ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah63
PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN JUS MENTIMUN (Cucumis sativus Linn) DI PUSKESMAS DENGGEN KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh: Iswidhani, Suhaema Fifi Luthfiyah Muhammad Alfin Nusfi Al-Khair Poltekes Kemenkes Mataram Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Tekanan Darah Sampel Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus Linn) Di Puskesmas Denggen Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Desain jenis penelitian pre-eksprimental menggunakan pre and post-test one group design dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang. Data yang dikumpulkan berupa data identitas sampel yang meliputi umur pasien secara keseluruhan di atas 50 tahun, jenis kelamin pasien terdiri dari 9 perempuan dan 1 laki-laki. Data berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi pasien, serta data hasil pemeriksaan tekanan darah baik tekanan darah sistole maupun tekanan darah diastole sebelum dan setelah perlakuan dengan rata-rata pemberian jus mentimun sebanyak 600 gram dengan frekensi dua kali perhari selama tiga hari perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan penurunan tekanan darah sistole sebanyak 9 mmHg (p=0,01) dan tekanan darah diastole sebanyak 4 mmHg (p=0,037). Kesimpulan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistole maupun tekanan darah diastole sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun. Kata Kunci : Jus Mentimun, Hipertensi, Penurunan Tekanan Darah. PENDAHULUAN Hipertensi merupakan faktor risiko utama dari perkembangan (penyebab) penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent diseases karena tidak terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar. Hipertensi lebih tepat disebut sebagai heterogenus group of diseases dari pada single diseases. Hal ini disebabkan kompleksnya faktor-faktor pemicunya (Purwati S. 2003). Di Indonesia hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Monitoring Trends and Determaints of Cardiovascular Desease (MONICA) Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Sementara untuk daerah rural (Sukabumi), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
menemukan prevalensi hipertensi sebesar 38,7%. Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20 – 35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi (Ekowati R, 2009). Upaya penanggulangan hipertensi yaitu disamping obat juga dengan diit, khususnya Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dan diet rendah garam. Untuk membantu mangatasi hipertensi, sebenarnya dapat dilakukan dengan memberikan makanan tinggi kalium rendah natrium. Pemberian makanan tinggi kalium kepada pasien hipertensi dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah (Karyadi, 1998). Bahan makanan yang mengandung tinggi kalium rendah natrium adalah mentimun (Cucumis sativus Linn). Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
64 Media Bina Ilmiah
(Cucurbitaceae) dann merupakan urutan keempat jenis sayuran komersial yang dihasilkan di Indonesia setelah cabai (lombok), kacang panjang, dan bawang merah. Selain memiliki kandungan kalium, mentimun juga memiliki nilai ekonomi yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh ole semua lapisan masyarakat. Disamping itu mentimun sangat mudah tumbuh, tidak mengenal musim dan mudah diperoleh di pasaran (Rukmana R, 1994). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniati, 2000 terhadap sampel hipertensi rawat inap yang mendapatkan obat antihipertensi di RSUD Mataram yang menggunakan mentimun sebagai intervensi dalam penurunan tekanan darah dilaporkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan. Pasien hipertensi dengan tekanan darah 180/130 mmHg dan 160/100 mmHg rata-rata rata mengalami penurunan menjadi 140/100 mmHg dan 130/90 dengan konsumsi ratarata rata mentimun sebanyak 600 gram perhari. Sedangkan dalam penelitian Fauziah R.M. 2010 dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2010 mengenai pemanfaatan mentimun (Cucumis sativus Linn) terhadap penurunan tekanan darah yang dilakukan selama tujuh hari dengan frekuensi konsumsi dua kali sehari terhadap pasien hipertensi rawat jalan, dilaporkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi jus mentimun de dengan menghentikan konsumsi obat antihipertensi selama perlakuan. Sampel hipertensi dengan tekanan darah 160/100 mmHg mengalami penurunan tekanan darah menjadi 130/80 mmHg. Berdasarkan pemaparan di atas tentang mentimun untuk penurunan tekanan darah dan dari dar penelitian-penelitian penelitian yang mendukung, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan tekanan darah pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian jus mentimun (Cucumis sativus Linn) di Puskesmas Denggen Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan desain jenis penelitian pre-eksprimental eksprimental menggunakan pre and post-test test one group design. Pre eksprimental adalah jenis eksprimen yang paling sederhana karena objek penelitian tidak memiliki kelompok _____________________________________________ Volume 8, No. 1, Februari 2014
ISSN No. 1978-3787 1978
kontrol atau “single group expriment”.Pre and post test one group design ciri-cirinya adalah adanya kasus tunggal yang diamati pada dua waktu yang berbeda yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (Pratiknya, A.W. 2007). Data yang dikumpulkan berupa data da primer diantaranya : 1. Data identitas sampel yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan diperoleh melalui wawancara. 2. Data berat badan sampel diperoleh melalui penimbangan. 3. Data tinggi badan sampel diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan gunakan microtoise. 4. Data hasil pemeriksaan tekanan darah baik sistole mapun diastole diperoleh melalui pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan dengan bantuan enumerator. HASIL PENELITIAN Hasil yang didapatkan pada perhitungan besar sampel berbeda yakni seharusnya sebanyak 15 sampel, hal ini disebabkan karena sampel memiliki hasil pengukuran tekanan darah normal atau berada diluar kriteria yang telah. Berikut adalah tabel distribusi identitas sampel hipertensi di Puskesmas Denggen. Tabel 1. Distribusi Identitas entitas Sampel Hipertensi di Puskesmas Denggen Tahun 2011.
Jenis Kelamin Sampel,, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2012, pasien hipertensi yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 9 orang berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 1 orang berjenis kelamin laki-laki. laki Umur Sampel, tabel distribusi identitas sampel di atas rata-rataa semua pasien hipertensi http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
yang dijadikan sampel memiliki umur di atas 50 tahun. Semakin meningkat umur seseorang maka semakin tinggi risiko hipertensi (Rahajeng E, 2007). Pendidikan sampel, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sampel tidak bersekolah yaitu sebanyak 50% (5 orang) dan SD sebesar 40% (4 orang), sedangkan sisanya 10% (1 orang) mempunyai pendidikan SMA. Dalam hal ini tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi bahan makanan. Menurut Rahajeng Ekowati (2007) Pekerjaan Sampel, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sampel dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 50% (5 orang), pekerjaan sebagai petani sebanyak 20% (2 orang) dan pedagang sebanyak 30% (3 orang). Pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga sehingga akan berpengaruh pula pada jumlah dan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi oleh seseorang. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara mengenai kebiasaan makan pasien, diketahui bahwa rata-rata pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak terkontrol (lampiran 5). Sampel memiliki kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hipertensi seperti minum kopi, biskuit, daging kambing dan konsumsi garam yang tinggi (sampel tidak mau makan kalau rasanya kurang asin). Ratarata konsumsi makan perminggu sampel hipertensi yang dikatakan berisiko adalah mengkonsumsi ikan asin 4-5 kali perminggu, konsumsi jerohan 34 kali perminggu, makanan dengan kandungan garam dapur yang tinggi yakni >1,5 gram perhari (termasuk makanan ringan), dan minum kopi lebih dari 1 kali sehari. a.
Pengukuran Antropometri
Sebelum perlakuan,pengukuran antropometri yang meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui status gizi sampel. Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol
Media Bina Ilmiah65
mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi (Basuki,2001).Pengukuran antropometri dilakukan pada saat setelah pemeriksaan tekanan darah awal sebanyak satu kali yakni satu hari sebelum hari pertama pemberian jus mentimun dengan menggunakan timbangan injak secca yang dilakukan oleh peneliti. Setelah selesai perlakuan, berat badan sampel ditimbang kembali. Menurut Ni Ketut Yuniati (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terjadi penurunan berat badan pada masing-masing sampel, penurunan berat badan ini disebabkan karena tingkat konsumsi sampel yang sangat rendah (defisit berat) sehingga hal tersebut secara tidak langsung akan dapat menurunkan berat badan sampel. Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan analisis terhadap tingkat konsumsi sampel namun data konsumsi diperoleh dan dianalisis secara subyektif. b.
Tekanan Darah
Sampel Sebelum Pemberian Jus Mentimun, pengukuran tekanan darah sampel menggunakan alat sfigmomanometer oleh perawat kesehatan Puskesmas Denggen yang sudah profesional dengan satu kali pengukuran. Pengukuran tekanan darah awal sampel dilakukan pada saat sebelum pemberian jus mentimun yakni satu hari sebelum hari pertama pemberian jus mentimun tepatnya pada waktu pagi hari. Kondisi umum sampel pada saat pengukuran tekanan darah adalah dalam kondisi mampu untuk beraktivitas dan tidak dalam kondisi sakit. Sampel Setelah Pemberian Jus Mentimun,sampel diberikan jus mentimun selama tiga hari. Setelah perlakuan selesai dilakukan, tekanan darah masing-masing sampel hipertensi diperiksa kembali untuk melihat perbedaan antara pemeriksaan tekanan darah yang sudah dilakukan sebelum pemberian jus mentimun oleh perawat kesehatan yang sama. c.
Tekanan Sistole
Menurut Hananta (2011), tekanan darah sistole merupakan tekanan darah yang muncul saat bilik-bilik jantung memompa darah yang berada penuh di dalamnya ke seluruh tubuh. Hal ini dapat
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
66 Media Bina Ilmiah
dilihat dari perbedaan rata-rata tekanan darah sistole sebelum perlakuan adalah 156 dan rata-rata tekanan darah sistole setelah perlakuan adalah 147. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan paired t-test pada α=0,05 (95%) diperoleh nilai p (probabilitas) untuk tekanan darah sistolik sampel hipertensi sebelum dan sesudah pemberian jus mentimun adalah 0,01. Dengan angka signifikan 0,01 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian jus mentimun. Penurunan tekanan darah setelah pemberian jus mentimun disebabkan mentimun memiliki kandungan kalium. Dari 600 g mentimun yang diberikan setiap hari diperkirakan kurang lebih sebanyak 732 mg kalium yang dikonsumsi oleh sampel. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mc.Quarrie (2001), ada pengaruh timbal balik dari natrium dan kalium, dimana dengan pemberian kalium yang tinggi akan dapat mempengaruhi keseimbangan natrium dalam tubuh. Menurut penelitian Ni Ketut Yuniati (2000), dalam penelitiannya mengenai gambaran perbedaan pemberian ekstra ketimun terhadap penurunan tekanan darah pada 2 pasien hipertensi yang dirawat inap di RSUD Mataram dijelaskan bahwa terjadi penurunan tekanan darah dari 180/130 mmHg menjadi 140/100 mmHg dengan konsumsi rata-rata mentimun sebanyak 550 gram, dan terjadi penurunan tekanan darah dari 160/100 mmHg menjadi 130/90 mmHg dengan konsumsi rata-rata mentimun sebanyak 675 gram. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2010), bahwa responden yang memanfaatkan mentimum 81 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan dengan responden yang yang tidak memanfaatkan mentimun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemberian jus mentimun. d. Tekanan Darah Diastolik Tekanan darah diastolik adalah angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi.Berdasarkan tabel 15 rata-rata tekanan darah diastolik sebelum perlakuan 82 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah perlakuan 78 mmHg. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pasien hipertensi yang diberikan _____________________________________________ Volume 8, No. 1, Februari 2014
ISSN No. 1978-3787
perlakuan dengan menggunakan jus mentimun dapat menurunkan rata-rata 4 mmHg tekanan darah Dastole. PENUTUP Sesuai dengan tujuan khusus penelitian, maka dapat di tarik suatu kesimpulan, bahwa : 1. Jenis kelamin sampel hipertensi yang dijadikan sampel terdiri dari 9 orang berjenis kelamin perempuan (90%) dan 1 orang berjenis kelamin laki-laki (10%). 2. Umur sampel hipertensi yang dijadikan sampel penelitian rata-rata memiliki umur lebih dari 30 tahun. 3. Sebagian besar sampel tidak bersekolah yaitu sebanyak 50% (5 orang), SD sebesar 40% (4 orang), sedangkan sisanya 10% (1 orang) mempunyai pendidikan SMA. 4. Sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 50% (5 orang), sedangkan sisanya mempunyai pekerjaan sebagai petani sebanyak 20% (2 orang) dan pedagang sebanyak 30% (3 orang). 5. Jumlah jus mentimun yang diberikan adalah 600 gram dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali sehari (pagi jam 09.30 dan sore 05.00) 6. Pemberian jus mentimun pada sampel hipertesi sebagian besar mampu untuk menghabiskan, terkecuali sampel 07 tidak dapat menghabiskan jus mentimun secara penuh dikarenakan tidak terbiasa mengkonsumsi olahan dalam bentuk jus. 7. Ada perbedaan penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian jus mentimun, kecuali pada sampel yang masih mempunyai pola makan yang berisiko saat penelitian berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Basuki, 2001. Hidup dengan Tekanan Darah Tinggi. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hananta,
Yuda dan Freitag, Harry. 2011. DeteksiDini dan Pencegahan Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : Media Pressindo.
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah67
Hasurungan, 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Kota Depok. Jakarta : FKM UI.
Rahajeng Ekowati, 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta.
Karyadi, Darwin. Mineral, Gramedia, Jakarta, 1998.
Rahajeng, Ekowati. 2007. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Murti Yulia, 2005. Pengaruh Hazard Psikososial terhadap Kejadian Hipertensi di Kantor Pusat Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta : Program Pasca Sarjana FKM-UI. Pratiknya, A.W. 2007. Dasar-dasar metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Rajawali Press, Jakarta. Purwati, Susi. 2003. Perencanaan menu untuk penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rukmana Rahmat, 1994. Budidaya Mentimun. Yogyakarta : Kanikus. Setiawan, Zamhir. Karakteristik Sosiodemografi sebagai Faktor Risiko Hipertensi Studi Ekologi di Pulau Jawa Tahun 2004. Jakarta : FKM-UI; 2006. Yuniarti. 2000. Gambaran Perbedaan Pemberian Ekstra Ketimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Sampel Hipertensi yang Di Rawat Inap Di RSUD Mataram.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014