Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
OPTIMALISASI POPULASI TANAMAN NILAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI BENIH BERVIABILITAS TINGGI≥ 80 % Sukarman, Mono Rahardjo, Repianyo, Dadang Rukmana dan Sarwanda ABSTRAK Sampai saat ini belum banyak informasi tentang pengaruh populasi tanaman terhadap produktivitas, dan kualitas benih nilam (Pogostemon cablin Benth). Untuk itu penelitian optimalisasi populasi tanaman nilam untuk meningkatkan produtivitas, dan viabilitas benih nilam dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan benih nilam berviabilitas tinggi > 80%. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP.). Sukamulia, Balai Penelitian Tnaman Rempah dan Industri (Balittri), Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, dan Rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Bogor, dari Januari 2010. Percobaan Faktorial dengan tiga faktor, dan 3 ulangan disusun dalam Rancangan Petak-Petak Terbagi (RPPT). Petak utama adalah dua varietas nilam yaitu: 1). Sidikalang, dan 2). Lhoksemawe. Anak Petak adalah tiga populasi tanaman nilam yaitu: a). 20.000 tanaman/ha (jarak tanam 1m x 0,5m), b).15.000 tanaman/ha ( jarak tanam 1 x 0,7m), dan c).10.000 tanaman/ha, jarak tanam ( jarak tanam 1 x 1m) . Anak-anak petak adalah dua dosis Pemupukan yaitu :1). 30 ton pu puk kandang, 300kg Urea, 150 kg SP36, dan 300 kg KCl /tahun, dan 2). 45 ton pu puk kandang, 450kg Urea, 225kg SP36, dan 450kg KCl /tahun. Ukuran plot 8,4mx 5m. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman (Tinggi tanaman, jumlah cabang, primer, dan sekunder), produksi benih pertanaman, diameter bagian pangkal, tengah, dan pucuk dari cabang primer, dan sekunder, kadar karbohidrat/ serat benih, viabilitas , dan daya tahan simpan benih. Pertumbuhan tanaman dilakukan setiap bulan sekali, yang dimulai dari 1 bulan setelah tanam (1BST). Produksi benih, pertanaman, diameter, viabilitas , dan daya tahan simpan benih diamati pada saat panen pertama, dan kedua ( umur 6 BST, dan 10 BST). Kadar karbohidrat/ serat diamati pada saat panen ke dua dari setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan ANOVA , bila berbeda nyata diteruskan dengan uji lanjut menggunakan uji LSD taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:1).Vairetas Sidikalang, dengan dosis pemupukan 45 ton pukan,450kg Urea,225 kgSP36, dan 450kg KCl /tahun,menghasilkan jumlah cabang primer lebih tinggi yaitu 14,29, 2). Populasi tanaman 20.000/ha menghasilkan benih tertinggi(73.555,063). Rata-rata diameter benih yang berasal dari pangkal a ≥5mm, sedangkan rata-rata diameter benih yang berasal dari pucuk ≥4mm, 4).Viabilitas benih pada 0, dan 4 hari setelah penyimpanan masih ≥80%. Kata kunci: Pogostemon cablin Benth,populasi tanaman, viabilitas benih ABSTRACT Recently information effect of plant population/density on the viability of seed/cutting of patchouli is still limited. Based on the problem an experiment optimization of plant population to improve productivity, and quality of seed/cutting of patchouli has been conducted. The main objective of this research is to find out highly viability of patchouli seed. The experiment has been conducted in agriculture experiment Sukamulia Indonesian Spice and Industrial Crop Research Institute ( ISICRI), Pakuwon, Sukabumi and green house of Indonesian Medicinal and Aromatic Crop Research Institute ( ISMACRI), Bogor since January, 2010. Factorial experiment consist 3 factors and replicate 3 times arranged in split –split- plot design. The main plot is 2 varieties of patchouli they are Sidikalang, and Lhokseumawe. Sub plot is 3 different plant populations. They are 1) 20.000, 15.000, and 10.000 plants/ha .Sub- Sub plot is 2 levels fertilizer. They are 1). 30 t0n dung manure, 450 kg Urea, 225 kgSP36, 450 kg KCL , and 2) 45 ton dung manure, 300 kg Urea, 150 kg SP36, 450 kg KCL. Variable observed are plant growth (plant height, number of primary, secondary, and tertiary branches), seed productivity
317
Sukarman, dkk.
