Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
OPTIMALISASI PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN SULFUR TERHADAP KUALITAS RUMPUT RAJA (Pennisetum purpuphoides) (Optimization of Organic and Sulphur Fertilizers Application on Quality of King Grass (Pennisetum purpuphoides) MUHAKKA Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Palembang-Prabumulih km. 32 Indralaya Ogan Ilir, Sumatera Selatan-30662
ABSTRACT This research was carried out at Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sembawa Km 29, Banyuasin Sub district, South Sumatra, of six month. The objective of the research were to determine optimum doses of organic and sulphur fertilizers as well as their interaction effect in order to obtain high quality of king grass. Factorial Randomized Block Design consisted of two treatments and three replications was used in this study. The first factor was organic fertilizer doses, consisted of 0 ton ha-1 (K0), 5 ton ha-1 (K1), and 10 ton ha-1 (K2), while the second factor was sulphur fertilizer doses, consisted of 0 kg S ha-1 (S0), 30 kg S ha-1 (S1), 60 kg S ha-1 (S2) and 90 kg S ha-1 (S3), respectively. The results of was significant interaction effect between organic dan sulphur fertilizers on crude protein content, fiber and fat contents of king grass forage. Application of 10 ton ha-1 organic and 60 kg ha-1 sulphur fertilizer produced the highest crude protein, crude fiber and crude fat content of king grass. Key words: Organic, Sulphur Fertilizer, Quality, Pennisetum purpuphoides ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sembawa Km 29 Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan selama 6 bulan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji dosis pupuk kandang dan sulfur yang optimal dan interaksinya terhadap kualitas rumput raja (Pennisetum purpuphoides). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial. Faktor pertama yaitu pupuk kandang terdiri dari 3 tingkat yakni: 0 ton ha-1 (K0), 5 ton ha-1 (K1), dan 10 ton ha-1 (K2) dan faktor kedua adalah sulfur dengan 4 tingkat yakni: 0 kg S ha-1 (S0), 30 kg S ha-1 (S1), 60 kg S ha-1 (S2) dan 90 kg S ha-1 (S3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi secara nyata antara pemberian pupuk kandang dan sulfur terhadap kandungan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar rumput raja (Pennisetum purpuphoides). Pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 dan sulfur 60 kg S ha-1 menghasilkan kandungan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar rumput raja (Pennisetum purpuphoides) yang terbaik. Kata Kunci: Pupuk Kandang, Sulfur, Kualitas, Pennisetum purpuphoides
PENDAHULUAN Peningkatkan populasi ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersedian hijauan pakan sepanjang tahun baik dari segi produksi maupun kualitas hijauan yang memadai. Penyedian hijauan yang cukup dan berkelanjutan merupakan salah satu syarat bagi usaha ternak ruminansia, karena memerlukan hijauan dalam jumlah cukup tinggi. Akan tetapi pasokan hijauan sering terkendala oleh
terbatasnya ketersedian pakan. Petani yang menanam pakan hijauan masih sedikit, dan secara umum lahan yang tersedia bagi penanaman hijauan pakan ternak merupakan lahan kritis atau lahan-lahan marginal seperti lahan kering jenis tanah Podzolik Merah Kuning (Ultisol) mempunyai kesuburan rendah. Untuk itu perlu dipilih jenis hijauan yang memiliki produktivitas tinggi dan mampu beradaptasi terhadap kondisi kesuburan rendah dan tanggap terhadap perlakuan pemupukan.
