ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL SAHAM TERHADAP RETURN YANG DITERIMA OLEH PEMEGANG SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20042008)
Oleh: Ibrahim Putra Agustian Siswadi 105081002525
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL SAHAM TERHADAP RETURN YANG DITERIMA OLEH PEMEGANG SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20042008)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ibrahim Putra Agustian Siswadi 105081002525
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
Titi Dewi Warninda, SE., MM
NIP. 0311065804
NIP. 1973 12 21 200501 2 002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL SAHAM TERHADAP RETURN YANG DITERIMA OLEH PEMEGANG SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20042008)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ibrahim Putra Agustian Siswadi 105081002525
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
Titi Dewi Warninda, SE., MM
NIP. 0311065804
NIP. 1973 12 21 200501 2 002
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Hemmy Fauzan, SE., MM
NIP. 19570617 198503 1 002
NIP. 1976 08 22 200701 1 014
Hari Selasa Tanggal 10 Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ibrahim Putra Agustian Siswadi NIM : 105081002525 dengan Judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL SAHAM TERHADAP RETURN YANG DITERIMA OLEH PEMEGANG SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2004-2008)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE., MBA
Suhendra, S.Ag., MM
Ketua Penguji
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
Abstract The purposes of this researches is to know the influence of market value ratio to return of manufacturing companies in BEI. This research uses multiple regression linear model, examination of hyphotesis by using t test, F test. Based on the result of multiple regression shows that parsially, ROE is significant variable have significant effect to return of manufacturing companies and as simultaneously, five variable do not have significant effect to return. Key Words: Return On Equity, Price Earning Ratio, Price to Book value, Earning Per Share, Capitalized Ratio, Return, Multiple Regression
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI baik secara parsial ataupun simultan. Metode yang digunakan adalah regresi berganda, kemudian dilakukan uji hipotesis dengan uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel ROE yang berpengaruh secara signifikan Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap return saham. Secara simultan, semua variabel tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Kata Kunci: Return On Equity, Price Earning Ratio, Price to Book value, Earning Per Share, Rasio Modal Saham, Return Saham, Regresi Berganda
KATA PENGANTAR
Assalaamu’allaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur hamba panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya yang memberikan jalan kemudahan dan keteguhan hati dari kesukaran, karena pada akhirnya penulis dapat menyelesaika n skripsi ini dengan baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakartapada bidang studi Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan walau masih jauh dari kesempurnaan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan juga telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial ( FEIS ). Terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri S yarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB, selaku Ketua Jurusan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM selaku dosen pembimbing I dan Ibu Titi Dewi Warninda,SE., M,Si selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 4. Untuk segenap Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, staff karyawan dan petugas perpustakaan, terima kasih atas ilmunya selama ini. 5. Kedua orang tua Ayah dan Ibu, terima kasih atas kasih sayangnya selama ini.
6. Kepada teman-teman Manajemen D, Manajemen keuangan yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis terhadap kalian atas persahabatan yang luar biasa. Harapan besar dari penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi lebih baiknya skripsi ini. Wassalamu’allaikum Wr.Wb.
Jakarta, 10 Maret 2010
Ibrahim Putra Agustian Siswadi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………..i Abstract
…………………………………………………………………....ii
Abstrak
……………………………………………………………………iii
Kata Pengantar ……………………………………………………………iv Daftar Isi …………………………………………………………………..vi Daftar Tabel ………………………………………………………..…….viii Daftar Gambar ……………………………………………………………..ix Daftar Lampiran ……………………………………………………………x BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..…....1 A. Latar Belakang ………………………………………………....…...1 B. Perumusan Masalah …………………………………….……...….12 C. Tujuan dan Manfaat penelitian ……………………………....……12 1. Tujuan Penelitian………………………………………………12 2. Manfaat Penelitian………………………………..……..…..…13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………..………...14 A. Landasan Teori ……………………………….…………...…...….14 1. Sekilas Tentang Pasar Modal …………………...……………14 2. Manfaat Pasar Modal …………………………………………16 3. Modal Saham. …………………………………….…………..19 4. Investasi …………………………………………………….…21 5. Return Saham ………………………………………………....25 6. Rasio Modal Saham ……………………………………….….26 B. Penelitian Sebelumnya……..……………………………….…..….31 C. Hipotesis Penelitian …………………………………………..…….35 D. Kerangka Berpikir……… …………………………………….....…36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………..……………………..37 A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………...……...….……..37 B. Metode Penentuan Sampel ………………………………..….…….37
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………...……...39 D. Metode Analisis …………………………………………..……..40 E. Operasional Variabel Penelitian……………………..…..……...46 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………………………48 A. Sekilas Gambaran Umum Oyek Penelitian………………..…….48 1. Obyek Penelitian ………………………………………...…..48 2. Variabel-variabel Penelitian Sampel ………………..………50 3. Analisis Deskriptif Data ……..……………………………...52 B. Penemuan dan Pembahasan ………………………………….…64 1. Uji Asumsi Klasik …………………………………………..65 a) Uji Normalitas Data …………………………….…..65 b) Uji Multikolonieritas ……………………………….66 c) Uji Heterokedastisitas …………….…………..........67 d) Uji Autokorelasi …………………….………..…….68 2. Uji Hipotesis ……………………………….……………….70 a) Uji Regresi Parsial ………………….……………..70 b) Uji Regresi Simultan ……………….……………..70 c) Uji Koefisien determinasi …………………………70 3. Uji Regresi Berganda ……………………….….…………..71 4. Pembahasan ………………………………….……...……..72 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………….……….…...75 A. Kesimpulan ……………………………………………………..75 B. Implikasi ………………………………………..…….……...…76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
4.1
Daftar Nama Perusahaan Sampel
4.2
Deskriptif Data Rasio Capitalized Ratio Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
4.3
57
58
Deskriptif Data ROE Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
4.7
55
Deskriptif Data PER Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
4.6
53
Deskriptif Data PBV Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
4.5
49
Deskriptif Data EPS Perusahaan Manufaktur tahun 2004-2008
4.4
Hal
60
Deskriptif Data Return Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
62
4.8
Hasil Uji Normalitas Data Jarque Beta
65
4.9
Hasil Uji Multikolonieritas
66
4.10
Hasil Uji Heterokedastisitas
67
4.12
Hasil Uji Autokorelasi
68
4.12
Hasil Uji Regresi Berganda
69
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1
Keterangan
Hal
Kerangka Pemikiran
36
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
1
Hasil Uji Asumsi Klasik
2
Hasil Uji Regresi Berganda
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan suatu negara, kegiatan ekonomi menjadi sangat penting. Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi, suatu negara membutuhkan dana.
Namun
dalam
perkembangannya
mengalami
hambatan berupa kelangkaan dana. Panji dan Piji Anoraga (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa negara yang sedang berkembang usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari dalam negeri masih rendah sehingga dana untuk investasi menjadi tidak mencukupi. Sehingga muncul beberapa alternatif sumber lain yang mengarah pada investasi dana. Penerbitan saham merupakan salah satu sumber lain dari perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini menjadikan pasar modal sebagai tempat yang tepat untuk menghimpun dana jangka panjang yang kemudian disalurkan ke dalam sektor-sektor produktif. Menurut Riyanto mempercepat kepemilikan
(2002) pasar modal memiliki
proses
pemerataan
saham-saham
pendapatan
perusahaan
swasta
2 tujuan,
masyarakat dan
yaitu
melalui
meningkatkan
penghimpunan dana masyarakat untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat
pembangunan
suatu
negara.
Melalui
pasar
modal
dimungkinkan terciptanya usahawan yang dapat menggalang penyeraha n dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Pasar modal sendiri selain sebagai sarana penyedia dana bagi perusahaan yang membutuhkan tambahan modal, juga berfungsi sebagai tempat yang mempertemukan antara investor sebagai pihak yang mengalami kelebihan dana dengan para perusahaan yang mengalami kekurangan dana. Dari sudut pandang investor, pasar modal merupakan sarana investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana baik jangka pendek maupun jangka menengah. Dari sudut pandang perusahaan, pasar modal adalah salah satu alternatif untuk menambah dana bagi perusahaan. Sedangkan bagi masyarakat, kehadiran pasar modal merupakan tambahan alternatif investasi yang selama ini dirasakan sangat terbatas di Indonesia. Pengertian pasar modal menurut UU RI No 18 tahun 1995 merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek atau surat-surat berharga misalnya saham. Perkembangan pasar modal tidak akan berjalan hanya dengan adanya kebijakan pemerintah saja tetapi juga dipengaruhi oleh partisipasi aktif baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya maupun investor serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Pasar
modal merupakan sarana yang menjembatani perusahaan dalam mencari dana dengan para investor yang akan menanamkan modalnya. Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa di perjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Suad Husnan, 2003). Tujuan pasar modal di Indonesia adalah disamping untuk mengerahkan dana dari masyarakat agar dapat disalurkan di sektor-sektor produktif, juga ikut mewujudkan pemerataan
pendapatan
melalui
kepemilikan saham-saham perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai secara bertahap dengan semakin banyaknya jenis dan jumlah surat-surat berharga yang diperjualbelikan sejalan dengan bertambahnya lembagalembaga yang mendukung terselenggaranya pasar modal tersebut. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian suatu negara. Pasar modal adalah pelengkap disektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan yang memberikan jasanya untuk menghubungkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak disektor produktif yang membutuhkan dana. Investor akan mengharapkan keuntungan dari investasi yang telah dilakukan dan mempunyai hak dalam kepemilikan
perusahaan tanpa harus terlibat langsung didalamnya,
sebaliknya pihak perusahaan atau emiten memperoleh alternatif sumber dana tanpa menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan.
Menurut Husnan (1998: 47) para pemodal menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya dengan mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
Apabila
pemodal mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi. Artinya, pemodal dapat dengan mudah menyebar dan melakukan diversifikasi investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Oleh karena itu, perlu dipahami tentang proses investasi mulai dari ekuitas apa yang akan dipilih, berapa banyak, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Investor akan menanamkan investasinya pada perusahaan yang dianggap dapat memberikan keuntungan. Perusahaan yang terdaftar di BEJ akan selalu dinilai perkembangannya oleh investor dan calon investor. Disini para investor dan calon investor dapat menilai apakah perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik dimasa depan atau tidak. Investasi dalam bentuk saham merupakan investasi yang berisiko, karena itu
untuk menarik pemodal
dengan menawarkan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan investasi lainnya yang kurang berisiko. Dari hal tersebut pemodal membutuhkan berbagai informasi yang dijadikan sebagai sinyal untuk menilai prospek perusahaan yang bersangkutan yaitu dengan menganalisis laporan keuangan dengan rasio keuangan. Karena pada dasarnya motif
pemodal dalam membeli saham adalah untuk menjual saham itu kembali pada harga yang lebih tinggi atau mendapatkan return dari investasi yang ditanamkan. Laporan keuangan perusahaan korporasi (tidak seperti kemitraan dan kepemilikan tunggal) meliputi modal saham. Manajemen perusahaan korporasi harus melaporkan keadaan perusahaan kepada pemilik, yaitu para pemegang saham. Salah satu teknik yang digunakan adalah rasio modal saham. Manajemen juga harus berlatih untuk mengatasi hutang, dan penggunaan rasio dapat membantu mereka melakukannya. Dalam proses memulai suatu bisnis, seluruh uang yang berasal dari penjualan saham akan terlihat pada”Modal Pemegang Saham” sebagai modal disetor atau saham biasa, dan pada ”aktiva lancar” sebagai kas. Selama perusahaan sedang berjalan, mungkin sebagian jumlah uang tersebut dimasukkan dalam ”Laba ditahan”. Dalam bukunya (Gill) mengklasifikasikan rasio-rasio modal saham sebagai berikut: (1) laba atas ekuitas / return on equity (ROE), yang mengindikasikan laba atas invetasi pemegang saham, (2) rasio harga laba / price earning ratio (PER), yang digunakan untuk menentukan jumlah yang bersedia dibayarkan oleh para investor potensial sebelum melakukan investasi, (3) tingkat kapitalisasi, yang merupakan perbandingan terbalik dari rasio harga laba, (4) rasio pendapatan per lembar saham / earning per share (EPS), yang mengukur pendapatan untuk setiap lembar saham. umum.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) telah mengeluarkan berbagai
ketentuan antara lain di bidang peningkatan kualitas dan
transparansi pelaporan
keuangan. BAPEPAM
telah
mengeluarkan
peraturan nomor KEP-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan emiten industri manufaktur bahwa penyampaian laporan keuangan harus disampaikan selambat-lambatnya akhir bulan ke 3 setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Menurut BAPPEPAM jika laporan keuangan perusahaan disampaikan lebih dari bulan ke 3 setelah tanggal laporan keuangan dinyatakan tidak efisien lagi dan tidak wajib menyampaikan laporan keuangan. Perubahan harga saham terjadi karena ada informasi baru yang masuk ke pasar, dan harga bereaksi karena adanya informasi baru tersebut. Informasi laporan keuangan adalah salah satu sumber potensial yang digunakan investor untuk menilai harga saham di bursa. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Harapan untuk memperoleh return juga terjadi dalam asset financial. Suatu
asset finansial menunjukkan kesediaan investor menyediakan
sejumlah dana pada saat ini untuk memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang akan datang sebagai kompensasi atas faktor waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang ditanggung. Dengan demikian para investor sedang mempertaruhkan suatu nilai sekarang untuk sebuah nilai yang diharapkan pada masa mendatang. Para investor dalam
asset financial
juga mengharapkan return yang maksimal. Harapan untuk memperoleh
return yang maksimal tersebut diusahakan agar dapat terwujud dengan mengadakan analisis dan upaya tindakan-tindakan yang berkaitan dengan investasi dalam sahamnya. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi return saham sehingga harapan untuk memperoleh return yang maksimal bisa dicapai. Di antara berbagai instrumen pasar modal, saham merupakan instrumen investasi yang memiliki return dan risiko yang tinggi. Nilai transaksi (tingkat kapitalisasi) yang tinggi mengindikasikan adanya perolehan laba yang tinggi.
Model penilaian saham merupakan suatu
mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel perusahaan (misalnya penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. (Halim, 2005).
Laporan keuangan perusahaan korporasi
(tidak seperti firma dan CV) meliputi modal saham. Manajemen perusahaan korporasi harus melaporkan keadaan perusahaan kepada pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham. Salah satu teknik yang digunakan untuk melaporkan keadaan perusahaan adalah rasio modal saham. Manajemen
juga harus berlatih untuk mengatasi hutang.
Penggunaan
modal
rasio
saham
dapat
membantu
manajemen
melakukannya. Selain itu, penelitian dari David Wijaya menunjukkan hasil secara simultan (secara bersama-sama), semua variabel independen (ROE, PER, BVPS, dan PTBV) secara signifikan dan positif tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (return). Hal ini berarti bahwa variabel return
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Secara parsial, semua variabel independen (ROE, PER, BVPS, dan PTBV) tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel dependen (Return). Kemudian penelitian dari Johannes Tesalonika Siregar (2009) yang memperoleh hasil bahwa EPS dan PER berdasarkan keeratannya memiliki hubungan yang erat dan searah terhadap harga saham. Sedangkan Rasio Tingkat Kapitalisasi berdasarkan keeratannya adalah memiliki hubungan yang erat dan tidak searah terhadap harga saham. EPS, PER dan Rasio Tingkat Kapitalisasi secara gabungan memiliki pengaruh terhadap Harga Saham. Pengaruh EPS, PER dan Rasio Tingkat Kapitalisasi secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap harga saham menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara EPS dengan harga saham Sedangkan antara PER terhadap Harga Saham tidak ada atau tidak terjadi hubungan linier antara kedua variabel tersebut. Begitu juga antara Rasio Tingkat Kapitalisasi terhadap Harga Saham tidak ada atau tidak terjadi hubungan linier antara kedua variabel tersebut. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wahid Wachyu Adi winanto (2007) yang meneliti mengenai variabel EPS, DER, PER dan PTBV berpengaruh terhadap return saham menggunakan metode regresi berganda dan menunjukkan hasil bahwa variabel EPS, DER, PER dan PTBV berpengaruh secara simultan terhadap return saham.
Selanjutnya penelitian dari Ryo Bramantyo (2006) yang meneliti mengenai pengaruh DER (debt to equity ratio), PBV (price to book value) dan DPR (dividend payout ratio) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara DER, DPR dan PBV terhadap return saham pada perusahaan manufaktur. Kemudian penelitian dari Mohamad Abdul Azis (2005) yang meneliti mengenai pengaruh Earning Per Share dan Pertumbuhan Penjualan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang menghasilkan bahwa baik secara parsial maupun simultan EPS berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Selanjutnya penelitian dari Anung Saptadi (2007) yang meneliti mengenai pengaruh ROI, PER dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan bahwa secara parsial, variabel ROE berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan, variabel ROI, PER dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Kemudian penelitian dari Tika Maya Prabawanti (2007) yang meneliti pengaruh Quick Asset to Inventory (QAI), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Debt toTotal Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning per Share (EPS) terhadap Total Return saham pada Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta yang menghasilkan bahwa secara parsial hanya variabel QAI yang tidak
memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan secara parsial kelima variabel berpengaruh terhadap return saham. Penelitian dari Sri Artatik (2007) yang meneliti mengenai EPS dan PER terhadap Return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ yang memperoleh hasil bahwa secara parsial variabel EPS berpengaruh terhadap return saham dan variabel PER tidak berpengaruh secara parsial. Sedangkan secara simultan, variabel EPS dan PER berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Kemudian penelitian dari Missaka Warusawitharana (2010) yang meneliti tentang pengaruh real return terhadap ekuitas yang merupakan kunci
dalam
membuat
keputusan
investasi.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa return di masa yang akan datang akan lebih rendah dari return saat ini. Hal ini dilihat dari hubungan nilai sekarang (present value) terhadap dividen, earning terhadap nilai pasar (market value) melalui return saham. Kemudian
penelitian
dari
Semra
Karacaer
dan
Ayhan
Kapusuzoglu (2008) yang meneliti mengenai pengaruh rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan keuangan
terhadap
situasi keuangan di perusahaan-perusahaan Turki. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keuangan perusahaan. Berpedoman pada uraian dan beberapa penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil penelitian antara beberapa penelitian mengenai
pengaruh rasio-rasio modal saham terhadap
return
saham, dan ada
beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi tingkat keuntungan (return) saham yang belum dalam dimasukkan dalam variabel penelitan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh beberapa rasio modal saham terhadap return saham yang diterima oleh pemegang saham. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul ”Analisis Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Penelitian ini mengambil periode Januari 2004 sampai Desember 2008. Periode ini diambil karena beberapa alasan berikut: 1. Tahun 2004 dijadikan dasar periode dalam penelitian ini karena pada tahun tersebut pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal ini didukung oleh meningkatnya stabilitas di bidang politik, keamanan dan ekonomi di tahun 2004. Hampir seluruh indikator utama bursa mengalami peningkatan yang sangat berarti. 2. Periode Januari 2004 sampai Desember 2008 dapat menggambarkan reaksi pasar terkini. Adapun perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitianpenelitian sebelumnya, adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada periode yang masih sangat up date yaitu pada periode tahun 2004-2008 sehingga dapat melukiskan reaksi pasar terkini. 2. Penelitian ini menambahkan variabel tingkat kapitalisasi sebagai salah satu dari rasio modal saham. 3. Penelitian ini menggunakan e-views sebagai alat analisisnya 4. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah variabel-variabel rasio modal saham yang terdiri atas CR, EPS, PBV, PER dan ROE berpengaruh secara parsial terhadap return saham? 2. Apakah variabel-variabel rasio modal saham yang terdiri atas CR, EPS, PBV, PER dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap return saham? 3. Seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen yaitu variabel rasio modal saham terhadap variabel dependen yaitu return saham?
C. Tujuan dan Manfaat C.1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji secara parsial antara pengaruh variabel-variabel rasio modal saham (ROE, PER, BTPV, EPS, dan CR) terhadap return saham. 2. Untuk menguji secara simultan antara pengaruh variabelvariabel rasio modal saham (ROE, PER, BTPV, EPS, dan CR) terhadap return saham. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel rasio modal saham terhadap return saham? C.2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ditujukan untuk berbagai pihak yang berkepentingan yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan investasi di pasar modal. 2.
Bagi Penulis Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan tentang pasar modal yang diperoleh selama masa studi.
3.
Bagi Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menjadi referensi dalam penelitian mengenai rasio-rasio modal saham terhadap keuntungan yang diterima oleh pemegang saham.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Sekilas Tentang Pasar Modal Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
memindahkan
menginvestasikan
dana
dari
lender
kelebihan
dana
yang
ke
borrowe.
mereka
miliki,
Dengan lenders
mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses itu diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan
kemakmuran.
Fungsi
keuangan
dilakukan
dengan
menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut (Suad Husnan, 1992). Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi para investor untuk menginvestasikan modal dengan harapan memperoleh imbalan berupa return atas investasinya. Untuk memperoleh return yang diharapkannya maka setiap investor harus mempertimbangkan beberapa aspek penting perusahaan (emiten) dimana investor menanamkan modalnya, membeli surat berharga
tersebut baik keuangan maupun non keuangan yang dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat perolehan return (Khajar, 2005:1)
Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjebatani hubunga n antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan emiten. Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, diharapkan pasar modal akan bisa menjadi alternative penghimpunan dana selain system perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi karena meminjam dana dari bank sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan prefensi risiko mereka. Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio (yaitu gabungan dari berbagai investasi) sesuai dengan risiko yang mereka bersedia tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Menurut Badan Pengembangan Pasar Modal (BAPEPAM), Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari beberapa pengertian pasar modal maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan menciptakan pasar kerja dan meningkatkan kegiatan perekonomian yang sehat.
2. Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah. Menurut Hakim mengenai manfaat pasar modal: 1. Manfaat bagi Perusahaan (emiten) Masalah utama yang bisa dihadapi setiap perusahaan untuk mengembangkan usahanya adalah”permodalan”. Walaupun dunia perbankan dan lembaga keuangan lainnya telah menyediakan dan membuka kesempatan kepada setiap pengusaha untuk memperoleh fasilitas modal, namun tidak semua perusahaan dapat memperoleh kesempatan tersebut. Hambatan utama biasanya menyangkut jaminan atau agunan. Keterbatasan jaminan yang dimiliki perusahaan memaksa terbukannya pasar bagi produk usahanya maupun kelonggaran yang memberikan pemerintah tidak dapat sepenuhnya mereka manfaatkan. Keadaan
tersebut
tidak
sedikit
menutup
kesempatan
berkembangnya perusahaan kecil dan menengah. Di lain pihak, jenis usaha tersebut akan dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan besar
yang kuat permodalannya. Akhirnya, pengusaha dengan skala kecil terpaksa mengalihkan usahannya ke bidang lain berhubung tidak kuat bersain dengan perusahaan besar. Dengan berkembanya pasar modal di Indonesia, tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan besar dan kuat untuk memperoleh modal, baik berupa equity maupun obligasi, sejak deregulasi pasar modal Indonesia bulan Desember 1987 yang lalu, pemerintah telah membuka kemungkinan
bagi
perusahaan
kecil
dan
menengah
untuk
memanfaatkan pasar modal dalam pasar sekunder di luar bursa efek Indonesia yaitu bursa Paralel atau OTC. Kesempatan ini masih belum dimanfaatkan oleh pengusaha Indonesia. Di luar negeri seperti Singapura dan Malaysia, para pengusaha kecil menengah tela h memanfaatkan pasar modal di dalam mengembangkan perusahaanya dan berhasil dengan baik. 2. Manfaat bagi Investor Bila selama ini para pemodal relatif terbatas menanamkan dananya di bank, dengan perkembangan pasar modal di Indonesia yang menerbitkan saham, obligasi dan sekuritas, jelas membuka kesempatan lebih mengoptimalkan perolehan dari dana yang dimilikinaya. Memang bisa saja, pemodal tersebut menanamkan uangnya dalam membentuk investasi langsung, tapi perlu melakukan penelitian yang lebih mendalam
tentang sektor
investasi
apakah
prospeknya
menguntungkan dan siapa partnernya. Sedangkan investasi dalam
bentuk saham dan obligasi, tidak memerlukan penelitian yang rumit. Sebab perusahaan yang telah go public tersebut telah mempunyai track record sebelumnya. Terlebih-lebih lagi ada pihak –pihak yang telah meneliti mengenai keadaan keuangan dan prospek usaha perusahaan tersebut untuk masa yang akan datang. Dalam hal demikian ini, pemodal tersebut tidak perlu dipusingkan dibandingkan bila melakukan investasi secara langsung. Yang penting adala h menetapkan pemilihan saham yang akan dibeli dan pada harga berapa bila saham tersebut diperdagangkan oleh penjamin emisinya bersamasama dengan emitennya. 3. Manfaat bagi Pemerintah Dengan berkembangnya pasar modal, perusahaan-perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, hal ini akan sejalan dengan tujuan pemerataan hasil pembangunan, membuka kesempatan kerja, dan tidak kalah pentingnya adalah mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat. Dana yang diperoleh perusahaan yang
go
public dapat dipergunakan untuk memperluas jaringan usaha, baik yang telah ada maupun usaha baru. Kondisi demikian jelas akan membuka kesempatan kerja. Di lain pihak, dengan dimilikinya saham-saham oleh pemodal perorangan, memberikan kesempatan kepada masyarakat luas memiliki saham yang selama ini dimiliki oleh keluarga tertentu maupun pengusaha-pengusaha kaya saja. Keadaan demikian ini secara politis akan dapat mengurangi ketegangan sosial
dalam masyarakat. Manfaat lain dari perkembangan pasar modal ini adalah pendayagunaan secara optimal dana yang dimiliki oleh masyarakat yang dimanfaatkan dalam mendorong pembangunan. Keterbatasan pembiayaan pembangunan dari sektor pemerintah diharapkan dapat dipengaruhi dari masyarakat atau swasta sendiri.
3. Modal Saham Menurut Tunggal (1994: 78) saham merupakan surat bukti pemilikan modal perseroan terbatas yang memberi hak atas devidend dan lain-lainnya. Sedangkan menurut Thian (2000: 13) saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Penyertaan ini bisa disebut saham kalau bentuk badan hukum dari usaha tersebut adalah perseroan terbatas. Menurut Sumarni dan Suprihanto (1998: 48) saham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu: 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang tidak mempunyai kelebihan hak dari jenis saham yang lain, artinya para pemilik akan memperoleh devidend hanya apabila perusahaan memperoleh laba. 2. Saham Preferen (Preferred Stock), saham ini memiliki preferensi atau hak istimewa sebagai berikut: 1) Pembagian devidend yang didahulukan, artinya pemegang saham mendapat pembagian devidend terlebih dulu daripada pemegang saham biasa.
2) Pembagian saham komulatif, artinya pemegang saham preferen ini mendapatkan hak untuk memperoleh devidend pada tiap periode. Jika ia tidak memperoleh devidend pada suatu periode karena sesuatu hal, maka ia akan memperolehnya pada periode yang akan datang secara komulatif. 3) Pembagian kekayaan yang didahulukan, artinya para pemegang saham preferen mempunyai suatu hak untuk
memperoleh
pembagian kekayaan perusahaan terlebih dulu dari pemegang saham biasa,
pada
saat perusahaan dilikuidasikan.
Tetapi
disamping itu para pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara di dalam RUPS yang biasanya dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam satu tahun. 3. Saham Bonus, yaitu saham yang diberikan secara cuma-cuma kepada para pemegang saham lainnya, karena keuntungan perusahaan yang lalu dalam bentuk cadangan terlalu besar dan perlu dikurangi dengan memberikan dalam bentuk saham-saham baru yang disebut saham bonus. 4. Saham Pendiri, yaitu saham yang diberikan kepada para pendiri perseroan karena jasa-jasanya pada masa pendirian perusahaan tersebut. 5. Saham Kosong, yaitu saham yang dibeli kembali oleh perseroan dari para pemegang saham yang kemudian disimpan dan tidak ikut serta
lagi dalam modal perseroan. Secara yurudis menurut Rido (1988: 221 – 222) saham itu mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: 1) Sebagai sebagian dari modal. Dikatakan demikian karena pada dasarnya saham itu merupakan modal, sebagai yang sering dibaca dalam akta pendirian PT 2) Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai anggota dalam kerja sama PT diwajibkan untuk memberikan pemasukan sejumlah uang ke dalam perseroan. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham. Jadi, dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah anggota yang disebut pesero dari PT. Sebagai buktinya diberikanlah saham sebagai tanda anggota. 3) Saham sebagai alat legitimasi Saham sebagai salah satu jenis surat berharga yang mempunyai fungsi sebagai surat legitimasi, artinya suatu surat yang menunjuk pemegangnya sebagai orang yang berhak khususnya di luar suatu proses.
4. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumalah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001:3). Seorang
investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut. Menurut PSAK Nomor 13 dalam standar akuntansi keuangan per 1 oktober 2004, investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvetasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi. Untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam keputusan maka diperlukan ketegasan akan tujuan yang diharapkan (Yovi Lavianti Hadi dan Irfan Fahmi,2009). Begitu pula halnya dalam bidang investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai yaitu terciptanya keberlanjutan dalan investasi tersebut, terciptanya profit yang maksimum atau
keuntungan
yang diharapkan, terciptanya
kemakmuran bagi
pemegang saham dan turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. Investasi memiliki dua tipe, yaitu direct investment dan indirect investment. Direct investment adalah mereka yang memiliki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui
perantara atau berbagai cara lainnya. Indirect investment adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja. Mereka yang melakukan kebijakan indirect investment umumnya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada suatu perusahaan. Setiap
melakukan
keputusan
investasi
adalah
selalu
saja
memerlukan proses, yang mana proses tersebut akan memberikan gambaran setiap tahap yang akan ditempuh oleh perusahaan. Secara umum, proses manajemen investasi meliputi lima langkah yaitu: a. Menetapkan sasaran investasi Penetapan sasaran artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau menetapkan target sasaran terhadap yang akan diinvestasikan.
Penetapan
sasaran
investasi
adalah
sangat
disesuaikan dengan apa yang akan ditujukan pada investasi tersebut. Jika sasaran investasi adalah dalam bentuk penyaluran kredit maka berarti investasi tersebut dalam bentuk lembaga perbankan, leasing, bank perkreditan dan sejenisnya yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada public yang mengalami kekurangan dana. b. Membuat kebijakan investasi
Pada tahap ini menyangkut dengan bagaimana perusahaan mengelola dana yang berasal dari stock, bond dan lainnya untuk kemudian di distribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan. Penghitungan pendistribusian dana ini haruslah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian karena berbagai hal akan bisa timbul pada saat dana tersebut tidak mampu untuk ditarik kembali. Juga perlu bagi pihak perusahaan memperhitungkan tentang beban pajak (tax) yang akan ditanggung nantinya. c. Memilih strategi portofolio Ini menyangkut keputusan peranan yang akan diambil oleh pihak perusahaan, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif saja. Pada saat perusahaan melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan dengan cepat tergambarkan di pasar saham. Investasi aktif akan selalu mencari informasi yang tersedia dan kemudian selanjutnya mencari kombinasi portofolio yang paling tepat untuk dilaksanakan. Sedangkan secara pasif hanya dapat dilihat pada indeks rata-rata saja, atau dengan kata lain berdasarkan pada reaksi pasar saja tanpa ada sikap atraktif. d. Memilih asset Disini pihak perusahaan berusaha memilih asset investasi yang nantinya akan memberikan return yang tertinggi. Return disini dilihat sebagai keuntungan yang akan mampu diperoleh. e. Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Tahap ini adalah menjadi tahap reevaluasi bagi perusahaan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang telah dilakukan selama ini telah betul-betul maksimal atau belum. Jika belum maka sebaiknya segera melakukan perbaikan agar kerugian tidak akan terjadi ke depan nantinya. Bagaimanapun perusahaan berharap akan memperoleh keuntungan
yang bersifat suistainability dan
bukan hanya
keuntungan yang diperoleh sesaat saja.
5. Return Saham Return saham adalah tingkat pengembalian investor dari hasil pendapatan perusahaan. Pembagian return dapat dikarenakan pembayaran deviden kepada pemegang saham, return dapat juga diambil kembali oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk pembiayaan proyek perusahaan yang selanjutnya. Hal ini dapat disebut juga internal financing dimana return
yang didapat
perusahaan akan digunakan
kembali
untuk
memajukan perusahaan. Return saham terbagi menjadi dua, yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi (realization return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan
tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dan resiko di masa datang. Return ekspektasi
(expected
return)
adalah
return
yang
diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
6. Rasio Modal Saham a. PER (Price Earning Ratio) Menurut (Tandelilin, 2001: 243) informasi Price Earning Ratio mengidentifikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, Price Earning Ratio menunjukkan besarnya harga tiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, Price Earning Ratio
juga
merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan. PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per share. Oleh para investor, angka ratio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat tergantung pada prospek perusahaan. PER adalah cara mengukur seberapa besar investor menilai laba yang dihasilkan perusahaan. Penghitungan ini dilakukan dengan membagi harga saham di bursa dengan laba bersih per saham. PER penting karena jumlah laba yang dihasilkan perusahaan sebetulnya akan menentukan
jumlah deviden yang akan bisa dibayarkan perusahaan nantinya. Jika labanya naik, ada kesempatan bahwa devidennya akan naik juga. Secara umum saham dengan PER yang rendah sering dikatakan sebagai saham yang murah. Rendahnya PER bias terjadi akibat menurunnya harga saham atau meningkatnya laba bersih. Begitu sebaliknya, PER tinggi bisa terjadi jika ada penurunan laba bersih yang menjadi elemem pembagi dalam kalkulasi PER. Saham dengan PER tinggi bisa jadi menunjukkan bahwa perusahaan penerbit saham tersebut sedang bertumbuh pesat. Dengan logika yang sama PER yang rendah bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan tersebut mencatat perolehan laba yang statis atau berada di bidang yang berisiko tinggi (Cahyono, 2000:190-192). Oleh karena itu, PER berpengaruh terhadap return yang diterima oleh pemegang saham.
