A Journal on A Trip Through New Zealand's South Island
Travelling Through The Heavens
On Four Wheels
****
by Edward Suhadi
Last August, me and my wife Francy got to visit The South Island of New Zealand, a place that people say is the most beautiful piece of land on the earth. And what’s special, is that we were traveling with a campervan, a home on wheels. This is our story.
Getting the campervan Yang sangat exciting tentang perjalanan ini adalah rencana kami mengelilingi seluruh South Island dengan hanya menggunakan sebuah campervan. Campervan adalah sebuah mobil van yang diperlengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ranjang, kulkas, dapur, kamar mandi dan lain-lain sehingga van ini tidak lagi hanya berfungsi sebagai kendaraan namun juga sebagai tempat tinggal. Setelah riset yang mendalam, kami menggunakan jasa Wilderness Motorhomes, salah satu dari motorhome rentals terbaik di New Zealand menurut site-site review independen. Ingat untuk
New Zealand adalah negara yang paling cocok untuk campervan travelling
Lake Pukaki, South Island New Zealand
Percaya atau tidak, ini adalah kali ketiga saya dan Francy berusaha masuk New Zealand. Kami pertama kali berencana untuk pergi ke negeri ini sewaktu bulan madu kami, sekitar empat tahun lalu, namun karena masalah visa, kami hanya bisa terhenyak di Melbourne Airport dan mengurungkan rencana kami.
Usaha yang kedua terjadi Juni 2010 Kurang dua hari dari keberangkatan kita, Francy menghampiri saya dan menunjukkan sebuah gelembung kecil di lengannya sambil bertanya, “Ward, ini apa ya?” Sekilas pandang saja saya tahu bahwa itu adalah bintik cacar air. Strike two. Dua kejadian itu yang membuat kami
2
INSPIRING TRENDS
tegang di kali ketiga ini, mosok iya sesulit itu mau menjejakkan kaki di New Zealand. Jadi mulai dari perjalanan ke airport, dari check-in, proses imigrasi, urusan pindah terminal (kami singgah di Sydney dulu), kami terus menahan napas. Ketika semuanya lancar dan kami akhirnya mendarat di Christchurch Inter-
NZ Top Three Campervan Rental
national Airport sekitar jam 2 malam, sambil mendorong trolley keluar dari pintu airport, dan sambil menghirup udara malam Christchurch untuk pertama kalinya, kami saling memandang dan berkata, “Akhirnya kita sampai.”
Fasilitas komplit, peraturan mudah, tidak ada tol berbayar, jalanan sepi, populasi sedikit, dan daya tarik utama adalah alamnya, dinikmati gratis di mana saja. selalu mengandalkan review independen, jangan berpatok hanya pada website atau testimonial di website perusahaan. Semua kecap pasti nomor satu kan? Setelah menginap semalam di Christchurch, kami dijemput di hotel oleh Robby, salah satu staff Wilderness. Sepanjang perjalanan ke headquarters
menurut www.rankers.co.nz
Wilderness www.wilderness.co.nz Frontiers www.newzealandfrontiers.com Gateway www.motorhomehire.co.nz Why travel with a campervan ? Sebuah pengalaman baru. Dan esensi dari travelling adalah: pengalaman baru. Dipastikan berkesan dan jadi punya banyak cerita untuk anak cucu nanti.
Kebebasan total. Belok ke kiri? Atau ke kanan? Queenstown, atau Wanaka? Mau ngopi di kaki gunung, atau di tepi sungai? Terserah, karena semua barang kita ada di dalam.
mereka saya ingat saya sangat excited untuk melihat campervan kami, sudah tidak tahan rasanya untuk mengambil kunci dan langsung tancap gas menuju Mount Cook. Setelah perjalanan 15 menit yang sepertinya lama sekali, akhirnya kami sampai dan melihatnya.
It's darn cheap! Kendaraan dan hotel dijadikan satu. Lalu bisa memasak semau kita dengan fully functioned kitchen. No fancy restaurants. Bisa berhemat dolar untuk berbelanja!
