KAJIAN TINGKAT EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK YANG TERSEDIA PADA PUSAT KOTA-KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN METODE “GOOD PUBLIC SPACE INDEX (GPSI)” Oleh : Hendry Natanael Gumano1), Tomi Eriawan2) dan Hamdi Nur3) 1)
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email :
[email protected] 2) 3) Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email :
[email protected],
[email protected]
Abstrak Efektivitas suatu ruang publik dapat dinilai daripada tingkat pemanfaatan oleh masyarakat pada jenis aktivitas dan interaksi soaial masyarakat didalamnya. Saat ini pada 7 kota di Provinsi Sumatera Barat untuk ruang publik pada pusat kotanya dianggap telah berhasil (efektif), hal ini ditandai dengan adanya para pengguna ruang publik yang berkegiatan didalamnya. Kondisi tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian yaitu, “seberapa besarkah ukuran tingkat keberhasilan pada ruang-ruang publik tersebut ?”. Untuk mengkaji tingkat efektifitas ruang publik menggunakan metode analisis GPSI (Good Public Space Index). Tingkat efektifitas diinterpretasikan menggunakan nilai indeks dari “0 hingga 1”. Hasil analisis yang dilakukan bahwa tingkat efektifitas ruang publik yang paling tinggi dari 7 kota adalah ruang publik Kawasasan Jam Gadang Kota Bukittingi dengan nilai indeks sebesar 0,79, Kota Pariman 0,74, Kota Solok 0,71, Kota Sawahlunto 0,70, Kota Padang Panjang 0,68, Kota Payakumbuh 0,63 dan yang paling rendah adalah ruang publik RTH Imam Bonjol Kota Padang dengan nilai indeks 0,62. Akan tetapi dengan nilai GPSI yang berbeda-beda untuk seluruh ruang publik amatan, tingkat efektiftasnya sudah tergolong tinggi. Tinggi rendah tingkat efektifitas dipengaruhi oleh 6 variabel penilaian pada metode GPSI yaitu variabel intensity of use, intesity of social use, people’s duration of stay, temporal diversity index, variety of use dan diversity of users. Untuk memudahkan penyimpulan hasil analisis GPSI maka diklasifikasikan ke dalam 3 tipologi, yang Tipologi I yaitu pencapaian efektifitas ruang publik berdasarkan variabelnya terindikasi “buruk dan kurang baik”, Tiplogi II yaitu terindikasi “tidak buruk dan baik” serta Tipologi III yaitu terindikasi “lebih baik”. Kata kunci : Ruang Publik, Tingkat Efektifitas, GPSI.
1
STUDY OF PUBLIC SPACE LEVEL EFFECTIVENESS IN THE CENTER OF CITIES IN WEST SUMATRA METHOD BASED ON “GOOD PUBLIC SPACE INDEX (GPSI)”
Oleh : Hendry Natanael Gumano1), Tomi Eriawan2) dan Hamdi Nur3) Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email :
[email protected] 2) 3) Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email :
[email protected],
[email protected]
Abstract The effectiveness of a public space rather than the utilization rate can be assessed by the public on the type of activity and social interaction within the community. Currently on the 7th city in West Sumatra Province for public space in the city centre is considered to have been successful (effective), it is characterized by the presence of the users of public space that is actively taking part in it. The condition then brings up the question of research is, "how big is the size of the success rate at public spaces?". To assess the level of effectiveness of public space analysis method using GPSI (Good Public Space Index). The level of effectiveness of interpreted using the index value from "0 to 1". The results of the analysis that was done that, the level of effectiveness of the public space are the highest of the 7th cities is a public space area Bukittingi City Clock Tower with a score of 0.79, 0.74 Pariman City, Solok 0.71, Sawahlunto 0.70, Padang Panjang 0.68, Payakumbuh 0.63 and the lowest is a public space RTH Imam Bonjol Padang city with an index value of 0.62. However, with values varying GPSI for the entire public space observations, the effectiveness level already belongs to high. High low level of effectiveness is influenced by six variables GPSI assessment on the method of variable intensity of use, intesity of social use, people's duration of stay, temporal diversity index, variety of use and diversity of users. To facilitate the conclusion of the analysis results GPSI then classified into three typologies, the typology I, namely the achievement of the effectiveness of public space based on the variables indicated "poor and less well", Tiplogi II that indicated "not bad and good" and Typology III is indicated by "better" , Word key : Public space, The level of effectiveness, GPSI
2
tersebut dianggap telah berhasil yang ditandai
PENDAHULUAN Keberadaan ruang publik sebagai ruang
dengan banyak dan adanya aktivitas masyarakat
kota adalah suatu bagian yang tidak bisa dapat
sebagai pengguna ruang publik diadalmnya
terlepas dari suatu kota. Menurut Siahaan
terutama untuk ruang publik yang berlokasi
(dalam Buletin Tata Ruang Edisi Juli-Agustus:
pada pusat kota-kota tersebut yang kondisinya
2010), karakteristik ruang publik sebagai
sekitarnya mempunyai intensitas kegiatan yang
tempat
tinggi .
