perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Oleh: IKA SETYANINGSIH X7107035
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ika Setyaningsih. PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 47,18 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 33,33%, siklus I nilai rata-rata kelas 70,52 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 71,79% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,54 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 87,18%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ika Setyaningsih. IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Minithesis. Surakarta : Teacher Training and Educational Faculty.Sebelas Maret University. 2011. The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach. Variable as the target of the change of this research in improving the students capability in doing fraction story problem, while the action variable used is Realistic Mathematics Education (RME) approach. This research approach is classroom action research with two cycles. Each cycle is conducted 4 phases: planning, observation action realization and reflection. The subjects of this research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar. Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques of this research are observation , test and documentation. The data was analyzed by using an interactive model with three components; data reduction, data presentation, and conclucion or verification. Conclucion can be drawn based on the result of the research ; Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar. It is proven on the condition before the action where the average grade was 47.18 with the percentage of classical completeness is 33.33%, cycle 1 indicated the averaged grade of class is 70.52 with the classical completeness precentage of 71.79% and cycle II it increased become 81.54 with the classical completeness precentage of 87.18% Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten karanganyar in 2010/2011 academic year.
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi, jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya. ( Anatole France)
Membenci orang lain, sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus. (Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya. ( Penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Ayah dan Ibunda Tercinta Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai mengantarku menjadi seperti sekarang ini. Ayah menjadi inspirator hidupku untuk lebih maju lagi, Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7 Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat, dorongan dan motivasi, semoga silaturahmi kita tetap terjaga
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011 ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Prof.Dr.HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dra. Sularmi, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Hj. Endang Widowati, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Widodo, A.Ma.Pd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Penulis
commitixto user
April 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... iv HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 7 A. Kajian Pustaka .................................................................................. 7 1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan.. ......... 7 2. Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) .. 18 B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 32 C. Kerangka Berfikir ........................................................................... 33 D. Pengajuan Hipotesis Tindakan ....................................................... 34 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 35 A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 35 B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................... 35 C. Bentuk Penelitian ............................................................................ 35 D. Sumber Data ................................................................................... 36 E. Teknik Pengumpulancommit Data ............................................................. 36 to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data ................................................................................. 38 G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 38 H. Prosedur Penelitian ......................................................................... 40 I. Indikator Ketercapaian.................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 46 A. Diskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 46 B. Diskripsi Permasalahan Penelitian ................................................. 47 1. Diskripsi Pra Siklus .............................................................. 47 2. Diskripsi Siklus I .................................................................. 49 3. Diskripsi Siklus II ................................................................. 60 C. Diskripsi Hasil Penelitian ............................................................... 73 D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 75 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................... 78 A. Simpulan......................................................................................... 78 B. Implikasi ......................................................................................... 78 C. Saran ............................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 82 LAMPIRAN ...................................................................................................... 85
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus ............................................................. 47 Tabel 2. Hasil Tes Pra Siklus .............................................................................. 49 Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I................................................ 54 Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I.............................................. 55 Tabel 5. Hasil Evaluasi Nilai Siklus I ................................................................. 57 Tabel 6. Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I ........................................ 59 Tabel 7. Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II .............................................. 66 Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ........................................... 67 Tabel 9. Hasil Evaluasi Nilai Siklus II ................................................................ 69 Tabel 10. Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II ......................................... 71 Tabel 11. Perkembangan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ...................... 76
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................. 34 Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ................................ 40 Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ...................................................... 41 Gambar 4. Grafik Data Nilai Pra Siklus ............................................................. 48 Gambar 5. Grafik Data Nilai Siklus I.................................................................. 57 Gambar 6. Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I........................... 59 Gambar 7. Grafik Data Nilai Siklus II ................................................................ 69 Gambar 8. Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II............................. 72 Gambar 9. Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan siklus II ......... 77
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Waktu Penelitian .............................................................. 85 Lampiran 2. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME ..... 86 Lampiran 3. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME ....... 87 Lampiran 4. Silabus Kelas IV .......................................................................... 89 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 91 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 103 Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ................. 115 Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ............. 119 Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 .................. 122 Lampiran 10. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ............ 126 Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1.............. 129 Lampiran 12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 .......... 133 Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ............... 136 Lampiran 14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ........... 140 Lampiran 15. Tes Pra-Siklus............................................................................. 143 Lampiran 16. LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1......................................... 144 Lampiran 17. LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2......................................... 148 Lampiran 18. LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 ....................................... 152 Lampiran 19. LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 ....................................... 156 Lampiran 20. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus ................................... 160 Lampiran 21. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I ......................................... 162 Lampiran 22. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II ....................................... 164 Lampiran 23. Kisi-Kisi soal ................................................................................ 166 Lampiran 24. Foto Kegiatan Pembelajaran......................................................... 169 Lampiran 25. Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 176
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat, pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan nonformal (masyarakat), pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan informal (keluarga). Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis, sehingga berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat diperlukan. Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi, siswa akan mengalami, menghayati, dan menarik dirinya untuk membelajarkan suatu pelajaran. Hasil belajar yang demikian akan lebih baik, disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan. Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik, apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang abstrak, pola pikir deduktif dan konsisten, juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terbukti dengan banyaknya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika dan pembahasannya. Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar to user Matematika di SD (1994:70), dari Matematika.Menurut GBPPcommit mata pelajaran 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan
berhitung
sebagai
alat
dalam
kehidupan
sehari-hari
serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar yang masih rendah kemampuan berhitungnya. Berbagai persepsi mengenai mata pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di setiap jenjang pendidikan. Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit. Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu ada soal cerita. Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar siswa. Oleh karena itu, maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita. Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya. Fenomena semacam ini terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar, dari hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah. Hal ini teridentifikasi dari tahun– tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah, dan dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 47,18 dan siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 33,33 % dari 39 siswa, jadi 26 siswa atau 66,67% masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan. Menurut hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten, rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan commit tobahasa user soal karena kemampuan bahasa yang disebabkan siswa kurang memahami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah penyelesainya; (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya langsung hitung saja; (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan; (d) kesulitan menyelesaikan soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan senilai juga kurangnya latihan soal; dan (e) guru belum menemukan metode atau pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan menyenangkan bagi siswa. Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya. Salah satu cara untuk membangun motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Metode
atau
pendekatan
pembelajaran
yang
bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan. Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain. Setiap materi mempunyai karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan, guru harus bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Menurut Supinah & Agus D.W (2009:71) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan commit to user matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007:7-3) bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Menurut pendekatan ini kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa, tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata tetapi termasuk hal–hal yang mudah di bayangkan oleh siswa. Siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Selain itu, dalam penerapannya pembelajaran
lain
yang
RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan dianggap
unggul
seperti
pemecahan
masalah,
konstruktivisme, dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan (Suwarsono, 2001: 5-7). RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilisator, motivator, dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
Setiap
siswa
bebas
mengemukakan
dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain. RME sangat membantu siswa untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak. Hal ini membuat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat. Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita. Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam Matematika. Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran commit to user yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya. Salah satu cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME / Realistic Mathematic Education). Sehubungan dengan latar belakang di atas, peniliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan
Soal
Cerita
Pecahan
Melalui
Pendekatan
Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, “Apakah penggunaan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011 ?”
