OPTIMASI PEMANFAATAN TEGAKAN AKASIA (Acacia mangium Wild) UNTUK TUJUAN MENGHASILKAN KAYU PERTUKANGAN DAN BAHAN BAKU INDUSTRI PULP DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN
EDO MAYGESSA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
EDO MAYGESSA. E14104010. Optimasi Pemanfaatan Tegakan Akasia (Acacia mangium Wild) untuk Tujuan Menghasilkan Kayu Pertukangan dan Bahan Baku Pulp di KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Dibimbing oleh BUDI KUNCAHYO dan SOFWAN BUSTOMI Acacia mangium Wild merupakan jenis yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tanaman ini dapat menghasilkan bubur kayu dan kertas dengan kualitas yang tinggi, serta memiliki potensi ekonomi yang tinggi pula untuk tujuan kayu pertukangan. Pengelolaan hutan tanaman akasia pada KPH Bogor selama ini hanya ditujukan untuk menghasilkan kayu pertukangan. Namun, jenis ini masih dapat dioptimalkan fungsinya sebagai bahan baku industri pulp. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model optimasi nilai NPV hutan tanaman akasia pada KPH Bogor untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp. Pembangunan model optimasi NPV pada penelitian ini diterapkan pada dua model, yaitu untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp. Model optimasi ini dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam memilih bentuk pengelolaan hutan tanaman A. mangium yang terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model optimasi NPV pengelolaan hutan Acacia mangium Wild. Penelitian dilakukan pada bulan MeiAgustus 2009. Metode penelitian mengambil pendekatan metode Linier Programming. Model optimasi NPV untuk tujuan kayu pertukangan menghasilkan pola penebangan tegakan A. mangium pada KPH Bogor dengan luas tebangan rata-rata 283,90 ha pada tiap kelas umur selama jangka, serta mencapai keadaan normal pada umur 10 tahun. Sedangkan untuk tujuan bahan baku pulp menghasilkan pola penebangan tegakan A. mangium pada KPH Bogor dengan luas tebangan rata-rata 354,88 ha pada tiap kelas umur selama jangka serta mencapai keadaan normal pada umur 8 tahun, keadaan normal akan berlanjut setelah jangka. Simulasi tujuan hutan tanaman Akasia untuk tujuan bahan baku pulp lebih menguntungkan daripada tujuan kayu pertukangan yaitu sebesar 68%. Metode program linier Buongiorno memberikan keuntungan yang lebih tinggi untuk tujuan kayu pertukangan dan tujuan bahan baku pulp daripada metode Burn. Kata Kunci : Optimasi, kayu pertukangan, bahan baku pulp
EDO MAYGESSA. E14104010. Optimize Utilization of Acacia (Acacia mangium Wild) Stand for the Purpose of Carpentry and Pulp Raw Material in KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III West Java and Banten. Supervised by BUDI KUNCAHYO and SOFWAN BUSTOMI Acacia mangium Wild has been selected as one of the favorite species for the plantation areas in Indonesia. This type is grouped into the types of plantation timber to meet the demand of wood fiber raw material for pulp and paper industry. Along with time, the demand for this type for other purposes also increased, particularly for construction timber. Because the price of raw materials for construction timber in the other types is high. Acacia plantation forest management in KPH Bogor had only intended to produce timber, this species can be optimized for raw material pulp industry. It will require an optimization model of the NPV value of acacia plantation in KPH Bogor for the purpose of producing timber, raw material for pulp and combination of timber and pulp materials. The NPV optimization model in this study is applied into two models, namely for the purpose of timber and pulp raw material. This model can be used as best alternative way to choose the form of A. Mangium forest management. This study aims to produce NPV optimization models for Acacia mangium. Wild forest management in KPH Bogor. The study was conducted during MayAugust 2009. The method is the approach of Linear Programming from Buongiorno (1987). Formulation of optimization model was done by simplex processing method using Solver in Microsoft Office Excel software 2007. The change that occur in the optimum solution model then analyzed using sensitivity analysis model. The result of NPV optimization model for the purpose of producing timber is logging pattern of A. mangium stand in KPH Bogor with the average of logging area is 283.90 ha for each age class during the period, and reach normal circumstances at the age of 10 years. While for the raw material pulp, the average of logging area is 354.88 ha in each age class during the period and reach normal circumstances at the age of 8 years, the normal circumstances would continue after the period. The simulation purposes of Acacia plantation forests for the purpose of pulp raw material give the higher profit 68% than for the construction timber. Buongiorno linear program method provides the higher profit for the purposes timber and pulp raw material than Burn method. Keywords: Optimization, construction timber, pulp raw material
OPTIMASI PEMANFAATAN TEGAKAN AKASIA (Acacia mangium .Wild) UNTUK TUJUAN MENGHASILKAN KAYU PERTUKANGAN DAN BAHAN BAKU INDUSTRI PULP DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN
EDO MAYGESSA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PERNYATAAN Dengan Pemanfaatan
ini
saya
Tegakan
menyatakan bahwa
Akasia
(Acacia
skripsi
mangium
berjudul
Wild)
Optimasi
Untuk
Tujuan
Menghasilkan Kayu Pertukangan dan Bahan Baku Industri Pulp di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
Edo Maygessa NRP E14104010
LEMBAR PENGESAHAN Judul penelitian : Optimasi Pemanfaatan Tegakan Akasia (Acacia mangium Wild) Untuk Tujuan Menghasilkan Kayu Pertukangan dan Bahan Baku Industri Pulp di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Nama : Edo Maygessa NRP : E14104010
Menyetujui : Dosen pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Dr. Ir. Budi Kuncahyo,MS
Ir. Sofwan Bustomi, MS
NIP. 196107201986011002
NIP.195211131977021002
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 196111261986011001
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1986 di Sijunjung, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Marshal Dt. Bagindo Malano S.pd dan Yusni, S.pd. Adapun riwayat pendidikan penulis mengikuti sekolah dasar di SDN. 29 Muaro Gambok dari tahun 1992 sampai 1998, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 2 Sijunjung dari tahun 1998 sampai 2001, sekolah menengah umum di SMU Negeri Sijunjung dari tahun 2001 sampai 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) di Fakultas Kehutanan dengan program studi Manajemen Hutan. Selama duduk dibangku kuliah, penulis
aktif dalam organisasi
kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi (himpro) Forest management Student Club (FMSC) sebagai anggota Departemen Planologi Kehutanan pada tahun kepengurusan 2005/2006, dan sebagai anggota
Intenational Forestry Student
Assosiation (IFSA) pada tahun kepengurusan 2006/2007. Penulis juga aktif dalam kepanitian seperti menjadi anggota panitia COOKIES (Cool and Keen In Art IPB Contest), Panitia PETA `42 (Penanaman Angkatan 42). Semasa perkuliahan, penulis juga dipercaya untuk menjadi asisten praktikum mata ajaran Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Penulis telah melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H), praktek pengenalan ekosistem Cagar Alam Leuweung Sancang - Cagar Alam Kamojang dilanjutkan dengan praktek pengelolaan hutan pada KPH Purwakarta. Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan penulis pada KPH Banyuwangi Barat. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Optimasi Pemanfaatan Tegakan Acacia Mangium Wild untuk Tujuan Kayu Pertukangan dan Bahan Baku Industri Pulp pada KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dibawah bimbingan Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS dan Ir. Sofwan Bustomi, MS.
i
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat, nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang Optimasi Pemanfaatan Tegakan Akasia (Acacia mangium Wild) Untuk Tujuan Menghasilkan Kayu Pertukangan dan Bahan Baku Industri Pulp di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1.
Papa, Mama, kakak dan adik tercinta serta seluruh keluarga atas segala dukungan, doβa dan kasih sayangnya.
2.
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS dan Ir. Sofwan Bustomi, MS selaku dosen pembimbing atas arahan, masukan, bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
3.
Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc. F. Trop selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Edhi Sandra, MS selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi dan Ekawisata yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4.
ADM KPH Bogor, Bapak Nana dan bapak Agus dari KPH Bogor, Bapak Ade dari BKPH Parungpanjang yang telah membantu selama penelitian.
5.
Keluarga besar Asrama Sylvasari atas persaudaraan dan kebersamaannya.
6.
Teman-teman seperjuangan keluarga besar Manajemen Hutan angkatan 41 atas persaudaraan dan dorongan semangatnya, khususnya Priyo, Fatah, dll
7.
Imara Nindya Wisman, S.Hut dan keluarga atas doβa, semangat dan bantuannya.
8.
Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan studi. Semoga penelitian ini bermanfaat. Bogor, Februari 2010 Penulis.
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...............................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang ..........................................................................
1
1.2
Tujuan penelitian ......................................................................
2
1.3
Manfaat penelitian ....................................................................
2
1.4
Hipotesis ...................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Acacia mangium Wild ..............................................................
3
2.2
Pemograman linier ...................................................................
4
2.3
Pengelolaan hutan Acacia mangium Wild di Indonesia ...........
6
2.4
Hasil-Hasil penelitian sebelumnya ...........................................
7
2.5
pengaturan hasil di Perhutani ...................................................
7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Waktu dan tempat penelitian ....................................................
9
3.2
Jenis dan cara pengumpulan data .............................................
9
3.3
Kerangka berfikir .....................................................................
9
3.4
Metode pelaksanaan .................................................................
10
3.5
Batasan ....................................................................................
17
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan luas...........................................................................
18
4.2. Keadaan lapangan ....................................................................
18
4.3. Tegakan ...................................................................................
21
4.4. Sosial ekonomi masyarakat ......................................................
22
iii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Potensi hutan tanaman A. mangium KPH Bogor .....................
23
5.2. Harga dan biaya pengelolaan ...................................................
24
5.3. Model optimasi NPV untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan .....................................................................
26
5.4. Model optimasi NPV untuk tujuan menghasilkan bahan baku industri pulp .....................................................................
32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ..............................................................................
39
6.2. Saran ........................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
40
LAMPIRAN
42
........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Tinggi tempat, curah hujan dan jenis tanah per kelompok hutan KP Acacia mangium KPH Bogor ........................................................
19
2. Penyebaran kelas hutan KP Acacia mangium KPH Bogor ..................
21
3. Kepadatan penduduk di wilayah BKPH Parungpanjang .....................
22
4. Tabel potensi A. mangium Wild untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp ............................................................................
23
5. Biaya pengelolaan (variable) KP Acacia mangium Wild untuk tujuan kayu pertukangan .................................................................................
25
6. Biaya pengelolaan (variable) KP Acacia mangium Wild untuk tujuan bahan baku pulp ...................................................................................
25
7. Tabel pola penebangan hutan tanaman akasia untuk tujuan kayu pertukangan ..........................................................................................
27
8. Pola produksi kayu selama jangka untuk tujuan kayu pertukangan ....
27
9. Tabel struktur kelas hutan kayu pertukangan selama jangka ...............
28
10. Tabel nilai NPV tujuan kayu pertukangan ...........................................
29
11. Tabel analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan harga ...................................................................................
30
12. Tabel analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan produktifitas ........................................................................
30
13. Perhitungan UTR dan etat untuk tujuan kayu pertukangan .................
31
14. Tabel pola penebangan hutan tanaman akasia untuk tujuan bahan baku pulp ..............................................................................................
32
15. Pola produksi kayu selama jangka untuk tujuan bahan baku pulp ......
33
16. Struktur kelas bahan baku pulp selama jangka ....................................
33
17. Tabel nilai NPV tujuan bahan baku pulp .............................................
34
18. Tabel analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan harga ...................................................................................
35
19. Tabel analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan produktifitas ........................................................................
35
v
20. Perhitungan UTR dan etat untuk tujuan bahan baku pulp ...................
36
vi
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Alur penyusunan model optimasi untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp ............................................................................
11
2. Grafik jumlah penduduk di wilayah BKPH Parungpanjang ................
22
vii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Tarif pengelolaan kelas perusahaan A. mangium KPH Bogor ............
43
2. Tabel volume tegakan sementara jenis A. mangium untuk KPH Bogor ...........................................................................................
54
3. Rencana pendapatan dan pengeluaran BKPH Parungpanjang tahun 2009......................................................................................................
56
4. Daftar perincian anak petak RPKH KP A. mangium BKPH Parungpanjang KPH Bogor 2006-2010 ...............................................
57
5. Perhitungan etat tegakan A.mangium untuk tujuan pulp .....................
73
6. Bagan tebang habis seluruh daur A.mangium untuk tujuan pulp .........
76
7. Perhitungan etat tegakan A.mangium untuk tujuan kayu pertukangan
78
8. Bagan tebang habis seluruh daur A.mangium untuk tujuan kayu Pertukangan ..........................................................................................
81
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Acacia mangium Wild merupakan jenis yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman ini menghasilkan bubur kayu yang memiliki warna putih yang bersih sehingga menghasilkan kertas kualitas yang tinggi. Corak dari kayu inipun sangat khas yaitu mirip dengan corak jati, faktor ini membuat jenis ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi pula untuk tujuan kayu pertukangan. A. mangium dipilih sebagai salah satu jenis favorit untuk ditanam di areal Hutan Tanaman Indonesia (HTI) di Indonesia. Jenis ini dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kayu HTI untuk memenuhi kebutuhan kayu serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan kertas. Hal ini disebabkan karena jenis ini merupakan tanaman yang memiliki daur yang cukup pendek (8-10 tahun). Selain itu, jenis ini semakin populer di kalangan perindustrian kayu Indonesia saat ini. Permintaan konsumen terhadap kayu ini semakin meningkat dari waktu ke waktu. Tingginya permintaan kayu sebagai bahan baku pulp diikuti oleh semakin maraknya penggunaan jenis ini terhadap kayu pertukangan. Hal ini disebabkan tingginya harga bahan baku untuk kayu pertukangan. Pengelolaan hutan tanaman A. mangium di KPH Bogor selama ini hanya bertujuan untuk menghasilkan kayu pertukangan, padahal jenis ini masih dapat dioptimalkan fungsinya sebagai bahan baku industri pulp. Pengoptimalan tersebut didukung dengan terdapatnya perusahaan industri pengolah pulp yang berada di wilayah KPH Bogor. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model optimasi nilai Net Present Value (NPV) hutan tanaman akasia pada KPH Bogor untuk melihat sejauh mana optimasi nilai NPV untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp. Pembangunan model optimasi NPV yang dilakukan penulis meliputi dua model, yaitu model optimasi tujuan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp. Metode pembangunan model optimasi untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp menggunakan linier programming. Model optimasi yang didapat nantinya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengelolaan hutan tanaman A. mangium pada KPH Bogor untuk mendapatkan nilai NPV optimum.
2
1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model optimasi NPV pengelolaan hutan Acacia mangium Wild KPH Bogor untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan atau bahan baku pulp.
1.3 Manfaat Penelitian ini dapat digunakan KPH Bogor sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan pengelolaan tegakan A. mangium sebagai bahan baku industri pulp, karena selama ini tegakan A. mangium pada KPH Bogor hanya dimanfaatkan untuk kayu pertukangan.
1.4
Hipotesis Hipotesis yang ingin diuji pada penelitian ini adalah total nilai NPV yang
diperoleh KPH Bogor apabila tegakan A. Mangium dimanfaatkan untuk tujuan bahan baku industri pulp akan meningkatkan pendapatan total bersih yang diterima KPH Bogor atau justru menurunkan pendapatan total bersih tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Acacia mangium Wild Acacia mangium Wild merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh
(fast growing species) dan mudah tumbuh pada lahan yang kurang atau tidak subur. Klasifikasi A. mangium secara lengkap (Anonim 2009) adalah sebagai berikut : Sub kingdom : Traceobiontha Super divisi
: Spermathophyta
Divisi
: Magnoliohyta
Class
: Magnoliopsida
Sub class
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Family
: Fabaceae
Genus
: Acacia
Species
: Acacia mangium Wild
Persebaran alaminya yaitu Queensland, Papua Nugini dan Indonesia bagian timur. Pada habitat asalnya kayu mangium dapat hidup pada suhu maksimal antara 310-340 C dan minimum antara 120-160 C serta pada curah hujan 1000 mm β 4500 mm/tahun. A. mangium tidak memerlukan syarat tempat tumbuh yang tinggi, dan mampu tumbuh pada lahan yang miskin hara dan tidak subur. Tumbuhan ini mampu tumbuh pada tanah podsolik, di padang alang-alang, bekas penambangan, tanah tererosi, tanah miskin hara berbatu-batu dan tanah aluvial serta mudah beradaptasi (Permana 2006). Ciri tanaman ini adalah bentuk batangnya bulat lurus, bercabang banyak (simpodial), berkulit tebal agak kasar, dan kadang beralur kecil dengan warna cokelat muda. Pohon dewasa dapat mencapai 30 m dengan diameter lebih dari 75 cm (Khaerudin 1994). Kayu mangium mempunyai permukaan polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Kayu terasnya berwarna coklat sampai coklat tua, batasnya tegas dengan kayu gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Teksturnya halus sampai agak kasar dan merata.
4
A. mangium termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat jenis 0,56 - 0,60 dengan nilai kalori rata-rata antara 4800 - 4900 k.cal/kg. Kayu mangium cocok untuk keperluan kerajinan kayu dan rak, rangka pintu, kusen jendela, vinir, serta pulp dan kertas.
2.2.
Pemrograman Linier Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan
sumberdaya yang langka untuk mencapai suatu tujuan memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya dengan kendala-kendala tertentu. Linier program terdiri dari dasar kata linier dan program. Kata linier menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linier dalam arti hubungan langsung dan proporsional. Program menyatakan penggunaan teknik matematik tertentu (Aminuddin 2005). Pemograman linier memiliki beberapa karakteristik, yaitu sifat linearitas dan proporsional. Sifat linearitas merupakan suatu konsep penentuan kasus melalui cara statistik dan teknis. Secara statistik, kita dapat memeriksa kelinearan menggunakan grafik (diagram pencar) ataupun menggunakan uji hipotesa. Sedangkan secara teknis, linearitas ditunjukkan oleh adanya sifat proporsionalitas, additivitas, divisibilitas dan kepastian fungsi tujuan dan pembatas. Sifat proporsional dapat dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Terpenuhinya sifat proporsional jika, nilai-nilai variabel seperti harga per unit produk sama dengan jumlah yang dibeli, sebaliknya sifat proporsional tidak akan terpenuhi jika penggunaan sumberdaya tiap unitnya tergantung dari jumlah yang diproduksi serta adanya diskon dalam pembelian jumlah banyak. Sifat additivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang diantara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk perkalian silang pada model. Sifat additivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan maupun pembatas (kendala). Sifat additivitas dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan. Untuk fungsi kendala, sifat additivitas dipenuhi jika nilai kanan merupakan total penggunaaan masing-masing variabel keputusan. Jika dua variabel keputusan
5
misalnya merepresentasikan dua produk substitusi, dimana peningkatan volume penjualan salah satu produk akan mengurangi volume penjualan produk lainnya dalam pasar yang sama, maka sifat additivitas tidak terpenuhi. Sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel keputusan non integer dimungkinkan. Sifat kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstanta. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai dengan peluang tertentu. Keempat sifat ini dalam dunia nyata tidak selalu dapat dipenuhi.
Untuk
meyakinkan
dipenuhinya
keempat
asumsi
ini,
dalam
pemrograman linier diperlukan analisis sensitivitas terhadap solusi optimal yang diperoleh (Siringoringo 2005). Urutan pertama dalam penyelesaian metode ini adalah mempelajari sistem relevan dan mengembangkan pernyataan permasalahan yang dipertimbangkan dengan jelas. Penggambaran sistem dalam pernyataan ini termasuk pernyataan tujuan, sumber daya yang membatasi, alternatif keputusan yang mungkin (kegiatan atau aktivitas), batasan waktu pengambilan keputusan, hubungan antara bagian yang dipelajari dan bagian lain dalam perusahaan, dan lain-lain. Penetapan tujuan yang tepat merupakan aspek yang sangat penting dalam formulasi masalah. Untuk
membentuk
tujuan
optimalisasi,
diperlukan
identifikasi
anggota
manajemen yang benar-benar akan melakukan pengambilan keputusan dan mendiskusikan pemikiran mereka tentang tujuan yang ingin dicapai (Siringoringo 2005) Setelah mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematika melalui tiga tahapan yaitu : 1. Menentukan variabel yang tidak diketahui yaitu variabel keputusan dan nyatakan dalam persamaan matematika. Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. 2. Membentuk fungsi tujuan sebagai suatu hubungan linear dari variabel keputusan.
6
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikannya dalam bentuk persamaan yang merupakan hubungan linier dari variabel keputusan. π
max π = (
πππ) + ππβ π =1
2.3.
Pengelolaan Hutan Acacia mangium .Wild di Indonesia Indonesia diyakini mempunyai keunggulan di sektor industri pulp dan
kertas, karena memiliki fasilitas cukup mantap serta melimpahnya bahan baku yang pulp berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI) dan tersedia sumber daya manusia dalam proses produksi pulp dan kertas secara efisien serta pengelolaan hutan secara optimal dan berkesinambungan menyebabkan kelompok industri ini telah mengalami laju pertumbuhan pesat selama 1985-1994, yaitu rata-rata mencapai lebih dari 20% per tahun (Mulyadi 1996). HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh pengusahan IUPHHK-HTI untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Berdasarkan peruntukkannya HTI (Anonim 2009) dibagi menjadi : 1. HTI Pulp adalah tanaman yang diperuntukan terutama bagi penyediaan bahan baku industri pulp (bubur kayu) 2. HTI Kayu Pertukangan adalah hutan tanaman yang diperuntukan terutama bagi penyediaan bahan baku industri kayu pertukangan dan atau industri lainnya 3. HTI lainnya adalah hutan tanaman yang diperuntukan bagi penyediaan bahan baku kayu atau industri lainnya Pembangunan hutan tanaman komersial mengacu pada produk akhir yang diharapkan (Hardiyanto 2004) dikelompokkan menjadi : 1. Golongan kayu pertukangan, yang memerlukan bentuk batang yang bagus, mudah dilakukan pemangkasan cabang, kekuatan kayu tinggi, awet atau mudah dilakukan pengawetan, mudah dijarangi.
7
2. Golongan kayu industri kayu lapis (plywood), berasal dari pohon berukuran moderat sampai besar, cepat tumbuh, pemangkasan cabang alami mudah, tidak banyak cacat mata kayu (knots), mudah dikelupas (peeling) dengan kualitas baik, mudah direkat (bonding). 3. Golongan pulp, berasal dari pohon cepat tumbuh, lurus agar mudah dikupas kulitnya (debarking), kayu yang memiliki serat kertas berkualitas tinggi, sedangkan kayu yang memiliki serat pendek digunakan untuk tujuan lainnya. HTI di Indonesia berkembang dengan pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya permintaan impor pulp dan penanaman modal asing dalam pembangunan HTI pulp. Daerah yang potensial untuk pengembangan HTI antara lain Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan, di daerah tersebut telah dibangun beberapa HTI. Menurut berbagai Hardiyanto (2004), tujuan utama pembangunan HTI dengan pilihan jenis A. mangium adalah memproduksi kayu bulat dari hasil HTI pada kawasan hutan yang telah ditunjuk dan ditetapkan secara lestari. Jenis A. mangium dapat menjadi bahan baku industri pulp sekaligus penghasil bahan baku meubel. Fakta ini terungkap baru-baru ini setelah dicapai daur 8 tahun untuk jenis A. mangium dapat mencapai diameter sortimen kayu konstruksi (Γ β₯ 20 cm). Sebelum A. mangium pada tahun 1990-an, jenis tanaman yang pertama kali diperkenalkan sebagai bahan baku pulp adalah Eucaliptus deglupta. Oleh karena kayu eukaliptus tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Jenis A. mangium dipilih dalam pengembangan HTI karena riap pertumbuhan yang cukup tinggi, persyaratan silvikultur yang mudah, mampu tumbuh baik pada lahan kurang subur, serta memiliki sifat kayu yang memenuhi syarat untuk produksi pulp.
2.4.
Pengaturan Hasil di Perum Perhutani Pengaturan hasil merupakan upaya untuk mengatur pemungutan hasil
(panenan) agar jumlah hasil yang dipungut setiap periodenya kurang lebih sama.dan dapat diusahakan meningkat secara berkesinambungan (Perum Perhutani 1992).
8
Pengaturan hasil berintikan penentuan etat. Etat didefinisikan sebagai besarnya porsi luas atau massa kayu atau jumlah batang yang boleh dipungut setiap tahunselama jangka perngusahaan yang menjamin kelestarian produksi dan sumberdaya (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999). Pada dasarnay metode yang digunakan dalam pengaturan hasil adalah kombinasi etat luas san etat volume berdasarkan SK Dirjen Kehutanan No.143/Kpts/Dj/I/1974. 1. Penentuan Etat a) Etat luas =
πΏ π·
dimana L : luas jenis kayu pokok yang dihasilkan (ha) D : Daur (tahun)
b) Umur Tebang Rata-Rata (UTR) adalah umur rata-rata kelas perusahaan ditambah setengah daur dari kelas perusahaan bersangkutan. UTR = Ε« + Β½ d dimana d : Daur Ε« : Umur rata-rata, dihitung dengan rumus : Ε«=
πΏπ π₯ ππ πΏπ
Li : luas areal tanaman ke-i Ui : Umur tengah tanaman ke-i c) Pengujian jangka waktu penebangan (cutting test time) cutting test time adalah pengujian terhdap kelestarian produksi selama daur berdasarkan luas tegakan produksi yang ada serta besdasarkan potensi produksi dari masing-masing petak. Bilamana dalam pengujian kumulatif tahun-tahun penebangan selam daur terdapat perbedaan yang nyata maka etat massa yang tealah didapat dikoreksi dan untuk diuji lagi pada cutting test time berikutnya sampai perbedaan yang terjadi kurang dari 2 tahun.
9
2.5.
Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai pengoptimalan pengelolaan hutan tanaman akasia
telah dilakukan Permana (2006) yang meneliti tentang daur optimum kelas perusahaan A. mangium di KPH Bogor menggunakan metode Linier Goal Programming (LGP) dengan menggunakan daur alternatif yaitu daur 7 tahun, 8 tahun, 9 tahun, 10 tahun dan daur 11 tahun. Penelitian oleh Permana menggunakan analisis finansial dengan pendekatan nilai Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate Of Return (IRR) dari masingmasing daur. Hasilnya dari analisis finansial diperoleh data bahwa daur 10 tahun memberikan keuntungan paling besar dan paling layak untuk diusahakan dengan nilai NPV Rp. 484.676.048,77, nilai BCR 2,24 dan nilai IRR 25,31%, sedangkan menggunakan metode Linier Goal Programming (LGP) daur yang paling baik digunakan adalah daur 8 tahun. Pembangunan model optimasi hutan tanaman Acacia mangium .Wild pada KPH Bogor dilakukan Suprayogi (2009) dengan tujuan maksimasi NPV dari tegakan A mangium untuk tujuan kayu pertukangan. Penelitian ini mendapatkan hasil jumlah total NPV yang maksimum adalah Rp. 15,58 milyar. Pada kondisi optimum, dengan model Buongiorno (1987) nilai NPV yang diperoleh perusahaan pada tingkat suku bunga 9% selama 10 tahun meningkat sebesar 15,58% dari kondisi aktual dengan menggunakan metode Burn.
10
BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2009 di kawasan KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
3.2. Jenis dan cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran dan wawancara secara langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dengan cara pencatatan data yang telah tersedia. Data primer yang berasal di lapangan berupa : 1.
Kondisi fisik, lapangan, luas setiap kelas umur, potensi produksi kayu setiap kelas umur, dan faktor koreksi dan eksploitasi pada pemanenan hutan tanaman akasia.
2.
Harga kayu mangium setelah dilakukan penebangan.
3.
Harga kayu pertukangan akasia.
4.
Biaya pengusahaan hutan tanaman akasia.
Data sekunder yang diambil untuk penelitian ini berupa 1) Kondisi umum KPH Bogor 2) Harga pulp yang sedang berlaku 3) Suku bunga yang sedang berlaku pada saat penelitian.
3.3
Kerangka berpikir Perhutani merupakan unit pengelolaan hutan tanaman di pulau Jawa.
pengelolaan hutan yang dilakukan hendaknya mengacu kepada asas kelestarian, dimana dalam proses pengelolaannya hasil produksi yang diperoleh secara kontinyu tanpa mengurangi nilai-nilai dan produktivitas jangka panjangnya serta tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik (ekologi) dan sosial. Pemilihan jenis yang ditanam di wilayah Perhutani, khususnya KPH Bogor, awalnya berupa jenis-jenis komersial yang bernilai ekonomis tinggi, akan tetapi jenis-jenis tersebut memiliki daur yang panjang. Permintaan kayu pertukangan
11
milik KPH Bogor semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Keadaan ini menyebabkan pengembalian keuntungan bagi KPH Bogor membutuhkan waktu yang lama serta sulit memenuhi tingginya permintaan terhadap kayu perhutani . KPH Bogor membutuhkan suatu terobosan untuk menghadapi masalah ini. KPH Bogor melakukan penanaman jenis cepat tumbuh (fast growing species) untuk memenuhi permintaan kayu dan pengembalian keuntungan yang diterima lebih cepat. Jenis cepat tumbuh yang ditanam tersebut adalah jenis yang dapat menggantikan peran jenis komersial dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Peran jenis komersial ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan. Beberapa jenis cepat tumbuh misalnya A. mangium, dapat dioptimalkan perannya selain untuk kayu pertukangan, salah satunya untuk bahan baku industri pulp. Bahan baku industri pulp di Indonesia belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan pulp untuk pasar luar dan dalam negeri yang terus meningkat setiap tahunnya. Keadaan tersebut diperparah dengan meningkatnya tekanan terhadap hutan, khususnya pada HTI yang selama ini memasok bahan baku pulp. Maka, KPH Bogor memiliki peluang untuk memasok bahan baku pulp. Pemanfaatan tegakan A. mangium pada KPH Bogor untuk tujuan bahan baku pulp membutuhkan banyak pertimbangan, salah satu faktor utama adalah pertimbangan ekonomi. Besarnya selisih pendapatan dengan pengeluaran yang akan diterima KPH Bogor menjadi salah satu indikator pertimbangan ekonomi tersebut. Pemilihan untuk tujuan ini akan menghasilkan selisih pendapatan yang besar atau sebaliknya akan diuji pada penelitian ini.
3.4 Metode pelaksanaan penelitian 1. Pengambilan data Data yang diperlukan untuk penelitian ini diambil dengan cara pengukuran langsung di lapangan, wawancara dan penelusuran data pada KPH Bogor.
12
2. Pengolahan data Penyusunan model pada penelitian ini mengacu pada perumusan masalah Linier Programming (LP). Pada model optimasi untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp menggunakan metode Linier Programming (LP) yang digunakan oleh Buongiorno (1987) dengan menggunakan software Microsoft excel 2007.
A. Penyusunan model optimasi NPV untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp Metode yang digunakan dalam penyusunan model optimasi ini adalah Linier Programming (LP). Metode ini dapat digambarkan dalam diagram alir pada gambar dibawah ini. penetapan state variable
Penyusunan variabel keputusan
Analisis sensitivitas
Penyusunan fungsi tujuan
Penyusunan fungsi kendala
Gambar 1 Alur penyusunan model optimasi untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp. Tahapan dari penyusunan model tersebut adalah : a) Penetapan state variable State variable untuk model optimasi NPV untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp adalah luas kelas umur tiap tahunnya. Variabel luas tiap kelas umur dilambangkan dengan Aij, yaitu luas kelas umur ke-i pada tahun ke-j
b) Penyusunan variabel keputusan Dalam penelitian ini variabel keputusan yang digunakan adalah kombinasi pola penebangan dari masing-masing kelas umur pada tiap tahunnya. Pada model ini disusunlah variabel keputusan dilambangkan oleh Xij, yaitu luas penebangan pada kelas umur ke-i pada tahun ke-j, dimana i = 1, 2, 3,..,m dan j = 1, 2, 3,...,p. Dalam hai ini m merupakan banyaknya kelas umur dan p tahun penebangan sehingga untuk keseluruhan terdapat (m x p) variabel.
