Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA BERBAGAI PERBANDINGAN MEDIA TANAM SOLID DECANTER DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA SISTEM SINGLE STAGE The Growth of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Seedlings in Various Comparison of Media Solid Decanter and Oil Palm Empty Fruit Bunch at Single Stage System Syukri Habibi Nasution1*, Chairani Hanum2, Jasmani Ginting2 1
Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 *Corresponding author : E-mail :
[email protected] ABSTRACT
The objective of this research to study the best composition of various comparison of media solid decanter and oil palm empty fruit bunch. This research was conducted at Kebun Bangun PTPN III Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar with a height of ± 300 metres above sea level, begin November 2012 until July 2013 by using a Randomized Block Design Non Factorial with 11 treatment of growing media. The results showed that treatment of growing media significantly affected all parameters except plant heigt 6, 8, and 10 week after plan. Using oil palm empty fruit bunch on planting medium increased shoot root ratio. Keywords :solid decanter, palm oil empty fruit bunches, palm oil ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan komposisi berbagai perbandingan media tanam solid decanter dan tandan kosong kelapa sawit pada sistem single stage yang tepat pada pertumbuhan bibit kelapa sawit, dilaksanakan di Kebun Bangun PTPN III Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar dengan ketinggian ±300 meter diatas permukaan laut, mulai bulan November 2012 sampai Juli 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan11 perlakuan media tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan kecuali tinggi bibit 6, 8, dan 10 MST. Masing-masing media tanam yang digunakan memberikan tanggap pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berbeda-beda. Kata kunci : solid decanter, tandan kosong kelapa sawit, kelapa sawit
PENDAHULUAN
sekian banyak tananam yang menghasilkan
Tanaman kelapa sawit merupakan
minyak atau lemak, kelapa sawit yang
salah satu jenis tanaman perkebunan yang
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per
menduduki posisi penting dalam sektor
hektarnya di dunia (Khaswarina, 2001).
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari
Sejalan
dengan
perluasan
daerah,
produksi juga meningkat dengan laju 9,4% 691
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
per tahun. Pada awal 2001-2004 luas areal
TKKS segar menjadi kompos pada dasarnya
kelapa sawit dan produksi masing-masing
memiliki sifat ganda yakni jawaban atas
tumbuh dengan laju 3,97% dan 7,25% per
permasalahan limbah cair dan limbah padat
tahun, sedangkan ekspor meningkat 13,05%
TKKS
per tahun. Tahun 2010 produksi crude palm
pemasok unsur bahan organik bagi tanaman
oil (CPO) diperkirakan akan meningkat antara
(Redaksi Agromedia, 2007).
serta manfaat
ekonomis
sebagai
5-6% sedangkan untuk periode 2010-2020,
Solid merupakan salah satu limbah
pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar
padat dari hasil pengolahan minyak sawit
antara 2-4% (Harahap, 2011).
kasar. Di sumatera, limbah ini dikenal sebagai
Kelapa sawit merupakan komoditi
lumpur sawit, namun solid biasanya sudah
andalan Indonesia yang perkembangannya
dipisahkan
demikian pesat. Secara umum, limbah dari
merupakan limbah padat. Ada dua macam
pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam
limbah yang dihasilkan pada produksi CPO,
yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah
yaitu limbah padat dan limbah cair (Ngaji dan
padat yang berasal dari proses pengolahan
Widjaja, 2004).
berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS),
dengan
dimanfaatkan
sludge atau lumpur sawit dan bungkil
dibuang
(http://BPPT-HUMAS.ac.id., 2010).
mencemari
pupuk
organik
sehingga
Sejauh ini solid sawit masih belum
cangkang atau tempurung, serabut atau serat,
Permintaan
cairannya
oleh
begitu
pabrik, saja
lingkungan.
