Oleh : Dr. Ir. J U M A D I, MMT Kepala Bidang Ekonomi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 12 Pebruari 2014
1
Isu Indag & Investasi : Isu Ekternal :
Gejolak Ekonomi Uni Eropa masih berlangsung ketidakpastian Tapering Off The Fed & budget (G)USA ekon USA belum bergerak + Investasi menurun Transaksi berjalan (Current Account) Defisit Pertumbuhan Ekonomi Nasional Melambat (6,5 % 5,7%) Posisi Daya saing Ind dlm rangka AEC’15 Efficiency Driven (blm ke Innovative Driven) Ketahanan Pangan - Global :terbatasnya ketersediaan pangan dunia - Nas : Jebakan impor pangan (harga turun)
Pertumbuhan Sektor Indag melambat (Ind : 6,34 % 5,59 & PHR : 10,06 % 8,61 %) Surplus Net Ekspor (Rp 53,72 T) dari ekspor antar pulau Dominasi bhn baku Impor 83,34% Standarisasi Rendah (ISO, HAKI ) Hilirisasi Industri (ex smelter terkait larangan expor Minerba : 12 Jan’14) Iklim invest. terkendala infrastruktur
Isu Utama : Pertumbuhan Ekonomi Melambat (7,27 % 6,55 %), dominasi konsumsi 67,41 % dengan Inklusifitas MEMUASKAN (belum Sangat Memuaskan)
Isu Koperasi & UMKM :
Produktvtas UMKM -> share 54,39 % Akses Permodalan 27,1% total kredit, LDR : 91,95 % NPL : 3,45 % Daya saing Kop & UMKM rendah Gerakan Ekonomi Syariah Bank syariah 4,3 % dr total aset perbankn Kemitraan LKP & non LKP Kapasitas kelembagaan peningkatan UMKM
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN
Isu Pertanian : Pertumbuhan sektor Pertanian melambat (3,49 % 1,59 %) Alih fungsi lahan (3,37%/th) Daya saing produk pertanian Dampak Perubahan Iklim (Puso 257 Ha akibat banjir ) Swasembada Padi (+ 4,4 juta Ton) Daging (124,5 Rb Ton) & Gula (867,1 Rb Ton) Sarana & Prasarana Terbatas Mahalnya pakan ternak (60 % – 70% dari biaya produksi Jaringan Jitut/Jides (+ 35 % rusak) Pelabuhan Perikanan (selesai dibangun 10 Kurang 2) 19,36 % (+ 91.000 Ha Lhn Kritis Rendahnya produksi
Program Prioritas :
3
3
Tapering off The Fed Amerika berpengaruh ke seluruh dunia aliran modal asing keluar dari Indonesia Investasi melambat
Permasalahan Peluang Tantangan
Sifat Regionalisasi Perluasan Pasar
Blok Pasar Pertukaran Potensi Ekonomi
nilai perdag intra ASEAN +USD 600 M dg pertumbuhan rata-rata 17,9 %/th nilai perdag external + USD 1800 M
Tahun 2013 Size Economy Jatim thd ASEAN 2011
• Pertumbuhan Ekonomi Jatim Melambat (7,27 % - 6,55 %) • Kontribusi Jatim thd Nasional 2013 turun (14,89 % – 14,87 %)
23,77 %
9,30 % 57,62 %
4,74 %
2,06 %
2,51%
Bonus Demografi Jatim + 70 % Naker berpendidikan SD - SMP
Pertumbuhan Ekonomi & Penurunan Kemiskinan
Pertumbuhan Ekonomi & Penurunan TPT
Pertumbuhan Ekonomi & Disparitas
Kualitas Inklusivitas Pertumbuhan Ekonomi Jatim :
Sumber : BPS RI, 2013
Sumber : Bappeda Jatim, 2013
Ganti Grafik .. Kriteria 6
back
7
7
3.4. Isu Strategis Sektor 1.
2.
3.
Alih Fungsi Lahan. Masih Adanya Alih Fungsi Lahan dari pertanian ke non pertanian sejak tahun 2007 – 2011 berkurang seluas 214.291,18 ha (BPN, 2011). Infrastruktur pertanin dan perdesaan masih belum optimal Kerusakan jaringan irigasi (Jitut-Jides) s/d tahun 2012 sebesar 35% (Dinas Pertanian, 2012). Revitalisasi beberapa waduk untuk menunjang peningkatan Index Pertanaman (IP). Penyusutan Hasil pasca panen padi masih tinggi mencapai 10,82% (survey BPS, 2011)
4.
Tingginya laju impor tanaman pangan dalam kurun 2009-2011 sudah menembus 13 miliar dolar Amerika Serikat. (nasional)
5.
Lemahnya komitmen petani dalam menerapkan GAP dibandingkan budidaya konvensional.
6.
Dampak perubahan iklim menyebabkan gagal panen akibat banjir, kekerinigan dan munculnya hama dan penyakit tanaman
7.
Konsumsi beras masyarakat Jawa Timur saat ini masih relatif tinggi (88,7 kg/kapita/tahun) dari target 87,24 kg/kapita/tahun pada tahun 2014) back
8
Food prices fell at around 1 percent per annum in the 20th century but have more than doubled over the past decade MGI Food sub-index1 350 300 250 200 150 -0.7% p.a.
100 50 0 1900
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2000
20132
1 Food sub-index is calculated based on coffee, cocoa, tea, rice, wheat, maize, sugar, beef, lamb, bananas and palm oil prices weighted by total world export values 1999-2001 at indexed prices over the same time period in real terms. 2 Data till Q1 2013 McKinsey & Company
| 3
In the future this is likely to be further exacerbated as food demand is expected to increase by 70% by 2050 Global population
Anticipated food demand
Bn
Global daily kcal consumption, trillion 27
9.3
+55% 6.0
+70% 17
Boom in food demand driven by ▪ Population growth ▪ Income effects – Increased calorie consumption – Increased meat consumption
2000
2050
2000
20501
Under baseline estimates of cumulative yield improvements of 45% by 2050, an additional ~266 mn ha are required
1 Assuming world population to reach 3,000 kcal/day SOURCE: World Bank; Food and Agriculture Organization (FAO), WRI
McKinsey & Company
| 4
At the same time, growth rates in agricultural yields have been declining and currently are below world population growth World population vs. yield growth World population
5 year growth rate, %
Yield growth
3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0 -0.5
1970 1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
-1.0
McKinsey & Company
| 5
There may be a large land gap depending on the ability to bring on new forms of cropland and the share of productivity opportunities captured Meeting the land requirement of 2030 Mha 175-220
A protein gap equivalent to roughly 250-450m people
98
29 48-93
Additional land needed In 2030
Readily available Reduction in land demand (Tier 1) from readily achievable prod improvements
Land still needed in 2030
back McKinsey & Company
| 6
1.
Belum tercapainya produksi Jawa Timur dalam mendukung target swasembada daging nasional 2014 (target 2.821.515 ton) produksi daging Jawa Timur tahun 2014 sebesar 372.643 ton, target tahun 2015 sebesar 381.959 ton.
2.
Peningkatan Populasi/Produksi dan Daya Saing Produk (comparative /competitive ) fakta : terjadinya penurunan populasi ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau sebesar 24,1% (hasil sensus Pertanian, 2013);
3.
Peningkatan Kualitas Produk (Daging) fakta : Masih terbatasnya RPH yang memenuhi standard SNI pemotongan diluar RPH.
4.
Penanganan Penyakit Hewan/Ternak Menular masuknya berbagai jenis penyakit hewan dari luar negeri, fakta : Belum optimalnya penanganan penyakit hewan menular.
5.
Dampak perubahan iklim memicu timbulya penyakit hewan/ternak menyebabkan kegagalan usaha ternak.
6.
Rekayasa Teknologi Lokal untuk Pakan Ternak Fakta cost produksi dari 13 13 pakan masih dominan.
1.Produksi Gula Belum tercapainya target produksi gula Jawa Timur dalam mendukung swasembada gula Jawa Timur mendapat target produksi gula sebesar 1,637 juta ton saat ini baru mencapai 1,051 jt Ton dan target 2015 sebesar 1,460 jt ton. 2. Kopi Arabika (pasokan utama Kopi Dunia dari Amerika Latin (masih kurang), export Kopi Nasional , 50% - nya dari Jatim, produk Jatim/tahun 32 ribu ton kopi robusta dan 5,37 ribu Ton kopi arabika.
3.Produktifitas komoditi Kakao masih rendah, yaitu rata-rata 684 kg/ha, jauh dari potensi optimal yaitu 1.000 kg/ha target tahun 2015 sebesar 36,500 ton. 14
14
1. Keterbatasan bahan baku ikan untuk industri ketersediaan ikan 728.024,10 ton, sedangkan konsumsi mencapai 1.351.162,69 ton. 2. Rendahnya Daya saing produk perikanan dan kelautan UPI (Industri) Health Certificate (HC) berjumlah 109 unit dari 150 UPI.
3. Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna 4. Terbatasnya sarana prasarana Infrastruktur pelabuhan Operasional pelabuhan belum berjalan dengan maksimal. 5.Terbatas Sarana Prasarana Tangkap yang dimiliki oleh Nelayan kemampuan melaut hanya One day fishing (Jangkauan terbatas) Restrukturisasi alat tangkap ( kapal dan peralatannya). 6.Tingginya harga pakan pabrikan menyebabkan biaya operasional cukup besar. 7.Masih rendahnya kualitas dan kuantitas garam rakyat belum dapat memenuhi standar industri. 15
15
1. Revitalisasi industri kaitannya dengan belum optimalnya pelayanan publik bagi industri primer pengolahan kayu pada 593 industri, yang terdiri atas : 88 industri dengan kapasitas > 6000 m3; 36 industri dengan kapasitas antara 2000-6000 m3 dan 469 industri dengan kapasitas < 2000 m3. 2. Masih belum terjaminnya kelestarian produksi hasil hutan (hutan rakyat dengan produksi pertahun sekitar 2,5 juta m3 sedangkan dari hutan negara sekitar 400 ribu m3). 3. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat baik di dalam maupun di luar sekitar kawasan hutan melalui pembinaan usaha ekonomis, dan pemberdayaan dan pembinaan kelompok LMDH dan kelompok tani hutan. LMDh sampai dengan saat ini sejumlah 1817 LMDH, dengan 616 LMDH sudah berkoperasi. 4. Masih adanya Lahan kritis sekitar 3.000 Ha target penanganan Rehabilitasi Tahura tahun 2015 sebesar 500 Ha (500 ha / th). 5. Rendahnya Produksi kayu dan non kayu (lebah madu, getah damar pinus, karet, dll). 16
16
1) Pertumbuhan sektor PHR melambat (10,06 % ke 8,61 %) namun kontribusinya thd PDRB naik (30,41% menjadi 31,34%) produktivitas sektor lain di Jatim relatif rendah dibanding sektor perdagangan berdagang barang Impor yg lebih murah (?) 2) Surplus Net Ekspor Jatim naik (Rp 50,45 T ke Rp 53,72 T) berasal dari dominannya kontribusi ekspor antar pulau namun kinerja 26 KPD belum maksimal blm banyak dimanfaatkan Kab/Kota
Kinerja Net Ekspor Jatim
3) Standarisasi Produk Industri (ISO, Barcode, HAKI, SNI dll) Kesadaran pengusaha relatif masih rendah, PemKab/Kota jg belum banyak yg memfasilitasi Peluang ekspor kecil & jika aturan standarisasi dalam negeri diterapkan produk lokal akan kalah oleh intervensi produk impor (yg telah terstandarisasi internasional) 4) Inefisiensi pada pintu gerbang moda Ekspor/Impor Pelabuhan Tanjung Perak Pengurangan muatan kapal di APBS hingga 30 % agar kapal tidak menabrak pipa gas/kabel listrik bawah laut, biaya demurrage yang masih tinggi & ketidak-pastian prosedur kepabeanan back
1. Pertumbuhan sektor Industri melambat (dari 6,34 % ke 5,59 %) kontribusi sektor thd total PDRB menurun (27,13% menjadi 26,60 %) kesempatan tenaga kerja 2. Nilai tambah Komoditas Industri yang diolah masih dominan dari bahan baku impor (83,34 %) trend semakin naik menimbulkan ketergantungan substitusi impor belum berkembang. 3. Hilirisasi Industri Efektivitas aturan pelarangan ekspor bahan mentah menuntut Hilirisasi Industri (misalnya Pembangunan Smelter di Jatim terkendala pembebasan lahan/negosiasi dg Freeport) dan hal-hal sebagai berikut :
Kinerja Net Ekspor Jatim
back
1) Lag Investasi semakin mengecil & Realisasi investasi tumbuh relatif tinggi (8,7 %), namun mayoritas investasi dalam bentuk non bangunan/mesin (dari indikasi jumlah konsumsi semen melambat) pertambahan pembangunan industri besar baru tidak banyak 2) Investasi PMA bernilai tambah tinggi Jumlah proyek PMDN lebih besar, namun nilai investasi PMA lebih tinggi 3) Minat Investasi terkendala ketersediaan Infrastruktur beberapa infrastruktur terindikasi bahkan masih bermasalah (Pipa Gas di APBS Pelabuhan Tanjung Perak, Over Capacity Bandara Juanda, Dry Port kurang tersedia) 4) Kerjasama PMA & PMDN Pemanfaatan Potensi bahan tambang yang mulai 12 Januari 2014 tidak boleh diekspor mentah butuh smelter (konsorsium) 5) Belum terjalin optimalnya kerjasama/jejaring antar P2T (Pov & Kab/Kota) 6) Kawasan Perhatian Investasi (KPI) MP3EI Jawa Timur belum sepenuhnya terealisasi back
1. Peningkatan produktivitas UMKM. Struktur pelaku usaha didominasi usaha mikro yang informal, memiliki aset, kualitas SDM, akses ke pembiayaan dan produktivitas yang terbatas. (95,72% Usaha Mikro 6.533.694 unit dari 6.825.931 unit sensus UMKM 2012); 2. Rendahnya kemampuan akses permodalan bagi koperasi dan UMKM kepada sumber-sumber pembiayaan dan layanan keuangan lainnya. Kredit UMKM rata2 hanya 27,1% total kredit. 3. Rendahnya daya saing koperasi dan UMKM dalam hal kecepatan penguasaan teknologi dengan produk permintaan pasar. (kepemilikan sertifikat strandarisasi, jaminan mutu produk UMKM dan inovasi masih terbatas). 4. Pengembangan ekonomi syariah masih terbatas (rata2 proporsi total aset Bank Syariah 4,3% dari total aset perbankan, DPK Bank Syariah 4,1% dari total DPK ); 5. Kemitraan lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan dalam pembiayaan usaha mikro dan kecil belum sepenuhnya terwujud (segmentasi pasarnya); 6. Terbatasnya kelembagaan peningkatan kapasitas UMKM dalam menumbuhkan wirausaha baru (2 inkubator bisnis); back 20
Misi Kedua : Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif Focus Program Peningkatan Prod/Produktivitas menuju surplus 5 Juta Ton JITUT/JIDESManunggal Ketahanan Pangan/MKP Peningkatan Ketahanan Pangan Surplus beras, daging, Gula (Karangkitri, KRPL, Lumbung) Skor PPH 82,2, Konsumsi beras 88,7 Kg/Cap/Tahun Hilirisasi Industri & Substitusi bahan baku/penolong Impor (ex. Smelter) Pengembangan Agroindustri Berbasis Kerakyatan (Agropolitan & Minapolitan) Penguatan 26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD) Pengembangan Industri Pengolahan Non Agro Pemberdayaan KOPWAN (renc: 1.500 per tahun, 500 untuk Koppontren, LMDH, Kopkar) back Pengembangan Kemitraan PMDN dan PMA