SUMMARY The Concepts of Using Traditional Institutions of Keujreun Blang To Improving the Welfare of Rice Farmers In Bireuen District Traditional institutions of Keujreun Blang is container of farmers rice communities in the Bireuen District still exist with a variety of functions, the use of a traditional institutions for its survival is an impotant in social developments and effort to improve the welfare of the group based on the cultural roots of society, for it is, necessary to be done in-depth assessment by the formula the following issue: How does the concept of utilization of Keujreun Blang Institutions to improving the welfare of rice farmers' in Bireuen district. What the concept has been done by Keujreun Blang to improving the welfare of rice farmers, as well as what constraints was faced by traditional institutions of Keujruen Blang to improving the welfare of rice farmers in Bireuen district. Population / Sample of this Research is all traditional institutions Keujreun Blang in Bireuen districs scattered in 18 sub-districts. The samples will be taken just from several traditional institutions Keujreun Blang in which the characteristics of the region which is dominated by agricultural rice fields, with data collection techniques are deeply interviews. Based on the results of data processing can take several conclusions, among others: As theoretically Bireuen District have been trying to maximize the role of traditional institutions, one of them is Keujreun Blang, the traditional institution is called same as P3AI (Perkumpulan Petani Pemakai Air) grouping of farmers in this container is to harmonize national rice farmer associations, although the grouping such as this can reduce the meaning of customary institutions according to Achenes cultural. According to some basic laws and roles and functions of Keujreun Blang has undergone several change of some authorities, including the provision of some officer related to Keujreun Blang coaching role in the management of water such as Dams Doormen (Penjaga Pintu Bendunagn), Water Doormen (Penjaga Pintu Air), Official of Farmer Link (Tenaga Penghubung Petani) and agricultural extension worker (Tenaga Penyuluh Pertanian) Roles of Keujreun Blang more on managing social values, thus a concept that can be done by the Keujreun Blang also refers to the empowerment of religious social value to improving welfare of its membership. According to Keujreun Blang,s concept the water is to be grateful for the grace of God and therefore must be managed with a concept of justice and unity for the welfare of its members based on religious values and culture, with the concepts : 1). Water is the grace to live must be grateful, should be managed with a concept of justice and unity for the welfare of its members in accordance with the religious orders, it is necessary to take: 1). Division of Water to each crater and tertiary through the computation time and fair, 2). Develop the values of togetherness and mutual Assistance between the farmer, be obtained through the management of several traditional ceremonies : a. Khenduri Abah Lhueng. The ceremony includes the largest ceremony performed by rice farmers each year, b. Khanduri Blang. Is a traditional ceremony at the village level, this ceremony is usually held by the farmers fields after the Khanduri Abah Lueung ceremony, c. Khanduri Rheut Bijeh, This ceremony is often called by Khanduri of Adams Prophet, called Adam Prophet based on the belief that the origin of rice is a descendant of the Adam Prophet. d. Khanduri When the rice was attack by pest. 3), Concept of Environmental Management Funding Through Swadana, according to the Qanun No. 10 of 2005, sources of funding can be sourced by Keujreun Blang : a. Dues (iuran), which is obtained at the time of harvest in accordance with an area of land managed by each rice farmer, b. Donations or other assistance that is not binding, c. Other efforts are lawful, d. and funds of Violation fines. Besides it can also be with the business farms or cooperatives, 4). Security and Maintenance of 1
tertiary concept, can be reached through : a. Increasing rice farmers awareness through persuasive approach both group or individual system, both directly and indirectly. b. Prevention of violations of Water Utilization through patrol at night or during the day as individuals or in groups. Some of the obstacles faced by Blang Keujruen traditional institutions in improving the welfare of rice farmers' in Bireuen District, among others: 1. Only Keujreun Blang Chik who received honorarium each month, this can reduce morale of Keujreun Keujreun Blang Muda and Keujreun Blang Cut in theirs working areas. 2. Maintenance of more tertiary, requiring maximum funds so that requiring sense of togetherness among rice farmers in maintaining the tertiary and requires a good relationship with various Keujruen Blang in every village. 3. The absence of a good awareness among rice farmers (P3A) in utilizing the water together, so that water theft often occurs especially once the dry season .4. Legal formal for several chapters still open opportunities for different interpretations, so that the conduct of activities on the ground often based on the informals approach, then the strength of these chapters to be weak. 5. The lack of coordination of related agencies in a variety of activities so that some activities such as distribution and data collection assistance often go unnoticed by Keujreun Blang.
ACKNOWLEDGEMENTS In this opportunity to thank the authors of the highest to the parties who have helped terselenggarakannya this study include: a. Thanks to Directorate of Community Services Research and Higher Education Ministry of National Education of Indonesia (Dikti) which has funded this research so perfectly so that this reseach completable in accordance with a predetermined time. b. Thanks to LP2M USM who have encouraged and supported and facilitate us a variety of scientific meetings, so that this study can be completable properly.
2
RINGKASAN Konsep Pemanfaatan Lembaga Adat Keujreun Blang Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Pemakai Air (Sawah) Di Kabupaten Bireuen
Lembaga adat Keujreun Blang merupakan suatu wadah masyarakat petani sawah di Kabupaten Bireuen masih eksis dengan berbagai fungsinya, pemanfaatan suatu lembaga adat untuk kelangsungan hidupnya adalah sangat penting dalam pembangunan sosial dan suatu upaya meningkatkan kesejahteraan kelompok tersebut yang didasari pada akar budaya masyarakatnya, Untuk itu perlu kiranya dilakukan pengkajian yang mendalam dengan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana konsep pemanfaatan Lembaga Adat Keujreun Blang dalam meningkatkan kesejahteraan petani pemakai air (sawah) di Kabupaten Bireuen. Konsep apa saja yang telah dilakukan oleh Lembaga Adat Keujreun Blang dalam meningkatkan kesejahteraan petani serta Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh lembaga adat Keujruen Blang dalam meningkatkan kesejahteraan petani pemakai air (sawah) di Kabupaten Bireuen. Populasi/Sampel Penelitian seluruh Lembaga Adat Keujreun Blang Kabupaten Bireuen yang tersebar dalam 18 kecamatan. Sampel penelitian akan diambil dari beberapa lembaga adat saja dimana karakteristik wilayahnya yang didominasi oleh lahan pertanian persawahan, dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain : Kabupaten Bireuen secara teoritis telah berusaha memaksimalkan peran lembaga adat, salah satunya adalah Keujreun Blang, lembaga adat ini disebut sebagai P3AI (yaitu Perkumpulan Petani Pemakai Air) pengelompokkan petani dalam wadah ini adalah untuk menyelaraskan perkumpulan petani sawah secara nasional, meskipun perkumpulan seperti ini dapat mengurangi makna lembaga adat tersebut. Sesuai dengan beberapa dasar hukum peranan dan fungsi Keujreun Blang telah mengalami perubahan wewenang termasuk dengan penyediaan beberapa tenaga yang terkait pembinaan peran Keujreun Blang dalam pengelolaan air seperti Penjaga Pintu Bendungan (PPB) dan Penjaga Pintu Air (PPA) serta Tenaga Penghubung Petani (TPP) dan Tenaga Penyuluh Pertanian. Peranan Keujreun Blang lebih pada pengelolaan nilai-nilai social, dengan demikian konsep yang dapat dilakukan oleh para Keujreun Blang juga mengacu pada pemberdayaan nilai social keagamaan dalam peningkatan kesejahteraan anggotannya. Bagi Keujreun Blang, air adalah rahmat Allah yang harus disyukuri oleh sebab itu harus dapat dikelola dengan suatu konsep yang berkeadilan dan kebersamaan demi kesejahteraan anggotanya berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya, dengan konsep : 1). Air adalah rahmat untuk kehidupan bersama yang harus disyukuri, harus dapat dikelola dengan suatu konsep yang berkeadilan dan kebersamaan demi kesejahteraan anggotanya sesuai dengan perintah agama, maka perlu ditempuh: 1). Pembagian Air ke setiap Kwarter dan Tersier melalui perhitungan waktu dan adil, 2). Membangunan Nilai - nilai kebersamaan dan Gotong Royong di antara petani, ditempuh melalui 3