tetapi
hanya
sehingga
dapat
Pihak
pabrik
yang
memerlukan dana yang relatif besar untuk
semakin pesat merupakan salah satu peluang
membuang limbah tersebut, yaitu dengan
pemanfaatan TKKS menjadi pupuk kompos
membuatkan lubang besar. Tentunya akan
secara ekonomis. TKKS melalui proses
sangat menguntungkan bagi pihak pabrik
dekomposisi dapat dijadikan menjadi pupuk
apabila solid sawit dapat dimanfaatkan secara
yang kaya unsur hara seperti N, P, K, dan Mg
luas (Mastur dan Kristianto, 2010).
sesuai yang dibutuhkan tanaman. Pengolahan 692
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
Pada dasarnya dikenal dua sistem
10 kg). Alat yang digunakan dalam penelitian
pembibitan satu tahap (single stage) dan
ini adalah cangkul, gembor, meteran, pacak
sistem pembibitan dua tahap (double stage).
sampel, alat tulis, selang air. Rancangan
Sistem
percobaan yang digunakan adalah Rancangan
pembibitan
tahap
tunggal
pada
dasarnya sama saja seperti pembibitan tahap
Acak
ganda
pembibitan
perlakuan media tanam yang terdiri dari 11
langsung
taraf, yaitu: S0 = Media tanam subsoil (tanpa
hanya
pendahuluan
tidak tetapi
melalui kecambah
ditanam ke plastik besar (Ginting, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk Untuk
Kelompok
Nonfaktorial
dengan
campuran), S1 = Media tanam solid decanter (tanpa campuran), S2 = Media tanam TKKS
mengetahui tanggap pertumbuhan bibit kelapa
(tanpa
campuran),
S3
=
Media
tanam
sawit (ElaeisguineensisJacq.)pada berbagai
campuran subsoil, solid decanter, dan TKKS
perbandingan media tanam solid decanter dan
(10:80:10), S4 = Media tanam campuran
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) pada
subsoil, solid decanter, dan TKKS (10:70:10),
sistem single stage.
S5 =Media tanam campuran subsoil, solid decanter, dan TKKS (10:60:30), S6 = Media tanam campuran subsoil, solid decanter, dan
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
TKKS
(10:50:40),
S7
=
Media
tanam
Bangun PTPN III Kabupaten Simalungun,
campuran subsoil, solid decanter, dan TKKS
Pematang Siantar dengan ketinggian ± 300
(10:40:50), S8 = Media tanam campuran
meter diatas permukaan laut, mulai bulan
subsoil, solid decanter, dan TKKS (10:30:60),
November 2012 sampai dengan Juli 2013.
S9 = Media tanam campuran subsoil, solid
Bahan
yang
digunakan
dalam
decanter, dan TKKS (10:20:70), S10 = Media
penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit,
tanam campuran subsoil, solid decanter, dan
solid decanter, kompos tandan kosong kelapa
TKKS (10:10:80).
sawit dan tanah subsoil (dari Kebun Bangun
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan
PTPN III), air, polibag ukuran 35 x 40 cm (isi
seperti persiapan areal pembibitan Areal 693
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
pembibitan dipilih dekat sumber air, drainase
cangkul untuk menekan pertmbuhan gulma di
baik, tidak tergenang. Areal dibersihkan dari
polibag dan di areal pembibitan, interval
gulma dan sisa tanaman yang masih ada.
penyiangan
Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 150
gulma di pembibitan. Pengamatan parameter
cm x 150 cm dengan jarak antar plot 30 cm
yang diamati adalah pertambahan tinggi bibit
dan jarak antar ulangan 50 cm. Pembuatan
(cm), diameter batang (mm), jumlah klorofil
naungan dengan ukuran 20m x 7m untuk
daun (mg/g bb), bobot kering akar (g), bobot
seluruh plot. Konstruksi naungan dibuat dari
kering tajuk (g), rasio tajuk akar (asimilasi),
bambu dengan atap dari pelepah daun kelapa
volume akar (m3).
disesuaikan
dengan
keadaan
sawit. Naungan berfungsi untuk mencegah bibit kelapasawit terkenasinar matahari secara
HASIL DAN PEMBAHASAN
langsung. Media tanam yang digunakan
Hasil pada Tabel 1 menunjukkan
adalah campuran tanah ultisol, kompos TKKS
bahwa media tanam campuran subsoil+solid
dan solid decanter. Dengan perbandingan
decanter+TKKS
yang sesuai dengan taraf perlakuan masing-
10:10:10 memberikan pengaruh paling baik
masing.
pada tinggi bibit dan menghasilkan tinggi
Sebelum
penanaman
kecambah
dilakukan, tanah dalam polibag disiram
dengan
perbandingan
bibit tertinggi yaitu 35.60 cm.
terlebih dahulu. Polibag disusun dalam plot
Dari hasil penelitian didapat perlakuan
percobaan sesuai dengan perlakuan, dan
media tanam berpengaruh nyata terhadap
diberi label. Pemeliharaan tanaman meliputi
tinggi tanaman umur 12 dan 14 MST dan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
pagi
dilakukan
tanaman umur 6, 8, dan 10 MST (Lampiran 4
tergantung dari kondisi tanah dalam polibag.
– 13). Dapat dilihat hasil tinggi tanaman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
tertinggi pada 14 MST dan diameter batang
gembor, penyiangan dilakukan dengan cara
terdapat pada perlakuan media campuran
manual
subsoil+solid
dan
sore.
ataupun
Penyiraman
dengan
menggunakan
decanter+TKKS
dengan 694
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
perbandingan 10:10:80. Hal ini diduga karena
N, P, K, dan Mg. Selain diperkirakan mampu
kandungan kompos TKKS yang mengandung
untuk meningkatkan efisiensi pemupukan
unsur hara utama N, P, K, dan Mg yang
sehingga
membantu untuk mendukung pertumbuhan
pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi.
dari tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan
Aplikasi
literatur Pahan (2008) yang menyatakan
efisiensi pemupukan dan menghambat biaya
bahwa Kompos TKKS merupakan bahan
pemupukan.
pupuk
yang
kompos
digunakan
TKKS
untuk
meningkatkan
organik yang mengandung unsur hara utama Tabel 1. Tinggi bibit kelapa sawit (cm)dengan perlakuan media tanam pada umur 6, 8, 10, 12, dan 14 MST. Perlakuan Umur 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 14 MST S0 (Subsoill) S1 (Solid decanter) S2 (TKKS) S3 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:80:10) S4 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:70:20) S5 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:60:30) S6 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:50:40) S7 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:40:50) S8 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:30:60) S9 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:20:70) S10 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:10:80)
9.20 6.50 10.17 7.43 9.57 8.00 8.90 7.27 8.10 8.70 8.73
15.73 9.73 14.20 10.73 13.07 11.80 14.73 13.13 13.23 12.70 16.43
20.63 11.67 19.53 13.13 16.10 14.20 17.37 14.87 14.77 16.97 20.03
22.77ab 13.27d 23.33ab 14.93cd 13.50d 16.80c 21.57ab 17.83c 18.97b 19.73ab 25.27a
28.23b 17.13e 32.93a 20.10d 17.90e 21.87d 24.30c 25.90c 24.33c 26.60b 35.60a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter
terdapat pada media tanam campuran sub
batang tertinggi diperoleh pada media tanam
soil+solid
campuran
decanter+TKKS
perbanidngan 10:10:80). Harahap (2011) yang
dengan perbandingan 10:10:80 (0.68 mm)
menyatakan kompos tandan kosong kelapa
yang berbeda tidak nyata dengan media tanam
sawit memiliki sifat yang membantu kelarutan
TKKS (0.55 mm), dan juga didapat bahwa
unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
media tanam berpengaruh nyata terhadap
tanaman. Hal ini diduga yang menyebabkan
diameter
diameter batang pada
subsoil+solid
batang
dengan
hasil
tertinggi
decanter+TKKS
komposisi
dengan
media 695
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
tersebut memberikan hasil terbaik. Walaupun
memadai untuk mendukung pertumbuhan
kandungan P pada TKKS sangat rendah,
batang bibit kelapa sawit.
