OPTIMALISASI RANTAI LOGISTIK BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI PERUM BULOG SUB DIVRE CIANJUR
GUNAWAN EKO WICAHYO
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Optimalisasi Rantai Logistik Beras untuk Rumah Tangga Miskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur” adalah benar karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Gunawan Eko Wicahyo NRP H24134072
ABSTRAK GUNAWAN EKO WICAHYO. Optimalisasi Rantai Logistik Beras untuk Rumah Tangga Miskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Dibimbing oleh HETI MULYATI. Beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) merupakan program Pemerintah yang diperuntukkan bagi kategori rumah tangga miskin. Perum BULOG (Perusahaan umum Badan Urusan Logistik) wajib menyediakan beras dengan jumlah dan waktu yang tepat serta berkualitas. Pada kenyataannya alokasi distribusi raskin seringkali tidak mencapai 100 persen seperti pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur (terutama pada wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian yaitu menganalisis rantai logistik raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur dan menganalisis optimalisasi rantai logistik produk beras raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur di wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif, pemrograman linier, dan analisis biaya. Hasil penelitian menunjukkan sistem logistik pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur dimulai dari proses pengadaan beras melalui 3 (tiga) saluran, yaitu MKP (Mitra Kerja Pengadaan), UPGB (Unit Pengelolaan Beras dan Gabah), dan Satgas (Satuan Petugas). Sedangkan alokasi sistem logistik raskin sudah optimal. Kata kunci :
Optimalisasi, Pemrograman linier, Perum BULOG Sub Divre Cianjur, Rantai logistik
ABSTRACT GUNAWAN EKO WICAHYO. Optimization of Logistic Chain of Rice for the poor people at General Company Logistics Agency Sub Divre Cianjur. Supervised by HETI MULYATI. Rice for the poor people “Raskin”, is the Government’s programme to vulnerable groups. General Company Logistics Agency (Perum BULOG) should provide rice at the right quantity, the right time, and a certain quality. In fact, allocation of raskin’s distribution frequently did not reach 100 percent, especially at General Company Logistics Agency Sub Divre Cianjur covering were Cianjur, Sukabumi, and Bogor district. The objective of this research are to analyze the logistic chain of raskin and to analyze optimalization of logistic chain raskin’s rice product. The research methods used descriptive analysis, linear programming, and cost analysis. The result showed that allocation of raskin’s logistic systems at Perum BULOG Sub Divre Cianjur started from rice’s procurement proccess through by 3 (three) channels, namely Procurement Partners (MKP), Unit Management of Grain and Rice (UPGB), and Officer’s Unit (Satgas). Allocation of raskin’s logistic systems has already optimum based on linear programming. Keywords :
General Company Logistics Agency Sub Divre Cianjur, Linear programming, Logistic chain, Optimalization
OPTIMALISASI RANTAI LOGISTIK BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI PERUM BULOG SUB DIVRE CIANJUR
GUNAWAN EKO WICAHYO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Rantai Logistik Beras untuk Rumah Tangga Miskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur”. Maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Sub Divisi Regional Cianjur (Perum BULOG Sub Divre Cianjur), dilatar belakangi oleh belum optimalnya rantai logistik yang terkait dengan pendistribusian beras untuk rumah tangga miskin (raskin) pada 3 (tiga) kabupaten dalam lingkup kerja Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Ketiga kabupaten tersebut yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengoptimalkan rantai logistik perusahaan, khususnya yang terkait dengan distribusi dan transportasi terhadap proses pendistribusian produk beras raskin. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Dr rer pol Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, MSi dan Ibu Hardiana Widyastuti, SHut, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Budi Sultika, SAgr selaku pembimbing lapang yang telah membantu dan memberikan data yang diperlukan selama penelitian. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga, serta Vina Artie Fiani atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2016 Gunawan Eko Wicahyo
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
3
Tujuan
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Manajemen Logistik
4
Distribusi dan Transportasi
6
Penelitian Terdahulu
7
METODE Kerangka Penelitian
8 8
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Jenis dan Sumber Data
10
Metode Penarikan Sampel
11
Metode Pengolahan dan Analisis Data
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rantai Logistik Perum BULOG Sub Divre Cianjur
15 15
Optimalisasi Distribusi dan Transportasi pada Produk Beras Raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur
21
Implikasi Manajerial
29
SIMPULAN DAN SARAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
41
viii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis data, sumber data, metode pengumpulan data dan alat analisa berdasarkan tujuan Total biaya distribusi sesuai realisasi penyaluran raskin 2015 Matriks transportasi beras raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2015 Analisis primal terhadap alokasi distribusi raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur Analisis dual terhadap volume distribusi raskin tahun 2015 Analsisis sensitivitas biaya distribusi raskin per ton (dalam rupiah) Analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan beras raskin (dalam ton) Ilustrasi penambahan jumlah moda transportasi Total biaya setelah penambahan truk sesuai dengan yang diperlukan pada tahun 2015
11 22 23 24 25 26 27 27 28
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Target dan pencapaian penyaluran raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2013 – 2015 Konsep Logistik Kerangka pemikiran Struktur organisasi Perum BULOG Sub Divre Cianjur Rantai logistik raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur
2 5 10 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Target dan penyaluran raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2013-2015 Bagan alir pengadaan beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui MKP Bagan alir pengadaan beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui UPGB Input fungsi tujuan dan fungsi kendala pada LINDO Hasil pengolahan data pada LINDO
35 36 37 38 39
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan hak asasi manusia dan komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pangan berperan sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Ketahanan pangan yang tidak stabil dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional (Perum BULOG 2015). Beras merupakan salah satu jenis komoditas pangan utama di Indonesia. Sebagian besar jumlah penduduk di Indonesia (95%) mengonsumsi beras sebesar 102 kg/jiwa/tahun (BPS 2013). Keadaan tersebut melebihi rata-rata konsumsi dunia yang hanya sebesar 53 kg/kapita/tahun (IRRI 2013). Sesuai dengan UUD 1945 yang kemudian dituangkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, maka negara berkewajiban untuk mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan begizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata diseluruh wilayah Indonesia. Perusahaan umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) bertugas untuk merealisasikan tugas pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan tersebut. Tugas pokok Perum BULOG pada awalnya adalah mengamankan penyediaan pangan dalam rangka menegakkan eksistensi Pemerintahan baru yang sesuai dengan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967. Selanjutnya tugas pokok BULOG mengalami revisi sebanyak enam kali sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 2003 melalui Keputusan Presiden (Kepres) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI). Sejak ditetapkannya PPRI No.7 tahun 2003, BULOG resmi beralih menjadi perusahaan umum dan mengemban tugas pokok yang sesuai dengan Kepres No. 29 tahun 2000, yakni melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras dengan cara mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penguatan tugas pokok Perum BULOG diperkuat oleh visinya yaitu “Menjadi perusahaan yang unggul dalam mewujudkan kedaulatan pangan”. Berdasarkan visi tersebut, maka misi untuk mewujudkannya yakni dengan cara (1) Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok (2) Mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan (3) Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Salah satu program pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan adalah pengadaan Program Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin), yaitu bantuan beras bersubsidi yang diperuntukkan bagi rumah tangga dengan pendapatan rendah atau kategori rumah tangga miskin. Peran Perum BULOG pada program Raskin ini adalah wajib untuk menyediakan beras dengan jumlah dan waktu yang tepat serta berkualitas. Pelaksanaan distribusi beras untuk Program Raskin diawali dengan penetapan alokasi Pagu Raskin Kabupaten/Kota untuk Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) oleh Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota. Pagu Raskin dalam setahun ditetapkan oleh Pemerintah Pusat setiap awal tahun. Namun demikian, permintaan alokasi bulanan yang tidak beraturan dan tidak dapat
2
diprediksi menjadi suatu kendala yang harus dihadapi dalam permasalahan distribusi (Sartika 2014). Seperti halnya pada Perum BULOG Sub Divisi Regional (Sub Divre) Cianjur, Jawa Barat, dimana terjadi ketidakseimbangan antara Surat Perintah Pengiriman Barang/Delivery Order (SPPB/DO) per hari dengan jumlah moda transportasi yang tersedia untuk mendistribusikan beras ke RTS-PM. Selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir yaitu dari tahun 2013 sampai 2015, target penyaluran raskin untuk Titik Distribusi (TD) di ruang lingkup kerja Perum BULOG Sub Divre Cianjur (Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor) tidak tercapai 100 persen dan cenderung fluktuatif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Target dan penyaluran raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2013-2015 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. 100
87,12% 82,41%
87,63%
93,07%
93,44%
93,16% 88,20%
85
92,53%
Presentase Pencapaian
90
90,40%
95
80 75 70 65 60 2013
2014
2015
Tahun Cianjur
Sukabumi
Bogor
Gambar 1 Target dan pencapaian penyaluran raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2013 – 2015 Sumber: Perum BULOG (2015) Berdasarkan Gambar 1 terjadi penyimpangan antara target distribusi (sesuai pagu dari Pemerintah Pusat) dengan realisasi distribusi aktual. Penyimpangan tersebut disebabkan oleh sebagian besar desa yang belum mengambil raskin karena belum melunasi tunggakan (Pikiran Rakyat 2015), sehingga Perum BULOG Sub Divre Cianjur belum bisa menyalurkan raskin tersebut ke beberapa wilayah dari ruang lingkup kerja BULOG Sub Divre Cianjur yakni pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor. Oleh karena itu manajemen logistik diperlukan untuk menyalurkan raskin khususnya yang terkait dengan distribusi dan transportasi. Logistik diharapkan
3
dapat membantu dalam mengoptimalkan proses produksi dan distribusi yang ada berdasarkan sumber daya yang dimiliki melalui teknik manajemen untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan (Tseng et al. 2005). Selain sistem logistik, hal lainnya yang sangat penting dalam penyaluran raskin adalah pengelolaan rantai pasok. Menurut Tampubolon (2014), rantai pasok secara efisien digunakan untuk mengintegrasikan pemasok, produsen, serta gudang, sehingga barang yang diproduksi dapat didistribusikan ke lokasi yang tepat, untuk meminimalkan waktu yang tepat, serta jangkauan sistem dengan biaya sesuai persyaratan tingkat pelayanan. Dengan demikian diharapkan implementasi rantai logistik pada BULOG Sub Divre Cianjur dapat menciptakan sistem distribusi raskin yang lebih efektif dan efisien.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana rantai logistik raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur? 2. Bagaimana mengoptimalkan logistik, khususnya yang terkait dengan distribusi dan transportasi produk beras raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur di wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor? 3. Bagaimana rekomendasi strategi untuk meningkatkan distribusi raskin?
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian secara umum adalah menganalisis optimalisasi distribusi dan transportasi raskin yang dikirimkan dari BULOG Sub Divre Cianjur ke RTS-PM. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian adalah: 1. Menganalisis rantai logistik raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur 2. Menganalisis optimalisasi rantai logistik, khususnya yang terkait dengan distribusi dan transportasi produk beras raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur di wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor 3. Memberikan rekomendasi strategi untuk meningkatkan distribusi raskin
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu bagi perusahaan, penulis, maupun pembaca. Bagi perusahaan, diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukan dalam mengoptimalkan rantai logistik perusahaan, khususnya yang terkait dengan distribusi dan transportasi terhadap proses pengadaan produk beras raskin. Bagi penulis, diharapkan dapat berguna untuk menambah dan memperdalam wawasan serta dapat menjadi sarana untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan optimalisasi rantai logistik.
4
Ruang Lingkup Produk yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah beras untuk rumah tangga miskin (raskin). Ruang lingkup penelitian mencakup optimalisasi rantai logistik produk beras raskin yang dapat menciptakan sistem distribusi BULOG Sub Divre Cianjur yang lebih efektif dan efisien. Distribusi yang dilakukan oleh perusahaan meliputi wilayah distribusi BULOG Sub Divre Cianjur, diantaranya Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kota Sukabumi, dan Kota Depok. Wilayah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah wilayah yang tidak dapat menyerap raskin 100 persen seperti di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Logistik Persaingan sengit di pasar global saat ini, pengenalan produk dengan siklus hidup yang pendek dan harapan yang tinggi dari pelanggan telah memaksa perusahaan manufaktur untuk berinvestasi dan memusatkan perhatian pada sistem logistik. Hal tersebut, seiring dengan perubahan dalam teknologi komunikasi dan transportasi, misalnya, mobile communication dan ovenight delivery, telah memotivasi evolusi yang berkelanjutan dari pengelolaan sistem logistik. Dalam sistem logistik, barang-barang yang diproduksi di satu pabrik atau lebih, dikirim ke gudang untuk penyimpanan setengah jadi dan kemudian dikirim ke pengecer atau pelanggan. Akibatnya, untuk mengurangi biaya dan meningkatkan mutu pelayanan, strategi logistik harus memperhitungkan interaksi dari berbagai tingkatan dalam jaringan logistik (Bramel dan Simchi 1997). Logistik merupakan kegiatan penting mengenai penggunaan sumber daya manusia dan bahan secara luas yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional (Rushton et al. 2010). Sedangkan menurut Council of Logistics Management dalam Encyclopaedia Britannica (1991), logistik merupakan pengelolaan proses perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), dan pengendalian (controlling) yang efektif dan efisien dari aliran pemindahan dan penyimpanan bahan baku. Menurut Waters (2003), logistik mengelola transportasi dan bahan penyimpanan dari pemasok asli ke pelanggan akhir melalui rantai pasokan. Logistik meliputi satu set kompleks aktivitas yang memerlukan sekumpulan matriks secara memadai untuk mengukur kinerja. Strategi logistik telah mempengaruhi pemilihan pelanggan, desain produk, kemitraan atau aliansi, pemilihan vendor, dan banyak proses inti bisnis lainnya (Caplice dan Sheffi 1995). Menurut Mentzer dan Kahn dalam Sachan dan Datta (2005), penelitian logistik dipengaruhi oleh pendekatan ekonomi dan perilaku. Pendekatan ekonomi berfokus pada minimisasi biaya dan memaksimalkan keuntungan, sementara pendekatan perilaku berfokus pada aspek psikologis dan sosiologis. Tujuan utama dari manajemen logistik adalah mengembangkan operasi yang terpadu. Sedangkan secara khusus, tujuan dari manajemen logistik adalah mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya
5
pencapaian organisasi. Menurut Rushton et al (2010), salah satu pandangan terhadap logistik dapat ditunjukkan melalui hubungan sebagai berikut: 𝐿𝑜𝑔𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘 = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 + 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
……….. (1)
Sejauh ini, logistik berkaitan dengan aliran fisik dan aliran informasi dari bahan baku hingga distribusi akhir produk jadi. Sehingga pasokan dan pengelolaan bahan mengalir menuju dan melalui proses produksi, sementara produksi mengalir dari titik produksi akhir hingga ke pelanggan atau pengguna akhir. Penekanan utama saat ini terletak pada pentingnya informasi serta aliran fisik, dan faktor tambahan yang sangat relevan adalah logistik terbalik (reverse logistics) aliran produk dan kemasan kembali melalui sistem. Menurut Ballou (2004), logistik adalah hal-hal yang terkait dengan penciptaan nilai. Dalam hal ini, nilai untuk pelanggan, pemasok perusahaan, dan pemangku kepentingan perusahaan. Nilai logistik terutama dinyatakan dalam waktu dan tempat. Produk dan jasa tidak memiliki nilai kecuali produk dan jasa yang telah dimiliki oleh pelanggan kapanpun (waktu) dan dimanapun (tempat) telah digunakan. Manajemen logistik yang baik melihat setiap kegiatan didalam rantai pasok sebagai kontribusi terhadap penambahan nilai. Secara umum konsep logistik dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Konsep Logistik (Rushton et al. 2010)
6
Rantai Logistik Pemodelan rantai logistik sangat penting dalam meningkatkan kinerja dari rantai logistik secara keselurahan. Model logistik memberikan dukungan untuk berbagai macam aplikasi, seperti menganalisis hambatan, meningkatkan layanan pelanggan, mengkonfigurasi rantai logistik baru dan mengadaptasi rantai yang ada untuk pasar dan produk baru. Logistik telah memperoleh banyak perhatian dalam meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas organisasi sebagai biaya logistik dalam membuat sebuah bagian yang signifikan dari total biaya produksi. Proses logistik secara keseluruhan, dari akuisisi bahan baku sampai proses distribusi produk hingga ke pelanggan akhir, membuat sebuah rantai logistik yang terdiri dari beberapa peran (Slats et al. 1995). Pengadaan logistik merupakan salah satu elemen dalam rantai logistik. Menurut Dwiantara dan Sumarto (2004), fungsi pengadaan ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian tujuan pengadaan barang adalah untuk memperoleh barang atau jasa dengan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan jumlah dan mutu yang sesuai, serta selesai tepat waktu. Sistem pengadaan logistik meliputi: 1. Sistem Sentralisasi Sistem sentralisasi merupakan suatu cara pengadaan logistik dimana kewenangan dalam pengadaan logistik bagi seluruh unit kerja dalam organisasi diberikan pada salah satu unit kerja tertentu sehingga segala macam pengadaan logistik dalam organisasi hanya dilayani oleh unit kerja/bagian tertentu saja. 2. Sistem Desentralisasi Sistem desentralisasi merupakan suatu cara pengadaan dimana pengadaan logistik diserahkan kepada masing-masing unit kerja. 3. Sistem Campuran Sistem campuran merupakan sistem atau cara pengadaan logistik dengan mengombinasikan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pertimbangan penggunaan sistem campuran ini selain menjamin ketepatan dalam pemenuhan kebudayaan logistik dari setiap unit kerja khususnya kebutuhan logistik yang sifatnya spesifik sesuai dengan tugas operasional unit kerja tersebut, juga untuk mendukung program standardisasi dan normalisasi organisasi.
Distribusi dan Transportasi Distribusi adalah kegiatan yang dapat mempermudah dan memperlancar proses pemindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan kebutuhan (Tjiptono 2008). Sedangkan menurut Saremi dan Zadeh (2014), distribusi merupakan salah satu komponen dari bauran pemasaran yang paling sederhana, yang didalamnya terdapat tugas untuk melakukan transfer produk dari tempat produksi ke tempat pembelian hingga kepada pelanggan. Sistem transportasi memindahkan barang antara asal dan tujuan menggunakan kendaraan dan peralatan seperti truk, traktor, trailer, kru, palet, kontainer, mobil, dan kereta api. Transportasi merupakan peran utama dan elemen
7
paling penting dalam logistik karena biaya yang cukup tinggi (Farahani et al. 2011). Menurut Ballou (2004), transportasi biasanya merepresentasikan elemen yang paling penting dalam biaya logistik bagi sebagian besar perusahaan. Pergerakan barang telah diamati untuk menyerap antara sepertiga dan dua pertiga dari total biaya logistik. Transportasi Menurut Farahani et al. (2011), secara umum terdapat lima moda transportasi yang digunakan untuk kegiatan logistik, yakni jalan, rel kereta api, udara, air, dan pipa. Saat ini moda transportasi tersebut bertambah menjadi enam moda, yakni dengan hadirnya transportasi digital. Salah satu dari enam pilihan moda tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda untuk mengirimkan produk kepada pelanggan. Namun, semua moda transportasi mungkin tidak menjadi pilihan yang berlaku atau layak untuk semua pasar dan produk. Deskripsi Model Transportasi Menurut Tampubolon (2014), model transportasi dapat diaplikasikan dengan program linier dalam metode transportasi atau distribusi. Metode transportasi merupakan bentuk khusus dari pemecahan masalah dengan menggunakan program linier. Tujuannya adalah untuk membandingkan beberapa aspek biaya transportasi dari sumber bahan baku (resources), ke pusat produksi (manufacture) dan dari manufaktur ke pasar pelanggan (customer’s market). Sehingga dapat meminimalkan pencapaian biaya (Minimize Total Cost). Pemecahan masalah dengan program linier dapat dipahami melalui karakteristik-karakteristik permasalahan sebagai berikut: 1. Sumber Bahan Baku Sumber bahan baku yang terbatas, sehingga diperlukan alokasi dalam jumlah tertentu. 2. Tujuan (Destination) Keterbatasan sistem trasnportasi untuk mengangkut bahan baku ke tempat tujuan. 3. Kesamaan Unit Bahan Baku Kesamaan bahan baku di dalam unit dan jumlah yang akan digunakan. 4. Biaya (Cost) Biaya untuk mengalokasikan bahan baku dari beberapa tempat ke tempat tujuan relative konstan.
Penelitian Terdahulu Basith (2012) membuat model sistem dinamis sediaan beras nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah model sistem dinamis yang dapat digunakan untuk mempelajari perilaku sediaan beras di Indonesia sepanjang tahun. Model sediaan beras ini dirancang-bangun agar dapat digunakan untuk memprediksi keberadaan beras di setiap subsistem distribusi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metoda simulasi dengan memanfaatkan perangkat lunak ithink™. Hasil simulasi menunjukkan bahwa model sistem dinamis sediaan beras berhasil menjelaskan perilaku dinamis bulanan pada setiap
8
subsistem sediaan beras di Indonesia. Dengan input data awal yang akurat, model ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengendalian sistem maupun antisipasi terhadap perubahan berbagai kebijakan yang menyangkut distribusi sediaan beras. Handayani (2010) melakukan kajian optimasi distribusi sayuran pada PT X. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis sistem distribusi yang dilakukan oleh PT X serta menganalisis alokasi distribusi optimal sayuran pada PT X. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu Program Linier (Linear Programming) dengan bantun perangkat lunak LINDO (Linear Interactive of Descrete Optimizer). Hasil analisis menunjukkan alur dari system distribusi sayuran yang dilakukan oleh PT X dimulai dari kebun PT X yang berada di Cianjur dilanjutkan dengan proses distribusi sayuran ke kantor PT X yang berada di Jakarta Pusat. Sedangkan untuk alokasi distribusi optimal pada PT X terdapat perbedaan dengan alokasi distribusi aktualnya. Namun, biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT X pada tahun 2009 masih dalam batas optimal, yaitu sebesar Rp. 149.505.153,Marlon (2010) menganalisis optimasi distribusi samatex-pro vinyl acrylic 25 white pada PT. Warna Indah Samatex (PT. WIS) di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem distribusi produk yang digunakan oleh PT. WIS, menghitung biaya distribusi dari produsen ke masing-masing tujuan pemasaran di wilayah jabodetabek, dan menganalisis alokasi distribusi produk samatex-pro vinyl acrylic 25 white yang dilakukan oleh PT. WIS ke berbagai tujuan pemasaran di wilayah jabodetabek beserta alokasi distribusi optimalnya sebagai fokus dari tujuan penelitian. Penelitian menggunakan metode Program Linier (Linear Programming) dengan model transportasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan alokasi distribusi yang dilakukan oleh PT. WIS dalam mendistribusikan samatex-pro vinyl acrylic 25 white telah mencapai tingkat optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan keseimbangan yang terjadi antara jumlah permintaan samatex-pro vinyl acrylic 25 white dengan jumlah penjualan aktualnya.