pengelolaan beberapa upacara adat : a . Khenduri Abah Lhueng. Yaitu Keunduri (upacara adat) ini termasuk upacara terbesar yang dilakukan oleh para petani sawah setiap tahunnya, b. Khanduri Blang. Adalah suatu upacara adat pada tingkat desa, biasanya upacara ini diselenggarakan oleh para petani sawah setelah upacara Khanduri Abah Lueung c. Khanduri Rheut Bijeh, Upacara ini sering di sebut dengan Khanduri Nabi Adam, disebut Khanduri Nabi Adam karena didasari pada kepercayaan bahwa asal muasal terjadinya padi adalah dari keturunan Nabi Adam. d. Khanduri Bila padi diserang hama. 3), Konsep Pengelolaan Lingkungan Melalui Pendanaan Swadana, sesuai dengan Qanun Nomor 10 tahun 2005 sumber pendanaan Keujreun Blang dapat bersumber: a. Iuran, yang diperoleh pada saat panen sesuai dengan luas lahan yang dikelola oleh masing – masing petani, b. Sumbangan atau bantuan lain yang tidak mengikat, c. Usaha-usaha lain yang sah menurut hukum, d. Dan dana denda pelanggaran. Disamping itu dapat juga ditempuh usaha-usaha tani atau koperasi, 4). Konsep Pengamanan dan Perawatan Saluran, dapat ditempuh malalui: a. Peningkatan kesadaran bersama melalui pendekatan – pendekatan persuasif baik secara kelompok maupun individul, baik secara langsung dan tidak langsung. b. Pencegahan Pelanggaran Pemanfaatan Air melalui Ronda baik pada malam hari maupun siang hari secara individu atau berkelompok. Beberapa kendala yang dihadapi dan usaha untuk menanggulaninya oleh lembaga adat Keujruen Blang dalam meningkatkan kesejahteraan petani pemakai air (sawah) di Kabupaten Bireuen antara lain : 1. Hanya Keujreun Blang Chik saja yang mendapat honorer setiap bulannya, hal ini dapat mengurangi semangat kerja bagi Keujreun Blang Muda dan Keujreun Cut yang ada dalam wilayah kerjanya. 2. Pemeliharaan saluran memerlukan dana yang besar, sehingga memerlukan usaha yang maksimal dalam membangun pengertian kebersamaan diantara petani persawahan dalam memelihara salurannya dan memerlukan hubungan yang baik dengan Keujruen Cut – Keujreun Cut di setiap desa. 3. Belum adanya kesadaran yang baik diantara petani persawahan (P3A) dalam memanfaatkan air secara bersama, sehingga sering kali terjadi pencurian air terutama sekali pada musim kemarau.4. Payung hukum untuk beberapa pasal masih terbuka peluang untuk berbagai penafsiran, sehingga pelaksanan kegiatan dilapangan sering kali harus berdsarkan pendekatan informal, maka kekuatan pasal-pasal tersebut menjadi lemah. 5. Minimnya koordinasi dinas terkait dalam berbagai kegiatan sehingga beberapa kegiatan seperti distribusi dan pendataan bantuan sering sekali tidak diketahui oleh Keujreun Blang. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pihakpihak yang telah membantu terselenggarakannya penelitian ini antara lain : a. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat DIKTI Kemendiknas RI yang telah mendanai penelitian ini dengan sempurna sehingga selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. b. Terima kasih kepada LP2M USM yang telah mendorong dan mendukung dengan sepenuhnya dan memfasilitasi berbagai pertemuan ilmiah sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik. 4
5