PERAN PEMBIMBING ROHANI UNTUK PENGUATAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK JALANAN DI PUSAT PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) BAMBU APUS JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Hafiz Sabilla Rosyad NIM : 109052000029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.
PERAN PEMBIMBING ROHANI UNTUK PENGUATAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK JALANAN DI PUSAT PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Hafiz Sabilla Rosyad NIM: 109052000029
Pembimbing,
Drs. Mahmud Jalal, MA NIP. 19520422 198103 1 002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 01 Agustus 2013
Hafiz Sabilla Rosyad
ABSTRAK
Hafiz Sabilla Rosyad NIM: 109052000029 Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur Pembangunan Nasional yang saat ini sedang marak dan gencarnya dilakukan pengembangan oleh pemerintah menimbulkan berbagai perubahanperubahan sosial yang sangat kompleks. Perubahan-perubahan sosial tersebut mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan sosial. Diantara permasalahan sosial yang terjadi yaitu hadirnya anak jalanan yang pada umumnya tidak terdidik dan tanpa keahlian tertentu. Anak jalanan merupakan masalah sosial yang sering dihadapi oleh tiap Negara di dunia. Anak jalanan merupakan masalah sosial dimana keberadaan mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan dan mengganggu banyak orang. Keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai masalah sosial yang harus disingkirkan. Melihat penanganan yang telah dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children), khususnya dengan diberikannya berbagai pelayanan di lembaga tersebut, penulis tertarik meneliti pada pelayanan bimbingan rohani yang dilakukan pada lembaga tersebut. Penulis mengemukakan permasalahan terkait Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spriritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur. Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penulis mengambil subyek penelitian sebanyak 5 orang. 2 orang pembimbing rohani, 5 orang anak jalanan dan 1 orang pimpinan panti. Penulis memperoleh hasil penelitian mengenai Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur, diperoleh data dan informasi bahwa dari pelayanan bimbingan rohani sebagai upaya penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan, yang berperan penting yaitu metode dan materi pembimbing rohani. Di P3SA/SDC, materi pokok yang sangat berperan untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan yaitu pada tauhid, al-qur’an dan akhlak.
ABSTRAK
Hafiz Sabilla Rosyad NIM: 109052000029 Role of Spiritual Adviser in Strengthening Spiritual Intelligence of Street Children at Social Development Centre for Children Bambu Apus East Jakarta. National growth that has been fostered by government to develop our country has caused various complex social changes. They, in turn, cause social problems to happen. Among them is the existence of street children who are commonly uneducated and unskillful. Street children is a social problem that is faced by each country in the world. It becomes a problem because their existence is a nuisance to many people. Up to now, street children is a phenomena that is considered as a social problem that has to be eradicated. To see how it is handled by Social Development Centre for Children, especially, various services that it gives, attracts writer to study spiritual guidance service given in the foundation. Writer raises a problem concerning the role of spiritual adviser in strengthening spiritual intelligence of street children at Social Development Centre for Children, Bambu Apus East Jakarta. Writer used qualitative research approach, and he gathered the data through interview, observation, and documentation. Writer took five people as research subject. They are two spiritual advisers, five street children, and the leader of the foundation. From the study, writer found that from services given to the street children by Social Development Centre for Children Bambu Apus East Jakarta, it can be concluded that method and spiritual guidance material has a significant role in strengthening spiritual intelligence of street children. In P3SA/SDC, Tauhid, AlQuran, and Akhlak are main material that has great role in strengthening spiritual intelligence of street children.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur”. Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik dukungan moril maupun materil khususnya kepada : 1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta (Alm) bpk. Na’ali dan ibunda tersayang ibu Hawilah atas limpahan doa yang tulus dan ikhlas serta dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan besar dapat mengantarkan seperti pada saat ini, skripsi ini khusus penulis dedikasikan untuk ayahanda tercinta dan keluarga yang menjadi sumber semangat dan motivasi penulis. Semoga mereka semua bangga atas pencapaian yang penulis lakukan. 2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum merangkap sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi
i
yang luar biasa. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. Semoga atas kebaikannya Allah melimpahkan kebaikan kepada beliau semuanya. 3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, bapak Sugiharto, MA selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas bimbingan dan bantuannya sungguh luar biasa. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bisa bermanfaat dan membawa keberkahan. 5. Bapak Fauzun Jamal Lc dan Ibu Umy Musyarofah selaku dosen pembimbing
hafalan
Al-qur’an
dan
Hadits,
terima
kasih
atas
bimbingannya yang dengan sabar dan ikhlas membantu penulis. 6. Segenap Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan FIDKOM yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik sehingga penulis mendapatkan referensi yang cukup memadai. 7. Bapak Ahmad Rifky Hidayat selaku Ketua P3SA/SDC, terima kasih atas bantuan dan bimbingannya, dan segenap karyawan P3SA/SDC yang selalu membantu penulis. 8. Untuk adik-adik penulis anak-anak luar biasa di P3SA/SDC, terima kasih telah mengajarkan arti kehidupan kepada penulis dan memberi pengalaman serta pembelajaran yang sungguh luar biasa.
ii
9. Rekan-rekan BPI 2009, khususnya kelas khusus kajian keislaman, Aziz, Sudin, Ubay, Akin, Ihsan, Pepy, Samsul, Ismail, Udy, Adnan, Zulfikar, Kohar, Ai, Lili, Ratna, Mia, Serly, Lely, Kokom, Icha, Sari. Kalian sungguh berkesan dan luar biasa. 10. Keluarga besar POKMALUH BPI, semoga selalu sukses..jaya..yes!! Akhirnya..penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga pembaca pada umumnya. Dapat menjadi sumber pengembangan keilmuan khususnya di bidang Bimbingan dan Penyuluhan islam. Sekali lagi terima kasih yang tiada terhingga kepada berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga apa yang telah kita berikan menjadi amal kebaikan di sisi Allah SWT. Aamiin
Ciputat, 1 Agustus 2013
Hafiz Sabilla Rosyad
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah ......................................................................................... Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... Metodologi Penelitian ............................................................................................. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... Sistematika Penulisan ............................................................................................
1 10 11 12 17 19
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Peran ..................................................................................................... B. Pengertian Pembimbing Rohani ............................................................................. 1. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani ............................................................. 2. Metode Bimbingan Rohani ............................................................................... C. Penguatan ................................................................................................................ D. Kecerdasan Spiritual ............................................................................................... 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ....................................................................... 2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual .................................................................. 3. Fungsi Kecerdasan Spiritual ............................................................................. E. Anak Jalanan ........................................................................................................... 1. Pengertian Anak Jalanan ................................................................................... 2. Penanganan Anak Jalanan.................................................................................
21 22 25 27 30 31 31 33 36 38 38 40
BAB III GAMBARAN UMUM PUSAT PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Sejarah Berdiri ........................................................................................................ Visi, Misi dan Tujuan ............................................................................................. Fungsi ...................................................................................................................... Sasaran Pelayanan ................................................................................................... Jenis-Jenis Pelayanan .............................................................................................. Tahap-Tahap Pelayanan .......................................................................................... Prinsip-Prinsip Pelayanan ....................................................................................... Fasilitas, Sarana dan Prasarana ............................................................................... Jaringan Kerja Pelayanan ........................................................................................ Struktur Organisasi .................................................................................................
43 45 46 47 47 48 52 54 55 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identifikasi Informan .............................................................................................. 58 B. Temuan dan Analisis Hasil Penelitian ................................................................... 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................ 76 B. Saran-Saran ............................................................................................................ 77 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional di Indonesia belakangan ini sedang giat dan marak dilakukan oleh pemerintah. Di berbagai sektor kehidupan baik ekonomi, sosial, agama, pendidikan, dan lain sebagainya telah dilakukan pembangunan, perubahan dan pengembangan ke arah yang lebih baik yang tentunya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di dalam proses pelaksanaannya. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian dari upaya pemerintah dan segenap masyarakat secara sadar, guna menciptakan keadaan yang lebih baik dari masa sebelumnya. Dengan adanya pembangunan nasional tersebut, tentunya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat, sehingga dapat meninggalkan dampak atau efek pada kehidupan masyarakat. Tidak semua anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial tersebut, sehingga pada akhirnya menimbulkan problema-problema sosial.
Diantara problem sosial yang terjadi sebagai dampak dari perubahan sosial adalah hadirnya anak jalanan yang pada umumnya tidak terdidik dan tanpa keahlian tertentu. Anak jalanan merupakan masalah sosial dimana keberadaan mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan dan mengganggu banyak orang dimata masyarakat. Keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai masalah sosial yang harus disingkirkan. Hal ini sesuai dengan defenisi, bahwa
1
2
masalah sosial adalah situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, merugikan orang banyak.1
Munculnya anak jalanan di kota-kota besar dengan ciri-ciri kurang jelas seperti anak terlantar, anak gelandangan, anak nakal, anak pengemis yang senang memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan penghasilan. Keberadaan mereka menimbulkan masalah atau gangguan ketertiban dan keamanan, mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup, memberi peluang untuk terjadinya tindak kriminal.2
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara.
Dunia anak jalanan merupakan dunia yang penuh dengan kekerasan dan eksploitasi. Di jalanan mereka hidup dan berinteraksi di lingkungan yang sangat jauh berbeda dengan apa yang seharusnya anakanak jalani sesuai dengan perkembangan kejiwaan dan kepribadian mereka, mereka juga tidak mempunyai masa depan yang jelas.
1
Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), ed. 2, cet. Ke-6. h. 1-2. 2 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial RI, “Kondisi Sosial Anak Jalanan dan Penanganannya di Kota Madya Surabaya,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 4 No. 3 (September 1999): h. 17.
3
Anak jalanan dianggap sebagai anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras dan bahkan sangat tidak bersahabat. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Selain itu mereka rentan terhadap resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang hingga dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan terjadi gangguan.3 Jika ditelusuri secara mendalam, fenomena anak jalanan secara garis besar sebagai akibat dari dua hal mendasar, yang pertama adalah problema psikososial, dimana hubungan antara orang tua dan anak, tidak harmonis. Orang tua kurang peduli dan kurang perhatian kepada anakanaknya sehingga para anak mencari perhatian diluar rumah, yakni jalanan sebagai bentuk pelarian atau kompensasinya. Kedua, problema sosial ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan dan kebodohan, sehingga banyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan secara layak, kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anak–anak di tempat tinggal mereka yang kumuh.4 Lingkungan pergaulan dimana mereka hidup turut membentuk karakter dan perilaku mereka. Mereka hidup di lingkungan pergaulan yang 3
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), ed. Ke-1 cet. Ke-1 h. 185-186. 4 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak h. 196-197.
4
bebas, tidak ada norma atau nilai apapun yang dapat mengatur ruang gerak mereka. Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai kebutuhan: jasmani, rohani dan sosial. Menurut Maslow, kebutuhan manusia itu mencakup : kebutuhan dasar fisiologis (udara, air, makan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh.5 Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak. Orang dewasa termasuk orang tuanya, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk keluarganya seringkali tidak mampu memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hakhak anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal. Anak adalah tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan negara di masa mendatang, dengan melihat 5
E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian (Bandung: Eresco, 1991), cet. Ke-2 h. 118.
5
fenomena dan kenyataan diatas, diperlukan upaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak jalanan dalam memberikan perhatian dan bimbingan terhadap anak-anak jalanan. Berbagai upaya telah di tempuh baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengatasi permasalahan anak jalanan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan untuk memberikan atau mengembalikan hak-hak anak jalanan untuk bisa hidup dan
bertumbuh
kembang
secara
wajar,
bebas
dari
eksploitasi,
diskriminasi, kekerasan, pelecehan serta ancaman dari kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
Upaya tersebut antara lain menyediakan tempat tinggal (rumah singgah), dan memberikan pendidikan serta bimbingan. Salah satu bimbingan itu adalah bimbingan rohani yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku mereka sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Menurut UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan fakir miskin dan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusaan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil
6
righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).6 Menurut Ary Ginanjar Agustian, Question Spiritual adalah “kemampuan untuk memaknai setiap perilaku dan kegiatan sebagai ibadah melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia
yang
seutuhnya
dan
memiliki
pola
pemikiran
tauhid
(integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah”.7 Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang dikutip oleh Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri kita secara utuh. Kecerdasan spiritual ini dapat menempatkan diri kita dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki. Muhammad Zuhri berpendapat bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.8 Asumsinya adalah jika seseorang dalam hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
6
Harja Saputra, “Masalah Anak Jalanan,” artikel diakses pada 13 Desember 2012 dari http://harjasaputra.wordpress.com/2007/04/09/masalah-anak-jalanan-1/ 7
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Arga, 2005), h. 47. 8 Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2002), h. 18.
7
Firman Allah SWT Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf : 172). Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya. Lebih lanjut lagi bahwa spiritualisme mampu menghasilkan lima hal yaitu: 1. Integritas atau kejujuran. 2. Energi atau semangat. 3. Inspirasi atau ide dan inisiatif. 4. Wisdom atau bijaksana. 5. Keberanian dalam mengambil keputusan.9 Pada
anak
jalanan
potensi
kecerdasan
spiritual
harus
dikembangkan, dikuatkan dan ditingkatkan sehingga dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dialami anak jalanan, mereka dapat membangun diri, menempatkan diri dan hidup lebih positif serta memperoleh kebijaksanaan, kedamaian dan kebahagiaan hidup yang hakiki berdasarkan tuntunan dan norma yang berlaku, khususnya tuntunan dan norma agama. Melalui kegiatan keagamaan dan bimbingan rohani 9
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitan ESQ POWER : Sebuah Inner Journey Melalui Ihsan (Jakarta: Agra, 2003), h. 5.
8
sangat penting dilakukannya penguatan potensi kecerdasan spiritual anak jalanan. Mengingat persoalan anak jalanan pada masa sekarang tampaknya semakin memprihatinkan. Pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat, terutama di kota-kota besar. Jakarta adalah salah satu contoh dimana kita akan sangat mudah menemui anak jalanan di berbagai tempat, mulai dari perempatan lampu merah, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan bahkan mall. Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat 7.315 anak hidup di jalanan ibu kota. Sebanyak 4.827 di antaranya berada dalam binaan Pemprov DKI, sementara 2.488 lainnya masih belum terjamah.10 Melihat
fenomena
statistik
diatas,
mengisyaratkan
bahwa
permasalahan anak jalanan ini merupakan masalah yang sangat kompleks. Khususnya di Ibu Kota Jakarta, karena di Jakarta lebih mudah mencari nafkah karena banyak peluang bagi munculnya anak jalanan. Sehingga dengan menyadari hal itu, sangat diperlukan langkah dan upaya untuk menangani berbagai permasalahan anak jalanan yang semakin kompleks tersebut. Sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan anak jalanan, Kementerian Sosial melakukan berbagai upaya untuk menangani permasalahan anak jalanan. Kementerian Sosial melakukan beberapa program, seperti: Mobil Sahabat Anak (MSA), Rumah Singgah
10
Angkasa Yudhistira, “7.315 Anak Hidup di Jalanan Ibu Kota,” artikel diakses pada 27 Juni 2013 dari http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/13/500/646625/7-315-anak-hidup-dijalanan-ibu-kota
9
(RSg), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), Rumah Terbuka (Boarding House) dan Panti Persinggahan. Berbagai program tersebut telah berhasil memecahkan sebagian permasalahan anak jalanan. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam penanggulangan masalah anak jalananan, baik secara kualitas maupun kuantitas, maka pada tahun 2006 disusunlah suatu program pelayanan sosial bagi anak jalanan yang diharapkan lebih komprehensif dalam menangani anak jalanan, melalui pembentukan Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social Development Center For Children (P3SA/SDC).11 Di
Pusat
Pengembangan
Pelayanan
Sosial
Anak
(Social
Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur, anakanak jalanan diberikan beragam pelayanan seperti pelatihan keterampilan, pendidikan, pelayanan medis, konseling, terapi dan kegiatan rekreasional. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti : life skills/vocational training : salon/tata rambut, menjahit, komputer training, electronik, teknisi motor/automotive, terapi musik dan seni, terapi dinamika kelompok, magang kerja, kegiatan keagamaan, outbond training.12 Pelayanan
sosial
yang
diberikan
oleh
P3SA/SDC
yaitu
diberikannya kegiatan keagamaan, melalui kegiatan tersebut, terdapat unsur bimbingan rohani sehingga dengan adanya bimbingan rohani diharapkan dapat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku anak jalanan sesuai dengan norma yang berlaku, khususnya norma agama. 11
Leaflet profil Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus Jakarta Timur, Kementrian Sosial RI. 12
Leaflet profil Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus Jakarta Timur, Kementrian Sosial RI.
10
Mereka dididik dan dibina kecerdasan spiritualnya sehingga dapat mengembangkan dirinya secara baik dan seimbang, baik dari aspek jasmani/fisik maupun rohani/psikisnya. Maka atas dasar itulah, penulis tertarik untuk membahas skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Setelah mendapat informasi mengenai Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur, disana diberikan berbagai macam pelayanan, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan, pelayanan medis, konseling, terapi, kegiatan rekreasional dan bimbingan rohani. Penulis membatasi pada pelayanan bimbingan rohani yang diberikan terkait tentang peran pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan. 2. Perumusan Masalah Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimana
Peran
Pembimbing
Rohani
Untuk
Penguatan
Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus, Jakarta Timur?”
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan. Pada pokoknya penelitian ilmiah bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Maka tujuan yang ingin peneliti peroleh adalah : “Untuk mengetahui peran pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus, Jakarta Timur”. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari kegiatan dan hasil penelitian diantaranya sebagai berikut: a. Akademis : diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi Bimbingan dan Penyuluhan Sosial, Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Khususnya pada yang berkaitan dengan “Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan
Kecerdasan
Spiritual
Anak
Jalanan
di
Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus, Jakarta Timur. b. Praktis : penelitian diharapkan dapat membantu dan memberi masukan bagi Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus, Jakarta Timur dalam rangka memberikan bimbingan rohani terhadap anak jalanan
12
dalam bentuk program pelaksanaan kerja lembaga, serta dapat diterapkan di lembaga lain. D. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan,
sehingga
dapat
digunakan
untuk
mengungkapkan
permasalahan yang diteliti. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang, dan perilaku yang diamati. 13 Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan
makna
dari
pada
generalisasi.14
Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyakbanyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan 13
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 11. 14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1.
13
metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.15 2. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Jl. PPA No.3 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini yaitu peneliti ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan peran pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan, sehingga lokasi tersebut sesuai dengan yang peneliti inginkan. 3. Subyek dan Obyek Penelitian Adapun subyek penelitian ini adalah pembimbing rohani yang berjumlah 2 orang, 5 orang anak jalanan dan 1 orang pimpinan panti. Penulis menentukan subyek penelitian tersebut bahwa pada lembaga tersebut ada 2 orang pembimbing rohani, sehingga penulis dapat memperoleh data yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul penelitian. Lalu dengan 5 orang anak jalanan, penulis mengambil subyek demikian karena anak jalanan yang ada disana sewaktu penulis melakukan penelitian berjumlah sebanyak 20 orang, dan yang sesuai dengan kriteria yang penulis harapkan yaitu 5 orang, penulis harap cukup untuk mewakili subyek penelitian dari seluruh anak jalanan yang penulis sudah batasi permasalahannya. Ditambah dengan 1 orang pimpinan panti, bisa memperkaya data dan informasi yang penulis 15
Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta: LPSP3, 1998), h. 32.
14
butuhkan. Kemudian objek dalam penelitian ini adalah Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur. Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian yaitu pembimbing rohani, anak jalanan dan pimpinan panti yang dijadikan subyek penelitian. b. Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa catatan-catatan atau dokumen. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.16 Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi sebanyak dua kali untuk mengetahui lokasi penelitian, berkenalan dan mengetahui beberapa orang petugas lembaga dalam rangka perizinan penelitian dan mendapatkan penjelasan terkait lembaga baik dari segi pelayanan dan kegiatan yang ada di lembaga, kemudian peneliti mengadakan observasi tersendiri mengenai
16
Ibid., h.62
15
pelayanan dan kegiatan bimbingan rohani yang berjalan di lembaga. Peneliti juga melakukan observasi partisipan dalam kegiatan bimbingan rohani selama bulan Februari hingga April 2013 dengan ketentuan peneliti bergabung dan membantu memberikan pelayanan bimbingan rohani dalam jangka waktu seminggu peneliti melakukan observasi partisipan sebanyak dua kali, dengan tujuan
untuk memperoleh subjek penelitian yang
peneliti harapkan dan memperoleh informasi yang mendukung dalam rangkaian kegiatan penelitian. b. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer), yang mengajukan pertanyaan untuk memperoleh data dan informasi dari terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.17 Yaitu mengadakan wawancara antara peneliti dengan para subyek penelitian diantaranya yaitu kepada dua orang pembimbing rohani dan lima orang anak jalanan serta satu orang pimpinan lembaga. c. Dokumentasi Teknik dan studi dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain
17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatf Edisi Revisi, h. 186.
16
sebagainya. Dalam penelitian ini, data-data diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan transkip, buku-buku dan majalah. 5. Teknik Analisis Data Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besar menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait peran pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan. b. Penyajian data, setelah data mengenai peran pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan terkumpul atau diperoleh, maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya. c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan
menghubungkan
dari
tema
tersebut
sehingga
memudahkan untuk menarik kesimpulan.18 6. Teknik Penulisan Skripsi Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007”.
18
Ibid., h. 288.
17
E. Tinjauan Pustaka Penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai acuan dan tambahan pemahaman serta bahan yaitu diantaranya dari beberapa skripsi sebagai berikut: 1. Arie Mutya Wulan Sari, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2008, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan
Islam Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat, Tangerang”. Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan bahwa metode bimbingan islam yang dilaksanakan di Yayasan Irtiqo Kebajikan terdiri dari metode individual dan metode kelompok. Dengan adanya beberapa pembimbing berbagai macam program kegiatan khususnya di bidang keagamaan dalam rangka mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa yang ada di Yayasan Irtiqo Kebajikan. 2. Warti Sasmiati, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2009, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Metode Pembinaan Mental Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang”. Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan bahwa metode yang digunakan pembimbing dalam pembinaan mental spiritual bagi narapidana anak (anak didik) juga tidak berbeda dari metode bimbingan pada umumnya (antara teori dan praktik lapangan), diantaranya seperti metode Group Guidance (bimbingan kelompok)
18
dalam metode ceramah dan diskusi, serta metode directive (bersifat mengarahkan) dalam metode iqra (pembelajaran Al-qur’an dan hafalan ayat-ayat Al-qur’an), wawancara, tanya jawab, pemutaran film dan muhasabah (introspeksi diri). Dari sekian metode yang digunakan pembimbing ada dua metode yang sering digunakan yakni; metode ceramah dan metode iqra (pengajaran baca tulis Al-qur’an) karena lebih efektif. 3. Ina Nurul Lestari, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok”. Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak, pembimbing menggunakan metode bimbingan secara kelompok melalui program wajib belajar di sekolah, program keterampilan, outbond, diskusi, tausiah dan lain-lain. Kemudan materi yang disampaikan bersumber dari Al-qur’an, hadits, alam sekitar dan menggunakan media/alat bantu dalam penyampaian materinya. Sedangkan dalam Skripsi ini yang berjudul ”Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur” masalah yang ingin diteliti yaitu mengenai Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
19
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. F. Sistematika Penulisan Dalam hal sistematika penulisan ini penulis menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Sedangkan untuk mempermudah penulisan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II
: LANDASAN TEORI yang terdiri dari peran, pengertian
pembimbing rohani, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, metode bimbingan rohani, penguatan, pengertian kecerdasan spiritual, aspek-aspek kecerdasan spiritual, fungsi kecerdasan spiritual, pengertian anak jalanan, penanganan anak jalanan. BAB III
: GAMBARAN UMUM PUSAT PENGEMBANGAN
PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) yang terdiri dari sejarah berdiri, visi misi dan tujuan, fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan, tahap-tahap pelayanan,
20
prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan prasarana, jaringan kerja pelayanan, struktur organisasi. BAB IV
: ANALISIS TEMUAN LAPANGAN yaitu terdiri dari
identifikasi informan, temuan dan analisa data. BAB V
: PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
21
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.1 Menurut Soerjono Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”2 Menurut Biddle & Thomas, peran adalah harapan-harapan orang lain tentang perilaku-perilaku, norma, penilaian dan sanksi yang ditunjukkan kepada seseorang yang mempunyai peran tertentu.3 Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle & Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut: a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut. c. Kedudukan orang-orang dan perilaku. d. Kaitan antara orang dan perilaku.4
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 667. 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka 1998), cet. Ke-1 h. 213. 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 235. 4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial h. 234.
21
22
Dari beberapa defenisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa peran merupakan sesuatu yang berhubungan mengenai kehidupan sosial manusia karena peran menjadi bagian dalam kedudukan, harapan dan interaksi sosial. Dari ketiga hal itu akan memunculkan perilaku. Perilaku yang diharapkan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dan berhubungan dengan adanya orang lain yang berkedudukan di masyarakat. B. Pengertian Pembimbing Rohani Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembimbing adalah orang yang membimbing, pemimpin, menuntun.5 Dari etimologi, kata “bimbingan” adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris “guidance” kata kerja to guide yang artinya menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain kejalan yang benar.6 Para ahli di bidang bimbingan dan penyuluhan atau konseling, berbeda
pendapat
ketika
mendefinisikan
kata
bimbingan
secara
terminologi, tetapi walaupun demikian, perbedaan yang ada hanyalah pada segi redaksinya saja, tidak pada substansi isinya. Menurut Chiskolm seperti yang dikutip oleh Prayitno dan Erman “Bimbingan adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri”.7
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 117. 6 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayon Press, 1992), cet. Ke-3, h. 1. 7 Prayitno dan Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2, h. 94.
23
Umar dan Sartono berpendapat bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.8 Rahman Natawijaya mengartikan bahwa “bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya bertindak wajar sesuai dengan keadaan lingkungan”.9 Bimbingan adalah “suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.10 Bimbingan dalam islam menurut Aunur Rahim Faqih adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.11
8
M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. Ke-1. h. 9. 9 Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah (Bandung: CV Abrair, 1998), cet. Ke-1, h. 7. 10 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), cet. Ke-1, h.2. 11 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. Ke-2, h. 4.
24
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky, bimbingan dalam islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal, pikiran, jiwa, keimanan dan keyakinan serta dapat menangani problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.12 Pengertian rohani secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang diawali dari kata ruh yang berarti jiwa, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia roh yaitu sesuatu yang tidak berbadan jasmani, yang berakal budi dan berperasaan (seperti malaikat, setan).13 Menurut Imam al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Jamaludin Kafie menyatakan bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu : roh jasmani dan roh rohani. Roh jasmani yaitu zat halus yang berpusat di ruang hati dan menjalar ke seluruh ruang urat nadi (pembuluh darah) selanjutnya tersebar ke seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai macam perasaan serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan.14 Sedangkan roh rohani adalah bagian dari yang ghoib, dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian, berketuhanan, dan 12
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: PT. Fajar Pustaka Baru, 2001), cet. Ke-2, h. 189. 13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 752. 14 Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah (Surabaya: Penerbit Indah, 1993), h. 16.
25
berperikemanusiaan), serta bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.15 Berdasarkan berbagai uraian diatas maka dapat dipahami bahwa pembimbing rohani yaitu seseorang yang memberikan bantuan terhadap individu atau kelompok individu dalam mengembangkan potensi akal, pikiran,
jiwa,
keimanan
dan
keyakinan
serta
dapat
menangani
problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah untuk mencapai kebermanfaatan terhadap sesama manusia menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 1. Fungi dan Tujuan Bimbingan Rohani Fungsi dari bimbingan rohani adalah pemberian bimbingan atau pelayanan kepada klien agar dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh, mandiri dan sadar akan tuntutan ajaran agama. Menurut Luthfi dalam upaya membimbing klien agar fungsi dari bimbingan rohani tersebut dapat tercapai maka solusi praktis yang diberikan kepada klien untuk mengatasi problemnya adalah : a. Solusi yang berorientasi pada keyakinan dan pemahaman agama, hal ini bertujuan untuk mengembangkan potensi keimanan dan ketakwaan seseorang dalam menjalani kehidupannya, agar realitas hidup, iman dan takwa kepada Allah dapat berjalan harmonis. b. Solusi yang berorientasi pada pengamalan ajaran agama (ibadah), ini merupakan aktualisasi dari keimanan yang bertujuan meningkatkan 15
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah h. 16.
26
keimananannya
dalam
pengamalan
ajaran
agama
sehingga
mewujudkan pribadi yang bertakwa. c. Solusi yang berorientasi pada proses pendidikan Islam, ini adalah proses dalam mengembangkan potensi dan kemampuan diri agar menjadi pribadi yang bermanfaat serta pembentukan karakter dan perilaku
agar
klien
dapat
membekali
hidupnya,
menyikapi
kebutuhannya dalam mengatasi masalahnya serta melaksanakan tugastugas kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam. d. Solusi yang berorientasi pada kehidupan sosial islami, yaitu kehidupan yang dilandasi moral, etika dan norma sehingga terjalin interaksi yang harmonis dalam mengatasi problem setiap individu.16 Sedangkan menurut Hamdan Bakry adz-Dzaky menjelaskan tujuan dari bimbingan dalam Islam adalah : 1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, lapang dan mendapat pencerahan dari Allah SWT. 2. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang memberikan manfaat bagi drinya, lingkungan keluarga maupun sosial. 3. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
16
M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 138-150.
27
4. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu, sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya. 5. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah sehingga fungsi diri sebagai khalifah dimuka bumi ini dapat terlaksana dengan baik dan benar.17 Dapat dipahami bahwa fungsi dan tujuan bimbingan rohani dalam islam adalah membantu individu (klien) untuk memahami potensi dan kemampuan dirinya dalam mengatasi problem yang dihadapi sehingga dia mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan diri serta dapat mengadaptasikan diri dengan lingkungannya secara mandiri, sadar dan sesuai dengan ajaran islam. 2. Metode Bimbingan Rohani Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuantujuan yang diinginkan. 18 Metode merupakan cara yang ditempuh dalam melakukan proses bimbingan rohani terhadap klien yang bermasalah ataupun tidak, untuk memberikan bantuan dan ketenangan serta solusi yang akan diberikan
17
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 221. M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 120.
18
28
kepada klien tersebut sehingga mampu menghadapi masalahnya dengan tenang dan sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapinya. Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam proses pemberian
bimbingan kepada klien, dimana yang menjadi sasaran
khususnya adalah mereka yang berada dalam kesulitan mental spiritual yang disebabkan problem yang terjadi dalam dirinya yang banyak mengakibatkan hambatan batin/psikis dalam dirinya. Dalam hal ini penulis akan memberikan uraian tentang beberapa metode bimbingan atau pendekatan islami yang secara umum dapat diberikan kepada terbimbing menurut M. Luthfi, yaitu: a. Metode bil-hikmah, metode ini digunakan dalam menghadapi orang-orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. b. Metode bil-mujadalah, perdebatan yang digunakan untuk menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional. c. Metode bil mauidzah, dengan menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku. d. Metode ceramah Yaitu penjelasan yang bersifat umum. Cara penyampaian yang lebih tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance). Pembimbing berupaya menyesuaikan apa-apa yang
29
disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam dengan berlandaskan pada materi-materi yang umum atau yang berhubungan dengan ajaran agama. e. Metode diskusi (tanya jawab) Pembimbing dan terbimbing dapat melakukan diskusi dan tanya jawab. Terbimbing dapat bertanya atau menyampaikan apa-apa yang dirasakannya dan menjadi permasalahannya lalu pembimbing
memberikan
jawaban
dalam
membantu
menyelesaikan permasalahan terbimbing. f. Metode persuasif Yaitu berupa dorongan-dorongan yang positif, mengajak dan mengarahkan terbimbing kearah yang positif. g. Metode atau teknik lisan dan tulisan Yaitu melalui pesan-pesan langsung yang disampaikan dengan ucapan atau kata-kata, dalam rangka membantu penyelesaian permasalahan terbimbing dan bisa juga melalui tulisan, berupa pesan yang mengandung hikmah, bentuk cerita atau kisah-kisah kehidupan
yang
inspiratif
sehingga
terbimbing
dapat
meneladani dan mengambil pelajaran. h. Metode doa dan dzikrullah Pembimbing
menyadarkan
terbimbing
bahwa
setiap
permasalahan tidak mungkin dapat diatasi sendiri tanpa bantuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Pembimbing mengajarkan bahwa lewat doa dan dzikir dapat
30
membantu menenangkan dan menyelesaikan permasalahan. Pembimbing juga mengajak untuk bersama-sama memohon pertolongan Allah dalam menjalani kehidupan.19 C. Penguatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penguatan yaitu proses, cara, perbuatan menguati atau menguatkan.20 Dalam salah satu mekanisme umum terjadinya proses belajar terdapat mekanisme reinforcement (penguatan), yaitu orang belajar melakukan perilaku tertentu karena perilaku itu diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan atau yang memuaskan. Perilaku seseorang adalah hasil dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar perilaku tertentu, yang seiring berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan. Ketika dia berhadapan dengan situasi serupa, orang itu akan cenderung berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang pernah dilakukannya.21 Dalam hal ini penguatan yang dimaksud mengacu kepada usaha menguatkan sesuatu atau perilaku, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat. Penguatan ini didasari karena adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat dilakukan proses penguatan, yaitu dalam kerangka bagaimana peran dari pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan. Jadi mempunyai makna usaha menguatkan
19
M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 135-137. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 468. 21 Shelly E. Taylor, dkk., Psikologi Sosial (Jakarta: Kencana, 2009), ed. 12, cet. Ke-1, h. 7-8. 20
31
kecerdasan spiritual anak jalanan dengan diadakannya pelayanan bimbingan rohani. D. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran)22 dan spiritual adalah kejiwaan, rohani, batin, mental dan moral23. Muhammad Zuhri berpendapat bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.24 Menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual adalah “kemampuan untuk memaknai ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah.25 Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan Intellectual
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 164. 23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 h. 857. 24 Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2002), h. 18. 25
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, h. 47.
32
Quotient,
Emotional
Quotient
dan
Spiritual
Quotient
secara
komprehensif.26 Toto Tasmara menerangkan bahwa salah satu indikasi potensi kecerdasan spiritual adalah cara seseorang memberikan makna terhadap hidup yang dijalaninya. Makna hidup yang dimaksud adalah cara seseorang untuk mengisi kehidupannya dan memberikan gambaran menyeluruh yang menunjukkan arah dalam caranya manusia berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, dan alam sekitarnya atas dasar rasa cinta kepada Allah SWT.27 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa dalam memaknai hidup yang dapat membantu seseorang membangun dirinya untuk tumbuh, berkembang dan seimbang yang menjadikan diri mandiri dan kreatif ketika dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Serta mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan terhadap sesama manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya.
26
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, h. 47. 27 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet ke-1 h. 135.
33
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual a. Shiddiq Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai kejujuran yang merupakan cermin kepribadian orang-orang mulia yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-Nya. Seseorang yang cerdas secara ruhaniah, senantiasa memotivasi dirinya dan berada dalam lingkungan orang-orang yang memberikan makna kejujuran. Shiddiq adalah orang benar dalam semua kata, perbuatan, dan keadaan batinya. Perilaku yang jujur adalah prilaku yang diikuti dengan sikap tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Dalam usaha untuk mencapai kecerdasan spiritual sifat Shiddiq seseorang harus melalui beberapa hal diantaranya adalah : 1. Jujur pada diri sendiri 2. Jujur pada orang lain 3. Jujur terhadap Allah 4. Menyebarkan salam28 b. Istiqamah Istiqamah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten (taat azas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik.
28
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 189.
34
Sikap istiqamah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jiwanya, sehingga dia tidak mudah goncang atau cepat menyerah pada tantangan atau tekanan, mereka yang memiliki jiwa istiqamah itu adalah tipe manusia yang merasakan ketenangan luar biasa (iman, aman, muthmainah) walau penampakannya diluar bagai orang yang gelisah. Dia meresa tenteram karena apa yang dia lakukan merupakan rangkaian ibadah sebagai bukti “yakin” kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sikap istiqamah ini dapat terlihat pada orang-orang : 1. Mempunyai Tujuan 2. Kreatif 3. Menghargai Waktu29 c. Fathanah Fathanah diartikan sebagai kemahiran, cerdas atau penguasaan terhadap bidang tertentu, pada hal makna fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh. Seorang yang memilki sikap fathanah, tidak hanya menguasai bidangnya saja begitu juga dengan bidang-bidang yang lain, Keputusan-keputusanya menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur, memiliki kebijaksanaan, atau kearifan dalam berpikir dan bertindak.30
29
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 195. 30 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 201.
35
d. Amanah Amanah menjadi salah satu dari aspek ruhaniah bagi kehidupan manusia, seperti halnya agama dan amanah yang dipikulkan Allah menjadi titik awal dalam perjalanan manusia menuju sebuah janji. Sebagai mahluk yang paling sempurna dari ciptaan Allah SWT dibandingkan dengan mahluk yang lain, maka amanah salah satu sifat yang dimilki oleh manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Didalam nilai diri yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat : 1. Rasa ingin menunjukkan hasil yang optimal. 2. Mereka merasakan bahwa hidupnya memiliki nilai, ada sesuatu yang penting. Mereka merasa dikejar dan mengejar sesuatu agar dapat menyelesaikan amanahnya dengan sebaik-baiknya. 3. Hidup adalah sebuah proses untuk saling mempercayai dan dipercayai.31 e. Tablig Fitrah manusia sejak kelahirannya adalah kebutuhan dirinya kepada orang lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang dan survive kecuali ada kehadiran orang lain. Seorang muslim tidak mungkin bersikap hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan tidak mungkin mensucikan dirinya tanpa berupaya untuk menyucikan orang lain. Kehadirannya di tengah-tengah pergaulan harus memberikan makna bagi orang lain.
31
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 206.
36
Mereka yang memiliki sifat tablig mampu membaca suasana hati orang lain dan berbicara dengan kerangka pengalaman serta lebih banyak belajar dari pengalaman dalam menghadapi persoalanpersoalan hidup.32 Berdasarkan kelima aspek-aspek kecerdasan ruhaniah dari Tasmara (2001) maka dapat disimpulkan, bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk pengunaan nilai-nilai agama baik dalam berhubungan secara vertikal atau hubungan dengan Allah SWT (Hab lum minallah) dan hubungan secara horizontal atau hubungan sesama manusia (Hab lum minannas) yang dapat dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertangung jawab di dunia maupun di akhirat. Dengan kata lain kecerdasan spiritual merupakan dimana kondisi seseorang yang telah dapat mendengar suara hati karena pada dasarnya suara hati manusia masih bersifat universal, tapi apabila seseorang telah mampu memunculkan beberapa sifat-sifat dari Allah yang telah diberikan-Nya kepada setiap jiwa manusia dalam bentuk yang fitrah dan suci maka akan memunculkan sifat takwa. 3. Fungsi Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bersumber dari jiwa, atau hati nurani yang beroperasi dalam pusat otak manusia. Dalam bahasa ibrani, “hati nurani”, memiliki kata yang sama dengan kata
32
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 212.
