Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK PADI DAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP KUALITAS FISIK SILASE RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureumcv.Hawaii) Raldi M. Kojo*, Rustandi**, Y. R. L. Tulung**, S. S. Malalantang** Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115
ABSTRAK
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan penambahan dedak padi dan tepung jagung terhadap kualitas fisik silase rumput gajah (Pennisetum purpureumcv.Hawaii). Materi yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureumcv.Hawaii), dedak padi dan tepung jagung. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan 5 ulangan. Perlakuan pada silase terdiri dari R0 = rumput gajah 100%; R1 = rumput gajah + dedak padi 8%; R2 = rumput gajah + dedak padi 12%; R3 = rumput gajah + tepung jagung 8%; R4 = rumput gajah + tepung jagung 12%; R5 = rumput gajah + dedak padi 4% + tepung jagung 4%; R6 = rumput gajah + dedak padi 6% + tepung jagung 6%. Variabel yang diamati meliputi kualitas fisik (tekstur, warna dan bau). Berdasarkan hasil penelitian mununjukkan bahwa dedak padi dan tepung jagung memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap warna dan bau silase tetapi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0.01) pada tekstur silase. Dengan penambahan dedak padi 8% memberikan hasil sangat baik pada tekstur silase rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Hawaii).
EFFECT OF THE ADDITION OF RICE BRAN AND CORN FLOUR ON THE PHYSICAL QUALITY OF ENSILAGE ELEPHANT GRASS
(Pennisetum purpureumcv.Hawaii). The purpose of this research was to determine the effect of the addition of rice bran and corn flour on the physical quality of elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Hawaii)silage.The present study used elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Hawaii)in the ensilage process. Rice bran and corn flour were then added to the elephant grass in the ensilage processing. The present study used Completely Randomized Design with 7 treatments and 5 replications. The treatments were formulated as follow: R0 = elephant grass 100%; R1 = elephant grass + 8% rice bran; R2 = elephant grass + 12% rice bran; R3 = elephant grass + 8% corn flour; R4 = elephant grass + 12% corn flour; R5 = elephant grass + 4% rice bran + 4% corn flour; R6 = elephantgrass + 6% rice bran + 6% corn flour. The variables measured were physical quality of elephant grass silage, including: texture, color, and aroma. The research results showed that the addition of rice bran and corn flour did not significantly affect (P>0,01) ensilage color and aroma, but significantly affect (P<0,01) the texture of the ensilage. It can be concluded that the addition of 8% rice bran gave the best result on theensilage textureof elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Hawaii).
Kata Kunci : Rumput Gajah, Silase, Dedak padi, Tepung Jagung, Kualitas Fisik. ____________________________________ * Alumni Fakultas Peternakan Unsrat ** Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
Keywords : Elephant Grass, Ensilage, Rice Bran, Corn Flour, Physical Quality 21
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
dalam kondisi PENDAHULUAN
keberhasilan
usaha
and Pond, 1988). McDonald (1981;1982)
peternakan.
serta
Menurut Sabrani dalamWinugroho (1991),
maupun
meningkatkan
kuantitasnya produktifitas
hijauan segar yang diawetkan dengan cara
untuk
fermentasi anaerob dalam kondisi kadar air
ternak
tinggi (40 sampai 70%), sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak zat gizi di
al., 2012). Salah satu jenis hijauan yang
dalamnya.Silase
digunakan sebagai pakan untuk ruminansia
pakan itu sendiri.
satu jenis hijauan pakan yang memiliki
Dalam proses pembuatan silase,
kualitas yang cukup baik dan palatabilitas
bahan tambahan sering digunakan dengan
yang cukup tinggi bagi ternak ruminansia.
tujuan
pertumbuhannya, rumput
sumber karbohidrat terlarut. Keuntungan dari dedak padi dan dedak jagung sebagai
cepat mencapai fase generatif dan pada
bahan tambahan yaitu harga yang relatif
saat musim penghujan produksi hijauan saat
dari silase.
digunakan dalam pembuatan silase sebagai
tropis seperti Indonesia, hijauan pakan
pada
atau
beberapa bahan tambahan yang dapat
kesuburan tanah.Di negara yang beriklim
sebaliknya
meningkatkan
Dedak padi dan tepung jagung merupakan
perlakuan
pemupukan, serta menghendaki tingkat
tinggi
untuk
mempertahankan kualitas
gajah tahan terhadap naungan, merespon adanya
suatu
penyimpanan pakan tanpa merusak bahan
Rumput gajah merupakan salah
terhadap
merupakan
teknologi yang tepat yang bertujuan untuk
adalah rumput gajah.
baik
(1982)
Zakariah, (2012), silase adalah pakan dari
khususnya ruminansia (Kurnianingtyas et
Dari aspek
Chheda
hijauan yang berkadar air tinggi. Menurut
pakan
hijauan perlu diperhatikan baik secara kualitas
dan
hasil fermentasi yang terkontrol dari
terletak pada tidak tepatnya pengelolaan pakan. Ketersediaan
Crowder
mendefinisikan silase sebagai bahan pakan
kelemahan sistem produksi peternakan
pemberian
udara (anaerob)
dalam tempat yang disebut silo (Church
Pakan merupakan komponen utama untuk
kedap
murah serta mudah didapat. Penambahan
musim
dedak padi dan tepung jagung diharapkan
kemarau produksi hijauan rendah.
dapat meningkatkan kualitas fisik silase
Salah satu cara untuk mengatasi
rumput gajah karena keberhasilan silase
kekurangan hijauan dimusim kemarau
dapat dilihat dari kualitas fisik silase,serta
yaitu dengan cara pembuatan silase. Silase
dapat
merupakan hijauan segar yang disimpan
meningkatkan
palatabilitas
kecernaan bahan pakan pada ternak.
22
dan
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tatalaksana Penelitian Hijauan
rumput
gajah
dicacah
Alat dan bahan yang digunakan
kurang lebih 3-5 cm lalu dilayukan selama
yaitu:rumput gajah, alat pemotong rumput,
dua hari kemudian dicampur sampai rata
pompa vakum, silo (kantong plastik), karet
dengan dedak padi dan tepung jagung pada
pengikat (tali), dedak padi, dan tepung
level yang berbeda ditiap perlakuan yakni
jagungdengan
7
8% dan 12% berdasarkan bahan kering.
perlakuan menggunakan rancangan acak
Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali,
lengkap (RAL) setiap perlakuan dilakukan
dan masing–masing ulangan ditimbang
pengulangan sebanyak 5 kali, sehingga
sebanyak 150g berdasarkan bahan kering.
didapat
Bahan
35
metode
unit
eksperimen
percobaan.
Apabila
silase
kemudian
dimasukkan
perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan
kedalam kantong plastik ganda kemudian
dengan uji Beda Nyata Jujur (Steel dan
udaranya disedot menggunakan pompa
Torrie, 1994).
vakum.
Perlakuan
menggunakan
Setelah
udara
telah
berhasil
dedak
disedot, ditutup rapat lalu disimpan pada
padi dan tepung jagung dengan level
tempat yang aman selama 14 hari.
penambahan 8% dedak padi, 12% dedak
Pengambilan
padi, 8% tepung jagung, 12% tepung
sesuai dengan waktu lamanya perlakuan
jagung, 4% dedak padi + 4% tepung
yang diuji yakni pada hari ke 14.
sampel
untuk
dianalisis
jagung, 6% dedak padi + 6% tepung jagung. Perlakuan yang diberikan yaitu
Variabel Yang Diukur
sebagai berikut :
Variabel yang diukur yaitu kualitas
R0 = rumput gajah 100%
fisik silase yang meliputi tekstur, warna,
R1 = rumput gajah + dedak padi 8%
dan bau (Tabel 1).
R2 = rumput gajah + dedak padi 12% Analisa Data
R3 = rumput gajah + tepung jagung 8%
Data hasil penelitian dianalisis
R4 = rumput gajah + tepung jagung 12%
menggunakan ANOVA sesuai petunjuk
R5 = rumput gajah + dedak padi 4% +
rancangan yang digunakan yakni
tepung jagung 4%
Rancangan Acak Lengkap (Steel and
R6 = rumput gajah + dedak padi 6% +
Torrie, 1994
tepung jagung 6%
23
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
Tabel 1.Analisa fisik silase pada kriteria tekstur, warna dan bau. Kriteria Tekstur
Karakteristik Lembek Sedang Seperti hijauan segar Tanpa warna hijauan Hijau kecoklatan Hijau seperti daun direbus Sangat busuk & merangasang Sedang Asam
Warna
Bau
Skor 1-3 4-6 7-9 1-3 4-6 7-9 1-3 4-6 7-9
Sumber : McEllhlary, R. R. 1994.
dengan lama penyimpanan silase selama 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
minggu pada temperatur ruangan 24-250C Pengaruh Perlakuan Terhadap Kualitas FisikTekstur Silase Rumput Gajah
dengan lama pelayuan hijauan selama 2 hari
Ciri-ciri silase yang baik dapat
berlangsung.
dilihat dari karakteristik fisik silase yang
masing-masing
tingkat tekstur sedang sampai seperti
silase. Bolsen dan Sapienza (1993) serta
hijauan segar. Silase ini dapat dikatakan
Soekanto dkk (1980) menyatakan bahwa
baik karena tidak memiliki tekstur yang
pengamatan secara fisik dilakukan dengan
lembek,
membuat skor untuk setiap kriteria. analisis
Rataan
silase
menunjukkan bahwa silase berada pada
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
hasil
pembuatan
perlakuan berkisar antara 5,0-7,6 (Tabel 2)
dihasilkan yang merupakan salah satu
Data
sebelum
berair,
menggumpal
statistik
sesuai
Kartadisastra
menunjukkan bahwa penambahan dedak
berjamur
dan
dengan
(1997)
tidak
pendapat
bahwa
silase
berkualitas baik yaitu mempunyai tekstur
padi dan tepung jagung berpengaruh
segar, berwarna kehijau-hijauan, tidak
sangat nyata (P < 0,01) pada tekstur silase
berbau
rumput gajah pada umur potong 40 hari
busuk,
berjamur,
dan
disukai tidak
ternak,
tidak
menggumpal.
Tabel 2. Rataan karakter fisik tekstur silase rumput dengan perlakuan level dedak padi dan tepung jagung.
Total Rataan
R0 35 7,0a
R1 38 7.6a
Perlakuan R2 R3 38 25 7.6a 5,0cb
R4 27 5.4b
R5 30 6,0b
Keterangan :Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (P < 0,05).
24
R6 30 6,0b
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
Tingkat keberhasilan silase ini didukung
berbeda nyata dengan R3, R4, R5, dan R6.
dengan hasil pH silase saat dipanen
Pada perlakuan R3 berbeda nyata dengan
dengan rataan pada tiap perlakuan berkisar
R0, R1, R2, R5 dan R6 tapi tidak berbeda
antara 3.90-4.3 yang menunjukan bahwa
nyata dengan R4. Pada perlakuan R4
silase memiliki kualitas yang baik. Hasil
berbeda nyata dengan R0, R1, R2, tapi
ini sesuai dengan pernyataan Ratnakomala
tidak berbeda nyata dengan R5, R6 dan
dkk (2006) bahwa pH optimum silase yang
R3. Pada perlakuan R5 tidak berbeda nyata
baik antara 3.8-4.2. Selain pH, suhu silase
dengan R4 dan R6 tetapi berbeda nyata
pada waktu dipanen dijadikan penentu
dengan R0, R1, R2, dan R3. Perlakuan R6
keberhasilan silase yang dibuat. Suhu
berbeda nyata dengan R0, R1, R2, dan R3
silase
semua
tetapi tidak berbeda nyata dengan R4 dan
perlakuan berkisar antara 25-26 C. Angka
R5. Skor terbaik dari tiap perlakuan berada
ini
yang
pada perlakuan R1, R2 kemudian diikuti
dihasilkan dalam penelitian masuk dalam
oleh R0 yang memiliki tekstur seperti
kategori silase berkualitas baik karena
hijauan segar kemudian pada R6, R5, R4
suhu
derajat
dan R3 yang memiliti tekstur sedang.
dibawah suhu lingkungan, Ridwan,dkk
Despal et al. (2011) menyatakan bahwa
(2005) menjelaskan bahwa silase masih
silase yang diberi akselerator dedak padi
dikatakan berhasil jika suhu panen silase
mempunyai tekstur utuh, halus dan tidak
berada beberapa derajat dibawah suhu
berlendir. Hal ini dikarenakan kandungan
lingkungan. Sebaliknya apabila melebihi
WSC (water soluble carbohydrate) yang
suhu lingkungan 5-10oC silase diduga
lebih tinggi pada dedak padi dapat
telah terkontaminasi mikroorganisme yang
berpengaruh terhadap kualitas silase sesuai
lain seperti kapang dan jamur.
dengan rekomendasi Kurnianingtyas et al.,
yang
dihasilkan
dari o
menunjukkan
panen
Hasil
bahwa
berada
uji
silase
beberapa
lanjut
dengan
(2012) bahwa karbohidrat mudah larut
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
dalam setiap akselerator mempengaruhi
menunjukkan bahwa R0 berbeda nyata
kualitas silase yang dihasilkan.
dengan R3, R4, R5, dan R6 tapi tidak
Data pada Tabel 2 menunjukkan
berbeda nyata dengan R1 dan R2. Pada
bahwa penambahan dedak padi 8% dan
perlakuan R1 tidak berbeda nyata dengan
dedak padi 12% memberikan hasil yang
R2 dan R0, tetapi berbeda nyata dengan
paling baik pada tekstur silase rumput
R3, R4, R5, dan R6. Perlakuan R2 tidak
gajah. Silase yang mengalami kerusakan
berbeda nyata dengan R1 dan R0 tetapi
dapat terlihat dari tekstur silase yang rapuh
25
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
berwarna coklat kehitaman dan berbau
Warna
hijau
kecoklatan
yang
busuk serta banyak ditumbuhi jamur. Pada
mendominasi
pada
seluruh
silase
umumnya
kerusakan
terjadi
pada
menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan
permukaan
dekat
penutup
silo
silase pada taraf yang baik yang didukung
(Ratnakomala dkk. 2006).
dengan hasil rataan temperatur silase saat dipanen yakni berkisar antara 25-26oC. Reksohadiprodjo
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kualitas Fisik Warna Silase Rumput Gajah Data
hasil
analisis
dan
tepung
jagung
tanaman yang mengalami proses ensilase
statistik
pada
disebabkan
respirasi
berlangsung
selama
tanaman habis. Gula akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, panas juga dihasilkan
warna silase rumput gajah pada umur
pada proses ini sehingga temperatur naik.
potong 40 hari dengan lama penyimpanan
Temperatur yang tidak dapat terkendali
silase selama 2 minggu pada temperatur
akan menyebabkan silase berwarna coklat
ruangan 24-25oC dengan lama pelayuan
tua sampai hitam. Hal ini menyebabkan
hijauan selama 2 hari sebelum pembuatan
turunnya nilai kandungan nutrisi pakan,
silase berlangsung. Rataan masing-masing
karena banyak sumber karbohidrat yang
perlakuan berkisar antara 5,6 – 6,0 yang
hilang,
menunjukan bahwa silase berwarna hijau dengan
proses
persediaan oksigen masih ada, sampai gula
yang berbeda nyata (P > 0,05) terhadap
sesuai
oleh
aerobikyang
tiap
perlakuan tidak memberikan pengaruh
kecoklatan
menyatakan
bahwa perubahan warna yang terjadi pada
menunjukkan bahwa penambahan dedak padi
(1998)
keadaan
ini
terjadi
pada
tempratur 55°C.
pernyataan
Siregar (1996) bahwa silase berkualitas baik berwarna hijau atau kecoklatan.
Tabel 3. Rataan karakter fisik warna silase rumput gajah denganperlakuan level dedak padi dan tepung jagung.
Total Rataan
R0 29 5.8
R1 30 6
Perlakuan R2 R3 29 28 5.8 5.6
Keterangan : Tidak berbeda nyata (P>0.05)
26
R4 29 5.8
R5 28 5.6
R6 29 5.8
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
tanaman
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kualitas Fisik Bau Silase Rumput Gajah Data
berhenti
dan
suasana
menjadi anaerob. Keadaan demikian jamur tidak dapat tumbuh dan hanya bakteri
menunjukkan bahwa penambahan dedak
anaerob saja yang masih aktif terutama
padi
bakteri pembentuk asam (Susetyo dkk,
tepung
analiasis
akan
statistik
dan
hasil
ISSN 0852 -2626
jagung
pada
tiap
perlakuan tidak memberikan pengaruh
1969).
yang berbeda nyata (P > 0,05) terhadap
Bau asam yang dihasilkan oleh
bau silase rumput gajah pada umur potong
silase disebabkan karena dalam proses
40 hari dengan lama penyimpanan silase
pembuatan silase bakteri anaerob aktif
selama 2 minggu pada temperatur ruangan
bekerja dalam hal ini menghasilkan asam
24-25oC dengan lama pelayuan hijauan
organik oleh karena itu asam dapat
selama 2 hari sebelum pembuatan silase
terbentuk. Wallace dan Chesson (1995)
berlangsung.
menyatakan bahwa asam yang dihasilkan
Rataan
masing-masing
perlakuan berkisar antara 7,0-8,2 yang
selama
menunjukkan bahwa silase memiliki bau
propionate, formiat, suksinat, dan butirat.
yang asam sesuai dengan Siregar (1996)
Demikian pula pendapat Susetyo dkk.,
yang menyatakan bahwa, secara umum
(1969) bahwa, dalam proses ensilase
silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu
apabila
rasa dan bau asam tetapi segar dan enak
pernapasan akan berhenti, dan suasana
selanjutnya Utomo (2013) menjelaskan
menjadi anaerob. Dalam keadaan demikian
bau silase secara umum asam. Hal ini
jamur tidak dapat tumbuh dan hanya
disebabkan karena adanya produksi asam
bakteri saja yang masih aktif terutama
laktat selama proses fermentasi. Bau asam
bakteri
yang dihasikan oleh silase disebabkan
demikian, bau asam dapat dijadikan
dalam proses pembuatan silase bakteri
sebagai
anaerob aktif bekerja menghasilkan asam
keberhasilan proses ensilase, sebab untuk
organik. Proses ensilase terjadi apabila
keberhasilan proses ensilase harus dalam
oksigen telah habis dipakai, pernapasan
suasana asam.
ensilase
oksigen
adalah
telah
pembentuk
indikator
asam
habis
asam.
untuk
laktat,
dipakai,
Dengan
melihat
Tabel 4. Rataan karakter fisik bau silase rumput gajah dengan perlakuan level dedak padi dan tepung jagung. Perlakuan Total Rataan
R0 35 7,0
R1 41 8.2
R2 40 8,0
R3 39 7.8 27
R4 40 8,0
R5 40 8,0
R6 40 8,0
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
Keterangan : Tidak berbeda nyata (P>0.05)
Biologis Silase Rumput Kolonjono. Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126 E-mail:
[email protected]
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan
McDonald, P. AR, Henderson and Sje Heron ,1991. The Biochemistry of Silage.2nd ed, Chalcombe Publ., Marlow Botton, Bucks, UK.
dedak padi dan tepung jagung sebesar 8,0%
dan
12%
belum
berpengaruh
terhadap warna dan bau silase, tetapi
McEllhlary, R. R. 1994. Feed Manufacuring Technology IV. Am. Feed Industry Assoc. Inc. Aruington.
penambahan dedak padi sebesar 8,0% memberikan pengaruh yang baik terhadap tekstur silase rumput gajah (Pennisectum purpureum cv. Hawaii).
Ratnakomala, S., R. Ridwan, G. Kartina, Y. Widyastuti. 2006. Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). LIPI. cibinong bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Bolsen K.K & Sapienza. 1993. Teknologi Silase: Penanaman, Pembuatan danPemberiannya pada Ternak.
Reksohadiprojdo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Ketiga. BPFE, Yokyakarta.
Kansas: pione Seed.
Church, D. C. and W. G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3ndEd. John Wiley & Sons, New York.
Ridwan R., S. Ratnakomala, G. Kartina & Y. Widyastuti. 2005. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum PurPureum). Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor Km.46, Cibinong l69l1 Telp: 021-8754587 ext 107, Fax: 0218754588 e-mail :
[email protected] (Diterima 1 108-2005: disetujui 24- I 1-2005).
Despal, I. G., Permana, S. N. Safarina dan A. J. Tatra. 2011. Penggunaan berbagai sumber karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun Rami. Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta. Kurnianingtyas, Astuti, I., Suprayogi, Macam Kualitas
Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
I. B., Pandansari, P. R., Widyawati, S. D., dan W. P. S. 2012.Pengaruh Akselerator Terhadap Fisik, Kimiawi, dan
Soekanto, L., P. Subur, M., Soegoro, U. Riastianto, Muridan, Soedjadi, Soewondo, R.M. Toha, Soediyo, S. Purwo, Musringan, M. Sahari, dan 28
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 35 No. 1 : 21-29 (Januari 2015)
ISSN 0852 -2626
Astuti. 1980. Laporan Proyek Konservasi Hijauan Makanan Ternak Jawa Tengah, Direktorat Bina Produksi. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bahan Pakan Berserat Tinggi. In Press. Wallace, R.J. and C. Chesson. 1995. Biotechnology in Animal Feeds and Animal Feeding. Winheim. Ithaca and London.
Steel, R. G. D and J. H. Torrie. 1995.Prinsip danProsedur Statistik. Terjemahan : B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winugroho, M. 1991. Pedoman Cara Pemanfaatan Jerami pada PakanRuminansia. BalaiPenelitian Ternak. Bogor.
Susetyo, S., I. Kismono., D. Soewardi. 1969. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.
Zakariah, M. A. 2012.Teknologi Fermentsi Dan Enzim. “Fermentasi Asam Laktat Pada Silase”. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Utomo, R. 2013. Konservasi Hijauan Pakan dan Peningkatan Kualitas
29