JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM FERMENTASI PADAT Trichoderma hamatum PADA MEDIA TUMBUH DEDAK P ADI DALAM PRODUKSI SELULASE MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY OPTIMUM CONDITION FOR SOLID FERMANTATION OF Trichoderma Humatum IN RICE BRAN IN ORDER TO PRODUCE CELULASE BY USING RESPONSE SURFACE METHODOLOGY
Teuku Beuna Bardant',
2)
Haznan Abimanyu',
Putri Lili Eprlyant'
I) Peneliti Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Kawasan Puspiptek, Tangerang Serpong Mahasiswa Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB Email:
[email protected]
Diterima: 19 Agustus 2013, Direvisi: 2 Desember 2013, Disetujui: 10 Desember 2013
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk menentukan kondisi optimum fermentasi padat Trichoderma hamatum dalam media tumbuh dedak padi pada proses produksi selulase menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Kondisi operasi yang diatur sebagai variable bebas adalahkadar air, kadar urea, dan kadar bibit.Parameter yang ditelaah adalah aktivitas selulase dari ekstrak media tumbuh dedak padi yang dinyatakan dalam FPU/gds (gram of dry solid). Persamaan empirik dari RSM yang diperoleh dari penelitian ini telah terbukti valid untuk rentang kondisi ferrnentasi pada rasio air terhadap dedak 0.5 - 0.75, kadar urea 2%-3%, dan kadar bibit 1%2%. Nilai aktivitas maksimum sebesar 4.99 ± 0.92 FPU/gds diperoleh dalam rentang kondisi optimum tersebut.
ABSTRACT Optimum condition for solid fermentation of Trichoderma hamatum in rice bran in order to produce cellulase had been studied by using Response Surface methodology (RSM). Fermentation condition variables that observed was water to rice bran ratio, urea and inoculums additions cellulase activity in FPU/gds (gram of dry solid) became the only dependent variable. The result of empirical equation from this study was proven to be valid within water to rice bran ratio 0,5 - 0,7, urea and inoculums addition where 2-3 % and 1-2% of rice bran weight respactively. Maximum cellulase activity that can be obtain within these ranges was 4.99 ± 0.92 FPU/gds. Keywords: Cellulase, Trichoderma hamatum, rice bran, solid fermentatio
Kata Kunci : Selulase, Trichoderma hamatum, dedak padi, ferrnentasi padat.
35
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
PENDAHULUAN
memprihatinkan. Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk merancang proses
Selulase merupakan suatu enzim yang
produksi
enzim
selulase
yang
murah
dapat memecah selulosa menjadi glukosa
dengan
aktivitas
selulase
yang
sesuai
dengan cara memutuskan ikatan glikosidik
kebutuhan.
~-1,4
yang
terdapat
sedodekstrin,
pada
selulosa,
dan
lain-lain.
selobiosa,
Salah satu mikroorganisme
selulase yang baik adalah Trichoderma sp.
Enzim ini termasuk ke dalam golongan
Trichodermasp.
enzim hidrolase(1). Selulase dihasilkan oleh
jamur
beberapa
mikroorganisme
Ascomycetes
yang
Aspergillus
niger
dalam
dan tumbuhan
dan
seperti Aspergillus
fumigatus.
Merupakan
yang
masuk
tanah
suatu jenis
ke
dalam
banyak
kelas
terdapat
di
berkayu'{'.
Jamur Trichoderma sp. telah dikenalluas
Saat ini selulase dalam
penghasil
berbagai
petemakan,
banyak
industri.
digunakan
Pada
industri
selulase ditambahkan
dalam
oleh
masyarakat
penyakit
pakan
terutama
nilai
gizi
karena
aktivitasnya
sebagai mikroorganisme merugikan
meningkankan
pengendali
tanaman
pakan untuk menaikkan tingkat kecemaan serta
Indonesia
antagonis
mikroorganisme mikroorganisme
yang
lainnya,
yang
bersifat
pakan(2,3).Pada industri pertanian, selulase
parasit terhadaptumbuhan-".
Telah banyak
digunakan
industri
memproduksi
sebagai
biokontrol
dalam
melawan jamur perusak tanaman'".