13
c) Penyusunan fungsi tujuan Tujuan yang ingin dicapai adalah memaksimalkan keuntungan (NPV) dari model optimasi untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp. Pendapatan akhir (NPV) yaitu pendapatan selama jangka benah dan pendapatan setelah jangka benah dengan rumus : PV = PVc + PVβ ............................................. (1) dimana
PV
: Nilai bersih sekarang (Rp)
PVc : Nilai diskonto pendapatan selama jangka benah (Rp) PVβ : Nilai diskonto pendapatan bersih setelah jangka benah (Rp)
Informasi mengenai nilai faktor diskonto / bunga bank (r) per tahun pada saat penelitian dilakukan dibutuhkan untuk mengetahui nilai sekarang (Present Value) dari pendapatan bersih setiap tahunnya, menggunakan rumus : ππππ‘πππ
PVjptkgn =
ππππ’ππ
PVjpulp =
dimana ,
................ (2)
, j = 1, 2, 3, β¦,10
.................. (3)
, j = 1, 2, 3, β¦,8
(1+π)2 (1+π)2
PVj
: Nilai diskonto pendapatan bersih setiap tahun (Rp)
Njptkgn
: Pendapatan bersih setiap tahun (Rp)
Njpulp
: Pendapatan bersih setiap tahun (Rp)
r
: Tingkat suku bunga (%)
d) Pendapatan Setelah Jangka Benah Perhitungan untuk mengetahui nilai pedapatan setelah jangka benah adalah sebagai berikut :
PVβptkgn =
NPptkgn u
..................... (4) pu
[(1 + r) -1](1 + r) PVβpulp =
NPpulp [(1 + r)u -1](1 + r)pu
, p = 10 u=1
..................... (5)
,p=8
14
dimana, PVβptkgn : Nilai diskonto pendapatan setelah jangka benah untuk tujuan kayu pertukangan (Rp) PVβpulp
: Nilai diskonto pendapatan setelah jangka benah untuk tujuan bahan baku pulp (Rp)
NPptkgn
: Pendapatan bersih tahun ke-10 untuk tujuan kayu pertukangan
NPulp
: Pendapatan bersih tahun ke-8 untuk tujuan bahan baku pulp
r
: Tingkat suku bunga (%)
p
: Tahun jangka benah (8dan 10 tahun)
u
: Selang kelas umur (1 tahun)
volume produksi kayu dalam masing-masing tahun selama jangka benah adalah: Qj
=
π π=1 πΆππ. πππ
.................... (6)
, i = 1, 2, β¦, m j = 1, 2, β¦, 10
dimana, Qj Cij
: Jumlah volume produksi kayu pada tahun ke-j (m3) : Potensi volume produksi kayu kelas umur ke-i tahun ke-j (m3/ha)
Xij
: Luas tebangan pada kelas umur ke-i pada tahun ke-j (ha)
Diperlukan juga informasi harga penjualan kayu akasia hasil penebangan pada masing-masing kelas umur (Rp/m3) dengan memperhatikan kelas mutu kayunya, ukuran diameter, dan panjang sortimennya. Harga penjualan untuk kayu akasia yang ditebang setelah dikurangi biaya eksploitasi dilambangkan P (Rp/m3), maka pendapatan kotor pada masing-masing tahun (Bj) adalah: Bj
=
P . Qj ................. (7)
, i = 1, 2, β¦, 10 j = 1, 2, β¦, 10
dimana, Bj
: Pendapatan kotor pada masing-masing tahun (Rp)
15
P
: Harga kayu Akasia setelah dikurangi biaya eksploitasi (Rp/m3)
Qj
: Jumlah volume produksi kayu pada tahun ke-j (m3)
Selain itu diperlukan juga informasi mengenai biaya pengusahaan hutan (Rp/ha), yaitu biaya dari mulai biaya persemaian, biaya penanaman, sampai biaya pemeliharaan. Biaya pengusahaan hutan dilambangkan R (Rp/ha), maka biaya pengusahaan hutan yang diperlukan pada masingmasing tahun (Cj) adalah: m
Cj
= R . Ξ£ Xij ................. (8) i=1
dimana, Cj
, i = 1, 2, β¦, m j = 1, 2, β¦, 10
: Biaya pengusahaan hutan pada tiap tahun (Rp)
R
: Biaya pengusahaan hutan (Rp/ha)
Xij
: Luas tebangan pada kelas umur ke-i pada tahun ke-j (ha)
Pendapatan bersih pada masing-masing tahun (Nj) adalah: Nj = Bj β Cj ............................. (9)
, j = 1, 2, β¦, 10
dimana, Nj : Pendapatan bersih pada setiap tahun (Rp) Bj : Pendapatan kotor pada masing-masing tahun (Rp) Cj : Biaya pengusahaan hutan pada masing-masing tahun (Rp) Rumus umum untuk fungsi tujuan yaitu : max Zptkgn =( max Zpulp =( dimana
π π =1 π π =1
PV ptkgn) + PVβ ptkgn........... (10)
,j
= 1, 2,β¦ p
PV pulp) + PVβ pulp ................(11)
PVjptkgn : Nilai diskonto pendapatan setiap tahun (Rp) untuk tujuan kayu pertukangan PVjpulp : Nilai diskonto pendapatan setiap tahun (Rp) untuk tujuan bahan baku pulp
16
PVβptkgn : Nilai diskonto pendapatan setelah jangka benah (Rp) untuk tujuan kayu pertukangan PVβptkgn : Nilai diskonto pendapatan setelah jangka benah (Rp) untuk tujuan kayu pertukangan p
: Tahun jangka benah
e) Penyusunan fungsi kendala 1)
Persamaan/kurva pertumbuhan (Growth Equation) Tegakan A. mangium untuk kayu pertukangan setiap tahunnya
mengalami pertumbuhan dan pindah ke dalam kelas umur berikutnya. Selang antar kelas umur pada tegakan akasia adalah satu tahun, maka terdapat 10 kelas umur dan untuk tujuan bahan baku industri pulp 8 kelas umur. Misalnya pada inventarisasi pada tahun ke-1 terdapat luas kelas umur ke-1 adalah A11, dan luas penebangan pada tahun ke-1 adalah βXi1, maka pada tahun ke-2 yang termasuk luas kelas umur ke-1 adalah A12 yang merupakan luasan yang ditanam setelah tebangan pada tahun ke-1, dilambangkan dalam persamaan sebagai berikut : π π=1 ππ1
π΄12 =
, i : 1, 2, 3,β¦, 10 j : 1, 2, 3,β¦, 10
: : π΄ππ =
π π=1 πππ
β 1...................................... (12)
dimana Aij : luas kelas umur ke-I pada tahun ke-j Luas kelas umur ke-2 tahun ke-2 adalah luas kelas umur ke-1 pada tahun ke-1 dikurangi luas penebangan kelas umur ke-11 pada tahun ke-1, hal ini berlaku pula pada kelas umur ke-3 dan seterusnya sampai kelas umur ke-9. Formulasi ini sama setiap tahun. Fungsi kendala adalah luas kelas umur 2-9 dilambangkan dengan persamaan sebagai berikut : A22 = A11 β X11 A32 = A22 β X22 : :
17
: Aij = Ai-1 β Xj-1 ................................. (13) dimana
i : 2, 3,.., 9 j : 2, 3,.., 10
Luas kelas umur ke-10 ada tahun ke-2 adalah luas kelas umur ke-9 dikurangi luas penebangan kelas umur ke-9 tahun ke-1 ditambah luas kelas umur ke-10 tahun ke-1 dikurangi luas penebangan kelas umur ke-10 tahun ke1. Formulasi ini sama setiap tahun. Fungsi kendala untuk luas kelas umur 10 dilambangkan dengan persamaan sebagai berikut : A10 2 = (A91 β X91) + (A10 2 - X10 1) :
:
:
:
:
:
A10 j = (A9j-1 β X9j-1) + (A10 j-1 - X10 j-1) ............... (14) dimana
j : 2, 3,β¦, 10
2) Kendala Kelestarian Pengelolaan hutan bertujuan untuk mengubah kondisi hutan yang tidak normal menjadi normal. Kondisi normal dicapai apabila luas setiap kelas umur adalah sama setiap tahunnya dan hasil produksi kayu serta nilai keuntungannya adalah sama bahkan maksimum pada setiap tahunnya. Kendala kelestarian merupakan salah satu target pengelolaan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu (jangka benah). Formulasi untuk kendala kelestarian adalah sebagai berikut : Aip = Ai p+1 .................................................. (15) dimana
i : Kelas umur p : Tahun jangka benah
3) Kendala ketersediaan lahan Kendala ketersediaan lahan adalah kendala dimana luas penebangan tidak dapat melebihi ketersediaan lahan yang ada. Kendala ini memiliki persamaan sebagai berikut :
18
Xij β€ Aij.................................................. (16) dimana
i
: Kelas umur
j
: Jangka benah
4) Kendala volume kontrol Kendala volume kontrol merupakan kendala dimana jumlah volume kayu (Qj) yang diproduksi adalah sama setiap tahunnya. Kendala ini memiliki persamaan sebagai berikut : Q1 = Q2 = ... = Qj .......................................... (17) dimana
j : Jangka benah (8 dan 10 tahun)
5) Kendala non-negatif Kelogisan variabel keputusan yang tidak mungkin bernilai negatif, maka diperlukan kendala non-negatif. Kendala ini dapat diformulasikan dalam bentuk : Xij β₯ 0 ..................................................... (18) dimana
i : 1, 2, 3,.., 10 j : 1, 2, 3,.., 10
6) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan setelah didapatkan solusi optimum dari model yang digunakan. Analisis sensitivitas ini dilakukan dengan cara mengamati dan menganalisis tabel simplex optimum, yaitu pada tabel answer and sensitivity report hasil optimasi dengan menggunakan tools problem solver pada software Microsoft excel 2007. Tujuan dari analisis sensitivitas adalah mengetahui pengaruh perubahan pada parameter terhadap solusi optimum. Variabel yang diubah dalam analisis sensitivitas adalah harga dan potensi terhadap NPV pada berbagai suku bunga yaitu 3%, 5%, 7%, 9% dan 11%. Potensi yang digunakan yaitu -5%, -10%, -15%, 0%, +5%, +10% dan +15%. Sedangkan perubahan harga yang dianalisis yaitu pada saat harga -20%, -10%, 0%, +10%, +20%.
19
7) General Formulation Fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala dapat diringkas dalam rumus umum sebagai berikut : Fungsi tujuan : max πππ‘πππ = ( max πππ’ππ = (
π π =1 πππππ‘πππ) + π π =1 πππππ’ππ) +
ππβππ‘πππ
, j = 1, 2,., 10
ππβππ’ππ
, j = 1, 2,., 8
8) Fungsi kendala : Fungsi kendala yang digunakan untuk kedua model optimasi NPV adalah sama, tapi disesuaikan dengan jangka benah dari masing-masing tujuan. 10 tahun untuk tujuan kayu pertukangan dan 8 tahun untuk tujuan bahan baku pulp. Berikut adalah fungsi kendala yang digunakan : a.
Persamaan pertumbuhan : π΄12 =
π π=1 ππ1
, i : 1, 2, 3,β¦, 10 j :1, 2, 3,β¦, 10
Aij = Ai-1 β Xj-1
, i : 2, 3,β¦, 10 j : 2, 3,β¦, 10
A10 j = (A9j-1 β X9j-1) + (A10 j-1 - X10 j-1)
, j : 2, 3,β¦, 10
b. Kendala kelestarian : Aip = Ai p+1
,i
: 1, 2, 3,β¦, 10
p : 10 atau 8 c.
Kendala ketersediaan lahan : Xi β€ Aij
,i
: 1, 2, 3,β¦, 10
j : 1, 2, 3,β¦, 10 d. Kendala volume kontrol : Q1 = Q2 = ... = Qj e.
, j = 1, 2, 3,β¦, 10
Kendala non-negatif : Xij β₯ 0
, i = 1, 2, 3,β¦, 10 j = 1, 2, 3,β¦, 10
20
3.5 Batasan Batasan-batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hutan tanaman akasia untuk tujuan bahan baku industri pulp pada KPH Bogor merupakan suatu simulasi luas optimum yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Kelas umur yang digunakan untuk tujuan kayu pertukangan adalah daur hutan tanaman akasia yang digunakan oleh KPH Bogor yaitu 10 tahun. 3. Kelas umur hutan tanaman akasia untuk tujuan pulp (simulasi) disesuaikan dengan rotasi tebang pada IUPHHK-HTI yaitu 8 tahun. Umur mulai tebang disesuaikan dengan yang ada pada IUPHHK-HTI. 4. Biaya produksi dan harga yang digunakan adalah harga dan biaya riil yang berlaku pada saat penelitian. 5. Biaya pemeliharaan hutan tanaman akasia untuk tujuan bahan baku pulp hanya menggunakan biaya pengelolaan I.
21
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kesatuan
Pemangkuan
Hutan
(KPH)
Bogor
secara
administratif
pemerintahan terletak pada tiga daerah tingkat II, yaitu : 1.
Kabupaten Bogor
2.
Kabupaten Bekasi
3.
Kabupaten Tangerang
Secara geografis KPH Bogor terletak pada koordinat : 106020β28β BT sampai 107017β09β BT dan
05055β24β sampai 06048β00β LS, untuk kelas
perusahaan A. mangium terletak pada koordinat : 106026β03β BT sampai dengan 106035β16β BT dan 06020β59β sampai dengan 06027β01β LS. Batas-batas pengelolaan kawasan hutan KPH Bogor adalah : 1.
Sebelah Utara
: Laut Jawa
2.
Sebelah Timur
: Wilayah KPH Cianjur dan KPH Purwakarta
3.
Sebelah Selatan
: Wilayah KPH Sukabumi dan KPH Banten
4.
Sebelah Barat
: Wilayah KPH Banten
Kelas perusahaan A. mangium menurut pengelolaan kawasan hutan berada pada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parungpanjang memiliki luas total 5.397,24 ha yang terdiri dari 3 wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) yaitu RPH Tenjo dengan luas 1.536,15 ha, RPH Maribaya dengan luas 2.127,39 ha dan RPH Jagabaya dengan luas 1.733,70 ha.
4.2 Keadaan lapangan A. Topografi KP A. mangium KPH Bogor memiliki topografi yang relatif datar sampai dengan landai. Kemiringan datar sampai landai (0-25%), dan secara umum kemiringan tersebut memenuhi kriteria kawasan yang cocok untuk produksi kayu.
22
Tabel 1 Tinggi tempat, curah hujan dan jenis tanah per kelompok hutan KP A. mangium KPH Bogor No.
1.
Kelompok
Tinggi
Kisaran
hutan
tempat
curah hujan
(mdpl)
(mm/Thn)
0 β 75
3000
Cikadu I-II
Jenis batuan
Oliocene,
Jenis tanah
Sedimentary
Facies 2.
Yanlapa
0 - 323
3000
Oliocene,
Parungpanjang I-III
0 - 75
3000
Oliocene,
Podsolik
merah-kuning Sedimentary
Facies 3.
Tuff,
Tuff,
Podsolik
merah-kuning Sedimentary
Facies
Tuff,
Podsolik
merah-kuning
Sumber : RPKH KP Acacia mangium KPH Bogor 2006-2010
B. Iklim Wilayah hutan KPH Bogor ditinjau dari banyaknya curah hujan berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Ferguson terbagi ke dalam beberapa tipe curah hujan, yaitu sebagai berikut : a)
Bagian utara termasuk tipe iklim tipe A, dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.500 mm/tahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100 mm/bulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 300 mm/bulan.
b) Bagian tengah termasuk tipe iklim tipe A, dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 3.000 mm/tahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100 mm/bulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 540 mm/bulan. c)
Bagian selatan termasuk tipe iklim tipe A, dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 4.000 mm/tahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 200 mm/bulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 550 mm/bulan.
Berdasarkan perbandingan bulan basah, bulan lembab dan bulan kering, maka termasuk kedalam tipe iklim A dengan angka curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, suhu harian tertinggi 25,500C dan suhu terendah 180C.
23
C. Daerah aliran sungai (DAS) Sungai yang melewati KP Acacia mangium KPH Bogor adalah sungai Cidurian dan Cimanceuri, dengan demikian kawasan hutan ini termasuk ke dalam wilayah DAS Cidurian Sub DAS Cimantuk dan DAS Cimanceuri sub DAS Cipangaur.
D. Tanah dan batuan Menurut peta jenis tanah per kelompok hutan KP A. mangium KPH Bogor (Tabel 1), kawasan KP A. mangium KPH Bogor memiliki jenis tanah yang dominan podsolik merah sampai kuning dan jenis batuan yang dominan Oliocene dan Sedimentary Facies.
E. Infrastruktur a) Dalam kawasan hutan Dalam kawasan hutan dibangun alur dengan tujuan pemisah anak petak serta sebagai sarana pengangkutan hasil hutan. Keadaan alur induk berupa jalan aspal dengan panjang 42,47 hm, jalan batu/pengerasan 386,26 hm, jalan tanah sepanjang 459,65 hm dan sisanya adalah selokan sepanjang 6,80 hm. Sehingga total panjang alur KP A. mangium KPH Bogor yaitu 859,18 hm. b) Luar kawasan hutan Sarana dan prasarana luar kawasan hutan KP A. mangium KPH Bogor berupa sarana umum yang dikelola oleh Pemerintahan Daerah Bogor dan Kota Bogor seperti jalan, jembatan dan sebagainya. c) Tempat Penimbunan Kayu KP A. mangium KPH Bogor tidak memiliki TPK maka ditunjuklah Tempat Pengumpulan Kayu Sementara (TPN) untuk tempat pengumpulan apabila ada kegiatan tebangan. TPN yang dimiliki KP A. mangium KPH Bogor adalah TPN Tenjo dan TPN Jagabaya.
24
4.3 Tegakan Komposisi penyebaran kelas hutan hasil penataan ulang KP A. mangium KPH Bogor disajikan pada tabel berikut. Tabel 2 Penyebaran kelas hutan KP A. mangium KPH Bogor Kelas Hutan I. Produktif A. KU I B. KU II C. KU III D. KU IV E. KU V F. KU VI G. KU VII H. KU VIII I. KU IX J. KU X Jumlah KU : K. Masak Tebang (MT) L. Miskin Riap (MR) Jumlah MT dan MR : Jumlah Produktif : II. Tidak Produktif M. LTJL N. TK O. TKL P. HAKL Q. TAMBK R. HAMBK Jumlah Tidak Produktif : Jumlah I dan II : III. TBPTH IV. Tak baik utk A. mangium V. TJKL Jumlah bukan utk prod. A. Mangium : Kelas Hutan VI. Bukan Untuk Produksi S. TBP T. LDTI U. SA/HW V. HL Jumlah VI : Jumlah I β VI : Sumber : RPKH KP Acacia mangium KPH Bogor 2006-2010
Fungsi hutan HP Luas (ha) 403,86 414,73 311,69 212,24 425,48 127,33 261,50 374,44 183,16 110,44 2.824,87 5,84 8,32 14,16 2839,03 287,19 666,36 104,78 2,69 755,23 1.816,52 4.655,55 Fungsi hutan HP Luas (Ha) 144,23 597,46 741,69 5397,24
25
4.4 Sosial ekonomi masyarakat Kawasan hutan merupakan bagian dari ekosistem suatu desa yang banyak dipengaruhi oleh interaksi sosial ekonomi di sekitarnya. Besarnya interaksi dalam memberikan pengaruh terhadap keberadaan hutan dan sumberdayanya terutama dapat dinyatakan dari tingkat pengembangan desa sekitar hutan, tingkat kepadatan penduduk dan tingkat penghasilan per kapita rata-rata. Tabel 3. Jumlah penduduk di wilayah BKPH Parungpanjang. No. 1 2 3
Kecamatan Parungpanjang Tenjo Jasinga
Jumlah Penduduk (Jiwa) 93.473 63.480 95.129
Sumber : Buku Sekilas Pengelolaan Kelas Perusahaan A. mangium di BKPH Parungpanjang KPH Bogor (2000).