37
pedoman, yang tersembunyi, kebenaran batin yang tersembunyi dari jiwa.33 Oleh karena itu fungsi kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, antara lain : a. Kecerdasan yang digunakan dalam masalah eksistensial, yaitu ketika kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. b. Kecerdasan menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, karena kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup. c. Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunia kepada orang lain dan makna-makna mereka. d. Kecerdasan spiritual sebagai landasan bagi seseorang untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena, kecerdasan merupakan puncak kecerdasan manusia. e. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga menusia menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan
33
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, h. 12.
38
fleksibel. Karena ia terkait langsung dengan problem-problem eksistensi yang selalu ada dalam kehidupan. f. Kecerdasan yang dapat memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman sampai batasnya. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang bertanya apakah saya ingin berada pada situasi
atau
tidak.
Intinya
kecerdasan
spiritual
berfungsi
mengarahkan situasi. g. Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. Sehingga seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual
tinggi
tidak
berpikiran
eksklusif,
fanatik,
dan
berprasangka.34 Dari fungsi kecerdasan spiritual diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual mengantarkan orang pada pribadi yang utuh, holistic, dan integral (insan kamil). E. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan Menurut Soedijar, anak jalanan adalah anak usia tujuh sampai dengan lima belas tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain dan membahayakan bagi dirinya sendiri.35
34
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, h. 13. 35 A. Soedijar Z.A, Profil Anak Jalanan di DKI (Jakarta: Media Informatika, 1989), h. 6.
39
UNICEF memberikan batasan anak jalanan sebagai berikut: “Street children are those who have abandoned their homes, schools and immediate communities before they are sixteen years of age, and have diftedinto a non madiv street life.” (anak jalanan merupakan anak-anak yang berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya).36 Menurut Departemen Sosial dan United National Development Program (UNDP) telah membatasi anak jalanan sebagai berikut: “Anak jalanan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya”.37 Jadi dapat penulis simpulkan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia tujuh sampai lima belas tahun, yang menghabiskan seluruh ataupun sebagian besar waktunya di jalanan untuk bermain maupun bekerja, yang tinggal bersama orang tuanya ataupun yang tinggal terpisah dengan orang tuanya. Secara umum anak jalanan terbagi dua jenis, yakni: 1. Children of The Street, adalah anak-anak yang tumbuh dari jalanan dan seluruh waktunya dihabiskan di jalanan. Ciri dari anak-anak ini biasanya tinggal dan bekerja di jalanan (living and working on the street), tidak mempunyai rumah (homeless), dan jarang atau bahkan tidak pernah kontak dengan keluarganya. Mereka
36
A. Soedijar Z.A, Profil Anak Jalanan di DKI h. 6. Tata Sudrajat, Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan, (Jakarta: YKAI, 1995), h. 34.
37
40
umumnya dari keluarga yang berkonflik. Mereka lebih mobile, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, karena mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. Jumlah mereka lebih sedikit dbandingkan kelompok anak jalanan lainnya, diperkirakan hanya 10-15% dari seluruh populasi anak jalanan. 2. Children on the Street, adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya untuk bekerja dan penghasilannya digunakan untuk membantu keluarganya. Anak-anak tersebut mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan dan masih berhubungan kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Mereka terbagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak-anak dari luar kota yang mengontrak rumah bersama-sama di satu lingkungan yang dihuni oleh orang-orang dari satu daerah. Mereka tidak sekolah lagi dan ikut ke kota karena ajakan teman-teman dan orang yang lebih dewasa. Motivasi mereka adalah ekonomi, jarang yang sifatnya konflik. Kelompok kedua adalah anak-anak dari dalam kota sendiri yang tinggal bersama orang tuanya.38 2. Penanganan Anak Jalanan Dengan adanya ragam atau macam-macam anak jalanan dalam penanganannya pun selalu berbeda yakni disesuaikan dengan kondisi
38
Tata Sudrajat, Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan h. 151-152.
41
anak jalanan tersebut. Menurut Tata Sudrajat (1996), ada tiga model penanganan anak jalanan yaitu: 1. Community Based, adalah model penanganan yang berpusat pada masyarakat dengan menitik beratkan pada fungsi-fungsi keluarga dan potensi seluruh masyarakat. Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan jalanan. Pendekatan penanganan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat
agar
sanggup
melindungi,
mengasuh,
dan
memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara mandiri. mereka tetap berada di lingkungan keluarga. Kegiatannya biasanya meliputi: peningkatan keluarga, penyuluhan dan bimbingan pengasuhan anak, kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan dan kegiatan waktu luang dan sebagainya. 2. Street Based, adalah model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal serta beroperasi. Penanganan yang berbasiskan jalanan adalah program dan kegiatan yang dirancang untuk menjangkau dan melayani anak di lingkungan mereka sendiri yaitu di jalanan. Pekerja sosial datang mengunjungi, menciptakan perkawanan, mendampingi dan menjadi sahabat untuk keluh kesah mereka. Anak-anak yang sudah tidak teratur berhubungan dengan keluarga, mereka memperoleh kakak atau orang tua pengganti dengan adanya pekerja sosial.
42
3. Center Base, adalah pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti. Panti menjadi lembaga pengganti keluarga untuk anak dan pada panti yang permanen, bahkan disediakan berbagai macam pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anak seperti kebutuhan dasar,
kesehatan,
pendidikan,
kesenian,
keterampilan,
pekerjaan dan sebagainya.39 Dengan demikian penulis simpulkan bahwa model penanganan terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur adalah model penangangan center base, pelayanan sosial anak jalanan yang berbasis panti, dimana anak-anak jalanan diberikan beragam pelayanan seperti pelatihan keterampilan, pendidikan, pelayanan medis, konseling, terapi, kegiatan rekreasional dan kegiatan keagamaan.
39
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), ed. Ke- 1, cet. Ke-1, h. 200-201.
BAB III GAMBARAN UMUM PUSAT PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) A. Sejarah Berdiri Anak adalah tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, maka anak memiliki peran strategis bagi kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia pada tahun 1997 ternyata berdampak terhadap meningkatnya permasalahan sosial anak di negeri ini,
tidak
terkecuali
juga
permasalahan
anak
jalanan.
Ada
kecenderungan peningkatan permasalahan anak jalanan baik secara kuantitas maupun kualitas dari tahun ke tahun. Data statistik yang dikeluarkan oleh Depsos menunjukkan kecenderungan tersebut, pada tahun 2000 jumlah anak jalanan beserta permasalahannya sebesar 50.000, sedangkan pada tahun 2004 sebesar 98.113. Berbagai upaya telah ditempuh baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengatasi permasalahan anak jalanan seperti yang diamanahkan UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Upaya-upaya
tersebut
dimaksudkan
untuk
memberikan
atau
mengembalikan hak-hak anak jalanan untuk bisa hidup dan bertumbuh kembang secara wajar, bebas dari eksploitasi, diskriminasi, kekerasan, pelecehan serta ancaman dari kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
43
44
Pemerintah
maupun
masyarakat
telah
mengupayakan
penanganan masalah sosial anak jalanan antara lain melalui; Rumah Singgah,
Mobil
Sahabat
Anak,
Panti
Persinggahan,
Rumah
Perlindungan Sosial Anak, Program Menuju Bandung Raya Bebas Anak Jalanan, dan program-program lainnya. Tidak menutup mata terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh program-program tersebut di atas tetapi di pandang masih perlu suatu lembaga atau institusi yang bisa memberikan pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan anak jalanan. Departemen
Sosial
sebagai
instansi
pemerintah
yang
berkompeten terhadap penanganan permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi anak jalanan. Perwujudan dari konsep tersebut adalah Social Development Center For Street Children atau di singkat dengan nama SDC yang diresmikan oleh ibu negara Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 November 2006. SDC (Social Development Center) adalah suatu lembaga yang dibentuk dari hasil kerja sama Kementrian Sosial dan World Food Programmed (WFP) PBB dengan fokus utama pada pemberian pelayanan sosial bagi anak jalanan melalui pendekatan institusional. Berdiri pada 23 November 2006, lembaga ini melihat perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan anak jalanan.
45
Pusat
Pengembangan
Pelayanan
Sosial
Anak
(Social
Development Centre For Children) terletak di Jl. Panti Sosial (PPA) Bambu Apus Jakarta Timur, P3SA/SDC masih berada dibawah naungan Kementrian Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Pelayanan Sosial Anak.1 B. Visi, Misi dan Tujuan Visi : menjadi lembaga yang mampu menyediakan tempat dimana setiap anak dapat tumbuh dengan aman, sehat dan bahagia serta dihormati dan diperlakukan adil, serta mendorong terciptanya komunitas dimana anak dapat menentukan masa depannya dan mampu menciptakan anak Indonesia yang normatif dan mandiri. Misi : menyediakan pilihan positif bagi anak, memberikan akses terhadap pendidikan life skills training, dan kegiatan kreatif dan rekreasional dan melindungi anak dari segala macam bentuk perlakuan salah. P3SA/SDC memiliki komitmen terhadap UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak dan bertekad menerapkannya dalam seluruh aspek yang memiliki tujuan untuk memenuhi hak paling mendasar dan mendesak bagi anak jalanan, meliputi : Hak
untuk
hidup
;
memberikan
makanan
bergizi,
shelter/asrama; lingkungan yang aman dan pelayanan kesehatan.
1
Leaflet Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus, Jakarta
Timur.
46
Hak untuk tumbuh kembang ; memberikan akses pada pendidikan baik keterampilan maupun sekolah formal. Hak untuk mendapat perlindungan ; menentang segala macam bentuk perlakuan salah baik fisik, seksual, familial dan emosional. The right to participation ; membuat anak menyadari tanggung jawabnya dan mempromosikan tindakan dan perilaku positif baik di dalam lembaga maupun lingkungan sekitar. Adapun yang menjadi tujuannya yaitu : 1. Terbentuknya pola pikir/pemahaman serta gerak langkah yang sama dalam penyelenggaraan pelayanan sosial anak jalanan berbasis panti. 2. Meningkatnya kemampuan teknis dan manajemen dalam melaksanakan pelayanan sosial anak jalanan berbasis panti. 3. Meningkatnya kemampuan teknis operasional dalam proses pelayanan sosial anak jalanan berbasis panti. 4. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pelayanan sosial anak jalanan. 5. Meningkatnya kualitas pelayanan sosial anak jalanan.2 C. Fungsi 1. Melanjutkan proses pelayanan yang diberikan oleh rumah singgah (rujukan rumah singgah). 2. Mengembangkan perilaku adaptif anak. 2
Leaflet Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus, Jakarta
Timur.
47
3. Mengembangkan minat dan bakat anak. 4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan. 5. Reintegrasi anak dengan orang tua/keluarganya.3 D. Sasaran Pelayanan 1. Anak Jalanan 2. Anak Jalanan yang menjadi pengemis 3. Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi (pekerja anak) 4. Sistem sumber (guru-guru, komunitas dimana anak tinggal) 5. Orang tua/keluarga anak & pihak-pihak lain mendukung program pelayanan sosial anak jalanan Dengan ketentuan Laki-laki dan perempuan usia dibawah 18 tahun. Rujukan
dari
Sementara,
Rumah
LSM,
Singgah,
Rumah
Asuhan
Kepolisian,
Pekerja
Sosial
Masyarakat, keluarga dengan persyaratan tertentu. Menyatakan kesanggupan mengikuti semua program yang
diselenggarakan
oleh
Pusat
Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak. Anak tidak lagi melakukan aktivitas di jalanan E. Jenis-Jenis Pelayanan 1. Pelayanan
Kebutuhan
Dasar;
pengasramaan,
makan,
pemeriksaan kesehatan, perlengkapan pendidikan dan pelatihan keterampilan. 3
Leaflet Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus, Jakarta
Timur.
48
2. Pelayanan
Rehabilitasi
Sosial;
Konseling
psiko-sosial,
pendamping oleh tenaga ahli (pekerja sosial, psikolog, agamawan, ahli medis, dsb) olahraga dan rekreasi. 3. Pelayanan
Resosialisasi;
pendidikan
formal,
pelatihan
keterampilan, praktek kerja lapangan, reintegrasi ke keluarga, penyaluran kerja, dan sebagainya.
Pelatihan Keterampilan Otomotif mobil Otomotif motor Pendingin/AC Komputer Las Elektro Menjahit Salon, dll
Sekolah SD SMP SMA/SMK Pendidikan kesetaraan kejar paket A/B/C
F. Tahap-Tahap Pelayanan 1. Pendekatan awal Pendekatan awal merupakan kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial yag dilaksanakan dengan
49
penyampaian informasi program pelayanan sosial. Adapun langkah-langkah pendekatan awal sebagai berikut: a. Menyampaikan informasi kepada masyarakat, instansi terkait, organisasi sosial, baik dengan pertemuan, konsultasi dan surat menyurat. b. Mengumpulkan, menyusun, mengelompokkan dan menganalisa informasi/data serta mendiskusikannya untuk menentukan langkah identifikasi. c. Memberikan motivasi dengan cara penyuluhan, bimbingan dan sebagainya. d. Mengadakan seleksi terhadap calon klien dengan wawancara. 2. Penerimaan Dalam tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menetapkan calon klien yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mengisi formulir pendaftaran. b. Pencatatan dalam buku registrasi. c. Membuat kesepakatan pelayanan sosial antar petugas panti dengan calon klien. 3. Asesmen (pengungkapan dan pemahaman masalah) Proses ini dilakukan untuk menggali kebutuhan dan masalah anak secara mendalam melalui wawancara untuk: a. Mengetahui potensi dan kemampuan serta keterampilan anak.
50
b. Merumuskan
dan
mengidentifikasi
kebutuhan
dan
permasalahan klien. c. Merumuskan tujuan intervensi pelayanan yang akan diwujudkan. d. Merumuskan rencana intervensi yang akan dilakukan. e. Selanjutnya membuat kontrak kesepakatan/persetujuan atas pelayanan sosial yang diberikan meliputi : ketersediaan orang tua dan klien untuk memenuhi persyaratan, jangka waktu mengikuti jenis program pelayanan sosial dan jenis program yang disepakati. 4. Bimbingan fisik, mental, sosial, pendidikan dan pelatihan keterampilan. Suatu proses pelayanan untuk mengembangkan peranan sosial pelayanan sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan peranannya, yaitu: a. Perawatan fisik, kegiatan olahraga, kesenian, rekreasi, perawatan kesehatan dan kebersihan. b. Bimbingan mental meliputi kegiatan keagamaan dan budi pekerti. c. Bimbingan bimbingan
sosial hidup
terdiri
dari
kegiatan
bermasyarakat,
individu/kelompok/keluarga.
kelompok, konseling,
51
d. Pemberian latihan keterampilan kerja sesuai dengan kemampuan dan minat serta peluang pasar kerja yang tersedia. e. Pendidikan meliputi pendidikan formal, informal dan non formal (bimbingan belajar) diberikan bagi yang ingin melanjutkan sekolah atau masih aktif sekolah. f. Terapi
psikososial
individu/kelompok,
keluarga
dan
komunitas. g. Manajemen kasus dan pembahasan kasus (case conference) 5. Resosialisasi Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menyiapkan kondisi psikis anak yang akan segera kembali kepada keluarga dan masyarakat, meliputi : a. Pembekalan
klien
serta
lingkungan
keluarga
dan
lingkungan masyarakat tempat tinggal anak. b. Menghubungi keluarga klien serta lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. c. Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah. d. Menghubungi pengguna tenaga kerja dalam rangka penempatan kerja klien. 6. Reunifikasi dengan keluarga Upaya penyatuan kembali anak dengan keluarga atau pengasuhnya :
52
a. Menyiapkan anak agar bisa kembali kepada orang tua dan keluarganya. b. Memberdayakan keluarga melalui usaha ekonomi produktif (UEP) serta membekali anak yang telah selesai menjalani proses pelayanan dalam panti dengan bantuan usaha ekonomi produktif (UEP). 7. Penyaluran kerja dan bimbingan lanjut Proses ini merupakan tahapan dimana klien sudah mendapat pelayanan sosial selama dalam panti kemudian disalurkan kepada masyarakat, keluarga, sekolah dan lain-lain serta dilakukan bimbingan lanjut : a. Dalam penyelenggaraan dilakukan pemulangan klien kepada orang tua atau wali, disalurkan ke sekolah, maupun tempat kerja. b. Pembinaan lanjut dilakukan secara berkala ditunjukkan kepada eks klien serta lingkungannya agar tercipta lingkungan yang kondusif bagi eks klien. 8. Terminasi Tahapan ini merupakan tahapan penghentian pelayanan setelah eks klien dipandang mampu mandiri. G. Prinsip-Prinsip Pelayanan Pelayanan yang dberikan kepada anak-anak jalanan di P3SA/SDC berlandaskan pada prinsip-prinsip konvensi hak-hak anak dan pekerja sosial, yaitu :
53
1. Prinsip non diskriminasi Setiap anak berhak memperoleh pelayanan secara manusiawi dan adil tanpa membeda-bedakan darimana asalnya, ras, agama, suku serta jenis kelamin. 2. Prinsip kepentingan terbaik anak, yaitu : Mengupayakan semua keputusan, kegiatan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membantu anak yang membutuhkan perlindungan dan semata untuk kepentingan terbaik anak. 3. Prinsip menghormati kepentingan anak, yaitu : a. Pandangan anak perlu didengar, diperhatikan sesuai dengan usia
dan
kematangan
mereka
didalam
setiap
proses
pengambilan keputusan. b. Mendorong, memberikan kesempatan dan melibatkan anak seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang telah direncanakan serta menumbuhkan tanggung jawab. 4. Mengutamakan hak hidup, kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang anak dengan cara : c. Kegiatan disusun untuk meningkatkan perkembangan anak berdasarkan kemampuan dan tugas-tugas perkembangannya. d. Menghargai bahwa setiap anak mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri. 5. Prinsip kerahasiaan dengan memperlakukan semua informasi anak sebagai dokumen yang rahasia dan tidak dapat menceritakannya kecuali untuk kepentingan anak.
54
H. Fasilitas, Sarana dan Prasarana 1. Sarana dan Prasarana Agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang sebagai berikut : a. Fasilitas bangunan terdiri dari : Asrama putra-putri dengan daya tampung 150 anak, Ruang kantor Ruang konsultasi Ruang pelatihan keterampilan Ruang makan dan dapur Aula Ruang ibadah Gudang Tempat MCK Poliklinik Perpustakaan Lapangan olahraga Listrik dan air b. Sejumlah peralatan/perlengkapan; peralatan asrama, dapur, kantor, pelatihan keterampilan, bermain, kesenian, olahraga, ibadah, belajar dan lain-lain. c. Sejumlah personil/staf yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang tinggi; pekerja sosial, psikolog, perawat kesehatan,
55
instruktur keterampilan, pembimbing agama, pembimbing kesenian, pelatih olahraga, dan lain-lain. 2. Sumber Dana a. APBN/APBD b. Kerjasama dengan pihak donor dari dalam maupun luar negeri c. Swadaya dari kegiatan ekonomi produktif lembaga d. Sumber-sumber lain yang tidak mengikat I. Jaringan Kerja Pelayanan 1. Internal a. Lintas program antar direktorat jenderal di lingkungan Departemen Sosial RI sebagaimana tertera dalam surat edaran Dirjen pelayanan dan Rehabilitasi Sosial No. 113//PRS/111/2005 b. Jaringan antar unit pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Sosial RI 2. Eksternal a. Antar instansi terkait baik pemerintah atau swasta (Rumah Sakit, Kepolisian, Koramil, Depnakernas, LSM, dan organisasi sosial lainnya) b. Dengan dunia usaha dalam usaha menciptakan lapangan kerja
bagi
anak
setelah
keterampilan kerja di SDC c. Pihak luar negeri
mendapatkan
pelatihan
56
J. Struktur Organisasi Dalam
suatu
lembaga
penting
sekali
struktur
beserta
pembagian tugas sesuai jabatan yang dipegang oleh orang tersebut, sehingga tidak menjadi pembagian tugas oleh orang yang memegang jabatan tersebut. Struktur organisasi SDC sebagai berikut: Struktur Organisasi Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA) berdasarkan SK Dirjen Yanrehsos No: 10/PRS2/KEP/2008
Struktur Organisasi P3SA/SDC Ketua Bpk. Muhamad Tuhar S.Pd.I Tata Usaha Bpk Tomy Hariyanto S.Sos
Koordinator Program dan Advokasi Sosial (PAS)
Koordinator Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Kelompok Jabatan Fungsional/Pendamping
Lampiran
: Keputusan Direktur Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak
Nomor
: 10/PRS-2/KEP/2008
Tentang
: Pelaksanaan Operasional Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Bambu Apus Jakarta Timur
57
Daftar Karyawan/Karyawati SDC
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Bpk. Makmur Sanusi Bpk.Muhamad Tohar S.Pd.I Bpk. Tomy Haryanto S.Sos Nurjayanti Suci Ningrum Sri Haryanti Rara Sulistyana Dewi, SE Ahmad Rifky Hidayat, S.Psi Leni Sukowati S.Sos Diana Aprilizia Vivi Marlina AKS Rahmasari S.Sos Nurmahid Susi Nugroho Widyati S.Psi Suci Utami Rahayu AMK Sri Widiastuti Nasrudin S.Ag Syafrudin S.Ag Lina Astiria Syafrudin S.Ag Pria Tri Atmojo AKS Putri Aprilia Salifah Zulha Sarifudin Ahmad Suhada Andi Jamaludin Erwin Ahmad Royani Bambang Supriyanto Dra. F. Sri Sulastri Drs. Abu Thalib Drs. Dany Rudito S, M.Si
Jabatan NIP Penasehat/Kepala Kementrian Sosial 170027615 Penanggung Jawab/Ketua 170027616 Kordinator Ketata Usahaan 170024026 Koordinator Keuangan 170008121 Adm. Kepegawaian 170029548 Koordinator Kerumah Tangga 170029540 Koordinator Yanrehsos 170029670 Sie Yanrehsos 170029554 Sie Yanrehsos 170029552 Koordinator PAS 170029593 Sie PAS Sie PAS (TB.STKS) 170029652 Pembimbing Psikologis 170029639 Paramedis 170029674 Paramedis Pembimbing Rohani Pendamping Pembimbing Rohani Pendamping Keterampilan Pembimbing Mental Pendamping Kejar A,B,C Juru Masak Pramu Kantor Kebersihan Kebersihan Kebersihan Satpam Satpam Pengemudi Tenaga Ahli (Peksos) 170008312 Pekerja Sosial Pekerja Sosial Ahli Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 14 Januari 2008
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identifikasi Informan 1. Pembimbing a. Ust. Nasrudin Jamil S.Ag Beliau lahir di Bekasi, 26 Juli 1970 dan lulusan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beralamatkan di Jalan Narogong Raya KM 5 No. 9 RT 06/01 Kel. Bojong Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Beliau menjadi pembimbing rohani di P3SA/SDC sejak tahun 2006, kurang lebih terhitung sudah tujuh tahun beliau menjadi pembimbing rohani di P3SA/SDC Bambu Apus Jakarta.1 b. Ust. Syafruddin S.Sos.I Beliau lahir di Medan, 24 April 1970 dan
lulusan Perguruan
Tinggi Ilmu Qur’an Jakarta. Beralamatkan di Jalan PPA RT 02/03 Komplek PSBR Bambu Apus Jaktim. Beliau menjadi pembimbing rohani di P3SA/SDC sejak tahun 2006, kurang lebih terhitung sudah tujuh tahun beliau menjadi pembimbing rohani di P3SA/SDC Bambu Apus Jakarta.2 2. Terbimbing a. Reza Murdani (L) Lahir di Bekasi pada tanggal 28 Agustus 1999 beralamatkan di Babelan RT 003/001 Kel.Babelan Bekasi. Merupakan anak kedua
1
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil, Jakarta, 28 Maret 2013. Wawancara Pribadi dengan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret 2013.
2
58
59
dari tiga bersaudara dengan masih memiliki kedua orang tua yang lengkap. Ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga dan berprofesi sebagai penjahit sedangkan ayahnya berprofesi sebagai sopir angkot. Mulai masuk ke P3SA/SDC pada tanggal 9 Juli 2012 atas ajakan dari salah satu pegawai dari lembaga, kemudian disetujuti oleh orang tuanya yang menjadi rujukan. Dia menjadi anak jalanan pada saat kelas 6 SD selama hampir 1 tahun. Di jalan ia mengamen selama dua hari dalam satu minggu, di beberapa tempat salah satunya di perumahan elit di daerah Bekasi Barat sekitar jam 09.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Dia mengamen atas dasar keinginan sendiri tanpa disuruh oleh orang tuanya dan penghasilannya setiap kali ngamen sedikitnya Rp. 50.000 dan uang tersebut ia gunakan untuk jajan dan berbagi dengan teman-temannya. Sekarang ia berada di P3SA/SDC mendapatkan pelayanan berupa pendidikan formal, melanjutkan sekolahnya kembali.3 b. Dwi Riswan Palupi (P) Lahir di Jogjakarta, tanggal 24 April 2000, beralamatkan di Jl. Tanjung Wangi RT 03/12 Jakarta Utara. Merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga sedangkan Ayahnya berprofesi sebagai kenek barang. Mulai masuk SDC pada tanggal 27 September 2011 setelah sebelumnya pada tahun 2010 sempat tinggal di Yayasan Sekar di Jakarta Utara, kemudian atas rujukan dari Yayasan Sekar tahun 2011 akhirnya ia
3
Wawancara Pribadi dengan Reza Murdani, Jakarta, 19 Maret 2013.
60
masuk ke P3SA/SDC. Dia menjadi anak jalanan pada umur 11 tahun, ia mulai mengamen dijalanan dengan berpindah-pindah tempat khususnya sering di wilayah Gedung Panjang. Selama kurang lebih satu tahun ia mengamen di jalanan. Dia mengamen atas keinginan sendiri, penghasilannya setiap kali ngamen sedikitnya Rp. 30.000 dan uang tersebut ia biasa gunakan untuk jajan, makan dan membantu biaya sekolahnya. Sekarang ia berada di P3SA/SDC mendapatkan pelayanan pendidikan formal dan melanjutkan sekolahnya kembali. Ia tengah berada di kelas 5 Sekolah Dasar.4 c. Dani Supriyadi (L) Lahir di Bekasi, tanggal 15 Mei 2001, beralamatkan di Jl.Swadaya RT 06/01 Kp. II Jaka Sampurna Bekasi. Merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Ibunya sebagai ibu rumah tangga sedangkan ayahnya berprofesi sebagai pedagang. Mulai masuk P3SA/SDC pada tanggal 1 Januari 2010 melalui rujukan dari dinsos Depok, kemudian disetuju oleh keluarganya. Dia menjadi anak jalanan dari kelas 3 SD dengan menjadi pengamen dijalanan. Penghasilannya dari hasil mengamen paling sedikit Rp. 50.000 setiap kali mengamen dan uang tersebut digunakan untuk makan dan kebutuhan
4
hidupnya.
