P) Hasil penelitian menunjukkan emiten yang mengalami undervalued adalah AALI, ANTM, INDF dan TLKM. Sedangkan yang lainnya mengalami overvalued. terdapat perusahaan yang mengalami undervalued sampai dengaan Rp 33.025,00 yaitu saham AALI. Sedangkan emiten yang mengalami overvalued paling tinggi adalah UNTR, yaitu sebesar Rp 16.030. Jika dianalisis dengan menggunakan the absolute percentage over/undervalued (APE), saham yang
APE (%)
mengalami undervalued adalah saham yang memiliki presentase negatif. Pada penelitian ini saham yang memiliki presentase negatif paling besar adalah saham AALI yaitu sebesar -1,52. Begitupula sebaliknya, saham yang mengalami overvalued adalah saham UNSP yaitu sebesar 0,76.
pertumbuhan konstan menunjukkan dari sampel yang diteliti, jika dianalisis dengan melihat selisih dari harga aktual dengan hasil penilaian, terdapat perusahaan yang mengalami undervalued sampai dengaan Rp 39.186,70 yaitu saham UNTR. Sedangkan emiten yang mengalami overvalued paling tinggi adalah AALI, yaitu sebesar Rp 19.102,10.
Penilaian Harga Saham dengan Free Cash Flow to Equity (FCFE) Pertumbuhan Konstan Berikut ini adalah hasil penilaian harga saham dengan menggunakan FCFE pertumbuhan konstan adalah: Tabel 2 Hasil Penilaian Berdasarkan Free Cash Flow to Equity Pertumbuhan Konstan
AALI
2.597,90
Harga Aktual Saham (Rp) 21.700,0 0
ANTM
6.120,30
1.620,00
(4.500,30)
-2,8
17.311,80
7.400,00
(9.911.80)
-1,3
BDMN
2.854,88
4.100,00
1.245,88
0,3
BMRI
3.082,00
6.750,00
3.668,00
0,54
INDF
17.620,28
4.600,00
(13.020,3)
-2,83
ISAT
4.822,00
5.650,00
828,00
0,15
TLKM
33.315,70
7.050,00
(26.265,7)
-3,7
UNSP
1.811,00
(1,526,00)
-5,4
UNTR
65.536,70
285,00 26.350,0 0
(39.186,7)
1,5
Kode
ASII
Hasil Penilaian Harga Saham (Rp)
ADE (Rp)
APE (%)
19.102,10
0,88
Jika dianalisis dengan menggunakan the absolute percentage over/undervalued (APE), saham yang mengalami undervalued adalah saham yang memiliki presentase paling negatif. Pada penelitian ini saham yang memiliki presentase negatif paling besar adalah saham UNSP yaitu sebesar -5,4. Begitupula sebaliknya, saham yang mengalami overvalued adalah saham AALI yaitu sebesar 0,88. Perhitungan Akurasi Model Penilaian Harga Saham Perhitungan akurasi model penilaian harga saham dilakukan untuk mengetahui model penilaian manakah yang paling mendekati harga aktual saham. Dibawah ini adalah hasil perhitungan akurasi model penilaian harga saham, yaitu: Tabel 3 Hasil Perhitungan ADE, MDE, APE, MPE
S Sumber: Data diolah
Keterangan: O = Overvalued (V
P) Hasil penilaian harga saham dengan menggunakan pendekatan FCFE pertumbuhan konstan yang mengalami undervalued adalah ANTM, ASII, INDF, TLKM, UNSP dan UNTR. Sedangkan yang lainnya mengalami overvalued. Hasil penilaian harga saham dengan menggunakan FCFE 6
ADE MDE APE MPE
DDM 12.505,92 1.250,592 0,47 0,047
FCFE 69.566,8 6.956,68 1,86 0,186
Sumber : Data diolah
Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan memilki nilai ADE dan MDE yang paling rendah dari pada FCFE yaitu dengan ADE 12.505,92 dan MDE 1.250,592 yang berarti selisih
antara hasil penilaian dan harga aktual saham yang ada rata-rata adalah 1.250,592. Artinya dengan menggunakan analisis ADE dan MDE, dividend discount model pertumbuhan konstan memilki hasil penilaian yang paling mendekati nilai aktual saham. Jika analisis dilakukan dengan melihat nilai presentase maka, menggunakan APE dan MPE. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa model penilaian harga saham yang memiliki APE dan MPE lebih kecil adalah model penilaian Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan, yaitu untuk APE 0,47 dan untuk MPE 0,047. Pembahasan Hasil Penelitian DDM pertumbuhan konstan Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat saham yang mengalami undervalued, yaitu saham AALI, ANTM, INDF dan TLKM sedangkan sembilan saham lainnya mengalami overvalued. Bagi investor yang belum memiliki saham atau calon investor yang berencana membeli saham tertentu terdapat empat saham yang bisa menjadi pertimbangan karena saham tersebut mengalami undervalued atau harganya murah dan disarankan untuk beli. Enam perusahaan lainnya yang mengalami overvalued atau harganya mahal tidak disarankan untuk membeli. Bagi investor yang sudah memiliki saham, ketika saham tersebut mengalami undervalued atau murah maka keputusannya adalah sebaiknya empat saham tersebut ditahan. Tetapi jika saham mengalami overvalued atau mahal sebaiknya dari 6 saham tersebut segera dijual karena secara teori cepat atau lambat harga saham pasti akan terkoreksi mendekati nilai intrinsiknya atau harga penilaian saham. Penilitian yang sama yang pernah dilakukan oleh Wijaya dan Nurdessy 7
