerap informasi melalui gerakan dan sentuhan. Tipe ini lebih baik belajar dalam kegiatan bergerak dan interaksi kelompok. Gaya belajar seseorang dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan mendengarkan ungkapan-ungkapan yang digunakannya dalam berbicara dan memperhatikan perilakunya pada saat mendengarkan orang lain berbicara. Kebanyakan orang belajar dengan beberapa gaya, namun biasanya ada satu gaya yang lebih disukai dan dipilih. Semakin bertambah usia, kecenderungan seseorang untuk belajar secara visual semakin meningkat. Oleh karena itu penggunaan alat bantu visual akan semakin efektif.
Memahami dan menyimpulkan materi Memahami adalah hal yang harus terus diupayakan pada saat seseorang menghadapi bahan bacaan. Beberapa hal berikut dapat membantu tercapainya pemahaman akan bahan bacaan. Pertama, menjadi pembaca yang aktif dengan mempertanyakan: Siapa? Kapan? Di mana? Apa? Mengapa?, berkaitan dengan bahan yang sedang dibaca. Pertanyaanpertanyaan tersebut dapat meningkatkan perhatian pada gagasan-gagasan utama. Kedua, baca dan temukan gagasan-gagasan yang ada, bukan mengartikan kata demi kata. Ketiga, gunakan sebanyak mungkin indera pada saat membaca, misalnya membaca sambil bersuara atau menggarisbawahi hal-hal yang penting atau membuat gambar di tepi halaman. Selain itu, keterampilan yang baik dalam menulis dan mencatat juga mempermudah proses pembelajaran. Menulis secara efektif Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kepentingan pembaca. Pembaca diharapkan dapat memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis, dan bila memungkinkan mendapatkan tambahan positif seperti pengetahuan atau sudut pemikiran yang baru dari bahan bacaannya. Langkah-langkah yang biasa ditempuh dalam membuat tulisan adalah memilih topik, menentukan siapa pembacanya, menetapkan maksud tulisan, membuat pertanyaan, mengumpulkan bahan,
11
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
membuat kerangka garis besar, mencantumkan hasil penelitian, dan menentukan judul tulisan. Berbagilah pada orang-orang sekitar untuk memperoleh umpan balik mengenai tulisan. Selain itu berikan perhatian yang besar pada isi tulisan pada awal menulis, sedangkan tata bahasa dan tanda baca pada waktu berikutnya. Untuk memperlancar penulisan, carilah waktu yang tepat untuk menulis, pecah/bagilah topikmenjadi bagian-bagian yang kecil, dan tingkatkan wawasan pengetahuan melalui media cetak dan elektronik. Meningkatkan metode mencatat Mencatat secara efektif adalah kemampuan yang perlu dipelajari untuk membantu mengingat apa yang tersimpan dalam ingatan. Tanpa mencatat dan mengulanginya, kebanyakan orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang dibaca atau didengar. Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dengan membantu seseorang menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan. Lalu bagaimana seharusnya bentuk catatan yang baik?. Riset terakhir tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingat informasi telah menghasilkan teknik-teknik mencatat yang lebih tepat. Pada saat seseorang mengeluarkan kata-kata, pada saat yang sama otak harus mengatur, dan menghubungkan kata-kata tersebut dengan gambar, simbol, bunyi, dan perasaan agar dapat dipahami. Berdasarkan cara kerja otak ini, maka dikembangkan Peta Pikiran oleh Tony Buzan sebagai salah satu teknik mencatat yang efektif. Ciri peta pikiran adalah adanya fokus di tengahnya yang merupakan satu gambaran pusat perhatian. Dari pusat perhatian ini menyebar ke arah perifer, seperti jalan raya yang bercabang dan beranting. Setiap jalan/cabang/ranting punya identitas berupa kata kunci. Peta pikiran bersifat fleksibel, memungkinkan dilakukan perubahan bila dibutuhkan. Selain itu memudahkan pembaca untuk memusatkan perhatian pada ide-ide yang dituliskan di dalamnya, sehingga pengertian terhadap suatu materi bisa meningkat. Penggunaan gambar, simbol visual, pensil warna dsb., dalam peta pikiran juga dapat mengasah kreativitas dan menimbulkan perasaan senang.
12
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Salah satu bentuk peta pikiran. Materi “Meningkatkan Ingatan” terdiri dari delapan tema. Oleh mahasiswa dibuatlah hambar-gambar yang menarik agar bisa dijadikan patokan dalam mengingat materi. Penambahan gambar atau tanda-tanda tertentu juga diperkenankan sebagai bagian dari upaya peningkatan ingatan.
Terlepas dari teknik mencatat yang digunakan, beberapa hal yang dapat membantu untuk membuat catatan yang efektif adalah: a. mendengarkan materi secara aktif agar dapat menemukan ide-ide utama, membedakan hal yang penting yang akan dicatat dari hal yang tidak penting. b. memperhatikan petunjuk-petunjuk penting dari pembicara atau bahan bacaan. Petunjuk dari pembicara berupa ekspresi wajah, nada suara, dll., sedangkan judul, kata-kata miring dapat menjadi petunjuk penting dari bahan bacaan. c. bertanya bila ada hal yang kurang jelas dan tidak dimengerti. d. mempelajari materi sebelumnya agar memperoleh gambaran umum mengenai hal-hal penting yang akan didengar atau dibaca kemudian. e. membuat catatan yang sesuai dengan karakteristik pribadi dengan menambahkan gambar, warna atau hal-hal yang paling disukai. Antisipasi dan persiapan ujian Ujian merupakan evaluasi mengenai sejauhmana mahasiswa menangkap apa yang telah dipelajari selama mengikuti kuliah. Biasanya ujian dilakukan dua kali yaitu pada tengah semester dan pada akhir semester. Dalam mempersiapkan ujian, mahasiswa perlu kembali mempertanyakan tujuan belajarnya sehingga dapat lebih bersungguh-sungguh dalam mempersiapkannya. Persiapan yang dilakukan berupa me-review atau mempelajari kembali materi kuliah dengan membaca kembali catatan, ringkasan atau Peta Pikiran yang telah dibuat. Latihan mengerjakan soal-soal juga perlu dilakukan. Hal ini sebaiknya dilakukan dua minggu sebelum ujian sehingga mahasiswa dapat membagi waktu, dan tidak perlu
13
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
lagi belajar pada hari ujian. Sebelum hari ujian, mahasiswa mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti alat tulis dan kalkulator. Selain itu datanglah ke lokasi ujian lebih awal agar memiliki kesempatan untuk meninjau lokasi tes dan menenangkan diri. Jangan lupa untuk tidur dalam waktu cukup pada malam sebelumnya, dan mengkonsumsi makanan bergizi. Pada saat mengerjakan ujian, atasi rasa cemas yang timbul dengan menenangkan diri umpamanya berdoa atau menarik nafas dalam-dalam. Bacalah petunjuk ujian secara cermat agar tidak salah mengerti. Kerjakan soal yang lebih mudah terlebih dahulu, dan aturlah waktu mengerjakan soal agar tidak terpaku pada soal tertentu. Jangan terlalu larut dalam emosi menanggapi hasil ujian, namun jadikan hasil tersebut sebagai umpan balik untuk menyusun rencana belajar selanjutnya.
14
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
BERPIKIR KRITIS Tujuan
: agar peserta mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam melihat suatu masalah
Peralatan Waktu Metode
: lembar pernyataan : 30 menit : diskusi
KASUS PEMASANGAN TALI Persoalan: Bagaimana menyambungkan kedua tali yang tergantung pada plafond (langitlangit) di tempat yang berjauhan satu sama lain. Jarak antara dua tali adalah sedemikian rupa sehingga apabila seseorang memegang ujung salah satu, maka ia tak dapat menjangkau tali yang lain. Andaikata Anda adalah orang pada situasi tersebut (seperti dalam gambar), bagaimanakah Anda memecahkan persoalannya?
Prosedur
: 1. Fasilitator meminta kelas membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang 2. Fasilitator menayangkan gambar dan menerangkan persoalan yang dihadapi dalam gambar tersebut. 3. Kelompok diberi waktu 15 menit untuk menyambungkan tali tersebut 4. Fasilitator mengobservasi bagaimana mereka menyelesaikan tugas ini, siapa yang mengarahkan dan bagaimana ide/gagasan tersebut mereka ungkapkan. 5. Setelah selesai, fasilitator memimpin diskusi/debrief dengan menanyakan - bagaimana proses mendapatkan ide menggabungkan tali tersebut - apa yang menjadi pertimbangan ide tersebut - dari jawaban yang ada, fasilitator memancing mahasiswa untuk bisa melihat bahwa ide-ide yang muncul menunjukkan adanya perbedaan sudut pandang (masalah di tali/orang).
15
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
6. Fasilatator menutup kegiatan dengan menekankan pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam perannya sebagai mahasiswa (dengan menayangkan slide definisi berpikir kritis) 7. Kesimpulan
16
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Diskusi Berpikir Kritis: Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Setiap orang pasti pernah menghadapi masalah, baik yang ringan maupun yang berat. Tidak peduli muda atau tua. Bahkan anak TK juga menghadapi masalah. Masalah yang dihadapi juga pastinya beragam, ada yang sekedar masalah memilih baju mana yang akan dipakai hari ini, mengenai pertemanan (yang sering menjadi teman film atau sinetron), tugas-tugas, hubungan anak dan orangtua dan masih banyak lainnya. Permainan mengikat dua tali yang terpisah merupakan salah satu perwujudan kondisi dalam kehidupan. Menghubungkan tali yang panjangnya terbatas dan kita dipaksa untuk mengikatnya dengan cara yang tidak biasa. Kondisi ini juga sering muncul dalam kehidupan sehari-hari termasuk di perguruan tinggi. Demikian pula ketika kita memasuki perkuliahan. Mulai dari suasana dan lingkungan yang baru atau karena berpisah dari orangtua bisa dan ketika tuntutan tugas yang bertambah menimbulkan masalah. Namun belum tentu satu kondisi yang dialami satu individu akan menimbulkan masalah. Antarindividu akan berhadapan dengan satu kondisi yang sama dengan sudut pandang yang berbeda. Contohnya A dan B sama-sama baru pertama kali indekos. A sepertinya tidak mengalami masalah atau homesick dengan orangtuanya. Justru ia melihat peluang untuk menunjukkan jati diri dan kemandiriannya. Di pihak lain si B baru beberapa hari indekos merasakan sendirian karena tak ada saudara dan kedua orangtuanya. Maka kemudian ia sering mengurung diri dan menangis merindukan kehadiran mereka. Mungkin anda pernah menemukan teman atau diri anda menghadapi masalah yang sama namun cara mengatasinya berbeda. Contoh yang anyar saat ini adalah kenaikan harga BBM. Kondisi ini langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap anak indekos. Perlahan harga kebutuhan merangkak naik, mulai dari jajanan, foto kopi, makan, trasnportasi dan tentunya kamar yang disewa. Dampaknya jelas, pengeluaran yang lebih besar. Untuk menyiasati kondisi ini muncul cara-cara mengatasinya dan kadangkala ada yang di luar pemikiran umum. Langkah yanng umum adalah mencari indekos yang lebih terjangkau, membeli mi siap saji dalam jumlah besar (murah dan bisa menghemat salah satu siklus makan dalam sehari). Langkah yang tak terduga misalnya melakukan brunch (asal kata dari breakfast: sarapan; dan lunch: makan siang). Atau sekelompok mahasiswa
17
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
bekerja sama membuat usaha pencucian baju. Yang malah mungkin ini merupakan peluang untuk mempunyai usaha dan berwiraswasta. Semua langkah tadi sah-sah saja untuk dilakukan. Hasil akhir dari usahausaha tadi adalah untuk membuat hidup indekosan lebih nyaman dan masalah teratasi. Langkah-langkah tadi setidaknya memberikan gambaran bahwa cara mengatasi masalah yang berbeda yang dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara pandang melihat masalah tidaklah selalu sama. Artinya ada yang dianggap sebagai hambatan dan ada yang melihatnya sebagai peluang. Tidaklah mengherankan jika kemudian dalam sejarah manusia, ada individu-individu yang maju justru ketika masyarakatnya atau lingkungannya melihat satu kondisi sebagai hambatan. Pencipta Google.com situs pencari data (Sergei Brin dan Larry Page) dan dan penemu mi siap saji (Momofuku Ando) adalah beberapa pencipta dari sekian banyak pencipta yang melihat masalah menjadi peluang. Mengapa sekiranya mereka menghasilkan karya-karya tadi? Setidaknya ada pola yang sama yakni cara mengatasi masalah yang tidak umum. Mereka menggunakan cara pikir yang kritis terhadap masalah. Mereka mencari “celah” yang belulm terisi dalam pemecahan masalah. Bagi mereka dengan memasuki area “celah” tadi bisa membuka peluang penanganan baru dari masalah atau malah membuat jawaban baru untuk perkara lain yang tak terpikirkan sebelumnya. Masih ingat obat Viagra? Ditemukan pertama kali untuk menangani penyakit jantung dan tekanan darah. Yang terjadi kemudian malah menjadikan obat Viagra sebagai peningkat stamina tubuh. Malah akhirnya obat tadi lebih dikenal masyarakat umum untuk stamina tubuh bukan untuk pengobatan. Sungguh luar biasa bukan? Berpikir kritis tidak datang begitu saja, namun dibutuhkan suatu usaha dan keinginan untuk berpikir secara aktif. Berpikir secara aktif seperti layaknya detektif, mencari tahu motif yang melatarbelakangi sebuah perkara. Bagi yang suka menonton film detektif semisal detective conan suasana berpikir kritis amat terasa. Sering sekali polisi mengungkap kasus hanya dengan petunjuk-petunjuk yang terlihat, kurang detail dan cenderung menggunakan satu sudut pandang. Conan dalam hal ini justru melihat kasus tidak seperti layaknya polisi pada umumnya. Ia juga cenderung memulai olah pikirnya dengan ”mengapa dan bagaimana” ketimbang ”apa” dari satu kasus. Hal-hal yang remeh justru menjadi perhatiannya, yang justru oleh orang lain tak dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pada akhirnya ia berhasil mengungkap kasus dan terkadang, pelaku kejahatan merasa tak terduga bahwa hanya dalam waktu singkat ada orang yang mampu memecahkan perkara yang ia lakukan.
18
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Sama halnya dengan kasus mengikat tali tadi. Adakah dari Anda yang menggunakan peralatan yang terduga? Atau dengan cara yang tak terduga? Yang penting adalah tali yang terpisah akhirnya terikat dengan cara-cara yang memang logis. Jika ada yang mengikatkan sepatu di tali yang satu dan kemudian diayunkan, logikanya adalah ketika berayun maka ujung tali yang bersepatu bisa didekatkan ke tali yang tak memiliki pemberat. Pemilihan cara yang tak terduga merupakan salah satu bagian dari berpikir kritis. Tentunya pilihan tadi perlu memperhatikan apakah hal itu berdampak positif atau negatif. Dengan melihat masalah dan pilihan pemecahan masalah yang dipilih dengan pertimbangan yang matang inilah yang kemudian disebut sebagai berpikir kritis. Selanjutnya Takwin (1997) mengajukan definisi berpikir kritis: ”suatu usaha yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis dan mengikuti prinsip-prinsip logika serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya.” Berpikir kritis juga diperlukan ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan. Bagaimapun juga dosen adalah manusia biasa yang juga bisa salah. Oleh karena itu sebaiknya mahasiswa mencari tahu dari sumber yang sesungguhnya dan juga dari sumber lain yang mungkin saja nantinya akan memperkuat dan memperlemah suatu pendapat. Kegiatan ini juga nantinya akan berguna ketika anda membuat tulisan ilmiah seperti makalah atau skripsi. Manakah teori-teori yang menunjang topik yang sedang dibahas dan manakah teori yang bertentangan sehingga nantinya akan menimbulkan banyak pertanyaan dan akhirnya tidak menjawab atau mendukung permasalahan yang sedang dibahas.
19
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Latihan 1: DANA dan BUDI Tujuan
: Peserta mampu memahami inti dari berpikir kritis
Peralatan
: inventori Dana dan Budi
Metode
: diskusi, ceramah
Waktu Prosedur
: 30 menit :
1. Fasilitator membagikan kertas/inventori Dana dan Budi pada tiap-tiap peserta dan meminta mereka menjawabnya dengan B/S (waktu 10 menit) 2. Fasilitator meminta peserta membentuk kelompok yang terdiri dari @ 5-6 orang 3. Fasilitator meminta peserta mendiskusikan jawaban mereka di dalam kelompok sampai ada kata sepakat (waktu 15 menit) 4. Fasilitator menggali jawaban dari tiap kelompok siapa yang menjawab B & S beserta alasannya 5. Fasilitator menggali apa manfaat dari kegiatan ini 6. Fasilitator menyampaikan inti dari kegiatan berpikir kritis adalah:
Dari permainan tadi terungkap bahwa banhyak hal yang dalam kehidupan sehari-hari terlihat biasa-biasa saja, tapi ternyata mengandung hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Maka dari itu dalam menerima informasi kita tidak hanya sekedar menerima atau menolak infomasi. Hal ini membuat kita lebih kritis dalam menyikapi sesuatu. Misalnya perang tarif operator ponsel membuat kita tergiur untuk segera membeli nomer baru dari operator yang sedang promosi. Yang ditonjolkan oleh operator adalah harga yang amat murah. Yang agak kurang disamarkan adalah ketentuan dan syarat agar mendapat harga murah. Salah satu operator menyamarkan harga murah berlaku jika bicara setelah beberapa menit, baru harga murah dihitung atau yang lebih ekstrem kualitasnya memang dibuat kurang. Dalam berpikir kritis diharapkan mahasiswa tidak begitu saja menolak sesuatu tanpa adanya pertimbangan apapun. Artinya kita bukan selalu tidak percaya terhadap informasi yang diberikan atau didapat dari orang lain. Dan sebaliknya tidak pula langsung menerima pendapat orang lain tanpa adanya
20
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
evaluasi terlebih dahulu. Dengan demikian, apapun yang diterima seyogianya dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Pengecekan ini bisa dilakukan melalui orang lain (cek silang), pencarian informasi melalui berbagai media, menganalisis berdasar pengalaman diri dan lain-lain. Permainan 10 pernyataan tadi bisa merefleksikan kembali bahwa kita sebagai mahasiswa tetap menjalankan pola berpikir kritis tidak semata di kampus, tapi juga di lingkungan sosial (keluarga, lingkungan rumah dan bahkan nasional).
Latihan 10 PERNYATAAN
21
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Tujuan
: Peserta dapat lebih memahami manfaat dari berpikir kritis
Peralatan Waktu Metode Prosedur
: lembar pernyataan : 40 menit : Diskusi :
1. Fasilitator membagikan lembar yang berisi 10 pernyataan 2. Kemudian menyampaikan instruksi alinea pertama 3. Peserta diminta untuk mengerjakan secara individual terlebih dahulu (waktu 10 menit) 4. Setelah itu peserta diminta untuk membahasnya dengan kelompok (sampaikan instruksi alinea ke-2). Waktu 20 menit. 5. Fasilitator mencoba untuk menggali proses yang terjadi dalam kelompok sehingga terjadi kesepakatan 6. Fasilitator memimpin diskusi kelas dengan menanyakan tanggapan dari kelompok tiap sepuluh pernyataan tersebut 7. Fasilitator menanyakan : - perasaan yang dialami selama mengerjakan kegiatan ini - apa yang peserta dapat ambil dari kegiatan ini - tanyakan apakah mereka sudah menganalisa pernyataan berdasarkan konsep berpikir krits yang ada pada definisi. (INGAT! berpikir kritis tidak sama dengan skeptis) - Adakah manfaat dari berpikir kritis? - Menurut peserta manfaat dari berpikir kritis apa saja ? 8. Masuk materi manfaat berpikir kritis Instruksi: Di bawah ini ada 10 buah pernyataan yang diambil dari iklan beberapa produk dan berita-berita di media massa. Anda diminta untuk memberi tanggapan, baik dalam bentuk pernyataan sanggahan maupun pertanyaan untuk memperjelas ke-10 pernyataan itu. Anda bebas memberi tanggapan terhadap pernyataanpernyataan itu dan boleh membahasnya dari sudut pandang apapun. Anda diminta mengerjakan tugas ini sendiri-sendiri terlebih dahulu. Setelah selesai, bergabunglah dengan kelompok Anda untuk membahasnya dalam kelompok. Periksa apakah ada bagian yang terlewat dari tanggapan Anda dan teman-teman sekelompok. Bandingkan tanggapan Anda dengan tanggapan teman-teman sekelompok anda. Kalau ada perbedaan, diskusikan mengapa perbedaan itu terjadi. Setiap kelompok harus menentukan satu tangapan bersama untuk masingmasing pernyataan. Penetapan tanggapan kelompok dapat dilakukan dengan musyawarah-mufakat atau dengan voting. Yang penting, setiap anggota kelompok harus ikut terlibat dalam penentuan tanggapan kelompok. Silahkan bekerja. (Waktu untuk perorangan: 20 menit. Waktu untuk kelompok: 40 menit)
22
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ga ada loe, ga rame. Rinso membersihkan paling bersih. Menjarah boleh saja asal tidak melebihi 5%. Hero memberi lebih kenyamanan berbelanja. Orang pintar minum tolak angin. Saya ikut serta dalam Munas itu. Saya tidak melihat adanya jual beli suara. Menurut saya memang tak ada jual beli suara. Tidak mungkin anggota kelompok kami yang melakukan karena kelompok kami memiliki prinsip ‘Berbuat baik adalah hal yang paling penting’. Siapa yang muda belum didengar. Serahkan pada ahlinya. Kebersihan adalah sebagian dari iman.
Berpikir kritis tidak hanya sekedar adu pendapat saja dengan tujuan memenangkan suatu argumentasi. Seringkali orang mengira bahwa berpikir kritis sama dengan debat kusir, perdebatan yang tak pernahberakhir. Berpikir kritis lebih bertujuan untuk menambah pengetahuan atu memahami sesuatu lebih dalam. Saat kita berargumen terhadap suatu pendapat tentunya kita harus terlebih dulu memiliki informasi yang cukup untuk dapat melontarkan pendapat kita. Argumentasi yang diajukan tidak betujuan untuk membujuk orang untuk menyetujui pendapat kita dan juga tidak untuk menjelaskan suatu hal. Jika kita melakukan berpikir kritis hanya untuk mempertahankan pendapat kita artinya berpikir kritis yang kita lakukan sifatnya lemah. Namun apabila kita berpikir kritis bertujuan untuk mengevaluasi atau merevisi suatu keyakinan artinya kita berpikir kritis yang sifatnya kuat. Dasar akademis berpikir kritis pada mahasiswa adalah karena mereka kelak akan menjadi sarjana. Para sarjana yang telah dibekali ilmu pengetahuan yang memadai diharapkan menjadi orang yang mampu belajar sendiri. Maka dari itu sedari awal para mahasiswa diajak untuk tergerak belajar dengan cara yang berbeda dengan cara belajar para siswa. Dengan belajar di perguruan tinggi para mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi dengan menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. Baik di lingkungan sekitar maupun di lingkungan kerja nantinya. Tidak hanya 23
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
sekedar menuntut hak tetapi juga memberikan kontribusi dalam bentuk sumbang saran penyelesaian masalah yang ada. Perguruan tinggi UI mengajak mahasiswa belajar bagaimana mengidentifikasi gejala dan masalah yang ada. Setelah menemukan gejala diharapkan juga mampu menganalisis gejala dan akhirnya mampu menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu diharapkan penyelesaian masalah tidak hanya mengulang kembali permasalahan yang ada tetapi juga bisa memperbaiki kesalahan dan melengkapi kekurangan dalam masyarakat. Contoh sederhana saja, kenapa adik kita tidak dapat menjawab berapa liter air yang digunakannya untuk mengisi akuarium di rumahnya. Umumnya adik kita akan dikatakan ”payah”, ”gitu aja gak bisa” dan sebagainya. Tentu perkataan seperti ini dapat mengurangi konsep dirinya yang berakibat pada si adik tak pernah yakin dengan kemampuan berhitungnya. Kita sebagai pihak di luar dirinya perlu memperhatikan mengapa ia belum paham untuk mengukur akuarium. Ambil kondisi bahwa ternyata ia belum diajarkan cara menghitung volume. Jika itu kondisinya maka si adik dalam posisi yang wajar. Akan tetapi jika sudah diajarkan (kelas IV SD), tentu timbul pertanyaan lagi, apa yang menghambat ia untuk tahu pengukuran volume? Ambil kondisi lagi bahwa ternyata ia tidak menyukai pelajaran matematika. Tentu ini kerugian karena matematika banyak sekali kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata ketidaksukaannya terhadap matematika lebih kepada gurunya, bukan pada materinya. Oleh karena itu penanganannya tidak sembarangan sebab ada faktor luar. Langkah penyelesaian bisa hanya sepihak dari diri si adik (diajak melihat hal-hal positif dari si guru dan kerugiannya jika tak menguasai matematika), keluarga (keluar dari sekolah, menegur guru dan sebagainya) atau dialog dengan pihak sekolah. Kontribusi kita terhadap pemecahan masalah ini juga bagian dari berpikir kritis pada satu masalah sosial yang ada di sekitar kita. Alasan Akademis Tentunya menjadi pertanyaan adakah alasan akademis dari berpikir kritis? Pemahaman bahwa kuliah di perguruan tinggi ada belajar memahami, menganalisis dan menyelesaikan masalah secara mandiri artinya tidak dipengaruhi oleh pihak lain dan mampu melakukannya sendiri. Kegiatan ini umumnya dikejawantahkan dalam bentuk makalah dan dalam skala besar ketika menulis skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan seseorang di jenjang S1. Dengan skripsi yang dibuat diharapkan mahasiswa mamu memperbaiki kondisi masyarakat. Untuk dapat memperbaiki kondisi masyarakat seorang sarjana harus 24
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
dapat menemukan kekurangan/kesalahan yang ada dan tidak begitu saja menerima kondisi yang ada. Topik permasalahan yang dilontarkan dalam skripsi berawal dari ketidakpuasan atau fenomena yang ada di sekitar kita. Berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, maka mahasiswa melakukan analisa terhadap permasalahan tersebut. Sehingga kemampuan dan penerapan aplikasi pengetahuan yang telah didapat mampu diaplikasikan dalam realita kehidupan yang ada. Anda tentunya ingat ulasan bahwa inti berpikir kritis tidak hanya menerima atau menolak suatu pendapat. Namun seorang pemikir yang kritis diharapkan mampu melakukan evaluasi penalaran terlebih dahulu sebelum mengambil suatu keputusan. Seringkali seorang sarjana sulit sekali mengambil suatu keputusan padahal hal ini penting tidak hanya berkaitan dengan tindakan yang berpengaruh pada kehidupan pribadinya bahkan juga dalam lingkungan bekerja. Sehingga hal ini tentunya akan menyebabkan dirinya ’tersesat’ dalam mengambil keputusan yang salah/tidak tepat bahkan bisa saja ’lari’ atau menghindar dari permasalahan yang dihadapinya. Jika kita terbiasa berpikir kritis maka tentunya hal ini sedikit kemungkinan yang terjadi. Dalam berpikir kritis seseorang diharapkan dapat menggunakan kriteria tertentu untuk mengevaluasi penalaran dan pengambilan keputusan (Diestler, 1998). Evaluasi ini dipahami: • apakah isu tersebut dan apa hubungan individu tersebut terhadap isu yang dilontarkan • pertimbangan-pertimbangan apa yang relevan dengan isu tersebut • apakah penalaran atau alasan yang dikemukakan individu tersebut merupakan penalaran yang baik • segalanya perlu dipertimbangkan sehingga nantinya kita bisa membuat penilaian apakah harus diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaian tersebut.
Tokoh detektif Conan yang senantiasa melihat kasus tidak terbatas pada apa yang jelas terlihat. Sering ia menemukenali kejanggalan yang justru secara umum
25
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
tidak terlihat. Ia mengevaluasi hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
Dengan mampu melakukan berpikir kritis harapannya mahasiswa bisa berpikir dengan jernih dan obyektif. Ini dikarenakan informasi yang didapat mahasiswa tidak langsung diterima begitu saja, justru dipikirkan dengan baik dan tuntas. Mahasiswa yang mengembangkan pola pikir kritis akan lebih tajam dalam menemukan masalah yang ada di sekitar. Kemampuan berpikir kritis ini selanjutnya berkembang untuk menemukan pemecahan dari masalah. Namun untuk itu mahasiswa perlu membuka wawasan dan tahu dengan tuntas permasalahan yang kemudian membuka beragam cara pemecahan masalah. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan berbagai pilihan pemecahan masalah, pemikir kritis akhirnya mampu menyelesaikan masalahnya. Dan inilah kontribusi mahasiswa UI kepada masyarakat.
Latihan surat dari orangtua murid Tujuan
Peralatan
:Peserta mampu menerapkan teori berpikir kritis melalui kegiatan kasus
: lembar kertas surat orangtua 26
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Waktu
Metode Prosedur
: 45 menit
: Diskusi :
1. Setiap kelompok dibagikan lembar surat dari orang tua murid 2. Kelompok diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang terjadi dengan (waktu 20 menit): - Membahas apakah alasan Pak Jeje dapat diterima atau ditolak - Berikan alasan-alasannya secara jelas - Bagaimana/tindakan apa yang harus diambil oleh kepala sekolah 3. Fasilitator menggali hasil dari tiap kelompok, berdasarkan poin yang ada pada prosedur no.2. Tanyakan juga mekanisme berpikir yang digunakan oleh kelompok sebelum ide tindakan yang diambil kepala sekolah muncul 4. Tayangkan slide berpikir kritisÆ tanyakan pada peserta: - Apakah peserta/kelompok sudah melakukan sesuai dengan slide. - Apakah ada kriteria tertentu untuk mengevaluasi sesuatu dan mengambil keputusan? - Jika ya, bagian yang mana. Jika tidak, berdasarkan apa mereka mengambil keputusan - Secara umum manfaat apa yang didapat dengan berpikir kritis 5. Tayangkan slide yang diharapkan dari berpikir kritis
Surat Dari Orangtua Murid Suatu hari kepala sekolah menerima sebuah surat dari orang tua murid yang bernama Pak Jeje, ayah dari Anto. Surat itu berisi ketidaksetujuan Pak Jeje terhadap nilai-nilai yang diberikan guru kepada Anto. Anto mendapat 3 angka merah di
27
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
raportnya. Kepala Sekolah menunjukkan surat itu kepada guru-guru. Anda sebagai seorang guru juga turut membacanya. Isi dari sirat itu sebagai berikut:
Jakarta, 19 Juni 2008 Kepada Yth. Kepala Sekolah SD Makmur di Tempat Dengan Hormat, Dengan surat ini, saya Jeje R., orangtua dari Anto R., menyampaikan ketidaksetujuan saya terhadap angka-angka yang terdapat di dalam raport Anto. Raport anak saya itu menurut saya terlalu jejek dibandingkan dengan yang seharusnya ia dapatkan. Ia mendapatkan 3 angka merah dan hanya memperoleh dua angka 7. Sisanya angka 6 semua. Menurut saya, hasil raport tersebut bukanlah hasil Anto yang sebenarnya. Saya yakin ada kesalahan penilaian dari guru. Saya memiliki alasan mengapa saya yakin ada kesalahan penilaian. Alasan saya adalah sebagai berikut: 1. Anto anak yang baik. Ia tidak pernah membantah orang tua. Kalau ibu atau bapaknya memintanya mengerjakan sesuatu, ia menurut. Saya dan istri saya sering menyuruhnya belajar dan karena ia penurut pasti belajar. Karena ia belajar maka ia pintar. Sebagai anak pintar hasil raportnya pun seharusnya bagus, aneh rasanya, ada anak pintar yang nilai raportnya jelek! 2. Anto mendapat angka 5 pada pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Aneh rasanya, karena saya sebagai ayahnya adalah seorang ahli matematika. Saya telah mengajarkannya berbagai macam teori dan rumus matematika yang dipelajarinya di sekolah. Bahkan saya mengajarinya pelajaran matematika yang lebih tinggi dari yang diajarkan di sekolah. Sebagai seorang ahli matematika, tidak mungkin saya punya anak yang tidak bisa mengerti matematika! 3. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tidak mungkin Anto mendapat nilai 5 karena ia sangat lancar menggunakan bahasa tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Ia juga rajin membaca dan bacaannya semua dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, ibu Anto, meskipun sekarang hanya sebagai ibu rumah tangga, adalah lulusan perguruan tinggi dan sangat menguasai tata Bahasa Indonesia. Ketika ibunya kuliah, ia selalu mendapat nilai tertinggi dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Jadi, bagaimana mungkin nilai Bahasa Indonesia Anto bisa jelek? 4. Anto tidak pernah memiliki masalah dengan guru dan sekolah. Ia tidak pernah terlambat dan tidak pernah bolos. Ia juga rajin mengerjakan PR. Setiap ada permintaan sumbangan dari sekolah, Anto ikut menyumbang. Bahkan kami pernah menyumbang dalam jumlah terbesar dibanding orang tua murid lain, hal ini berarti, Anto tidak pernah punya masalah dengan sekolah. Oleh karena itu, tidak selayaknya ia mendapat nilai yang jelek!! 5. Yang terakhir, Anto adalah anak yang saleh. Ia selalu berdoa dan sembahyang kepada Tuhan. Ia juga berdoa agar nilainya bagus. Jadi 28
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
bagaimana mungkin orang yang sesaleh Anto bisa memperoleh nilainilai yang jelek ?? Itulah alasan atas ketidaksetujuan saya. Saya kira memang ada kesalahan dalam penilaian sehingga Anto mendapat nilai yang jelek. Menurut saya, sekolah perlu mengusut hal ini. Sekolah harus meneliti di mana letak kesalahan penilaian itu. Untuk itu, saya meminta Anda sebagai kepala sekolah untuk melakukan tindakan yang tegas dalam pengusutan ini. Sekali lagi pengusutan ini perlu karena saya tidak segan-segan mengangkat masalah ini ke tingkatan hukum yang paling tinggi, yaitu pengadilan! Hal ini saya lakukan karena pendidikan merupakan hal yang penting di keluarga kami. Kakek-nenek, ibu-bapak, dan paman-bibi Anto semuanya adalah terpelajar dan berpendidikan tinggi. Karena itu Anto adalah orang yang pasti mampu sekolah dengan baik karena berasal dari keluarga terpelajar. Saya yakin akan menang di pengadilan, karena alasan-alasan saya kuat.
Hormat saya, Jeje R.
Demikian surat dari Pak Jeje. Dalam memutuskan tindakan apa yang harus diambilnya, Kepala Sekolah meminta Anda untuk memberikan pendapat terhadap surat ini. Menurut Anda, apakah keberatan dan alasan-alasan Pak Jeje dapat diterima atau harus ditolak? Bantulah Kepala Sekolah untuk memutuskannya.
29
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Belajar dalam Kelompok NASA Tujuan
: Peserta dapat lebih memahami pentingnya komunikasi dalam
hubungan interpersonal : lembar NASA (persoalan, lembar jawaban individu dan
Peralatan kelompok) Waktu : 60 menit Metode : Diskusi Prosedur :
1. Fasilitator membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing berkisar 4-6 mahasiswa. 2. Bagaikan lembaran NASA dan lembar jawaban individual 3. Instruksikan kepada mahasiswa untuk mengerjakan dulu secara individual dalam waktu berkisar 5-7 menit saja. 4. Pada menit terakhir tanyakan kepada mereka apakah sudah selesai. Dilanjutkan untuk diskusi kelompok selama 15-20 menit. Fasilitator membagikan lembar jawaban kelompok 5. Setelah selesai diadakan diskusi pleno atas permainan tadi 6. Fasilitator memberikan jawaban yang paling tepat dari permainan 7. Penjumlahan hasil kerja individu dan kelompok 8. Dari hasil yang didapat diskusi dimulai sambil memberikan tayangan.
