PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI DAN BISNIS DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 Siti Aisyah Prodi Pendidikan Ekonomi-BKK Tata Niaga, FKIP UNS Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran pengantar ekonomi dan bisnis siswa kelas X PM 1 SMK Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran pengantar ekonomi dan bisnis. Subjek penelitian adalah siswa kelas X PM 1 SMK Negeri 1 Surakarta yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data penelitian adalah observasi, tes, dokumentasi, dan wawancara. Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe students teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar peserta didik dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terbukti pada siklus I keaktifan peserta didik dari segi mental activities meningkat (presentase pra siklus 0,00% dan siklus I 35,00%), keaktifan peserta didik dari segi oral activities meningkat (presentase pra siklus 0,00% dan siklus I 32,00%), keaktifan peserta didik dari segi visual activities meningkat (presentase pra siklus 12,90% dan siklus I 32,26%), keaktifan peserta didik dari segi listening activities meningkat (presentase pra siklus 32,26% dan siklus I 48,58%), keaktifan peserta didik dari segi writing activities meningkat (presentase pra siklus 6,45% dan siklus I 61,71%). Hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 23,79 (nilai rata-rata pra siklus 71,68 dan nilai rata-rata siklus I 81,01) dan presentase ketuntasan meningkat 22,79%(presentase pra siklus 38,50% dan siklus I 61,29%). Pada siklus II keaktifan peserta didik terus meningkat, terbukti keaktifan peserta didik dari segi mental activities meningkat 26% (presentase siklus I 35,00% dan siklus II
61,00%), keaktifan peserta didik dari segi oral activities meningkat 42% (presentase siklus I 32,00% dan siklus II 74,00%), keaktifan peserta didik dari segi visual activities meningkat 45,32% (presentase siklus I 32,26% dan siklus II 77,58%), keaktifan peserta didik dari segi listening activities meningkat 22,68% (presentase siklus I 48,58% dan siklus II 71,26%), keaktifan peserta didik dari segi writing activities meningkat 22% (presentase siklus I 61,71 % dan siklus II 83,71%). Hasil belajar peserta didik pada siklus II juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,06 (nilai rata-rata siklus I 81,01 dan nilai rata-rata siklus II 85,07) dan presentase ketuntasan meningkat 25,81% (presentase siklus I 61,29% dan siklus II 87,10%). Kata kunci: student teams achievement division, aktivitas belajar, hasil belajar ABSTRACT The objective of this research is to improve the learning activeness and result in the subject matter of Introduction to Economics and Business of the students in Grade X of Marketing Department of State Vocational High School 1 of Surakarta in Academic Year 2014/2015 through the application of the cooperative learning model of the STAD type. This research used the classroom action research. It was collaboratively done by the researcher and the Introduction to Economics and Business subject matter teacher. The subjects of research were the students as many as 32 in Grade X of Marketing Department of the aforementioned school. The data of research were collected through observation, documentation, and interview. The procedure of research included planning, implementation, observation, and reflection. The application of the cooperative learning model of the STAD type can improve the learning activeness and result in the Introduction to Economics and Business subject matter from Pre-cycle to Cycle I and from Cycle I to Cycle II. The percentage of the students’ learning activeness in mental activities is 0.00% in Pre-cycle, and it becomes 35.00% in Cycle I and 61.00% in Cycle II respectively; the percentage of oral activities is 0.00% in Pre-cycle, and it becomes 32.00% in Cycle I and 74.00 in Cycle II respectively; the percentage of the students’ learning activeness in visual activities is 12.90% in Pre-cycle, and it becomes 32.26% in Cycle I and 77.58% in Cycle II respectively;the percentage of the students’ learning activeness in listening activities is 32.26% in Pre-cycle, and it becomes 48.58% in Cycle I and 71.26% in Cycle II respectively; and the percentage of the students’ learning activeness in writing activities is 6.45% in Pre-cycle, and it becomes 61.71% in Cycle I and 83.71% in Cycle II respectively. Furthermore, the students’ average score is 71.68 in Pre-cycle, and it becomes 81.01 in Cycle I and 85.07 in Cycle II respectively. Finally, the percentage of the students’ learning completeness is 38.50% in Pre-cycle, and it becomes 61.29% in Cycle I and 87.10% in Cycle II.