727
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Salah satu jenis rumput yang dapat dibudidayakan pada jenis tanah tersebut adalah rumput raja. Rumput raja termasuk rumput unggul yang mudah ditanam, dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi. Untuk meningkatkan kualitas hijauan pakan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem pemupukan, yaitu dengan pemberian pupuk kandang dan sulfur. Hal ini dikarenakan tanah di Sumatera Selatan mempunyai kandungan bahan organik dan sulfur yang rendah yang tak tersedia bagi tanaman. Pemberian pupuk organik mempunyai dampak positif terhadap perbaikan sifat-sifat tanah, karena dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah. Menurut IFRADI et al. (2003), pemberian pupuk kandang sampai dosis 20 ton/ha masih meningkatkan produksi dan kualitas rumput raja. Penggunaan sulfur pada tanaman perlu mendapat perhatian, karena sulfur merupakan unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sulfur memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman dan penentu kualitas nutrisi tanaman (SCHNUG, 1990). ROBSON dan PITMAN (1983) melaporkan, bahwa tanaman yang kekurangan Sulfur dapat mempengaruhi jumlah nitrogen, akibatnya pembentukan protein akan menurun dan juga menurunkan kandungan asam-asam amino cystine, systeine dan methionine. WRIGLEY dalam MARSCHNER (1986) telah melaporkan bahwa sulfur dapat meningkatkan kandungan asam-asam amino systeine dan methionin. KAUNANG (2004) menyatakan bahwa pemberian air belerang (sulfur) 50% memberikan kualitas hijauan Panicum maximum dan Centrosema pubescens yang terbaik. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas jelaslah bahwa pupuk kandang dan sulfur memegang peranan penting terhadap kualitas dari tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang dan sulfur terhadap kualiatas rumput raja. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial 3 x 4. Dua faktor sebagai perlakuan adalah pemberian
728
pupuk kandang dan sulfur. Faktor pertama yaitu pupuk kandang terdiri dari 3 tingkat yakni: 0 ton ha-1 (K0), 5 ton ha-1 (K1), dan 10 ton ha-1 (K2). Faktor kedua adalah sulfur (bentuk tepung) dengan 4 tingkat yakni: 0 kg S ha-1 (S0), 30 kg S ha-1 (S1), 60 kg S ha-1 (S2) dan 90 kg S ha-1 (S3). Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati digunakan analisis keragaman dan apabila ditemukan hasil yang berbeda nyata, dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (GOMEZ dan GOMEZ, 1984). Lahan penelitian seluas 615,8m2 diolah dan dibersihkan dari bahan yang mengganggu pertumbuhan tanaman, kemudian dibagi menjadi blok penelitian. Setiap blok dibuat 12 petak percobaan dengan ukuran 4,2 x 4,0 m. Pada sisi-sisi petak percobaan dibuat saluran drainase. Jarak antara blok adalah 1 m dan jarak antara petak percobaan 0,5 m. Pemupukan dilakukan dengan sistem larikan pada tiap petak percobaan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea, SP-36, dan KCl sebagai pupuk dasar, masing-masing dengan dosis 50 kg/ha. Sebagai perlakuan pupuk kandang, sulfur dalam bentuk elemen sulfur (tepung) yang diberikan satu minggu sebelum penanaman, kecuali pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur dua minggu dengan sistem larikan pada sisi kiri tanaman. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 80 x 100 cm. Defoliasi pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 60 HST. Pemotongan selanjutnya dilakukan setiap 30 hari sekali dengan meninggalkan batang 10 – 15 cm dari permukaan tanah. Peubah yang diamati adalah lemak kasar, protein kasar dan serat kasar. Lemak Kasar, sampel bahan kering diekstraksi dengan dietil eter selama beberapa jam. Maka bahan yang didapat adalah lemak, dan eter akan menguap. Protein Kasar, sampel dianalisis dengan alat Kjeldahl. Analisis ini menggunakan asam sulfat dengan suatu katalisator dan pemanasan. Zat organik dari sampel lalu dioksidasi oleh asam sulfat tadi dan nitrogen dirubah ke dalam bentuk “amonium sulfat.” Sedangkan kelebihan asam sulfat akan dinetralisir oleh NaOH dan sampai larutan menjadi basa. Dari amonium sulfat tadi lalu didestilasi dalam medium asam untuk mendapatkan nitrogen secara kuantitatif. Karena protein rata-rata mengandung 16%
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Nitrogen, maka faktor 100% : 16% = 6,25 harus dipakai untuk mendapatkan nilai protein kasar (protein kasar = N% x 6,25). Serat kasar, sampel yang sudah bebas lemak dan telah disaring dipakai untuk mendapatkan serat kasar. Sampel bila ditambah 1,25% larutan asam sulfat dan dipanaskan ± 30 menit kemudian residu disaring. Endapan yang didapat ditambah 1,25% larutan NaOH dan dipanaskan 30 menit kemudian disaring dan kemudian endapan yang didapat dicuci, dikeringkan dan ditimbang lalu dibakar dan abunya ditimbang. Perbedaan antara berat endapan sebelum dibakar dan berat abu disebut serat kasar (TILLMAN et al. (1996). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanah dan pupuk kandang yang digunakan Hasil analisis tanah awal secara umum menunjukkan bahwa status kesuburan tanah di lokasi penelitian termasuk rendah dengan reaksi tanah masam, C organik, N total, K, Ca, Mg dan KTK rendah serta P sedang (Tabel 1). Kandungan S tanah tidak di analisis tetapi
kondisi N rendah biasanya diikuti oleh kandungan sulfur yang rendah. Kandungan bahan organik dan kesuburan tanah rendah di lokasi penelitian diharapkan dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik (pupuk kandang) yang dimiliki C-organik, N-total, PBray, K-dd, dan KTK yang sangat tinggi (Tabel 1). Kandungan protein kasar rumput Raja Rataan kandungan protein kasar rumput raja masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan protein kasar rumput raja, sedangkan pemberian sulfur berpengaruh nyata terhadap kandungan protein kasar dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan S0 berpengaruh nyata terhadap perlakuan S1, S2 dan S3. Perlakuan S1 berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan S3, tetapi nyata terhadap perlakuan S2, dan perlakuan S2 berpengaruh nyata terhadap perlakuan S0, S1 dan S3.
