KAMAN PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SEBAGAI BAHAN AMELIORAN LAHAN GAMBUT SUMATERA BARAT Edy Mawardi Batai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
ABSTRAK Keberhasilan beberapa kegiatan pengkajian BPTP Sumbar menangani permasalahan lahan gambut di Sumatera Barat secara nyata dipengaruhi pemanfaatan pupuk kandang sebagai bahan amelioran . Lokasi pengkajian pemanfaatan pupuk kandang dilakukan pada lahan gambut Kambang Kabupaten Pesisir Selatan (tahun 2004) serta lahan gambut Kecamatan Luhak Nan Duo dan Sungai Aur di Kabupaten Pasaman Barat (tahun 2005) . Ketiga lokosi pengkajian merupakan areal pengembangan tanaman jagung yang menjadi komoditas unggulan daerah int. Pelaksanaan kegiatan pengkajian dilakukan pada lahan petani dalam skala luas (>2 ha) dengan menggunakan metoda before and after dengan paket teknologi petani sebagai kontrol. Perlakuan pupuk kandang mengunakan kotoran sapi dengan takaran 2,5 tlha untuk lahan gambut Kambang dan 1 tlha untuk lahan gambut Luhak Nan Duo dan Sungal Aur . Penetapan takaran pupuk kandang ini berdasarkan hasil identifikasi tingkat kesuburan tanah di laboratorium dan lapangan. Takaran pupuk an organik sebagai pupuk dasar adalah 200 kg urea + 100 kg SP-36 + 100 kg KCl + 200 kg dolomit per hektar . Jenis dan takaran pupuk dasar ini ditetapkan dalam perlakuan petani . Pupuk kandang dan pupuk an organik dladuk dan diinkubasikan selama 3 minggu . Selama proses inkubasi dilakukan penyiraman agar suhu bahan inkubasi tidak terlalu tinggi yang dapat berakibat volatilisasi N . Tanaman indikator menggunakan jagung komposit varietas Bisma . Pemberian bahan hasil inkubasi pada tanaman dilakukan 2 tahap, yaitu pada soat tanam (50 %) don soot tanaman berumur 30 hari (50 %) dengan cara individual . Dari hasi l pengkajian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk kandang dari kotoran sap! dan diinkubasikan dengan an organik pada lahan gambut mampu meningkatkan hasil jagung diatas 4 tlha dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan petani . Namun peningkatan ini sangat dipengaruhi tingkat dekomposisi dan proses pembentukan tanah gambut . Kata kunci : Gambut, jagung, pupuk kandang.
PENDAHULUAN Dalam periode tahun 1996-1998 Batai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera j,,J Barat bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi (Pustitbang Transmigrasi) Jakarta tetah melakukan kegiatan pengkajian guna menangani permasatahan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Silaut III dan IV di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat . Kegiatan pengkajian ini bertujuan untuk mengatasi tahan gambut bermasalah yang dihadapi para transmigran . Dari hasil kegiatan pengkajian ini dihasilkan teknologi Tampurin yang komponennya terdiri dari tata air, mikroba tanah, pengelolaan pupuk dan kapur, dan inkubasi pupuk kandang dan pupuk an organik (Mawardi dan Syafei, 1997) . Penerapan teknologi ini ternyata mampu meningkatkan produktivitas lahan gambut UPT Silaut III dan IV yang bermasaalah . Pengaruh masing-masing komponen teknologi ini pertu dikaji pada beberapa tipologi lahan gambut lainnya . Masalah utama pemanfaatan tahan gambut untuk usaha pertanian berkaitan erat dengan masalah tingkat kesuburan tanahnya yang marginal dan fragile (Widjaya Adhi, 1995) . Komplek pertukaran kation tanah gambut pada pH rendah di dominasi gugusan karboksil dan hidroksil yang muatan dapat berubah (variable charge) menjadi berkurang . Akibatnya, unsur hara dalam bentuk anion mudah hilang karena tidak dapat dipegang dalam sistem tanah (Sukarta, Widjaja Adhi, dan Mulyani, 1993) . Selanjutnya kekurangan unsur mikro, terutama Cu dan Zn sering mengakibatkan peningkatan serangan penyakit tanaman . Kandungan unsur mikro yang rendah dan terikat kuat dalam sistem tanah gambut dapat saja menyebabkan ketersediaannya bagi tanaman rendah (Mawardi, Syafei, dan Taher,1998) . Evaluasi kegiatan pengkajian pemanfaatan pupuk kandang dan salah satu komponen teknologi Tampurin ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya sebagai bahan amelioran
Prosiding Peternakan 2006
259
pada beberapa tingkat dikomposisi tanah . Hasit evatuasi ini diharapkan dapat digunakan dalam pengambil kebijakan penggunaan pupuk kandang yang menguntungkan secara ekonomis dan berkelamjutan . Rekomendasi pemakaian pupuk kandang pada satu tipologi lahan akan menstimulasi berkembangnya sistem integrasi tanaman dan ternak . KEGIATAN PENGKAJIAN LAPANGAN Lahan Gambut Kambang
1 . Kondisi Biofisik Lahan Hasil identifikasi di tapangan menunjukkan bahwa Kenagarian Kambang termasuk dataran rendah (+2 meter dari permukaan taut) kawasan pesisir yang dipengaruhi iklim taut . Daerah ini termasuk daerah atiran Sungai Batang Kambang dimana pada musim hujan selalu mengalami kebanjiran . Drainase yang jelek merupakan faktor utama terbentuknya lahan gambut topogen . Pengukuran tapangan menunjukkan bahwa ketebatan tanah gambut Kambang bervariasi mulai dari lahan bergambut (ketebatan <60, cm), gambut dangkal (60-100 cm), gambut sedang (100-200 cm), dan gambut dalam (>300 cm) . Ketebalan tanah gambut datam skala [uas didominasi gambut dangkal dan gambut sedang yang secara ekologis dapat digunakan untuk area[ pengembangan jagung (Mawardi, Alamsyah, Zubaidah, dan Suharyatno, 2004) . Berdasarkan tingkat pelapukan diketahui bahwa tanah gambut Kambang didominasi tropohemist dengan tingkat kesuburan tanah rendah (oligotrophik) . Hasil analisa kesuburan tanah dengan kedalaman 40 cm pada laboratorium BPTP Sumbar memperlihatkan faktor pembatas dalam meningkatan produktivitas tanah ini adalah (1) unsur basa (Ca, Mg, K, dan Na) tertukar rendah dan (2) unsur mikro Cu dan Zn tidak terukur . Akumulasi dari faktor pembatas dalam kesuburan tanah gambut ini menyebabkan produktivitas lahannya rendah dan sebagian besar hamparan lahan gambut ini berubah menjadi lahan ter[antar . 2 . Hasil Penerapan Pertakuan Mawardi, Alamsyah, Ridwan, Zubaidah, dan Suhartono (2004) menggunakan lahan gambut petani Kambang se[uas 2 ha guna menerapkan paket perlakuan pupuk kandang . Takaran pupuk kandang yang digunakan adalah 2,5 ton/ha dan ditambah pupuk an organik dengan takaran 200 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl + 200 kg do[omit per hektar . Semua bahan pupuk kandang dicampur dan diinkubasikan setama 3 minggu . Pemberian bahan hasil inkubasi dilakukan 2 tahap, yaitu pada saat tanam dan saat tanaman berumur 30 hari . Tanaman indikator menggunakan jagung komposit varietas Bisma . Tabel 1 . Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman jagung di lahan gambut Kambang 2004 . Hasil pengamatan No . Parameter pengamatan Pertakuan pupuk kandang Paket petani 206,8 166,4 1 . Tinggi tanaman (cm) 14,6 14,8 2 . Besar lingkaran tongkol (cm) 252 298 3 . Berat 1000 biji (gram) 2,95 6,25 4 . Hasil pipilan (ton/ha) Sumber : Mawardi dkk (2004)
Dari hasit pengkajian [apangan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hash tanaman jagung varietas Bisma pada perlakuan pemakaian 2,5 t/ha pupuk kandang jauh lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang . Hasil pipilan jagung dengan memakai pupuk kandang sebesar 6,25 t/ha atau setara dengan 2,1 kati lebih besar dari tanpa pupuk
2 60
Edy Mawardi
kandang . Peningkatan hasi[ ini didukung data komponen hasi[ dan tinggi tanaman yang memperlihatkan penampilan lebih balk dibandingkan perlakuan petani . Lahan Gambut Luhak Nan Duo
1 . Kondisi Biofisik Lahan Lahan gambut Kecamatan Luhak Nan Duo termasuk kategori agroekosistem berpotensi tinggi untuk pertanaman jagung . Kawasan ini telah menjadi sentra utama produksi jagung Kabupaten Pasaman Barat dengan luas area[ tanam mencapai 3 .585 ha . Tingkat kesuburan tanah yang tinggi mendapat dukungan curah hujan tinggi (>200 mm per bulan) terjadi sepanjang tahun (Balai Penelitian Tanah, 2002) . Berdasarkan kondisi agroekosistem ini, petani dapat melakukan budidaya tanaman jagung sepanjang musim . Tabel 2 . Hasil analisa tanah pada lahan gambut Luhak Nan Duo di Kabupaten Pasaman Barat, 2005 Nilai No . Jenis penetapan 1 . N-total( %) 0,11 (R) C-organik (%) 2,37(S) C/N 21,37 (T) 6,38 2 . pH (H 20) 4,83 pH (KU) 3 . P- total (mg/100 g) 78,75 (ST) P-olsen (ppm) 32,51 (T) 4 . Basa-basa tertukar (me/100 g) 4,43 (R) Ca Mg 1,03 (S) Na 0,34(S) K 0,26 (R) 24 (R) 5 . KTK '~ Keterangan : kriteria ST= sangat tinggi, T= tinggi, 5= sedang, R= rendah, SR= sangat rendah, menurut Fakultas Pertanian Unand (1979)
