Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
OPTIMALISASI PENGGUNAAN SOLID DECANTER SEBAGAI SUPLEMEN TUNGGAL PADA RANSUM KAMBING (The Optimize of Exdecanter Solid Waste Utilization as Single Supplement in Goat Ration) RANTAN KRISNAN, LEO P. BATUBARA, K. SIMANIHURUK dan J. SIANIPAR Loka Penelitian Kambing Potong, Sungei Putih PO Box 1, Galang 20585
ABSTRACT Recently palm kernel cake and exdecanter solid waste as the by product and waste of processing of palm oil plantation is potential and available continuity and its price is cheap enough. Several researchs have been conducted to obtain data of optimation of palm oil by products as feed for goat, as basal feed and also as complete feed (total mix ration). So it is needed to do furthermore research on utilization of palm oil by products as single supplement in goat ration, so that its exploiration will be more clear. An experiment was conducted to evaluate the optimize of exdecanter solid waste utilization as single supplement in goat ration. Twenty male kacang goat were used in a Randomized Blick Design. The animal were devided into five feed treatments with different ratio of Paspalum guenarum and exdecanter solid waste, namely; (100% : 0%), (85% : 15%), (70% : 30%), (55% : 45%), and (40% : 60%). The result showed that ex-decanter solid waste as single supplement of goat feed has a good response of goat. Consumption level is 3.5-3.8% of body weight (dry matter based). Optimum level is achieved by animal with treat of 55% grass and 45% exdecanter solid waste. On this treatment it obtained average daily gain as 74.11 g/head/day and consumption as 691.07 g/head/day. Economic analyses using income over feed cost (IOFC) as the indicator showed that 45% substitution level ex-decanter solid and 55 % Paspallum guenarum gave the highest net gain. It is concluded that the optimum level of exdecanter solid waste utilization as single supplement diet is 45%, although inclusion at 60 % resulted in the same level of consumtion and feed efficiency. Key Words: Ex-Decanter Solid, Single Supplement, Kacang Goat ABSTRAK Bungkil inti sawit dan solid decanter merupakan hasil ikutan pengolahan minyak sawit yang cukup potensial sebagai bahan baku pakan ternak, mengingat ketersedia secara kontinyu sepanjang tahun dan harganya cukup murah. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperoleh data optimalisasi pemanfaatan limbah sawit sebagai bahan pakan kambing, baik sebagai komponen tambahan, sebagai pakan dasar (basal), maupun sebagai pakan komplit (total mix ration). Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah sawit ini sebagai suplemen tunggal dalam ransum kambing, sehingga optimalisasi pemanfaatannya akan lebih jelas. Penelitian lumpur sawit sebagai suplemen pakan tunggal dilakukan pada ransum kambing kacang fase pertumbuhan sebanyak 20 ekor dengan 5 (lima) perlakuan ransum berdasarkan perbandingan rumput Paspallum guenarum dan solid ex-decanter yang berbeda yaitu; (85% : 15%), (70% : 30%), (55% : 45%), (40% : 60%), dan (100% rumput). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan solid ex-decanter sebagai suplemen tunggal pada pakan kambing, mempunyai respon ternak yang cukup baik yaitu mencapai tingkat konsumsi 3,5–3,8% dari bobot badan (berdasarkan bahan kering). Nilai optimal dicapai oleh ternak yang diberi perlakuan ransum 55% rumput dan 45% solid exdecanter, dimana pencapaian rataan bobot badan harian sebesar 74,11 g/ekor/hari dan konsumsi ransum 691,07 g/ekor/hari. Analisis ekonomi (IOFC) menunjukkan pada tingakat penggunaan rumput 55% dan solid ex-decanter 45% menghasilkan net gain yang paling baik. Disimpulkan bahwa tingkat optimal penggunaan solid ex-decanter sebagai suplemen tunggal adalah 45%, walaupun pada tingkat penggunaan 60% masih mempunyai nilai akseptabilitas yang baik. Kata Kunci: Solid Ex-Decanter, Suplemen Tunggal, Kambing Kacang
470
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENDAHULUAN Potensi ternak kambing sebagai sumber daging cukup besar dan banyak melibatkan petani di Indonesia. Pada umumnya petani hanya memberikan hijauan saja sebagai sumber pakan, sehingga produktivitas dan kualitas daging belum optimal. Pemberian pakan penguat sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan produktivitas dan mutu karkas kambing. Namun pemberian pakan penguat konvensional seperti dedak padi, jagung dan bungkil kelapa cukup mahal harganya. Lahan perkebunan yang cukup luas di Indonesia yakni 2.461.827 ha (DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN, 1997) merupakan salah satu alternatif sumberdaya hijauan dan pakan inkonvensional yang cukup potensial dikembangkan pemanfaatannya untuk pakan ternak ruminansia. Khusus perkebunan kelapa sawit yang luasnya mencapai 700.000 ha, diperkirakan dapat menampung sekitar 3.500.000 ekor ruminansia kecil (kambing/ domba). Produk yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak antara lain : daun kelapa sawit, daging pelepah sawit, serta rumput atau hijauan penutup sebagai sumber pakan hijauan (sumber serat) serta bungkil inti sawit dan solid decanter sebagai hasil ikutan pengolahan minyak sawit sebagai sumber pakan penguat (protein dan energi). Lumpur sawit dan bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pengolahan minyak sawit. Pada proses pengolahan diperoleh rendemen sebanyak 4 – 6% lumpur sawit dan 45% bungkil inti sawit dari tandan buah segar. Untuk setiap hektar kebun kelapa sawit, maka akan diperoleh limbah lumpur sawit sebanyak 840 – 1260 kg dan 567 kg bungkil inti sawit (SIANIPAR, et al. 2003). Sebuah pabrik minyak sawit yang kapasitas mesinnya dapat memproses 800 ton buah sawit segar/hari akan menghasilkan 5 ton lumpur sawit kering dan 6 ton bungkil inti sawit kering per hari (HORNE, et al. 1994). Bila dikonversikan terhadap kebutuhan ternak (20 – 70% dalam ransum), maka daya dukung satu pabrik (PKS) dapat memenuhi kebutuhan + 15.000 ekor domba/kambing atau + 1500 ekor sapi per tahun (BATUBARA, 2003). Lumpur sawit boleh dikatakan limbah, belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada beberapa perkebunan lumpur sawit ditebarkan di areal perkebunan
sebagai pupuk, sedangkan bungkil inti sawit pada umumnya diekspor ke Eropa untuk pakan ternak. Percobaan pemanfaatan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum komplit (100%) ataupun sebagai campuran pakan penguat lainnya telah banyak dilakukan, seperti yang dilaporkan WONG and ZAHARI (1992); JELAN et al. (1991) pada ternak domba dan sapi. Namun, penelitian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit berupa lumpur sawit sebagai suplemen tunggal pada ransum kambing potong masih belum dilakukan. Hal ini dipandang perlu untuk mengetahui tingkat optimalisasi penggunaan lumpur sawit sampai sejauhmana pengaruhnya baik terhadap produksi maupun nilai ekonomisnya. MATERI DAN METODE Materi penelitian terdiri dari 20 ekor kambing jantan muda umur 6 – 8 bulan dan dikelompokan ke dalam 5 kelompok menurut bobot badan. Setiap kelompok terdiri dari 4 (empat) ekor (5 x 4) dan ditempatkan pada kandang individu. Ransum perlakuan terdiri dari: R0= R1= R2= R3= R4=
Rumput Paspalum guenarum (100%) Rumput (85%) + Solid ex-decanter (15%) Rumput (70%) + Solid ex-decanter (30%) Rumput (55%) + Solid ex-decanter (45%) Rumput (40%) + Solid ex-decanter (60%)
Rumput dan solid ex-decanter dikeringkan, kemudian digiling dan dicampur sesuai dengan ransum perlakuan. Jenis rumput yang digunakan adalah Paspallum guenarum. Semua analisis proksimat (AOAC, 1980), baik terhadap rumput maupun solid ex-deanter serta ransum komplit dilakukan di Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Ransum diproses ke dalam bentuk pelet dan diberikan secara ad libitum pada pagi hari pukul 08.00 dan sore hari pukul 14.00 WIB. Air minum disediakan secara ad libitum. Jumlah ransum yang dikonsumsi setiap
471
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
hari diukur dengan melakukan penimbangan ransum yang diberikan dan ransum yang sisa setiap hari. Parameter yang diukur meliputi: 1.
Konsumsi bahan kering
2.
Pertambahan bobot badan harian
3.
Efisiensi penggunaan ransum conversion, income overfeed cost)
(feed
Lama penelitian terdiri dari periode pendahuluan selama 30 hari dan periode pengambilan data selama 90 hari. Metode yang diigunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan menggunakan analysis of varian menurut STEEL danTORRIE (1981), sedangkan proses pengolahannya menggunakan program SPSS versi 10.0 (SANTOSO, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Selama 12 minggu percobaan, tidak dijumpai kematian pada semua perlakuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan solid ex-decanter sebagai suplemen tunggal pada pakan kambing, mempunyai respon yang cukup baik. Hal ini terlihat dari pencapaian
tingkat konsumsi dan pertambahan bobot badan harian dan tingkat konsumsi ransum yang dinilai cukup tinggi dari masing-masing perlakuan. Pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh ternak yang diberi perlakuan ransum 55% rumput dan 45% solid exdecanter, sedangkan terendah ditunjukkan oleh perlakuan R0 yang tersusun dari 100% rumput sebagai kontrol. Hal yang menarik dari penelitian ini terjadi juga pada ransum kontrol dengan 100% rumput paspallum guenarum yang menunjukkan pencapaian pertambahan bobot badan harian sebesar 38,93 g/ekor/hari atau 9% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian BATUBARA et al. (2003) yang hanya 30 g/ekor/hari dan konsumsi ransum yang hanya mencapai 3% dari bobot badan untuk pemberian pakan dengan hijauan saja. Perbedaan ini tentunya diduga karena perbedaan jenis rumput yang digunakan. Paspallum guenarum dinilai lebih palatable dan akseptable bagi ternak yang mengkonsumsi, sehingga akan lebih membantu apabila digunakan pada ransum dengan susunan solid ex-decanter sebagai suplemen tunggal. Berikut dibawah ini dapat dilihat grafik pertambahan bobot badan harian dari ternak percobaan selama 12 minggu.
80
74.11 65.36
70
69.46
51.79
60 50 40
38.93
30 20 10 0 R0
R1
R2
R3
R4
Ransum perlakuan
Gambar 1. Pertambahan bobot badan harian ternak percobaan selama 12 minggu
472
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Secara numerik, perlakuan R3 (55% rumput: 45% solid ex-decanter) mengindikasikan ransum dengan kombinasi perbandingan rumput dan solid terbaik. Hal ini terlihat dari pencapaian pertambahan bobot badan harian tertinggi sebesar 74,11 g/ekor/hari dan tingkat konsumsi bahan kering ransum mencapai 691,07 g/ekor/hari. Perlakuan ransum ini juga dinilai efesien secara teknis dibandingkan dengan perlakuan lainnya, mengingat nilai konversi yang diperoleh paling baik yaitu 9,55. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam terhadap tingkat substitusi solid ex-decanter tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan, baik terhadap pertambahan bobot badan harian maupun terhadap konsumsi bahan kering dan konversi ransum. Tingkat konsumsi tertinggi dicapai oleh ternak dengan susunan ransum 40% rumput dan 60% solid ex-decanter (R4) yaitu sebesar 764,11 g/ekor/hari. Namun, pencapaian pertambahan bobot badan ini masih 6% dibawah yang dicapai R3 (55% rumput dan 45% solid ex-decanter), sehingga nilai konversinyapun hanya mencapai 10,99.
Apabila dilihat dari tiga parameter penelitian, yaitu pertambahan bobot badan harian, konsumsi dan konversi ransum, maka perlakuan R3 (55% rumput; 45% solid exdecanter) dinilai lebih efisien secara teknis untuk dimanifestasikan terhadap produksi ternak kambing yang optimal. Namun, sejauhmana perbandingan atau perbedaan efesiensi penggunaan solid ex-decanter sebagai suplemen tunggal terhadap nilai efisiensi ekonomis, dapat dikaji pada income ofer feed cost Tabel 3, Tabel tersebut menunjukkan hubungan feed konversi dengan nilai ekonomis pemberian ransum. Dilihat dari analisis ekonomis diatas, ternyata R3 (55% rumput ; 45% solid) menunjukkan net gain tertinggi sekitar 56% lebih tinggi dibandingkan dengan ransum yang hanya tersusun dari 100% rumput untuk setiap 1 kg pertambahan bobot badan. Dengan pengertian lain bahwa R3 memberikan margin income yang lebih tinggi. Analisis ekonomis terhadap bahan pakan penyusun ransum dinilai sangat penting dalam menentukan usaha produksi ternak, mengingat pakan merupakan biaya paling besar dalam usaha ternak. Hal ini
Tabel 2. Respon ternak terhadap rumput dan solid exdecanter selama 12 minggu Kode ransum
Susunan ransum
