OPTIMALISASI BIAYA PRODUKSI PENAMBANGAN MENGGUNAKAN PERT DAN CPM
Indra Manggala1, Amar Sumarsa2, Ani Andriyati2 Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan biaya produksi penambangan di PT. Batu Sarana Persada,Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang sudah di olah dalam bentuk, laporan-laporan, dokumentasi, atau informasi yang lainnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian. Pengoptimalisasian biaya produksi penambangan dapat di analisis melalui pembanding kegiatan secara normal dan setelah dilakukan Crashing (mempercepat waktu proyek). Pengolahan data menggunakan PERT adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian bagi proyek-proyek yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Metode CPM adalah metode perencanaan dan pengendalian bagi proyek-proyek yang mempunyai data biaya di masa lampau. Berdasarkan hasil analisis disusun rancangan penelitian yang mencakup penggunaan model-model matematik untuk penggunaan jaringan kerjaPT. Batu Sarana Persada yang sedang berjalan
membutuhkan waktu 24 jam dengan biaya yang dibutuhkan 12.600.000. Ternyata kegiatan produksi ini bisa dipercepat 9 jam dari biasanya setelah sebelumnya mempertimbangkan SDM dan peralatan, dengan biaya yang di butuhkan menjadi 13.500.000.mencapai optimal karena kegiatan produksi yang dilakukan membutuhkan biaya yang lebih kecil dibanding dengan biaya yang dianggarkan sesuai kontrak sebesar 14.000.000 Kata kunci :optimalisasi, metode PERT dan CPM.
1 2
Mahasiswa Program Studi Matematika Universitas Pakuan Staf Pengajar Pada Program Studi Matematika Universitas Pakuan 1
mencapai tujuan khusus, aktivitasnya ditentukan dengan jelas kapan dimulai dan kapan berakhir, serta adanya pembatasan dana untuk menjalankan aktivitas proyek tersebut.
LATAR BELAKANG Dampak krisis moneter sampai pada saat ini masih sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia. Berbagai permasalahan yang semakin kompleks menjadikan perekonomian di Indonesia menjadi semakin tidak stabil. Hal ini mendorong setiap perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan potensi sumberdayasumberdaya yang dimiliki dengan dilengkapi teknologi yang ada, agar perusahaan bisa bertahan dalam persaingan, baik secara regional, nasional, maupun global. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan mengalami kekalahan atau kemerosotan, bahkan banyak diantara perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia mengalami gulung tikar. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak mampu bersaing dalam berbagai hal. Dalam hal biaya produksi, sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan daya saing perusahaan harus lebih efisien dalam penggunaan waktu di setiap kegiatan atau aktivitas, sehingga biaya produksi dapat diminimalkan dari rencana semula.
Pada saat ini PT. Batu Sarana Prasada sebagai salah satu penyedia barang tambang (batu) untuk melayani berbagai macam proyek, dalam melakukan kegiatan – kegiatan produksi hanya berdasarkan pengalaman. Dalam hal proses produksi PT. Batu Sarana Prasada belum menggunakan metode ilmiah sehingga biaya produksi diduga belum optimal. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan biaya produksi barang tambang menggunakan PERT dan CPM di PT. Batu Sarana Prasada. METODOLOGI PENELITIAN Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang sudah di olah dalam bentuk, laporan-laporan, dokumentasi, atau informasi yang lainnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data di PT. Batu Sarana Persada, yaitu data biaya produksi pada periode MaretMei 2015, data kegiatan produksi, biaya dan waktunya.
Proyek merupakan kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya tertentu dan bertujuan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh waktu dan biaya. Berbeda dengan kegiatan operasional, proyek sifatnya dinamis, tidak rutin, multi kegiatan dengan intensitas yang berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek. Pelaksanaan proyek dalam organisasi pada umumnya dilakukan untuk
Metode Analisis
2
Berikut tahapan penelitian yang dilakukan mengenai biaya produksi penambangan di PT. Batu Sarana Persada :
kegiatan penambangan sehingga analisa sumber daya dan biaya dapat dilakukan. Tahap analisa dilakukan melalui pembanding kegiatan secara normal dan setelah dilakukan crashing. Pengolahan data menggunakan metode PERT adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian bagi proyekproyek yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Metode CPM adalah metode perencanaan dan pengendalian bagi proyek-proyek yang mempunyai data biaya di masa lampau. 5. Perancangan, berdasarkan hasil analis disusun rancangan penelitian yang mencakup penggunaan model-model matematik untuk penggunaan jaringan kerja.
Langkah – langkah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Langkah pertama yaitu survei awal dilakukan dengan observasi dan studi lapangan pada perusahaan untuk menggali permasalahan yang dihadapi dan mencari solusi untuk masalah tersebut. 2. Langkah kedua yaitu identifikasi masalah dilakukan untuk merumuskan permasalahan yang ada di PT. Batu Sarana Persada, identifikasi masalah lebih difokuskan dalam perencanaan kegiatan produksi yaitu menentukan optimalisasi biaya produksi. 3. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data struktur rincian kegiatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data kegiatan produksi penambangan dari PT. Batu Sarana Persada 4. Pada tahap ini dilakukan analisa biaya kegiatan produksi, bertujuan menekan ketidakpastian biaya pada pelaksanaan penyelenggaraan
5.1 Earliest Time (TE) TE adalah saat paling awal suatu kejadian yang mungkin terjadi dan tidak mungkin terjadi sebelumnya. Manfaat ditetapkannya TE suatu kejadian adalah untuk mengetahui saat paling awal mulai melaksanakan kegiatan yang keluar dari kejadian yang bersangkutan. a) Untuk kegiatan menuju sebuah kejadian. Rumus : (TE)b = (TE)a +L Keterangan : a : kejadian awal kegiatan X b : kejadian akhir kegiatan X (TE)a : saat paling awal kejadian awal (TE)b : saat paling awal kejadian akhir
3
L : lama kegiatan x b) Untuk beberapa kegiatan menuju sebuah kejadian. Rumus : (TE)b = maksimum (TEan + Ln) Keterangan : an : kejadian awal kegiatan Xn b : kejadian akhir n : nomor kegiatan (n = 1, 2, 3, …) Ln : lama kegiatan Xn Xn : nama kegiatan Xn (TE)an : saat paling awal kejadian awal dari kegiatan Xn (TE)b : saat paling awal kejadian akhir bersama seluruh kegiatan Xn c) Prosedur menghitung TE Prosedur menghitung TE kejadian-kejadian dalam analisis jaringan kerja adalah : - Hitung atau tentukan TE dari kejadian-kejadian mulai dari nomor 1 berturut-turut sampai dengan nomor maksimal. - Saat paling awal (TE) kejadian nomor 1 sama dengan nol. - Selanjutnya dapat dihitung TE kejadian nomor 2, 3, 4, … dst.
terjadi dan tidak boleh terjadi sebelumnya (meskipun itu mungkin). Sehingga proyek mungkin selesai pada waktu yang telah ditentukan. Manfaat ditetapkannya TE setiap kejadian yang ada dalam analisis jaringan adalah untuk mengetahui saat paling lambat selesainya semua kegiatan yang menuju kejadian yang bersangkutan, agar proyek masih dapat selesai pada waktu yang telah direncanakan.
a) Untuk sebuah keluar dari kejadian
kegiatan sebuah
Rumus : (TL)a = (TL)b – L Keterangan : a : kejadian awal kegiatan X b : kejadian akhir kegiatan X X : nama kegiatan L : lama kegiatan TLa : saat paling lambat kejadian aawal TLb : saat paling lambat kejadian akhir
b) Untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah kejadian Rumus : (TL)a = minimum (TLbn – Ln) Keterangan : A : kejadian awal bersama dari kegiatankegiatan n
5.2 Latest Time (TL) TL adalah waktu paling lambat suatu kejadian boleh 4
b : kejadian akhir masing-masing kegiatan n n : nomor kegiatan (1, 2, 3, …) Xn : nama kegiatan Ln : lama kegiatan Xn TLa : saat paling lambat kejadian awal kegiatan Xn TLbn : saat paling lambat kejadian akhir kegiatan Xn c) Prosedur menghitung TL
ruang kanan bawah dari kejadian tersebut. 5.4 Kegiatan Kritis Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan terlambat selama satu hari. Kejadian kritis harus mulai pada satu saat awal saja dan selesai pada satu saat akhir saja dan memenuhi rumus :
Prosedur yang harus diikuti dalam menghitung TL kejadian-kejadian dalam analisis jaringan kerja adalah :
TEa + L = TEb
a) Hitung atau tentukan kejadian mulai dari nomor maksimal kemudian mundur berturut-turut sampai dengan nomor 1 b) TL kejadian nomor maksimal sama dengan TE kejadian nomor maksimal c) Selanjutnya dapat dihitung TL kejadian nomor maksimal,…3, 2, 1.
TEa : saat paling awal kejadian awal
TLa + L = TLb Keterangan : L
: lama kegiatan
TEb : saat paling akhir kejadian akhir TLa : saat paling akhir kejadian awal TLb : saat paling akhir kejadian akhir 5.5 Jalur Kritis Jalur kritis dalam analisis jaringan adalah jalur yang terdiri dari kegiatankegiatan kritis, kejadiankejadian kritis, dan dummy (bila diperlukan). Jalur kritis dimulai dari kejadian awal diagram jaringan kerja. Dari jalur kritis ini dapat disimpulkan bahwa umur produksi sama dengan umur jalur kritis. Sedangkan jalur
5.3 Kejadian Kritis Kejadian kritis adalah kejadian yang tidak mempunyai tenggang waktu atau TE sama dengan TL. Jadi untuk kejadian kritis adalah TE – TL = 0. Kejadian kritis ini pada analisis jaringan dapat dilihat dari bilangan pada ruang kanan atas sama dengan
5
kritis adalah jalur yang paling lama umur pelaksanaannya.
4.1 Alokasi Waktu Kegiatan Produksi Analisa perencanaan kegiatan optimalisasi produksi (studi kasus pada PT. Batu Sarana Persada) merupakan proses penguraian proyek menjadi kegiatan-kegiatan. Data awal yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Alokasi waktu kegiatan produksi
5.6 Analisa Biaya Dalam penyelenggaraan suatu proyek diberikan masukan yang berupa biaya dan waktu. Analisa biaya bertujuan untuk mengetahui jumlah biaya yang diperlukan selama penyelenggaraan proyek. Pada kenyataannya waktu pelaksanaan kegiatan tidak terlalu tetap. Kadang-kadang pihak manajemen berusaha memperpendek waktu kegiatan dengan menambah pekerja, dengan konsekuensi biasanyadisertai dengan penambahan biaya. Usaha ini disebut “crashing”. Dalam analisis biaya melibatkan biaya normal dan biaya mempercepat. - Biaya normal adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika kegiatan berjalan normal. - Biaya mempercepat adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang dipercepat. -
Pendataan kegiatan produksi merupakan awal dari pembuatan perencanaan analisis jaringan kerja. Kegiatan-kegiatan tersebut dimulai dengan keputusan bahwa proyek layak dan dapat dilaksanakan serta telah dilakukan negoisasi keuangan (dana investasi). Setelah tercapai negosiasi keungan kemudian proyek produksi dimulai dengan kegiatan perencanaan sampai finishing kegiatan tersebut. a. Land Clearing Land Clearing adalah kegiatan pembukaan dan
Rumus Secara formulatif untuk untuk menyelesaikan crashing adalah : Crashing perperiode waktu :
biaya mempercepat −biaya normal waktu normal −waktu cepat
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk digunakan sebagai jalan atau kegiatan pembersihan lahan dari semak-semak, pohon-pohon besar.
Evacuation adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui pergerakan arah, dalam hal penambangan tujuannya adalah untuk membatasi daerah ledakan pengeboman. g. Loading Loading adalah kegiatan untuk memasukan atau mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. h. Houling Houling adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa material maupun endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lanjut. i. Minerral Dressing Mineral Dressing bertujuan untuk menaikkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampang memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau dipakai sebagai bahan baku untuk industri lain.
b. Stripping of overburden Stripping of overburden adalah bagian pengupasan lapisan tanah penutup atau permukaan tanah bagian atas dari sisa pohon yang sudah ditebang kemudian membuang bagian tanah atau batuan yang dapat menghalangi pekerjaan selanjutnya. c. Exploitation Exploitation adalah penggunaan sumber daya atau penggunaan barang tambang pada sebuah indrustri sebagai pengolahan bahan baku. d. Drilling Drilling adalah suatu aktifitas yang dilakukan guna pengambilan sampel maupun pemboran produksi yang bertujuan untuk mendapatkan bahan galian secara vertikal yang berada di bawah permukaan tanah. e. Blasting Blasting bertujuan untuk memecah atau membongkar batuan padat atau material atau endapan bijih yang bersifat kompak atau massive dari batuan induknya. f. Evacuation
4.2 Alokasi Biaya Produksi Analisa lanjutan kegiatan produksi adalah proses crashing pada waktu dan biaya. Beberapa kegiatan dengan waktu dan biaya dalam rangka proses crashing pada proyek optimasi kegiatan
7
produksi dapat dilihat pada tabel 2.
perencanaan jaringan kerja dan perhitungannya.
Tabel 2. Alokasi waktu dan biaya kegiatan produksi
Nilai – nilai yang tertera tertera pada diagram jaringan kerja tersebut di atas dihitung berdasarkan model yang sudah dijelaskan pada tahap perancangan dan secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut
4.3 Analisis Jaringan Kerja Dengan Metode PERT dan CPM
a. Earlist Time (TE) Rumus : Rumus : (TE)b = (TE)a Kejadian nomor +0 L : TE0 = 0 Kejadian nomor 1 : TE1 = 0 + 5=5 Kejadian nomor 2 : TE2 = 5+ 3=8 Kejadian nomor 3 : TE3 = 5+ 2=7 Kejadian nomor 4 : TE4 = 8 + 4 = 12 Kejadian nomor 5 : TE5 = 5+ 3 = 14 Kejadian nomor 6 : TE6 = 12 + 3 = 15 Kejadian nomor 7 : TE7 = 15 + 2 = 17
Berdasarkan alokasi waktu dan kegiatan proyek pada tabel 1. Maka dapat dilanjutkan dengan tahap pembuatan diagram proyek perencanaan jaringan kerja dan perhitungannya. 4.4 Analisis Jaringan Kerja Dengan Metode PERT dan CPM Berdasarkan alokasi waktu dan kegiatan proyek pada tabel 1. Maka dapat dilanjutkan dengan tahap pembuatan diagram proyek
8
Kejadian nomor 8 : TE8 = 17 + 4 = 21 Kejadian nomor 9 : TE9 = 21 + 3 = 24 b. Latest Time (TL) Rumus : Rumus : (TL)a = (TL)b – L Kejadian nomor 9 : TE9 = 24 Kejadian nomor 8 : TE8 = 24 – 3 = 21 Kejadian nomor 7 : TE7 = 21 – 4 = 17 Kejadian nomor 6 : TE6 = 17 – 2 = 15 Kejadian nomor 5 : TE5 = 15 Kejadian nomor 4 : TE4 = 12 Kejadian nomor 3 : TE3 = 12 Kejadian nomor 2 : TE2 = 8 Kejadian nomor 1 : TE1 = 5 Kejadian nomor 0 : TE0 = 0 c. Kejadian kritis Pada diagram jaringan kerja, kejadian kritisnya adalah kejadian nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9. Kejadian nomor 1 merupakan kejadian kritis (TE1 = TL1 = 5) Kejadian nomor 2 merupakan kejadian kritis (TE2 = TL2 = 8) Kejadian nomor 4 merupakan kejadian kritis (TE4 = TL4 = 12) Kejadian nomor 6 merupakan kejadian kritis (TE6 = TL6 = 15) Kejadian nomor 7 merupakan kejadian kritis (TE7 = TL7 = 17) Kejadian nomor 8 merupakan kejadian kritis (TE8 = TL8 = 21) Kejadian nomor 9 merupakan kejadian kritis (TE9 = TL9 = 24) d. Kegiatan Kritis
Pada diagram jaringan kerja tersebut, kegiatan-kegiatan kritisnya adalah kegiatan A, B, D, F, G, H, I. Kegiatan A merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE0 = TL0 = 0 2) TE1 = TL1 = 5 3) TE0 + LA = TE1 (0 + 5 = 5) TL0 + LA = TL1 (0 + 5 = 5) Kegiatan B merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE1 = TL1 = 5 2) TE2 = TL2 = 8 3) TE1 + LB = TE2 (5 + 3 = 8) TL1 + LB = TL2 (5 + 5 = 8) Kegiatan C merupakan bukan kegiatan kritis, sebab : 1) TE1 = TL1 = 5 2) TE3 ≠ TL3 TE3 = 7 ≠ TL3 = 12 3) TE1 + LC = TE3 (5 + 2 = 7) TL1 + LC = TL3 (5 + 2 ≠ 5) Kegiatan D merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE2 = TL2 = 8 2) TE4 = TL4 = 12 3) TE2 + LD = TE4 (8 + 4 = 12) TL2 + LD = TL4 (8 + 4 = 12) Kegiatan E merupakan bukan kegiatan kritis, sebab : 1) TE4 = TL4 = 12 2) TE5 ≠ TL5 TE5 = 14 ≠ TL5 = 15 3) TE4 + LE = TE5 (12 + 2 = 14)
9
TL4 + LE = TL5 (12 + 2 ≠ 15) Kegiatan F merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE4 = TL4 = 12 2) TE6 = TL6 = 15 3) TE4 + LF = TE6 (12 + 3 = 15) TL4 + LF = TL6 (12 + 3 = 15) Kegiatan G merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE6 = TL6 = 15 2) TE7 = TL7 = 17 3) TE6 + LG = TE7 (15 + 2 = 17) TL6 + LG = TL7 (15 + 2 = 17) Kegiatan H merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE7 = TL7 = 17 2) TE8 = TL8 = 21 3) TE7 + LH = TE8 (17 + 4 = 21) TL7 + LH = TL8 (17 + 4 = 21) Kegiatan I merupakan kegiatan kritis, dengan syarat : 1) TE8 = TL8 = 21 2) TE9 = TL9 = 21 3) TE8 + LI = TE9 (21 + 3 = 24) TL8 + LI = TL9 (21 + 3 = 24) e. Jalur Kritis Pada diagram jaringan kerja tersebut jalur kritisnya adalah kejadian 1, kegiatan A, kejadian 2, kegiatan B, kejadian 4, kegiatan D, kejadian 6, kegiatan F, kejadian 7, kegiatan G, kejadian 8, kegiatan H, kejadian 9, kegiatan I.
f. Proses crashing Berdasarkan alokasi waktu dan biaya pada tabel 2. Maka dapat dilanjutkan dengan proses crashing pada setiap kegiatan yang dapat dilihat pada tabel 3. Secara formulatif untuk untuk menyelesaikan crashing adalah : Crashing perperiode waktu : biaya mempercepat −biaya normal waktu normal −waktu cepat
Tabel 3. Alokasi waktu, biaya dan proses crashing kegiatan produksi penambangan PT. Batu Sarana Persada.
Penjelasan pada tabel adalah : Crashing perhari, kegiatan adalah = 150.000 Crashing perhari, kegiatan adalah = 200.000 Crashing perhari, kegiatan adalah = 700.000 Crashing perhari, kegiatan adalah = 600.000
10
3 A B C D
Crashing perhari, kegiatan E adalah = 500.000 Crashing perhari, kegiatan F adalah = 600.000 Crashing perhari, kegiatan G adalah = 800.000 Crashing perhari, kegiatan H adalah = 300.000 Crashing perhari, kegiatan I adalah = 250.000 Jalur kritis pada diagram jaringan kerja tersebut adalah kejadian 1, kegiatan A, kejadian 2, kegiatan B, kejadian 4, kegiatan D, kejadian 6, kegiatan F, kejadian 7, kegiatan G, kejadian 8, kegiatan H, kejadian 9, kegiatan I. Dengan lamanya kegiatn produksi tersebut 24 jam dan total biaya yang harus dikeluarkan 12.600.000.
2. Crashing ke 2. Dari kegiatan pada jalur kritis tersebut ternyata kegiatan B memiliki Crashing perjam yang paling minimum yaitu 200.000 dengan kemampuan crashing selama 3 - 1 = 2 jam, maka waktu penyelesaian menjadi 22 – 2 = 20 jam, dan biaya total menjadi = Rp 12.750.000,- + Rp 200.000,= Rp 12.950.000,3. Crashing ke 3. Dari kegiatan pada jalur kritis tersebut ternyata kegiatan I memiliki Crashing perjam yang paling minimum yaitu 250.000 dengan kemampuan crashing selama 3 - 1 = 2 jam, maka waktu penyelesaian menjadi 20 – 2 = 18 jam, dan biaya total menjadi = Rp 12.950.000,- + Rp 250.000,= Rp 13.200.000,4. Crashing ke 4. Dari kegiatan pada jalur kritis tersebut ternyata kegiatan H memiliki Crashing perjam yang paling minimum yaitu 300.000 dengan kemampuan crashing selama 4 - 1 = 3 jam, maka waktu penyelesaian menjadi 18 – 3 = 15 jam, dan biaya total menjadi = Rp 13.200.000,- + Rp 300.000,= Rp 13.500.000,5. Karena sudah mendekati biaya yang ditetapkan sebesar Rp 14.000.000,- maka tidak ada kegiatan lagi yang dapat dipercepat. Maka hasilnya adalah sebagai berikut : Percepatan waktu = 15 jam
PT. Batu Sarana Persada menginginkan adanya percepatan waktu dalam pengerjaan pengolahan batu dengan biaya Rp 14.000.000,-. Dengan adanya percepatan waktu yang dilakukan dibutuhkan biaya tambahan (Biaya Crash), maka bentuk perhitungannya adalah sebagai berikut : Cari biaya dengan biaya Crash/Hari terendah. 1. Crashing ke 1. Dari kegiatan pada jalur kritis tersebut ternyata kegiatan A memiliki Crashing perjam yang paling minimum yaitu 150.000 dengan kemampuan crashing selama 5 – 3 = 2 jam, maka waktu penyelesaian menjadi 24 – 2 = 22 jam, dan biaya total menjadi = Rp 12.600.000,- + Rp 150.000,= Rp 12.750.000,-
Total Biaya Crash 13.500.000,-
11
=
Rp
Poerdwadarminta, W.J.S., 1991. Kamus umum bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
KESIMPULAN 5.1
Kesimpulan
Berdasarkan perencanaan kegiatan produksi pada PT. Batu Sarana Persada yang sedang berjalan membutuhkan waktu 24 jam dengan biaya yang di butuhkan 12.600.000. Ternyata kegiatan produksi ini bisa dipercepat 9 jam dari biasanya setelah sebelumnya mempertimbangkan SDM dan peralatan, dengan biaya yang di butuhkan menjadi 13.500.000. hal ini sudah di anggap optimal karena kegiatan produksi yang dilakukan membutuhkan biaya yang lebih kecil di banding dengan biaya yang di anggarkan biasanya yaitu sebesar 14.000.000,-. 5.2
Prawirosentono, Suyadi. 2005. Riset Operasi dan Ekonofisika. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Simarmat DJ. A. 1985. Operation Research. PT Gramedia Gunadarma. Jakarta. Siswanto.
2007.
Operations
Research Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Saran
Optimalisasi biaya produksi menggunakan PERT DAN CPM dapat di aplikasikan untuk setiap proyek atau kegiatan produksi di instansi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Ali T. H., 1995. Prinsip – prinsip Networking Planning, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Levin. I dan Charles A.K., 1982, Perencaan dan Pengendsalian dengan PERT dan CPM, PT Balai Aksara, Jakarta Pangestu, S. 1986. Dasar – dasar operation research. Edisi kedua. BPFE, Yogyakarta
12