viability, diameter of bottom, medium, and upper of cutting. The result of experiment indicated as followed: ).Sidikalang variety by dossage fertlilization 45 ton pukan,450kg Urea,225 kgSP36, dan 450kg KCl /tonproduced the highest primay branches,compatered to other treatments.,2).Population 20.00plants/ha produced the highest patchouli seeds/cutting. (73.555,063)/1000m2,3).The average diameter of seeds/cutting from bottom are ≥5mm, while from upper are≥4mm,4). Seeds viability, at 0 and 4 days after haerversting/storage are ≥80%. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:1).Vairetas Sidikalang, dengan dosis pemupukan 45 ton pukan,450kg Urea,225 kgSP36, dan 450kg KCl /tahun,menghasilkan jumlah cabang primer lebih tinggi yaitu 14,29, 3).Populasi tanaman 20.000 /ha menghasilkan benih tertinggi(73.555,063), 4). Rata-rata diameter benih yang berasal dari pangkal ≥5mm, sedangkan rata-rata diameter benih yang berasal dari pucuk ≥4mm, 5).Viabilitas benih pada 0, dan 4 hari setelah penyimpanan masih ≥80%. 1).Sidikalang variety by dossage fertlilization 45 ton pukan,450kg Urea,225 kgSP36, dan 450kg KCl /tonproduced the highest primay branches,compatered to other treatments., 2).Population 20.00plants/ha produced thehighest patchouli seeds/cutting. (73.555,063), 3).the average diameter of seeds/cutting from base are ≥5mm, while from peak are≥4mm, S eeds viability, at 0 and 4 days after haerversting/storage are ≥80%. Key words: Pogostemon cablin Benth, plant population, seed viability. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting di Indonesia, Dalam dunia perdagangan, minyak nilam dikenal dengan nama patchouly oil, yang banyak digunakan bahan baku, bahan pencampur dan fiksatif (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik (GRIEVE, 2003). Ekspor minyak nilam memberikan konstribusi lebih dari 50 persen dari total nilai ekspor minyak atsiri indonesia. Volume ekspor minyak nilam setiap tahun menunjukkan trend meningkat sebesar 5,3% per tahun, sedangkan harga ekspor meningkat sebesar 3,5% per tahun. Sejak tahun 1985 dengan rata-rata ekspor sebesar 1.057 ton per tahun dan rata rata harga sebesar US $ 18,83/kg (Indrawanto, dan Mauludi, 2004). Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90 Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak (>2 %) dan kualitas minyaknya (PA>30%), lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak (<2 %). Saat ini telah tersedia 3 varietas unggul baik produksi terna maupun kadar dan mutu minyaknya yaitu: Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang (Nuryani et al., 1994). Ketiga varietas yang telah dilepas berproduksi terna kering rata-rata 10.9-13.3ton/ha, dengan kadar minyak rata-rata 2.89-3.2%, menghasilkan produksi minyak 315,1-375,8 kg/ha (Nuryani et al., 2004). Daerah setra produksi nilam semula di Bengkulu (8,7655 ha), Sumatera Barat (3,918 ha), Nangroe Aceh Darussalam (2,941 ha) dan Sumatera Utara (2,581 ha), dewasa ini sudah berkembang di 15 propinsi antara lain provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya. Pada tahun 2001 luas areal 9.010 ha dengan produksi 1.053,6 ton, pada tahun 2003 luas areal menjadi 15.110 ha dengan produksi 1.490,6 ton. Dengan berkembangnya perusahaan kosmetik/parfum dan bertambahnya pemanfaatan nilam dalam bidang kesehatan (aroma terapi, spa dll. nya) maka permintaan minyak nilam semakin meningkat. Sejalan dengan meningkatnya permintaan minyak nilam dunia, Untuk mendukung pengembangan budidaya nilam yang berkesinambungan mutlak diperlukan ketersediaan benih unggul bermutu yang memenuhi kriteria lima tepat yaitu;1. tepat varietas, 2. tepat mutu,3. tepat jumlah, 4 tepat waktu dan 5 tepat harga. Perbanyakan tanaman nilam umumnya dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan setek. Setek yang baik digunakan untuk bahan perbanyakan harus berasal
318
Optimalisasi populasi tanaman nilam untuk meningkatkan produksi benih berviabilitas tinggi≥ 80 %
dari tanaman yang sehat., yaitu dari batang atau cabang- cabang yang masih muda, tetapi agak berkayu dengan panjang 20-30 cm sekitar 3- 4 ruas (Nuryani, 2005). Mutu fisiologis setek yang baik dengan persentase tumbuh yang baik berperan dalam penghematan biaya produksi. Mutu fisiologis setek yang rendah dapat mempengaruhi hasil panen karena tingkat kesuburan dan pertumbuhan tidak merata ( Rumiati et al., 1998). Mutu fisiologis setek yang baik dengan persentase tumbuh yang baik berperan dalam penghematan biaya produksi. Bahan setek yang digunakan dapat berupa setek pangkal, tengah dan pucuk dari batang atau cabang (Tasma dan Darwati, (1989). Sejalan dengan meningkatnya permintaan minyak nilam serta harga minyak nilam yang cukup fantastis, Pada tahun 2007 harga minyak nilam pernah mencapai Rp1,2 juta per -kg, kemudian turun kembali hingga Rp 750.000- Rp 800.0000 per-kg (http;// www. Medan Bisnis,(2009), maka banyak pendatang baru di bidang agro industri yang berminat untuk mengembangkan tanaman nilam, sehingga permintaan benih nilam meningkat dengan pesat. Penanaman nilam dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penanaman secara langsung (setek langsung ditanam di kebun tanpa melalui proses persemaian) dan secara tidak langsung (sebelum ditanam setek disemaikan dahulu sampai berakar dan bertunas selama kira-kira 4-6 minggu. Untuk memenuhi permintaan benih nilam dapat berupa benih nilam yang siap tanam yaitu benih nilam yang sudah ditumbuhkan di polibag, benih nilam yang berupa setek berakar, dan benih nilam yang berupa setek. Dalam perkembangannya konsumen lebih memilih benih nilam yang berupa setek, karena faktor harga dan biaya pengiriman yang lebih efisien dibandingkan benih nilam yang sudah siap tanam mupun benih nilam berupa setek berakar. Dengan meggunakan setek berakar benih nilam dapat disimpan selama 7 hari tanpa mengalami penurunan viabilitas (Melati et al., 2006).Namun, demikian pengiriman benih nilam dengan menggunakan setekberakar masih menimbulkan masalah yaitu lamanya waktu penedederan (3-4 minggu) dan bertambahnya biaya pendederan, pengemasan dan pengiriman. Untuk tujuan pengembangan nilam diperlukan benih/setek dalam jumlah yang banyak( 20- 30 ribu setek per ha) . Agar semua bagian setek dapat terman faatkan dengan mutu fisiologis yang terjamin, karena penggunaan salah satu bagian setek misalnya setek bagian pangkal, tengah atau pucuk dari setek batang atau setek cabang saja dapat mengurangi tingkat produktivitas benih Sampai saat ini belum ada standar yang khusus mengenai populasi yang optimal untuk produksi benih nilam. Untuk Produksi benih nilam populasi yang digunakan masih mengacu pada standar operasional (SOP) budidaya nilam untuk produksi terna, sehingga produksi dan mutu benih yang dihasilkan belum optimal. Maka untuk meningkatkan produksi dan mutu benih nilam, maka salah satunya adalah melalui pengaturan populasi tanaman yang optimal. Populasi tanaman persatuan