OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 H. Sofjan Sudardjad D. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan
PENDAHULUAN Produksi daging sapi dan kerbau tahun 2001 berjumlah 382,3 ribu ton atau porsinya sekitar 25 persen dari total produksi daging sebesar 1,5 juta ton. Sedangkan dari sisi konsumsi, maka konsumsi daging sapi dan kerbau pada tahun yang sama berjumlah 423,3 ribu ton. Sehingga terdapat kekurangan produksi daging sebesar 41 ribu ton. Untuk memenuhi tingkat produksi daging dalam negeri pada tahun 2001 jumlah ternak yang dipotong, baik sapi maupun kerbau berjumlah 1,9 juta ekor. Untuk memenuhi kebutuhan dan kekurangan daging sapi tersebut terpaksa dilakukan impor ternak sapi bakalan dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi bakalan tersebut sebelum krisis moneter malah pernah mencapai hampir 400 ribu ekor. Pada tahun 2002 impor masih berlangsung walaupun jumlahnya menurun menjadi sekitar 275 ribu ekor. Selain itu impor daging berkualitas untuk pasar khusus masih dilakukan yakni sebesar 41 ribu ton. Perekonomian negara diperkirakan akan segera pulih pada tahun-tahun mendatang dan jika tidak dilakukan upaya-upaya terobosan akan terjadi peningkatan kesenjangan antara produksi dalam negeri dan tingkat konsumsi. Implikasinya adalah akan terjadi pengurasan atau eksploitasi yang tidak terkendali terhadap ternak-ternak lokal rakyat yang pada gilirannya akan mengganggu keseimbangan populasi ternak di alam. Pada 3 tahun kedepan tingkat konsumsi masyarakat akan daging sapi diperkirakan akan meningkat dari 1,6 kg/kap/tahun menjadi 2,3 kg/kap/tahun. Hal ini identik dengan pemotongan ternak sapi sebesar 2,2 juta ekor (30%), berarti selain 1,9 juta ekor yang secara reguler dipotong masih diperlukan lagi tambahan 300 ribu ekor ternak sapi setiap tahun yang harus dipotong yang diambil dari peternakan rakyat. Berdasarkan tingkat produktivitas peternakan rakyat yang dimiliki saat ini, yaitu angka kelahiran yang rendah, angka kematian ternak dan wabah penyakit menular dan penyakit reproduksi. Pada sisi lain tidak terkontrol pemotongan hewan betina produktif dan pejantan unggul di berbagai Rumah Potong Hewan (RPH), yang meninmbulkan kekhawatiran kembali tentang pengurasan ternakternak rakyat.
OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 H. Sofjan Sudardjad D.
57
PRINSIP-PRINSIP UPAYA TEROBOSAN KECUKUPAN DAGING SAPI 2005 Dalam upaya menghindari pengurasan ternak rakyat untuk memenuhi konsumsi daging masyarakat perlu diusulkan pendekatan yang mengintegrasikan aspek teknis, ekonomi dan sosial secara terpadu dalam paket program. Prinsip yang akan dianut adalah; Azas kelestarian sumberdaya ternak nasional (populasi), Azas keseimbangan (suplai-demand), dan Azas kemandirian (mengurangi impor). Dalam azas kelestarian sumberdaya ternak akan terkait dengan aspek teknis yaitu peningkatan kelahiran, penurunan kematian, pengendalian pemotongan betina produktif dan pejantan unggul. Pada azas keseimbangan suplai dan demand terkait dengan perhitungan-perhitungan penyediaan ternak dalam negeri yang berasal dari pasokan peternakan rakyat, industri peternakan rakyat dan importasi daging. Sedangkan untuk azas kemandirian bermaksud untuk mengurangi ketergantungan akan impor, peternakan rakyat tetap merupakan tulang punggung, industri peternakan rakyat menjadi pendukung dan impor sebagai penyambung. Ketiga prinsip tersebut biasa dikenal sebagai Gaung (tiga ung) upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri. OPERASIONALISASI UPAYA TEROBOSAN KECUKUPAN DAGING SAPI 2005 Pengertian Kecukupan adalah pangan hewani asal ternak (khusus daging sapi) sampai tingkat rumah tangga cukup tersedia, harga terjangkau, aman, sehat, utuh dan halal. Pengertian ketersediaan adalah paling tidak 90 – 95 persen tersedia dari suplai dalam negeri. Sehingga swasembada dapat bersifat on trend artinya suatu saat dapat dilakukan impor dalam jumlah batas atau dapat dilakukan ekspor bila memungkinkan. Upaya kecukupan daging sapi merupakan upaya terobosan yang mendesak. Untuk mencapai kecukupan daging tahun 2005 tersebut, maka upayaupaya dalam bentuk kegiatan operasional yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : Peningkatan Produktivitas 1. Peningkatan kegiatan ET dan IB secara terpadu, terkonsentrasi diikuti dengan program penggemukan. Untuk ini pada TA 2001 sudah diupayakan pengadaan elitte bull dan donor sebanyak 120 ekor serta pengadaan sarana dan prasarana pendukung. Pengadaan elite bull dan donor tersebut diharapkan akan meningkatkan AKP. Volume 1 No. 1, Maret 2003 : 57-65
58
produksi semen beku menjadi 6-7 juta dosis sesuai kebutuhan untuk menginseminasi betina produktif sebanyak 2 juta ekor. Selain itu akan dihasilkan produksi embrio sebanyak 3500 mudigah. Dengan dihasilkannya embrio tersebut akan diperoleh dua keuntungan ganda yaitu secara cepat (satu generasi) terbentuk bibit unggul dan sekaligus tidak perlu lagi dilakukan importasi dari bull dan donor. 2. Pengembangan pakan yang cukup, bermutu dan tersedia setiap saat Pengembangan penyediaan pakan dengan menggunakan bahan bku dari sumberdaya lokal. 3. Upaya persilangan ternak ke arah dual purpose Upaya ini adalah untuk menghasilkan ternak dual purpose, sehingga menjadi ternak pedaging dan ternak perah. 4. Pengembangan sentra baru kawasan Pengembangan sentra baru dengan pendekatan kawasan peternakan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Melalui kawasan yang telah ada tersebut pelayanan pengendalian dan pengawasan penyakit dapat terkonsentrasi. Peningkatan Populasi Ternak 1. Pengendalian pemotongan betina produktif. Pada saat ini jumlah ternak betina yang dipotong mencapai 40 persen dari seluruh jumlah ternak yang dipotong. Ternyata 70 persen dari betina yang dipotong tersebut masih produktif. Untuk mengatasi masalah ini dilaksanakan melalui proyek pembangunan rumah potong hewan dan tata niaga daging di 10 provinsi yang berasala dari bantuan SPL-OECF. Selain itu proyek ini dapat meningkatkan ketersediaan daging yang aman, utuh, sehat dan halal (ASUH). 2. Pengendalian penyakit reproduksi. Penyakit reproduksi yang penting untuk dikendalikan adalah Brucellosis (penyakit keguguran/keluron menular). Ternyata wilayah-wilayah yang tertular saat ini adalah provinsi-provinsi yang potensial sebagai sumber bibit ternak, yaitu ; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan dan Jawa. Untuk ini melalui dana OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 H. Sofjan Sudardjad D.
59
APBN akan dilakukan upaya pembebasan pulau per pulau. Selain itu sudah dilakukan pembicaraan dengan pihak Australia untuk membantu pengendalian penyakit ini, khususnya di Indonesia kawasan timur. 3. Impor bibit ternak. Upaya ini akan dilakukan apabila memang diperlukan dalam rangka menambah populasi ternak sekaligus meningkatkan mutu genetis. Substitusi dan Diversifikasi Produk. Upaya ini dilakukan agar terjadi substitusi daging ternak besar dengan adging ternak lainnya, khususnya daging ternak unggas (pergeseran dari red meat ke white meat). Sehingga pada akhirnya tidak terlalu tergantung kepada pasokan daging sapi semata. Operasionalisasi upaya ini adalah melalui UPSUS GEMA PROTEINA 2001ayam buras di 22 kabupaten pada 12 provinsi, UPSUS itik di 5 kabupaten pada 3 provinsi, UPSUS kambing di 10 kabupaten pada 7 provinsi dan UPSUS domba di 7 kabupaten pada 5 provinsi. Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan produktivitas ternak-ternak ayam negari rakyat dalam Program Pengembangan Budidaya dan Perbibitan Ayam Buras (RRMC) di 81 kabupaten pada 18 provinsi (bantuan SPL-OECF). Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan. 1. Secara konsisten memperbaiki kinerja unit pelaksana teknis (UPT). Pembibitan ternak ke arah komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT pembibitan ternak dapat menghasilkan bibit ternak yang berkualitas. 2. Mengembangkan kelembagaan penangkar bibit ternak rakyat (dilaksanakan oleh rakyat sendiri) semacam Village Breeding Centre. 3. Desentralisasi Balai Inseminasi Buatan (BIB), untuk mendekatkan penyediaan semen beku pada peternak dengan jenis dan jumlah sesuai dengan dengan kebutuhan. Kegiatan ini diprioritaskan pada daerah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI. Yogyakarya, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Barat. 4. Terbentuknya satu unit organisasi baru pada tingkat pusat (eselon II), yaitu Pusat pelayanan Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio Nasional (PUSPITNAK). Pusat pelayanan ini akan membawahi dan membina pusat pelayanan IB maupun TE di Indonesia. 5. Promosi dan pengembangan ekspor produk pendukung dan pengamanan ternak, yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis pemerintah maupoun oleh swasta (obat, vaksin). Pada saat ini telah dilakukan ekspor obat-obatan dan vaksin ke Myanmar dan Thailand. Sedang yang dalam proses ada 10 jenis obat-obatan dan vaksin, untuk memenuhi permintaan negara-negara Timur tengah. Promosi dan pengembangan eskpor ini sekaligus untuk mendukung AKP. Volume 1 No. 1, Maret 2003 : 57-65
60
berkembangnya industri pendukung dalam mempercepat upaya swasembada daging 2005. DAMPAK YANG DIHARAPKAN 1. Dari aspek teknis, selama kurun waktu (2000 – 2005) terjadi peningkatan angka parameter kelahiran dari 18,8 persen menjadi 20,9 persen, sedangkan angka kematian terjadi penurunan dari 4,0 persen menjadi 3,0 persen. 2. Terjadi peningkatan pertumbuhan populasi ternak sapi dari 0,66 persen (2000) menjadi 1,05 persen (2005). Sehingga selama kurun waktu 2000 – 2005 terjadi peningkatan proporsi suplai daging sapi dalam begeri dari 82 persen menjadi 93 persen. Sebaliknya terjadi penurunan suplai daging sapi yang berasal dari impor sapi bakalan dari 13,0 persen menjadi 4 persen dan importasi daging sapi berkualitas juga menurun dari 5,0 persen menjadi hanya 3,0 persen. 3. Terjadi penurunan jumlah impor sapi bakalan selama kurun waktu 2000 – 2005. Sementara itu terjadi peningkatan pasokan produksi daging sapi dalam negeri dari 307 ribu ton menjadi 464 ribu ton selama kurun waktu yang sama. PENUTUP Demikian uraian Operasionalisasi Program Terobosan menuju Kecukupan Daging Sapi Tahun 2005, semoga dapat dijadikan acuan untuk mewujudkannya.
OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 H. Sofjan Sudardjad D.
61