PEMBERIAN CAMPURAN BAHAN HUMAT DARI BATUBARA MUDA DAN PUPUK P TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN SERAPAN P SERTA PERTUMBUHAN PADI (Oryza sativa L.) GOGO PADA OXISOL Skripsi S1 oleh Harisman Edi, Pembimbing: 1. Dr. Ir. Teguh Budi Prasetyo, MS 2. Dr. Ir. Gusnidar, MP ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan di Padang Siantah, Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota pada bulan Januari sampai Mei 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian campuran bahan humat dari batubara muda dan pupuk P terhadap sifat kimia tanah dan serapan P serta pertumbuhan tanaman padi gogo pada Oxisol. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5%. Perlakuan yang diberikan adalah kombinasi bahan humat dan pupuk P dengan perlakuan sebagai berikut : A = Tradisi petani (pemberian pupuk kandang ayam 10 ton/ha), B = 400 ppm bahan humat (0,8 ton/ha) + pupuk P 75% R (225 kg TSP/ha), C = 400 ppm bahan humat (0,8 ton/ha) + pupuk P 100% R (300 kg TSP/ha), D = 800 ppm bahan humat (1,6 ton/ha) + pupuk P 75% R (225 kg TSP/ha) , E = 800 ppm bahan humat (1,6 ton/ha) + pupuk P 100% R (300 kg TSP/ha). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian campuran bahan humat dari batubara muda dan pupuk P dapat memperbaiki sifat kimia Oxisol pada perlakuan 800 ppm + 100% R yaitu dengan peningkatan pH tanah, KTK, C-organik, P-tersedia, P-potensial, Ca-dd masing-masing sebesar 0.74 unit, 10.02 me/100g, 0.67%, 31.98 ppm, 56.09 ppm, 0.57 me/100g dan nilai Al-dd dan Fe-dd mengalami penurunan masing-masing sebesar 1.02 me/100g dan 13.58 ppm serta serapan P pada bagian akar, bagian atas, jumlah tanaman/rumpun, berat kering tanaman mengalami peningkatan masingmasing 4.911 g/plot, 3.618 g/plot, 22.67 dan 1.92 kg/plot dibandingkan dengan tradisi petani. Kata kunci: Bahan humat, batubara muda, Oxisol, pupuk P serta biologi yang baik. Namun, lahan-
PENDAHULUAN Tanah
merupakan
media
lahan di daerah tropis masih memiliki
tumbuh tanaman. Untuk pertumbuhan
produktivitas
yang
rendah
karena
dan
pengelolaan
yang
intensif
tanpa
perkembangan
tanaman
agar
memberikan produksi yang tinggi,
memperhatikan
maka dibutuhkan tanah-tanah yang
Sementara kebutuhan akan panga terus
mempunyai kesuburan fisika, kimia
kaidah
konservasi.
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya jumlah penduduk.
Oxisol dicirikan oleh adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1.5
Pengembangan padi gogo di
m atau bila kadar liat pada kedalaman
lahan kering yang selama ini belum
0-18 cm lebih besar dari 40 persen
termanfaatkan dengan optimal dapat
dapat mempunyai horizon kandik yang
menjadi
jumlah
salah
menghadapi
satu
solusi
mineral
mudah
lapuk
ketahanan
memenuhi syarat horizon oksik, dan
pangan. Penurunan areal sawah akibat
ditemukan pada kedalaman kurang
alih
dari 100 cm (Hardjowigeno, 2003).
fungsi
masalah
dalam
lahan
yang
berubah
menjadi areal perumahan dan pabrik
Fosfor (P) sering diikat dalam
industri, tingginya biaya membuka
bentuk
areal sawah baru, serta peruntukan air
Oxisol, aluminium (Al) dan besi (Fe)
irigasi padi sawah yang semakin
bereaksi dengan fosfat, sehingga P
terbatas
gogo
menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
menjadi penting untuk dikembangkan.
Oxisol mengandung banyak sekali
Sementara itu untuk memperluas areal
mineral P sekunder dan oksida –
pertanaman agar produksi meningkat,
hidroksida Fe atau Al karena tanah ini
maka saat ini banyak dipergunakan
telah mengalami pelapukan lanjut.
lahan yang mempunyai kesuburan
Nilai pH tanah jenis Oxisol termasuk
marginal
rendah
menyebabkan
yang
padi
miskin
hara
dan
yang
tidak
sehingga
tersedia
muatan
pada
positif
memiliki pH rendah (bereaksi masam).
mendominasi muatan koloid tanah.
Salah
Muatan
satu
mempunyai
diantaranya
yang
potensi
positif
berperan
dalam
untuk
adsorpsi dan pertukaran anion pada
dikembangkan sebagai lahan usaha
patahan mineral. Ion H2PO4- adalah
pertanian adalah tanah jenis Oxisol.
ion yang paling banyak dijerap dan
Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan seskuioksida, telah mengalami
pelapukan
lanjut
dan
ditahan partikel tanah melalui reaksi adsorpsi (Brady dan Weil, 1999). Unsur
P
merupakan
suatu
banyak terdapat di daerah sekitar
unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
khatulistiwa
dalam proses pertumbuhannya. Dalam
(intertropical
region).
tanah masam ketersediaan unsur P
Salah satu usaha yang dapat
merupakan faktor terpenting. Sanchez
dilakukan
dan Uehara (1980) mengemukakan
ketersediaan P pada Oxisol adalah
bahwa
telah
dengan menambahkan bahan organik,
lanjut
seperti bahan humat. Bahan humat
yang
merupakan bahan organik yang dapat
rendah. Rendahnya ketersediaan P ini
mengurangi aktifitas Al dan Fe oksida
disebabkan karena P tersebut dapat
dalam menjerap P di dalam tanah.
bereaksi dengan Al3+, Fe3+ dan Mn2+
Bahan organik dapat meningkatkan
membentuk senyawa P yang tidak
ketersediaan fosfat (P) yang tidak larut
larut dan tidak tersedia bagi tanaman.
melalui pembentukan kompleks oleh
tanah
masam
yang
mengalami
pelapukan
mempunyai
ketersediaan
P
untuk
meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian
Al3+ dan Fe3+ dengan senyawa organik.
Fiantis (1989) pemupukan pada Oxisol
Selain itu unsur hara P dari pupuk,
Padang Siantah sampai 150 kg P2O5 /
fiksasi P dapat dicegah dan P dapat
ha belum mempengaruhi pertumbuhan
bebas dan tersedia di dalam tanah
dan produksi kedelai karena tingginya
sehingga dapat diserap oleh tanaman.
kapasitas sorpsi P pada tanah ini,
Selain itu bahan humat juga
sehingga pupuk P yang diberikan lebih
dapat
cepat terjerap pada matrik tanah
tanaman baik secara langsung maupun
sebelum tanaman menyerap P dari
tidak langsung. Secara tidak langsung
pupuk yang diberikan. Maka dapat
bahan
disimpulkan
P
memperbaiki kesuburan tanah dengan
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif
mengubah kondisi fisik, kimia dan
banyak untuk memenuhi ketersediaan
biologi dalam tanah. Secara langsung
P
dilaporkan
bahan
Pemupukan yang lebih tinggi pada
merangsang
pertumbuhan
Oxisol menjadi masalah utama dalam
melalui
mengelola tanah ini untuk produksi
metabolisme dan terhadap sejumlah
tanaman pangan.
proses fisiologi lainnya. Senyawa-
bagi
bahwa
tanaman
pupuk
pada
Oxisol.
mempengaruhi
humat
pertumbuhan
diketahui
humat
pengaruhnya
dapat
dapat tanaman terhadap
senyawa humat efektif dalam mengikat
hara-hara mikro seperti Fe (besi), Cu
Subbituminus, biasanya lebih lembut
(tembaga),
dengan
Zn
(seng)
dan
Mn
materi
yang
rapuh
dan
(mangan). Pada tanah masam hara
berwarna suram serta memiliki kadar
mikro ini terdapat dalam jumlah besar
karbon yang lebih rendah sehingga
dan menyebabkan keracunan pada
kandungan energinya
tanaman. Dengan memberikan bahan
(Raharjo, 2006). Selanjutnya Rezki,
humat pada tanah masam sebagian
(2007)
hara mikro seperti Fe, Cu, Zn dan Mn
menemukan bahwa bahan humat yang
yang terdapat dalam jumlah besar
mampu dilarutkan dalam batubara
mulai berkurang melalui pembentukan
muda
kompleks dengan senyawa-senyawa
menggunakan NaOH 0.5 N yaitu
humat (Tan, 2010).
sebanyak 31.5 % (21% adalah asam
Salah satu sumber bahan humat
dalam
juga rendah
penelitiannya
(Subbituminus)
dengan
humat dan 10.5% adalah asam fulfat).
adalah batubara muda (Subbituminus).
Padi gogo adalah salah satu
Batubara adalah sisa tumbuhan dari
tanaman sumber komoditas pangan di
zaman prasejarah yang berubah bentuk
Indonesia yang dapat berproduksi di
yang awalnya berakumulasi di rawa
lahan kering. Pertumbuhan tanaman
dan
dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia dan
lahan
batubara
gambut. dimulai
Pembentukan periode
biologi tanah. Untuk dapat tumbuh
pembentukan Karbon (Carbonniferous
dengan optimal, tanaman padi gogo
period). Proses
endapan
membutuhkan unsur P dalam jumlah
tumbuhan berubah menjadi gambut
yang banyak karena P sangat berperan
(Peat)
dalam pertumbuhan tanaman, salah
yang
sejak
awalnya,
selanjutnya
berubah
menjadi batubara muda (Lignite) atau
satunya
disebut juga batubara coklat (Brown
bahan humat dari batubara muda dan
Coal). Setelah mendapat suhu dan
pupuk P.
tekanan yang terus menerus selama
berasal
Dengan
dari
penambahan
kondisi
topogafi
jutaan tahun, maka batubara muda
daerah yang terletak di daerah agak
akan mengalami perubahan secara
berbukit dan lahan kering, maka
bertahap
dilakukanlah penanaman padi gogo di
menjadi
batubara
daerah Situjuah Batua, Kabupaten
Dari
Lima Puluh Kota. Diharapkan dengan
Herviyanti,
melakukan
gogo
Harianti (2011) dapat diketahui bahwa
produktivitas
pemberian bahan humat 800 ppm yang
penanaman
dapat
meningkatkan
lahan
khususnya
padi
untuk
tanaman
pangan.
hasil Ismon,
penelitian Prasetyo
dan
dikombinasikan dengan pupuk P 100% rekomendasi dan diinkubasi terlebih
Pada
penelitian
sebelumnya
dahulu selama 1 minggu sebelum
yang telah diteliti oleh Herviyanti,
diberikan
pada
Ultisol
dapat
Ahmad, Gusnidar dan Saidi (2009)
meningkatkan hasil padi gogo dari
bahwa pemberian bahan humat takaran
3.25 ton/ha menjadi 5.58 ton/ha.
400 ppm dan 800 ppm pada Ultisol
Kandungan P-tersedia menunjukkan
dapat meningkatkan P-tersedia tanah
respon positif dan mampu mengalami
masing-masing sebesar 10.67 dan
peningkatan sekitar 6.48 ppm – 19.6
22.16 ppm dibandingkan tanpa bahan
ppm. Bagaimanakah pemberian bahan
humat. Sedangkan pemberian pupuk P
humat yang dikombinasikan dengan
50 dan 75 % rekomendasi (150 dan
pupuk P pada Oxisol belum diketahui,
225 kg TSP/ha) dapat meningkatkan
sehingga perlu dilakukan penelitian
P-tersedia masing-masing sebesar 2.51
lebih lanjut. Tujuan penelitian ini
ppm dan 3.41 ppm dibandingkan
adalah untuk mengetahui pengaruh
takaran pupuk P 25% rekomendasi (75
pemberian campuran bahan humat dari
kg TSP/ha). Peningkatan tertinggi
batubara muda dan pupuk P terhadap
terjadi pada takaran pupuk P 100 %
sifat kimia tanah dan serapan P serta
rekomendasi (300 kg TSP/ha) yaitu
pertumbuhan tanaman padi gogo pada
sebesar 5.44 ppm.
Oxisol. Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan
pada
ini bulan
telah Januari
sampai Mei 2013, di Nagari Situjuah Batua,
Kecamatan
Situjuah
Limo
Kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah dan tanaman di Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.
Bahan yang digunakan pada
Penempatan satuan percobaan dan
penelitian ini adalah batubara dengan
denah selengkapnya disajikan pada
tipe Subbituminnus yang diambil dari
Lampiran 5.
Kecamatan
Bonjol,
Pasaman. Pelarut
Kabupaten
yang digunakan
Analisis tanah awal meliputi analisis
KTK,
Ca-dd
dan
Fe-dd
untuk mengekstrak bahan humat dari
dengan NH4OAc 1 N pH 7 diukur
batubara adalah 0.5 N NaOH. Pupuk
dengan AAS. Nilai pH H2O dengan
buatan yang digunakan adalah TSP
perbandingan 1:1 diukur dengan pH
sebagai perlakuan serta Urea dan KCl
meter,
sebagai pupuk dasar. Benih padi gogo
Walkley and Black, P-tersedia dengan
yang digunakan adalah Inpago 6.
metode Bray 2 sedangkan P-potensial
Penelitian ini berupa percobaan lapangan
menggunakan
C-organik
dengan
metode
dengan metode Ekstraksi 25% HCl
Rancangan
dan diukur dengan Spektrofotometer,
Acak Kelompok (RAK) dengan 5
Al-dd dengan metode Volumetrik yang
perlakuan
diekstrak dengan 1 N KCl.
dan
3
ulangan
yaitu
kombinasi bahan humat dengan pupuk
Analisis
tanah
setelah
P dengan perlakuan sebagai berikut :
diinkubasi yaitu KTK, pH, C-organik,
A = Tradisi petani (pupuk kandang
P-tersedia, P-potensial, Ca-dd, Fe-dd
ayam 10 ton/ha atau setara 3 kg/plot),
dan Al-dd, dengan metode yang sama
B= 400 ppm bahan humat (0.8 ton/ha)
dengan analisis tanah awal. Hal ini
dikombinasikan dengan pupuk P 75%
dilakukan untuk melihat perubahan
R, C = 400 ppm bahan humat (0.8
sifat kimia setelah diberikan perlakuan
ton/ha) dikombinasikan dengan pupuk
bahan
P 100% R, D = 800 ppm bahan humat
dicampur dan diinkubasi selama 1
(1.6 ton/ha) dikombinasikan dengan
minggu, lalu diinkubasi ke tanah
pupuk P 75% R, E = 800 ppm bahan
selama 1 minggu.
humat (1.6 ton/ha) dikombinasikan
Pengamatan Tanaman adalah jumlah
dengan pupuk P 100% R. Data hasil
tanaman padi tiap rumpun , kadar dan
penelitian dianalisis secara statistik
serapan hara tanaman, berat kering
dengan
tanaman/plot.
uji
F
pada
taraf
5%.
humat
ditambah
pupuk
P
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Tanah Awal Hasil analisis tanah dilakukan
humat dan pupuk P. Analisis tanah ini meliputi : pH H2O, C-organik, P-
dalam dua tahap yaitu analisis tanah
tersedia,
awal
Al-dd, Ca-dan Fe-dd, yang disajikan
dan
analisis
tanah
sesudah
inkubasi dengan perlakuan bahan
P-
potensial,
KTK,
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis beberapa sifat kimia Oxisol sebelum diberi perlakuan No. Sifat Kimia Tanah Nilai Kriteria 1 pH H2O (1:1) 5.13 Masam* 2 P-tersedia (ppm) 7.59 Rendah* 3 P-potensial (ppm) 30.8 Sedang* 4 C-organik (%) 1.46 Rendah* 5 KTK (me/100g) 6.30 Rendah* 6 Ca-dd (me/100g) 2.26 Rendah* 7 Al-dd (me/100g) 2.83 --------8 Fe-dd (ppm) 70.37 Sangat tinggi** *) Sumber : LPT Bogor, 1983 dalam Hardjowigeno, 2003 **) Sumber : LPT Bogor dalam Sarief, 1986 Sifat kimia Oxisol di Situjuah
(1986), kation Al3+ lebih dominan
Batua Kabupaten Lima Puluh Kota
terjerap pada permukaan koloid tanah
yang digunakan dalam penelitian ini
yang menyebabkan pH tanah menjadi
merupakan jenis tanah marjinal yang
rendah. Unsur Al3+ yang terlarut dalam
miskin hara dan sangat rendah tingkat
tanah mudah terhidrolisis, yang akan
kesuburannya. Hal ini terlihat dari
menghasilkan ion H+, sehingga terjadi
reaksi tanah yang masam (pH dan Al-
penurunan pH yang menyebabkan pH
dd), Fe-dd yang sangat tinggi, P-
tanah bersifat masam.
tersedia, C-organik, KTK serta kationkation basa yang tergolong rendah.
