JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 2 Juli 2012
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DEMAM CHIKUNGUNYA TERHADAP PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DEMAM CHIKUNGUNYA DI DESA MULUSAN PALIYAN GUNUNGKIDUL Oleh : Laila Ely, Arita Murwani ABSTRACT Background: Chikungunya Fever is still a public health problem and endemic almost all provinces of Indonesia. Implementation of the 3M Plus is a way of vector control as one of the efforts made to prevent the transmission of chikungunya fever. In order to implement the prevention of fever chikungunya citizens, then citizens should be given education. By extension, expected levels of knowledge, attitudes, and practices to increase citizen and practice the prevention of chikungunya fever. Objective: To determine the effect of health education about chikungunya fever to Knowledge, attitudes, and behavior of families in the prevention of chikungunya fever. Method: This research uses quasi-experimental. Population of this research is 1212 families. The sampling technique with the purposive sampling using the formulas if N (the population) are known and the obtained results of 68 respondents Result: There was the influence of education on chikungunya fever for knowledge, attitudes, and behavior of family to prevent chikungunya fever in the Mulusan Paliyan Gunungkidul with p-value
STIKES Surya Global Yogyakarta
74
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 2 Juli 2012 PENDAHULUAN Distribusi geografis demam chikungunya meliputi daerah tropis termasuk Afrika Barat, Tengah, Selatan serta Asia dan Amerika Serikat.Berbagai wabah demam chikungunya dilaporkan terjadi selama abad ke-20 lalu. Walaupun epidemi penyakit dengan demam, rasa dan nyeri sendi yang menyerupai demam chikungunya telah dilaporkan terjadi sejak 1824 di India dan berbagai tempat lainnya di dunia. Pertama kali demam chikungunya dicatat di Tanzania (1952), Afrika dan Uganda (1963) Data dari Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah menyatakan 17 Kabupaten atau kota masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit deman chikungunya, dimana paling banyak terjadi di Kendal. 17 kabupaten tersebut diantaranya adalah kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal, Grobogan, Kudus, Pekalongan dan Kota Pekalongan. Selain itu juga Banyumas, Banjarnegara, Sragen dan Wonogiri terkena penyakit chikungunya, Dari daerah yang disebukan tersebut, kasus paling tinggi terjadi di Kendal yaitu sebanyak 1.472 kasus. Disusul Banyumas dengan 945 kasus, Kebumen 768, dan Sukoharjo 518 kasus. Total penderita chikungunya di Jawa Tegah tahun 2009 tercatat sebanyak 5.095 orang (Dinkes Jawa tengah, 2009). Di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penuduk yang semakin padat dan memiliki mobilitas penduduk yang cukup tinggi merupakan daerah endemis penyakit chikungunya, Distribusi Kejadian Luar Biasa (KLB) selama dari tahun 2001-2003 terdapat 372 kasus di Yogyakarta. Sedangkan untuk daerah Bantul sendiri terdapat 1.031 kasus deman chikungunya (District Surveillance Officer (DSO) Dinkes Kota Yogyakarta, 2010).