interaksi
masyarakat
yang
sangat
penting dalam menjaga dan meningkatkan
Mengacu pada kondisi tersebut, pada skala
kualitas kawasan perkotaan dan yang secara
provinsi saat ini belum ada suatu informasi
spasial didefenisikan sebagai tempat dimana
terukur yang menggambarkan keberhasilan atau
setiap orang memiliki hak untuk memasukinya
keefektifan suatu ruang publik pada setiap kota
tanpa harus membayar uang masuk atau uang
dalam mewadahi terjadinya interaksi sosial bagi
lainya. Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007
masyarakat yang ada didalamnya dari 7
tentang Penataan Ruang, ruang publik dapat
administrasi kota tersebut, sebab menurut
berupa ruang terbuka hijau (RTH) serta ruang
anggapan bahwa suatu ruang publik sebagai
terbuka non hijau (RTNH) publik yang secara
suatu tolak ukur peringkat kualitas kawasan
institusional harus disediakan oleh pemerintah
perkotaan.
di dalam dalam peruntukkan lahan di kota-kota
Berhubungan dengan pengertian, dan juga
di Indonesia. Selanjutnya, suatu ruang publik
sifat ruang publik tersebut, maka terdapat
yang baik dapat diihat dari tingkat pemanfaatan
sebuah metode yang dapat menjadi alat untuk
oleh masyarakat baik dari jenis aktivitas
mengukur tingkat keberhasilan ruang publik
maupun
publik
dengan menggunakan aktivitas soisla serta
tersebut. Sebab tanpa adanya aktivitas dan
karakteristik pengguna ruang publik sebagai
interaksi sosial didalamnya maka, suatu ruang
pendekatan analisisnya yaitu metode “Good
publik publik telah gagal mengemban misinya
Public Space Index (GPSI)”.
jumlah
pengguna
ruang
(Siahaan, 2010).
Kemudian, rumusan permsalahan yang
Untuk Provinsi Sumatera Barat sendiri,
timbul adalah seberapa bessarkah tingkat
khususnya pada 7 (tujuh) daerah adminitrasi
keberhasilan ruang publik pada pusat kota-kota
kota
di
(Kota
Bukittinggi,
Padang,
Padang
Provinsi
Sumatera
Barat
dengan
Panjang, Pariaman, Payakumbuh, Solok dan
menggunakan metode GPSI. Sehingga dapat
Swahlunto) telah banyak ditemukan ruang-
diketahui
bahwa
ruang publik yang disediakan sejalan dengan
penelitian
ini
digenjotnya pembangunan sarana dan prasarana
mengukur tingkat efektifitas ruang publik yang
perkotaan
tersedia pada pusat kota-kota di Provinsi
lainnya.
Pada
hasil
observasi
pendahuluan, untuk seluruh ruang-ruang publik
tujuan
yaitu
utama
daripada
mengeksplorasi
dan
Sumatera Barat berdasarkan metode GPSI.