namun
ketersediaan
P
tersebut
cukup
Tabel 2. Diameter batang kelapa sawit dengan perlakuan media tanam. Perlakuan
Rataan ---mm--0.37b 0.15c 0.55a 0.18c 0.17c 0.25b 0.25b 0.30b 0.25b 0.30b 0.68a
S0 (Subsoil) S1 (Solid decanter) S2 (TKKS) S3 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:80:10) S4 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:70:20) S5 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:60:30) S6 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:50:40) S7 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:40:50) S8 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:30:60) S9 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:20:70) S10 (Subsoil +solid decanter+TKKS 10:10:80)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Tabel 3. Jumlah klorofil daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan media tanam. Jumlah Klorofil Perlakuan a b Total ------------mg/g bb----------S0 (Subsoil) 0.37b 0.01b 0.50c S1 (Solid decanter) 0.18d 0.02b 0.21e S2 (TKKS) 0.36b 0.10a 0.49c S3 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:80:10) 0.53a 0.05b 0.77a S4 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:70:20) 0.47a 0.01b 0.63b S5 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:60:30) 0.43a 0.00c 0.56c S6 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:50:40) 0.14d 0.01b 0.22e S7 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:40:50) 0.26c 0.01b 0.36d S8 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:30:60) 0.20d 0.00c 0.25e S9 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:20:70) 0.18d 0.00c 0.23e S10 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:10:80) 0.18d 0.10a 0.22e Keterangan :Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
dengan perbandingan 10:80:10 (0.53 mg/g Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah
bb). Jumlah klorofil b daun tertinggi diperoleh
klorofil a daun tertinggi diperoleh pada media
pada media tanam TKKS (0.10 mg/g bb) dan
campuran
media
subsoil+solid
decanter+TKKS
tanam
campuran
subsoil+solid 696
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
decanter+TKKS
perbandingan
dengan perbandingan 10:80:10. Hal ini
10:10:80 (0.10 mg/g bb). Sedangkan untuk
diduga karena kandungan N pada solid
peubah amatan jumlah klorofil total daun
decanter
tertinggi
meningkatkan
campuran
diperoleh
dengan
pada
subsoil+solid
media
tanam
yang
tinggi
sehingga
pertumbuhan
dapat
daun
dari
decanter+TKKS
tanaman tersebut. Dobermann dan Fairhust
dengan perbandingan 10:80:10 (0.77 mg/g
(2000) menyatakan bahwa peranan unsur N
bb).
yang terpenting adalah sebagai penyusun atau Jumlah klorofil a dan total bibit kelapa
sebagai bahan dasar pembentuk protein dan
sawit tertinggi dihasilkan oleh media tanam
pembentukan klorofil yang berperan dalam
campuran subsoil+solid decanter+ TKKS
proses fotosintesis.
Tabel 4. Bobot kering akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan media tanam. Perlakuan S0 (Subsoil) S1 (Solid decanter) S2 (TKKS) S3 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:80:10) S4 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:70:20) S5 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:60:30) S6 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:50:40) S7 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:40:50) S8 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:30:60) S9 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:20:70) S10 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:10:80)
Rataan ------gr---0.40c 0.08d 0.13d 0.24c 0.65b 0.24c 0.37c 0.96a 0.36c 0.87a 0.24c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Hasil pada Tabel 4 menunjukkan
10:40:50 (0.96 gr). Bobot kering akar
bahwa bobot kering akar tertinggi diperoleh
terendah terdapat pada media tanam solid
pada media tanam campuran subsoil+solid
decanter (0.08 gr).
decanter+TKKS dengan perbanidngan
Tabel 5. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit dengan perlakuan media tanam umur 14 MST. Perlakuan Rataan 697
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
------gr----1.54d 0.22g 2.81b 0.70f 0.70f 1.95d 0.39g 0.93f 1.05e 5.02a 2.90b
S0 (Subsoil) S1 (Solid decanter) S2 (TKKS) S3 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:80:10) S4 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:70:20) S5 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:60:30) S6 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:50:40) S7 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:40:50) S8 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:30:60) S9 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:20:70) S10 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:10:80)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
translokasi
asimilat
pada
media
tanam
Bobot kering tanaman (akar dan tajuk)
campuran ini lebih tinggi dibandingkan media
menunjukkkan tingkat efesiensi metabolisme
tanam lainnya. Menurut Hasanah dan Setiari
dari tanaman tersebut. Akumulasi bahan
(2007), biomassa tanaman mengindikasikan
kering digunakan sebagai indikator ukuran
banyaknya senyawa kimia yang terkandung
pertumbuhan.
kering
dalam tanaman, semakin tinggi biomassa
mencerminkan kemampuan tanaman dalam
maka senyawa kimia yang terkandung di
mengikat energy dari cahaya matahari melalui
dalamnya
proses fotosintesis, serta interaksi dengan
meningkatkan berat kering tanaman.
faktor
Akumulasi
lingkungan
bahan
lainnya
(Fried
lebih
banyak
sehingga
dan Media tanam TKKS menghasilkan
Hademenos, 2000). Bobot kering akar 14 bibit kelapa sawit dengan ratio tajuk akar MST tertinggi diperoleh pada media tanam tertinggi yaitu 23.83. campuran
subsoil+solid
decanter+TKKS Rasio tajuk akar 14 MST tertinggi
dengan perbandingan 10:40:50). Bobot kering diperoleh pada media tanam TKKS. Tandan tajuk 14 MST tertinggi diperoleh pada media kosong kelapa sawit diketahui mempunya tanam
campuran
subsoil+solid kandungan
decanter+TKKS
dengan
C-organik
yang
tinggidan
perbandingan kandungan N-total dalam kategori sedang.
10:20:70). Hal ini menunjukkan bahwa laju Hal ini diduga yang menyebabkan rasio tajuk 698
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
akar bibit kelapa sawit yang di tanam pada
Kecukupan C-organik dan N pada media ini
media ini menghasilkan rasio tajuk akar yang
memacu pertumbuhan tajuk yang baik dan
tinggi. Kandungan Nitrogen yang tinggi akan
menekan pertumbuhan akar akibat kecukupan
memacu
hara sehingga menghasilkan rasio tajuk akar
pertumbuhan
ujung
tanaman
sedangkan N yang terbatas akan memacu pertumbuhan
akar
(Engelstad,
yang tinggi.
1997).
Tabel 6. Rasio tajuk akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan media tanam. Perlakuan S0 (Subsoil) S1 (Solid decanter) S2 (TKKS) S3 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:80:10) S4 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:70:20) S5 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:60:30) S6 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:50:40) S7 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:40:50) S8 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:30:60) S9 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:20:70) S10 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:10:80)
Rataan 4.21cd 3.37cd 23.83a 3.07d 1.11d 8.57bc 1.06d 1.06d 2.95d 5.84cd 12.30b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Tabel 7. Volume akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan media tanam. Perlakuan S0 (Subsoil) S1 (Solid decanter) S2 (TKKS) S3 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:80:10) S4 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:70:20) S5 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:60:30) S6 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:50:40) S7 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:40:50) S8 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:30:60) S9 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:20:70) S10 (Subsoil+solid decanter+TKKS 10:10:80)
Rataan -----cm3----0.50c 0.10d 0.10d 0.10d 4.00ab 0.50b 0.20c 0.50b 0.20c 5.00a 0.10d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Media tanam campuran subsoil+solid decanter+TKKS
dengan
perbandingan
10:20:70 menghasilkan volume akar bibit kelapa sawit tertinggi (5.00 cm3).
699
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
Volume diperoleh
pada
subsoil+solid
akar
14
media
MST
tertinggi
tanam
campuran
decanter+TKKS
dengan
Dengan demikian konsep pemanfaatan limbah sebagai media tanam dapat diterapkan. SIMPULAN
perbandingan 10:20:70 yang secara statistik
Perlakuan media tanam berpengaruh
berbeda tidak nyata dengan media tanam
nyata terhadap semua peubah amatan kecuali
campuran pada perbandingan 10:70:20. Hal
tinggi bibit 6, 8, dan 10 MST. Masing-masing
ini menunjukkan bahwa penggunaan solid
media tanam yang digunakan memberikan
decanter mampu mendukung pertumbuhan
tanggap pertumbuhan bibit kelapa sawit yang
volume akar sehingga mengurangi komposisi
berbeda-beda. Penggunaan TKKS sebagai
TKKS pada media. Menurut Lakitan (2000),
media tanam untuk pertumbuhan bibit kelapa
sistem perakaran tanaman dapat dipengaruhi
sawit dapat meningkatkan parameter rasio
oleh kondisi tanah atau media tumbuh
tajuk akar pada bibit.