100000 80000 60000
Parungpanjang
40000
Tenjo
20000
Jasinga
0 Parungpanjang
Tenjo
Jasinga
Gambar 2 Grafik jumlah penduduk di wilayah BKPH Parungpanjang Masalah pokok yang dihadapi Perhutani dalam pengelolaan sumberdaya hutan adalah tingginya gangguan keamanan hutan akibat tekanan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut berbagai cara ditempuh oleh Perhutani, diantaranya dengan melaksanakan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada tahun 1978. Pelaksanaan PMDH diperkuat dengan dicanangkannya Perhutanan Sosial pada tahun 1986.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Potensi Hutan Tanaman Akasia KPH Bogor Kelas perusahaan hutan A. mangium pada KPH Bogor ditetapkan pada
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parungpanjang dengan luasan 5.342,90 ha. Potensi kelas hutan A. mangium disusun berdasarkan tabel tegakan yang bersifat lokal, yang hanya berlaku di KPH Bogor. Acuan yang dipakai untuk menyusun tabel potensi tegakan Akasia untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp adalah tabel volume tegakan sementara Acacia mangium Wild yang juga merupakan acuan yang dipakai oleh Perhutani. Tabel tegakan volume sementara A. mangium Wild dapat dilihat pada Lampiran 2. Hal yang menjadi faktor pembeda antara kedua tabel potensi tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp (Tabel 4) adalah untuk tujuan bahan baku pulp, perhitungannya dibuat tanpa adanya penjarangan selama daur, sedangkan untuk tujuan kayu pertukangan perlu dimasukkan perhitungan penjarangan. Adapun kedua tabel potensi A. mangium tersebut ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 4 Potensi A. mangium Wild untuk tujuan kayu pertukangan dan bahan baku pulp Luas Kelas Hutan HP (ha) Kelas Hutan ky. pertukangan
Potensi (m3/ha)
Bhn baku pulp
ky. pertukangan
Bhn baku pulp
KU I
403.86
442.33
0.00
0.00
KU II
414.73
453.20
3.65
4.11
KU III
311.69
350.16
9.16
10.44
KU IV
212.24
250.71
14.45
16.95
KU V
425.48
463.95
25.36
34.34
KU VI
127.33
165.80
30.12
42.24
KU VII
261.50
299.97
25.97
34.09
KU VIII
374.44
412.91
37.34
54.48
KU IX
183.16
-
40.13
-
KU X
124.6
-
42.49
-
Total
2839.03
2839.03
Sumber : Olahan tabel potensi A. mangium KPH Bogor (Lampiran 2)
27
Penetapan kelas hutan untuk tujuan bahan baku pulp (simulasi) yaitu berjumlah 8 kelas umur, kemudian dipilih berdasarkan kelas umur A. mangium untuk tujuan pulp yang ditanam pada IUPHHK-HTI rata-rata memiliki rotasi tebang yang berkisar 7-8 kelas umur. IUPHHK-HTI merupakan perusahaan yang lebih banyak mengusahakan A. mangium sebagai bahan baku pulp. 5.2
Harga dan biaya pengelolaan Penetapan harga yang valid dan adil untuk suatu produk diperoleh dari pasar
dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Apabila tidak ada pasar yang dimaksud, maka suatu harga dapat dicari dari harga pasar perdagangan yang sedang berkembang dan terkini (kompetitif), dan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Dalam penelitian ini, perhitungan pendapatan berasal dari hasil kayu sebelum dikurangi biaya tetap. Pendekatan pendapatan kayu yang digunakan adalah harga rata-rata yang berasal dari Harga Jual Dasar (HJD) kayu A. mangium tahun 2009 yang diperoleh dari KBM Tajur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Harga pulp yang digunakan pada penelitian ini adalah harga pulp untuk PT. Musi Hutan Persada Tahun 2003 yang telah dikonversi. Harga yang telah didapat, kemudian dikurangi dengan biaya-biaya pengelolaan untuk menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku pulp pada KPH Bogor. Dalam penelitian ini terdapat dua macam biaya yaitu biaya reforestasi dan biaya eksploitasi (biaya penebangan). Biaya reforestasi untuk tujuan kayu pertukangan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan sejak saat pembibitan hingga kayu telah siap untuk ditebang, sedangkan biaya eksploitasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penebangan. Biaya reforestasi ini terdiri dari biaya persemaian, biaya penanaman, biaya pemeliharaan I, biaya pemeliharaan II dan biaya pemeliharaan III. Biaya eksploitasi meliputi biaya penebangan dan pengangkutan. Biaya-biaya yang digunakan pada penelitian ini merupakan biaya variabel yang berpengaruh langsung pada pola penebangan hasil optimasi model. Berikut rincian biaya-biaya tersebut :
28
Tabel 5 Biaya pengelolaan (variabel) dan harga kayu KP A. mangium untuk tujuan kayu pertukangan Kegiatan
Unit
Total
Biaya reforestasi : Biaya persemaian
Rp/ha
3.445.113,20
Biaya penanaman
Rp/ha
1.104.053,00
Biaya pemeliharaan I
Rp/ha
266.975,00
Biaya pemeliharaan II
Rp/ha
225.875,00
Biaya pemeliharaan III
Rp/ha
115.500,00
3
202.710,00
Biaya eksploitasi
Rp/m
3
Sortimen A I
Rp/m
Sortimen A II
Rp/m3
Sortimen A III
Rp/m3
376.605,25 659.102,94 1.031.944,05
Volume kayu : Sortimen A I
%
Sortimen A II
%
Sortimen A III
%
Harga kayu rata-rata
0,74 0,24 0,02
Rp/m3
457.511,47
Sumber : data olahan dari tarif upah KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (Lampiran 1)
Tabel 6 Biaya pengelolaan (variabel) dan harga kayu KP A. mangium untuk tujuan bahan baku pulp Kegiatan
Unit
Total
Biaya reforestasi : Biaya persemaian
Rp/ha
3.445.113,20
Biaya penanaman
Rp/ha
1.104.053,00
Biaya pemeliharaan I
Rp/ha
266.975,00
3
202.710,00
Biaya eksploitasi
Rp/m
Harga kayu pulp:
Rp/m3
442.181,06
Sumber : data olahan dari tarif upah KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (Lampiran 1)
Pengelolaan hutan tanaman Acacia mangium Wild dengan tujuan bahan baku pulp memiliki perbedaan dengan tujuan kayu pertukangan, yakni dalam hal biaya reforestasi. Untuk tujuan bahan baku pulp, kegiatan pemeliharaan tidak
29
dilakukan sebanyak pemeliharaan yang ada pada tujuan menghasilkan kayu pertukangan. Hal ini disebabkan, tujuan bahan baku pulp hanya membutuhkan biomassa pohonnya, tetapi tidak memperhatikan kualitas kayu. Menurut Hardiyanto dan Handjono (2004) menyatakan tentang biaya hutan tanaman, khususnya kegiatan pemeliharaan hanya dilakukan pada tahun ke-1 dan tahun ke2. Sedangkan dalam penelitian ini biaya tahun pertama dimasukkan ke dalam biaya penanaman. Namun kegiatan pemeliharaan menjadi perhatian agar kualitas kayu dapat tetap terjamin. Hal ini mempengaruhi harga jual kayu pertukangan tersebut.
5.3
Model optimasi NPV untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan Penyusunan model optimasi NPV digunakan untuk mendapatkan suatu
solusi optimum yang dapat digunakan dalam pengelolaan hutan pada KPH Bogor untuk tujuan kayu pertukangan. Solusi optimum tersebut berupa pola penebangan selama waktu simulasi yang ditetapkan sama dengan daur teknik jenis A. mangium yakni 10 tahun. Pengolahan data untuk mendapatkan solusi optimum menggunakan metode simplex pada program linier menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.
1.
Pola penebangan tujuan kayu pertukangan Solusi optimum menghasilkan pola penebangan yang relatif sama setiap
tahunnya, yang juga berlaku setelah waktu simulasi (tahun 11 sampai seterusnya). Hasil ini berlaku untuk semua model yang digunakan yaitu model optimasi NPV untuk tujuan kayu pertukangan. Pola penebangan pada tujuan kayu pertukangan menghasilkan luas tebangan rata-rata 283,90 ha. Hasil tebangan tiap tahun bervariasi, akan tetapi rata-rata penebangan yang dilakukan tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan yang mencolok terjadi pada periode ke-4, 7 dan 8. Perbedaan tersebut terjadi disebabkan oleh kendala kelestarian, kendala ini mengusahakan agar kondisi hutan atau struktur tegakan (Tabel 9) normal pada akhir daur. Berdasarkan hasil yang didapat, penebangan juga terjadi pada kelas umur tidak hanya pada kelas umur tua, hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai NPV yang maksimal.
30
Tabel 7 Matriks pola penebangan hutan tanaman akasia KPH Bogor untuk Tujuan Kayu Pertukangan Periode kelas umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tebang (Ha)
2.
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.92
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.71
0.00
3
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.45
0.00
6
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8
54.93
16.17
59.98
127.71
0.00
11.73
0.00
0.00
0.00
0.00
9
104.37
188.94
93.36
7.67
224.22
198.62
273.00
258.87
119.96
224.22
10 Tebang /tahun (ha)
124.60
78.79
130.56
151.97
59.68
73.55
13.62
26.96
155.86
59.68
283.90
283.90
283.90
287.35
283.90
283.90
286.61
285.83
283.90
283.90
Produksi kayu pertukangan selama jangka Pola penebangan kayu pertukangan pada Tabel 7, kemudian menghasilkan
produksi kayu pertukangan (m3) pada tiap kelas umur selama jangka (Tabel 8). Tabel 8 Matriks pola produksi kayu selama jangka untuk tujuan kayu pertukangan Periode Kelas umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
9.89
0.00
3
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
87.48
0.00
6
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8
2051.39
603.84
2239.84
4769.23
0.00
438.14
0.00
0.00
9
4188.80
7583.05
3746.92
307.88
8998.96
7971.60
tebang (m3)
0.00
0.00
10956.47 10389.39
4814.35
8998.96
10 5294.85 3348.14 5548.28 6457.92 2536.08 3125.30 578.57 1145.65 Tebang /thn (m3) 11535.04 11535.04 11535.04 11535.04 11535.04 11535.04 11535.04 11535.04 Total tebang (m3)
6623.32
2536.08
11535.04
11535.04 115350.39
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa, jumlah produksi setiap tahunnya untuk setiap kelas umur yaitu sebesar 11.535,04 m3. Hal ini disebabkan oleh kendala
31
kelestarian yang membuat nilai hasil produksi yang sama untuk setiap kelas umur selama waktu simulasi dan menghasilkan keuntungan yang maksimum setiap tahunnya. Sejalan dengan kendala kelestarian, faktor lainnya yang juga mempengaruhi nilai produksi adalah kendala volume kontrol yang membuat nilai produksi yang sama setiap tahunnya. Dari hasil tabel, dapat disimpulkan bahwa kelestarian hasil telah tercapai.
3.
Struktur kelas hutan kayu pertukangan Penyusunan struktur kelas hutan dengan metode simplex memiliki rumus
umum untuk persamaan pertumbuhan tanaman (growth equations) yang terdapat pada Lampiran 3. Prinsip penyusunan pada persamaan adalah keberlanjutan (sustainability) dari setiap kelas umur. Hal ini ditujukkan dengan KU I pada tahun ke-2 adalah luas penebangan pada tahun pertama, sedangkan kelas umur yang tidak ditebang pada periode pertama akan menjadi kelas umur berikutnya. Struktur kelas hutan untuk tujuan kayu pertukangan yang dihasilkan dari pola penebangan kayu pertukangan ditunjukan pada Tabel 9. Tabel 9 Struktur kelas hutan kayu pertukangan Periode Kelas umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
luas (Ha) 1
403.86
283.90
283.90
283.90
287.35
283.90
283.90
286.61
285.83
283.90
283.90
2
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
287.35
283.90
283.90
286.61
283.90
283.90
3
311.69
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
287.35
283.90
283.90
283.90
283.90
4
212.24
311.69
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
287.35
283.90
283.90
283.90
5
425.48
212.24
311.69
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
287.35
283.90
283.90
6
127.33
425.48
212.24
311.69
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
283.90
283.90
7
261.50
127.33
425.48
212.24
311.69
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
283.90
8
374.44
261.50
127.33
425.48
212.24
311.69
414.73
403.86
283.90
283.90
283.90
9
183.16
319.51
245.33
67.35
297.77
212.24
299.96
414.73
403.86
283.90
283.90
78.79
130.56
151.97
59.68
73.55
13.62
26.96
155.86
283.90
283.90
10 124.60 Luas /tahun (ha) 2839.03
2839.03 2839.03
2839.03 2839.03 2839.03
2839.03 2839.03 2839.03
2839.03 2839.03
Berdasarkan Tabel 9, terlihat pengelolaan tegakan A. mangium untuk tujuan kayu pertukangan dengan pola penebangan Tabel 7 telah sesuai dengan prinsip kelestarian. Hal ini didasarkan pada kondisi struktur tegakan telah mencapai
32
keadaan normal pada akhir periode (jangka benah), yaitu keadaan dimana luas setiap umur sama. Hal ini sesuai dengan konsep kelestarian, kelestarian pada model LP dipengaruhi oleh kendala kelestarian (Buongiorno 1987). Keadaan normal ini akan berlanjut seterusnya.
4.
Pendapatan bersih hasil optimasi A. mangium untuk tujuan kayu pertukangan Perhitungan Net Present Value (NPV) berasal dari pendapatan bersih yang
dihitung dari total selisih harga kayu dan biaya tebang dari kayu pertukangan dan kayu bakar kemudian dikurangi dengan biaya reforestasi yang terdiri dari biaya persemaian, biaya penanaman dan biaya pemeliharaan I sampai III. Pendapatan bersih yang telah didapat, kemudian dikalikan dengan bunga bank yaitu sebesar 7,25 % untuk mendapatkan nilai NPV yang berlaku selama penelitian. Tabel 10 Nilai NPV tujuan kayu pertukangan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dst
Pendapatan bersih (Dalam Milyar Rupiah) 1.89 1.73 1.96 1.83 1.91 1.93 1.91 1.83 1.84 1.84
Total
5.
NPV 1.77 1.52 1.60 1.39 1.36 1.28 1.18 1.06 0.99 0.92 12.73 25.80
Analisis sensitivitas tujuan kayu pertukangan Analisis sensitivitas dilakukan setelah mendapatkan solusi optimum dari
model yang digunakan. Analisis sensitivitas ini dilakukan dengan cara mengamati dan menganalisis tabel simplex optimum model optimasi tegakan A. mangium tujuan kayu pertukangan.
33
Tabel 11 Analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan harga Suku bunga
-20%
3% 5% 7,25% 9% 11%
22.98 13.83 9.56 7.71 6.32
Harga 0% -10% NPV (Dalam Milyar) 62.15 42.56 37.35 25.59 25.80 17.68 20.80 14.25 17.03 11.67
+10%
+20%
81.73 49.11 33.91 27.34 22.39
91.52 54.99 37.97 30.61 25.07
Tabel 12 Analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan produktifitas Suku Bunga
-15%
3% 5% 7,25% 9% 11%
47.19 28.38 19.61 15.81 12.95
Peningkatan
harga
-10% 52.18 31.37 21.67 17.47 14.31
kayu
Produktivitas -5% 0% 5% NPV (Dalam Milyar) 57.16 62.15 67.13 34.36 37.35 40.34 23.73 25.80 27.86 19.14 20.80 22.46 15.67 17.03 18.39
pertukangan
sebesar
10%
10%
15%
72.12 43.33 29.92 24.12 19.63
75.46 46.32 31.98 25.78 21.11
mengakibatkan
peningkatan terhadap nilai NPV. Peningkatan harga sebesar 10% memberikan peningkatan NPV sebesar 66%. Sedangkan penurunan harga sebesar 10% mengakibatkan penurunan NPV sebesar 34%. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan produktifitas, peningkatan produktifitas sebesar 10% mengakibatkan peningkatan NPV sebesar 58%. Sedangkan penurunan produktifitas sebesar 10% menyebabkan penurunan nilai NPV sebesar 42%. Tabel analisis sensitivitas NPV tegakan A. mangium KPH Bogor untuk tujuan kayu pertukangan (Tabel 11 dan 12) menunjukkan hasil variabel yang lebih mempengaruhi perubahan nilai NPV adalah variabel harga.
6.
Perbandingan dengan Metode Burn untuk tujuan kayu pertukangan Selama ini Perhutani melakukan pengaturan hasil menggunakan metode
Burn.
Hal
ini
berdasarkan
SK
Direktur
Jenderal
Kehutanan
No
143/KPTS/DJ/I/1974 tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan
34
Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Khusus Kelas Perusahaan Tebang Habis Jati tentang metode Umur Tebang Rata-Rata (UTR) untuk menentukan volume tebang setiap tahunnya. Berdasarkan pedoman tersebut maka dapat dihitung UTR, etat luas dan etat volume untuk tujuan kayu pertukangan. Hasil perhitungan yang telah terkoreksi tersebut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perhitungan UTR ,etat dan NPV total untuk tujuan kayu pertukangan Kelas hutan
Luas
Rata-rata
Umur
Volume
(ha)
Bonita
tengah
per ha
MR
8.32
2.21
0.36
11.42
16.96
141.09
MT
5.84
2.00
0.98
11.00
45.96
268.38
KU X KU IX
110.44
2.64
0.56
10.00
31.19
3445.02
183.16
2.78
0.70
9.00
39.27
7192.75
KU VIII
374.44
2.54
0.54
8.00
30.25
11324.97
KU VII
261.50
2.47
0.51
7.00
21.76
5689.64
KU VI
127.33
2.78
0.50
6.00
27.77
3535.52
KU V
425.48
2.71
0.80
5.00
44.36
18875.13
KU IV
212.24
2.22
0.93
4.00
39.48
8379.54
KU III
311.69
2.09
0.92
3.00
39.33
12258.17
KU II
414.73
2.28
0.98
2.00
41.77
17323.04
KU I
403.86
2.46
1.00
1.00
42.62
17212.75
Jml. KU Jml. Semua (MR + MT + KU) Umur tebang rata-rata (UTR)
2824.87
-
-
-
-
105236.52
2839.03
-
-
-
-
105645.99
KBD
9.77
Etat luas
283.90
Etat Volume
10564.60 11,595,160,795.20
Total NPV
Rp
Total
Thn ha/th m3/th
Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan diatas memberikan hasil yang cukup berbeda dengan metode program linier Buongiorno untuk tujuan kayu pertukangan. Penebangan pada metode Buongiorno tidak hanya pada akhir daur, sedangkan pada metode UTR penebangan rata-rata dilakukan pada akhir daur (UTR), hal ini memberikan hasil produksi (m3) yang berbeda. Perbedaan juga terjadi pada nilai etat volume atau tebangan setiap tahun (m3), menggunakan metode program linier Buongiorno menghasilkan peningkatan nilai produksi tebangan per tahunnya sebesar 55%. Sedangkan untuk etat luas atau tebangan tiap tahun (ha) pada kedua metode tersebut menghasilkan nilai yang sama. Perbedaan dari kedua metode juga terjadi dari pendapatan yang diperoleh (Total NPV). Total NPV dari metode Buongiorno menghasilkan 111% lebih tinggi dibandingkan
35
metode
Burn.
Hal
ini
disebabkan
solusi
pada
metode
Buongiorno
mengoptimalkan nilai produksi kayu dengan memperhatikan batasan luas penebangan yang dilakukan tidak melebihi luas kelas umur, volume produksi diusahakan sama setiap tahun dan mencapai kondisi normal pada akhir daur, sehingga nilai NPV yang dihasilkan optimal.
Model optimasi NPV untuk tujuan menghasilkan bahan baku industri
5.4
pulp Penyusunan model optimasi NPV digunakan untuk mendapatkan suatu solusi optimum. Solusi optimum tersebut berupa pola penebangan. model optimasi NPV tujuan bahan baku pulp menggunakan daur 8 tahun. Pengolahan data pada model ini sama dengan model optimasi NPV untuk tujuan kayu pertukangan.
1.
Pola penebangan tujuan bahan baku pulp Hasil dari solusi optimum didapat pola penebangan yang relatif sama setiap
tahunnya. Hal ini terjadi juga setelah waktu simulasi (tahun 9 sampai seterusnya) dan berlaku untuk semua kelas umur. Tabel 14 Matriks pola penebangan hutan tanaman akasia untuk tujuan bahan baku pulp Periode Kelas Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
Tebang (ha) 1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6
47.06
47.06
15.56
28.50
49.71
8.47
0.00
0.00
7
104.44
104.44
123.34
115.57
102.84
127.59
132.67
132.67
8 Tebang /tahun (ha)
203.38
203.38
215.98
210.81
202.32
218.82
222.21
222.21
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
Model optimasi NPV untuk tujuan bahan baku pulp menghasilkan pola penebangan dengan rata-rata luas tebangan yaitu 354,88 ha. Penebangan pada tujuan bahan baku pulp ini dilakukan pada umur ke 6, hal ini didasarkan pada
36
umur mulai tebang jenis A. mangium untuk tujuan pulp pada IUPHHK-HTI. Luas penebangan yang dilakukan selama jangka benah pada model ini adalah sama sepanjang tahunnya.
2.
Produksi bahan baku pulp selama jangka Tabel 15 menunjukkan hasil pola penebangan kayu akasia selama jangka
menghasilkan produksi setiap tahunnya adalah sebesar 17.722,64 m3. Sedangkan total tebangan yang dihasilkan adalah 141.781,11 m3 . Hal ini dipengaruhi oleh kendala kelestarian dan kendala volume kontrol yang membuat nilai produksi yang sama dan menghasilkan keuntungan yang optimum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan hutan tanaman A. mangium untuk tujuan bahan baku pulp selama jangka benah telah mencapai kelestarian hasil. Tabel 15 Matriks pola produksi kayu selama jangka untuk tujuan bahan baku pulp Periode kelas umur
1
2
3
4
5
6
7
8
Tebang (ha) 1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
6
1988.03
3926.75
1480.85
2564.70
4368.20
357.81
0.00
0.00
7
1729.84
791.18
1975.40
1450.64
577.44
2519.14
2692.38
2692.38
8
14004.76
13004.71
14266.39
13707.30
12776.99
14845.69
15030.26
15030.26
tebang/tahun (m3)
17722.64
17722.64
17722.64
17722.64
17722.64
17722.64
17722.64
17722.64
total tebang (m3)
3.
141781.11
Struktur kelas hutan bahan baku pulp selama jangka benah Struktur kelas hutan pada tujuan bahan baku pulp menggunakan rumus
umum persamaan pertumbuhan tanaman (growth equitions) dengan daur 8 tahun. Prinsip penyusunan pada persamaan ini adalah keberlanjutan (sustainability). Konsep hutan normal yang digunakan untuk tujuan kayu pertukangan juga dipakai pada tujuan bahan baku pulp. Tabel 16 menunjukkan pada akhir daur (8 tahun) terlihat luasan tiap kelas umur sama, serta luasan untuk tiap kelas umurnya juga terjadi pada tahun setelah daur (<8 tahun). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan hutan tanaman A. mangium Wild untuk tujuan bahan baku pulp telah
37
mencapai keadaan steady state atau lestari. Hasil optimasi menghasilkan struktur kelas hutan A. mangium seperti Tabel 16. Tabel 16 Struktur kelas hutan untuk tujuan bahan baku pulp Periode Kelas Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Luas (ha) 1
442.33
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
2
453.20
442.33
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
3
350.16
453.20
442.33
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
4
250.71
350.16
453.20
442.33
354.88
354.88
354.88
354.88
354.88
5
463.95
250.71
350.16
453.20
442.33
354.88
354.88
354.88
354.88
6
165.80
463.95
250.71
350.16
453.20
442.33
354.88
354.88
354.88
7
299.97
118.74
416.89
235.15
321.66
403.49
433.86
354.88
354.88
8
412.91
405.06
215.98
293.55
202.32
218.82
275.90
354.88
354.88
luas/tahun (Ha)
2839.03
2839.03
2839.03
2839.03
2839.03
2839.03
2839.03
2839.03
2839.03
4.
Pendapatan bersih hasil optimasi A. mangium untuk tujuan bahan baku pulp Proses perhitungan dan rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan
bersih pada hutan tanaman A. mangium untuk tujuan bahan baku pulp didasarkan pada tujuan pengelolaan kayu pertukangan. Elemen harga dan biaya yang digunakan adalah elemen yang terdapat pada Tabel 6 maka diperoleh nilai NPV seperti pada tabel berikut Tabel 17 nilai NPV tujuan bahan baku pulp Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapatan Bersih NPV (Dalam Milyar Rupiah) 2.53 2.53 2.53 2.53 2.53 2.53 2.53 2.53
9β total
2.36 2.20 2.05 1.92 1.79 1.67 1.55 1.45 19.97 34.96
Dari Tabel 17 diperoleh bahwa total NPV yang diterima oleh KPH Bogor apabila hanya mengusahakan hutan tanaman Akasia untuk tujuan bahan baku pulp
38
adalah sebesar Rp. 34,96 Milyar. Hal ini berarti bahwa nilai NPV pada tujuan ini lebih besar dibandingkan nilai NPV hutan tanaman Akasia untuk tujuan kayu pertukangan. Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 68%. 5.
Analisis sensitivitas tujuan bahan baku pulp Analisis sensitivitas dilakukan setelah didapatkan solusi optimum dari model
yang digunakan. Analisis sensitivitas ini dilakukan dengan cara mengamati dan menganalisis tabel simplex optimum model tujuan bahan baku pulp.
Tabel 18 Analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan harga Suku bunga 3% 5% 7,25% 9% 11%
-20%
-10%
32.25 19.35 13.35 10.75 8.80
58.38 35.03 24.16 19.46 15.92
Harga 0% NPV (Rp*1012) 84.50 50.70 34.96 28.17 23.04
20%
10% 110.62 66.37 45.77 36.87 30.17
136.74 82.04 56.58 45.58 37.29
Tabel 19 Analisis sensitivitas NPV dengan variabel peubah suku bunga dan produktivitas suku bunga
3% 5% 7,25% 9% 11%
-15%
-10%
63.28 37.97 26.18 21.09 17.26
70.35 42.21 29.11 23.45 19.19
Produktivitas -5% 0% 5% 12 NPV (Rp*10 ) 77.42 84.50 91.57 46.45 50.70 54.94 32.04 34.96 37.89 25.81 28.17 30.52 21.12 23.04 24.97
10%
15%
98.64 59.19 40.82 32.88 26.90
105.72 63.43 43.75 35.24 28.83
Sejalan dengan analisis sensitivitas untuk tujuan kayu pertukangan. Analisis sensitivitas untuk tujuan bahan baku pulp dapat dikatakan berbanding lurus dengan peningkatan harga kayu dan produktifitas dengan peningkatan nilai NPV. Hal ini terbukti pada peningkatan harga kayu pertukangan sebesar 10% mengakibatkan peningkatan peningkatan NPV sebesar 57%. Sedangkan penurunan harga sebesar 10% mengakibatkan penurunan NPV sebesar 43%. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan produktifitas, peningkatan produktifitas sebesar 10% mengakibatkan peningkatan NPV sebesar 56%. Penurunan produktifitas sebesar 10% menyebabkan penurunan nilai NPV sebesar 44%.
39
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 18 dan Tabel 19 maka varibel harga lebih mempengaruhi perubahan nilai NPV.
6.
Perbandingan dengan Metode Burn untuk tujuan bahan baku pulp Hal yang menjadi pedoman Perhutani dalam pengaturan hasil adalah SK
Direktur Jenderal Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/I/1974 tentang Peraturan Inventarisasi
Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan
Kelestarian Hutan Khusus Kelas Perusahaan Tebang Habis Jati tentang metode Umur Tebang Rata-Rata (UTR) untuk menentukan volume tebang setiap tahunnya. Pengaturan hasil menggunakan metode Burn untuk tujuan bahan baku pulp dapat dihitung berdasarkan pedoman tersebut. Hasil perhitungannya tersaji dalam Tabel 20. Tabel 20 Perhitungan UTR ,etat dan NPV total untuk tujuan bahan baku pulp Kelas hutan
Luas (ha)
Rata-rata
Umur
Volume
tengah
per ha
Total
KBD Bonita
MR
8.32
2.21
0.36
11.42
16.96
141.09
MT
5.84
2.00
0.98
11.00
44.13
257.72
KU VIII
411.14
2.32
0.49
8.00
19.55
8038.46
KU VII
298.20
2.17
0.45
7.00
17.72
5282.82
KU VI
164.03
2.16
0.39
6.00
15.30
2509.51
KU V
462.18
2.49
0.73
5.00
28.99
13397.56
ot
248.94
1.89
0.79
4.00
31.25
7780.39
KU III
348.39
1.87
0.83
3.00
32.67
11381.69
KU II
451.43
2.09
0.90
2.00
35.63
16084.42
KU I
440.56
2.25
0.92
1.00
36.28
15982.02
Jml. KU
2824.87
-
-
-
Jml. Semua (MR + MT + KU)
2839.03
-
-
-
80456.88 80456.88
UTR
8.32
Etat luas
354.88
Etat volume NPV total
10057.11 Rp
th ha/th m3/th
5,931,012,211.93
Perhitungan etat menggunakan metode Burn dan metode program linier Buongiorno memiliki perbedaan nilai etat volume atau tebang per tahun (m3). Penebangan pada metode Buongiorno tidak hanya pada akhir daur, sedangkan pada metode UTR penebangan rata-rata dilakukan pada akhir daur (UTR) hal ini memberikan hasil produksi (m3) yang berbeda. Metode Buongiorno memberikan
40
peningkatan tebang per tahun sebesar 88%. Hasil perhitungan untuk etat luas atau tebang per tahun (ha) menghasilkan nilai yang sama untuk kedua metode. Nilai NPV total memiliki perbedaan hasil yang berbeda untuk kedua metode, dimana metode Buongiorno menghasilkan nilai NPV total lebih besar dibandingkan nilai metode Burn, yaitu sebesar 295%. Hal ini disebabkan solusi pada metode Buongiorno mengoptimalkan nilai produksi kayu dengan memperhatikan batasan luas penebangan yang dilakukan tidak melebihi luas kelas umur, volume produksi diusahakan sama setiap tahun dan mencapai kondisi normal pada akhir daur, sehingga nilai NPV yang dihasilkan optimal.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1.
Model optimasi NPV untuk tujuan kayu pertukangan menghasilkan pola penebangan tegakan A. mangium pada KPH Bogor dengan luas tebangan rata-rata 283,90 ha pada tiap kelas umur selama jangka. Luas penebangan setelah jangka akan sama besar luasannya yaitu 283,90 Ha. Model ini mencapai kelestarian hasil dan hutan normal pada umur 10 tahun.
2.
Model optimasi NPV untuk tujuan bahan baku pulp menghasilkan pola penebangan tegakan A. mangium pada KPH Bogor dengan luas tebangan rata-rata 354,88 ha pada tiap kelas umur selama jangka. Luas penebangan setelah jangka akan sama besar luasannya yaitu 354,88 Ha. Model ini mencapai kelestarian hasil dan hutan normal pada umur 8 tahun.
3.
Simulasi tujuan hutan tanaman Akasia untuk tujuan bahan baku pulp lebih menguntungkan daripada tujuan kayu pertukangan yaitu sebesar 68%.
4.
Metode program linier Buongiorno memberikan hasil produksi per tahun (m3) yang lebih tinggi untuk tujuan kayu pertukangan dan tujuan bahan baku pulp daripada metode Burn.
6.2 Saran 1. KPH Bogor perlu mempertimbangkan jenis Acacia mangium Wild sebagai bahan baku industri pulp. 2. Penggunaan metode program linier Buoangiorno dapat dijadikan salah satu alternatif untuk pengaturan hasil pada KPH Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Erlangga : Jakarta Anonim. 2009. Acacia mangium. http://www.plantamor.com/index.php?plant =1721. [17 April 2009 08:32] Anonim.2009. Isi Statistik. http://www.snapdrive.net/files/587866/My%20Do cuments/Isi%20 Statistik.pdf.[31 Mei 2009 10:30] Anonim.
2009. Goal programming. http://en.wikipedia.org/wiki/Goal_ programming. [25 November 2009 11:29]
Buongiorno, J, J.K. Gilless. 1987. Decision Methods for Forest Resource Management. Academic Press. Amsterdam. Departemen Kehutanan. 1997. Handbook Of Indonesian Forestry. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan Republik Indonesia : Jakarta Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Edisi 2: Jakarta Forestry Research and Development Agency (FORDA), Japan international cooperation agency (JICA). 2003. The Management Aspects of Industrial Plantation In South Sumatra. http://www.jica.go.jp/project/indonesia/006 545I0/activities/pdf/output1_2_3_fulltext.pdf Hardiyanto, Eko Bakti, Hardjono Arisman. 2004. Pembangunan Hutan Tanaman Acacia mangium Pengalaman di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan JP Ignizio. 1976. Goal programming and extensions, Lexington Books, Lexington, MA. JP Ignizio, TM Cavalier. 1994. Linear programming, Prentice Hall. Khaerudin. 1994. Pembibitan tanaman HTI. Penebar Swadaya : Jakarta Malik, Jamaludin, Adi Santoso, Osly Rachman. 2009. Sari Hasil Penelitian Mangium (Acacia mangium .Wild) http://www.dephut.go.id/files/SARI %20HASIL%20PENELITIAN%20MANGIUM%20(Acacia%20mangiu m%20Willd.).pdf.[6 April 2009 14.40] Mulyadi, Julius A, Kurya Roesad. 1996. Industri Pulp & Kertas, Harapan Indonesia (1). http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/10/10/0094 .html.
43
Mulyono, Sri. 1991. Operation Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta Permana, Dudi. 2006. Penentuan Daur Optimum Kelas Perusahaan Acacia Mangium Wild. Di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor Unit III Jawa Barat dan Banten [Skripsi] Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Perum Perhutani. 1992. Pedoman Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan: Jakarta. ---------------------. 2005. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. ---------------------. 2002. Sekilas Pengelolaan Kelas Perusahaan Acacia mangium di BKPH Parungpanjang, KPH Bogor: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Rohaya,
cahyat. 2009. horngren chapter 11. http://www.geocities.com/ cahyat_rohyan a/Horngren_Chapter11.pdf. [20 April 2009 13:12]
Siringoringo, Hotniar. Seri Teknik Riset Operasional. Pemrograman Linear. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005. Sudomo, Aris , Pipin Permadi dan Encep Rachman. 1997. Kajian Kontrol Silvikultur Hutan Tanaman Terhadap Kualitas Kayu Pulp. http://www.biotifor.or.id/index.php?action=publikasi.gendown&akt_id= MzA=&title=S0FKSUFOIEtPTlRST0wgU0lMVklLVUxUVVIgSFVUQ U4gVEFOQU1BTiBURVJIQURBUCBLVUFMSVRBUyBLQVlVIFBV TFAucGRm.[22 Juli 2009 13:21] Suprayogi, Priyo. 2009. Maksimasi nilai bersih sekarang (NPV) hutan tanaman Acacia mangium .Wild sebagai penghasil kayu pertukangan : Studi kasus di BKPH Parungpanjang, KPH Bogor, perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Wasis, B. 2006. Perbandingan Kualitas Tempat Tumbuh Antara Daur Pertama Dengan Daur Kedua Padahuan Tanaman Acacia mangium .Wild (Studi Kasus di HTI PT. Musi Hutan Persada, Provinsi Sumatera Selatan).[Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
45
Lampiran 1. Tariff Pengelolaan Kelas Perusahaan A. mangium KPH Bogor
No. Kegiatan Biaya Kantor/administrasi 1 Biaya Pengadaan Alat-Alat Tulis / Keperluan Kantor Batu batery alkaline Batu batery besar Batu batery kecil Tipp-x stick Tipp-x biasa Tinta Roneo Daito Pita mesin tik manual Post it 656 Post it 655 Tali rafia Lakban Hitam Lakban coklat Double tape Isolasi bening kecil Isolasi bening besar Stabilo Isi kater besar Isi hekter besar Isi hekter sedang
Satuan
bh bh bh bh set bh roll bh bh roll roll roll roll roll roll pak bh bh dus
Volume (/tahun)
6 6 6 3 3 3 3 6 6 2 4 4 8 5 3 5 2 2 6
Standar Biaya (Rp)
8000 3000 1500 15000 8500 40500 17000 7000 14000 25000 12500 7000 19250 6000 14500 35800 6500 2000 13000
Jumlah Biaya (Rp)
48000 18000 9000 45000 25500 121500 51000 42000 84000 50000 50000 28000 154000 30000 43500 179000 13000 4000 78000
46
No. Kegiatan Isi hekter kecil Lem kertas botol Binder klip uk. 260 Kertas Duplikator Glossy photo paper Penghapus pensil penghapus white board Binder klip uk. 105 Binder klip uk. 155 Binder klip uk. 200 Karbon E/F Kertas seet Kertas sampul Kertas fax 216 x 30 Maf biasa Kertas HVS / Kertas A4 Kertas A4 70 gr Kertas F4 60 gr Kertas F4 70 gr Maf jepit Maf ordner gema/bindex Maf ordner gema/bindex 1/2 P Maf jepit plastik
Satuan bh bh bh rim dus bh bh dus dus dus dus dus bh roll bh rim rim rim rim bh bh bh bh
Volume Standar Biaya Jumlah Biaya (/tahun) (Rp) (Rp) 8 1250 10000 2 1500 3000 6 1500 9000 4 30000 120000 2 85000 170000 8 2000 16000 8 3500 28000 5 8000 40000 5 6000 30000 5 4500 22500 3 30500 91500 2 65000 130000 12 1000 12000 6 27500 165000 24 500 12000 7 25000 175000 2 29500 59000 2 27000 54000 2 35000 70000 12 1000 12000 6 9000 54000 6 11000 66000 6 4500 27000
47
No. Kegiatan Maf kancing plastik Maf batik Box file Transparan biasa/Yasicha Buku kwarto isi 100 lembar Buku polio isi 100 lembar Buku kas kwarto Buku kas polio Buku kwitansi Buku ekspedisi Spidol white board Spidol artline Spidol besar snowman Spidol kecil 12 warna Spidol kecil Pensil Isi ballpoint pantel Isi ballpoint parker Isi ballpoint pilot Boxy Pulpen pantel Pulpen parker Pulpen biasa
Satuan bh bh bh dus bh bh bh bh bh bh bh bh bh set bh bh bh bh bh bh bh bh lusin
Volume Standar Biaya Jumlah Biaya (/tahun) (Rp) (Rp) 6 5000 30000 6 10000 60000 6 15000 90000 2 25000 50000 6 7500 45000 6 11500 69000 3 11000 33000 3 15000 45000 6 2600 15600 3 6500 19500 12 8000 96000 3 7250 21750 3 4400 13200 3 8350 25050 6 1250 7500 12 2750 33000 12 15000 180000 12 12500 150000 12 10000 120000 6 6050 36300 3 30500 91500 1 115000 115000 6 30000 180000
48
No. Kegiatan Spidol OHP 4 warna Spidol tinta emas Flash drive 128 MB Flash drive 256 MB Flash drive 512 MB Diskette CD Mouse tanpa kabel Cutter besar Cutter kecil Bak stempel Kertas A3 Kertas D/F (garis) Stempel Mistar besi panjang/50 cm Mistar plastik 50 cm Mistar plastik 30 cm Pembuat lubang kertas uk. besar Pembuat lubang kertas uk. kecil Pembuka hekter Hekter sedang no.3 Hekter kecil no.10 Gunting besar
Satuan set bh bh bh bh dus bh bh bh bh bh rim rim bh bh bh bh bh bh bh bh bh bh
Volume Standar Biaya Jumlah Biaya (/tahun) (Rp) (Rp) 3 15250 45750 2 14500 29000 1 150000 150000 1 225000 225000 1 325000 325000 1 65000 65000 3 15000 45000 1 45000 45000 2 17000 34000 2 15000 30000 1 20000 20000 2 55000 110000 2 55000 110000 1 30000 30000 1 15000 15000 1 2500 2500 1 1300 1300 1 45000 45000 1 27500 27500 1 10000 10000 1 25500 25500 1 12000 12000 2 12000 24000
49
No. Kegiatan Gunting kecil Toner deskjet Toner laser jet Kertas continues form 9 1/2 x 11 1ply Kertas continues form 147/8 x 11 2ply 2 Biaya Penggandaan Biaya foto copy di luar kantor Biaya penjilidan di luar kantor 3 Biaya Langganan Biaya langganan macam-macam surat kabar Biaya langganan telepon kantor dan faximile Biaya langganan listrik kantor Biaya langganan air minum kantor 4 Biaya jamuan rapat/tamu dinas Biaya jamuan rapat dinas Biaya jamuan rapat koordinasi Biaya jamuan rapat PKBL Biaya jamuan rapat lainnya Biaya tamu dinas Intern Biaya tamu dinas Ekstern Biaya tamu dinas lainnya 5 Biaya pengiriman/ekspedisi Biaya pengiriman surat
Satuan bh bh bh box box
Volume Standar Biaya Jumlah Biaya (/tahun) (Rp) (Rp) 2 4000 8000 1 595000 595000 1 344117 344117 1 260000 260000 1 310000 310000
eks bh
500 10
150 7500
75000 75000
bulan bulan kwh m3
12 12 12 6
3000 2117000 1200000 350000
36000 25404000 14400000 2100000
kali kali kali kali Kali kali kali
2 2 2 1 2 2 1
500000 500000 400000 300000 995833 800000 535000
1000000 1000000 800000 300000 1991666 1600000 535000
kali
2
100000
200000
50
No. Kegiatan 6 Biaya kantor lainnya Biaya pembelian buku cek Biaya materai Biaya transfer Biaya administrasi Biaya pengadaan alat-alat kebersihan Biaya tanaman hias Biaya pengharum ruangan Biaya alat-alat dapur
No. Kegiatan Biaya Tanaman Banjar Harian Tahun I Jenis Acacia mangium 1 Biaya Persiapan Lapangan Pemetaan, penggambaran dan penjilidan Pemancangan patok kayu Pal batas tanaman Pembuatan dan pemasangan pal blok tanaman Pembuatan jalan pemeriksaan Pembuatan arah larikan (30 bh/ha) Pembabadan jalur Pembuatan piringan No. Kegiatan
Satuan
Volume (/tahun)
Standar Biaya (Rp)
buku 1 bh 5 kali 3 bulan 12 unit 1 kali 1 kali 1 kali 1 Total Biaya Kantor/thn
100000 6000 25000 150000 500000 1000000 750000 500000
Standar Biaya Satuan Volume (Rp)
Jumlah Biaya (Rp) 100000 30000 75000 1800000 500000 1000000 750000 500000 61191233 Jumlah Biaya (Rp)
ha 1 7350 7350 bh 1 7350 7350 bh 1 11000 11000 hm 10 39600 396000 hm 30 1100 33000 hm 30 6100 183000 bh 1111 50 55550 Satuan Volume Standar Biaya Jumlah Biaya
51
2
3
4 5
1
2
1 No.
Pembuatan lubang tanam Pengadaan bibit/biji MPTS dan lainnya (dengan pikul) : Bibit tanaman pokok Bibit tanaman pengisi Pengadaan sarana dan prasarana Pembuatan gubug Kerja : Ukuran 3x4m (bahan/upah) / 50 Ha Pembuatan dan Pemasangan papan pengenal (120x80 cm) Pembuatan dan Pemasangan papan mutasi (120x225 cm) Pembuatan ajir,pemasangan (bambu dan cat) Biaya Pelaksanaan Tanaman Tanaman pokok dan pengisi Biaya lainnya Monitoring/pelaporan Biaya Tanaman Banjar Harian Tahun II/Pemeliharaan Ke I: Jenis Acacia mangium (HP/HPT<15%) Persiapan Lapangan Babad Jalur (2x/tahun) Dangir, gebrus, piringan tanaman pokok (1x/tahun) Biaya lainnya Penilaian dan pelaporan Jenis Acacia mangium (HPT>15%) Persiapan Lapangan Kegiatan
bh
(/tahun) (Rp) 1111
(Rp) 50
55550
plc plc
1111 250
50 50
55550 12500
bh bh bh bh
0.02 1 1 1111
880000 88000 88000 23
17600 88000 88000 25553
plc
1111
50
55550
ha
1
12500
12500
hm bh
30 1111
1585 50
47550 55550
ha
1
12500
12500
Satuan Volume Standar Biaya
Jumlah Biaya
52
2
1 2
1 2
1
2 No.
Babad sekitar piringan (2x/tahun) Dangir, gebrus, piringan tanaman pokok (1x/tahun) Biaya lainnya Penilaian dan pelaporan Biaya Tanaman Banjarharian Tahun III/Pemeliharaan Ke II: Jenis Acacia mangium (HP/HPT<15%) Persiapan Lapangan Babad Jalur (1x/tahun) Biaya lainnya Penilaian dan pelaporan Jenis Acacia mangium (HPT>15%) Persiapan Lapangan Babad sekitar piringan (1x/tahun) Biaya lainnya Penilaian dan pelaporan Koordinator petak dan blok Biaya Pemeliharaan 4-5 Tahun Upah tenaga kerja Wiwil Upah babad rayud/oyod-oyod (HP/HPT<15%) Upah babad rayud/oyod-oyod (HL/HPT>15%) Biaya petak ukur dan penyusunan RTT PCP untuk RTT -2 Kegiatan
bh bh
(/tahun) (Rp) 1111 1111
ha
(Rp) 75 50
83325 55550
1
12500
12500
hm
30
1585
47550
ha
1
12500
12500
bh
1111
75
83325
ha ha
1 1
12500 70000
12500 70000
ha ha ha
1 1 1
25000 40000 40000
25000 40000 40000
ha 1 4000 4000 Satuan Volume Standar Biaya Jumlah Biaya
53
(/tahun) (Rp) 3 Biaya tunjuk tolet penjarangan Tunjuk tolet T-1
ha
(Rp)
1
6500
Total Biaya
No. Kegiatan Biaya eksploitasi Biaya penerimaan kayu bakar Biaya pembikinan dan pengangkutan kayu bulat Akasia Tambahan biaya angkut
1,712,403 Standar Biaya Satuan Volume (Rp) sm m3 m3
1 1 1
No. Kegiatan Biaya pembuatan papan mutasi
Jumlah Biaya (Rp)
12000 94710 108000
Total Biaya
No. Kegiatan Biaya Persemaian Jenis Acacia mangium 1 Biaya Persiapan Lapangan Pengadaan cat Pengadaan kuas Pengadaan rumbia (4 lbr/ha) 2 Biaya pembuatan papan persemaian
6500
12000 94710 108000 202,710
Satuan Volume
kg bh lbr
2 2 4
Standar Biaya (Rp)
12800 1700 2000
Jumlah Biaya (Rp)
25600 3400 8000
Volume Jumlah Biaya Satuan (/tahun) Standar Biaya (Rp) (Rp) bh 1 41200 41200
54
Biaya pembuatan camp bedeng Biaya pembuatan camp blok Biaya pembuatan papan pengenal 3 Biaya pengadaan bahan Pengadaan kantong plastik Pengadaan kantong dan pupuk anorganik (220 kg/ha) Insektisida (1 ltr/ha) Pengadaan topsoil (10 ton/ha) Biaya angkutan topsoil 4 Biaya pengadaan sarana dan prasarana lainnya Bahan plepet bedengan pengadaan buku mandor Bambu (6 btg/ha) Paku (3 kg/ha) Biaya pembuatan kompos Biaya pencampuran media persemaian Pengisian kantong plastik kecil Biaya penaburan benih (190 bdg/ha) Biaya penyapihan bibit Biaya penyiraman Biaya pembersihan rumput Biaya penyulaman No. Kegiatan Biaya pemupukan
bh bh bh
190 19 1
200 500 41200
38000 9500 41200
bh kg ltr ton ton
100 220 1 10 10
25 4000 294000 8350 2950
2500 880000 294000 83500 29500
bh bh btg kg ton ton ktg bdg bdg bdg bdg bh
2 1500 3000 1 8000 8000 6 1500 9000 3 5500 16500 1 220000 220000 10 9350 93500 1111 11 12221 190 1400 266000 190 3552 674880 190 11.5 2185 190 11.5 2185 111.1 2 222.2 Volume Jumlah Biaya Satuan (/tahun) Standar Biaya (Rp) (Rp) bdg 190 308 58520
55
Biaya seleksi akhir dan pembuatan BAP bibit rusak Monitoring
bdg ha
190 750 1 480000 Total Biaya persemaian
142500 480000 3,445,113
56
Lampiran 2. Tabel Volume Tegakan Sementara Jenis A. mangium untuk KPH Bogor
Jumlah Umur Peninggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 4.2 7.3 9.5 11.2 12.4 13.4 14.2 14.9 15.4 15.9 16.2 16.4 16.6 16.7 16.8 16.9
Pohon Per ha (N) 3 1012 935 875 814 765 721 693 671 660 623 595 573 556 528 506 495
Jumlah Umur Peninggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 5.9 9.4 11.8 13.6 14.9 15.9 16.7 17.4 17.9
Pohon Per Ha (N) 3 935 825 737 660 594 528 484 451 440
BONITA I Tegakan Tetap RataLuas Rata-rata rata Bidang Tinggi
Diameter
Dasar
(m) 4 3.8 6.6 8.6 10.1 11.2 12.1 12.8 13.4 13.9 14.3 14.6 14.8 14.9 15.0 15.1 15.2
(cm) 5 6.5 9.9 12.3 13.9 15.2 16.1 16.9 17.5 18.0 18.6 18.9 19.1 19.2 19.7 19.8 19.9
(m2/ha) 6 2.3 5.0 7.5 9.4 11.0 12.4 13.5 14.4 15.1 15.6 16.1 16.8 16.9 16.7 16.4 16.1
BONITA II Tegakan Tetap RataLuas Rata-rata rata Bidang Tinggi (m) 4 5.3 8.5 10.6 12.2 13.4 14.3 15.0 15.7 16.1
Diameter (cm) 5 7.5 11.3 13.8 15.6 16.9 18.0 18.7 19.4 19.9
Dasar (m2/ha) 6 3.0 6.5 9.4 11.8 13.7 15.2 16.5 17.5 18.4
Penjarangan
Jumlah
Volume
Volume
Kumulatif
Volume
Kayu Tebal (m3/ha) 7 7.0 18.3 29.7 39.8 48.3 55.4 61.5 66.6 71.0 76.0 79.5 81.4 82.4 87.3 88.3 89.4
Kayu Tebal (m3/ha) 8 0.4 1.1 1.4 2.1 2.2 2.4 1.7 1.5 0.8 0.7 0.6 0.5 0.5 0.4 0.4 0.4
Kayu Tebal (m3/ha) 9 0.4 1.5 2.9 5.0 7.2 9.6 11.3 12.8 13.6 14.3 14.9 15.4 15.9 16.3 16.7 17.1