(2007), hasil penelitian menunjukkan sebagian besar saham mengalami overvalued, karena saham yang mengalami undervalued sebanyak 4 saham dari 34 saham yang dinilai dengan menggunakan Dividend Discount Model (DDM). FCFE pertumbuhan konstan Hasil analisis penelitian menggunakan FCFE pertumbuhan konstan menilai saham yang mengalami undervalued lebih besar daripada saham yang mengalami overvalued. Saham yang mengalami undervalued sebanyak 6 emiten, yaitu saham ANTM, ASII, INDF, TLKM, UNSP, dan UNTR. Bagi investor yang belum memiliki saham atau calon investor yang berencana membeli saham tertentu terdapat sembilan saham yang bisa menjadi pertimbangan karena saham tersebut mengalami undervalued atau harganya murah dan disarankan untuk beli. Namun empat perusahaan lainnya yang mengalami overvalued atau harganya mahal tidak disarankan untuk membeli. Bagi investor yang sudah memiliki saham, ketika saham tersebut mengalami undervalued atau murah maka keputusannya adalah sebaiknya sembilan saham tersebut ditahan. Tetapi jika saham mengalami overvalued atau mahal sebaiknya dari 4 saham tersebut segera dijual karena secara teori cepat atau lambat harga saham pasti akan terkoreksi mendekati nilai intrinsiknya atau harga penilaian saham. Terdapat 3 saham yang sama-sama dinilai undervalued oleh DDM pertumbuhan konstan maupun FCFE pertumbuhan konstan, yaitu saham ANTM, INDF, dan TLKM. Studi empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Karlson & Niklas (2011), Wijaya & Nurdessy (2007) menyimpulkan bahwa hasil penilaian harga saham
menggunakan FCFE pertumbuhan konstan cenderung menilai saham lebih rendah atau undervalued. Akurasi penilaian harga saham Hasil analisis menggunakan ADE, MDE, APE dan MPE menunjukkan bahwa hasil penilaian harga saham menggunakan dividend discount model pertumbuhan konstan yang memiliki akurasi yang mendekati harga aktual saham, dibandingkan menggunakan free cash flow to equity pertumbuhan konstan. Karena Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan memilki nilai ADE, MDE, APE dan MPE lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan Free Cash Flow to Equity (FCFE) pertumbuhan konstan. Implikasi Implikasi dari hasil penelitian penilaian harga saham yang diteliti dalam penelitian ini mencakup implikasi teoritis dan implikasi managerial. Implikasi tersebut adalah: a) Implikasi teoritis, secara teoritis penilaian harga saham dengan menggunakan DDM pertumbuhan konstan dan FCFE pertumbuhan konstan akan dinilai sama. Namun, DDM pertumbuhan konstan baik digunakan pada perusahaan yang secara rutin membayar dividen dan dalam jumlah yang besar sedangkan FCFE pertumbuhan konstan bekerja lebih baik pada perusahaan yang membayar dividen dalam jumlah kecil atau tidak secara rutin membayar dividen. Pada penelitian ini hasilnya juga menunjukkan demikian, maka pada kondisi bursa dengan perusahaan yang mapan dan rutin membayar dividen penilaian harga saham cocok menggunakan DDM pertumbuhan konstan. b) Implikasi managerial, bagi analis atau investor yang akan melakukan 8
penilaian harga saham sebaiknya menggunakan DDM pertumbuhan konstan karena dari penelitian ini ditemukan bahwa hasil penilaian harga saham DDM pertumbuhan konstan lebih mendekati harga aktual saham dibandingkan menggunakan FCFE pertumbuhan konstan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Hasil penilaian menggunakan Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan terdapat 4 saham yang mengalami undervalued yaitu saham AALI, ANTM, INDF dan TLKM sedangkan penilaian harga saham dengan menggunakan Free Cash Flow to Equity (FCFE) pertumbuhan konstan terdapat 6 saham yang mengalami undervalued yaitu saham ANTM, ASII, INDF, TLKM, UNSP dan UNTR dan terdapat 3 saham yang dinilai sama, dengan menggunakan DDM pertumbuhan konstan dan FCFE pertumbuhan konstan yaitu ANTM, INDF dan TLKM. b) Hasil perhitungan akurasi penilaian harga saham menggunakan ADE, MDE, APE dan MPE manunjukkan bahwa model penilaian Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan memiliki nilai yang terkecil dibandingkan model penilaian harga saham dengan menggunakan Free Cash Flow to Equity (FCFE) pertumbuhan konstan. Artinya, dengan analisis ADE, MDE, APE dan MPE hasil penilaian Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan adalah yang paling mendekati harga saham yang sebenarnya.
Saran Dari hasil serta kesimpulan yang diperoleh dalampenelitian ini , adapun saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa model penilaian harga saham bekerja lebih baik pada situasi tertentu, investor atau calon investor perlu melakukan analisis saham yang akan dibeli terlebih dahulu untuk dapat menggunakan model penilaian yang cocok untuk menilai harga saham. 2. Dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal investor atau calon investor bukan hanya menilai harga wajar saham namun manajemen perusahaan yang baik menjadi salah satu faktor penting untuk pertimbangan pemilihan saham yang ingin dibeli karena tipe investor jangka panjang akan lebih memperhatikan dividen. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang manajemennya bisa dipercaya atau jujur dalam mengelola perusahaan. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan beberapa model penilaian harga saham dan dengan sampel yang lebih besar. Agar bisa mewakili saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) mana yang sesuai dengan menggunakan model penilaian yang paling tepat
DAFTAR PUSTAKa Bodie, Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus. 2009. Investments. New York: McGrawHill. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Fundamentals of Financial Management. Buku Satu. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto dan Herman Wibowo. Edisi Kedelapan. Salempa Empat: Jakarta _______. 2011. Fundamentals of Financial Management. Buku Satu. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Sebelas. Salempa Empat: Jakarta. _______. 2011. Fundamentals of Financial Management. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Sebelas. Salempa Empat: Jakarta. Damodaran, Aswath. 2002. Investment valuation: tools and techniques for determining the value of any asset. 2ndEd. New York: JohnWiley & Sons, Inc. Damodaran, Aswath. 2001. Corporate Finance Theory and Practice. USA: John Wiley & Sons, Inc. Farrel, James L. 2010. The Dividend Discount Model: A Primer. Financial Analysts Journal. 41:6 Fatma, Ade Lubis. 2008. Pasar Modal. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Foerster, Stephen R. dan Stephen G. Sapp. 2005. Dividend Discount Model in the Long-Run: A Clinical Study. Journal of Applied Finance. 6:21-35 Gravetter, Frederick J. dan Lori- Ann B. Forzano. 2009. Research Methods for
9
The Behavioral Sciences. Wadsworth. Belmont.
_______. 2011. Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabet. Bandung.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE
Tandellin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.
_______. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE Karlson, Anders dan Niklas Jossefson. 2011. Stock Price Valuation, A case study in Dividend Discount Model & Free Cash Flow to Equity models. Thesis Faculty of Economic Jongkoping University. Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Murhadi, Werner. R. 2009. Analisis Saham Pendekatan Fundmental. Jakarta: Indeks Narastutik, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta. Ardana Media Payne, Thomas H. dan J. Howard Finch. 1999. Effective Teaching and Use of The Constant Growth Dividend Discount Model. Financial Services Review. A200; G120 Reese, John P dan Jack M. Forehand. 2009. The Guru Investor: How to Beat the Market Using History’s Best Investment Strategies. New Jersey: Jhon Wiley Son Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Sharpe, William F., G. J. Alexander, dan J. V. Baeley. 1997. Investasi. Terjemahkan oleh Pristina Hermastuti. Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabet. Bandung. 10
Wijaya, Chandra dan Nurdessy Nirmala. 2007. Perbandingan Model Valuasi Harga Saham Pengujuan Empiris Pada Saham Yang Terdaftar di BEJ Tahun 2004. Jurnal Tepak Manajerial Magister UNRI. vol 7 no 7 (http://isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 16 Februari 2013