Nilai P-tersedia pada tanah ini tergolong rendah yaitu sebesar 7.59
Kandungan Al-dd (>2me/100g)
ppm dan P-potensial 30.8 ppm. Hal ini
pada tanah ini sangat mempengaruhi
disebabkan oleh pH yang bersifat
terhadap sifat kimia tanah yang lain,
masam dan terjadi fiksasi P oleh Al
diantaranya pH yang bersifat masam
dan Fe yang tinggi, sehingga fosfor
yaitu 5.13. Menurut Hakim et al
menjadi tidak larut dalam tanah dan
sukar
tersedia
bagi
(Hardjowigeno, 2003).
tanaman Tan (2010)
mempunyai KTK yang rendah karena koloidnya
banyak
terdiri
dari
mengemukakan bahwa kondisi tanah
seskuioksida dan didominasi
yang masam menyebabkan ion fosfat
mineral liat tipe 1:1, adanya oksida Al
akan bereaksi cepat dengan Al dan Fe
dan Fe yang mempunyai KTK yang
pada
sangat
struktur
liat,
yaitu
dapat
rendah
menggantikan gugus OH yang terletak
kandungan
pada bidang permukaan liat. Reaksi
rendah.
tersebut menghasilkan ikatan yang
ditambah
bahan
Secara
oleh
dengan
organik
umum
yang
dapat
sangat kuat dengan ion P, akibatnya
disimpulkan bahwa Oxisol di Situjuah
sedikit ion P yang terlepas kembali.
Batua, Kabupaten Lima Puluh Kota
Hakim
et
(1986)
mempunyai tingkat kesuburan rendah.
menjelaskan rendahnya kandungan C-
Kondisi kesuburan tanah yang rendah
organik
ini
Oxisol
al
Situjuah
Batua
menyebabkan
pertumbuhan
disebabkan karena tanah ini telah
tanaman
mengalami
intensif,
Dalam upaya memenuhi kebutuhan
sehingga kandungan bahan organik
tanaman pada tanah yang rendah
tanah jadi berkurang. Hal ini terlihat
ketersediaan
dari nilai C-organik hanya 1.46 %.
penambahan P melalui pemupukan
Bahan
serta penambahan bahan organik agar
pelapukan
organik
di
dalam
tanah
menjadi
P
kurang
nya
diperlukan
berperan penting dalam memperbaiki
dapat
kesuburan tanah, baik dari segi fisika,
Diharapkan dengan penambahan P dan
kimia maupun biologis.
bahan humat sebagai hasil akhir dari
Rendahnya Tukar
Kation
nilai
(KTK)
Kapasits yaitu
6.30
membantu
optimal.
dekomposisi diekstrak
melarutkan
bahan dari
organik
batubara
P.
yang muda
me/100g diduga dipengaruhi oleh jenis
pertumbuhan tanaman menjadi lebih
mineral liat kaolinit dan oksida Al dan
baik dan mencegah terjadinya fiksasi P
Fe. Hardjowigeno (2003) menjelaskan
oleh Al dan Fe. Sehingga unsur P
bahwa, tanah-tanah tua seperti Oxisol
tersedia bagi tanaman.
bahan humat yang diekstrak dari
2. Analisis Tanah Setelah Inkubasi 2.1 Kandungan pH H2O, Al-dd, dan
batubara
Fe-dd
memberikan pengaruh yang berbeda Hasil analisis tanah pada Tabel
muda
dan
pupuk
P
nyata terhadap pH H2O, Al-dd dan
2 menunjukkan bahwa pemberian
Fe-dd.
Tabel 2. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap pH H2O, Al-dd dan Fe-dd Oxisol Situjuah Batua Bahan Humat + Pupuk P (A). Tradisi Petani
pH H2O 5.13
c
Al-dd (me/100 g) 2.26 a
Fe-dd (ppm) 62.73 a
(B). 400 ppm + 75% R
5.40 bc
2.06 ab
60.97 a
(C). 400 ppm + 100% R
5.56 ab
1.77 ab
56.22 ab
(D). 800 ppm + 75% R
5.70 ab
1.28
b
52.12 ab
(E). 800 ppm + 100% R
5.87 a
1.24
b
49.15
KK = 2.48%
KK = 19.33%
b
KK = 7.39 %
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Pemberian bahan humat dan
Sementara, kandungan Al-dd
pupuk P memperlihatkan pengaruh
pada pemberian bahan humat dan
berbeda nyata terhadap pH. Pada
pupuk P belum menunjukkan nilai
perlakuan dengan 400 ppm + 75% R
berbeda nyata pada takaran 400 ppm +
belum menunjukkan perbedaan nyata
75% R dan 400 ppm + 100% R
dibandingkan dengan tradisi petani.
dibandingkan dengan tradisi petani.
Namun pada takaran 400 ppm + 100%
Pada perlakuan 800 ppm + 75% R
R telah mulai terlihat nilai berbeda
telah mulai menunjukkan nilai berbeda
nyata dan mengalami peningkatan
nyata dan terjadi penurunan sebesar
sebesar
pH
0.98 me/100 g. Perlakuan 800 ppm +
perlakuan
100% R memperlihatkan penurunan
0.43
tertinggi 800
ppm
unit.
terjadi +
Kenaikan
pada 100%
R
dengan
peningkatan sebesar 0.74 unit, dari 5.13 menjadi 5.87.
yang
terbesar
lainnya,
yaitu
diantara
perlakuan
terjadi
penurunan
1.02 me/100 g dari 2.26
me/100 g
menjadi 1.24 me/100 g.
konsentrasi Al dan Fe maka hidrogen penyebab
Pemberian bahan humat yang dikombinasikan dengan pupuk P pada
kemasaman
tanah
akan
berkurang, akibatnya pH naik serta Aldd dan Fe-dd turun.
takaran 400 ppm + 75% R, 400 ppm +
Kandungan Al-dd dan Fe-dd
100% R dan 800 ppm + 75% R belum
mengalami penurunan seiring dengan
menunjukkan nilai
Fe-dd berbeda
peningkatan takaran bahan humat yang
nyata bila dibandingkan dengan tradisi
diberikan. Semakin tinggi takaran
petani, namun telah terjadi penurunan
bahan humat yang diberikan maka
nilai masing-masing sebesar 1.76 ppm,
semakin terlihat nilai penurunan dari
6.51 ppm dan 10.61 ppm . Pada
kandungan Al-dd dan Fe-dd tanah. Hal
perlakuan 800 ppm + 100% R baru
ini diduga bahan humat merupakan
mulai terlihat berbeda nyata dan
molekul
mempunyai nilai terendah dimana
kompleks dan mempunyai berbagai
terjadi penurunan 13.58 ppm.
gugus
fungsional,
humat
dapat
BerdasarkanTabel 2 dinyatakan
dengan
struktur
yang
sehingga
fraksi
berinteraksi
dengan
bahwa pemberian bahan humat yang
logam membentuk kompleks organo-
dikombinasikan dengan pupuk P dapat
Fe. Menurut Huang dan Schnitzer
mengurangi kelarutan Al dan Fe serta
(1997) dengan peningkatan takaran
meningkatkan
asam
nilai
pH,
hal
ini
humat
maka
terjadi
pula
disebabkan bahan humat mengurangi
peningkatan gugus fungsional asam
kelarutan Al dan Fe tanah. Stevenson
humat, sehingga dapat membentuk
(1994) mengemukakan bahwa anion
kompleks melalui gugus fungsional
organik dapat mengikat ion-ion Al dan
karboksil (-COOH) dan phenolik (-
Fe dalam tanah dan membentuk
OH) dengan Al3+ dalam jumlah yang
senyawa kompleks yang sukar larut,
cukup banyak. Akibatnya Al3+ yang
akibatnya konsentrasi Al dan Fe
dapat
menurun.
berkurang.
Dengan
berkurangnya
dipertukarkan
menjadi
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
2.2 Kandungan C-Organik dan KTK Pemberian bahan humat dari batubara
muda
dan
pupuk
terhadap
C-organik,
berbeda
nyata
namun
terhadap
tidak KTK.
P
Tabel 3. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap C-organik dan KTK Oxisol Situjuah Batua Bahan Humat + Pupuk P (A). Tradisi Petani
C-organik (%) 2.02 b
KTK (me/100 g) 11.70 a
(B). 400 ppm + 75% R
2.23 b
11.89 a
(C). 400 ppm + 100% R
2.24 b
16.88 a
(D). 800 ppm + 75% R
2.64
a
16.89 a
(E). 800 ppm + 100% R
2.69
a
21.72 a
KK = 5.40 %
KK = 23.27%
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Pemberian
bahan
humat
Nilai
KTK
tanah
belum
dengan pupuk P pada takaran 400 ppm
memperlihatkan pengaruh yang nyata
+ 75% R dan 400 ppm + 100% R
pada pemberian bahan humat dan
mempunyai nilai C-organik belum
pupuk P dengan berbagai takaran
menunjukkan hasil berbeda nyata bila
terhadap
Oxisol
Situjuah
Batua,
dibandingkan dengan tradisi petani.
namun
secara
angka
telah
Namun pada perlakuan 800 ppm +
menunjukkan perbedaan nilai yang
75% R telah menunjukkan nilai yang
berbeda dan memberikan pengaruh
berbeda
mengalami
yang cukup baik dibandingkan dengan
0.62%.
tradisi petani. Pemberian bahan humat
Kandungan nilai C-organik tertinggi
pada takaran 400 dan 800 ppm
terletak pada takaran bahan humat 800
dikombinasikan pupuk P 75% R
ppm + 100 % R dengan kenaikan
dengan
sebesar 0.67%.
peningkatan
nyata
peningkatan
dan sebesar
100%
R
menunjukkan
dibandingkan
tradisi
petani. Pada pemberian bahan humat
400 ppm + 75% R telah mampu
takaran bahan humat maka KTK tanah
meningkatkan KTK dari 11.70 me/100
juga akan semakin meningkat namun
g menjadi 11.89 me/100 g. Sedangkan
belum menunjukkan nilai berbeda
untuk
takaran
nyata. Peningkatan nilai KTK menjadi
terjadi
16.88 me/100 g - 21.72 me/100 g pada
sebesar
perlakuan 400 ppm + 100% R sampai
10.02 me/100 g dari nilai KTK tradisi
800 ppm + 100% R telah cukup besar,
petani.
namun belum nyata secara statistik.
800
pemberian ppm
peningkatan
+
pada
100
%
paling
R
tinggi
Kandungan C-organik tanah
Peningkatan
ini
disebabkan
mengalami peningkatan seiring dengan
pemberian
peningkatan dosis bahan humat yang
menyebabkan jumlah gugus fungsional
diberikan ke tanah yaitu pada takaran
asam organik meningkat, sehingga
400 ppm ke 800 ppm. Menurut Umar
muatan negatif akan meningkat pula.
(2002) perbedaan kandungan bahan
Hal ini didukung oleh pernyataan Tan
organik tanah adalah sebagai akibat
(2010), bahwa dekomposisi bahan
dari perbedaan takaran bahan organik
organik akan menghasilkan asam-asam
yang
lanjut
organik yang dapat meningkatkan
dinyatakan bahwa penambahan bahan
muatan negatif melalui disosiasi gugus
organik dengan takaran tinggi akan
karboksil (-COOH) dan phenol (-OH).
melepaskan C-organik yang tinggi
Melalui pemberian asam humat dapat
pula
meningkatkan
diberikan.
Lebih
sehingga
kandungan Selanjutnya
bahan
meningkatkan organik
Hardjowigeno
bahan
humat
oleh
kemampuan
akan
tanah
tanah.
dalam menjerap dan mempertukarkan
(2003)
kation.
menyatakan bahwa walaupun bahan
Hakim
et
menjelaskan
besar, tetapi berpengaruh terhadap
mempengaruhi besarnya KTK tanah
perubahan
adalah pH tanah, bahan organik, dan
tanah
besar
sekali.
faktor
(1986)
organik dalam tanah jumlahnya tidak
sifat-sifat
bahwa
al
yang
pemupukan. Dengan meningkatnya pH Berdasarkan Tabel 3 dapat
diketahui bahwa semakin meningkat
tanah
maka
meningkat,
KTK begitu
tanah pula
akan dengan
tingginya kandungan bahan organik
suatu tanah makin tinggi pula KTK.
4.3. Kandungan P-tersedia dan P-potensial Pengaruh humat
dan
pemberian
pupuk
P
bahan
P-tersedia
terhadap
menunjukkan
dan
P-potensial
nilai
berbeda
nyata
kandungan P-tersedia dan P-potensial
terhadap P-tersedia dan tidak berbeda
dapat dilihat pada Tabel 4. Setelah
nyata pada P-potensial berdasarkan uji
dilakukan analisis statistik kandungan
lanjut BNJ taraf 5 %.
Tabel 4. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap P-tersedia dan P-potensial Oxisol Situjuah Batua Bahan Humat + Pupuk P (A). Tradisi Petani
P-tersedia (ppm) 12.37 c
P-potensial (ppm) 58.58 a
(B). 400 ppm + 75% R
21.62
bc
82.50 a
(C). 400 ppm + 100% R
26.05
b
88.66 a
(D). 800 ppm + 75% R
29.43
b
101.33 a
(E). 800 ppm + 100% R
44.35 a
114.67 a
KK = 12.62%
KK = 26.35%
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Terlihat pada Tabel 4, dimana kandungan
P-tersedia
belum
menunjukkan nilai berbeda nyata pada
pada takaran 800 ppm + 100% R mengalami peningkatan dari 12.37 ppm menjadi 44.35 ppm.
perlakuan 400 ppm + 75% R bila
Pada Tabel 4 dapat dilihat
dibandingkan dengan tradisi petani.
bahwa pemberian bahan humat dari
Pada takaran 400 ppm + 100% R telah
batubara muda belum memperlihatkan
mulai terlihat berbeda nyata dan
nilai
mengalami kenaikan sebesar 13.68
potensial tanah. Namun secara angka
ppm.
telah mengalami
Perlakuan
meningkatkan
terbaik
P-tersedia
dalam dengan
pemberian bahan humat dan pupuk P
berbeda
nyata
terhadap
P-
peningkatan dan
memberikan pengaruh yang cukup baik
dibandingkan
dengan
tradisi
petani. Hal ini diduga pemberian
P melalui reaksi kompleks dan khelat
bahan humat dan pupuk P belum
sehingga P yang ditambahkan tidak
melarutkan
diikat.
secara
keseluruhan
kandungan P-potensial pada tanah.
Miniardi
(2006)
dalam
Terlihat terjadi peningkatan nilai P-
penelitiannya juga menyatakan bahwa
potensial
pada
bahan humat mempunyai peranan
perlakuan,
untuk
masing-masing pemberian
pada
dalam pelepasan P yang terjerap dalam
takaran 400 ppm + 75% R telah dapat
tanah
meningkatkan nilai P-potensial sebesar
ketersediaan P dalam tanah. Pelepasan
23.92 ppm dibandingkan tradisi petani.
P yang terjerap dan berdampak pada
Namun peningkatan tertinggi terjadi
meningkatkan ketersediaan P dalam
pada perlakuan 800 ppm + 100% R
tanah
yaitu dapat meningkatkan P-potensial
perubahan sifat-sifat tanah. Perubahan
sebesar
sifat-sifat tanah ini ditunjukkan dengan
56.09 ppm dari 58.58 ppm
menjadi 114.67 ppm. Bahan humat berperan dalam mengatasi ketidaktersediaan P yaitu
serta
akan
disebabkan
meningkatkan
oleh
adanya
peningkatan pH H2O serta penurunan aktifitas Al dan Fe sebagai unsur logam dalam tanah.
dengan mencegah terjadinya interaksi
Bahan
humat
yang
logam Al dan Fe dengan ion P melalui
mengandung asam humat dan fulvat
reaksi kompleks dan khelat sehingga P
yang ditambahkan ke tanah mampu
yang ada dalam tanah dilepaskan dan
memperbaiki ketersediaan P dengan
pada waktu penambahan pupuk. Unsur
menurunkan jerapan P.
P sudah tidak difiksasi oleh Al dan Fe,
Hakim et al (1986) menyatakan
kemudian akan dapat larut sehingga P
asam-asam organik seperti asam humat
tersedia bagi tanaman. Tan (2010)
dan
mengemukakan bahwa bahan humat
mengendapkan ion Al dan Fe pada
berperan dalam mengatasi pengikatan
tanah masam, sehingga jumlah P yang
P yaitu dengan mencegah terjadinya
terfiksasi dalam larutan tanah menurun
interaksi logam Al dan Fe dengan ion
dari jumlah sebelumnya.
asam
fulvat
mampu
Tabel 5. Setelah dilakukan analisis
3.4. Kandungan Ca-dd Pengaruh humat
dan
pemberian
pupuk
P
bahan
statistik menunjukkan nilai berbeda
terhadap
nyata berdasarkan uji lanjut BNJ taraf
kandungan Ca-dd dapat dilihat pada
5 %.
Tabel 5. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap Ca-dd Oxisol Situjuah Batua Bahan Humat + Pupuk P (A). Tradisi Petani
Ca-dd (me/100 g) 2.47 c
(B). 400 ppm + 75% R
2.65 bc
(C). 400 ppm + 100% R
2.70 bc
(D). 800 ppm + 75% R
2.87 ab
(E). 800 ppm + 100% R
3.04 a KK = 4.00 %
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Pemberian bahan humat yang
pH tanah dan juga dipengaruhi oleh
dikombinasikan dengan pupuk P pada
pupuk P yang diberikan. Hal ini
takaran 400 ppm + 75% R dan 400
disebabkan oleh karena pupuk P
ppm + 100% R belum menunjukkan
mengandung unsur Ca yang ikut larut
nilai berbeda nyata bila dibandingkan
dan berperan dalam meningkatkan pH
dengan tradisi petani. Namun pada
tanah serta juga dipengaruhi oleh
perlakuan 800 ppm + 75% R mulai
pemberian bahan organik, dari bahan
terlihat berbeda nyata dan mengalami
humat
peningkatan sebesar 0.40 me/100 g.
perlakuan. Hal ini sesuai dengan
Nilai Ca-dd tertinggi terletak pada 800
pendapat Adimihardja, Mappaona dan
ppm + 100% R yaitu sebesar 3.04
Saleh (2002) yang menyatakan bahwa
me/100
bahan humat selain berfungsi untuk
g
dengan
mengalami
peningkatan 0.57 me/100 g.
yang
diberikan
sebagai
menyediakan hara bagi tanaman juga
Terjadinya peningkatan Ca-dd
berperan mengkonservasi hara melalui
seiring dengan terjadinya peningkatan
mekanisme fiksasi dan khelat. Unsur
yang terjerap dapat berupa unsur hara
hubungannya dengan nilai pH tanah.
makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S
Menurut
dan untuk unsur hara mikro serta
peningkatan kation basa dalam tanah
logam berat maupun senyawa toksik
diiringi oleh peningkatan nilai pH
atau beracun. Sebagian besar unsur
tanah tersebut. Pada tanah-tanah yang
tersebut terikat dalam ikatan kompleks
memiliki pH yang rendah umumnya
atau khelat dengan komponen bahan
memiliki kation basa yang rendah, dan
organik tanah.
pH
Selain itu peningkatan kation basa di dalam tanah sangat erat 3. Pengamatan Terhadap Tanaman 3.1 Jumlah Tanaman/Rumpun Pengamatan jumlah tanaman padi tiap rumpun ini hanya dilakukan sekali, yaitu pada masa vegetatif
Hardjowigeno
tanah
yang
tinggi
(2003),
akan
mengandung nilai kation basa yang tinggi pula.
maksimum (10 MST). Dari hasil tersebut pemberian bahan humat dan pupuk P memperlihatkan pengaruh berbeda
nyata
terhadap
jumlah
tanaman padi/rumpun.
Tabel 6. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap jumlah tanaman/rumpun Bahan Humat (ppm) + Pupuk P (%R) (A). Tradisi Petani
Jumlah tanaman/rumpun 35.33 b
(B). 400 ppm + 75% R
40.00 ab
(C). 400 ppm + 100% R
44.33 ab
(D). 800 ppm + 75% R
47.33 ab
(E). 800 ppm + 100% R
58.00 a KK = 15.53 %
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Pemberian bahan humat dan
serta menunjukkan nilai yang berbeda
pupuk P dapat meningkatkan jumlah
nyata. Pada perlakuan 400 ppm + 75%
tanaman/rumpun pada tanaman padi
R, 400 ppm + 100% R dan 800 ppm +
75% R belum menunjukkan nilai yang
tersedia (Tabel 4) , KTK (Tabel 3), P-
berbeda nyata, namun telah mengalami
potensial (Tabel 4), C-organik (Tabel
peningkatan masing-masing 4.67, 9.00
3)
dan 12.00 dibandingkan dengan tradisi
mengalami
petani. Pada perlakuan 800 ppm +
kandungan Al-dd (Tabel 2) dan Fe-dd
100% R baru mulai menunjukkan nilai
(Tabel 2) tanah mengalami penurunan,
yang berbeda nyata dan mengalami
sehingga
peningkatan terbesar yaitu sebesar
berkembang lebih baik dan dapat
22.67 mulai 35.33 sampai 58.00.
menyerap unsur hara lebih banyak,
dan
Ca-dd
(Tabel
5)
peningkatan
akar
tanaman
tanah serta
dapat
Peningkatan jumlah tanaman
akibatnya pertumbuhan tanaman lebih
/rumpun seiring dengan pemberian
optimal serta jumlah tanaman tiap
bahan humat dan pupuk P yang
rumpunnya yang lebih banyak karena
semakin tinggi. Hal ini diduga karena
unsur yang dibutuhkan tanah relatif
pemberian bahan humat dan pupuk P
lebih
dapat memperbaiki sifat kimia tanah
(Munawar, 2011).
seperti seperti
tersedia
bagi
tanaman
pH (Tabel 2), P-
3.2 Berat Kering Tanaman Hasil
analisis
sidik
ragam
bahwa pemberian bahan humat dan
memperlihatkan bahwa ada pengaruh
pupuk
pemberian bahan humat dan pupuk P
berbeda nyata terhadap berat kering
terhadap berat kering tanaman yang
tanaman yang dapat dilihat pada Tabel
diuji lanjut dengan BNJ pada taraf 5%.
7.
Dari hasil tersebut memperlihatkan
P
memberikan
pengaruh
Tabel 7. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap berat kering tanaman Bahan Humat + Pupuk P
Berat kering tanaman/plot ( kg/plot) 0.87 d
(A). Tradisi Petani (B). 400 ppm + 75% R
1.28 c
(C). 400 ppm + 100% R
1.92 b
(D). 800 ppm + 75% R
2.29 b
(E). 800 ppm + 100% R
2.79 a KK = 7.52 %
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Peningkatan
berat
kering
mengalami
peningkatan.
Hal
ini
tanaman/plot tertinggi terjadi pada
seiring dengan semakin membaiknya
perlakuan dengan takaran 800 ppm +
sifat kimia tanah, seperti pH (Tabel
100% R yaitu sebesar 1.92 kg/plot
2), P-tersedia (Tabel 4) , KTK (Tabel
dibandingkan dengan tradisi petani.
3), P-potensial (Tabel 4), C-organik
Namun pada perlakuan 400 ppm +
(Tabel 3) dan Ca-dd (Tabel 5)
75%
mengalami
R
juga
telah
menunjukan
peningkatan
serta
peningkatan dari 0.87 kg/plot menjadi
kandungan Al-dd (Tabel 2) dan Fe-dd
1.28
pada
(Tabel 2) tanah mengalami penurunan.
perlakuan 400 ppm + 100% R dan 800
Peningkatan berat kering tanaman ini
ppm + 75% R juga mengalami
juga
peningkatan masing-masing sebesar
tingginya kadar P dalam tanaman,
1.05 g/plot dan 1.42 g/plot.
sehingga P yang terserap tanaman
kg/plot.
Sedangkan
Peningkatan
takaran
bahan
berkaitan
dengan
semakin
mampu merangsang pembentukan akar
humat dan pupuk P memberikan
sehingga
pengaruh yang seiring dengan berat
semakin baik. Menurut Hardjowigeno
kering tanaman. Semakin meningkat
(2003), menyatakan bahwa P dapat
takaran bahan humat dan pupuk P
memacu
maka
pembentukan sistem perakaran yang
berat
tanaman/plot
juga
pertumbuhan
pertumbuhan
tanaman
akar
dan
baik
pada
tanaman
muda,
bahwa
peningkatan
berat
kering
mempercepat pembungaan, pemasakan
tanaman berhubungan erat dengan
buah dan biji serta gabah, mampu
pertumbuhan tanaman dan kandungan
meningkatkan
hara tanaman. Pada media yang baik
produksi
biji-bijian
serta sebagai bahan penyusun sel.
unsur hara akan lebih banyak terserap
Hal ini sesuai dengan pendapat
sehingga meningkatkan pertumbuhan
Munawar (2011) yang menyatakan
tanaman.
3.3 Kadar dan Serapan Al Tanaman
statistik
memperlihatkan
campuran
Analisis kadar dan serapan Al
pemberian bahan humat dan pupuk P
tanaman yang sampelnya diambil pada
berbeda nyata terhadap kadar dan
masa vegetatif maksimum 10 MST,
serapan Al akar maupun Al bagian atas
disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis
tanaman.
Tabel 8. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap kadar dan serapan Al tanaman Bahan Humat + Pupuk P
Kadar Al (akar) (%) 0.020 a
Kadar Al (batang+daun) (%) 0.015 a
Serapan Al (akar) (g/plot) 0.065 b
Serapan Al (batang+daun) (g/plot) 0.082 c
(B).400 ppm + 75% R
0.019 a
0.017 b
0.090 b
0.136 b
(C).400 ppm + 100% R
0.017 ab
0.015 b
0.130 a
0.170 a
(D).800 ppm + 75% R
0.015 ab
0.013 c
0.138 a
0.172 a
(E).800 ppm + 100% R
0.013 b
0.011
0.140 a
0.187 a
(A).Tradisi Petani
d
KK = 12.20 % KK = 1.81 %
KK = 8.34 %
KK = 8.09 %
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Terlihat pada Tabel 8, dimana
ppm + 75% R. Pada perlakuan 800
kadar Al pada bagian akar tanaman
ppm + 100% R telah mulai terlihat
menunjukkan hasil yang tidak berbeda
berbeda
nyata
penurunan sebesar 0.007%.
antara
tradisi
petani
bila
nyata
dan
mengalami
dibandingkan dengan takaran 400 ppm
Kadar Al pada bagian atas
+ 75% R, 400 ppm + 100% R, dan 800
tanaman pada perlakuan 800 ppm +
75% R mengalami penurunan dari
serapan Al tertinggi sebesar 0.105
tradisi petani sebesar 0.002% mulai
g/plot.
dari 0.015% menjadi 0.013%. Namun penurunan
terbesar
terjadi
pada
Penambahan bahan humat dan pupuk
P
pada
Oxisol
mampu
perlakuan 800 ppm + 100% R turun
menurunkan jumlah kadar Al yang
0.004%.
terdapat pada bagian akar maupun
Sementara untuk serapan Al
bagian atas tanaman padi gogo. Hal ini
pada akar tanaman padi mengalami
diduga akibat penurunan kandungan
peningkatan
Al-dd
dengan
penambahan
pada
tanah
akibat
dari
takaran bahan humat dan pupuk P
penambahan bahan humat. Suntoro
yang
pada
(2001, cit Atmojo, 2003) menyatakan
pemberian pada takaran 400 ppm +
bahwa pemberian bahan organik pada
100%
mengalami
tanah masam mampu meningkatkan
peningkatan sebesar 0.065 g/plot dan
pH tanah, karena asam-asam organik
telah menunjukkan nilai berbeda nyata
akan mengikat Al yang membentuk
dibandingkan dengan tradisi petani.
senyawa kompleks (khelat), sehingga
Peningkatan tertinggi
Al tidak terhidrolisis lagi. Hal ini
diberikan.
R
Dimana
serapan
Al
terjadi pada
perlakuan 800 ppm + 100% R dengan
sesuai
dengan
meningkat sebesar 0.075 g/plot dari
Hakim
0.065 g/plot menjadi 0.140 g/plot.
penambahan
et
al bahan
pendapat (1986) organik
bahwa dapat
Serapan Al pada bagian atas
meningkatkan kelarutan metal fosfat
tanaman (batang dan daun) pada
dengan mengurangi aktivitas ion Al
perlakuan 400 ppm + 75% R telah
dan Fe dengan kompleksasi. Dengan
menunjukkan
sebesar
berkurangnya kelarutan Al didalam
0.054 g/plot dari 0.082 g/plot menjadi
tanah maka akan semakin kecil kadar
0.136 g/plot dan mempunyai nilai
Al yang terdapat pada tanaman.
berbeda
nyata
peningkatan
bila
dibandingkan
Serapan Al pada bagian akar
dengan tradisi petani. Pada takaran 800
dan atas tanaman yang lebih tinggi
ppm + 100% R terjadi peningkatan
belum menyebabkan efek meracun bagi tanaman, terlihat dengan semakin
membaiknya pertumbuhan tanaman.
tradisi petani serta perlakuan dengan
Serapan Al mengalami peningkatan
takaran yang lebih rendah.
dengan meningkatnya takaran bahan
Padi termasuk tanaman yang
humat dan pupuk P yang diberikan.
rentan
Hal ini disebabkan semakin beratnya
Tingginya kandungan Al berpengaruh
biomas
tanaman
pada
buruk
tersebut.
Pada
perlakuan
perlakuan dengan
terhadap
terutama
keracunan
terhadap
Al.
sistem
perakaran yang meliputi pertumbuhan
takaran bahan humat dan pupuk P
akar
yang
pertumbuhan
percabangan tidak normal, tudung akar
tanaman lebih optimal dan tentunya
rusak dan berwarna coklat atau merah
mempunyai biomas tanaman yang
(Ismunadji dan Partohardjono, 1985)
lebih
lebih
berat
tinggi
dibandingkan
terhambat,
pendek,
tebal,
dengan
3.4 Kadar dan Serapan Fe Tanaman
dan serapan Fe bagian bawah (akar)
Hasil analisis statistik pada
maupun pada bagian atas (batang +
Tabel 9 dapat dilihat bahwa pemberian
daun) tanaman padi gogo setelah
bahan humat dan pupuk P memberikan
dilakukan
pengaruh berbeda nyata terhadap kadar
dilanjutkan uji lanjut BNJ taraf 5%.
analisis
statistik
dan
Tabel 9. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap kadar dan serapan Fe tanaman Bahan Humat + Pupuk P (A).Tradisi Petani
Kadar Fe (akar) (%) 0.064 a
Kadar Fe (batang+daun) (%) 0.049 a
(B).400 ppm + 75% R
0.055 ab
0.047 ab
0.263
(C).400 ppm + 100% R
0.054 ab
0.047 ab
0.416 a
0.515 b
(D).800 ppm + 75% R
0.052 b
0.039 b
0.502 a
0.529 b
(E).800 ppm + 100% R
0.047 b
0.038 b
0.515 a
0.643 a
KK = 7.44 %
Serapan Fe (akar) (g/plot) 0.206 b b
KK = 8.01 % KK = 11.80 %
Serapan Fe (batang+daun) (g/plot) 0.268 d 0.377 c
KK = 6.74%
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Dari Tabel 9, dapat dilihat
tanaman telah mengalami peningkatan
bahwa pemberian bahan humat dan
dan mempunyai nilai berbeda nyata
pupuk P belum menunjukkan pengaruh
pada perlakuan 400 ppm + 100% R
berbeda nyata terhadap kadar Fe akar
dengan meningkat sebesar 0.210 g/plot
pada perlakuan 400 ppm + 75% R dan
dibandingkan dengan tradisi petani.
400 ppm + 100% R bila dibandingkan
Sementara pada perlakuan 800 ppm +
dengan tradisi petani. Pada pemberian
100%
bahan humat dan pupuk P takaran 800
tertinggi dan meningkat sebesar 0.309
ppm
g/plot dari 0.206 g/plot menjadi 0.515
+
75%
R
telah
mulai
memperlihatkan nilai yang berbeda nyata serta mampu menurunkan kadar
R
mengalami
peningkatan
g/plot. Serapan
Fe
bagian
atas
Fe sebesar 0.012%. Namun penurunan
tanaman mengalami peningkatan dan
yang terbesar terjadi pada takaran 800
mempunyai nilai berbeda nyata pada
ppm + 100% R sebesar 0.017 %.
takaran 400 ppm + 75% R dengan
Kadar Fe pada bagian atas tanaman
(batang
+
akar)
belum
peningkatan dibandingkan
sebesar
0.109
tradisi
g/plot petani.
memberikan pengaruh berbeda nyata
Peningkatan tertinggi
terjadi pada
pada perlakuan 400 ppm + 75% R dan
perlakuan 800 ppm
+ 100% R
400 ppm + 100% R bila dibandingkan
meningkat sebesar 0.366 g/plot dengan
dengan tradisi petani. Sedangkan pada
peningkatan dari 0.268 g/plot menjadi
takaran 800 ppm + 75% R telah mulai
0.643 g/plot.
menunjukkan nilai berbeda nyata dan menunurunkan 0.010%
.
kadar
Perlakuan
Fe
sebesar
terbaik
Penurunan kadar Fe akar dan kadar Fe bagian atas tanaman seiring
dan
dengan peningkatan takaran bahan
mengalami penurunan yang paling
humat dan pupuk P yang diberikan.
tinggi terjadi pada takaran 800 ppm +
Hal ini diduga terjadi akibat bahan
100% R dengan penurunan sebesar
humat yang diberikan ke dalam tanah
0.011%.
terutama pada takaran 800 ppm. Hal
Pada Tabel 9 dapat dilihat
ini erat hubungannya dengan kelarutan
bahwa serapan Fe pada bagian akar
Fe yang semakin berkurang di dalam
tanah
akibat
pengikatan
(reaksi
tanaman, karena semakin suburnya
kompleks) oleh gugus fungsional yang
tanaman tersebut dan juga Fe belum
aktif di dalam batubara, sehingga
bersifat meracun bagi tanaman dan
ketersediannnya bagi tanaman juga
dapat menjadi unsur yang dibutuhkan
akan menurun. Dengan demikian dapat
tanaman.
dinyatakan bahwa penambahan bahan humat
dan
pupuk
mampu
unsur Fe merupakan unsur mikro yang
menurunkan jumlah kadar Fe yang
dibutuhkan tanaman, karena unsur
terdapat pada tanaman padi gogo.
mikro
Sementara
P
Munawar (2011) menyatakan
banyak
peran
halnya
kompleks di dalam nutrisi tanaman
dengan serapan Fe pada bagian akar
terutama di dalam sistem enzim. Fe
dan atas tanaman yang mengalami
diperlukan
peningkatan
dengan
sejumlah enzim di dalam tanaman,
peningkatan takaran bahan humat dan
terutama yang terlibat di dalam reaksi
pupuk P yang diberikan. Hal ini
oksidasi dan reduksi di dalam respirasi
disebabkan oleh semakin beratnya
dan fotosintesis. Besi juga berfungsi
berat kering tanaman pada takaran
sebagai katalis atau bagian dari sistem
yang
enzim
lebih
berbeda
memainkan
seiring
tinggi.
Pertumbuhan
tanaman lebih baik dan optimal akan
untuk
yang
berfungsinya
terikat
dalam
pembentukan klorofil.
mengalami peningkatan berat kering 3.5 Kadar dan Serapan P Tanaman Hasil analisis statistik kadar
humat dan pupuk P memberikan
dan serapan P akar maupun P bagian
pengaruh terhadap kadar dan serapan P
atas
tanaman padi gogo berdasarkan uji
memperlihatkan
hasil
yang
berbeda nyata artinya pemberian bahan
lanjut BNJ taraf 5%.
Tabel 9. Pengaruh pemberian bahan humat dan pupuk P terhadap kadar dan serapan P tanaman Bahan Humat + Pupuk P (A).Tradisi Petani
Kadar P (akar) (%) 0.200 b
Kadar P (batang+daun) (%) 0.050 b
Serapan P (akar) (g/plot) 0.654 c
(B).400 ppm + 75% R
0.210
b
0.060 b
1.015
c
0.465 c
(C).400 ppm + 100% R
0.230
b
0.110 b
1.835 bc
1.293 c
(D).800 ppm + 75% R
0.360 ab
0.200 a
3.424 b
2.651 b
(E).800 ppm + 100% R
0.510 a
0.230 a
5.565 a
3.893 a
KK = 22.51%
KK = 18.86%
KK = 28.32%
Serapan P (batang+daun) (g/plot) 0.275 c
KK = 25.13%
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada uji BNJ dengan taraf 5%.
Kadar P pada bagian akar
peningkatan sebesar 0.180% yang juga
tanaman dengan pemberian bahan
tidak nyata dengan perlakuan 800 ppm
humat dan pupuk P pada takaran 400
+ 75% R (meningkat 0.150%) .
ppm + 75% R, 400 ppm + 100% R dan
Sedangkan pada perlakuan 400 ppm +
800
75% R dan 400 ppm + 100% R belum
ppm
+
75%
R
belum
menunjukkan pengaruh berbeda nyata
menunjukkan
bila
tradisi
dibandingkan dengan tradisi petani,
petani, namun telah menunjukkan
namun telah mampu menunjukkan
peningkatan sebesar 0.010% sampai
peningkatan masing-masing 0.010%
0.160%.
dan 0.060%.
dibandingkan
100%
Perlakuan R
terbesar
dengan
mengalami yaitu
0.310%
800 ppm + peningkatan dan
tidak
nilai
berbeda
nyata
Serapan P pada bagian akar tanaman
mengalami
peningkatan
berbeda nyata dengan perlakuan 800
seiring dengan meningkatnya takaran
ppm + 75% R.
bahan humat dan pupuk P yang
Begitu juga kadar P bagian
diberikan. Pada takaran takaran 400
atas, kandungan P tanaman tertinggi
ppm + 75% R dan 400 + 100% R
yaitu pada pemberian bahan humat dan
mampu
pupuk P yang dikombinasikan pada
masing-masing sebesar 0.361 g/plot
takaran 800 ppm + 100% R dengan
dan 1.181 g/plot dibandingkan tradisi
meningkatkan
serapan
P
petani. Namun perlakuan 800 ppm +
oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
75% R baru mulai menunjukan nilai
Selain itu peningkatan P tanaman juga
yang berbeda nyata dan mengalami
disebabkan oleh penambahan bahan
peningkatan
humat
sebesar
2.770
g/plot.
dan
pupuk
humat
karena
Serapan P bagaian akar tanaman
kemampuan
tertinggi terjadi pada perlakuan 800
mengkhelat Al dan Fe. Pengkhelatan
ppm + 100% R dengan mengalami
Al dan Fe oleh bahan humat ini
peningkatan sebesar 4.911 g/plot.
nantinya akan menurunkan kandungan
pada
bahan
P
dalam
Sementara untuk serapan P
Al dan Fe terlarut dalam tanah dan
bagian
meningkatkan
atas
tanaman
pada
perlakuan 400 ppm + 75% R dan 400
ketersediaan
P
(Tabel 4).
ppm + 100% R telah mengalami
Unsur P mempunyai fungsi dan
peningkatan masing-masing sebesar
peranan yang sangat vital dalam proses
0.190
pertumbuhan
g/plot
dan
1.018
g/plot
dan
perkembangan
dibandingkan dengan tradsi petani.
tanaman. Fungsi yang esensial adalah
Pada perlakuan 800 ppm + 75% R
keterlibatannya dalam penyimpanan
baru mulai menunjukkan nilai berbeda
dan transfer energi di dalam tanaman.
nyata dan mengalami peningkatan
Fosfor merupakan bagian esensial
sebesar 2.379 g/plot. Perlakuan terbaik
proses fotosintesis dan metabolisme
pada takaran 800 ppm + 100% R
karbohidrat. Pasokan P yang cukup
dengan peningkatan terbesar dimana
mengakibatkanpertumbuhan perakaran
terjadi peningkatan dari 0.275 g/plot
meningkat, sehingga serapan hara dan
sampai 3.893 g/plot.
air juga akan meningkat. Oleh karena
Berdasarkan Tabel 10 terlihat
itu P sangat penting bagi tanaman
bahwa peningkatan kadar dan serapan
(Munawar,
P seiring dengan peningkatan takaran
Hardjowigeno
bahan humat yang dikombinasikan
bahwa, kekurangan P bagi tanaman
dengan
akan
pupuk
P,
akibat
sudah
2011). (2003)
menyebabkan
Selanjutnya menjelaskan
pertumbuhan
tersedianya unsur P di dalam tanah,
terhambat kerdil karena pembelahan
sehingga lebih banyak dapat diambil
sel terganggu dan daun-daun menjadi
ungu atau coklat terlihat pada ujung-
+ 100% R, walaupun tidak berbeda
ujung daun.
nyata dengan 800 ppm + 75% R pada
Dari pengamatan tanah dan
beberapa perlakuan. Namun, sesuai
tanaman yang telah diuraikan, ternyata
dengan
tujuan
penelitian,
maka
ketersediaan hara serta penurunan Al
perlakuan 800 ppm + 100% R adalah
dan Fe tanah dan tanaman lebih baik
perlakuan yang terbaik.
pada perlakuan bahan humat 800 ppm KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 0.74 unit, kadar P-tersedia sebesar 31.98 ppm, C-organik
1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian
sebesar
0.67%,
10.02
pupuk P terhadap beberapa sifat kimia
sebesar 56.09 ppm, Ca-dd sebesar
tanah dan serapan P serta pertumbuhan
0.57 me/100 g dan menurunkan
padi gogo (Oryza sativa L.) pada
Al-dd dan Fe-dd masing-masing
Oxisol yang telah dilakukan di Nagari
sebesar 1.02 me/100g dan13.58
Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah
ppm dibandingkan dengan tradisi
Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh
petani.
dapat
diambil
kesimpulan
g,
sebesar
pemberian campuran bahan humat dan
Kota
me/100
KTK
P-potensial
2. Pemberian bahan humat 800 ppm
sebagai berikut :
(1,6 ton/ha) + 100% R (300 kg
1. Pemberian bahan humat yang
TSP/ha)
merupakan perlakuan
diekstrak dari batubara muda yang
yang meningkatkan nilai serapan
diinkubasi
hara P terbesar
dengan
cara
masing-
mencampur bahan humat dan
masing 4.911 g/plot pada akar,
pupuk
3.618 g/plot pada batang serta
P
selama
seminggu
kemudian diinkubasi ke tanah
meningkatkan
selama seminggu pada takaran
tanaman/rumpun dan berat kering
800 ppm + 100% R merupakan
tanaman sebesar 22.67 dan 1.92
takaran
kg/plot
terbaik
meningkatkan
yang nilai
mampu
pH
H2O
dibandingkan
tradisi petani.
jumlah
dengan
2 Saran Untuk kesuburan
dapat
meningkatkan
Oxisol
disarankan
100% R (300 kg/ha) yang sebelumnya telah
dicampur
selama
seminggu
menggunakan bahan humat sebanyak
kemudian diinkubasi ke tanah selama
800 ppm (1,6 ton/ha) dan pupuk P
1 minggu.
DAFTAR PUSTAKA Adimiharja, A., Mappaona dan Saleh, A. 2002. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 181 hal. Atmojo, 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Disertasi Doktor. Fakultas pertanian Universitas 11 maret. Surakarta. 36 hal. Brady, N. C and Weil, R.R. 1999. The Nature and Properties of Soil. Twelfth Edition Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey. 881 pp. Fiantis, D. 1989. Pemberian Fosfor Pada Beberapa Family Tanah Oxisol dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.R., Diha, A., Hong, G.B., Bailey, H.H. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 488 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Persindo. Jakarta. 268 hal. . 2003. Klasisifikasi Tanah dan Pedogenesis . Akademi Persindo. Jakarta. 353 hal. Herviyanti., Ahmad, F., Gusnidar dan Saidi, A. 2009. Potensi Batubara Tidak Produktif Sebagai Sumber Bahan Organik Alternatif Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan P dan Produktifitas Tanah Marginal. Laporan Hibah Strategis Nasional 11. 50 hal. ., Ismon., Prasetyo T.B dan Harianti. 2011. Potensi NaHumat Dari Batubara Tidak Produktif Dalam Mengikat Logam Berat Pada Ultisol
Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Fospor (P) Serta Produksi Jagung dan Padi. Laporan Penelitian Universitas Andalas Bekerjasama Dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Padang. 52 hal. Huang, P.M dan Schnitzer, M. 1997. Interaction of Soil Minerals with Natural Organik and Microbes. SSSA Special Publication Number 17. Soil Science Society of America . Inc. 920 pp. Ismunadji, Syam, M dan Widjono. 1988. Buku Padi I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 129 hal. Ismunadji, M., dan S. Partohardjono. 1985. Program Hasil Penelitian Pengapuran Tanah Masam Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Balittan. Puslitbangtan. 31 hal. Miniardi, S. 2006. Peranan Asam humat dan Fulvat dari Bahan Organik dalam pelepasan P Terjerap pada Andisol. Jawa tengah. www.uns.ac.id/dev/web_ind/cp/ penelitian.php?act=det&idA=1 99 Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press.Bogor. 240 hal. Raharjo, I.B. 2006. Mengenal Batubara I. Artikel iptek bidang
energi dan sumber daya alam. Beritaiptek.com. 9 Februari 2006. 8 hal. Rezki, D. 2007. Ekstraksi Bahan Humat dari Batubara (Subbitumminus) dengan Menggunakan 10 Jenis Pelarut. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. 63 hal. Sanchez, P. A and Uehara, G. 1980. Management Consideration for Acid soil with Higt Phosphate Fixation Capacity In The Role Phosphorus in Agriculture. Khaswal et al (eds) AmSOc. Agronomy Crop. Sci. Madison, Hal : 471 – 509. Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry:Genesis,Compositio n, Reactions, John Wiley & Sons Inc., New York. 496 pp. Tan, K.H. 2010. Principles of Soil Chemistry. CRC Press Taylor and Francis Group. 362 pp. Tate, K.R. and Theng, B.K.G. 1980. Organic Matter and Interaction with in Organic Soil Constituens N.Z. Soc. Soil. Lowerr Hut New Zealand. 249 pp. Umar. 2002. Takaran Pupuk Tembaga dan Bahan Orhanik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil kedelai di Tropudults, Tesis, PS. Agronomi, Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Gajah mada. Yogyakarta. 83 hal.