.
,
(
J~.
Ekonom1
~Bisnis
./
'
.
~
,.;·,.,.
....
.·
.
::.- :
~
.\
·~
,·.......
!.
..
Determinant Factors ofReal Exchange Rates: The Behavioral Equilibrium Exchange Rates Model (The Beer Model)
1-15
Ade Komaludin
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia Tahun 2006
17-33
Yosefa Susiana &Arnold Kaudin
Analisis Metode Akuntansi Persediaan Fifo Dan Rata-rata dalam Mencerminkan Market Value Perusahaan
35-45
Henry Kurniawan Wiryadi & Supatmi
In vestasi Berbasis Syariah di Pasar Modal Indonesia
47-54
Maria Rio Rita
Pengaruh Audit Operasional Terhadap Implementasi Strategi dan Dampaknya pada I ,aha Operasi (Sensus pada Bank Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya)
55-73
Dedi Kusmayadi
I' he Adoption ofPush-pull and Mooring Model for Small Industry In Indonesia
75-88
Ollivia Listyarini, Jony Oktavian Haryanto & Bona Christanto Siahaan
Lfektivitas Iklan Televisi Partai Gerindra berdasarkan Metode Customer Response Index (CRI) di Salatiga Sandy Surya Utama, Roos KitiesAndadari & Eko Suseno HR Matrutty
89-102
~!.· .•.
INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL ~~SIA
.
~.: ~>
Maria Rio Rita Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univesitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Syariah-based capital market can be defined as the capital market that implements the principles of Islamic: canon law in b11siness activities and does not involve in practices prohibited b\' the Islamic law .mch as usury, gambling, speculation, etc. It is perceived from the outset that the Islamic Capital Market (ICM) in Indonesia is an essential element of the capital market. In its evolutionary path, the /CM has functioned eflectively as an alternative market for capital seekers and providers. at the same time playing an important complementat)' rule to the Islamic capital market industry. Indonesia Stock Exchange (IDX) has Jakarta Islamic Index (JI/j that consist of 30 shares which .ful{i/1 the syariah criteria set by the National Syariah Board. J/1 is intended as a benchmark to calculate the performance ofs.\•ariah-based shares investment. Keywords: syariah principles. capital market
Pendahuluan Pasar modal telah menjadi saraf finansial dunia (financial nerve-centre) dunia ekonomi modern. Pasar modal juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan, salah satunya adalah adanya tindakan spekulasi. Aktivitas ini memang membuat pasar tetap aktif, namun aktivitas ini tidak selamanya bernilai positif terutama saat menyebabkan depresi yang luar biasa. Sistem perekonomian konvensional memanfaatkan pasar uang dan pasar modal sebagai sarana investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif guna mendapatkan keuntungan (gain) sebesar-besarnya dengan jangka waktu singkat (Singh 1998). Aktivitas spekulasi sesungguhnya bukan merupakan investasi. Investor akan berinvestasi mengharapkan keuntungan jangka panjang dan membeli sekuritas dengan tujuan berpartisipasi langsung dalam bisnis. Sedangkan spekulan hanya mengharapkan keuntungan jangka pendek. Spekulasi telah meningkatkan unearned income bagi sekelompok orang dalam masyarakat, tanpa mereka memberikan kontribusi apapun baik yang bersifat positif dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut seseorang akan menghalalkan segala cara tanpa peduli rambu etika dan agama (www.ukhuwah.or.id). Di tengah kemerosotan, skandal dan risiko yang menimpa pasar modal konvensional tersebut, dunia mulai melirik sistem alternatif di bidang keuangan, yaitu sistem syariah yang berlandaskan ajaran Islam. Perkembangan pasar finansial syariah sedang marak, khususnya di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim (Nusantara 2004). Di Indonesia kemajuan pasar finansialnya terutama perbankan syariah dan asuransi syariah cukup signifikan, yang kemudian diikuti dengan pegadaian syariah. Bahkan pertumbuhan reksadana syariah mengungguli pertumbuhan reksadana konvensional pada tahun 2007. (Tumanggor 2005). Pasar modal Malaysia memiliki indeks yang disebut Kuala Lumpur Syariah Index (KLSI) untuk memenuhi permintaan investor yang ingin berinvestasi di instrumen yang sejalan dengan prinsip syariah. KLSI mula-mula hanya terdiri dari 279 saham dan seiring perkembangannya kini menjadi 826 saham atau sekitar 86 persen dari total saham yang terdaftar di pasar modal Malaysia (Ahmad dan Albaity 2006).