Rataan PBHH (g/ekor/hari)
Rataan konsumsi BK Konversi ransum ransum (g/ekor/hari)
R0
100% Rumput
38,93
529,02
15,72
R1
85% Rumput + 15% Solid
51,79
621,43
12,13
R2
70% Rumput + 30% Solid
65,36
751,61
11,63
R3
55% Rumput + 45% Solid
74,11
691,07
9,55
R4
40% Rumput + 60% Solid
69,46
764,11
10,99
Tabel 3. Perbandingan nilai biaya pakan dengan nilai pertambahan bobot badan kambing (Rupiah) antar perlakuan Ransum Perlakuan
Harga (kg/BK Ransum)
Nilai Biaya Pakan
Harga/kg PBHH
Net Gain (Rp)
R0
500
7.860
14.000
6.140
R1
512
6.216
14.000
7.784
R2
475
5.524
14.000
8.476
R3
437
4.178
14.000
9.822
R4
400
4.396
14.000
9.604
Harga per kg (2005): Tepung rumput (Rp. 500), Solid ex-decanter (Rp. 250), Upah pembuatan pelet (Rp. 50)
473
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
telah dibuktikan pula oleh SIMANIHURUK at al. (1995) yang melaporkan bahwa penggunaan limbah perkebunan sawit (lumpur sawit) sebanyak 15 dan 30% dalam konsentrat, dapat menekan biaya pakan sebesar 32% lebih murah untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan dibandingkan dengan ransum berkualitas baik pada sapi Aceh. Respon yang optimal dari ternak yang diberi perlakuan R3, tentunya tidak terlepas dari bahan solid itu sendiri yang mempunyai sifat perekat, sehingga mudah dibentuk pelet. Hasil pengamatan di lapangan, ternyata pakan dalam bentuk pelet dinilai lebih akseptable bagi ternak. Secara fisiologis, pelet mudah dicerna dan tidak berabu, sehingga memudahkan ternak untuk mengkonsumsinya. Secara umum, respon ternak terhadap ransum penelitian dinilai cukup baik yaitu mencapai tingkat konsumsi 3,5 – 3,8% dari bobot badan (berdasarkan bahan kering), kecuali ada beberapa ekor ternak yang tingkat konsumsinya masih rendah yang disebabkan faktor ternak sendiri yang kurang sehat. KESIMPULAN Penggunaan solid ex-decanter sebagai suplemen tunggal pada pakan kambing, mempunyai respon ternak yang cukup baik yaitu mencapai tingkat konsumsi 3,5–3,8% dari bobot badan (berdasarkan bahan kering). Nilai optimal dan ekonmis dicapai oleh ternak yang diberi perlakuan ransum R3 (55% rumput dan 45% solid ex-decanter), dimana pencapaian rataan bobot badan harian sebesar 74,11 g/ekor/hari dan konsumsi ransum 691,07 g/ekor/hari. Begitu pula bila dilihat dari nilai konversi pakan dan income overfeed cost, ternyata R3 mempunyai nilai efisiensi pakan yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 1997. Statistk Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan.
474
A.O.A.C. 1980. Official methods of analysis of the association official analytical chemist, 13th Eds, Ass. of Official Analytical Chemist, Washington DC. BATUBARA, L. 2003. Potensi integrasi peternakan dengan perkebunan kelapa sawit sebagai simpul agribisnis ruminansia. Wartazoa 10: 83 – 91. HORNE, P. M., K. R. POND and L. P. BATUBARA. 1994. Strategies for utilizing improve forage for developing sheep enterprises in North Sumatera and Aceh. Seminar Produksi Peternakan Domba Di Sumatera Utara dan Prospek Pengembangannya Mendukung Segitiga Pertumbuhan Utara. Pusat Penelitian Karet, Sei Putih, March 21. North Sumatera. JELAN, Z. A., Y. ISHAK and YAKUB. 1991. PROC. 14TH MSAP. Ann. Conf. Genting, Highland, Malaysia. KARO-KARO, S., E. SEMBIRING, M. D SANCHEZ and H.C. KNIPHSCHER. 1989. Cost benefit analysis of sheep production at. village level. Proc. of the 13th Ann. Conf. Of MSAP. March, 6 – 9, 1990. Malacca, Malaysia. SANTOSO, S. 2002. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. SPSS Versi 10. Cetakan ketiga. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. SIANIPAR, J. L. P. BATUBARA, SIMON P. GINTING, KISTON SIMANUHURK dan ANDI TARIGAN. 2003. Analisis Potensi Ekonomi Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Pakan Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian. Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatera Utara. SIMANIHURUK, K., L.P. BATUBARA, J. SIANIPAR dan S. KARO-KARO. 1995. Pemanfaatan solid decanter dalam pakan tambahan terhadap pertumbuhan sapi Aceh. J.P.P.S. 1(6). Februari. Subbalitnak Sei Putih, Sumut. STEEL R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1981. Principles and Prosedures of Statistical. Mc.Graw –Hill Book Co. New York. WONG, H.K and W.M. WAN ZAHARI. 1992. Oil palm by products as animal feed. Proc. of th MASP Ann. Conf. Kuala Trengganu pp. 58 – 61.