air dan alat-alat kelistrikan lainnya. Gas menyalakan kompor, oven, dan memanaskan air untuk kita mandi. Semuanya sangat efisien dan pintar. Misalnya: Sebagian udara panas dari heater ada yang dialirkan ke kamar mandi untuk mengeringkan pakaian. Kita tinggal
Semuanya seperti yang kami harapkan, bahkan lebih. Mulai dari ukuran van yang tidak terlalu besar, interior yang cantik, kamar mandi yang bersih, dapur yang komplit: lengkap dengan empat burner, oven, semua peralatan memasak, dari pisau, talenan, berbagai cutlery, sampai dengan french press dan wine rack. Dapur yang fungsional penting buat saya yang senang memasak, dan kami memang berencana untuk memasak sendiri di seluruh perjalanan ini. Kami juga tidak menyangka campervan ini akan secanggih ini. Pokoknya, van ini bisa melakukan hampir apa saja yang bisa kita pikirkan. Mau masak di stove? Bisa. Mau panggang ayam di oven? Bisa. Mau mandi air hangat dengan shower yang menyembur kuat? Bisa. Mau charge baterai kamera dan handphone? Bisa. Mau nonton DVD? Bisa. Mau barbeque di outdoors dengan kursi malas dan bir di tangan? Bisa. Mereka menyediakan kursi dan meja lipat dan panggangan portable, dilipat rapi di bawah ranjang. Namun birnya harus beli sendiri, hahaha... Sumber tenaga campervan ini ada tiga: solar, listrik, dan gas. Solar menjalankan mesin mobil dan heater (sangat penting di musim dingin). Jika mobil berjalan, putaran mesin akan mengisi baterai. Listrik dari baterai ini nanti akan kita gunakan pada waktu malam untuk menyalakan lampu, DVD, pompa
Tampak dalam campervan kami. Foto atas: rapih, bersih, saat malam pertama, foto bawah: saat sudah hancur lebur mirip kamar kos-kosan
menggantung baju basah kita di kamar mandi sewaktu kita tidur malam, dan esok pagi pasti sudah garing seperti keripik. Setelah tur yang cukup singkat dari Robby, termasuk cara membuang "anu", Robby berbalik, dan sambil menggantungkan kuncinya di depan INSPIRING TRENDS
3
****
hidung saya, dia berkata, “...and it is yours now. Have fun you two.”
The first look Melihat panorama New Zealand untuk pertama kalinya, apalagi setelah dua kali gagal sampai ke pulau ini, merupakan sesuatu yang sangat saya tunggu-tunggu. Sudah saya lihat berkali-kali pemandangan New Zealand di foto-foto, namun belum pernah saya melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Petualangan dimulai. Here we go.
**** Starting the journey Sebelum memulai perjalanan kami, kami mampir di supermarket terdekat dan berbelanja bahan makanan, termasuk setumpuk potongan steak (this is New Zealand after all), ham, pasta, dan juga beberapa botol bir dan wine (very important). Setelah semua kami masukan di kulkas yang ternyata super dingin, kami siap berangkat. Kalau saya ingat saat pertama kali kami keluar dari parkiran supermarket, perasaan ini benar-benar dag-dig-dug. Campuran antara excitement dan “what the heck am I getting myself into?” Kita bisa saja nanti mogok di tengah-tengah pegunungan, atau van tidak bisa di-start karena udara pagi yang dingin, atau ada perampok dengan pistol mengetuk-ngetuk jendela sewaktu kita tidur. Arrgghh… Namun selalu, di balik resiko petualangan yang baru, ada juga reward pengalaman yang tak terlupakan. Kami hanya tahu bahwa rental ini termasuk pelayanan road service kalau kendaraan kami mogok, dan tentunya kami selalu berdoa supaya semua berjalan dengan baik. Setelah mengucapkan doa, dan memasukkan tujuan “Lake Tekapo” di GPS, kami mulai berjalan keluar parkiran. Waktu itu sekitar jam 11 pagi.
**** Traffic and driving the car Berkendara di New Zealand sangatlah mudah. Selain setir di kiri jalan sama seperti di Indonesia, traffic tidak seperti
4
INSPIRING TRENDS
Sejak di highway, dari kejauhan sudah terlihat pegunungan dengan puncakpuncak yang bersalju. Dan layaknya turis norak, saya sudah mulai turun dan memotret dengan lensa telephoto. Kalau diingat sekarang saya tertawa geli, seperti orang yang tidak pernah lihat gunung. Albert Town Public Camping Ground, Wanaka
Where can we stay for the night? Commercial Camping Ground Banyak sekali tersebar di seluruh pulau. Aman, lengkap dengan air, toilet dan listrik. Kekurangannya? Banyak tamu lain yang suka berisik dan mabuk. Bukan pilihan pertama saya. Namun cocok untuk mereka yang merasa lebih aman bermalam berkelompok. $15-30 per malam per orang.
Public Camping Ground Pemerintah juga menyediakan camping ground, namun biasanya tanpa listrik dan air. Biasanya hanya disediakan meja piknik dan beberapa tempat parkir. Ada yang gratis, namun jika berbayar juga sangat murah, $3-10 per malam per orang.
di Australia yang mungkin lebih padat dan lebih ‘ugal-ugalan’. Di sini jumlah kendaraan jauh lebih sedikit, sehingga jalanan terasa lebih lengang dan nyaman untuk menyetir santai. Ingat saja 2 aturan utama: berhenti di persimpangan (di tanda STOP), dan selalu lihat dulu ke kanan jika masuk roundabout. Selain daripada itu semuanya hampir sama seperti menyetir di Indonesia.
Freedom Camping Nah ini yang seru! Pada dasarnya kita bisa bermalam di mana saja kita mau, sejauh itu cukup jauh dari rumah penduduk dan diijinkan oleh dewan kota itu. Gunakan akal sehat: Sopankah jika tiba-tiba sang pemilik rumah membuka pintunya dan melihat sebuat tenda di jalan depan rumahnya? Cost: Free.