Pada
pertanian
Trichoderma sebagai biofungisida.
industri kertas, selulase digunakan sebagai
Selain
bahan pemucat alami (biobleaching) dalam
Trichoderma
proses
mikroorganisme
pemutihan
kertas(5). Di industri
yang
sebagai
biofungisida,
Juga
dikenal
sebagai
penghasil
selulase yang
spesles
Trichoderma
tekstil, selulase dapat digunakan sebagai
baik.
bahan penurun bobot kain katun".
seperti T. reesei, T. citrinoviride, T.viride,
Pemanfaatan dihambat
selulase
oleh tingginya
tersebut
harga selulase
Beberapa
T. harzianum, penelitian
dan T. atroviride.
Pada
ini spesies Trichoderma
yang
komersial yang ada di pasaran saat ini.
digunakan adalah Trichoderma hamatum.
Sehingga industri atau perusahaan
Trichoderma
lebih
hamatum
sendiri
lebih
agen pengendali
fungi
memilih menggunakan bahan-bahan kimia
dikenal
lain yang memiliki fungsi sarna. N amun,
patogen atau sebagai biofungisida. Namun,
penggunaan
berdasarkan
menimbulkan lingkungan
36
bahan-bahan
kimia tersebut
dampak
pencemaran
yang
besar
dan
sebagai
penelitian
diketahui
bahwa
Trichoderma hamatum dapat hidup dalam media
agar selulotik
yang menunjukan
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
bahwa
spesies
mi dapat
menghasilkan
mempengaruhi proses ferrnentasi padat
(12,
13).Pada penelitian ini faktor utama yang
selulase' . Proses ferrnentasi substrat padat dapat
menj adi perhatian
adalah kadar air dan
ketersediaan
nutrisi,
Ferrnentasi substrat padat merupakan suatu
temperatur,
dan
metode
dijadikan faktor tetap.
digunakan
untuk
ferrnentasi
produksi
selulase.
yang memungkinkan
penggunaan bahan-bahan limbah pertanian
sedangkan waktu
pH,
ferrnentasi
Media atau substrat yang digunakan
sebagai media atau substrat tumbuh jamur.
dalam penelitian
Pada proses ini substrat yang digunakan
Dedak padi merupakan suatu hasil ikutan
tidak harus larut di alam air melainkan
pengolahan
memiliki
beras. Penyusun utama dedak padi adalah
kandungan
air
yang
cukup.
ini adalah dedak padi.
padi (Oryza sativa) menjadi
Selain itu, fermentasi substrat padat juga
lapisan kulit ari padi. Penggilingan
memiliki
ton gabah dapat menghasilkan dedak padi
beberapa
keuntungan
lebih sederhana, produktivitas lebih
tinggi,
tinggi,
waktu
aktivitas
seperti
volumetrik
konsentrasi
produk
ferrnentasi
lebih singkat,
protease
rendah,
dihasilkan
akan
lebih
terhadap
kekeringan,
lebih
spora
yang
sebanyak
60-80
kg
(14). Dedak
mengandung
protein
(2.52-5.05%),
karbohidrat
serat
(J 5).
(11-17%),
sebagai
media
ferrnentasi
serta
tingkat
karena dedak padi merupakan limbah hasil yang
walaupun setelah mengalami pengeringan
maksimal,
memiliki
beku
yang tinggi, serta jaminan
Keuntungan seperti
konsumsi
tinggi
yang
lain yang
(58-72%), dan
resisten
lebih
waktu
lemak
stabil,
yang
dalam
padi
Alasan penggunaan dedak padi
pertanian
perkecambahan
satu
dapat
diperoleh
dapat
kandungan
diandalkan
belum selulosa
ketersediaan sebagai
hasil
samping dari makanan pokok utama di
koefisien
Indonesia. Selain itu, pemilihan dedak padi
perpindahan
massa tinggi, tidak berbusa,
sebagai media juga berdasarkan beberapa
konsentrasi
produk
penelitian
air
yang
yang
pemanfaatannya
lain
rendah,
kebutuhan
energi
lama(9).
antara
rendah,
dapat dipertahankan
terdahulu
yang
menunjukan
(10),tingkat kontrol pada proses produksi,
bahwa limbah tanaman serelia merupakan
dan tingkat konsistensi proses juga tinggi
media
(11).Terdapat beberapa faktor utama yang
pertumbuhan
mempengaruhi
selulase(16,17).Pusat Penelitian Kimia LIPI
proses
ferrnentasi
padat
yang
yaitu pH, suhu, waktu fermentasi, kadar
juga
air, dan ketersedian nutrisi. Keadaan udara,
sebagai
inducer,
ketebalan
biakan
juga
pemah
sangat
baik
mikroorganisme
menggunakan media
untuk penghasil
dedak
tumbuh
padi bagi
dapat
37
JKTI, Vol. 15 No.2, Oesember 2013
Rhizopusoligosporus
untuk
memprodusi
lipase(l8).
biofungisida
oleh
CV Wish
Indonesia,
Bogor dengan nama dagang Trichowish.
Nutrisi yang diperlukan
Trichoderma
hamatumantara lain sumber C, sumber N, C telah
Dedak padi, NPK dan urea dibeli di pasar local
sekitar
wilayah
PUSPIPTEK
didapatkan
Serpong tanpa ada criteria tertentu, serupa
dari dedak padi,
dengan apabila barang yang sarna dibeli di
sedangkan sumber N dapat dipenuhi oleh
daerah lain. Bahan kimia untuk analisa
penambahan
gula sesuai NREL dan SNI 01-2891-1992
dan
air.
Sumber
Trichoderma
hamatum
urea serta NPK ke dalam
biakan. Namun, hingga kini belum tersedia
yaitu natrium bikarbonat, asam sitrat, asam
acuan
sulfat, kalium
yang
banyaknya bibit
handal
untuk
penambahan
Trichoderm
digunakan
menentukan
urea,
yang
untuk analisa (pro analytic (p.a)) produksi
ahamatum
acuan
digunakan
kondisi
Response
untuk
operasi
Surface
proses
adalah
Methodology
(RSM).
yang melibatkan beberapa variabel respon tujuan
dampak'l'", adalah
Tujuan
padat
produksi
mengoptimalkan
dari
menentukan
fermentasi untuk
untuk
penelitian
ini
kondisi
optimum
Trichoderma
hamatum
selulase
Merck. Peralatan
membuat
RSM berguna untuk menganalisis dampak
dengan
menggunakan
Response Surface Methodology (RSM).
Sterilisasi
oven
pemanasan keperluan
pada
pengukuran
menggunakan laboratorium. ruang
suhu
45°C
untuk
aktivitas
selulase
pemanas Inkubasi
incubator
listrik
untuk
dilakukan
dalam
rakitan
PP
Kimia
meggunakan
daya listrik 60 Watt untuk
memanaskan
ruang bervolume
150 liter.
Perangkat gelas untuk titrasi dan preparasi untuk
pengukuran
aktivitas
selulase diproduksi Pyrex.
BAHAN DAN METODA
Metoda
Bahan Trichoderma
digunakan Trichoderma
dalam
hamatum
penelitian
hamatum
yang
ini adalah yang
telah
dikembangkan pada skala komersial untuk
Pembiakan dilakukan
Trichoderma
pada
kombinasi
dedak
variable
hamatum
padi
dengan
bebas
yang
sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1. Sebanyak
38
dedak menggunakan
bertenaga listrik pada suhu 105°C. Proses
sampel
Bibit
tiosulfat
adalah bahan-bahan kimia dengan criteria
agar mendapat nilai aktivitas
dapat
natrium
air serta
selulase yang optimum. Salah satu metode yang
iodida,
50
gram
dedak
padi
steril
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
dijadikan sebagai berat aeuan untuk setiap pereobaan. dilakukan
pertama
Peneampuran
eampuran
steril, kemudian tersebut
Trichoderma
ditambahkan
hamatum,
rata.
diaduk
Campuran
Hasil
ke dalam
fermentasi
kemudian
padat
air
sebesar
pada
7 hari.
dan diekstraksi
berat penambahan
kembali
dilakukan
fermentasi
bobotnya
bibit
tersebut
°c selama
suhu 31-35
antara larutan urea ke dalam
dedak padi
hingga
plastik-plastik
ditimbang
dengan
rasio
dan bobot sete1ah 1:1. Volume
hasil
penyaringan dicatat. Sebagian dari sampel
dimasukan ke dalam kantung plastik, dan
ekstrak
dilubangi
dan
hingga meneapai 5, lalu diukur aktivitas
bawahnyadengan jarak antar lubang ± 1,5
selulasenya dengan menggunakan metode
em
udara.