b. PBTV (Price To Book Value) Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menjelaskan tentang perbandingan harga pasar sebuah saham dengan nilai buku perlembar saham (Book Value Per Share) sebenarnya. Nilai buku adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham pada waktu pembubaran (likuidasi) Perseroan Terbatas (PT). Price to Book Value (PBV) yaitu rasio untuk membandingkan harga pasar sebuah saham dengan nilai buku sebenarnya. Harga pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh para pelaku pasar sedangkan nilai buku adalah nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan atau jumlah yang dikembalikan pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan (Yogiyanto, 2003:88). Maka dengan
mengetahui nilai pasar dan nilai buku maka pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Perusahaan yang tumbuh mempunyai rasio lebih dari satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya. Jika para penanam saham membeli saham diatas nilai bukunya maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dari penjualan saham dan hal itu akan menurunkan return saham yang diterima para investor karena dinilai harga saham tersebut mahal. Maka semakin besar rasio. PBV akan mengakibatkan menurunnya return saham begitu juga
c. EPS (Earning Per Share) Earning per share (EPS) jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham beredar (Baridwan 2000: 448). EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan. Pendapatan bersih ini setelah dikurangi dengan deviden dan
hak-hak lainnya untuk pemegang saham biasa. Dengan cara membagi jumlah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar maka akan diketahui jumlah lembar pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut. Husnan (2001:317) bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. Pendapatan per saham (Earning per share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham (Alwi, 2003:77). Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham biasa maka langkah pertama adalah menentukan pendapatan yang menjadi hak pemegang saham prioritas dan hak tersebut dikurangkan pada laba bersih yang diperoleh baru kemudian dapat dihitung laba per lembar saham.
Jadi Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan perlembar saham bagi pemiliknya. Informasi mengenai pendapatan per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan deviden yang akan dibagikan. Informasi ini juga dapat berguna bagi investor untuk
mengetahui perkembangan perusahaan. Earning Per Share diperoleh dari laba bersih setelah dibagi dengan jumlah saham. EPS erat kaitannya dengan tingkat keuntungan yang diterima oleh perusahaan dan berhubungan langsung dengan return perusahaan. Oleh karena itu, EPS memiliki pengaruh terhadap return saham (Alwi, 2003:77). d. ROE (Return On Equity) Gill (2004) mengatakan bahwa rasio laba atas ekuitas mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Return on equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham (earning available for common stockholder’s) agar bisa terlihat seberapa besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba, maka diperlukan perhitungan laba bersih yang sudah dikurangi dengan biaya bunga dari modal asing (cost of debt) dan pajak perseroan (income tax). Sedangkan modal yang dihitung adalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Dari sudut pandang investor ROE merupakan salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
masa
mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas
perusahaan. Indikator
ROE sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diharapkan investor, ROE akan berubah jika EAT atau equity mengalami perubahan. e. Tingkat Kapitalisasi (Capitalized Ratio) Tingkat kapitalisasi atau rasio tingkat pengembalian, mengukur tingkat pengembalian yang dituntut oleh pasar terhadap perusahaan. Jika rasio harga laba meningkat, maka tingkat kapitalisasi akan menurun. Rasio yang rendah berarti para investor tidak menuntut tingkat pengembalian
yang
sangat
tinggi
atas
uang
mereka
karena
beranggapan bahwa perusahaan tersebut akan menjadi suatu investasi yang baik. Rasio yang tinggi berarti investor menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi untuk setiap modal yang diinvestasikan. Oleh karena itu, rasio kapitalisasi ini berhubungan erat dengan return saham (Gill, 2004).
B. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh David wijaya (2008) tentang pengaruh variabel rasio modal saham yaitu ROE, PER, PTBV, dan BVS terhadap return dengan menggunakan metode analisis regresi berganda menunjukkan hasil secara simultan bahwa semua variabel rasio modal
(ROE, PER, BVPS, PTBV) secara signifikan dan positif tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Secara parsial, semua variabel independen (ROE, PER, BVPS, dan PTBV) tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel dependen (Return). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wahid Wachyu Adi winanto (2007) yang meneliti mengenai variabel EPS, DER, PER dan PTBV berpengaruh terhadap return saham menggunakan metode regresi berganda dan menunjukkan hasil bahwa variabel EPS, DER, PER dan PTBV berpengaruh secara simultan terhadap return saham. Kemudian penelitian dari Johannes Tesalonika Siregar (2009) yang meneliti mengenai EPS, PER dan tingkat kapitalisasi terhadap return saham yang menunjukkan hasil yaitu EPS dan PER berdasarkan keeratannya memiliki hubungan yang erat dan searah terhadap harga saham. Sedangkan Rasio Tingkat Kapitalisasi berdasarkan keeratannya adalah memiliki hubungan yang erat dan tidak searah. terhadap harga saham. EPS, PER dan Rasio Tingkat Kapitalisasi secara Gabungan memiliki pengaruh terhadap Harga Saham. Pengaruh EPS, PER dan Rasio Tingkat Kapitalisasi secara Parsial (sendiri-sendiri) terhadap Harga Saham menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara EPS dengan harga saham Sedangkan antara PER terhadap Harga Saham tidak ada atau tidak terjadi hubungan linier antara kedua variabel tersebut. Begitu juga antara Rasio Tingkat Kapitalisasi terhadap Harga Saham tidak ada atau tidak terjadi hubungan linier antara kedua variabel tersebut.
Selanjutnya penelitian dari Ryo Bramantyo (2006) yang meneliti mengenai pengaruh DER (debt to equity ratio), PBV (price to book value) dan DPR (dividend payout ratio) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara DER, DPR dan PBV terhadap return saham pada perusahaan manufaktur. Kemudian penelitian dari Mohamad Abdul Azis (2005) yang meneliti mengenai pengaruh Earning Per Share dan Pertumbuhan Penjualan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang menghasilkan bahwa baik secara parsial maupun simultan EPS berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Selanjutnya penelitian dari Anung Saptadi (2007) yang meneliti mengenai pengaruh ROI, PER dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan bahwa secara parsial, variabel ROE berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan, variabel ROI, PER dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Kemudian penelitian dari Tika Maya Prabawanti (2007) yang meneliti pengaruh Quick Asset to Inventory (QAI), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Debt toTotal Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning per Share (EPS) terhadap Total Return saham pada Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta yang menghasilkan bahwa secara parsial hanya variabel QAI yang tidak
memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan secara parsial kelima variabel berpengaruh terhadap return saham. Penelitian dari Sri Artatik (2007) yang meneliti mengenai EPS dan PER terhadap Return saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ yang memperoleh hasil bahwa secara parsial variabel EPS berpengaruh terhadap return saham dan variabel PER tidak berpengaruh secara parsial. Sedangkan secara simultan, variabel EPS dan PER berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Kemudian penelitian dari Missaka Warusawitharana (2010) yang meneliti tentang pengaruh real return terhadap ekuitas yang merupakan kunci
dalam
membuat
keputusan
investasi.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa return di masa yang akan datang akan lebih rendah dari return saat ini. Hal ini dilihat dari hubungan nilai sekarang (present value) terhadap dividen, earning terhadap nilai pasar (market value) melalui return saham. Kemudian
penelitian
dari
Semra
Karacaer
dan
Ayhan
Kapusuzoglu (2008) yang meneliti mengenai pengaruh rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan keuangan
terhadap
situasi keuangan di perusahaan-perusahaan Turki. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keuangan perusahaan.
C. Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka berikut ini akan disajikan hipotesis sebagai berikut: H1: terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel (ROE, PER, PTBV EPS, dan tingkat kapitalisasi) terhadap return saham secara parsial H2: terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel (ROE, PER, PTBV EPS, dan tingkat kapitalisasi) terhadap return saham secara simultan
D. Kerangka Pemikiran
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
ANALISIS RASIO MODAL SAHAM
CR
EPS
PER
PBV
ROE
RETURN SAHAM
UJI ASUMSI KLASIK
Uji t
Uji F
UJI REGRESI BERGANDA
INTERPRETASI
Uji R
2
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif karena meneliti pengaruh rasio modal saham terhadap return saham yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Periode yang diambil yaitu Januari 2004 sampai Desember 2008, karena periode ini menggambarkan reaksi pasar terkini dan pada tahun 2004 pasar modal mengalami perkembangan yang sangat pesat.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2004-2008 yang terdiri atas perusahaan manufaktur dari sub sektor industri, sub sektor industry tersebut diantaranya yaitu: food and Beverages, Tobacco Products, Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products, Lumber and Wood Products, Paper and Allied Products, Chemical and Allied Products, Adhesive, Plastic Products, Cement, Metal, Machinery, Cables, Electrik and EletronicsEquipment, Automotive and Allied Products, Photographic Equipment, Pharmaceutikal, Consumer Goods, Other Manufakturing, Fabricated Metal Products, Stone Clay and Concrete Products.
Diambilnya Bursa Efek Jakarta sebagai obyek pengamatan karena Bursa Efek Jakarta sebagai barometer aktivitas pasar modal di Indonesia. Disamping itu frekuensi perdagangan dan variasi harga saham jauh lebih besar dan tinggi jika dibandingkan dengan Bursa Efek Surabaya. Dipilihnya perusahaan manufakatur karena lebih dari separuh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah perusahaan manufaktur untuk menjernihkan analisis, maka perlu mengkonsentrasikan pada perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 138 perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2004-2008 yang kemudian diseleksi menjadi 23. Metode penarikan
sampel
menggunakan
teknik
purposive
sampling, yaitu metode penarikan sampel berdasarkan syarat dan kriteria yang ditentukan agar memperoleh data yang diinginkan. Pemilihan sampel saham perusahaan manufaktur yang diteliti berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang go public di BEI selama tahun 20042008 2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan auditan secara lengkap selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
3. Sampel perusahaan diambil sebanyak 23 perusahaan selama periode 5 tahun.
C. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara membaca buku-buku dan surat kabar, mengadakan penelitia n kepustakaan baik melalui buku-buku maupun bahan-bahan serta literaturliteratur yang berhubungan erat kaitannya dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. 2. Data sekunder, yaitu melalui pihak-pihak lain seperti data-data yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan BAPEPAM. 3. Penelitian Lapangan, yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke BEI denagn tujuan memperoleh data penelitian yang dibutuhkan. Data yang digunakan dalam penelitian ni merupakan data runtun waktu atau data berkala (time series) yaitu data yang disusun berdasarkan urutan waktu atau data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu. Waktu yang digunakan dapat berupa mingguan, bulanan, tahunan dan sebagainya.