Sekarang
ia
berada
di
Wawancara Pribadi dengan Dwi Riswan Palupi, Jakarta, 19 Maret 2013.
P3SA/SDC
61
mendapatkan
pelayanan
pendidikan
formal,
melanjutkan
sekolahnya. Sekarang ia tengah berada di kelas 5 Sekolah Dasar.5 d. Agus Setiawan Lahir di Cilacap, tanggal 18 Maret 2000, berasal dari kabupaten Cilacap beralamatkan di Desa Adimulya RT 01/3 Kec.Warareja Kab.Cilacap. merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ibunya sebagai ibu rumah tangga dan berprofesi sebagai pedagang dan Ayah kandungnya telah wafat. Mulai masuk P3SA/SDC pada tanggal 9 Juni 2012, berawal melalui ajakan oleh salah seorang pegawai P3SA/SDC dan akhirnya menjadi rujukan dari keluarga. Dia menjadi anak jalanan pada usia 12 tahun, selama kurang lebih satu tahun ia mengamen di jalanan. Ia mengamen setiap hari, biasanya mulai dari jam 05.00 WIB sampai jam 20.00 WIB, diantaranya di daerah Pasar Rebo, Depok, Lebak Bulus, Ciputat dan masih banyak lagi tempat ia mengamen di jalanan. Penghasilannya dari mengamen paling sedikit Rp. 80.000. Sekarang ia berada di SDC mendapatkan pelayanan pendidikan formal, ia bisa sekolah dengan berada di P3SA/SDC.6 e. Dedi Saputra (L) Lahir di Jawa Timur tanggal 6 September 1994 berasal dari Padang Sumatra Barat beralamatkan di Jalan Barari A2 Gg. 1 RT 07/10 No. 16 Tanjung Priok Jakarta Utara. Merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga dan 5
Wawancara Pribadi dengan Dani Supriyadi, Jakarta, 22 Maret 2013. Wawancara Pribadi dengan Agus Setiawan, Jakarta, 19 Maret 2013.
6
62
berprofesi sebagai penjahit, Ayahnya berprofesi sebagai petani. Mulai masuk P3SA/SDC pada tanggal 23 Februari 2012, melalui rujukan rumah singgah Kenari. Dia menjadi anak jalanan pada usia 10 tahun, ia mengamen setiap hari biasanya di mulai dari jam 07.30 WIB sampai dengn jam 17.30 WIB. Penghasilannya setiap kali ia mengamen sedikitnya Rp. 10.000. Sekarang ia berada di P3SA/SDC mendapatkan pelayanan pendidikan formal, ia bisa sekolah dan tengah berada pada kelas 4 Sekolah Dasar.7 B. Temuan dan Analisis Hasil Penelitian Setelah memperoleh data dan informasi, penulis mendapatkan temuantemuan lapangan. Temuan dan analisanya sebagai berikut. 1. Gambaran tentang Pelaksanaan Bimbingan Rohani di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur. Bimbingan rohani yang telah berjalan di P3SA/SDC sudah dimulai sejak panti/lembaga tersebut berdiri, yaitu pada tahun 2006. Ketika panti sudah menampung dan menerima para anak-anak jalanan dari berbagai latar belakang dan daerahnya masing-masing. Anak jalanan yang berada di P3SA/SDC diwajibkan mengikuti kegiatan bimbingan rohani karena kegiatan itu merupakan rangkaian dari pelayanan yang diberikan P3SA/SDC yang sangat penting bagi anak. Khususnya dalam mengembangkan dan meningkatkan mental dan spiritual keagamaan anak yang harus dibina dan
7
Wawancara Pribadi dengan Dedi Saputra, Jakarta, 25 Maret 2013.
63
ditingkatkan. Dapat digambarkan secara lebih terinci sebagai berikut. a. Proses Proses berjalannnya bimbingan rohani yaitu pembimbing mengumpulkan anak di Mushola sebelum waktu sholat maghrib, lalu ketika waktu sholat maghrib tiba pembimbing mulai mengarahkan anak untuk melaksanakan sholat maghrib berjama’ah. Sholat maghrib berjama’ah itu sudah merupakan rangkaian dari bimbingan rohani. Setelah sholat berjama’ah dilanjutkan dengan dzikir, doa, mengaji, diskusi, sharing, konsultasi, pembekalan ibadah, fiqih dan akhlaq. Kemudian nanti dilanjutkan kembali pada waktu shubuh dengan sholat shubuh berjama’ah dan ceramah agama.8 b. Waktu Adapun waktu pelaksanaan bimbingan rohani yaitu dari waktu maghrib sekitar pukul enam sore sampai waktu isya sekitar pukul delapan malam. Kemudian dilanjutkan kembali pada waktu shubuh.9 c. Peserta Peserta dari bimbingan rohani yaitu keseluruhan dari anak jalanan yang beragama islam yang tinggal di asrama
2013. 2013.
8
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret
9
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret
64
P3SA/SDC baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai latar belakang dan asalnya. Untuk peserta bimbingan rohani pada periode bulan Februari hingga April 2013 dimana pada waktu penulis melakukan penelitian yaitu sebanyak 20 anak, 11 laki-laki dan 9 perempuan. d. Pembimbing (Ustadz) Secara
akademis
seorang
pembimbing
khususnya
pembimbing rohani tentunya harus memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas, terutama keilmuan yang berhubungan tentang keagamaan. Pembimbing juga harus memiliki kemampuan dalam melayani dan menangani berbagai
permasalahan
yang
ada.
Di
P3SA/SDC
pembimbing rohani dituntut untuk mampu melayani, membantu dan menangani permasalahan anak jalanan terutama dalam hal kerohanian dan keagamaannya. Selain itu, pembimbing rohani kualifikasi
(strata)
juga diupayakan memiliki
pendidikan
yang
memadai
dan
menunjang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing serta memiliki pengalaman yang cukup memadai sehingga dapat memaksimalkan dalam menjalankan tugasnya. Jadi dari segi profesional dan individual setiap pembimbing mempunyai kompetensi yang seimbang antara teoritik dan praktik.
65
Pembimbing rohani di P3SA/SDC berjumlah dua orang, yaitu Ust. Nasruddin Jamil S.Ag dan Ust. Syafruddin S.Sos.I.
Kedua
pembimbing
rohani
tersebut
aktif
membimbing dan bekerja menjalankan tugasnya sejak berdirinya P3SA/SDC dan dimulainya program kegiatan pelayanan di P3SA/SDC. Keduanya merupakan seorang sarjana, Ust. Nasruddin Jamil, S.Ag merupakan lulusan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora sedangkan Ust. Syafruddin S.Sos.I merupakan lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Al-qur’an Jakarta. Jadi dari segi kompetensi dan keilmuan di bidang agama keduanya cukup mumpuni, ditambah dengan pengalaman yang dimiliki.10 Dengan demikian jika di lihat dari aspek pembimbing, keduanya memiliki kecakapan, kelayakan dan keilmuan yang cukup mumpuni dalam bidangnya yaitu sebagai pembimbing rohani. e. Metode Secara
garis
besar
metode
yang
dilakukan
oleh
pembimbing dalam kegiatan pelayanan bimbingan rohani di P3SA/SDC diantaranya yaitu melalui metode :
10
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret
2013.
66
Dialog/Diskusi
Dalam kegiatan bimbingan rohani, ataupun di luar jadwal pelaksanaan dari kegiatan bimbingan rohani, pembimbing terbuka dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa berdialog dan berdiskusi. Anakanak bisa mengajukan pertanyaan baik seputar masalah keagamaan ataupun masalah lainnya yang ingin di diskusikan. Pembimbing juga aktif menanyakan kepada anak tentang keadaan ataupun permasalahan mereka.
Ceramah
Pembimbing
memberikan
ceramah
kepada
anak
terutama tentang penanaman karakter dan mental yang berlandaskan nilai-nilai islami. Seperti tentang akhlak, kejujuran,
kesabaran
dan
lain
sebagainya
yang
memberikan motivasi, semangat dan penguat sisi kerohanian dan spiritual anak.
Spiritual
Islamic
System
(Syahadat-Istighfar-
Sholawat) Sebelum
memulai
kegiatan
bimbingan
rohani,
pembimbing biasanya terlebih dahulu memulai kegiatan dengan metode SIS (Spiritual Islamic System) dimana anak terlebih dahulu mengucapkan syahadat, istighfar
67
dan sholawat karena tiga hal ini merupakan kunci dari pengamalan ajaran agama dan menjadi penguat sisi keimanan dan spiritual seseorang dan khususnya untuk anak.
Dzikir
Dalam kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC pembimbing rohani menerapkan metode dzikir dalam membantu anak untuk senantiasa menyebut dan mengingat Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta. Agar anak
dapat
selalu
merasakan
kehadiran
Allah,
mendapatkan ketenangan, semangat dalam menjalani kehidupan
yang penuh dengan
kesusahan
serta
meningkatkan
kekurangan
dan
keimanan
dan
spiritualnya.
Praktik Ibadah
Dalam kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC pembimbing mengajarkan dan mempraktekkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan praktiknya. Diantaranya tentang praktik ibadah yang pokok seperti sholat, mengaji/membaca iqro dan al-qur’an dan lain sebagainya.11
11
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasruddin Jamil, Jakarta, 28 Maret 2013.
68
f. Materi Dalam mendukung kegiatan bimbingan rohani di SDC, selain metode tentu juga harus di dukung dengan materi yang relevan. Adapun materi yang diberikan pada pelayanan dan kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC sebagai berikut :
Yasinan
Setiap malam jumat rutin diadakan pengajian bersama membaca surat yasin, pembimbing mengajarkan kepada anak agar senantiasa menjalankan dan mengamalkan ibadah baik yang wajib ataupun sunnah.
Tauhid
Dalam memberikan materi tentang tauhid, pembimbing mengajarkan kepada anak agar selalu berpegang dan bersandar kepada Tuhan Yang Esa, Allah SWT, sehingga dalam menjalani sulitnya kehidupan, anak menyadari
bahwa
bersamanya.
Allah
Mendidik
selalu anak
melindungi selalu
dan
memohon
pertolongan hanya kepada Allah SWT.
Al-qur’an
Pembimbing memberikan materi yang berhubungan dengan al-qur’an terutama dalam memberikan ceramah
69
dan nasihat kepada anak, acuan yang utama yaitu dari kandungan ayat al-qur’an untuk memberikan hikmah dan bekal kepada anak tentang ajaran agama islam dalam
rangka
membangun
dan
meningkatkan
keimanan, rohani dan spiritual anak. Dan juga dalam hal praktik ibadah khususnya untuk mengajarkan anak belajar dan membaca al-qur’an.
Fiqih
Pembimbing dalam mengajarkan ibadah dan praktiknya dengan mengacu kepada materi yang berlandakan ilmu fiqih sehingga anak bisa belajar dan mendapat pembekalan yang tepat sesuai dengan ajaran islam untuk bekal ibadahnya kepada Allah SWT.
Akhlak
Pembimbing mengajarkan dan menanamkan akhlakuk karimah kepada anak sebagai bekal untuk menjadi anak yang baik, bermental positif, bersikap dan berkarakter yang baik sesuai dengan norma-norma dan tuntunan ajaran agama islam.
Sejarah
Pembimbing membekali anak dengan pengetahuan, khususnya mengenai sejarah dan kisah-kisah Nabi,
70
tokoh-tokoh
islam,
dan
lain
sebagainya
yang
berhubungan dengan sejarah islam sehingga anak dapat meneladani dan mengambil hikmah positif dari apa yang diberikan dan diajarkan oleh pembimbing.12 g. Sarana yang Mendukung Sarana yang mendukung kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC diantaranya yaitu tersedianya sarana ibadah seperti mushola yang representatif, mushaf al-qur’an, iqro’, meja untuk belajar al-qur’an, sajadah, mukena, papan tulis, tempat wudhu dan toilet yang tersedia dengan baik. 2. Peran Pembimbing Rohani untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di P3SA/SDC Mengacu pada berbagai pendapat dan pandangan dari para tokoh dan ahli, penulis mengambil simpulan dan dapat menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri kita secara utuh. Kecerdasan spiritual ini dapat menempatkan diri kita dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki. Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya.
12
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasruddin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret 2013.
71
Setiap orang memiliki potensi kecerdasan spiritual maka potensi tersebut harus dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik, jika potensi kecerdasan spiritual orang yang tadinya lemah maka harus dilakukan upaya untuk memberi penguatan pada potensi kecerdasan spiritualnya. Maksud penguatan disini yaitu mengacu kepada usaha menguatkan sesuatu atau perilaku, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat. Penguatan ini didasari karena adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat dilakukan proses penguatan, yaitu dalam hal bagaimana peran dari pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan. Jadi mempunyai makna usaha menguatkan kecerdasan spiritual anak jalanan dengan diadakannya pelayanan bimbingan rohani. Penulis
mengacu pada teori
mengenai
aspek-aspek
kecerdasan spiritual menurut Toto Tasmara, indikasi orang cerdas secara ruhaniah/spiritual mengacu pada sifat dan sikap Rosululloh SAW diantaranya yaitu : Shiddiq (jujur), istiqomah, fathanah, amanah, tablig.13 Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa indikator penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan dari di P3SA/SDC mengacu pada penguatan sikap dan perilaku shiddiq (kejujuran), sikap dan perilaku istiqomah, sikap dan perilaku fathanah, sikap
13
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet ke-1, h. 189-223.