METODE Kerangka Penelitian Beras merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting untuk dipenuhi bagi masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang penting dalam pemenuhan kebutuhan tersebut adalah sistem logistik yang optimal. Perum BULOG merupakan lembaga yang bertugas untuk mendistribusikan beras di Indonesia. Perum BULOG selalu berupaya menjalankan kegiatan distribusi beras yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. BULOG Sub Divre Cianjur merupakan salah satu sub divisi dari BULOG divisi regional (divre) Jawa Barat. Ruang lingkup kerja BULOG Sub Divre Cianjur meliputi tiga area kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok. Ruang lingkup kerja tersebut merupakan lingkup yang terbesar di Divre Jawa Barat.
9
BULOG Sub Divre Cianjur melaksanakan kegiatan operasional sesuai dengan Tugas Publik dari Perum BULOG, seperti pengadaan gabah dan beras dalam negeri oleh Perum BULOG, menyalurkan beras untuk rumah tangga miskin (raskin), serta menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan. Selain melaksanakan Tugas Publik atau Public Service Obligation (PSO), BULOG Sub Divre Cianjur juga memiliki fungsi komersil, tugasnya yakni menjalankan kegiatan usaha untuk menjual bahan-bahan pokok dengan kualitas premium. Selama periode tahun 2012-2015 terdapat tiga wilayah kabupaten dalam ruang lingkup kerja BULOG Sub Divre Cianjur tidak mencapai target penyaluran hingga 100 persen. Hal ini disebabkan karena jarak tempuh ke Titik Distribusi (TD) di setiap kabupaten yang jauh serta jalan yang sulit untuk dilalui dengan menggunakan moda transportasi yang tersedia, yakni truk. Selain itu jumlah kendaraan yang terbatas menjadi salah satu kendala yang menghambat pendistribusian raskin ke TD. Akibatnya pendistribusian raskin tidak optimal, sedangkan BULOG Sub Divre Cianjur hanya memiliki 4 (empat) gudang penyimpanan beras (dua di Kabupaten Cianjur, satu di Kabupaten Sukabumi, dan 1 satu di Kabupaten Bogor) yang digunakan untuk menyalurkan 115.877 ton raskin ke seluruh TD di wilayah BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2013-2015. Namun, peluang optimalisasi rantai logistik terhadap pendistribusian raskin masih terbuka. Hal tersebut dibuktikan dengan pencapaian penyaluran raskin pada tahun 2013-2015 yang mencapai 100 persen, di tiga wilayah kota dalam ruang lingkup kerja BULOG Sub Divre Cianjur seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 1. Distribusi beras mencakup transportasi terutama yang berkaitan dengan biaya pengangkutan. Selain itu, adanya berbagai pilihan jalur yang dapat dilalui dari sumber ke tujuan merupakan hal yang perlu dikaji sesuai dengan aspek distribusi, diantaranya: Penyimpanan, pergudangan dan bahan penanganan mencakup lokasi gudang, jumlah dan ukuran depot distribusi, serta jenis operasi (Rushton et al., 2010). Transportasi mencakup moda transportasi, jenis operasi pengiriman, perencanaan beban, dan jadwal rute. Persediaan mencakup apa saja yang harus disediakan, dimana barang disediakan, dan berapa banyak yang disediakan. Informasi dan pengendalian mencakup desain sistem, prosedur pengendalian, dan peramalan. Pengemasan dan kegunaan mencakup unit beban, pelindung kemasan, dan sistem penanganan. Biaya transportasi merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan dalam distribusi beras. Jauhnya jarak tempuh ke Titik Distribusi (TD) menjadi kendala bagi moda transportasi yang digunakan Perum BULOG dalam mendistribusikan beras. Oleh karena itu diperlukan pemecahan masalah terkait dengan efisiensi biaya distribusi secara keseluruhan dengan mempertimbangkan jumlah moda transportasi yang digunakan, sehingga Perum BULOG Sub Divre Cianjur dapat mempercepat pendistribusian raskin sesuai dengan SPPB/DO. Gambar 3 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian.
10
Gambar 3 Kerangka pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Perum BULOG Sub Divre Cianjur yang berlokasi di Jalan Dr. Muwardi No. 175 A Cianjur, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015 sampai bulan Juli 2016. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang telah diamati, dialami atau direkam untuk mendapatkan suatu kebenaran (Walliman 2011). Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan staf teknis bagian perencanaan dan pengembangan, seksi pelayanan publik, dan seksi administrasi PT. Jasa Prima Logistik (anak perusahaan BULOG). Sedangkan data sekunder merupakan sumber-sumber tertulis yang menafsirkan atau merekam data primer (Walliman 2011). Sumber data sekunder diperoleh dari laporan manajerial BULOG Sub Divre Cianjur tahun 2012-2015 dan literatur yang relevan. Adapun tahapan dalam mengumpulkan data dilakukan melalui beberapa teknik, diantaranya:
11
1.
Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui keadaan umum Perum BULOG Sub Divre Cianjur lebih dalam dan untuk mengetahui kondisi umum rantai logistik khususnya sistem distribusi dan transportasi pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait seperti Seksi Perencanaan dan Pengembangan Usaha, Seksi Pelayanan Publik, Juru Gudang, dan Staf Pelaksana Distribusi Raskin. Wawancara berpedoman pada pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner, seperti asal pemasok gabah/beras, prosedur pemilihan pemasok, penentuan harga antara Perum BULOG Sub Divre Cianjur dengan pemasok, standar kualitas gabah/beras, ketentuan pengangkutan beras. 2. Obeservasi Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan, yaitu di Kantor Perum BULOG Sub Divre Cianjur dan Gudang penyimpanan beras Bojong Herang Panembong, Cianjur, Jawa Barat. 3. Studi Literatur Studi literatur diperoleh melalui buku cetak, e-journal, e-book, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian. 4. Data Perusahaan Data perusahaan diperoleh dari arsip Perum BULOG Sub Divre Cianjur tahun 2015. Data yang diperoleh berupa buku pedoman, laporan realisasi distribusi raskin, daftar nominatif sumberdaya manusia, dan daftar mitra kerja. Jenis data, sumber data, metode pengumpulan data dan alat analisa berdasarkan tujuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis data, sumber data, metode pengumpulan data dan alat analisa berdasarkan tujuan Tujuan Mengetahui kondisi umum rantai logistik raskin Menganalisis optimalisasi distribusi dan transportasi terhadap produk raskin
Jenis Data Primer
Primer dan Sekunder
Sumber Data Perum BULOG Sub Divre Cianjur dan Mitra Kerja Pengadaan Perum BULOG Sub Divre Cianjur dan PT. Jasa Prima Logistik
Metode Pengumpulan Data Wawancara, survei lapang, observasi
Wawancara, observasi dan studi literatur
Alat analisa Analisa deskriptif
1. Analisa deskriptif 2. Model Transportasi 3. Dualitas
Sumber: Perum BULOG Sub Divre Cianjur (2015, data diolah) Metode Penarikan Sampel Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling dengan cara purvosive sampling. Teknik sampling ini dilakukan berdasarkan pilihan bukan secara acak. Hal ini dapat berguna untuk studi tertentu, misalnya, untuk survei cepat dimana sulit untuk mendapatkan akses ke
12
seluruh populasi, tetapi hanya memberikan dasar yang lemah untuk generalisasi (Walliman 2011). Metode pengambilan sampel dengan cara purposive sampling melibatkan pilihan yang disengaja pada unit populasi tertentu untuk menentukan sampel yang mewakili populasi (Kothari 2004). Sampel diambil dari 6 Kota/Kabupaten yang berada pada ruang lingkup Perum BULOG Sub Divre Cianjur (Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok). Kriteria penarikan sampel berdasarkan pada Kota/Kabupaten dengan jumlah alokasi distribusi yang tidak mencapai 100 persen. Sehingga didapatkan 3 Kabupaten yang ditarik sebagai sampel pada penelitian ini, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dapat diurutkan, diklasifikasikan, dan diukur (MacDonald dan Headlam 2009). Data kuantitatif digunakan untuk mengkaji optimalisasi distribusi dan transportasi terhadap raskin pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Sedangkan data kualitatif merupakan penilaian orang, perasaan nyaman, emosi, ide-ide, keyakinan dan sebagainya yang hanya dapat digambarkan dengan kata-kata. Data kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran umum mengenai rantai logistik dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk memperoleh optimalisasi rantai logistik produk raskin pada BULOG Sub Divre Cianjur di wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor, maka digunakan teknik program linier melalui model transportasi dan bentuk dualitas. Pemrograman Linier merupakah sebuah alat analisis kuantitatif yang digunakan untuk memaksimalkan variabel kegiatan yang menjadi fungsi tujuan (Tampubolon 2014). Sedangkan menurut Siringoringo (2005), pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Model transportasi adalah teknik khusus dari program linier yang berhubungan dengan pengiriman komoditas dari sumber (misalnya pabrik) ke tujuan (misalnya gudang). Tujuannya adalah untuk menentukan jadwal pengiriman yang meminimalkan biaya pengiriman keseluruhan sekaligus memenuhi batas penawaran dan permintaan. Penerapan model transportasi dapat diperpanjang ke area lain dari operasi, termasuk pengendalian persediaan, penjadwalan kerja, dan pembagian tugas (Taha 2007). Menurut Ayu (2013), permasalahan pada pemrograman linier dapat diselesaikan melalui bentuk dualnya. Hubungan antara masalah dual dengan masalah aslinya (biasa disebut dengan primal) telah terbukti berguna dalam banyak hal. Secara umum bentuk dualitas dibagi menjadi 2 (dua), yaitu analisis primal dan analisis dual. Menurut Siringoringo (2005), sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara. Secara statistik, kelinearan dapat diperiksa menggunakan grafik (diagram pencar) ataupun menggunakan uji hipotesa. Secara teknis, linearitas ditunjukkan oleh adanya sifat proporsionalitas, additivitas, divisibilitas dan kepastian fungsi tujuan dan pembatas.
13
1.
Sifat proporsional dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka sifat proporsional dipenuhi. Atau dengan kata lain, jika pembelian dalam jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional tidak dipenuhi. Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah yang diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi. 2. Sifat additivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang diantara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk perkalian silang pada model. Sifat additivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan maupun pembatas (kendala). Sifat additivitas dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan. Untuk fungsi kendala, sifat additivitas dipenuhi jika nilai kanan merupakan total penggunaaan masing-masing variabel keputusan. Jika dua variabel keputusan misalnya merepresentasikan dua produk substitusi, dimana peningkatan volume penjualan salah satu produk akan mengurangi volume penjualan produk lainnya dalam pasar yang sama, maka sifat additivitas tidak terpenuhi. 3. Sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel keputusan non integer dimungkinkan. 4. Sifat kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstanta. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai dengan peluang tertentu. Keempat asumsi (sifat) ini dalam dunia nyata tidak selalu dapat dipenuhi. Untuk meyakinkan dipenuhinya keempat asumsi ini, dalam pemrograman linier diperlukan analisis sensitivitas terhadap solusi optimal yang diperoleh. Pendekatan konvensional riset operasional untuk pemodelan adalah membangun model matematik yang menggambarkan inti permasalahan. Kasus dari bentuk cerita diterjemahkan ke model matematik. Model matematik merupakan representasi kuantitatif tujuan dan sumber daya yang membatasi sebagai fungsi variabel keputusan (Siringoringo 2005). Secara umum fungsi tujuan dari program linier diformulasikan sebagai berikut : Max 𝑍 = 𝐶1 𝑋1 + 𝐶2 𝑋2 + ⋯ + 𝐶𝑛 𝑋𝑛 ……………..…………… (2) Dimana; X1, X2, …………, Xn adalah variable yang mempengaruhi Z, dan C1, C2, …………, Cn merupakah koefisien , dan Z merupakan fungsi linear dari variabel X1, jika X1 naik 1 maka nilai Z akan meningkat berdasarkan koefisien C1, X1 meningkat menjadi 2, maka Z meningkat berdasarkan 2. C1, dan seterusnya. Batasannya: 𝐴11 𝑋1 + 𝐴12 𝑋2 + ⋯ ⋯ 𝐴1𝑛 𝑋𝑛 ≤ 𝐵1……………..…………… (3) 𝐴12 𝑋1 + 𝐴22 𝑋2 + ⋯ ⋯ 𝐴2𝑛 𝑋𝑛 ≤ 𝐵2……………..…………… (4) … …
14
……………..…………… (5) 𝐴𝑚1 𝑋1 + 𝐴𝑚2 𝑋2 + ⋯ ⋯ 𝐴𝑚𝑛 𝑋𝑛 ≤ 𝐵𝑚 (6) 𝑋1𝑗 𝑋2𝑗 … … … … … … … … … … … … 𝑋𝑛 =……………..…………… 0 Dimana nilai variabel tergantung (dependen) dari koefisien A11, A22, Amn, dan B1, B2 ….. Bm sebagai konstanta. Apabila Xk meningkat 1, kenaikan AyXj meningkat menjadi Z Aw, dan seterusnya. Program linier secara umum dinotasikan sebagai berikut : Maximize/ Minimize
𝑛
∑ 𝐶𝑗 . 𝑋𝑗
……………..…………… (7)
𝑗=1
Batasannya:
𝑛
∑ 𝐴𝑗 𝑋𝑗 ≤ 𝐵𝑤 𝑋𝑖 ≥ 𝑂𝑎
……………..…………… (8)
𝑗=1
di = 1, 2, …………m, j = 1 j = 1, 2, …………n Analisis biaya diperlukan untuk menghitung total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasional. Perhitungan analisis biaya ditentukan oleh biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (TC) merupakan sebuah biaya yang tidak berubah pada tingkat output. Sedangkan biaya variabel (VC) merupakan sebuah biaya yang berubah-ubah pada variabel output (Pindyck dan Rubinfeld 2013). Total biaya diformulasikan sebagai berikut: 𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶 𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + (𝑄 𝑥 𝑉) Keterangan : TC FC VC V Q
: : : : :
Total biaya yang dikeluarkan Biaya tetap Biaya variabel / biaya yang berubah Biaya variabel per unit Jumlah produk yang dihasilkan
……………..…………… (9) ……………..…………… (10)
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rantai Logistik Perum BULOG Sub Divre Cianjur Perum BULOG Sub Divre Cianjur merupakan sub dari BULOG divisi regional Jawa Barat yang berlokasi di Cianjur. Visi Perum BULOG Sub Divre Cianjur menyesuaikan visi dari Perum BULOG secara umum yaitu “Menjadi perusahaan yang unggul dalam mewujudkan kedaulatan pangan”. Misi yang diemban yaitu (1) Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, (2) Mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan (3) Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Tugas dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur adalah membantu BULOG Divre Jawa Barat dalam menjalankan program pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan pada wilayah yang ditentukan, yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bogor, dan Kota Depok. Dalam melaksanakan tugasnya, Perum BULOG Sub Divre Cianjur ikut mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui tiga pilar ketahanan pangan, yakni ketersediaan (Availability), keterjangkauan ekonomi dan fisik (Accessibility), serta stabilitas pasokan dan harga (Stability). Jumlah tenaga kerja di Perum BULOG Sub Divre Cianjur berjumlah 30 orang yang ditempatkan di kantor sebanyak 26 orang dan di gudang beras sebanyak 14 orang. Latar belakang pendidikan karyawan Perum BULOG Sub Divre Cianjur terdiri dari lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 3,3 persen, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 53,3 persen Sarjana Muda sebesar 3,3 persen dan Sarjana sebesar 36,7 persen Karyawan dengan latar belakang pendidikan SMA sebagian besar memegang jabatan sebagai staf. Sedangkan karyawan dengan latar belakang pendidikan Sarjana sebagian besar memegang jabatan sebagai supervisor. Perum BULOG Sub Divre Cianjur dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab atas segala aktivitas yang terjadi didalam perusahaan. Kepala Perum BULOG Sub Divre Cianjur dibantu oleh seorang Wakil Kepala dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya, terdapat 5 (lima) Seksi untuk menjalankan kegiatan manajerial Perum BULOG Sub Divre Cianjur, yaitu Seksi Keuangan dan Administrasi, Seksi Akuntansi, Seksi Pelayanan Publik, Seksi Perencanaan dan Pengembangan Usaha, Seksi Harga dan Analisis Pasar. Kepala gudang bertugas untuk menjalankan kegiatan operasional. Kepala Gudang dibantu oleh Staf Pelaksana, Juru timbang (Jurtim), dan Kerani (Sekretaris gudang). Struktur organisasi Perum BULOG Sub Divre Cianjur dapat dilihat pada Gambar 4. Perum BULOG Sub Divre Cianjur melaksanakan kegiatan penyaluran subsidi bagi masyarakat yang berpendapatan rendah (pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan) atas instruksi dari Pemerintah. Kegiatan yang dilaksanakan disebut Public Service Obligation (PSO), dimana 98 persen dana yang disalurkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) digunakan untuk kegiatan subsidi, yaitu pemberian beras untuk rumah tangga miskin (raskin). Selain menjalankan kegiatan PSO, Perum BULOG Sub Divre Cianjur juga melakukan kegiatan komersil dengan menjual hasil-hasil pertanian berkualitas premium ke pasar.
16
Gambar 4 Struktur organisasi Perum BULOG Sub Divre Cianjur (Sumber: Perum BULOG Sub Divre Cianjur 2015) Rantai logistik pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur terdiri atas pemasok, persediaan bahan baku dan pengemasan, produksi, work-in-progress, persediaan barang jadi dan gudang, titik distribusi, dan konsumen. Rantai logistik raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan: Aliran barang Aliran informasi Gambar 5 Rantai logistik raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur (Sumber: Perum BULOG Sub Divre Cianjur 2016, data diolah)
17
Gambaran umum rantai logistik pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur dijelaskan melalui konsep logistik dan distribusi dijelaskan sebagai berikut. Pemasok Kegiatan logistik dan distribusi merupakan tugas pokok dari Perum BULOG. Raskin merupakan salah satu program pemerintah yang menjadi perhatian utama Perum BULOG dalam kegiatan logistik. Rantai logistik yang efektif dan efisien diperlukan untuk menyalurkan raskin agar tepat waktu dan tepat sasaran. Pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur, penyaluran beras yang digunakan untuk raskin diperoleh melalui sistem pengadaan yang terbagi atas sistem pengadaan setempat, sistem pengadaan regional, dan sistem pengadaan nasional. Pengadaan setempat adalah pengadaan gabah/beras dalam negeri yang dilaksanakan di masing-masing wilayah kerja Divre/Sub Divre. Pengadaan regional adalah pengadaan beras dalam negeri yang dilaksanakan di wilayah kerja Divre/Sub Divre yang berasnya berasal dari wilayah kerja Divre/Sub Divre lain dalam satu Divre yang sama dengan tambahan insentif pengangkutan pengadaan. Pengadaan nasional adalah pengadaan beras dalam negeri yang dilaksanakan di wilayah kerja Divre/Sub Divre yang berasnya berasal dari wilayah kerja Divre lain dengan tambahan insentif angkutan pengadaan. Beras yang tersedia di Subdivre Cianjur diperoleh dari wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Sukabumi dan Kota Depok. Beras dari pengadaan regional diperoleh dari luar area Sub Divre Cianjur namun masih pada divisi regional yang sama (dalam hal ini divisi regional Jawa Barat) yang memiliki surplus beras seperti Ciamis dan Indramayu sebagai sentra produksi beras. Sedangkan beras dari pengadaan nasional berasal dari lintas divisi regional seluruh wilayah Indonesia. Pengadaan beras di Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada umumnya berasal dari pengadaan setempat dan pengadaan regional. Pengadaan beras melalui pemasok atau lebih dikenal dengan saluran pengadaan yang terdiri dari tiga saluran, yakni Mitra Kerja Pengadaan (MKP), Unit Pengelolaan Gabah dan Beras (UPGB), dan Satgas (Satuan Petugas). Ketiga unit saluran pengadaan terdapat pada masingmasing wilayah ruang lingkup Perum BULOG Sub Divre Cianjur yang memiliki gudang beras, yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor. MKP merupakan perusahaan yang berbadan hukum, badan usaha atau usaha perseorangan dan Kelompok Tani atau Gabungan Kelompok Tani (Poktan/Gapoktan) yang memenuhi persyaratan untuk melakukan kerja sama pengadaan gabah/beras dan pangan lainnya. UPGB merupakan unit pabrikasi gabah/beras yang dibentuk untuk mendukung kegiatan penyerapan beras dalam negeri BULOG, baik untuk kepentingan pelayanan publik maupun komersial. Sedangkan Satgas Pengadaan merupakan satuan kerja yang dibentuk oleh Kadivre/KaSub Divre untuk melakukan pembelian gabah/beras dalam negeri berdasarkan ketentuan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) agar petani produsen memperoleh harga gabah/beras yang wajar untuk pemenuhan kebutuhan stok beras. Harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25 persen dan kadar hampa/kotoran maksimum 10 persen adalah Rp. 3.700,- /kg di petani, atau Rp.3.750,- /kg di penggilingan. Harga pembelian Gabah Kering Giling (GKG) dalam negeri dengan kualitas kadar air
18
maksimum 14 persen dan kadar hampa/kotoran maksimum 3 persen adalah Rp.4.600,- /kg di penggilingan, atau Rp. 4.650,- /kg di Gudang Perum BULOG. Sedangkan harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kada air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen dan derajat sosoh minimum 95 persen adalah Rp. 7.300 /kg di Perum BULOG (Presiden RI 2015). Persediaan Bahan Baku dan Pengemasan Gabah/beras yang diperoleh dari 3 (tiga) saluran pengadaan, yakni MKP, UPGB, dan Satgas menjadi persediaan bahan baku produk beras raskin yang diperuntukkan bagi RTS-PM. Prosedur persediaan bahan baku sampai proses pengemasan melalui MKP dan UPGB dijelaskan sebagai berikut: Prosedur pengadaan gabah/beras setempat melalui MKP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut (Direktorat Pelayanan Publik 2014): 1. Mitra Kerja mengajukan permohonan pengadaan gabah/beras kepada Kepala Sub Divre yang isinya meliputi kuantum dan jangka waktu pengadaan. 2. Kepala Sub Divre menentukan kuantum, waktu dan tempat pelaksanaan pengadaan serta membuat PJB (Perjanjian Jual Beli) pengadaan gabah/beras dengan Mitra Kerja, menebitkan DO karplas/benang kuralon untuk Mitra Kerja setelah Mitra Kerja menyerahkan jaminan karplas/benang kuralon, serta menerbitkan SPTB (Surat Perintah Terima Barang) kepada Kepala Gudang dan SPPK (Surat Perintah Pemeriksaan Kualitas) kepada PPK (Petugas Pemeriksa Kualitas). 3. Mitra Kerja membuat surat pernyataan (pakta integritas) bahwa gabah/beras yang diserahkan atau dimasukkan ke gudang BULOG Sub Divre telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur. 4. Mitra Kerja Pengadaan dapat melakukan pengadaan di luar wilayah Divre/Sub Divre dimana mitra kerja terdaftar dengan tetap memprioritaskan melaksanakan pengadaan di wilayah mitra kerja tersebut terdaftar. 5. Permohonan melakukan pengadaan ditujukkan kepada Kadivre/KaSub Divre tujuan pengadaan dengan tembusan kepada Kadivre/KaSub Divre dimana mitra kerja tersebut terdafar. 6. Mitra Kerja menyerahkan gabah/beras sesuai PJB dan SPTB ke gudang yang ditunjuk untuk dilakukan pemeriksaan kualitas oleh PPK. 7. Berdasarkan SPPK, PPK melakukan pemeriksaan kualitas gabah/beras di depan pintu gudang BULOG atau tempat lain yang ditentukan Kadivre/KaSub Divre yang meliputi: jahitan dan label/sablon kemasan serta kualitas gabah/beras sesuai SOP (Standard Operational Procedure) tata cara pemeriksaan kualitas gabah, beras dan kemasannya di Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Bagan alir pengadaan beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui MKP dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan prosedur pengadaan gabah/beras setempat melalui UPGB dilakukan melalui tahapan sebagai berikut (Direktorat Pelayanan Publik 2014): 1. UPGB mengajukan permohonan pengadaan gabah/beras kepada Kepala Sub Divre, dan berdasarkan permohonan tersebut Kepala Sub Divre menentukan kuantum, waktu dan tempat pelaksanaan pengadaan.