D. Metode Analisis Teknik
analisis
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multi kolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji auto korelasi. Analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program Eviews 5.0. Setelah model regresi terbebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistic yang terdiri dari uji t dan uji F dan uji koefisien determinasi.. 1. Uji Asumsi Klasik Menurut Gujarati (1995) bahwa dalam analisis linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi linier berganda. Dalam penelitian ini asumsi klasik yang dianggap penting dalam penelitian yaitu:. a. Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji signifikansi
variabel independen terhadap variable dependen melalui uji t hanya
akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan metode Jarque-Bera(J-B). jika residual didistribusikan secara normal maka diharapkan nilai statistic J-B akan sama dengan nol. Jika nilai probabilitas dari statistic J-B besar atau dengan kata lain jika nilai statistic dari J-B ini tidak signifikan maka kita menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas dari statistic JB kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistic J-B tidak sama dengan nol.
b. Uji Multikolonieritas Multikolinearitas adalah adanya hubungan antara variable independen dalam satu regresi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mempunyai masalah multikolinearitas. Penelitian ini membahas masalah multikolinearitas dengan melakukan uji korelasi parsial antar variabel independent dengan bantuan Eviews 5. Masalah multikolinearitas dengan uji korelasi parsial antar variabel independen dapat dilihat dengan nilai korelasi antar variabel. Jika koefisen korelasi lebih dari 0.80, dapat disimpulkan terdapat multikolinearitas pada model. Sebaliknya jika nilai
koefisien korelasi lebih kecil dari 0,80 maka diduga model tidak mengandung masalah multikolinearitas (Widarjono;2007).
c. Uji Autokorelasi Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah dala sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Penelitian ini menggunakan Metode Breusch-godfrey atau yang lebih dikenal dengan metode Langrange Multiplier (LM) untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi jika probabilitasobs*R 2 uji LM < 0.05 maka terdapat gejala autokorelasi dalam model yang digunakan.
d. Uji Heteroskedastisitas Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah varians residual absolut sama atau tidak sama untuk semua observasi data. Pada penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan
uji
heterokedastisitas.
White Suatu
untuk model
mengidentifikasi dikatakan
terdapat
masalah gejala
heterokedastisitas jika nilai chi square hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai chi square kritis. Sebaliknya jika nilai chi square hitung lebih kecil dari nilai kritis chi square maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heterokedastisitas.
2. Uji Hipotesis a. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Untuk menentukan nilai t-statistik tabel, ditentukan dengan tingkat signifikansi 5%, hasil dari perbandingan
probabilitas (sig t) dengan taraf signifikansi yang ditolerir sebesar α =5% akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan dalam uji hipotesis penelitian. Uji t digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu (parsial). Hipotesa yang digunakan adalah : Ho : b i = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : b ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel i
independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan level signifikan 95% atau α = 5% H ditolak bila : probabilitas nilai t hitung < probabilitas nilai t kritis 0
H diterima bila : probabilitas nilai t hitung > probabilitas nilai t kritis 0
Rumus menghitung t hitung dengan rumus t hitung
t = b-B Sb
Keterangan: b = koefisien regresi parsial sampel B = koefisien regresi parsial populasi Sb = Standar error koefisien regresi sampel
b. Uji Simultan (Uji F-statistik) Uji F-statistik digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. H0 : b1 , b2 , b 3 , b4 , b5 , ≤ 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel independen (x1,x2,x3,x4,x5 ) terhadap variabel dependen (Y). Ha : b1 , b2 , b3 , b4 , b5 > 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen ( x1,x2,x3,x4,x5) terhadap variabel dependen (Y).
F = R2/k (1-R 2)/(n-k-1) Keterangan: F : F hitung R2 : Koefisien Determinan k : Jumlah variabel independent n : Jumlah sample ( Gujarati, 1995: 120)
c. Uji R2 (Keofisien Determinasi)
Uji R 2 ini digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variasi total variabel dependen. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variasi total variabel dependen. R2= ESS TSS
Dimana: ESS = Explained sum of squares TSS = total sum of squares
d. Uji Regresi Berganda:
Y = a + b1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + u Keterangan: Y
= Return Saham
a
= Konstanta
b1- b5 = Koefisien variable-variabel independen X1
= Capitalized Ratio
X2
= Earning Per Share
X3
= Price to Book Value
X4
= Price Earning Ratio
X5
= Return On Equity
u
= Variabel pengganggu
E. Operasional Variabel Penelitian 1.
Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini yaitu rasio modal saham yang berupa PER, DER, EPS, PBTV, dan tingkat kapitalisasi. a. PER (Price Earning Ratio) Rasio
ini
menggambarkan ketersediaan
investasi
membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap perolehan laba perusahaan. Price
earning ratio dapat dihitung dengan
perbandingan antara harga pasar per lembar saham dan laba bersih per lembar saham. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PER = Harga Saham Per Lembar Pendapatan per lembar saham b. EPS (Earning Per Share) Earning
Per
Share
(EPS)
merupakan
ukuran
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
EPS = Laba Bersih Jumlah Saham Beredar c. PBV Price
to
Book
Value
(PBV)
yaitu
rasio
untuk
membandingkan harga pasar sebuah saham dengan nilai buku sebenarnya. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PTBV = Harga Saham Nilai Buku d. ROE (Return On Equity) Rasio yang mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. ROE ini ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut: ROE = Pendapatan Setelah Pajak Modal Pemegang Saham e. Tingkat Kapitalisasi Rasio yang mngukur tingkat
pengembalian yang
dituntut oleh pasar terhadap perusahaan. Rasio ini ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut: CR = Pendapatan per lembar saham Harga pasar per lembar saham
2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return saham dihitung dengan cara mengurangkan harga saham pada waktu tertentu dengan harga saham pada periode sebelumnya. Rumus return saham:
Rt = Pt – P t-1 Pt-1 Keterangan: Rt = return saham Pt = Harga saham waktu tertentu Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang terdiri atas perusahaan manufaktur dari beberapa sub-sektor yaitu: food and Beverages, Tobacco Products, Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products, Lumber and Wood Products, Paper and Allied Products, Chemical and Allied Products, Adhesive, Plastic Products, Cement, Metal, Machinery, Cables, Electrik and EletronicsEquipment, Automotive and Allied Products, Photographic Equipment, Pharmaceutikal, Consumer Goods, Other Manufakturing, Fabricated Metal Products, Stone Clay and Concrete Products. Penulis mengambil sampel
perusahaan dengan
metode
purposive sampling, Perusahaan dalam penelitian ini berjumlah 23 dengan kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur yang go public di BEI selama tahun 20042008.
b. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan setiap tahun selama tahun pengamatan 2004-2008, dengan dasar periode tahun kalender yang berakhir tanggal 31 Desember. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas, maka perusahaan yang yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur No.
Nama Perusahaan
Kode
1.
Aqua Golden Missisipi Tbk
AQUA
2.
Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
3.
Siantar Top Tbk
STTP
4.
Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
ULTJ
5.
HM Sampoerna Tbk
HMSP
6.
Pan Brothers Tbk
PBRX
7.
Ricky Putra Globalindo Tbk
RICY
8.
Sepatu Bata Tbk
BATA
9.
Sumalindo Lestari Jaya Tbk
SULI
10.
Asahimas Flat Glass Tbk
AMFG
11.
Dynaplast Tbk
DYNA
12.
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
INTP
13.
Lionmesh Prima Tbk
LMSH
14.
Lion Metal works Tbk
LION
15.
Mulia Indostrindo Tbk
MLIA
16.
Sumi Indo Kabel Tbk
IKBI
17.
Voksel Electric Tbk
VOKS
18.
Mandom Indonesia Tbk
TCID
19.
Kalbe Farma TBk
KLBF
20.
Kimia Farma (Persero)
KAEF
21.
Astra International Tbk
ASII
22.
Astra OtopartsTbk
AUTO
23.
Selamat Sempurna Tbk
SMSM
Sumber: BEI 2. Variabel-variabel Penelitian Sampel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari EPS, CR, PBV, PER, dan ROE. Sedangkan variabel dependennya adalah Return Saham. a. CR (Capitalized Ratio) Capitalized ratio merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian yang dituntut oleh pasar terhadap perusahaan. Jika rasio harga laba meningkat, maka tingkat kapitalisasi akan menurun. b. EPS (Earning per Share) Earning per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan nilai EPS yang tinggi berarti mampu menghasilkan laba per lembar saham yang tinggi, sehingga tingkat pengembalian atau return sahamnya juga tinggi. c. PER (Price Earning Ratio) Price Earning Ratio merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Perusahaan dengan nilai PER yang tinggi berarti memiliki laba yang rendah, dan sebaliknya perusahaan yang memiliki nilai PER rendah berarti memiliki laba yang tinggi. Dengan kata lain PER berbanding terbalik terhadap laba perusahaan. Perusahaan dengan PER yang rendah berarti memiliki laba yang tinggi, sehingga return saham juga tinggi. d. PBV (Price to Book Value) Price to Book value merupakan rasio yang mengukur apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Semakin kecil hasilnya semakin baik (Arifin, 1999: 89). Nilai buku adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham pada waktu pembubaran (likuidasi) Perseroan Terbatas (PT). Book Value Per Share adalah rasio untuk menilai murah tidaknya sebuah saham dengan
saham
lainnya.
Dapat
diperoleh
dengan
cara
membandingkan laba bersih dengan jumlah saham (Jogiyanto,
2003: 82). Book Value Per Share adalah rasio untuk menilai murah tidaknya sebuah saham dengan saham lainnya. Dapat diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih dengan jumlah saham (Jogiyanto, 2003: 82). e. ROE (Return On Equity) Return On Equity merupakan rasio yang mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Rasio yang tinggi berarti manajemen telah melakukan tugasnya dengan baik sehingga semakin tinggi rasio semakin baik. f. Return Saham Return saham merupakan tingkat keuntungan yang dimiliki oleh pemodal saham atas investasi yang dilakukannya. Nilai return saham yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki laba yang besar pula, sehingga memberikan return yang tinggi kepada investornya.
3. Analisis Deskriptif data Data keuangan perusahaan berupa variabel-variabel dependen di sajikan sebagai berikut: a. CR (Capitalized Ratio) Rasio yang mngukur tingkat pengembalian yang dituntut oleh pasar terhadap perusahaan. Tabel 4.2 CR Perusahaan Manufaktur 2004-2008
No.
Kode Perusahaan
1
2004
2005
2006
2007
2008
AQUA
0.1416
0.0874
0.0478
0.0409
0.0392
2
INDF
0.0502
0.0065
0.0529
0.0375
0.1855
3
STTP
0.1199
0.0464
0.0476
0.028
0.0773
4
ULTJ
0.0042
0.0068
0.0165
0.0276
0.1953
5
HMSP
0.0778
0.0822
0.0942
0.0639
0.1198
6
PBRX
0.063
0.1312
0.0815
0.2445
0.6452
7
RICY
0.0693
0.2941
0.1383
0.1256
0.1245
8
BATA
0.1267
0.1073
0.0616
0.0739
0.7874
9
SULI
-0.426
-0.004
-0.033
0.013
0.0052
10
AMFG
0.1645
0.102
0.0174
0.0133
0.3289
11
DYNA
0.0947
0.0557
0.0123
0.0431
0.0408
12
INTP
0.0223
0.0549
0.0351
0.0309
0.0970
13
LMSH
0.3534
0.2513
0.2252
0.1965
0.5435
14
LION
0.2203
0.1712
0.2049
0.1908
15
MLIA
-1.515
0.2564 3.5714
-2.5
-2
1.1494
16
IKBI
0.0534
0.2092
0.2062
0.3610
17
VOKS
-2.5
0.1431 0.6369
0.1156
0.0886
0.2415
18
TCID
0.1848
0.1692
0.0928
0.0947
0.1474
19
KLBF
0.0635
0.0576
0.0596
0.063
0.1653
20
KAEF
0.0011
0.0449
0.0265
0.0319
0.0975
21
ASII
0.1346
0.1449
0.0628
0.0552
0.2230
22
AUTO
0.156
0.1456
0.1209
0.149
0.3077
23
SMSM
0.1534
0.1692
0.1319
0.1294
0.1186
Sumber: BEI, data diolah Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan yang memiliki nilai Capitalized Ratio paling tinggi adalah perusahaan Lionmesh Prima dengan nilai 0.3534 atau dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Voksel Electric dengan nilai -2.5. Pada tahun 2005, perusahaan yang memiliki nilai CR paling tinggi adalah Ricky Putra Globalindo dengan nilai 0.2941 atau dan perusahaan yang memiliki nilai CR paling rendah adalah Mulia Industrindo dengan nilai -3.5714. Pada tahun 2006, perusahaan yang memiliki nilai CR paling tinggi adalah Sumi Indo Kabel dengan nilai 0.2092 dan perusahaan paling rendah adalah Dynaplast dengan nilai CR sebesar 0.0123. Pada tahun 2007, perusahaan Pan Brothers dengan nilai sebesar 0.2445 dan perusahaan Asahimas Flat Glass dengan nilai 0.0133. Pada tahun 2008, nilai CR yang paling tinggi adalah perusahaan Mulia Industrindo dengan nilai sebesar 1.1494 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan AquaGolden Missippi dengan nilai 0.0392.
b. EPS (Earning Per Share) Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Tabel 4.3 EPS Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
No.
Kode Perusahaan
2004
2005
2006
2007
2008
1 2
AQUA INDF
6798 40
5509 6
5263 71
5292 96
4975 173
3 4
STTP ULTJ
22 2
7 2
10 7
10 15
12 156
5 6
HMSP PBRX
525 26
732 49
913 31
913 87
970 79
7 8 9 10
RICY BATA SULI AMFG
25 1774 -179 416
75 1556 -3 613
66 863 -89 8
70 1698 42 298
30 16085 1 629
11 12
DYNA INTP
166 66
64 195
10 202
32 253
27 446
13
LMSH
539
477
383
413
1962
14
LION
375
512
377
431
586
15 16
MLIA IKBI
-416 31
-562 61
-389 172
-680 237
259 181
17 18
VOKS TCID
-414 740
-181 694
47 645
72 796
72 812
19
KLBF
55
57
71
79
66
20
KAEF
13
7
4
10
7
21
ASII
1313
1478
985
1509
2428
22 23
AUTO SMSM
300 44
408 52
354 46
495 56
1078 77
Sumber: BEI, data diolah
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan yang memiliki nilai Earning Per Share paling tinggi adalah perusahaan Aqua Golden Missippi dengan nilai 6798 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Mulia Industrindo dengan nilai -416. Pada tahun 2005, perusahaan yang memiliki nilai Earning Per Share paling tinggi adalah Aqua Golden Missippi dengan nilai 5509 dan perusahaan yang memiliki nilai Earning Per Share paling rendah adalah Mulia Industrindo dengan nilai -562. Pada tahun 2006, perusahaan yang memiliki nilai Earning Per Share paling tinggi adalah Aqua Golden Missippi dengan nilai 5263 dan perusahaan paling rendah adalah Mulia Industrindo dengan nilai Earning Per Share sebesar -368. Pada tahun 2007, perusahaan Aqua Golden Missippi dengan nilai sebesar 5292 dan perusahaan Mulia Industrindo dengan nilai -680. Pada tahun 2008, nilai Earning Per Share yang paling tinggi adalah perusahaan Sepatu Bata dengan nilai sebesar 16085 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai earning Per Share 1. c. PBV Price to Book
Value
(PBV)
yaitu
rasio
untuk
membandingkan harga pasar sebuah saham dengan nilai buku sebenarnya.
Tabel 4.4 PBV Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008 Nama No. Perusahaan
2004
2005
2006
2007
2008
1
AQUA
1.92
2.09
3.25
3.48
3.08
2
INDF
1.83
2.03
2.67
3.84
0.97
3
STTP
0.76
0.6
0.81
1.37
0.53
4
ULTJ
1.41
1.1
1.54
2.21
1.95
5
HMSP
4.84
8.42
7.59
8.45
4.87
6
PBRX
1.97
1.47
1.42
1.08
0.33
7
RICY
1.14
0.65
1.08
1.1
0.46
8
BATA
1.08
1.06
1
1.49
0.95
9
SULI
-0.61
12
7.79
6.71
0.39
10
AMFG
1.02
1.22
1.09
1.12
0.36
11
DYNA
1.44
0.92
0.65
0.59
0.53
12
INTP
2.32
2.52
3.53
4.55
2.11
13
LMSH
0.9
0.89
0.69
0.77
0.81
14
LION
0.78
0.77
0.8
0.68
0.86
15
MLIA
-0.22
-0.08
-0.07
-0.12
-0.08
16
IKBI
0.56
0.4
0.68
0.84
0.34
17
VOKS
-0.15
-0.21
1.33
2.16
0.7
18
TCID
1.55
1.43
2.11
2.27
1.34
19
KLBF
4.04
6.18
4.16
3.8
1.17
20
KAEF
1.41
0.98
1.08
1.89
0.46
21
ASII
2.61
2.08
2.93
4.31
1.38
22
AUTO
1.11
1.36
1.28
1.23
1.02
23
SMSM
1.06
1.01
1.15
1.26
1.74
Sumber: BEI, data diolah Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan yang memiliki nilai PBV paling tinggi
adalah perusahaan HM Sampoerna dengan nilai 4.84 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai -0.61. Pada tahun 2005, perusahaan yang memiliki nilai PBV paling tinggi adalah HM Sampoerna
dengan nilai 8.42 atau dan perusahaan yang
memiliki nilai PBV paling rendah adalah Voksel Electir dengan nilai -0.21. Pada tahun 2006, perusahaan yang memiliki nilai PBV paling tinggi adalah Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai 7.79 dan perusahaan paling rendah adalah Mulia Industrindo dengan nilai PBV sebesar -0.07. Pada tahun 2007, perusahaan HM Sampoerna dengan nilai sebesar 8.45 dan perusahaan MUlia Industrindo dengan nilai -0.12. Pada tahun 2008, nilai PBV yang paling tinggi adalah perusahaan HM Sampoerna dengan nilai sebesar 4.87 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Mulia Industrindo dengan nilai -0.08. d. PER Rasio ini menggambarkan ketersediaan investasi membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap perolehan laba perusahaan. Tabel 4.5 PER Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
No.
Kode Perusahaan
2004
2005
2006
2007
2008
1
AQUA
7.06
11.44
20.9
24.47
25.53
2
INDF
19.91
152.75
18.89
26.69
5.39
3
STTP
8.34
21.55
21.02
35.69
12.94
4
ULTJ
237.8
148.04
60.43
36.17
5.12
5
HMSP
12.85
12.16
10.62
15.66
8.35
6
PBRX
15.87
7.62
12.27
4.09
1.55
7
RICY
14.42
3.4
7.23
7.96
8.03
8
BATA
7.89
9.32
16.23
13.54
1.27
9
SULI
-2.35
-247.91
-30.48
77
193.01
10
AMFG
9.57
5.42
383.09
10.72
1.92
11
DYNA
10.56
17.95
81.14
23.22
24.52
12
INTP
44.89
18.21
28.46
32.37
10.31
13
LMSH
2.83
3.98
4.44
5.09
1.84
14
LION
4.54
3.9
5.84
4.88
5.24
15
MLIA
-0.66
-0.28
-0.4
-0.5
0.87
16
IKBI
18.72
6.99
4.78
4.85
2.77
17
VOKS
-0.4
-1.57
8.65
11.29
4.14
18
TCID
5.41
5.91
10.78
10.56
6.78
19
KLBF
15.75
17.35
16.77
15.88
6.05
20
KAEF
927.86
22.27
37.77
31.35
10.26
21
ASII
7.43
6.9
15.93
18.1
4.35
22
AUTO
6.41
6.87
8.27
6.71
3.25
23
SMSM
6.52
5.91
7.58
7.73
8.43
Sumber: BEI, data diolah Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan yang memiliki nilai PER paling tinggi adalah perusahaan Kimia Farma dengan nilai 927.86 atau dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai -2.35. Pada tahun 2005, perusahaan yang memiliki nilai PER paling tinggi adalah Indofood
Sukses Makmur dengan nilai 152.75 atau dan perusahaan yang memiliki nilai PER paling rendah adalah Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai -247.91. Pada tahun 2006, perusahaan yang memiliki nilai PER paling tinggi adalah Asahimas Flat Glass dengan nilai 383.09 dan perusahaan paling rendah adalah Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai PER sebesar -30.48. Pada tahun 2007, perusahaan Ultra Jaya Milk dengan nilai sebesar 36.17 dan perusahaan Mulia Industrindo dengan nilai -0.5. Pada tahun 2008, nilai PER yang paling tinggi adalah perusahaan Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai sebesar 193.01 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Sepatu Bata dengan nilai 1.27. c. ROE Rasio yang mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Tabel 4.6 ROE Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
Kode No. Perusahaan 1 AQUA 2 INDF 3 STTP 4 ULTJ 5 HMSP 6 PBRX 7 RICY 8 BATA
2004 0.2585 0.0888 0.0889 0.0055 0.4099 0.0995 0.1261 0.2008
2005 0.1588 0.0288 0.0324 0.0056 0.5208 0.0935 0.1476 0.1423
2006 0.1092 0.1341 0.0421 0.0181 0.62 0.0825 0.1309 0.1061
2007 0.1299 0.1363 0.0435 0.0365 0.4494 0.1731 0.1241 0.1665
2008 0.1416 0.1217 0.0133 0.2675 0.484 -0.42 -0.0292 0.5769
9 10
SULI AMFG
3.7152 0.2005
0.0589 0.177
-0.128 -0.015
0.0476 0.1182
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
DYNA INTP LMSH LION MLIA IKBI VOKS TCID KLBF KAEF ASII AUTO SMSM
0.1206 0.0249 0.315 0.1954 0.3419 0.0232 0.2458 0.2074 0.3054 0.0955 0.3279 0.1596 0.1672
0.0532 0.1314 0.1937 0.1416 0.2959 0.0701 0.1154 0.2021 0.2684 0.0626 0.2672 0.1705 0.16
-0.017 0.0983 0.1136 0.1378 0.1599 0.1189 0.137 0.1648 0.2259 0.0505 0.1659 0.1513 0.1467
0.002 0.1422 0.2039 0.1489 0.2412 0.176 0.1739 0.1651 0.2084 0.0575 0.2418 0.2012 0.1666
-0.8079 0.1525 6.98E06 0.2053 0.2437 0.1881 0.1529 0.1926 0.0166 0.1407 0.2004 0.0584 0.2778 0.2134 0.1675
Sumber: BEI, data diolah Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan yang memiliki nilai ROE paling tinggi adalah perusahaan HM Sampoerna dengan nilai 4.099 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Ultra Jaya Milk dengan nilai 0.0005.
Pada tahun
2005,
perusahaan yang memiliki nilai ROE paling tinggi adalah HM Sampoerna dengan nilai 0.5208 atau dan perusahaan yang memiliki nilai ROE paling rendah adalah Ultra Jaya Milk dengan nilai 0.0056. Pada tahun 2006, perusahaan yang memiliki nilai ROE paling tinggi adalah HM Sampoerna dengan nilai 0.62 dan perusahaan paling rendah adalah Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai ROE sebesar 0.128. Pada tahun 2007, perusahaan HM Sampoerna
dengan nilai sebesar 0.4494 dan perusahaan Dynaplast dengan nilai 0.002. Pada tahun 2008, nilai ROE yang paling tinggi adalah perusahaan HM Sampoerna dengan nilai sebesar 0.484 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Pan Brothers dengan nilai -0.42. d. Return Saham Return saham merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemodal
atas
suatu
investasi
yang
dilakukannya. Return saham dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus yang telah dikemukakan pada bab III. Perhitungan return saham dalam penelitian ini dilakukan setelah perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan, dengan asumsi bahwa investor telah melihat informasi keuangan yang diterbitkan perusahaan pada tanggal 31 Desember, sehingga dapat diketahui reaksi pasar setelah penerbitan laporan keuangan tersebut. Tabel 4.7 Return saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2008
Kode No. Perusahaan 1 AQUA
2004 -0.011
2005 0.03
2006 0.0635
2007 0.0521
2008 -0.0081
2
INDF
-0.071
0.0555
0.0411
0.0259
0.0078
3
STTP
-0.064
0.0584
0.042
-0.014
-0.0028
4
ULTJ
0.0567
0.071
0.1005
-0.015
0.0215
5
HMSP
-0.034
0.0514
0.0092
0.0397
0.0373
6
PBRX
-0.064
0.011
-0.026
-0.034
0.0095
7
RICY
-0.024
0.0245
0.1249
-0.029
0.1702
8
BATA
-0.02
0.0121
0.0137
0.0022
-0.002
9
SULI
-0.138
0.0332
0.1129
0.0713
0.2362
10
AMFG
-0.041
0.0213
0.0011
0.0455
0.0103
11
DYNA
0.0411
0.0305
0.0394
0.0085
0.0294
12
INTP
-0.033
0.0311
0.0444
0.0203
0.0486
13
LMSH
0.0092
0.0048
-0.007
0.1081
0.1806
14
LION
0.0382
0.0253
0.0764
0.0436
0.0592
15
MLIA
-0.018
0.0905
0.0043
-0.036
0.0246
16
IKBI
-0.038
0.068
-0.009
-0.046
0.2121
17
VOKS
-0.067
0.1192
0.0543
0.073
0.1850
18
TCID
-0.029
0.018
0.0409
0.0086
0.0388
19
KLBF
-0.079
0.0058
0.0227
0.0726
0.0488
20
KAEF
-0.086
0.0827
0.0176
-0.01
0.0059
21
ASII
-0.07
0.0497
0.0428
0.0092
0.0554
22
AUTO
0.034
0.0141
0.0092
0.0573 0.01670
23
SMSM
0.0673
0.0098
-0.025
-0.019
Sumber: BEI, data diolah
-0.0088
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, perusahaan yang memiliki Return paling tinggi adalah perusahaan Selamat Sempurna dengan nilai 0.0673
atau dan yang memiliki
nilai paling rendah adalah perusahaan Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai -0.138. Pada tahun 2005, perusahaan yang memiliki return paling tinggi adalah Voksel Electric dengan nilai 0.1192 dan perusahaan yang memiliki nilai return paling rendah adalah Dynaplast dengan nilai –0.0305. Pada tahun 2006, perusahaan yang memiliki nilai return paling tinggi adalah Ricky Putra Globalindo dengan nilai 0.1249
dan perusahaan paling rendah adalah Pan
Brothers dengan nilai return sebesar -0.026. Pada tahun 2007, perusahaan Lionmesh Prima dengan nilai sebesar 0.1081 dan perusahaan Sumi Indo Kabel dengan nilai -0.046. Pada tahun 2008, nilai return yang paling tinggi adalah perusahaan Sumalindo Lestari Jaya dengan nilai sebesar 0.2361 dan yang memiliki nilai paling rendah adalah perusahaan Selamat Sempurna dengan nilai -0.0088.
B. Penemuan dan Pembahasan Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda.
Sebelum
dilakukan
pengujian dengan regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multi kolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji auto korelasi. Analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program Eviews 5.0. Setelah model regresi terbebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistic yang terdiri dari uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi (R2), kemudian uji regresi berganda. 1. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah variable berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas data
menggunakan
metode
Jarque-Bera(J-B).
jika
residual
didistribusikan secara normal maka diharapkan nilai statistic J-B akan sama dengan nol. Jika nilai probabilitas dari statistic J-B besar atau dengan kata lain jika nilai statistic dari J-B ini tidak signifikan maka kita
menerima hipotesis bahwa residual mempunyai
distribusi normal karena nilai statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas dari statistic JB kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistic J-B tidak sama dengan nol.
Jarque Bera
Tabel 4.8 Hasil uji normalitas data Probabilitas
5.012119
0.081589
Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan uji statistik J-B, nilai statistiknya sebesar 5.012119 dengan probabilitas yang cukup besar yaitu sebesar 8.16%. Oleh karena itu, berarti hipotesis nol diterima karena residual didistribusikan secara normal. b) Uji Multikolonieritas Masalah multikolinearitas dengan uji korelasi parsial antar variabel independen dapat dilihat dengan nilai korelasi antar variabel. Jika koefisen korelasi lebih dari 0.80, dapat disimpulkan terdapat multikolinearitas pada model. Sebaliknya jika nilai koefisien korelasi lebih kecil dari 0,80 maka diduga model tidak mengandung masalah multikolinearitas (Widarjono;2007). Tabel 4.9 Hasil Matrix Correlation
LOG(X1)
LOG(X2)
LOG(X3)
LOG(X4)
LOG(X5)
LOG(X1)
1.000000
0.420459
-0.470297
-0.952165
0.387142
LOG(X2)
0.420459
1.000000
0.219513
-0.460449
0.588672
LOG(X3)
-0.470297
0.219513
1.000000
0.486492
0.405190
LOG(X4)
-0.952165
-0.460449
0.486492
1.000000
-0.404755
LOG(X5)
0.387142
0.588672
0.405190
-0.404755
1.000000
Sumber: Lampiran 2
Tabel 4.9 Terlihat bahwa nilai korelasi antar variable independen tidak lebih dari 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas pada model regresi tersebut. c) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini menggunakan
uji
white
untuk
mengidentifikasi
masalah
heterokedastisitas ini. Hasil uji white dengan bantuan software eviews 5.0 adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji White untuk heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test:
F-statistic Obs*R-squared
0.151970 1.656238
Probability Probability
0.998714 0.998361
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/16/10 Time: 16:58 Sample: 1 115 Included observations: 115
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X1^2 X2 X2^2 X3 X3^2 X4 X4^2 X5 X5^2
0.004603 0.000962 0.000699 -4.76E-06 2.62E-10 0.008005 -0.000943 -8.99E-05 8.89E-08 -0.014469 0.003996
0.009643 0.018985 0.007342 6.05E-06 4.48E-10 0.008055 0.000900 0.000133 1.55E-07 0.034099 0.009838
0.477270 0.050665 0.095189 -0.786444 0.583911 0.993822 -1.047590 -0.673442 0.572381 -0.424331 0.406244
0.6342 0.9597 0.9243 0.4334 0.5605 0.3226 0.2973 0.5022 0.5683 0.6722 0.6854
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid
0.014402 -0.080367 0.047188 0.231573
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion
0.007132 0.045399 -3.178609 -2.916051
Log likelihood Durbin-Watson stat
193.7700 2.026386
F-statistic Prob(F-statistic)
0.151970 0.998714
Sumber: Lampiran 3 Tabel 4.10 Menunjukkan bahwa model tidak mengandung heterokedastisitas, karena nilai probabilitas chi squares sebesar 99.83% lebih besar dari 0.05 atau 5%. Selain itu nilai chi square hitung sebesar 1.656238 sedangkan nilai kritis chi square pada α = 5% dengan df sebesar 10 adalah 18.3070. Karena nilai chi square hitung lebih kecil dari nilai kritis chi square maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heterokedastisitas. d) Uji autokorelasi Penelitian ini menggunakan Metode Breusch-godfrey atau yang lebih dikenal dengan metode Langrange Multiplier (LM) untuk
mendeteksi
probabilitasobs*R2 autokorelasi
dalam
adanya uji LM model
masalah < 0.05 yang
autokorelasi
maka
jika
terdapat gejala
digunakan.hasil
deteksi
autokorelasi dengan menggunakan metode LM dapat dilihat pada tabel 4.11 Berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic Obs*R-squared
0.167947 0.359877
Probability Probability
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/16/10 Time: 16:57 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic
0.845621 0.835322
Prob.
C X1 X2 X3 X4 X5 RESID(-1) RESID(-2)
-0.000520 -0.000401 2.93E-07 -4.10E-05 4.03E-06 0.001549 0.002357 0.056885
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.003129 -0.062086 0.087416 0.817654 121.2314 2.001672
0.012640 0.015026 4.52E-06 0.004174 8.36E-05 0.022804 0.098366 0.098221
-0.041153 -0.026696 0.064786 -0.009820 0.048210 0.067909 0.023958 0.579149
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.9673 0.9788 0.9485 0.9922 0.9616 0.9460 0.9809 0.5637 6.21E-18 0.084823 -1.969241 -1.778289 0.047985 0.999843
Sumber: Lampiran 4 Tabel 4.11 tersebut diatas menunjukkan probabilitas obs*R2 uji LM sebesar 0.835322 lebih besar dari α sebesar 0,05. Selain itu dapat pula dilihat dari nilai chi square kritis dengan df 5 pada α 5% sebesar 11.0705 sedangkan nilai chi square hitung sebesar 0.006185 lebih kecil dari nilai chi square kritis artinya model tidak mempunyai masalah autokorelasi. Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Berganda Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 02/16/10 Time: 16:55 Sample: 1 115 Included observations: 115 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X2 X3 X4 X5
0.043835 0.008275 -2.24E-06 -0.000718 -8.10E-05 -0.055505
0.012495 0.014887 4.44E-06 0.004135 8.19E-05 0.022447
3.508316 0.555815 -0.504169 -0.173620 -0.989067 -2.472736
0.0007 0.5795 0.6152 0.8625 0.3248 0.0150
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.064164 0.021236 0.086747 0.820220 121.0511 1.992901
Sumber: Lampiran 5
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.029391 0.087683 -2.000890 -1.857676 1.494682 0.197452
2. Uji Hipotesis a. Uji regresi parsial (uji t) Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan regresi dapat dilihat pada tabel 4.12 diketahui bahwa t hitung untuk masing-masing variabel adalah: 1) ROE (Return On Equity)
Hasil regresi table menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel ROE sebesar 0.341009 dan probabilitasnya sebesar 0.00150. Karena probabilitasnya kurang dari 0.05 maka Ha ditolak, artinya variabel ROE mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen
b. Uji regresi simultan (Uji F) Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 1.494682 dengan probabilitas (sig-F) sebesar 0.197452.sedangkan F table sebesar 2.53. Dengan demikian F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F tabel. Maka Ha ditolak, hal ini berarti bahwa variabel CR, EPS, PBV, PER dan ROE tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap return saham.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.12 menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R 2) sebesar 0.064164. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang terdiri
dari CR, EPS, PBV, PER dan ROE mempunyai pengaruh terhadap return saham sebesar 6.41%. Sedangkan sisanya sebesar 93.59% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
3. Uji Regresi Berganda Dengan memperhatikan hasil regresi linear berganda pada table 4.12 di atas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 0.043835 - 0.0555046X5 + e Berdasarkan
hasil
regresi
berganda
diatas
dapat
diinterpretasikan sebagai berikut: 1). Konstanta Nilai konstanta sebesar 0.043835 yang berarti jika variable bebas yang lain bernilai nol maka variabel Y (return saham) mempunyai nilai sebesar 0,043835. 2). Koefisien Return On Equity Koefisien regresi untuk (x5) sebesar -0.0555046
dan
bertanda negatif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan satu satuan pada Earning Per Share dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka return saham akan mengalami perubahan sebesar 0.0555046 dengan arah yang berlawanan.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang menguji pengaruh rasio modal saham seperti Capitalized Ratio, Earning Per Share, Price to Book Value, Price Earning Ratio dan Return On Equity terhadap return saham, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji hipotesis yang pertama mengenai pengaruh rasio modal saham terhadap return saham secara parsial, maka diperoleh hasil bahwa dari kelima variabel rasio modal saham, yang memiliki pengaruh terhadap return saham adalah variabel Return On Equity (ROE). Hasil
regresi tabel menunjukkan bahwa nilai thitung variabel ROE sebesar 0.341009 dan probabilitasnya sebesar 0.00150. Karena probabilitasnya kurang dari 0.05 maka Ha ditolak, artinya variabel ROE mempunyai pengaruh yang parsial terhadap variabel dependen. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Anung Saptadi (2007) yang secara parsial ROE berpengaruh terhadap harga saham namun berbeda dengan penelitian yang diteliti oleh Wahid Wachyu Adi Winanto (2005) bahwa secara parsial ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Kemudian penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Johanes Tesalonika Siregar (2009) mengenai pengaruh CR terhadap return saham yang tidak berpengaruh secara parsial. Selanjutnya penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Ryo Bramantyo (2006) yang meneliti mengenai pengaruh
PBV terhadap return saham bahwa
tidak
berpengaruh secara signifikan. Kemudian berbeda dengan penelitian dari Mohamad Abdul Azis tentang pengaruh EPS dan pertumbuhan penjualan terhadap perubahan harga saham yang secara parsial dan simultan berpengaruh secara signisfikan. Selanjutnya sesuai dengan penelitian dari Sri Artatik (2007) yang secara parsial bahwa variabel PER tidak berpengaruh secara parsial terhadap total return. Hal ini berarti bahwa investor harus memperhatikan besarnya pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan atas modal sendiri yang dalam hal ini yaitu ROE. Semakin besar ROE, semakin baik dalam penentuan pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang kedua mengenai pengaruh rasio modal saham terhadap return saham secara simultan, diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar 1.494682 dengan probabilitas (sig-F) sebesar 0.197452.sedangkan F table sebesar 2.53. Dengan demikian F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F tabel. Maka Ha ditolak, hal ini berarti bahwa variabel CR, EPS, PBV, PER dan ROE tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap return saham Hal ini sesuai dengan penelitian dari David wijaya (2008) yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan anatar ROE, EPS, PBV dan PER terhadap return saham. Kemudian berbeda dengan penelitian dari johanes Tesalonika Siregar (2009) yang menunjukkan hasil bahwa EPS, CR dan PER berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
return saham. Hal ini berbeda karena rentang waktu penelitian berbeda dan sampel perusahaan yang digunakan berbeda.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh rasio-rasio modal saham seperti CR (Capitalized Ratio), EPS (Earning Per Share), PBV (Price to Book Value), PER (Price Earning Ratio) dan ROE (Return On Equity) terhadap return yang diterima oleh perusahaan-perusahaan manufaktur dari sub-sektor industry food and Beverages, Tobacco Products, Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products, Lumber and Wood Products, Paper and Allied Products, Chemical and Allied Products, Adhesive, Plastic Products, Cement, Metal, Machinery, Cables, EletronicsEquipment,
Automotive
and
Electrik
Allied
and
Products,
Photographic Equipment, Pharmaceutikal, Consumer Goods, Other Manufakturing, Fabricated Metal Products, Stone Clay and Concrete Products dengan sampel 23 perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan data perusahaan selama tahun 2004-2008 dan mengambil sampel perusahaan sebanyak 23 dengan jumlah observasi sebesar 115.
2. Secara simultan, variable Capitalized Ratio, Earning Per share, Price to Book Value, Price Earning Ratio dan Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, dengan koefisien determinasi 0,064164 atau sebesar 6.41%, sedangkan sisanya dipengaruhi variable lain yang tidak diteliti. 3. Secara parsial, variable Capitalized ratio, Earning Per share, Price to Book Value, Price Earning Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham, namun variable Return On Equity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Jadi, dari kelima variable hanya satu variable yang berpengaruh secara parsial terhadap return saham dan empat variable tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap return saham. 4. Dari hasil persamaan regresi diperoleh bahwa dari lima variable yang diteliti yaitu Capitalized Ratio, Earning Per Share, Price to Book value, Price Earning ratio, Return On equity, hanya variable Return On Equity yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. B. IMPLIKASI Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pasar modal. 1. Bagi Lingkungan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
untuk
manajemen
penelitian keuangan,
selanjutnya khususnya
dibidang dengan
memperhatikan reaksi pasar terhadap factor-faktor rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh perusahaan. 2. Bagi Investor Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi dalam melakukan transaksi dan kegiatan perdagangan di pasar modal sebelum melakukan investasi di Bursa Efek. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu ilmu pengetahuan mengenai keuangan dan kegiatan investasi di pasar modal. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini hanya menguji lima variabel rasio modal saham yang mempengaruhi return, sedangkan return mungkin dipengaruhi oleh variabel-variabel rasio modal saham lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini dan sebaiknya penelitian selanjutnya menngunakan sampel perusahaan selain manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Weaton, J. Fred and Thomas Copeland.1997.Manajemen Keuangan Edisi Sembilan.Jakarta: Bina Rupa Aksara. Van Horne, James C. and John M. Wachowicz, JR.1998.Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.Jakarta: Salemba Empat. Kismono, Gugup.2001.Pengantar Bisnis.Yogyakarta.BP FE UGM. Anoraga, Pandji.2001.Pengantar Pasar Modal (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta. Algifari.2000.Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi.Yogyakarta.BPFE. Widarjono, Agus.2007.Ekonometrika: Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: FE UII. Nachrowi, D. Nachrowi dan Hardius Usman.2006.Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.Jakarta: LP FE UI. Wijaya, David.2008.Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham Perusahaan-perusahaan Telekomunikasi Go Public di Indonesia Periode 2007.Jurnal Manajemen dan Bisnis. Winarto, Wahid Wchyu Adi.2007.Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.Skripsi. Chang, Hsu-Ling, dkk.2008.The Realtionship Between Stock Price and EPS: Evidence Based On Taiwan Panel Data.Economics bulletin. Koralun, Julia.Industry and Country Effect In Financial Ratios Of Enterprise The Case of Finland, Italy and Netherlands. Lewlellen, Jonathan.2004.Predicting Return with Financial Ratios.Journal of Financial Economic. Gill, James O.2006.Dasar-dasar Analisis Keuangan.Jakarta:PPM. Bramantyo, Ryo.2006.Analisis Pengaruh DER, PBV, DPR Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI.Skripsi.
Azis, Mohammad Abdul.2005.Pengaruh Earning Per Share dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Penjualan Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman.Skripsi. Husnan, Suad.Dasar-dasar Teori Portofolio.1993.Yogyakarta: UPP-AMPYKPN. Hadi, Yovi Lavianti dan Irham Fahmi.2009.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta. Salim, Joko.2009.Step By Step Online Investment.Jakarta: Gramedia. Sugiyono.2005.Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta. Karacaer, Semra dan Ayhan Kapusuzoglu.2008.An Analysis of The Effect of Financial Ratios on Financial Situation of Turkish Enterprises Resulting from their Annual Operations.Euro Journals Publishing. Taufik.2007.Pengaruh Pendekatan Traditional Accounting dan Economic Value Added Terhadap Stock Return Perusahaan Sektor Perbankan di PT Bursa Efek Jakarta.Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.5 No.10 Desember 2007. Artatik, Sri.2007.Pengaruh Earning Per Share dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.Skripsi. Inayah.2007.Pengaruh Price Earning Ratio, Volume Penjualan Produk dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Return Saham Perusahaan yang Bergerak di Bidang Finansial di Bursa Efek Jakarta.Skripsi Astutik, Esti Puji.2005.Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.Skripsi Fama, Eugene F. and Kenneth R. France.1992.The Cross-Section of Expected Stock Returns.The Journal of Finance Vol. X and VII No.2 Pribawanti, Tika Maya.2007.Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur yang Membagikan Dividen di Bursa Efek Jakarta.Skripsi
LAMPIRAN
1. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data
Jarque Bera
Probabilitas
5.012119
0.081589
b. Uji Multikolonieritas LOG(X1)
LOG(X2)
LOG(X3)
LOG(X4)
LOG(X5)
LOG(X1)
1.000000
0.420459
-0.470297
-0.952165
0.387142
LOG(X2)
0.420459
1.000000
0.219513
-0.460449
0.588672
LOG(X3)
-0.470297
0.219513
1.000000
0.486492
0.405190
LOG(X4)
-0.952165
-0.460449
0.486492
1.000000
-0.404755
LOG(X5)
0.387142
0.588672
0.405190
-0.404755
1.000000
c. Uji Heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test:
F-statistic Obs*R-squared
0.151970 1.656238
Probability Probability
0.998714 0.998361
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/16/10 Time: 16:58 Sample: 1 115 Included observations: 115
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X1^2 X2 X2^2 X3
0.004603 0.000962 0.000699 -4.76E-06 2.62E-10 0.008005
0.009643 0.018985 0.007342 6.05E-06 4.48E-10 0.008055
0.477270 0.050665 0.095189 -0.786444 0.583911 0.993822
0.6342 0.9597 0.9243 0.4334 0.5605 0.3226
X3^2 X4 X4^2 X5 X5^2
-0.000943 -8.99E-05 8.89E-08 -0.014469 0.003996
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.014402 -0.080367 0.047188 0.231573 193.7700 2.026386
0.000900 0.000133 1.55E-07 0.034099 0.009838
-1.047590 -0.673442 0.572381 -0.424331 0.406244
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.2973 0.5022 0.5683 0.6722 0.6854 0.007132 0.045399 -3.178609 -2.916051 0.151970 0.998714
d. Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic Obs*R-squared
0.167947 0.359877
Probability Probability
0.845621 0.835322
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/16/10 Time: 16:57 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X2 X3 X4 X5 RESID(-1) RESID(-2)
-0.000520 -0.000401 2.93E-07 -4.10E-05 4.03E-06 0.001549 0.002357 0.056885
0.012640 0.015026 4.52E-06 0.004174 8.36E-05 0.022804 0.098366 0.098221
-0.041153 -0.026696 0.064786 -0.009820 0.048210 0.067909 0.023958 0.579149
0.9673 0.9788 0.9485 0.9922 0.9616 0.9460 0.9809 0.5637
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.003129 -0.062086 0.087416 0.817654 121.2314 2.001672
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
6.21E-18 0.084823 -1.969241 -1.778289 0.047985 0.999843
2. Hasil Uji Regresi Berganda Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 02/16/10 Time: 16:55 Sample: 1 115 Included observations: 115
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1
0.043835 0.008275
0.012495 0.014887
3.508316 0.555815
0.0007 0.5795
X2 X3 X4 X5
-2.24E-06 -0.000718 -8.10E-05 -0.055505
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.064164 0.021236 0.086747 0.820220 121.0511 1.992901
4.44E-06 0.004135 8.19E-05 0.022447
-0.504169 -0.173620 -0.989067 -2.472736
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.6152 0.8625 0.3248 0.0150 0.029391 0.087683 -2.000890 -1.857676 1.494682 0.197452