OLEH: Ni Putu Indah Yanuwiarti
University of Copenhagen
MARKET BRIEF KAKAO DAN PRODUK TURUNANNYA Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kopenhagen-September 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemilihan Produk Kakao merupakan salah satu komoditi penting yang banyak digunakan di berbagai produk olahan makanan dan minuman. Biji kakao merupakan bahan utama dari bubuk kakao atau coklat yang biasa digunakan dalam campuran pembuatan berbagai produk pangan seperti es krim, kue, susu, dan permen coklat. Konsumsi produk olahan kakao di Denmark cukup besar. Denmark termasuk ke dalam sepuluh negara di dunia dengan konsumsi coklat terbesar. Rata rata satu penduduk Denmark menghabiskan $105,6 dalam setahun untuk mengkonsumsi coklat (Euromonitor, 2015). Tren konsumsi coklat saat ini di Denmark mengarah kepada produk coklat organik, dark chocolate, dan premium coklat. Gambar 1.1 menunjukkan beberapa contoh produk olahan kakao yang dapat ditemukan di berbagai supermarket dan specialized store di Denmark.
Gambar 1.1 Berbagai Produk Coklat di Denmark
1
Dalam sistem internasional nomenklatur dan klasifikasi produk atau biasa dikenal dengan Harmonized Commodity Description and Coding System (HS), produk kokoa dan turunannya diklasifikasikan ke dalam nomor 18. Adapun rincian nomenklatur produk kokoa dan turunannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. HS 4 Digit untuk Produk Kokoa dan Turunannya HS
Produk
1801
Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted
1802
Cocoa shells, husk, skins, and other cocoa waste
1803
Cocoa paste, defatted or not
1804
Cocoa butter, fat and oil
1805
Cocoa powder, not sweetened
1806
Chocolate and other food product containing cocoa
1.2 Profil Denmark 1.2.1 Geografi Denmark merupakan salah satu negara Skandinavia yang berada di bagian Eropa Utara. Denmark terletak pada 56 00 N, 10 00 E dengan luas area 42,916 km2. Secara geografis, bagian selatan Denmark berbatasan dengan Jerman. Selat Skagerrak memisahkan Denmark dengan Norwegia di bagian barat daya. Selat Kattegat di bagian timur memisahkan Denmark dan Swedia. Denmark memiliki semenanjung Jutland yang menyatu dengan daratan eropa lainnya dan 406 pulau dengan garis pantai sepanjang 7.300 kilometer. Pulau terbesar adalah Sjælland/ Zealand (7,015 kilometer persegi), diikuti dengan Fyn/ Funnen (2,984 kilometer persegi), Lolland (1,234 kilometer persegi), Bornholm (588 kilometer persegi), dan
Falster (514
kilometer persegi). Pulau-pulau ini terletak antara semenanjung Jutland dan Swedia, terkecuali Bornholm yang berada di Laut Baltik. Greenland dan Kepulauan Faroe termasuk ke dalam wilayah Denmark namun keduanya merupakan wilayah dengan otonomi khusus.
2
Gambar 1.2. Peta Geografis Denmark (UTexas, 2016)
Denmark dikategorikan memiliki iklim temperate, dengan musim panas yang cukup sejuk dan temperature rata rata di bulan Juli berada dikisaran 17.5 °C , dan musim dingin yang tidak terlalu ekstrem dengan rata rata suhu harian pada bulan Januari sebesar 1.5 °C . Bulan terhangat adalah Juli dan Agustus, sedangkan bulan terdingin jatuh pada Februari dan Maret. Sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan monarki konstitusional, Denmark memiliki seorang ratu sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Queen Margrethe II of Denmark merupakan ratu Denmark saat ini dengan Lars Løkke Rasmussen dari partai Venstre sebagai perdana menteri. Pemerintah pusat dibantu 98 kommune atau munisipalitas yang tersebar kedalam lima region. Kopenhagen sebagai ibukota negara terletak pada region Hovedstaden. Berikut merupakan pembagian region-region di Denmark. 3
Tabel 2. Nama-Nama Region di Denmark Nama Region
Ibukota Administratif
Kota Terbesar
Luas Area (km2)
Hovedstaden
Hillerød
København
2.561
Midtjylland
Viborg
Århus
13.142
Nordjylland
Aalborg
Aalborg
7.927
Sjælland
Sorø
Roskilde
7.273
Syddanmark
Vejle
Odense
12.191
1.2.2 Demografi Populasi Denmark per Januari 2016 sebanyak 5,707,251 jiwa. Berdasarkan data dari Statistik Denmark 2015, 87.7% dari penduduk Denmark merupakan etnik Dane dan 12,3 % merupakan keturunan migran dengan negara asal seperti Turki, Polandia, Jerman, Irak, Romania, Syria, Somalia, Iran, dan Afganistan. Berikut merupakan jumlah penduduk di sepuluh kota besar di Denmark per Januari 2016. Tabel 3. Jumlah penduduk di sepuluh kota besar di Denmark Kota
Wilayah Urban
Copenhagen
Non-Urban 1.280.371
591.481
Aarhus
264.716
330.639
Odense
175.245
198.972
Aalborg
112.194
210.316
Esbjerg
72.151
115.748
Randers
62.342
97.520
Kolding
59.712
91.695
Horsens
57.517
87.736
Vejle
54.862
111.743
Roskilde
50.046
86.207
4
Bahasa Denmark atau Danish merupakan bahasa de facto, namun 86% penduduk Denmark mampu berkomunikasi secara fasih menggunakan bahasa inggris. Bahasa jerman merupakan bahasa asing kedua terbanyak digunakan. 47% penduduk Denmark khususnya dibagian selatan semenanjung Jutland dapat berkomunikasi menggunakan bahasa jerman. Studi pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa penduduk Denmark memiliki angka harapan hidup 77 tahun untuk pria dan 82 tahun untuk wanita. 1.2.3 Insfrastruktur Sebagai negara yang terdiri dari semenanjung dan 404 pulau, Denmark memiliki infrasturktur yang sangat memadai untuk menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lain. Antar pulau besar di Denmark dihubungkan oleh jembatan, diantaranya adalah Grand Belt Fixed Link yang menghubungkan Pulau Funen dengan Pulau Sjælland, dan Little Belt Bridge antara semenanjung Jutland dengan Funen. Antara Swedia dan Pulau Sjælland dihubungkan oleh Øresund Bridge yang terbentang dari Copenhagen Denmark hingga kota Malmo di Swedia. Penyedia jasa transportasi berbasis rel terbesar di Denmark adalah DSB, sedangkan untuk kereta barang berada dibawah DB Schenker Rail. Copenhagen dan daerah penyangga di sekitarnya dilayani oleh kereta listrik S-tog. Copenhagen juga memiliki rapid transit system yakni Copenhagen Metro. Sepeda merupakan salah satu moda transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Denmark memiliki jalur sepeda khusus yang terpisah dari jalur kendaraan bermotor lainnya. Panjang jalur sepeda ini adalah sekitar 7.000 km dan 12.000 km secara total. Denmark termasuk ke dalam negara anggota International Renewable Energy Agency (IREA). Pada tahun 2015 turbin angin mampu menyediakan 42,1 % dari total konsumsi energy listrik di negara ini. Meskipun merupakan anggota dari Uni Eropa (EU), Denmark tetap mempertahankan mata uangnya yakni Danish Krone (DKK). Satu Euro setara dengan 7.46 Danish Krone (DKK). Danmarks Nationalbank merupakan bank sentral di Denmark dan merupakan anggota noneurozone European System of Central Bank (ESCB). Terdapat empat bank besar di Denmark, yakni Danske Bank, Nordea, Jysk Bank dan Syd Bank. Keempat bank ini memiliki layanan perbankan dalam bahasa inggris sehingga mudah diakses. Denmark juga merupakan anggota dari European Common Payment Area (ECPA), sehingga bank-bank yang ada di Denmark juga melayani transaksi dalam mata uang euro dengan maksimal jumlah transaksi sebesar 50.000 EUR dalam sehari. Tranfer internasional ke Denmark dapat dilakukan dengan menyertakan nomor IBAN, SWIFT, nomor rekening tujuan serta nama bank. 5
1.2.4 Perekonomian Seperti negara Nordic lainnya, Denmark menerapkan Nordic Model dalam sistem perekonomiannya, dimana pasar bebas berbasis kapitalisme dikombinasikan dengan sistem jaminan sosial yang komprehensif dan perlindungan kerja yang kuat bagi penduduknya. Sistem jaminan sosial di Denmark disokong oleh sistem perpajakan progresif, sehingga masyarakatnya mampu menikmati keamanan sosial yang lebih tinggi dibanding negara lainnya. Berdasarkan data dari Forbes, per Desember 2015, Denmark menempati urutan pertama sebagai negara tujuan bisnis terbaik (Forbes, 2015) dengan laju pertumbuhan GDP sebesar 1,1% dan GDP per kapita sebesar $44.600. Tingkat pengagguran di Denmark mencapai 4,9% dan inflasi pada 2015 sebesar 0,6%. Denmark termasuk ke dalam 20 besar negara dengan perlindungan investor terbaik. Denmark memiliki pajak korporat yang cukup kompetitif di uni eropa, yakni sebesar 24,5%, dan nomor satu sebagai negara paling tidak korup di dunia.
6
BAB II POTENSI PASAR NEGARA AKREDITASI 2.1 Ekspor Kakao dan Produk Turunannya Daftar eksportir kakao dan produk turunannya (HS 1801, HS 1802, HS 1803, HS 1804, HS 1805, HS 1806) di dunia dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data dari UN Comrade Statistic, dengan periode 2011-2015, tren pertumbuhan ekspor kakao dan produk turunannya secara global menunjukkan adanya perubahan yang cukup fluktuatif. Selama kurun waktu 5 tahun ini, Indonesia mengalami kenaikan nilai ekspor pada produk HS 1802, 1803, dan 1804, dan penurunan pada produk HS 1801, 1805, dan HS 1806. Sementara Denmark mengalami kenaikan pada ekspor produk HS 1804 dan HS 1806. Negara-negara Skandinavia seperti Norwegia, Swedia, dan Finlandia masih menjadi negara tujuan utama ekspor kakao dan produk turunanya oleh Denmark, sedangkan Indonesia secara konsisten menjadi eksportir keenam jenis kakao dan produk turunanya ke beberapa negara di Asia Tenggara, terutama ke Malayasia, Singapura, dan Thailand. Indonesia selalu termasuk ke dalam lima besar negara pengekspor kakao dan produk turunanya, pengecualian untuk produk HS 1801 dan HS 1806 dimana Indonesia menduduki peringkat 13 dan 47.
7
Tabel 4. Daftar Eksportir Kakao dan Produk Turunannya ke Dunia HS
4 Ranking Eksporters
Digit
Exported Value 2011
1801
1802
1803
Exported in Value
Exported in Value
Exported in Value
Exported in Value
2012
2013
2014
2015
Main Importing Market in
1
Côte d'Ivoire 3.017.377
2.324.954
2.044.456
3.045.103
3.507.608
USA,Netherland,Belgium
2
Ghana
2.071.557
1.967.762
1.380.501
2.312.213
2.026.787
Netherlands,USA,Belgium
3
Ecuador
471.652
346.191
433.272
587.795
705.415
USA,Netherlands,Malaysia
4
Cameroon
512.344
394.829
-
563.632
673.776
Netherlands,Malaysia,Belgium
13
Indonesia
614.496
384.830
446.095
196.429
114.978
Malaysia,Singapore,USA
80
Denmark
5
21
2
23
7
Sweden,Belgium,Iceland,
1
Netherland
12.284
10.372
11.537
10.779
6.223
Spain,Belgium,France
2
Ghana
7.037
2.235
2.357
4.560
5.603
Netherlands,China,Hongkong
3
Spain
6.700
4.092
4.038
3.861
4.030
Chile,Rusia,France
4
Germany
1.440
2.432
4.845
4.483
3.310
Netherlands,Belgium,Italy
5
Indonesia
2.594
3.506
3.781
4.232
3.305
Malaysia, S. Korea, Philippines
55
Denmark
22
7
0
0
0
Faroe Island, Norway
1
Côte d'Ivoire 539.155
437.259
544.088
764.500
931.301
Netherlands,France,Germany
2
Netherlands
668.040
517.852
493.004
667.304
549.237
Belgium,Germany,France
3
Ghana
15.409
2
698
392.631
375.609
Spain,Ecuador,China
4
Germany
365.368
289.637
268.969
289.124
320.160
Poland,Belgium,France
8
1804
1805
1806
5
Indonesia
214.321
208.668
186.434
233.729
302.350
Malaysia,Germany,China
89
Denmark
9
8
20
1
0
Australia,Iceland,Sweden
1
Netherlands
1.086.355
757.913
1.030.959
1.653.929
1.609.807
Germany,Belgium,UK
2
Indonesia
304.581
236.138
356.764
660.784
726.296
USA,Germany,Malaysia
3
Côte d'Ivoire 218.919
210.393
265.603
461.825
599.658
Netherland,France,UK
4
Malaysia
447.629
311.278
378.829
625.383
566.506
USA,Japan,Canada
5
France
389.104
303.543
344.030
416.389
478.875
Belgium,Germany,UK
52
Denmark
63
144
135
95
90
Germany,Kuwait,Norway
1
Netherlands
1.067.272
1.052.166
843.474
639.472
605.923
USA,Germany,France
2
Malaysia
475.229
453.438
372.863
269.010
243.971
China,USA,Indonesia
3
Germany
397.863
302.232
221.544
211.217
220.546
France,Russia,Italy
4
France
243.941
229.877
215.341
149.906
127.720
USA,Italy,Germany
5
Indonesia
157.998
165.177
110.445
104.239
124.283
China,Philippines,India
49
Denmark
1.118
673
955
1.011
633
Sweden,Germany,Czech Rep.
1
Germany
4.001.198
4.013.496
4.454.387
4.964.014
4.333.824
France,UK,Austria
2
Belgium
2.591.000
2.487.157
2.909.124
2.952.838
2.679.666
France,Germany,Netherlands
3
Netherlands
1.646.261
1.796.739
1.847.739
1.989.122
1.766.929
Germany,France,UK
4
USA
1.267.800
1.376.053
1.544.428
1.646.525
1.628.606
Canada,Mexico,S.Korea
24
Denmark
165.652
171.670
188.946
188.322
165.047
Germany,Sweden,Norway
9
47
Indonesia
51.287
55.129
47.963
45.053
36.559
Philippines,Thailand,Malaysia
Catatan: *) Satuan **)
dalam ribu USD
Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics (http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
10
2.2 Potensi Pasar Impor Kakao dan Produk Turunannya di Denmark Tabel 5 menunjukkan daftar negara-negara yang menyuplai kakao dan produk turunanya ke Denmark. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa impor kakao dan produk turunannya oleh Denmark dari berbagai negara di dunia dalam kurun waktu 2011-2015 mengalami fluktuasi relatif terhadap jenis kakao dan produk turunannya. Peru dan Nicaragua merupakan dua negara dengan lonjakan nilai ekspor yang cukup tinggi ke Denmark, terutama untuk produk HS 1801. Selama kurun waktu 2011 hingga 2013, besaran nilai ekspor Nikaragua ke Denmark adalah 0 ribu USD, namun pada tahun 2014 terjadi impor oleh Denmark sebesar 41 ribu USD dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2015 menjadi 206 ribu USD. Sama halnya dengan Nikaragua, Peru juga mengalami lonjakan nilai ekspor untuk produk HS 1801 pada tahun 2015 mencapai 138 ribu USD dimana empat tahun sebelumnya yakni dari 2011 hingga 2014 Denmark tidak mngimpor HS 1801 dari Peru. Berdasarkan data dari UN Comtrade, ekspor Indonesia ke Denmark hanya pada produk HS 1805 dan HS 1806. Pada tahun 2011 Denmark mengimpor HS 1805 dari Indonesia sebesar 27 ribu USD, namun tidak diikuti pada tahun 2012 dan 2013. Impor berlanjut kembali di tahun 2014 dengan nilai 8 ribu USD dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan signifikan mencapai 114 ribu USD. Sedangkan untuk produk HS 1806, di tahun 2011 nilai impor produk ini oleh Denmark dari Indonesia hanya seribu USD, dan tidak berlanjut di tahun 2012-2014. Pada tahun 2015 terjadi impor kembali sebesar seribu USD. Untuk produk HS 1805 selain Indonesia, Malaysia dan Singapura merupakan dua negara ASEAN lain yang juga menjadi pemasok produk HS 1805 ke Denmark. Malaysia berada di peringkat keempat, Singapura menduduki peringkat kesepuluh, sedangkan Indonesia berada di peringkat delapan. Untuk produk HS 1806, Thailand dan Sri Lanka menjadi negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia dalam memnuhi pasar di Denmark. Thailand menduduki peringkat 17 sebagai pemasok HS 1806 ke Denmark sedangkan Indonesia dan Srilanka berturut turut berada di peringkat 41 dan 47. Mayoritas impor kakao dan produk turunannya oleh Denmark dipenuhi oleh negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Belanda, Belgia, Prancis dan Inggris. Nilai perdagangan antara Indonesia dan Denmark untuk kakao dan produk turunannya dapat dilihat pada Tabel 6.
11
Tabel 5. Daftar Negara-Negara Eksportir Kakao dan Produk Turunannya ke Denmark HS
4 Ranking
Supplier
Digits
1801
Imported
Import
Import
Import
Import
Value
Value
Value
Value
Value
2011
2012
2013
2014
2015
1
UK
12.508
10.106
11.469
11.121
10.852
2
Nicaragua
0
0
0
41
206
3
Peru
0
0
0
0
138
4
France
122
98
127
113
135
5
Bolivia
146
40
141
30
115
1802
1
Germany
0
0
0
0
45
1803
1
Netherlands
5.475
2.620
2.391
22
43
2
Belgium
2
16
1
1
19
3
Bolivia
0
0
0
0
7
4
Dominican
0
0
1
0
0
5
Ecuador
0
0
1
0
0
1
Netherland
2.640
2.469
1.232
354
368
2
Germany
2
2
25
18
224
3
Belgium
60
13
45
111
115
4
France
6
7
31
42
23
5
UK
0
6
20
28
22
1
Netherlands
7.058
6.505
5.479
3.478
2.909
2
Germany
3.942
3.887
3.427
2.944
2.128
4
Malaysia
1.234
525
913
743
284
8
Indonesia
27
0
0
8
114
10
Singapore
0
0
0
14
10
1
Germany
106.339
130.526
133.154
123.154
98.464
2
Sweden
55.781
55.294
63.081
59.833
51.125
17
Thailand
1
0
2
26
383
41
Indonesia
1
0
0
0
1
47
Sri Lanka
2
1
0
0
0
1804
1805
1806
12
Catatan: *) Satuan **)
dalam ribu USD
Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber:
ITC
calculations
based
on
UN
COMTRADE
statistics
(http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
Tabel 6. Nilai Perdagangan Indonesia dan Denmark HS 4 Digit
2011
2012
2013
2014
2015
Ekspor Produk dari Indonesia ke Denmark 1801
0
0
0
0
0
1802
0
0
0
0
0
1803
0
0
0
0
0
1894
0
0
0
0
0
1805
27
0
0
8
114
1806
1
0
0
0
1
Import Produk dari Denmark ke Indonesia 1801
0
0
0
0
0
1802
0
0
0
0
0
1803
0
0
0
0
0
1804
0
0
0
0
0
1805
0
0
0
0
0
1806
0
0
0
0
0
Catatan: *) Satuan **)
dalam ribu USD
Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber:
ITC
calculations
based
on
UN
(http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
13
COMTRADE
statistics
2.3 Regulasi Kakao dan Produk Turunannya di Denmark 2.3.1 Kebijakan Impor Kakao dan Produk Turunannya di Denmark Sebagai bagian dari Uni Eropa, regulasi ekspor dan impor Denmark mengacu kepada peraturan atau regulasi yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Regulasi produk pangan yang beredar di Denmark mengacu pada peraturan Uni Eropa EC 178/2992 tentang Regulasi Umum Produk Pangan dan EC 852/2004 tentang Regulasi Higiene Produk Pangan. Tanggung jawab terhadap keamanan pangan dan produk-produk pertanian di Denmark berada dibawah pengawasan dua badan utama, yakni The Danish Veterinary and Food Administration, dan Danish AgriFish Agency yang merupakan peleburan dari tiga badan lainnya yakni Danish Food Industry Agency, the Danish Plant Directorate dan the Danish Directorate for Fisheries. The Danish Veterinary dan Food Administration merupakan otoritas sentral di Denmark yang berurusan langsung dengan makanan, termasuk produk dan regulasi makanan impor yang beredar di Denmark. Agar dapat menjadi importir produk pangan ke Denmark maka harus mencermati detail dalam dokumen Fødevaresikkerhed. Peraturan tambahan lainnya terutama terkait produk pangan non-hewani juga harus mengacu pada The Ministerial Order on Restrictions (Restriktionsbekendtgørelsen). Dengan menyertakan dokumen-dokumen pendukung yang telah sesuai dengan standard dan peraturan keamaan pangan dan persyaratan impor dari pemerintah Denmark maka importir atau produsen dapat mendaftar ke The Danish Veterinary and Food Administration. Proses kontrol selanjutnya akan dilakukan secara rutin mengacu kepada Regulasi Uni Eropa No. 882/2004. 2.3.2.Persyaratan Mutu, Label, dan Kemasan Kakao dan Produk Turunannya di Denmark Keamanan produk pangan dan aspek higienitas merupakan permasalahan utama yang harus diperhatikan jika ingin menjadi importir produk pangan ke negara Uni Eropa seperti Denmark. Untuk melakukan ekspor kakao dan produk turunanya ke Denmark maka produk harus memenuhi peraturan umum produk pangan Uni Eropa yang tercantum dalam EC 178/2992 dan regulasi higienitas produk seperti tertuang dalam EC 852/2004. Aspek lainnya yakni diterapkannya prinsip Hazard Analysis and Critical Control Point (HCCP) dan adanya kontrol mengenai keamanan pangan untuk kakao dan produk turunannya dari badan resmi yang berwenang. Khusus untuk kakao dan produk turunanya sangat disarankan untuk 14
mengecek Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF) untuk mengetahui contoh kasus penarikan kakao dan produk turunannya dari pasar Eropa serta alasan penarikan produk tersebut. Peraturan Umum Produk Pangan oleh Uni Eropa (EC 178/2002) pada Artikel 14 mengenai syarat-syarat keamanan pangan disebutkan bahwa makanan yang beredar di negara Uni Eropa (Denmark termasuk di dalamnya) harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Produk pangan tidak dapat beredar jika tidak aman untuk dikonsumsi 2. Makanan dikategorikan tidak aman apabila berbahaya bagi kesehatan dan tidak sesuai untuk konsumsi manusia. Makanan dikategorikan berbahaya bagi kesehatan apabila memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang bagi kesehatan serta memiliki kemungkinan akumulasi racun di dalamnya Sedangakan pada artikel 11 (EC 178/2002) mengenai produk pangan impor yang beredar di negara-negara Uni Eropa, disebutkan bahwa makanan impor yang masuk ke negara Uni Eropa harus equivalen dengan produk yang di produksi di negara tujuan, dalam hal ini kakao dan produk turunannya harus memiliki mutu yang sama dengan produk kakao yang diproduksi oleh Denmark. Selain merujuk pada artikel 11 (EC 178/2002), makanan impor yang beredar di Denmark juga harus memenuhi persyaratan yang tertuang pada artikel 10 (EC 852/2004) yang mencangkup artikel 3 hingga artikel 6 pada peraturan yang sama. Adapun garis besar artikel 3 hingga artikel 6 adalah sebagai berikut: 1. Produsen harus memastikan bahwa dalam semua tahapan produksi, pemrosesan dan distribusi produk pangan harus memenuhi persyaratan kontrol dan higienitas yang tertuang dalam Bagian A Regulasi EC 852/2004 2. Produsen harus memenuhi syarat higienitas seperti batasan mikroba yang diizinkan pada produk pangan, kontrol terhadap suhu yang sesuai untuk produk pangan, dan perawatan sistem rantai dingin untuk produk makanan tertentu 3. Produsen harus dapat mengimplementasikan prinsip HACCP 4. Produsen harus dapat bekerja sama dengan otoritas di negara dimana produk dipasarkan sesuai dengan legislasi yang berlaku di negara tersebut. 15
Selain aspek-aspek diatas, ekspor kakao dan produk turunanya harus memperhatikan kontaminasi yang dapat terjadi. Produsen atau importir harus dapat menjamin bahwa makanan yang diimpor memenuhi peraturan mengenai kontaminasi pada produk pangan seperti yang tertuang dalam regulasi EC 1881/2006. Beberapa kontaminan yang kerap ditemukan pada kakao dan produk turunanya adalah sebagai berikut: 1. Cadmium Uni Eropa memperketat level cadmium yang diizinkan pada kakao dan produk turunanya. Regulasi terbaru akan mulai diberlakukan terhitung dari Januari 2019 (Regulation EU 488/2014). Ambang matas cadmium yang diizinkan pada produk kakao dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai ini merupakan level yang diizinkan untuk produk akhir coklat, sehingga untuk biji kakao dibutuhkan ekstrapolasi guna memperoleh nilai yang sesuai. Dalam prakteknya nilai <0.5 ppm merupakan level yang diinginkan. 0.8 ppm merupakan batas maksimum.
Tabel 7. Batas Maksimum Cadmium pada Kakao dan Produk Turunannya Specific Cocoa and Chocolate Product
Maximum
Permitted
Cadmium Level (ppm) Milk chocolate with <30% total dry cocoa solids
0.10 as from 1 January 2019
Chocolate with <50%total dry cocoa solids; milk 0.30 as from 1 January 2019 chocolate with ≥ 30% total dry cocoa solids Chocolate with > 50% total dry cocoa solids
0.80 as from 1 January 2019
Cocoa powder sold to the final consumer or as an 0.6 as from 1 January 2019 ingredient in sweetened cocoa powder sold to the final consumer
2. Pestisida Uni Eropa memiliki batasan dan peraturan khusus mengenai ambang batas pestisida yang dapat ditolerir bagi kakao dan produk turunannya. Hal ini mengacu kepada peraturan mengenai Kontrol Residu Pestisida (EC 395/2005)
16
3. Mycotoksin Mycotoksin seperti aflatoksin dan ocrhratoksin dapat ditemukan pada produk turunan kokoa sebagai akibat dari adanya kontaminasi jamur. Nilai maksimum mycotoksin merujuk pada EC 1881/2006 4. Polycyclic-Aromatic Hydrocarbon (PAH) Kakao dapat terkontaminasi oleh Polycyclic-aromatic hydrocarbons pada pasca panen atau saat proses pengolahan utama dari kakao. Asap merupaka sumber utama dari kontaminasi kakao selama proses pengeringan dan penyimpanan. Batas untuk benzo(a)pyrene yang merupakan PAH paling umum adalah 5.0 μg/kg lemak dan 30 μg/kg untuk total jumlah polycyclic-aromatic hydrocarbons. 5. Mikroorganisme/Salmonella Uni Eropa tidak memiliki peraturan spesifik mengenai ambang batas mikroorganisme yang ditemukan pada kakao, namun otoritas pangan dari masing-masing negara apat menarik barang dari peredaran jika terindikasi terjadi kontaminasi. Hal ini merujuk pada peraturan (EC 2073/2005). 6. Larutan Ekstraksi Batas maksimal Hexane yang diperbolehkan dalam produksi cocoa butter adalah (1 mg/kg). Peraturan lebih lanjut mengenai regulasi larutan ekstraksi dapat ditemukan pada Directive 2009/32/EC Peraturan mengenai label produk pangan di Denmark mengikuti Regulation EU 1169/2011, sedangkan aturan labeling tambahan untuk kakao dan produk turunannya mengikuti Directive 2000/36/EC yang mengalami amandemen menjadi Regulatin (EC) No.1137/2008. Dalam EU 1169/2011 disebutkan bahwa peraturan labeling oleh Uni Eropa menjamin konsumen mendapatkan informasi yang esensial untuk membuat sebuah keputusan apakah sebuah produk layak untuk dibeli, oleh karena itu sistem labeling yang seragam menjadi salah satu solusinya, yakni label informasi harus dicetak menggunakan font yang sama atau lebih besar dari 1,2 mm. Untuk kemasan dengan luas permukaan lebih kecil dari 80 cm2, ukuran font yang digunakan menjadi minimal 0,9 mm. Adapun informasi penting mengenai label yang terdapat pada Regulation EU 1169/2011 adalah sebagai berikut:
17
1. Nama produk. Mencangkup nama legal dari produk, tidak dapat digantikan oleh nama yang terdaftar sebagai intelektual property, nama brand atau nama lainnya. 2. Daftar komposisi bahan makanan Semua bahan makanan yang digunakan termasuk di dalamnya zat adiktif dan enzim harus disertakan informasinya. Label juga harus dengan jelas menyatakan adanya allergen, intoleran, dan kandungan alcohol jika ketiganya terdapat pada bahan pangan yang dipasarkan. 3. Berat bersih Berat bersih harus dicantumkan sesuai dengan satuan yang tepat (dalam volume jika berupa cairan atau satuan massa untuk produk lain) 4. Tanggal kadaluarsa Informasi produk harus menyertakan batas minimum suatu produk masih layak konsumsi jika disimpan dengan benar. Tanggal harus mencantumkan hari, bulan, dan tahun secara berurutan dan dibedakan menjadi “best before” dan “best before end”. Jika produk dalam suatu jangka waktu tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, maka tanggal minimum ketahanan produk diganti menjadi “use by” 5. Kondisi penyimpanan dan syarat pemakaian Harus menjantumkan deskripsi yang spesifik mengenai kondisi penyimpanan jika produk harus disimpan dalam jangka waktu tertentu 6. Negara asal produk dan alamat perusahaan 7. Instruksi pemakaian 8. Informasi nilai gizi Harus mencantumkan informasi mengenai total kalori, lemak total, lemak jenuh, karbohidrat, gula, protein, dan garam. Tidak wajib mencantukman keterangan mengenai: mono-unsaturated, polyunsaturated., polyols, starch, fibre
Sedangkan pada Directive 2000/36/EC, aturan tambahan mengenai labeling kakao dan produk turunanya di negera -negara anggota Uni Eropa termasuk Denmark diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kakao dan produk coklat yang termasuk ke dalam Annex 1 (A) yakni powdered chocolate, chocolate in powder, drinking chocolate, sweetened chocolate, sweetened 18
cocoa powder, chocolate, milk chocolate, family milk chocolate, chocolate a la taza, chocolate familiar a la taza harus mencantumkan kandungan kakao kering yang terdapat di dalam produk dengan kalimat “cocoa solids :….% minimum” 2. Untuk produk cocoa powder, cocoa, fat-reduced cocoa, fat-reduced cocoa powder, label harus mengindikasikan kandungan cocoa butter yang digunakan 3. Produk yang dipasarkan sebagai Chocolate harus mengandung tidak kurang dari 43% total dry cocoa solid sekaligus mengandung tidak kurang dari 26% cocoa butter. Untuk milk chocolate, harus mengandung tidak kurang dari 30% total dry cocoa solid dan tidak kurang dari 18% dry milk solid yang diperoleh melalui proses dehidrasi whole milk, semi-or full-skimmed milk, krim, butter. Couverture chocolate harus mengandung tidak kurang dari 16% dry non-fat cocoa solid. 4. Zat-zat tertentu yang dapat dikonsumsi dapat ditambahkan ke dalam produk coklat (milk chocolate, family milk chocolate, white chocolate, chocolate a la taza, chocolate familiar a la taza), namun lemak hewani dan yang bukan merupakan turunan dari susu tidak dapat ditambahkan pada produk. Tepung, granular atau bubuk pati hanya boleh ditambahkan jika sesuai dengan aturan tambahan pada Bagian A (8), (9) dari Directive 2000/36/EC. Jumlah dari zat-zat tambahan tersebut tidak boleh melebihi dari 40% berat total dari produk akhir. Hanya zat perasa yang tidak memiliki kesamaan rasa dengan coklat atau lemak susu yang dapat ditambahkan pada produk cocoa powder, chocolate, milk chocolate, white chocolate, family milk chocolate, chocolate a la taza, chocolate familiar a la taza. Hal-hal diatas harus dicantumkan dalam label packaging atau pre-packaged untuk bahan pangan. Informasi yang disertakan harus mudah untuk dimengerti, mudah terlihat, mudah terbaca, tidak mudah terhapus dan harus menggunakan bahasa resmi dari negara dimana produk dipasarkan, dalam hal ini Bahasa Denmark atau Danish. Adanya sertifikasi keamanan pangan merupakan sebuah informasi yang dapat menambah nilai produk yang dipasarkan. Sistem managemen keamanan pangan yang penting di Eropa antara lain British Retail Consortium (BRC), International Food Standard (IFS), Food Safety System Certification 22000 (FSSC 22000) dan Safe Quality Food Program (SQF). Keempatnya dikenal oleh the Global Food Safety Initiative (GFSI), sehingga adanya sertifikasi dari keempatnya dapat mempermudah diterimanya produk oleh retail-retail besar di Eropa. Selain itu jika memiliki 19
Sustainability Certificate maka akan dapat memudahkan diterimanya produk di Eropa. Beberapa negara eropa barat memiliki persyartan sustainability bagi supliermya. Hal ini menyangkut tidak memperkerjakan pekerja di bawah umur, isu deforestasi, lingkungan kerja yang sehat serta penggunaan pestisida. Jika kakao diproduksi secara organic, maka label organic harus mengacu kepada Regulation EC 834/2007. Selain peraturan mengenai kandungan bahan pangan, peraturan mengenai bahan pengemas juga harus diperhatikan. Peraturan ini dapat dilihat pada European Parliament and Council Regulation 1935/2004 tentang kemasan yang memiliki kontak langsung dengan produk pangan.
2.4 Saluran Distribusi Kakao dan Produk Turunannya di Denmark Saluran distribusi kakao dan produk turunanya di Denmark mengikuti pola seperti yang terlihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Saluran Distribusi Kakao dan Produk Turunanya di Denmark
Saat ini grinding dan proses pengolahan biji kakao lebih banyak dilakukan di negara asal. Untuk memastikan keberlangsungan suplai, grinder berupaya untuk mendapatkan kontrol terhadap rantai suplai dengan jalan melakukan integrasi bisnis antara upstream dan downstream, secara bertahap mengambil alih pasokan biji kakao dari para produsen dan produksi coklat cair. Saat ini permintaan untuk specialty dan fine flavour kokoa meningkat pesat, salah satu cara untuk dapat masuk ke pasar produk ini adalah melalui perdagangan langsung (direct trade) dengan saluran distribusi pasar specialty chocolate. Terdapat beberapa saluran distribusi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan ekspor kakao ke pasar Eropa dan Denmark khususnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Pemilihan saluran distribusi awal berbeda-beda antara satu produsen dengan produsen lainnya 20
berdasarkan jenis perusahaan, sifat dari produk yang diproduksi, target pasar and sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Produsen kakao yang bersifat perseorangan secara umum akan menjual biji kakaonya ke pengepul atau local trader yang nantinya menjual biji kakao ke exportir. Sedangkan podusen kakao yang tergabung di dalam kooperasi sebagian besar menjual biji kakao mereka secara langsung ke eksportir, sehingga tahapan local trader dilewati pada saluran distribusi diatas. Dalam hal ini kooperasi mengkoordinasikan aktivitas ekspor dari para produsen. Eksportir kemudian menjualnya ke pedagang internasional atau importir atau grinder yang berasal dari Eropa. Beberapa multinasional trader tidak hanya berperan sebagai eksportir namun juga merangkap sebagai importir, contohnya OLAM, Transmar, Mondelez dan Barry Callebaut. Eksportir dapat juga merangkap menjadi grinder yang mengolah biji kakao hingga memenuhi strandar keamanan produk pangan Eropa. Masuknya kakao ke pasar Eropa umumnya diorganisir oleh trader besar yang membeli biji kakao secara langsung ke produsen atau eksportir. Multinasional trader sebagian besar juga melalukan proses pengolahan biji kakao. Trader bisa menjual kakao secara langsung ke pasar domestic atau melakukan re-ekspor ke negara eropa lainnya. Grinder dpat membeli biji kakao secara langsung ke produsen atau melalui trader and memprosesnya menjadi cocoa powder atau cocoa butter dan mendistribusikan produk-produk tururnan ini ke industry coklat. Beberapa grinder juga memproduksi produk akhir yang langsung di distribusikan ke retailer atau sector usaha makanan lainnya. Industri coklat berskala besar umumnya memilliki buyer yang berlokasi di negara-negara penghasil coklat atau bekerjasama dengan perusahaan komoditas untuk melakukan pembelian biji kakao dari produsen dan harus mengikuti standar yang ditetapkan oleh industry coklat rekanan. Sistem rantai suplai dari industry kakao bersifat consumer and industry driven, sehingga produsen atau petani kakao terisolasi dari konsumen akhir dan tidak memiliki kontrol terhadap produk akhir. Toms merupakan salah satu perusahaan konfeksioneri terbesar di Denmark yang mendominasi pasar dengan market share sebesar 31% diikuti oleh Mondelez Denmark dengan market share sebesar 15% di tahun 2015. Beberapa merek coklat yang berasal dari Toms antara lain Anton Berg, Toms, Guld. Coklat-coklat yang diproduksi oleh konfeksioneri besar disalurkan ke konsumen melalui jaringan supermarket yang berada di Denmark.
21
Supermarket-supermarket ini berada dibawah beberapa perusahaan induk, yang terbesar adalah Coop, Dansk Supermarked, dan Dagrofa. Selain Toms, terdapat banyak konfeksionari lain dengan produk yang lebih spesifik seperti coklat organik. Summerbird merupakan salah satu pemain di segmen khusus ini.
2.5 Hambatan 2.5.1 Peraturan yang Semakin Ketat Untuk melakukan impor ke Denmark yang juga merupakan bagian dari Uni Eropa maka seluruh regulasi impor ekspor yang ditetapkan oleh Uni Eropa, regulasi keamanan produk pangan, higienitas dan aturan spesifik seperti ambang batas kontaminan, labeling, jaminan mutu dan kemasan harus dipenuhi untuk mencegah adanya penarikan produk yang diekspor ke Denmark. Selain itu Denmark juga memiliki aturan mengenai kontrol produk yang dijalankan oleh Danish Veterinary and Food Administration dimana produsen harus mampu menjaga konsistensi standar produk pangan yang dipasarkan ke Denmark.
2.5.2 Kualitas Produk Konsistensi kualitas produk dan jumlah suplai yang juga konsisten merupakan salah satu pertimbangan dari pembeli terutama pembeli skala kecil yang memilih direct trade dibandingkan membeli melalui importir besar. Direct trade memudahkan konsumen untuk berpidah dari satu produsen ke produsen lain jika produk tidak memenuhi standar yang diinginkan oleh pembeli.
2.5.3 Biaya Pengapalan (Shipping Cost) Jarak yang cukup jauh antara Indonesia dan Denmark menjadikan biaya pengapalan produk menjadi sangat besar. Hal ini menjadi salah satu faktor sedikitnya impor kakao dan produk turunannya oleh Denmark dari Indonesia, sebab tingginya shipping cost akan berpengaruh terhadap harga dari produk yang dipasarkan nantinya.
2.5.4 Sertifikasi Lokal Tekanan dari konsumen menjadikan para pembeli kakao dari Eropa sangat memperhatikan asal dari biji kakao yang ada di pasaran, sehingga produsen kakao dari berbagai negara
22
berupaya untuk mendaftarkan produknya untuk memperoleh sustainaibility certificate. Selain sustainability certificate, sertifikasi organik oleh badan independent juga diperlukan jika ingin bersaing pada segmen coklat organik. Kedua sertifikasi ini bersifat independen dan memerlukan biaya yang tinggi dan waktu yang tidak singkat untuk memperolehnya.
2.5.6 Pajak Denmark merupakan slah satu negara dengan tarif pajak yang tinggi. Nilai standar VAT untuk produk import di Denmark adalah 25%. VAT dikalkulasikan berdasarkan nilai dari barang yang diekspor, biaya asuransi shipping cost dan biaya pengiriman serta import duty. Selain pajak impor yang cukup tinggi produk coklat di Denmark juga dikenakan pajak. Pada tahun 2015 nilai pajak untuk coklat dan permen meningkat dari DKK 24.61 menjadi DKK 25.97 per kilogram.
23
BAB III PELUANG DAN STRATEGI 3.1 Peluang Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Denmark berlangsung sejak 65 tahun yang lalu. Kedua negara menjalan kerjasama di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor perdagangan. Nilai ekspor Indonesia ke Denmark pada tahun 2015 mencapai 248.88 juta USD. Adapun potensi ekspor kakao dan produk turunannya ke Denmark sangat terbuka mengingat Indonesia hanya mengimpor HS 1805 dan HS 1806 dalam kurun waktu 2011 hingga 2015. The International Cocoa Organisation (ICCO) mencantumkan Indonesia sebagai produsen fine flavour cocoa bersama 17 negara lainnya. Dalam daftar ini hanya Indonesia yang merupakan negara ASEAN. Negara-negara lain yang termasuk di dalam daftar tersebut adalah negara-negara dari Amerika Latin. Hal ini merupakan sebuah keuntungan sehingga produsen memiliki kepercayaan lebih terhadap kakao dan produk turunannya yang berasal dari Indonesia. Selain Indonesia, salah satu negara di ASEAN yang saat ini sedang berkembang industri kakao dan produk turunannya adalah Vietnam. Pemerintah Vietnam melakukan investasi dengan peningkatan bantuan teknologi bagi petani kakao untuk meningkatkan produktivitas dan proses pasca panen. Selain itu salah satu perusahaan besar di bidang pengolahan coklat, Cargil juga melakukan investasi transfer teknologi di Vietnam. Mengantisipasi persaingan dengan Vietnam dalam ekspor kakao kedepannya, peningkatan teknologi pengolahan pasca panen di Indonesia wajib dilakukan. Perbandingan nilai ekspor Indonesia dan Vietnam pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Nilai Ekspor Indonesia dan Vietnam Pada Tahun 2014 HS 4 Digit
Indonesia
Vietnam
1801
196.429
6.216
1802
4.232
-
1803
233.729
12
1804
660.784
63
1805
104.239
387
1806
45.053
9.081
24
Catatan: *) Satuan **)
dalam ribu USD
Ranking didasarkan pada nilai pada Tahun 2015
Sumber:
ITC
calculations
based
on
UN
COMTRADE
statistics
(http://www.trademap.org/Country_SelProductCountry_TS.aspx)
Saat ini tren konsumsi produk turunan kakao di Denmark mengarah kepada konsumsi coklat premium, dark chocolate dan juga coklat organik. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi produsen di Indonesia, mengingat nilai impor Denmark terhadap kakao organik meningkat cukup tinggi dan dapat dilihat dari meningkatnya nilai impor dari negara-negara produsen kakao organik seperti Nikaragua dan Peru. Segmen pasar baru ini dilihat dari karakteristik konsumen yang bersedia membayar produk dengan kandungan kakao tinggi sekaligus memiliki sertifikasi sebagai coklat organik. Tren ini dipredikasi akan bertahan lama mengingat adanya tuntutan dari konsumen mengenai transparansi dari produk yang dipasarkan (bean to bars concepts). Selain itu kecenderungan konfeksioneri kecil untuk mencari langsung biji kakao ke negara pengekspor dan tidak melalui eksportir atau grinder internasional dapat menjadi salah satu peluang yang dapat ditelusuri lebih jauh. Hal ini akan menjadikan produksi fine flavour chocolate dari Indonesia menjadi sebuah niche tersendiri di pasar dunia, sebab sebagian besar ekspor coklat yang didominasi oleh negara Afrika seperti Pantai Gading dan Ghana dipasarkan secara bulk dan melalui rantai distribusi yang melibatkan eksportir dan grinder multinasional. 3.2 Strategi Dibutuhkan beberapa strategi untuk meningkatkan nilai ekspor kakao dan produk turunanya ke Denmark, diantaranya: 1. Sosialisai Regulasi Pengenalan terhadap regulasi dari Uni Eropa terkait proses ekspor kakao ke Denmark kepada produsen. Pengetahuan mengenai mekanisme ekspor impor serta sosialisai setiap perubahan aturan yang terjadi di Uni Eropa akan sangat membantu produsen dalam menjaga konsistensi produk agar sesuai standar yang diminta
25
2. Bantuan Sertifikasi Mengingat tren konsumsi coklat yang bergeser di Denmark dan di negara-negara Eropa lainnya maka bantuan untuk mencapai standar dan mampu mendapatkan sertifikasi produk akan sangat mendorong peningkatan ekspor kakao dan produk turunanya ke Denmark. Sertifikasi yang dimaksud adalah sertifikasi organik dan sustainability certificate. Negara-negara Amerika Latin telah bergerak ke arah produksi coklat organik untuk memenuhi permintaan pasar Eropa dan Denmark akan segmen coklat organik. 3. Pameran Dagang Pameran dagang dengan mengundang dan melibatkan produsen maupun kooperasi secara langsung akan memudahkan proses direct trade pada industri ini, sehingga pembeli di pasar Denmark memiliki kesempatan langsung untuk melihat area produksi dan mengenal lebih jauh biji kakao yang dipasarkan dari petani dan kooperasi. Hal ini sejalan dengan adanya konsep bean to bars yang sangat mengandalkan transparansi proses produksi kakao. 4. Bantuan Peningkatan Teknologi Pasca Panen Bantuan teknis untuk membantu pengolahan biji kakao pasca panen merupakan sebuah langkah yang dapat ditempuh seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah Vietnam. Hal ini akan membantu meningkatkan dan menjamin konsistensi mutu produk yang dipasarkan sehingga pembeli akan tetap percaya terhadap kualitas produk dari Indonesia. Selain itu bantuan teknologi pasca panen juga dapat membantu Indonesia memasarkan fine-flavour chocolate yang menjadi segmen market tersendiri yang berbeda dari para dominator di industri kakao.
26
BAB IV INFORMASI PENTING
TPO (Trade Promotion Officer) dan / atau Kedutaan Indonesia di Denmark Kedutaan Besar Republik Indonesia Alamat
: Orehoj Alle 1 2900 Hellerup Copenhagen Denmark
Telp
: +45-3962-4422
Fax
: +45-3962-4483
E-mail
:
[email protected]
Website
: www.kbricph.dk
TPO (Trade Promotion Officer) dan / atau Kedutaan Denmark di Indonesia Embassy of Denmark Alamat
: Menara Rajawali, 25th Floor Jl. DR Ide Anak Agung Gde Agung Kawasan Mega Kuningan 12950
Telp
: +62 21 576 1478
Fax
: +62 21 576 1535
E-mail
:
[email protected]
Website
: http://indonesien.um.dk/
Chamber Of Commerce di Denmark The Danish Chamber of Commerce Alamat
: Boersen, Slotsholmsgade DK-1217 Copenhagen K Denmark
Telp
: +45-3374 6000
Fax
: +45-3374 6080
Email
:
[email protected]
Website
: https://www.danskerhverv.dk
Chamber Of Commerce Denmark di Indonesia European Business Chamber of Commerce in Indonesia (Eurocham) Alamat
: Wisma Metropolitan 1, 13th Floor 31 Jakarta,12920
Telp.
: +62 21 571 0085
Fax
: +62 21 571 2508
Email
:
[email protected]
Website
: http://www.eurocham.or.id/ 27
Jl. Jend Sudirman Kav. 29-
Asosiasi Produk Pangan di Denmark The Danish Food and Drink Federation (DI Fødevarer) Alamat
: H. C. Andersens Boulevard 18, 1553 Copenhagen V
Telp
: +45 33773377
Email
:
[email protected]
Website
: http://foedevarer.di.dk/Pages/Forside.aspx
Organic Denmark Alamat
: Silkeborgvej 260 Åbyhøj 8230
Telp.
: +45 87 32 27 00
Email
:
[email protected]
Website
: http://organicdenmark.dk/
Daftar pameran produk pangan di Denmark Copenhagen Cooking and Food Festival Website: http://www.copenhagencooking.com/
Chocoladefestivalen Website: http://www.chokoladeselskabet.dk/drupal/festival
Daftar Institusi Pemerintah Denmark The Danish AgriFish Agency Alamat
: Nyropsgade 30 DK-1780 København V
Telp.
: +45 3395 8000
E-mail
:
[email protected]
Danish Veterinary and Food Administration Alamat
: Stationsparken 31-33 DK - 2600 Glostrup
Telp.
: +45 72 27 69 00
E-mail
:
[email protected]
28
Daftar importir kakao dan produk turunannya di Denmark a. Nama Perusahaan Alamat
: Lollandsvej 1 DK-5500 Middelfart Denmark
Telp
: +45 63 81 11 10
Email
:
[email protected]
Website
: www.danishgateway.com
b. Nama Perusahaan
c.
d.
e.
: Danish Gateway ApS
: Friis Holm
Alamat
: Ndr Ryevej 80 DK 4060 Kirke Såby
Telp
: +45 28140300
Email
:
[email protected]
Website
: http://www.friis-holm.dk/en/contact/
Nama Perusahaan
: Summerbird
Alamat
: Mandel Alleen 6 5610 Assens
Telp
: +45 63710204
Email
:
Website
: https://summerbird.dk
Nama Perusahaan
: Peter Bier Chocolade
Alamat
: Dam Enge 4-6 Stenlose 3660 Denmark
Telp
: +45 49 17 00 26
Email
:
[email protected]
Website
: http://www.pbchokolade.dk/
Nama Perusahaan
: Simply Chocolate
Alamat
:
Telp
: Immervad 2-8 Århus C Denmark
Email
:
Website
: http://www.simplychocolate.dk/
[email protected]
+ 45 3313 5622.
[email protected]
29