Tabel 1. Sifat-sifat tanah ultisol dan pupuk kandang yang digunakan Jernis analisa
Satuan
Tanah ultisol
Pupuk kandang
pH H2O (1 : 1) pH KCl (1 : 1) C-Organik N-Total C/N P-Bray K-dd Na Ca Mg KTK Al-dd H-dd Tekstur Pasir Debu Liat
(%) (%) (%)
4,67 (s.rendah) 3,81 (s.rendah) 1,55 (rendah) 0,17 (rendah) 9,12 (sedang) 12,75 (sedang) 0,45 (sedang) 0,55 (sedang) 2,55 (rendah) 0,29 (s.rendah) 15,23 (rendah) 2,39 0,03
6,55 (sedang) 6,26 (rendah) 19,50 (s.tinggi) 1,44 (s.tinggi) 13,54 (sedang) 211,5 (s.tinggi) 14,38 (s.tinggi) 13,59 (s.tinggi) 12,28 (tinggi) 1,05 (sedang) 49,59 (s.tinggi) tu tu
31,74 46,84 21,42
Bahan organik Bahan organik Bahan organik
(µgg-1) (Cmol+kg-1) (Cmol+kg-1) (Cmol+kg-1) (Cmol+kg-1) (Cmol+kg-1) (Cmol+kg-1) (Cmol+kg-1) (%) (%) (%) (%)
Sumber: Laboratorium Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsri (2005)
729
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Tabel 2. Kandungan protein kasar (%) King grass pada berbagai dosis pupuk organik dan sulfur Pupuk kandang (ton/ha)
Sulfur (kg S/ha)
Rerata
K0 (0)
K1 (5)
K2 (10)
S0 (0)
10,38
15,77
16,51
14,22a
S1 (30)
18,46
17,48
13,68
16,54b
S2 (60)
18,89
16,89
18,67
18,15c
S3 (90)
18,34
16,16
14,38
16,29b
Rerata
16,52
16,58
15,81
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pupuk kandang belum mampu meningkatkan kandungan protein kasar rumput raja sampai dosis 10 ton ha-1. Hal ini disebabkan karena pupuk organik belum terurai secara sempurna karena pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang. Kadar N pupuk kandang padat lebih rendah dari pupuk kandang cair. Sesuai pernyataan SOSROSOEDIRDJO (1990) dalam IFRADI et al. (2003) bahwa N dalam pupuk kandang cair mudah diabsorbsi oleh tanaman, sedangkan N dalam pupuk kandang padat hanya sebagian kecil yang dapat diabsorbsi karena pada pupuk padat, N harus mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu. Pada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh berbagai bakteri biasanya terjadi kehilangan N diantaranya digunakan untuk hidup bakteri dan ada juga yang menguap. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa nilai maksimal kandungan protein kasar hijauan rumput raja dicapai pada pemberian sulfur 60 kg S ha-1 adalah 18,15%. Pemberian sulfur 60 kg S ha-1 diduga sudah maksimal bagi tanaman rumput raja, sehingga bila dosisnya naik sampai 90 kg S ha-1, terlihat kandungan proteinnya mulai menurun (Gambar 1). Hal ini diduga pada dosis di atas 60 kg S ha-1 tanaman sudah tidak tanggap terhadap sulfur karena toksik. Pemakaian unsur hara secara berlebihan, akan terjadi penimbunan unsur hara tersebut di vakuola. Kenaikkan unsur hara lebih lanjut akan menyebabkan keracunan dan pertumbuhan akan terhambat. Hal ini diakibatkan terganggunya sitoplasma dalam memproduksi protein kloroplas dan protein mitokondria. Dilain pihak sulfur dalam hal ini sistein berperan sebagai fitokelatin untuk mengikat logam yang tinggi sehingga bersifat
730