Yang saya suka dari van saya (sebuah Fiat), adalah ukurannya yang tidak terlalu besar. Memang ada van-van yang lebih besar, yang cukup untuk enam orang dewasa, tapi untuk kami berdua ukuran van kami yang sekarang sangatlah pas. Ukurannya kira-kira sebesar Toyota Alphard.
Kami berjalan sejauh 2000 km, sama seperti bila kami mengelilingi Pulau Jawa Kami mulai dari Christchurch, lalu ke Mount Cook, berjalan sampai sejauh Milford Sound, lalu kembali lagi melalui jalur utara. Rute ini sudah mencakup hampir seluruhan kecantikan South Island. Menurut kami, panorama terbaik ada di jalur Lake Tekapo - Mount Cook.
Dan memang teman-teman, New Zealand adalah salah satu dataran terindah yang pernah saya lihat. Bayangkan langit yang biru, sebiru yang pernah Anda lihat, jalanan yang berliku, dengan danau biru yang sangat jernih di kanan anda dan perbukitan hijau dengan titik-titik putih bulu domba di kiri anda, lalu di kejauhan cadas pegunungan batu yang gagah menjulang sejauh mata memandang, lengkap dengan pucuk-pucuk saljunya.
**** The first night Lake Tekapo adalah tempat pemberhentian pertama kita. Ketika kami sampai di sana hari sudah gelap, namun kami belum tahu sama sekali akan bermalam di mana. Karena ini malam pertama kami (malam-malam berikutnya kami sudah berani bermalam di mana saja), kami masih takut-takut, takut perampok, takut longsor, takut jendela kami diketuk malam-malam oleh senter polisi. Akhirnya setelah bertanya ke kantor turis setempat, kami ditunjukkan lokasi public camping ground yang free. Kami memang bertekad sejak awal tidak mau bermalam di camping ground berbayar, demi penghematan dan terutama rasa berpetualang. Nah, seperti banyak hal yang gratis, jauh sekali tempatnya! Melihat matahari yang terus turun, sudah hampir seperti jam enam di Jakarta lah, kami tancap gas mengikuti peta ke public camping ground ini. Jalanannya makin lama semakin sepi, semakin kecil dan semakin berkelok. Sambil deg-degan kami terus berpegang pada peta kecil yang diberikan oleh petu-
1. MALAM PERTAMA MENGINAP DI DALAM CAMPERVAN DI LAKE TEKAPO SEPI JAUH DI PEDA2. SARAPAN PARA JUARA, BAHKAN SEWAKTU DI NEGERI ANTAH BERANTAH 3. LAKE PUKAKI - DI HARI YANG TENANG SEMUA DANAU DI NEW ZEALAND MENJADI CERMIN UNTUK PEMANDANGAN DI SEBELAHNYA 4. FRANCY MELAMAN COCOK UNTUK SETTING FILM HOROR
NIKMATI SUSHI SALMON TERSEGAR YANG PERNAH KAMI MAKAN DI MOUNT COOK SALMON - SALMON FARM TERTINGGI DI DUNIA
5.
SUASANA MALAM DI DALAM CAMPERVAN - HANGAT
SUNYI DENGAN LAGU MENGALUN PELAN DARI TAPE DI ATAS SAYA
6.
SAYA SEDANG MENUNG-
GUI KAMERA YANG SEDANG MENGAMBIL FOTO TIME LAPSE DENGAN KOPI DI TANGAN
INSPIRING TRENDS
5
Pilih spot yang terbaik untuk bermalam:
tujuan campervan-ing yaitu tidur di bawah kesunyian bintang dan bangun melihat gunung serta danau dari jendela anda. Be romantic.
Lake Tekapo, pemandangan pagi pertama kami di campervan. Lengkap dengan sarapan smiley face sausages. Dan tentunya, Indomie Goreng!
Lake Pukaki, daerah tergelap di South Island, jadi bintang-bintang terlihat jelas. Kami mengalami persis seperti ungkapan 'tidur di bawah bintang-bintang.`
Lake Wakatipu, di sini kami bermalam di pinggiran tebing, dengan pemandangan menghadap pegunungan dan Queenstown di sisi lain danau. Di sini terlihat matahari pagi mencium puncak-puncak salju.
kekhawatiran tentang apa yang terjadi di luar, ada binatang kah, atau orang jahat kah, kami gak mau tau deh, pokoknya tirai sudah ditutup, kami merasa aman dan hangat di 'kepompong' kami.
Lake Hayes - kami bermalam di tepian danau ini sewaktu mengunjungi Queenstown
gas di tourist information center tadi. Akhirnya setelah sekitar 20 menit berjalan, sampailah kami. Karena hari sudah gelap, yang kami lihat hanyalah sebuah dataran rata di pinggir danau, dengan satu toilet portable yang lampunya menyala. Kalau diingat sekarang, merinding juga, karena lokasi ini yang paling terpencil di antara semua tempat bermalam kami. Kami hadapkan sisi yang berjendela lebih banyak (sisi kiri van) untuk menghadap danau. Kebiasaan ini akhirnya kami terus lakukan sepanjang perjalanan, sehingga kami bisa bangun tidur dan sarapan sambil menghadap pemandangan.
6
INSPIRING TRENDS
Setelah parkir dan mematikan mesin, kami tutup semua tirai jendela kami, lalu mengunci pintu kami. Berbagai macam
Seperti yang saya bilang, van ini benar-benar memungkinkan kita untuk masak hampir apa saja. Di hari-hari berikutnya kami memasak sup ayam, berbagai pasta, nasi goreng, omelet, dan banyak sekali steak. Kalau tidak salah, kami memanggang chicken wings and potatoes di malam pertama kami. Sambil Francy memasak, saya duduk dan merencanakan rute besok pagi sambil mendengarkan musik yang diputar di stereo van. Apa saja untuk memecah kesunyian. Tanpa lagu, suasana terlalu mencekam untuk dinikmati, hahaha...
IKLAN
Wait, don't these things cost a fortune?
Pemikiran pertama orang pasti "Gilak, pasti mahal sekali!" Ternyata sama sekali tidak. Bila kita bandingkan dengan tour ke Eropa atau Amerika atau bahkan ke Jepang saja, campervaning jauh lebih murah. Berikut breakdown pengeluaran kami berdua untuk perjalanan ini (in NZ$ = Rp 7000/$)
Airfare $3200 Campervan+gas $1300 Meals for kings $700 Optional rides:
+ Shotover Jet $240 + Skydive $1000 Total NZ$6440/2 person
(thats Rp 45 million)
for a 10 day life-changing, most romantic, adventurous, brag to your in-laws kind of trip for you and your lover on the most beautiful landscape on earth
Perlu diingat bahwa angka ini sudah termasuk: hotel, kendaraan, makan steak prime ribs dan T-bone, minum bir dan anggur, dan atraksi 'mewah'. Copot skydive dan tiba-tiba totalnya menjadi Rp 38 juta. That's not too shabby. Bila kita bersedia berhemat lagi di berbagai tempat, pasti totalnya akan terus turun. Angka ini diambil dari perjalanan kami yang menurut saya sudah sangat mewah.
TIP: Rental campervan bisa turun sampai 30% pada musim dingin (Juni-Agustus). Pergilah di Agustus sehingga sudah tidak terlalu dingin. Suhu kira-kira 10-15 derajat Celcius
INSPIRING TRENDS
7
****
The first morning Dalam perjalanan ke camping ground ini, saya ingat ada satu spot yang punya pemandangan yang bagus, jauh lebih bagus dari tempat kami bermalam sekarang. So begitu saya bangun, melihat sekeliling van ternyata tidak ada bekas maling yang masuk, lalu mengintip keluar tirai ternyata tidak ada tumpukan mayat atau zombie-zombie berkeliaran (serem amat sih!), saya langsung ke belakang kemudi dan langsung menjalankan van untuk ke tempat favorit saya tadi. Nah, ada hal unik tentang lemari dan laci di mobil ini, yaitu semuanya mempunyai kunci kait supaya daun lemari dan laci tidak berhamburan ketika mobil sedang berjalan. Hal ini yang saya lupa di pagi pertama saya ini. Apalagi ada genangan lumpur yang saya tahu harus saya lewati dengan cepat kalau tidak saya akan terjebak di sana. Saat menginjak gas dengan kencang, mobil berguncang karena permukaan yang tidak rata, terdengar jeritan Francy
Barbecuing di bukit di tepi Lake Pukaki - salah satu pemandangan terbaik sewaktu makan siang sambil melihat Ben Ohau Mountain Range
yang jatuh. Pelajaran yang sangat penting, walaupun dalam 10 hari ke depan sempat juga beberapa kali masih lupa. Satu hal baru yang saya dapat dari mengalami pagi pertama di campervan ini adalah rasa kebebasan spontannya. Bayangkan membuka mata di pagi hari, belum mandi, belum sikat gigi, saya bisa langsung memutar kunci, menyalakan mesin dan langsung berangkat pergi ke
Perhatikan tanah yang dilalui
Hanya sedikit hal yang lebih buruk daripada terjebak lumpur di tempat terpencil yang tidak ada orang maupun sinyal. Kami hampir mengalaminya, dua kali. Selalu periksa tanah ketika akan melintas atau parkir.
membuka pintu, menyalakan kompor dan mulai memasak sosis, telur mata sapi, bacon, kopi french press, dan tentunya, Indomie! Indomie begitu terkenalnya sehingga di setiap supermarket yang kami kunjungi pasti ada Indomie. Setelah semuanya siap tertatap rapi, kami menyantapnya sambil menikmati pemadangan Lake Tekapo di depan kami.