3
STUDI LITERATUR
kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan
Efektifitas
bebas tanpa ada diskriminasi (Dermawan,
Kata efektif berasal dari kata efektif yang secara umum mengandung pengertian dapat dicapainya
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang
ditetapkan
publik adalah sebuah ruang yang menjadi
sebelumnya. Menurut Kamus Besar Bahasa
wadah untuk interaksi sosial masyarakat, ruang
Indonesia (KBBI), kata efektif mengandung arti
bagi semua bagian masyarakat untuk bertemu
keberhasilan/ dapat membawa hasil/ berguna.
dan berinteraksi yang mampu menampung
Efektifitas merupakan hubungan yang erat
kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan
antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
aktifitas yang dapat diakses secara bebas tanpa
telah dicapai. Efektifitas dapat dilihat dari
adanya
berbagai sudut pandang dan dapat dinilai
apapun. Dalam skala perkotaan juga ruang
dengan berbagai cara.
ppublik adalah suatu bagian yang wajib
Ruang Publik
disediakan demi mejaga dan meningkatkan
tujuan
keberjhassilan
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas
dalam
mencapai
suatu
2003).
yang
telah
Menurut Siahaan (2010) ruang publik dapat diartikan sebagai ruang bagi diskusi yang terbuka bagi semua orang. Menurut Dermawan
diskriminasi
dan
pungutan
biaya
kualitas kawasan perkotaan. Good Public Space Index (GPSI) Metode Good Public Space Index (GPSI)
(2003) defenisi ruang publik yaitu sebagai suatu
adalah
elemen kota yang dapat memberi karater
bagaimana suatu ruang publik bermakna bagi
tersendiri dan pada umumnya memiliki fungsi
masyarakat dengan mempergunakan aktivitas
ruang interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan
sosial serta karakteristik pengguna ruang luar
ekonomi rakyat, dan tempat apresiasi budaya.
sebagai pendekatan (Perlindungan, Johannes:
Ruang publik ditandai oleh 3 hal yaitu
2013).
responsif, demokratis dan bermakna. Responsif
dinyatakan dalam tingkatan nilai indeks antara
dalam arti ruang publik adalah ruang yang
0 (terendah) sampai 1 (tertinggi).
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan
sebuah metode
yang
menjelaskan
Pada Metode ini, tingkat efektifitas
Adapun
beberpa
variabel
penilaian
kepentingan luas. Bermakna, artinya suatu
daripada metode GPSI yaitu Intensity of Use
ruang publik dapat memberikan makna atau arti
(IU), Intensity of Social Use (ISU), People’s
bagi masyarakat setempat secara individual
Diuration of Stay (PDS),tempral Diversity of
maupun kelompok. Responsif, artinya tanggap
Use, Variety of Use dan Diversity of Users.
terhadap semua keinginan pengguna dap dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut. Demokratis memiliki arti bahwa suatu ruang publik dapat menerima
METODE PENELITIAN Selain
daripada
metode
GPSI
yang
menjadi alat analisis utama, pada penelitian ini
4
juga menggunakan cara-cara lain baik dari segi
Kota
pengumpulan data hingga pada penyajian data msialnya denga teknologi GIS (Geographic Information System) dan lainnya. Mengidentifikasi dengan metode deskriptif kawasan ruang publik yang akan menjadi objek
Luas (m2)
Ruang Publik
Pariaman
Taman Lapangan Merdeka
3.321,06
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
2.607,51
Sawahlunto
Lapanagan Segitiga
2.474,15
Solok
Taman Kota Solok
6.435,15
amatan/ studi berdasarkan kesamaan sifat letak dan
karakteristik
pemanfaatan
ruang
disekitarnya di 7 pusat kota-kota Provinsi
Untuk sebarannya dapat dilihat pada peta sebaran objek ruang publik amatan berikut ini.
Sumatera Barat. Pada bagian ini akan dijelaskan serta diuraikan beberap kesamaan sifat dari pada kawasan ruang publik yang akan menjadi fokus amatan di 7 kota tersebut sehingga bisa logis dalam penilaian tingkat efektifitasnya. Pada pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dilapangan dengan membawa form survei yang telah disediakan sebelumnya. Untuk item-item yang disurvei
Gambar 2. Sebaran Ruang Publik Amatan
berdasarkan pada 6 variabel penilaian yang termasuk dalam metode GPSI, serta dibantu
Setelah ditetapkanya 7 kawasan ruang
dengan media atau alat survei lainnya misalnya
publik yang akan menjadi fokus amatan, maka
kamera foto ataupun video untuk mendaatkan
langkah
informasi perilaku, aktivitas dan karakteristik
kawasan tersebut dengan bantuan data peta citra
pengguna ruang publik.
atau foto udara kawasan dengan teknik remote
Adapun ruang publik yang dipilih sebagai
selanjutnya
sensing
(penginderaan
adalah
jauh)
memetakan
dalam
hal
obejek amatan adalah 1 objek ruang publik
memudahkan pengambilan data dan juga
terpilih untuk masing-masing kota dengan
pemetaan pola aktivitas pada saat survei
kesamaan penggunaan ruang sekitar yaitu
dilakukan. Kemudian untuk teknik analisis pada GPSI
mayoritas perdagangan dan jasa. Tabel 1. Ruang Publik Amatan Ruang Publik
Luas (m2)
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
7.329,08
Padang
RTH Taman Imam Bonjol
Padang Panjang
Taman Secata
Kota
dengan cara melakukan analisis pada beberapa ke 6variabel penilaiannya. 6 Variabel penilaian GPSI
masing-masing
mempunyai
tingkat
indeks 0 hingga 1. Pada masing-masing
40.630,11
variabel penilaian tersebut, mewakili tingkat
2.720,15
efektifitas ruang publik dengan pandangan atau
5
faktor yang berbeda-beda. Berikut adalah
waktu yang bebas (bisa dikatakan bersifat
penjelasanya.
demokratis).
Variabel Intensity of Use (IU)
Variabel Temporal Diversity of Use
Variabel ini
jumlah
Variabel ini diukur berdasarkan sebaran
orang yang terlibat dalam aktivitas pada ruang
aktivitas yang terjadi pada suatu kurun waktu
luar.
amatan. Variabel
Bila
dijelaskan
oleh
diinterpretasikan
untuk tingkat
ini
diukur
dengan
yaitu
mempergunakan metode Simpson’s Diversity
penggunaan ruang publik oleh pengguna ruang
Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat
(masyarakat) sudah optimum penggunaanya
pencapaian yang semakin baik yaitu pada jenis
dari segi jumlah pengunjung terhadap luas
aktivitas pengguna ruang untuk setiap waktu
ruang publik yang tersedia.
amatan (pagi, siang, sore dan malam) tidak
Variabel Intensity of Social Use (ISU)
adanya dominansi waktu yang berarti pada
pencapaian
yang
Variabel
ini
semakin
baik
dijelaskan
melalui
setiap waktu pun, masih terdapat pengguna
keberadaan kelompok pengguna pada ruang
ruang publik yang beraktivitas pada ruang
luar. Kelompok terjadi saat ada sekurang-
publik tersebut.
kurangnya dua orang terlibat dalam aktivitas
Variabel Variety of Use
yang sama. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian
yang
semakin
baik
yaitu
Variabel ini diukur dari keberagaman aktivitas Simpson’s
Diversity
Index. Bila
penggunaan ruang publiknya menunjukkan
diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang
tingginya interaksi sosial yang terjadi antara
semakin baik yaitu pada jenis atau ragam
pengguna
dapat
aktivitas pengguna ruang publik tidak adanya
dikatakan telah berhasil menjadi tempat yang
dominansi daripada intensitas salah satu jenis
menyediakan wadah atau tempat yang menjaga
aktivitas saja, melainkan merata dan dilakukan
keberlangsungan
dengan intensitas yang sama dan banyak pula.
ruang
publik
interaksi
sehingga
sosial
secara
berkelompok.
Variabel Diversity of Users
Variabel People’s Duration of Stay (PDS) Variabel ini dijelaskan oleh durasi (lama)
Variable ini diukur dari keberagaman karakteristik pengguna ruang luar. Variabel ini
orang melaksanakan aktivitas pada ruang luar.
diukur
Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian
Simpson’s
yang semakin baik yaitu ruang publik tersebut
diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang
telah baik dan menyediakan tempat yang dapat
semakin baik yaitu pada suatu ruang publik
menampung aktivitas pengguna ruang publik
dinilai lebih demokratis karena dapat dinikmati
tanpa
oleh
ada
pengguna
pembatasan ruang
publik
waktu bisa
sehingga melakukan
aktivitas dalam ruang publik dengan durasi
dengan
semua
mempergunakan
Diversity
kalangan
Index.
umur
serta
metode Bila
tidak
menunjukkan adanya dominansi penggunaan ruang publik oleh kalangan tertentu.
6
Kemudian, dari beberpa tingkatan indeks tersebut untuk maksud lebih informatif, maka setiap dikategorikan menjadi 0 – 0,20 (sangat
Variabel People’s Duration of Stay Tabel 4. Hasil Perhitungan Pada Variabel People’s Duration of Stay No.
Kota
Ruang Publik
Indeks
Kategori
rendah), 0,21 – 0,40 (rendah), 0,41 – 0,60
1
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
(sedang), 0,61 – 0,80 (tinggi), 0,81 -1 (sangat
2
Solok
Taman Kota
0,94 Sangat Tinggi
tinggi).
3
Pariaman
Taman Lapangan Merdeka
0,89 Sangat Tinggi
4
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,84 Sangat Tinggi
5
Padang
RTH Taman Imam Bonjol
0,80
Tinggi
6
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
0,80
Tinggi
7
Padang Panjang Taman Secata
0,78
Tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan
beberapa rangkaian
analisis yaitu pada ke 6 variabel penilaian GPSI berdasarkan pada data observasi lapangan, adapun hasilnya adalah sebagai berikut.
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Variabel Temporal Diversity of Use Tabel 5. Hasil Perhitungan Pada Variabel Temporal Diversity of Use
Variabel Intensity of Use (IU)
No.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity of Use No.
Kota
Ruang Publik
Indeks
1 Sangat Tinggi
Kota
Ruang Publik
Indeks Kategori
1
Pariaman
Taman Lapangan Merdeka
0,78
Tinggi
Kategori
2
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
0,78
Tinggi
1
Pariaman
Lapangan Merdeka
0,76
Tinggi
3
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,78
Tinggi
2
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
0,73
Tinggi
4
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
0,77
Tinggi
3
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,71
Tinggi
5
Solok
Taman Kota
0,77
Tinggi
4
Padang Panjang Taman Secata
0,50
Sedang
6
Padang Panjang Taman Secata
0,77
Tinggi
5
Solok
Taman Kota
0,46
Sedang
7
Padang
0,71
Tinggi
6
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
0,28
Rendah
7
Padang
RTH Taman Imam Bonjol
0,09 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Tabel 3. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity of Social Use Kota
Ruang Publik
1
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
2
Padang Panjang Taman Secata
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Variabel Variety of Use Tabel 6. Hasil Perhitungan Pada Variabel Variety of Use
Variabel Intensity of Use (IU)
No.
RTH Taman Imam Bonjol
Indeks
Kategori
No.
Kota
Ruang Publik
Indeks
Kategori
1
Padang
RTH Taman Imam Bojol
0,82 Sangat Tinggi
2
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,79
Tinggi
0,61
Tinggi
3
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
0,76
Tinggi
0,49
Sedang
4
Solok
Taman Kota
0,75
Tinggi
Pariaman
Taman Lapangan Merdeka
0,70
Tinggi
3
Pariaman
Taman Lapangan Merdeka
0,48
Sedang
5
4
Solok
Taman Kota
0,48
Sedang
6
Padang Panjang Taman Secata
0,63
Tinggi
5
Padang
RTH Taman Imam Bonjol
0,41
Sedang
7
Payakumbuh
0,61
Tinggi
6
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
0,39
Rendah
7
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,20 Sangat Rendah
RTH Ratapan Ibu
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Sumber : Hasil Analisis, 2015
7
Variabel Diversity of Users Tabel 7. Hasil Perhitungan Pada Variabel Diversity of Use No.
Kota
Ruang Publik
Indeks
Kategori
Tabel 8. Tingkat Efektifitas Ruang Publik Pada Pusat Kota-kota Di Provinsi Sumatera Barat No.
Kota
Ruang Publik
GPSI
Kategori
1
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
0,79
Tinggi
1
Bukittinggi
Kawasan Jam Gadang
0,89 Sangat Tinggi
2
Pariaman
Lapangan Merdeka
0,74
Tinggi
2
Padang
RTH Taman Imam Bonjol
0,89 Sangat Tinggi
3
Solok
Taman Kota
0,71
Tinggi
3
Padang Panjang Taman Secata
0,89 Sangat Tinggi
4
Padang Panjang
Taman Secata
0,68
Tinggi
4
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
0,89 Sangat Tinggi
5
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,70
Tinggi
5
Solok
Taman Kota
0,87 Sangat Tinggi
6
Payakumbuh
RTH Ratapan Ibu
0,63
Tinggi
6
Sawahlunto
Lapangan Segitiga
0,86 Sangat Tinggi
7
Padang
RTH Imam Bonjol
0,62
Tinggi
7
Pariaman
Taman Lapangan Merdeka
0,85 Sangat Tinggi
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Setelah melakukan penilaian pada setiap ruang publik berdasarkan variabel yang telah penilaiannya, maka pada tahap ini adalah merupakan bagian untuk menilai dan memberi tingkatan yang didapat oleh setiap ruang publik dari
hasil
perhitungan
beberapa
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Kawasan Jam… 0.80 Taman Kota 0.60 Solok 0.40 0.20 Lapangan Segitiga RTH Ratapan…
variabel
sebelumnya dan disebut sebagai tingkat GPSI
RTH Taman Imam… Taman Secata Taman Lapangan…
(tingkat eektifitas ruang publik). Contohnya sebagai berikut (misalnya untuk GPSI Ruang Publik Kawasan jam Gadang Kota Bukittinggi). Diketahui
: Intensity of use Intensity of Social use People's duration of stay Temporal diversity of use Variety of use Diversity of use Ditanya : Nilai Indeks efektifitas ruang publik (GPSI) Kawasan Jam Gadang Penyelesaian : (…Pertama) Total nilai variabel (…Kedua) Nilai GPSI
= = = = = = =
0,73 0,61 1 0,77 0,76 0,89 …?
Untuk
ruang
publik
dengan
tingkat
efektifitas tertinggi yaitu ruang publik kawasan Jam Gadang Kota Bukittinggi, sedangkan yang paling rendah adalah ruang publik RTH Taman Imam Bonjol Kota Padang. Akan tetapi dengan kondisi seperti ini, walaupun terdapat ruang publik dengan tingkat
= ∑ i1,i2,i3…i6 = 4,76 = ∑ i1,i2,i3…i6 6 = 0,79
efektifitas paling tinggi dan paling rendah, bila di kategorikan, untuk seluruh ruang publik yang terseida pada pusat kota-kota di Provinsi Sumatera Barat keseluruhannya efektifitasnya
Dan hasil tingkat efektifitas semua ruang publik amatan adalah sebagai berikut.
sudah termasuk “tinggi”. Tipologi Tingkat Efektifitas ruang Publik Tinggi rendahnya tingkat efektifitas ruang publik, dipengaruhi oleh tinggi rendahnya nilai indeks pada setiap variabel penilaian yang
8
memiliki arti pencapaian masing-masingnya. Sehingga perlu dibuatkannya matriks yang berfungsi untuk memperjelas kedudukan dan posisi
tingkat
efektifitas
ruang
publik
berdasarkan variabel penilainnya. Hasil yang dikemukakan pada matriks ini juga merupakan suatu temuan studi dari penelitian ini yang kemudian akan dirumuskan kedalam tipologi (pengklasifikasian) yang juga dapat membantu dalam hal lebih memudahkan dalam hal merumuskan simpulan capaian daripada ruang publik tersebut dan menetapkan kebijakan atau pun keputusan tentang tindak lanjut terhadap ruang publik yang terdapat pada 7 kota amatan di Provinsi Sumatera Barat tersebut. Dapat diperhatikan pada matriks berikut ini.
9
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
ruang publik amatan, variebel penilaian
Kesimpulan Untuk
Dari pada variabel penilaian pada seluruh
ruang
publik
dengan
tingkat
lebih dominan berada pada tipologi II (dua)
efektifitas tertinggi yaitu ruang publik
kemudian tipologi III (tiga) dan pada urutan
kawasan Jam Gadang Kota Bukittinggi
terakhir yaitu tipologi I (satu).
(0,79), sedangkan yang paling rendah adalah
Variabel penilaian yang berada pada tipologi
ruang publik RTH Taman Imam Bonjol
I (tingkat paling rendah), didominasi oleh
Kota Padang (0,62).
variabel penilaian “intensity of use (IU)”
Walaupun nilai GPSI berbeda akan tetapi untuk keseluruhan ruang publik memiliki tingkat efektifitas yang “tinggi” Tipologi I, merupakan tipe klasifikasi yang menunjukkan pola dan posisi pencapaian efektivitas ruang publik berdasarkan variabel penilaiannya yang mengindikasikan
dan “intensity of social use (ISU)” antara lain sebagai berikut. a. Pada ruang publik RTH Imam Bonjol Kota Padang yaitu variabel “intensity of use (IU)” b. Pada ruang publik Lapangan Segitiga Kota Sawahlunto yaitu variabel “intensity of social use (ISU)”
bahwa tingkat pencapaian efektivitasnya “buruk dan kurang baik” yaitu terletak pada rentan pencapaian indeks dari 0 sampai 0,40 (kategori sangat rendah hingga rendah) .
c. Pada ruang publik RTH Ratapan Ibu Kota Payakumbuh yaitu variabel “intensity of use (IU) dan intensity of social use (ISU)”.
Tipologi II, merupakan tipe klasifikasi yang
Rekomendasi
menunjukkan pola dan posisi pencapaian
Melakukan
efektifitas ruang publik berdasarkan variabel
alternatif
penilaiannya yang mengindikasikan bahwa
dibangun dan dikembangkan pada ruang
tingkat pencapaian efektivitasnya “tidak
publik tersebut. Hal ini lebih difokuskan
buruk dan baik” yaitu terletak pada rentan
pada
pencapaian indeks dari 0,41 sampai 0,80
efektifitas ruang publik yang termasuk pada
(kategori sedang hingga tinggi) .
“Tipologi I”.
Tipologi III, merupakan tipe klasifikasi yang
menunjukkan
pencapaian
pola
efektivitas
dan ruang
revitalisaisi daya
serta
mencari
tarik baru untuk bisa
peningkatan
kualitas
variabel
Melakukan renovasi serta rehabilitasi pada
posisi
ruang publik yang bersangkutan. Hal ini
publik
lebih difokuskan pada perbaikan kualitas
berdasarkan variabel penilaiannya yang
variabel
efektifitas
ruang publik yang
mengindikasikan bahwa tingkat pencapaian
termasuk pada “Tipologi II”.
efektivitasnya “lebih baik” yaitu terletak
Melakukan pemeliharaan berkala dengan
pada rentan pencapaian indeks dari 0,81
maksud untuk mempertahankan kulaitas
sampai 1 (kategori sangat tinggi) .
ruang publik. Hal ini lebih difokuskan pada
10
perbaikan kualitas variabel efektifitas ruang publik yang termasuk pada “Tipologi III”. Perlu dilakukan studi tentang a. “Konsep penataan ruang publik RTH Imam Bonjol Kota Padang dan RTH
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND ._GEOGRAFI/132314541LILI_SOMANTRI/makalah_Guru.pdf (diakses tgl 27 agustus 2015)
Ratapan Ibu Kota Payakumbuh untuk optimasi penggunaan ruangnya”. b. “Kajian alternatif peningkatan kegiatan
Studyanto, A. B. 2009. Ruang Publik. (Online).(http://masanung.staff.uns.ac.id, diakses pada tgl 27 aguastus 2015)
berkelompok pada ruang publik yang tersedia pada pusat kota-kota di Provinsi Sumatera Barat”.
DAFTAR PUSTAKA Aggi, Shalli. 2014. Efektivitas Taman Sriwedari Sebagai Ruang Publik Di Kota Surakarta. Semarang: Jurnal Teknik PWK Universitas Diponegoro.
https://geopustaka.files.wordpress.com/2012/09 /penginderaan_jauhdasar.pdf (diakses pada tanggal 27 agustus 2015) https://id.wikipedia.org/wiki/Penginderaan_jau h (diakses pada tanggal 28 agustus 2015) Rustam hakim, hardi utomo, komponen perancangan arsitektur lansekap (jakarta, 2003) hal 50 = penegertian ruang publik.
Darmawan, Edy. 2007. Peranan Ruang Publik Dalam Perancangan Kota. Seemarang. Pidato Pengukuhan Guru Besar ilmu Arsitektur Universitas Diponegoro. Indriani, Yuvita. Tingkat Keberhasilan Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta Sebagai Ruang Publik. Yogyakarta. Jurnal teknik PWK Universitas Gadjah Mada. Parlindungan, Johannes. 2013. Good Public Space Index Teori dan Metode. Malang. Research Center of Public Space Universitas Brawijaya. Perda RTRW Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat Siahaan, James. 2010. Ruang Publik : Antara Harapan dan kenyataan. Buletin Tata Ruang, Edisi juli – Agustus 2010.
11