Kayu Tebal (m3/ha) 10 7.4 19.8 32.6 44.8 55.5 65.0 72.8 79.4 84.6 90.9 94.4 96.8 98.3 103.6 105.0 106.5
Penjarangan
Jumlah
Volume
Volume
Kumulatif
Volume
Kayu Tebal (m3/ha) 7 10.2 25.6 40.4 53.1 63.7 72.6 80.1 85.4 91.9
Kayu Tebal (m3/ha) 8 1.3 2.4 3.4 4.3 5.0 6.4 5.1 4.4 1.6
Kayu Tebal (m3/ha) 9 1.3 3.6 7.0 11.4 16.3 22.7 27.8 32.2 33.8
Kayu Tebal (m3/ha) 10 11.5 29.2 47.4 64.5 80.0 95.3 107.9 117.6 125.7
57
11 12 13 14 15 16 17
18.3 18.6 19.0 19.3 19.5 19.7 20.0
429 417 392 381 370 344 317
Jumlah Umur Peninggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 8.4 12.0 14.7 16.5 17.8 18.8 19.6 20.2 20.8 21.3 21.7 22.2 22.5 22.8 23.1 23.3
Pohon Per ha (N) 3 880 715 605 506 440 396 363 341 330 303 290 284 278 261 250 244
16.5 16.8 17.1 17.4 17.6 17.8 18.0
20.3 20.6 20.9 21.3 21.5 21.7 21.9
18.7 19.7 20.5 21.1 21.9 22.3 23.3
BONITA III Tegakan Tetap RataLuas Rata-rata rata Bidang Tinggi (m) 4 7.6 11.0 13.2 14.9 16.0 16.9 17.6 18.2 18.7 19.2 19.6 20.0 20.3 20.6 20.8 21.0
Diameter (cm) 5 8.8 12.9 15.6 17.5 18.9 20.0 20.8 21.5 22.0 22.5 22.9 23.3 23.7 24.0 24.3 24.6
Dasar (m2/ha) 6 4.1 8.4 11.9 14.7 16.9 18.7 20.1 21.4 22.4 22.9 23.3 24.1 25.7 26.6 27.2 28.7
95.7 98.9 102.2 106.7 108.9 111.2 113.5
1.5 1.4 1.3 1.2 1.2 1.1 1.1
35.3 36.7 38.0 39.2 40.4 41.5 42.6
Penjarangan
131 135.6 140.2 145.9 149.3 152.7 156.1
Jumlah
Volume
Volume
Kumulatif
Volume
Kayu Tebal (m3/Ha) 7 15.1 35.6 54.8 70.9 84.2 95.2 104.4 112.2 118.8 124.5 129.6 134.7 140.0 144.0 148.1 152.2
Kayu Tebal (m3/ha) 8 2.6 5.8 7.0 9.7 8.8 7.4 6.6 5.1 2.8 2.6 2.4 2.2 2.0 1.8 1.6 1.4
Kayu Tebal (m3/ha) 9 2.6 8.4 15.4 25.1 33.9 41.3 47.9 53.0 55.8 58.4 60.8 63.0 65.0 66.8 68.4 69.8
Kayu Tebal (m3/ha) 10 17.7 44 70.2 96.0 118.1 136.5 152.3 165.2 174.6 182.9 190.4 197.7 205.0 210.8 216.5 222.0
58
Lampiran 3. Rencana Pendapatan dan pengeluaran BKPH Parungpanjang tahun 2009 PENDAPATAN Keterangan Penyerahan HH Kayu Penyerahan HH Non Kayu (Benih) - Jenis Acacia mangium (115 kg/thn) - Jenis Mahoni (1750 kg/thn) Pendapatan Hasil Hutan Lainnya - Sharring Padi - Reklamasi dan Rehabilitasi
Jumlah (Rp) 2,261,565,056.00 29,325,000.00 306,250,000.00
3,900,000.00 2,738,750,000.00 Jumlah Pendapatan 5,339,790,056.00 Hasil Hutan Non Kayu + Pendapatan lainnya 3,078,225,000.00 PENGELUARAN Keterangan Jumlah (Rp) BIAYA PRODUKSI - Biaya Tanaman 649,386,836.00 - Biaya Perawatan 283,040,570.00 - Biaya Keamanan 24,393,600.00 - Biaya Pemungutan Hasil Hutan 743,391,006.00 Pemenuhan Kewajiban Terhadap Negara - PSDH 104,023,700.00 - PBB 184,894,160.00 Sarana dan Prasarana 83,604,950.00 Biaya Produksi Benih - Jenis Acacia mangium (115 kg/thn) 19,320,000.00 - Jenis Mahoni (1750 kg/thn) 26,250,000.00 JUMLAH BIAYA PRODUKSI 2,118,304,822.00 BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Kesejahteraan Pegawai 487,925,814.00 Biaya Perjalanan Dinas 33,250,800.00 Biaya Kantor 731,183,698.00 Jumlah Pengeluaran 3,370,665,134.00 KEUNTUNGAN 1,969,124,922.00
59
Lampiran 4. Daftar Perincian Anak Petak RPKH KP A. mangium BKPH Parungpanjang KPH BOGOR 2006-2010 NO 1
BKPH RPH 2
DAS SUB DAS 4
ANAK PETAK 5
LUAS BAKU 6
KELAS HUTAN 7
1
TENJO
CIDURIAN CIPANGAUR
A AA AB AC AD AE AF AG AH 1A 1B 1C 1D 1E 2A 2B 2C 2D 2E 2F 2G 2H 2I
4.12 0.35 0.35 0.29 0.35 0.29 3.01 0.20 0.29 36.14 8.00 67.88 2.68 0.20 12.85 11.69 17.84 23.58 13.81 1.00 22.48 1.15 17.40
LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI TKL TKL KU V TK LDTI TKL TKL KU I KU VI TKL KU VII KU VII LDTI KU VII
JENIS TANAMAN 8
TAHUN TANAM 9
BONITA
KBD
DKN
10
11
12
MAHONI MAHONI A. MANGIUM
1980 1980 2001
0.39 0.40 0.58
0.21 0.38 1.14
MAHONI MAHONI A. MANGIUM A. MANGIUM MAHONI A. MANGIUM A. MANGIUM
1980 1980 2005 2000 1980 1999 1999
0.38 0.69 1.00 0.69 1.38 0.63 0.40
0.32 0.45 1.00 1.05 0.74 0.86 0.51
A. MANGIUM
1999
1.00 1.00 3.00 3.00 3.00 1.00 1.00 3.00 2.00 1.00 3.00 3.00 3.00 3.00
0.66
1.11
VOL/HA M3/HA 13
VOL TOTAL M3 14
55.68 0.00
3779.56 0.00
0.00 55.20
0.00 1301.62
86.00 54.60
86.00 1227.41
90.09
1567.57
60
2J 2K 2L 3A 3B 3C 3D 3E 3F 3G 3H 3I 3J 4A 4B 4C 4D 4E 4F 5A 5B 5C 5D 5E 5F 5G 5H 6A 6B
0.86 1.50 1.65 4.43 28.46 0.10 0.33 11.35 1.20 0.69 9.21 10.59 3.90 0.54 0.53 40.23 52.26 2.50 27.54 9.00 43.87 0.75 23.00 0.64 1.57 17.80 7.85 9.39 2.29
LDTI TKL LDTI TKL KU V LDTI LDTI KU V LDTI TABK KU V TABK LDTI KU V LDTI KU V KU X TBP KU II TABK KU IV HAKL KU VII HAKL HAKL TABK TK KU X KU X
MAHONI
1980
SONOKELING A. MANGIUM
1972 2001
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2001 2001 2001
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM A. MANGIUM
2001 1996
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2004 2002 2002
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM A. MANGIUM
1996 1996
3.00 1.00 3.00 1.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 1.00 3.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 3.00
1.14
0.61
0.31 0.82
0.68 1.38
78.72
2240.37
0.58
1.12
55.68
631.97
0.11 0.75 0.37
0.34 1.07 0.37
48.38
445.53
0.72
0.89
69.12
37.32
0.72 0.38
0.89 0.51
69.12 66.35
2780.70 3467.35
1.46 0.10 0.79
1.46 0.49 1.12
25.84
711.69
37.45
1642.76
0.37
0.94
50.51
1161.62
0.10
0.11
0.61 0.55
0.57 0.50
0.00 106.51 96.03
0.00 1000.09 219.91
61
6C 6D 6E 6F 7A 7B 7C 7D 7E 7F 7G 7H 8A 8B 8C 8D 8E 8F 8G 8H 8I 9A 9B 9C 9D 9E 9F 9G 9H
0.95 1.78 6.76 79.28 13.68 0.65 3.26 0.72 3.97 1.25 29.36 2.40 3.40 16.64 8.93 33.31 0.18 3.72 1.37 3.43 16.52 5.43 10.87 24.75 6.24 9.02 0.88 24.08 1.81
TK LDTI KU X KU VIII KU V LDTI KU IV KU III KU IV LDTI KU IV TBP LDTI LDTI LTJL KU III LDTI KU IV LDTI KU IV KU III LDTI LDTI KU IX TABK KU IX LDTI KU IX LDTI
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1996 1998 2001
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2002 2003 2002
A. MANGIUM
2002
MAHONI
1976
A. MANGIUM
2003
A. MANGIUM
2002
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM MAHONI A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2002 2003 1997 1976 1997 1998 1997
A. MANGIUM
1997
3.00 3.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
0.00
0.00
0.78 0.34 1.50
0.98 1.07 0.66
136.19 51.78 96.75
920.63 4105.28 1323.54
1.80 1.84 1.80
0.91 0.91 0.91
85.32 53.73 85.32
278.14 38.68 338.72
1.50
0.66
71.10
2087.50
0.63
0.55
0.89
0.89
25.99
865.66
0.63
1.06
29.86
111.09
0.88 0.86 0.75 0.50 0.79 0.24 0.63
1.06 0.86 0.91 0.50 0.65 0.19 0.46
41.71 25.11
143.07 414.85
130.51
3230.07
104.08
938.77
1.12
0.54
185.02
4455.38
62
9I 9J 10A 10B 10C 10D 10E 10F 10G 10H 10I 10J 10K 12A 12B 12C 12D 12E 12F 12G 12H 12H 12I 12J 12K 12L 13A 13B 13C
9.55 0.62 9.37 8.36 21.33 2.85 3.86 3.42 19.16 7.80 26.20 8.36 12.00 10.00 0.73 4.48 0.65 0.97 7.25 4.28 0.93 1.00 10.35 9.98 2.95 26.70 25.19 24.40 24.40
KU II LDTI LTJL TKL KU I TK TK TBP KU V KU VII KU X KU I KU IX KU IX TBP KU VIII LDTI KU I KU IX LTJL TK LDTI KU IX KU I TK LTJL KU I KU V KU VIII
A. MANGIUM
2004
MAHONI A. MANGIUM
1978 2005
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2001 1999 1996 2005 1997 1997
A. MANGIUM
1998
A. MANGIUM A. MANGIUM
2005 1997
A. MANGIUM A. MANGIUM
1997 2005
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2005 2001 1998
2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 1.00 3.00 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
0.94
0.94
10.81
103.24
0.38 1.00
0.38 1.00
0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00
0.82 0.53 0.76 1.00 0.88 0.84
0.78 0.38 0.50 1.00 0.46 0.63
52.89 50.51 95.53 0.00 103.49 138.77
1013.37 393.97 2502.94 0.00 1241.86 1387.68
0.65
0.63
99.00
443.50
1.00 0.74
1.00 0.89
0.00 122.25
0.00 886.30
0.00
0.00
0.52 1.00
0.51 1.00
85.90 0.00 0.00
889.11 0.00 0.00
1.00 0.88 0.64
1.00 0.96 0.38
0.00 84.48 97.47
0.00 2061.31 2378.32
63
14A 14B 14C 16A 16B 16C 17A 17B 17C 18A 18B 18C 18D 18E 18F 18G 18H JUMLAH RPH TENJO : 2
MARIBAYA
10.54 49.19 30.14 85.70 17.33 0.29 66.57 2.04 18.97 5.89 7.39 65.12 3.45 0.50 4.17 4.00 3.10
KU VII KU VI TABK KU VIII TABK LDTI KU VIII KU I KU VIII TK KU IV LTJL TK TBP TK KU IX TK
1536.15 CIMANCEURI CIMATUK
BL BM BN BO BP BT BU BY C
0.28 0.41 1.54 0.23 0.32 0.16 0.24 0.70 1.29
LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1999 2000 1998 1998 2000
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1998 2005 1998
A. MANGIUM
2002
A. MANGIUM
1997
3.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00
0.42 0.38 0.17 0.75 0.25
1.02 0.63 0.18 0.43 0.25
57.33 44.88
604.26 2207.55
80.93
6935.27
0.47 1.00 0.73
0.51 1.00 0.44
0.58
0.39
50.71 0.00 78.77 0.00 27.49
3375.96 0.00 1494.21 0.00 203.17
0.00
0.00
0.00 68.21 0.00
0.00 272.83 0.00
0.58
0.39
64
CA CB CC CD CE CF CG CH CI CJ CK CL CM CN CO CP 11A 11B 11C 11C 11D 11E 19A 19B 19C 20A 20B 20C 20D
0.47 0.05 1.20 0.38 0.36 3.70 0.22 0.17 0.77 0.04 0.05 0.49 0.43 0.62 0.94 0.20 66.52 0.20 1.16 1.00 12.55 0.75 47.51 34.30 3.00 8.87 23.00 0.85 85.12
LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI KU VII LDTI LDTI LDTI KU VII LDTI TABK TK TABK TK TABK LDTI TABK
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM
2001
2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
0.56
0.39
53.37
3550.04
0.53
0.36
50.51
633.89
0.21
0.25 0.00
0.00
0.23
0.24 0.00
0.00
0.31
0.24
0.19
0.15
65
20E 21A 21B 21C 21D 21E 21F 21G 21H 22A 22B 23A 23B 23C 29A 29B 29C 29D 29D 29E 29F 29G 29H 30A 30B 33A 33B 33C 33C
23.18 9.26 1.15 11.00 2.50 39.83 0.95 3.00 3.07 59.84 46.50 72.18 25.00 2.00 7.69 1.50 65.78 7.11 7.39 5.00 4.77 2.95 1.49 32.80 14.78 1.96 1.30 35.94 1.37
TK LTJL LDTI LTJL LTJL KU III LDTI TABK LTJL KU III TABK TABK KU IV LDTI TK KU V LDTI KU I TK TABK KU VI TK TK LTJL LDTI TK LDTI TK KU I
A. MANGIUM
2003
A. MANGIUM
2000
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2003 1998 1998 2002
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM
2005
A. MANGIUM A. MANGIUM
1998 2000
A. MANGIUM
2005
2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
0.78
0.94
0.20
0.17
0.91 0.26 0.44 0.36
0.91 0.28 0.22 0.66
0.55
0.50
1.00
1.00
0.48 0.55
0.26 0.50
1.00
1.00
0.00
0.00
22.78
907.17
26.57
1590.07
17.06
426.60
0.00 35.48
0.00 53.21
0.00 0.00
0.00 0.00
44.00 0.00 0.00
209.88 0.00 0.00
0.00
0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
66
33D 33E 33F 33G 34A 34B 34C 34D 34E 34F 34F 34G 34H 34I 34J 34K 34L 35A 35B 35C 35D 35D 35E 35F 35G 36A 36B 36C 36D
3.00 9.00 20.59 1.90 1.39 5.48 2.75 33.09 0.45 4.76 1.43 1.50 6.00 9.00 53.70 15.39 2.00 10.96 11.50 17.50 6.78 13.81 0.75 33.30 0.10 16.24 7.25 0.75 3.50
TABK KU V KU I TBP TK KU VI LDTI KU VIII TBP TBP TBP LDTI KU VIII KU VIII KU I TK LDTI LDTI KU VI TABK TK TK TBP KU VII LDTI KU VII TABK TBP LDTI
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2000 2001 2005
A. MANGIUM
2000
A. MANGIUM
1998
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1998 1998 1998 2005
A. MANGIUM
1998
A. MANGIUM A. MANGIUM
2000 2000
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM A. MANGIUM
1999 1998
2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 3.00 2.00 3.00 1.00 1.00 1.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 1.00 3.00 2.00 3.00 3.00 1.00 3.00
0.48 0.64 1.00
0.36 0.29 1.00
41.28 0.00
371.52 0.00
0.54
0.59
0.00 63.77
0.00 349.48
0.46
0.71
70.06
2318.22
0.59 0.59 0.51 1.00
1.00 1.00 0.79 1.00
89.86 77.67 0.00 0.00
539.14 699.06 0.00 0.00
0.49
0.48
0.48 0.11
0.55 0.16
56.69
651.91
0.00 0.00
0.00 0.00
0.58
0.74
79.17
2636.36
0.37 0.26
0.51 0.44
50.51
820.20
67
CIDURIAN CIPANGAUR
36E 36F 36G 36H 36H 36H 36H 36H 37A 37B 37C 37D 37E 37F
42.91 10.65 0.30 0.50 0.75 0.50 8.00 0.50 24.48 41.40 11.14 6.80 4.00 30.34
LDTI TABK LDTI TABK TABK TABK LDTI TABK KU III TABK KU IV TABK TABK TABK
B BA BB BC BD BE BF BG BH BI BJ BK BQ BR
5.22 0.77 0.37 0.06 2.70 0.35 0.17 0.21 1.04 0.11 0.68 0.20 0.61 0.73
LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI
A. MANGIUM
1998
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM MAHONI A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1994 1994 1994 1994 1994 2003 2000 2002 2000 2000 1999
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
0.26
0.44
0.20 0.12 0.20 0.99 0.17 0.60 0.18 0.58 0.34 0.32 0.28
0.25 0.20 0.23 0.49 0.26 0.70 0.19 1.02 0.16 0.24 0.27
26.40
646.27
40.72
453.58
68
BS BV BW BX 15A 15B 15C 15D 15E 24A 24B 24C 24D 24E 25A 25B 25C 26A 26B 26C 26D 27A 27B 27C 27D 27E 27F 27G 27H
0.24 0.31 0.49 0.28 7.50 15.00 12.99 18.13 54.59 1.66 14.64 18.05 10.31 26.96 61.73 15.85 6.93 28.89 34.54 37.55 9.62 18.59 12.69 5.00 36.43 2.97 49.81 2.37 2.00
LDTI LDTI LDTI LDTI TABK LDTI KU V KU VII TK KU VII TABK TABK KU III TK TABK TABK TK KU III KU I TK TBP KU IV TK KU IV KU IX TBP KU III TBP TBP
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM A. MANGIUM
2001 1999
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1999 2000 1999 2003
A. MANGIUM A. MANGIUM
2002 1999
A. MANGIUM A. MANGIUM SENGON
2003 2005 1995
A. MANGIUM
2002
A. MANGIUM A. MANGIUM
2002 1997
A. MANGIUM
2003
1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 3.00 1.00 2.00 1.00 1.00
0.17
0.13
0.59 0.48
0.66 0.57
0.58 0.19 0.39 1.12
0.45 0.14 0.32 1.12
0.35 0.33
0.16 0.27
38.06 45.74 0.00 55.27
494.33 829.34 0.00 91.75
32.70 0.00
337.18 0.00
0.00 40.59 0.00 0.00
0.00 1172.59 0.00 0.00 1057.40 0.00 298.62 2888.75 2181.68
1.39 1.00 0.09
1.39 1.00 0.17
1.20
1.36
1.26 0.48
0.45 0.59
56.88 0.00 59.72 79.30
1.50
1.50
43.80
69
27I 27J 27K 27L 28A 28B 28C 28D 28E 28F 28G 28H 28I 31A 31B 31C 31D 31E 31F 32A 32B 32C 32D 32E 32F 32G 32H JUMLAH RPH MARIBAYA :
0.50 1.75 1.25 1.23 2.09 22.98 4.35 1.96 1.46 37.37 12.58 17.42 3.75 13.71 3.29 56.98 1.00 27.72 6.57 30.46 1.42 2.90 10.25 25.88 32.98 3.00 15.68
2127.39
TBP MR KU I LDTI TK KU IV TK TK TK LTJL KU V TK TK TABK KU X TK TBP KU I MR TK TBP KU V KU X KU I TK TBP TK
A. MANGIUM A. MANGIUM
1992 2005
A. MANGIUM
2002
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM A. MANGIUM
2001 1996
A. MANGIUM A. MANGIUM
2005 1994
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2001 1996 2005
1.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00
0.39 1.00
0.27 1.00
71.33 0.00
124.83 0.00
1.01
0.91
0.00 47.87 0.00 0.00 0.00
0.00 1100.14 0.00 0.00 0.00
0.68
0.54
43.86 0.00 0.00
551.76 0.00 0.00
0.12 0.63
0.24 0.20
79.19 0.00
260.54 0.00
1.00 0.35
1.00 0.31
0.00 45.85 0.00
0.00 301.23 0.00
0.50 0.75 1.00
0.50 0.69 1.00
32.25 94.28 0.00 0.00
93.53 966.32 0.00 0.00
0.00
0.00
70
3
JAGABAYA
CIMANCEURI CIMATUK
D DA DB DC DD DE DF DG E 38A 38B 38C 39A 39B 39C 39D 39E 39F 39G 40 40 41A 41B 41C 41D 41E 41F
1.55 0.71 0.14 2.04 0.10 0.40 0.45 0.60 0.51 5.28 26.38 57.39 2.48 29.93 17.32 12.65 14.64 6.30 7.15 2.26 72.35 54.00 4.15 15.83 1.82 8.76 0.68
LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI LDTI TK KU II KU V TABK KU I TABK KU V KU II TK KU II LDTI LDTI LDTI TK KU V LDTI LDTI LDTI
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2004 2001 2001 2005 1996 2001 2004
A. MANGIUM
2004
A. MANGIUM
2001
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
0.00 10.27 82.56
0.00 270.82 4738.12
0.00
0.00
1.30
104.64 19.82 0.00 23.01
1323.70 290.22 0.00 164.52
0.67
0.00 67.20
0.00 1063.78
0.58 0.86 0.13 1.00 0.33 1.09 1.12
0.58 0.86 0.13 1.00 0.33 0.92 1.12
1.30
0.70
71
42A 42B 42C 42D 42E 42F 42G 42H 42I 42J 43A 43B 43C 43D 43E 43F 43G 44A 44B 45A 45B 45C 45C 45D 46A 46B 46C 46D 46E
40.00 36.90 5.47 1.87 3.34 0.95 2.99 0.72 2.65 18.14 7.71 46.95 4.00 3.00 28.81 11.14 16.35 26.51 34.27 50.46 0.28 10.86 1.70 11.94 9.84 4.92 0.10 41.18 0.50
KU II TK KU I LDTI KU IX LDTI KU V LDTI KU V LTJL TABK KU VIII KU VI KU III KU VI KU V TK KU V LDTI LDTI TK TABK TK LTJL LDTI LTJL LDTI KU I TBP
A. MANGIUM
2004
A. MANGIUM
2005
A. MANGIUM
1997
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2000 1998 2000 2003 2000 2001
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM
1996
A. MANGIUM
2005
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 1.00
0.67
0.67 1.00
11.86 0.00 0.00
474.36 0.00 0.00
1.00 0.58
0.62
95.82
320.03
0.70
0.67
67.20
200.93
0.70
0.67
67.20
178.08
0.17 0.53 0.52 1.07 0.53 0.84
0.17 0.53 0.53 1.07 0.53 1.40
0.88
1.27
80.72 61.41 47.08 62.59 80.64 0.00 84.48
3789.76 245.65 141.24 1803.30 898.33 0.00 2239.56
0.00
0.00
0.37
0.41 0.00
0.00
0.00
0.00
1.00
1.00
72
46F 47A 47B 47C 47D 48A 48B 48C 48D 49A 49B 49C 49D 49E 49F 49F 49F 49G 49H 49H 49I 50A 50B 50C 50D 50E 50F 50G 50H
0.95 4.80 5.14 51.28 11.94 58.19 1.20 18.24 25.16 15.89 40.36 1.46 4.62 1.20 1.39 5.23 0.50 2.65 54.21 3.50 0.80 8.50 17.72 6.00 34.53 5.37 5.84 3.09 3.19
TBP KU I TABK LDTI LTJL TABK TBP KU IX LTJL TK KU III TBP KU III TK LDTI LDTI LDTI KU II KU I KU I LDTI KU VII TK KU VII KU IV TK MT KU IX LTJL
A. MANGIUM A. MANGIUM
2005 1996
A. MANGIUM
1997
A. MANGIUM
1997
A. MANGIUM
2003
A. MANGIUM
2003
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2004 2005 2005
A. MANGIUM
1999
A. MANGIUM A. MANGIUM
1999 2000
A. MANGIUM A. MANGIUM
1994 1997
1.00 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00 1.00 3.00 3.00 3.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00
1.00 0.37
1.00 0.41
0.00
0.00
0.30
0.27
0.51
0.34
84.25
1536.76
0.28
0.64
0.00 8.18
0.00 329.98
0.28
0.64
8.18 0.00
37.77 0.00
1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00
11.50 0.00 0.00
30.48 0.00 0.00
0.50
0.32
0.61 0.81
0.50 0.82
0.98 0.66
0.56 0.50
47.65 0.00 58.13 56.86 0.00 128.38 77.62
405.03 0.00 348.80 1963.44 0.00 749.74 239.83
73
50I 50J 50K 50L 51A 51B 51C 51D 52A 52B 52C 52D 53 53 54A 54B 54C 54D 54E 54F 54G 54H 54I 55A 55B 55C 55D 55E 55F
4.66 1.47 20.61 2.75 25.88 12.00 37.78 12.75 66.06 8.00 5.00 3.95 64.30 45.27 10.18 1.96 2.76 16.38 55.92 1.34 19.21 2.38 6.00 6.97 1.00 6.90 29.42 1.50 34.06
KU V TK KU IX TBP KU II TABK KU V TK KU II TKL LDTI TK KU II KU II KU II TK TABK KU VII KU II LDTI KU II LDTI TABK TBP TABK KU I TK LTJL TBP
A. MANGIUM
2001
A. MANGIUM
1997
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2004 2001 2001
A. MANGIUM
2004
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
2004 2004 2004
A. MANGIUM A. MANGIUM A. MANGIUM
1998 1999 2004
A. MANGIUM
2004
A. MANGIUM
1998
A. MANGIUM A. MANGIUM
1997 2005
2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00
0.84
0.54
54.18 0.00 79.97
252.48 0.00 1648.14
0.68
0.42
1.00 0.37 0.96
1.00 0.32 0.79
11.50
297.62
61.92 0.00 11.50
2339.34 0.00 759.69
1.00
1.00
1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00
0.00 11.50 11.50 11.50 0.00
0.00 739.45 520.61 117.07 0.00
0.32 0.52 1.00
0.20 0.47 1.00
49.56 11.50
811.73 643.08
1.00
1.00
11.50
220.92
0.39
0.22
0.20 1.00
0.20 1.00
0.00 0.00
0.00 0.00
74
55G 56 JUMLAH RPH JAGABAYA : JUMLAH BKPH PARUNG PANJANG :
11.00 53.87
1733.70
5397.24
LDTI TBP
2.00 2.00
75
Lampiran 5. Perhitungan etat tegakan A.mangium untuk tujuan pulp PERHITUNGAN ETAT TEGAKAN HUTAN TANAMAN DI PERUM PERHUTANI KPH : Bogor bagian hutan Parungpanjang 1. Jenis tegakan: Akasia 2. Daur tegakan: 8 tahun Luas Rata-rata Kelas hutan (ha) Bonita MR 8.32 MT 5.84 KU VIII 411.14 KU VII 298.2 KU VI 164.03 KU V 462.18 KU IV 248.94 KU III 348.39 KU II 451.43 KU I 440.56 Jml. KU 2824.87 Jml. Semua (MR + MT + KU) 2839.03 UTR Etat (sebelum pengujian) 1. Etat luas 2. Etat volume
8.32 th 354.88 ha/th 10057.11 m3/th
KBD 2.21 2.00 2.32 2.17 2.16 2.49 1.89 1.87 2.09 2.25
0.36 0.98 0.49 0.45 0.39 0.73 0.79 0.83 0.90 0.92 -
Umur Volume Total tengah per ha 11.42 16.96 141.09 11.00 44.13 257.72 8 19.55 8038.46 7 17.72 5282.82 6 15.30 2509.51 5 28.99 13397.56 4 31.25 7780.39 3 32.67 11381.69 2 35.63 16084.42 1 36.28 15982.02 80456.88 80456.88
76
Lampiran 5. (Lanjutan) 3. Pengujian jangka waktu penebangan (JWP) ke-1: Aspek pengujian 1. Menurut etat luas: 1.2. Umur saat ditebang (th) 1.1. JWP-L (th) 1.3. UTR-L (th) 2. Menurut etat volume: 2.1. Volume tabel pada UTRL 2.2. Faktor koreksi (fk) 2.2. Volume terkoreksi (m3) 2.3. JWP-V (th) 2.4. UTR-V (th) Selisih UTR-V dan UTR-L 3. Kesimpulan untuk perbaikan
Miskin riap
Masak tebang
0.02
0.01
KU VIII
0.02
0.03
KU VII
KU VI
KU V
KU IV
KU III
KU II
KU I
8.04 1.16 8.62
8.04 0.84 8.46
7.69 0.46 7.92
7.00 1.30 7.65
7.63 0.70 7.98
7.59 0.98 8.08
7.99 1.27 8.62
8.99 1.24 9.61
49.47
49.31
48.78
48.50
48.84
48.93
49.47
50.46
1 10048.78 1.00 8.54 -0.08
1 6582.64 0.65 8.37 -0.09
tidak perlu
tidak perlu
1 1 1 1 1 1 3093.07 16420.80 9601.42 14072.88 20108.86 20378.30 0.31 1.63 0.95 1.40 2.00 2.03 7.85 7.82 8.11 8.29 8.99 10.00 -0.08 0.17 0.13 0.21 0.36 0.39 tidak tidak tidak tidak tidak tidak perlu perlu perlu perlu perlu perlu
77
Kelas hutan menghasilkan
Mulai ditebang umur
Umur tebang ratarata
Jangka waktu penebangan masing2 kelas
Miskin riap (MR) Masak tebang (MT) KU VIII KU VII KU VI KU V KU IV KU III KU II KU I
-
8.04 8.04 7.69 7.00 7.63 7.59 7.99 8.99
8.54 8.37 7.85 7.82 8.11 8.29 8.99 10.00
kumulatif 0.01 0.03 1.00 0.65 0.31 1.63 0.95 1.40 2.00 2.03
Selisih JWP dan daur Oleh karena selisih daur dan JWP hanya 2,01 tahun, maka etat massa ditetapkan 10057,11 m3
0.01 0.04 1.04 1.69 2.00 3.63 4.59 5.99 7.99 10.01 2.01
78
Lampiran 6. Bagan tebang habis seluruh daur atas dasar pengujian jangka waktu tebang tujuan bahan baku industri pulp Etat volume = 10057.11 m3 luas Kelas Hutan m3/ha (ha) Penebangan 1 2 MR 16.96 8.32 Ha 8.32 m3 141.09 MT 44.13 5.84 Ha 5.84 m3 257.72 KU VIII 19.55 411.14 Ha 411.14 m3 8038.46 KU VII 17.72 298.2 Ha 91.44 206.76 m3 1619.84 3662.99 KU VI 15.30 164.03 Ha 164.03 m3 2509.51 KU V 28.99 462.18 Ha 134.01 m3 3884.62 KU IV 31.25 248.94 Ha m3 KU III 32.67 348.39 Ha m3 KU II 35.63 451.43 Ha m3 KU I 36.28 440.56 Ha m3 Jumlah volume (m3) 10057.11 10057.11
3
328.17 9512.95 17.41 544.16
10057.11
Tahun 4
231.53 7236.230456 86.35 2820.879893
10057.11035
5
6
7
8
262.04 8560.81 42.00 1496.30
282.27 10057.11035
127.17 4531.01 152.33 5526.10 10057.11035
277.23 10057.11035 10057.11035
10057.11
10057.11035
79 Lampiran 7. Perhitungan etat tegakan A.mangium untuk tujuan kayu pertukangan PERHITUNGAN ETAT TEGAKAN HUTAN TANAMAN DI PERUM PERHUTANI KPH :
Bogor
bagian hutan
Parungpanjang
1. Jenis tegakan:
Akasia
2. Daur tegakan:
10
3. Data hasil risalah:
tahun 2005
Kelas hutan
Luas
Rata-rata
(ha)
Bonita
tahun
KBD
Umur
Volume
tengah
per ha
Total
MR
8.32
2.21
0.36
11.42
16.96
141.09
MT
5.84
2.00
0.98
11.00
45.96
268.38
KU X
110.44
2.64
0.56
10
31.19
3445.02
KU IX
183.16
2.78
0.70
9
39.27
7192.75
KU VIII
374.44
2.54
0.54
8
30.25
11324.97
KU VII
261.5
2.47
0.51
7
21.76
5689.64
KU VI
127.33
2.78
0.50
6
27.77
3535.52
KU V
425.48
2.71
0.80
5
44.36
18875.13
KU IV
212.24
2.22
0.93
4
39.48
8379.54
KU III
311.69
2.09
0.92
3
39.33
12258.17
KU II
414.73
2.28
0.98
2
41.77
17323.04
KU I
403.86
2.46
1.00
1
42.62
17212.75
Jml. KU
2824.87
-
-
-
-
105236.52
Jml. Semua (MR + MT + KU)
2839.03
-
-
-
-
105645.99
Output: 1. Umur tebang rata-rata (UTR)
9.77
th
80
2. Etat (sebelum pengujian): 2.1. Etat luas
283.90
2.2. Etat volume
10564.60
ha/th
Luastotal/daur
m3/th
Volumetotal/daur
Masak tebang
KU X
3. Pengujian jangka waktu penebangan (JWP) ke-1:
Aspek pengujian
Miskin riap
KU IX
KU VIII
KU VII
KU VI
KU V
KU IV
KU III
KU II
KU I
1. Menurut etat luas: 1.2. Umur saat ditebang (th) 1.1. JWP-L (th)
0.029
0.02
1.3. UTR-L (th)
10.04
9.38
9.06
9.13
8.67
7.98
8.64
8.42
8.52
9.14
0.39
0.65
1.32
0.92
0.45
1.50
0.75
1.10
1.46
1.42
10.23
9.70
9.72
9.59
8.89
8.73
9.02
8.97
9.25
9.85
58.45
55.68
55.70
42.44
52.05
51.89
41.86
40.22
42.09
42.69
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3611.40
7183.53
11313.89
5665.27
3300.59
17565.92
8230.53
11567.69
17108.72
17242.23
0.34
0.68
1.07
0.54
0.31
1.66
0.78
1.09
1.62
1.63
10.21
9.72
9.60
9.40
8.82
8.81
9.03
8.97
9.33
9.95
0.02
-0.12 tidak perlu
-0.19
-0.07 tidak perlu
0.08 tidak perlu
0.02 tidak perlu
0.00 tidak perlu
0.08 tidak perlu
0.10 tidak perlu
2. Menurut etat volume: 2.1. Volume tabel pada UTR-L 2.2. Faktor koreksi (fk) 2.2. Volume terkoreksi (m3) 2.3. JWP-V (th)
0.013
0.03
2.4. UTR-V (th) Selisih UTR-V dan UTR-L
-0.02
3. Kesimpulan untuk perbaikan
Kelas hutan menghasilkan
tidak perlu
tidak perlu
Mulai ditebang
Umur tebang
Jangka waktu penebangan
umur
rata-rata
masing2 kelas
kumulatif
tidak perlu
81
Miskin riap (MR)
-
-
0.01
0.01
Masak tebang (MT)
-
-
0.03
0.04
KU X
10
10
0.34
0.38
KU IX
9
10
0.68
1.06
KU VIII
9
10
1.07
2.13
KU VII
9
9
0.54
2.67
KU VI
9
9
0.31
2.98
KU V
8
9
1.66
4.64
KU IV
9
9
0.78
5.42
KU III
8
9
1.09
6.52
KU II
9
9
1.62
8.14
KU I
9
10
1.63
Selisih JWP dan daur
9.77 -0.23
Oleh karena selisih daur dan JWP hanya 0,23 tahun, maka etat massa ditetapkan 10564,60 m3
82
Lampiran 8. Bagan tebang habis seluruh daur atas dasar pengujian jangka waktu tebang tujuan kayu pertukangan Bagan tebang habis seluruh daur atas dasar pengujian jangka waktu tebang Etat volume = 10564.60 m3 Kelas luas Hutan m3/ha (ha) Penebangan 1 MR
16.96
8.32
MT
45.96
5.84
KU X
31.19
110.44
KU IX
39.27
183.16
KU VIII
30.25
374.44
KU VII
21.76
261.5
KU VI
27.77
127.33
KU V
44.36
425.48
KU IV
39.48
212.24
KU III
39.33
311.69
KU II
41.77
414.73
KU I
42.62
403.86
Tahun
2
Ha
8.32
m3
141.09
Ha
5.84
m3
268.38
3
Ha
110.44
m3
3445.02
Ha
170.87
12.29
m3
6710.11
482.63
Ha
333.34
41.10
m3
10081.96
1243.01
Ha
261.50
m3
5689.64
4
5
Ha
124.07
3.26
m3
3444.95
90.57
6
Ha
24.72
238.15
162.62
m3
10516.98
10564.60
7214.00
7
Ha
84.87
127.37
m3
3350.60
5028.94
8
Ha
140.76
170.93
m3
5535.66
6722.51
10
Ha
91.98
247.88
m3
3842.09
10353.62
Ha
4.95
m3 Jumlah volume (m3)
9
10564.59
10564.59
10377.59
10607.55
10564.60
10564.60
10564.60
10564.60
247.88
210.98
10564.60
10564.60
10564.59901