luas berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih. Semakin tinggi populasi semakin banyak benih yang dihasilkan namun, semakin diameternya kecil ukuran diameternya (kurang dari 0,5cm), sehingga tidak memenuhi stándar mutu benih nilam. Semakin rendah populasi tanaman semakin sedikit produksi benih yang dihasilkan, akan tetapi kualitas benih relatif semakin meningkat. Populasi yang optimal hubungannya dengan produksi dan mutu benih nilam belum diketahui, untuk itu perlu penelitian ke arah ini. Informasi mengtentang Populasi tanaman nilam yang optimal hubungannya dengan produksi dan mutu benih nilam belum diketahui. Berdasarkan permasalahan tersebut percobaan ini perlu dilakukan. Mutu fisiologis yang baik untuk setek nilam berperan dalam penghematan biaya produksi bila persentase setek hidup cukup baik. Mutu fisiologis setek yang rendah dapat mempengaruhi hasil panen Rumiati et al., 1998). Bahan setek yang digunakan dapat berupa setek pangkal, setek tengah maupun setek pucuk, semua bahan setek dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanaman Namun pertumbuhan awal Sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman berikutnya (Tasma, dan Darwati, (1989). Sukarman , dan Melati,
319
Sukarman, dkk.
2009. melaporkan bahwa bagian setek pangkal, tengah dan pucuk dari setek batang atau cabang dengan diameter, 5-10 mm dapat disimpan selama 5 hari . Informasi tentang Populasi tanaman nilam yang optimal hubungannya dengan produksi dan mutu benih nilam belum diketahui. Berdasarkan permasalahan tersebut percobaan ini perlu dilakukan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan benih nilam berviabilitas tinggi.>80%. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Jawa Barat (K.P. Sukamulia,Balittri, dan Rumah kaca balittro, Bogor. Percobaan Faktorial dengan tiga faktor , dan 3 ulangan disusun dalam Rancangan Petak-Petak Terbagi (RPPT). Petak utama adalah dua varietas nilam 1).Sidikalang, dan 2). Lhoksemawe. Anak Petak adalah tiga populasi tanaman nilam yaitu: a). 20.000 tanaman/ha (jarak tanam 1m x 0,5m) , b).15.000 tanaman/ha ( jarak tanam 1 x 0,7m), dan c).10.000 tanaman/ha, jarak tanam ( jarak tanam 1 x 1m) . Anak-anak petak adalah dua dosis Pemupukan yaitu :1). 30ton pukan, 300kg Urea, 150kg SP36, dan 300kg KCl/tahun, dan 2). 45 ton pukan, 450kg Urea, 225kg SP36, dan 450kg KCl /tahun. Ukuran plot 8,4m x 5m. Setiap plot diambil lima contoh tanaman untuk dilakukan pengamatan. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman (Tinggi tanaman, jumlah cabang,primer, dan sekunder), produksi benih pertanaman, diameter bagian pangkal, tengah, dan pucuk dari cabang primer, dan sekunder, kadar karbohidrat/serat benih, viabilitas, dan daya tahan simpan benih. Pertumbuhan tanaman dilakukan setiap bulan sekali, dimulai dari 1 bulan setelah tanam (1BST). Produksi benih, pertanaman, diameter, viabilitas , dan daya tahan simpan benih diamati pada saat panen pertama, dan kedua. (umur 6 BST, dan 10 BST). Kadar karbohidrat/ serat diamati pada saat panen ke duadari setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan dianalisis secara metode statistik, hasil ANOVA yang beda nyata akan diteruskan dengan uji lanjut menggunakan uji DMRT taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Pertumbuhan tanaman (Tinggi tanaman, jumlah cabang primer, sekunder,dan tertier ). Pertumbuhan tanaman pada umur 8 bulan setelah tanam disajikan pada tabel 1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tidak dipengaruhui oleh interaksi varietas, populasi taman, dan pemupukan, serta interaksi antara populasi tanaman dengan pemupukan. 1.1.Tinggi tanaman. Tinggi taman tidak nyata dipengaruhi oleh masing-masing faktor tunggal varietas, populasi tanaman, pemupukan, dan interaksinya. Tabel 1. Pertumbuhan tanaman(Tinggi tanaman, jumlah cabang primer, sekunder, dan tertier)dua varietas nilam pada jarak tanam, dan pemupukan yang berbeda, K.P. Sukamulya, Balittri, November, 2010. Perlakuan
Tinggi tanaman (cm)
Primer
Jumlah cabang/tanaman Sekunder
Tertier
V1 V2 S1 S2
76.30 a 78,80 a 78,69 a 78,91 a
13,72 a 12,38 a 13,02 a 13,83 a
67,7 a 63,26 b 67,20 a a64,60 a
25,66a 25,79 a 25,47 ab 23,97 b
S3 F1
75,0a 77,89 a
13,05 a 13,19 a
64,72 a 64,78 a
27,73 a 25,63 a
320
Optimalisasi populasi tanaman nilam untuk meningkatkan produksi benih berviabilitas tinggi≥ 80 %
F2 77,21 a 13,11a 66,23 a 25,81 a V1xS1 78,92a 12.57 a 67.33ab 24.70a V1xS2 77.08a 13.30a 64.07 bc 23.50 a V1xS3 72.90a 15.30a 71.87a 28.77a V2xS1 78.47a 13.47a 67.07ab 26.23a V2xS2 80.73a 13.47a 65.13b 24.43a V2xS3 77.20 10.80a 57.57c 26.70a V1xF1 78.67a 13.16 ab 65.31 a 26.04 a V1xF2 74.53a 14.29a 70.20 a 25.27 a V2xF1 77.71 a 13.23 ab 64.24 a 25.22 a V2xF2 79.89a 11.93 62.27 26.36a CV/KK(%) 7.89 12.30 9.46 13.49 Angka-angka pada kolom yang sama, pada perlakuan yang sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT,0,05. Keterangan: V1= Var. Sidikalang
V2 = Var. Lhokseumawe
S1 = Populasi tanaman 20.000/ha S2 = Populasi tanaman 15.000/ha S3 =Populasi tanaman 10.0000/ ha
F1 = Dosis pupuk30 ton pukan, 300kg Urea, 150 kg SP36, dan 300 kg KCl /tahun F2 = Dosis pupuk =45 ton pukan, 450kg Urea, 225 kg SP36, dan 450 kg KCl /tahun.
1.2. Jumlah cabang primer. Jumlah cabang primer tidak nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal varietas, populasi tanaman, pemupukan, dan interaksi varietas dengan populasi tanaman, tetapi nyata dipengaruhi oleh interaksi varietas dengan pemupukan.Vairetas Sidikalang, dengan dosis pemupukan 45 ton pukan, 450kg Urea, 225kg SP36, dan 450kg KCl /tahun.menghasilkan jumlah cabang primer lebih tinggi yaitu 14,29. 1.3. Jumlah cabang sekunder. Jumlah cabang sekunder nyata dipengaruhi olehfaktor tunggal varietas. Varietas Sidikalang menghasilkan jumlah cabang sekunder lebih tinggi (67,7), dibandingkan varietas Lhokseumawe ( 63,26), dan nyata dipengaruhi oleh interaksi varietas dengan populasi tanaman. Varietas Sidikalang dengan populasi 10.000 taman/ha menghasilkan jumlah cabang sekunder lebih tinggi (71,87, sedangkan Varietas L hokseumawedengan populasi 10.000 tanaman jumlah cabang sekundernya hanya 57,7/tanaman. Hasil ini diduga erat kaitannya dengan faktor genetik. Secara genetik Sidikalangmempunyai potensi produksi terna yang lebih tinggi dibandingkan L hokseumawe. 1.4.Jumlah cabang tertier Jumlah cabang tertier tidak nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal varietas, pemupukan, dan interaksi varietas dengan populasi tanama, varietas dengan pemupukan, populasi tanaman dengan pemupukan, serta varietas, populasi tanaman,dengan pemupukan, tetapi nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal populasi tanaman. Populasi tanaman 10.000/ha menghasilkan jumlah cabang primer lebih tinggi yaitu 27,73/tanaman. Hasil ini diduga erat kaitanyya dengan intensitas cahaya. Intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi memacu pertumbuhan cabang lateral.
321
Sukarman, dkk.
2. Produksi, Kualitas, dan Viabilitas benih nilam pada umur 6 bulan Produksi benih per tanaman, per 1000m2, diameter benih, dan viabilitas benih yang dicerminkan oleh daya tumbuh disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa produksi, kualitas, dan viabilitastidak dipengaruhi oleh faktor tunggal varietas, pemupka, serta interaksi antara varietas dengan populasi tanaman, varietas dengan pemupukan dan interaksi varietas, populasi tanaman dan pemupukan. Secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut : 2.1. Produksi benih/tanaman Produksi benih pertanaman tidak berbeda nyata antara perlakuan varietas, populasi tanaman, pemupukan dan interaksinya, akan tetapi produksi benih per 1000m2 nyata dipengaruhi oleh populasi tanaman.Populasi tanaman 20.000 /ha menghasilkan benih tertinggi(73.555,063) diikuti oleh populasi tanaman 15.000/ha (63.416,0). Sedangkan populasi tanaman 10.000 menghasilkan benih paling rendah.(42.066,7/100m2 Tabel 2. Produksi, kualitas, dan viabilitas benih nilam, umur 6 BST, K.P.Sukamulya, November, 2010. Perlakuan
Produksi benih/setek Per Per 1000m2 tanaman
Petak utama V1. V2. Anak petak S1 S2 S3 Anak-anak petak F1 F2 V1xS1 V1xS2
Diameter benih/setek(mm) Pangkal Pucuk
Viabilitas benih/setek (%) 0HSP 4 HSP
41.77a 39,98 a
61.500,0 a 57.858,0 a
5,79 a 5,67 a
4,08a 4,07 a
85,78 a 85,78 a
80,44a 84,67 a
37,77 a 41,87 a 42,27a
73.555, 0 a 63.416,0 a 42.066,7 b
5,81 a 5,73 a 5,64 a
4,16 3,98 a 4,09 a
89,67 a 82,67 a 85,00 b
80,33 a 81,33 a 86,00 a
58.231 a 5,75 a 4,06a 86,00 84,00a 61.127,70a 5,71 a 4,09 a 85,56 a 81,11 a 71.866,7a 5,79 a 4,12 a 88,67 a 80,67 a a68.533,0 5,75 a 3,95 a a84,00 80,00 a a V1xS3 44,50 44.100,0a 5,82 a 4,17 a 84,67 a 82,67 a V2xS1 39,60 a 75.243,0 a 5,83 a 4,20 90,67 a 80,00 a V2xS2 38,87a 58.300,0 a 5,73 a 4,01 a 81,33 a 84,67 a V2xS3 40,03a 40.033,3 a 5,46a 4,00 a 85,33 a 89,33 a V1xF1 41,87 a 60.866,79 5,81 a 4,02 a 86,22 a 82,22 a V1xF2 41,67 a 62.133,39 5,76 a4,15 a 85,33 a 78,67 a V2xF1 39,42a 55.5955,6 5,69a 4,11 a 85,78 a 85,78 a a V2xF2 39,58 a 60.122,a 5,65 a 4,03 a 85,78 a 83,56 a CV/KK(%) 25,18 22,50 8,46 5,96 5,33 8,96 Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama, pada perlakuan yang sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT,0,05.
322
40,64 a 40,62a 35,93 a 44,87 a
Optimalisasi populasi tanaman nilam untuk meningkatkan produksi benih berviabilitas tinggi≥ 80 %
V1= Var. Sidikalang
V2 = Var. Lhokseumawe
S1 = Populasi tanaman 20.000/ha S2 = Populasi tanaman 15.000/ha S3 =Populasi tanaman 10.0000/ ha
F1 = Dosis pupuk30 ton pukan, 300kg Urea, 150 kg SP36, dan 300 kg KCl /tahun F2 = Dosis pupuk =45 ton pukan , 450kg Urea, 225 kg SP36, dan 450 kg KCl /tahun.
2.2. Diameter benih Diameter benih dari bagian pangkal maupun pucuk tidak berbeda nyata antara semua perlakuan factor tunggal, maupu interaksinya. Diameter benih dyang berasal dari bgian pangkal rata –rata ≥5mm, sedangkan diameter benih yang berasal dari bagian pucuk ≥4mm. Hasil ini memenuhi Persyaratan standar nasional (SNI)benih nilam yang mana salah spersyaratan adalah diameter benih minimal ≥3 mm. 2.3. Viabilitas benih Viabilitas benihpada 0, dan 4 hari setelah penyimpanan tidak berbeda nyata antara perlakuan varietas, populasi tanaman,pemupukan, dan semua interaksinya. Rata- rata viabilitas benih ≥80%. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI benih nilam. Tabel 3.
Kandungan karbohidrat, dan serat K.P.Sukamulya 2010
Perlakuan 1. V1S1F1 2.V1S1F2 3.V1S2F1 4.V1S2F2 5.V1S3F1 6.V1S3F2 7. V2S1F1 8.V2S1F2 9.V2S2F1 10.V2S2F2 11.V2S3F1 12.V2S3F2 SD ( Standar Deviasi) Keterangan : V1= Var. Sidikalang
Serat 44,79 (S) 58,12(T) 60,43(T) 61,47(T) 53,03(S) 49,40(S) 43,73(S) 45,35(S) 39,04 (R) 39,67 (R) 38,77 ( R) 42,08 (S) 1,12
S1 = Populasi tanaman 20.000/ha S2 = Populasi tanaman 15.000/ha S3 =Populasi tanaman 10.0000/ ha
benih nilam., pada umur 6BST, Kandungan %) Karbohidrat 18,60 (T ) 16,47( S ) 19,81( T) 17,15(S ) 17,91 ( T) 17,70(S ) 17,35(S ) 16,65( S) 18,80(T ) 16,33(R ) 18,07(S ) 15,73(R ) 8,01
V2 = Var. Lhokseumawe F1 = Dosis pupuk30 ton pukan, 300kg Urea, 150 kg SP36, dan 300 kg KCl /tahun. F2 = Dosis pupuk =45 ton pukandang, 450kg Urea, 225 kg SP36, dan 450 kg KCl /tahun.
323
Sukarman, dkk.
3. Kandungan serat dan karbohidrat benih setek nilam. Kanungan serat, dan karbohidrat benih/setek nilam disajikan pada Table 3. Hasil analisa menunjukkanbahwa tidak ada salah satu faktor dominant yang mempengaruhi kandungan serat, dan karbohidrat pada benih nilam. 3.1. Kandungan serat. Kandungan serat yang tergolong tinggi berkhisar 58,12-61,47%, yang trgolong sedang berkhisar 42,08% sampai 44,79%.sedangkan yang tergolong rendah berkhisar 38,77% sampai 39,04%. 3.2 Kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang tergolong tinggi berkhisar17,91 sampai19,81%, yang tergolong sedang berkhisar 16,47–18,07%, sedangkan yang tergolong rendah berkhisar 15,7316,33%. KESIMPULAN 1. Pertumbuhan tanaman tidak dipengaruhui oleh interaksi varietas, populasi tanaman, dan pemupukan, serta interaksi antara populasi tanaman dengan pemupukan, kecuali pada, Vairetas Sidikalang, dengan dosis pemupukan 45 ton pukan, 450kg Urea, 225kg SP36, dan 450kg KCl /tahun,menghasilkan jumlah cabang primer lebih tinggi yaitu 14,29. 2. Produksi benih pertanaman tidak berbeda nyata antara perlakuan varietas, populasi tanaman, pemupukan dan interaksinya, akan tetapi produksi benih per 1000m2 nyata dipengaruhi olehfaktor tunggal populasi tanaman, Populasi tanaman 20.000/ha menghasilkan benih tertinggi(73.555,063) diikuti oleh populasi tanaman 15.000/ha (63.416,0). Sedangkan populasi tanaman 10.000 menghasilkan benih paling rendah.(42.066,7/100m2 3. Diameter benih dari bagian pangkal maupun pucuk tidak berbeda nyata antara perlakuan. Diameter benih yang berasal dari pangkal rata – rata ≥5mm, sedangkan diameter benih yang berasal dari pucuk ≥4mm. 4. Viabilitas benih pada 0, dan 4 hari setelah penyimpanan tidak berbeda antara perlakuan varietas, populasi tanaman,pemupukan, dan semua interaksinya. Rata- rata viabilitas benih ≥80%. 5. Kandungan serat pada benih nilam terendah 38,77%, dan tertinggi 60,43%, sedangkan kandungan karbohidrat terendah 15,73%, dan tereinggi 19,81%. DAFTAR PUSTAKA Copeland, L.O., and MacDonald, 1985. Principles of Seed Science and Technology. Second Edition , Macmillan Publishing Company, New York,321pp. Goldsworthy, P.R. and N.M. Fisher 1992. Fisiologi tanaman budidaya tropik .Gajah Mada University Press. P 156-213. GRIVE,M. 2003. A Modern herbal, patchouli, www. Iptek.netid. http://www. Medan bisnis on line. Com/2009/01/ harga nilam di Aceh. Indrawanto, C dan L. Mauludi 2004. Strategi pengembangan industri nilam Indonesia. Teknologi pengembangan Minyak Nilam Aceh. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah ,dan Obat XVI (2):62-71 Melati, D. Rusmin, dan Sukarman. 2006. Pengaruh lama penyimpanan setek berakar terhadap pertumbuhan nilam(Pogostemon cablin Benth.). Jurnal Penelitian Tanaman Industri 12 (4): 135-139. Nuryani,Y., 2005. Aspek perbenihan tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). Makalah disampaikan pada kegiatan ”Peningkatan Ketrampilan Tenaga Pelaksana Unit
324
Optimalisasi populasi tanaman nilam untuk meningkatkan produksi benih berviabilitas tinggi≥ 80 %
Pengelola Benih Sumber Lingkup Puslitbangbun. tgl 22-28 Agustus 2005. Puslitbangbun. Bogor Nuryani, Y., Hobir, C. Syukur dan I. Mustika, 2004. Usulan Pelepasan Varietas Nilam. 22 hal (tidak dipublikasikan) Rumiati D. Rusmin, dan M. Hasanah1998. Sistem perbenihan. Monograf Nilam. BalaiPenelitian Tanaman Rempah dan Obat. p. 33-39. Srvastava, L. M., 2002. Plant Growth and Development . Academic Press. An Imprint of elseiver. Scince . San - Diego . California . USA. 772 pp. Sukarman dan Melati, 2005.Teknik packing untuk pengiriman benih panili dan cengkeh.Makalah pada Pelatihan Magang Teknis Perbenihan Tanaman Panili dan Cengkeh, BP2MB Perkebunan Sumatera Selatan, 18-22 Juli 2005 di Bogor 9 h. Sukarman dan Melati, 2009. Pengaruh bagian setek dan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan nilam pogostemon gablin. Benth. Prosiding SimposiumPenelitian dan Pengembangan Perkebunan, bogor,14 Agustus 2009, hal Kerjasama P.T. Penerbit Press dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 468-471. TASMA, I., dan I. Darwati, 1989. Pengaruh bahan setek dan nitro aromatik terhadap pertumbuhan setek nilam. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri. 14 (3) :98-101 Hopkin, W. G and P. Norman , 2004. Introduction to Plant Physiology 3rd. edition. John Wiley & sons, Inc . USA. 560pp.
325