SURYA MEDIKA Data yang diperoleh pada tanggal 17 Februari 2012 didapatkan hasil bahwa demam chikungunya di Kabupaten Gunungkidul sejak tahun 2007 sampai Januari 2012 mengalami peningkatan yang pesat. Namun penyakit ini tidak menimbulkan kematian pada penderitanya dan tidak menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Pada tahun 2007 jumlah kasus 2681 orang, tahun 2008 jumlah kasus 2045 orang, tahun 2009 jumlah kasus 2675 orang, 2010 jumlah kasus 3012 orang, tahun 2011 sampai Januari 2012 jumlah kasus 3529 orang. Data yang terdapat pada profil puskesmas Paliyan Gunungkidul di wilayah kerja puskesmas paliyan yaitu: di desa Karang Asem dari 821 KK yang tergolong keluarga sehat ada 201 KK, desa Mulusan dari 1212 KK yang tergolong keluarga sehat ada 482 KK, desa Muntuk dari 485 KK yang tergolong keluarga sehat 280 KK, desa Pampang dari 674 KK yang tergolong keluarga sehat 400 KK, desa Grogol dari 732 KK yang tergolong keluarga sehat 486 KK, desa Sodo dari 368 . Berdasarkan fenomena tersebut, belum seluruhnya masyarakat desa Mulusan Paliyan Gunungkidul mengetahui tentang penyakit demam chikungunya dan pencegahannya. Diketahuinya Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Demam Chikungunya Terhadap Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Demam Chikungunya Di Desa Mulusan Paliyan Gunungkidul, maka permasalahan yang ditemukan tersebut dapat menjadi sarana informasi yang digunakan sebagai dasar dalam mengatur strategi melaksanankan pencegahan penyakit chikungunya di provinsi Yogyakarta, khususnya gunungkidul. 75
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 2 Juli 2012 TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Mengetahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan tentang demam chikungunya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan demam chikungunya di desa Mulusan Paliyan Gunungkidul. Tujuan Khusus Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang penyakit demam chikungunya dan pencegahannya sebelum dan sesudah penyuluhan Diketahuinya sikap & perilaku keluarga dalam pemcegahan penyakit demam chikungunya sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan di desa Mulusan Paliyan Gunungkidul. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Quasi Eksperiment (eksperimen semu) dengan menggunakan rancangan One Group Pretest- Postest Design (Arikunto, 2006). Rancangan ini juga tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol). POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi pada penelitian ini adalah kepala keluarga di Desa Mulusan Paliyan Gunungkidul yang berdasarkan data kependudukan pada tahun 2011 sampai dengan bulan Februari 2012 populasi general sebanyak 1212 KK. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.Jenis sampel ini dipergunakan dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini sebanyak 68.
SURYA MEDIKA TEKNIK PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Data Primer pengisian kuesioner pengetahuan dan sikap dalam pencegahan demam chikungunya. Sedangkan perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit demam chikungunya diukur dengan menggunakan cek list (observasi), untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit demam chikungunya. Serta data sekunder profil lingkungan di Desa Mulusan Paliyan Gunungkidul dan data sekunder yang berkaitan dengan masalah, landasan teori serta bahan penelitian yang diperoleh melalui artikel, jurnal. INSTRUMEN PENELITIAN Instrument penelitian ini berupa Satuan Acara Penyuluhan (SAP) digunakan untuk melakukan intervensi yaitu memberikan penyuluhan kepada keluarga. Dan kuesioner Pengetahuan keluarga tentang demam chikungunya dan pencegahannya, instrumen pengetahuan keluarga tentang demam chikungunya dan pencegahannya, instrumen sikap keluarga dalam pencegahan demam chikungunya, instrumen perilaku keluarga dalam pencegahan demam chikungunya. ANALISA DATA Setelah semua proses pengolahan data selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisa data dilakukan menggunkan langkah analisis univariat dan analisis bivariate. Analisa univariat meliputi pengetahuan, sikap prilaku & penyuluhan. Serta analisa data bivariate Digunakan terhadap dua variabel yang diduga berpengaruh. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon. Rumus dari Wilcoxon uji statistik yang digunakan 76