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis. 2. Praktis a. Bagi Kepala Sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya mempraktekkannya. b. Bagi Guru 1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan. 2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. 3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran. c. Bagi Siswa Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. d. Bagi Sekolah Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan a. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata dasar
“mampu”
yang
berarti
bisa
atau
sanggup
(http://www.artikata.com/arti-mampu.php diakses pada 1 Maret 2011). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu.
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan, sedangkan
menurut
Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (http://www.digilib.petra.ac.id diakses pada 4 Januari 2011). Akhmat
Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan
kecakapan. Setiap individu dalam
melakukan suatu
kata
memiliki kecakapan yang berbeda-beda tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com
diakses pada 4 Januari
2011). Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam melakukan suatu tindakan. Kemampuan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu. Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan dsb,
menyempurnakan
menamatkan
(kalimat dsb); (2) menjadikan berakhir; commit to user (http://www.artikata.com/arti-377303-menyelesaikan.php
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 diakses pada 1 Maret 2011). Menyelesaikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang telah dimulainya. Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi suatu persoalan (permasalahan). Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa. Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soalsoal berbentuk cerita (verbal). Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009: 2), soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 : 2), soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dalam hal ini, soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran Matematika. Dalam
soal
cerita
siswa
dituntut
kemampuannya
untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan/kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes soal cerita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Haji dalam Marsudi Raharjo (2009: 2) mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan awal, yaitu kemampuan untuk: 1) menentukan hal yang diketahui dalam soal, 2) menentukan hal yang ditanyakan, 3) membuat model matematikanya, 4) melakukan perhitungan, 5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua. Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009: 2), yaitu: 1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada dalam soal, 2) menuliskan kalimat matematika, 3) menyelesaikan kalimat matematika, dan 4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan. Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009: 3) memberikan petunjuk: 1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut, 2) pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat, 3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut, 4) identifikasikan apa yang hendak dicari, 5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan, dan 6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi. Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi dalam Marsudi Raharjo (2009: 3), bahwa untuk menyelesaikan soal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkahlangkah: 1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat, 2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan, 3) membuat model Matematika dari soal, 4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut, dan 5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak mampu/salah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah. Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya terdahulu atau sebelumnya. b. Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika 1) Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar, merupkan kegiatan untuk mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa baik perubahan dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang berguna bagi dirinya. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007.1.3) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia commit to user turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 terhadap
situasi
tertentu.
Menurut
Oemar
Hamalik
(1999:57)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Suprapto (2003:9) berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa, agar mereka
dapat
belajar
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
minatnya
(http://www.google.co.id/gwt/n?q=pengertian+pembelajaran& hl/frustanti.html diakses pada 5 Januari 2011). Dari pengertian–pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien. 2) Pengertian Matematika Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005:251), Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi. Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi, eksperimen, coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain. Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif (http: //www.google.co.id/ gwt/n?eos r= on & q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011). Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252), Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, commit toadalah user untuk memudahkan berfikir. sedangkan fungsi teoratisnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252), Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas. Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini. Matematika memfokuskan pada teknik pengerjaan tugastugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain. (www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp diakses pada 29 Desember 2010) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda abstrak,
disusun
dengan
menggunakan
bahasa
simbol
untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pembelajaran Matematika Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:21.5) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika itu. Sistem matematika berisikan modelmodel yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola commit to user pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 sistematis,
logis,
kritis
dengan
penuh
kecermatan
(http://
www.google.co.id/ gwt/ n?u=http// www.banjar-.go.id diakses pada 29 Desember 2010). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika. 4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4), pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru. Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika menurut para ahli. Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:1.5) menyatakan, bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : a) Enaktif, b) Ikonik, c) Simbolik. a) Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotakatik) objek. Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata). Dalam tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. b) Ikonik Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginary), gambar atau diagram yang menggambarkan user pada tahap Enaktif kegiatan konkret ataucommit situasi to konkret
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 c) Simbolik Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambanglambang objek tertentu. Anak sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek nyata. Pembelajaran direprentasikan dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang abstrak yang lain. Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks. 5) Hakikat Pecahan a) Pengertian Pecahan Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Pecahan di SD adalah: (1) bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua bagian–bagian yang sama besar (panjang, luas, dan besar), (2) bilangan untuk menyatakan suatu bilangan. Menurut Sukayati (2003:1) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan b bilangan bulat, b tidak sama dengan 0, a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut. Menurut Kennedy dalam Sukayati (2003:1), menyebutkan bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasi–situasi sebagai berikut: (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh/keseluruhan, (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompok– kelompok yang beranggotakan sama banyak/juga menyatakan pembagian, (3) pecahan sebagai perbandingan. Bentuk dari suatu pecahan tidak selalu di notasikan dengan (pecahan biasa), tetapi commit to user dapat dinyatakan pula dengan desimal, persen, dan ada pula pecahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 campuran. Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan biasa. Dari pendapat–pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagianbagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat, b tidak sama dengan 0, a disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut. b) Operasi Hitung Pecahan (1) Penjumlahan Pecahan Contoh : Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter. Marbun meter. Jika kedua
tali tersebut disambung, berapakah panjangnya? Jawab : Panjang tali Abid meter Panjang tali Marbun meter Panjang semua tali adalah meter +
meter = meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah meter Contoh : Adi mempunyai
keju, di beri oleh Nenek
keju Adi sekarang? Jawab: Keju Adi Keju Nenek Total keju Adi adalah + = Jadi total keju Adi adalah Contoh:
commit to user
keju. Berapa jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat kue. Ema membeli
kg gula dan
kg tepung. Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut? Jawab: Berat gula kg Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4, dengan KPK 20 + =
(
) (
)
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh : Ema mempunyai pita sepanjang
meter. Diberi Menik
meter.
Berapa meter pita ema sekarang? Jawab: Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12, dengan KPK 12 +
=
(
)
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat : (a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilang-pembilangnya.
Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan. (b) Pecahan yang penyebutnya berbeda. 1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). 2. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 (2) Pengurangan Pecahan Contoh: Pedagang beras itu mempunyai terjual sebanyak
ton persediaan beras. Dalam sehari telah
ton beras, berapa beras yang belum terjual?
Jawab: ton persediaan beras. Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras,
berapa beras yang belum terjual? -
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh: Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning. Sepanjang meter dicat berwarna hijau. Berapa meter panjang kayu yang dicat kuning? Jawab: Panjangnya kayu
meter,di cat warna hijau meter sisanya kuning.
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2, dengan KPK 10 - =
–
(
)
=
(
)
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh: Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga. Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga. Berapa bagian buah mangga yang masih ada? Jawab: Abid dan Marbun memetik
keranjang, Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga. Berapa bagian buah mangga yang masih ada? commit Penyebut kedua pecahan adalah 6 danto9,user dengan KPK 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 - =
(
) (
)
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang.
Ingat: (a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan. (b) Pecahan yang penyebutnya berbeda. 1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). 2. Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan
pecahan
berpenyebut sama. 2. Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) a. Hakikat Pendekatan Menurut Sanjaya dalam Supinah & Agus D.W (2009:25) pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum (http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses pada 8 Maret 2001). Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditentukan
(http://prari007luck.wordpress.com/2008/10/08/pendekatan-dalampendidikan-luar-sekolah/ diakses pada 8 Maret 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk memaksimalkan hasil pembelajaran, memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. b. Hakikat Realistic Mathematic Education (RME) Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Menurut Supinah & Agus D.W (2009:71) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik lingkungan
sekolah,
keluarga
maupun
masyarakat.
(http://prari007luck.wordpress.com/2008/09/13/pendekatanpembelajaran-matematika-realistik/ diakses pada 8 Maret 2011). Devrim“Uzel and Sevin¸c Mert Uyang”OR (2006) dalam International Journal of Mathematics education: RME theory is a promising direction to improve and enhance learners’ understandings in mathematics (http://m-hikari.com/imf-37-402006/uzel diakses 28 Januari 2011). Teori RME merupakan arah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar di bawah klasemen dalam matematika. Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan secara lebih baik. Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas, dkk. (2007:7-3) Realistic Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institute Freudenthal. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007:7-3) bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Menurut pendekatan ini kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa, tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari–hari. Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata tetapi termasuk hal–hal yang mudah di bayangkan oleh siswa. Selain itu, dalam penerapannya
RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah, konstruktivisme, dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan (Suwarsono, 2001: 5-7). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad (2008:149), matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di Belanda, suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah selesai serta berkaitan dengan dunia siswa
atau realita, menekankan
siswa melakukan reinvention, melalui penyajian situasi masalah dalam konteks. Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata, tetapi penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa; konteks dapat dunia nyata, dunia fantasi, atau dunia matematika formal asalkan nyata dalam alam fikiran siswa. Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika. Blum dan Nissa dalam Sutarto (2010:2) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan : “Real world is the world outside mathematics, such as subject matter other than mathematics, or our daily life and environment”. Dunia nyata adalah segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain Matematika, adalah kehidupan sehari–hari dan lingkungan sekitar kita. Pendekatan
dalam
PMR
bertolak
dari
masalah-masalah
kontektual, siswa aktif, guru berperan sebagai fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa sharing ide-idenya, siswa dengan bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil keputusan tentang ide terbaik untuk mereka. RME has played a role in eliciting and addressing alternative conceptions of learners in this intervention This has been done firstly through the application of the principle of guided reinvention in the design of contextual problems (http://.up.ac.za/dspace/bitstream diakses pada 22 Januari 2011). RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas konsep-konsep alternatif dari siswa. Hal ini telah dilakukan terlebih dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam perancangan masalah kontekstual. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa. Setiap siswa mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika. Setelah siswa terlibat secara bermakna dalam proses belajar, maka proses tersebut dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada proses pembentukan pengetahuan baru tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Peran guru hanya fasilitator belajar. Idealnya, guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan real. Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar, dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa. Pengoptimalan seluruh siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan yang dimunculkan guru dalam kelas, baik respon secara lesan, tertulis atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi. Selain itu untuk mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas Matematika yang kondusif, dalam arti bahwa lingkungan belajar yang mempercakapkan
tentang
Matematika
tersebut
harus
mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing. c. Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Menurut Marpung (2009:2) dalam Fadjar Shadiq (2010:10) Tiga prinsip dasar yang mengawali RME, yaitu : guided reinvention and progressive mathematization, didactical phenomenology, serta self commit to user developed models :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pembelajaran tidak dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya diikuti contoh-contoh, tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau real/nyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat ditemukan sifat, definisi, teorema, ataupun aturan oleh siswa sendiri. 2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan kontribusinya
bagi
perkembangan
Matematika.
Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah, diubah dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba memecahkannya. Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada awal pembelajaran, dimungkinkan banyak/beraneka ragam cara yang digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian, siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan berani berpendapat, karena cara yang digunakan siswa satu dengan yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik. Marpaung dalam Supinah & Agus D.W (2009:37) Dengan memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas, maka akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi berorientasi
pada
guru,
tetapi
diubah
atau
beralih
kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan commit to user berorientasi pada masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun vertikal. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa. Soedjadi dalam Supinah & Agus D.W (2009:74) dalam pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan ”situasi nyata” → ”model dari situasi itu” → ”model kearah formal” → ”pengetahuan formal”. Inilah yang disebut ”bottom up” dan merupakan prinsip RME yang disebut ”Self-delevoped Models” Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah & Agus D.W (2009:75) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai berikut : 1) Prinsip aktivitas, yaitu Matematika adalah aktivitas manusia. Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran Matematika. 2) Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa. 3) Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar Matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal. 4) Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik. 5) Prinsip interaksi, yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan commit to usersuatu masalah kepada yang lain strateginya dalam menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan itu serta menanggapinya. 6) Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika. d. Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (2010:11) karakteristik RME mencakup : 1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka. 2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa. Di sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal siswa. Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa. 3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri dalam proses
Matematika.
Artinya,
siswa
memiliki
kebebasan
untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan oleh guru. 4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran Matematika. Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain, bertanya dan menanggapi pertanyaan, serta mengevaluasi pekerjaan mereka. 5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspek/unit Matematika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah. Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:7-7) adalah sebagai berikut: 1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa. 2) Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya. 3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka temukan. 4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan, baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi. 5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang memang ada hubungannya. 6) Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit. 7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil yang siap pakai. Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan). Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:7-7) Beberapa hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik. 1)
termasuk “cara belajar siswa aktif” karena pembelajaran Matematika dilakukan melalui ”belajar dengan mengerjakan;”
2)
termasuk
pembelajaran
yang
berpusat
pada
siswa
karena
mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 3)
termasuk pembelajaran
dengan penemuan
terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip Matematika; 4)
termasuk
pembelajaran
kontekstual
karena
titik
awal
pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual, yaitu masalah yang diambil dari dunia siswa; 5)
termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan masalah dan diskusi. Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan konsep matematika, melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual). e.
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR) 1) Kelebihan RME a) Pendekatan RME/PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika pada umumnya bagi manusia b) Pendekatan RME/PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa. c) Pendekatan RME/PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah tidak harus tunggal, dan tidak perlu sama antara sesama siswa bahkan dengan gurunyapun. d) Pendekatan RME/PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 sesuatu yang utama. Tanpa kemauan menjalani proses tersebut, pembelajaran tidak akan bermakna. e) RME/PMR
memadukan
kelebihan-kelebihan
dari
berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap “unggul” seperti pendekatan pemecahan masalah, dll. Sedangkan menurut Asep Jihad (2008:150), keuntungan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai berikut: a) Melalui penyajian masalah kontekstual, pemahaman konsep siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek matematika dan memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar. b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka tidak takut belajar matematika. c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya. d) Memberikan
peluang
untuk
mengembangkan
potensi
dan
kemampuan berpikir alternatif. e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda. f) Melalui belajar kelompok, terjadi pertukaran pendapat dan interaksi antar guru-siswa dan antar siswa, saling menghormati pendapat yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa. g) Melalui
matematisasi
vertical,
siswa
dapat
mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin. h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. 2) Kelemahan RME Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (2009:21) kelemahan RME adalah sebagai berikut: a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME commit to user membutuhkan paradigma, yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 sangat mendasar mengenai berbagai hal. Perubahan paradigma ini mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar. b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa. c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan cara penyelesaian tiap soal. d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan. e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias membantu proses berpikir siswa. f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam pembelajaran konvensional. g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara substansial, agar proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME. f. Langkah – Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (2007:7-20) Secara umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Persiapan Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya. 2) Pembukaan Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka commit sendiri. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 3) Proses pembelajaran Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum. 4) Penutup Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk Matematika formal. Sedangkan menurut Nyimas Aisyah, dkk (2007: 7.27), langkahlangkah pembelajaran matematika realistik yaitu : 1) Persiapan a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. 2) Pembukaan a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa. b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. 3) Proses Pembelajaran a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun kelompok. b) Memberi bantuan jika diperlukan. c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja commit tohasil userkerja temannya. mereka dan mengomentari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk menyelesaikan masalah. e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang bersifat umum. 4) Penutup a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah. g. Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME 1) Peran Guru Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa, dalam pendekatan Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka sendiri.
Oleh
karena
itu,
guru
harus
mampu
menciptakan
dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain. Akibatnya guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks, tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah baru dan menantang. Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik dapat dirumuskan sebagai berikut: a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar; b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif; c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi sumbangan pada proses belajarnya; d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia nyata, baik fisik maupun sosial. 2) Peran Siswa Dalam pendekatan Matematika realistik, siswa dipandang sebagai individu commit to userdan pengalaman sebagai hasil (subjek) yang memiliki pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 interaksinya dengan lingkungan. Selanjutnya, dalam pendekatan ini diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah Matematika, siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam bidang matematika. Menurut Hadi dalam Supinah & Agus D.W (2009:76) konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut: a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya; b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri; c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan ; d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam pengalaman yang dimilikinya; e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan Matematika tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya. Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006/ 2007. Memperoleh hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus. Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II Boyolali)”, menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil pembelajaran Matematika. Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul “ Peningkatan Pemahaman Konsep Jaring–Jaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan Colomadu Karanganyar”. Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan pemahaman konsep jaring – jaring bangun ruang.
C.
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan, terbukti dari tes awal yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 47,18 dan siswa yang tuntas hanya 13 atau 33,33% dari 39 siswa. Hal ini masih jauh dari KKM yang ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika mengikuti pelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari–hari. Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata tetapi termasuk hal–hal yang mudah di bayangkan oleh siswa. RME dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. Bertolak dari kerangka berpikir tersebut, maka pembelajaran dengan penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 1 di bawah ini :
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru belum menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education(RME) dan masih menggunakan metode konvensional metode konvensional Dalam pembelajaran guru menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education(RME)
Kemampuan menyelesaikn soal cerita pecahan di kelas IV rendah rendah Siklus I
Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal ceita pecahan. Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten commit to user Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Hj. Endang Widowati, S.Pd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA. Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki hubungan baik dengan Bapak Widodo, A.Ma.Pd selaku guru kelas IVA
di
sekolah tersebut. Kedua, sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan yang masih rendah. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember 2010 hingga April 2011. Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 39 siswa, yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
C.
Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3) penelitian tindakan kelas adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar. 2. Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. 3.
Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Menurut Supardi (2009:127) observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi,
digunakan
untuk
mengamati
pelaksanaan
pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru. Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah siklus penelitian berlangsung. Dalam kegiatan ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar bertindak sebagai pengamat atau observer. Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar (yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7, 9, 11, dan 13. Observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika yang dapat dilihat pada lampiran 8, 10, 12, dan 14. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 2. Tes Sarwiji Suwandi (2009:59) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Dalam penelitian ini, tes diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39. Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat dilihat pada lampiran 16, 17, 18, dan 19. 3. Dokumentasi Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (2010:216) mendifinisikan bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen yang dikumpulkan diantaranya : Silabus Matematika kelas IV (lampiran 4), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV semester II (lampiran 5 dan 6), daftar nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education (lampiran 20, 21, dan 22), dan foto proses pembelajaran (lampiran 24). 4. Wawancara Menurut Lexy J. Moleong (2010:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics Education (RME). Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA SDN 03 Jaten Karanganyar. Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan. Pedoman wawancara terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 F.
Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:64) di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: 1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda, misalnya dat tentang kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. 2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar. Dari data yang diperoleh ldari beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 1. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun 2011 2. Penyajian Data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid. Pada penelitian ini, data yang disajikan berupa
data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun 2011 3. Penarikan Simpulan (Verifikasi) Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dari Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Sajian data
Pengumpulan data
Penarikan simpulan (verivikasi)
Reduksi Data
Gambar 2. Model Analisis Data Kualitatif Miles dan Huberman (2009:20)
H. Prosedur Penelitian Prosedur
atau
langkah-langkah
penelitian
tindakan
kelas
yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut : 1. Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Teknik yang digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara. 2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk segera dipecahkan. 3. Merumuskan
secara
rinci
dan
jelas
masalah-masalah
yang
telah
teridentifikasi. 4. Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic Education (RME/PMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan pecahan. 5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas. 6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun. 7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang juga secara menyeluruh. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan/observasi, dan (4) refleksi. Secara jelas langkah - langkah tersebut commit to user dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 1
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 2
Pelaksanaan
Pengamatan
Dan seterusnya..
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Suharsimi Arikunto dkk. (2009:16)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan identifikasi pada tahap sebalumnya. Tahap ini bersifat diagnostis untuk menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan. Pada commitobservasi/monitoring to user tahap ini juga disusun rencana terhadap perubahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya yaitu : 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika dengan: Standar Kompetensi (SK): Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD): Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Indikator: Kognitif a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana. b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang lebih kompleks. Afektif c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok saat melaksanakan diskusi. d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan soal cerita. Psikomotor e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan. f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan benar. 2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran. 3) Mendesain alat evaluasi meliputi “LKS” (Lembar Kerja Siswa) sebagai alat evaluasi kelompok dan “Tugas” sebagai alat evaluasi individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 b.
Tahap Tindakan Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Rincian dalam tahap meliputi : 1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan membagi siswa secara kelompok. 2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa. Setelah itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing anggota kemudian mengumpulkan data, informasi dan berdiskusi memecahkan persoalan pada LKS.
c.
Tahap Pengamatan/Observasi Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang dilakukan. Pengamatan ini diikuti dengan pencatatan/rekaman yang memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti : 1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan soal cerita pecahan. 2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses pembelajaran berlangsung.
d.
Tahap Evaluasi/Refleksi Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, sebarapa efektif perubahan tersebut, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan. Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti serta tolok ukur putaran selanjutnya. Kelemahan yang timbul pada siklus satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. 2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). 3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan sumber belajar dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b. Tahap Tindakan 1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I. 2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). 3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) . 4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pokok bahasan percahan. c. Tahap Pengamatan/Observasi 1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan soal cerita pecahan. 2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tahap Evaluasi / Refleksi Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education commit to user (RME).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 I.
Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang diperoleh siswa di kelas adalah 60. Capaian target pada siklus pertama 70% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ≥ 60 dan pada siklus kedua 80% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan mendapat nilai ≥ 60. Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar. Sejak awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali pergantian Kepala Sekolah. Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj. Endang Widowati, S.Pd. Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan Solo-Tawangmanggu km 09. Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan. Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4.350 m2 dengan luas bangunan 2082 m2, luas halaman 2000 m2. Bangunan yang ada diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 18 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA botani, 1 laboratorium bahasa, 1 laboratorium komputer, 3 ruang agama, 1 ruang perpustakaan, masjid, 1 aula, 4 rumah penjaga sekolah, 1 ruang UKS, SD Mart, 3 kantin, 4 tempat parkir, kamar mandi guru dan siswa, 1 laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun ruang, macam-macam pengaris, bij albakus, bangun datar, kartu bilangan, kubus satuan, dan masih banyak lagi jenis media lainnya. SD Negeri 03 Jaten Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler. Pada tahun pelajaran 2010 / 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas, salah satunya kelas IV A. Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo, A.Ma.Pd.
B. Diskripsi Permasalahan Penelitian 1. Diskripsi Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti commit to usertujuan untuk mengetahui keadaan melakukan kegiatan survey awal dengan 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan data hasil observasi langsung pada bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Nomor
Interval Nilai
Frekuensi
Prosentase
1
9 – 18
3
7,69%
2
19 – 28
4
10,26%
3
29 – 38
4
10,26%
4
39 – 48
6
15,38%
5
49 – 58
9
23,07%
6
59 – 68
8
20,51%
7
69 – 78
3
7,69%
8
79 – 88
2
5,13%
39
100%
Jumlah
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
10 9 F R E K U E N S I
8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 – 18
19 – 28 29 – 38 39 – 48 49 – 58 59 – 68 69 – 78 79 – 88 INTERVAL NILAI
Grafik 1. Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 26 siswa atau 66,67% memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60. Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Data awal nilai pra siklus siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Tabel 2. Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus Keterangan
Pra Siklus
Nilai terendah
10
Nilai tertinggi
85
Rata-rata nilai
47,18
Siswa belajar tuntas
33,33%
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas diperoleh nilai
rata-rata
kemampuan siswa
menjawab soal
dengan
benar adalah 47,18 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 60 (KKM). Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada materi soal cerita pecahan sebesar 33,33%. Dari hasil analisis tes pra siklus tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, khususnya untuk materi pecahan. Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten masih kurang. 2. Diskripsi Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan 1) Menyusun
Menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan dilaksanakan dalam satu minggu dengan: Standar Kompetensi (SK): Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD): Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan Indikator: Kognitif a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana. b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang lebih kompleks. Afektif c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok saat melaksanakan diskusi. d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan soal cerita. Psikomotor e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan. f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan benar. 2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi 3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok pecahan 4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran. b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit, sesuai dengan RPP yang telah disusun. Langkah kegiatan pembelajaran pada masingcommit berikut: to user masing pertemuan adalah sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan sederhana. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan. Guru menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan. Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic Mathematics Education (RME). Siswa antusias untuk menjawab pertanyaan guru. Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 1. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti, perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas “LKS I” beserta media pembelajaran berupa blok pecahan. Siswa mengerjakan lembar tugas “LKS I” dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan. Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan. Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada LKS I. Guru membagikan soal evaluasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 “Tugas I” kepada masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran. 2) Pertemuan kedua Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan sederhana. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan. Guru menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan pecahan. Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic Mathematics
Education
(RME).
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas “LKS II” beserta media pembelajaran berupa blok pecahan. Siswa mengerjakan lembar tugas “LKS II” dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan. Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. commit tohabis, user guru bersama siswa membahas Setelah waktu yang ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan. Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada “LKS II”. Guru membagikan soal evaluasi “Tugas II” kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran. c. Observasi Observasi
tindakan
dilakukan
oleh
observer
pada
saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. 1) Hasil observasi bagi guru Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran commit to user Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Skor No
Kategori Keterampilan Mengajar
I 1
1. 2.
2
II 3
4
1
Membuka Pelajaran Kejelasan dan sistematika penyampaian materi 3. Pengelolaan kelas 4. Penggunaan Bahasa 5. Ketepatan dan daya tarik media 6. Kemampuan menggunakan pendekatan RME 7. Penggunaan strategi bertanya 8. Pemberian umpan balik 9. Penguasaan bahan ajar 10. Tuntutan pencapaian/ ketercapaian kompetensi siswa. 11. Ketepatan strategi pembelajaran 12. Menutup pelajaran Total skor 28 Rata-rata Skor (Total Skor : 12) 2,3 Nilai rata – rata skor aktivitas guru = 2,4 ( cukup ) Keterangan : 1 = kurang
2 = cukup
3 = baik
2
3
4
31 2,58
4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik, dalam menyampaikan materi cukup jelas, bahasa yang digunakan sudah cukup baik, penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup berjalan dengan baik, sudah menggunakan media yang cukup menarik perhatian siswa, guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik, pemberian umpan balikcommit sudah to cukup user baik, penggunaan strategi belajar
Rata Rata
3 2,5 2 2 3 2 2,5 2 2,5 2 3 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik, rata – rata keterampilan guru pada siklus I ini cukup. 2) Hasil observasi bagi siswa Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Skor No
Uraian Tindakan
I 1
1.
2
II 3
4
1
2
Perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru. 2. Kemauan untuk menerima pelajaran. 3. Keterlibat siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4. Keaktifan siswa dalam memanfaatkan media yang digunakan. 5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. 6. Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. 7. Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok. 8. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran. 9. Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran. 10. Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi. Total skor 27 Rata-rata Skor (Total Skor : 10) 2,7 Nilai rata – rata skor aktivitas belajar siswa = 2,7 ( cukup ) Keterangan : 1 = kurang
2 = cukup commit 3 = baik to user
4 = baik sekali
3
4
Rata Rata
3 3 2,5 2
3 2,5
2,5
3
3
3
28 2,8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan baik, siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah cukup terlibat dalam pembelajaran, siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media pembelajaran, bertanya kepada guru bila ada materi/tugas yang kurang jelas, siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi kelompok, siswa sudah cukup baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran, siswa sudah baik dalam mengerjakan soal evaluasi. Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari pertemuan
pertama,
perhatian
siswa
terhadap
pelajaran
yang
disampaikan guru sudah baik, siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran, siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media, siswa telah bertanya dan mengeluarkan pendapat, siswa cukup bekerjasama dengan teman kelompok, siswa mengerjakan tugas dari guru dengan bersungguh-sungguh, siswa sudah cukup baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran, siswa sudah baik dalam mengerjakan soal evaluasi. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup rendah. 3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Tabel 5. Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase 1
46 – 55
11
28,21%
2
56 – 65
0
0%
3
66 – 75
16
41,03%
4
76 – 85
7
17,94 %
5
86 – 95
5
12,82%
39
100%
Jumlah
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai berikut:
18 16 F 14 R 12 E K 10 U E 8 N 6 S I 4 2 0 46 – 55
56 – 65
66 – 75
76 – 85
86 – 95
INTERVAL NILAI
Grafik 2. Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan commit to user(RME) Pada Siklus I Realistic Mathematics Education
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I, siswa memperoleh nilai 45, 50, dan 55 sebanyak 11
atau
28,21%,
siswa
mendapat
nilai
70
dan
75
sebanyak 16 siswa atau 41,03%, siswa mendapat nilai 80 dan 85 sebanyak 7 siswa atau 17,94%, siswa mendapat nilai 90 dan 95 sebanyak 5 siswa atau 12,82%. d) Refleksi Data
yang
diperoleh
melalui
observasi
dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut: 1) Seluruh
siswa
mengikuti
pembelajaran
matematika.
Hasil
evaluasi rata–rata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1 yaitu 66,67 dan pada pertemuan 2 yaitu 74,36. 2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan 1 siswa yang memperoleh nilai < 60 (KKM) ada 11 siswa atau 28,26% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 28 siswa atau 71, 73%, sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa yang memperoleh nilai < 60 (KKM) ada 10 siswa atau 25,64% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 29 siswa atau 74,35%. Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus I yaitu 70,52 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71, 79%. 3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap kelompok. 4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan,
dan
membimbing
kegiatan
siswa
dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya, bagus, pintar, benar, atau lanjutkan. Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini: Tabel 6. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten Keterangan
Pra Siklus
Siklus I
Nilai terendah
10
45
Nilai tertinggi
85
95
Rata-rata nilai
47,18
70,52
33,33%
71,79%
Ketuntasan Klasikal
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai berikut
:
100 F R E K U E N S I N I L A I
90 80 70 60
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
40
Nilai Rata-Rata
30
ketuntasan
20 10 0 Pra Siklus
Siklus I
Grafik 3. Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV SDN to 03user Jaten commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 38,46% dengan nilai batas tuntas 60 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 71,79%, yang semula pada tes pra siklus hanya terdapat 33.33% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan pada siklus I menjadi 45. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 47,18 naik pada tes siklus I menjadi 71,28. Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa dengan
menggunakan
Realistic
Mathematics
Education
(RME)
sudah berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten. Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan
oleh
beberapa
faktor,
maka
dari
itu
pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. 3. Diskripsi Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang dilaksanakan pada sikluscommit I pada materi to usermenyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu peneliti menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
kembali
melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama. Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011. Peneliti dan Guru kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini. Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011 dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011. Hal-hal
yang
perlu
diperbaiki
guru
dalam
pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut: 1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap kelompok. 2) Memberikan
beberapa
informasi
secara
tepat
dan
bertahap,
mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu 3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya, bagus, pintar, benar, atau lanjutkan. Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus I, sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru selam
proses
pembelajaran
Matematika.
Meskipun
demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD commit to user langkah-langkah perencanaan 2007 Kelas IV, peneliti melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) sebagai berikut: 1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan dilaksanakan dalam satu minggu dengan: Standar Kompetensi (SK): Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD): Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Indikator: Kognitif a)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana.
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang lebih kompleks. Afektif c)
Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok saat melaksanakan diskusi.
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan soal cerita. Psikomotor e)
Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan.
f)
Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan benar.
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi. 3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok pecahan dan gambar. 4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam commit to user lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan. Guru menentukan
masalah
kontekstual
yang
berkaitan
dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks. Dengan menggunakan media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic Mathematics Education (RME). Siswa antusias untuk
menjawab
pertanyaan
guru.
Selanjutnya
guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan 1. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti, guru membagikan “LKS I.1” kepada masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa. Siswa mengerjakan lembar tugas “LKS I.1” dengan kelompoknya. Guru commitbantuan to user jika siswa mengalami kesulitan. mengamati dan memberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Setelah waktu yang ditentukan habis, guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan. Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada “LKS I.1”. Guru membagikan soal evaluasi “Tugas I.1” kepada masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran. 2) Pertemuan kedua Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan. Guru menentukan
masalah
kontekstual
yang
berkaitan
dengan
pengurangan pecahan. Dengan menggunakan media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic Mathematics Education (RME). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan 2. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya, lalu guru membagikan “LKS II.1” kepada masing-masing kelompok. Siswa mengerjakan lembar tugas “LKS II” dengan kelompoknya. Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan. Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada “LKS II.1”. Guru membagikan soal evaluasi “Tugas II.1” kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya. Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah. Guru menutup pembelajaran. c. Observasi Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan RME. Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan menggunakan pendekatan RME. 1) Hasil observasi bagi guru Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai commit to user berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Skor No
Kategori Keterampilan Mengajar
I 1
2
3
1.
Membuka Pelajaran
2. 3.
Kejelasan dan sistematika penyampaian materi Pengelolaan kelas
4.
Penggunaan Bahasa
5.
Ketepatan dan daya tarik media
6.
7.
Kemampuan menggunakan pendekatan RME Penggunaan strategi bertanya
8.
Pemberian umpan balik
9.
Penguasaan bahan ajar
10. 11.
Tuntutan pencapaian/ ketercapaian kompetensi siswa. Ketepatan strategi pembelajaran
12.
Menutup pelajaran
4
1
2 = cukup
2
3
3 3
3
3,5
5
3,5 3,5
3,5
3,5
2,5
3
3 = baik
4
Total skor 36 Rata-rata Skor (Total Skor : 12) 3 Nilai rata – rata skor aktivitas guru = 3,21( baik ) Keterangan : 1 = kurang
RataRata
II
41 3,42
4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik, dalam menyampaikan materi jelas, pengeloloan kelas cukup baik, bahasa yang digunakan sudah baik, media yang digunakan sudah cukup menarik, penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan baik, guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik, guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik, pemberian umpan balik sudah baik, penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran commit to user
3,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 sudah baik, rata–rata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan peningkatan dari cukup menjadi baik. 2) Hasil observasi bagi siswa Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Skor No
Uraian Tindakan
I 1
1.
2
RataRata
II 3
4
1
2
3
4
Perhatian siswa terhadap pembelajaran 3 yang disampaikan guru. 3,5 2. Kemauan untuk menerima pelajaran. 4 3. Keterlibat siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4. Keaktifan siswa dalam memanfaatkan 3 media yang digunakan. 3,5 5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. 4 6. Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. 7. Kesungguhan siswa mengerjakan 3 tugas individu maupun kelompok. 3,5 8. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran. 4 9. Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran. 3,5 10. Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi. Total skor 33 37 Rata-rata Skor (Total Skor : 10) 3,3 3,7 Nilai rata – rata skor aktivitas belajar siswa = 3,5 ( baik ) Keterangan : 1 = kurang
2 = cukup commit 3 = baik to user
4 = baik sekali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan baik, siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah terlibat dalam pembelajaran, siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media pembelajaran, bertanya kepada guru bila ada materi/tugas yang kurang jelas, siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi kelompok, siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran, siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi. Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari pertemuan
pertama,
perhatian
siswa
terhadap
pelajaran
yang
disampaikan guru sudah baik, siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran, siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media, siswa telah bertanya dan mengeluarkan pendapat, siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan teman kelompok, siswa mengerjakan tugas dari guru dengan bersungguh-sungguh, siswa sudah sangat baik baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran, siswa sudah baik dalam mengerjakan soal evaluasi. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan yang pada siklus I cukup rendah, pada siklus II menjadi baik. 3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Tabel 9. Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase 1
56 – 64
8
20,51%
2
65 – 73
4
10,26%
3
74 – 82
3
7,69%
4
83 – 91
11
28,21%
5
92 – 100
13
33,33%
39
100%
Jumlah
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai berikut:
14 12 F R 10 E K 8 U E 6 N S 4 I 2 0 56 – 64
65 – 73
74 – 82
83 – 91
92 – 100
INTERVAL NILAI
Grafik 4. Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan commit to user Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan
siklus
II,
siswa
memperoleh
nilai
55
dan
60
sebanyak 8 atau 20,51%, siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak 4 siswa atau 10,26%, siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3 siswa atau 7,69%, siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11 siswa atau 28,21%, dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100 sebanyak 13 siswa atau 33,33% d. Refleksi Data
yang
diperoleh
melalui
observasi
dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II, secara umum telah menunjukkan
adanya
peningkatan.
Kekurangan-kekurangan
yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 1) Seluruh
siswa
mengikuti
pembelajaran
matematika.
Hasil
evaluasi rata–rata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1 yaitu 77,95 dan pada pertemuan 2 yaitu 85,13. 2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan 1 siswa yang memperoleh nilai < 60 (KKM) ada 9 siswa atau 23,08% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 30 siswa atau 76,92% sedangkan pada siklus I pertemuan 2, siswa yang memperoleh nilai < 60 (KKM) ada 5 siswa atau 12,82% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 34 siswa atau 87,18%. Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus II yaitu 81,54 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 87,18%. 3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap kelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu. 5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya, bagus, pintar, benar, atau lanjutkan. Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini: Tabel 10. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten Keterangan
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
45
55
Nilai tertinggi
95
100
Rata-rata nilai
70,52
81,54
71,79%
87,18%
Ketuntasan Klasikal
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 F R E K U E N S I N I L A I
120 100 80 Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
40
Ketuntasan
20 0 Siklus I
Siklus II
Grafik 5. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 15,39% dengan nilai batas tuntas 60 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus II sebesar 87,18%, yang pada tes siklus I hanya terdapat 71,79% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada siklus II menjadi 55. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 71,28 naik pada tes siklus II menjadi 81,54. Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten. Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang belum tuntas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 2010/2011.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran, dapat dideskripsikan sebagai berikut 1. Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang mendapat nilai 10 ada 2 siswa, mendapat nilai 15 ada 1 siswa, mendapat nilai 20 ada 2 siswa, mendapat nilai 25 ada 2 siswa, mendapat nilai 30 ada 3 siswa, mendapat nilai 35 ada 1 siswa, mendapat nilai 40 ada 5 siswa, mendapat nilai 50 ada 4 siswa, mendapat nilai 55 ada 5 siswa, mendapat nilai 60 ada 6 siswa, mendapat 65 ada 2 siswa, mendapat 70 ada 2 siswa, mendapat 75 ada 1 siswa, mendapatnilai 80 ada 1 siswa, dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 47,18. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 66,67% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 33,33%. 2. Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut: a. Pertemuan 1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa, mendapat nilai 45 ada 2 siswa, mendapat nilai 50 ada 6 siswa, mendapat nilai 55 ada1 siswa, mendapat nilai 60 ada 1 siswa, mendapat nilai 70 ada 19 siswa, mendapat nilai 75 ada 1 siswa, mendapat nilai 80 ada 2 siswa, dan mendapat nilai 90 ada 5 siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 66,67. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 11 siswa atau 28, 21% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 28 siswa atau 71, 79%. b. Pertemuan 2 Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa, mendapat nilai 50 ada 7 siswa, mendapat nilai 55 ada 2 siswa, mendapat nilai 60 ada 1 siswa, mendapat nilai 70 ada 8 siswa, mendapat nilai 80 ada 9 siswa, siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa, mendapat nilai 90 ada 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa. Dengan demikian nilai ratarata yang diperoleh siswa yaitu 75,90. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 10 siswa atau 15,64 % dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 74,36 %. c. Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 70,52. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 11 siswa atau 28,21 % dan mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 28 siswa atau 71,79%. 3. Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut: a. Pertemuan 1 Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa, mendapat nilai 45 ada 1 siswa, mendapat nilai 50 ada 2 siswa, mendapat nilai 55 ada 5 siswa, mendapat nilai 60 ada 3 siswa, mendapat nilai 70 ada 2 siswa, mendapat nilai 80 ada 9 siswa, mendapat nilai 85 ada 2 siswa, mendapat nilai 90 commit to user nilai 100 ada 11 siswa. Dengan ada 5 siswa, dan siswa yang mendapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 77,95. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 23,08% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 76,92%. b. Pertemuan 2 Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa, mendapat nilai 60 ada 1 siswa, mendapat nilai 75 ada 1 siswa, mendapat nilai 80 ada 9 siswa, siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa, mendapat nilai 90 ada 9 siswa, mendapat nilai 95 ada 1 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12 siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 85,13. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 12,82% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau 87,18%. c. Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 81,54. Siswa yang mendapat nilai < 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 12,82% dan mendapat nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau 87,18%. Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dari siklus I dan siklus II, telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Prosentase, rata-rata klasikal, dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat. Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan dengan commit to user menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11. Perkembangan Hasil Pra Siklus, Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten Keterangan
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
10
45
55
Nilai tertinggi
85
95
100
Rata-rata nilai
47,18
70,52
81,54
Ketuntasan Klasikal
33,33%
71,79%
87,18%
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10; pada siklus pertama naik menjadi 45; dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55; Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85; pada siklus pertama naik menjadi 95; dan pada siklus kedua menjadi 100. b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 47,18; siklus pertama 70,52; dan pada siklus kedua 81,54. c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 33,33%, tes siklus I 71,79% setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II meningkat menjadi 87,18% dan terdapat 5 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar. Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan dalam Grafik 6 di bawah ini: 120 F R 100 E K U 80 E N S 60 I N I L A I
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata Ketuntasan
40
20
0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Grafik 6. Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatanpeningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas. Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah Dasar lain pada umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
penerapan
pendekatan
Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran 2010 / 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 47,18, siklus pertama 70,52; dan pada siklus kedua naik menjadi 81,54. Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 33,33%, tes siklus pertama 71,79%, dan pada tes siklus kedua siswa belajar tuntas mencapai 87,18%.
B. Implikasi Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Implikasi Teoretis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita. Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang dipelajari. Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar Matematika. Keberanian siswa meningkat karena siswa harus menjelaskan jawabannya. Kerjasama dalam kelompok juga meningkat. Selain itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran commit to user yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat. 2. Implikasi Praktis Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa khususnya pada materi soal cerita pecahan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan
kualitas
proses
belajar
mengajar
sehubungan
dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah kesulitan menyelesaikan soal cerita, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran 2010/2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut : 1. Kepada Kepala Sekolah a. Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan, hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kretaif dan efektif menggunakan metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. b. Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi pendidikan lain, maupun masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif, misalnya pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). c.
Kepala
sekolah
semaksimal
hendaknya
mungkin
menyediakan
agar proses
sarana
pembelajaran
dan
prasarana
khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) lebih efektif dan optimal. 2. Kepada Guru a. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang dipelajari. Cara yang dilakukan antara lain, memilih pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal, misalnya Realistic Mathematics Education (RME). b. Guru
hendaknya
melakukan
persiapan
yang
lebih
baik
dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi, serta masalah-masalah yang kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 3. Kepada Siswa a. Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi pelajaran yang sedang diajarkan. b. Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas, dengan jalan mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam mengikuti diskusi, penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan yang dipresentasikan oleh kelompok lain. c. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. d. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan seharihari.
commit to user