NREL (20). Kadar glukosa yang terbentuk
Fermentasi padat pada media tanam dalam
diukur menggunakan metode Luff Schrool
bagian
sebagai
atas
temp at
pertukaran
yang
diperoleh
diatur
pH-nya
(SNI01-2891-1992).
Tabe1.1. Kombinasi variable bebas yang digunakan untuk mendapatkan persamaan empirik melalui RSM Rasio air urea bibit dalamdedak (%w dedak) (%w dedak) 0.5 0 2
Nilai
FPU
1
o
2
1
2
3
1.5 1.5
o
1
4
2
0.5
o
1
1
2
2
0.5 1.5
2
1
o
3 3 3
0.5
4
2
yang
4
diperoleh
akan
divisualisasikan
menjadi
digunakan sebagai variabel terikat dalam
menggunakan
penentuan persamaan empiric polynomial
grafik 3D ditentukan
orde dua menggunakan
program
SPSS.
yang
Variabel respon yang digunakan
adalah
validasi persamaan.
kadar urea, air, dan bibit yang digunakan. Persamaan
yang
telah
didapat
akan
program
grafik Mathead.
menyelenggarakan
Pada
titik-titik optimum
digunakan
Validasi
3D
persamaan
dalam
proses
dilakukan
fermentasi padat pada
39
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
variable
kombinasi memberikan
aktivitas
berdasarkan
persamaan
aktivitas
selulase
yang
Response Surface Methodology atau
optimum
RSM merupakan suatu metode yang dapat
bebas selulase
dari
empiris. Apabila ekstrak
hasil
digunakan untuk mengetahui
antara tiga atau lebih variabel pada suatu
fermentasi padat tersebut sarna atau lebih
dampak.
tinggi daripada nilai aktivitas selulase yang
untuk
diperkirakan
keterkaitan
oleh
persamaan
empiris,
maka persamaan tersebut dianggap valid.
keterkaitan
Metode
ini
mengetahui
variabel
antara lain.
dapat
digunakan
secara
langsung
satu variabel
Metode
dengan
ini juga
penelitian
mempermudah
dapat dengan
meminimalkan jumlah sampel yang akan diuji. Hal ini sangat berguna jika waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian tersedia sangat singkat Persamaan
Empirik
Hasil
(19).
Response
Surface Methodology (RSM)
Tabel 2. Hasil Pengukuran FPU dan perhitungan persamaan empms FPU / gds Variabelbebas Urea Bibit Rasio Hasilukur Hasilhitung air (%w) (%w) 2.458 2 2.025 0.5 0 2.219 1.626 1 0 2 2.556 2.675 1 2 3 1.5 2.207 1 1.368 0 1.5 2.233 2.432 2 4 2.494 2.705 0.5 0 1 2 2 3.005 2.956 1 2.774 2.980 0.5 2 3 1.5 4.254 4 2.353 3 3 2.143 2.030 1 0 3.624 3.574 0.5 4 2
Pada penelitian ini, faktor-faktor atau variabel respon yang diperhatikan
dalam
polynomial orde dua yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai aktifitas
enzim
penentuan aktivitas enzim selulase adalah
selulase dari Trichoderma hamatum pada
kadar air, urea, serta bibit. Ketiga variabel
media
respon disusun dalam sebuah persamaan
Perbedaan
40
dedak nilai
padi
(persamaan
tebakan
1).
persamaan
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
tersebut terhadap nilai hasil pengukuran
keterkaitan antara ketiga variabel terhadap
dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai tebakan
variable
memiliki R2 sebesar 94.7% terhadap nilai
adalah aktivitas selulase. Persamaan yang
hasil ukur sebenamya yang menunjukkan
didapatkan
bahwa
menggunakan kurva 3B (Gambar 1).
persamaan
Fpu
=
dapat
3,689 - 3,991 air
- 0,361 airurea
menjelaskan
dampak,
dalam
hal
divisualisasikan
+ 1,090 urea + 0,341 bibit + 1,557 air? -
+ 0,588 airbibit -
yang
0,135 urea2
ini
dengan
0,224 bibit?
-
0.046 ureabibit(1)
bibit (%w dedak)
Keterangan :
Merah : air 0,5
Kuning: air 0,7
Hijau: air 0,9 Biru: air 1
Gambar 1. Kurva 3D persarnaan empirik RSM Untuk setiap variabel yang diuji, yaitu
dedak padi, sedangkan penambahan air di
kadar air, kadar urea dan kadar bibit,
atas 75% akan menyebakan
penambahan nilai masing-masing variable
nilai aktivitas. Hasil ini sesuai dengan hasil
akan menaikan nilai aktivitas selulase yang
penelitian sebelumnya,
diperoleh
hingga
bahwa
optimum.
Penambahan
mencapai
suatu
titik
nilai variabel
di
kadar
pembiakan
air
penurunan
yamg menunjukan yang
baik
Trichoderma.sp
untuk
adalah besar
atas titik tersebut menyebabkan penurunan
50-70% (21).Alasan yang paling mungkin
aktivitas enzimnya.
adalah
Pada variabel kadar
karena
air, semakin ban yak air yang ditambahkan
keterbatasan
maka posisi kurva akan semakin di bawah.
Penambahan
Berdasarkan
maksimum
nilai
aktifitas
enzim
yang
dihasilkan diketahui bahwa kadar air yang
dedak dalam air
padi
memiliki
menyerap diatas
dedak
dalam
akan menyebabkan
jamur
air.
kapasitas
menyerap
air
sulit tumbuh
baik adalah sekitar 50%-75% bobot kering
41
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
serta meningkatkan
peluang
tumbuhnya
kontaminan lainnya terutama bakteri(22). Pada penambahan
yang dihasilkan oleh RSM sebagaimana tergambar
kadar urea, kadar
dalam
Gambar
1.
Proses
validasi menyatakan bahwa pada rentang
ke dalam
kadar air sebesar 50%-150%, kadar urea
kultur adalah sekitar 2%-3% bobot kering
0%-4%, serta kadar bibit 1%-3% tingkat
media. Penambahan urea di atas 3% akan
ketepatan dugaan hasil aktivitas selulase
menyebabkan
pada ekstrak oleh persamaan empiris dapat
urea yang baik ditambahkan
penurunan
nilai
aktivitas
enzim selulase yang didapatkan. Hal ini
diterima. Nilai aktivitas
sejalan
hasil
dengan
menyebutkan tidak
prinsip
pertanian
pertumbuhannya memiliki
karena
batas
pengukuran
pada
saat
pupuk
penyelenggaraan fermentasi untuk validasi
meningkatkan
berada tepat atau di atas nilai aktivitas
bahwa penambahan
serta-merta
yang
enzim selulase
setiap tanaman
kemampuan
dalam
menyerap pupuk tersebut.
yang ditentukan oleh persamaan sebagaimana Nilai
Kadar bibit yang baik adalah sekitar 1
ditampilkan
aktivitas
diperoleh
dari
empiris
pada Tabel 3.
maksimum
yang
dapat
komposisi
nutrisi
yang
ini
ditentukan berdasarkan persamaan adalah
semakin banyak bibit yang
sebesar 4,9929 ± 0,9204 FPU/gds dengan
ditambahkan maka waktu yang diperlukan
rasio air terhadap dedak 0,5; 2,5% kadar
untuk fermentasi
urea, dan 2% kadar bibit.
%-2%
bobot
dikarenakan
penelitian
media
kering.
semakin singkat. Pada
ini, waktu inkubasi
sebagai variabel
Hal
dianggap
tetap yaitu tujuh hari,
sehingga jika bibit yang dimasukan banyak makapada
hari
ketujuh
Trichoderma
hamatumtelah melewati fase produktifnya. Jika fase produktifnya telah terlewati maka selulase yang dihasilkan pun akan turun.
Perbandingan
Proses
validasi
dilakukan
Nilai
aktivitas
didapatkan dengan
pada
sebagai
nilai
pada
Tabel
selulase
penelitian
beberapa
diperoleh
pada terhadap
Selulase
Terhadap Hasil Penelitian Sebelumnya
sebelumnya Validasi Persamaan Empirik
Aktivitas
yang
ini
serupa
aktivitas
yang
penelitian-penelitian
sebagaimana
ditunjukkan
4. Kesesuaian
dedak padi
media
tanam
untuk
produksi
lima titik optimum yang memiliki nilai
selulase sebanding
dengan kulit kedelai
aktivitas
dan kulit gandum
dan lebih baik dari
berbeda-beda.
yang digunakan
Nilai
optimum
merupakan titik puncak
setiap kurva 3D dari persamaan empirik
42
ampas penelitian
tebu
dan
ini juga
kulit
j eruk.
menunjukan
Hasil bahwa
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
Trichoderma satu
hamatum
spesies
menghasilkan
merupakan
Trichoderma selulase
yang
dengan
salah
yang
baik
jika
dibandingkan
dengan
dapat
spesies lainnya (Tabel 5). Trichoderma
aktivitas
Tabel 4. Perbandingan nilai aktivitas enzim selulase Peneliti
Mikroorganisme
Debalona et al.
Media Tumbuh
A.niger
Kulit kedelai (60%) Kulit gandum (50%) Ampas jeruk (70%) Ampas tebu : kulit gandum (1: 1) Kulit kedelai (60%) Kulit gandum (50%) Ampas tebu: kulit gandum (1: 1)
201i16)
A fumigatus
Dhillon et al. 2011 (17)
FPU/gds
A.niger
Thermoascus aurantiacus
5.6 2.9 0.9 2.2 2.4 5.0 5.1
Ampas kembang kol
8.39
Ampas kacang polong Kinnow Jerami Padi
8.74 8.44 9.02
Jerami gandum
5.5
hamatum yang dibiakan dengan komposisi
mendapatkan
50% air, 0% urea, dan 1% bibit dapat
aktivitas yang lebih tinggi dapat dilakukan
menghasilkan
dengan
enzim
selulase
dengan
aktivitas 0,7992 FPU/mL. Mikroba menghasilkan sebesar
hanya
mampu
selulase
dengan
aktivitas
0.5-9
FPU/gds.
Untuk
mutan
selulase
menggunakan
Penelitian
alami
enzim
yang
telah
penelitian peningkatan
mikroba
menggunakan
dilakukan
sebelumnya
dengan
pada
mutan. mikroba beberapa
dan menunjukan
aktivitas yang sangat pesat.
Tabel 5. Perbandingan nilai aktivitas enzim selulase antar spesies Trichoderma Peneliti
Spesies Trichoderma
Nilai FPU (FPU/mL)
Gadgill et al. 1995(25)
T reesei
0.04
Chandra et al. 2009(26)
T citrinoviride
0.63
Zhou et al. 2008(27)
T'viride
0.88
43
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
Dhillon et al. 2008(28)
T harzianum
1.5
Kovacs et al. 2008(29)
T atroviride
0.41
Terdapat beberapa contoh spesies mikroba telah
yang
mutannya,
dilakukan
antara
MGG77,
Trichoderma
Trichoderma
Trichoderma
pembiakan reesei
reesei
reesei
ZU-02,
RUT
C30,
Trichoderma koningi F244, Funalia trogi IBB 146, Aspergillus
niger
Aspergillus terrus MIl
(17,23,24).
KK2,
media pertumbuhan j amur untuk produksi selulase dengan nilai aktivitas yang baik. Serta
Trichoderma
dimasukkan
ke dalam
Trichoderma
yang
hamatum
dapat
kategori
spesies
dapat
menghasilkan
enzim selulase dengan aktivitas yang baik.
dan UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih dan penghargaan setinggi-
KESIMPULAN Kondisi
optimum
Trichoderma selulase
ferrnentasi
hamatum dapat
menggunakan
tingginya
untuk
dipetakan RSM.
menggambarkan
RSM
secara
disampaikan
peserta Seminar Nasional Kimia Terapan
produksi
Indonesia (SNKTI) 2013 atas saran yang
dengan
telah diberikan untuk tulisan ini, kepada
dapat
Prof. Dr. H. Buchari yang telah menjadi
langsung
Tim
Mitra
Bestari
bagi
penyempurnaan
terhadap
Bapak Ir. Suherrnanto
enzim
selulase.
Persamaan empiris yang diperoleh dapat
redaksi
diterima berdasarkan
memandu
lima
titik
persamaan rentang
hasil validasi pada
optimum. empirisnya,
kondisi
Berdasarkan
diketahui
optimum
pertumbuhan
tulisan ini, dan kepada
JKTI jurnal
atas tm
selaku pimpinan jerih-payahnya hingga
tahap
DAFTAR PUS TAKA 1.
Roswiem AP et al. 2002. Biokimia Umum Jilid 1. Bogor (ID): Departemen Biokimia- FMIP A Institut Pertanian Bogor
2.
Szijarto N, Zsofia F, Kati R, Miklus M, Andias B. 2004. Cellulase fermentation on a novel substrate (waste cardboard) and subsequent utilization of horne-produced cellulase and commercial amylase in a feeding trial. JIndcrop 20: 49-57.
air 50%-75%,
Dengan nilai aktivitas maksimum
sebesar 4.9929 ± 0.9204 FPU/gds. Penelitian ini juga menunjukan bahwa dedak
suatu
limbah
pertanian yang dapat digunakan
sebagai
44
untuk
penerbitannya.
kadar urea 2%-3%, dan kadar bibit 1%2%.
JKTI
bahwa
Trichoderma hamatum pada media dedak padi adalah pada kadar
seluruh
padat
keterkaitan antara kadar air, urea, dan bibit nilai aktivitas
kepada
padi
merupakan
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
3.
4.
5.
Graminha EBN, et aL 2008. Enzyme productionby solid state fermentation aplication to animal nutrition. J Anifeedsci 144: 1-22. Mohamed H.A.A, Haggag W, AG Attalah. Genetic enhancement of Trichoderma viride to overproduce different hydrolytic enzymes and their biocontrol potentiality against root rot and while mold discuses in bean plants. JNAM 1(3): 273-284. Szendefy J, G Szakaes, L Christopher. 2006. Potential of solidstate fermentation enzymes of Aspergillus oryzae in biobleaching of paper pulp. JEnzmictec 39 : 13541360.
6.
Lima A.L.G, Rodrigo P.N, Elba P.S.B, Rosalie RRC. 2005. Sterptomyces drozdowiczil cellulase production using agro-industrial byproducts and its potential use in the detergent and textile industries. J Enzmicted 37: 272-277.
7.
Semangun, H., 2000. PenyakitPenyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta (lD): Gadjah Mada University Press.
8.
9.
Purwantisari dkk. 2004. Uji potensi J amur antagonis Trichoderma (ignorant sebagai agen pengendali hayati jamur patogen Phytoplahora infestans penyebab penyakit utama tanaman Kentang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro. Holker U, Jurgen L. 2005. Solid-state fermentationare there any biotechnological advantages? Microbiology 8:301-306.
10. Suryanarayan S. 2003. Current industrial practice III solid state fermentations for secondary
metabolite production : the Biocon India expenence. JBiochemical engineering 13:189-195. 11. Oojikaas LP, Frans JW, Reinetta MB, Jahannes T, Arjen R. 2000. Defined media and inert supports: their potential as solid-state fermentation production systems. TIBTECH. VoL18:356-360. 12. Fujian Xu, Chen H, Li Z. 2002. Effect of periodically dynamic changes of air on cellulase productions III solid-state fermentation. Enzyme and Microbial Technol. 30:45-48. 13. Singhania RR, Rajeev KS, Anil KP, Christian L, Ashok P. 2010. Advancement and comparative profile in the production technologies using solid-state and submerged fermentation for microbial cellulases. Enzyme and Microbial Technol. 46:541-549. 14. Dewan Standarisasi NasionaL 1996. Dedak padi/bahan baku pakan. SNI 01-3178-1996/Rev. 92. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasionala DSN. 15. Suparyono, A. Setyono. 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi. Jakarta (lD): Penebar Swadaya. 16. Delabona P, Rosangela DPBP, Carla AC, Celia RT, Andre R, Cristiane SF. 2012. Using amazon forest fungi and agricultural residues as a strategy to produce cellulolytic enzymes. Biomass and Bioenergy 37: 243-250. 17. Dhillon GS, Harinder SO, Surinder K, Sunil B, Satinder KB. 2011. Value-addition of agricultural wates for augmented cellulase and xylanase production through solid sate tray fermentation employing mixed cultural of fungi. JIndcrop34 : 11601167.
45
JKTI, Vol. 15 No.2, Desember 2013
18. Bardant, Teuku Beuna, Kiky Comeliasari Sembiring, and Achmad Hanafi Setiawan. 2007. Preliminary studies for producing crude lipase from tempe' smouldcultivated In rice-husk-based solid media Indo. J Chem., 2007, 7 (2), 223-229 19. Bard1ey N. 2007. The responses surface methodology [Tesis]. South Bend: Indiana University. 20. Adney B, J. Baker. 2008. Measure of Cellulase Activities Laboratory Analitica1 Procedure (LAP). Technical Report NRELITP-5J 042628.
21. Latifian M, Zohreh HE, Mohsen B. 2007. Evaluation of culture conditions for cellulase production by two Trichoderma reesei mutants under solid-state fermentation condition. Bioresource Technol. 98: 3634-3637. 22. Domsch, K.H., dan W. Gams. 1972. Fungi in Agricultural Soils. London (GB): Longman Group Limited Publishing. 23. Sukumaran RK, Reeta RS, Gincy MM, Ashok P. 2009. Cellulase production using biomassa feed stock and its apllication in lignocellulose saccharification for bio-ethanol production. Jrenene 34: 421-424. 24. Gao J, Haibo W, Daheng Z, Mingxue Y. Fanghia G, Yu X. 2008. Production and characterizatition of cellulolytic enzymes from the thermo acidophilic fungal Aspergillus terreus MIl under solid-state cultivation" of com stover. J biortech 99: 7623-7629.
46
25. Gadgil NJ, Daginawal HF, Chakrabati T, Khanna P. 1995. Enhanced cellulase production by a mutant of Trichoderma reesei. Enzyme Microb. Technol. 17: 942946. 26. Chandra M, Alok K, Neelam SS, Shailendra SG, Mahender PD, Rajinder SS. 2009. Development of a mutant of Trichoderma citrinovirideiot enhanced production of cellulases. Bioresource Technol. 100: 1659-1662. 27. Zhou J, Yong-Hong W, Ju C, YingPing Z, Si-Liang Z, Peng Y. 2008. Identification and purification of the main components of cellulases from a mutant strain of Trichoderma virideT 100-14. Bioresource Techno!. 99: 6826-6833. 28. Dillon AJP, Marli C, Joao APH, Maria HPF, Andreia CSA, Tarciso AFV, Sergia CL. 2008. Generation of recombinants strains to cellulases production by protoplast fusion between Penicillium echinulatum and Trichoderma harzianum. Enzyme and Microbial Technol. 43:403-409. 29. Kovacs K, Laszlo M, George S, Christian PK, Mats G, Guido Z. 2008. Trichoderma atroviride mutants with enhanced production of cellulase and ~-glucosidase on pretreated willow. Enzyme Microb. Techno!. 43: 48-55. . 30. Widyastuti S.M., Sumardi, A. Sulthoni, Supriyanto. 1999. Pemanfaatan biofungisida Trichoderma spp., untuk memepercepat penguraian serasah Acacia mangium. Mediagama 1(10):13-20