47
JumaJ Ekonomi dan Bisnis Vol.XV, No.1, Maret 2009:47-54
Perkembangan pasar modal syariah memang dinilai positif. Hal ini merupakan upaya reforrnasi di sistem keuangan, khususnya pasar modal di mana sistem keuangan syariah sebagai sistem alternatif. Namun konsep ini masih perlu terus dikritisi untuk penyempumaan sistem tersebut.
Risk and Return Investasi Syariah Keputusan investasi tidak hanya keputusan menjual atau membeli efek tertentu, tetapi terrnasukjumlah unit yang akan dibeli serta proporsi setiap jenis efek (diversifikasi). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan portofolio menurutTuttle (dalam Subatra, 2005) adalah: 1) investor objectives. constraint and preference; 2) rate of return expectation for both asset catagories and indMdua/ securities available .for portfolio selection; 3) integration of expectation with investor objectives to create an optimum combination of assets .from available choices; 4) the constant monitoring of relevantfactors which may cause a change in portfolio complexion or composition; dan 5) portfolio performance measurement. Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Portofolio seperti itu disebut dengan portofvlio yang efisien. Kombinasi aset-aset yang membentuk portofolio efisien disebut perrnukaan efisien (efficient frontier). Bagian ini menunjukkan portofolio yang mampu menawarkan tingkat return yang lebih tinggi dengan risiko yang sama dibandingkan portofolio lainnya. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sek:ian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Tentu saja portofolio yang dipilih adalah yang sesuai dengan preferensi investor terhadap return dan risiko yang bersedia ditanggungnya (Tandelilin 2001: 78). Upaya meminimalkan risiko dilakukan melalui diversiflkasi dengan dua cara: 1) diversifikasi pada berbagai sekuritas (diversification across securities) dan 2) diversiflk:asi berdasarkan panjang waktu kepemilikan sekuritas (diversification across time) (Radcliffe 1990). Dalam konteks manajemen portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko. Namun manfaat pengurangan risiko portofolio akan mencapai titik puncaknya pada saat portofolio terdiri dari sek:ian jenis saham, dan setelah itu manfaat pengurangan risiko portofolio tidak akan terasa lagi. Beberapa basil studi empiris menyatakan bahwa untuk mengurangi risiko portofolio diperlukan sedikitnya antara 15-20 jenis saham (Tandelilin 2001: 58). Krisis subprime mortgage dan fluktuasi harga minyak dunia membuat beberapa investor menggeser instrumen investasinya, yang semula berupa produk frnansial yang mapan ke pembiayaan berbasis syariah yang dinilai lcbih transparan dan aman. Terlebih bagi para Muslim yang sudah lama menantikan produk keuangan yang sesuai dengan kaidah Islam sehingga dapat meningkatkan kepercayaan untuk berinvestasi dalam ekuitas secara syariah. (http://www.djindexes.com/jsp/islamicMarketOverView.jsp). Namun jika kita -embali menyimak prinsip-prinsip diversiflkasi di atas, portofolio yang terdiri dari sahamsaham syariah tidak akan mampu mengurangi risiko investasi sebesar portofolio yang terdiri dari berbagai karakteristik saham. Hal ini disebabkan portofolio syariah membatasijenis saham yang akan disusun di dalanrnya, yaitu harus sesuai kaidah-kaidah Islam yang ditetapkan Dewan Syariah Nasionai-MUI. Pendapat ini sejalan dengan prinsip diversifikasi Markowitz, bahwa untuk memperoleh manfaat pengurangan risiko yang lebih optimal tidak bisa mengabaikan begitu saja informasi-inforrnasi penting tentang karakteristik aset yang akan dimasukkan dalam portofolio (seperti yang dilakukan dalam
48
Investasi Berbasis Syariah di Pasar Modal Indonesia (M. Rio Rita)