Keywords: STAD, learning activeness, learning result
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama
memisahkan
dalam
kurikulum
pembentukan
pribadi
manusia.
peserta
lingkungannya
dan
didasarkan
didik
dari
pengembangan kepada
prinsip
Pendidikan yang baik akan melahirkan
relevansi pendidikan dengan kebutuhan
generasi penerus bangsa yang berkualitas
dan lingkungan hidup, artinya kurikulum
dan mampu menyesuaikan diri untuk
2013 memberikan kesempatan kepada
hidup
peserta
bermasyarakat,
berbangsa
dan
didik
untuk
mempelajari
bernegara. Harkat dan martabat suatu
permasalahan
bangsa sangat ditentukan oleh kualitas
masyarakatBerdasarkan kurikulum 2013
pendidikannya. Mutu pendidikan dapat
kegiatan belajar mengajar tidak lagi
dilihat dalam dua hal yakni mengacu pada
didominasi oleh guru (teacher centered)
proses dan hasil belajar. Berbagai usaha
tetapi lebih menempatkan siswa sebagai
untuk
di
subjek didik. Hal ini sejalan dengan
memperbaiki
prinsip belajar yang tidak seharusnya
kurikulum, metode pembelajaran, sistem
pembelajaran itu hanya berpusat pada guru
penilaian, serta sarana dan prasarana.
(teacher centered learning) tetapi lebih
meningkatkan
Indonesia
antara
pendidikan
lain
Pendidikan pengembangan
merupakan diri
dari
proses
kepribadian
seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh
tanggung
jawab
untuk
mengutamakan
di
lingkungan
pembelajaran
yang
berpusat pada siswa (student centered learning).
dapat
Menurut Khan, Muhammad, Ahmed,
meningkatkan pengetahuan. Pencapaian
Saeed, and Khan (2012), Kegiatan belajar
pendidikan yang berkualitas, tentunya
memberikan kesempatan untuk belajar
harus mengacu pada kurikulum yang
pengalaman yang melibatkan hubungan
digunakan untuk mencapai hasil belajar
antara berpikir dan melakukan. Menurut
yang diharapkan. Kurikulum harus relevan
Farha (2009), hasil belajar dipengaruhi
dengan kebutuhan kehidupan.
oleh pengalaman, usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan kurikulum 2013, peserta didik
diarahkan
proses
dilakukan di SMK Negeri 1 Surakarta,
yang
sekolah kejuruan ini telah menerapkan
yang
kurikulum 2013, akan tetapi pembelajaran
dirumuskan dalam sikap, keterampilan,
yang digunakan masih bersifat teacher
dan
centered learning. Siswa masih belum
pengembangan, berlangsung
kepada
Berdasarkan observasi yang telah
pemberdayaan sepanjang
pengetahuan
dasar
hayat
yang
akan
digunakan untuk mengembangkan budaya
aktif
belajar.
Aktivitas yang dilakukan siswa hanya
Pendidikan
tidak
boleh
dalam
kegiatan
pembelajaran.
mendengar dan mencatat, siswa jarang
Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan Tengah
bertanya atau mengemukakan pendapat.
Semester Ganjil Kelas X PM
Diskusi antar kelompok jarang dilakukan
SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru masih belum terjalin selama proses
pembelajaran.
cenderung
menerima
Siswa apa
saja
lebih yang
2014/2015 Kelas
Rata-rata Nilai 71,68 X PM 1 74,81 X PM 2 % Rata-rata
Tuntas (%) 37,50 43,75 40,625
Belum (%) 62,50 56,25 59,375
disampaikan oleh guru. Hal ini membuat
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan
siswa hanyalah sebagai pendengar di
bahwa rata-rata yang belum tuntas yaitu
setiap pelajaran bahkan enggan untuk
59,375%
mengemukakan pendapat.
minimalnya yaitu 80. Ini artinya siswa
dengan
batas
ketuntasan
Berdasarkan wawancara dengan guru
yang mencapai ketuntasan baru 37,50%
Pengantar Ekonomi dan Bisnis kelas X
untuk kelas X PM 1 dan 43,75% untuk
PM SMK Negeri 1 Suirakarta, sebagian
kelas X PM 2. Sementara rata-rata nilai
besar aktivitas siswa hanya mendengar,
ujian tengah semester per kelasnya adalah
mencatat, dan menyalin. Siswa cenderung
71,68 untuk kelas X PM 1 dan 74,81 untuk
pasif dan masih malu bertanya kepada
kelas X PM 2.
guru jika mengalami kesulitan dalam
Berdasarkan perbandingan tabel nilai
memahami atau menyelesaikan soal yang
ulangan di atas, maka perlu dilakukan
diberikan, akibatnya hasil belajar siswa
perbaikan pada siswa kelas X PM 1. Hal
pada materi Pengantar Ekonomi dan Bisnis
ini karena presentase siswa yang belum
belum maksimal.