30
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Diskusi dari permainan NASA Isu kerja kelompok adalah hal yang hendak diinformasikan dalam sesi ini. Yang penting dibicarakan adalah bahwa di semua fakultas yang ada di Universitas Indonesia telah menyelenggarakan pendidikan dengan cara kerja kelompok. Ini bisa dilihat pada komponen penilaian salah satunya adalah hasil dari kerja kelompok. Mengapa? Dalam kehidupan nyata banyak kegiatan yang ternyata harus dikerjakan secara berkelompok. Atau jika dikerjakan secara individual takkan mencapai hasil yang maksimal. Coba perhatikan ketika penyakit demam berdarah merebak. Jika hanya satu keluarga dalam satu rumah yang membersihkan rumahnya hal itu takkan efektif. Ini dikarenakan rumah-rumah lain belum tentu membersihkan rumahnya, dampaknya nyamuk dari rumah yang belum dibersihkan bisa datang dan kemudian menularkan penyakit ke rumah yang sudah dibersihkan. Contoh tadi bisa menjadi gambaran bahwa kegiatan membersihkan lingkungan tidak bisa dilakukan secara individual. Yang menarik adalah bahwa tugas-tugas yang rumit selain tidak bisa dikerjakan sendiri juga butuh bantuan sumbang pikir dari berbagai pihak. Kerja kelompok seperti ini jika diandaikan adalah saat membuat rumah. Nyaris tak mungkin membangun rumah. Idealnya dibutuhkan bantuan-bantuan dasar. Misalnya ada orang yang membuat fondasi, memotong kayu, menyusun bata dan tak lupa yang membuat desain dari rumah yang akan dibangun. Masing-masing pihak dapat bekerja jika memberikan informasi tentang area yang hendak dibangun, batu-batu yang akan dipakai, jenis kayu dan bentuk kayu yang akan digunakan dan lain-lain. Kesemua informasi ini diperlukan oleh semua pihak yang tengah membangun rumah tadi. Bahkan informasi tentang musim juga diperlukan (jika musim hujan semen pasti lenih lambat kering). Seperti diterangkan di atas bahwa kerja kelompok berarti kerja yang dilakukan oleh beberapa orang dan tak ketinggalan banyak pikiran pula yang ikut. Diskusi, tukar pikir dan sebagainya membuat waktu yang dibutuhkan lebih panjang. Namun karena informasi yang didapat lebih banyak dan lengkap maka kerja kelompok akan menghasilkan produk yang lebih sempurna. Pada kasus NASA, ada kata-kata tertentu yang tidak lazim lagi digunakan seperti zat asam. Ternyata saat ini kata tersebut lebih dikenal sebagai oksigen. Bagi yang lahir di masa-masa TVRI sebagai kanal TV tunggal, acara menyelam melihat isi lautan akan familiar dengan kata zat asam. Kerja kelompok yang akan dilakukan dalam kehidupan perkuliahan akan membantu mahasiswa melatih ketrampilan sosial. Kehidupan nyata yang akan dilalui oleh semua lulusan UI tidaklah mulus seperti yang dikehendaki. Bayangkan
31
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
jika masing-masing mengeluarkan pendapat dan ternyata tidak satupun yang sealiran. Dapat dipastikan akan timbul konflik. Masih untung jika konflik yang terjadi bias diselesaikan karena adanya tenggat waktu pengumpulan tugas sehingga segala perbedaan dicobapecahkan. Pada kehidupan nyata hal seperti itu akan sangat sering dihadapi. Tak mudah untuk bisa melihat sudut pandang orang lain apalagi memahaminya. Dalam banyak kasus terjadinya konflik di masyarakat dimulai dari kurangnya ketrampilan sosial.
Kelompok yang efektif Apa yang kemudian dianggap satu keberhasilan sebauh kelompok? Diantaranya adalah menjadikan kelompok yang efektif. Pada hasil kerja kelompok NASA diharapkan bahwa hasil kerja mahasiswa adalah tinggi pada kelompok dan rendah pada tingkat individu. Mengapa harapannya demikian? Harapan tadi wajar karena dari berbagai kasus terungkap bahwa individu akan mendapat manfaat lebih ketimbang jika ia bekerja sendirian. Ingat individu dalam kelompok bisa memberi kontribusi terhadap kelompok apapun bentuknya. Hal lain yang perlu disadari adalah tiap individu menyadari adanya perbedaan antara satu dan lainnya sehingga kontribusi mereka beragam. Kelompok juga menjadi efektif ketika setiap anggotanya tahu apa yang hendak dicapai. Dalam NASA, peserta tahu bahwa yang dijadikan tujuan adalah menujuu tempat pertemuan yang merupakan satu-satunya cara untuk bisa selamat. Maka kemudian kerja kelompok segera menempatkan diri sebagai “orang yang mencari selamat”. Bayangkan jika yang terjadi adalah tidak tahunya tujuan? Kerja kelompok dalam hal ini mahasiswa akan lebih baik ketika mereka tahu bahwa kerja mereka untuk menyelesaikan tugas dari dosen/fasilitator. Dalam prakteknya juga akan memudahkan dalam bekerja, misalnya dalam pencarian sumber bacaan, data atau lainnya. Akan aneh jika tugasnya mencari tahu asal-muasal air, tapi kelompok malah membeli laptop. Selanjutnya untuk mencapai kelompok yang efektif adalah ketika setiap anggota memiliki kemampuan dan pengetahuan yang relevan. Dalam konteks permainan NASA, mahasiswa yang menjawab dianggap kosmonot bukan orang awam. Hanya saja mahasiswa diminta membuat prioritas. Diskusi yang hangat tadi dapat dirasakan sebagai dinamika para kosmonot yang punya pengetahuan yang walau berbeda, tapi dianggap berguna untuk menyelamatkan diri. Coba ingat-ingat kembali, siapa dari anggota kelompok yang ngotot karena tahu atau anggota yang tertawa sesal karena ia tahu idenya benar, tapi ditolak mayoritas rekan-rekannya.
32
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Keterampilan-keterampilan dalam kerja kelompok Dalam satu kelompok yang menarik adalah di tiap kepala anggotanya terdapat ide yang berbeda. Keberbedaan ini ada yang kemudian ternyata satu aliran, tapi bisa saja beda ide juga beda aliran. Ingat pada NASA tadi, ada yang merasa dirugikan, tapi ada yang merasa diuntungkan. Misalnya, mungkin ada yang idenya diterima (walau salah) karena bisa menyampaikan ide dengan sopan, menunjukkan wawasan yang luas tanpa menegecilkan pendapat orang lain. Atau malah sebaliknya, ada yang diuntungkan karena ketika menyampaikan ide dibantu oleh orang lain atau kemampuan “menekan” sangat baik. Dalam NASA inilah kita mengajak mahasiswa untuk terampil secara sosial, khususnya sebagai hubungan antarmanusia/antarkelompok. Pertama, ketrampilan yang dibutuhkan adalah empati. Empati bukanlah simpati. Kita bisa menempatkan diri dalam sudut pandang orang lain. Mau mengerti dan paham sudut pandang itu walau kita berbeda pendapat. Malah inilah mengapa pelatihan ini diberikan, khusunya ketika dalam diskusi NASA. Ada yang tentunya tidak setuju, tapi ada pihak lain yang bisa mengerti sehingga diskusi bisa menghasilkan keputusan. Terkadang tidak semua hal perlu diolah oleh diri kita. Saat ini kita tak perlu mendengarkan suara deritb pintu atau suara hembusan angin dari AC. Yang didengarkan adalah pembicaraan kita, setidaknya apa yang fasilitator sampaikan. Maka dari itu sebagai ketrampilan lain yang dibutuhkan adalah mendengarkan secara efektif, karena tak semua informasi (yang sekiranya tak berguna) perlu didengarkan. Kita bisa lakukan ini pada kehidupan sehari-hari. Tak perlu mendengarkan gossip para artis jika film National Geographic memberikan informasi penting yang bisa berguna untuk kuliah. Selama ini dalam acara TV, khususnya demonstrasi kepada pihak-pihak yang dianggap merugikan, berapa kali diakhiri dengan kekerasan? Terakhir, kejadian Monas tanggal 1 Juni 2008. Dari kedua pihak yang bertikai, kita sebuat kelompok A hendak menyatakan kelompok B sebagai salah. Namun kelompok B tidak menerima pendapat kelompok A. Oleh karena dirasakan kelompok B tidak menuruti kehendak kelompok A, maka mereka ambil jalan pintas dengan menyerang. Padahal bentrokan tak perlu terjadi ketika salah satu kelompok bisa menyampaikan ide, perasaan dan keinginannya dengan cara-cara yang wajar. Bisa dilakukan dengan cara persuasif, yang bersifat mengajak secara sopan dan santun. Masing-masing dari anggota kelompok ketika mencoba urun rembug dalam kegiatan NASA tentunya (harus) mengeluarkan pendapatnya. Untuk
33
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
mempertahankan idenya, masing-masing perlu berargumentasi agar bisa diterima dan akhirnya menjadi keputusan kelompok. Sebagian ada yang mungkin mengikuti aliran kebatinan alias diam saja. Individu seperti ini akan mengalami kerugian karena haknya untuk mengeluarkan pendapat tidak ia gunakan. Atau ada pihak lain yang berargumentasi dengan terlalu bersemangat terkadang lupa dengan caranya yang juga berlebihan (dalam beberapa kejadian, menghina pendapat orang lain sangat mungkin gterjadi). Ini bisa berupa tingkah laku yang tidak mengenakkan bagi pihak lain. Adapun berargumentasi yang ideal adalah dengan teknik asertif. Asertif merupakan cara menyatakan pikiran, perasaan dan keinginan dengan cara yang pantas. Diharapkan ketika disampaikan dengan cara asertif selain hak kita mengungkapkan tercapai, juga hak orang lain tetap terhargai. Setelah satu kelompok berdiskusi dengan panjang lebar, penuh argumentasi, bersemangat dan sebagainya akhirnya yang dibutuhkan adalah keputusan kelompok. Keputusan yang diambil tentunya hasil yang dianggap terbaik dan yang dibutuhkan pula oleh kelompok. Misalnya ketika hendak membuat sebuah tugas eksperimen. Kita tentunya membicarakan banyak hal, dan memutuskan hewan apa yang hendak dipakai eksperimen apakah monyet, kelinci, tikus atau lainnya. Berargumentasi ini dan itu yang melelahkan akhirnya disepakati hewan apa yang akan digunakan. Ketrampilan-ketrampilan tadi juga patut didukung oleh ketrampilan lainnya yang tak kalah penting. Pada permainan NASA tadi, walau kemudian tahu bahwa pilihan yang diambil ternyata salah tetap saja keputusan telah diambil. Kita telah sepakat bahwa informasi yang diberikan teman kita adalah benar. Dengan demikian kita telah mempercayainya. Keputusan yang telah diambil umumnya tidak dapat ditarik kembali. Keputusan yang diambil dalam kelompok juga dipatuhi oleh para anggotanya dan patut dipertahankan. Ini didasari adanya komitmen bersama, mulai dari diskusi sampai pengambilan keputusan dan keemudian penerapannya di masa mendatang. Dalam NASA ditekankan bahwa keputusan yang diambil bukan karena jumlah suara, tapi kesepakatan. Kesepakatan tercapai jika pihak-pihak yang ada bisa dengan tenang menyampaikan pikirannya. Pola penyampaian pikiran tidak sambil membentak, menyuruh atau bahkan mengancam. Dapat dipastikan jika yang langkah yang diambil seperti tadi, akan terjadi konflik. Bisakah membayangkan pertemuan perdamaian Israel-Palestina? Puluhan tahun mereka bertemu, yang ada konflik tetap berjalan. Dari satu pihak menawarkan sesuatu, sementara pihak lain bisa menerima apa adanya atau menerima dengan syarat sambil melemparkan tawaran lain. Kondisi ini berlangsung terus menerus. Jika tahan mental perundingan jalan terus, tapi jika tidak tak jarang jalan kekerasan diambil. Permainan NASA tanpa disadari membuat 34
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
peserta bernegosiasi atas ide-idenya. Misalnya ada pilihan zat asam atau air yang diprioritaskan, ada yang mengutamakan air dan sebaliknya ada yang mengutamakan zat asam. Masing-masing pihak yang mengusung ide itu selain harus bisa menyampaikan idenya (termasuk argumentasinya), juga berharap idenyalah yang diterima tanpa terjadi konflik. Terjadilah tawar-menawar antarpihak. Misalnya diskusi menghasilkan keputusan yang dibawa adalah air dulu, kemudian zat asam denga catatan pihak yang “mengalah” kemudian memasukkan pistol dalam urutan selanjutnya sebagai kompensasi dari kalahnya urutan barang tadi. Kelompok tanpa pemimpin juga akan kurang pas. Perhatikan saat diskusi NASA berlangsung. Pasti ada orang yang meyuarakan, “Ayo keputusannya apa” artinya ketika waktu diskusi semakin terbatas dan belum ada hasil, tentu tidak baik. Maka perlu ada yang memutuskan apa yang akan dipastikan untuk diambil. Orang ini tidak mesti membentak-bentak, bisa saja ia malah menanyakan dulu kepastian dari keputusan yang diambil dengan tenang. Inilah orang yang pas memimpin diskusi pada kelompok ini. Namun jangan samakan dengan pemimpin yang mengetuai sekelompok tentara. Jika diskusi yang dikedepankan bisa jadi kelompok tentara ini akan ditangkap atau bahkan dibunuh musuh. Maka yang dibutuhkan adalah pemimpin yang tegas dan terkadang mengeluarkan keputusan tanpa bertanya pada anggotanya. Di sinilah letak kita sebagai anggota maupun ketua perlu memiliki rasa saling mengerti.