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 2 Juli 2012 adalah wilcoxon. Karena skala data untuk pengetahuan sikap dan perilaku adalah ordinal. Dimana syarat digunakannya uji wilcoxon adalah skala datanya ordinal dan yang diukur adalah pre dan post suatu perlakuan tanpa menggunakan kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang deam chikungunya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan demam chikungunya di desa Mulusan Paliyan Gunungkidul. Hasil peneliti menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang demam chikungunya terhadap pengetahuan sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan demam chikungunya di desa mulusan paliyan gunungkidul. Hasil ini didapatkan dari uji statistik dengan menggunakan wilcoxon, dimana nilai Asymp. Sig sebesar 0.000 (nilai p) atau bisa diartikan bahwa nilai p<0.05. Hal ini terlihat bahwa perlaku kepala keluarga yang mendapatkan penyuluhan lebih baik dari perilaku kepala keluarga sebelum mendapatkan penyuluhan. Pengetahuan yang kurang dan sikap yang kurang dari keluarga tentang pencegahan demam chikungunya dapat mengakibatkan perilaku anggota keluarga dalam mencegah terjadinya demam chikungunya menjadi kurang. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku
SURYA MEDIKA (Notoatmodjo, 2003). Menurut Kalvikasari (2009) sikap membuat seseorang untuk mendekat dan menjauhi sesuatu. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada sedikit atau banyaknya pengalaman seseorang. Sikap memiliki segi motivasi yang berarti segi dinamis menuju suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, atau tidak menyukai objek tertentu. Suatu sikap yang dilaksanakan secara nyata disebut tindakan, namun suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, suatu sikap tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan (Notoatmodjo, 2003). Walaupun memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, akan tetapi masih ada keluarga yang kurang memiliki kemauan untuk bertindak dalam hal mencegah terjadinya demam chikungunya. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya faktor – faktor lain seperti faktor fasilitas dan faktor pendukung (support) dari anggota keluarga yang lain. Penyuluhan itu merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada konselingagar mereka memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dengan adanya penyuluhan ini keluarga akan memperoleh pengetahuan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga kearah yang 77
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 2 Juli 2012 baik dalam pencegahan demam chikungunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kalvikasari (2009) yang menyimpulkan bahwa penyuluhan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Masyarakat yang mengerti arti kesehatan akan berfikir
positif misalnya yang berhubungan dengan pencegahan DHF antara lain membuang sampah pada tempatnya, melakukan gerakan 3M Plus, dan tindakan lain yang dapat mencegah demam chikungunya.
Tabel 1 Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Demam Chikungunya Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Kesehatan Tentang Demam Chikungunya Di Desa Mulusan Paliyan Gunungkidul 2012 Pretest No
Pengetahuan
Posttest
Σ
%
Σ
%
1
Baik
13
19,12
37
54,4
2
Cukup
17
25
24
35,3
3
Kurang Total
38
55,88
7
10,3
68
100
68
100
Sumber: Hasil penelitian 2012
Pengetahuan sebelum penyuluhan paling banyak kategori dengan pengetahuan kurang yaitu 38 orang (55,88%). Hal ini disebabkan karena mereka belum paham dengan pencegahan demam chikungunya. Mereka beranggapan bahwa melakukan gerakan “3M Plus” tidak dapat mencegah terjadinya demam chikungunya. Menurut Nasution (cit Indarwati 2009) bahwa lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka pengetahuan akan tinggi juga. Karena ekonomi dan pendidikan mereka rendah sehingga pengetahuannya tentang pencegahan demam chikungunya pun kurang serta kurangnya informasi yang didapatkan tentang pencegahan demam chikungunya. Tujuh belas (25%) responden pengetahuan tentang demam chikungunya dan pencegahan demam chikungunya dengan kategori cukup. Mereka sudah tahu tentang demam chikungunya dan pencegahan demam chikungunya, tetapi mereka belum paham betul bagaimana cara melakukan
3M Plus (Menguras, Mengubur, menutup serta Memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan abate,menggunakan kelambu, serta menggunakan lotion anti nyamuk tiap pagi dan siang) dengan benar dan rutin. Menurut Notoadmodjo (cit Indarwati 2009) meskipun tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu program, akan tetapi kurangnya informasi terhadap suatu program juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya. Tiga belas (19,1%) responden pengetahuannya dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka sudah tahu dan tidak asing dengan demam chikungunya. Mereka mendapat pengetahuan dari berbagai media, seperti media cetak maupun media elektronik. Mereka juga tahu bagaimana cara mencegah demam chikungunya supaya tidak menjangkit mereka, mulai dari melakukan gerakan 3M Plus sampai dengan pengasapan (foging). Menurut Nasution (cit Indarwati 2009) bahwa lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi 78
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 2 Juli 2012 maka pengetahuan akan tinggi juga. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal yang
baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.
Tabel 2 Gambaran Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Demam Chikungunya Sebelum Dan Sesudah Dilakukan PenyuluhanKesehatan Tentang Demam Chikungunya Di Desa Mulusan Paliyan Gunungkidul 2012 No
Sikap
Pretest
Posttest
Σ
%
Σ
%
1
Baik
7
10,29
44
64,7
2
Cukup
44
64,71
23
33,8
3
Kurang Total
17
25
1
1,5
68
100
68
100
Sumber: Hasil penelitian 2012
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap keluarga sebelum dilakukan penyuluhan tentang pencegahan demam chikungunya paling banyak memiliki sikap cukup yaitu 44 orang (64,7%). Sedangkan 7 (10,3%) responden sikapnya dalam pencegahan demam chikungunya sebelum dilakukan penyuluhan kategori baik. Hal ini disebabkan karena mereka mengetahui bahwa demam chikungunya berbahaya dan dapat mengakibatkan ngilu yang hebat pada sendi dan tulang, walaupun tidak menimbulkan kematian. Untuk sebab itu mereka sangat memperhatikan bagaimana cara mencegah demam chikungunya. Mereka tidak mau demam chikungunya menjangjit keluarga
mereka. Menurut Azwar (2008) individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, institusi, lembaga orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta vaktor emosi dalam individu. Sikap akan mudah terbentuk apabila pegalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan atau pengalaman akan lebih mendalam da lebih lama membekas.
Tabel 3 Gambaran Perilaku Keluarga Tentang Pencegahan Demam Chikungunya Sebelum Dan Sesudah DilakukanPenyuluhan Kesehatan Tentang Demam Chikungunya Di Desa MulusanPaliyan Gunungkidul 2012 No
Perilaku
Pretest
Posttest
Σ
%
Σ
%
1
Baik
0
0
7
10,3
2
Cukup
11
16,18
35
51,5
3
Kurang Total
57
83,82
26
38,2
68
100
68
100
Sumber: Hasil penelitian 2012
79
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 2 Juli 2012 Sebanyak 11 (16,2%) responden perilaku dalam pencegahan demam chikungunya di desa Mulusan Paliyan Gunungkidul kategori cukup. Menurut Green (cit Notoatmodjo 2007) bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan salah satu faktor perilaku ditentukan oleh faktor predisposisi yang berupa faktor sosio demografi seperti umur, pendidikan, status sosial dan pekerjaan. Meskipun tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap penerimaan terhadap suatu program juga berpengaruh terhadap tingkat penerimaan. Karena kurangnya informasi tentang pencegahan demam chikungunya maka perilaku merekapun cukup dalam pencegahan tersebut. Sedangkan 57 (83,8%) responden perilakunya dalam pencegahan demam chikungunya sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang demam chikungunya di desa Mulusan Paliyan Gunungkidul kategori Kurang. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang menunjukkan mereka hampir 70% masyarakatnya menguras bak mandi lebih dari 1 minggu sekali, tidak menutup gentong, rumah yang pencahayaannya kurang dan jarang mau meletakkan baju kotor pada tempatnya. Selain itu juga mereka tidak menggunakan bubuk abate saat selesai menguras bak mandi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan tentang demem chikungunya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan demam chikungunya di desa Mulusan Paliyan, dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pengetahuan responden sebelum penyuluhan paling banyak kategori kurang yaitu 38 orang (55,9%). Setelah diberi penyuluhan pengetahuan meningkat yaitu kategori baik sebanyak 37 orang (54,4%),
SURYA MEDIKA Sikap keluarga sebelum diberikan penyuluhan paling banyak memiliki sikap cukup yaitu 44 orang (64,7%). Setelah diberikan penyuluhan terjadi perubahan sikap yaitu lebih banyak sikap baik yakni 44 orang (64,7%), Perilaku keluarga sebelum diberikan penyuluhan paling banyak memiliki perilaku kurang yaitu 57 orang (83,8%). Sedangkan setelah diberikan penyuluhan perilaku yang paling banyak adalah kategori cukup sebanyak 35 orang (51,5%), dan Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang demam chikungunya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan demam chikungunya di desa Mulusan Paliyan Gunungkidul dengan p-value < alpha 0.05. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suhardi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Rineka Citra. Azwar, Saifuddin. 2008. Sikap Manusia Teori & Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dinkes. 2012. Data Kasus Chikungunya di Kabupaten Gunungkidul. Indarwati, Didi. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Demam Chikungunya Dengan Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Chikungunya Di Dusun Bulu Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Yogyakarta. STIKES Surya Global. Kalvikasari. 2009. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan Penyakit DHF Terhadap Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit DHF Di Banjar Taman Sari Tabanan Bali. Yogyakarta: STIKES Global Yogyakarta. Notoatmojo, S.J. 2005. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
80