19
2.
Kepala Sub Divre membuat SPK pengadaan gabah/beras dan menerbitkan DO karplas/benang kuralon untuk UPGB, serta menerbitkan SPTB kepada Kepala Gudang, dan SPPK kepada PPK. 3. UPGB dapat melakukan pengadaan di luar wilayah Divre/Sub Divre dimana UPGB terdaftar, dengan tetap memprioritaskan melaksanakan pengadaan di wilayah UPGB tersebut terdaftar. 4. UPGB membuat surat pernyataan (pakta integritas) bahwa gabah/beras yang diserahkan atau dimasukkan ke gudang BULOG Sub Divre telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur. 5. Dalam pelaksanaan pengadaan gabah/beras, UPGB tidak dikenakan jaminan pengadaan dan jaminan karplas/benang kuralon. 6. UPGB menyerahkan gabah/beras sesuai SPK dan SPTB ke gudang yang ditunjuk untuk dilakukan pemeriksaan kualitas oleh PPK. 7. Berdasarkan SPPK, PPK melakukan pemeriksaan kualitas gabah/beras di depan pintu gudang BULOG atau tempat lain yang ditentukan Kadivre/KaSub Divre yang meliputi: jahitan dan label/sablon kemasan serta kualitas gabah/beras sesuai SOP tata cara pemeriksaan kualitas gabah, beras dan kemasannya di Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Bagan alir pengadaan beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui UPGB dapat dilihat pada Lampiran 3. Produksi Produksi merupakan sebuah tahapan dimana gabah yang berasal dari pemasok atau saluran pengadaan gabah harus diproses menjadi beras dahulu sebelum dikirim ke Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui tahapan sebagai berikut (Nugraha et al. 2007): 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengeringan/ penjemuran gabah Pengeringan gabah dengan mesin pengering Penggilingan Pemisahan beras pecah kulit Penyosohan beras pecah kulit Grading (pemisahan ukuran beras)
Work in progress (WIP) Work in progress merupakan tahapan diantara bahan baku dan barang jadi. Bukan lagi bahan baku, karena telah mengalami beberapa proses dalam proses produksi. Proses yang dilakukan pada work in progress yakni dengan melakukan penyortiran beras agar sesuai dengan ketentuan dari Perum BULOG yakni beras harus memiliki kualitas kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen dan derajat sosoh minimum 95 persen. Persediaan barang jadi dan gudang Beras yang telah diperoleh melalui pemasok atau 3 (tiga) saluran pengadaan dan telah melewati proses pemeriksaan kualitas selanjutnya diproses oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur sampai beras dinyatakan layak untuk masuk ke Gudang BULOG. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
20
1.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas oleh PPK yang dituangkan dalam RPK (Risalah Pemeriksaan Kualitas), maka Kepala Gudang dapat menerima, menolak atau meminta analisa ulang terhadap kualitas beras yang diserahkan MKP, UPGB dan Satgas. 2. Gabah/beras yang memenuhi persyaratan diterima oleh Kepala Gudang untuk kemudian disimpan di gudang BULOG dan sebagai bukti penerimaan barang, kepala gudang menerbitkan Rekap Harian Penerimaan Barang (GD1M) dan PPK menerbitkan LHPK (Lembar Hasil Pemeriksaan Kualitas) untuk diserahkan kepada MKP, UPGB dan Satgas. 3. MKP, UPGB dan Satgas mengajukan permintaan pembayaran atas gabah/beras yang sudah diterima dan masuk gudang Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Perum BULOG Sub Divre Cianjur memiliki 4 (empat) gudang beras yang tersebar di wilayah Kabupaten Cianjur sebanyak 2 (dua) buah terletak di Kecamatan Cianjur dan di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Sukabumi sebanyak 1 (satu) buah terletak di Kecamatan Sukaraja dan Kabupaten Bogor 1 (satu) buah terletak di Kecamatan Dramaga. Gudang beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur merupakan gudang penerimaan, karena Perum BULOG Sub Divre Cianjur bertindak sebagai penerima gabah atau beras dari wilayah yang memiliki surplus gabah atau beras saja. Masing-masing gudang menjadi tempat penyimpanan raskin sebelum didistribusikan kepada Titik Distribusi (TD) masing-masing Kabupaten dan Kota. Sistem yang digunakan dalam pendistribusian barang adalah FIFO (First In First Out), dimana barang yang pertama kali masuk gudang BULOG, akan pertama didistribusikan ke TD hingga RTS-PM. Titik Distribusi Titik distribusi pada tahapan ini adalah TD yang berada disetiap desa/kelurahan masing-masing Kabupaten/Kota dalam ruang lingkup Perum BULOG Sub Divre Cianjur (Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok). Konsumen: RTS-PM Konsumen raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur adalah RTS-PM yang sudah ditentukan jumlahnya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Kegiatan pendistribusian raskin dimulai ketika SPPB/DO telah dikeluarkan oleh Kepala Sub Divre Cianjur. SPPB/DO dikeluarkan atas dasar Surat Permintaan Alokasi (SPA) dari Pemerintah Kabupaten/ Kota. Kemudian Tim Koordinasi Raskin membahas jadwal penyalurannya untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat menyiapkan waktu, tenaga dan dana pada saat penyaluran. Sebelum jadwal pengiriman beras ke Titik Distribusi, Tim Koordinasi Raskin melakukan penelusuran kondisi beras Raskin yang akan disalurkan. Setelah sampai pada penelusuran kondisi Raskin, KaSub Divre menerbitkan SPPB/DO (Surat Perintah Pengiriman Barang/Delivery Order) kepada Kepala Gudang Sub Divre Cianjur. Beras raskin yang dikirimkan ke Titik Distribusi (TD) sesuai dengan jumlah RTS (Rumah Tangga Sasaran) yang terdata pada wilayah tujuan. RTS dapat membeli raskin di Titik Bagi (TB) yang telah ditentukan oleh Tim Koordinasi Raskin Sub Divre Cianjur, yakni pada Kelompok Kerja (Pokja), Warung Desa, dan Kelompok Masyarakat (Pokmas).
21
Pokja adalah sekelompok masyarakat yang terdiri dari aparat desa/kelurahan dan beberapa orang yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai pelaksana distribusi raskin. Pokmas adalah lembaga masyarakat dan/atau kelompok masyarakat di desa/ kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai pelaksana distribusi raskin. Sedangkan Warung desa adalah lembaga ekonomi di Desa/kelurahan, baik milik masyarakat, koperasi maupun pemerintah Desa/kelurahan yang memiliki fasilitas bangunan/ tempat penjualan bahan pangan dan barang lainnya yang ditetapkan oleh Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/ Kota dan/atau Kecamatan sebagai tempat penyerahan beras Raskin dari Perum BULOG. Warung desa dipilih dengan kriteria, pemilik warung bersedia menjadi penyalur dan mau mendapat bimbingan administrasi keuangan oleh Perum BULOG (Lipsus Kompas 2008).
Optimalisasi Distribusi dan Transportasi pada Produk Beras Raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur Gabah/beras yang digunakan untuk raskin pada tahun 2015 di Perum BULOG Sub Divre Cianjur satu pertiganya berasal dari Mitra Kerja Pengadaan (MKP) yang berjumlah 13 (tiga belas) perusahaan berstatus sebagai penggilingan. Ketiga belas perusahaan tersebut berbadan hukum Perseroan Komanditer (CV) dan PB. Beras yang dikirimkan oleh MKP rata-rata sebanyak 3 (tiga) ton per hari dengan tetap memperhatikan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Perum BULOG (tertuang dalam Inpres Nomor 5 tahun 2015), yakni dengan kualitas kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen dan derajat sosoh minimum 95 persen. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras melalui pengadaan dari MKP di gudang BULOG adalah Rp. 7.300/kg. Pengangkutan beras dari MKP ke gudang Perum BULOG Sub Divre Cianjur diatur sendiri oleh MKP, karena HPP yang diberikan oleh Perum BULOG sudah termasuk biaya angkut. Selanjutnya, beras yang diangkut oleh MKP sampai ke gudang Perum BULOG dilakukan pemeriksaan kualitas terlebih dahulu sebelum disimpan didalam gudang. Jika beras tidak lolos dalam pemeriksaan kualitas, maka Perum BULOG berhak untuk mengembalikan kembali beras yang belum sesuai dengan standar kepada MKP. Pembayaran HPP kepada MKP dilakukan dengan sistem transfer melalui bank korespondensi. Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur merupakan akumulasi dari biaya transportasi terhadap pengangkutan raskin ke TD. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur kepada pelaksana distribusi (dalam hal ini JP Logistik) dipotong oleh PPN (Pajak Penghasilan Negara) 10 persen dan PPH (Pajak Penghasilan) sebesar 2 persen. Sehingga biaya yang diterima oleh pelaksana distribusi untuk biaya distribusi di Kabupaten Cianjur adalah Rp.77,-/kg, dan Rp. 145,-/kg untuk biaya distribusi di Kabupaten Sukabumi dan Rp. 100,-/kg di Kabupaten Bogor. Total biaya distribusi yang sesuai dengan realisasi penyaluran raskin tahun 2015 pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
22
Tabel 2 Total biaya distribusi sesuai realisasi penyaluran raskin tahun 2015 No 1 2 3
Nama Kabupaten Cianjur Sukabumi Bogor Total
Target (Ton) 37.992 32.709 28.061 98.762
Realisasi (Ton) 35.361 28.495 24.591 88.447
Total Biaya Distribusi (Rp /tahun) 2.722.797.000,2.194.115.000,1.893.507.000,6.810.419.000,-
Sumber : Perum BULOG Sub Divre Cianjur (2015, data diolah) Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa total biaya distribusi terbesar terdapat pada Kabupaten Cianjur. Hal tersebut sesuai dengan realisasi distribusi yang disalurkan yaitu sebesar 35.362 ton. Sedangkan total biaya distribusi terendah di Perum BULOG Sub Divre Cianjur terdapat pada Kabupaten Bogor, dengan presentase realisasi sebesar 27,80 persen. Hal ini terjadi karena rute distribusi yang dilalui lebih mudah dijangkau oleh truk, sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan bahan bakar dalam pendstribusian raskin. Pencapaian realisasi pada masing-masing kabupaten pada kenyataannya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu kendala pada distribusi dan transportasi, namun dapat dipengaruhi juga oleh faktor eksternal, seperti penunggakan pembayaran raskin dari RTS-PM yang sudah dialokasikan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur ketika SPA diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Deskripsi Model Transportasi Model transportasi digunakan dengan tujuan meminimumkan total biaya yang digunakan dalam sistem logistik raskin khususnya pada proses distribusi dari gudang Perum BULOG Sub Divre Cianjur sampai kepada Titik Distribusi (TD) yang berada diberbagai wilayah dengan memperhatikan kendala yang ada. Optimalisasi distribusi dan transportasi dapat digunakan untuk memenuhi target alokasi raskin ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor dengan menambah kapasitas angkut tiap-tiap truk yang digunakan untuk mendistribusikan raskin. Saat ini pada 4 (empat) gudang BULOG Sub Divre Cianjur masing-masing memiliki jumlah truk yang hampir sama yang digunakan untuk medistribusikan raskin ke TD. Gudang Panembong di Kabupaten Cianjur memiliki 15 truk, Gudang Karang Tengah di Kabupaten Cianjur memiliki 15 truk, Gudang Sukaraja di Kabupaten Sukabumi memiliki 15 truk, dan Gudang Dramaga di Kabupaten Bogor memiliki 15 truk. Karena semua truk yang digunakan untuk pendistribusian raskin berasal dari tipe dan jenis yang sama (Colt Diesel Double bak terbuka), maka masing-masing truk pun memiliki kapasitas angkut yang sama, yakni 4 ton. Pada kenyataannya, Perum BULOG Sub Divre Cianjur tidak dapat menerapkan cara tersebut karena beberapa wilayah memiliki rute yang ekstrem untuk dilalui oleh truk dengan membawa angkutan yang maksimal. Dampaknya, truk harus membawa raskin dibawah kapasitas maksimalnya, dan bolak-balik membawa raskin sesuai SPPB/DO dari gudang ke TD. Hal ini menyebabkan biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur menjadi lebih besar. Perum BULOG Sub Divre Cianjur berupaya memenuhi target pendistribusian raskin kepada RTS-PM sesuai dengan SPA dari Pemerintah Kabupaten. Namun, akibat rute esktrem yang sulit untuk dilalui target pendistribusian raskin menjadi
23
tidak sesuai dengan permintaan. Keadaan ini menyebabkan adanya persoalan transportasi yang tidak seimbang dalam pendistribusian raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur kepada RTS-PM. Matriks transportasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks transportasi beras raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2015 Daerah Tujuan Total Sumber Kabupaten Kabupaten Kabupaten Penawaran (Kg) Cianjur Sukabumi Bogor Perum BULOG Sub Divre Cianjur
37.992.000
32.709.000
28.061.000
98.762.000
Total Permintaan (Kg)
37.992.000
32.709.000
28.061.000
98.762.000
Formulasi model matematis yang dapat dirumuskan berdasarkan tabel transportasi yaitu: 1. Variabel keputusan (dalam kg) :
2.
X11
=
X12
=
X13
=
Jumlah alokasi raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur ke Kabupaten Cianjur Jumlah alokasi raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur ke Kabupaten Sukabumi Jumlah alokasi raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur ke Kabupaten Bogor
Fungsi Tujuan: MIN Z
=
77 X11 + 145 X12 + 100 X13
Fungsi tujuan diatas dapat diartikan sebagai fungsi minimasi dari 3 (tiga) varibel keputusan (X11, X12, X13) yang telah ditentukan yaitu jumlah alokasi raskin dari Perum BULOG Sub Divre ke wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor. Ketiga variabel keputusan tersebut mengikat koefisien yang berasal dari biaya yang dikeluarkan untuk mendistribusikan raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor per kilogram. 3. Fungsi Kendala X11 + X12 + X13 < 98.762 X11 > 37.992 X12 > 32.709 X13 > 28.061 X11, X12, X13 > 0
24
Fungsi kendala diatas menunjukkan bahwa batasan maksimal dari penawaran distribusi raskin dari Perum BULOG Sub Divre Cianjur ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor sebesar 98.762 ton, dengan batasan maksimal permintaan distribusi raskin Kabupaten Cianjur sebesar 37.992 ton, Kabupaten Sukabumi 32.709 ton, dan Kabupaten Bogor 28.061 ton. Input fungsi tujuan dan fungsi kendala pada LINDO dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah fungsi tujuan dan fungsi kendala ditentukan melaui deskripsi model transportasi, selanjutnya dilakukan analisis mendalam untuk mengetahui optimalisasi distribusi dan transportasi beras raskin pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur dengan menggunakan model dualitas dan sensitivitas melalui tahapan analisis atas dasar karakteristik permasalahan sebagai berikut: Sumber Bahan Baku Ketidakseimbangan antara target alokasi raskin dengan realisasinya kepada RTS-PM membuat efektifitas dan efisiensi alokasi perlu diuji untuk mengetahui optimalisasi distribusi dan transportasi raskin pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Analisis menggunakan model dualitas dan sensitivitas ditunjukkan sebagai berikut: 1. Analisis Primal Analisis primal memberikan gambaran mengenai jumlah alokasi distribusi optimal setelah dilakukan perhitungan minimalisasi biaya distribusi. Pada analisis primal dihasilkan keluaran variable, value dan reduced cost. Analisis primal terhadap alokasi distribusi raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Analisis primal terhadap alokasi distribusi raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur Daerah Kondisi Kondisi Reduced Penyimpangan Variabel Tujuan Optimal Aktual Cost (ton/tahun) Kabupaten (ton/tahun) (ton/tahun) X11 Cianjur 0 37.992 35.361 2.631 X12 Sukabumi 0 32.709 28.495 4.214 X13 Bogor 0 28.061 24.591 3.470 Total 0 98.762 88.447 10.315 Pada Tabel 4, hasil analisis primal menunjukkan bahwa alokasi distribusi optimal raskin ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor berbeda dengan alokasi distribusi aktual. Total penyimpangan alokasi pada tahun 2015 sebanyak 10.315 ton raskin. Penyimpangan terjadi karena adanya lokasi distribusi yang sulit dilalui oleh truk pengangkut raskin dalam jumlah angkutan maksimal, sehingga truk yang seharusnya memuat kapasitas maksimal 4 ton raskin dalam sekali kirim harus mengurangi kapasitas angkut, dampaknya raskin yang didistribusikan menjadi tidak sesuai target. Hal tersebut menimbulkan kenaikan biaya distribusi, karena harus melakukan kegiatan pendistribusian sebanyak 2 (dua) kali dalam satu hari. Setiap kebupaten memiliki penyimpangan masing-masing, namun penyimpangan tersebesar terjadi di Kabupaten Sukabumi, hal tersebut terjadi karena sulitnya rute yang dilalui, dan juga terjadi tunggakan pembayaran RTS-PM kepada pihak Perum BULOG Sub Divre Cianjur, sehingga alokasi
25
distribusi raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur menjadi tidak optimal 100 persen. Sedangkan penyimpangan terendah terdapat di Kabupaten Cianjur, hal tersebut karena tunggakan dari RTS-PM kepada Perum BULOG Sub Divre Cianjur lebih rendah. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai reduced cost seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 4, setiap kabupaten memiliki nilai nol. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perubahan pada nilai variabel tidak mempengaruhi nilai pada fungsi tujuan. Oleh karena itu, walaupun terjadi penyimpangan pada alokasi distribusi, biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur masih dalam batas optimal. 2. Analisis Dual Analisis dual menggambarkan adanya perbaikan pada nilai fungsi tujuan karena naiknya ketersediaan raskin yang dimiliki sebesar 1 unit. Nilai slack atau surplus menunjukkan penggunaan terhadap sumber daya yang dimiliki. Jika nilai slack atau surplus sama dengan nol, maka dapat dikatakan sumber daya yang ada habis terpakai. Sebaliknya jika nilai slack atau surplus bernilai positif, maka adanya kelebihan dalam jumlah raskin. Nilai dual price menunjukkan besarnya perubahan biaya distribusi yang akan diberikan jika ketersediaan sumber daya ditambah sebesar satu satuan. Analisis dual terhadap volume distribusi raskin tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis dual terhadap volume distribusi raskin tahun 2015 Kendala Supply dan Demand Slack or surplus Dual Price Perum BULOG Sub Divre 0 0 Cianjur Kabupaten Cianjur 0 -77 Kabupaten Sukabumi 0 -145 Kabupaten Bogor 0 -100 Berdasarkan Tabel 5 nilai slack atau surplus dan dual price pada kendala di Perum BULOG Sub Divre Cianjur menunjukkan nilai 0 (nol). Artinya, raskin yang tersedia di Perum BULOG Sub Divre Cianjur habis terpakai dan jika terjadi penambahan raskin, maka biaya distribusi yang dikeluarkan tidak mengalami pengurangan. Selanjutnya pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor slack atau surplus bernilai nol. Hal tersebut menunjukkan bahwa raskin yang tersedia di masing-masing kabupaten habis terpakai. Pada Kabupaten Cianjur, jika terjadi penambahan 1 kg, maka biaya distribusi yang harus dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur bertambah sebesar Rp. 77. Begitu juga dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, seperti halnya di Kabupaten Cianjur jika terjadi penambahan raskin sebesar 1 kg, maka biaya distribusi bertambah secara berurutan Rp. 145 dan Rp. 100. 3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas menunjukkan adanya perubahan pada nilai-nilai dalam model pemrograman linier. Perubahan tersebut meliputi koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala, tanpa harus mempengaruhi penyelesaian optimal (nilai variabel keputusan optimal, nilai fungsi tujuan ekstrem, nilai slack atau surplus dan nilai dual price). Oleh karena itu, pada penelitian ini analisis sensitivitas dibagi
26
menjadi dua bagian, yaitu analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas nilai ruas kanan pada kendala. a) Analisis sensitivitas pada nilai-nilai koefisien fungsi tujuan Analisis ini menjelaskan interval perubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang tidak mengubah nilai optimal variabel keputusan terhadap biaya distribusi raskin di Perum BULOG Cianjur. Perubahan biaya distribusi raskin per ton dapat dilihat pada kolom allowable increase dan allowable decrease. Kolom allowable increase menunjukkan batas maksimum kenaikan nilai koefisien tujuan yang diizinkan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Sedangkan kolom allowable decrease menunjukkan batas maksimum penurunan nilai koefisien tujuan yang diizinkan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Tabel 6 menunjukkan analisis sensitivitas biaya distribusi raskin per ton pada tiap kabupaten Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Tabel 6 Analisis sensitivitas biaya distribusi raskin per ton (dalam rupiah) Daerah Tujuan Allowable Allowable Variabel Koefisien Kabupaten Increase Decrease X11 Cianjur 77 INFINITY 77 X12 Sukabumi 145 INFINITY 145 X13 Bogor 100 INFINITY 100 Pada Tabel 6 dapat dilihat variabel yang diizinkan pada masing-masing daerah tujuan. Nilai allowable increase pada daerah tujuan Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor masing-masing menunjukkan nilai tak terbatas (infinity). Sedangkan nilai allowable decrease pada daerah tujuan Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor berturut-turut menunjukkan Rp.77, Rp.145, dan Rp.100. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika biaya distribusi pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor meningkat sampai batas tidak hingga atau menurun hingga batas Rp.77, Rp.145, dan Rp.100 maka nilai variabel keputusan tidak akan mengalami perubahan. b) Analisis sensitivitas nilai ruas kanan pada kendala Analisis ini menjelaskan interval perubahan nilai ruas kanan kendala pada penawaran dan permintaan yang diizinkan agar nilai dual price pada variabel keputusan tidak mengalami perubahan. Perubahan biaya distribusi raskin per ton dapat dilihat pada kolom allowable increase dan allowable decrease. Kolom allowable increase menunjukkan batas maksimum kenaikan nilai ruas kanan kendala penawaran dan permintaan yang diizinkan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Sedangkan kolom allowable decrease menunjukkan batas maksimum penurunan nilai ruas kanan kendala penawaran dan permintaan yang diizinkan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Tabel 7 menunjukkan analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan raskin pada tiap kabupaten Perum BULOG Sub Divre Cianjur.
27
Tabel 7 Analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan beras raskin (dalam ton) Kendala Penawaran dan Right Hand Allowable Allowable Permintaan Side Increase Decrease Perum BULOG Sub 98.762 INFINITY 0 Divre Cianjur Cianjur 37.992 0 37.992 Sukabumi 32.709 0 32.709 Bogor 28.061 0 28.061 Tabel 7 menunjukkan bahwa pada kendala penawaran nilai allowable increase tak terbatas (infinity) sedangkan nilai allowable decrease sama dengan nol. Artinya, jika penawaran terhadap raskin meningkat sebesar tak terbatas dan tidak mengalami penurunan, maka nilai dual price (nilai solusi optimal) tidak akan berubah. Peningkatan sampai tak terbatas tersebut menunjukkan tidak terjadi masalah pada nilai dual price terhadap besarnya penawaran raskin kepada Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Sedangkan pada kendala permintaan, nilai allowable increase Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor bernilai nol dan nilai allowable decrease masing-masing kabupaten secara berurutan bernilai 37.992 ton, 32.709 ton, dan 28.061 ton. Artinya, jika permintaan terhadap raskin pada masing-masing kabupaten meningkat, maka biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur pun akan mengalami peningkatan. Sedangkan penurunan maksimal terhadap permintaan raskin yang diizinkan masing-masing sebesar 37.992 ton, 32.709 ton, dan 28.061 ton. Jika penurunan permintaan melebihi batas maksimal, maka biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur akan mengalami peningkatan. Hasil pengolahan data pada LINDO dapat dilihat pada Lampiran 5. Tujuan (Destination) Tujuan menunjukkan keterbatasan sistem transportasi yang tersedia pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Saat ini Perum BULOG Sub Divre Cianjur memiliki 15 unit truk pada masing-masing gudang yang berada di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Masing-masing truk medistribusikan raskin ke setiap TD sebanyak 2 kali angkut per hari, dengan kapasitas angkut maksimal 8 ton. Pendistribusian raskin ke TD dilakukan sesuai dengan hari kerja Perum BULOG Sub Divre Cianjur, yakni 20 hari kerja /bulan. Ilustrasi mengenai penambahan jumlah moda transportasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Ilustrasi penambahan jumlah moda transportasi Jumlah truk x Tambahan Jumlah angkut Daerah Target Kapasitas angkut x yang setahun Tujuan (Ton) Hari kerja diperlukan (Ton) (Ton) (Unit) Cianjur 37.992 2400 28.800 9 Sukabumi 32.709 2400 28.800 4 Bogor 28.061 2400 28.800 -
28
Berdasarkan tabel di atas, jumlah kebutuhan truk yang digunakan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur dalam mendistribusikan raskin ke Kabupaten Cianjur selama tahun 2015 kurang 9 (sembilan unit truk dan Kabupaten Sukabumi kurang sebanyak 4 unit truk. Sedangkan Kabupaten Bogor tidak memerlukan tambahan truk untuk mendistribusikan raskin. Kesamaan Unit Bahan Baku Beras yang diperoleh pada masing-masing Gudang BULOG yang berada di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor adalah beras yang berasal dari saluran pengadaan, baik itu MKP, UPGB maupun Satgas. Jumlah alokasi beras pada masing-masing Kabupaten adalah 37.992 ton untuk Kabupaten Cianjur, 32.709 ton untuk Kabupaten Sukabumi, dan 28.061 ton untuk Kabupaten Bogor dengan alokasi bagi setiap RTS-PM adalah sebesar 15 kilogram per rumah tangga. Analisis Biaya Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui total biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur berdasarkan alokasi distribusi raskin dengan variabel biaya distribusi. Tujuannya yaitu untuk memberikan gambaran kepada Perun BULOG Sub Divre Cianjur mengenai alokasi biaya yang diperlukan ketika variabel transportasi ditambahkan pada kabupaten yang memiliki gap antara SPPB/DO dengan jumlah moda transportasi yang tersedia. Penambahan jumlah alat transportasi merupakan salah satu yang mempengaruhi biaya distribusi. Jenis alat transportasi berupa Truk dengan tipe Colt Double Diesel dengan kapasitas angkut 4 ton dengan harga Rp.240.300.000,- per unit. Penambahan berjumlah 9 (sembilan) unit truk untuk Kabupaten Cianjur dan 4 (empat) unit truk untuk Kabupaten Sukabumi. Total biaya (TC) yang harus dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur ke Kabupaten Cianjur setelah penambahan truk sesuai dengan yang diperlukan selama tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9
Total biaya setelah penambahan truk sesuai dengan yang diperlukan pada tahun 2015 Kabupaten/ Biaya tetap Kuantitas Harga Total biaya Kota (Rp) (Kg) (Rp) (Rp) Cianjur 2.162.700.000 37.992.000 77 5.088.084.000 Sukabumi 961.200.000 32.709.000 145 5.704.005.000 Bogor 28.061.000 100 2.806.100.000 Jumlah 3.123.900.000 98.762.000 32 13.598.189.000
Berdasarkan tabel diatas, Total biaya yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur setelah dilakukan penambahan 9 (sembilan) unit truk pada Kabupaten Cianjur dan 4 (empat) unit truk pada Kabupaten Sukabumi sebesar Rp. 13.598.189.000,-. Rekomendasi dengan menciptakan strategi penambahan total 13 unit truk pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur dapat mengoptimalkan dan mengefisiensi pendistribusian raskin ke RTS-PM.
29
Implikasi Manajerial Penelitian ini menganalisis optimalisasi rantai logistik raskin yang dapat mengurangi biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Dengan diketahuinya alokasi distribusi optimal dari analisis primal, maka Perum BULOG Sub Divre Cianjur dapat mengetahui penyimpangan yang terjadi selama tahun 2015 dengan cara membandingkan alokasi distribusi optimal dengan alokasi distribusi aktual Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Berdasarkan hal tersebut, optimalisasi distribusi raskin berimplikasi terhadap manajemen fungsional lainnya pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur. Implikasi manajerial dalam optimalisasi rantai logistik raskin untuk Kabupaten Cianjur, (1) Merencanakan anggaran untuk menambah moda kendaraan baru yang memudahkan pendistribusian raskin ke wilayah yang sulit untuk dijangkau oleh truk, (2) Menambah biaya operasional pendistribusian raskin, khusunya biaya angkut, (3) Mempertahankan sistem FIFO (First in First out) untuk menyalurkan raskin, (4) Melakukan pemeriksaan berkala terhadap raskin yang terserap di Titik Bagi (TB) yang sudah ditentukan melalui staf pelaksana distribusi (Pokmas, Warung Desa, dan Pokja). Implikasi manajerial untuk Kabupaten Sukabumi (1) Merencanakan anggaran untuk menambah moda kendaraan baru yang memudahkan pendistribusian raskin ke wilayah yang sulit untuk dijangkau oleh truk, (2) Menambah biaya operasional pendistribusian raskin, khusunya biaya angkut, (3) Mendistribusikan raskin ke wilayah yang mudah dijangkau terlebih dahulu untuk memangkas biaya angkut, (4) Mengawasi kegiatan pendistribusian raskin dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB). Sedangkan implikasi manajerial untuk Kabupaten Bogor, (1) Melakukan perjanjian pembayaran agar tidak terjadi kelebihan alokasi distribusi, akibat tunggakan RTS-PM, (2) Mempertahankan saluran distribusi yang sudah tersedia, (3) Mengalokasikan raskin kepada tiap pelanggan secara optimal, sesuai dengan pagu raskin, (4) Mengawasi kegiatan pendistribusian raskin dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rantai logistik raskin pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur terkendala dalam proses pendistribusian di 3 (tiga) Kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor dari 6 (enam) ruang lingkup distribusi Perum BULOG Sub Divre Cianjur (Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok). Rantai logistik raskin pada Perum BULOG Sub Divre Cianjur mencakup pemasok, persediaan bahan baku dan pengemasan, produksi, work-in-progress, persediaan barang jadi dan gudang, titik distribusi, dan konsumen. Alokasi distribusi produk raskin Perum BULOG Sub Divre Cianjur berdasarkan analisis primal menunjukkan adanya penyimpangan antara distribusi optimal dengan distribusi aktual sebesar 10.315. Hasil analisis dual menunjukkan
30
bahwa penyimpangan raskin yang terjadi tidak dipengaruhi oleh tingginya biaya distribusi, namun dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu penunggakan pembayaran raskin oleh RTS-PM. Berdasarkan analisis sensitivitas kendala penawaran dan permintaan raskin, pada kendala permintaan, menunjukkan biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Perum BULOG Sub Divre Cianjur masih dalam batas optimal. Rekomendasi strategi untuk meningkatkan distribusi raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur yakni dengan melakukan penambahan 9 (sembilan) unit truk jenis Colt Diesel Double pada Kabupaten Cianjur dan 4 (empat) unit truk pada Kabupaten Sukabumi.
Saran Perum BULOG Sub Divre Cianjur perlu merencanakan anggaran untuk menambah jumlah truk sesuai dengan rekomendasi strategi dari penulis, dengan maksud meningkatkan pendistribusian raskin secara optimal (sesuai pagu) setiap kali SPA terbit. Sebaiknya pendistribusian raskin lebih diutamakan ke wilayah yang terdekat dengan gudang BULOG sebelum mendistribusikan ke wilayah yang sulit untuk dilalui oleh truk. Sedangkan untuk memudahkan pendistribusian secara optimal pada lokasi yang sulit dilalui oleh truk pengangkut raskin, sebaiknya perlu dilakukan penyimpanan sementara pada lokasi yang berdekatan dengan lokasi TD lain yang sulit dilalui oleh truk, agar pendistribusian tidak dilakukan ulang dari gudang ke lokasi TD tersebut. Selanjutnya, demi menghindari tunggakan pembayaran raskin dari RTS-PM, Perum BULOG Sub Divre Cianjur sebaiknya perlu membuat perjanjian pembayaran agar tidak terjadi kelebihan alokasi distribusi. Optimalisasi rantai logistik khususnya distribusi pada penelitian ini terbatas oleh pengaruh fungsi tujuan terhadap biaya distribusi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap optimalisasi rantai logistik, yaitu rute distribusi dan kapasistas angkut. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan analisis optimalisasi rantai logistik pada keseluruhan wilayah ruang lingkup distribusi Perum BULOG Sub Divre Cianjur.
DAFTAR PUSTAKA Ayu MA. 2013. Pengantar Riset Operasional: Seri Diktat Kuliah. Jakarta (ID): Penerbit Gunadarma Ballou RH. 2004. Bussines Logistics/ Supply Chain Management: Planning, Organizing, and Controlling the Supply Chain Fifth Edition. New Jersey (USA): Pearson Prentice Hall Basith A. 2012. Model Sistem Dinamis Sediaan Beras Nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Rata-rata konsumsi per Kapita seminggu berdasarkan kelompok bahan pangan [internet]. [diacu 2016 Januari 17] Tersedia pada: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/950
31
Bramel J, Simchi LD. 1997. The Logic of Logistics: Theory, Algorithms, and Applications for Logistics Management. New York (USA): Springer Caplice C, Sheffi Y. 1995. A review and evaluation of logistics performance measurement systems. The International Journal of Logistics Management, 6(1), 61-74 Direktorat Pelayanan Publik. 2014. Pedoman Umum dan Standar Operasional Prosedur Pengadaan Gabah/Beras dalam Negeri di Perum BULOG. Jakarta (ID): Direktorat Pelayanan Publik Dwiantara L, Sumarto, RH. 2004. Manajemen Logistik. Grasindo: Jakarta [internet]. [diacu 2016 Juni 07]. Tersedia dari : http://www.academia.edu/6429091/BAB_VII_Perencanaan_dan_Pengadaan _Logistik Encyclopedia Britannica. 2015. Council of Logistics Management Trade organization [internet]. [diunduh 2015 Oktober 13]. Tersedia pada: http://www.britannica.com/topic/Council-of-Logistics-Management Farahani RZ, Rezapour S, Kardar L. 2011. Logistics Operations and Management Concepts and Models. London (UK): Elsevier Handayani. 2010. Kajian Optimalisasi Sayuran Pada PT X [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [IRRI] International Rice Research Institute. 2013. World Rice Statistics Online [Internet]. [diacu 2016 Januari 17]. Tersedia pada: http://ricestat.irri.org:8080/wrsv3/entrypoint.htm Kothari CR. 2004. Research Methodology: Methods & Techniques. New Delhi (IND): New Age International (P) Limited, Publisher [Lipsus Kompas] Liputan Khusus Kompas. 2008. Gakin Bisa Memperoleh Raskin di Warung Desa [internet]. [diacu 2016 Juni 11]. Tersedia pada: http://lipsus.kompas.com/grammyawards/read/2008/08/14/16571758/Gakin. Bisa.Memperoleh.Raskin.Di.Warung.Desa. MacDonald S, Headlam N. 2009. Research Methods Handbook: Introductory guide to research methods for social research [internet]. [diunduh 2016 Agustus 06] Tersedia pada: http:// www.cles.org.uk/wp.../01/Research-MethodsHandbook.pdf Marlon D. 2010. Optimasi Distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada PT. Warna Indah Samatex (PT. WIS) di wilayah Jabodetabek [skripsi]. Bogor (ID): Insititut Pertanian Bogor Nugraha S, Thahir R, Lubis S, Sutrisno. 2007. Analisis Model Pengolahan Padi (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, NTB). Jakarta (ID): Jurnal Enjiniring Pertanian [Perum BULOG] Perusahaan umum Badan Urusan Logistik. 2015. Pedoman Umum Raskin. Jakarta (ID): Perum BULOG. Pikiran Rakyat. 2015. Pendistribusian Raskin di Cianjur Masih Temui Persoalan [internet]. [diacu 2016 Agustus 03] Tersedia pada: http://www.pikiranrakyat.com/jawa-barat/2015/07/10/334316/pendistribusian-raskin-dicianjur-masih-temui-persoalan Pindyck RS, Rubinfeld DL. 2013. Microeconomics Eight Edition. New Jersey (USA): Pearson Prentice Hall
32
[Presiden RI] Presiden Republik Indonesia. 2015. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. Jakarta (ID): Sekretariat Negara Rushton A, Croucher P, Baker P. 2010. The Handbook of Logistics & Distribution Management 4th Edition. New Delhi (IND): Replika Press Pvt. Ltd Sachan A, Datta S. 2005. Review of supply chain management and logistics research. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 35 Iss: 9 pp. 664 - 705 Saremi H, Zadeh SMM. 2014. Management of Distribution Channels. Indian J.Sci.Res. 5(3): 452-456. Sartika R. 2014. Optimasi Persediaan Pada Rantai Pasokan Beras Untuk Program Raskin (Studi Kasus Pada Perum BULOG Subdivisi Regional Cianjur) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Siringoringo H. 2005. Seri Teknik Riset Operasional Pemrograman Linear. Yogyakarta (ID): Penerbit Graha Ilmu Slats PA, Bhola B, Evers JJM, Dijkhuizen G. 1995. Logistic Chain Modelling. European Journal of Operation Research [Internet]. [diunduh 2016 Juni 09] p.1-20 Taha HA. 2007. Operations Research: An Introduction (Eighth Edition). New Jersey (USA): Pearson Prentice Hall Tampubolon, MP. 2014. Manajemen Operasi & Rantai Pemasok (Operation and Supply-chain Management). Jakarta (ID): Mitra Wacana Media Tjiptono F. 2008. Strategi Bisnis Pemasaran. Yogyakarta (ID): Andi Tseng YY, Yue WL, Taylor MA. 2005. The role of transportation in logistics chain. Eastern Asia Society for Transportation Studies [internet]. Vol. 5, pp. 1657 – 1672. [diunduh 2016 Januari 23] Walliman N. 2011. Research Methods: The Basics [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2016 Agustus 06]. Tersedia pada: http://ili.ir/download/1393/Nicholas%20WallimanResearch%20Methods_%20The%20Basics%20-Routledge%20(2010).pdf Waters D. 2003. Global logistics and distribution planning: strategies for management. London (UK): Kogan Page Publishers
LAMPIRAN
35
Lampiran 1 Target dan penyaluran raskin di Perum BULOG Sub Divre Cianjur pada tahun 2013-2015 No
Kab/Kota
1 2
Kab. Cianjur Kab. Sukabumi Kota Sukabumi Kab. Bogor Kota Bogor Kota Depok Jumlah
3 4 5 6
2013 37.992
Target (Ton) 2014 2015 37.992 37.992
2013 34.344
Realisasi (Ton) 2014 2015* 35.395 35.361
Pencapaian (persen) 2013 2014 2015* 90,40 93,16 93,07
32.709
32.709
32.709
30.267
30.565
28.495
92,53
93,44
87,12
2.696
2.696
2.696
2.696
2.604
2.696
100,00
96,59
100,00
28.061 7.020 7.399 115.877
28.061 7.020 7.399 115.877
28.061 7.020 7.399 115.877
24.749 7.020 7.399 106.475
23.126 7.020 4.792 103.501
24.591 7.020 7.399 105.562
88,20 100,00 100,00 91,89
82,41 100,00 64,76 89,32
87,63 100,00 100,00 91,10
Sumber : BULOG (2015) Keterangan *) : Posisi s/d 10 Desember 2015
36
Lampiran 2 Bagan alir pengadaan beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui MKP
Keterangan : DO Karplas GD1M LHPK MK MS RPK SPP SPPK SPTB TMS
: : : : : : : : : :
Karung plastik Rekap Harian Penerimaan Barang Lembar Hasil Pemeriksaan Kualitas Mitra Kerja Memenuhi Syarat Risalah Pemeriksaan Kualitas Surat Permintaan Pembayaran Surat Perintah Pemeriksaan Kualitas Surat Perintah Terima Barang Tidak Memenuhi Syarat
37
Lampiran 3 Bagan alir pengadaan beras Perum BULOG Sub Divre Cianjur melalui UPGB
Keterangan: ADA DN DO Karplas GD1M LHPK MK MS RPK SPK SPP SPPK SPTB TMS UPGB
: : : : : : : : : : : : :
Pengadaan Dalam Negeri Karung plastik Rekap Harian Penerimaan Barang Lembar Hasil Pemeriksaan Kualitas Mitra Kerja Memenuhi Syarat Risalah Pemeriksaan Kualitas Surat Pemeriksaan Kualitas Surat Permintaan Pembayaran Surat Perintah Pemeriksaan Kualitas Surat Perintah Terima Barang Tidak Memenuhi Syarat Unit Pengelolaan Gabah/Beras
38
Lampiran 4 Input fungsi tujuan dan fungsi kendala pada LINDO
39
Lampiran 5 Hasil pengolahan data pada LINDO
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 22 Desember 1991, penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan Bapak Sudadi dan Ibu Eti Yuliati. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cilaku - Cianjur pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Reguler pada jurusan Teknik Komputer, dan lulus pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana setelah diterima oleh Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen - Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes tertulis pada tahun 2013. Akhir tahun 2014 penulis mulai bekerja pada Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) - IPB sebagai programmer.