tuntas untuk kelas X PM 1 lebih besar
Lain halnya saat wawancara dengan siswa-siswi
kelas
X
PM,
yang
mengemukakan bahwa materi pelajaran
daripada kelas X PM 2 yakni 62,50% > 56,25%. Berdasarkan
observasiyang
Pengantar Ekonomi dan Bisnis merupakan
dilakukan di kelas X PM 1 SMK Negeri 1
pelajaran
dan
Suirakarta dan wawancara yang dilakukan
membosankan. Hal ini juga terlihat dari
terhadap guru mata pelajaran Pengantar
nilai ulangan tengah semester 1 tahun
Ekonomi dan Bisnis kelas X PM 1 SMK
ajaran 2014/2015 yang dapat dilihat pada
Negeri
tabel 1.1 di bawah ini:
aktivitas
yang
dianggap
sulit
1
Surakarta, siswa
sebagian
hanya
besar
mendengar,
mencatat, dan menyalin. Siswa cenderung
pasif dan masih malu bertanya kepada
Model pembelajaran yang dapat
guru jika mengalami kesulitan dalam
meningkatkan keaktifan siswa dan mampu
memahami atau menyelesaikan soal yang
melatih berfikir siswa dalam memecahkan
diberikan, akibatnya hasil belajar siswa
masalah
pada materi Pengantar Ekonomi dan Bisnis
kooperatif (cooperative learning). Model
belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat
pembelajaran kooperatif merujuk pada
pada tabel 1.2 di bawah ini.
berbagai pengajaran yang membuat siswa
adalah
model
pembelajaran
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil Tabel 1.2Keaktifan Siswa Kelas X PM 1
untuk membantu satu sama lain dalam
SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
mempelajari
2014/2015
pembelajaran
Ket BS B C K KS
Mental 0% 0% 16% 55% 29%
Oral 0% 0% 23% 35,48% 41,94%
Jenis Keaktifan Visual Listening 0% 0% 12,90% 32,26% 32,26% 41,94% 38,71% 25,81% 16,13% 0%
Writing 0% 6,45% 45,16% 32,26% 16,13%
Masalah-masalah yang terjadi di atas harus
dapat
pelajaran.
kooperatif
Model
menjadikan
kondisi di dalam kelas terjadi kerja kelompok
yang
lebih
efektif
dan
terstruktur antar anggota kelompok dalam suatu kelas. Model
pembelajaran
masalah
memiliki
terselesaikan.
Perlunya
kognitif dan teori pembelajaran sosial
solusi
basis
pada
kooperatif
agar
diberikan
tersebut
materi
(Arends,
yang mampu membantu siswa mengatasi
(2001)
kesulitan
menghilangkan
merupakan
terhadap
mata
kontruktivisme. Teori Vygotsky tersebut
pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis.
mempunyai dua implikasi utama dalam
Pembelajaran
adalah
pembelajaran, yaitu, perlunya pengelola
pembelajaran yang dapat meningkatkan
pembelajaran secara kooperatif dengan
keaktifan siswa dalam proses belajar
pengelompokkan
peserta
mengajar
siswa
heterogen
sisi
belajar
akademik,
persepsi
buruk
dan siswa
yang
yaitu
dimaksud
dengan
cara
menerapkan
pengetahuannya,
memecahkan
masalah,
masalah mempunyai ide/gagasan
dengan keberanian dan
mendiskusikan teman-temannya, menyampaikan mempunyai
tanggungjawab terhadap tugasnya.
Menurut
psikologi
suatu upaya dalam proses pembelajaran
belajar
2008).
teori
menyatakan pakar
dari
pembelajaran pentingnya
dan
Engeström
bahwa pada
Vygotsky
teori
didik
belajar
secara
kemampuan
kedua, yang
5
pendekatan menekankan
scaffolding,
dengan
menekankan pentingnya tanggung jawab peserta didik pada tugas belajarnya
Pembelajaran kooperatif tidak hanya
kemampuan
bekerjasama
nama lain untuk kerja kelompok biasa
melalui
namun mencakup lebih dari peserta didik
pembelajaran secara berkelompok.
yang
bekerja
bersama-sama
dalam
aktivitas
dipraktekan
Salah
satu
dalam
model
kegiatan
pembelajaran
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
kooperatif yang ditawarkan oleh Slavin
(Van
(2005:
Wyk,
2012;
Tiantong
and
143)
adalah
Students
Teams
Teemuangsai, 2013; Nikou, Bonyadi, and
Achievement
Division
(STAD).STAD
Ebrahimi, 2014).
adalah
satu
pembelajaran
Menurut
Negara
pembelajaran
kooperatif
(2013), memberikan
salah
tipe
kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan
dalam
tim
kesempatan yang sangat luas kepada siswa
beranggotakan
untuk
membangun
merupakan campuran menurut tingkat
pengetahuan dalam pikiran siswa itu
kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru
sendiri.
dan
menyajikan pelajaran kemudian siswa
Talevski (2013), suasana belajar kelompok
bekerja dalam tim untuk memastikan
akan menimbulkan semangat, antusias,
bahwa
keceriaan,
sayang.
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
Menurut Al-Tamimi dan Attamimi (2014),
seluruh siswa dikenai kuis tentang materi
Pembelajaran
itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak
secara
aktif
Menurut
dan
Pejchinovska
penuh
kasih
kooperatif
dapat
empat
belajar
seluruh
orang
anggota
tim
telah
meningkatkankan kemampuan berbicara.
boleh
Menurut Majoka, Dad, dan Mahmood
pembelajaran
(2010), pembelajaran kooperatif dapat
menekankan pada aktivitas dan interaksi di
meningkatkan
antara siswa untuk saling memotivasi dan
efektivitas
dalam
pembelajaran.
membantu.Model
kooperatif
tipe
STAD
saling membantu dalam menguasai materi
Rusman (2010: 207) menyatakan bahwa
saling
yang
karakteristik
pembelajaran
atau
ciri-ciri
kooperatif
pelajaran, dan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
adalah
Model
pembelajaran
menurut
pembelajaran yang dilakukan secara tim,
Suprijono (2012) adalah landasan praktik
mempunyai
pembelajaran
dicapai,
suatu
tujuan
didasarkan
kooperatif,
adanya
pada
yang
akan
manajemen
kemauan
untuk
hasil
penurunan
teori
psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang
berdasarkan
analisis
bekerjasama, keberhasilan ditentukan oleh
terhadap implementasi kurikulum dan
keberhasilan
kelompok,
adanya
implikasinya pada tingkat operasional di
keterampilan
bekerjasama,
dan
kelas. Isjoni (2010) berpendapat bahwa
tujuan utama dalam pembelajaran model
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
cooperative learning adalah agar peserta
mata pelajaran Pengantar Ekonomi dan
didik dapat belajar secara berkelompok.
Bisnis siswa kelas X PM 1 SMK Negeri 1
Menurut Wang (2009), manfaat dari
Surakarta tahun ajaran 2014/2015?”
cooperative learning adalah memberikan
Tujuan dari penelitian ini adalah
banyak pengalaman kepada siswa, siswa
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
lebih termotivasi untuk bekerja dan belajar
belajar mata pelajaran Pengantar Ekonomi
lebih keras, menciptakan interaksi yang
dan Bisnis siswa kelas X PM 1 SMK
positif antar siswa. Menurut Setiogohadi
Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2014/2015
(2013), model pembelajaran kooperatif
melalui penerapan model pembelajaran
tipe
kooperatif tipe STAD.
STAD
mengutamakan
kompetisi
secara berkelompok.
Hasil
Menurut Yeung (2015) STAD dapat menjadi
sia-sia
sumbangan
diharapkan dalam
ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan model
berkomitmen dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran ini. Menurut Fallon, Walsh,
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
and Prendergast (2013), ada beberapa
siswa.
faktor terkait aktivitas yaitu pembagian
pertimbangan dalam menentukan model
tugas, waktu, dan inovasi.
pembelajaran. Bagi siswa, sebagai wahana
penelitian
guru
memberikan
ini
tidak
Berdasarkan
ketika
penelitian
uraian di atas, maka
tindakan
yang
guru,
sebagai
bahan
baru dalam proses meningkatkan keaktifan
akan
dan hasil belajar siswa. Bagi peneliti,
dilakukan berjudul: “Penerapan Model
dihapkan mampu memperdalam ilmu yang
Pembelajaran Kooperatif Tipe Students
diperoleh dibangku kuliah terutama yang
Teams
(STAD)
berkaitan dengan model pembelajaran tipe
untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
STAD. Bagi sekolah, diharapkan dapat
Belajar Siswa Kelas X Pemasaran pada
memberikan sumbangan yang baik dalam
Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan
rangka
Bisnis di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun
peningkatan
mutu
Ajaran 2014/2015”
profesionalisme
guru.
Achievement
kelas
Bagi
Division
perbaikan
pembelajaran, sekolah, Bagi
dan
lembaga,
Berdasarkan latar belakang yang
diharapkan dapat digunakan oleh pihak-
diuraikan di atas, maka permasalahan
pihak yang membutuhkan sebagai bahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan
referensi,
sebagai berikut: “Apakah penerapan model
penyempurnaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
sejenis di masa depan.
perbandingan bagi
penelitian
dan yang
menggunakan teknik analisis deskriptif
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK
untuk data kuantitaif, dan data kualitatif
Negeri 1 Surakarta Jl. Kapuas No. 28,
berupa data hasil belajar, hasil observasi
Surakarta.
Surakarta
keterampilan guru dan aktivitas siswa yang
terletak ± 2 km sebelah selatan luwes
dipaparkan dalam kalimat yang diperlukan
lojiwetan. Penelitian ini dilaksanakan pada
menurut
semester genap tahun ajaran 2014/2015
kesimpulan.
SMK
Negeri
1
dimulai pada bulan Januari-September
kategori
Indikator
2015. Penelitian ini adalah penelitian
adalah
tindakan
menerapkan
kelas.
Masing-masing siklus
untuk
kinerja
Langkah-langkah model
memperoleh
penelitian guru
ini
dalam
pembelajaran
terdiri empat tahap, yaitu perencanaan,
kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran
pelaksanaan,
pengantar ekonomi dan bisnis meningkat
observasi,
dan
refleksi.
(Arikunto, 2002)
dengan kriteria minimal B (baik).Aktivitas
Adapun subjek penelitian tindakan
siswa
dalam
pembelajaran
pengantar
kelas ini adalah siswa kelas X PM 1 SMK
ekonomi dan bisnis dengan menggunakan
Negeri 1 Surakarta yang terdiri dari 31
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
siswa. Pemilihan kelas tersebut merupakan
meningkat dengan kriteria minimal B
kesepakatan
guru
(baik).Sekurang-kurangnya 85% siswa X
pengantar ekonomi dan bisnis SMK
PM 1 SMK Negeri 1 Surakarta mengalami
Negeri
ketuntasan
1
peneliti
Surakarta.
dengan
Pertimbangan
pemilihan kelas tersebut didasarkan pada
pembelajaran
kondisi kelas yang kurang aktif saat proses
bisnis.
belajar
individual
pengantar
dalam
ekonomi
dan
pembelajaran. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru yakni melalui observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui metode observasi,
tes,
dokumentasi,
dan
wawancara dengan memakai triangulasi sebagai uji validitas data. Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian tindakan
kelas
ini
adalah
dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data menunjukkan keaktifan belajar siswa sebagai berikut:
Sistem
pembelajaran
dengan
71,26%), pada aspek writing activities
pembelajaran
dengan kriteria minimal B mengalami
cooperative learning tipe STAD terbukti
peningkatan sebesar 22% (keaktifan siklus
dapat
I 61,71% dan siklus II 83,71%).
penerapan
model
meningkatkan
aktivitas
belajar
peserta didik. Pada aspek keaktifan peserta
Keaktifan yang meningkat tersebut
didik siklus I aspek mental activities
diikuti
dengan kriteria minimal B meningkat 35%
meningkat
(presentase pra siklus 0% dan siklus I
meningkat karena peserta didik lebih aktif
35%),
dan lebih mudah memahami materi ajar
aspek
oral
activities
kriteria
dengan pula.
hasil
belajar
yang
Hasil
belajar
yang
minimal B meningkat 32% (presentase pra
menggunakan
siklus 0% dan siklus I 32%), aspek visual
kooperatif tipe STAD.
activities kriteria minimal B meningkat 19,36% (presentase pra siklus 12,90% dan
model
pembelajaran
Hasil analisis belajar peserta didik sebagai berikut:
siklus I 32,26%), aspek listening activities dengan kriteria minimal B meningkat 16,32% (presentase pra siklus 32,26% dan siklus I 48,58%), aspek writing activities dengan kriteria minimal B meningkat 55,26% (presentase pra siklus 6,45% dan siklus I 61,71%). Presentase keaktifan peserta didik siklus II pada aspek mental activities dengan kriteria minimal B mengalami
peningkatan
sebesar
26%
(keaktifan siklus I 35% dan siklus II 61%), pada aspek oral activities dengan kriteria minimal B mengalami peningkatan sebesar 42% (keaktifan siklus I 32% dan siklus II 74%), pada aspek visual activities dengan kriteria minimal B mengalami peningkatan sebesar 45,32% (keaktifan siklus I 32,26% dan siklus II 77,58%), pada aspek listening activities dengan kriteria minimal B mengalami peningkatan sebesar 22,68% (keaktifan siklus I 48,58% dan siklus II
Penerapan
model
pembelajaran
cooperative learning tipe STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini terbukti dari peningkatan nilai hasil belajar peserta didik pada siklus
I dengan
presentase ketuntasan hasil belajar 61,29% dan nilai rata-rata kelas sebesar 81,55, sehingga terjadi peningkatan pada nilai rata-rata kelas yakni 23,79 (nilai pra siklus 71,68 dan nilai siklus I 81,01). Sementara untuk hasil belajar siklus II nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 4,06 (nilai siklus I 81,01 dan siklus II 85,07)
dan ketuntasan sebesar 25,81% (pada siklus I 61,29% dan siklus II 87,10%).