Bahaya yang perlu Diwaspadai dalam Kerja Kelompok Yang menarik dari kelompok, khususnya yang kohesif adalah timbulnya hal-hal yang terlalu percaya diri. Walau tidak selalu, kecenderungan ini tetap ada dan bisa berbahaya untuk kelompok juga. Hal yang paling sering ditemui adalah saling mencontrek antaranggota. Seringnya anggota kelompok bersama maka yang terjadi adalah perasaan yang “sama” dengan sesama anggota. Sering kita dengar kalimat-kalimat “Kan dia sekamar, apa yang ada di kamar berarti milik saya juga”, atau “Ya udah, sekelompok ini, pinjemin aja tugas loe. Ntar lain kali si (anu) yang ngerjain buat kita-kita.” Tentunya kondisi saling mencontek seperti ini tidaklah ideal dalam pendidikan tinggi seperti yang akan Anda alami nanti. Maka dari itu kemandirian pikiran tentu perlu dipertahankan. Ini terlihat pada saat Anda masing-masing diharapkan mempertahankan pendapat ketika menyusun barang-barang yang perlu dibawa. Tidak ada yang diperkenankan
35
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
untuk “mengekor” saja teman-teman lainnya. Ingat “mengekor” juga salah satu mencontek. Masih ingat film-film konyol WARKOP? Dari berbagai film mereka adalah trio sahabat (Dono, Kasino dan Indro sering disingkat DKI) yang amat lekat. Yang menarik adalah dari ketiganya yang sering mendapat pekerjaan lapangan adalah Dono atau setidaknya berbagi dengan Indro. Kasino adalah yang paling jarang mendapat kerja lanpangan, tapi justru dialah yang membuat pembagian kerja. Sungguh sial nasib Dono. Nah itu merupakan salah satu kondisi kerja kelompok yang tidak adil bagi para anggotanya. Pada beberapa kejadian, pembagian tugas yang tak adil ini justru terjadi karena anggota sudah sering melakukan pekerjaan itu sehingga ia akan senantiasa diatur dengan bidang keahliannya. Misalnya saat membuat makalah, ada saja anggota yang sudah khusus (spesialisasi) untuk membuat pendahuluan atau tinjauan kepustakaan atau metode penelitian atau hasil-simpulan-saran. Terlihat sepintas amatlah rapi dan membuat kerja kelompok cepat selesai. Akan tetapi hal ini tidaklah adil. Ada anggota yang akan terlalu sering melihat yang umum-umum saja (pendahuluan) atau ada yang cuma ahli membaca data ketika membuat bagian hasil-simpulan-saran. Padahal potensi dari masingmasing anggota sama besarnya. Jangan-jangan malah akan merugikan kelompok keseluruhan jika ternyata yang bertugas membuat pendahuluan lebih baik saat membuat metode penelitiannya.
Kennedy (kiri), presiden AS medio 1960-an yang membuat keputusan fatal dalam penyerbuan ke Kuba. Alih-alih menginvasi Kuba, malah tentaranya yang dihancurkan di teluk Babi. Keputusan diambil berdasarkan sekelompok kecil dari tim kepresidenan yang datanya tidak akurat dan meremehkan musuh.
Pernahkah Anda mengalami kondisi bahwa kelompok tidak mau mendengar saran dan sudut pandang lain yang datang dari anggotanya sendiri? Atau pernahkah Anda mengalami keputusan kelompok besar ternyata sudah diputuskan oleh kelompok kecil di dalamnya? Inilah yang disebut dalam psikologi sebagai groupthink (Janis, 1982, dalam Baron dan Byrne, 1994: 508). Ini timbul karena tujuan kelompok berubah. Jika awalnya hendak mencari solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah, tapi kemudian menjadi keinginan untuk menjaga konsensus. Dampak dari groupthink ini adalah merasa diri kelompok benar, tidak
36
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
mau mendengar saran lain, merasa superior dan bahkan akan “membungkam” anggota kelompok yang dianggap tidak sejalan dengan kelompok. Kejadian ini pernah terjadi di saat AS menyerang Kuba (krisis nuklir Kuba) dan Vietnam dan sekarang Irak. Kelompok yang dekat dengan presiden AS, meyakinkan presiden agar menyerang negara-negara tadi. Dengan alas an-alasan politik dan tentunya kondisi militer yang kuat maka keputusan perang diambil. Ternyata hal itu membawa petaka bagi AS.dari penjelasan dan contoh tadi, yang hendak ditekankan adalah berbahayanya groupthink dalam kelompok. Makanya dalam permainan NASA tetap dimintakan kepada para anggotanya untuk berperan aktif dalam menyarankan sesuatu tentunya dengan argumentasi yang tepat. Bayangkan dalam satu kelompok terdiri dari 10 orang. Kemudian terdapat tugas yang sebenarnya cukup sederhana, misalnya menulis artikel sepanjang satu halaman. Menurut Anda, apakah semua anggota kelompok akan mengerjakan tugasnya masing-masing? Yang paling sering terjadi adalah yang mengerjakan hanya satu sampai tiga orang saja, sementara yang lain tidak muncul dengan berbagai alasan. Kondisi ini yang dalam psikologi social sebagai Social loafing (Baron & Byrne, 1994: 497). Sebuah riset menyebutkan bahwa intensitas kebisingan yang dibuat antara seorang, dua orang sampai enam orang ternyata berbanding terbalik. Intensitas bising justru tertinggi pada kondisi satu orang yang diminta untuk membuat kebisingan. Pada kelompok yang berjumlah enam orang malah tidak. Mengapa? Karena ternyata pada kelompok yang besar, tiap anggotanya merasa ada orang lain yang akan membuat kebisingan, sehingga jika direratakan kebisingan yang dilakukan tiap individu dalam kelompok jauh lebih kecil dari intensitas kebisingan yang dilakukan oleh seorang diri (Latane dkk.: 1979 dalam Sears dkk., 1985: 132).
Memastikan kelompok berhasil mencapai tujuan Harapan dari kerja kelompok adalah tercapainya tujuan. Pada permainan NASA, tujuan utama adalah menyelamatkan sang kosmonot yang dianalogikan diri kita. Pada prakteknya dalam kehidupan kuliah dan sosial, tentunya keberhasilan tercapainya tujuan adalah impian dari kelompok. Untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan iklim yang mendukung, sehingga masing-masing dari anggota kelompok bisa berkembang dan kelompok bisa berhasil mencapai tujuan-tujuannya. Perhatikan bahwa tiap individu mempunyai perasaan. Bagaimana perasaan Anda ketika bisa menyampaikan pikiran saat pembuatan prioritas kosmonot tadi? Atau sebaliknya ketika ada teman yang dirasakan justru menghalangi keluarnya
37
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
pikiran Anda? Atau tanpa sadar ketika diskusi terlontar kalimat-kalimat yang tak berkenan di hati orang lain. Tutur kata yang tak berkenan bisa menciptakan iklim komunikasi dalam kelompok buruk. Sekedar contoh, warga di Jakarta sering melakukan komunikasi dengan dua media sekaligus. Pertama bicara dengan lawan bicaranya. Kedua berkomunikasi dengan pihak ketiga dengan layanan pesan pendek/sandek (sms). Bagi sekelompok orang hal itu tidak sopan dan bisa menyinggung perasaan lawan bicara. Makanya, prinsip menjaga perasaan orang lain (tepa selira), tampaknya masih in saat ini. Setiap manusia pasti mengalami kecemasan. Ketika ada hal yang menjadi tanggung jawab kita, kemudian tak terselesaikan besar kemungkinan akan menimbulkan rasa cemas. Atau khawatir karena pekerjaan yang dihadapi agak sulit, tapi merasa tak mampu mengerjakannya. Kecemasan bisa menghambat atau juga mendorong kita untuk bekerja. Namun kecemasan harus dihadapi, tidaklah bisa kita menghindarinya selamanya. Walau rasa cemas ada, tapi ketika kita menghadapinya (dalam hal ini mengerjakan hal yang membuat cemas) setidaknya kita telah berusaha mengatasinya, bukan menghindarinya. Bisa terjadi rasa cemas yang ada malah menjadi sumber enerji untuk mau menghadapi sumber kecemasan. Atau malah sumber kecemasannya bukan yang terlihat, tapi yang lainnya. Misalnya bukan materi pekerjaan yang membuat cemas, tapi dosennya yang membuat cemas. Kerja kelompok seperti kita ketahui bersama terdiri dari beberapa orang yang satu sama lain berbeda. Tidaklah mengherankan jika kemudian masingmasing mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Namun karena setiap kelompok khususnya dalam mengerjakan tugas terdapat sesuatu yang harus diraih maka bisa terjadi ketidaksamaan antara kepentinga kelompok dan individu. Agar selanjutnya kondisi ini tidak menimbulkan kekisruhan saat bekerja dalam, kelompok maka sebaiknya ada aturan-aturan yang bijak, tergantung kondisi kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Keberbedaan ini terkadang menjadi kelemahan kelompok. Ini terjadi pada kelompok yang baru saja terbentuk dan masing-masing anggota belum saling kenal dan menyadari potensi-potensi apa yang ada pada tiap individu. Perlahan tiap kelompok akan mencoba mencari tahu apa kelebihan dan kekuatan dari kelompok. Ambil contoh film Scoobie Do, sekelompok anak muda yang menjadi detektif. Ada yang pintar, ada yang mengandakan kecantikan, mengandalkan fisik dan ganteng, anjing yang penakut dan lapar melulu serta seorang pengecut yang pesimis dan juga lapar melulu. Jika semata melihat unsur-unsur mereka satu-persatu maka mereka bukanlah kelompok yang ideal. Mereka senantiasa bekerja sama dan perlahan menerima keadaanm masing-masing dan yang utama adalah mereka memiliki adalah rasa persahabatan yang tak tergantikan. Itulah yang mereka pahami sebagai kekuatan kelompok.
38
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Bagaimana cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang efektif bagi kelompok? Tetapkan agenda dan batas-batas jelas. Kerja melulu tanpa ada tujuan pasti tidak baik. Pernahkah Anda mengalami kerja kelompok yang ternyata hanya diisi dengan canda tawa, berbincang tanpa ada hasil dan akhirnya bubar pulang tanpa ada hasilnya? Yang terjadi kemudian adalah timbulnya rasa sesal karena waktu terbuang tanpa ada hasil yang jelas. Untuk menghindari hal itu diperlukan agenda kerja. Dengan adanya agenda kerja akan terlihat batasan-batasan kerja yang akan dicapai. Jadi jika memang mengobrol adalah kebutuhan maka ada waktunya setelah sebuah batas teleha selesai dikerjakan. Check kemajuan. Ibarat mandor, kita perlu mengawasi sendiri kerja kita baik itu individu maupun kelompok. Kita lihat mandor bangunan, tanpa kehadiaran mandor ada kecenderungan para pekerja akan lebih rendah kinerjanya. Kehadiran mandor bias menggiatkan mereka sehingga hasil akhir bisa terpenuhi. Jadi masih terkait dnegan penetapan agenda dan batas yang jelas dan waktu maka kemajuan dadri kerja kita juga terpantau. Pada permainan NASA kebetulan tidak dikaitkan dengan waktu yang terbatas (hanya tertulis), tapi pada kenyataannya kita bekerja berpacu dengan waktu sehingga kemajuan kerja kita amat diperhatikan agar tercapai hasil yang diinginkan. Tiap anggota kelompok mempunyai pekerjaan sendiri. Ada yang memikirkan A, yang lain memikirkan B dan seterusnya. Kerja kelompok yang efektif juga memerlukan pembagian tugas agar semua bisa berkontribusi dan kerja kelompok bisa mencapai hasil optimal. Ingat akan kelebihan masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu alokasi tugas juga penting diperhatikan. Tak lupa peranan individu dalam kelompok. Ada yang disebut anggota biasa, ada yang kemudian berperan menjadi pengawas. Pengawas bukan orang yang memelototi pekerjaan anggota kelompok, tapi bertugas untuk menjamin beberapa hal untuk bisa berajalan baik. Misalnya untuk menjamin hasil kerja yang baik (kualitas terjamin), memperhatikan waktu agar tidak melewati tenggat. Peran lainnya yang penting adalah sekretaris, dan ini penting khususnya untuk memastikan kemajuan atau hambatan yang belum teratasi. Terakhir yang juga penting adalah ada anggota kelompok yang berperan menjadi ketua dengan tugas sebagai penanggung jawab. Peran ini penting sebagai pihak yang mengkoordinir anggota kelompok dan siap maju menghadapi pihak di luar kelompok.
39
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
40
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Komunikasi Tujuan
: Peserta dapat lebih memahami perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal
Peralatan Waktu Metode Prosedur
: lembar gambar, pengeras suara : 60 menit : Diskusi dan ceramah :
1. Fasilitator meminta dua sukarelawan untuk mau memabantu jalannya permainan 2. Fasilitator menjelaskan cara permainan ini kepada dua fasilitator: • Fasilitator menjelaskan kepada satu sukarelawan untuk menginstrusikan kepada mahasiswa lain untuk membuat apa yang dipaparkan sukarelawan pertama. • Sukarelawan pertama ini diminta hanya memaparkan apa yang ia lihat. Saat memaparkan, ia tidak diperkenankan member petunjuk apapun, tidak boleh menjawab pertanyaan. • Untuk sukarelawan kedua, ia diminta memaparkan gambar yang ia lihat. Berbeda dengan sukarelawan pertama, ia boleh merespon pertanyaan dari mahasiswa untuk menjelaskan apa yang ia paparkan. • Setelah penjelasan, kedua sukarelawan memulai proses permainan. Dimulai dari sukarelawan pertama. • Mahasiswa lain mendengarkan dan mengikuti instruksi dari para sukarelawan tadi. 3. Akhiri permainan setelah 20-30 menit 4. Fasilitator dan asisten fasilitator kemudian mencoba menarik hal-hal yang dirasakan dan pemikiran dari para mahasiswa sambil menayangkan tayangan. Bisa dimulai dari para sukarelawan atau langsung kepada mahasiswa.
41
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Diskusi Kegiatan Komunikasi Dalam kelompok yang dibutuhkan adalah komunikasi. Tak mungkin bisa terjalin kerja sama tanpa adanya tukar pikir yang jelas melalui komunikasi. Dalam proses komunikasi setidaknya terdapat dua pihak yakni pengirim dan penerima. Dari pihak pengirim, sebelum tercetuskan ia melakukan encoding dan decoding. Encoding merujuk pada pengkodean dari ide yang hendak disampaikan, decoding mengubah kodekode tadi menjadi sesuatu yang bisa dimengerti oleh pihak lain. Ketika penerima menerima pesan, ia melakukan decoding atas pesan tadi agar bisa dimengerti. Kemudian ketika hendak diolah dan disimpan maka ia melakukan encoding. Begitulah seterusnya, dan inilah yang disebut sebagai proses komunikasi. Kondisi tadi jika tanpa ada satu dan lain hal secara teoretik tidak akan menimbulkan salah paham. Terelebih jika kedua belah pihak memiliki kode-kode yang sama. Misalnya sama bahasa, sama dalam penggunaan istilah (istilah-istilah dalam ilmu teknik akan dikuasai oleh para mahasiswa fakultas teknik ketimbang oelh mahasiswa sastra). Namun pada kenyataannya sering terjadi konflik yang diakibatkan kesalahpahaman. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Hambatan dalam komunikasi Ketika menyampaikan pesan bisa saja terjadi hambatan yang memungkinkan terjadinya kesalahan. Permainan tadi dengan jelas memperlihatkan betapa hambatan yang terlihat saja bisa membuat pesan yang disampaikan rusak. Coba perhatikan dalam permainan gerobak tadi, setidaknya ada tiga hambatan yang terlihat seperti hambatan fisik, 42
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
hambatan semantik dan hambatan psikologis. Orangtua yang berusia lansia besar kemungkinan memiliki hambatan fisik. Anak dan si orangtua yang lansia bisa jelek hubungannya karena si anak besar kemungkinan akan menghubunginya dengan suara keras. Padahal suara keras dipersepsi sebagai teriakan dan tak sopan pada orangtua. Orangtua marah dan jadilah rusaknya komunikasi. Adanya organ pendengaran yang rusak atau menurun fungisnya membuat komunikasi buruk. Hambatan lainnya adalah semantik. Hambatan ini sering terjadi pada komunikasi pada kelompok etnis yang berbeda. Kita sering kali menemui kesalahan informasi karena kita tidak sama melafalkan atau memiliki arti kata yang tertulis sama (homonim). Ingat iklan Dancow yang menceritakan anak dari etnis Sunda dan anak dari etnis Jawa. Ketika si Sunda menunjuk Dancow sembari mengatakan mengatakan “ini teh susu” yang merujuk pada “ini susu”, tapi anak dari Jawa bersikukuh bahwa yang dikatakan anak Sunda itu salah. Makanya ia mengatakan “ini susu bukan teh”. Bisa dibayangkan bahwa mereka bisa “miscommunication” dan bahkan bisa terjadi perkelahian antarmereka. Kondisi inilah yang bisa menjadi hambatan dalam komunikasi. Pernahkah Anda melihat seseorang yang terlalu minder, yang kemudian ia tidak bisa mengeluarkan pikiran kepada orang lain. Ini yang bisa menghambat komunikasi. Ketika seorang terlalu minder tadi tersesat misalnya, bisa jadi ia akan tersesat lebih lama daripada orang yang tidak minder. Kejadian serupa bisa juga terjadi pada individu yang introvert, tidak mudah mengungkapkan isi hatinya. Kondisi psikologis ini yang kemudian menjadi hambatan bagi diri seseorang untuk berkomunikasi.
43
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Diskusi Ketrampilan dalam komunikasi Komunikasi akan lebih lancar ketika kedua belah pihak mengerti perasaan, keinginan dan harapan orang lain atau yang disebut sebagai empati. Permainan Gerobak pada bagian pertama meletakkan pembicara untuk tidak bisa berempati terhadap kesulitan yang dihadapi pendengar. Namun harapannya tetap, yakni pendengar harus membuat gambar yang sama dengan yang diceritakan oleh pembicara. Beda sekali dengan bagian kedua yang terjadi komunikasi dua arah. Pendengar boleh bertanya, dan pembicara bisa mengerti kesulitan dari pendengar sehingga ia menjelaskan dengan lebih jelas. Kejadian ini sering kita hadapi pada saat kuliah. Dosen sering bertanya apakah ada yang hendak ditanyakan atas materi. Yang kemudian dijawab mahasiswa dengan diam. Jawaban ini tak mudah dimengerti oleh dosen, yang kemudian diartikan sebagai mengerti atau malah tidak sama sekali. Pembicara (dosen) tak dapat mengerti apa harapan, keinginana dan persaan pendengar (mahasiswa). Ketika pada masa evaluasi belajar, semisal ujian tengah/akhir semester, jika nilai yang diraih buruk, maka mahasiswa dalam posisi harus mengevaluasi cara belajarnya saja. Komunikasi yang buruk berdampak buruk, jadi berempatilah! Mendengarkan aktif. Perhatikan bahwa ada perbedaan antara mendengar dan mendengarkan. Dalam bahasa Inggris terdapat dua kata untuk mendengar, to hear dan to listen. To hear lebih dekat pada berjalannya fungsi indera pendengaran individu. Ia mendengar semua stimuli yang dipancarkan melalui gelombang suara. Akan tetapi belum tentu individu menghayati stimuli yang ia dengar. Sementara untuk to listen menekankan pada penghayatan dari individu atas apa yang ia dengarkan, ini yang disebut sebagai mendengarkan aktif. Di sini mulai terjadi pemilahan stimuli, pengolahan hal-hal apa yang perlu diperhatikan dan sebagainya. Permainan Gerobak ini amat cocok untuk menggunakan konsep mendengar yang to listen. Ini karena kita mendapat stimuli bukan saja dari pembicara, tapi juga dari lingkungan seperti suara penyejuk udara/AC, bunyi derap sepatu dan sebagainya. Jika salah mendengar maka yang terjadi adalah gambar yang dibuat akan salah. Dalam aktivitas sehari-hari nanti khususnya saat kuliah mendengar aktif. Kita memilih mana yang dianggap penting atau tidak. Anda bisa memilih antara suara dosen atau suara teman sebelah Anda yang sedang membicarakan aksesoris/gadget terkini. Dengan catatan pilihan apa yang akan Anda dengar (aktif) adalah salah satu faktor ketepatan waktu kuliah. Bahasa tubuh. Komunikasi juga tak sekedar paduan gerakan bibir dan suara. Ada faktor lain yang ikut “berkomunikasi” yakni gerak tubuh. Tubuh kita ikut
44
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
“bicara” ketika kita bicara bahkan juga saat tidak bicara. Ambil contoh ketika kita berbicara dengan seseorang sambil bertolak pinggang. Walau yang kita bicarakan hal-hal biasa lawan bicara akan merasa dirinya dianggap inferior oleh pembicara. Belum lagi jika ada orang lain yang melihatnya, maka akan timbul persepsi bahwa pembicara sedang memarahinya dan menempelkan tanda sombong. Kasus lainnya ada orang yang bertanya kepada kita, kita meresponnya, tapi sambil membersihkan kacamata dengan serius. Lawan bicara akan merasa bahwa pembicaraan ini tidak dianggap penting oleh kita. Perlahan ia akan mundur dan menyelesaikan pembicaraan. Maka dari itu komunikasi yang dilakukan tubuh penting diperhatikan. Bahasa tubuh bisa lebih menjelaskan kondisi diri kita lebih daripada ucapan. Komunikasi juga tidak melulu membicarakan isi dari yang disampaikan. Terkait dengannya adalah penerimaan diri dari individu. Perhatikan sekeliling Anda, adakah orang yang tak mau disentuh? Atau tidak mau berdekatan sampai jarak tertentu (misalnya satu meter)? Atau pada teman akrab, bisa jadi tak berjarak karena seing terlibat main basket atau olah raga lain yang kontak fisiknya tinggi. Ada yang mau berbisik dengan kita, ada yang tidak. Ada yang karena ajaran agama bersentuhan beda jenis kelamin dilarang (kecuali saudara/suami-istrinya). Dari beberapa kasus tadi kita perlu memahaminya bahwa jarak juga perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Jarak itulah yang disebut sebagai personal space.
Latihan Buatlah kolom seperti gambar kolom di samping. Gunakan untuk membuat gambaran dari Dina seperti yang telah dibacakan. Selanjutnya disukusikan dalam kelompok. Tidak perlu ada kesepakatan.
45
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Apa yang terjadi ketika terdapat dua orang yang berkomunikasi, mengutarakan pandangan, keinginan dan perasaannya? Setidaknya ada empat bentuk persaan yang muncul, yakni apati, empati, simpati dan antipati. Pada satu saat Anda kecewa pada rekan satu kelompok karena ia mengalami keliru dalam mengerjakan tugas yang dibebankan padanya. Kekecewaan Anda bahkan sampai pada tahap tidak mau tahu alasan mengapa teman tadi salah mengerjakan tugas. Ketidakpedulian Anda dalam permainan Gerobak terlihat pada pembicara pada bagian pertama yang tak peduli dengan gambar yang dihasilkan. Kondisi ini disebut apati. Ingat dengan kisah putri tidur? Berawal dari penyihir yang tak diundang dalam acara syukuran sang putri. Penyihir mengutuk kematian untuk putri, tapi kutukan tersebut dikurangi kadarnya dengan tidur. Selanjutnya kita sebagai penonton tidak suka terhadap si penyihir. Namun adakah yang memperhatikan bahwa kemarahan si penyihir sebenarnya bisa kita pahami? Untuk itu diperlukan empati, yakni memahami pandangan, keinginan dan perasaan orang lain. Penerapan dalam kisah putri tidur, dalam posisi tamu yang tak diundang ia tak sepantasnya mengutuk tuan rumah. Namun perhatikan lebih dalam, bahwa penyihir marah karena tak diundang padahal bangsawan, rakyat dan bahkan periperi diundang. Hanya dia yang tak diundang. Maka tidaklah mengherankan jika ia marah kepada tuan rumah. Kondisi si penyihir inilah yang harus dipahami, sehingga kutukan bukan karena ia jahat, tapi lenih pada kecewa. Maka dari itu seyogianya kita mau dan mampu berempati terhadap pihak yang lain walau dari pihak yang berlawanan sekalipun (dalam kasus putri tidur adalah penyihir jahat). Simpati yang akan diterangkan di sini bukan sebuah produk jasa telekomunikasi. Simpati terjadi ketika individu memiliki pandangan, keinginan dan perasaan yang sama dengan orang lain. Konsep ini berbeda dengan empati yang memang hanya memahami. Kembali pada contoh cerita putri tidur, oleh penulis para penonton dibuat untuk bersimpati pada keluarga putri tidur. Penonton simpati pada keluarga istana yang dikutuk, bahkan mencemooh penyihir. Penonton kemudian ikut sedih saat putri tertidur dan ikut tegang saat pangeran melawan penyihir. Contoh kecil ini dalam kehidupan sehrai-hari bisa dilihat pada kasus tawuran. Umumnya para pelaku merasa harus “solider” dengan teman-teman satu sekolahnya, sehingga jika ada yang menyerang mereka maka serangan dianggap sebagai seranagn terhadap keseluruhan sekolah. Tak ayal lagi rasa simpati muncul. Antipati. Memiliki pandangan, keinginanan dan perasaan yang berlawanan dengan orang lain. Pernahkah bertemu dengan seseorang yang selalu berlawanan dalam kondisi apapun? Ketika Anda berdiskusi dengannya, maka pendapatnya pasti tidak mau sejalan dengan Anda. Ketika Anda sedih, ia tidak berempati bahkan senang Anda sedih.
46
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Faktor-faktor dalam Mengembangkan Empati Hormat kepada orang lain merupakan salah satu cara cara mengembangkan empati. Ketika permainan gerobak tadi, kondisi pertama atau kedua yang membuat Anda merasa nyaman? Dalam berbagai kesempatan dan berbagai partisipan, kondisi yang membuka kesempatan bertanya atau diskusi membuat nyaman. Selain jelas informasi yang disampaikan, kedua pihak khususnya penanya merasa dihormati (tanya jawab yang jelas). Warmth. Kondisi yang hanya menginstruksi kepada para pendengar selain tidak membuat rasa aman, tapi datar tanpa emosi. Para pendengar tidak tahu perasaan pembicara (tidak melihat ekspresi emosi), sehingga membuat tidak nyaman. Pada penerapan sehari-hari, curhat akan semakin ‘keluar” semuanya ketika tempat curhat menampilkan kehangatan. Ini terkait juga dengan gerak tubuh, pancaran mata, keseriusan dalam mendengarkan curhat dan sebagainya. Para pendengar instruksi dari permainan Gerobak seperti telah dirasakan amat tidak nyaman ketika tidak bisa bertanya. Komunikasi satu arah menimbulkan perasaan tidak nyaman. Pendengar khawatir apa yang dikerjakan salah, makanya ingin bertanya untuk memperjelas apa yang disampaikan. Kejelasan akan mengurangi munculnya kesalahpahaman. Dalam prakteknya dapat kita lihat pada gosip. Kesimpangsiuran akan menimbulkan kekacauan, ingat masa-masa sebelum kenaikan BBM? Rakyat panik, rasa aman menurun, ketegangan muncul dan sebagainya. Ketika sudah dipastikan beritanya dan dijalankan keadaan normal walau muncul masalah lain. Intinya adalah Informasi yang jelas (concretness) akan lebih sedikit menimbulkan kekacauan. Ketika hendak curhat kita pasti ingin segera menceritakan kepada orang yang kita percaya. Kehadiran orang tadi dengan segera akan menenangkan kita. Jika ada orang yang meminta kita hadir untuknya karena ingin curhat dan Anda hadir dengan segera untuknya maka inilah unsur kesegeraan. Kesegeraan (immediacy) menunjukkan empati kita pada orang lain. Istilah setuju untuk tidak setuju mungkin tepat untuk menjelaskan istilah congruence dalam mengembangkan empati. Seperti di atas telah dibicarakan bahwa ada kalanya kekhasan individu harus dipahami sebagai bentuk congruence. Misalnya keluarga Malfoy dalam film Harry Potter ternyata dari generasi ke generasi memang tidak suka dengan suasana positif. Tidaklah mengherankan jika kemudian mereka masuk ke fakultas Slytherin, tapi Dumbledore sebagai dekan tidak kecewa. Malah sebaliknya menghormati keadaan itu. Genuineness. Dalam berkomunikasi sering kita temui orang-orang yang lebih senang berhadapan dengan orang yang cara bicaranya terbuka dan ceplas-
47
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
ceplos. Bagi mereka gaya bicara seperti itu lebih menunjukkan keterbukaan dan kejujuran. Komunikasi yang didasari kejujuran akan membuat lawan bicara merasa nyaman. Berdasar kenyamanan itu maka komunikasi yang terjadi akan lancar karena informasi yang dibagi akan lebih banyak dan kita bisa mendapatkan gambaran utuh dari persoalan yang dibicarakan.
48
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Kegiatan Mendengar Aktif Tujuan
: Agar peserta dapat memahami pentingnya mendengar aktif dalam kegiatan belajar kelompok
Waktu
: 60 menit
Metode
: bermain peran, diskusi
Prosedur
:
1. Fasilitator meminta kepada para mahasiswa untuk mmebagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang. Mereka diharapkan untuk duduk berhadapan. 2. Fasilitator menerangkan permainan ini, yakni bahwa kepada mereka masingmasing diberikan waktu 5 menit untuk menceritakan apa saja kepada lawan bicaranya. Namun untuk sesi ini, lawan bicara tidak memberikan respon apapun (bertanya, menjawab, bahkan bergumam sekalipun). Setelah selesai, 5 menit berikutnya diberikan kepada lawan bicaranya untuk berbicara apapun juga dengan kondisi yang sama yaitu lawan bicaranya tidak member respon. 3. Fasilitator kemudian meminta peserta kembali untuk berbicara selama 3 menit, tapi sekarang lawan bicaranya boleh menanggapinya. Setelah selesai, 3 menit berikutnya diberikan kepada lawan bicaranya. Kali ini juga lawan bicara boleh merespon pembicaraan. 4. Fasilitator meminta untuk mahasiswa untuk diskusi pleno Hal-hal yang ditanyakan oleh fasilitator pada peserta: a. Apakah kegiatan yang baru saja dilakukan dirasakan mudah/sulit? b. Hal apa saja yang menghambat/mendukung keberhasilan permainan tadi? c. Hal-hal apa saja yang tertangkap dari kegiatan tadi? Inti dari kegiatan ini: mendengar tidak sama dengan mendengarkan, dan mendengarkan tidak mudah dilakukan 5. Sembari menarik simpulan, tayangkan materi ceramah singkat mengenai mendengar aktif.
49
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Materi Bacaan Mendengarkan Aktif
Dalam berkomunikasi, selalu ada aktivitas menerima dan menyampaikan. Menerima, dalam hal ini mendengar (to hear) tidak sama dengan mendengar aktif (to listen). Aktivitas mendengar (to hear) biasanya dilakukan dengan menggunakan indera semata, sedangkan mendengarkan (to listen) sudah lebih melibatkan proses kognisi, afeksi maupun psikomotor seseorang. Ada emosi, sikap, nilai yang terlibat dalam aktivitas mendengarkan. Pada satu waktu kita mendengar suara mesin AC yang bergemuruh pelan di ruangan, pada saat yang sama kita juga sedang mendengarkan penjelasan dari dosen mengenai suatu materi. Dengan alasan tertentu, kegiatan mendengarkan jauh lebih efektif dibandingkan kegiatan mendengar. Mendengarkan yang melibatkan emosi, sikap, nilai yang terlibat membuat seseorang dirasakan memiliki komunikasi timbal balik yang jauh lebih efektif dibandingkan orang lain. Dengan kemampuan mendengar aktif, seseorang dapat lebih memahami informasi yang diberikan orang lain secara utuh dan kemudian dapat mengambil sikap yang tepat pada situasi tersebut. Bagaimana anda mendengar sangat mempengaruhi efektivitas pekerjaan dan kualitas hubungan anda dengan orang lain. Kita biasanya mendengarkan untuk memperoleh informasi, memahami sesuatu, menikmati sesuatu ataupun untuk belajar. Menurut penelitian, kita mendengarkan setidaknya kita mengingat 25-50% apa yang kita dengarkan. Namun terkadang keseluruhan informasi yang diberikan adalah hal yang penting yang dapat membantu kita menyelesaikan tugas atau berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, bagaimana kita mempertahankan proporsi kemampuan mendengarkan kita agar lebih optimal. Untuk menjadi seorang pendengar yang baik, kita harus mempraktekkan kemampuan mendengar aktif. Hal ini membantu anda mengusahakan kegiatan untuk mendengar tidak hanya kata-kata yang orang lain katakan, namun hal yang lebih penting adalah mencoba untuk memahami keseluruhan pesan yang dikirimkan. Untuk melakukan hal ini, anda harus memperhatikan orang lain dengan baik. Dalam melakukan kegiatan mendengar aktif, ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pesan yang disampaikan, yaitu: pengalaman, tingkah laku, perasaaan dan pandangan hidup.
50
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Pengalaman orang lain biasanya perlu diperhatikan karena pengalaman tersebut berisi informasi yang penting mengenai halhal yang berkaitan dengan pribadi orang tersebut. Dengan kita mendengarkan orang lain, kita dapat mengetahui sifat, minat ataupun hal-hal lain secara pribadi dari orang tersebut. Dengan demikian, maka kita dapat memperlakukan orang tersebut sesuai dengan pribadinya. Melalui tingkah laku orang lain, kita dapat memahami apa yang saat itu ia rasakan dan butuhkan, sehingga respons yang kita berikan sesuai dengan tingkah lakunya saat itu. Hal ini sebenarnya dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam berkomunikasi dua arah dengan orang lain. Apa yang dirasakan orang lain terkadang tidak tertampil pada perilakunya. Perasaan orang lain selaras dengan perilakunya dapat dikenali. Dengan dikenalinya perasaan tersebut, maka orang dapat memperlakukan orang ini sesuai dengan kebutuhan perasaannya saat itu. Apa yang menjadi pandangan hidup atau nilai yang dianut setiap orang berbeda-beda. Perbedaan pandangan hidup dan nilai yang dianutnya tergantung pada pola asuh dan budaya yang ada di sekitarnya. Apabila seseorang tidak dapat memahami pandangan dan nilai yang dianut orang lain, dalam berkomunikasi akan ada masalah-masalah yang terjadi sehingga komunikasi tidak berjalan lancar. Dalam melakukan kegiatan mendengarkan aktif, terdapat dua bentuk informasi yang nantinya harus diolah: • Mendengarkan yang bersifat verbal, berupa bahasa dan isi dari pembicaraan yang disampaikan. Dalam mendengarkan orang lain, isi pembicaraan seringkali menjadi pusat utama perhatian pendengar. Isi pembicaraan menyangkut informasi yang dihantarkan dalam pesan tersebut dan makna yang diberikan dalam kata-kata yang diberikan pada orang lain.
51
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
•
Mendengarkan yang bersifat nonverbal, berupa penampilan, bahasa tubuh, nada suara, gaya bicara Dalam mendengarkan orang lain, hal-hal yang berkaitan dengan nonverbal juga perlu diperhatikan. Hal-hal yang bersifat nonverbal seperti penampilan, cara penyampai pesan menyampaikan pesannya, bahasa tubuh yang digunakan pada saat menyampaikan pesan, nada suara yang disampaikan seringkali dapat menggambarkan perasaan yang dirasakannya terhadap pesan tersebut, gaya bicara seringkali juga menggambarkan pribadi orang tersebut.
Dengan demikian, kegiatan mendengar aktif dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mutlak diperlukan saat kita ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam kegiatan akademis, khususnya saat kita belajar dalam kelompok, kemampuan ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kelanggengan kerjasama kita dengan anggota kelompok yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu menguasai materi atau memperoleh prestasi yang lebih baik. Pengembangan keterampilan ini bisa dilakukan melalui latihan dan mempertajam sensitivitas inderawi kita dan sensitivitas diri dan atensi pada orang lain.
Assertiveness dalam Kerja Kelompok Hubungan manusia yang berada dalam sekelompok orang seringkali bersifat timbal balik. Adanya satu aksi menyebabkan reaksi yang terjadi terhadap aksi tersebut. Ada tiga bentuk tingkah laku yang menjadi respons dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu submisif, agresif dan asertif.
52
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Submisif: tidak menyatakan pikiran, perasaan dan keinginan, tidak memperjuangkan haknya. Hal ini terjadi saat seseorang tidak melakukan apa-apa saat haknya terlanggar oleh orang lain, dengan mempertimbangkan bahwa kebutuhannya, sikapnya, haknya lebih tinggi dibandingkan orang tersebut. Rasa tidak menghargai hak orang lain ini dapat menyebabkan rasa sakit, cemas dan benci pada orang yang terlanggar haknya. Misalnya orang yang diam saja saat orang lain menyakitinya karena takut untuk melawan orang lain yang lebih kuat. Dalam beberapa contoh lelucon dapat kita lihat kejadian submisif. Lelucon orang yang terinjak kakinya di bis kota, orang itu tetap diam saja ketika kakinya terinjak atau malah minta maaf kepada yang menginjak.
Agresif: menyatakan pikiran, perasaan dan tindakan dengan cara yang tidak pantas, memperjuangkan hak tanpa menghargai orang lain dan cenderung melukai. Misalnya orang yang menyerang, marah pada orang lain akibat tingkah laku yang dilakukannya. Dampak yang dihasilkan bukan melulu luka fisik, tapi ada juga luka hati (perasaan). Tingkah laku ini jelas lebih banyak tidak menguntungkannya. Umumnya respon agresif akan dibalas dengan agresif pula (ingat pepatah mata ganti mata, nyawa ganti nyawa). Tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan akademik tingkah laku ini sejauh mungkin dihindari atau setidaknya bukan langkah pertama yang diambil ketika kita berespon atas sesuatu. Adapun bentuk tingkah laku agresif terbagi menajdi dua, yakni covert aggressive dan overt aggressive.
53
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Salah satu aksi mahasiswa menentang kenaikan harga BBM. Mengeluarkan pendapat dengan mengganggu kenyamanan penguna jalan dan melakukan aksi bakar yang berbahaya.
Tingkah laku agresif yang overt (terbuka/terlihat) mungkin yang paling sering terlihat. Seperti dijelaskan di atas, bahwa respon yang muncul adalah halhal yang terlihat misalnya membentak, memukul, membanting barang dan lain-lain. Di lain pihak, covert aggressive ditunjukkan melalui tingkah laku verbal seperti menggosipkan orang, menjelek-jelekkan orang dan sejenisnya.
54
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Asertif: Keterampilan untuk menyatakan pikiran, perasaan, keinginan dengan cara yang pantas; Kemampuan memperjuangkan hak dengan tetap menghargai hak orang lain. Dalam berikap asertif, seseorang tetap harus menghormati orang lain sekaligus memperjuangkan haknya dengan cara yang masuk akal dan bertanggung jawab. Salah satu sikap yang mencoba untuk saling menghargai antara seseorang dengan orang lain adalah sikap asertif. Sikap ini membantu kita untuk berada di posisi yang tepat untuk tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain pada saat hubungan kita dengan orang lain mengalami masalah. Bersikap asertif dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain: 1. Membuka kemungkinan negosiasi Æ saat menghadapi perselisihan, seseorang dapat menggunakan sikap asertif sebagai alat untuk mengatasi perselisihan tersebut dan membuka jalan untuk membicarakan masalah tersebut untuk mencari jalan keluarnya. 2. Membuka kemungkinan win-win solution Æ dengan adanya kesempatan untuk bernegosiasi dengan pihak yang berselisih, diharapkan dapat membantu terjadi penyelesaian yang tidak merugikan salah satu pihak. Dengan demikian, tidak ada pihak yang merasa dikalahkan ataupun dimenangkan dari situasi tersebut. 3. Memberi kelegaan Æ jika ada perselisihan yang terjadi dan kemungkinan penyelesaian dengan cara win-win solution terbuka, maka hal ini dapat menimbulkan kelegaan diantara dua belah pihak karena tidak ada yang merasa haknya terlanggar ataupun melanggar.
55
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
4. Membangun sikap saling menghargai Æ dengan tetap memperjuangkan hak tanpa melanggar hak orang lain, secara tidak langsung kita telah melakukan saling menghargai hak dan kebutuhan orang lain. 5. Meningkatkan kepercayaan diri Æ dengan adanya posisi yang setara antara 2 pihak yang berhubungan, maka seseorang tidak merasa terancam posisinya oleh orang lain, sehingga ia sendiri akan merasa 6. Meningkatkan dasar saling percaya Æ adanya kejujuran dan keterbukaan dalam melakukan sikap asertif membuat orang mampu ‘membaca’ kebutuhan dan ide orang lain tanpa merasa terancam kebutuhan dan idenya. Dengan demikian, semakin lama kepercayaan akan terjalin akibat adanya keterbukaan. 7. Membantu kelancaran proses komunikasi Æ apabila seseorang berusaha untuk asertif, maka ia berusaha untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya pada orang lain tanpa menyakiti orang lain. Dengan demikian, ia berusaha untuk menjalin komunikasi dengan orang lain dan dengan keterbukaan yang dilakukannya, ia memperlancar proses komunikasinya dengan orang lain. 8. Meningkatkan efektivitas kerjasama Æ adanya rasa saling percaya dan kelancaran komunikasi yang diciptakan oleh orang yang asertif, secara tidak langsung hal ini mempengaruhi kerjasama antara orang tersebut dengan orang lain.
Pada kenyataannya, bersikap asertif seringkali tidak semudah yang dibayangkan. Pada beberapa kejadian, asertivitas sulit untuk dilakukan karena adanya kendalakendala tertentu. Perlu diingat bahwa pada dasarnya, setiap manusia memiliki hak untuk bersikap asertif: • Diperlakukan dengan respek Æ pada hakekatnya setiap manusia memiliki hak yang sama, harga diri untuk dihormati dan dihargai sehingga jika orang lain merasakan ketidaksetaraan perlakuan antara dirinya dan orang lain, maka hal ini sudah melanggar hak asasinya tersebut. • Mengekspresikan pandangan dan perasaannya Æ dalam berhubungan dengan orang lain, seseorang diharapkan dapat secara tulus menyatakan pandangan dan perasaannya sehingga orang lain juga dapat memahami dirinya tersebut. • Menetapkan sasaran dan tujuannya sendiri Æ setiap orang memiliki impian masing-masing yang ingin dicapai. Kemungkinan pencapaian impian 56
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
tersebut tergantung pada masing-masing orang, mengingat setiap orang juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk berusaha dengan cara yang terbaik apapun resikonya. Jika seseorang telah menetapkan sasaran dan tujuannya, orang lain tidak memiliki hak untuk mengubah hal tersebut. • Menolak permintaan Æ setiap pilihan yang datang pada seseorang, dapat diterima ataupun ditolak. Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk menolak tawaran yang datang dengan berbagai alasan. Namun perlu dicatat, bahwa penolakan tetap harus memperhitungkan kondisi dan hak orang lain. • Berubah pikiran Æ Dalam hidup, tidak ada sesuatu yang bersifat kaku. Minat dan kebutuhan manusia akan selalu berubah. Kemungkinan untuk berubah pikiran adalah hal yang norma, sehat dan kondusif bagi pengembangan diri. Terkadang orang menganggap orang yang melakukan perubahan adalah orang yang tidak bertanggungjawab. Dalam memutuskan sesuatu, seringkali seseorang lalai untuk mempertimbangkan satu kondisi. Dengan adanya kelalaian tersebut, orang berhak untuk mengubah pikiran atas keputusan yang diambilnya, asalkan hal ini masih logis untuk dilakukan. Kesempatan untuk berubah pikiran ini diharapkan dapat membantunya untuk menjadikan kualitas pengambilan keputusannya menjadi lebih baik. • Tidak asertif Æ dalam situasi tertentu seringkali asertivitas justru dapat memperburuk situasi. Misalnya saat menghadapi orang yang sedang sangat emosi, atasan yang sulit dan sebagainya. Orang yang asertif tetap perlu mempertimbangkan keadaan yang terjadi di lingkungannya sehingga saat terjadi suatu masalah, ia harus mempertimbangkan efek dari keputusan yang diambilnya berkaitan dengan masalah tersebut, apakah asertif adalah jawaban yang tepat dari penyelesaian masalah tersebut.
Tanggung jawab dalam asertif Ketika melakukan asertif bukan berarti tanpa ada tanggung jawab. Tanggung jawab ini kembali pada dasar dari asertif itu sendiri yakni menghargai hak orang lain. Menyampaikan ide dengan tidak melukai atau menafikkan orang lain. Selanjutnya memperjuangkan hak dengan cara yang masuk akal dan bertanggung jawab. Lagilagi ini karena dasar dari asertif itu sendiri. Mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan di lingkungan tempat tinggalnya bisa menyampaikan argumen ketika berdiskusi dan menulis tugas. Mengajukannya dengan kaidah-kaidah ilmiah, 57
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
obyektif dan masuk akal dan tetap menghargai keberbedaan. Dengan demikian orang atau pihak lain dapat memahami kita tanpa menyakitinya. Kaitan asertif dengan kehidupan akademis Sikap asertif dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi, harga diri dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini juga dapat membantu mengatasi rasa malu dan marah. Perasaan dan ide yang diekspresikan dengan cara yang jujur dapat membuat hubungan yang lebih tulus. Rasa menghargai yang orang berikan pada orang lain dapat membuat orang lain lebih menghargai orang tersebut. Asertivitas juga memberikan kontrol yang lebih tinggi pada lingkungan, mengurangi kecemasan dalam situasi tertentu. Menjadi asertif dapat membantu seseorang memiliki lebih banyak waktu untuk belajar (ingat dalam manajemen waktu di kuadran yang berisikan kegiatan yang mendesak tapi tidak penting). Misalnya saat seorang mahasiswa seharusnya mengerjakan tugas, ia diajak teman membeli kado untuk ibunya, secara asertif ia dapat menolaknya tanpa membuat temannya sakit hati.
58
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
ASERTIF
Tujuan Waktu Metode Prosedur
: Agar peserta dapat memahami perbedaan agresif, asertif dan submisif dan efektivitas asertif di antara tiga sikap tersebut : 60 menit : studi kasus, diskusi :
1. Fasilitator membagikan kertas pada peserta 2. Fasilitator meminta peserta menjawab pertanyaan dari situasi yang diberikan. Ada 3 situasi, dan peserta diminta menjawab setelah masingmasing situasi ditayangkan. 3. Fasilitator memberikan ceramah singkat mengenai asertif 4. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. 5. Fasilitator meminta peserta untuk melihat kembali jawaban yang sudah dibuat. Kelompok diminta untuk saling menilai, reaksi apa yang paling sering muncul pada diri masing-masing anggota. Kelompok
Agresif
Asertif
Submisif
6. Fasilitator meminta peserta mendiskusikan : a. bagaimana hal itu terjadi ? b. bagaimana dampak dari sikap itu? c. Apakah hal itu efektif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi? 7. Jika ada waktu, fasilitator dapat meminta kelompok memperagakan satu situasi (bermain peran) dari 3 situasi yang dibahas tadi dan nantinya peserta dari kelompok lain bisa menebak apakah sikap yang ditampilkan untuk menyelesaikan masalah berbentuk asertif, agresif, submisif, atau gabungan ketiganya.
59
Pelatihan OBM Kecakapan Belajar UI 2008
Daftar Pustaka Baron, Robert., Byrne, Donn. (1994). Social psychology: Understanding human interaction. Allyn and Bacon. Boston. De Porter, B., & Hernacki, M. (1992). Quantum learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. New York: Dell Publishing. Sukadji, S., & Singgih, E. (Eds). (2001). Sukses di Perguruan Tinggi. LPSP3 Fakultas Psikologi UI. Depok. Office of Student Development & Counseling Center. Making the adjustment to college. Diunduh 23 Juni 2008 dari http://www.lsus.edu/sdcc/students/adjustment University of Illinois, Counseling Center. Overcoming Procrastination. Diunduh 23 Juni 2008 dari www.counselingcenter.uiuc.edu. Yulistia. (2003). Hubungan antara karakteristik kepribadian mahasiswa dan kecenderungan prokrastinasi akademis: Suatu studi deskriptif menggunkanan preferensi dan temperamen sebagai dua variable karakteristik kepribadian berdasarkan Myers-Briggs type indicator. Skripsi strata satu. Fakultas Psikologi Uniersitas Indonesia. Tidak dipublikasikan. http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/ Sumber Gambar Gambar conan: http://www.lyceekastler.com/anglais/englishisfun/images/gifs/jeux/conandetective.gif. Diambil medio Juli 2008. Gambar demonstrasi menolak kenaikan harga BBM: http://blontankpoer.blogsome.com/images/0702.blonty_demo_kartun_nabi_10.jp g. diambil medio Juli 2008
60