tanaman. Islami dan Utomo (1995) juga
DAFTAR PUSTAKA
menyatakan bahwa faktorling kungan yang
Arofatullah, A., 2006. Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit.pdf. Diakses pada tanggal 8 juni 2012.
mempengaruhi
sistem
perakaran
adalah
kelembaban tanah, suhutanah, kesuburan tanah, keasaman tanah (pH), aerasi tanah, kompetisi dan interaksi perakaran. Penggunaan solid decanter sebagai campuran media tanam memberikan hasil terbaik
pada
perlakuan
subsuoil+solid
decanter+TKKS pada perbandingan 10:80:10 dengan menghasilkan jumlah klorofil a dan total
tertinggi.
Pada
komposisi
media
10:20:70 menghasilkan bobot kering akar,
Aritonang, D. 1984. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit dalam Ransum Babi Sedang Bertumbuh. Thesis. Pasca Sarjana IPB, Bogor. Fauzi, Y., Yustina, E. W., Satyawibawa, Rudi H., 1997. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Ginting, E. N., 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hanum, C. 2011. Efektivitas Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Mikoriza Pada Perkecambahan Kelapa Sawit. Diakses dari http://repository.usu.ac.id./bistream/.../ chapterII.pdf. Pada 10 Mei 2012.
bobot kering tajuk, dan volume akar tertinggi. 700
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 691- 701, Maret 2014
Harahap, O.H. 2011. Efektifitas Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Cendawan Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Gaharu. Diakses dari http://repository.usu.ac.id./bistream/.../ chapterII.pdf. Pada 10 Mei 2012. http://BPPT-HUMAS.ac.id. 2010. Kelapa Sawit dan Perkembangannya. Diakses pada tanggal 8 Juni 2012. Hutagalung, R. Dan Jalaluddin. 1982. Feeds for Farm Animal from The Oil Palm. Dept. of Animal Science University. Serdang. Khaswarina, S., 2001. Jurnal Natur Indonesia Keragaman Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utama. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Mastur dan Kristianto, L. K., 2010. HasilHasil Pengkajian/Penelitian Pengembangan Sapi Terpadu dengan Kelapa Sawit di Kabupaten Paser, Samarinda. Ngaji, B. U. Dan Widjaja, E., 2004. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangkaraya.
Risza,
S. 1995. Kelapa sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.
Saragih, D. S. 2011. Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasilienis Muell. Arg). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bistream/.../ chapterII.pdf. Pada tanggal 10 Mei 2012. Sinurat, A. P., T Purwadaria, T. Pasaribu, J. Darma, I. A. K. Bintang, dan M. H. Togatorop. 2001. Pemanfatan Lumpur Sawit Untuk Ransum Unggas : 3. Penggunaan Produk Fermentasi Lumpur Sawit Sebelum dan Setelah Dikeringkan Dalam Ransum Ayam Pedagang. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Westpal, E. and Jansen, P. C., 1993. Plant Resorches Of South East Asia. Prosea, London. Widiastuti, H., dan Panji, T., 2010. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang Sebagai Pupuk Organik Pada Pembibitan Kelapa Sawit. Diakses pada tanggal 8 Juni 2011.
Pasaribu, T., Sinurat, A. P., T. Purwadaria, Supriyati, j. Rosida, dan Helmi Hamid. 1998. Peningkatan Nilai Gizi Lumpur Sawit Melalui Proses Fermentasi : Pengaruh Jenis Kapang, Suhu, dan Lama Proses Enzimatis. Balai Penelitian Ternak. Bogor. PTPN IV. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. Medan, Sumut. Redaksi Agromedia. 2007. Membuat Tanaman Buah Dalam Pot Berbuah Lebat. Agromedia Pustaka, Jakarta. 701