c. Pengorganisasian
peserta
didik
ke
dalam tim-tim dan pengerjaan lembar
Peningkatan hasil belajar siswa saat
kerja oleh peserta didik. Pada sintaks III
proses pembelajaran yang terjadi pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
siklus I dan siklus II di atas terjadi karena
menunjukkan
dipengaruhi
langkah-langkah
ketiga ini mempengaruhi hasil belajar
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
peserta didik yakni sikap dan kinerja
diterapkan oleh guru, yaitu:
peserta
didik.
Hasil
belajar
a. Mempersiapkanpesertadidikdan
peserta
didik
dapat
terlihat
oleh
penyampaian
tujuan.
Pada
sintaks
kecekatan
bahwa
siswa
sintaks
dalam
yang
sikap dari
bergabung
pertama pembelajaran kooperatif tipe
dengan kelompok. Hasil belajar kinerja
STAD menunjukkan bahwa sintaks
peserta didik terlihat dari sikap peserta
pertama ini mempengaruhi hasil belajar
didik
sikap dan kinerja. Hasil belajar sikap
mendengarkan penjelasan dari guru,
peserta didik terlihat dari kesiapan
kemampuan
peserta
mengemukakan
didik
dalam
mengikuti
pembelajaran. Hasil belajar kinerja peserta
didik
dalam
memperhatikan
peserta
didik
dan
dalam
pendapat
dalam
kelompok (diskusi). d. Presentasi hasil diskusi
terlihatdarisikappesertadidikdalammend
Pada
sintaks
IV
pembelajaran
engarkandanmemperhatikanpadasaat
kooperatif tipe STAD siklus II ini
guru menjelaskantujuanpembelajaran.
menunjukkan
bahwa
sintaks
yang
b. Penyajian materi dari guru. Pada sintaks
keempat ini mempengaruhi hasil belajar
II pembelajaran kooperatif tipe STAD
peserta didik yakni hasil belajar sikap,
menunjukkan
yang
kinerja, dan portofolio. Hasil belajar
kedua ini mempengaruhi hasil belajar
sikap peserta didik tercermin dari
peserta didik yakni kinerja peserta
kesiapan
didik.
mempresentasikan
bahwa
Pada
mendorong
sintaks
sintaks peserta
mendengarkan,
kedua didik
ini
peserta
didik
dalam
jawaban.
Hasil
untuk
belajar kinerja peserta didik tercermin
memperhatikan,
dari kemampuan peserta didik dalam
bertanya, dan mengemukakan pendapat,
mengemukakan
pendapat,
kecekatan siswa dalam mengangkat
peserta
dalam
tangan,
presentasi, sikap peserta didik dalam
serta
sikap
siswa
dalam
didik
memperhatikan dan mendengar uraian
memperhatikan
materi dari guru.
penjelasan
dan
kesiapan melakukan
mendengarkan
guru/kelompok
yang
presentasi.
Hasil
portofolio
g. Mengevaluasi kegiatan belajar. Pada
terlihat dari hasil laporan diskusi yang
sintaks VII pembelajaran kooperatif
mencakup kelengkapan tugas, kualitas
tipe STAD ini menunjukkan bahwa
tugas, dan pengumpulan tugas tersebut.
sintaks yang ketujuh ini mempengaruhi
e. Pengerjaan
belajar
kuis
individual
dan
hasil belajar peserta didik yakni kinerja.
penghitungan skor. Pada sintaks yang
Hasil belajar kinerja siswa mencakup
kelima siklus II ini menunjukkan bahwa
kemampuan
sintaks yang kelima ini mempengaruhi
mendengarkan
hasil belajar peserta didik yakni kinerja,
penjelasan guru .
siswa dan
dalam
memperhatikan
portofolio, dan tes individu. Hasil
h. Penutup. Pada sintaks VIII pembelajarn
belajar tes individu untuk mengetahui
kooperatif tipe STAD ini menunjukkan
sejauh mana kemampuan peserta didik
bahwa sintaks yang kedelapan ini
dalam memahami materi yang telah
mempengaruhi hasil belajar peserta
disampaikan. Hasil belajar tes individu
didik
nantinya dimasukkan ke dalam hasil
portofolio. Hasil belajar kinerja siswa
belajar
mencakup kemampuan siswa dalam
portofolio
yang
mencakup
yakni
kinerja,
dan
kelengkapan dan kualitas pengerjaan
mendengarkan
kuis STAD pada setiap pertemuan.
penjelasan guru. Relevansi isi tugas
Hasil belajar kinerja peserta didik
dengan materi yang disampaikan oleh
terlihat dari kemampuan peserta didik
guru, pengembangan isi tugas dan
dalam
pengumpulan tugas akan memunculkan
memecahkan
soal
secara
individu.
memperhatikan
hasil belajar produk peserta didik. Hasil
f. Pemberian
pengakuan
dan
penghargaan.
Pada
sintaks
pembelajarn
kooperatif
tipe
STAD
menunjukkan
bahwa
sintaks
yang
VI
keenam ini mempengaruhi hasil belajar peserta didik yakni kinerja. Hasil belajar
dan
produk,
kinerja
kemampuan mendengarkan
belajar
portofolio
kelengkapan
tugas
diperoleh peserta
dari didik,
kualitas tugas dan pengumpulan tugas.
SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan
siswa
mencakup
siswa
dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif
memperhatikan
tipe Students Teams Achievement Division
dan
penelitian,
dapat
dapat
disimpulkan
meningkatkan
bahwa
penjelasan guru, dan perolehan skor
(STAD)
keaktifan
siswa dalam menjawab pertanyaan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
secara individu.
Hal ini ditunjukkan dengan perilaku peserta
didik yang lebih aktif dan fokus dalam
yang lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari
mendengarkan
(listening
activities),
pihak
memperhatikan
(visual
activities),
memberikan materi, menerapkan model
memecahkan masalah (mental activities,
pembelajaran tersebut. Faktor dari peserta
bertanya,
mengemukakan
didik sendiri antara lain minat belajar, dan
pendapat (oral activities) dan membuat
keaktifan peserta didik dalam mengikuti
laporan (writing activities).
proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut
berdiskusi,
Penerapan kooperatif
model tipe
pembelajaran
Students
Teams
Achievement Division (STAD) berpengaruh
guru
dalam
mengelola
kelas,
harus diupayakan secara maksimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.
terhadap hasil belajar belajar peserta didik
Berdasarkan simpulan di atas, maka
pada aspek sikap, kinerja, portofolio,
peneliti dapat mengajukan saran sebagai
produk,
berikut:
dan
peningkatan
tes pada
yang
megalami
setiap
siklusnya.
Peningkatan hasil belajar siswa saat proses
Bagi Siswa
pembelajaran berlangsung terjadi karena
a. Penerapan
dipengaruhi
oleh
langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD. MenurutGulikers,
tipe
pembelajaran
STAD
memberikan
kesempatan yang sangat luas kepada
Bastiaens,
danKirschner
kooperatif
model
(2006),
peserta
didik
untuk
secara
aktif
membangun pengetahuan peserta didik.
penilaianautentikmerangsangsiswauntukme
Peserta
ngembangkanketerampilandankompetensi
pembelajaran
yang relevanuntukduniakerjaHal inisesuai
mental
yang
masalah) dan oral activities (bertanya,
dituliskanoleh
Mueller
(2012),
didik
lebih terutama
activities
aktif pada
mengemukakan
bentukpenilaian
diskusi, dan bertukar pikiran)
padadasarnyasiswadimintauntukmelakukant ugas-tugasdunianyata
yang
b. Aktivitas pembelajaran
pendapat,
peserta sangat
aspek
(memecahkan
bahwapenilaianautentik merupakan suatu yang
dalam
didik
kegiatan
dalam
berpengaruh
menunjukkanaplikasibermaknadaripengetah
terhadap hasil belajar, sehingga peserta
uandanketerampilan.
didik yang belum terbiasa mengikuti
Penelitian ini memberikan gambaran
kegiatan pembelajaran dengan model
yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses
yang diterapkan, peserta didik perlu
pembelajaran tergantung pada beberapa
beradaptasi pada saat diskusi kelompok.
faktor yang saling berkaitan satu dengan
c. Penerapan
model
kooperatif
tipe
pembelajaran STAD
sangat
juga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
berpengaruh untuk memupuk disiplin
tersebut
belajar
dalam mengikuti proses pembelajaran.
dan
suasana
belajar
yang
menjadi
lebih
termotivasi
menyenangkan, memupuk kerja sama
d. Guru dapat mengimbaskan kepada guru
yang harmonis di kalangan peserta
sejenis minimal di sekolahnya sendiri
didik
dan juga di tempat lain. Hal ini guru
yang
pada
gilirannya
dapat
memperlancar kerja kelompok.
sebaiknya berkolaborasi dengan sesama
d. Selain aktivitas belajar peserta didik,
guru pemasaran guna saling bertukar
penerapan model pembelajaran tipe
pengalaman sehingga tercipta suatu
STAD juga mampu meningkatkan hasil
pembelajaran inovatif yang serupa/yang
belajar peserta didik.
lain.