diversifikasi random). Henry Markowitz (Jones 2004: 214) menyarankan kepada investor untuk tidak membeli satu macam sekuritas saja. Pada dasarnya tidak ada saham memiliki korelasi sangat ekstrim dengan saham lain, biasanya sekuritas akan berkorelasi positif atau negatif terhadap sekuritas lainnya meskipun tidak sempuma. Oleh sebab itu investor tidak akan bisa menghilangkan sama sekali risiko portofolio. Hal yang bisa dilakukan adalah "mengurangi" risiko portofolio. Investasi pada saham-saham yang berprinsip syariah sangat berbeda dengan investasi pada saham konvensional. Transaksi saham syariah selain tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh pasar modal juga menganut prinsip syariah (muamalat). Berdasarkan hal tersebut, kinerja dari keduajenis saham itu diduga berbeda secara signifikan. Munculnya produk-produk keuangan berbasis syariah di negara lain mendorong beberapa peneliti untuk membandingkan kinerja produk syariah (misalnya reksadana dan indeks syariah) dengan kinerja produk keuangan konvensional. Hasil penelitian ten tang perbandingan kinerja reksadana syariah dan reksadana konvensional di negara lain menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kebanyakan penelitian sebelumnya yang menganalisis kinerja indeks harga saham Islam berada di Amerika Serikat. Statman (2000) menganalisis kinerja Domini Social Index (DSI) dengan kinerja indeks S&P 500 selama tahun 1990-1998. DSI merupakan indeks dari perusahaan yang dikategorikan memiliki tanggung jawab secara sosial. Temuannya menyatakan bahwa return dan risiko DSI lebih besar daripada indeks S&P 500. Kreander, Gary, Power dan Sinclair (2000) menganalisis 40 reksadana SRI dari 7 negara menggunakan pendekatan matching (matching approach). Negara-negara tersebut meliputi Belgia (1 reksa dana), Jerman (4), Belanda (2), Norwegia (2), Swedia (11), Swiss (2) dan Inggris (18). Temyata SRI dan reksadana konvensional memiliki kinerja yang sama. Ahmad dan Albaity (2006) yang meneliti kinerja indeks syariah Kuala Lumpur (KLSI) dengan indeks saham gabungan (KLCI) di pasar modal Malaysia dengan menggunakan ukuran kinerja Sharpe ratio, Treynor ratio, beta dan alpha Jensen menemukan bahwa KLSI memiliki tingkat risiko dan return yang lebih rendah dari KLCI. Penelitian Harahap dan Pane (2003) menemukan bahwa selama tahun 1997-2001 dengan menggunakan metode perbandingan langsung, kinerja reksadana syariah lebih baik daripada reksadana konvensional (reksadana mawar). Hal ini dapat dilihat dari tingginya NAB/ unit reksadana syarah sebesar Rp. 716,53 , sedangkan NAB/ unit reksadana mawar Rp. 668,61. Tidak adanya konklusi mengenai risiko dan return investasi syariah tetap membuat investasi jenis ini terns berkembang. Investasi syariah "dinilai" tidak mampu memberikan tingkat return seoptimal jika berinvestasi pada portofolio konvensional. Sebab investasi syariah tidak sesuai dengan kaidah efficient frontier. Artinya portofolio syariah tidak mampu memberikan tingkat return yang lebih besar pada tingkat risiko yang sama. Namun keputusan tetap bermuara pada masing-masing investor untuk memilih instrumen investasi yang sesuai dengan preferensi risiko dan return yang dikehendaki. Investor yang berinvestasi pada produk syariah akan memperoleh manfaat secara emosional (emotional benefit), sebab investor merasa aman dan yakin bahwa saat berinvestasi tidak melanggar prinsip-prinsip Islami. Keuntungan dari jual beli saham akan dianggap halal jika tujuan seseorang adalah menjadi investor bukan spekulan. Misalnya untuk aktivitas jual beli saham akadnya bisa musyarakah, artinya pada saat membeli saham tersebut investor menjadi pemilik perusahaan. Menjadi pemilik di hukum Islam diperbolehkan, sehingga membelisahamadalahsahdanhalalkarenabercJasafkanakaduntukmenjadipemilik(Bisnislndonesia, l5Juni2008:7)
49
Junlal Ekonomi dan Bisnis Vol.XY, No.1, Maret 2009:47-54
Prinsip Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah didefinisikan sebagai pasar modal yang mengimplementasikan prinsip-prinsip hukum Islam dalam aktivitas bisnisnya, dan tidak menyertakan hal-hal yang dilarang oleh hukum Islam seperti riba, petjudian, pelacuran, pomografi, spekulasi dan lain-lain. Dua hal utama dalam pasar modal syariah adalah indeks saham Islam dan pasar modal syariah itu sendiri. Indeks Islam menunjukkan pergerakan harga saham dari emiten yang dikategorikan sesuai syariah, sedangkan pasar modal syariah merupakan institusi pasar modal sebagaimana lazimnya yang ditetapkan berdasarkan "prinsip-prinsip syariah" (Thmanggor 2005). Prinsip dasar yang dibutuhkan untuk mengembangkan pasar modal syariah adalah tidak diperkenankannya penjualan dan pembelian secara langsung. Jika seseorang atau sebuah perusahaan ingin menjual atau membeli saham, harus menggunakan jasa pialang. Pialang tersebut akan menghubungi jobber (pemborong) dan menyampaikan maksud untuk bertransaksi (beli ataupun jual saham). Para jobber menawarkan dua rate harga yakni rate harga yang akan dibelinya (biasanya lebih rendah) dan rate harga yang akan dijualnya (biasanya lebih tinggi). Selanjutnya para jobber wajib untuk membeli saham tersebut. Transaksi ntodel ini berimplikasi bahwa para jobber akan membeli saham sekalipun belum tentu membutuhkan dengan harapan akan dapat menjualnya kernbali pada pihak yang membutuhkan. Hal ini berpotensi menimbulkan spekulasi, jik.a saham tersebut temyata tidak menguntungkan mak.a dapat dilepas dengan cepat. Saham-saham akan dijual ataupun dibeli"jika memang tersedia. Jika banyak pihak yang benninat terhadap saham tertentu, maka mereka terlebih dulu harus terdaftar sebagai applicant dan saham tersebut nantinya dijual atau dibeli sesuai prinsip first come first served. Berkaitan dengan penentuan harga. dalam aturan Islam penentuan harga saham berbeda dengan penentuan harga seperti yang tetjadi secara umum (ditentukan oleh kekuatan supply dan demand). Dallllll neraca, a set merupakan perwakilan dari modal, di mana kewajiban diasumsikan nol. Sehingga sertifikat sahamnya memiliki nilai tertentu, di mana nilainya akan sama dengan nilai asetnya. Namun kekuatan pasar mampu membuat harga saham tersebut berada di atas/ di bawah nilai asetnya. Dalam pandangan Islam, untuk mencegah terjadinya distorsi ini mak.a harga saham harus sesuai dengan nilai intrinsiknya. Artinya, tidak ada seorangpun yang diperbolehkan untuk membeli atau menjual pada berbagai level harga kecuali berdasarkan regulasi yang ditetapkan. Formula perhitungannya adalah: Harga saham = (modal saham + keuntungan- kerugian + akumulasi keuntungan - akumulasi kerugian) I jumlah saham ............................................................................... ( 1) Alhabshi menyatakan bahwa pasar modal syariah harus bebas dari transaksi yang tidak beretika dan amoral, seperti manipulasi pasar, transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider trading),menjual saham yang be:t dimiliki dan membelinya belakangan (short selling). (http://vlib.unitarklj l.edu.myf staff-publicatio atuk/stl9feb93.pdD
Produk Syariah Pasar modal syariah diluncurkan tahun 2003, namun sebenarnya instrumen syariah telah ada di Indonesia sejak 1997, yaitu dengan kemunculan reksadana berbasis syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Bursa Efek Jakarta (BEJ) kala itu kemudian bekerja sama dengan PT.
50
Investasi Berbasis Syariah di Pasar Modal Indonesia (M. Rio Rita)
Danareksa Investment Management menghasilkan Jakarta Islamic Index (JII) pada 3 Juli 2000. Tujuan penerbitan indeks ini untuk memfasilitasi investor yang ingin berinvestasi di pasar modal sesuai dengan prinsip Islami. Perkembangan selanjutnya melahirkan instrumen baru yang berbasis syariah yaitu dengan dikeluarkannya obligasi syariah oleh PT. Indosat,Thk pada awal September 2002. Ini adalah obligasi pertama di Indonesia. Pada 2004, obligasi syariah dengan sistem persetujuan sewa-menyewa (syariah Ijarah) dikeluarkan, selanjutnya 2006, reksadana indeks dengan underlying berupa indeks JII diterbitkan (www.idx.co.id). Menurut Keputusan Ketua Bapepam-LK No. 130/BU2006, yang dimaksud Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam UU pasar modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Efek syariah tidak lagi memenuhi prinsipprinsip syariah di pasar modal jika kegiatan usaha, cara pengelolaan, kekayaan reksadana dan atau kekayaan Kontrak lnvestasi Kolektif Efek Beragun Aset dari pihak yang menerbitkan efek tersebut tidak lagi memenuhi prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang terkait dengan efek syariah yang diterbitkan.
• Saham Syariah (Syariah-based Shares) Emiten saham dianggap memenuhi prinsip-prinsip syariah jika aktivitas bisnisnya tidak bertentangan dengan hukum Islam, seperti: 1) Bisnis perjudian dan bentuk kegiatan lain yang melibatkan perjudian atau perdagangan yang terlarang; 2) Institusi keuangan konvensional, termasuk bank dan asuransi konvensional; 3) Bisnis yang menghasilkan, mendistribusikan dan menjual minuman atau makanan yang dilarang hukum Islam dan; 4) Bisnis yang menghasilkan, mendistribusikan dan atau menyediakan produk dan jasa yang merusak moral dan bersifat membahayakan. Penelaahan terhadap ketaatan terhadap prinsip syariah dilakukan oleh pihak yang dianggap berwenang memberikan pendapat tentang ketaatan syariah seperti yang disebutkan di atas. Indeks syariah pertama kali dikeluarkan Malaysia oleh RHB Unit Trust Management Bhd pada bulan Mei 1996. Diikuti oleh penerbitan Dow Jones Islamic Market Index (DJIM) oleh Dow Jones & Company bulan Februari 1999, lalu Kuala Lumpur Shariah Index (KLSI) oleh Bursa Malaysia padaApril1999 dan FTSE Global Islamic Index Series oleh FTSE Group pada Oktober 1999.
• Obligasi Syariah (Syariah-based Bontl) Berdasarkan Surat Keputusan DSN No. 32/DSN-MUI/IX/2002, yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan dikeluarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi syariah, serta penerbit berkewajiban untuk membayar sejumlah margin atau biaya kepada pemegang obligasi dan melunasi pokoknya saat jatuh tempo. Instrumen ini pertama kali diprakarsai oleh pemerintah Jordan dan Pakistan dengan menyusun kerangka peraturan yang mengakomodasi kebutuhan untuk penerbitan instrumen surat hutang berbasis syariah tersebut. Tahun 1978, pemerintah Jordan menerbitkan UU No. 13 tentang izin kepada perbankan Islam untuk dapat menerbitkan obligasi syariah dengan prinsip muqaradah, lalu diikuti penerbitan muqaradah bond act 1981.
51
Jumal Ekonomi dan Bisnis Yol.XV, No.1, Maret 2009:47-54
Pakistan juga menerbitkan UU Modaraba Companies and Modarabas (Flotation and Control) Ordinance 1980. Namun hingga saat ini belum ada obligasi syariah yang diterbitkan di kedua yuridiksi tersebut. Ada dua macam obligasi syariah di Indonesia, yakni: 1) Obligasi syariah mudharabah: obligasi yang menggunakan perjanjian bagi basil, sehingga pendapatan investor dari obligasi ini akan diperoleh setelah mendapat informasi adanya keuntungan dari penerbit obligasi. 2) Obligasi syariah ijarah: obligasi yang menggunakan perjanjian sewa menyewa, sehinggajumlah kupon (ijarah.fee) yang diterima tetap dan dapat dihitung sejak pertama kali obligasi itu diterbitkan.
• Reksadana Syariah (Syariah-based Mutual Fund) Reksadana syariah adalah reksadana yang mengalokasikan seluruh dana atau portofolionya ke dalam instrumen syariah, misalnya saham-saham yang tergolong m, obligasi syariah dan atau instrumen keuangan syariah lainnya. Reksadana syariah pertama di Amerika dibentuk tahun 1986. Saat itu 1he North American Islamic Trust (NAIT), organisasi yang mengawasi pendanaan masjid di Amerika yang berbasis di Indiana membentuk The Amana Income Fund (Islamic Equity Funds). Di Malaysia, reksadana syariah pertama kali terbit tahun 1993 dengan diluncurkannya Islamic Equity Funds oleh Arab-Malaysian Unit Trust Bhd (Thmanggor 2005)
Peraturan-Peraturan dalam Pasar Modal Syariah Ketetapan operasional dalam pasar modal syariah diatur oleh DSN-MUI dan peraturan dari BapepamLK sebagai berikut: 1) No.20/DSN-MUIIIX/2000 tentang Pedoman Investasi Reksadana Syariah. 2) No.32/DSN-MUIIIX/2002 tentang Obligasi Syariah. 3) No.33/DSN-MUIIIX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. 4) No.40/DSN-MUIIIX/2003 tentang Pasar Modal dan Petunjuk Umum Implementasi Prinsip Syariah di Pasar Modal. 5) No.41/DSN-MUIIIII/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah. 6) Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.13 melalui LK No.Kep-130/BL/2006 tentang Penerbitan Efek Syariah. 7) Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.l4 melalui LK No.Kep-131/BL/2006 tentang Akad-Akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal.
Penerbitan paket4regulasi (no. 6 dan 7 di atas) dilatar belakangi oleh tuntutan masyarakat (kalangan perusahaan dan 1ftvestor) agar di pasar modal terdapat dasar hukum untuk penerbitan efek berdasarkan syariah Islam. Adapun lingkup pengaturan dari Peraturan No. IX.A.,l3 meliputi tata cara Penawaran Umum dan pelaksanaan disclosure dalam penerbitan: (i) saham oleh emiten atau perusahaan publik yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah; (ii) efek
52
Investasi Berbasis Syariah di Pasar Modal Indonesia (M. Rio Rita)
syariah berupa sukuk; (iii) efek syariah berupa reksadana dan (iv) efek syariah berupa unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA). Sedangkan Peraturan No. IX.A.l4 memberikan pedoman tentang jenis akad yang dapat digunakan sebagai dasar penerbitan efek syariah di pasar modal. Pada tahap awal, Bapepam-LK menetapkan empatjenis akad yang lazim digunakan dalam ekonomi berbasis syariah, yaitu ijarah, kafalah, mudharabah dan wakalah. Pada bulan Juni 2009, pasar modal Indonesia dan Bapepam-LK telah memperbarui peraturan-peraturan untuk lebih menggiatkan pasar modal dan keuangan, yaitu tentang penerbitan sekuritas syariah dan penawaran perdana sekuritas. Revisi terhadap peraturan penerbitan sekuritas syariah (IX.A.l3) yaitu memperluas macam produk syariah selama produk-produk tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Peraturan ini juga memperluas cakupan prinsip syariah yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) selama masih sejalan dengan prinsip syariah. (International Financial Law Review 2009).
Akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam-LK No. 131/BL/2006, berikut ini adalah akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal: 1) Ijarah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau
pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek ijarah. 2) Kafalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak penjamin (kafiil/ guarantor) betjanji memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (mllkjuul'anhulashil!debitur) untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuullahu/kreditur). 3) Mudharabah (qiradh), yaitu petjanjian dimana pihak yang menyediakan dana (shahib at-mal) betjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal danpengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modla terse but. 4) Wakalah, yaitu perjanjian dimana pihak yang memberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.
Kesimpulan Adanya pasar modal syariah akan semakin menyemarakkan kegiatan ekonomi syariah. Masyarakat akan semakin memiliki altematif instrumen investasi yang sesuai dengan preferensinya terhadap risiko dan tingkat return, tidak hanya instrumen investasi yang menjanjikan keuntungan secara rasional tapi juga emotional benefit. Kegiatan pasar modal syariah memerlukan keahlian khusus. Oleh sebab itu perlu didukung dengan pengembangan dan peningkatan pengetahuan serta kemampuan tentang prinsip syariah dari pelaku pasar. Sehingga pelaku pasar dapat menyediakan dan memberikan jasa kegiatan pasar modal syariah secara bertanggungjawab, berupa penyediaan produk, jasa penasehat, pengelolaan investasi dan jasa intermediari.
53
Jumal Ekonomi dan Bisnis VoJ.XV, No.1. Maret 2009: 47-54
Faktor penting lainnya adalah perlunya edukasi kepada pemodal, sehingga dapat memahami kegiatan pasar modal syariah dan produknya. Diharapkan para pemodallebih mengerti sehingga dapat mulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan pasar modal syariah ini.
Referensi Ahmad, Rubi dan Albaity, Mohamed.2006. The Performance of Syariah and Composite Indices: Evidence from Kuala Lumpur Stock Market. http://papers.ssrn.com/sol3/papcrs.dm ?abstract id-1 008(')40.
A1habshi, S.O. Toward an Islamic Capital Market (http://ylib.unitarklj l.edu.my/statf-publication/datuk/stl9teb93.pd0 Dow Jones, Overview Islamic Market Indexes. http://www.djindexes.com/jsp/islamicMarketOverView.jsp)
Green Product. Bisnis Indonesia, 15 Juni 2008:.7. Harahap, S.S,. dan Pane, P. 2003. Analisis Peroandingan Kinerja Reksadana Syariah terhadap Reksadana Konvensional (Reksadana Mawar). Media Riset Bisnis dan Manajemen, 3 (3) Desember: 23~264.
International Financial Law Review. 2009. Indonesia: Syariah Securities and Pubilc Offerings. http://www.iflr.com/Article/2332240/Syariah-securities-and-public-offerings.html. Jones, P. C. 2004. Investments, Analysis and Management, 9th edition. John Wiley and Sons International Edition ~N.,RH,Gray,D.M.,PowerdanSincJair,C.D.ZOO>.EvaluatingthePerformanceofEthicalandNon-Ethical
Funds: A Matched Pair Analysis. Mbrking Paper University of Dundee Discussion Paper Acd 003. Nusantam,Agung. 2004. Pasar Modal JsJamiAntaraHarapan dan Kenyataan. Fokus Ekonomi, 3 (2) Agu<;tus: 129-135. Pasar Modal Syariah segera Diluncurkan. www.suaramerdeka.com, 17 Juni 2008. Prinsip Pasar Modal Syariah. www.ukhuwah.or.id, 17 Juni 2008. Radcliffe, R.C. 1990. Investment: Analysis and Management, Harper Collins. Singh, K. 1998. Memahami Globalisasi Keuangan: Panduanuntuk Memperkuat Rakyat. A Citizen Guide to the Globalization of Finance, Cetakan 1:9. Jakarta: YAKOMA-PGI Statman, M. 2000. Social Responsible Mutual Funds. Financial Analysts Journal, 56: 30-39. Subatra, K. 2005~Analisis Model Meminimumkan Risiko Investasi me1alui Diversifikasi sesuai Jangka Waktu .&epemilikan Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 5 (2) Agustus: 167-172. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis lnvestasi dan Manajemen Portofolio. BPFE: Yogyak:arta.
www.idx.co.id. 10 Juni 2008.
54