INDONESIA DATAM BAYANGAN
Oleh
: Rizky Fauzia Nur Ainia
Kita hidup di dalam negara yang sangat aman dan nyaman ini. Kita pasti
tahu apa negara tersebut. Negara yang penuh dengan ragam cerita,
ragam,
budaya, dan ragam bahasa inilah kita mampu berdiri. Kita sadari bahwa adanya
suatu perbedaan tersebut tidaklah membuat kita berkecil hati, malah membuat
kita semangat untuk bisa bergandeng tangan menyongsong diri ke
era
modcrnitas ini. Kita mampu mengembangkan budaya kita ke ranah dunia. ,,Ah, andai
sa.ja
waktu dapat mengulang kembali. Aku akan mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah membantu diriku berubah menjadi seperti ini.,' Aku yang dulu bukanlah aku yang sekarang, tapi jiwaku yang dulu tetap di dalam dada. Aku, entah mengapa jika aku teringat masa laluku. Masa dimana aku berjuang demi bangsaku, bangsa tanah airku. Walaupun begitu, aku ya tetap aku.
Takan ada yang bisa menggantikan aku. Aku hidup
di
bangsa
ini
demi
menyejahterakan bangsaku. Entah apa yang aku lakukan dulu sejak berumur 30
tahun itu. Aku berdiri disini dengan kedua alat yang mampu membuat diriku
berdlri. "Aku telah dewasa, aku telah remaja, tak ada satupun yang
bisa
mena nd ingiku.", kat a ku dulu.
Dulu aku disegani, di kagumi karena telah membantu rakyat kecil dalam
men]peroleh kelayakan hak. Hak untuk dikenang, hak untuk kelayakan hidup, dan hak untuk memperoleh keadilan cipta karyanya. "Aku sudah berumur lebih,
tak ada yang mampu menurunkan semangatku ini. aku tak akan goyah dengan kedatangan apapun itu termasuk budaya", kataku dulu. Semangatku akan habis .jika aku mulai melupakan tanah kebangsaan dan tanah kelahiranku ini. Aku akan
melupakan semua perjuanganku jika aku telah tiada batang otak. Aku ya aku.
Sewaktu aku kecil, dulu aku selalu dimanja oleh kedua orang tuaku. Tapi kedua orang tuaku tak akan pernah lupa mendidik anaknya agar menjadi lebih
baik' Dengan penuh keluh kesah kedua orang tuaku yang seraru mendidik diriku ini agar mampu semangat dalam menyejahterakan rakyatku nanti. Tanyaku,,,lbu,
apakah iu bercanda? Mengapa diriku yang kurus, kecil, dan mungil ini mampu menyejahterakan rakyatku nanti? Akankah aku bisa melakukannya ibu?,,. Tapi tak sepatah kata pun yang keluar dari senyuman manis ibu. Tak ku sangka, pertanyaan dulu yang aku lontarkan kepada ibuku samoai sekarang masih terngiang jelas dipikiranku. Tak ku tahu apa sebenarnya maksud
dari hati ibuku ini, ibuku yang seraru mendampingi diriku dan seraru mendengar
keluh kesahku. "Aku harus tetap mencari dan mencari dengan .jelih jawaban untuk ibuku ini. lika buku tidak mau mengatakan yang sejujurnya mengenai apa sebenarnya yang akan terjadi nanti, akulah yang akan mencari jawabannya sendiri.", ksta ku dalam hati. Keesokan harinya tepat diusiaku yang sekarang 12 tahun, aku tanpa mengenal lelah untuk mencari jawaban itu.,,Kepada siapa nantinya aku akan bertanya? Dan kepada siapa nantinya aku menjawab pertanyaan ini?,,, tanyaku dalam hati. Setelah ibuku mengucapkan, ,,Selamat ulang tahun sayang, ingatlah apa yang ibu janjikan kepadamu. Kaulah yang bisa meneruskan dan mengangkat
rakyatmu nanti. Tetaplah berusaha, jangan patah semangat. Jangan lengah, jangan pernah mundur, jangan pernah malu terhadap apa yang
engaku kerjakan
nanti nak. lbu sangat percaya kepadamu. lbu yakin bahwa kamu pasti
bisa
membLlat ibu bangga.".
Setiap harinya aku membantu ibu untuk ke kandang sapi. pemilik kandang sapi terebut tidaklah jauh dari rumah kami. Hanya membutuhkan satu setangah jam untuk menempuh kesana. Tapi sepanjang jalan, aku melihat para warga desaku itu sedang asyik dan sibuk dengan pekerjaannya. Aku sapa mereka. Dengan senyum yang tulus ikhlas mereka pun membalasnya dengan senyuman,
bahkan ada yang memanggil namaku "Anto...". Ku menengok wajahnya, ternyata
seorang teman sebaya yang selalu membantu ayahnya untuk membuat karya yang menurutku yaitu seni lukis.
Tapl yang aku sayangkan, "Mengapa dia tidak seberuntung diriku? Mengapa dia melakukan dan membantu ayahnya itu untuk membuat suatu karya
yang sangat sedap dipandang oleh mata? Eukan seperti diriku. Ya aku, aku walaupun sekolah hanya tak sampai tamat SD saja aku telah beruntung. yang penting aku sudah mengerti apa itu tulisan, apa itu angka, dan apa itu makna. Tapi yang aku tanyakan sekarang, mengapa dia tidak mau bersekolah? Apakah
karena kecintaannya kepada ayahnya sampai dia rela berkorban membantu ayahnya untuk menorehkan cat warna di berbatuan itu? Entah apa yang aku pikirka n ini."
Desaku memang terkenal dengan ragam cerita, budaya, dan bahasa. Tapr
desaku tak pernah terdengar sedikitpun adanya perselisihan, pertentangan,
maupun perdebatan yang ada. Desaku tetap rukun, damai, sejahtera.
Para
pelukis disana sangatlah mempunyai ragan cerita yang mampu ditorehkan
suatu benda. Macam-macam benda telah diciptakan oleh para seniman.
dr
Ya,
seniman. Sesampainya aku di kandang sapi, seperti biasanya aku selalu membantu
ibuku untuk membersihkan kandang sapi setiap 3 kali sehari yaitu pagi, siang,
dan sore hari. Walaupun begitu, ibuku tak pernah berkeluh kesah mengenai kehidupannya sekarang. lbuku rela berkorban demi menghidupi diriku ini. aku seakan bangga terhadap ibu ku.
Pemilik kandang sapi
itu
adalah seorang konglomerat dari negara
tetangga yang hidup dan berwirausaha di desa kami. Ya, dulu 30 tahun sudah negara
ini merdeka dan banyak negara tetangga berdatangan untuk melihat
keadaan negaraku ini. kedatangan mereka disini bukan disebut sebagai penjajah
baru, tapi kedatangan mereka disini hanya ingin berwirausaha .iuga
ingin
menyejahterakan warga sekitar khususnya desaku dalam membuka lapangan pekerjaan. Walaupun begitu, menurutku mereka tetap menjajah desaku. Karena
mereka yang nantinya berpeluang besar dalam mempeoleh keuntungan daripada rakyat disekitarnya. Maklumlah.lika dihitung-hitung dalam pelajaran
arltmatikaku dulu, jika negara mendapat uang pekerjanya hanya mendapat uang
3 lembar dari
usahanya dan
1 lembar saja maka 3-1 =2,2
inilah
keuntungan yang besar bagi negara tetangga tersebut. Maklumlah, saya ini hanya anak berumur 12 tahun yang tak tamat sekolah. Tapi aku paham betu dengan keadaan. Walaupun begitu ibuku tetap semangat dan ber.juang keras untuk rrendapatkan 1 lembar tersebut. Setiap selesai kerja, pas jam istirahat aku beristirahat dengan ibuku di sebuah gubuk mini berseberangan dengan kandang sapi itu. aku memeluk ibuku
dan berkata, "lbu, mengapa engkau selalu rela mengerjakan pekerjaan yang berat ini? Andaikan aku punya ayah yang selalu berada disamping ibu. yang selalu mendampingi ibu saat ibu membutuhkan bantuan. Apakah ibu dulu bertengkar dengan ayah? Lalu mengapa ayah meninggalkan ibu saat keadaan ini
rnulai berubah menjadi pedih?". Setelah pertanyaan aku ini, entah apa yang
membuat ibuku berubah drastis menjadi semangat untuk bekerja kembali walaupun
itu masih jam istirahat siang. "Kita tidak boleh
bermalas-malasan
disini, kita harus semangat bekerja. Agar kita mendapatkan puluhan hingga ribuan uang dan bukan hanya 1 lembar saja.", kata ibuku. Saat itu, ibuku membersihkan kandang bagian kiri dan aku mendapatkan bagian untuk membuang kotoran dari si sapi itu. Tiba-tiba, entah apa yang terjadi
aku nrelihat untuk pertama kalinya ibuku meneteskan air mata. Aku merasa ada yang aneh dengan ibuku, mengapa tadi ibuku sangat bersemangat untuk bekerja keras dan tidak lama kemudian mengapa ibuku meneteskan air mata yang suci
itu. Entah berantahkan pikiranku ini. Ya, itulah aku. Selesailah sudah pekerjaanku bersanra lbuku ini. Jam besar
di
dalam rumah pemilik kandang sapi itu
menunjukan diriku ini untuk bergegas purang. Dan hari yang kunantikan untuk mendapatkan upah tersebut terwujud, walaupun hanyalah selembar kertas saja. Tapi entah apa yang dipikirkan ma.iikanku sekarang, beliau telah memberikan sebuah buku tentang keragaman budaya yang ada di negaranya. Akupun terkejut dan petunjuk dari pemilik rumah itu bahwa tidak boleh seorangpun tahu tentang isi di dalam buku itu. pemirik kandang sapi itu memberikan buk tersebut secara
cuma-cuma karana merihat kerja keras dan kegigihanku untuk membantu ibuku dalam membersihkan kandang miliknya. Buku itu langsung aku sembunyikan
ke
dalam bajuku. lbuku sempat bertanya, ,,Apa yang dibicarakan antara kamu dengan Pak Kei?". Jawabku, ,,Tidak ada yang penting bu, pak Kei menyarankan agar terus bersemangat dalam membantu ibu dan jangan sampai lengah.,,.
Setiap malam setelah ibuku tertidur lelap di kamar kecil ini, aku selalu membaca buku yang diberikan dari pak Kei tersebut. Buku ini sangatrah menarik
untuk dibaca. lsinya mulai dari cara bahasanya, budayanya yang selalu dipakai oleh bangsa tetangga. Tapi setiap membaca buku ini sampai larut malam itu
tekadang membuat diriku ini susah terbangun untuk membantu ibuku pada pagi hari. lbuku sampai menanyaiku untuk yang ketiga kelinya. ,,Mengapa kamu selalu bangun kesiangan nak? Apakah kamu murai rerah dengan membantu ibumu ini?,,, tarrya ibuku kepada diriku.,,Aku harus bisa menutupi pertanyaan dari ibu, karena aku masih penasaran dengan apa kelanjutan dari cerita buku
itu. Aku
mempelajarinya
dan harus
memahaminya supaya
aku bisa
harus
menjawab
pertanyaan dari ibuku dulu.,', kataku dalam hati.
Dengan muka yang datar dan tiba_tiba semangat akupun menjawab, "Tidak ada apa-apa bu. Ayo kita mulai bekerja lagi.,,. Dengan semangat akupun menggandeng kedua tangan ibuku untuk bekerja dengan semangat dalam mencari puluhan hingga ribuan lembar kertas. Tapi walaupun begitu, aku tetap saja berdosa karena setelah rnendapatkan buku itu aku selalu menutupinya karena aku telah berjanji kepada pemilik kandang sapi itu.
5
selesai membersihkan kandang sapi itu, seperti biasa seraru mendapatkan upah dari saudagar tua itu. Ya, walaupun tak seberapa tapi sangatlah cukup bagi kami
untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari. sekari ragi saudagar tua itu bertanya kepadaku, "Apakah isinya bagus? ltulah bangsaku, aku sangat mencintai budayaku sendiri. ya, waraupun aku ini tinggar di daerahmu, tetapi aku tetaplah mencintai budayaku.". pikirku, ,,Wah...hebat sekali apa yang di pikirkan oleh Pak Kei itu. Lalu maksudnya serama ini apa ya beriau seraru memberikan aku buku tentang sejarah ilmuan masa lalu? padahal aku tidak mengerti dan tidak paham betultentang makna apa yang tersurat disana. yang aku pahami hanyalah
tulisan-tulisan yang berjajar rapi merangkai kata dan mengandung makna sendiri. Salah satu kata yang pas mengenai hatiku ini adalah tentang budaya. Mengapa saudagar tua itu bangga terhadap bangsanya? Apa yang mendorong saudagar tua itu untuk memberikan buku-buku tentang kebudayaannya kepada
diriku? Apa yang harus saya lakukan nanti kedepannya demi rakyatku?,,. Sebuah ilusi semata yang ada di pikiranku. Saat itu aku mendapatkan sebuah bingkisan manis yang dibungkus oleh
karn merah cerah, tapi yang aku herankan mengapa kadonya kecil? Mengapa
beliau berpesan untuk membukanya se m b
di
rumah dan harus dibuka
secara
unyi-sem bunyi? "Tapi sudah lah, kau harus beruntung Nto..Tiada tuan yang
berbaik hati seperti pak Kei.,,, kataku di dalam hati. Sesampainya di gubuk kecil
tua itu, aku membuka bingkisan dari pak Kei secara diam_diam. Tak ku sangka, "lbu? Mengapa ibu disini? Bukannya ibu di dapur untuk memasak?,,.
lbuku
datang menghampiriku. "Na k... na k...ternyata kamu di teras depan rumah, apa yang kamu sembunyikan itu?", tanya ibuku kepadaku. lbuku semakin curiga
kepadaku. Tapi untung saja aku masih mampu untuk menutupinya. Setelah ibu
mempercayai akan kebohonganku ini, akupun tercengang melihat isi di dalam bingkisan itu. Ternyata isinya pulpen besar, bertinta hitam, dan mempunyai
warna cantik
di
pulpennya yaitu bewarna biru tua. Tapi sekilas tersirat di pikiranku, "Mengapa Pak Kei setelah memberikan aku buku-buku yang belum i,
bisa aku pahami itu sekarang ditambah hadiah yang menurutku istimewa ini? Apa maksud yang akan disampaikan dari pak Kei untuk memberikan aku berbagai
macam had iah ?".
Tapi setelah itu akupun tidak mendapatkan bingkisan lagi dari pak Kei, karena Pak Kei kurang enak badan. saat ibu dan aku ribur bekerja, aku berinisiatif
untuk menjenguk keadaan pak Kei sekarang. Untungnya diperbolehkan oleh ibuku. Sesampainya aku di rumah pak Kei, ada ibu-ibu paruh baya bersedia membukakan pintunya kepada aku dan mempersilahkan diriku untuk memasuki kamarnya. Akupun terkejut Melihat kondisi pak Kei sekarang. Keadaan pak
Kei
yang dulunya agak gemuk dan sekarang kurus karena sakit itu, membuat diriku sedih akan keadaan pak Kei sekarang. pak Kei disini hanya hidup sendiri, beliau
tidak punya sanak saudara disini. Beliau disini hanya ditemani oreh
2
pembantunya yang setia juga penjaga pintu gerbang. Saat aku datang, kondisi pak Kei sedang beristirahat. Tetapi yang saya herankan, salah satu pembantunya itu memberikan sebuah bingkisan yang besar dan aku diperintahkan pak Kei (kata pembantu itu) untuk dibuka di hadapan pak Kei walaupun kondisinya sedang tidak sadar. Setelah aku buka, ternyata isinya
berupa buku panduan cara menjadi penulis yang baik, lalu cara ampuh untuk dikenal masyarakat, dan buku sejatinya seorang anak yang
baik. Di
dalam
bingkisan itu juga ada 3 buku tulis kosong dan 10 pulpen dengan warna yang sama yaitu biru tua. Akupun terkejut setengah mati melihat hadiah sebanyak itu.
Di dalam bingkisan itu .luga ada sepucuk surat yang bertu
liska n,,,JAN GAN LAH
ENGKAU RAGU WAHAI ANAK MUDA, WUJUDKAN MIMPIMU DEMI MASA IUA
MU YANG CEMERLANG.
HIDUPLAH APA ADANYA, JANGAN PUTUS ASA,
MULAILAH DARI SEKARANG. AKU YAKIN KAMU DENGAN ADANYA INI BISA MEWUJUDKAN CITA-CITA I8UMU. UBAHLAH DUNIA DENGAN SUATU KARYA YANG NYATA.".
Setelah membaca sepucuk surat tadi, akhirnya aku pun bertanya kepada
pembantunya, maksud pembantunya
isi surat itu tentang apa? Ternyata salah satu
itu menjawab bahwa Pak Kei adalah penulis yang handal dan
terkenal di bangsanya. Beliau adalah sesosok orang yang baik hati dan tidak
keras kepala. Beliau juga selalu memfasilitasi pembantunya untuk boleh membaca buku hasil karangannya di ruang perpustakaan pribadi. Beliau hanya
ingin
m
enyejahterakan pembantunya
di dalam istananya terebut.
Akupun
langsung tidak mempercayai ucapan yang telah dilontarkan oleh pembantu itu. Tanpa berpikir panjang, aku langsung melihat dan mencari nama pengarang buku
tersebut. Dan akhirnya memang benar, buku dari dalam bingkisan tersebut adalah sebuah buku dari karangannya. Dan di dalamnya terdapat kata-kata yang
bermakna dan menyentuh hati. Tentang bagaimana caranya menjadi penulis yang sangat baik dan benar.
Sesampainya dirumah aku langsung mencari ibuku dengan membawa bingkisan itu. Tujuannya bahwa aku merasa senang sekali dengan apa yang aku
dapatkan akhir-akhir ini. Semua buku itu dilihat oleh ibuku, tapi saat ibuku membaca sebuah ludul keragaman budaya di negara tetangga, ibuku langsung
memarahiku, "Mengapa kamu menyimpan buku seperti ini. Mengapa kamu selama ini membaca buku yang seharusnya tidak kamu baca. Mengapa kamu
selau berbohong kepada ibu. Mengapa kamu selalu tidur terlarut malam? Mengapa kamu selalu bangun kesiangan? Mengapa kamu jarang sckali membantu ibu memasak di dapur? Apa karena buku ini? Buku yang seharusnya
tidak kamu baca, buku yang seharusnya tidak kamu pahami, dan buku seharusnya tidak kamu dapati.". "Bu, buku ini bagus. Buku
ini
yang
menceritakan
tentang bagaimana seorang penulis itu terlalu sayang kepada bangsa dan negaranya sendiri. Dan ia tidak pernah lupa untuk kenangan yang ada di budayanya
itu, maka dari itu ia torehkan ragam
kebudayaannya ke dalam
sebuarh karya tulis. Dan sepatutnya saya bangga ibu terhadap penulisnya, bukan hal yang lainnya. ltu saja ibu. lbu, seju.iurnya saya mendapatka semua buku ini
dari majikan saudagar tua itu yaitu pak Kei. pak Kei yanB telah menyuport saya selama ini utnuk menjadi penulis bu. pak Kei lah yang mampu membuat diriku
bergerak demi kebahagiaan ibu. Apakah ibu tidak setuju?,, jawabku
atas
pertanyaan ibu. lbuku hanya bisa hening dan menangis di dapur. Saat itu juga aku merasa bersalah pada ibuku.