racun (SALISBURY dan ROSS, 1995). Hal ini diduga dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme pada tanaman, sehingga produksi protein tanaman menurun. Diketahui bahwa pemberian sulfur sesuai dengan kebutuhan dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk mensintesis protein jauah lebih besar daripada meningkatkan mekanisme serapan nitrogen. Menurut TUHERKIH et al. (1998) bahwa pemupukan 30 kg S ha-1 dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan abu tanaman pakan ternak. Selanjutnya TANDON (1995) dan WIGENA et al. (2000) menyatakan bahwa perlakuan pupuk sulfur meningkatkan kandungan asam amino metionin, sistin dan sistein. Kandungan protein kasar hijauan rumput raja (18,15%) dengan pemberian pupuk organik dan sulfur lebih tinggi daripada yang dilaporkan oleh SAJIMIN et al. (1995) dengan pemberian 1 liter fosfo N + 50 kg KCl + 100 kg Urea (14,40%) dan IFRADI et al. (2003) dengan pemberian pupuk kandang 20 ton ha-1 dan mulsa jerami 12 ton ha-1 (13,49%). Tingginya kandungan protein kasar tersebut menunjukkan bahwa kualitas hijauan yang dihasilkan semakin baik. Kandungan serat kasar rumput Raja Rataan kandungan serat kasar rumput raja masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 1b. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan serat kasar kasar rumput raja, sedangkan pemberian sulfur berpengaruh nytata terhadap kandungan serat kasar dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan. Hasil uji
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Kandungan serat kasar (%)
Kandungan protein kasar (%)
lanjut BNT menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 dan 90 kg S ha-1 memberikan hasil lebih rendah terhadap kandungan serat kasar rumput raja dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Gambar 1b menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian pupuk kandang dan sulfur, maka semakin rendah kandungan serat kasar yakni 30,43% (S3K2) dan tertinggi untuk kandungan serat kasar diperoleh pada perlakuan S0K0 yaitu 37,71%. Kandungan serat kasar hijauan rumput raja (30,71%) dengan pemberian pupuk kandang dan sulfur hampir sama yang dilaporkan oleh Ifradi et al. (2003) dengan pemberian pupuk kandang 20 ton ha-1 dan mulsa jerami 12 ton ha-1 yaitu (30,26%). Rendahnya kandungan serat kasar tersebut menunjukkan bahwa kualitas hijauan rumput raja yang dihasilkan semakin baik. a 20 15
K0 K1 K2
10 5 0 S0
S1
S3
b 40 35 30 25 20 15 10 5 0
K0 K1 K2
S0
Kandungan lemak kasar (%)
S2
S1
S2
S3
c
Kandungan lemak kasar rumput Raja
1,55 1,50 1,45 1,40 1,35 1,30 1,25 1,20 1,15
K0 K1 K2
S1
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang dan sulfur dari dosis rendah ke dosis tinggi cenderung menurunkan kandungan serat kasar (Gambar 1). Hal ini disebabkan karena N yang diabsobsi tanaman lebih banyak. Menurut WHITEHEAD (1970) dalam IFRADI et al. (2003) bahwa kandungan serat kasar dipengaruhi oleh unsur N yang tersedia untuk pembentukan protein kasar. Ditambahkan oleh SYARIF (1986) bahwa rendanya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat. Demikian juga dengan pemberian sulfur, semakin tinggi pemberian sulfur, semakin menurun kandungan serat kasar karena kandungan protein kasarnya yang meningkat yang dipengaruhi oleh sulfur yang dapat meningkatkan kualitas dari hasil tanaman. SETYAMIDJAJA (1986) menyatakan bahwa pengaruh N dalam meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan dinding sel yang tipis. Keadaan ini menyebabkan daun-daun lebih banyak mengandung air dan kurang keras, sebaliknya kandungan N yang rendah dapat mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras penuh dengan seratserat. Serat kasar merupakan komponen penyokong tanaman atau komponen dinding sel tanaman. Serat kasar ini tergolong karbohidrat yang tidak larut dan hanya dapat dicerna oleh ternak ruminansia dengan bantuan mikroorganisme. Komponen karbohidrat yang lainnya adalah Bahan Ekstrat Tanpa Nitrogen (BETN).
S2
S3
Dosis pupuk organik dan sulfur
Gambar 1. Kandungan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang dan sulfur
Rataan kandungan lemak kasar rumput raja masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang dan sulfur berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan lemak kasar rumput raja, dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan. Gambar 1c menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar rumput raja yang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3K1 yaitu 1,50%
731
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
dan yang terendah pada perlakuan S2K0 yaitu 1,27%. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang dan sulfur dari dosis rendah ke dosis tinggi ada kecenderungan meningkatkan lemak kasar rumput raja, sehingga dapat diprediksi bahwa hijauan tersebut nilai gizinya semakain baik.
SAJIMIN, M.E. SIREGAR dan Y. PRIMAPUTRI. 1995. Pengaruh pemberian pupuk daun fosfo-N terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan rumput raja (Pennisetum purpuphoides). Prosiding Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian. Bandung, Semarang 10 Januari 1995. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
KESIMPULAN DAN SARAN
SALISBURY, F.B. and C.W. ROSS. 1995. Fisiologi Tumbuhan. (Terjemahan). Jilid 2. Edisi keempat. ITB, Bandung.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 dan sulfur 60 kg S ha-1 menghasilkan nilai terbaik terhadap kualitas hijauan rumput raja. Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vivo.
SCHNUG, E. 1990. Sulphur nutrition and quality of vegetable. Sulphur in Agr. 14: 3 – 6. SETYAMIDJAYA, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Cetakan I. CV Simplex, Jakarta. SYARIF, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana., Bandung.
DAFTAR PUSTAKA GOMEZ, K.A. and A.A. GOMEZ. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Diterjemahkan oleh ENDANG SYAMSUDDIN dan JUSTIKA S.B. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press, Jakarta. IFRADI., PETO, M. dan ELSIFITRIANA. 2003. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan mulsa jerami padi terhadap produksi dan nilai gizi rumput Raja (Pennisetum purpuphoides) pada tanah podzolik merah kuning. J. Peternakan dan Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. 10: 31 – 40. KAUNANG, C.L. 2004. Respons ruminan terhadap pemberian hijauan pakan yang dipupuk air belerang. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. MARSCHNER, H. 1986. Mineral Nutrient in Higher Plants. Academic Press, Harcourt Broce Javanovich, Publishers., New York. ROBSON, A.D. and M.G. PITMAN. 1983. Interaction between nutrient in higher plants. Encyclopedia of Plant Physiology. 154: 147 – 180.
732
TANDON, HLS. 1994. Sulphur in Indian Agriculture: Update 1995. Sulphur in Agric. 19: 3 – 8. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, R. SOEDOMO, P. SOEHARTA dan S. LEBDOSORKOJO. 1996. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. TUHERKIH, E., I G.P. WIGENO, J. PURNOMO dan D. SANTOSO. 1998. Pengaruh pupuk belerang sifat kimia tanah dan hasil hijauan pakan ternak pada padang penggembalaan. Di dalam: Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Pros. Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Puslitbangtan, Bogor. hlm. 283 – 291. WIGENA, I G.P., D. SANTOSO, J. PURNOMO dan SUKRISYONUBOWO. 2000. Efektivitas beberapa sumber pupuk belerang pada oxic dystrudepts Kubang Ujo Jambi. Di dalam Bidang: Kimia dan Biologi Tanah. Pros. Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Balitbangtan Deptan., Cipayung 31 Oktober 2000. hlm. 199 – 213.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
DISKUSI Pertanyaan: 1. Penggunaan sulfur dalam bentuk apa? 2. Bantuan atau senyawa garam, berapa dosis terbaik? 3. Umumnya lahan tidak defisiensi sulfur, kecuali di daerah irigasi, jadi sebaiknya disertakan hasil uji tanah untuk mengetahui apakah lahan benar-benar defisiensi sulfur? Jawaban: 1. Sulfur dalam bentuk serbuk. 2. 60 kg/ha. 3. Tanah jenis pentzolik merah umumnya defisiensi sulfur cliteratur.
733