Bagi Guru a. Guru
DAFTAR PUSTAKA menciptakan
pembelajaran
yang
pendekatan berpusat
pada
peserta didik agar peserta didik lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan ide di dalam kelas tanpa rasa takut maupun malu dengan mencipatakan suasana yang tidak menegangkan dan santai. b. Guru
dapat
menerapkan
model
pembelajaran inovatif seperti model pembelajaran
kooperatif
yang
Al-Tamimi, N.O.M., & Attamimi, R.A. (2014). Effectiveness of Cooperative Learning in Enhancing Speaking Skills and Attitudes Towards Learning English. International Journal of Linguistics, 6 (4), 27-45. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Terj. HLP. Soetjipto, S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
diterapkan pada setiap tatap muka dalam
proses
pembelajaran
dan
disesuaikan dengan kondisi peserta didik. c. Guru
dapat
memberikan
Engeström, Y. (2001). Expansive Learning at Work: Toward an Activity Theoritical Reconceptualization. Journal of Education and Work, 14 (1)133-156.
motivasi
kepada setiap peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran dengan guru memberitahukan penilaian siswa tidak hanya berdasarkan hasil tes saja tetapi
Fallon, E., Walsh, S., & Prendergast, T. (2013). An Activity-Based Approach to Learning and Teaching of Research Methods: Measuring Student Engagement
and Learning.Irish Journal of Academic Practice, 2 (1) 1-24. Farha, N. (2009). An Exploratory Study Info The Efficacy of Learning Objects. The Journal of Educators Online. 6 (2), 1-32. Gulikers, J. T. M., Bastiaens, Th. J., & Kirschner, P. A. (2006). Authentic Assessment, Student and Teacher Perceptions:Tthe Practical Value of the Five Dimensional-Framework. Journal of Vocational Education and Training, 58, 337-357. Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khan, M., Muhammad, N., Ahmed, M., Saeed, F., Khan, S.A. (2012). Impact of Activity-Based Teaching on Students’ Academic Achievements in Physics at Secondary Level. Academic Research International, 3, 147156 Majoka, M. I., Dad, H. M., & Mahmood, T. (2010). Student Team Achievement Division (STAD) as an Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom. Journal of Education and Sociology, 2010, 2078-032X. Mueller, T. (2012). Authentic Assesment Toolbox. Diperoleh 25 Februari 2015, dari http:jfmueller.faculty.noctrl.edu/t oolbox/inde.html Negara, I.W.P. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi di SMPN 2 Nusa Penida. Jurnal Ilmiah Disdikpora
Kabupaten Klungkung, 2087-8974.
1
(1)
Nikou, F. R., Bonyadi, A., & Ebrahimi, K.(2014). The Effect of Student Team-Achievement Division (STAD) on Language Achievement of Iranian EFL Students across Gender. Europan Online Journal of Natural and Social Sciences, 3 (4), 936-949. Pejchinovska, M, & Talevski, D.J. (2013). Pupils’ Activities and Learning Process Effects. Journal of International Scientific Publication: Educational Alternatives, 11 (2), 33-43. Rusman.
(2010). Model Pembelajaran. Rajawali Pers.
Model Bandung:
Slavin,
R.E. (2005). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Terj. N. Yusron. Bandung: Nusa Media.
Setiogohadi. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII.2 SMP Negeri 24 Palembang,Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1 (1) 12-21. Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tiantong, M. & Teemuangsai, S. (2013). Student Team Achievement Division (STAD) Techinique Through The Moodle to Enhace Learning Achievement. International Education Studies, 6 (4) 85-92. Van Wyk, M.M. (2012). The Effect Of The STAD-Cooperative Learning
Method on Student Achievement, Attitude and Motivation in Economics Education. J Soc Sci, 33 (2), 261-270. Van Wyk, M.M. (2013). The Effect of Student Teams Achievement Division as a Teaching Strategy on Grade 10 Learner’s Economics Knowledge. International Journal for Cross-Diciplinary Subjects in Education (IJCDSE), 4 (2) 11531157. Wang, T.P. (2009). Applying Slavin’s Cooperative Learning Techniques to a College EFL Conversation Class. The Journal of Human Resource and Adult Learning 5 (1) 112-120. Yeung, H.C.H. (2015). Literature Review of the Cooperative Learning Strategy-Student Team Achievement Division (STAD). International Journal of Education. 7 (1) 29-43.