Akhirnya, aku menyusul ibuku
di dapur dan melihat
kondisi ibuku
sekarang. Akupun menangis di pelukan ibu. lbuku memeluk erat diriku. Akupun
tak kuasa menahan air mata ini. Tak lupa aku bersujud di telapak kaki ibu untuk meminta maaf atas kesalahanku selama ini. Setelah itu aku pun memeluk erat kembali di pelukan ibuku dan aku membisikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dari ibuku kepada aku. "tbu, maafkan anakmu yang telah membohongi ibu. Selama ini aku ingin merubah naslb desa ini, kota ini, dan negaraku ini agar
menjadi lebih baik lagi. lbu, maafkan anakmu yang kurang ajar ini. Selama ini, aku ingin menumbuhkan rasa kecintaanku kepada buku yang telah aku dapatkan
dari Pak Kei dan bagiku Pak Kei adalah sesosok penulis yang hebat dalam menciptakan karya tulisnya. Aku ingin seperti beliau ibu. Aku ingin membahagiakan rakyatku dengan membuat suatu karya kebudayaan dan kesenian
tulis
tentang
di desa kita ibu. Juga aku ingin memperkenalkan
kepada seluruh dunia bahwa ini adalah bangsaku dan negaraku yang mempunyai
berbagai macam budaya yang berbeda. Juga aku ingin di dalam sastraku, anak
cucuku nanti dapat mengenang diriku ini dan terus berupaya keras untuk memperjuangan kecintaannya kepada kebudayaan di bangsa dan negaranya ini.
Aku yakin bu, aku pasti bisa.". Lalu ibuku bertanya lagi,,,Apa tujuanmu ingin menulis kebudayaan bangsa kita ini di dalam suatu karyamu nanti nak?,,. Aku tanpa ragu menjawab pertanyaan dari ibuku ini, ,,Setelah karyaku akan kebudayaan bangsa kita ini sukses dan laris di penjuru dunia, maka nantinya banyak sekali para turis asin6 berbondong-bondong untuk datang dan melihat
kebudayaan kita. Dan kita sebagai warga negara
ini
haruslah menunjukan
keistimewaan dari budaya kita yang indah ini. Janganlah ada kata malu, takut,
resah, sampai gagal dalam mementaskan kebudayaan kita ini bu. Kita haruslah bangga dengan kebudayaan yang kita punya sekarang. Jangan patah semangat
dan teruslah berkarya demi memajukan dan mengharumkan nama baik bangsa
ini
ltulah Jawaban dari pertanyaan ibu selama ini. sudah satu tahun lebih aku
dibuat ragu oleh pertanyaan ibu. Tapi berkat keteguhanku dan keyakinanku juga mendapat bantuan serta dukungan dari pak Kei yang telah membantu diriku ini
untuk menjawab pertanyaan ibu selama satu tahun yang lalu.,,. Akhirnya telah ter.iawab sudah pertanyaan dari ibuku. Keteguhanku untuk berlatih menulis semakin
h
ari semakin membaik.
Sekarang aku sudah berumur 30 tahun. Aku telah mendapat penghargaan
untuk pertama kalinya dalam hidupku yaitu mencetak suatu karya yang berjudul
"ANTARA AKU DAN BUDAYAKU". Dalam terbitan pertama kalinya aku mendapatkan antusias
dari para tetanggaku dulu. Mereka telah
banyak
memberikan motivasi dan inspirasi kepada diriku. Tanpa mereka, entah apa yang akan ku ceritakan nanti. Aku juga berterima kasih atas ibuku dan pak Kei yang
telah membantu diriku untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam pikiranku. Sekarang aku berusia 52 tahun, masih ada semangat dalam hidupku untuk'berkarya dan berkarya lagi demi kecintaanku kepada bangsa ini. Bayangan
dan angan-angan untuk menyejahterakan rakyatku sudah terwujud.
Dan
kehidupan bangsaku ini sudah mulai sejahtera dengan adanya sastra budaya Bangsa lndonesia. Bangsa yang selalu ada dalam bayanganku untuk menciptakan
suatu sastra dan sekarang terwujud menjadi sebuah karangan nyata...
SE
LESAI.
10