72
dan perilaku amanah, sikap dan perilaku tablig. Bentuk penguatan kecerdasan spiritual itu dilakukan oleh pembimbing melalui metode dan materi yang diberikan. Upaya penguatan kecerdasan spiritual tersebut terlihat dari bagaimana pembimbing rohani dalam menerapkan metode dan materi bimbingan rohaninya. Dengan adanya bimbingan rohani mereka dapat mengembangkan potensi keimanan dan spiritualnya, mendapatkan pengetahuan, pemahaman dalam pengamalan ajaran agamanya (ibadah) kepada Allah SWT, dapat mengembangkan potensi dan kemampuan diri agar menjadi pribadi yang bermanfaat dan memiliki karakter dan perilaku yang sesuai dengan moral, etika dan norma yang berlaku dimasyarakat khususnya norma agama. Secara garis besar materi inti yang diberikan pembimbing rohani kepada anak untuk penguatan kecerdasan spiritual anak dalam aspek-aspek shiddiq (kejujuran), istiqomah, amanah, fathanah, tablig meliputi pada tiga hal pokok, yaitu melalui materi tauhid, al-qur’an dan akhlak. Pemberian materi tentang tauhid, pembimbing mengajarkan kepada anak agar selalu berpegang dan bersandar kepada Allah SWT, sehingga dalam menjalani sulitnya kehidupan, anak menyadari
bahwa
Allah
selalu
melihat,
melindungi
dan
bersamanya. Mendidik anak selalu memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT. Sehingga akan meningkat iman dan
73
keyakinannya
kepada
Allah,
semakin
terbina
penanaman
ketauhidan sejak dini dan semakin kuat semangat perubahan dalam diri anak khususnya dalam sikap dan perilaku jujur, istiqamah, fathanah, amanah dan tablig. Pemberian materi berlandaskan al-qur’an, pembimbing memberikan
ceramah
dan
nasihat
kepada
anak,
dengan
berlandaskan kandungan ayat al-qur’an untuk memberikan hikmah, pemahaman, pencerahan dan bekal kepada anak tentang ajaran agama islam dalam rangka membangun dan meningkatkan semangat keimanan, pencerahan rohani dan penguatan kecerdasan spiritual anak. Dan juga dalam hal praktik ibadah khususnya untuk mengajarkan anak belajar dan membaca al-qur’an. Pembimbing mengajarkan dan menanamkan akhlakul karimah kepada anak sebagai bekal untuk menjadi anak yang baik, bermental positif, bersikap dan berkarakter yang baik sesuai dengan norma-norma dan tuntunan ajaran agama islam. Ketiga hal tersebut, tauhid, al-qur’an dan akhlak sudah cukup menumbuhkan sikap dan perilaku anak menjadi lebih baik, anak menjadi anak yang sholih, jujur, amanah, cerdas, tabligh dan istiqomah dengan dibina sejak dini dan terus menerus dikuatkan. Walaupun anak tersebut dikatakan anak jalanan, namun sikap, perilaku dan akhlaknya akan tumbuh menjadi baik apabila dilakukan pembinaan bimbingan rohani yang baik dan terus menerus.
74
Harapan-harapan mengenai bimbingan rohani di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur diantaranya yaitu harapan dari pembimbing, anak jalanan dan pimpinan panti diantaranya harapan mereka sebagai berikut:
Untuk bidang agama, supaya mendapatkan porsi anggaran yang cukup, untuk mengadakan sarana dan alat belajar yang mendukung serta lebih variatif dalam rangka mengadakan kegiatan bimbingan rohani
bagi
anak,
sehingga
anak-anak
bisa
mendapatkan materi bimbingan rohani yang lebih variatif untuk pembekalan mereka. Kemudian semua pegawai ikut mendukung demi kelancaran dan kesuksesan bimbingan rohani untuk anak.14
Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani ada perubahan yang lebih baik pada anak dan lebih memperhatikan jaminan bulanan bagi pembimbing sehingga kegiatan bimbingan rohani bisa berjalan lebih lancar dan lebih baik lagi.15
Ditingkatin lagi waktunya, materinya lebih banyak, suasana dibuat menyenangkan, biar bisa ngaji, bisa sholat jadi anak baik, sholeh dan membahagiakan
14
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil, Jakarta, 28 Maret 2013. Wawancara Pribadi dengan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret 2013.
15
75
orang tua, untuk bimbingannya terus dilanjutkan lebih baik lagi.16
Adanya komitmen, dedikasi, loyalitas, kompetensi dari pembimbing mesti ditingkatkan dan juga menggunakan metode yang bervariasi untuk anak.17
16
Wawancara Pribadi Anak, Jakarta, 19 Maret 2013. Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rifky Hidayat, M.Si, Jakarta, 18 Juli 2013.
17
BAB V A. Kesimpulan Indikator penguatan
kecerdasan
spiritual
anak jalanan
di
P3SA/SDC mengacu pada penguatan sikap dan perilaku shiddiq (kejujuran), sikap dan perilaku istiqomah, sikap dan perilaku fathanah, sikap dan perilaku amanah, sikap dan perilaku tablig. Bentuk penguatan kecerdasan spiritual itu dilakukan oleh pembimbing melalui metode dan materi yang diberikan. Pembimbing Rohani dalam memberikan penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan di P3SA/SDC berlandaskan pada beberapa hal, khususnya pada pemberian materi bimbingan rohani. Ada tiga hal pokok yang dilakukan pembimbing untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan, yaitu melalui pemberian materi yang berlandaskan tauhid, alqur’an dan akhlak. Pemberian materi tentang tauhid, pembimbing mengajarkan kepada anak agar selalu berpegang dan bersandar kepada Allah SWT sehingga akan meningkat iman dan keyakinannya kepada Allah, semakin kuat semangat perubahan dalam diri anak khususnya dalam sikap dan perilaku jujur, istiqamah, fathanah, amanah dan tablig. Pemberian
materi
berlandaskan
al-qur’an,
pembimbing
memberikan ceramah dan nasihat kepada anak, dengan berlandaskan kandungan ayat al-qur’an untuk memberikan hikmah, pemahaman, pencerahan dan bekal kepada anak tentang ajaran agama islam dalam
76
77
rangka membangun dan meningkatkan semangat keimanan, pencerahan rohani dan penguatan kecerdasan spiritual anak. Pemberian materi akhlak, pembimbing menanamkan kepada anak nilai-nilai pribadi yang luhur dan akhlakul karimah sebagai bekal untuk menjadi anak yang baik, bermental positif, bersikap dan berkarakter yang baik sesuai dengan norma-norma dan tuntunan ajaran agama islam. B. Saran-Saran Adapun ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan, diantaranya: 1. Pelayanan bimbingan rohani di P3SA/SDC harus semakin ditingkatkan, mengingat keberadaannya sangat penting untuk perkembangan mental spiritual anak jalanan. 2. Pembimbing melakukan terobosan, inovasi serta kreasi dalam memberikan metode dan materi bimbingan rohani menyesuaikan situasi dan kondisi anak sehingga anak menjadi semakin bersemangat untuk mengikuti kegiatan tersebut dan lebih merasakan manfaatnya. 3. Komitmen dan kerjasama yang baik, antara penyelenggara (lembaga/panti) dengan pembimbing ataupun dengan semua pegawai dan yang lainnya sama-sama berkomitmen kuat untuk menyediakan pelayanan bimbingan rohani yang terprogram dengan baik, sehingga kehadirannya senantiasa membawa perubahan dan manfaat bagi anak untuk menjadi lebih baik dan bermasa depan cerah dengan berlandaskan pada iman dan akhlakul karimah.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangkitan ESQ POWER : Sebuah Inner Journey Melalui Ihsan. Jakarta: Agra, 2003. Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga, 2005. Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon Press, 1992. Bakran Adz-Dzaky, M. Hamdani. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: PT. Fajar Pustaka Baru, 2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Dewa Ketut Sukardi. Proses Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001. Kafie, Jamaludin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Penerbit Indah, 1993. Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999. Koswara, E. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco, 1991. Luthfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
78
79
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Natawijaya, Rahman. Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: CV Abrair, 1998. Nggermanto, Agus. Konseling Agama, Teori dan Kasus. Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2002. Poerwandari, Kristi E. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3, 1998. Prayitno dan Erman. Dasar-Dasar Bimbingan
dan
Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999. Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali, 1984. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Sudrajat, Tata. Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan. Jakarta: YKAI, 1995. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta, 2009. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Taylor, Shelly E. dkk. Psikologi Sosial Edisi Ke-12. Jakarta: Kencana, 2009. Umar dan Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung: Pustaka Cipta, 1998. Z.A, A. Soedijar. Profil Anak Jalanan di DKI. Jakarta: Media Informatika, 1989.
80
Zohar, Danah dan Marshall, Ian. SQ: Memfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan, 2001.
Sumber Internet Angkasa Yudhistira, “7.315 Anak Hidup di Jalanan Ibu Kota,” artikel diakses pada 27 Juni 2013 dari http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/13/500/646625/7315-anak-hidup-di-jalanan-ibu-kota Harja Saputra, “Masalah Anak Jalanan,” artikel diakses pada 13 Desember 2012 dari http://harjasaputra.wordpress.com/2007/04/09/masalah-anak-jalanan-1/
Sumber Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial RI, “Kondisi Sosial Anak Jalanan dan Penanganannya di Kota Madya Surabaya,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 4 No. 3 (September 1999): h.17.
LAMPIRAN
Instrumen Wawancara Nama
: Nasrudin S.Ag
Alamat
: Jl.Narogong Raya KM. 5 No.9 RT 06/01 Kel. Bojong Rawa
Tempat/Tanggal Lahir
Lumbu Bekasi
: Bekasi, 26 Juli 1970
Umur
: 43 Tahun
Pendidikan
: S1 Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan
: Pembimbing Rohani
Tanggal Wawancara
: 28 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama Bapak menjadi pembimbing? Jawab : Sudah 7 tahun, dari tahun 2006. 2. Apa tujuan diadakan bimbingan rohani? Jawab : Inti dari tujuan bimbingan rohani di SDC menurut saya yaitu untuk mengenalkan hak-hak dan martabat mereka (anak-anak jalanan), mengenali dirinya dan Tuhannya. 3. Bagaimana jadwal pelaksanaan dari kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Setiap hari ba’da maghrib.
4. Berapa lama durasi? Jawab : Mulai ba’da magrib hingga jam 8 malam, kurang lebih 2 jam. 5. Metode apa yang diberikan dalam kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Dialog, diskusi, ceramah, ibadah, Spiritual Islamic System (Syahadat-Istighfar-Sholawat), dzikir malam, latihan tahajud. 6. Materi apa yang disampaikan? Jawab : Yasinan (setiap malam jum’at), Fiqih, Al-qur’an, sejarah, akhlak. 7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Untuk pendukungnya kurang lebih karena memang adanya kebutuhan, tidak ada yang menghalangi anak untuk ikut kegiatan, baik dari orang tuanya/pihak lain, kemudian sarana juga yang mendukung. Penghambatnya yaitu kegiatan ini seolah-olah diserahkan pada satu orang saja (pembimbing), kurang mendapat dukungan dan bantuan dari pegawai lain, kemudian anak-anak cepat bosen dan semangat yang naik turun dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani. 8. Apa target khusus dari kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Yang kami targetkan tentu anak-anak tidak kembali lagi ke jalan, mereka memiliki perilaku dan budi pekerti yang luhur, mengenali, memahami dan menjalankan nilai-nilai agamanya. 9. Apa harapan pembimbing? Jawab : Untuk bidang agama, supaya mendapatkan porsi anggaran yang cukup, untuk mengadakan sarana dan alat belajar yang mendukung serta lebih variatif dalam rangka mengadakan kegiatan bimbingan rohani bagi
anak, sehingga anak-anak bisa mendapatkan materi bimbingan rohani yang lebih variatif untuk pembekalan mereka. Kemudian semua pegawai ikut mendukung demi kelancaran dan kesuksesan bimbingan rohani untuk anak. 10. Apa saran untuk SDC? Jawab : Lebih memperhatikan dan mendukung hal-hal yang membantu dalam kegiatan bimbingan rohani di SDC.
Jakarta, 28 Maret 2013
Narasumber
Ust. Nasrudin Jamil S.Ag
Pewawancara
Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Nama
: Syafuddin S.Sos.I
Alamat
: Jl. PPA RT 02/03 Komplek PSBR Bambu Apus, Jaktim
Tempat/Tanggal Lahir
: Medan, 24 April 1970
Umur
: 43 Tahun
Pendidikan
: S1 Dakwah PTIQ Jakarta
Jabatan
: Pembimbing Rohani
Tanggal Wawancara
: 28 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama Bapak menjadi pembimbing? Jawab : Sudah 7 tahun 2. Apa tujuan diadakan bimbingan rohani? Jawab : Secara singkat menurut saya, untuk anak bisa mengerti bagaimana berbakti kepada orang tua, sopan santun kepada guru, cara bergaul dengan teman dan menjalankan ajaran agamanya. 3. Bagaimana jadwal pelaksanaan dari kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Ba’da maghrib sampai isya dan ba’da subuh.