IKLAN
****
Hutan lebat di Mossburn Highway dalam perjalanan menuju Milford Sound
di belakang, bercampur dengan suara barang-barang berjatuhan. Saat saya menengok ke belakang, dia sedang berakrobat menahan daun-daun lemari dan laci-laci, namun beberapa sempat lepas dan banyak barang yang berjatuhan. Untung tidak ada barang pecah-belah
8
INSPIRING TRENDS
kota lain. Tidak perlu berberes baju kotor, berberes botol shampoo dan sikat gigi atau mengantri cek out di reception. Just drive and go. Sebuah perasaan yang paling tepat digambarkan oleh kata 'liberating'. Setelah sampai di lokasi yang dituju, kami
The dumping site Di sinilah saat semuanya mulai menarik. Pertanyaan ini selalu muncul jika saya bercerita tentang pengalaman campervan kami, biasanya setelah "kalo ada setan gimana?", yaitu "Jikalau campervan ini punya toilet, bagaimana kalian membuang, anu, umm, 'itu'?" Nah, campervan kami ini disebut sebagai 'self-contained vehicle' yaitu kendaraan yang tidak meninggalkan limbah apapun juga selain emisi dari mesin solar kami. Semua limbah ditampung di dalam van, dan nanti akan dibuang di dumping site. Membuang limbah selain di dumping site dianggap sebagai pelanggaran berat, walaupun sejujurnya tidak akan ada polisi di tengah-tengah hutan atau pegunungan. Namun sebagai orang yang menghormati lingkungan,
INSPIRING TRENDS
9
dan memang tidak tega mengotori alam sebersih New Zealand, kita selalu membuang limbah pada tempatnya. Limbah dibagi menjadi 2 macam (selain sampah kering tentunya), yaitu gray water and black water. Gray water adalah limbah air dari kitchen sink dan air bekas kita mandi. Black water adalah limbah 'you know what'. "Ewww, kamu bener-bener membuang sendiri 'anu'mu?" begitu selalu pertanyaan orang. "Ya iyalah! Kalau bukan kite yang bersihin anu kite, siape lagi?" Kami selalu merencanakan kapan dan di mana kami akan membuang limbah sesuai rute kami. Kira-kira kami harus berkunjung ke dumping site setiap 2 atau 3 hari. Jika kami sudah sampai,
Beware newlyweds! Walau tidak ada yang lebih romantis daripada tidur berduaan di bawah bintang dah rembulan, pastikan pasangan kalian adalah orang yang adventurous dan tidak jijikan. Kalian akan banyak mencuci, memungut rambut, membersihkan 'anu', pergi ke dump site dan hal-hal yang demikian. This is probably not for everybody.
di kota Twizel. Mungkin karena gugup sebab ini yang pertama kali, sewaktu menuang 'anu' tangan saya meleset dan isinya berhamburan kemana-mana. Karena tanggung sudah separuh kosong, saya tidak berhenti dan berupaya untuk megarahkan corong dengan tepat ke lubang. Namun keadaan makin berantakan. Saya menjerit-jerit. Francy yang sedang mengambil video juga menjeritjerit. Ini adalah salah satu kenangan paling lucu saya di perjalanan ini. Aren't you tired?
My first, disasterous, dumping site
Always pack really light Karena kapok menarik-narik koper di berbagai kota sebelum kami berdua bertobat, sekarang kemana-mana kami berdua hanya membawa 1 medium baggage, 1 ransel, dan 1 tas photo. Bahkan untuk trip total 12 hari di daerah dingin ini, kami berdua hanya bawa 1 koper seberat 20 kg. Banyak tips packing yang bisa kalian lihat di internet, tapi buat kami ada satu mantra yang paling ampuh untuk memulai kebiasaan packing light:
Pack really light, lalu tinggal tidur, besok lihat lagi dan keluarkan setengah dari isi koper. Praktek 'tinggal tidur' ini penting karena ketika packing kita masih penuh dengan ingin ini, ingin itu, takut ini, takut itu, padahal hampir seluruh ketakutan kita tidak terjawab. Melihatnya lagi di esok hari memberi perspektif baru tentang mana yang penting. Jikalau tidak benar-benar-benar perlu, leave it at home. Nanti saat check-in atau ganti peron kereta, anda akan bersyukur. Kota yang paling under-rated, Wanaka adalah kota yang sangat indah di tepian danau, 1 jam di utara Queenstown
pertama-tama kami mengisi air bersih, lalu kami (ehm, saya! lebih tepatnya) mengeluarkan selang pembuangan, memasang satu ujungnya di katup gray water di bawah van dan ujung lainnya ke dalam lubang pembuangan (yang sebetulnya hanyalah pipa di sebuah cor-cor-an beton yang menuju sebuah septiktank). Begitu katup dibuka, mengalirlah semua keindahan alam itu.
kloset, semuanya itu ditampung di sebuah kontainer plastik yang bisa ditarik dari luar. Setiap kita mau mengosongkannya, kita tinggal membuka panel di luar, menarik kontainer ini, membuka corong pembuangannya, lalu menuangnya ke lubang tadi. Satu langkah yang sangat penting sebelum mulai menuang: menahan napas dan membuang muka sejauh mungkin. Jika tidak, hal-hal yang buruk mungkin terjadi.
Bagaimana dengan 'anu' ? Oh, kalau 'anu' lain lagi. Setiap kita 'anu' di
Saya ingat pertama kali kami membuang 'muatan' pertama kami. Saat itu pagi hari
10
INSPIRING TRENDS
IKLAN
**** Lake Pukaki Selagi kita sedang berjalan dengan campervan, gunakan mobilitas ini sebaik-baiknya. Selalu pilih tempat makan siang, coffee break dan tempat bermalam yang punya pemandangan yang spektakuler. Always pick a parking spot with a view. Salah satu tempat bermalam kami yang paling memorable adalah di bukit di sebelah Lake Pukaki, yang dikenal sebagai tempat dengan langit tergelap di seluruh New Zealand (foto di awal artikel ini INSPIRING TRENDS
11
diambil di sana). Kami beruntung malam itu langit begitu jernih dan tidak ada satu pun gumpalan awan. Inginnya sih menggelar tikar dan berbaring melihat ke langit, namun udaranya dingin sekali, mungkin sekitar 8 derajat Celcius, jadi hanya saya yang berkeliaran keluar van dengan tripod dan kamera saya sambil Francy terus merefill gelas anggur saya supaya saya tetap hangat. Saya tidak pernah melihat bintang sejernih dan sebanyak itu. Luar biasa. Pemandangan yang tidak akan pernah kami berdua lupakan.
**** Mount Cook Rute dari Pukaki ke Mount Cook adalah rute yang pemandangannya paling bagus menurut saya. Ketika orang
gannya begitu luas dan tinggi sehingga jalanan mobil berada di sisi gunung, berliku-liku mengikuti alur gunung. Sedangkan di New Zealand, jalanan mobil berada di dataran rata dan luas, dengan gununggunung di kiri kanan kita. Paling tidak itu yang saya rasakan di rute Pukaki - Mount Cook ini. Sangat luar biasa indahnya. Persis seperti di film LOTR, hanya kurang beberapa ratus Uruk-Hai yang haus darah berlari-lari mengejar campervan kami. Rute ini juga yang paling lama kami lalui, bukannya kenapa, namun setiap berjalan 300-400 meter, pasti saya tidak tahan untuk turun dari mobil dan mengambil gambar. Seper-
parkir di mana saja mobil biasa boleh parkir, sangat campervan-friendly.
hotel-hotel dan tourist information center. Hal yang harus dicoba di sini adalah hiking ke salah satu glacier. Ada berbagai rute, mulai dari yang paling mudah untuk anak-anak, sampai yang paling sulit yang hanya boleh didaki oleh pendaki berpengalaman. Setelah selesai hiking, kami memutuskan untuk langsung pergi ke Queenstown malam itu
Kota ini sungguh cantik, terletak di pinggiran Lake Wakatipu dengan jalanjalan kecil yang berbukit-bukit. Memang terasa penempatan pemerintah untuk menjadikan Queenstown sebagai pusat pariwisata petualangan: di mana-mana terdapat pilihan untuk skiing, skydive, hiking, shotover jet, biking, dan berbagai macam kegiatan outdoor lainnya.
**** Queenstown Jadi malam itu kami sampai di Queenstown. Oleh karena Queenstown adalah kota yang cukup besar dan padat, sulit mencari tempat camping di sana. Di mana-mana terdapat tanda 'no camping'. Akhirnya kami nekat
Kami cukup beruntung untuk tiba di hari Sabtu sepertinya, karena ada pasar kerajinan tangan di pusat kota, suatu hal yang selalu menjadi favorit kami jika
gan muara yang menuju ke laut. Untuk bisa sampai di tempat ini kami harus melewati daerah hutan yang cukup lebat, dan juga menanjak ke daerah pegunungan. Kalau kita melihat peta, letaknya cukup jauh dari pemukiman, jadi selama beberapa jam perjalanan kami tidak melihat satu kota pun.
biasa saja. Untuk mereka yang mungkin ikut tour atau bepergian dengan cara biasa, harusnya bisa lebih menikmati kota ini. Di Queenstown kami hanya menuntaskan misi kami, yaitu mencari DVD set komplit Lord Of The Rings, yang ternyata kami kangenin setelah melihat begitu banyak pemandangan yang begitu familiar. Kami akhirnya hanya mendapatkan Part I and Part II, tapi cukup untuk mengobati rindu kami.
Karena kami tiba lumayan malam, maka kami langsung bermalam di sebuah parkiran motel terdekat (mereka menyediakan parking spot buat campervan). Ini adalah satu-satunya malam di mana kami membayar (hanya $16/person, sudah termasuk potongan harga cruise untuk besok) karena daerahnya yang terpencil dan di mana-mana memang terdapat tanda dilarang bermalam.
Setelah segelas hot choco dan berbelanja bahan makanan, kami akhirnya berangkat malam itu juga ke Milford Sound. Kami bermalam di pinggir jalan, di tebing gunung menghadap Lake Wakatipu dengan
Wow, your pictures are amazing! Walau New Zealand sudah luar biasa cantik, berikut beberapa tips travel photography yang mungkin berguna: Wide lens selalu lebih baik daripada telephoto. Kalau punya 12mm/17mm - great! Kalo tidak, pinjem :) Bangun pagi! Siap memotret 1 jam sebelum matahari terbit (cek internet) Warna matahari subuh selalu jauh lebih indah.
1.
Jangan malas! Berhenti. Turun. take the picture. "Bagus ya..." sambil duduk di mobil yang terus melaju adalah dosa terbesar photographer Bawa tripod. Merk apa saja. Untuk hobby yang 100 ribu dan 10 juta belum terlihat bedanya
2.
5.
6.
****
Meter 1/2 stop under. Langit akan lebih biru dan lebih dramatis.
Jangan malas.
Pikirkan setiap frame, bayangkan apa yang luar biasa dari pemandangan ini. Jangan selalu masukkan diri dan tangan victory. Sabar. Tunggu sampai semua elemen masuk frame dan pada tempatnya. Sabar pak.
Bener deh: Jangan malas.
menyebut New Zealand sebagai dataran Lord of The Rings, tentunya panorama ini yang ada di kepala mereka. Dataran luas dengan kaki-kaki gunung yang begitu dekat seakan-akan mereka muncul dari tanah di sekitar kita. Mungkin ini yang membedakan pemandangan ini dengan pegunungan Swiss. Di Swiss, pegunun-
12
INSPIRING TRENDS
Setelah sarapan, esoknya kami langsung naik salah satu cruise. Di antara lereng-lereng megah di kiri kanan kita, ferry kecil yang kita naiki berkeliling perlahan menghampiri air terjun-air terjun kecil yang berjatuhan hasil dari puncak es yang meleleh terkena sinar matahari. Sungguh megah dan majestic. Setelah cruise selesai, kami sudah bersiap-siap untuk kembali ke Queenstown lalu menuju Wanaka untuk skydiving!
3.
4.
7.
1. QUEENSTOWN DENGAN TELUK LAKE WAKATIPU YANG TENANG 2. BBQ STEAK DENGAN ROCKET SALAD
5.
DAN WORTEL LENGKAP DENGAN ROTI DAN ANGGUR - SELALU DENGAN VIEW YANG MENAKJUBKAN
MOTRET - BERULANG DAN BERULANG LAGI
3. PEMANDANGAN HAMPIR DI SELURUH PERJALANAN - DOMBA-DOMBA DENGAN TEKUN MENGUNYAH HABIS SETIAP DATARAN HIJAU 4. FRANCY MENIKMATI MATAHARI SORE YANG HANGAT DI TEPI DANAU WANAKA tinya 3 kilometer terakhir di GPS kami tempuh hampir selama satu jam. Mount Cook sendiri adalah puncak tertinggi di seluruh New Zealand, dengan beberapa glacier (sungai es) mengalir di bawahnya. Kita bisa mengemudi sampai di kakinya, di sana nanti ada pemukiman kecil, lengkap dengan camping ground,
bermalam di pinggir Lake Hayes buatan walau ada tanda "no camping" di sana. Ambil resiko deh, sudah jam 11 malam dan saya sudah menyetir selama 4 jam. Begitu bangun dan sarapan, kami parkir di sebuah public car park di tengah kota. Peraturan di New Zealand memperbolehkan campervan untuk
HAL INI YANG PALING BANYAK MEMAKAN WAKTU SAYA - BERHENTI PASANG TRIPOD DAN ME-
6. A FULL RAINBOW - PEMANDANGAN YANG SAYA BE7. MILFORD SOUND DI PAGI
LUM PERNAH LIHAT SEBELUMNYA DALAM PERJALANAN KE HAAST
HARI - PADA SAAT AIR TENANG BISA TERLIHAT JELAS REFLEKSI PUNCAK-PUNCAKNYA
bepergian. Pasar 'dadakan' seperti ini tempat yang baik untuk mencari oleholeh yang unik dan tidak terlalu 'touristy'. Sejujurnya karena kami sedang dalam mode 'berpetualang', bermalam di tempat-tempat terpencil dan tidur di bawah taburan bintang, berkeliling di jalanan kota dan keluar masuk toko jadi
Queenstown yang menyala di kejauhan.
**** Milford Sound Milford Sound adalah sebuah fjord, yaitu danau besar yang berasal dari aliran sungai es yang membelah pegunungan. Hasil dari proses alam ini adalah danau besar yang berada di sela-sela lereng pegunungan, den-
Wanaka and Skydiving Dalam perjalanan turun ke bawah, kami menelpon Skydive Wanaka, untuk booking tempat untuk kami berdua. Yes. kami berencana untuk melompat dari sebuah pesawat di ketinggian 12.000 kaki. Kami sudah lama membicarakannya dan New Zealand adalah salah satu negara dengan atraksi skydive yang paling matang dan profesional di seluruh dunia. Setelah memastikan penerbangan hari itu, yang ternyata hari yang sangat indah untuk terjun, kami ditanya beratnya berapa. Ternyata saya terlalu berat *tersipu* - dari rasa tersinggung akhirnya beralih lega, paling tidak saya punya alasan untuk melindungi harga diri saya. Untuk Francy? Melompat tidak masalah. This is one brave girl. Dari dulu dia mau bungee jump aja tidak kesampaian terus. Begitu kami sampai di Wanaka kami INSPIRING TRENDS
13
Panorama di perjalanan ke Mount Cook
langsung menuju Wanaka Airport, kantor Skydive Wanaka dan tempat pemberangkatan pesawat. Francy sangat bersemangat mengikuti semua panduan dan pemasangan baju (dia terlihat seperti astronot!) Setelah mengucapkan kata-kata perpisahan yang cukup singkat (seperti "Awas kamu kawin lagi!") dia berjalan dengan tandem partnernya ke landasan. It is a very sunny day with the bluest skies, a perfect day for a jump. Saya menunggu di pinggir lintasan, melihat Francy dan peserta-peserta lain naik ke pesawat dan menyaksikannya lepas landas. Setelah beberapa lama, tiba-tiba munculah beberapa titik warna kecil di langit. Mereka sudah mulai satu per satu melompat. Francy datang terakhir karena beratnya yang paling ringan di antara tamu lain yang melompat. Buat teman-teman yang berjiwa petualang, atau ingin merasakan pengalaman yang sulit ditemukan di tempat lain, skydiving di New Zealand layak dicoba. Selain pemandangan pegunungan salju yang luar biasa, industri ini cukup berkembang di sini dan harganya relatif murah. Kami membayar NZ$500, atau sekitar 3.5 juta. Mengingat resiko yang tinggi dan pengalaman serta keamanan alat yang dibutuhkan, harga ini cukup pantas menurut kami. Disuruh lompat dengan operator yang hanya NZ$99 kamipun ogah, hahaha... The North Coast: The way back home Sayang sekali setelah Wanaka, rasanya perjalanan kami tidak seseru dan seindah seperti yang kami alami sampai dengan titik ini. Entah karena kami sudah terbiasa, atau karena cuaca yang terus-terusan mendung, atau pun karena sudah sedikit pemandangan gunung di kejauhan. Memang masuk akal, karena pegunungan di New Zealand terpusat di sekitar Mount Cook, dan hanya jalanan dari Chirstchurch ke Queen-
14
INSPIRING TRENDS
stown yang penuh dengan pegunungan dan danau-danau di kiri kanannya. Dari Wanaka kami lanjut menuju Haast (di sini kami pertama kali melihat laut lepas), lalu menyusuri pesisir utara sampai ke Franz Josef, melihat glacier dari dekat, lalu terus ke utara mampir ke Punakaiki untuk melihat Pancake Rocks (bebatuan karang yang terkikis alam sehingga
berbeda, kalau di awal karena banyak pemandangan indah, sedikit-sedikit berhenti, masak kopi, buka anggur, minum bir, sambil berfoto-foto ria. Dalam perjalanan 'pulang' kami hanyafoto seperlunya dan ingin segera pulang. Setelah mengetahui hal ini, saya menyarankan teman-teman yang berencana untuk campervan-ing untuk menghabiskan mungkin 80% waktu di bagian tengah South Island, dengan sisanya untuk perjalanan pulang melalui pesisir utara. Slow down, 2-3 malam di Mount Cook, semalam di Wanaka, dan juga mungkin mampir ke Dunedin (satu-satunya kota besar yang tidak kami kunjungi). Setelah 9 malam di jalan, melakukan perjalanan yang luar biasa, kami kembali ke Christchurch. Finish line. Walaupun kami harus ke dump station dulu untuk terakhir kalinya (dikembalikan dalam keadaan kosong).
My brave girl Francy saat melompat dari pesawat di Wanaka. Edward mana? Saya terlalu berat melewati batas yang diperbolehkan. Sebal bercampur lega.
seperti pancake ditumpuk-tumpuk. Mmmm... pancake...), sebelum kembali ke Greymouth untuk belok menuju Christchurch melalui Arthur's Pass. Suasana yang kami alami juga sudah To watch a feature film about this campervan trip, visit Edward's blog Both Sides of the Lens on http://www.edwardsuhadi.com/blog
What we'd learn and what we'll advise Kami belajar banyak sekali dari perjalanan ini, terutama tentang keberanian untuk mencoba hal yang baru. Seringkali kita membaca cerita-cerita seperti ini (seperti kalian sedang membaca cerita kita sekarang), lalu berpikir "Seru ya, tapi gw kayaknya ga bisa deh..." lalu tiba-tiba hidup sudah kembali dengan segala rutinitas dan kompleksitasnya, dan mimpi petualangan romantis itu pelan-pelan hilang dilupakan Campervaning juga salah satu pengalaman paling romantis dan sexy yang bisa kalian lakukan dengan pasangan kalian. Kebayang ga sih? Di tepi danau jernih yang berada di kaki gunung, sang cewek sedang memanggang steak, sang cowok di kursi malas dengan botol bir di tangannya, ada suara gemericik air di antara canda tawa mereka, dan sama sekali tidak ada seorangpun di sana, just them and their trusty van parked nearby. We did that. You could too.