Dari Tabel 2, terungkap bahwa tingkat kemasaman tanah telah mendekati netral . Kandungan dan ketersediaan P tanah yang tinggi merupakan indikasi intensifnya pemakaian pupuk P oleh petani, sehingga makin banyak tertimbun dalam sistem tanah . Permasalahan utama hara terlihat pada unsur basa-basa tertukar yang termasuk kategori rendah dan sedang . Hat ini dapat saja terjadi disebabkan petani hampir tidak pernah melakukan pemupukan Ca, Mg, dan K dalam usahataninya . Hasi[ identifikasi lapangan menunjukkan bahwa ketebalan tanah gambut makin menipis . Pada beberapa lokasi terjadi lapisan berselang seling antara tanah gambut dan mineral. Hat ini dikarenakan kawasan ini sering mengalami kebanjiran yang akan mengendapkan tanah mineral hasil bawaan dari hulu sungai . Namun secara umum Lahan ini termasuk kategori tanah subur dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman . 2 . Hasil Penerapan Perlakuan Pupuk Kandang Pemberian 1 t/ha pupuk kandang pada Lahan gambut Luhak Nan Duo tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung varietas Bisma (Tabe[ 3) .
Tabel 3 . Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung varietas Bisma pada lahan gambut Luhak Nan Duo,tahun 2005. Hasit pengamatan No . Parameter pengamatan Paket petani Pupuk kandang (tanpa pukan) (1 t/ha) 201,5 176,7 1 . Tinggi tanaman (cm) 14,5 13,6 2 . Besar lingkaran tongkol (cm) 15,6 12,8 3 . Jumlah baris biji per tongkol 4 . Jumlah biji per baris 30,2 25,0 4,7 4,8 5 . Hasit (t/ha) Sumber: Mawardi, dkk (2005)
Prosiding Peternakan 2006
261
Hasil pipilan jagung pada perlakuan pemberian 1 t/ha pupuk kandang hanya mampu menghasilkan 4,8 t/ha dan tidak begitu berbeda pada petakan yang tidak menggunakan pupuk kandang dengan hasil pipilan 4,7 t/ha . Kondisi ini memperlihatkan bahwa pupuk kandang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada lahan gambut yang lebih subur . Hasil pengamatan ini diperkuat dengan hasil identifikasi' lapang dimana tingkat dekomposisi tanah sebagian besar berkembang lanjut (saprik) . Tanah gambut yang telah mengalami tingkat pelapukan lebih lanjut nampaknya tidak lagi membutuhkan pupuk kandang sebagai bahan ameliorannya . Lahan Gambut Sungai Aur
1 . Kondisi Biofisik Lahan Kecamatan Sungai Aur mempunyai lahan rawa yang berada di Daerah ALiran Sungai (DAS) Sungai MaLigi dan Sungai Air Haji . Satuan rawa ini dibagi atas 3 satuan fisiografi yaitu dataran volkan, dataran atuvial, dan gambut . Dataran volkan yang terbentuk akibat aktifitas gunung api berupa proses erupsi yang melemparkan bahan-bahan batuan dan mineral yang kemudian diendapkan pada suatu tempat . Dengan adanya proses waktu maka bahan-bahan volkan mengalami peLapukan dan pengikisan air hujan yang membentuk daratan (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2005) . Proses pengendapan lahan mineral akan mempengaruhi juga dataran tanah gambut . Kondisi tanah gambut yang berselang-seling dengan tanah mineral sangat menguntungkan dan tanahnya relatif lebih subur meskipun tingkat dekomposisi tanah gambutnya termasuk hemik (sedang) . Untuk itu, perlu dilihat pengaruh pupuk kandang sebagai ametioran terhadap upaya peningkatan produktivitas tanahnya . 2 . Hasil Penerapan Perlakuan Lahan gambut Sungai Aur merupakan areal baru untuk pengembangan sentra produksi jagung di Kabupaten Pasaman Barat . Penggunaan pupuk kandang sebagai bahan amelioran ternyata dapat meningkatkan produktivitas tanaman jagung varietas Bisma (Tabel 4) . Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil jagung varietas Bisma pada lahan gambut Sungai Aur, tahun 2005 . Hasit pengamatan No . Parameter pengamatan Paket petani (tanpa pukan) Pupuk kandang (1 t/ha) 258,7 258,3 1 . Tinggi tanaman (cm) 2 . Besar lingkaran tongkol (cm) 15,5 15,4 14,8 14,4 3 . Jumlah bans biji per tongkot 32,8 33,2 4 . Jumlah biji per baris 5 . Hasil (t/ha) 5,2 6,4 Sumber : Mawardi, dkk (2005) Tabel 4 .
Dari Tabel 4 terungkap bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 1 t/ha mampu meningkatkan produksi pipilan jagung sebesar 1,2 t/ha atau setara dengan 23% lebih tinggi dibandingkan hasit jagung pada perlakuan tanpa pupuk kandang . Hasil ini menunjukkan perlunya penggunaan pupuk kandang sebagai amelioran lahan gambut Sungai Aur meskipun lahan gambut daerah ini relatif subur . PEMBAHASAN Hasil evaluasi pemberian pupuk kandang pada 3 lokasi lahan gambut menunjukkan bahwa efektifitas pupuk kandang sebagai bahan amelioran sesuai dengan tingkat dekomposisi dan proses pembentukan tanahnya . Pengaruh yang nyata dari pupuk kandang akan terlihat pada tanah yang dekomposisi paling sedikit (fibrik) dan dekomposisi sedang dalam peralihan
2 62
Edy Mawardi
(hemik) . Hat ini terlihat pada pemberian pupuk kandang di lahan gambut Kambang yang tingkat dekomposisinya termasuk kategori hemik dimana areal pertanaman jagung yang diberi pupuk kandang menghasilkan jagung nyata tebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang . Sebaliknya, pemberian pupuk kandang pada lahan gambut Luhak Nan Duo tidak lagi memperlihatkan peningkatan hasil jagung secara nyata dibandingkan tanpa pupuk kandang . Hat ini disebabkan oteh tingkat dekomposisi tanah gambut Luhak Nan Duo telah lanjut (Saprik) dan usaha tani jagung telah berlangsung lama . Pengaruh pemberian pupuk kandang pada lahan gambut Sungai Aur yang baru dibuka secara nyata mampu meningkatan hasil jagung . Meskipun kesuburan tanah gambut Sungai Aur relatif sama dengan lahan gambut Luhak Nan Duo, namun tingkat dekomposisi tanahnya yang berbeda memperlihatkan perbedaan pengaruh pupuk kandang sebagai amelioran . Disini terlihat bahwa permasalahan ametiorasi lahan pada lahan gambut Luhak Nan Duo dan Sungai Aur tidak begitu berat dibandingkan lahan gambut lainnya di Sumatera Barat . Sebagian besar lahan gambut Sumatera Barat di dominasi tingkat dekomposisi tanahnya yang termasuk kategori hemik . Hasil identifikasi tanah gambut Kambang dan beberapa lahan gambut lainnya terungkap bahwa lapisan hemik berada dipermukaan tanah dengan ketebalan 7-10 cm dan dibawahnya diikuti oleh fibrik . Bila lahan gambut ini direklamasi dan dibuka untuk usaha pertanian maka sering berakibat pada pengeringan di permukaan tanah secara cepat . Pengering tanah dipermukaan ini akan berdampak terbentuknya tapisan pasir semu (pseudo peat) yang akan tererasi dari permukaan tanah . Dalam kondisi ini maka lapisan fibrik dibawahnya akan mulai terekspose kepermukaan tanah yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman . Lapisan fibrik dan pasir semu mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat rendah . Tanahnya sering mengatami kering tak batik dan unsur haranya mudah tercuci (leaching) dalam sistem tanah . Kehidupan mikroorganisme tanah kurang menguntungkan dalam proses pelapukan tanahnya . Hasit identifikasi pada tanah gambut di UPT Silaut III (kabupaten Pesisir Setatan) menunjukkan hanya 2 strain trichoderma yang ada dalam tanah . Akumulasi permasalahan ini merupakan penyebab utama metuasnya tahan gambut terlantar di Sumatera Barat (Mawardi, Syafei, Manti, dan Taher, 1997) . Pemberian pupuk kandang pada lahan gambut bermasalah ini akan berdampak pada perbaikan sifat fisika dan kimia tanah . Pupuk anorganik yang diberikan untuk tanaman dan diinkubasikan lebih dahulu dengan pupuk kandang selama minimal 3 minggu akan meningkatkan keefisienannya dibandingkan dengan pemberian langsung pada tanah . Pupuk kandang diharapkan mampu memberikan kondisi fisikokimia tanah yang kondusif bagi perkembangan mikro organisme dalam tanah . Hat ini dibuktikan dengan pemberian pupuk kandang selama 3 tahun di UPT Silaut III yang ternyata dapat meningkatkan poputasi cacing tanah (Mawardi, Syafei dan Suharyatno, 1997) . Berkembangnya mikroorganisme tanah ini diharapkan dapat membantu proses dekomposisi tanah gambut secara biokimia dan mengurangi dekomposisi secara fisika yang kurang menguntungkan peningkatan kesuburan tanah gambut . KESIMPULAN Berdasarkan hasit evatuasi pemanfaatan pupuk kandang sebagai ametioran dapat diambit beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1 . Pupuk kandang dapat dimanfaatkan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung pada lahan gambut 2 . Tingkat dekomposisi tanah gambut sangat menentukan efektifitas pupuk kandang sebagai bahan amelioran . Pupuk kandang mempertihatkan pengaruh lebih nyata pada lahan gambut dengan tingkat dekomposisi hemik (peratihan) dan fibrik (sedikit)
Prosiding Peternakan 2006
263
3.
4.
Pemberian pupuk kandang sebagai amelioran tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata pada lahan gambut dengan tingkat dekomposisi tanahnya saprik (lanjut) dan proses pembentukannya dipengaruhi lapisan tanah mineral . Pupuk kandang yang diberikan secara berkelanjutan akan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sebagai upaya meningkatkan produktivitasnya . DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah . 2002 . Penyusunan pewilayahan komoditas dan ketersediaan lahan kering . Laporan Akhir Hasil Penetitian Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa . 2005 . Karakterisasi lahan rawa lebak Sungoi Aur kabupaten Pasaman Barot . Laporan Akhir Hasil Penetitian . Kerjasama Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa dengan Dinas Pertanian Tanaman Ketahanan Pangan dan Peternakan kabupaten Pasaman Barat . Fakultas Pertanian Universitas Andalas . 1997 . Survey tanah dan kesesuaian lahan lokasi Kebun Percobaon Balittan Sukarami . Laporan Akhir Hasil Penetitian . Mawardi E ., Syafei, I . Manti, dan A . Taher . 1997 . Aplikasi teknologi tampurin meningkatkan produktivitas lahan gambut . Makalah PRA Raker II Badan Litbang Pertanian di Pekanbaru, tanggal 17-18 Februari 1997 . 18 hat . Mawardi E . dan Syafei . 1997 . Studi pengelolaan konservasi lahan gambut . Laporan hasit penelitian kerjasama penelitian BPTP Sukarami dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi Jakarta . Mawardi E ., Syafei, dan A. Taher . 1998 . Pemanfaatan Kaptan Super Phosphat (KSP) untuk beberapa komoditas pada lahan gambut . Laporan Akhir Hasil Penetitian kerjasama BPTP Sukarami dengan PT . JKI Jakarta . Mawardi E ., D . Alamsyah, Ridwan, Y . Zubaidah, dan Suhariatno . 2004 . Pengkajian dan pengembangan teknologi jagung pada lahan gambut . Laporan Akhir Hasil Penetitian BPTP Sumbar . Mawardi E ., D . Alamsyah, Ridwan, Y . Zubaidah, Zulrasdi dan Syafrial . 2005 . Pengkajian dan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) jagung pada lahan gambut . Laporan Akhir Hasil Penelitian BPTP Sumbar . Sunarno . 1995 . Lowland development in the lontext of water management and conservation . Seminar on sustainable development and management of lowland, Jakarta, January, 24-25, 1995 . Sukarta, N .W ., I .P .G . Widjaja Adhi, dan Mulyadi . 1993 . Pengaruh penambahan amelioran terhadap dinamika hara NPK dalam tanah gambut . Prosiding Pertemuan Teknis Penetitian Tanah dan Agroklimat . Hat . 157-190 . Widjaja Adhi, IPG . 1995 . Potensi peluang dan kendala perluasan areal pertanian di lahan rawa, Kalimantan dan Irian Jaya . Seminar Puspitek, Serpong . Tanggat 7-8 November 1995 .
2 64
Edy Mawardi