4. Berapa lama durasi? Jawab : Kurang lebih 2 jam 5. Metode apa yang diberikan dalam kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Yang menekankan dalam menghibur dan menyemangati anak. 6. Materi apa yang disampaikan? Jawab : Fiqih, tauhid, ibadah, al-qur’an, akhlak, dzikir, dan setiap bulan romadhon kegiatan kultum sebelum berbuka, buka puasa diluar, tarawih. 7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Untuk pendukung sarana yang ada cukup memadai, penghambatnya lebih kepada anak, yang suka mendapat pengaruh temantemannya diluar, dasar pengetahuan agama yang kurang dan kurangnya kesadaran mereka, sehingga butuh cara dan metode yang tepat untuk diberikan kepada anak. 8. Apa target khusus dari kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Jika sudah keluar dari SDC, anak bisa mengerti agama dan menjalankannya serta menjadi lebih baik lagi. 9. Apa harapan pembimbing? Jawab : Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani ada perubahan yang lebih baik pada anak dan lebih memperhatikan jaminan bulanan bagi pembimbing sehingga kegiatan bimbingan rohani bisa berjalan lebih lancar dan lebih baik lagi.
10. Apa saran untuk SDC? Jawab : Cintai SDC, perbaiki dan benahi SDC, butuh dukungan seluruh pegawai SDC dalam mningkatkan kegiatan bimbingan rohani.
Jakarta, 28 Maret 2013
Narasumber
Ust. Syafruddin S.Sos.I
Pewawancara
Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Nama
:
Alamat
:
Tempat/Tanggal Lahir
:
Pendidikan
:
Jabatan
: Ketua P3SA/SDC
Tanggal Wawancara
:
Interviewer
: Hafiz Sabilla Rosyad
Lokasi Wawancara
: Ruang Ketua P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama Bapak bekerja di SDC? Jawab : 2. Apa saja program pelayanan yang telah berjalan di SDC? Jawab :
3. Menurut Bapak, selama ini bagaimana program pelayanan yang telah berjalan? Jawab :
4. Bagaimana pelayanan bimbingan rohani yang telah berjalan di SDC? Jawab :
5. Dalam penilaian Bapak, apakah ada pengaruh dari pelayanan bimbingan rohani terhadap kecerdasan spiritual anak? Jawab :
6. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pelayanan bimbingan rohani di SDC? Jawab :
7. Apa harapan Bapak dari adanya pelayanan bimbingan rohani di SDC? Jawab :
Jakarta, 27 Juni 2013
Narasumber
(
Pewawancara
)
(Hafiz Sabila Rosyad)
Instrumen Wawancara Anak Nama
: Reza Murdani
Alamat
: Babelan RT 003/001 Kel.Babelan Bekasi
Tempat/Tanggal Lahir
: Bekasi, 28 Agustus 1999
Umur
: 14 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Wawancara
: 19 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama tinggal di SDC? Jawab: Kurang lebih 1,5 tahun 2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti? Jawab: Banyak. sekolah, bimsos, jalan-jalan, bimbingan rohani/keagamaan, senam, olahraga, menerima kunjungan. 3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC? Jawab : Enak, karena bisa belajar ngaji dan sholat. 4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Rutin tiap hari habis magrib. 5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan? Jawab : Ngaji, ceramah, tanya jawab (ngobrol)
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada perubahan dalam spiritual/keimanan? Jawab : Ada perubahan, jadi semangat sholat ngaji. 7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : waktu yang singkat dan rasa malas. 8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : pembimbing yang rajin dan semangat, disuruh orang tua ngaji. 9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC? Jawab : ditingkatin lagi waktunya, materinya lebih banyak, menyenangkan bisa ngaji bisa sholat perlu dlanjutin. 10. Apa saran untuk SDC? Jawab : kegiatan keagamaannya dibanyakin, pegawainya jangan galakgalak.
Jakarta, 19 Maret 2013
Narasumber
Reza Murdani
Pewawancara
Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak Nama
: Dwi Riswan Palupi
Alamat
: Pluit Jakarta Utara
Tempat/Tanggal Lahir
: 24 April 2000
Umur
: 13 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Wawancara
: 19 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama tinggal di SDC? Jawab : Kurang lebih 2 tahun. 2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti? Banyak. Sekolah, kegiatan keagamaan, outbond, olah raga, jalan-jalan, kunjungan dari orang arab. 3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC? Jawab : Biasa aja 4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Jarang-jarang karena malas 5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan? Jawab : Ngaji, Ceramah, Sholawatan, Dzikir.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada perubahan dalam spiritual/keimanan? Jawab : Ada, jadi lebih semangat sholatnya, ninggalin kebiasaan-kebiasaan buruk. 7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Anak-anaknya suka pada malas. 8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Pembimbing rajin, ada al-qur’an dan iqro’. 9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC? Jawab : Bisa ngaji, bisa bacaan sholat, biar jadi anak sholeh. 10. Apa saran untuk SDC? Jawab : tingkatin kegiatan bimbingan keagamaan, pegawainya jangan galak-galak.
Jakarta, 19 Maret 2013
Narasumber
Dwi Riswan Palupi
Pewawancara
Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak Nama
: Dani Supriyadi
Alamat
: Jl.Swadaya RT 06/01 Kp. II Jaka Sampurna Bekasi
Umur
: 12 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Wawancara
: 22 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama tinggal di SDC? Jawab : 3 tahun 2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti? Jawab : Banyak. Sekolah, bimbingan agama, olah raga, bimsos, jalanjalan. 3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC? Jawab : Bagus, karena bisa belajar agama islam 4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Iya, rutin. 5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan? Jawab : Belajar sholat, ngaji, ceramah, yasinan, hafalin surat-surat pendek dan doa-doa.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada perubahan dalam spiritual/keimanan? Jawab : Ada, jadi bisa sholat ngaji. 7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Anak-anaknya sedikit. 8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Pembimbing rajin, sarana mendukung. 9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC? Jawab : Pengen jadi anak baik. 10. Apa saran untuk SDC? Jawab : Untuk petugas jangan galak-galak.
Jakarta, 22 Maret 2013
Narasumber
Pewawancara
Dani Supriyadi
Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak Nama
: Agus Setiawan
Alamat
: Desa Adimulya RT 01/3 Kec.Warareja Kab.Cilacap
Umur
: 13 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Wawancara
: 19 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama tinggal di SDC? Jawab : Kurang lebih 1 tahun. 2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti? Jawab : Sekolah, belajar, bimbingan agama, bimbingan sosial, olah raga, jalan-jalan. 3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC? Jawab : Bagus, membuat orang tobat, bisa belajar agama, baca alqur’an. 4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Jarang-jarang, karena males dan capek. 5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan? Jawab : ngajarin sholat, ngaji, ceramah, dzikir, sholawatan.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada perubahan dalam spiritual/keimanan? Jawab : Ada. Berhenti merokok dan mabuk-mabukan, lebih nurut dan semangat. 7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Anak-anaknya ada yang suka pada males. 8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Pembimbing semangat, ada alqur;an, iqro’ mushola, disuruh orang tua ngaji biar jadi anak soleh di SDC. 9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC? Jawab : Ditambahin waktunya, anak di paksa untuk ikut bimbingan. 10. Apa saran untuk SDC? Jawab : Pegawainya lebih nyemangatin anak-anak untk lebih rajin.
Jakarta, 19 Maret 2013
Narasumber
Agus Setiawan
Pewawancara
Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak Nama
: Dedi Saputra
Alamat
: Jl.Barari A2 Gg. 1 RT 07/10 No.16 Tj. Priok Jakarta Utara
Umur
: 13 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Wawancara
: 25 Maret 2013
Interviewer
: Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara
: Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban 1. Sudah berapa lama tinggal di SDC? Jawab : 1 tahun. 2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti? Jawab : Sekolah, bimsos, motivation day, bimbingan rohani, jalan-jalan, olahraga, jumsih. 3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC? Jawab : Lumayan bagus, bisa belajar iqro, alquran, sholat. 4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani? Jawab : Kadang-kadang suka ga ikut. 5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan? Jawab : Ceramah, sholawatan, dzikir, ngaji, sholat.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada perubahan dalam spiritual/keimanan? Jawab : Ada, bisa ada perubahan diri. 7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Suka pada males anak-anaknya. 8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC? Jawab : Ada sarana yang mendukung. 9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC? Jawab : Biar bisa ngaji, ngebahagian orang tua. 10. Apa saran untuk SDC? Jawab : Lebih bagus lagi.
Jakarta, 25 Maret 2013
Narasumber
Dedi Saputra
Pewawancara
Hafiz Sabila Rosyad
DATA ANAK SDC No .
No. Reg
Tgl Msk Panti
Nama Lengkap
1.
0229/2008
01-072008
Ridho Lailatul Fajrin
2.
0234/2008
01-072008
Syamsul Falah
3.
0342/2010
01-012010
4.
0538/2011
08-042011
5.
0546/2011
6.
0559/2011
7.
0589/2011
L / P L
TTL
Agama
Rujukan
Jns Pelaya nan Pend. Formal
Depok, 11-121995
Islam
Dinsos Depok
L
Bekasi, 14-081993
Islam
Keluarga
Pend. Formal
Dani Supriyadi
L
Bekasi, 15-052001
Islam
Dinsos Depok
Pend. Formal
Siti Fitriyah
P
Bekasi, 24-041994
Islam
Keluarga
Pend. Formal
Agus Setiawan
L
Islam
Tjiliwoe ng
Pend. Formal
07-062011
M. Sidik
L
Bekasi, 30-091994
Islam
Keluarga
Pend. Formal
20-072011
Riska Anggraini
P
Jakarta, 07-051996
Islam
Sekar
Pend. Formal
Alamat
Jl. Raya Bogor Mekarsar i RT 04/02 Cimangg is Depok Jl.KH Nur Ali RT 14/01 Kel.Babe lan Kec.Bah agia Ujung Harapan Bekasi Jl.Swada ya RT 06/01 Kp. II Jaka Sampurn a Bekasi Jl.Kenan gan RT 01/02 No.55 Jati Melati Bekasi Cianjur Jawa Barat Jl.Babela n RT 10/002 Kec.Bab elan Bekasi Jl.Kaliba ru Timur Cilincing RT 02/01 No.28
8.
0591/2011
20-072011
Dini Islami
P
Jakarta, 21-121998
Islam
Sekar
Pend. Formal
9.
0597/2011
27-092011
Dwi Riswan Palupi
P
Islam
Sekar
Pend. Formal
10.
0599/2011
11-102011
Ade Irma Suryani
P
Jogjaka rta,24042000 Jakarta, 13-051996
Islam
Himatta
Pend. Formal
11.
0693/2012
16-032012
Harfansyah
L
Jakarta, 06-061996
Islam
Balareni k
Pend. Formal
12.
0708/2012
09-062012
Agus Setiawan
L
Cilacap ,18-032000
Islam
Keluarga
Pend. Formal
13.
0709/2012
09-062012
Arif Maulana
L
Cilacap ,27-022002
Islam
Keluarga
Pend. Formal
14.
0710/2012
09-072012
Reza Murdani
L
Bekasi, 28-081999
Islam
Keluarga
Pend. Formal
15.
0712/2012
25-072012
Maryani
P
Serang, 08-041996
Islam
RSG Kenari
Pend. Formal
16.
0718/2012
September 2012
Geby Caca Putri
P
Bogor, 03-08-
Islam
Dinsos Kab.Bog
Ketera mpilan
JakUt Jl.Kaliba ru Timur Cilincing RT 02/01 No.114 JakUt Pluit Jakarta Utara Jl.Mangg a Lontar X RT 06/02 Koja, Tugu Utara JakUt Jl.Rawa Bebek RT 05/12 P.Geban g JakTim Ds.Adim ulya RT 01/3 Kec.War areja Kab.Cila cap Ds.Adim ulya RT 01/3 Kec.War areja Kab.Cila cap Babelan RT 003/001 Kel.Babe lan Bekasi Jl.Merpat i RT 002/002 JakUt Jl.Ciapus Gang
Amelia
1995
or
17.
0233/2008
1 Juli 2008
Sunarsih
P
Jakarta, 30-011996
Islam
Sekar
Pend. Formal
18.
0616/2012
17 Januari 2012
Laksana Jaka Sena
L
Jakarta, 14-101998
Islam
Kenari
Pend. Formal
19.
0671/2012
23 Februari 2012
Dedi Saputra
L
Jawa Timur, 06-092000
Islam
Kenari
Pend. Formal
20.
0705/2012
09 Juli 2012
Martika Sari
P
Jakarta, 20-032000
Islam
RSG Kenari
Pend. Formal
Sawo Bogor Jl.Perinti s Kemerde kaan RT 06/15 Kayu Putih Pedongk elan Jakut PJKA Pinggir Rel Tj. Priuk Jakut Jl.Barari A2 Gg 1 RT 07/10 No.16 Tj.Priuk Jakut Jl.Kaliba ru Barat RT 011/007 Kel.Kali baru Kec.Cili ncing Jakut
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
`
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN