Laporan Tugas Manajemen Proyek Penjelasan Jounal CPM dan PERT
DISUSUN OLEH : 1006826295
Canggih Pramono Gultom
FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA JURUSAN SISTEM INFORMASI Agustus 2012
Journal 1.
Measuring Process Effectiveness Using Cpm/Pert AJIBOYE Sule Adegoke Department of Mathematical Sciences, The Federal University of Technology Akure, Nigeria E-mail:
[email protected] Received: June 21, 2010 Accepted: July 10, 2010 doi:10.5539/ijbm.v6n6p286
Banyaknya organisasi di dunia yang mencari cara untuk memuaskan customer dengan meningkatkan produktifitas dan keuntungan telah membuat munculnya berbagai metode dalam pengembangan dan pencapaian dalam suatu project. Jurnal ini akan lebih banyak memuat bagaimana CPM dan Pert dapat digunakan untuk menganalisa proses yang memberikan services kepada customer yang menemukan masalah dalam menyediakan tempat parkir untuk customer truk mereka. Dalam perusahaan pemuasan konsumen adalah pusat dari tujuan dari sebuah organisasi. Kualitas dari manajemen membagi konsumen menjadi 2 bagian : Internal customer dan External customer dimana internal customer merupakan orang yang berada dalam satu organisasi yang menerima keluaran dari proses sama seperti input proses yang mereka miliki sendiri. Sedangkan external customer merupakan user terakhir dari sebuah produk atau organisasi. Customer yang datang untuk menerima services dalam organisasi akan menghadapi banyak masalah, dimana akan lebih menyangkut hubungan antara customer dan perusahaan serta sebaliknya. Bagaimana mengatasi masalah ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari services level yang diberikan oleh organisasi. Untuk mencapai hal tersebut seringkali dibutuhkan perubahan dalam proses mikro level. Dasar dari setiap perubahan memberikan efek pada customer service quality termasuk proses efisiensi dan proses yang efektif. Seperti yang ditulis oleh Chase et Al (1983) menuliskan bahwa potential operating efficiency = f(1 – {( customer contact time) } / (service creation time)) . Pada tulisan berfokus dari sebuah proses dan bagaimana hal tersebut diukur. Keefektifan proses adalah buah dimana tujuan dan objektif dari sebuah proses bertemu. Harrington (1991) mendefinisikan kefektifan diturunkan dari output sebuah proses atau sub proses yang bertemu dengan kebutuhan dan sesuai ekspektasi dari konsumen. Untuk memastikan proses tersebut efektif, ekspektasi customer dan kebutuhan harus diakui dan dibangun dalam suatu proses. Hal tersebut akan menentukan proses yang akan menghasilkan output. Dalam journal ini juga dituliskan bahwa masukan untuk keefektifan diukur dari dalam internal dan ekternal customer. Setiap proses memiliki internal
customer dan untuk itu perjanjian dengan external customer, rantai dari transaksi antara internal customer akan menyediakan output untuk external customer. Untuk memuaskan external customer, kebutuhan dari customer harus bertemu. Ukuran karakteristik keefektifan dapat diindikasi sebaik apakah proses diselengarakan, hal tersebut dapat ditentukan dalam level yang ditentukan oleh manajemen dengan mengerjakan semua yang terlibat. Kadangkala hal tersebut dapat menjadi level yang disetujui dan didokumentasi dalam obrolan perusahaan. Setiap orang yang bersangkutan dengan pekerjaan untuk mencapai spesifikasi level dari efektif. Karakteristik dari perputaran waktu dapat kita lihat dari keluaran dari proses. Yang pertama akan meningkatkan waktu siklus sedangkan yang kedua akan menyusut. Dalam kebanyakan kasus cara terbaik untuk mengurangi waktu siklus adalah untuk menemukan tugas yang dapat dilakukan bersama-sama. Dalam situasi seperti ini, keuntungan yang cukup besar dapat disimpan di waktu siklus, yang diterjemahkan menjadi kepuasan pelanggan yang lebih baik dan lebih berkualitas. Penggunaan CPM dan PERT dibangun dari teknik proyek manajemen untuk fungsi dasar manajerial, perencanaan, penjadwalan dan kontrol (Rao (1992)). PERT mengasumsikan bahwa durasi dari setiap aktifitas memiliki probalitas distribution dimana kurang lebih dari distribusi beta. Distribusi beta memiliki kepadatan fungsi antara lain :
CPM mengasumsikan durasi dari aktifitas dapat direprentasikan menjadi nilai yang single. Hal tersebut dapat digunakan dalam project dimana memiliki pengalaman dalam hal tersebut, sehingga dia dapat mengistimasi durasi aktifitas dan digunakan sebagai hal utama dalam project dimana latar belakang diestimasi dari durasi aktifitas. Kedua method dapat diaplikasikan pada proses manajemen untuk menentukan keefektifan dari proses dimana kefektifan karakteristik adalah waktu dari proses. Sebagai PERT assumsi dari aktifitas durasi sebuah kemungkinan tidak dimungkinkan diubah dari perulangan proses dari alam. Dalam journal ini dapat diasumsikan bahwa durasi aktifitas memiliki beta distribution. 1. Reprentasi Network CPM dan Pert membutuhkan kontruksi dari network sebuah proyek. Dalam jaringan tanda panah digunakan mereprentasikan aktifitas dan komplementasi dari aktifitas ( dimana mungkin
sering menjadi awal dari aktifitas yang lain ) adalah reprentasi dari lingkarang yang dikatakan sebagai node. 2. Mendefenisikan jalur yang krisis Jalur krisis adalah rantai dari aktifitas antara jaringan dan mengandung aktifitas yang tidak bisa ditunda. Hal tersebut merupakan kemungkinan waktu yang berulang untuk sebuah proses. Jalur yang krisis akan menyediakan estimasi untuk sebuah proses yang berulang. Sedangkan untuk PERT method memiliki 3 waktu untuk mengistimasikan dari setiap aktifitas dan asumsi dari durasi untuk setiap aktifitas memiliki kepadatan dari distribusi beta. Distribusi beta adalah unimodal dan mengambil bentuk dari sebuah form.
Untuk menentukan jalur yang kritikal dari PERT d dapat digunakan sebagai durasi dari sebuah aktifitas (i,j), (i < j) dan variasi dari setiap aktifitas dapat dikalkulasikan. Dengan kalkulasi yang mengambarkan hal yang sama. Proses cycle time diberikan dengan.
Untuk panjang yang diberikan dari path yang krisis dan variasi diberikan oleh :
Untuk setiap aktifitas (i, j) dari path yang krisis. Probalitas dari statement yang diberikan dapat dibuat dengan standar normal dari rata – rata 0 dan variasi 1. Probalitas dapat dibaca dari tabel yang memiliki normal standar yang terdistribusi. Pemakaian CPM dan PERT dapat kita baca dalam jurnal dilakukan pada sebuah perusahaan perakitan yang terletak di Lagos, Nigeria yang memproduksi fasilitas rumah tangga yang menghadapi masalah dalam menentukan ruangan parkir untuk customer setelah pemerintah nigeria mengeluarkan aturan melarang truk dan kendaraan lain parkir di jalan dekat dengan jalan utama. Hal ini menjadi masalah
karena perusahaan memang memiliki ruangan parkir yang terbatas sehingga jika ada kendaraan yang parkir pada jalan disamping pabrik mereka harus membayar denda pada pemerintah. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan tambahan cost pada transaksi dengan perusahaan yang lain ketika ada kendraan yang membawa bahan baku yang parkir di dekat perusahaan. Dan tentu saja ini merupakan pertanda yang buruk bagi customer ketiak harus membebankan biaya tersebut kepada mereka. Untuk mengatasi hal tersebut maka pihak perusahaan meneliti masalah ini dengan dan melihat bahwa setiap truk hanya menghabiskan hanya empat jam di tempat sebelum mereka memuatnya. Sehingga didapatkan pada kesimpulan jika operasi pemuatan efektif maka akan dapat menghindarkan dari membayar denda. Perusahaan mengoperasikan dengan menggunakan customer service dimana hanya 90 menit. Ini berarti setiap servis harus diselesaikan hanya dengan 90 menit untuks setiap customer. Dari data dilihat dalam satu tahun rata – rata waktu yang dihabiskan untuk memuat truk dari range 70 – 140 minutes namun data yang diberikan sangat buruk sehingga tidak dapat dijadikan acuan. Untuk pada jurnal data kemudian diolah kembali sehingga menghasilkan data terakhir pada table 3.
Sebagai prediksi awal jaringan dibawah ini diberikan
Namun dari gambar dilihat beberapa aktifitas dapat dilakukan secara bersamaan. Contoh aktifitas B dan C dapat mengambil tempat secara bersamaan. Begitu juga G dan H untuk itu alur dari permasalahan tersebut harus diubah sehingga dapat mengurangi cost atau menghilangkan cost tersebut. Pertama kita menggunakan CPM dimana setiap tanda bintang adalah waktu yang kritikal
Kalkulasi PERT Untuk membuat kalkulasi dari PERT, ada tiga nilai yang harus dibutuhkan salah satunya adalah waktu optimis, waktu pesimitis, dan waktu yang diperkirakan. Setiap nilai yang diambil akan diobservasi untuk setiap aktifitas dan digunakan untuk mengkalkulasi rata – rata durasi aktifitas dan standar devisiasi dari durasi.
Waktu durasi digunakan menampung waktu terdekat dari event time, latest time event time dan total rata – rata. Hasilnya dapat dilihat di tabel 6 Aktifitas dapat diindikasi dengan a* dari hasil dapat kita lihat CPM = 73 menit dan PERT = 71 dengan standar deviasi 3.36 menit.
Path yang kristis diindikasi dengan panah tebal dalam network dibawah.
Probalitas proses dapat diselesaikan dengan 73 menit dapat diterminasikan dan diberikan dengan :
Kemungkinan diatas 60% proses durasi tidak akan sampai 73 menit. Departemen marketing diadopsi dari model ini dan antara dengan beberapa minggu, efek menjadi kelihatan. Kemacetan pada parkir dapat dieleminasi dan ketakutan truk yang akan parkir di jalan dapat dihilangkan. Dari jurnal dapat kita lihat CPM / PERT dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan kualiatas dari organisasi. Dengan berfokus pada proses dan memberikan produk banyak hal dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas dari produk.
Journal II
OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM (Studi Kasus Twin Tower Building Pasca Sarjana Undip) DANNYANTI, Eka and SUDARYANTO, Budi (2011) Undergraduate thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO. Pada jurnal ini penulis melakukan penelitian pada pelaksanaan proyek twin tower pada universtas diponegoro. Bahan penelitian didapatkan dari jadwal pelaksanaan proyek dan rencana anggaran biaya (RAB) proyek. Pada journal ini penelitian proyek dilakukan dengan menggunakan metode PERT dan CPM. Dimana menurut pada jurnal ini mengutip Agustini dan Rahmadi (2004), prinsip penyusunan jaringan kerja pada metode PERT dan CMP adalah sama, namun terdapat perbedaan mendasar antara keduanya, yaitu terletak pada konsep biaya yang dikandung CPM yang tidak ada dalam metode PERT. Metode CPM a) Sistematika dari proses penyusunan jaringan kerja (network) adalah sebagai berikut (Soeharto, 1999) : b) Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan, memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. c) Menyusun kembali komponen-komponen pada butir 1, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai logika ketergantungan. d) Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek. e) Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja. Setelah jalur kritis diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan percepatan proyek. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu percepatan dan menghitung biaya tambahan untuk percepatan setiap kegiatan. b. Mempercepat waktu penyelesaian proyek dengan mengutamakan kegiatan kritis yang memiliki slope biaya terendah. Apabila upaya percepatan dilakukan pada aktivitasaktivitas yang tidak berada pada lintasan kritis, maka waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan berkurang. c. Susun kembali jaringan kerjanya. d. Ulangi langkah kedua dan berhenti melakukan upaya percepatan apabila terjadi pertambahan lintasan kritis. Apabila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka upaya percepatan dilakukan serentak pada semua aktivitas yang berada pada lintasan kritis. Usahakan agar tidak terjadi penambahan atau pemindahan jalur kritis apabila diadakan percepatan durasi pada salah satu kegiatan. e. Upaya percepatan dihentikan apabila aktivitas-aktivitas pada lintasan kritis telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin diteka n lagi).
f.
Hitung biaya keseluruhan akibat percepatan untuk mengetahui total biaya proyek yang dikeluarkan.
Metode PERT Dalam Heizer dan Render (2006), PERT mengatasi masalah variabilitas waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek. Menurut Handoko (1999), PERT bukan hanya berguna untuk proyek-proyek raksasa yang memerlukan waktu tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki efisiensi pengerjaan proyek-proyek segala ukuran. Pada PERT, penekanan diarahkan kepada usaha mendapatkan kurun waktu yang paling baik (ke arah yang lebih akurat). PERT menggunakan unsur probability. Dalam Siswanto (2007), disebutkan bahwa PERT, melalui distribusi beta, menggunakan taksiran-taksiran waktu untuk menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan agar lebih realistik. Kemudian diasumsikan pendekatan dari durasi rata-rata yang disebut expected return (te) dengan rumus sebagai berikut :
Besarnya ketidakpastian tergantung pada besarnya angka a dan b, dirumuskan sebagai berikut :
Varians kegiatan
Untuk mengetahui kemungkinan mencapai target jadwal dapat dilakukan dengan menghubungkan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d) yang dinyatakan dengan rumus :
Hasil penelitian dalam jurnal akan menghasilkan optimalisasi durasi percepatan proyek dengan menggunakan berbagai alternatif percepatan proyek yang memberikan kontribusi biaya paling rendah dengan waktu penyelesaian paling cepat.
Sumber data diolah, 2010 Pada data awal yang terdapat dalam journal adalah 175 hari dengan total biaya proyek 19.054.959.006,71. Total biaya tersebut belum termasuk pajak 10% dan pajak IMB sebesar 6%. Biaya total setelah pajak sebesar Rp. 21.086.217.636,83. Dari laporan rencana anggaran biaya dibuat oleh kontraktor yang terdapat dalam journal biaya proyek adalah Rp. 21.060.612,39, sedangkan biaya total proyek yang dihasilkan dalam penilitian adalah Rp 21.086.217.636,83 karena melakukan pembulatan dua angka di belekang koma oleh software Microsoft Project 2007. Di dalam jurnal aktifitas utama proyek dipecah menjadi komponen – komponen kerja yang rinci untuk keperluan analisis jalur kritis. PERT dalam konsep probability dengan memberikan rentang waktu yang lebih besar yaitu tiga angka estimasi untuk suatu kegiatan, waktu optimis, waktu pesimistis dan waktu paling mungkin.
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Z = ( batas waktu – waktu penyelesaian yang diharapkan ) / devisiasi standar proyek Z = ( 175 – 150 ) / 17,02 Z = 1.46 Berdasarkan kurva distribusi normal nilai Z atau peluang 1.46 berarti peluang 92,78 % penyelesaian dapat dicapai pada 150 hari. Lintasan Krisis (Critical Path) Lintasan krisis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan kritis.
Pada jurnal dimuat juga bagaimana dengan melakukan percepatan Proyek (crashing), percepatan dapat dilakukan dengan penambahan tenaga kerja, penambahan jam kerja (lembur) dan pengalihan pekerjaan pada perusahaan subkontrak. Perhitungan biaya proyek akibat percepatan durasi dapat dilihat pada perbandingan berikut. a) Akibat crashing dengan penambahan tenaga kerja
b) Akibat crashing dengan penambahan jam kerja (lembur) Perhitungan upah lembur mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 102/MEN/VI/2004 Tentang Waktu kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.
Percepatan penyelesaian proyek dapat dilakukan dengan cara melimpahkan pekerjaanpekerjaan tertentu kepada perusahaan subkontrak. Pekerjaan-pekerjaan pada jalur kritis dilimpahkan kepada perusahaan subkontrak yang terpilih melalui proses lelang. Dalam proses lelang, dimungkinkan penawaran harga yang lebih rendah atau maksimal sama dengan rencana anggaran biaya dan durasi yang dipercepat.
Interpretasi Hasil Hasil dari penelitian menunjukan bahwa batas waktu penyelesaian dari proyek adalah 175 hari, kemudian dilakukan percepatan 150 hari, dengan menentukan nilai Z dapat diketahui peluan pencapaian target penyelesaian proyek. Nilai Z atau peluang yang didapat sebesar 1,46 berarti ada peluang 92,78 % ( berdasarkan kurva distribusi normal ) penyelesaian proyek dapat dicapai pada 150 hari. Selain itu ada beberapa cara untuk melakukan percepatan durasi proyek yang dilakukan dengan menambah sumber daya pada kegiatan kritis, karena sangat logis biaya crash sebuah kegiatan lebih mahal dari biaya normalnya ( Heizer dan Render 2005)
Berdasarkan tabel dapat dilihat terjadinya peningkatan biaya akibat pemendekan durasi pelaksanaan pekerjaan dari 175 hari kerja menjadi 150 hari kerja. Untuk alternatif subkontrak tidak mengalami kenaikan biaya bila dibandingkan dengan alternatif penambahan tenaga kerja dan alternatif kerja lembur, Dimana ditinjau dari segi waktu dan biaya serta kelebihan dan kelemahan masing – masing alternatif sehingga dapat disimpulkan bahwa durasi optimal proyek adalah 150 hari dengan biaya total proyek sebesar Rp 21.086.217.636,83 pada alternatif subkontrak Hasil dari kesimpulan penelitian adalah : a) Dengan menggunakan analisis jaringan kerja dengan metode PERT dan CPM dapat dilakukan upaya percepatan durasi proyek dengan mempercepat pekerjaan-pekerjaan yang berada pada lintasan kritis. b) Peluang pencapaian target waktu penyelesaian proyek yang diharapkan yaitu 150 hari adalah 92,78% (nilai Z atau peluang 1,46).
c) Percepatan durasi proyek dilakukan dengan menggunakan tiga alternatif, yaitu penambahan tenaga kerja, kerja lembur, dan subkontrak. Total biaya proyek dengan penambahan tenaga kerja adalah Rp 21.104.171.668,53 pada durasi 150 hari kerja, sedangkan biaya proyek dengan kerja lembur adalah Rp21.122.270.195,1 pada durasi 150 hari kerja. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa percepatan durasi dari kedua alternatif tersebut adalah 25 hari kerja atau 14% dari durasi normal, namun menghasilkan kenaikan biaya yang berbeda. Kenaikan biaya akibat penambahan tenaga kerja sebesar Rp 16.224.500,00 atau 0,08% dari total biaya proyek normal, sedangkan kerjalembur menghasilkan kenaikan biaya sebesar Rp 32.579.575,50 atau 0,15% dari total biaya proyek normal. Total biaya proyek pada alternatif subkontrak sama dengan rencana anggaran biaya atau tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 21.086.217.636, 83 dan pada durasi percepatan yang sama yaitu 150 hari kerja. d) Durasi dan biaya proyek optimal untuk menyelesaikan proyek pembangunan Twin Tower Building adalah selama 150 hari kerja dan biaya sebesar Rp21.086.217.636, 83 dengan menggunakan alternatif subkontrak.
DAFTAR PUSTAKA Badri, S. 1997. Dasar-dasar Network Planing. Jakarta : PT Rika Cipta. Handoko, T.H.. 1999. Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi Pertama. BPFE : Yogyakarta. Hartawan, Harry. n.d. “Analisis Keterlibatan Manajemen Proyek dalam Proses Perencanaan dan Pengendalian Proyek Selama Pelaksanaan Konstruksi”. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=80787. www.google.com. Diakses 9 Februari 2010. Hayun, Anggara. 2005. “Perencanaan dan Pengendalian Proyek dengan Metode PERT-CPM : Studi Kasus Fly Over Ahmad Yani, Karawang.” Journal The Winners, Vol. 6, No.2, h. 155-174. Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Operations Management : Manajemen Operasi. Jakarta : Salemba Empat. Levin, Richard I. dan Charles A Kirkpatrick. 1972. Perentjanaan dan Pengawasan Dengan PERT dan CPM. Jakarta : Bhratara. Maharany, Leny dan Fajarwati. 2006. “Analisis Optimasi Percepatan Durasi Proyek dengan Metode Least Cost Analysis.” Utilitas, Vol. 14, No. 1, h. 113-130. Sandyavitri, Ari. 2008. “Pengendalian Dampak Perubahan Desain Terhadap Waktu dan Biaya Pekerjaan Konstruksi”. Jurnal Tehnik Sipil, h.57-70. Diakses tanggal 6 Mei 2010, dari PDF Search Engine. Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga. Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga.