Pengaruh penyuluhan perawatan kesehatan kuku terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik merawat kuku pada siswa kelas 5 SD Negeri Kalikayen 02, Ungaran Timur Nur Fitria Rahmawati1, Siti Aisah2, Mifbakhuddin3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS
2
Dosen Keperawatan Komunitas Fikkes UNIMUS
3
Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat UNIMUS
Abstrak Kaki, tangan, dan kuku merupakan hal yang penting untuk diperhatikan kebersihannya terutama pada anak usia sekolah dasar. Usia anak sekolah dasar merupakan usia dimana anak cenderung aktif terhadap suatu kegiatan. Mereka jadi kurang peduli terhadap perawatan personal higiene mereka terutama yang berkaitan dengan kebersihan kuku. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu cara efektif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka, sehingga diharapkan nantinya mereka dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pada siswa kelas 5 SD. Jenis penelitian ini adalah quasy experiment pretest-posttest with control group design. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-22 September 2013 di SD Negeri 02 Kalikayen dengan metode total sampling, jumlah sampel sebanyak 44 responden. Uji statistik yang digunakan menggunakan wilcoxon dan paired ttest untuk sampel berpasangan, sedangkan untuk sampel bebas menggunakan mann whitney dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05), sehingga menunjukkan ada pengaruh penyuluhan penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kuku pada responden. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak-pihak terkait seperti sekolah perlu memperhatikan personal higiene siswa. Rekomendasi lain agar sekolah mengadakan pemeriksaan kebersihan kuku satu minggu sekali agar anak-anak rajin menjaga kebersihan kukunya. Kata kunci : personal higiene, penyuluhan kesehatan
Abstract Feet, hands and nails, it is important to note their cleanliness especially in children of elementary school age. The life of elementary school is the age of which children tend to active against an activity. They so lacking care to the treatment of personal hygiene they are mainly concerned with cleanliness nails. Health education is one of effective ways that can be used to increase knowledge and their attitude, so it is expected that they can put them into practice in daily life. The aim of this research is to find out the influence of counseling against the increasing knowledge, health the attitudes and practices on the kids a fifth grade of elementary school. Type this research is quasy experiment pretest-posttest with control group design. This research done on 17-22 September 2013 at Kalikayen 02 elementary school by method total sampling, the number of samples 44 respondents. Statistical tests used using wilcoxon and paired t-test for paired samples, free samples for using mann whitney and independent t-test. The result showed the existence of differences in knowledge, attitudes and practices between intervention group dan control group (p<0,05), so that
2
3
shows there is the influence of health education on the extension of knowledge, attitudes, and practices of nail care on respondent. Based on the result of this research, related parties, such as the school needs to pay attention to personal hygiene students. Another recommendation that schools hold a nail hygiene inspection once a week to keep the children diligently maintain the cleanliness of their nails. Keywords : personal hygiene, health education
PENDAHULUAN Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal higiene adalah perawatan kaki, tangan, dan kuku (Perry & Potter, 2005). Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan kebersihan diri seseorang karena rentan terhadap infeksi. Kebersihan kaki, tangan, dan kuku menjadi hal yang penting untuk diperhatikan kebersihannya terutama ketika sedang sakit, perawatannya menjadi semakin penting untuk diperhatikan (Isro’in & Andarmoyo, 2012). Dampak yang dapat terjadi apabila kuku tidak dirawat diantaranya kecacingan dan diare (Siswanto, 2010). Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang baik. Masa-masa ini, anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap kesehatannya karena usia sekolah adalah masa dimana anak-anak mempunyai banyak aktivitas, dan aktivitas tersebut seringkali berhubungan langsung dengan lingkungan yang kotor dan menyebabkan anak-anak mudah terserang penyakit. Perawatan kuku pada anak-anak juga seringkali terabaikan oleh orang tua. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua dalam memperhatikan personal higiene anak menyebabkan anak juga tidak memperhatikan kebersihan dirinya sendiri. Meskipun terlihat sepele, tetapi perawatan kuku juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan (Wong, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2011) didapatkan data tentang tingkat pengetahuan anak usia Sekolah Dasar tentang kecacingan dalam kategori baik 13,1%, sedang 48,2%, dan rendah 38,7%. Sedangkan sikap baik 48,2% dan cukup
4
baik 51,8%. Hasil penelitian juga didapatkan data bahwa perilaku merawat kuku seminggu sekali pada siswa SD sebanyak 64,2%. Usaha Kesehatan Sekolah perlu didirikan dalam rangka untuk meningkatkan perilaku personal higiene pada anak usia sekolah dasar. Usaha kesehatan sekolah mempunyai peranan penting terhadap pemantauan kesehatan anak-anak di sekolah (Wong, 2009). Adanya program UKS di sekolah juga perlu didukung dengan upaya penyuluhan kesehatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun orang-orang yang berpengalaman di bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentang kesehatan, demonstrasi perawatan kesehatan, maupun dengan cara diskusi. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pada seseorang agar mampu mengubah perilaku kesehatannya yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kesehatan kuku pada siswa kelas 5 SD Negeri kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan program pendidikan keperawatan terhadap masalah personal higiene terutama yang berkaitan dengan kebersihan kuku. Selain itu diharapkan juga penelitian ini dapat memberikan masukan kepada sekolah untuk lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasy experiment design) dengan rancangan pre-test post-test with control group design. Tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah responden 45, tetapi ada satu responden yang tidak datang ketika dilakukan sehingga dimasukkan dalam kriteria eksklusi, jadi jumlah sampel yang digunakan sejumlah 44 responden (22 kelompok intervensi, 22 kelompok kontrol). Penelitian dilakukan di SD Negeri Kalikayen 02, Ungaran Timur. Alat pengumpul data
5
dengan kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap, dan kuesioner praktik tentang perawatan kuku dan sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Proses penelitian berlangsung mulai tanggal 17-21 September 2013. Data dianalisis secara univariat, bivariat (wilcoxon match paired test dan mann whitney untuk data berdistribusi tidak normal, paired t-test dan independent t-test untuk data berdistribusi normal). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh rata-rata usia responden pada kelompok intervensi adalah 10,45 tahun. Responden paling muda berusia 10 tahun dan paling tua berusia 13 tahun. Sedangkan rata-rata usia responden pada kelompok kontrol adalah 10,32 tahun. Responden paling muda berusia 10 tahun dan paling tua berusia 11 tahun. Diperoleh hasil ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kuku antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Skor Pengetahuan, Sikap, Praktik Perawatan Kuku di SD Negeri Kalikayen 02 Bulan September 2013 (n1=n2=22) Variabel Pengetahuan
Sikap
Praktik
Kelompok Intervensi a. Sebelum b. Sesudah Kontrol a. Sebelum b. Sesudah Intervensi a. Sebelum b. Sesudah Kontrol a. Sebelum b. Sesudah Intervensi a. Sebelum b. Sesudah Kontrol a. Sebelum b. Sesudah
Mean
Median
Modus
SD
Min
Max
14,86 19,45
15,00 20,00
15 21
2,455 2,444
9 10
19 21
12,91 16,18
13,50 16,00
10 15
3,022 3,018
8 10
18 20
52,91 64,91
52,00 65,00
49 68
4,331 4,649
47 53
60 73
51,91 61,32
51,00 61,00
49 60
5.209 4,999
43 52
62 70
12,59 16,59
13,00 17,00
13 17
2,364 1,709
8 10
17 18
12,82 15,36
13,00 15,00
15 15
2,500 1,761
8 12
17 19
6
Tabel 2 Analisis Perbedaan Rata-rata Pengetahuan, Sikap, Praktik Perawatan Kuku di SD Negeri Kalikayen 02 Bulan September 2013 (n1=n2=22) Variabel Pengetahuan
Sikap
Praktik
Kelompok Intervensi c. Sebelum d. Sesudah Kontrol c. Sebelum d. Sesudah Intervensi c. Sebelum d. Sesudah Kontrol c. Sebelum d. Sesudah Intervensi c. Sebelum d. Sesudah Kontrol c. Sebelum d. Sesudah
Mean
SD
Beda Mean
Nilai p
14,86 19,45
2,455 2,444
4,59
0,000
12,91 16,18
3,022 3,018
3,27
0,000
52,91 64,91
4,331 4,649
12
0,000
51,91 61,32
5,209 4,999
9,41
0,000
12,59 16,59
2,364 1,709
4
0,000
12,82 15,36
2,500 1,761
2,54
0,001
Tabel 3 Analisis Perbedaan Rata-rata Pengetahuan, Sikap, Praktik Perawatan Kuku Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di SD Negeri Kalikayen 02 Bulan September 2013 (n1=n2=22) Variabel Pengetahuan
Sikap
Praktik
Kelompok Sebelum a. Intervensi b. Kontrol Sesudah a. Intervensi b. Kontrol Sebelum a. Intervensi b. Kontrol Sesudah a. Intervensi b. Kontrol Sebelum a. Intervensi b. Kontrol Sesudah a. Intervensi b. Kontrol
Mean
SD
Beda Mean
Nilai p
26,27 18,73
2,455 3,022
7,54
0,049
30,02 14,98
2,444 3,018
15,04
0,000
52,91 51,91
4,331 5,209
1,00
0,492
64,91 61,32
4,649 4,999
3,59
0,018
21,80 23,20
2,364 2,500
1,4
0,714
27,86 17,14
1,709 1,761
10,72
0,005
7
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan pengetahuan awal responden dengan pengetahuan akhir responden dan ada perbedaan pengetahuan antar kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan. Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan ternyata ada perbedaan perubahan pengetahuan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Penyuluhan kesehatan yang diberikan dengan cara ceramah dan demonstrasi dapat meningkatkan pengetahuan responden. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti & Mahaningsih (2009) menunjukkan bahwa pemberian edukasi dengan penggunaan modul dan presentasi yang disertai leaflet dapat meningkatkan pengetahuan. Pemberian penyuluhan dengan cara ceramah juga digunakan dalam penelitian Cholishiyyana (2011) untuk meningkatkan pengetahuan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa pengetahuan meningkat bila dibandingkan dengan sebelum diberi penyuluhan dengan p-value 0,000. Hasil penelitian menunjukkan sikap antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberi penyuluhan adalah sama. Setelah kelompok intervensi mendapat penyuluhan, ternyata hasil posttestnya menunjukkan ada perbedaan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2011) menunjukkan bahwa sikap anak SD kelas 4, 5, dan 6 termasuk dalam kategori sedang (51,8%) dan baik (48,2%). Pada pertanyaan mengenai adanya penyuluhan di sekolah 43,1% responden menjawab sangat setuju,
jadi
penyuluhan
merupakan
saran
efektif
untuk
meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SD. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk (2007) juga menunjukkan hasil bahwa pemberian penyuluhan kesehatan melalui media audiovisual dapat meningkatkan sikap dan praktik. Nilai sikap dari pretest ke posttest selisih reratanya meningkat meskipun tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan praktik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberi penyuluhan adalah sama. Setelah dilakukan penyuluhan,
8
hasil praktik dari kelompok intervensi meningkat ditunjukkan dengan nilai rerata sebesar 27,86 sedangkan rerata untuk kelompok kontrol sebesar 17,14. Nilai p<0,05 sehingga disimpulkan ada perbedaan praktik perawatan kuku antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Hal ini dapat terjadi karena penyuluhan yang berupa ceramah dan demonstrasi bisa langsung dipraktikan oleh kelompok intervensi sehingga kelompok intervensi dapat lebih terampil dalam perawatan kuku jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Texanto & Hendratno (2008) melakukan penelitian mengenai hubungan perawatan higienitas kuku dengan kejadian kecacingan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terkenan kecacingan dimana hasil kuesioner didapatkan 7,1% anak dengan higiene kuku buruk. Hal ini juga didukung oleh penelitian Fitri, dkk (2012) yang menunjukkan hasil bahwa kebersihan kuku memberikan pengaruh bermakna terhadap kejadian infeksi kecacingan, dimana siswa yang memiliki kebersihan kuku yang tidak baik berpeluang 25,186 kali untuk terinfeksi kecacingan dibandingkan siswa yang memiliki kebersihan kuku yang baik. Pasaribu (2005) melakukan penelitian pada siswa SD dengan membandingkan penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan penyuluhan kesehatan hanya dengan buku kecacingan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa metode ceramah lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian buku kecacingan. Nilai rerata praktik awal pada responden sebelum diberikan ceramah adalah 20,60 dan setelah diberikan ceramah meningkat menjadi 22,30. Selain untuk mengetahui peningkatan sikap, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk (2007) juga bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan praktik. Nilai perilaku pada kelompok perlakuan meningkat dengan signifikan (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan kesehatan sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik baik untuk kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa. Praktik merupakan sikap yang diwujudkan dalam tindakan nyata dan di dalam pelaksanaan praktik juga dibutuhkan saran prasarana. Tanpa adanya
9
fasilitas atau sarana prasarana, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata (praktik) (Notoatmodjo, 2005). Keterbatasan yang ada dalam peneltian ini meliputi penggunaan desain eksperimen semu yang artinya ada beberapa variabel perancu tidak dapat dikendalikan oleh peneliti sehingga kemungkinan mempengaruhi hasil dari penelitian. Selain itu, pengambilan data hanya didasarkan pada pertanyaan kuesioner saja sehingga tidak dapat mengetahui kondisi lebih detail dari tiap-tiap responden. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kuku tidak hanya terjadi pada kelompok intervensi saja melainkan pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena ketika kelompok intervensi mendapatkan penyuluhan, kelompok kontrol yang berada di luar dapat melihat materi penyuluhan dari jendela, sehingga secara tidak langsung mereka juga mempelajari materi tentang perawatan kuku.
PENUTUP Nilai rerata pengetahuan awal pada kelompok intervensi adalah 14,86 dengan nilai terendah 9 dan nilai tertinggi 19 sedangkan rerata pengetahuan akhir pada kelompok intervensi adalah 19,45 dengan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 21. Nilai rerata pengetahuan awal pada kelompok kontrol adalah 12,91 dengan nilai terendah 8 dan nilai tertinggi 18 sedangkan rerata pengetahuan akhir pada kelompok kontrol adalah 16,18 dengan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 20. Nilai rerata sikap awal pada kelompok intervensi adalah 52,91 dengan nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 60 sedangkan rerata sikap akhir pada kelompok intervensi adalah 64,91 dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 73. Nilai rerata sikap awal pada kelompok kontrol adalah 51,91 dengan nilai terendah 43 dan nilai tertinggi 62 sedangkan rerata sikap akhir pada kelompok kontrol adalah 61,32 dengan nilai terendah 52 dan nilai tertinggi 70. Nilai rerata praktik awal pada kelompok intervensi adalah 12,59 dengan nilai terendah 8 dan nilai tertinggi 17 sedangkan rerata akhir pada kelompok intervensi
10
adalah 16,59 dengan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 18. Nilai rerata praktik awal pada kelompok kontrol adalah 12,82 dengan nilai terendah 8 dan nilai tertinggi 17 sedangkan rerata akhir pada kelompok kontrol adalah 15,36 dengan nilai terendah 12 dan nilai tertinggi 19. Deskripsi pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kuku sebelum diberikan penyuluhan kesehatan relatif sama, tetapi setelah diberikan intervensi hasilnya lebih relatif tinggi pada kelompok intervensi. Analisis perbedaan diperoleh hasil adanya perbedaan rata-rata pengetahun, sikap, dan praktik perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. Perbedaan rata-rata pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan juga terjadi pada kelompok kontrol. Hasil dari penelitian ini memberikan implikasi bagi pelayanan keperawatan seperti puskesmas untuk dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada anakanak usia sekolah dasar untuk dapat menjaga kebersihan diri mereka masingmasing. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian terkait dengan variabel yang berbeda tentang perawatan kesehatan kuku. Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan paktik perawatan kuku diharapkan sekolah dapat memberikan materi kesehatan berupa personal higiene kepada anak-anak, khususnya yang berkaitan dengan perawatan kuku dan membuat program pemeriksaan kuku setiap satu minggu sekali agar anak-anak lebih memperhatikan kebersihan kuku mereka. KEPUSTAKAAN Cholisshiyyana, R. M. (2011). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan di Puskesmas Ngoresan Surakarta. eprints.uns.ac.id/7631/1/216990811201104301.pdf. Diunduh pada 30 Juli 2013. Fitri, J., Saam, Z., & Hamidy, M. (2012). Analisis faktor-faktor risiko infeksi Kecacingan Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012. http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/view/964. Diunduh pada 4 April 2013.
11
Hastuti, P., & Mahaningsih, L. (2009). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Modul Dan Presentasi Yang Disertai Selebaran Terhadap Pengetahuan Tentang Hiv / Aids Pada Siswa Smun 3 Dan Smun I Panjangan Kabupaten Bantul.portal.malahayati.ac.id/ejurnal/index.php/kesmas/article/view/45. Diunduh pada 4 April 2013. Irman, D., Lesmana, S.D., & Haslinda, L. (2013). Higienitas Kuku Tangan dan Infestasi Ascaris Lumbricoides dan Trichuris Tichiura Pada Murid SDN 40 Meranti Andak Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. repository.unri.ac.id/handle/123456789/1603. Diunduh pada 18 April 2013. Isro'in, L., & Andarmoyo, S. (2012). Personal Hygiene : Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pasaribu, H. E. R. (2005). Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah Tanya Jawab Dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Kecacingan Dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris Lumbricoides Pada Anak Sekolah Dasar. eprints.undip.ac.id/17659/1/Hotber_ER_Pasaribu.pdf. Diunduh pada 30 Juli 2013. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, vol 1. Jakarta : EGC. Rahmawati, I., Sudargo, T., & Paramastri, I. (2007). Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1821_MU.11030004.pdf. Diunduh pada 30 Juli 2013.
Siswanto, H. (2010). Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Texanto, A., & Hendratno, S. (2008). Hubungan Antara Status Higiene Individu Dengan Angka Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminthes di SD 03 Pringapus Kabupaten Semarang Jawa Tengah. http://eprints.undip.ac.id/24534. Diunduh pada 29 April 2013. Wawan. A., & M. Dewi. (2011). Teori&Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC.